bab i pendahuluan 1.1. latar...

67
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekolah merupakan wahana bagi siswa untuk menempa diri bagi siswa dalam menggapai masa depan yang lebih baik. Sekolah menjadi pintu masuk bagi siswa untuk mengenali dunia yang lebih luas, terutama memasuki era global. Seperti diketahui bahwa era globalisasi tak lepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), salah satunya adalah dalam bentuk media baru. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk media baru ini membawa berbagai dampak dalam kehidupan. Akibat hadirnya media baru yang menciptakan kemudahan dan meniadakan batas antara ruang dan waktu, maka tidak dapat dielakkan terjadinya perubahan mode komunikasi yang pada akhirnya mengubah gaya hidup masyarakat. Dalam konteks perkembangan media baru, maka interaksi antar manusia dengan teknologi jenis ini tidak dapat dielakkan. Salah satu kelompok yang paling aktif sebagai pengguna media baru adalah remaja. Pola interaksi anak dan remaja dalam menggunakan media pada masa kini, harus dilihat dalam perspektif yang berbeda. Dalam hal ini perlu diperhatikan konteks peran mereka sebagai kreator, penghubung, komunikator, dan kolaborator - daripada sekadar sebagai konsumen media.

Upload: dotruc

Post on 03-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sekolah merupakan wahana bagi siswa untuk menempa diri bagi

siswa dalam menggapai masa depan yang lebih baik. Sekolah menjadi

pintu masuk bagi siswa untuk mengenali dunia yang lebih luas, terutama

memasuki era global. Seperti diketahui bahwa era globalisasi tak lepas dari

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), salah satunya

adalah dalam bentuk media baru. Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi dalam bentuk media baru ini membawa berbagai dampak

dalam kehidupan. Akibat hadirnya media baru yang menciptakan

kemudahan dan meniadakan batas antara ruang dan waktu, maka tidak

dapat dielakkan terjadinya perubahan mode komunikasi yang pada

akhirnya mengubah gaya hidup masyarakat.

Dalam konteks perkembangan media baru, maka interaksi antar

manusia dengan teknologi jenis ini tidak dapat dielakkan. Salah satu

kelompok yang paling aktif sebagai pengguna media baru adalah remaja.

Pola interaksi anak dan remaja dalam menggunakan media pada masa kini,

harus dilihat dalam perspektif yang berbeda. Dalam hal ini perlu

diperhatikan konteks peran mereka sebagai kreator, penghubung,

komunikator, dan kolaborator - daripada sekadar sebagai konsumen media.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

2

Remaja dewasa merupakan salah satu kelompok yang

dikategorikan sebagai digital native, yaitu generasi internet, digital

generation, atau para millenials. John Palfrey dan Urs Gasser (2008) lebih

jauh menjabarkan karakteristik digital natives sebagai sosok-sosok yang

lahir setelah tahun 1980 (era digital), ketika teknologi digital seperti usenet

dan bulletin board system hadir secara daring. Generasi ini mengakses

teknologi jejaring digital, serta memiliki keterampilan dan pengetahuan

tentang komputer (YPMA, 2011).

Hasil penelitian YPMA yang diberi judul "Internet Dalam

Kehidupan Remaja" mengungkapkan pola penggunaan Internet pada

remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa

sekolah menengah pertama dan atas di Depok Jawa Barat pada awal Maret

2011, didapatkan hasil bahwa para siswa yang merupakan digital natives

di kota Depok mulai mengenal Internet sejak mereka berada di Sekolah

Dasar terutama di kelas 4 sampai kelas 6. Orangtua, keluarga (kakak, om,

tante, dan saudara sepupu), serta guru berperan dalam mengenalkan

Internet kepada mereka, kendati ada yang belajar sendiri.

Mereka mencari informasi mengenal Internet di media cetak baik

majalah ataupun buku dan kemudian mempraktekkannya sendiri. Untuk

berselancar di dunia maya, para digital natives itu menggunakan perangkat

seperti personal computer (PC), laptop, handphone, atau BlackBerry.

Namun, dalam hasil pengolahan data survei diperoleh hasil bahwa

mayoritas digital natives mengkases Internet menggunakan personal

komputer. Sebagain besar siswa yang menjadi responden memiliki akses

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

3

Internet di rumahnya, maka mereka menggunakan PC dan laptop di rumah

masing-masing. Jumlah siswa yang pergi ke warnet jauh lebih sedikit.

Situs yang sering diakses oleh para digital natives adalah

Facebook, Twitter, Youtube, Google, dan situs-situ games online. Namun,

yang menjadi favorit mereka adalah Twitter. Melalui situs jejaring sosial

ini para digital natives mengaku sering melakukan aktivitas seperti: update

status (tweeting), re-tweet, mention, direct message, dan follow. Situs

kedua yang menjadi favorit para digital natives ini adalah Facebook.

Aktivitas yang sering mereka lakukan di situs jejaring sosial ini antara lain

memantau newsfeed, berkomunikasi melalui fitur wall to wall atau

comment, mengunggah foto dan melakukan photo tagging, bermain game,

dan mengisi permainan dalam bentuk kuis seperti ‘interview friend'.

Kenyataannya, pada saat sekarang ini, internet tidak hanya

digunakan oleh orang yang berada di perkotaan. Pada saat ini, internet

telah tersebar dan dapat diakses oleh orang yang berada di pedesaan.

Kebutuhan akses internet ini juga telah disadari oleh sekolah-sekolah,

utamanya adakah sekolah menengah atas. Sekolah telah menyadari peran

internet dalam menunjang kebutuhan belajar, informasi, dan komunikasi.

Dukungan dari lembanga pendidikan tentunya juga berperan penting untuk

menunjang pengetahuan siswa terhadap kemajuan TIK mengingat sarana

dan prasarana yang tidak disediakan secara memadai seperti di wilayah

perkotaan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

4

Salah satu lembaga pendidikan yang berada di daerah pedesaan

yang mendukung kemajuan TIK (Teknologi Informasi dan komunikasi)

adalah SMAN 1 Patuk Gunung Kidul. SMAN 1 Patuk adalah SMA yang

berada di pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendukung

kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, dengan

menyediakan wifi di sekolah dan fasilitas komputer untuk siswanya pihak

sekolah mengharapkan agar siswa lebih dekat dengan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi. Tujuan mendekatkan siswa dengan internet

juga terlihat dari beberapa tugas yang diberikan kepada siswa untuk

mencari informasi melalui internet serta aktifitas siswa menggunakan

internet sebagai wahana pencari informasi, berita, dan komunikasi.

Aktifitas remaja dalam berinternet tersebut menimbulkan

kekhawatiran apabila tidak disertasi dengan pengetahuan penggunaan

internet yang sehat. Pengetahuan siswa tentang penggunaan internet dan

dampak penggunaan internet yang salah sebagai media pencari informasi

menjadi penting. Di era informasi seperti saat ini, siapa saja bisa

mengakses internet kemudian mereka dapat menyebarkan informasi atau

konten tanpa melalui proses penyaringan (Gatekeepers). Hal tersebut

disebabkan karena banyak informasi yang disediakan di internet tidak

bertanggung jawab dan tidak memiliki kredibilitas.

Sulitnya pengawasan terhadap konten yang tersebar dalam internet

mengharuskan pengguna internet untuk memiliki kemampuan literasi. Hal

tersebut disebabkan karena internet yang telah menjadi sumber penunjang

aktifitas belajar mengajar di sekolah menyediakan jutaan informasi yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

5

memerlukan kecerdasan dan kebijaksanaan penggunanya. Oleh karena itu,

kompetensi literasi media bagi siswa menjadi penting, agar mereka siap

menghadapi tantangan di era banjir informasi seperti sekarang ini.

Berbeda dengan media konvensional, dalam menghadapi media baru,

hubungan manusia dengan media tidak berlangsung hanya satu arah,

melainkan bias dua arah. Di sinilah kedudukan kompeten literasi terhadap

media baru sangat dibutuhkan.

Pada dasarnya literasi media baru merupakan pengembangan dari

model literasi media konvensional. Kehadiran unsur partisipasi,

interaktivitas, kreasi konten media yang dihadirkan bersamaan dengan

kehadiran media baru membuat pengguna tidak sekedar pengguna media,

tetapi sekaligus juga dapat pemroduksi konten media. Oleh karena itu,

maka pengertian dan batasan mengenai literasi media baru menjadi

berkembang jauh.

Dalam literasi media baru terdapat unsur-unsur yang menonjol

yaitu kemampuan akses, analisis isi, evaluasi, membandingkan, induksi,

deduksi, sintesis dan abstrak (Potter, 2005: 18). Sementara dalam Europe

Commission disebutkan bahwa dalam literasi media dapat dilihat dengan

menakankan pada komponen kemampuan komunikasi dan partisipasi

pengguna dalam memanfaatkan media (Paolo Celot, 2008:44).

Seseorang yang memiliki kemampuan literasi media akan dapat

membedakan yang real dan informasi yang di konstruksi oleh media,

kemudian seseorang yang terliterasi akan mendapatkan hal yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

6

diinginkannya tanpa terganggu dengan pesan-pesan yang berbahaya

lainnya, pada intinya seseorang yang terliterasi tidak mudah di arahkan

oleh media (Potter, 2011:9). Singkatnya, literasi media merupakan

perspektif dimana kita dihadapkan dan mengungkapkan diri kita kepada

pesan-pesan yang diperoleh (Baran., Davis. 2014).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti teratarik untuk melihat

bagaimana kompetensi literasi media baru di kalangan remaja di wilayah

pedesaan. Penelitian ini mengambil judul "Kompetensi Literasi Media

Baru di kalangan remaja Pedesaan (Studi tentang ompetensi Literasi

Media Baru pada siswa SMA Negeri 1 Patuk- Gunungkidul )".

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Kompetensi

Literasi Media Baru Siswa SMAN 1 Patuk Gunung Kidul?"

1.3. PEMBATASAN PENELITAN

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang

dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat

pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

7

1.3.1. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang akan mengkaji

kompetensi literasi media baru pada Siswa SMAN 1 Patuk yang berada di

wilayah pedesaan.

1.3.2. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Patuk, Gunungkidul.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kompetensi literasi media baru siswa SMAN 1 Patuk Gunung Kidul. Oleh

karena itu, penelitian ini akan melihat bagaimana kemampuan literasi

media baru yang dimiliki oleh siswa SMAN 1 Patuk Gunung Kidul.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dihadapan dari penelitian ini adalah:

1.5.1. Secara Praktis, temuan-temuan dari hasil penelitian ini sekiranya menjadi

sumbangan berharga sekaligus pengkayaan materi dalam pembangunan

khazanah keilmuan komunikasi.

1.5.2. Secara Praktis, penelitian ini sekiranya dapat dijadikan bahan rujukan atau

pedoman bagi orang tua dan institusi pendidikan untuk dapat

memperhatikan remaja atau siswa dalam pemanfaatan Internet dengan

baik.

1.5.3. Terakhir, penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi peneliti

berikutnya yang tertarik untuk meneliti kajain media baru, khsusnya dalam

konteks kompetensi literasi media baru.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

8

1.6. KERANGKA PEMIKIRAN

1.6.1 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai literasi media baru telah banyak dilakukan

oleh peneliti terdahulu namun penelitian tersebut tidak sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Beberapa penelitian yang pernah

dilakukan yaitu: Pertama, Noneng Sumiaty dan Neti Sumiaty (2014).

Penelitian ini membahas mengenai Literasi Internet pada Siswa Sekolah

Menengah Pertama (2014), penelitian tersebut menggunakan teori Ciolek

Matthew tentang pemahaman dan penguasaan internet yang terdiri dari:

basic skill, moderate skill, dan advanced skill. Hasil dari penelitian

tersebut Sebagian besar siswa SMPN 8 hanya menguasai dan memahami

tingkat dasar saja artinya memahami dan menguasai dasar tentang internet

seperti mengunduh, mengirim/menerima email pribadi, menyelesaikan

survey online, menggunakan chat room, menggunakan group/milis news,

melakukan online banking, berpartisipasi dalam telepon internet, mencari-

cari informasi secara online, berpartisipasi dalam konferensi video dan

bermain game multi- user online.

Penelitian Noneng Sumiaty dan Neti Sumiaty (2014) ini memiliki

keterbatasan dalam melihat literasi internet atau media baru, yakni ketika

kita berbicara tentang Internet maka aktifitas yang ditunjukan oleh siswa

yang menjadi objek penelitian salah satunya mencari informasi secara

online, maka penting untuk menelisik kemampuan kritikal mereka dalam

melihat informasi tersebut.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

9

Kedua, penelitian berikutnya dilakukan oleh Muhamad Nurur Rijal

(2015) dengan judul Tingkat Kemampuan Literasi Media Baru Mahasiswa

Universitas Riau. Jenis penelitian tersbut adalah deskriptif kuanitatif

dengan metode survey, dan total responden sebanyak total 291 responden.

Teori yang digunakan untuk mengukur tingkat literasi media di ambil dari

Individual Competence Framework oleh Europe Comission. Hasil

penelitian ini adalah kemampuan literasi media baru mahasiswa

Universitas Riau untuk criteria use Skills berada pada tingkat kemampuan

kategori basic, sementara itu criteria kemampuan critical understanding

dan criteria kemampuan media baru communicative abilities mahasiswa

Universitas Riau berada pada kategori kemampuan medium.

Ketiga, penelitian yang dilakukan Arif (2013) mengenai Tingkat

Literasi Media Berbasis Kompetensi Individual Mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam

penelitian ini, Arif mengkaji dengan metode deskriptif kuantitif. Hasil

penelitian menunjukkan; pertama kemampuan mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dalam mengoperasikan media cukup tinggi

dengan prosentase 67%-71%, kemampuan menganalisis dan mengevaluasi

konten media juga cukup bagus dengan kisaran prosentase tertinggi antara

21% - 68%, serta aktif dalam memproduksi konten media dan

berpartisipasi secara social dengan kisaran prosentase tertinggi antara 20%

-85%, maka kemampuan literasi media mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi secara umum berada pada level medium atau menengah.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

10

Penelitian kedua oleh Muhamad Nurur Rijal (2015) dan kedua oleh

Arif (2013) menyunting teori dari penelitian Individual Competence

Framework oleh Europe Comission (2009) yang mana teori tersebut juga

menjadi pijakan pada penelitian ini, namun penelitian ini menggunakan

metode kualitatif maka temuan dalam penelitian ini dapat lebih dalam

mengeksplor mengenai literasi media baru.

Keempat, penelitian yang dilakukan Gracia Rachmi Adiarsi;

Yolanda Stellarosa; dan Martha Warta Silaban (2015) dengan judul

Literasi Media Internet Di Kalangan Mahasiswa. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan Internet sehubungan

dengan literasi media dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif,

dan pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD) kepada

mahasiswa universitas swasta di Jakarta yang mengakses Internet lebih

dari 5 jam per hari dan kurang dari 5 jam per hari. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah literasi media. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mahasiswa yang mengakses Internet di bawah 5 jam per hari

umumnya sudah sibuk dengan pekerjaannya dan tidak terlalu intens

menggunakan media Internet baik melalui smartphone maupun komputer.

Berbeda dengan mahasiswa yang mengakses Internet di atas 5 jam per

hari, hampir setiap saat mereka menggunakan Internet untuk media sosial

dan pesan instan (instant messenger) melalui ponsel pintarnya

(smartphone).Sikap kritis terhadap pesan media yang dikonsumsi oleh

para narasumber tergantung dari informasi yang menarik perhatian

mereka.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

11

Penelitian oleh Gracia Rachmi Adiarsi; Yolanda Stellarosa; dan

Martha Warta Silaban (2015) dan beberapa penelitian sebelumnya

dilakukan terhadap mahasiswa, pada penelitian ini yang menjadi objek

adalah remaja lebih tepatnya siswa sma di wilayah pedesaan yang mana

penelitian sebelumnya penelitian terdahulu belum ada peneliti yang

melihat kompetensi literasi media baru khususnya pada remaja pedesaan.

1.6.2 LITERASI MEDIA BARU

Literasi media menjadi isu yang sangat di perhatikan dalam dekade

terakhir, hal tersebut mengingatkan pada pesatnya pertumbuhan media.

Seperti yang di ungkapkan oleh William Christ dan W. james Porter

(Baran, Davis. 2014: 420) bahwa media terkonstruksi, media

mengkonstruksi realitas, audiens menegosiasikan makna, pesan memiliki

dampak komersial, media memuat pesan ideologis dan nilai-nilai, media

memuat implikasi sosial politik, bentuk dan isi merepresentasikan pesan

media, serta setiap media memiliki bentuk estetika yang unik memberikan

alasan mengapa konsep literasi media ini lahir.

Literasi media adalah "A set of perspectives that we actively expose

ourselves to the media to interpret the meaning of the messages we

encounter. We build our perspectives from knowledge structures" (Potter.

2011:19), yang artinya adalah satu set perspektif yang aktif kita gunakan

untuk membuka diri kepada media untuk menafsirkan makna pesan yang

kita hadapi. Kita membangun perspektif kita dari struktur pengetahuan,

Untuk membangun struktur pengetahuan kita, kita perlu alat dan bahan

baku. Alat-alat adalah keterampilan kita. bahan baku adalah informasi dari

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

12

media dan dari dunia nyata. aktif menggunakan berarti bahwa kita sadar

akan pesan dan berinteraksi dengan mereka secara sadar (Potter. 2011:19).

Mengacu pada pendapat di atas, maka dalam pengertian literasi

media termasuk di dalamnya adalah persepektif yang harus dimiliki oleh

setiap orang yang menggunakan media. Perspektif itu terbentuk melalui

struktur pengetahuan, yakni seperangkan informasi yang terorganisasi

dalam memori seseorang dan terbentuk secara sistematis dalam waktu

yang lama. Struktur membantu seseorang dalam melihat pola. Semakin

banyak struktur pengetahuan dimiliki seseorang, akan dapat meningkatkan

rasa percaya dirinya dalam memaknai berbagai pesan media. Dengan

struktur pengetahuan yang berkembang, seseorang dapat memahami

seluruh rentang isu media, dan dapat memahami mengapa media memiliki

atau tidak memiliki kecenderungan tertentu.

Sementara itu, European Comission (2008) mendefinisikan literasi

media sebagai berikut:

"Literasi media may be defined as the ability to access, analyse

and evaluate the power of images, sounds and messages which we

are now being confronted with on a daily basis and are an

important part of our contemporary culture, as well as to

communicate competently in media available on a personal basis.

Literasi media relates to all media, including television and film,

radio and recorded music, print media, the Internet and other new

digital communication technologies"

Berdasarkan definisi tersebut di atas, ditekankan bahwa literasi

media mencakup tiga bidang yaitu literasi media bermakna memiliki akses

ke media, menganalisis media, dan mengevaluasi media. memahami media

serta menciptakan dan mengekspresikan diri untuk menggunakan media.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

13

Selanjutnya, dalam Eropean Comission dikembangkan tentang struktur

literasi media yaitu terdiri atas (2009):

1. Perhatian Pribadi (Personal Locus), yaitu Perhatian Pribadi adalah

tujuan dan motivasi kita dalam mengonsumsi media. Semakin kuat

perhatian yang kita miliki secara pribadi maka semakin kritis kita

dalam memilah dan memilih isi siaran. Aktif dalam menyadari

perhatian pribadi kita terhadap terpaan media (media exposure). Lokus

akan bekerja dalam dua keadaan, yaitu sadar (conscious) dan bawah

sadar (subconscious).

2. Struktur Pengetahuan (Knowlage Structure). Struktur pengetahuan

dibentuk melalui proses filterisasi dan kodifikasi yang lama dan dapat

dipanggil kembali (recall) dalam bentuk pengetahuan, sikap, perilaku.

kita harus dapat membedakan apa yang disebut pesan (message),

informasi faktual (factual information), dan informasi sosial (sosial

information). Struktur pengetahuan tersebut terbagi menjadi lima area,

yaitu: efek media, isi media, industry media, dunia nyata, dan diri

sendiri.

3. Kemampuan Diri (Skill), yaitu: Analisa, Evaluasi, mengelompokkan,

Induksi, Menguraikan, Deduksi, dan Sintesa.

Hadirnya media baru yang tidak terlepas dari kelahiran internet

(Abrar, 2003: 37), memfalitasi individu untuk menjelajahi dunia yang

lebih luas dimana informasi dan koneksi tersedia tanpa batas, serta

kehadiran teknologi yang menunjangnya (komputer, hp, dll) menuntut

individu untuk memiliki keahlian tambahan agar dapat menggunakan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

14

teknologi komunikasi dan informasi (TIK) secara efektif (Europe

Commission tahun. 2012).

Keahlian tambahan yang disebut sebelumnya dinamai Kompetensi

digital oleh Europe Commission (2012) dikonsepkan menjadi tiga bagian

yaitu faktor lingkungan, kompetensi individual, dan prilaku personal.

Faktor lingkungan yang terdiri dari akses ke TIK, hali ini sebagai dasar

utama untuk menjadi digital kompeten. Akses ke TIK tidak hanya akses ke

komputer dan internet namun juga perangkat lainnya seperti tablet, Hp,

dan lain-lain. Akse ke TIK menurut PBB menjadi hak azazi manusia dan

prioritas untuk semua negara mengingat bahwa internet telah menjadi alat

yang sangat diperlukan untuk mewujudkan berbagai hak asasi manusia,

memerangi ketidakadilan, dan mempercepat pembangunan dan progress.

Selanjutnya kompetensi Individual yang terdiri dari keterampilan

komputer dan internet yang merupakan bentuk dasar untuk penggunaan

fungsional TIK, khususnya komputer dan internet, adapun elemen dari

keterampilan komputer yakni;

1. Dapat meng-copy dan memindahkan file atau folder

2. Dapat mengirimkan file ke flashdisc

3. menggunakan aplikasi Powerpoint

4. menggunakan aplikasi Excel

5. mengecilkan format data

6. menyambungkan dan menginstal modem

7. dapat meng-update, meng-instal software

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

15

8. Memodifikasi atau memverifikasi parameter konfigurasi aplikasi

perangkat lunak

9. Menulis sebuah program komputer dengan menggunakan bahasa

pemrograman khusus

Keterampilan berinternet

1. Dapat menggunakana mesin pencari untuk menemukan informasi

2. Mengirimkan file melalui email

3. Mengirimkan pesan ke dalam chatroom (WA, BBM, YM, dll).

4. Menggunakan internet untuk melakukan panggilan

5. Mengunggah dan mengambil musik, gambar, tulisan, film, atau music

6. mengambil musik, gambar, tulisan, film, atau music dari website

7. membuat Blog

8. Mengubah pengaturan keamanan browser internet

Keterampilan berkomputer dan berinternet memiliki kategori level

rendah jika hanya dapat menggunakan 1-2 dari kategori di atas , menengah

jika dapat menggunakan 3-4 dari kategori di atas dan tinggi jika dapat

menggunakan 5- lebih dari kategori di atas. Selanjutnya dalam kompetensi

individu terdapat aktif dalam menggunakan aplikasi untuk aspek

kehidupan, maksudnya keguanaan internet sebagai alat utama melakukan

berbagai aktifitas sehari hari untuk kebutuhan yang berbagai macam ragam

dalam kebutuhan tersebut membutuhkan keterampilan berinternet.

Terakhir sikap pribadi yang mengacu pada dimana individu menggunakan

TIK.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

16

Beberapa elemen kompetensi digital dapat menjadi dasar dalam

langkah pertama menuju terlitersasi pada era media baru "internet"

sebagaimana yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka merujuk pada

maka konsep literasi media baru yang berkaitan dengan internet yaitu

kemampuan dalam mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan

pembuatan isi pesan (Livingstone. 2004). Adapun penjelasan lebih jauh

mengenai literasi media oleh livingstone ini, yaitu:

1. Akses adalah proses sosial yang dinamis, bukan semata berbicara

ketersediaan. Kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan alat

(komputer) secara signifikan dalam pengoperasian alat tersebut,

misalnya updating, upgrading, extanding, hardware dan aplikasi

perangkat lunak.

2. Analisis adalah Keterlibatan masyarakat dengan media, baik cetak

maupun audiovisual telah menghasilkan berbagai pendapat. Pendapat

sangat bergantung pada Pemahaman masyarakat terhadap lembaga,

kategori, teknologi, bahasa, representasi dan khalayak media tertentu.

3. Evaluasi adalah mengedepankan nilai nilai demokratis. Kemampuan

evaluasi terhadap media dimaksudkan pada hal hal kritis terhadap

estetika, politik, ideologi, dan ekonomi. Hal evaluasi ini bukan pada

tindakan menjustifikasi Media ataupun konten Media.

4. Dalam pembuatan isi pesan , Sonia berpendapat bahwa kemampuan

membuat Pesan, bagian dari Respon terhadap isi media adalah bagian

dari komponen tingkat media literasi. Walaupun tidak sebagai

persyaratan mutlak seperti membuat, memproduksi teks-teks simbolik.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

17

Perkembangan internet yang di dalamnya juga tumbuh fitur-fitur

komunikasi seperti jejaringan sosial yang merubah konsep khalayak

Internet seperti peran khalayak menjadi konsumen sekaligus menjadi

produsen (Berry. 2006), ikut menjadi perhatian dalam konsep literasi

media baru. Jenkins, H., Clinton, K., Purushatma, R., Robison, A. &

Weigel, M (2009) yang menyinggung mengenai budaya partisif. Budaya

partisipatif yakni, Afiliasi (keanggotaan, formal dan informal, dalam

komunitas online seperti Facebook); ekspresi (memproduksi bentuk kreatif

baru, seperti sebagai sampel digital, kipas videomaking, kipas menulis

fiksi, zine, mash-up); kolaboratif pemecahan masalah (bekerja sama dalam

tim, resmi dan informal, untuk menyelesaikan tugas dan mengembangkan

pengetahuan baru seperti Wikipedia); sirkulasi (membentuk aliran media

seperti podcasting, blogging).

Kemapuan dalam literasi media yang berhubungan dengan

teknologi, komunikasi dan informasi atau internet banyak peneliti

menambahkan kemampuan berkomunikasi seperti dalam membuat konten,

membagi informasi, bersosialisasi, berdiskusi, di berbagai media sebagai

bentuk partisipasi dalam masyarakat (Livingstone. 2008., Gee. 2010.,

Jenkins, Clinton, K, Purushatma, Robison, A. & Weigel. 2009).

Dari argument yang dipaparkan oleh beberapa ahli tersebut, Gee

(2010: 36) menekankan bahwa literasi media baru tidak hanya bagaimana

khalayak menanggapi pesan-pesan media, tetapi juga bagaimana mereka

terlibat secara aktif di produksi media, partisipasi (secara online),

membentuk kelompok sosial, dan memiliki kemampuan layaknya

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

18

professional. Intinya literasi media di era internet seperti sekarang ini

literasi media tidak sekedar mengajarkan orang untuk belajar dari media,

untuk melawan manipulasi media, dan menggunakan bahan-bahan media

dalam cara yang konstruktif, tetapi juga peduli dengan keterampilan

berkembang yang akan membantu menciptakan warga negara yang baik

dan yang akan membuat mereka lebih termotivasi dan peserta yang

kompeten di kehidupan sosial (Kellner. 2002).

Literasi media baru memiliki ciri yang sangat menonjol dalam hal

partisipasi. Hal ini bahkan ada yang menyebut sebagai budaya partisipasi.

Sebuah budaya partisipatif adalah sebuah budaya dengan hambatan yang

relatif rendah untuk ekspresi artistik dan keterlibatan masyarakat,

dukungan yang kuat untuk menciptakan dan berbagi kreasi seseorang, dan

beberapa jenis bimbingan informal, dimana apa yang dikenal oleh paling

berpengalaman dilewatkan bersama untuk pemula.

Sebuah budaya partisipatif juga merupakan salah satu di mana para

anggotanya percaya dengan kontribusi mereka, dan merasa memiliki

kesamaan derajat hubungan sosial satu sama lain. Setidaknya, mereka

peduli dengan apa yang orang lain pikirkan mengenai apa yang mereka

ciptakan (Jenkins, 2007: 3). Selanjutnya, Jenkins mengemukakan bentuk-

bentuk dari budaya partisipatif itu adalah afiliasi berupa keanggotaan

dalam kelompok atau komunitas tertentu seperti facebook ataupun mailing

list, ekrpresi dalam berbagai format dari tulisan sampai video, kerjasama

dalam mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan masalah, dan sirkulasi ide

atau informasi dengan orang lain.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

19

Jenkins berusaha menggeser diskusi mengenai isu digital divide

dari mempertanyakan akses terhadap teknologi ke mereka yang memiliki

peluang untuk berpartisipasi dan mengembangkan kompetensi budaya dan

keterampilan sosial yang diperlukan bagi keterlibatan yang penuh. Sekolah

terlalu lambat dalam bereaksi terhadap munculnya budaya partisipasi ini.

Peluang terbesar untuk perubahan ditemukan dalam kegiatan sesudah jam

sekolah dan belajar secara informal di masyarakat. Sekolah dan kegiatan

sesudah jam sekolah perlu memberi perhatian lebih pada apa yang disebut

dengan wawasan media baru.

Budaya partisipatif bergerak dari fokus literasi dari ekspresi

individu kepada keterlibatan masyarakat. Literasi yang baru hampir

melibatkan semua perkembangan keterampilan sosial melalui kerjasama

dan jaringan. Keterampilan ini dibangun dengan dasar dari literasi

tradisional, keterampilan meneliti, keterampilan teknis, dan keterampilan

melakukan analisis kritis yang semuanya diajarkan di sekolah.

Henry Jenkins (2007) merumuskan keterampilan literasi media ke

dalam berapa bagian berikut:

1. Bermain - kapasitas untuk bereksperimen dengan lingkungan

seseorang sebagai bentuk pemecahan masalah

2. Kinerja - kemampuan untuk mengadopsi identitas alternatif untuk

tujuan improvisasi dan penemuan

3. Simulasi - kemampuan untuk menafsirkan dan membangun model

dinamis dari proses dunia nyata

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

20

4. Kecocokan - kemampuan untuk memaknai informasi dan mengemas

ulang konten media

5. Multitasking - kemampuan untuk memindai lingkungan dan seringkali

berpindah fokus perhatian

6. Kognisi Terdistribusi - kemampuan untuk berinteraksi secara

bermakna dengan peralatan yang dapat memperluas kapasitas mental

7. Kecerdasan Kolektif - kemampuan pengetahuan kolam renang dan

membandingkan catatan dengan lain menuju tujuan bersama

Penghakiman - kemampuan untuk mengevaluasi keandalan dan

kredibilitas informasi yang berbeda sumber

8. Penilaian - kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi

9. Navigasi transmedia - kemampuan untuk mengikuti alur cerita dan

informasi dalam berbagai modalitas

10. Jaringan - kemampuan untuk mencari, mensintesis, menyebarkan

informasi

11. Negosiasi - kemampuan untuk mendekati komunitas yang beragam,

memahami berbagai perspektif, dan memegang serta mengikuti norma-

norma

Berdasarkan uraian di atas, konsep mengenai literasi media yang

merefleksikan pemahaman yang lebih komprehensif untuk media baru

“internet” diusulkan oleh Celot and Perez Tornero untuk European

Commission (2009). Dalam konsep tersebut dipaparkan dua dimenensi

yakni; kemampuan individual dan faktor lingkungan. Kemampuan

individual yaitu mengacu pada kapasitas individual untuk

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

21

mengembangkan kemampuan proses kognisi, menganalisis dan

komunikasi. Kemudian kemampuan individual dibagi menjadi tiga

indikator kunci yaitu penggunaan media, pemahaman kritikal (disebut juga

kompetensi personal), dan kemampuan berkomukasi dan partisipasi

(kompetensi sosial). Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

1. kemampuan teknikal, yaitu kemampuan teknik dalam menggunakan

media. Artinya, seseorang mampu mengoperasikan media atau alatnya

(komputer, dll) dan memahami semua jenis instruksi yang ada

didalamnya. Didalam Kemampuan teknikal ini mencakup kemampuan

dalam berinternet dan menggunakan komputer. Keseimbangan

menggunakan media, dan penggunaan internet pada tingkat lanjut.

2. Pemahaman Kritikal, dalam bagian ini mengisyaratkan sebuah aspek

yang berkaitan dengan pemahaman dan evaluasi konten dan media.

Bagian ini terbagi lagi menjadi tiga bagian pemahaman mengenai

konten media dan fungsinya, pengetahuan mengenai media dan

regulasi media, dan prilaku pengguna. Pada bagian pertama, yaitu

pemahaman mengenai media dan fungsinya ini berisikan memahami

isi dari informasi, Pemahaman mengenai konten dan konteksnya

menunjukan kemampuan individu membaca dan memahami pesan

atau isi media. Hal ini mengisyaratkan mencakup proses kognitif yang

mempengaruhi praktek pengguna dalam menghadapi informasi yang

mereka dapatkan. Bagian kedua, pengetahuan mengenai media dan

regulasi media yaitu diamana posisi peraturan-peraturan mengenai

media atau peraturan jurnalistik serta peraturan UU ITE menjadi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

22

pinjakan untuk mengevaluasi system media dan fungsinya, hal Ini

mencakup pengetahuan tentang konvensi, peraturan dan norma-norma

yang berdampak pada media, dan hukum, pihak berwenang,

pengetahuan tentang pemangku kepentingan. Ketiga prilaku pengguna,

pada bagian ini didasarkan pada kemampuan semiotik dan linguistik,

dan memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi, mendapatkan

dan menggunakan informasi, untuk kontekstualisasi itu, untuk

mengevaluasi, menganalisis dan menyadari validitas dan utilitas dalam

kaitannya dengan menetapkan tujuan. Meta pengetahuan diperlukan

dalam pemahaman kritikal, yang memungkinkan pengguna untuk

mengevaluasi aspek media dengan cara membandingkan jenis dan

sumber informasi yang berbeda, dan tiba pada kesimpulan tentang

kebenaran dan kesesuaian, serta membuat pilihan informasi (Tornero,

Paredes, Giraldo, Tejedor, Fernandez. 2010).

3. kemampuan berkomukasi dan partisipasi (kompetensi sosial)

merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi dan

membangun relasi sosial melalui media internet serta mampu

memproduksi konten pada media internet. Adapun tiga komponen

dalam bagian ini yaitu, hubungan sosial yaitu kemampuan untuk

membangun relasi sosial, berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat

melalui media sosial, dan kreasi konten yaitu kemampuan membuat

dan memproduksi konten pada media internet.

Dari paparan beberapa ahli di atas memiliki garis benang merah

bahwa dalam literasi media baru seseorang harus dapat mengakses dalam

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

23

artian memiliki kemampuan teknikal, kemudian dapat menganalisis dan

mengevaluasi atau kemampuan kritikal, dan terakhir kemampuan untuk

berkomunikasi dan berpartisipasi melalui media online. Dalam penelitian

ini, peneliti akan menggunakan tiga komponen sebagaimana disebutkan di

atas yaitu komponen kemampuan teknikal, kemampuan analitik, dan

kemampuan berkomunikasi dan berpartisipasi.

2.6.2 KARAKTERISTIK LITERASI MEDIA

Istilah literasi media baru sering disamakan dengan digital literacy

atau literasi digital karena media baru dapat dikatakan identik dengan

media digital, meskipun tidak selalu berarti Internet. Menurut Media

Awareness Network (dengan memadukan rumusan dari National

Broadband Plan Connecting Maerican Section 9.3, Digital Britain Media

Literacy Working Group Section 3.16, dan Australia's Digital Economy:

Future Directions, p. 44), definisi mengenai literasi digital yang sudah

cukup dikenal adalah:

"Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk

menggunakan berbagai perangkat lunak aplikasi media digital,

perangkat keras seperti komputer, telepon selular, dan teknologi

internet; kemampuan untuk secara kritis memahami konten media

digital dan aplikasinya; dan pengetahuan dan kapasitas untuk

menciptakan isi media dengan teknologi digital".

Berdasarkan definisi tersebut, terdapat tiga komponen yang

menjadi karakteristik literasi digital, yaitu:1 Pertama, use (menggunakan).

Menggunakan merupakan keahlian teknis yang dibutuhkan untuk terlibat

dengan komputer dan internet. Keahlian ini membentuk dasar untuk

1 https://cira.ca/sites/default/files/attachments/publications/wp-cif-digital-literacy-

backgrounder.pdf

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

24

pengembangan literasi digital yang lebih dalam. Keterampilan teknis yang

penting meliputi kemampuan untuk menggunakan program komputer

seperti pengolah kata, web browser, e-mail, dan alat komunikasi lainnya.

Untuk mengembangkan keterampilan ini, warga harus memiliki akses dan

dapat memanfaatkan peralatan dan sumber daya dengan nyaman seperti

layanan broadband, komputer, perangkat lunak, mesin pencarian Internet,

dan database online.

Kedua, mengerti yaitu kemampuan untuk memahami,

mengontekstualisasikan, dan mengevaluasi media digital secara kritis.

Individu harus menyadari pentingnya melakukan evaluasi secara kritis

dalam memahami bagaimana konten dan aplikasi media digital dapat

mencerminkan, membentuk, meningkatkan atau memanipulasi persepsi

kita, keyakinan kita, dan perasaan kita tentang dunia di sekitar kita.

Sebuah pemahaman kritis tentang media digital memungkinkan individu

untuk menuai keuntungan - dan mengurangi resiko - serta berpartisipasi

penuh dalam masyarakat digital. Keterampilan ini mencakup juga

pengembangan keterampilan manajemen informasi dan penghargaan

terhadap hak dan tanggung jawab terhaap kekayaan intelektual. Individu

perlu tahu bagaimana menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan

informasi secara efektif untuk berkomunikasi, berkolaborasi dan

memecahkan masalah dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Ketiga, memproduksi yaitu kemampuan untuk membuat konten

dan berkomunikasi secara efektif menggunakan berbagai alat media

digital. Produksi konten dengan menggunakan media digital tidak sekedar

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

25

kemampuan untuk menggunakan pengolah kata atau menulis email:

namun termasuk di dalamnya kemampuan berkomunikasi dalam berbagai

konteks khalayak; untuk membuat konten dan berkomunikasi dengan

menggunakan berbagai format seperti gambar, video, dan suara; dan untuk

secara efektif dan bertanggungjawab memanfaatkan fasilitas "Web 2.0

user-generated content" seperti blog dan forum diskusi, berbagai video dan

foto, game sosial, dan bentuk lain dari media sosial. Kemampuan untuk

membuat dengan media digital memastikan bahwa seseorang tidak hanya

konsumen pasif tetapi secara aktif berkontribusi dalam masyarakat digital.

2.6.3 LEVEL KOMPETENSI LITERASI MEDIA

Tingkatan level kompetensi literasi media di bagi menjadi tiga

level (EuropeanCommission, 2009); pertama level basic, pada level ini

Individu memiliki seperangkat kemampuan yang memungkinkan

penggunaan dasar media. Individu dalam tingkatan ini masih memiliki

keterbatasan dalam penggunaan media internet. Pengguna mengetahui

fungsi dasar, dan digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu tanpa arah yang

jelas. kapasitas pengguna untuk berpikir secara kritis dalam menganalisis

informasi yang diterima masih terbatas. Kemampuan komunikasi melalui

media juga terbatas. Kedua, level medium, pada level ini Individu sudah

fasih dalam penggunaan media, mengetahui fungsi dan mampu

melaksanakan fungsi-fungsi tertentu, menjalankan operasi yang lebih

kompleks. Pengguna media internet dapat berlanjut sesuai kebutuhan.

Pengguna sudah cukup bagus menganalisa dan mengevaluasi konten

media dan menilai informasi yang dia butuhkan, serta menggunakan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

26

strategi pencarian informasi tertentu, dan yang terakhir adalah level

advanced, Individu pada tingkatan ini sangat aktif dalam penggunaan

media, menjadi sadar dan tertarik dalam berbagai regulasi yang

mempengaruhi penggunaannya. Pengguna memiliki pengetahuan yang

mendalam tentang teknik dan bahasa serta dapat menganalisis kemudian

mengubah kondisi yang mempengaruhinya. Dapat melakukan hubungan

komunikasi dan penciptaan pesan. Dibidang sosial, pengguna mampu

mengaktifkan kerjasama kelompok yang memungkinkan dia untuk

memecahkan masalah.

1.7. MODEL PENELITIAN

Berangkat dari kerangka pemikiran di atas, maka model penelitian

ini di modifikasi berdasarkan kebutuhan dan kecocokan pada objek

penelitian, sehingga beberapa komponen kompetensi individual sebagai

alat ukur untuk melihat literasi media oleh Celot and Perez untuk

European Commission (2009), terdiri dari tiga komponen yaitu;

kemampuan teknikal, pemahaman kritikal, dan kemampuan

berkomunikasi dan partisipasi seperti terlihat pada gambar berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

27

Gambar 1.1

Model Penelitian

Berdasarjan gambar 1.1 di atas, komponen tersebut di interpretasikan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Kemampuan Teknikal

Untuk mengakses media baru (internet) siswa harus memiliki

pijakan penghantar yaitu kompetensi digital, maka dari itu dalam

komponen ini menggambarkan penggunaan internet dan komputer

(akses TIK) siswa, selain itu secara rinci kemampuan teknikal pada

penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian, Pertama kemampuan

berkomputer dan kemampuan berinternet, pada bagian ini peneliti

mengambil indikator dari Kompetensi digital oleh Europe

Commission (2012), kedua kemampuan menggunakan internet

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

28

secara aktif dan seimbang yaitu siswa menggunakan internet untuk

berbagai macam tujuan (informasi, tugas sekolah, hiburan,

komunikasi). Dalam penelitian ini dirtarik kesimpulan penggunaan

media secara aktif dan seimbang adalah dimana siswa

menggunakan internet untuk mencari informasi, berkomunikasi,

menunjang proses pembelajaran, dan hiburan. Dalam penelitian ini

tidak menggunakan bagian penggunaan internet pada tingkat lanjut

karena pada dasarnya kemampuan internet sudah dapat diukur pada

bagian sebelumnya.

2. Kemampuan Kritikal dalam informasi, terdiri dari tiga komponen

yaitu memahami konten dan fungsinya, memiliki pengetahuan

mengenai media dan regulasi, dan prilaku pengguna. memahami

konten dan fungsinya peneliti menginterpretasikan kemampuan

siswa menganalisis kelengkapan informasi artinya siswa

mengamati atau membaca keseluruhan teks, memperhatikan unsur

5w+1 h, mengetahui genre tulisan apakah tulisan tersebut editorial,

berita, fiksi, real, opini, informasi, narasi, deskripsi selain itu siswa

mengetahui jenis berita berita dan memperhatikan faktualitas

berita. Kemudian dapat mengetahui klasifikasi sumber informasi

(web) atau mengetahui segmentasi media atau sistus yang menjadi

sumber informasi dan dapat mengkalsifikasi system interaksi

seperti media sosial. kedua, pengetahuan mengenai media dan

regulasi artinya siswa dapat menganalisis media dengan

mengetahui pemilik media, kepentingan media, dan mengetahui

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

29

proses produksi berita dan informasi (produksi, distribusi, dan

konsumsi) kemudian siswa dapat menilai informasi berdasarkan

regulasi artinya siswa mengetahui undang-undang ITE dan kode

etik jurnalistik serta mengetahui UUG ITE. Ketiga, prilaku

pengguna, prilaku adalah sebuah tindakan nyata dari siswa dalam

menggunakan internet. Dalam penelitian ini diartikan siswa dapat

menguji realibilitas informasi, dan menilai kredibilitas informasi,

dapat menilai relevansi dengan kebutuhan mereka.

3. Kemampuan berkomunikasi dan berpartisipasi adalah; kemampuan

berkomunikasi dan membangun relasi sosial melalui media online,

kemampuan berpartisipasi dengan masyarakat melalui media

online, dan kemampuan untuk memproduksi dan mengkreasikan

konten media.

1.8. KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan model penelitian diatas maka konsep-konsep yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan individual sebagai

konsep literasi media baru (European Commission. 2009). Kemampuan

Literasi media baru dalam penelitian ini dipahami sebagai kemampuan

teknikal, pemahaman kritikal, dan kemampuan komunikasi dan partisipasi

melalui online, yang dimiliki oleh Siswa SMAN 1 Patuk. Untuk lebih

detail maka operasional dari konsep tersebut, akan dijelaskan sebagai

berikut:

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

30

1.8.1. Kemampuan teknikal

Kemampuan teknikal dalam penelitian ini adalah kemanpuan siswa

dalam menggunakan komputer dan internet. Adapun indikator dalam

kemampuan menggunakan komputer (komputer skill) ini adalah siswa

dapat meng-copy dan memindahkan file (data) atau folder, siswa dapat

memindahkan file (data) ke flashdisc, menggunakan aplikasi Office (Word,

Excel, Powerpoint), mengecilkan format data, menyambungkan dan

menginstal modem. Sedangkan indikator dalam kemampuan

menggunakan internet (Internet skill) yakni siswa dapat menggunakana

mesin pencari untuk menemukan informasi (google, dll), Mengirimkan file

melalui email, mengirimkan pesan ke dalam chatroom (WA, BBM, YM,

dll), Menggunakan internet untuk melakukan panggilan, mengunggah dan

mengambil musik, gambar, tulisan, film, atau music, siswa dapat membuat

blog, dan siswa dapat mengubah pengaturan keamanan browser internet.

Selain melihat kemampuan siswa dalam menggunakan komputer

dan internet, pada bagian ini juga dilihat kemampuan siswa dalam

menggunakan internet secara aktif, seimbang dan berkelanjutan.

Kemampuan dalam kategori ini dapat dilihat dari aktifitas siswa

berinternet yang meliputi keseimbangan antara membaca berita, hiburan,

belajar, dan komunikasi. Selain itu, kemampuan siswa menggunakan

internet untuk transaksi jual beli, dan kemampuan siswa menggunakan

internet untuk mendukung transaksi perbankan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

31

Tabel 1.1

Tabel operasional kemampuan teknikal

KRITERIA KOMPONEN INDIKATOR

Kemampuan

teknikal

Keterampilan komputer

Dapat meng-copy dan

memindahkan file atau

folder

Dapat mengirimkan file

ke flashdisc

Dapat menggunakan

aplikasi Powerpoint

Dapat menggunakan

aplikasi Excel

Dapat mengecilkan

format data

Dapat menyambungkan

dan menginstal

modem

dapat meng-update,

meng-instal software

Keterampilan internet Dapat menggunakan

mesin pencari untuk

menemukan informasi

Mengirimkan file

melalui email

Mengirimkan pesan

ke dalam chatroom

(WA, BBM, YM, dll).

Menggunakan

internet untuk

melakukan panggilan

Mengunggah dan

mengambil musik,

gambar, tulisan, film,

atau music

mengambil musik,

gambar, tulisan, film,

atau music dari

website

membuat Blog

Mengubah pengaturan

keamanan browser

internet

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

32

Kemampuan

menggunakan internet

secara aktif, seimbang dan

berkelanjutan

Menggunakan media

internet untuk

berbagai kebutuhan

(membaca berita,

hiburan, belajar, dan

komunikasi

menggunakan internet

untuk transaksi jual

beli

Menggunakan

internet untuk

keperluan transaksi

perbankan

1.8.2. Pemahaman Kritikal

Pemahaman kritikal dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

memahami konten dan fungsi media, regulasi media dan perilaku siswa

ketika berinteraksi dengan internet. Terkait dengan pemahaman siswa

terhadap konten dan fungsi media, dalam hal ini dapat dilihat dari empat

hal yaitu: siswa memperhatikan teks yang dibaca di internet; mampu

menganalisis konten media; mampu mengklasifikasikan website yang

dikunjungi; dan mampu mengklasifikasikan platform media dan sistem

interaksi yang digunakan media.

Bagian kedua dari pemahaman kritikal adalah pengetahuan tentang

media dan regulasi, pada bagian ini siswa memahami tentang media yang

diakses maksudnya adalah siswa mengetahui latar belakang kemilikan

media tersebut, kepentingan media tersebut, serta mengetahui proses

proses prodksi berita dan informasi, selanjutnya siswa juga mengetahui

regulasi media dalam hal ini siswa mengetahui kode etik jurnalistik dan

mengetahui UUD ITE untuk melihat bagaimana prilaku positif dan negatif

siswa dalam menggunakan internet.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

33

Bagian ketiga, dalam pemahaman kritikal adalah prilaku pengguna.

Dalam prilaku pengguna ini melihat bagaimana kepercayaan siswa

terhadap informasi yang mereka temukan, artinya siswa mengejar

kebeneran sebuah informasi misalnya dengan membandingkan dengan

situs atau sumber lainnya, mempertimbangkan realibilitas informasi, dan

melihat kredibilitas informasi dengan menganalisis penulis informasi, serta

siswa juga dapat menilai relevansi informasi dengan kebutuhan mereka.

Tabel 1.2

TABEL PEMAHAMAN KRITIKAL

KRITERIA KOMPONEN INDIKATOR

Kemampuan Kritikal Memahami konten dan

fungsi media Siswa dapat membaca teks

Menganalisis konten

Mampu mengklasifikasikan

website

Mampu mengklasifikasikan

platform media dan sistem

interaksi

Pengetahuan tentang

media dan regulasi

media

Siswa memahami tentang

media yang diakses.

Siswa mengetahui regulasi

media

Siswa mengetahui

kepemilikan media

Siswa mengetahui regulasi

internet

perilaku pengguna

(realibilitas, kredibilitas,

dan relevansi informasi)

Siswa dapat menguji

realibilitas informasi

Siswa membandingkan satu

situs dengan situs lainnya

Siswa mengetahui latar

belakang penulis

Siswa dapat menilai relevansi

informasi

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

34

1.8.3. Kemampuan berkomunikasi dan partisipasi

Dalam hal ini peneliti mengeksplorasi kemampuan remaja dalam

melakukan komunikasi dan membangun relasi sosial melalui media

internet atau sosial serta mampu memproduksi konten di media sosial.

Indikator dalam konsep ini adalah siswa memiliki akun pribadi dalam

media sosial, selain itu mereka juga mengikuti kelompok atau organisasi-

organisasi online tak hanya itu mereka juga aktif dalam organisasi tersebut

untuk berdiskusi dan berpartisipasi, dan mereka mampu membuat konten

media serta berkreasi melalui media online.

Tabel 1.3

Tabel Kemampuan komunikasi dan partisipasi

KRITERIA KOMPONEN INDIKATOR

Kemampuan

Komunikasi dan

Partisipasi

Hubungan Sosial Siswa mampu menjalin

hubungan sosial secara online

Partisipasi

Warganegara Siswa bergabung dengan

komunitas (group) online

Siswa aktif dalam komunitas

online

Siswa memanfaatkan pelayanan

publik yang tersedia secara

online

Siswa berpartisipasi dalam

polling penyelenggaraan hak

warganegara ( Petisi, dll)

Kreasi Konten Siswa dapat membuat membuat

konten dengan menggunakan

proses produksi media berupa

video, gambar, poto

Siswa memiliki pengalaman

membuat dan mempublikasikan

karya konten yang orisinil

dengan memperhatikan unsur

metalinguistik

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

35

1.9. METODE PENELITIAN

Menurut Bagman dan Taylor (Moleong. 2007: 4) mendefinisikan

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Sedangkan Kirk dan Miller (Sudarto. 1995: 62)

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.

Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku

masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri.

penelitian kualitatif adalah salah satu metode untuk mendapatkan

kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah yang dibangun atas

dasar teori- teori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar

empirik. Jadi dalam penelitian kualitatif ini bukan hanya menyajikan data

apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai

faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang

sedang berlangsung. Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut

Lexy J. Moleong berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma

penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, teknik penelitian,

kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan penafsiran data.

Berpijak dari penelitian diatas penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Bagaimana Kompetensi Literasi Media Baru Siswa SMAN 1

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

36

Patuk Gunung Kidul, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-

apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini

terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini

bertujuan untuk memperoleh informasi- informasi mengenai keadaan yang

ada (Mardalis. 1999: 26) . Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif

adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang

diselidiki (Cevilla, dkk. 1993:73).

Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang

sementara berlangsung (Cevilla, dkk. 1993:71). Pada hakikatnya penelitian

deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

fenomena yang diselidiki (Cevilla, dkk. 1993:73).

1.9.1. INFORMAN PENELITIAN

Penentuan informan dalam penelitian ini Berdasarkan uraian

tersebut di atas, maka jumlah informan yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah 10 orang yang terdiri 10 orang siswa jenis laki-laki dan

perempuan, rentan usia 15-17 tahun, dan siswa yang duduk di bangku

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

37

kelas 10, 11, dan 12. Adapun nama informan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. NAMA : Eka Wahyu Budi Asih

Jenis kelamin : Perempuan

ALAMAT : Krakatan, Beji, Patuk Gunung kidul

Kelas :XII

TTL : Gunungkidul, 11 juni 1998

Usia : 17 tahun

Sosial media :FB, TWITTER, PATH, IG, WA

2. NAMA : Lisiya fatma umami

Jenis kelamin : Perempuan

ALAMAT : Karang, Nglegi, Patuk, Gunung Kidul

Kelas :XII

TTL : Jakarta, 16 November 1998

Usia : 17 tahun

Sosial media :FB, TWITTER, IG, WA

3. NAMA : Aji Ahmad Atyawan

Jenis kelamin : Laki-laki

ALAMAT : Karang, Beji, Patuk Gunung kidul

Kelas :XII

TTL : Gunungkidul, 29 Maret 1998

Usia : 17 tahun

Sosial media :FB, TWITTER, IG, WA

4. NAMA : Annas Purbaningrum

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

38

Jenis kelamin : Perempuan

ALAMAT : SENDANGSARI, PUTAT, PATUK, GunungKidul

Kelas :XI

TTL : Gunungkidul, 11 Mei 1999

Usia : 16 tahun

Sosial media :FB, IG

5. NAMA : Ika Nur Atamimi

Jenis Kelamin : Perempuan

ALAMAT : Widorokulon, Bunder, Patuk, Gunung kidul

Kelas :XI

TTL : Gunungkidul, 29 MARET 1999

Usia : 16 tahun

6. NAMA : Try Bagus Stya Permana

Jenis kelamin : Laki-laki

ALAMAT :

Kelas :XI

TTL :

Usia :

Sosial media :FB, TWITTER, IG, Line

7. NAMA : Berlin Fanta R

Jenis kelamin : Perempuan

ALAMAT : Doga, Nglanggeran, Patuk, Gunung kidul

Kelas :X

TTL : Gunungkidul, 29 september 2000

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

39

Usia : 15 tahun

Sosial media :

8. NAMA : Retno Pertiwi

Jenis kelamin : Perempuan

ALAMAT : Krakatan, Beji, Patuk Gunung kidul

Kelas :X

TTL : Gunungkidul, 26 Desrmber 1999

Usia : 15 tahun

Sosial media :FB, TWITTER, IG, WA, bbm

9. NAMA : Mahesa Eksa Damaris

Jenis Kelamin : Laki-laki

ALAMAT : Nglipar, kedungkeris. Gunungkidul

Kelas :X

TTL : Gunungkidul, 28 Agustus 2000

Usia : 15 tahun

Sosial media : IG

10. NAMA : Adi Setiawan

Jenis Kelamin :Laki-laki

ALAMAT : Kebonjero,Pengkol, nglipar, Gunung kidul

Kelas :X

TTL : Gunungkidul, 12 Oktober 1999

Usia : 16 tahun

Sosial media :FB,

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

40

1.9.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini

menggunakan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang akan

dilakukan untuk melihat Kompetensi Literasi Media Baru pada siswa

SMAN 1 Patuk maka akan dilakukan beberapa tahapan diantaranya:

1. Observasi atau pengamatan lapangan

Dari observasi pra penelitian ini peneliti melihat fenomena yang

terjadi dan menelisik keberadaan dan peran internet pada remaja di

SMAN 1 Patuk. Observasi dilakukan pada bulan juli 2015. Observasi

yang dilakukan oleh penulis yaitu meliputi observasi penyediaan

internet di sekolah, fasilitas atau alat yang digunakan siswa untuk

mengakses internet, aktifitas siswa dalam menggunakan internet baik di

sekolah, di rumah, dan di warung internet.

2. Focus Discussion Group

Focused Group Discussion (FGD) sebagai metode penelitian,

maka FGD adalah sebuah upaya yang sistematis dalam pengumpulan

data dan informasi

Proses dalam pelaksanaan FGD telah dilakuakan pada tanggal 6

Februari 2016 terhadap remaja wilayah pedesaan yaitu siswa SMAN 1

patuk, yang terdiri dari 10 peserta dan tim FGD yang terdiri dari satu

moderator, satu notulen, satu dokumentasi, dan satu orang bagian

konsumsi. Di awal Proses FGD peserta akan dibagikan lembar biodata

dan surat pernyataan, setelah itu moderator langsung ke inti acara yakni

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

41

melemparkan pertanyaan kepada 10 peserta FGD berdasarkan panduan

daftar pertanyaan FGD, adapun proses kegiatan FGD di rekam dengan

alat perekam (camera, video recorder, voice recorder).

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mencari data atau informasi melalui dokumen, jurnal ilmiah,

buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia.

Penulusuran dokumen untuk pengumpulan data dari kegiatan atau

aktifitas siswa berinternet. Kolaborasi dari ketiga teknik tersebut

membantu penulis menemukan data yang komprehensif.

1.9.3. TEKNIK ANALISIS DATA

Sesuai karakteristik penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus,

maka analisis data dilakukan sepanjang proses berlansungnya penelitian.

Data yang berahsil dikumpulkan diklasifikasikan kemudian bergerak ke

arah pembentukan kesimpulan. Proses analisis data didasarkan pada

penyederhanaan dan interpretasi data yang dilaksanakan sebelum, selama

dan sesudah proses pengumpulan data. Proses ini terdiri dari tiga sub

proses yang saling berkaitan yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification (Miles dan Huberman, 1992:15-20).

Berdasarkan pada pendapat di atas, maka transkrip interview serta

hasil- hasil observasi yang telah terkumpul dilakukan tahapan analisis

sebagai berikut:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

42

1. Reduksi data/data reduction, yaitu proses pemilihan, pengklarifikasian,

pengabstraksian atau transparansi data yang diperoleh di lapangan baik

melalui observasi maupun wawancara kepada informan pangkal dan

informan kunci. Reduksi data merupakan bentuk analisis menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data sehingga kesimpulan dapat ditarik dan

diferifikasi.

2. Penyajian data/Data Display, yaitu sekumpulan informasi dan data

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

mengambil tindakan. Penyajian tersebut bisa dalam bentuk uraian,

grafik, dan bagan.

3. Penarikan kesimpulan/Conclusion, yaitu penganalisaan akhir yang

diperoleh berdasarkan hasil reduksi data dan penyajian data.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

43

BAB II

REMAJA DAN LITERASI MEDIA BARU "INTERNET"

2.1 INTERNET SEBAGAI ELEMEN DARI NEW MEDIA

Internet telah menciptakan revolusi yang sangat tidak terduga

dalam dunia teknologi, informasi maupun komunikasi. internet

(interconnection networking) sendiri adalah jaringan komunikasi global

yang terbuka dan menghubungkan jutaan bahkan milyaran jaringan

komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe

komunikasi seperti telepon, satelit dan lain sebagainya. Istilah new media

seringkali dikaitkan dengan internet, karena internet merupakan

manifestasi dari new media.

Definisi lain dari new media dalam hubungannya dengan internet

seperti dinyatakan Terry Flew (2005: 2) Those forms that combine the

three Cs: computing and information technology (IT), communications

networks, and digitised media and information content, arising out of

another process beg inning with a "C" that of a convergence. Berdasarkan

definisi di atas, new media dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk yang

menggabungkan 3C yakni: teknologi informasi (computing and

information technology (IT)), jaringan komunikasi (communication

networks), konten media (content media), yang muncul dari suatu proses

konvergen.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

44

Gambar 2.1

Bagan Konvergensi Media (Flew. 2005: 3)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa internet dan World Wide Web

merupakan hasil dari penggabungan ketiga C tersebut. Internet merupakan suatu

teknologi yang menggambarkan secara jelas properti-properti seperti konvergen,

digital networking, global reach, interaktivitas dan many-to-many communication,

serta suatu bentuk media yang mengizinkan penggunaannya menjadi pencipta

maupun pengguna isi atau pesan (Flew. 2005: 15), singkatnya media baru adalah

sebuah terminology untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi

digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan. Contoh dari

media yang sangat merepresentasikan media baru adalah internet. Program

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

45

televisi, film, majalah, buku, surat kabar dan jenis media cetak lain tidak termasuk

media baru (Flew, 2005: 2)

Ditambahkan oleh van Dijk (2006: 4-9), media baru adalah media

yang dikarakteristikkan oleh integrasi, interaktivitas, dan menggunakan

kode digital. Dengan pengertian ini, istilah media baru sering

dipertukarkan dengan istilah multimedia, media interaktif, dan media

digita. Untuk memperjelas karakteristik pada media baru, maka Van Djik

membaginya sebagai berikut (Dijk, 2006: 4-9):

1. Integrasi (Integration)

Karakteristik utama media baru secara struktural adalah

integrasi antara telekomunikasi, data komunikasi, dan komunikasi

massa dalam satu media tunggal. Ini yang disebut proses konvergensi.

Karena itu, media baru sering disebut multimedia. Integrasi dapat

terjadi pada salah satu ranah berikut.

a. Infrastruktur-misalnya menggabungkan sambungan transmisi

dengan peralatan yang berbeda untuk telepon dan komunikasi

data komputer.

b. Transportasi-misalnya telepon Internet dan web TV

menumpang pada televisi satelit atau televisi kabel.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

46

c. Manajemen-misalnya sebuah perusahaan kabel yang terjun

menggeluti layanan telepon dan sebuah perusahaan telepon

yang terjun menggeluti televisi kabel.

d. Layanan-misalnya kombinasi layanan komunikasi dan

informasi di Internet.

e. Jenis data-menyatukan suara, data, teks, dan gambar. Integrasi

ini mengarah pada penggabungan bertahap telekomunikasi,

komunikasi data, dan komunikasi massa, bahkan mungkin

perbedaan makna ketiga istilah ini akan hilang.

2. Interaktivitas (Interactivity)

Karakter struktural media baru yang kedua dalam revolusi

komunikasi adalah kemunculan media interaktif. Secara umum,

interaktivitas adalah urutan aksi dan reaksi. Van Dijk dan de Vos

(2001) menawarkan definisi operasional interaktivitas yang seharusnya

berlaku untuk komunikasi tatap muka. Kedua peneliti ini

mendefinisikan interaktivitas pada empat tingkat akumulatif-dengan

landasan bahwa konsep interaktivitas bersifat multidimensi. Pada level

pertama, interaktivitas adalah kemungkinan untuk membangun

komunikasi dua sisi atau multilateral komunikasi. Ini adalah dimensi

ruang. Semua media digital menawarkan kemungkinan ini sampai

batas tertentu.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

47

Level kedua interaktivitas adalah derajat sinkronisitas. Ini

adalah dimensi waktu. Hal ini juga diketahui bahwa urutan aksi dan

reaksi (yang tidak terganggu) biasanya meningkatkan kualitas

interaksi. Level ketiga interaktivitas adalah cakupan kontrol yang

dilakukan oleh para pihak yang berinteraksi. Ini adalah dimensi

perilaku, yang didefinisikan sebagai kemampuan pengirim dan

penerima untuk berganti peran setiap saat. Dengan kata lain, ini

tentang kontrol atas peristiwa dalam proses interaksi. Interaktivitas

dalam hal kontrol adalah dimensi yang paling penting dalam semua

definisi interaktivitas dalam kajian media dan komunikasi. Level

keempat dan tertinggi interaktivitas adalah bertindak dan bereaksi

dengan memahami makna dan konteks. Ini adalah dimensi mental-

kondisi yang diperlukan untuk interaktivitas penuh, misalnya, dalam

percakapan fisik dan komunikasi melalui komputer.

3. Kode Digital (digital code)

Kode digital merupakan karakteristik media secara teknis yang

hanya digunakan untuk mendefinisikan bentuk baru operasi media.

Namun, kode digital memiliki konsekuensi yang besar besar untuk

komunikasi. Kode digital berarti bahwa dalam menggunakan teknologi

komputer, setiap sitem informasi dan komunikasi dapat diubah dan

ditransmisikan dalam bentuk rangkaian satu dan nol yang disebut bit.

Kode buatan ini menggantikan kode alami pembuatan serta transmisi

informasi dan komunikasi analog. Efek besar pertama dari

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

48

transformasi semua isi media dalam kode digital yang sama adalah

keseragaman dan standarisasi isi. Bentuk dan substansi tidak dapat

dipisahkan dengan mudah seperti yang dikira oleh banyak orang.

McQuail (1987) memaparkan ciri-ciri utama media baru

dibandingkan dengan media konvensional, yaitu:

a. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi

sepenuhnya ada di tangan pemasok komunikasi.

b. Kemampuan tinggi, pengantaran melalui kabel dan satelit

mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar

siaran lainnya.

c. Komunikasi timbal balik (interactivity), penerima dapat memilih,

menjawab kembali, menukar informasi dan dihubungkan dengan

penerima lainnya secara langsung.

d. Kelenturan (fleksibilitas) bentuk, isi dan penggunaan.

Konvergensi adalah bentuk kerja dari internet, konvergensi

menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan,

distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio,

data dan sebagainya (Preston, 2001).

Dari paparan mengenai media baru yang merujuk pada

internet, menunjukan bahwa interenet adalah bentuk dari konvergensi,

sinergei, media internet juga memiliki karakter sebagai link medium

yang tak kenal batas (Wahyuni. 2013). Membahas mengenai

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

49

konvergensi, seperti yang kita ketahui internet memicu pertumbuhan

surat kabar online, dan situs online penyedia berita atau informasi. Di

Indonesia sendiri terdapat lebih dari 70 surat kabar online2 dan banyak

sekali situs penyedia berita atau informasi seperti situs, belum lagi

Google yang berisikan ribuan informasi baik dalam berbentuk buku,

jurnal, dan article yang memudahkan siapa saja dalam menemukan

apa yang mereka butuhkan. Hadirnya media online, memang

menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam mengakses berita

namun hal ini memberikan ancaman tersendiri mengenai keakuratan

informasi dan berita.

Keakuratan informasi dan berita online Indonesia menuai

banyak sekali polemik, seperti yang terjadi baru-baru ini Polri

mengusut pemberitaan palsu menyangkut bom Sarinah di Jakarta3,

dan masih banyak lagi kasus lainnya. Tidak hanya Link berita dan

informasi online, Internet juga menawarkan fasilitas medium yang

sering kita kenal dengan media sosial seperti, Facebook, Tweeter, dll,

hal tersebut adalah suatu bentuk layanan internet untuk pengguna

bersosialisasi atau menjalin hubungan sosial (sosial networking). Di

Indonesia dari 7.000 pengguna internet dari berbagai provinsi 87,4

persennya adalah gemar mengakses media sosial4. Facebook menurut

data yang dipublikasikan statista per Januari 2015 merupakan situs

media sosial terpopuler dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia. 2 http://aneka-wacana.blogspot.co.id/2012/06/daftar-surat-kabar-online-seluruh.html 3 http://nasional.tempo.co/read/news/2016/01/16/063736773/polri-buru-penyebar-berita-bohong-

terorisme-di-media-sosial 4 http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150327061134-185-42245/berapa-jumlah-pengguna-

facebook-dan-twitter-di-indonesia/

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

50

Applikasi chating whatsapp ada di peringkat ke 4 dengan 600 juta

pengguna, instagram dengan 300 juta pengguna di peringkat ke-9 dan

disusul situs microblogging twitter di peringkat ke-10 dengan jumlah

pengguna mencapai 283 juta5.

Internet merupakan media komunikasi yang membuka era

demokrasi baru dengan memberikan kekuasaan pada setiap

penggunanya untuk memproduksi dan menerima informasi dan

hiburan ke dan dari seluruh dunia. Internet merupakan hasil dari

konvergensi teknologi.

2.2. REMAJA DAN INTERNET

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa, di mulai pada saat anak matang secara seksual dan berakhir saat ia

mencapai usia matang secara hukum (Hurlock. 1999). Masa remaja adalah

masa yang dipenuhi tekanan (Santrock, 2007: 31), artinya pada masa ini

remaja dihadapkan dengan permasalahan, pada masa ini juga remaja

dikatakan masuk dalam krisi identitas dan dalam proses mencari jati diri.

Dalam proses pencaharian jati diri ini, remaja cenderung memiliki sikap

tidak mau diatur, memiliki rasa ingin tahu, dan cenderung menginginkan

eksistensi, terutama remaja yang tumbuh di era internet atau yang lebih

dikenal sebagai generasi X. Generasi X adalah generasi yang lahir pada

tahun 1995- 2010 disebut juga iGeneration, net- Gen atau generasi internet.

Jika generasi Y (lahir pada 1981- 1994) menggunakan teknologi komunikasi

5 https://nandonurhadi.wordpress.com/2015/01/29/data-jumlah-pengguna-media-sosial-per-

januari-2015/

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

51

instan seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti

facebook dan twitter, mereka yang tumbuh dalam generasi Z mampu

mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet

menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik

menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan

dengan dunia maya.

Generasi Z yang masuk dalam kategori Net-Gen (Generasi Internet)

yang mana generasi ini yang lahir pada zaman internet dan besar dalam

teknologi seluler dan komunitas media sosial, dapat kita lihat dan temukan

dimanapun dan kapan saja, remaja atau generasi yang dapat melakukan lima

aktivitas dalam satu kesempatan (Tapscott. 2009). Horrigan (2002) membagi

aktivitas yang dilakukan para pengguna internet menjadi empat kelompok,

yaitu: 1). E-mail ; 2). Fun activities,yaitu aktivitas yang sifatnya untuk

kesenangan atau hiburan seperti men-download video, pesan singkat,

mendengarkan atau mendownload musik, bermain game, chatting; 3).

Information utility, yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi, seperti:

informasi produk, informasi travel, cuaca, informasi tentang film, musik,

buku, berita, sekolah, kesehatan, pemerintah,keuangan, pekerjaan, dan

informasi tentang politik; 4). Transaction, yaitu aktivitas transaksi (jual beli)

melalui internet seperti membeli produk, memesan tiket perjalanan, online

banking.

Remaja pada umumnya memiliki kebiasan menghabiskan waktu

bersama internet dan komputer, aktifitas yang dilakukan mendengarkan

musik, bermain game Online, Chating, Googling, dll, semua itu merupakan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

52

bagian yang perlu dilengkapi dari hidup mereka (Prensky. 2011). Tak heran

jika Remaja disetiap Negara dewasa ini, baik Negara berkembang dan

Negara maju, pengguna internet pada usia 16-24 tahun memiliki porposi

yang lebih dari usia yang lebih tua seperti Negara Turki (TUIK. 2010). Di

Indonesia sendiri penggunaan internet pada remaja terus meningkat setiap

tahunnya, seperti yang dilangsir dalam situs Tekno.liputan6.com hapir 50%

pengguna internet di Indonesia adalah remaja (2015).

Melihat tingginya penetrasi internet pada remaja, pertanyaan

mengenai aktifitas apa yang dilakukan mereka ketika berinternet menjadi

penting. Beberapa hasil studi menemukan remaja pada umumnya

menggunakan internet untuk hiburan, mengguakan internet untuk kebutuhan

informasi, edukasi, dan kebutuhan sosialisasi mereka (Hidayati. 2009.,

Retno., Santoso. 2014). Internet dianggap sebagai sarana komunikasi yang

lebih komunikatif dan lebih mendalam dari pada melakukan komunikasi

secara tatap muka oleh remaja dewasa ini, (Jochen Peter and Patti M.

Valkenburg), disebut sebagai komunikasi Hyperpersonal, yakni komunikasi

dengan perantara ICT yang secara sosial lebih menarik dibandingkan

komunikasi langsung(Walther dalam Baldwin, 2004:246). anggapan tersebut

sesuai dengan asumsi Blumer mengenai motif penggunaan Internet

(Rakhmat 2007:66), yaitu:

1. Motif Kognitif

Motif kognitif adalah kebutuhan akan informasi aktual,

surveillance, atau eksplorasi realitas. Informan yang didasari dengan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

53

motif ini akan berusaha mencari segala macam informasi yang ia

butuhkan lewat berbagai media yang dapat dijangkaunya. Pada motif ini,

penggunaan internet didasari adanya kebutuhan untuk mendapatkan

informasi. Fungsi media massa berupa sosial surveillance, yakni upaya

penyebaran informasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang

terjadi di dalam dan di luar lingkungan, menjawab kebutuhan informasi

yang dicari oleh pengguna.

2. Motif Diversi

Motif diversi adalah dorongan dari dalam diri untuk memenuhi

kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

3. Motif Identitas Personal

Motif identitas personal adalah kebutuhan akan penggunaan isi

media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam

kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

Berdasarkan motif menggunakan Internet, memang menandakan

bahwa internet dapat memberikan apapun keinginan dari setiap

penggunanya, pandangan positif internet lainnya pada remaja mengenai

dalam hal mencari informasi dan data dengan lebih cepat; dengan adanya

internet kita dapat mencari, mengetahui, mencari suatu informasi atau data

lebih cepat bila dibandingkan dengan kita mencari di buku atau televisi.

kemudian Internet menjadi media penghubung antara individu dengan

individu lainnya lebih cepat dan akurat; dengan adanya internet lahirlah

media komunikasi baru yakni media online, bisa berupa jejaring sosial

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

54

sekarang ini menjadi salah satu situs internet yang banyak sekali

dikunjungi oleh netter dunia. Antara satu orang dengan orang lainnya

dapat terhubung dengan mudah dan cepat. hadirnya internet ini bisa

membuka wawasan dan pengetahuan mereka akan dunia. Selain itu,

internet juga bisa sarana hiburan seperti bermain game dan hal-hal lainnya,

namun pandangan positif terhadap internet ini, sebanding lurus dengan

dampak-dampak negatifnya.

Kasus yang berhubungan dengan internet dan aplikasi-aplikasi

didalamnya seperti media sosial banyak kita jumpai akhir-akhir ini, seperti

kasus penculikan, dan pembunuhan pada remaja melaui media sosial

misalnya (viva.co. 2012., Kominfo.go.id. 2015), budaya aktifitas remaja

memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto

bersama teman-temannya, dan lokasi mereka mempermudah tindakan

kejahatan pada remaja. Informasi pribadi yang di paparkan oleh remaja

melalui media sosial ini membuka jalan bagi pelaku kejahatan memasang

strategi untuk mellakukan kejahatan seperti kasus Adesarah oleh Hafiz,

yang membuat rencana pembunuhan dan penculikan berdasarkan

informasi lokasi yang di share oleh Ade sarah ke laman media sosialnya

(Kompas.Com. 2016).

Selain kasus penculikan, para remaja yang gemar mengakses

informasi melalui internet mengecam banyak kekhawatiran karena sifat

kebebasan yang ditawarkan oleh internet sehingga banyak sekali berita

atau informasi yang tidak relevan. Berita bohong atau yang sering kita

dengar dengan istilah "Hoax" menjadi santapan kita sehari-hari contohnya

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

55

berita bohong mengenai kejadian Bom di Sarinah-Jakarta baru-baru ini

yang mengandung unsur propaganda dan menyudutkan Polri (Tempo.co.

2016) hal ini sangat mengganggu stabilitas keamanan Negara. Kasus

lainnya yang tak kalah menggemparkan adalah, akun tweeter

@triomacan2000, akun Twitter @TrioMacan2000 dikenal publik karena

sering memberitakan informasi terkait dengan kasus korupsi melalui

cuitannya di media sosial. Talam postingannya akun tersebut tak sungkan

mencibir pejabat publik, dan melontarkan isu-isu serta tuduhan tanpa dasar

bukti atau data-data resmi, kegeraman pejabat yang merasa dicemarkan

nama baiknya maka akun ini dilaporkan ke pihak berwajib dan kemudian

ditutup (2014).

Akun provokasi lainnya seperti akaun @jarursma pemantik

bentrok antar siswa sma di Jakarta. Akun twitter @jalursma diketahui

menjadi provokator tauran peajar SMAN 109 dengan SMAN 60 di Jalan

Warung Buncit pada Jumat (7/11) malam (2014), akun ini digunakan para

pelajar sebagai sarana mem-bully pelajar sekolah lainnya dalam hal

kekerasan. Setelah terjadi bentrok pada jum'at malam tersebut akun

@JalurSma memposting tulisan "#lateinfo barusanin pukul 11 malam di

depan mall pejaten psycho vs sersan109 di menangkan oleh psicho...

Congrats!!!". Hanya berselang satu menit usai posting diunggah, sebanyak

26 follower @JalurSma segera me-retweet postingan tersebut. Parahnya

akun-akun yang tidak memiliki sumber yang jelas dan sumber informasi

yang sering menyebarkan berita-berita nohong seperti ini banyak diikuti

oleh pengguna terutama pada remaja yang kebanyakan menggunakan

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

56

internet sebagai sara informasi mereka. Bahayanya lagi biasanya mereka

menjadi medium lain dalam pembagi informasi dapat membahayakan atau

dapat menimbulkan konflik dan meningkatkan eskalasi konflik.

Di era Internet ini, tak sedikit remaja yang terseret keranah hukum

dikarenakan perbuatan tidak menyenangkan seperti penghinaan,

pencemaran nama baik, penistaan, yang mereka ungkapkan di laman

media sosial mereka. Cotohnya kasus Seorang pemuda ditangkap karena

diduga menghina Presiden Recep Tayyip Erdoğan dalam sebuah postingan

di media sosial (Arahman.com. 2016), kasusus di Indonesia sendiri seperti

siswa Sekolah Menengah di Soppeng, Sulawesi Selatan berinisial SRS ini

di digelandang ke Mapolres setempat karena mengomentari pemilihan

kepala daerah (Pilkada) Soppeng dengan nada menghina institusi

kepolisian di lama media sosialnya (infodpesial.net. 2016). Kemudian Nur

Arafah atau Farah, seorang pelajar SMA asal Bogor, divonis 2 bulan 15

hari dengan masa percobaan 5 bulan lantaran terbukti menghina Felly

Fandani via Facebook. (merdeka.com. 2014).

Remaja menggunakan internet hanya untuk berekreasi atau

bersenang-senang, Memang remaja menggunakan teknologi komunikasi

sebagai sara perpanjangan dari komunikasi offline mereka, namun mereka

seharusnya juga dapan memanfaat internet untuk hal yang lebih jauh lagi,

misalnya berpartisipasi secara online (Navarro., Aranda. 2012). Partisipasi

secara online dapat dikategorikan sebagaimana media internet dapat

membantu remaja dalam berhubungan pada kelompok-kelompok atau

forum-forum nasional maupun internasional sehingga dapat menambah

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

57

pengetahuan, membangun relasi sosial, serta dapat membuat konten media

bersifat informative dan edukatif. Internet merupakan dunia tanpa batas

artinya, semua orang mempunyai hak yang sama di internet. Oleh sebab

itu, internet merupakan dunia yang bebas dimasuki tanpa harus terikat

pada peraturan-peraturan negara tertentu dan tanpa dibatasi oleh batas-

batas wilayah teritorial negara tertentu.

2.3. URGENSI KOMPETENSI LITERASI MEDIA BARU PADA REMAJA

Remaja sebagai pengguna internet, memiliki psikologis yang

sensitive akan membuat remaja sangat gampang lebih awal sangat mudah

diserang gangguan "penyalahgunaan internet" (Chou, Condron & Belland,

2005; Tsai & Lin, 2003). Penggunaan internet yang berlebihan, tidak

memiliki aturan, dan kekacauan yang berhubungan dengan internet

misalnya "keasyikan" menggunakan internet sehingga mengabaikan yang

lain atau menggunakan internet untuk memlampiaskan kemarahan, hal ini

disebut dengan "Internet abuse" atau "Penyalahgunaan Internet"

(Morahan., Martin. 2008). Pembahasan mengenai remaja dan internet

menandakan bahwa betapa pentingnya kemampuan literasi media sekarang

ini khususnya pada remaja.

Tujuan dari literasi media adalah untuk meningkatkan

kesadaranakan berbagai bentuk pesan yang kita temui dalam kehidupan

kita sehari-hari (Europe Commission. 2009) memiliki spirit bagi penelitian

ini, terlebih lagi tidak adanya peran pemerintah yang mencanangkan

pendidikan literasi media pada kurikulum belajar. Walaupun kita memiliki

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

58

regulasi yang mengatur persoalan mengenai Internet ini namun sebenarnya

pihak kepolisianpun suslit untuk mengawasi laju perkembangan dan

peredaran informasi didalam internet tersebut (Sobirin. 2013).

Literasi media Literasi media adalah "A set of perspectives that we

actively expose ourselves to the media to interpret the meaning of the

messages we encounter. We build our perspectives from knowledge

structures" (Potter. 2011:19), yang artinya adalah satu set perspektif yang

aktif kita gunakan untuk. Konsep literasi sendiri yang dirumuskan oleh

Elizabeth Thoman (Jolls. and Wilson. 2014), di rumuskan dalam lima

kategori sebagai berikut:

1. Seluruh pesan media merupakan konstruksi.

Konsep in imelihat dua aspek penting dari pesan media:

pembuat pesan dan konstruksi. Media tidak merefleksikan realita

eksternal secara sederhana. Realita yang mereka tampilkan merupakan

konstruksi yang dibentuk secara hati-hati dan merupakan hasil dari

banyak faktor penentu. Realita yang kita lihat di media merupakan

realita yang telah dikonstruksi untuk kita oleh orang-orang yang

membuat teks media. Cara pandang kita terhadap realita banyak

didasarkan dari pesan-pesan media yang telah dikonstruksi

sebelumnya. Pesan-pesan media sebenarnya merupakan konstruksi,

meskipun di mata khalayak tampat natural.

2. Pesan media dikonstruksikan dengan cara-caranya sendiri

menggunakan bahasa kreatif.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

59

Seperti yang dikatakan Marshall McLuhan, setiap medium

mempunya bahasanya sendiri dan menyusun realita dengan caranya

sendiri. Demikian pula setiap pesan media memiliki "bahasa"

kreatifnya sendiri. Musik menyeramkan dapat mendorong rasa takut

yang lebih besar, pengambilan gambar secara close-up dapat member

kesan intim, headline berita yang besar di surat kabar menunjukkan

signifikansi berita, dan sebagainya. Media yang berbeda akan

memberitakan kisah yang sama, namun mendciptakan kesan dan pesan

yang berbeda. Orang yang memperoleh pengetahuan akan sebuah

sejarah dari film memiliki kesan berbeda dari orang yang memperoleh

sejarah yang sama dari dokumen aslinya.

3. Orang yang berbeda akan memiliki perasaan yang berbeda pula

terhadap pesan yang sama.

Konsep ini memuat dua ide utama, yang pertama yaitu

perbedaan setiap individu memengaruhi beragamnya interpretasi kita

atas pesan yang kita terima dari media massa, dan yang kedua adalah

kesamaan antar individu mencitpakan pemahaman yang serupa di

antara kita. Pemirsa memegang peranan yang penting dalam

menginterpretasi sebuah pesan karena setiap pemirsa memiliki latar

belakang yang berbeda-beda, yang jika digabungkan atau diaplikasikan

dengan sebuah teks akan menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda

pula.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

60

4. Kebanyakan pesan media dikonstruksi untuk meperoleh dan/atau

kekuasaan.

Sebagian besar media diciptakan sebagai institusi bisnis untuk

menghasilkan uang. Tujuan sebenarnya sebuah program televisi atau

artikel majalah atau koran adalah menciptakan pemirsa untuk dijual

kepada pengiklan atau sponsor. Tujuan sebenarnya sebuah program

televisi, atau artikel dalam sebuah majalah, adalah untuk menciptakan

pemirsa agar produsen media tersebut bisa menjualnya ke sponsor

untuk mengiklankan suatu produk. Menyelidiki tujuan diciptakannya

sebuah pesan juga membuat kita mengetahui hal-hal yang berkaitan

dengan kepemilikan media tersebut dan struktur pengaruh institusi

media di dalam sebuah masyarakat.

5. Media mengandung nilai-nilai dan sudut-sudut pandang.

Dalam melihat pesan yang berusaha disampaikan oleh media,

sangatlah penting untuk memahami bahwa tidak akan pernah ada

media yang bebas nilai. Media, karena merupakan konstruksi,

mengandung nilai-nilai tertentu mengenai apa dan siapa yang penting

bagi orang yang mengkonstruksikan pesan tersebut. Dalam

mengkonstruksi pesan tersebut, pembuat pesan menentukan hal apa

saja yang akan mereka masukkan ke dalam pesan yang mereka buat.

Pilihan-pilihan ini merepresentasikan nilai, sikap, dan sudut pandang

pembuat pesan tersebut.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

61

Kehadiran initernet, mempetimbangkan aktifitas apa saja yang

dapat dilakukan dalam teknologi tersebut, dalam artian pengguna bukan

lagi sebagai pengguna yang pasif namun mereka juga harus dapat

membuat konten, membagi informasi, bersosialisasi, berdiskusi, di

berbagai media sebagai bentuk partisipasi dalam masyarakat (Livingstone.

2008., Hobbs. 2010., Gee. 2010., Jenkins, Clinton, K, Purushatma,

Robison, A. & Weigel. 2009). Gee menekankan bahwa literasi media baru

tidak hanya bagaimana khalayak menanggapi pesan-pesan media, tetapi

juga bagaimana mereka terlibat secara aktif di produksi media, partisipasi

(secara online), membentuk kelompok sosial, dan memiliki kemampuan

layaknya professional (Miocic., Parinic. 2014). Intinya literasi media di era

internet seperti sekarang ini literasi media tidak sekedar mengajarkan

orang untuk belajar dari media, untuk melawan manipulasi media, dan

menggunakan bahan-bahan media dalam cara yang konstruktif, tetapi juga

peduli dengan keterampilan berkembang yang akan membantu

menciptakan warga negara yang baik dan yang akan membuat mereka

lebih termotivasi dan peserta yang kompeten di kehidupan sosial (Kellner.

2002).

Pendapar-pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa, literasi media baru adalah suatu set dari kemampuan mengkritisi

informasi dan berpatisipasi. Dalam Literasi Media European Commission

(2009) merancang sebuah kesatuan kemampuan literasi media yang sangat

relevan untuk era internet ini, European Commission mengukur tingkat

literasi media masyarakat di negara-negara Uni Eropa menggunakan

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

62

Individual Competence Framework dalam Final Report Study on

Assessment Criteria for Media Literacy Levels (2009). Individual

Competence dalam bahasa Indonesia Kompetensi Individual ini terbagi

menjadi dua kategori:

1. Personal Competence, yaitu kemampuan seseorang dalam

menggunakan media dan menganalisis konten-konten media.

2. Sosial Competence, yaitu kemampuan seseorang dalam berkomunikasi

dan membangun relasi sosial lewat media serta mampu memproduksi

konten media.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

63

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1. SMA NEGERI 1 PATUK

3.1.1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Patuk

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 160 jumlah Sekolah

Menengah Atas baik Negeri maupun swasta yang tersebar di setiap

kabupatennya. Dari 160 jumlah Sekolah Menengah Atas baik Negeri

maupun swasta tersebut 30 diantarannya berada pada kawasan pedesaan,

yakni 1 di kab. Bantul, 5 di kab. Sleman, 7 di kab. Kulon Progo, dan

paling banyak di kab. Gunungkidul berjumlah 17 sekolah. 30 Sekolah

Menengah Atas baik Negeri maupun swasta di daerah pedesaan tersebut

ada 18 sekolah yang menyediakan wifi untuk kebutuhan guru maupun

siswa.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

64

Tabel 3.1

Data SMA pada kawasan pedesaan di DIY

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

65

Dari beberapa sekolah yang menyajikan internet untuk guru

dan siswanya, SMAN 1 Patuk termasuk jenis sekolah menengah atas

yang menyadari peran teknologi informasi dan komunikasi sebagai

sarana penunjang dalam pembelajaran siswa tentang berbagai hal.

SMA Negeri 1 Patuk termasuk sekolah yang memberi perhatian lebih

terhadap kebutuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi terlihat dari

visi "Menghasilkan lulusan berkualitas dalam IMTAQ dan IPTEK,

mandiri, serta bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga,

masyarakat, dan bangsa".

Kondisi geografis, dan keadaan sosio-ekonomi Kecamatan

Patuk dengan luas wilayah 72,04 km2 terbagi dalam 11 Desa 72 dusun,

129 RW dan 327 RT berada dikawasan perbukitan, serta mayoritas

mata pencaharian masyarakat Kecamatan Patuk didominasi sektor

pertanian, tetapi ada juga usaha di sektor lain baik yang sifatnya

individual maupun kelompok. Antara lain: peternakan (sapi, kambing,

ayam kampung), perkebunan (buah-buahan; kakao, rambutan, durian)

dan industri makanan olahan ( Kripik Pisang, Patilo).

Berdasarkan hal itu pula SMA Negeri 1 Patuk menyediakan

menyediakan atau mengaktifkan internet sejak tahun 2009 untuk

siswanya (wifi) 24 jam sehingga menurut pengakuan pihak sekolah

memang memberikan fasilitas tersebut untuk membantu siswa untuk

mengakses informasi, dan lain-lain, mengingat tempat tinggal siswa

yang susah mendapatkan signal internet. selain itu SMA Negeri 1

Patuk menyediakan atau mengaktifkan internet untuk siswanya (wifi)

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

66

24 jam sehingga menurut pengakuan pihak sekolah memang

memberikan fasilitas tersebut untuk membantu siswa untuk mengakses

informasi untuk kebutuhan tugas sekolah yang mana saat ini SMA

Negeri 1 Patuk menggunakan aplikasi QUIPPER (aplikasi belajar

berbasis online) untuk beberapa mata pelajaran, dan lainnya. Fasilitas

tersebut juga hadir karena pihak sekolah menyadari betul bahwa

tempat tinggal siswa yang susah mendapatkan signal internet.

Sebagian orang tua siswa yang berpendidikan rendah dan

memiliki mata pencaharian sebagai petani ide dari SMA Negeri 1

Patuk untuk menambahkan program teknik Komputer setara dengan

kompetensi di Sekolah kejuruan sangat membuat warga sekitar yang

khususnya memiliki anak yang bersekolah di SMA Negeri 1 Patuk

merasa sangat terbantu. Gaya belajar pada siswa sudah cukup modern

dengan menggunakan komputer pribadi, selain itu, kebutuhan akan

TIK pada siswa jiga terlihat dari gaya belajar pada siswa sudah cukup

modern dengan menggunakan komputer pribadi.

Kepemilikan komputer pribadi/ laptop tidak di rasakan oleh

semua siswa, dari 341 siswa 122 diantaranya tidak memiliki komputer

pribadi/ laptop. Untuk mengakses internet tak hanya menggunkan

media komputer pribadi/ laptop saja, handphone/ HP yang sekarang

lebih dikenal dengan smartphone juga banyak di gunakan oleh siswa

SMA Negeri 1 Patuk. Pengguna smartphone di kalangan siswa SMA

Negeri 1 Patuk berjumlah 302 siswa, dengan dukungan provider

seluler yang bermacam-macam mulai dari XL, Telkomsel, AXIS, dan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109492/potongan/S2-2017... · remaja SMP dan SMA. Hasil kuesioner yang disebarkan ke beberapa sekolah menengah

67

Indosat. Siswa yang tidak memiliki akses terhadap Internet dan

komputer secara pribadi dapat menggunakan komputer yang

disediakan oleh pihak sekolah yang berjumlah 3 unit.

Selain dapat menggunakan komputer sekolah, siswa juga bisa

menggunakan komputer yang ada di Warung Internet. Kecamatan

Patuk dengan luas wilayah 72,04 km2 terbagi dalam 11 Desa/

kelurahan, 72 dusun, 129 RW dan 327 RT, tidak semua tersedia warnet

hanya beberapa kelurahan saja. Menyadari kurangnya transportasi

antar desa, sebagian desa menyediakan fasilitas wifi untuk warga hal

ini bertujuan agar membantu siswa dalam mengakses informasi untuk

kebutuhan sekolah.

Tabel 3.2

Daftar Desa/Kelurahan yang memiliki Warnet dan Wifi di balai desa

Desa warnet Wifi

Balai desa

Semoya

Pengkok

Beji √

Bunder

Nglegi √

Putat 3

Salam

Patuk 1

Ngoro-oro 1

Nglanggeran

Terbah