bab i pendahuluan (2)

Upload: drnunung

Post on 19-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iijkmklmom

TRANSCRIPT

6

pada 2015. Target yang diterapkan adalah menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1000 kelahiran hidup, menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20% dan menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11 %.5,6Pre eklampsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang ditandai dengan gejala hipertensi dan proteinuria. Pre eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab utama mortalitas dan morbilitas ibu dan bayinya. Insiden pre eklampsia adalah 7-10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Pre eklampsia juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kematian janin dalam kandungan. Seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami pre eklampsia.2,7,8Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia 248/100.000 kelahiran hidup. BAPPENAS dalam laporan perkembangan pencapaian MDGs tahun 2004 antara lain menyebut penyebab AKI; perdarahan (28%), eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan (13%); partus lama (9%); komplikasi aborsi dan infeksi (2juta kasus per tahun atau 11%) dan karena kebersihan yang buruk saat persalinan atau penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati (10%).1,2,9Soejoenoes (1983) melakukan penelitian di 12 Rumah sakit pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian pre eklampsia dan eklampsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 per 1000 (4,9 kali lebih besar dibanding dengan kehamilan normal). Kematian yang disebabkan pre eklampsia dan eklampsia mencapai 12 % dari semua kematian ibu di negara berkembang. Jumlah kejadian pre eklampsia sebanyak 70 per 661 kelahiran hidup. Arulkumaran (1995) melaporkan angka kejadian pre eklampsia di Indonesia dari beberapa rumah sakit pendidikan sebaesar 8,5 % dengan kematian neonatal 10,83 per 1000 kelahiran hidup. AKI pada saat melahirkan di Kabupaten Cilacap tahun 2004 sebanyak 35 kasus atau 125 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu bersalin tersebut disebabkan oleh perdarahan sebanyak 37,14 %, pre eklampsia dan eklampsia 22% dan infeksi 5,71%. Pre eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab AKI tertinggi nomor dua di Kabupaten Cilacap.9,10,11Di Indonesia angka kematian bayi dan angka kematian ibu adalah 35 per 1000 kelahiran hidup dan 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 239 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun demikian masih terdapat beberapa wilayah yang masih menunjukkan angka kematian bayi yang cukup tinggi.3,4,12,13Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke 7 setelah persalinan (masa perinatal). Kematian perinatal akibat komplikasi pre eklampsia di negara maju lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang. Di negara berkembang dilaporkan bahwa berkisar antara 42,2 % sampai dengan 50 % sebab kematian perinatal karena komplikasi pre eklampsia dikarenakan terjadinya hipoksia intra uterin dan prematuritas. Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur, dan berat badan lahir yang rendah, yaitu sebesar 40,68%. Selain itu penyebab kematian bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum (49%-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15%-20%), trauma persalinan (2-7%), cacat bawaan (1-3%). Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh pelbagai faktor sosial-budaya, antara lain: kebiasaan untuk melarang jenis makanan tertentu selama kehamilan dan masa laktasi.2,5,14,15Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB di Sulawesi Selatan saat ini adalah 52 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal, sekitar 42% disebabkan oleh karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Saat ini sekitar 15 % bayi di Indonesia lahir dengan BBLR. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan usaha usaha untuk menurunkan angka kematian bayi yaitu dengan mewaspadai adanya resiko kelahiran BBLR secara lebih dini. Neonatal dengan BBLR berisiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal. Disamping itu BBLR memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan normal ketika dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal.2,8,14Berat badan lahir rendah disebabkan oleh banyak faktor antara lain dari faktor maternal, janin dan plasenta. Faktor maternal meliputi usia ibu, paritas, jarak kehamilan, anemia, pre eklampsia/eklampsia, kondisi lingkungan, asupan gizi ibu selama kehamilan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan keadaan sosial ekonomi. Sedangkan dari faktor janin sendiri meliputi gawat janin, kehamilan multipel (ganda) dan kehamilan dengan hidramnion. Dari faktor plasenta sendiri meliputi plasenta previa dan abrusio plasenta.2,15,16Jumlah kasus Pre eklampsia RS Wahidin Sudirohusodo 31 per 100 kelahiran hidup atau sekitar 24 %. Jumlah kasus BBLR RS Wahidin Sudirohusodo 48 per 100 kelahiran hidup. Hal ini masih cukup tinggi oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut diatas ,maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara pre eklampsia dengan kelahiran BBLR di RSUP Wahidin Sudirohusodo.

I.2Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah : Apakah terdapat hubungan antarta pre eklampsia dengan kelahiran BBLR di RSUP Wahidin Sudirohusodo?

I.3Tujuan Penelitian

I.3.1Tujuan UmumUntuk mengetahui uji kemaknaan hubungan pre eklampsia dengan kelahiran BBLR di RSUP Wahidin Sudirohusodo

I.3.2Tujuan khususI.3.2.1Untuk mengetahui distribusi frekuensi pre eklampsia di RSUP Wahidin SudirohusodoI.3.2.2Untuk mengetahui distribusi frekuensi kelahiran BBLR di RSUP Wahidin SudirohusodoI.3.2.3Menganalisa hubungan pre eklampsia dengan kelahiran BBLR di RSUP Wahidin Sudirohusodo

I.4Manfaat Penelitian

I.4.1Manfaat TeoritisI.4.1.1Peneliti dapat menerapkan ilmu atau konsep konsep penelitian pada mata kuliah metodologi penelitian dan biostatistik.I.4.1.2Penelitian ini merupakan masukan untuk penelitian selanjutnya.

I.4.2Manfaat PraktisI.4.2.1Untuk masyarakat dapat menerapkan langkah langkah promotive dan preventive untuk mengurangi resiko kelahiran BBLR dan mencegah terjadinya komplikasi kehamilan.I.4.2.2Untuk bidan, dapat melaksanaakan deteksi dini faktor risiko pre eklampsia, sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan yang sifatnya promotive, preventive, kurative kepada ibu hamil dan melahirkan sehingga dapat melaksanakan tindakan antisipasi dan rujukan serta dapat memberikan penanganan pada neonatus dan kolaborasi.I.4.2.3Rumah sakit dapat memberikan pelayanan optimal, di dalam ruang lingkup pelayanan perinatal, serta mengoptimalkan tatalaksana pencegahan dan penanganan pada ibu hamil dengan pre eklampsia.I.4.2.4Dinas Kesehatan Kota Makassar dapat membuat kebijaksanaan atas dasar penelitian ini atau sebagai masukan masukan dalam rangka penurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi di tingkat kotamadya.