bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/bab i.pdfsalah satu tanaman yang...

6
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab sakit dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi ini akan menyebabkan kerugian fisik dan finansial selain produktifitas secara nasional. Penyebaran sumber infeksi ini dapat melalui berbagai perantara atau yang dikenal sebagai vektor, yakni udara, binatang, benda-benda, dan juga manusia sendiri. Bahkan tanpa disadari rumah sakit pun tempat yang berisiko tinggi sebagai sumber penularan (Triana, 2014). Prevalensi penyakit infeksi belum menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Berbagai faktor penyebab tingginya kasus infeksi diantaranya gizi buruk, sanitasi yang kurang memadai dan pemakaian antibiotika yang telah resisten. Penggunaan antibiotika yang berulang pada beberapa strain bakteri tertentu dapat menyebabkan terjadinya resistensi, karena pada bakteri terjadi mekanisme pertahanan diri agar tetap survive di alam (Soleha et al., 2009). Beberapa bakteri dari genus Staphylococcus merupakan penyebab utama infeksi bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan kulit sebagian besar populasi manusia. Jalur masuknya Staphylococcus ke tubuh melalui folikel rambut, tusukan jarum atau melalui saluran pernafasan. Prototipe lesi Staphylococcus adalah furunkel atau abses lokal lainnya yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan (factor dermatonekrotik), menghasilkan enzim koagulase yang mengkoagulasi fibrin di sekitar lesi dan di dalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan jaringan fibrosis (Jawetz et al., 2016). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen penting yang berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan resisten terhadap antibiotik. (Karimela et al., 2017). Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik (Rahmi et al., 2015).

Upload: others

Post on 28-Jun-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab sakit dan

kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi ini akan

menyebabkan kerugian fisik dan finansial selain produktifitas secara nasional.

Penyebaran sumber infeksi ini dapat melalui berbagai perantara atau yang dikenal

sebagai vektor, yakni udara, binatang, benda-benda, dan juga manusia sendiri.

Bahkan tanpa disadari rumah sakit pun tempat yang berisiko tinggi sebagai

sumber penularan (Triana, 2014).

Prevalensi penyakit infeksi belum menunjukkan penurunan dari tahun ke

tahun. Berbagai faktor penyebab tingginya kasus infeksi diantaranya gizi buruk,

sanitasi yang kurang memadai dan pemakaian antibiotika yang telah resisten.

Penggunaan antibiotika yang berulang pada beberapa strain bakteri tertentu dapat

menyebabkan terjadinya resistensi, karena pada bakteri terjadi mekanisme

pertahanan diri agar tetap survive di alam (Soleha et al., 2009).

Beberapa bakteri dari genus Staphylococcus merupakan penyebab utama

infeksi bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan kulit sebagian

besar populasi manusia. Jalur masuknya Staphylococcus ke tubuh melalui folikel

rambut, tusukan jarum atau melalui saluran pernafasan. Prototipe lesi

Staphylococcus adalah furunkel atau abses lokal lainnya yang dapat menyebabkan

nekrosis jaringan (factor dermatonekrotik), menghasilkan enzim koagulase yang

mengkoagulasi fibrin di sekitar lesi dan di dalam saluran getah bening,

mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh

penumpukan sel radang dan jaringan fibrosis (Jawetz et al., 2016).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen penting yang

berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan resisten terhadap antibiotik.

(Karimela et al., 2017). Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan

terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan

makanan sampai dengan infeksi sistemik (Rahmi et al., 2015).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

2

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang normalnya hidup

sebagai flora normal di system pencernaan manusia, dan juga bisa menjadi

patogen yang menyebabkan infeksi (Giske et al., 2012). Infeksi Escherichia coli

biasanya melalui konsumsi makanan yang tercemar, seperti daging yang mentah,

daging yang dimasak setengah matang, dan susu mentah. Gejala infeksi

Escherichia coli yaitu kram pada perut, diare, kadang bisa diare berdarah, demam,

dan muntah-muntah. Penderita bisa sembuh setelah 10 hari namum terkadang bisa

mengancam hidup manusia (WHO, 2014).

Pengobatan pada bentuk diare bakteril yang serius perlu dilakukan terapi

antibiotik untuk mempercepat penyembuhah selain dengan terapi cairan. Akan

tetapi penggunaan antibiotik yang sering dan tanpa indikasi yang jelas dapat

meningkatkan insidensi resistensi bakteri, dimana hal ini dapat meningkatkan

keparahan infeksi dan penanganannya menjadi sulit (Tjay dan Rahardja, 2007).

Selain itu penjualan obat-obatan antibiotik secara bebas dan ketidaktahuan

masyarakat mengenai pengobatan yang rasional akan meningkatkan kejadian

resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu (Rahayu, 2011). Di Indonesia ada

sekitar 135.000 kematian per tahun akibat resistensi antibiotik sehingga

menyebabkan kerugian Negara sebanyak 56 triliun (WHO, 2007).

Penggunaan tanaman sebagai obat merupakan cara untuk mengurangi tingkat

resistensi terhadap antibiotik (Shukla et al., 2011). Resistensi dalam penggunaan

antibiotik merupakan masalah yang besar, maka dari itu solusinya adalah dengan

cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada karena sumber terbaik obat

adalah tanaman obat yang berasal dari alam (Pandey et al., 2010). Ekstrak dari

berbagai tanaman telah menunjukkan peran pentingnya dalam menghambat

patogen-patogen bahkan penggunaan ekstrak tanaman dengan kemampuan

aktivitas antibakteri punya peran penting dalam mengendalikan infeksi (Irshad et

al., 2012).

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman

jambu monyet (Anacardium occidentale L.) yang umumnya digunakan untuk

mengatasi sembelit, sariawan, kencing manis, sakit tenggorokan, rematik dam

hipertensi (Dalimarta, 2000). Salah satu bagian yang digunakan oleh masyarakat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

3

Indonesia ialah kulit batang jambu monyet. Berdasarkan penelitian Tangkuman

(2017), Ekstrak etanol kulit batang jambu mete memiliki aktivitas sebagai

antibakteri terhadap bakteri yang diambil dari air liur penderita sariawan dengan

pengujian antibakteri menggunakan metode sumuran. Selain itu ekstrak etanolik

kulit batang jambu mete dengan kandungan asam anakardat dan asam galat

berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada

kosentrasi 5% dan Actinobacillus actinomycetemcomitans pada kosentrasi 7%

dalam kontak 60 detik lebih besar dibandingkan kelompok air suling dan listerin,

serta dapat mempercepat penyembuhan luka bekas pencabutan gigi marmut

(Harsini, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dari Abulude dkk. (2010) kandungan kulit

batang jambu monyet yang diekstraksi dengan etanol menunjukkan bahwa kulit

batang jambu monyet mengandung senyawa kimia fenolik seperti asam anakardat,

flavonoid, tanin, dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri dengang nilai

AUC sebesar 4 mg/disk menghasilkan zona hambat 12 mm terhadap bakteri

Staphylococcus aureus . Selain sebagai antibakteri kulit batang jambu mete juga

dapat digunakan sebagai antikanker (Harsini et al., 2016) dan menurunkan kadar

gula darah (Carolus, 2014) dan antiinflamasi (Abulude, 2010).

Flavonoid berfungsi sebagai bakteriostatik dan mekanisme kerjanya

mendenaturasi protein sel bakteri dan dapat merusak membran sitoplasma.

Senyawa flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang dapat menyebabkan

bocornya metabolit penting dan menginaktifkan sistem enzim bakteri (Prajitno,

2007). Asam anakardat memiliki mekanisme kerja sebagai antibakteri yaitu

dengan merusak dinding sel bakteri, sedangkan mekanisme biokimianya

berdasarkan kemampuan asam anakardat menghambat enzim sulfhidril yaitu

ATPase dan gliserol-3-fosfat-dehidrogenase ( Budiarti et al., 2008). Mekanisme

kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan

sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan

mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Sedangkan mekanisme kerja

tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

4

DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria et al.,

2009).

Selain itu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah

tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu manis

antara lain minyak atsiri, safrole, sinamaldehida, tannin, dammar, kalsium oksalat,

flavonoid, triterpenoid, dan saponin (Utami, 2013). Minyak atsiri banyak terdapat

dibagian kulit kayu manis. Komponen minyak atsiri kayu manis memiliki

aktivitas antibakteri paling besar pada bakteri Pseudomonas putida dengan

diameter zona hambat sebesar 39,52 mm dan 33 mm untuk bakteri

Pseudomonas fluorescens dengan menggunakan metode well diffusion.

Komponen minyak atsiri tersebut memiliki mekanisme kerja dengan merusak

dinding sel bakteri. Selain itu kayu manis juga memiliki aktivitas sebagai

antioksidan karena mengandung aleoresin (Prasetyaningrum, 2012).

Menurut penelitian Repi dkk. (2016) kulit kayu manis juga memiliki aktifitas

antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes karena

memiliki komponen senyawa eugenol menggunakan metode modifikasi Kirby-

Bauer (sumuran). Kulit kayu manis juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap

lima bakteri patogen pada makanan yaitu Bacillus cereus, Listeria

monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella anatum

(Shan et al, 2007; Balijepalli et al., 2017).

Kombinasi ekstrak bertujuan untuk menilai efektivitas pemberian terapi

kombinasi apakah semakin baik dan bekerja secara sinergis yang akan berefek

potensiasi yaitu kedua obat saling memperkuat khasiatnya ataukah efeknya

semakin berkurang dibandingkan dengan penggunaan masing-masing ekstrak

(Lindawati et al., 2013). Ekstrak kulit kayu manis memiliki efek aditif jika

dikombinasikan dengan madu yang dapat digunakan untuk menghambat bakteri

penyebab jerawat (Julianti,2017) dan juga menghambat pertumbuhan miselium

dan perkecambahan spora pada jamur Colletotrichum capsici (Ali et al., 2013).

Selain itu kombinasi ekstrak air dari cengkeh, kayu manis, bunga lawang,

andaliman dan adas , mampu menghambat mikroorganisme pembusukan daging

(Wang, 2013). Sedangkan kombinasi minyak atsiri dari daun cengkeh dan kulit

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

5

batang kayu manis dapat meningkatkan daya antibakteri dan degradasi biofilm S.

mutans (Ardani et al., 2010).

Dari latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang

aktivitas antibakteri dari kombinasi ekstrak kulit batang jambu monyet

(Anacardium occidentale) dan kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii)

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas antibakteri dari kombinasi ekstrak kulit batang jambu

monyet (Anacardium occidentale) dan kulit kayu manis (Cinnamomum

burmannii) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri

Escherichia coli ?

2. Apakah golongan senyawa metabolit yang terkandung dari ekstrak kulit

batang jambu monyet (Anacardium occidentale) dan kulit kayu manis

(Cinnamomum burmannii) ?

3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan data aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak kulit

batang jambu monyet (Anacardium occidentale) dan kulit kayu manis

(Cinnamomum burmannii) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

bakteri Escherichia coli.

2. Untuk mendapatkan data golongan senyawa metabolit dari ekstrak kulit

batang jambu monyet (Anacardium occidentale) dan kulit kayu manis

(Cinnamomum burmannii)

4.1 Hipotesis Penelitian

Kombinasi ekstrak kulit batang jambu monyet (Anacardium occidentale) dan

kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) mempunyai aktivitas sebagai

antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli.

5.1 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi terkait aktivitas antibakteri yang poten

dari kombinasi ekstrak kulit batang jambu monyet (Anacardium

occidentale) dan kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap

bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41793/2/BAB I.pdfSalah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah tanaman jambu monyet (Anacardium occidentale

6

2. Dapat memberikan informasi terkait kandungan senyawa metabolit

dari kombinasi ekstrak kulit batang jambu monyet (Anacardium

occidentale) dan kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii)

3. Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah

mengenai potensi kearifan lokal tanaman obat di Indonesia.