bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pariwisata yang semakin digencarkan pada dewasa ini
hakikatnya adalah salah satu strategi pembangunan nasional. Pariwisata juga
merupakan sebuah pengembangan dan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Oleh
karena itu, perencanaan dan pengembangan pariwisata harus selaras dengan
perencanaan dan pengembangan pembangunan secara keseluruhan sehingga pada
akhirnya dapat memberikan hasil secara maksimal dan berkelanjutan. Berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
Kepariwisataan adalah berbagai m acam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
Di Indonesia, pertumbuhan di bidang pariwisata
sangatlah pesat. Pariwisata tumbuh menjadi sebuah industri yang menjanjikan.
Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya
adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya bentuk fisik), meningkatkan
pelayanan, memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan p ihak wisata, pengaturan dan promosi um um keluar negeri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir di seluruh daerah Indonesia terdapat potensi
pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
infrastruktur, meningkatkan kualitas pelayanan, dan sarana penunjang pariwisata
lainnya1.
Kegiatan pariwisata yang telah berjalan ini memberikan dampak yang
cukup signifikan di berbagai bidang, salah satunya bidang sosial. Saat ini banyak
orang yang sudah diuntungkan dengan adanya kegiatan pariwisata yang membuat
ritme kehidupan sosial masyarakat berubah. Dampak negatif yang muncul seiring
dengan berkembangnya kegiatan pariwisata salah satunya tindak kejahatan.
Tindak kejahatan merupakan penyimpangan sosial yang sering terjadi di kawasan
Malioboro khususnya pada kawasan pedagang kaki lima yang ramai dengan
transaski jual belinya. Wisatawan tentunya akan dirugikan terhadap adanya
kejahatan-kejahatan yang memungkinkan terjadi pada mereka. Hal ini akan
berpengaruh pada keamanan terhadap wisatawan. Jika wisatawan merasa tidak
aman, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Malioboro pun tentunya
menurun.
Malioboro sebagai salah satu primadona kawasan wisata yang terdapat di
Kota Yogyakarta selalu ramai oleh kunjungan wisatawan. Malioboro sudah
terkenal sejak dahulu sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan Kota
Yogyakarta serta wisata budaya yang didukung oleh adanya pertokoan, rumah
makan, pusat perbelanjaan, dan para pedagang kaki limanya yang menjajakan
berbagai barang khas Kota Yogyakarta. Keramaian dan semaraknya Malioboro
juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang
1 Wawancara peneliti dengan Ahmad Syamsudi, Staf Divisi Keamanan, Ketertiban Lalu Lintas UPT
Malioboro (50 tahun), PNS, Kota Yogyakarta pada 16 November 2015
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
jalan Malioboro menjajakan dagangannya. Hampir semua yang ditawarkan adalah
barang khas Yogyakarta sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Para
pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya di atas meja, gerobak
ada pula yang hanya menggelar plastik di lantai. Pemerintah Kota Yogyakarta
membenahi Kawasan Malioboro dalam hal pengembangan infrastruktur di
beberapa ruas jalan yang telah selesai pada akhir Desember 2015 dengan tujuan
wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Malioboro dapat merasa lebih nyaman .
Kawasan Malioboro dapat diakses secara mudah. Pada saat pengunjung
Malioboro cukup ramai, antarpengunjung akan saling berdesakan karena
sempitnya jalan bagi para pejalan kaki yang cukup padat dan banyaknya pedagang
di sisi kanan dan kiri yang menyebabkan kawasan Malioboro selalu hidup
sepanjang hari. Dibanding kawasan lain di Yogyakarta, Kawasan Malioboro lebih
ramai hingga malam hari.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu pusat kegiatan perekonomian yang
ada di Yogyakarta yang sudah memiliki citra sebagai kawasan wisata belanja,
sudah merupakan sebuah kewajiban jika Kawasan Malioboro selalu ditinjau dari
segi keamanan. Ada sebuah persepsi bahwa wisatawan yang datang ke Malioboro
sudah pasti akan membawa uang lebih yang biasanya digunakan untuk membeli
barang-barang untuk oleh-oleh atau souvenir yang tidak hanya digunakan oleh diri
sendiri namun juga terkadang dibagikan ke sanak saudara. Banyaknya orang yang
berlalu lalang menyebabkan sulitnya membedakan antara wisatawan dan pelaku
kejahatan. Tindak kejahatan yang paling sering terjadi di Malioboro yaitu
pencopetan.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Tabel 1. Data Jumlah Tindak Kejahatan Di Kawasan Malioboro
Pada Tahun 2014-2015
Nama Kepolisian
Sektor (Polsek)
Jumlah Kasus
Tahun 2014 Tahun 2015
Pencopetan/
Pencurian Penipuan
Pencopetan/
Pencurian Penipuan
Polsek Gedong
Tengen 0 1 2 0
Polsek Gondomanan 3 1 4 3
Polsek Danurejan 8 2 8 3
Jumlah Kasus 11 4 14 6
(Sumber: Polsek Gedong Tengen; Polsek Danurejan; Polsek Gondomanan, 2016)
Selain itu, kondisi lalu lintas di kawasan Malioboro yang sering macet
dikarenakan banyaknya wisatawan yang mengunjungi kawasan ini, menambah
ketidaknyamanan yang ada. Instansi yang dapat menangani kedua hal tersebut
adalah Direktorat Pengamanan Objek Vital (DITPAMOBVIT) atau yang lebih
sering dikenal oleh masyarakat dengan Polisi Pariwisata.
Tugas utama dari seorang polisi adalah melindungi, mengayomi, dan
melayani masyarakat. Yang membedakan Polisi Pariwisata dengan polisi pada
umumnya adalah polisi pariwisata memiliki tugas untuk melindungi, mengayom i,
dan melayani masyarakat di sekitar kawasan objek wisata karena wisatawan
berhak mendapatkan hak rasa aman dan nyaman ketika sedang melakukan
kegiatan wisata.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Standar pelayanan apakah yang digunakan oleh polisi pariwisata untuk
memberikan rasa aman kepada wisatawan domestik di kawasan
Malioboro?
2. Bagaimana tingkat rasa aman wisatawan domestik terhadap pelayanan
polisi pariwisata?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1) Mengetahui standar pelayanan yang digunakan oleh polisi pariwisata
untuk memberikan rasa aman kepada wisatawan domestik di kawasan
Malioboro.
2) Mengetahui pengaruh standar pelayanan yang digunakan polisi pariwisata
dan hubungannya dengan tingkat rasa aman pengunjung.
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan yang
mendalam mengenai kualitas dari pelayanan polisi pariwisata yang diberikan
kepada wisatawan di kawasan Malioboro Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
juga memberikan tambahan wawasan kepada mahasisw a di Program Studi
Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada mengenai tingkat rasa
aman wisatawan yang merupakan salah satu elemen dari Sapta Pesona yang
termuat dalam mata kuliah Hukum Pariwisata.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh
Direktorat Pengamanan Objek Vital (DITPAMOBVIT) di kalangan Kepolisian
Daerah DI Yogyakarta guna meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
kepada wisatawan agar stabilitas di bidang keamanan dan kenyamanan dapat
selalu diwujudkan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Suprayogin (2008) meneliti mengenai hubungan antara persepsi
profesionalisme polisi pariwisata dengan rasa aman pada wisatawan di
Yogyakarta. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan
mengenai profesionalisme yang diberikan oleh seorang polisi pariwisata.
Didapatkan hasil bahwa sebagian besar wisatawan merasa aman dengan adanya
polisi pariwisata yang profesional dalam menjalankan tugas dan perannya. Faktor
profesionalisme adalah kunci utama kesuksesan dalam menjalankan tugas yang
ada sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Rizki (2009) melakukan penelitian yang membahas mengenai peranan
polisi pariwisata dalam m emberikan perlindungan kepada wisatawan di
Yogyakarta. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai perlindungan-
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
perlindungan yang dibahas berdasarkan aspek hukum bagi wisatawan di wilayah
Kepolisian Daerah Yogyakarta. Tugas utama dari seorang aparat kepolisian
adalah memberikan pengayoman, pengamanan, dan pelayanan kepada
masyarakat. Peran Polisi Pariwisata ditunjukkan dengan penjagaan dan patroli di
kawasan wisata sehingga dapat meminimalisir tindak kejahatan yang dapat terjadi.
Penelitian berikutnya mengulas mengenai peran polisi pariwisata dalam
menanggulangi tindak kejahatan terhadap wisatawan di Yogyakarta yang ditulis
oleh Sagita (2006). Penelitian ini meninjau mengenai peran yang dilaksanakan
oleh polisi pariwisata dalam memberikan penyelesaian tindak kejatahan kepada
wisatawan yang ada di Kota Yogyakarta. Kesimpulan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa polisi pariwisata dapat berperan penting dalam proses
pencegahan serta penanganan kasus kejahatan kepada wisatawan. Tindak
kejahatan yang ada di kawasan wisata juga dapat berkurang dikarenakan adanya
fokus penjagaan di kawasan wisata.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Khalik (2014) yang mengkaji mengenai
keamanan dan kenyamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok .
Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor yang
memengaruhi kenyamanan dan keamanan, tingkat pemahaman masyarakat
tentang sadar wisata, serta partisipasi masyaraka t terhadap kenyamanan dan
keamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Hasil penelitian ini
mengemukakan bahwa faktor kenyamanan dan keamanan dipengaruhi oleh
tingkat pemahaman masyarakat yang rendah tentang sadar wisata melalui unsur
sapta pesona. Rendahnya pemahaman masyarakat menimbulkan faktor yang
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
memengaruhi kenyaman dan keamanan seperti faktor lingkungan dari aspek
pengelolaan parkir dan kebersihan lingkungan, faktor kegiatan ekonomi dari
aspek pedagang asongan dan penyedia jasa trasnportasi serta faktor akses
pariwisata pada aspek kondisi jalan yang rusak. Sebagai contoh jika di kawasan
tersebut terdapat tindak kejahatan dan masyarakat sekitar hanya memahaminya
sebagai tindak kejahatan yang sudah biasa terjadi di tempat ramai maka citra dari
kawasan wisata tersebut akan rusak dan tentunya akan berpengaruh ke keamanan
wisatawan dan berujung pada menurunnya jum lah kunjungan wisatawan ke
kawasan tersebut. Partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan
wisatawan tidak berfungsi secara optimal. Ini disebabkan oleh tidak sinkronnya
antarormas. Penelitian ini telah berhasil memberikan kontribusi tambahan
pemahaman yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan yang harus
dimiliki di suatu kawasan wisata.
Pada tahun 2010 saat Yogyakarta mengalami musibah meletusnya Gunung
Merapi tentunya membuat wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta mengalami
penurunan. Rasa takut untuk mengunjungi Yogyakarta tentunya selalu
menyelimuti perasaan wisatawan. Kinerja dari polisi pariwisata tentunya menjadi
sorotan utama pada saat itu. Crestamia (2013) melakukan penelitian yang
meninjau mengenai kinerja polisi pariwisata pascaerupsi Gunung Merapi.
Penelitian ini membahas mengenai strategi yang dilaksanakan oleh Ditpamobvit
Polda DI Yogyakarta untuk tetap memberikan pengaruh kepada wisatawan bahwa
Yogyakarta tetap aman untuk dikunjungi. Penelitian tersebut memberikan hasil
positif yaitu wisatawan terus meningkat pascaerupsi Gunung Merapi dikarenakan
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
faktor kinerja polisi pariwisata yang mengedapankan faktor pengamanan terhadap
wisatawan di objek wisata Gunung Merapi.
Novitaningtyas (2015) melakukan penelitian dengan topik kepuasan
wisatawan terhadap elemen dasar destinasi wisata di Museum Ullen Sentalu .
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan oleh wisatawan terhadap Museum Ullen Sentalu berbasis pada
elemen dasar destinasi wisata. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah
wisatawan merasa sangat puas terhadap elemen atraksi, citra, dan sumber daya
manusia. Pada elemen aksesibilitas, fasilitas, dan harga berada pada kategori puas.
Tolok ukur yang menjadi kepuasan wisatawan adalah kualitas yang terdapat pada
masing-masing elemen. Penelitian ini memiliki tujuan yang sama yaitu
mengetahui tingkat suatu kondisi psikologis yang dirasakan oleh wisatawan
terhadap salah satu bidang pariwisata. Dalam penelitian tersebut mengetahui
tingkat kepuasan wisatawan sedangkan pada penelitian yang penulis laksanakan
yaitu untuk mengetahui tingkat rasa aman wisatawan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keberhasilan polisi pariwisata
dalam menjalankan tugas dan perannya melalui alat ukur Prosedur Standar
Operasional. Keberhasilan yang dicapai dapat dilihat dari terwujudnya wisatawan
yang merasa aman, terlindungi, terayomi, dan terlayani terhadap kinerja dari polisi
pariwisata berdasarkan Prosedur Standar Operasional yang telah ditetapkan.
Keberhasilan polisi pariwisata dalam menjalankan tugasnya dapat dilihat ketika
wisatawan yang mengunjungi suatu kawasan wisata dapat mendapatkan rasa aman
dan terbebas dari segala mara bahaya yang memungkinkan untuk terjadi. Objek
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
dalam penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada memiliki kesamaan yaitu
polisi pariwisata di kawasan wisata Yogyakarta, khususnya kawasan Malioboro.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada ditinjau dari
alat ukur yang digunakan dalam menentukan tingkat rasa aman yang dirasakan
oleh polisi pariwisata. Prosedur Standar Operasional merupakan alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini.
1.6 Landasan Teori
Wisata menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi banyak orang
di era modern seperti saat ini. Wisata tidak lagi menjadi hal sulit karena
tersedianya berbagai macam kegiatan yang tergolong sebagai wisata yang dapat
dilakukan. Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 ayat 1) . Orang yang
melaksanakan kegiatan wisata selanjutnya disebut wisatawan. M enurut Cohen
(Ross, 1998: 5) wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan
atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja, dengan harapan mendapat
kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam
perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.
Kawasan Malioboro Yogyakarta tak pernah sepi dari kunjungan
wisatawan yang datang dari berbagai kalangan. Tak pandang usia, jenis kelamin,
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
pekerjaan, semua memadati ramainya suasana Malioboro. Terdapat wisatawan
domestik dan juga wisatawan mancanegara yang berasal dari berbagai penjuru
dunia. Menurut UN-WTO (Theobald, 2005: 18-19) via Pitana (2009: 51)
wisatawan domestik adalah residen atau penduduk yang mengunjungi atau
mengadakan perjalanan wisata dalam wilayah negaranya. Wisatawan domestik
yang datang ke Kawasan Malioboro datang dari seluruh penjuru Indonesia.
Keramaian yang ada di Kawasan Malioboro tentunya memicu berbagai
kesempatan negatif, di antaranya tindak kejahatan pencurian, pencopetan, dan
perbuatan tidak menyenangkan kepada wisatawan. Sudah seharusnya sebuah
kawasan wisata mengacu pada komponen utama pendukung destinasi wisata yang
layak untuk dikunjungi yaitu Sapta Pesona. Disebutkan secara berurutan ke tujuh
elemen Sapta Pesona yaitu Aman, Tertib, Bersih, Indah, Sejuk, Ramah Tamah,
dan Kenangan. Menelisik lebih jauh Sapta Pesona yang pertama yaitu A man,
wisatawan sudah tentu berhak mendapatkan rasa aman ketika mereka melakukan
kegiatan wisata. Sosok yang dapat menciptakan keadaan aman tersebut sejatinya
adalah seorang Polisi Pariwisata.
Polisi pariwisata berperan penting dalam terciptanya rasa aman dan
nyaman yang akan didapatkan oleh wisatawan. Rasa aman merupakan elemen
penting dari sebuah kebutuhan yang wajib didapatkan oleh wisatawan di kawasan
wisata. Rasa aman dan nyaman tersebut dapat menjadi sebuah tolok ukur dari
keberhasilan layanan yang diberikan oleh polisi pariwisata karena tugas utama
dari seorang polisi pariwisata adalah menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan
bagi seluruh masyarakat di kawasan wisata. Hal tersebut dapat diukur dari tingkat
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
rasa aman yang dirasakan oleh wisatawan. Hal ini berkorelasi dengan teori yang
dikemukakan oleh Maslow dengan Teori Hierarki (Ross, 1988: xiv) yang
digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow
Sumber: Ross, 1988
Konsep Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow merupakan
sebuah pernyataan-pernyataan mengenai kebutuhan yang harus didapat oleh
manusia. Maslow telah menguji konsep hierarki kebutuhan ini melal ui
pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan pengamatannya, didapat kesimpulan
bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dari beberapa kebutuhan -kebutuhan
lainnya. Sebagai contoh, individu dapat bertahan hidup dengan menahan lapar
beberapa hari, namun individu tidak dapat bertahan hidup jika m enahan haus
karena akan menyebabkan dehidrasi sehingga individu tersebut akan berusaha
untuk mencari air untuk menghilangkan dahaganya terlebih dahulu dan
mengesampingkan kebutuhan makan. Kebutuhan-kebutuhan fundamental yang
dikemukakan oleh Maslow telah dikerucutkan berdasarkan kepentingannya.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Setelah mengerucutkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, didapat hasil lima
komponen utama dari konsep hierarki kebutuhan oleh Maslow. Kelima hierarki
tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan
aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh setiap manusia yang meliputi kebutuhan untuk makan, minum,
tidur, oksigen, dan kebutuhan dasar lainnya. Keamanan merupakan hal penting
yang harus didapatkan oleh manusia setelah mereka dapat mencukupi
kebutuhannya. Maslow mengungkapkan jika seseorang manusia dewasa tidak
mendapatkan rasa aman ia akan bertingkah laku selayaknya anak kecil yang
sedang ketakutan. Yang ketiga yaitu kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih
sayang. Manusia harus memahami akan cinta, mampu mengajarkannya,
menciptakannya, dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan penuh dengan rasa
kebencian dan perumusuhan. Selanjutnya ada kebutuhan akan penghargaan.
Penghargaan tersebut meliputi penghargaan akan reputasi, apresiasi, martabat,
harga diri, prestasi, kom petensi, dan sebagainya. Jika manusia telah mampu
memenuhi kebutuhan untuk dihargai, maka mereka siap untuk memasuki gerban g
aktualisasi diri, kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan akan aktualisasi diri
akan melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi.
Keterkatian penelitian yang penulis lakukan dengan konsep hierarki
kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow yaitu mengacu pada kebutuhan rasa
aman. Kebutuhan rasa aman ini di antaranya aman secara fisik, kebebasan, dan
perlindungan dari daya-daya yang dapat mengancam seperti tindak kejahatan, rasa
cemas, bahaya, takut, dan sebagainya. Kebutuhan rasa aman diperlukan dalam
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
segala hal, termasuk ketika seseorang sedang melakukan kegiatan berwisata.
Pandora (2003) menjelaskan bahwa teori hierarki kebutuhan Maslow walaupun
berkembang dalam bidang psikologi klinis telah memiliki pengaruh sebagai teori
yang telah dikenal luas sebagai teori umum dalam mempelajari motivasi dan telah
diaplikasikan untuk menjelaskan motivasi dalam berbagai ilmu sosial serta
berbagai area lainnya seperti bisnis, pemasaran dan pariwisata. Selain itu, rasa
aman wisatawan juga dibahas dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 pada
bagian Konsep Sapta Pesona sebagai komponen utama pendukung terbentuknya
destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi, wisatawan berhak untuk
mendapatkan rasa aman dan terbebas dari tindak kejahatan selama berwisata. Hal
ini merupakan bagian dari Sapta Pesona yang pertama yaitu Aman. UNWTO
(2004) juga mengemukakan
“bahwa destinasi wisata di negara berkembang sudah saatnya untuk
memberikan alternatif berwisata dengan jaminan keselamatan dan rasa
aman bagi wisatawan selama berwisata”.
Kebutuhan akan rasa aman tidak selamanya bisa terpenuhi secara total,
seperti adanya bahaya akan bencana alam, kebakaran, hujan meteor, dan hal-hal
yang tidak dapat diprediksikan datangnya namun manusia tersebut dapat tetap
mengusahakan mendapat rasa aman bagi dirinya. Pada penelitian yang dilakukan,
penulis ingin mengidentifikasi tingkat rasa aman yang dirasakan oleh wisatawan
terhadap layanan yang diberikan oleh polisi pariwisata di kawasan wisata
Malioboro.
Untuk mewujudkan tingkat rasa aman yang dirasakan oleh wisatawan,
Polisi Pariwisata tentunya membutuhkan sebuah instrumen atau alat yang
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
digunakan sebagai acuan dalam menjalankan tugasnya. Tanpa adanya alat yang
digunakan sebagai tolok ukur tersebut, kinerja seorang polisi pariwisata menjadi
tidak terarah. Dalam menuju proses keberhasilan dari kinerja polisi pariwisata
tersebut, alat yang digunakan adalah Standard Operating Procedure (Prosedur
Standar Operasional).
“Written rules and standard operating procedures (SOPs) and unwritten
values and norms help to control behavior in organization. They specify
how an employee is to perform his or her organization role, and they set
forth the tasks and responsibilities associated with that role” (Jones, 2001:
49).
Pengertian yang diberikan oleh Jones dapat diartikan sebagai peraturan
tertulis dan prosedur standar operasional dan nilai dan norma yang tidak tertulis
membantu mengontrol perilaku dalam organisasi. Peraturan tersebut menentukan
bagaimana seorang anggota atau karyawan untuk berperan dalam organisasinya,
serta menetapkan tugas dan tanggungjawab yang berhubungan dengan perannya
tersebut. Istilah SOP telah muncul dalam pembahasan mengenai “Balancing
Standarization and Mutual Adjustment” dalam bukunya Organizational Theory.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka SOP merupakan bagian dari peraturan
tertulis yang membantu untuk mengontrol perilaku anggota organisasi. SOP
mengatur cara anggota untuk melakukan peran keorganisasiannya secara terus
menerus dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab organisasi. Dalam
pelaksanaan tugas keseharian, Direktorat Pengamanan Objek Vital juga memiliki
SOP sebagai acuan serta standar yang digunakan untuk mengamankan wisatawan
di kawasan wisata.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
1.7 Metode Penelitian
1) Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian mengenai tingkat rasa aman wisatawan terhadap
layanan polisi pariwisata adalah kawasan Malioboro sebagai objek
penelitian dan wisatawan domestik yang berkunjung ke ka wasan
Malioboro. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015
hingga pertengahan Maret 2016.
2) Metode pengumpulan data
Dari rumusan masalah deskriptif metode penelitian yang akan
digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian analisis statistik
deskriptif (Sugiyono, 2011: 404). Setelah mendapatkan data berdasarkan
jumlah sampel dalam sebuah populasi yang diambil untuk mengisi
kuesioner, kemudian digunakan data kualitatif untuk menjabarkan temuan
data. Kuesioner disebarkan di kawasan Malioboro mulai dari 5 Februari
2016 hingga 11 Februari 2016. Responden dipilih berdasarkan beberapa
kriteria, seperti pernah datang ke Malioboro lebih dari satu kali,
mengetahui perbedaan antara polisi pariwisata dengan po lisi tugas umum,
pernah melihat polisi pariwisata berjaga di pagi hari dan malam hari.
Tujuan dipilihnya responden berdasarkan kriteria tersebut agar mendapat
hasil yang objektif. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer2 yang berupa informasi yang diperoleh
langsung dari polisi pariwisata dan wisatawan domestik sebagai
2 Data Primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer yakni data asli,
informasi dari tangan pertama, atau responden.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
narasumber. Sedangkan data sekunder3 diperoleh dari perpustakaan terkait
informasi mengenai Malioboro, arsip-arsip mengenai polisi pariwisata
yang berasal dari Kepolisian Daerah DI Yogyakarta, situs internet, dan
juga data-data penunjang dari Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan
Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dengan cara studi pustaka
dilakukan sebagai acuan dalam proses penelitian. Studi pustaka
diperlukan untuk menunjang kelengkapan penulisan Bab 2 yang
membahas mengenai gambaran umum. Data didapatkan dari internet,
perpustakaan, serta jurnal yang terkait dengan objek yang diteliti. Studi
pustaka digunakan untuk mencari berbagai sumber mengenai polisi
pariwisata dan informasi mengenai Kawasan Malioboro. Informasi
mengenai Malioboro didapat dari buku-buku yang berada di
perpustakaan sedangkan informasi mengenai polisi pariwisata sebagian
besar didapat melalui laman web. Proses pengumpulan data dengan
mengumpulkan pustaka-pustaka tersebut dilaksanakan mulai bulan
November 2015 hingga Februari 2016.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara pengecekan terhadap kondisi
aktual dari polisi pariwisata dan wisatawan yang berada di kawasan
3 Data Sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara lamgsung melainkan dari pihak
ketiga.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
Malioboro. Observasi ini akan menggunakan cross check dari hasil
wawancara maupun kuesioner, berdasarkan kondisi nyata di lapangan.
Pengecekan dilakukan dalam kurun waktu lebih dari 4 bulan agar
mendapatkan hasil yang mendekati aktual dan sebenar-benarnya.
Observasi dilakukan di kawasan Malioboro dengan cara mengamati
kinerja dari polisi pariwisata yang tersebar dari ujung utara hi ngga
selatan. Observasi dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2014 hingga
Maret 2016.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung dengan narasumber yaitu polisi
pariwisata dengan maksud untuk mendapatkan dan menggali informasi
secara mendalam. Wawancara dilakukan dengan polisi pariwisata yang
berada di kantor Ditpamobvit Poda DI Yogyakarta, kantor Polresta
Yogyakarta, serta di pos polisi pariwisata yang berada di Kawasan
Malioboro. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada wisatawan
domestik yang berada di Kawasan Malioboro sebagai narasumber.
Tujuan wawancara kepada wisatawan pada dasarnya adalah sama yaitu
untuk menggali informasi secara mendalam. Selain itu, wawancara
juga dilakukan kepada wisatawan yang bertujuan yang sama.
Wawancara dengan polisi pariwisata dilaksanakan mulai bulan
November 2015 hingga Maret 2016 sedangkan wawancara dengan
wisatawan dilaksanakan pada bulan Februari 2016.
d. Angket atau kuesioner
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Pengambilan sampel dengan pembagian angket atau kuesioner
dilakukan dengan cara perhitungan menggunakan formula yang
dikembangkan Isac Michel (Siregar, 2014: 149) dikarenakan populasi
yang mengunjungi Kawasan Malioboro tidak diketahui jumlahnya .
Perhitungan jumlah sample dengan menggunakan metode Isac Michel
sebagai berikut:
⁄
n = jumlah sample
p = proporsi populasi
q = 1-p
Z = tingkat kepercayaan/signifikan
e = margin of error
Penghitungan jumlah sampel yang diambil:
Berdasarkan penelitian awal yang sudah dilakukan peneliti dengan
mewawancarai 10 orang wisatawan domestik untuk m enemukan
proporsi (p) wisatawan yang mengetahui keberadaan Polisi Pariwisata .
Hasil yang didapat adalah 4 dari 10 orang mengetahui adanya polisi
pariwisata sehingga didapat p adalah 0,4 dengan tingkat signifikansi
90% dan margin of error 10%.
α = 1 – 0,9 = 0,1
α/2 = 0,1/2 = 0,05
Z = 1-α/2 = 1 – 0,05 = 0,95 (dari distribusi normal 1,64)
p = 0,4
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
q = 1 – p = 1 – 0,4 = 0,6
e = 0,1
⁄
n = 65
Jadi, jumlah minimum sampel yang harus diambil adalah 65 orang.
Pada penelitian ini akan menggunakan jenis angket dengan pertanyaan
tertutup dan didukung dengan metode wawancara4. Jenis teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini yaitu non-random sampling. Menurut Herdiansyah
(2010: 105) teknik non-random sampling adalah metode pemilihan yang di setiap
individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk
terpilih. Selain itu penelitian ini juga mengambil sampel dengan spesifikasi
purposive sampling. Pengambilan data dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan pertimbangan sampel responden yang mengunjungi Kawasan
Malioboro sudah mengetahui adanya Polisi Pariwisata yang melakukan penjagaan
dan pengamanan di Kawasan Malioboro (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 75).
Pernyataan pada kuesioner berasal dari 8 butir SOP yang dijabarkan menjadi 20
pernyataan.
4 Jenis angket atau kuesioner terbagi menjadi 2, yaitu angket terbuka (bentuk pertanyaan
dijawab dengan uraian atau jaw aban singkat) dan angket tertutup (bentuk pertanyaan dijawab
dengan jawaban ya, tidak,pilihan ganda, skala penilaian , dan daftar cek).
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
3) Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode analisis statistik deskriptif. Setelah data diperoleh dengan
menggunakan kuesioner dan didukung dengan wawancara kepada
beberapa responden, data tersebut diolah menjadi bentuk tabulasi
kemudian dideskripsikan menjadi inf ormasi mengenai tingkat rasa aman
wisatawan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000: 178-179). Tahapan analisis
data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (editing)
Pada tahap ini data hasil kuesioner diperiksa kelengkapan
pengisiannya dari seluruh pertanyaan. Selanjutnya pemeriksaan untuk
memastikan bahwa tidak ada pertanyaan yang terlewat untuk dijawab.
Melalui pemeriksaan data (editing) diharapkan dapat meningkatkan
reliabilitas data yang akan dianalisis (Koentjaraningrat, 1981: 330-331).
Pada tahap pemeriksaan, peneliti memeriksa kelengkapan dari
kuesioner yang telah diisi oleh responden (wisatawan domestik).
Pengecekan dilaksanakan dari pertanyaan kues ioner tertutup yang
berjumlah 20 butir pertanyaan dan harus diisi seluruhnya. Jika terdapat
pertanyaan yang terlewatkan, kuesioner dari responden tersebut
dinyatakan tidak valid dan tidak dapat diproses ke tahap selanjutnya.
Sedangkan pertanyaan pada kuesioner terbuka, responden tidak
diwajibkan untuk menjawabnya karena pertanyaan hanya berbentuk
saran.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
b. Pengelompokan Data (koding)
Data yang sudah selesai diperiksa kemudian dikelompokkan
berdasarkan kategori jawaban dan ditandai dengan kode (koding). Lalu
setiap kategori jawaban diberi kode, dengan r incian untuk jawaban
sangat setuju diberi kode 5, setuju diberi kode 4, ragu-ragu diberi kode
3, tidak setuju diberi kode 2, dan sangat tidak setuju diberi kode 1.
Tujuan dilakukannya koding untuk memudahkan dalam menghitung
frekuensi dari setiap kategori (Koentjaraningrat, 1981: 332).
c. Tabulasi
Data yang sudah diperiksa dan dikoding kemudian dihitung
frekuensinya menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.
Setelah diketahui frekuensi dari masing-masing kategori jawaban pada
setiap pertanyaan, kemudian dicari nilai rata -ratanya (mean). Hasil
frekuensi akan disajikan dalam bentuk grafik, sementara hasil rata -rata
akan disajikan dalam bentuk tabel (Koentjaraningrat, 1981: 342).
Hasil rata-rata yang diperoleh tidak selalu memiliki nilai bulat.
Oleh karena itu diperlukan adanya kelas interval sesuai jum lah kelas
yang diperlukan. Adapun jumlah kelas nyang diperluka n adalah 5 kelas,
yang disesuaikan dengan kategori jawaban berdasarkan skala Likert 5
tingkatan (Siregar, 2014: 138-140). Penentuan nilai kelas interval dapat
dihitung dengan cara berikut:
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
Ci adalah kelas interval yang dicari, kisaran (range) adalah selisih
antara skor tertinggi dengan terendah, dan K adalah jum lah kelas yang
diinginkan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai kelas interval adalah
0,8. Sehingga dapat ditentukan bahwa tingkat kepuasan pada setiap
kategori adalah berikut:
Tabel 2. Kategori Tingkat Rasa Aman Wisatawan Domestik Terhadap
Layanan Polisi Pariwisata di Kawasan Malioboro
SKOR KATEGORI KISARAN SKOR
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1,1 – 1,8
2 Tidak Setuju (TS) 1,9 – 2,6
3 Ragu-ragu (R) 2,7 – 3,4
4 Setuju (S) 3,5 – 4,2
5 Sangat Setuju (SS) 4,3 – 5,0
d. Analisis ke arah pembuatan deskripsi
Data yang sudah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
kemudian diberi analisis deskriptif. Pada bagian ini, analisis
deskriptif didapatkan melalui hasil kuesioner yang diisi oleh
responden yaitu wisatawan domestik yang bertujuan untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas di setiap bagian . Hasil dari
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
ke-20 pertanyaan tersebut, diolah dalam bentuk grafik dan tabel
serta disajikan secara deskripsi untuk analisisnya. Analisis
deskriptif akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
tingkat rasa aman wisatawan domestik terhadap layanan yang
diberikan oleh polisi pariwisata (Koentjaraningrat, 1981: 346).
1.8 Sistematika Penulisan
Penyajian hasil penelitian disusun dan diuraikan ke dalam empat BAB
yang dirinci sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian, alasan penentuan tema
dan rumusan masalah mengenai kualitas layanan yang diberi kan polisi pariwisata
kepada wisatawan domestik di kawasan Malioboro Yogyakarta. Tujuan Penelitian
memberikan batasan pada tingkat rasa aman wisatawan dan layanan polisi
pariwisata. Tinjauan Pustaka memuat uraian sistematis penelitian sebelumnya
untuk melihat keaslian penelitian ini. Landasan teori merupakan pisau analisis
untuk mengkaji dan menjawab rumusan masalah. Metode penelitian menjabarkan
kerangka kerja sistematis dalam pelaksanaan penelitian.
BAB II GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum Kawasan Malioboro yang meliputi
sejarah, orientasi wilayah, dan pengelola. Serta membahas mengenai profil Polisi
Pariwisata, sejarah berdirinya Polisi Pariwisata, struktur organisasi Polisi
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
Pariwisata, pembagian tugas Polisi Pariwisata, serta kegiatan -kegiatan yang
dilaksanakan oleh Polisi Pariwisata.
BAB III PEMBAHASAN
Berisi mengenai pembahasan standar yang digunakan polisi pariwisata
dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan domestik dan mengukur tingkat
rasa aman wisatawan berdasarkan layanan yang diberikan yang dianalisis melalui
data kuesioner yang mengacu pada Prosedur Operasional Standar.
BAB IV PENUTUP
Menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang diberikan penulis
terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas
layanan polisi pariwisata di kawasan Malioboro Yogyakarta, serta kesesuaian
dengan hipotesis awal dengan hasil dari penelitian tersebut.
ANALISIS TINGKAT RASA AMAN WISATAWAN DOMESTIK TERHADAP LAYANAN POLISIPARIWISATA DI KAWASANMALIOBORO YOGYAKARTASAKTI ANUGERAH PRATAMAUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/