bab i pendahuluan 1.1 latar belakangkandungan gula dan lemak yang tinggi serta kadar air yang rendah...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem penanganan bahan baku memegang peranan yang sangat penting
dalam perencanaan suatu pabrik. Pada sebagian besar manufacturing, orang
beranggapan bahwa lebih baik bahan yang bergerak atau berpindah dari pada orang
atau mesinnya. Untuk beberapa kasus tertentu kadang-kadang akan lebih baik
manusia atau mesin (ataupun keduanya) yang dipindakan. Perencanaan tata letak
pabrik tidaklah bisa mengabaikan signifikasi dari aktivitas pemindahan bahannya,
demikian juga sebaliknya tidak mungkin menerapkan sistem pemindahan bahan
secara efektif tanpa memperhatikan masalah-masalah umum yang dijumpai dalam
perencanaan tata letaknya.
Pemindahan bahan atau material adalah suatu aktivitas yang sangat penting
dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak
fasilitas produksi. Aktivitas ini merupakan aktivitas “non produktif” sebab tidak
memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang
dipindahkan, tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik
atau kimiawi dari material yang berpindah. Kegiatan pemindahan bahan/material
tersebut akan menambah biaya (cost). Dengan demikian sebisa mungkin aktivitas
pemindahan bahan tersebut dieliminir atau paling tepat untuk menekan biaya
pemindahan bahan tersebut adalah memindahkan bahan pada jarak yang sependek-
pendeknya dengan mengatur tata letak fasilitas produksi atau departmen yang ada.
Material handling adalah aliran bahan yang harus direncanakan secermat-
cermatnya sehingga material (bahan) akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju
lokasi yang tepat. Biaya material handling dengan mudah akan dapat dihitung.
Biasanya biaya material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan
material dan pengukuran jarak akan bisa dilaksanakan dengan sederhana bilamana
layout dari fasilitas produksi tersebut bisa digambarkan. Biaya material handling
seringkali akan sangat dipengaruhi oleh desain layout itu sendiri. Karena biaya
material handling proporsional dengan jarak perpindahan material, maka pemilihan
tipe layout itu sendiri sudah akan memberi pengaruh terhadap jumlah biaya
material handling.
Perancangan layout fasilitas memiliki peranan penting dalam menunjang
kelancaran keseluruhan produksi yang berdampak pada ketepatan waktu
penyelesaian order. Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung
upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Secara umum tujuan
perancangan layout adalah untuk meminimalkan total biaya, terutama yang
menyangkut konstruksi dan instalasi, material handling, produksi, maintenance,
safety dan storage selain itu juga bertujuan untuk mengurangi proses material
handling, mengurangi kemacetan, dan kesimpangsiuran aliran material yang ada.
Hubungan antara penanganan material dan tata letak pabrik adalah secara
khusus tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan,
sehingga perlu diketahui panjang, waktu, sumber serta tujuan perpindahan
material. Tata letak pabrik dan material handling mempunyai tujuan umum yaitu
meminimumkan biaya. Karena pengaruh yang nyata dalam material handling,
penting sekali untuk mendesain layout dan sistem material handling secara simultan
atau paling tidak terjadi back tracking yang signifikan.
1.2 Tujuan
Mengetahui pentingnya material handling, manfaat, tujuan, dan hubungannya
dengan fungsi perancangan layout pada PT. Five Food.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan
PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri makanan ringan. Perusahaan ini digagas oleh lima sekawan tepatnya pada
tanggal 7 November 2008. Perusahaan ini berlokasi di kawasan Industri Waru
Sidoarjo, tepatnya di Jalan Tambak Sawah No. 4-7. Perusahaan ini memproduksi
beberapa jenis produk makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan
wafer. Five Food’s biscuit merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh
perusahaan. Head Office dan Pusat Produksi PT. Five Food berada dalam satu
wilayah, yakni di Kawasan Industri Waru Sidoarjo.
PT. Five Food telah mengembangkan sayapnya di tingkat nasional.
Perusahaan multinasional ini telah mempunyai jaringan pemasaran yang cukup luas.
Perusahaan ini mempunyai visi menjadi sebuah perusahaan industri pangan yang
menjamin kepuasan dan mengutamakan kebutuhan konsumen dengan inovasi-
inovasi barunya. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan selalu mengutamakan
kualitas bahan baku dan proses produksi untuk mendapatkan produk yang
berkualitas tinggi. Perusahaan ini berkapasitas produksi 2300 produk per hari.
2.2 Profil Produk, Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Pengemas, Diagram Alir
Proses Produksi
2.2.1 Konsep Produk
Snack merupakan segala jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi
diantara dua waktu makan utama dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (Muchtadi et al., 1988). Produk snack sangat
digemari oleh konsumen terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut
Brown (2000), ciri khas yang melekat pada produk cookies adalah memiliki
kandungan gula dan lemak yang tinggi serta kadar air yang rendah (kurang dari 5%)
sehingga bertekstur renyah, apabila dikemas akan terlindung dari kelembaban, dan
memiliki umur simpan yang lama. Ciri khas cookies tersebut sangat ditentukan oleh
bahan baku dan proses pembuatannya.
Produk Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT.
Five Food ini berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini
bertaburkan kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan
tekstur yang agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup
manis. Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak,
dimana pada setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies.
Gambar 1. Brownis cookies
2.2.2 Proses Pengolahan
Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan,
pencetakan, dan pemanggangan adonan. Pembuatan adonan diawali dengan proses
pencampuran dan pengadukan bahan-bahan, dimana bahan baku dicampur secara
bertahap. Tahap pertama adalah pencampuran lemak dan gula, kemudian tahap
selanjutnya adalah penambahan susu dan zat aditif yang sebelumnya telah
dilarutkan dalam air. Penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir
untuk membatasi pengembangan gluten yang berlebihan.
2.2.3 Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Menurut Matz dan Matz (1978), bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan cookies terbagi dalam dua kelompok, yaitu bahan pengikat dan bahan
pelembut. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat adalah terigu, susu, dan
putih telur. Sedangkan bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut adalah gula,
lemak, leavening agent (baking powder), dan kuning telur. Bahan pendukung lain
yang sering digunakan adalah garam, flavor, emulsifier, dan cokelat bubuk. Produk
cookies yang difortifikasi secara khusus melibatkan penambahan premix mineral,
premix vitamin serta serat pangan (fiber).
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk Brownis cookies ini
diantaranya adalah terigu, telur, lemak, air, susu, gula dan baking powder.
Sedangkan bahan-bahan pembantu yang digunakan diantaranya adalah garam,
flavor, emulsifier dan cokelat bubuk. PT. Five Food selalu menjamin mutu bahan
baku dan bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi Brownis cokelat
ini untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
2.2.4 Bahan Pengemas
PT. Five Food selain mengutamakan keuntungan perusahaan juga
mengutamakan dampak terhadap lingkungan yang akan diberikan, sehingga bahan-
bahan pengemas yang dipilih dan digunakan dalam perusahaan ini berdasar pada
sifat keramahannya terhadap lingkungan. Bahan pengemas yang digunakan dalam
produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan
sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang
dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari
produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari
produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Berdasarkan
gambaran umum, rancangan dari kemasan produk kami kuranng lebih adalah
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2. Kemasan Primer, Sekunder dan Kardus
2.2.5 Diagram Alir Proses Produksi
Gambar 3. Diagram Alir Proses Produksi Brownis cookies
2.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pabrik Atau Perusahaan
Perencanaan lokasi merupakan suatu kegiatan strategis yang bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan sehingga perusahaan atau
pabrik dapat beroperasi dengan lancer, dengan biaya yang rendah, dan
memungkinkan perluasan di masa dating. Dalam menentukan lokasi perusahaan,
manager perlu mempertimbangkan berbagai factor seperti kedekatan terhadap
pasar, kemudahan mendapatkan bahan baku, rendahnya biaya tenaga kerja,
rendahnya biaya transportasi, dan lain-lain. Kemampuan lokasi yang tepat akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam (Herjanto, 2008):
Melayani konsumen dengan memuaskan
Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan kontinyu dengan harga
yang layak/ memuaskan
Mendapatkan tenaga kerja yang cukup
Memungkinkan perluasan perusahaan di kemudian hari
Dalam mendapatkan lokasi suatu perusahaan/ pabrik yang tepat, perlu untuk
memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut (Herjanto, 2008):
1. Letak pasar
2. Letak sumber bahan baku
3. Ketersediaan tenaga kerja
4. Ketersediaan tenaga listrik
5. Ketersediaan air
6. Fasilitas pengangkutan
7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi
8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran
9. Peraturan pemerintah setempat
10. Sikap masyarakat
11. Biaya dari tanah dan bangunan
12. Luas tempat parker
13. Saluran pembuangan
14. Kemungkinan perluasan
15. Lebar jalan
Penentuan lokasi pabrik sangat menetukan kelangsungan hidup perusahaan di
masa yang akan dating. Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin
seluruh segi-segi negative dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-
faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya
(investasi dan operasional) jangka pendek ataupun jangka panjang, dan ini akan
meningkatkan daya saing perusahaan. Letak geografis suatu pabrik mempunyai
pengaruh terhadap sistem produksi yang ekonomis, karena banyak faktor-faktor
yang memengaruhi letak fasilitas/ mesin-mesin dalam pabrik, dan yang lebih penting
lagi karena lokasi tersebut akan memengaruhi besarnya biaya operasi ataupun biaya
capital (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).
Di dalam penentuan lokasi pabrik, di mana pabrik itu akan didirikan dan di
bagian mana dari daerah itu akan didirikan pabrik, pemilihan letak pabrik pada
umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor (Prasetya dan Lukiastuti, 2009):
1. Lingkungan masyarakat
2. Kedekatan dengan pasar
3. Tenaga kerja
4. Kedekatan dengan bahan mentah dan penyuplai
5. Fasilitas dan biaya transportasi
6. Sumber-sumber daya alam
7. Tanah untuk perluasan
Setelah lokasi ditentukan, maka perusahaan harus menentukan di bagian
mana pabrik akan didirikan. Berbagai factor yang perlu diperhatikan untuk
pemilihan tempat, antara lain (Prasetya dan Lukiastuti, 2009):
a. Tanah harus kering dan kuat untuk menyangga bangunan
b. Mempunyai keamanan dan perlindungan kebakaran yang baik
c. Bila pabrik mengeluarkan asap, maka harus cukup banyak angin yang membawa
asap keluar daerah permukiman
d. Dekat dengan transportasi masyarakat
e. Cukup tersedia areal untuk bangunan sekarang, ekspansi dan parker kendaraan
karyawan.
Pemilihan lokasi suatu pabrik membutuhkan pertimbangan yang penting dari
banyak faktor. Pemilihan lopkasi industri yang strategis haruslah dapat
meminimalkan biaya, strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan
pendapatan. Pemilihan lokasi PT Five Food yang berada di JL Tambak Sawah 4-7
Waru Sidoarjo telah mempertimbangkan berbagai factor utama diantaranya adalah:
1. Letak pasar
Pabrik yang didirikan terletak di area industri yang cukup strategis karena cukup
dekat dengan pasar dan konsumen. Sehingga biaya untuk pemasaran dapat
diminimalisasi dan keamanan barang tetap terjaga.
2. Letak sumber bahan baku
Lokasi perusahaan yang berada di area industri ini dekat dengan sumber bahan
baku, sehingga memudahkan dalam pendistribusian bahan baku menuju pabrik
dan meminimasikan biaya untuk memperoleh bahan baku produksi. Bahan baku
yang digunakan cukup mudah penanganannya, dan tidak mudah rusak serta
tahan lama sehingga untuk memperoleh bahan baku ini cukup mudah.
3. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan mudah untuk menjangkau area
perusahaan. Selain itu terdapat hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan
dalam tenaga kerja mencakup tingkat kecakapan yang diperlukan, kuantitas
yang mencukupi, serta tinggi rendahnya upah. Tenaga kerja yang terdapat
dalam perusahaan terdiri dari dua kelompok yaitu tenaga kerja berkemampuan
kecakapan tinggi dan tenaga kerja berkecakapan rendah. Berdasarkan tingkatan
tersebut, tenaga kerja tetap mudah untuk mencapai lokasi perusahaan.
4. Ketersediaan tenaga listrik
Tenaga listrik yang diperlukan oleh perusahaan adalah tenaga listrik yang besar.
Lokasi sumber tenaga listrik tersebut mampu mencukupi kebutuhan listrik
perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan dalam beroperasi. Berdasarkan
hal tersebut, listrik yang digunakan juga memiliki mutu serta kestabilan yang
tinggi dan tariff yang telah disesuaikan dengan tariff dasar listrik.
5. Ketersediaan air
Lokasi pabrik yang berada di area industri memiliki sumber air yang mencukupi
dan diperoleh dari sungai di dekat lokasi perusahaan. Jumlah air mencukupi
untuk proses produksi, serta mutu air yang digunakan terjaga dan terhindar dari
bahaya-bahaya yang dapat menambah biaya investasi untuk pengelolaan
tambahan.
6. Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan atau transportasi mudah mencapai lokasi perusahaan.
Fasilitas transportasi yang digunakan adalah transportasi darat sehingga mudah
untuk dilewati.
7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi
Perusahaan menyediakan perumahan untuk tenaga kerja yang berada di
pemukiman area perusahaan sehingga memudahkan untuk menjakau lokasi.
8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran
Lokasi pabrik cukup dekat dengan pelayanan kesehatan dan keamanan.
Sehingga missal terdapat kecelakaan kerja, dapat memudahkan untuk
menjangkau pusat pelayanan kesehatan tersebut.
9. Peraturan pemerintah setempat
Dalam peraturan pemerintah yang ditetapkan mencakup system pajak, jam
kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum dan kondisi lingkungan
kerja. Pemilihan lokasi perusahaan sudah sesuai dengan peraturan pemerintah
dan lokasi yang digunakan cukup strategis.
10. Sikap masyarakat
Masyarakat memberikan tanggapan yang positif atas berdirinya perusahaan
karena lokasi yang dipilih berada di area industri dan tidak mengganggu
kenyamanan masyarakat.
11. Biaya dari tanah dan bangunan
Biaya investasi untuk pembangunan perusahaan dari berbagai alternative yang
dipilih, diketahui bahwa investasi yang sesuai adalah area industri di daerah
Waru Sidoarjo ini.
12. Luas tempat parker
Area parkir industri cukup luas dan mendukung untuk mobilisasi kagiatan
industri.
13. Saluran pembuangan
Saluran pembuangan limbah industri cukup aman karena telah terdapat lokasi
kusus untuk pembuangan limbah dan tidak menimbulkan pencemaran untuk
lokasi sekitar.
14. Kemungkinan perluasan
Kemungkinan perluasan perusahaan cukup mendukung, karena masih terdapat
cukup lokasi yang luas di area industri untuk perluasan pabrik.
15. Lebar jalan
Jalan di area perusahaan luas dan dekat dengan jalan besar, sehingga
memudahkan untuk transportasi baik distribusi dan pemasaran produk.
2.4 Urut-Urutan Material Dari Supplier Hingga Konsumen (Termasuk Di Dalam
Fasilitas Produksi/Perusahaan) + Peta Dari-Ke (From-To Chart) (Jarak Dan Muatan)
Urutan Material:
1. Supplier
Pada proses pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung
didapatkan dari supplier. Pemilihan supplier ini di dasarkan atas kualitas bahan
baku, kedekatan supplier dengan lokasi perusahaan, dan harga bahan baku.
Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional
bergantung pada bahan baku.
2. Receiving
Receiving adalah proses awal menerima barang dari supplier atau pemasok
bahan baku. Di receiving bahan baku akan diperiksa mengenai perhitungan,
penimbangan dan pengambilan sampel. Setiap bahan dipisahkan berdasarkan
penampakannya. Pemisahan dilakukan dalam ruang persiapan, agar tidak terjadi
kontaminasi bau, rasa dan yang lainnya antar bahan baku dengan benda lainnya.
SUPPLIER RECEIVING STORAGE PENIMBANGAN
BAHAN
PENCAMPURAN
BAHAN
PENGADONAN PEMANGGANGAN PENCETAKAN
PENDINGINAN PENGEMASAN WAREHOUSING SHIPPING
DISTRIBUSI KONSUMEN
Apabila telah sesuai, maka diberikan cap received sebagai tanda terima barang.
Bahan baku di angkut dengan menggunakan truck dari supplier dan di alokasikan
ke storage.
3. Storage
Storage adalah tempat menyimpan bahan baku dari pembuatan Brownies
Cookies. Setelah bahan baku melewati receiving, lalu disimpan di storage
terlebih dahulu sebelum memasuki proses produksi. Bahan baku di angkut dari
receiving ke storage dengan menggunakan forklift.
4. Penimbangan bahan
Beberapa bahan seperti tepung terigu, susu bubuk, cokelat bubuk, dan gula
akan melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sebelum penimbangan. Setelah
masing-masing bahan tersebut ditimbang sesuai formulasinya, bahan tersebut
dimasukkan ke dalam plastik dengan warna yang berbeda-beda. Hal ini
bertujuan untuk membedakan jenis-jenis bahan. Penimbangan bahan baku
Brownies Cookies dengan menggunakan alat timbangan digital. Masing-masing
bahan baku ditimbang sesuai dengan kapasitas produksi dalam sekali proses
produksi.
5. Pencampuran bahan
Pencampuran bahan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama merupakan
pencampuran lemak dan gula. Tahap selanjutnya adalah penambahan susu dan
zat aditif yang sebelumnya telah dilarutkan dalam air. Tahap selanjutnya
penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir. Pencampuran
bahan dilakukan dengan menggunakan mixer.
6. Pengadonan
Dalam proses pengadonan dilakukan pembentukan lembaran (Sheeting).
Adonan yang telah tercampur rata kemudian dipindahkan ke konveyor dengan
alat bantu berupa sekop. Di atas konveyor, adonan akan melewati pembatas
pada sisi atas, sehingga adonan menjadi lebih tipis kemudian adonan ini akan
masuk ke dalam penampungan untuk siap pencetakan.
7. Pemanggangan
Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan indirect oven yang
mempunyai lima zona dengan total waktu pemanggangan selama 8 menit.
Indirect oven tidak menggunakan api langsung sebagai sumber panas pada oven.
Sumber panas menggunakan udara kering yang berasal dari pipa-pipa panas
berisi air yang dipanaskan dengan bahan bakar gas elpiji. Pembagian zona ini
memiliki tujuan berbeda yaitu, zona 1 dan 2 bertujuan untuk pengembangan
adonan cookies. Suhu di zona ini 175ºC dan 185ºC. Zona 3 memilik suhu 195ºC
bertujuan untuk pematangan cookies. Zona 4 dan 5 bertujuan untuk pewarnaan
dengan suhu 190ºC dan 175ºC.7.
8. Pencetakan
Adonan yang telah ditipiskan turun ke dalam penampungan dengan dibantu
menggunakan roll. Adonan akan diteruskan menuju lubang pencetak dengan
adanya dorongan dan pengaturan berat standar. Alat pencetak terdiri atas
tabung dan lubang sebanyak 18 lubang dengan diameter kurang lebih 2 cm.
Adonan yang telah masuk dalam pipa pencetak akan diteruskan ke bagian mulut
bawah pipa. Proses selanjutnya, adonan yang terdorong keluar akan dipotong
menggunakan kawat tipis (wire cutter) hingga membentuk koin tebal (bulatan
cookies) yang kemudian jatuh ke atas konveyor untuk mengalami tahap
berikutnya.
9. Pendinginan
Pendinginan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain:
1) Pendinginan I
Setelah pemanggangan, tahap selanjutnya akan dilakukan pendinginan.
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan kipas angin dan exhaust fan
dengan suhu 20-27ºC selama 12-16 menit. Pendinginan ini bertujuan untuk
menurunkan suhu brownies sehingga tekstur brownies akan menjadi renyah
dan mempunyai kadar air yang memenuhi standar. Bersamaan dengan
proses ini dilakukan pengecekan dari segi dimensi, kadar air, dan warna dari
brownies oleh operator bagian produksi sebelum dilakukan pengemasan.
2) Pendinginan II
Setelah melalui exhaust fan, brownies akan melewati tunnel pendingin
bersuhu 10-15ºC selama 4-5 menit. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan
chocochip yang ada dalam brownies. Pendinginan ini untuk memperkuat dan
mempertegar tekstur chocochip sehingga tidak mudah lumer.
10. Pengemasan
Pengemasan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain:
1) Pengemasan I
Proses yang dilakukan untuk menyusun brownies ke dalam tray dan
kemudian di kemas dengan plastik Oriented Poly Propylene (OPP). Brownies
Cookies diletakkan dalam sebuah tray yang terbagi atas 3 bagian yang
dipisahkan oleh 2 sekat. Proses pengemasan dilakukan secara otomatis dan
selanjutnya produk dilewatkan pada alat metal detector. Pengemasan
dilakukan menggunakan mesin pengemas (warping machine) otomatis. Hal
ini bertujuan untuk mewadahi, melindungi produk, dan mempertahankan
kualitas tekstur serta aroma dari produk.
2) Pengemasan II
Pengemasan ini merupakan proses pengemasan produk yang sudah
dikemas dengan OPP ke dalam karton (doos). Salah satu tujuannya adalah
mempermudah pendistribusian barang dari ruang produksi ke gudang
penyimpanan hingga ke tangan konsumen.
11. Warehousing
Warehousing ialah tempat untuk menyimpan produk jadi. Brownies Cookies
yang sudah diproduksi akan disimpan di warehouse. Di warehouse akan di data
jumlah brownies cookies yang sudah di hasilkan dalam sekali proses produksi.
12. Shipping
Shipping ialah proses pemeriksaan bahan akhir. Brownies Cookies sebelum di
distribusi akan diperiksa di proses shipping mengenai kelayakan produk sebelum
memasuki pasar/konsumen yang dituju.
13. Distribusi
Setelah proses shipping maka Brownies Cookies di distribusikan ke
konsumen.
14. Konsumen
Setelah di distribusi ke konsumen, Brownies Cookies bisa dibeli dan dinikmati
oleh konsumen melalui mall, swayan, pusat oleh-oleh, pusat perbelanjaan dan
warung-warung kecil.
Peta Dari Ke Jarak (m)
Peta Dari Ke Muatan (kg)
Ongkos penanganan bahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya
produksi, oleh karena itu agar biaya produksi dapat ditekan maka ongkos
penanganan bahan ini harus diminimalkan. Ongkos penanganan bahan dipengaruhi
oleh jumlah load (beban atau berat bahan) dan biaya untuk berpindahnya suatu
load, dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan penggunaan alat
penanganan bahan. Disamping itu jarak perpindahannya juga akan mempengaruhi
terhadap ongkos (Ma’arif dan Tanjung, 2003).
Pada peta dari ke mengenai jarak perpindahan dari receiving, proses produksi
hingga shipping didapatkan jarak perpindahan sebesar 98 m. Hal ini berarti jarak
perpindahannya tidak begitu besar. Dengan adanya jarak perpindahan yang cukup
pendek maka akan mengurangi ongkos material handling. Sedangkan pada peta dari
ke mengenai berat bahan/muatan didapatkan sebesar 11057 kg. Muatan bahan
setiap perpindahan di buat seefisien mungkin agar ongkos material handling
diminimalisir sehingga mengurangi biaya produksi bagi perusahaan.
2.5. Tipe Layout Dan Layout Proses Produksi (Gambar)
Product Layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan
penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen
tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai didalam
departemen tersebut. Bahan baku di pindahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun
kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu
dipindah-pindahkan ke departemen lain. Dalam Product Layout, mesin-mesin atau
alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk
bergerak secara terus-menerus dalam suatu garis perakitan. Product Layout akan
digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan
sangat sesuai untuk produksi continue (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).
Pada proses pembuatan Brownies Cookies menggunakan tipe Layout – Product
Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari
sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies Cookies ini proses yang dilakukan
dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya proses backtracking. Layout yang
digunakan lurus dalam satu lini proses produksi.
Product Layout
1. Receiving
2. Storage
3. Penimbangan Bahan
4. Pencampuran (Secara Bertahap)
5. Pengadonan
6. Pemanggangan
7. Pencetakan
8. Pendinginan
9. Pengemasan
10. Warehousing
11. Shipping
2.6. Penanganan Bahan (Kupas Untuk Masing-Masing Material Dan Sebutkan
Alat/Mesin/Peralatan Yang Dibutuhkan (Sertakan Gambar), Serta Analisis Dan
Dasar Pemilihan
Mesin adalah sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan atau tenaga yang
diguanakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian
produk. Peralatan adalah instrumen atau perkakas yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan pada bagian hasil atau produk. Mesin dan peralatan yang tepat harus
memenuhi desain proses dan produk perusahaan serta dapat memperlancar arus
barang atau material dalam jalur produksi (Assauri,2004). Menurut Ahyari (2002),
jenis mesin dan peralatan ditinjau dari segi operasi produksinya dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. Manual
Merupakan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk
melaksanakan proses produksi dengan tangan. Mesin dan peralatan produksi
yang bersifat manual adalah merupakan mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan menggunkan
tangan atau kerja manusia.
b. Semi otomatis
Merupakan mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk keperluan
tertentu (baik bersifat umum maupun khusus). Mesin dan peralatan produksi
semi otomatis merupakan mesin dan peralatan yang bersifat otomatis, tetapi
masih ada beberapa fungsional mesin yang dilakukan secara manual.
c. Otomatis
Mesin peralatan yang termasuk dalam kategori otomatis adalah mesin
peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan secara otomatis penuh (full
automatic). Mesin dan peralatan yang digunakan dalam perusahaan secara
otomatis (semua dijalankan dengan mesin) sedangkan tenaga manusia hanya
untuk mengontrol saja.
2.6.1 Dari Receiving ke storage
Semua material dari suplier pada saat perpindahannya dari receiving ke storage
menggunakan Forklift.
Gambar Forklift
Alasan :
1. Mempermudah dalam pengangkutan.
2. Dapat mengangkut bahan yang ketaknya di ketinggian
3. Mempermudah menjangkau bahan yang berat
2.6.2 Dari Storage ke Proses Produksi
Material seperti tepung terigu, Lemak atau mentega, susu, gula, telur, kokoa,
lesitin, flavor, garam,serta bahan pengembang cookies, dalam proses perpindahan
bahan dari storage ke proses produksi menngunakan LOAD TROLLY STAINLESS.
Pada bahan telur, telur diletakkan pada keranjang, kemudian dalam perpindahannya
menggunakan Load Trolly Stainless.
Alasan:
1. Mempermudah dalam perpindahan susu untuk memasuki proses produksi
2. Mengurangi kerusakan material akibat perpindahan
3. Fungsi dari trolley ini adalah untuk memudahkan dalam pemindahakan
barang dari suatu tempat ketempat lain. Trolley stainless sangat baik
kegunaannya mulai dari lebih ringan dari besi, tahan lama sampai mudah
perawatannya.
2.6.3 Pada saat Proses Penimbangan
Material seperti jenis bubuk yaitu tepung terigu, mentega, susu, gula, kokoa,
te;ur, flavor, garam serta pengembang cookies menggunakan mesin
penimbang digital.
Alasan :
1. Mempermudah dalam penimbangan dengan berat 150 kg-300 kg.
2. Hasil penimbangan menunjukkan berat yang akurat.
3. Timbangan kapasitas 150kg-300kg. timbangan ini cocok untuk industri.
terbuat dari rangka yang kokoh sehingga dapat mengurangi kelembaman
dari rangka dan akan menghasilkan hasil penimbangan yang lebih presisi.
2.6.4 Proses Pencampuran
Pada saat pencampuran, mesin yang digunakan dalam proses ini adalah
mixer
Alasan:
Mixer ini dapat digunakan dalam pencampuran bahan dengan jumlah
volume lebih banyak.
2.6.5 Proses Pengadonan
Alasan :
1. Dapat mempermudah dalam proses pengadonan karena memuat dalam
jumlah banyak.
2. Pengaturan yang diatur secara otomatis.
3. Adonan yang dihasilkan memiliki tekstur yang baik.
2.6.6 Proses Pemanggangan
Pada saat adonan sudah jadi, kemudian adonan memasuki proses
pemanggangan. Proses pemanggangan menggunakan Oven
Alasan :
1. Oven ini memiliki kapasitas yang banyak jika adonan yang telah dicetak
menghasilkan hasil dalam jumlah banyak.
2. Proses yang diatur secara otomatis oleh mesin menghemat tenaga
operator
2.6.7 Proses Pencetakan
Pencetakan adonan menggunakan mesin pencetak cookies
Alasan:
1. Mempermudah dalam proses pencetakan karena diatur oleh mesin.
2. Mesin cetak cookies KMK 510, dimensi 1500x1000x1400 mm, 220V,
computerized/otomatis, yang sangat cocok sekali untuk membuat
cookies sesuai bentuk yang diinginkan.
3. Dapat mencetak dengan hasil yang baik sesuai ukuran dari produk yang
dihasilkan
2.6.8 Proses Pendinginan
Proses Pendinginan menggunakan freezer snack
Alasan :
1. Dapat memperhemat waktu endinginan karena diatur dalam mesin
waktu pendingin.
2. Alat freezer ini cocok dalam industri cookies dalam jumlah banyak.
2.6.9 Mesin Perpindahan Bahan dari satu mesin ke mesin lainnya
Mesin belt conveyor yang digunakan dalam perpindahan adonan
Alasan:
1. Mempermudah dalam proses perpindahan
2. Mencegah terjadinya kerusakan bahan.
3. Mencegah terjadinya proses antrian.
2.6.10 Proses pengemasan
Mesin pengemas Sunpack
Alasan :
1. Merupakan mesin packaging yang digunakan untuk mengemas produk
dengan jenis GB dan GC yang memiliki netto 250 gram dan 500 gram.
2. Cocok dalam pengemasan sekunder.
3. Memiliki spesifikasi khusus yaitu:
Power 5 amp
Jumlah Mesin 1 unit
Buatan Korea
Mesin packaging sealer
Alasan:
1. Sangat cocok dalam pengemasan primer
2. Memiliki spesifikasi-spesifikasi khusus seperti
Mesin pengemas (sealer plastic) berfungsi untuk menutup plastik
polypropylene dengan panas.
2.7. Ongkos Material Handling (Pilih Satu Tahap Operasi Saja)
Data untuk perhitungan material handling pada alat angkut forklift:
Pembelian alat angkut dengan harga Rp 60.000.000,-, dengan umur ekonomis 8
tahun. Biaya bahan adalah sebesar Rp 30.000,-/ 8 jam. Biaya perawatan untuk alat
adalah Rp 6.000,-. Setiap harinya forklift berjalan rata-rata 20.000 m. alat angkut ini
beroperasi selama 300 hari per tahun, dan upah operatornya adalah Rp 15.000,-/
jam. Dari data tersebut dapat diketahui besarnya ongkos material handling sebagai
berikut:
Depresiasi garis lurus
Jarak angkutan tiap jam
Total biaya = Biaya (maintenance + bahan bakar + depresiasi + operator)
Ongkos Material Handling
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri makanan ringan. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis produk
makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan wafer. Five Food’s biscuit
merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh perusahaan. Produk
Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT. Five Food ini
berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini bertaburkan
kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan tekstur yang
agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup manis.
Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak, dimana pada
setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies.
Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan,
pencetakan, dan pemanggangan adonan. Bahan pengemas yang digunakan dalam
produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan
sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang
dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari
produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari
produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Pada proses
pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung didapatkan dari supplier.
Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional
bergantung pada bahan baku. Pada proses pembuatan Brownies Cookies
menggunakan tipe Layout – Product Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja
berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies
Cookies ini proses yang dilakukan dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya
proses backtracking. Layout yang digunakan lurus dalam satu lini proses produksi.
Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung upaya peningkatan
produktivitas dan efisiensi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi Perencanaan sistem Produksi. Buku Dua.
Edisi Keempat. BPPE. Yogyakarta.
Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Brown, A. 2000. Understanding Food: Principles and Preparation. Wadsworth Inc., Belmont.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.
Ma’arif ,M.S dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Erlangga. Jakarta.
Matz, S.A. dan T.D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. The AVI Publishing Co. Inc., Texas.
Muchtadi, T.R., Purwiyatno, dan Basuki, A. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi.
Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB, Bogor.
Prasetya, Hery dan Lukiastuti, Fitri. 2009. Manajemen Operasi. MedPress.
Yogyakarta.