bab. i pendahuluan · 2018. 4. 11. · lahan dan air yang meliputi pendahuluan, karakteristik lahan...

72
DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA TINGKAT DASAR MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN PENGELOLAAN AIR KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 1 REVIEW 1 - 2015 Bab. I PENDAHULUAN 1.1 URAIAN DIKLAT TEKNIS 1. Nama Diklat : DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA TINGKAT DASAR 2. Mata Diklat : MS3. KESESUAIAN LAHAN DAN PENGELOLAAN AIR 3. Alokasi Waktu : 12 JP 4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar Pengembangan Rawa yang meliputi Survei Kesesuaian Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan Air dan pengelolaan Air 5. Tujuan pembelajaran : Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami konsep dasar Survei Kesesuaian Lahan dan pengelolaan air yang meliputi karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa asang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan Air dan pengelolaan Air Hasil Belajar : Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami konsep dasar Kesesuaian lahan dan Pengelolaan Air Indikator Hasil Belajar : Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diklat mampu menjelaskan dan memahami : 1. Karakteristik Lahan dan Air, Tanah dan Lingkungan 2. Satuan Lahan dan kesesuaian Lahan 3. Zonasi Pengelolaan Air (Water Management Zone) 4. Pengelolaan Air Irigasi Rawa Pasang Surut 6. Sasaran : Agar peserta diklat mengerti dan memahami konsep tentang kesesuaian lahan dan pelnglolaan air untuk irigasi rawa pasang surut 7. Persyaratan : Pengantar Rawa Konsep pengembangan Rawa A. Peserta : Staf Dinas / BWS/BBWS Terkait B. Instruktur/ Narasumber : Widyaiswara Kementarian PUPR Praktisi/Akademisi berpengalaman minimal 6 tahun dibidang substansi pelatihan dan telah mengikuti TOT 8. Penyelenggara : Balai Diklat, Pusdiklat dilingkungan BPSDM PUPR 9. Materi Diklat No./ MATA DIKLAT Jam Pembelajaran (JP)

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 1 REVIEW 1 - 2015

Bab. I

PENDAHULUAN

1.1 URAIAN DIKLAT TEKNIS

1. Nama Diklat : DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

2. Mata Diklat : MS3. KESESUAIAN LAHAN DAN PENGELOLAAN

AIR

3. Alokasi Waktu : 12 JP

4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membahas tentang konsep dasar Pengembangan Rawa yang meliputi Survei Kesesuaian Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan Air dan pengelolaan Air

5. Tujuan pembelajaran : Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami konsep dasar Survei Kesesuaian Lahan dan pengelolaan air yang meliputi karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa asang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan Air dan pengelolaan Air

Hasil Belajar : Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami konsep dasar Kesesuaian lahan dan Pengelolaan Air

Indikator Hasil Belajar : Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diklat mampu menjelaskan dan memahami : 1. Karakteristik Lahan dan Air, Tanah dan Lingkungan 2. Satuan Lahan dan kesesuaian Lahan 3. Zonasi Pengelolaan Air (Water Management Zone) 4. Pengelolaan Air Irigasi Rawa Pasang Surut

6. Sasaran : Agar peserta diklat mengerti dan memahami konsep

tentang kesesuaian lahan dan pelnglolaan air untuk

irigasi rawa pasang surut

7. Persyaratan : Pengantar Rawa

Konsep pengembangan Rawa

A. Peserta : Staf Dinas / BWS/BBWS Terkait

B. Instruktur/ Narasumber

: Widyaiswara Kementarian PUPR

Praktisi/Akademisi berpengalaman minimal 6 tahun

dibidang substansi pelatihan dan telah mengikuti

TOT

8. Penyelenggara : Balai Diklat, Pusdiklat dilingkungan BPSDM PUPR

9. Materi Diklat

No./ MATA DIKLAT Jam Pembelajaran (JP)

Page 2: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 2 REVIEW 1 - 2015

Kode Teori Praktek Total

A. MATERI UMUM

MU.1 Peraturan/PerUUan tentang Rawa dan yang

terkait

MU.2 Sikap prilaku kerja PNS

MU.3 Pengarustamaan Gender

No./

Kode MATA DIKLAT

Jam Pembelajaran (JP)

Teori Praktek Total

B. MATERI SUBSTANSI

MS.1 Konsep Pengembangan Rawa 6 10 16

MS.2 Pengukuran Situasi (Memanjang dan

Melintang) 3 5 8

MS.3 Kesesuaian Lahan dan PengelolaanAir 6 6 12

MS.4 Peta Petak/Layout.Sistem Planning 8 10 18

MS.5 Pra Rencana Bangunan Utama (Intake) 8 10 18

MS.6 Hidrologi Rawa 1 2 4 6

MS.7 Perhitungan Saluran dan Drainase 3 5 6

MS.8 Perhitungan Volume, Analisis Harga Satuan

dan RAB 2 4 6

C. MATERI KHUSUS: Studi Kasus Komprehensif

MK.1 Pengantar Studi Kasus, Penjelasan Lapangan dan

Tata cara Penulisan/Pelaporan 4 4

MK.2 Kunjungan Lapangan

MK.3 Kerja Kelompok- Penulisan Pelaporan 8 8

MK.4 Seminar – Evaluasi 8 8

Total Jam Pelajaran (IP)

1.2 LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki lahan rawa yang sangat luas, berkisar lebih kurang 34 juta hektar

dimana sekitar 20 juta ha merupakan lahan rawa pasang surut. Luas areal sisa

sekitar 13,4 juta ha merupakan lahan rawa non pasang surut di sepanjang sungai

dan lahan rawa lebak. Hampir lebih dari 4 juta ha dari lahan rawa pasang surut

sudah di

Page 3: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 3 REVIEW 1 - 2015

reklamasi, sebagian oleh Pemerintah (sekitar 1.5 juta ha) dan sebagian lagi oleh

Penduduk lokal (Bugis dan Banjar) sekitar 2.5 juta ha.

Pengembangan lahan rawa di Pulau Sumatera dan Kalimantan di mulai pada awal

abad ke dua puluh oleh transmigran lokal/spontan, atau bahkan sudah

dikembangkan sebelumnya oleh masyarakat adat pada saat itu. Sedangkan

reklamasi rawa oleh Pemerintah di mulai pada tahun 1930 an. Pembukaan dengan

skala yang besar disponsori oleh Pemerintah pada tahun 1970 an dan 1980 an

dengan tujuan menunjang program transmigrasi dengan penempatan penduduk

dari pulau padat seperti Jawa, Bali dan Madura ke pulau yang jarang seperti

Sumatera dan Kalimantan. Sekarang ini tujuan utama dari pengembangan jaringan

reklamasi rawa pasang surut adalah untuk menunjang peningkatan produksi pangan

melalui program intensifikasi lahan rawa guna mendukung program swasembada

pangan. Prioritas Pemerintah sekarang ini adalah untuk mengoptimalkan jaringan

rawa pasang surut yang sudah melalui program intensifikasi dengan meningkatkan

produktivitas dan peningkatan pola tanam. Karena itu, peranan peningkatan rawa

pasang surut untuk pengembangan pertanian di Indonesia menjadi sangat penting,

dan pendekatan bertahap harus diterapkan untuk mencapai pembangunan yang

berkelanjutan (Rahmadi, 2009).

Gambar 1. Sebaran lahan rawa di Indonesia

Page 4: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 4 REVIEW 1 - 2015

Sumber: Water Management for Climate Change Mitigation and Adaptive Development in Lowlands (WACLIMAD), 2011

Pengelolaan rawa pasang surut dilandasi pada prinsip keseimbangan antara upaya

konservasi dan pendayagunaan rawa pasang surut dengan memperhatikan daya

rusak air di daerah rawa pasang surut. Tujuan utama dari pengelolaan rawa pasang

surut adalah untuk melestarikan rawa pasang surut sebagai sumber air dan

meningkatkan kemanfaatannya untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi, budaya,

dan pengembangan wilayah.

Reklamasi dalam rangka pengembangan rawa pasang surut dilakukan secara

bertahap; tahap pertama membangun saluran terbuka tanpa pintu sehingga muka

air tidak dapat dikendalikan (drainase terbuka); tahap kedua melengkapi saluran

sekunder dan tersier dengan bangunan pintu pengatur (muka air dapat dikendalikan

sebagian); dan tahap ketiga melengkapi prasarana jaringan reklamasi rawa

sehingga muka air dapat dikendalikan penuh.

Guna mendapatkan informasi awal mengenai pengelolaan air yang tepat perlu

dilakukan inventarisasi terhadap jenis lahan pasang surut (satuan lahan) dan

kesesuaian lahan. Untuk mengetahui jenis satuan lahan, maka di perlukan informasi

yang cukup mengenai karakteristik dari lahan yang dimaksud. Adapun untuk

mengetahui karakteristik lahan tersebut maka di perlukan survei dan pengecekan di

lapangan. Opsi pengelolaan air dilahan rawa pada dasarnya ditentukan oleh kondisi

hidrotografi. Bila dikombinasikan dengan strategi pengelolaan air maka akan

memungkinkan kita dapat membagi suatu area kedalam zona-zona kesesuaian

lahan yang berbeda atas dasar kondisi pengelolaan air yang kurang lebih identik .

Hal itu disebut sebagai Kelas Kesesuaian Lahan , yang akan menjadi suatu indikator

untuk membuat delineasi lahan berdasarkan kesamaan dalam hal pengelolaan

airnya yang di sebut dengan Zonasi Pengelolaan Air (ZPA). Untuk mendapatkan

zona kesesuaian lahan pada daerah rawa pasang surut, kita bisa menggunakan

Aplikasi sistem informasi geografis (GIS).Zonasi kesesuaian lahan harus bisa

sekurang-kurangnya membedakan antara kategori hidrotopografi (A sampai D) dan

karakteristik tanah yang paling utama .Drainabilitas juga penting, tetapi sulit

Page 5: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 5 REVIEW 1 - 2015

ditentukan secara akurat. Dari Zonasi Pengelolaan Air maka selanjutkan kita dapat

mempersiapkan rencana pengelolaan air.

Pengelolaan air dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan air yang cukup bagi

tanaman, membuang air hujan kelebihan dari lahan pertanian, mencegah

tumbuhnya tanaman liar di lahan sawah (tanaman padi), mencegah timbulnya zat

racun dan kondisi tertutupnya muka tanah oleh genangan air diam, mencegah

penurunan kualitas air, mencegah kerusakan tanaman oleh pengaruh air asin, dan

dalam kasus tertentu mencegah pembentukan tanah asam sulfat. Pengelolaan air

diselenggarakan pada dua tingkatan, yaitu: i) pengelolaan air di petak tersier, atau

tata air mikro, yaitu pengelolaan air di lahan usaha tani yang menentukan secara

langsung kondisi lingkungan bagi pertumbuhan tanaman dan ii) pengelolaan air di

jaringan utama (primer dan sekunder), atau tata air makro, yaitu pengelolaan air di

tingkat sistem makro yang berfungsi menciptakan kondisi yang memenuhi

kesesuaian bagi terlaksananya pengelolaan air dipetak tersier (tata air mikro).

Page 6: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 6 REVIEW 1 - 2015

Bab. II

KARAKTERISTIK LAHAN DAN AIR

2.1 Umum

Rawa merupakan bagian daratan yang hampir sepanjang tahun jenuh air atau

tergenang. Bentang lahan rawa meliputi wilayah pantai (coastal land), muara

sungai, rawa belakang (back swamps) sampai pada rawa dalam (deep water

land). Lahan rawa umumnya terletak pada satuan hidrologi sungai-sungai besar

seperti Barito (Kalimantan Selatan), Kapuas (Kalimantan Barat), Kahayan

(Kalimantan Tengah), Mahakam (Kalimantan Timur), Musi (Sumatera Selatan),

Batang Hari (Riau), Digul (Papua) dan lainnya. Sungai-sungai besar tersebut

mengalir jauh ke pedalaman melalui cabang-cabang anak sungainya.

2.2. Karakteristik pasang surut

Karakteristik pasang surut di sepanjang pantai Indonesia bervariasi dari satu

tempat ke tempat lainnya. Di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat mempunyai

pasang surut jurnal yaitu sekali pasang dan sekali surut setiap hari. Di Sumatera

Utara dan Kalimantan Timur mempunyai pasang surut semi-jurnal yaitu dua kali

pasang dan dua kali surut setiap harinya. Di tempat lainnya mempunyai pasang

surut campuran di mana kadang-kadang didominasi oleh pasang surut jurnal

maupun semi-jurnal. Karakteristik pasang surut berpengaruh terhadap kecepatan

aliran dan waktu yang tersedia untuk navigasi, drainasi dan pemberian air.

2.2.1 Kisaran pasang surut dan peluang drainasi

Kisaran pasang surut adalah merupakan perbedaan antara muka air pasang dan

muka air surut harian. Kisarannya bervariasi secara tetap setiap dua mingggu dan

mencapai maksimum pada pasang purnama (spring tide) dan minimum pada

pasang mati (neap tide). Kisaran ini dipengaruhi oleh perubahan musiman.

Page 7: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 7 REVIEW 1 - 2015

Kisaran pasang surut bervariasi dari tempat ke tempat lain, pada pantai utara

Jawa hanya sekitar 1,0 m. Pada pantai timur Sumatera berkisar antara 1,5 – 6,0

m sedangkan pada pantai selatan Kalimantan bervariasi antara 1,5 - 2,0 m dan

pada pantai selatan Irian Jaya sekitar 3,8 m.

Dengan memperhatikan elevasi lahan rawa pasang surut yang pada umumnya

sekitar elevasi muka air pasang purnama, kisaran pasang surut pada pasang

purnama memberikan indikasi kedalaman muka air surut di bawah muka lahan

dan peluang maksimum kedalaman drainasi. Semakin ke arah hulu dari mulut

sungai, fluktuasi pasang surut semakin dipengaruhi oleh aliran sungai, walaupun

di beberapa sungai berdasarkan pengamatan pada awalnya terjadi sedikit

penambahan kisaran pasang surut yang diakibatkan oleh adanya penyempitan

penampang sungai baik secara vertikal maupun horizontal. Setelah air memasuki

saluran, fluktuasi pasang surut menjadi berkurang.

2.2.2 Intrusi air asin

Intrusi air asin mencapai jarak terjauh pada saat puncak pasang tinggi, tepat

sebelum air mulai mengalir ke luar lagi, dan mencapai jarak terdekat pada saat

surut terendah tepat sebelum air mulai mengalir masuk ke sungai. Karena air asin

sedikit lebih berat dari pada air tawar, maka air tawar akan berada dipermukaan

sedangkan air asin berada di bagian yang lebih dalam, sehingga disebut intrusi

air asin berlapis. Walaupun demikian, pada kebanyakan kasus, air asin dan air

tawar akan bercampur dengan baik dan disebut intrusi air asin campuran.

2.2.3 Sedimentasi

Sedimentasi pada sungai pasang surut sering terjadi di bagian dekat muara

sungai, di mana penampang sungai menjadi lebih besar yang mengakibatkan

menurunnya kecepatan aliran air dan percampuran dengan air laut menyebabkan

terjadinya flokulasi partikel liat. Kedalaman sungai dapat mencapai 10 m atau

Page 8: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 8 REVIEW 1 - 2015

lebih, namun pada bagian muara sungai mungkin kedalamannya tidak lebih dari 2

atau 3 m, atau bahkan kurang.

2.3. Hidrologi sungai

Sepanjang sungai pasang surut dapat dibedakan menjadi empat ruas dimana

pada setiap ruas mempunyai konsekuensi khusus terhadap pengembangan lahan

(Gambar 2). Uraian singkat untuk masing-masing ruas adalah sebagai berikut.

Gambar 2 Ruas sungai

Ruas sungai I

Pada ruas sungai I, elevasi muka air terutama ditentukan oleh pengaruh pasang

surut serta tidak banyak perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau.

Intrusi air laut sering terjadi pada sebagian musim hujan. Muka lahan pada tanah

mineral sebelum reklamasi adalah sama dengan elevasi muka air pasang. Tanah

Ruas sungai I Ruas sungai II Ruas sungai III Ruas sungai IV

Muka air surut

Muka air pasang

Muka air sungai. Musim hujan

Muka air sungai. Musim kemarau

Muka laut rata2

Air payau lahan pasang surut

Air tawar musim hujan lahan pasang surut

Air tawar, musim hujan & kemarau lahan pasang surut

Lahan kering bukan lahan pasang surut

Page 9: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 9 REVIEW 1 - 2015

sulfat masam jarang ditemukan, gambutnya dangkal dan air tanahnya mungkin

asin.

Drainasi lahan dapat dilakukan dengan baik karena kisaran pasang surutnya

cukup besar. Air irigasi dengan kualitas yang baik sulit ditemukan dan suplesi air

dengan gravitasi sangat tidak mungkin dapat dilakukan. Kebutuhan air rumah

tangga pada musim kemarau akan menjadi masalah utama.

Lahannya sering terbagi oleh sungai-sungai kecil pasang surut. Pada tahap awal,

penurunan muka lahan mungkin akan terjadi dengan cepat tergantung dari

sejarah pembentukan tanah, jarak terhadap sungai, dan lain-lain. Gambaran

tipikal adalah:

perlindungan terhadap intrusi air asin;

perlindungan terhadap banjir setelah terjadinya penurunan muka lahan;

tanaman keras (kelapa) dan pertambakan.

Ruas sungai II

Pada ruas ini elevasi muka air masih dipengaruhi oleh pasang surut. Muka air

maksimum tidak banyak berbeda dengan bagian hilirnya. Muka air maksimum

dipengaruhi oleh debit air dari daerah hulu yang lebih tinggi pada musim hujan.

Intrusi air asin hanya terjadi pada musim kemarau atau selama pasang purnama.

Muka lahan pada tanah mineral adalah sama dengan elevasi muka air pasang.

Baik tanah sulfat masam maupun kubah gambut mungkin dapat ditemukan.

Drainasi lahan masih dapat dilakukan dengan baik. Air irigasi dengan kualitas

yang baik hanya tersedia secara lokal pada musim kemarau, akan tetapi irigasi

tambahan pada musim hujan atau pada awal musim kemarau mungkin dapat

dilakukan. Irigasi secara gravitasi hanya mungkin dapat dilakukan secara lokal.

Gambaran tipikalnya adalah sebagai berikut :

prasarana pengairan terbuka dengan bangunan pengendali air pada tahap

pengembangan lanjut;

Page 10: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 10 REVIEW 1 - 2015

tanaman keras atau tanaman palawija, padi diikuti dengan palawija, atau

sistem pertanaman campuran dengan membuat guludan/pematang.

Ruas sungai III

Muka air masih dipengaruhi oleh pasang surut dan pengaruh tersebut lebih besar

pada musim kemarau dari pada musim penghujan. Banjir kecil dapat terjadi

tergantung dari rejim sungai.yang bersangkutan. Arah aliran balik tidak selalu

terjadi. Muka lahan pada tanah mineral mungkin sama dengan muka air pasang,

tetapi dengan terbentuknya pematang sungai dapat mengakibatkan lahan rawa di

belakangnya (backswamp) berdrainasi buruk. Kubah gambut sering ditemukan

demikian juga pembentukan tanah sulfat masam.

Drainasi memerlukan pertimbangan secara hati-hati dan drainasi secara gravitasi

untuk tanaman palawija sering tidak mencukupi. Pompa atau sistem pengelolaan

air secara hati-hati sangat diperlukan. Air irigasi tersedia, namun irigasi gravitasi

khususnya selama musim kemarau, sering tidak memungkinkan. Pilihan untuk

membawa air dari daerah hulu dapat dipertimbangkan.

Berdasarkan keadaan agroklimat, tanam padi dua kali setahun sering

dimungkinkan apabila air mencukupi untuk ditahan. Gambaran tipikalnya adalah

sebagai berikut:

sistem pengelolaan air secara rinci pada pengembangan tahap lanjut,

termasuk bangunan air pada tingkat tersier dan sekunder;

sistem suplesi dan drainasi terpisah;

alokasi lahan untuk pola tanam yang berbeda secara hati-hati;

tanam padi duakali setahun atau padi dan palawija, kadang-kadang dengan

membuat guludan/pematang;

tanah sulfat masam dan kubah gambut.

Page 11: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 11 REVIEW 1 - 2015

Ruas sungai IV

Muka air sungai sangat dipengaruhi oleh debit air dari hulu. Terjadi banjir dalam

waktu lama. Tidak pernah ada intrusi air asin.

Drainasi dan irigasi memerlukan perhatian khusus. Drainasi sering mengarah ke

ruas sungai bagian hilirnya sementara irigasi dari ruas sungai bagian hulunya

menjadi memungkinkan. Pengamanan banjir diperlukan dan drainasi dari lahan

sekitarnya (kaki bukit) harus diperhitungkan karena sering mengakibatkan lahan

tergenang.

Berdasarkan keadaan agroklimat, tanam padi dua kali setahun sangat

dimungkinkan. Gambaran tipikalnya adalah sebagai berikut:

pengamanan banjir dan pengelolaan air pada tingkat jaringan;

tanah lebih matang/padat;

drainasi dan irigasi pompa pada lokasi yang membutuhkan.

2.4. Potensi dan permasalahan Lahan dan Air Rawa Pasang Surut

Kendala fisik utama pada pengembangan lahan rawa pasang surut berpangkal

dari faktor kondisi air dan tanahnya, dan karena itu perlu jangka waktu yang tidak

singkat agar proses pematangan lahannya mencapai tingkat kesesuaian yang

memungkinkan tercapainya tingkat potensialnya sebagai lahan pertanian yang

produktif. Dalam rangka pengembangan rawa pasang surut secara berkelanjutan

Lahan rawa pasang surut sering diasosiasikan dengan keberadaan dari jenis

tanah yang belum matang dengan kandungan unsur racun yang dapat

menggangu pertumbuhan tanaman dan lebih lanjut mengakibatkan rendahnya

produktivitas usaha pertanian. Oleh sebab itu, perlu adanya pertimbangan dan

langkah yang cermat untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki

melalui kegiatan survey kesesuaian lahan dan air, tanah dan lingkungan

Hakekat pengembangan lahan rawa pasang surut dilandasi pendekatan

pengembangan yang berkeseimbangan antara pendayagunaan sumberdaya

Page 12: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 12 REVIEW 1 - 2015

lahan disatu sisi dengan pengharkatan terhadap fungsi ekologis disisi lainnya .

Pendekatan ini merupakan pengejawantahan dari prinsip konservasi yang sudah

dikenal secara luas dan secara konsisten dipenuhi melalui perwujudan zonasi

kawasan. Yaitu pemilahan kawasan untuk tujuan konservasi yang menyandang

harkat sebagai fungsi ekologis (perlindungan dan pengawetan) dan kawasan

yang menyandang fungsi sumberdaya dimana lahannya dinilai memenuhi

kelayakan untuk dikembangkan (kawasan lindung dan kawasan budidaya).

2.5 Survei tanah dan Air

Survei tanah rawa pasang surut secara garis besar ditujukan untuk mengetahui

satuan lahan yang akan dievaluasi kelas kesesuaian lahannya. Adapun

kebutuhan minimum survei tanah untuk kesesuaian lahan pertanian dan survei

lingkungan yang dibutuhkan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 1. Kebutuhan Survei Tanah

Jenis Survei Skala Survei

Tinjau Desain detil

Survei Tanah Pertanian

Pengeboran tanah sampai 1.20 m 1 per 250 ha 1 per 1 to 25 ha

Profil Tanah 1 per 2500 ha 1 per 10 bor

Contoh Tanah untuk analisis Lab 4 sampel per profil 4 samples per profil

Survei Kehutanan dan Sumber Daya

Alam

Inventori hutan Di areal alami Di areal alami

Survei flora dan fauna Di areal alami Di areal alami

Survei Sosial Ekonomi

Data Statistik dari Lokasi Lokal Ya Ya

Wawancara dengan nara sumber Ya Ya

Wawancara dengan pemilik lahan Tidak di Perlukan Mewakili (1 per kepemilikan)

1. Pengeboran Tanah

Pengeboran tanah di lakukan untuk melakukan selidik cepat tanah lapang,

dengan beberapa prinsip, diantaranya:

Page 13: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 13 REVIEW 1 - 2015

• Survei tanah prinsipnya mengikuti jalur sebagaimana survei topografi, jika

dibutuhkan survei diluar jalur survei makan posisinya dapat direkam dgn GPS

• Kerapatan pengamatan 1 per 25 – 250 ha

• Pengeboran dilakukan pada kedalaman 1, m pada tanah mineral dan 3 m

pada tanah gambut. Pengamatan mengikuti standar praktis survei tanah

seperti:

• tekstur, struktur, karatan (mottling) dan tingkat kematangan tanah

• ketebalan lapisan gambut dan tingkat kematangannya

• Kedalaman lapisan pirit dengan mengunakan larutan hidrogen peroksida

(H2O2), perhatikan buih dan bau belerang

• Kedalaman muka air tanah dan banjir

• Kandungan pH dan Fe2+ pada air tanah menggunakan kertas pengukur

• Penggunaan lahan di sekitar pengeboran.

2. Profil Tanah dan Analisis Laboratorium

Profil tanah merupakan pengamatan tanah lebih detil, dengan tujuan

pengamatan horizon tanah dan pengambilan sampel tanah.

• Pada masing-masing satuan lahan utama digali profil tanah untuk

pengamatan lebih lanjut, dengan kerapatan 1 per 2.500 ha. Sampel tanah di

ambil dari lapisan tanah pengamatan (kira-kira 4 lapisan) untuk analisis

laboratorium.

• Analisis Laboratorium untuk tanah mineral termasuk :

• kandungan air pada kapasitas lapang

• Analisis standar tanah mineral termasuk kandungan SO2

• Slow oxidation test untuk menentukan kedalaman lapisan suldat masam

• Klasifikasi tanah menurut PPT atau USDA

• Kerapatan isi lapisan atas (0 - 30 cm) dan lapisan bawah (> 30 cm),

untuk indikasi kematangan tanah.

Page 14: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 14 REVIEW 1 - 2015

• Analisis laboratorium tanah gambut :

• Total kandungan abu

• Kandungan mineral abu termasuk P, K, Ca and Mg.

Gambar 3. Pengeboran tanah (kiri) dan pengamatan profil (kanan)

Tanah lahan rawa pasang surut yang berpotensi untuk pengembangan pertanian

adalah tanah mineral / aluvial dan tanah gambut dangkal dengan ketebalan

kurang dari 1 m, sedangkan tanah gambut dalam dengan ketebalan lebih dari 3

m harus dihindari untuk pengembangan pertannian.

Tanah mineral pada lahan rawa pasang surut sering mengandung bahan tanah

sulfat masam potensial (PASS) yang disebut “pirit” di dalam lapisan tanah.

Selama PASS tetap dijaga tergenang dibawah muka air tanah, hal ini tidak

berbahaya bagi pertumbuhan tanaman. Akan tetapi apabila muka air tanah turun

dibawah lapisan PASS, pirit akan teroksidasi membentuk bahan tanah asam

Page 15: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 15 REVIEW 1 - 2015

sulfat aktual serta menghasilkan zat racun (ion Al dan Fe), dimana

membahayakan pertumbuhan tanaman.

Tanah organik dengan ketebalan lapisan organik lebih dari 0,50 m dan

kandungan abu total kurang dari 25% disebut tanah gambut. Tanah organik

dengan kandungan abu total lebih dari 25 % disebut tanah bergambut (muck

soil), dan biasanya dimasukan sebagai tanah mineral rawa. Tanah gambut pada

umumnya tidak subur dan potensinya untuk pengembangan pertanian

tergantung pada ketebalan, tingkat kematangan dan kandungan tanah

mineralnya. Apabila tanah gambut tergenang, asam organik akan terbentuk

menyebabkan tanah menjadi sangat masam (pH 3,5 sampai 4,0).

Secara umum, tanah rawa pasang surut lebih subur dari kebanyakan tanah-

tanah di lahan kering. Tingkat produksi pertanian yang tinggi dapat

dipertahankan asalkan pengelolaan tanah dan air dapat dilakukan dengan baik

dan sistem pengelolaan airnya dioperasikan dan dipelihara secara memadai.

Tanpa melakukan pengelolaan tanah dan air dengan baik, efek negatif terhadap

kondisi tanah dan air akan terjadi.

Terdapat dua pilihan untuk mencegah atau memperbaiki kondisi negatip tanah

dan air di lahan rawa pasang surut :

- pencucian (leaching) lahan yang rendah. Pembuangan zat-zat beracun dalam

tanah dengan pencucian yang memadai. Muka air tanah dijaga berada dekat

muka tanah dan disuplesi dengan air berkualitas baik. Cara ini cocok

dilakukan untuk lahan rendah dekat sungai dan saluran utama dimana air

pasang dapat meluapi lahan secara teratur selama beberapa hari pada

pasang purnama (katagori A dan B);

- drainasi dangkal. Pembuangan zat-zat beracun dengan cara oksidasi dan

drainasi pada daerah perakaran tanaman. Muka air tanah dijaga pada

kedalaman tertentu sepanjang sistem parit dangkal yang intensip. Daerah

perakaran akan tercuci secara efektip oleh air hujan. Pembentukan tanah

sulfat masam akibat teroksidasinya lapisan pirit harus dicegah dengan

menjaga agar muka air tanah tidak turun jauh dibawah lapisan pirit. Cara ini

Page 16: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 16 REVIEW 1 - 2015

direkomendasikan untuk lahan dimana tidak ada irigasi pasang surut yang

teratur (katagori B, C dan D).

Dalam dua kondisi tersebut, bahan racun yang tercuci dari dalam tanah akan

masuk kedalam air saluran drainasi, oleh karena itu diperlukan adanya

penggelontoran dalam sistem pengelolaan air. Penggelontoran menjadi sangat

penting pada lahan dimana air dalam saluran digunakan juga untuk irigasi atau

kebutuhan rumah tangga khususnya air minum.

Disamping aspek spesifik keterkaitan tanah dan air seperti diuraikan diatas,

kendala penting lain yang perlu dipertimbangkan adalah :

- variasi dalam sumberdaya lahan (tanah dan topografi) yang akan

menghasilkan perbedaan dalam penggunaan lahan dan sistem pengelolaan

air;

- diversifikasi tanaman dimana memerlukan pengelolaan air yang tepat agar

dapat memenuhi kebutuhan tanaman yang berbeda-beda.

Ketika tanah masih dalam proses pematangan secara perlahan-lahan,

penurunan tanah yang terjadi pada permukaan tanah dan pembangunan

prasarana drainasi lebih lanjut sangat berpengaruh terhadap kondisi hidraulis.

Beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan adalah :

- variasi dalam elevasi lahan yang relatip kecil dapat menyebabkan aliran air

serta akumulasi asam dan zat-zat beracun ke lahan yang lebih rendah

dimana permeabilitas tanah lapisan atasnya tinggi;

- pengelolaan tanah dan air yang tepat serta pencucian tanah dengan air yang

berkualitas baik dapat mengatasi ancaman pemasaman tanah dan akumulasi

asam organik serta ion aluminium dan besi;

- irigasi pasang surut dan irigasi pompa memberi peluang yang baik untuk

dapat meningkatkan produksi pertanian.

Untuk mengembangkan lahan rawa pasang surut, harus dicegah terjadinya “over

drainage” yang berarti mencegah turunnya muka air tanah terlalu dalam

sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi lapisan pirit dan “irreversible drying”

tanah gambut dapat dihindari.

Page 17: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 17 REVIEW 1 - 2015

3. Survei Penggunaan Lahan

Survei penggunaan lahan bertujuan untuk menginventarisir penggunaan lahan

actual di sekitar pengamatan tanah. Survei ini bertujuan untuk mengetahui

apakah vegetasi budidaya yang sudah diusahakan dilokasi dan bagaimana

pertumbuhan dan produktivitasnya dihubungkan dengan hasil survei tanah.

Adapun beberapa ha; yang diamati antara lain:

• Untuk areal alami tipe vegetasi dan spesies dominan dicatat

• Untuk areal pengembangan klasifikasi penggunaan lahan disarankan sbb :

– Sawah

– Kebun tanaman keras (jenis)

– Sawah/kebun (campur)

– Lahan Pekarangan

– Semak/Rumput (tinggi < 2 m)

– Belukar (tinggi > 2 m)

– Lain-lain

3. Survei Sosial Ekonomi

Assesmen dilakukan dari data statistik dan dari wawancara dan nara sumber

atau oranglokal. Untuk areal yang baru dikembangkan difokuskan pada

ketersediaan lahan utnuk mengetahui nilai ekonomi dan aktivitas yang

dibutuhkan. Untuk jaringan eksisting, survei bertujuan utk mengetahui kegiatan

pertanian saat ini dan crop budget dan perubahan yang terjadi sejak

penempatan dan alasannya.

• Pengumpulan data statistik tentang pupulasi, penggunaan lahandan fasilitas

dll (BPS, PODES)

• Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran lahan baik utk transmigran

maupun lokal

• Wawancara dengan pemda, kepala desa dan sumber lainnya. Utk survei

detil sampel acak sekitar 3% dari total populasi dari area yang disurvei.

• Inventarisasi kegiatan ekonomi dengan costs and benefits.

Page 18: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 18 REVIEW 1 - 2015

• Penilaian ketersediaan buruh, suplai dan fasilitas pasar, transportasi dan

jaringan distribusi.

• Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi lahan dan aspek legal lahan

lainnya.

• Untuk Jaringan Eksisting:

• Inventarisasi organisasi petani dan area kerja staf lapangan (Pengamat,

Juru Pengairan, PPL, etc.).

• Inventarisasi data agronomi: pola tanam, varitas, saprodi, HPT, dan crop

budgets.

• Deskripsi dan peta tipikal unit tersier, yang menggambarkan lokasi

saluran, bangunan air, perumahan dan lahan usaha, jalan dan jalan usaha

tani dll.

• Penyiapan peta yang menunjukkan tata letak pemukiman, jalan

penghubung, areal budidaya untuk musim hujan dan kemarau dengan

skala 1 : 20.000.

Page 19: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 19 REVIEW 1 - 2015

Bab. III

SATUAN LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN

Guna penentuan satuan lahan dan kesesuaian lahan, beberapa hal perlu

diperhatikan antara lain adalah kpondisi hidrotopografi, drainabilitas, salinitas

dan jenis tanah, seperti digambarkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Diagram Alur Penentuan Satuan Lahan, kesesuaian Lahan dan

Wilayah Pengelolaan Air

3.1. Hidrotopografi

Kebutuhan pengamanan banjir dan peluang irigasi pasang surut ditentukan oleh

keterkaitan antara elevasi muka lahan, muka air pasang dan efek damping muka

Page 20: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 20 REVIEW 1 - 2015

air pasang dalam sistem jaringan saluran antara sungai dan lahan yang

bersangkutan. Keterkaitan ini dikenal sebagai hidrotopografi lahan dan sangat

penting dalam menentukan potensi lahan untuk pengembangan pertanian.

Dibedakan ada empat katagori hidrotopografi lahan rawa pasang surut seperti

pada Gambar 5.

Katagori A. Lahan irigasi pasang surut

Lahan dapat diluapi oleh air pasang paling sedikit 4 atau 5 kali selama 14 hari

siklus pasang purnama, baik musim hujan maupun musim kemarau. Umumnya

areal ini terletak di lahan cekungan atau dekat dengan muara sungai.

Katagori B. Lahan irigasi pasang surut secara periodik

Lahan dapat diluapi oleh air pasang paling sedikit 4 atau 5 kali selama 14 hari

siklus pasang purnama hanya pada musim hujan saja.

Katagori C. Lahan di atas muka air pasang

Lahan tidak dapat terluapi air pasang secara reguler, akan tetapi air pasang

masih mempengaruhi muka air tanah. Elevasi lahan yang relatip tinggi dapat

mengakibatkan banyaknya kehilangan air lewat rembesan yang akan

menyebabkan sulitnya atau tidak mungkinnya upaya menahan lapisan air di

lahan persawahan. Oleh karena itu, tanaman palawija dan tanaman keras lebih

cocok dari pada tanaman padi.

Gambar 5. Klasifikasi Hidrotopografi

Page 21: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 21 REVIEW 1 - 2015

Katagori D. Lahan kering

Lahan ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh air pasang surut. Sangat cocok

untuk ditanami palawija dan tanaman keras.

Untuk dapat menjawab pertanyaan ‘jenis tanaman apa yang sesuai untuk suatu

areal’ (tanaman padi, palawija atau tanaman keras), dan berdasarkan klasifikasi

hidrotopografi lahan, parameter lain seperti peluang irigasi dan drainabilitas

dapat ditetapkan sebagai berikut.

Peluang irigasi pasang surut (irigabilitas)

Berdasarkan kondisi hidrotopografi lahan, peluang irigasi pasang surut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Klas 1: Kedalaman irigasi pasang surut lebih dari 0,25 m di atas muka lahan baik

di musim hujan maupun musim kemarau;

Klas 2: Kedalaman irigasi pasang surut antara 0,00 – 0,25 m di atas muka lahan

baik di musim hujan maupun musim kemarau;

Klas 3: Tidak ada irigasi pasang surut.

3.2. Drainabilitas

Drainabilitas merupakan kedalaman muka air tanah yang bisa diturunkan

dalam kondisi curah hujan normal selama musim tanam.

Drainabilitas di lahan tergantung pada:

• Elevasi dari dasar drainase diasumsikan dengan muka air rata-rata di

sungai terdekat

• Elevasi lahan berada diatas dasar drainase

• Beda tinggi hidrolik di saluran dan lahan

• Kondisi curah hujan

Page 22: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 22 REVIEW 1 - 2015

• Permeabiitas tanah (biasanya tinggi utk lahan pasut)

Dasar drainase, elevasi lahan, lokasi dan beda pasang surut menentukan

drainabilitas. Perbedaan ini disebut amplitudo fluktuasi pasang surut dan

biasanya dinyatakan sebagai beda pasang surut. Beda pasang surut adalah

perbedaan antara air rendah dan tinggi pasang surut dan sama dengan dua kali

amplitudo pasang surut.

Daerah dengan beda pasang surut besar memiliki drainabilitas lebih baik

dibandingkan dengan beda pasang surut kecil

Berdasarkan kondisi hidrotopografi lahan, drainabilitas dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Klas 1: dasar drainasi di atas muka lahan

Klas 2: dasar drainasi antara 0,00 - 0,30 m di bawah muka lahan

Klas 3: dasar drainasi antara 0,30 - 0,60 m di bawah muka lahan

Klas 4: dasar drainasi lebih dari 0,60 m di bawah muka lahan.

Gambar 6. Hubungan anatara beda pasang surut dan drainabilitas

3.3. Salinitas

Salinitas atau intrusi air asin mencapai jarak terjauh pada saat puncak pasang

tinggi, tepat sebelum air mulai mengalir ke luar lagi, dan mencapai jarak terdekat

pada saat surut terendah tepat sebelum air mulai mengalir masuk ke sungai.

(b) Areal di sepanjang sungai dengan beda pasang surut yang kecil, drainabilitas mencukupi

(a) Areal di sepanjang sungai dengan beda pasang surut yang tinggi, drainabilitas mencukupi

(b) Areal di sepanjang sungai dengan beda pasang surut kecil, drainabilitas tidak mencukupi

Page 23: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 23 REVIEW 1 - 2015

Karena air asin sedikit lebih berat dari pada air tawar, maka air tawar akan

berada dipermukaan sedangkan air asin berada di bagian yang lebih dalam,

sehingga disebut intrusi air asin berlapis. Walaupun demikian, pada kebanyakan

kasus, air asin dan air tawar akan bercampur dengan baik dan disebut intrusi air

asin campuran.

Intrusi air asin membatasi peluang untuk :

Irigasi pasang . Jika kandungan garamnya melebihi 5 mS/cm maka air sungai

tidak bisa digunakan untuk irigasi (untuk kasus-kasus khusus, air asin bisa

digunakan untuk menggantikan air yang sudah sangat masam di lahan) ;

Air baku-air minum . Air yang kadar garamnya melebihi 1 mS/cm tidak layak

untuk dikonsumsi sebagai air baku . Kecuali kawasannya jauh dari pantai

atau diluar daerah pesisir, intrusi air asin hanya terbatas pada musim

kemarau dan agak kurang berpengaruh terhadap air tanah. Air payau masih

bisa digunakan untuk penggelontoran saluran jika air segar tidak tersedia .

3.4. Tanah

Pedosfer atau tanah adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian

paling atas permukaan bumi (0-1,5 m). Tanah (soil) dapat juga didefinisikan

sebagai suatu benda fisik yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan

dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Sedangkan Lahan

(land) merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya

dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.

Lingkungan fisik meliputi relief atau topografi, tanah, air, iklim, sedangkan

lingkungan biotik: meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia.

Jenis tanah utama yang banyak ditemukan di lahan rawa pasang surut adalah :

o tanah mineral rawa;

o tanah gambut;

o tanah mineral lahan kering.

Tanah mineral rawa

Page 24: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 24 REVIEW 1 - 2015

Tanah mineral rawa mempunyai tekstur halus, berwarna abu-abu, sering

mengandung bahan organik yang tinggi (tanah bergambut) dan terdapat lapisan

organik dangkal sampai medium di bagian atas tanah. Memiliki drainasi yang

buruk, dan sebelum reklamasi tanahnya mentah atau sebagian matang pada

0,70 m lapisan atas serta mempunyai daya dukung tanah yang sangat rendah

walaupun proses reklamasi telah berlangsung cukup lama. Kesuburan tanahnya

bervariasi tetapi pada umumnya sedang sampai tinggi. Karena dalam kondisi

alamiah kandungan airnya tinggi, penurunan muka tanah akan terjadi setelah

reklamasi; drainasi akan menambah tekanan tanah dan selanjutnya terjadi

penurunan muka tanah.

Untuk tujuan reklamasi dan pengembangan pertanian, dua aspek yang sangat

penting dari tanah mineral rawa adalah :

- keberadaan tanah sulfat masam potensial atau pirit;

- permeabilitas dan tingkat kematangan tanah.

Tanah sulfat masam potensial

Pada tanah sulfat masam potensial (PASS), tanpa irigasi, penurunan muka air

tanah di bawah lapisan pirit tidak dapat dicegah selama musim kemarau, dan

akan terjadi oksidasi pirit. Bahan racun harus dicuci (leaching) dari dalam tanah

sebanyak mungkin sebelum musim tanam berikutnya.

Permeabilitas dan tingkat kematangan tanah

Permeabilitas lapisan atas tanah sangat besar, dan nilai-k dilaporkan dari 2

sampai 20 m/hari., dengan nilai kD mencapai 1.000 m3/m/hari. Permeabilitas

yang tinggi sering berkaitan dengan tingginya kandungan bahan organik di

lapisan atas tanah dan adanya lubang akar tanaman asli yang tetap stabil karena

lapisan besi. Permeabilitas berpengaruh besar terhadap drainabilitas, retensi air

dan karakteristik pencucian tanah. Lapisan atas tanah yang sebagian matang

menyebabkan pembajakan tanah kurang efektip dan menghambat penyiapan

lahan dengan mekanisasi.

Tanah organik, tanah gambut dan tanah bergambut

Page 25: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 25 REVIEW 1 - 2015

Kebanyakan tanah di lahan rawa pasang surut mengandung bahan organik.

Pada lahan yang baru direklamasi lapisan tanah organik pada umumnya berkisar

antara 0,20 – 0,40 m. Potensi lahan untuk pengembangan pertanian tergantung

pada ketebalan lapisan organik dan kualitas dari bahan organiknya, khususnya

tingkat kematangannya dan kandungan campuran tanah mineralnya. Semakin

rendah kadar abunya semakin kurang kesuburan tanahnya. Gambut ombrogen

adalah paling rendah kesuburannya dan tidak matang. Di banyak tempat,

ketebalan gambut bertambah semakin jauh dari pinggir sungai, dan di kubah

gambut ketebalannya dapat mencapai beberapa meter. Bobot dari gambut dapat

mengakibatkan penurunan muka tanah pada tanah mineral di bawahnya.

Setelah reklamasi, lapisan tanah gambut perlahan-lahan akan menghilang

(pengeringan dan oksidasi) dan akhirnya tinggal tanah mineral yang lebih rendah

dengan drainasi yang buruk.

Tanah mineral lahan kering

Kemunculan tanah mineral lahan kering kadang-kadang ditemukan dekat batas

lahan rawa dengan lahan kering. Sebagai contoh tanah putih yang disebut

sebagai “formasi Palembang” di Sumatera Selatan. Tanah ini mempunyai

karakteristik yang sangat miskin untuk pengembangan pertanian karena

mempunyai struktur tanah yang tidak bagus dan kesuburannya sangat rendah

dengan kandungan basa tertukar rendah, dan kandungan aluminium terekstraksi

tinggi.

Masalah yang terkait dengan kemasaman

Disamping masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan untuk pertanian,

masalah lain yang disebabkan oleh air asam adalah :

o untuk manusia : air asam rasanya tidak enak, menyebabkan pembusukan

gigi, mencuci menjadi sulit dan mandi kurang enak;

o beberapa jenis ikan tidak dapat hidup; pertumbuhan tanaman terbatas dan

makanan ikanpun menjadi terbatas;

Page 26: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 26 REVIEW 1 - 2015

o air asam dapat berpengaruh terhadap struktur beton dan tidak dapat

digunakan sebagai campuran beton;

o apabila air asam bercampur dengan air berlumpur dari sungai pasang surut,

akan terjadi sedimentasi partikel tersuspensi yang mengakibatkan terjadinya

pendangkalan saluran.

3.5. Klasifikasi satuan lahan

Berdasarkan pembentukan geomorfologi lahan rawa pasang surut, terdapat tiga

jenis satuan lahan utama yaitu :

o tanah mineral dan tanah bergambut, dengan atau tanpa pirit;

o tanah gambut;

o tanah lahan kering, keputihan, kesuburan rendah.

Untuk tujuan pengembangan pertanian, tanah mineral dan tanah bergambut

adalah tanah yang paling sesuai dan berdasarkan sifat fisiknya dapat dibedakan

atas :

o hidrotopografi (peluang irigasi pasang surut selama musim tanam);

o intrusi air asin (peluang irigasi pompa selama musim tanam);

o drainabilitas;

o keberadaan lapisan pirit di dalam daerah perakaran tanaman.

Berdasarkan kriteria di atas, lahan rawa pasang surut dapat dibedakan menjadi

10 (sepuluh) satuan lahan.

Satuan lahan 1 : lahan irigasi pasang surut

Semua lahan dimana selama musim tanam secara teratur dapat diluapi air

pasang yang tidak asin (katagori A dan B). Lahan terdiri dari tanah gambut atau

tanah mineral, dengan atau tanpa bahan sulfidik.

Satuan lahan 2 sampai 5 : tanah berpirit dan tanah bergambut

Tanah mineral dengan bahan sulfidik (pirit) pada kedalaman kurang dari 1 m,

atau tanah dengan bahan organik (kadar abu total > 25%). Lahan tidak dapat

Page 27: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 27 REVIEW 1 - 2015

diluapi air pasang secara teratur karena agak tinggi (katagori C dan D), atau

airnya asin. Tergantung pada salinitas air saluran dan kemungkinan untuk

mendrain lahan di bawah 60 cm, tanah ini dibedakan seperti berikut :

- air saluran asin selama (sebagian dari) musim tanam dan :

* kedalaman drainasi potensial kurang dari 60 cm : satuan lahan

* kedalaman drainasi potensial lebih dari 60 cm : satuan lahan 3;

- air saluran tidak asin sepanjang musim tanam dan :

* kedalaman drainasi potensial kurang dari 60 cm : satuan lahan 4;

* kedalaman drainasi potensial lebih dari 60 cm : satuan lahan 5.

Satuan lahan 6 : tanah gambut

Tanah organik dengan ketebalan lebih dari 40 cm dan kandungan abu total

kurang dari 25%, termasuk tanah yang sebelumnya berupa tanah gambut yang

telah terbakar dan masih beracun.

Satuan lahan 7 : tanah lahan kering, keputihan dengan kesuburan rendah

Tanah mineral dengan kesuburan rendah (KTK kurang dari 5 me/100 g),

kejenuhan Aluminium tinggi (lebih dari 50%), dan kandungan tanah liat rendah

(atau liat non-aktif), dengan atau tanpa lapisan pirit.

Satuan lahan 8 sampai 10 : tanah tidak berpirit

Tanah mineral dengan kesuburan tinggi (KTK lebih dari 5 me/100 g) tanpa bahan

sulfidik (pirit) pada kedalaman 1 m atau kurang.

Tergantung pada salinitas air dan dapat atau tidaknya daerah perakaran

tanaman didrain dibawah kedalaman 60 cm, tanah ini dibedakan sebagai berikut

:

- air saluran tidak asin sepanjang musim tanam dan;

* kedalamn drainasi potensial kurang dari 60 cm : satuan lahan 8;

* kedalaman drainasi potensial lebih dari 60 cm : satuan lahan 9;

- air saluran asin selama (sebagian dari) musim tanam : satuan lahan 10.

Page 28: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 28 REVIEW 1 - 2015

Tabel 2 Klasifikasi Satuan lahan

No URAIAN SATUAN LAHAN

Page 29: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 29 REVIEW 1 - 2015

1

(2-5)

2 3

4 5

6

7

(8-10)

8 9

10

Areal terluapi air pasang surut

Daerah ini selama musim tanam secara teratur tergenangi dengan air pasang (tidak bergaram) dan lahan mengandung bahan organik, dengan atau tanpa bahan sulfidik (pirit) Tanah pirit dan tanah bergambut Tanah mineral dengan bahan sulfik (pirit) pada kedalaman 1 m atau kurang atau tanah dengan bahan organik (total kandungan abu lebih dari 25 %). Lahan tidak tergenangi secara teratur, karena ada yang tinggi (kategori C dan D). Satuan Lahan disini dibedakan antara lain : a). Saluran air asin selama (sebagian) musim tanam : - Kedalaman drainase potensial < 60 cm - Kedalaman drainase potensial > 60 cm

b). Saluran ar taiwar sepanjang musim tanam : - Kedalaman drainase potensial < 60 cm - Kedalaman drainase potensial > 60 cm Lahan gambut

Lahan gambut (lapisan organik > 40 cm dan total kandungan abu kurang dari 25 %). Tanah putih (whitsh), kurang subur Tanah mineral dengan tingkat kesuburan rendah (CEC kurang dari 5 me/100gr), kandungan Alumunium tinggi (lebih dari 50 %), dan sedikit tanah liat, dengan atau tanpa bahan sulfidik Lahan bukan pirit

Tanah mineral (CEC kurang dari 5 me/100gr) tanpa bahan sulfidik pada kedalaman 1 m atau kurang. Satuan lahan disini dibedakan : a). Air tawar pada saluran sepanjang musim tanam : - Kedalaman drainase potensial < 60 cm - Kedalaman drainase potensial > 60 cm b). Air asin pada saluran selama (sebagian) musim tanam : - Air asin selama atau sebagian musim tanam

3.6 Kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan rawa pasang surut untuk pengembangan pertanian bervariasi

menurut iklim, hidrotopografi, karakteristik tanah, dan sistem pengelolaan air.

Evaluasi kesesuaian lahan pada satuan lahan terutama didasarkan atas aspek

fisik sedangkan kesuburan tanah hanya sebagian yang diperhitungkan.

Satuan lahan 1 : lahan irigasi pasang surut (tidak asin selama musim tanam)

Satuan lahan 1 sangat sesuai (S1) tanaman padi sawah asalkan air saluran tidak

asam. Lahan ini sesuai terbatas (S3) untuk tanaman palawija atau tanaman

keras karena drainasinya tidak memadai. Kendala utama untuk pengembangan

pertanian adalah :

Page 30: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 30 REVIEW 1 - 2015

- drainasi buruk untuk tanaman palawija dan tanaman keras;

- pada beberapa tempat, genangan terlalu dalam pada musim hujan.

Satuan lahan 2 sampai 6 : tanah berpirit dan tanah bergambut (tanpa irigasi pasang surut)

Selama musim tanam, muka air tanah harus dijaga jangan sampai turun dibawah

batas atas lapisan pirit untuk mencegah terbentuknya asam dan keracunan.

Pendekatan baru untuk pemanfaatan lahan ini adalah dengan merangsang

terjadinya oksidasi pirit pada lapisan atas tanah melalui drainasi dangkal secara

terkontrol dan memanfaatkan air hujan untuk mencuci asam keluar dari dalam

tanah. Dengan cara ini, tanah dapat berubah klasnya menjadi sesuai sedang

(S2) atau sesuai terbatas (S3) untuk tanaman padi tadah hujan. Jika drainasi

dibawah 60 cm dapat dilakukan, lahan menjadi sangat sesuai (S1) untuk

tanaman keras. Kendala utama untuk pengembangan pertanian adalah :

- keasaman tanah dan keracunan;

- permeabilitas dan tanah lapisan atas setengah matang;

- air saluran asin (satuan lahan 2 dan 3);

- air saluran asam;

- drainasi buruk untuk tanaman keras (satuan lahan 2 dan 4).

Satuan lahan 6 : tanah gambut

Tanah gambut tidak sesuai (N) untuk penanaman padi secara normal dan

konvensional. Padi hanya bisa berhasil ditanam dengan drainasi terkontrol dan

hati-hati, pemadatan tanah, pemakaian pupuk yang seimbang, dan penutupan

tanah secara permanen untuk mencegah tanah lapisan atas menjadi kering yang

tidak balik (irreversible drying). Tanaman keras seperti kelapa dan kelapa sawit

lebih sesuai untuk tanah ini dibandingkan dengan tanaman setahun.

Karena bahan organik akan hilang dalam beberapa tahun kedepan, maka agar

pengembangan dapat berkelanjutan, sangat penting untuk memperhitungkan

drainabilitas lahan setelah lapisan gambut hilang seluruhnya. Kendala utama

untuk pengembangan pertanian adalah :

- kesuburan tanah sangat rendah;

Page 31: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 31 REVIEW 1 - 2015

- permeabilitas tinggi;

- kering tidak balik dan penurunan muka tanah;

- air saluran asam.

Satuan lahan 7 : tanah lahan kering, keputihan dengan kesuburan rendah

Tanah ini tidak sesuai (N) untuk tanaman padi, dan hanya sesuai terbatas (S3)

untuk palawija dan tanaman keras. Tanaman keras harus ditanam diatas

guludan untuk menjamin drainasi yang memadai. Kendala utama untuk

pengembangan pertanian adalah :

- kesuburan tanah sangat rendah;

- kemampuan menahan air rendah.

Satuan lahan 8 sampai 10 : tanah tidak berpirit (tanpa irigasi pasang surut)

Dengan stabilitas struktur tanah yang memadai dan tidak adanya ancaman zat

beracun, tanah tidak berpirit ini sangat sasuai (S1) dan dapat menjamin

kelestarian produksi padi tadah hujan dengan baik. Lapisan atas tanah

kebanyakan sudah matang sehingga dapat dibajak dan lapisan air (genangan)

dapat dijaga untuk padi sawah. Tanaman keras dapat diusahakan tetapi harus

perlu perhatian agar tanah dapat terdrain dengan baik (sesuai sedang, S2 atau

sesuai terbatas, S3). Karena permeabilitasnya rendah, tanah ini lebih mudah

tergenang dari pada tanah berpirit dan tanah bergambut. Kendala utama untuk

pengembangan pertanian adalah :

- air saluran asin (satuan lahan 10);

- drainasi buruk untuk tanaman keras (satuan lahan 8);

- tergenang.

Tabel 3. memperlihatkan kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan untuk tipe

penggunaan lahan yang paling umum di lahan rawa pasang surut yaitu :

- padi irigasi pasang surut;

- padi irigasi pompa;

- padi tadah hujan;

- palawija;

Page 32: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 32 REVIEW 1 - 2015

- tanaman keras.

Tabel 3 Kesesuaian lahan

No.

Satuan lahan

KESESUAIAN LAHAN

PER TIPE SATUAN LAHAN

PADI Tana-man

palawija

Tanaman keras dan

kebun

Irigasi pasang surut

Irigasi pompa

Tadah hujan

1. Lahan irigasi pasang surut S1 - - S3 *) S3 *)

Tanah berpirit dan tanah bergambut

Air saluran asin selama (sebagian) musim tanam dan:

2. kedalaman potensi drainasi kurang dari 60 cm S3 / N S3 / N S3 S2 S3 *)

3. kedalaman potensi drainasi lebih dari 60 cm S3 / N S3 / N S3 S2 S1

Air saluran tidak asin sepanjang musim tanam dan:

4. kedalaman potensi drainasi kurang dari 60 cm - S2 S2 S2 S3 *)

5. kedalaman potensi drainasi lebih dari 60 cm - S2 S2 S2 S1

6. Tanah gambut N N N S3 / N S2 / S3 *)

7. Tanah lahan kering, keputihan dan kesuburan rendah N N N S3 / N S3 *)

Tanah tidak berpirit:

Air saluran tidak asin sepanjang musim tanam dan:

8. kedalaman potensi drainasi kurang dari 60 cm - S1 S1 S3 *) S3 *)

9. kedalaman potensi drainasi lebih dari 60 cm - S1 S1 S3 *) S2

10. Air saluran asin selama (sebagian dari) musim tanam S3 / N S3 / N S2 S3 *) S2 / S3 *)

Catatan Keterangan dari simbol-simbol:

Garis bawah menunjukan penggunaan lahan yang disarankan untuk tiap satuan lahan.

Satuan lahan 10 paling sesuai untuk usaha pertambakan.

*) Membuat gulu dan diperlukan untuk menjamin drainasi lahan

S1: Sangat Sesuai

S2: Sesuai Sedang

S3: Sesuai Terbatas

N : Tidak Sesuai

Bab. IV

Page 33: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 33 REVIEW 1 - 2015

ZONASI PENGELOLAAN AIR

4.1. Komponen Zonasi Pengelolaan Air

Zonasi Pengelolaan Air (ZPA) dapat diartikan sebagai Wilayah dari areal-areal tertentu

yang memiliki kesamaan atau kemiripan pengelolaan air berdasarkan karakteristik fisik

lahan tersebut atau memiliki kesamaan satuan lahan/kesesuaian Lahan. Batasan

wilayah pengelolaan air di sarankan merupakan batas hidrologis yang independen guna

memudahkan dalam pengaturan pengelolaan air (dapat diwakili satu blok sekunder

atau blok tersier, tergantung situasi di lokasi masing-masing daerah irigasi rawa).

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan ZPA antara lain:

hidrotopografi dan irigabilitas, drainabilitas, jenis tanah, intrusi salinitas dan penggunaan

lahan eksiting dan produktifitasnya, seperti pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Zonasi Pengelolaan Air Pada Tingkatan Satuan lahan

Catatan : WPA yang direkomendasi untuk diterapkan * ) Membutuhkan perlakukan khusus

SATUAN LAHAN

WILAYAH PENGELOLAAN AIR

Tanaman Padi

Tanaman

Lahan

Kering

Tanaman

KerasSuplesi

pasang

surut

Pompa Tadah

hujan

1. Areal terluapi air pasang surut

Tanah pirit dan tanah bergambut

Saluran air asin selama (sebagian) musim tanam

2. - Kedalaman drainase potensial < 60 cm

3. - Kedalaman drainase potensial > 60 cm

Saluran air tawar sepanjang musim tanam :

4. - Kedalaman drainase potensial < 60 cm

5. - Kedalaman drainase potensial > 60 cm

6. Lahan gambut

7. Tanah putih (whitsh), kurang subur

Lahan bukan pirit

8. - Kedalaman drainase potensial < 60 cm

9. - Kedalaman drainase potensial > 60 cm

10. - Air asin selama atau sebagian musim

tanam

III

IV

IV

V

V

--

VIII

VIII

VIII

VIII

VII

VII

VII

III

VIII

VIII

VIII

VIII

VII

VII

VII

*)

*)

*)

*)

III

VIII

VI

VIII

VI

I

II

VII

VI

VI

*)

*)

*)

*)

*)

*)

*)

Page 34: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 34 REVIEW 1 - 2015

Tabel 6. Zonasi Pengelolaan Air dan Rekomendasi Pengelolaan Air

I Tanah gambut untuk tanaman perkebunan

Pengelolaan air Mengatur MAT 70 cm dengan pengendalian drainase, bila terjadi penurunan tanah (subsidence), maka kedalaman drainase diperiksa kembali. Pada musim kemarau,

air pasang surut dapat dimasukkan (bila dimungkinkan).

Tanaman lain Tanah gambut tidak cocok untuk jenis tanaman selain tanaman perkebunan

II Tanah keputih-putihan, kurang subur, untuk tanaman perkebunan

Pengelolaan air Muka air tanah diatur 1m dibawah permukaan tanah dengan cara pengendalian drainase. Bila drainase tidak mencukupi pada zone perakaran, maka perlu dibuatkan surjan.

Tanaman lain Tanah ini tidak cocok untuk jenis tanaman selain tanaman perkebunan.

III Daerah luapan pasang surut untuk tanaman padi (sedikitnya terluapi 4 – 5 kali per 15 hari)

Pengelolaan air Suplesi air maksimum ke saluran selama pasang tinggi. Diperlukan perawatan saluran yang baik untuk pengaliran air optimal selama jangka waktu air maksimum yang singkat.

Tanaman lain Tanaman perkebunan dan palawija dapat dikombinasi dengan padi melalui sistem surjan, tetapi pengelolaan airnya sama seperti tanaman padi.

IV Tanah pirit, tanah bergambut (muck soil) dengan irigasi pompa untuk padi

Pengelolaan air Pengaliran air maksimum dengan pemompaan, drainase setelah tahap pengolahan tanah. Genangi kembali selama persiapan.

Tanaman lain Tanaman lahan kering (palawija) ditanam dengan sistem guludan.

V Tanah non pirit dengan irigasi pompa untuk padi

Pengeloaan air Pengaliran air maksimum dengan pemompaan. Retensi air maksimum selama musim tanam, pengaturan ketinggian air disesuaikan tahapan perkembangan tanaman.

Tanaman lain Tanaman lahan kering (palawija) ditanam dengan sistem guludan.

VI Tanah pirit/tanah bergambut dan tanah non pirit dengan kedalaman drainase > 60 cm, untuk tanaman perkebunan

Pengelolaan air Usahakan muka air tanah 60 cm dibawah permukaan dengan pengendalian drainase.

Tanaman lain Untuk tanah pirit/bergambut lihat WPA VIII, sedangkan tanah non pirit lihat WPA VII.

VII Tanah non pirit untuk padi tadah hujan

Pengelolaan air Retensi air maksimum. Drainase kelebihan air hujan yang tinggi. Bila air mencukupi dapat dilakukan perlumpuran pada saat persiapan lahan.

Tanaman lain Tanaman perkebunan dan palawija dapat dikombinasi dengan tanaman padi, dengan sistem guludan.

VIII Tanah pirit, tanah bergambut dengan padi tadah hujan

Pengelolaan air Pengendalian drainase setelah tahap pembajakan dan ketika tanaman kelihatan tertekan (kekuning-kuningan). Pembilasan saluran pada saat pasang maksimum

Tanaman lain Tanaman lahan kering perlu pengaturan drainase, dan tanaman perkebunan diupayakan pada guludan.

Page 35: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 35 REVIEW 1 - 2015

4.2. Contoh Pembuatan Peta Zona Pengelolaan Air

Pembuatan Peta Zona Pengelolaan Air dilakukan dengan melakukan tumpang susun

beberapa peta antara lain:

1. Peta Tipe Luapan atau Hidrotopografi 2. Peta Potensi Drainase atau Drainabilitas 3. Peta Satuan Lahan/land unit 4. Peta Intrusi Salinitas 5. Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Mengingat variasi data yang sangat beragam di tingkat lapangan dan guna mendapatkan keakuratan yang sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka pembuatan peta-peta yang diperlukan di atas sangat disarankan untuk menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi atau Geographic Information System (GIS). Diagram alur pembuatan ZPA dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Diagram Alur Pembuatan Zonasi Pengelolaan Air

Model elevasi Digital/topografi

Citra Satelit Peta Dasar

Irigasi Pasut

Satuan Lahan/Kesesuaian Lahan

Usulan Zonasi Pengelolaan Air

Drainabilitas Tanah Intrusi Air Asin

Zonasi Pengelolaan Air Aktual

Sumber Data

Analisis Awal

Analisis antara

Analisis Akhir

Keluaran

Orthophoto/ levelling

Landuse pasut

Page 36: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 36 REVIEW 1 - 2015

1. Peta Tipe Luapan atau Hidrotopografi

Hidrotopografi adalah potensi lahan untuk dapat di genangi oleh pasang pada saat

pasang purnama (lihat gambar 8). Secara umum beberapa aspek yang

mempengaruhi hidrotopografi adalah:

Level dan fluktuasi sungai pasang surut; untuk jangka panjang pengaruh kenaikan muka air laut akan sangat mempengaruhi fluktuasi pasang surut air di muara

peredaman (dumping) terhadap fluktuasi pasang surut disaluran. Peredaman tergantung kepada: a keberadaan areal yang terluapi pasang diantara sungai dan kawasan

tersebut; b potongan melintang dan panjang saluran; c kondisi pemeliharaan saluran; d adanya bangunan pintu disaluran dengan ukuran yang lebih kecil dari

saluran; e level lahan atau topografi , yang bisa saja berubah sejalan dengan waktu

karena:penurunan tanah ataupun oksidasi gambut; teknik pertanian: perataan lahan , konstruksi surjan dll

Gambar 8. Skematisasi tipe luapan atau hidrotopografi

Sumber: Suryadi, 1996 dan Rahmadi, 2009

Page 37: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 37 REVIEW 1 - 2015

Gambar 9 Contoh Peta Hidrotopografi Sumber: Rahmadi, 2009

2. Peta Potensi Drainase atau Drainabilitas

Seperti halnya hidrotopografi, drainabilitas juga dipengaruhi oleh kehilangan energi

mulai dari lahan ke saluran dan akhirnya ke sungai utama. Dampak kehilangan

energi terjadi karena peredaman baik itu sebagai pengaruh dari operasi pintu,

kondisi saluran, pasang surut dan faktor lainnya. Pemasangan pintu air akan

sangat berpengaruh terhadap kondisi drainabilitas bila dibandingkan dengan

kondisi saluran terbuka atau open system. Skematisasi dari kehilangan energi

drainase digambarkan pada gambar 10 di bawah ini.

Page 38: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 38 REVIEW 1 - 2015

Gambar 10. Skematisasi kehilangan energi drainase dari lahan sampai sungai

Sumber: Rahmadi, 2009

Secara umum potensi drainase suatu lahan di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

1. Iklim: curah hujan 2. Sifat fisik tanah: tekstur tanah, tekstur tanah 3. intensitas dan kedalaman saluran di lahan 4. kerapatan dan kedalaman saluran utama 5. kondisi saluran utama 6. keberadaan pintu pengatur air 7. fluktuasi pasang dan surut

Kedalaman efektif drainase adalah perbedaan antara rata-rata permukaan air tanah

dengan rata-rata muka air di saluran tersier/sekunder terdekat yang dipengaruhi oleh

gerakan pasang surut. Semakin besar perbedaannya maka akan semakin besar

potensi drainase lahan tersebut.

Sedangkan pengaruh kenaikan muka air laut dan penurunan tanah berbanding terbalik

dengan hidrotopografi. Jika air laut naik dan terjadi penurunan tanah maka potensi

drainase akan semakin berkurang seperti digambarkan pada gambar 11 berikut ini.

Saluran primer

Saluran tersier

Sal.

seku

nd

er

sun

gai

∆h1

∆h2

∆h3

∆h4

∑HL = ∆h1+∆h2+∆h3+∆h4

∆h= kehilangan energi

Page 39: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 39 REVIEW 1 - 2015

Gambar 11. Perubahan potensi drainase akibat penurunan tanah dan kenaikan muka air laut

Sumber : Rahmadi, 2009

Gambar 12 Contoh Peta Potensi Drainase atau Drainabilitas

Sumber : Rahmadi, 2009

3. Peta Satuan Lahan/land unit

Peta satuan lahan merupakan peta hasil tumpang susun atau overlay antara peta

tanah (kedalaman pirit dan ketebalan gambut), peta tipe luapan dan peta

drainabilitas. Adapun kriteria penentuan satuan lahan mengacu pada kriteria yang

sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya: Satuan Lahan dan Kesesuaian Lahan.

Page 40: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 40 REVIEW 1 - 2015

Gambar 13 Contoh Peta Tanah (kiri: ketebalan gambut dan kanan: kedalaman pirit)

Gambar 14 Contoh Peta Satuan Lahan

Sumber: Rahmadi, 2009

4. Peta Intrusi Salinitas

Intrusi salinitas disini digambarkan dengan sebaran intrusi salinitas yang

menunjukkan sebaran lamanya terjadi intrusi air asin yang diklasifikasikan menjadi

kurang dari 1 bulan, 1-2 bulan dan 2-3 bulan.

Page 41: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 41 REVIEW 1 - 2015

Gambar 15. Contoh Peta Intrusi Salinitas Sumber: Rahmadi, 2009

5. Peta Penggunaan Lahan Eksisting dan Kesesuaian Lahan

Peta penggunaan lahan merupakan peta hasil interpretasi citra satelit dan hasil

pengecekan lapangan untuk keperluan verifikasi data sesuai dengan kondisi

sebenarnya di lapangan. Adapun contoh peta penggunaan lahan dapat dilihat pada

gambar di bawah ini. Peta penggunaan lahan ini merupakan salah satu pertimbangan

dalam menentukan kelas kesesuaian lahan untuk membandingkan antara hasil analisis

dengan kenyataan di lapangan. Penggunaan lahan ini juga masih perlu diverifikasi

produktivitasnya, intesifikasi tanam dengan cara melakukan wawancara dengan petani

setempat.

Page 42: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 42 REVIEW 1 - 2015

Gambar 16. Contoh Peta Penggunaan Lahan

Sumber: Rahmadi, 2009

Hasil tumpang susun peta-peta diatas maka akan didapat peta kesesuaian lahan

seperti pada gambar 17 di bawah ini.

Gambar 17. Contoh Peta Kesesuaian Lahan

Sumber: Rahmadi, 2009

Page 43: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 43 REVIEW 1 - 2015

6. Peta Zonasi Pengelolaan Air

Peta zonasi pengelolaan air adalah peta yang menggambarkan areal-areal tertentu

yang memiliki kesamaan atau kemiripan pengelolaan air berdasarkan karakteristik fisik

lahan atau satuan lahan, yang digambarkan dalam kesesuaian lahan. Selanjutnya guna

mencegah konflik kepentingan dalam pengelolaan air, maka penyeragaman diambil

berdasarkan kelas yang dominan dalam satu batas hidrologis yang independen, dimana

dalam contoh di bawah ini penyeragaman berdasarkan satu blok sekunder yang

independen.

Gambar 18. Peta Zonasi Penggunaan Lahan

Sumber: Rahmadi, 2009

Page 44: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 44 REVIEW 1 - 2015

Bab. V

PENGELOLAAN AIR

Pengelolaan air secara hati-hati sangatlah diperlukan agar kegiatan pertanian di lahan

rawa pasang surut dapat berhasil dengan baik . Hal ini tidak mungkin bisa dicapai

secara langsung dan juga tidak mungkin dapat dilakukan segera setelah lahan rawa

direklamasi , dikarenakan belum dilengkapi bangunan pintu pengatur air . Namun

demikian, banyak diantara jaringan irigasi rawa yang ada saat ini sudah berada pada

tahap pengembangan kedua . Pada jaringan reklamasi yang sudah berada tahap

pengembangan kedua ini, biasanya sudah dilengkapi bangunan pintu pengatur air baik

di jaringan saluran sekunder maupun saluran tersier, sehingga memungkinkan dapat

mengatur muka air sesuai yang dikehendaki, termasuk pemasokan air irigasi dan

pembuangan air drainase, asalkan jaringan saluran dan bangunan pengatur air

dipelihara dan dioperasikan dengan benar .

Bangunan pintu pengatur air di jaringan sekunder umumnya berupa pintu klep

dikombinasikan dengan pintu geser , sedangkan di jaringan tersier biasanya berupa

pintu geser , pintu klep , atau stoplog. Modul ini didasarkan kepada penggunaan pintu

geser di saluran tersier mengingat pintu air tipe ini adalah yang paling umum dipakai

Namun, prinsip yang sama bisa diterapkan pula untuk pintu stoplog atau pintu klep.

Masalah yang paling utama adalah bagaimana mempertahankan taraf muka air yang

optimal baik selama musim kemarau maupun musim hujan dan bagaimana memenuhi

kebutuhan irigasi dan drainase sebaik-baiknya. Ini tergantung kepada jenis tanaman

ang dibudidayakan, karena adanya perbedaan yang mencolok antara tanaman padi

dibandingkan dengan palawija . Menyangkut seberapa optimal taraf muka air bisa

diatur, untuk itu perlu dibedakan antara level yang optimal selama kondisi normal dan

level yang optimal selama kondisi ekstrim . Misalnya pada musim kemarau panjang ,

ataukah pada saat musim penghujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi.

Page 45: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 45 REVIEW 1 - 2015

Pada umumnya, pengelolaan air dilakukan di dua level, yaitu :

- pengelolaan air dilahan sawah . Pengelolaan air dilahan sawah menentukan

secara langsung kondisi lingkungan bagi pertumbuhan tanaman ;

- pengelolaan air di jaringan utama atau disistem utama . Tujuan pokoknya adalah

mengendalikan taraf muka air dan kualitas air sebaik mungkin untuk memenuhi

kebutuhan kegiatan pertanian. Sistem atau jaringan utama dapat dibagi kedalam

jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier .

Dua level pengelolaan air ini perlu diintegrasikan. Sesuai dengan reformasi kebijakan

pengelolaan sumberdaya air, pengelolaan jaringan primer, sekunder dan bangunan air

yang ada pada jaringan tersebut tanggung jawabnya ada pada Pemerintah .

Sedangkan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertanggung jawab untuk

pengelolaan air di tingkat tersier dan di lahan usaha tani .

Opsi pengelolaan air pada dasarnya ditentukan oleh kondisi tanah dan faktor

hidrotopografi. Opsi pengelolaan air menjadi dasar pertimbangan yang kemudian

dijabarkan kedalam ketentuan pengoperasian bangunan-bangunan air yang ada . Hal

ini berarti bahwa setelah tahap pengembangan pertama dimana jaringan salurannya

masih berupa sistem terbuka untuk memfasilitasi terjadinya pematangan tanah dan

membuang pembuangan air yang berlebihan keluar dari lahan , maka selanjutnya pada

tahap pengembangan berikutnya adalah meningkatkan sistem pengelolaan air dengan

melengkapi bangunan pengatur air pada jaringan saluran yang ada . Tujuannya adalah

untuk :

menjamin kecukupan air bagi tanaman ;

membuang air yang berlebih keluar dari lahan ;

mencegah pertumbuhan gulma tanaman ( dengan mempertahankan genangan

air disawah) ;

mencegah memburuknya kualitas air ;

mencegah intrusi air asin .

Dalam kasus tanah sulfat masam, persyaratan pengelolaan air harus memperhitungkan

sejauh mungkin kebutuhan untuk pencegahan terjadinya keasaman tanah selama

Page 46: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 46 REVIEW 1 - 2015

pertumbuhan tanaman. Namun demikian, perlu diketahui pula bahwasanya keasaman

akan hilang setelah beberapa periode waktu dan setelah periode itu, dapat

diberlakukan pengoperasian dengan ketentuan normal.

5.1. Pengelolaan Air di Sistem Utama

Infrastruktur hidrolik dikebanyakan lahan reklamasi rawa pasang surut, pada mulanya

berupa sistem saluran terbuka, yaitu, suatu sistem tanpa bangunan pintu pengatur air

baik di tersier maupun di tingkat yang lebih tinggi . Pengelolaan air pada sistem terbuka

hanya mungkin dilakukan di petak tersier, atau ditingkat lahan usaha tani . Pematang

mengelilingi sawah dan gorong-gorong kecil di parit kuarter sangat dianjurkan untuk

dibangun .

5.1.1 Ketentuan umum untuk jaringan saluran dengan bangunan pintu

Pintu klep yang dipasang disaluran sekunder dan pintu geser disaluran tersier

memungkinkan pengelolaan air dapat dilakukan secara efektif, asalkan

pengoperasiannya dilakukan dengan benar (Schultz dan Suryadi, 2001) . Ada

perbedaan antara pengoperasian pada musim hujan dengan pengoperasian dimusim

kemarau , dan juga selama kondisi normal dan kondisi ekstrim . Yang dimaksud kondisi

ekstrim adalah periode terlampau basah dimusim hujan, dan periode sangat kering

dimusim kemarau . Kondisi terlampau basah bisa disebabkan oleh adanya curah hujan

berlebihan dimusim penghujan . Pada umumnya dalam kasus seperti itu, kelebihan

curah hujan harus dibuang secepat mungkin . Namun demikian, perlu dicegah

terjadinya drainase yang berlebihan (over drainage) . Uraian berikut didasarkan pada

data dan kriteria yang termuat pada Tabel 5.4, 5.5 dan 5.6, data tersebut memberi

pengaruh dan konsekuensi dalam pengoperasian terhadap bangunan pintu air .

Opsi pengelolaan air harus didasarkan kepada permukaan air rata-rata diblok sebunder

. Jika dalam uraian selanjutnya yang diberikan adalah level permukaannya, yang

dimaksudkan tidak lain adalah taraf permukaan rata-rata . Pada prinsipnya, akan

menghasilkan ketentuan pengoperasian sbb :

– padi musim hujan : drainase

Page 47: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 47 REVIEW 1 - 2015

Ketentuan pengoperasian untuk pintu klep di saluran sekunder dan pintu geser di

saluran tersier harus didasarkan kepada kebutuhan agar terjadi pertumbuhan

tanaman padi secara optimal, ini berarti kondisi di lahan sawah dan muka air

disaluran tersier dan sekunder adalah seperti ditunjukan pada Tabel 7 . Hal ini

menghasilkan ketentuan pengoperasian sbb :

Pengolahan tanah :

+ tersier : areal A dan B : semua pintu geser dibuka ;

areal C dan D : semua pintu geser ditutup, kecuali jika terjadi

keasaman maka hendaknya pintu segera dibuka ;

+ sekunder: areal A dan B : pintu klep dan pintu geser dibuka ;

areal C dan D : pintu geser ditutup, kecuali jika terjadi keasaman,

maka hendaknya pintu segera dibuka .

Tahap pembibitan :

+ tersier : pintu geser berada minus 10 – 20 cm dari muka tanah ;

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari muka tanah) :

pertahankan agar pintu klep dan pintu geser terbuka bila muka

air di saluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-waktu

lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 50 – 60

cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi sesuai

fluktuasi pasang surut ;

Pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif :

+ kondisi normal :

tersier : pintu geser berada 10 cm dibawah muka tanah ;

Page 48: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 48 REVIEW 1 - 2015

sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah

dari muka air yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari

muka tanah) : maka pintu klep dan pintu geser dibuka bika

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 50 –

60 cm dari muka tanah : biarkan pintu klep beroperasi

mengikuti fluktuasi pasang surut .

+ hujan ekstrim :

tersier : pintu geser dibuka

sekunder : biarkan pintu klep beroperasi mengikuti

fluktuasi pasang surut .

Tahap pemasakan :

+ tersier : pintu geser minus 50 cm dari muka tanah ;

+ sekunder: jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka ketika muka

air di saluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-waktu

lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tiggi dari minus 50 –

60 cm dari muka tanah : biarkan pintu klep beroperasi

mengikuti fuktuasi pasang surut .

Persyaratan tambahan :

+ tersier : Jika diperlukan, 3 atau 4 jam sebelum pasang

tinggi, turunkan muka air disaluran tersier

sebanyak mungkin dengan membuka pintu geser ;

Page 49: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 49 REVIEW 1 - 2015

+ sekunder : Setiap 3 atau 4 jam sebelum pasang tinggi

turunkan muka air disaluran sekunder sebanyak

mungkin dengan mengoperasikan pintu klep

sesuai fluktuasi pasang surut .

– padi musim kemarau : retensi (menahan) air dan penggelontoran

Catatan :

kondisi lahan sawah dan muka air yang dikehendaki di saluran tersier dan

sekunder sebagaimana ditunjukan pada Tabel 7 ;

hanya untuk lahan kategori A dan B masa tanam paling lambat dimulai bulan

Maret ;

untuk lahan kategori C dan D dianjurkan menanam palawija .

Ketentuan pengoperasian untuk pintu klep dan pintu geser disaluran sekunder dan

pintu geser disaluran tersier harus diusahakan agar pertumbuhan tanaman padi bisa

optimal . Hal tsb akan menghasilkan ketentuan pengoperasian sbb :

Pengolahan tanah :

+ tersier : pintu geser ditutup ;

+ sekunder : pintu geser ditutup ;

Tahap pembibitan :

+ tersier : pintu geser minus 10 – 20 cm dari muka tanah

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka pada saat

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 50-

60 cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi sesuai

fluktuasi pasang surut .

Page 50: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 50 REVIEW 1 - 2015

Tahap pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan reproduktif :

+ tersier : pintu geser minus 10 cm dari muka tanah ;

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka pada saat

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 50-

60 cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi sesuai

fluktuasi pasang surut .

Tahap pemasakan :

+ tersier : pintu geser minus 50 cm dari muka tanah ;

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 50 – 60 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka pada saat

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 50-

60 cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi sesuai

fluktuasi pasang surut .

Persyaratan tambahan

+ tersier : Tidak ada ;

+ sekunder : Setiap 3 atau 4 jam sebelum pasang tinggi turunkan

muka air disaluran sekunder sebanyak mungkin dengan

mengoperasikan pintu klep sesuai fluktuasi pasang

surut

– palawija dimusim kemarau : drainase

Page 51: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 51 REVIEW 1 - 2015

Catatan: hanya diareal kategori C dan D dengan drainase dangkal dan

intensif (lebar dasar 20 – 30 cm, kedalaman 25 – 30 cm, jarak antara 25 –

50 m)

Tujuannya adalah mempertahankan muka air tanah minus 40 – 60 cm dari

muka tanah ;

+ tersier : pintu geser minus 40 – 60 cm dari muka tanah

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 80 – 100 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka pada saat

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 80-

100 cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi

sesuai fluktuasi pasang surut .

– palawija dimusim kemarau : retensi (menahan) air dan penggelontoran

Catatan: hanya diareal kategori C dan D

Tujuannya adalah mempertahankan muka air tanah minus 40 – 60 cm dari

muka tanah ;

+ tersier : pintu geser minus 40 – 50 cm dari muka tanah

+ sekunder : jika muka air disaluran sekunder lebih rendah dari muka air

yang dikehendaki (minus 60 – 80 cm dari muka tanah) :

pertahankan pintu klep dan pintu geser terbuka pada saat

muka air disaluran primer lebih tinggi dan tutup pada waktu-

waktu lainnya .

Jika muka air disaluran sekunder lebih tinggi dari minus 60-

80 cm dari muka tanah, biarkan pintu klep beroperasi sesuai

fluktuasi pasang surut .

Page 52: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 52 REVIEW 1 - 2015

Dalam prakteknya, adalah tidak mungkin untuk mempertahankan muka air tepat seperti

digambarkan diatas . Biasanya, toleransinya berkisar kurang lebih 10 cm diatas atau

dibawah level yang dikehendaki .

5.2. Pengelolaan Air di Tingkat Lahan

5.2.1 Kebutuhan air tanaman

Kebutuhan air tanaman umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

keseimbangan air sbb :

CWR = k * ET + Pengolahan tanah + Perkolasi/pencucian

Dimana :

CWR = kebutuhan air tanaman

k = faktor tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhan tanaman

ET = referensi evapotranspirasi

Pengolahan tanah = jmlah air yang dibutuhkan pada awal musim tanam untuk pengolahan tanah, biasanya sekitar 150 mm untuk padi musim hujan dan 50 mm untuk palawija

Perkolasi/pencucian= perkolasi dibawah zona perakaran untuk tanaman padi ditaksir sebesar 3 mm/hari. Bilamana ada keperluan untuk pencucian asam dan racun tanah, the International Rice Research Institute (IRRI) merekomendasikan sebesar 8 mm/hari.

Kebutuhan air irigasi netto dapat dihitung dengan rumus berikut :

IRRnet = CWR - Reff

Dimana :

IRRnet = kebutuhan air irigasi netto

Reff = curah hujan efektif

Page 53: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 53 REVIEW 1 - 2015

Contoh perhitungan untuk padi jenis unggul dan tanaman palawija diberikan pada

Tabel 7 , 8 dan 9. Untuk penentuan kebutuhan air total bagi keseluruhan areal, maka

penguapan dari tanah yang tidak ditanami juga harus diperhitungkan.

Page 54: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 54 REVIEW 1 - 2015

Tabel 7 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi musim hujan dan tanaman palawija musim kemarau pada lahan kategori C dan D

A. Padi jenis unggul dan palawija, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

25

45

50

1.15

67

45

100

1.35

150

90

100

1.35

149

90

50

1.25

69

45

435

315

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

70

117

187

112

58

170

240

0

240

239

0

239

114

56

170

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,332

663

1,994

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-15

15

45

-5

5

45

-7

7

90

54

0

144

40

0

85

26

0

76

118

0

164

84

0

144

0

0

60

-7

7

30

-14

14

0

-31

31

0

243

80

883

Padi unggul Palawija

Page 55: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 55 REVIEW 1 - 2015

B. Padi jenis unggul dan palawija, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian utk tan. padi 3 mm/hari dan 2 mm/hari utk palawija

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

25

45

50

1.15

67

45

100

1.35

150

90

100

1.35

149

90

50

1.25

69

45

435

315

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

70

117

187

112

58

170

240

0

240

239

0

239

114

56

170

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,332

663

1,994

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebuthan Drainase DRR mm

-54

54

45

-39

39

45

-68

68

90

-10

10

90

33

0

79

-15

15

50

64

0

110

23

0

83

-32

32

60

-41

41

30

-19

19

0

-50

50

0

-208

329

681

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total

Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Padi unggul Palawija

Page 56: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 56 REVIEW 1 - 2015

Tabel 8 Contoh perhitungan kebutuhan air tanaman padi, tanahnya beracun, kategori lahan A dan B A. Padi unggul musim hujan dan kemarau, curah hujan rata-rata, perkolasi / pencucian 8 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

100

50

1.15

67

100

120

100

1.35

150

240

100

1.35

149

240

50

1.25

69

120

435

820

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

1.15

34

100

120

100

1.35

104

240

100

1.35

149

240

50

1.25

150

120

447

720

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

100

117

217

287

59

346

390

0

390

389

0

389

189

56

245

282

107

389

395

0

395

389

0

389

193

59

252

0

108

108

117

117

125

125

2,622

747

3,368

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebuthan Drainase DRR mm

-45

45

100

-181

181

120

-157

157

240

-96

96

240

-35

35

120

-206

206

120

-147

147

240

-146

146

0

-81

81

120

15

0

15

-14

14

0

-31

31

0

-1,131

1,146

1,555

Padi Unggul Padi Unggul

Page 57: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 57 REVIEW 1 - 2015

B. Padi unggul musim hujan dan musim kemarau, 20% tahun kering, perkolasi/pencucian 8 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

100

50

1.15

67

100

120

100

1.35

150

240

100

1.35

149

240

50

1.25

69

120

435

820

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

1.15

62

100

120

100

1.35

155

240

100

1.35

157

240

50

1.25

73

120

447

720

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

100

117

217

287

59

346

390

0

390

389

0

389

189

56

245

282

107

389

395

0

282

397

0

395

193

59

455

108

108

117

117

125

125

2,622

747

3,368

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-84

84

100

-215

215

120

-218

218

240

-160

160

240

-41

41

120

-246

246

0

-87

87

120

-213

213

240

-316

316

240

15

0

15

-14

14

0

-31

31

0

-1,131

1,146

1,555

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 8 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total

Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Padi unggul Padi unggul

Page 58: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 58 REVIEW 1 - 2015

Tabel 9 Contoh perhitungan kebutuhan air palawija dilahan kategori C dan D A Tanaman palawija musim hujan dan kemarau, hujan rata-rata, perkolasi/pencucian 2 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

172

100

172

117

183

90

165

117

259

90

233

111

325

90

293

110

233

90

210

111

203

90

183

107

276

90

248

115

270

90

243

116

171

100

171

117

123

100

123

108

103

100

103

117

94

100

94

125

2,412

2,337

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

94

60

100

0.95

105

60

50

0.85

47

30

303

245

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuhan Air Tanam.CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

50

117

167

102

29

131

154

0

154

165

0

165

77

56

133

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,105

634

1,738

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

5

0

55

33

0

78

79

0

139

128

0

188

77

0

107

26

0

76

119

0

164

84

0

144

0

0

60

-7

7

30

-14

14

0

-31

31

0

499

52

1,041

Palawija Palawija

Page 59: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 59 REVIEW 1 - 2015

B Palawija musim hujan dan musim kemarau,, 20% tahun kering, perkolasi 2 mm/hari

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Total

Hujan R mm

Hujan effektif %

Hujan effektif A mm

Evapotranspirasi ET mm

133

100

133

117

145

90

131

117

191

90

172

111

254

90

229

110

226

90

203

111

158

90

142

107

216

90

194

115

202

90

182

116

139

100

139

117

89

100

89

108

98

100

98

117

75

100

75

125

1,926

1,787

1,371

Pola Tanam

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

57

45

100

0.85

94

60

100

0.95

105

60

50

0.85

47

30

303

245

Penggunaan Lahan %

Koef. Tanaman Kc -

Penguapan Tanaman Etcmm

Pengolahan tanah LP mm

Perkolasi/pencucian L mm

50

75

0.65

56

45

100

0.85

99

60

100

0.95

111

60

50

0.85

46

30

312

245

Kebutuh. Air Tanam. CWR mm

Penguapan tanah mm

Kebutuhan Air Total mm

50

117

167

102

29

131

154

0

154

165

0

165

77

56

133

50

107

157

101

29

130

159

0

159

171

0

171

76

54

130

117

117

125

125

1,105

634

1,738

Selisih mm

Kebutuhan Irigasi IRR mm

Kebutuhan Drainase DRR mm

-34

34

50

-1

1

45

18

0

78

64

0

124

71

0

101

-15

15

50

65

0

110

23

0

83

-32

32

60

-41

41

30

-19

19

0

-50

50

0

49

192

730

Asumsi dan prosedur perhitungan :

R and ET dari data iklim, Kc dari literatur, Penggunaan lahan ditaksir

Effective rainfall A = R * hujan efektif (%)

Etc = ET * Kc * Penggunaan lahan

Perkolasi untuk mencegah keasaman 2 mm/day

Kebutuhan air tanaman = ETc + LP + L

Penguapan dari tanah (i.e. lahan tanpa tanaman) = ET * (100 – Penggunaan lahan)

Kebutuhan air total = Kebutuhan air tanaman + Penguapan tanah

Selisih = Hujan efektif – Kebutuhan air total Kebutuhan irigasi sama dengan jumlah kekurangan air selama musim tanam

Palawija Palawija

Page 60: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 60 REVIEW 1 - 2015

Karena besarnya kebutuhan air untuk pencucian, akibatnya kebutuhan air untuk

tanaman padi menjadi besar pula dan umumnya tidak bisa dipenuhi dari hujan (periode

tahun kering rata-rata) , terlebih lagi pada musim yang lebih kering lagi . Jika tidak ada

tambahan pasokan air , maka mungkin saja lebih baik bila menanam padi gogo ,

dengan begitu tidak perlu menghadapi konsekuensi negatif sebagai dampak dari

adanya lapisan genangan air yang cukup lama diatas permukaan lahan .

5.3. Pengelolaan air untuk padi sawah

Berikut adalah ragam pengelolaan air yang diterapkan untuk bercocok tanam padi

sawah di lahan rawa pasang surut (lihat Gambar 19) :

Retensi air ;

Drainase dan pencucian tanah ;

Irigasi pasang ;

Irigasi pompa .

Gambar 19 Pengelolaan air untuk padi

saluran

Lahan sawah a. Retensi air

saluran

Lahan sawah b. drainase/pencucian reguler

Kedalaman genangan 0 - 0.15 m Muka air

Muka air Kedalaman genangan 0.10 - 0.25 m

saluran Lahan sawah

c. Irigasi pasang

Muka air

Page 61: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 61 REVIEW 1 - 2015

5.3.1 Retensi air

Umumnya, lapisan genangan air dilahan sawah perlu dipertahankan untuk berbagai

tujuan, antara lain untuk mengatasi gulma tanaman, menciptakan kondisi lingkungan

bagi penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, dan sebagai cadangan air bilamana

terjadi kekurangan air .Rekomendasi umum mengenai kebutuhan air dan kedalaman

genangan air disawah dapat dilihat pada Gambar 20 dan Tabel 7 serta Tabel 8,

masing-masing untuk musim hujan dan musim kemarau . Pada saat-saat tertentu, taraf

muka air disawah harus berada dibawah muka tanah . Tanpa irigasi, satu-satunya

sumber air berasal dari curah hujan . Retensi air disawah pada lahan rawa pasang

surut seringkali sulit dilakukan karena tingginya permeabilitas tanah dilapisan atas .

Akibatnya penjenuhan tanah juga sulit dilakukan. Variasi mikro relief lahan juga menjadi

persoalan tersendiri yang membuat upaya retensi air diatas lahan sawah relatif sulit

dilakukan . Pematang sawah dari tanah liat seringkali direkomendasikan untuk

mengurangi rembesan, akan tetapi untuk pembuatannya perlu tenaga kerja yang tidak

sedikit . Perataan permukaan lahan sangat penting untuk diusahakan, termasuk

oksidasi secara gradual terhadap lapisan bahan organik dengan dukungan fasilitas

drainase yang memadai pada musim kemarau.

Permasalahan lain yang bisa muncul adalah berkembangnya unsur racun didalam

tanah sebagai dampak dari retensi air dengan penggenangan terus menerus tanpa

penggantian air segar (anaerobik). Jika hal itu masih terjadi, maka akan menghambat

proses pembuangan keasaman akibat oksidasi dari pirit dan bahan organik . Oleh

adanya hal-hal semacam ini, maka retensi air dalam waktu yang cukup panjang

bukanlah opsi terbaik, karena itu maka drainase dan pencucian tetap harus diupayakan.

5.3.2 Drainase dan pencucian tanah

Drainase diperlukan :

setelah terjadi hujan lebat ;

sebelum dilakukan pemupukan ;

bilamana kualitas tanah dan air memburuk ;

Page 62: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 62 REVIEW 1 - 2015

selama pengolahan tanah dan masa panen .

Untuk mencegah terbentuknya bahan beracun dalam tanah dengan kandungan bahan

organik yang tinggi, drainase sama pentingnya dengan retensi air . Harus dicegah

drainase yang terlampau dalam . Hal itu memang tidak selalu mengakibatkan

kekurangan air bagi tanaman, namun diareal tertentu bisa menimbulkan resiko

terjadinya oksidasi pirit dibawah permukaan tanah. Dengan demikian, muka air

disaluran kuarter harus dijaga pada taraf tetentu dibawah permukaan tanah .

Selama musim kemarau, seringkali tidak bisa dicegah terjadinya penurunan muka air

tanah dibawah lapisan pirit yang teratas sehingga akan timbul keasaman karena

teroksidasinya bahan pirit. Keasaman ini harus dibilas sesering mungkin dari lapisan

tanah dengan air hujan pada awal-awal musim penghujan.

Page 63: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 63 REVIEW 1 - 2015

Gambar 20 Kedalaman genangan untuk tanaman padi

Bulan

var 0

10 -15

ure

a

pen

cuci

an

ure

a

pertumbuhan tunas

tinggi

tanaman

pembibitan

pengolahan tanah

5 - 10

3 - 5

0 - 3

Mar Okt

(Padi umur 140 hari)

Nov Des Jan Feb

Lapisan genangan

air disawah

tahap

pertumbuhan

umur tanaman (hari)

Padi unggul (rekomendasi) Padi uggul Padi lokal

vegetatif reproduktif pemasakan

0 – 25 0 – 20 0 – 25

25 – 75 20 – 60 25 – 95

75 – 105 60 – 90 95 – 130

105 – 140 90 – 120 130 – 165

pen

cuci

an

pen

cuci

an

TSP

+KC

L

penyemaian

kedalaman genangan

Page 64: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 64 REVIEW 1 - 2015

Tabel 7 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim hujan

Pertumbuhan

Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier

Sekunder

Pengolahan tanah

Pembibitan

Pertumbuhan

vegetatif

Pertumbuhan

reproduktif

Tahap pematangan

Pembajakan: tanah dibawah kapasitas

jenuh lapang

Penjenuhan : genangan 0 – 5 cm

Perataan : genangan 5 cm

Tanah jenuh air / tidak ada penggenangan

genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

keluarkan air pada waktu pemupukan

genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

keluarkan air pada waktu pemupukan

Tanah dalam kondisi jenuh lapang

Jika perlu,3 atau 4 hari sebelum pasang

purnama, turunkan muka air disal. tersier

sebanyak mungkin

Areal A dan B: semua pintu geser, dibuka

Areal C dan D: semua pintu geser ditutup,

kecuali jika terjadi pengasaman, pintu harus

dibuka

Pertahankan muka air < 20 cm dibawah

muka tanah

normal:

– areal A dan B: pertahankan muka air 10

– 20 cm dibawah muka tanah

– areal C dan D pertahankan muka air 10

cm dibawah muka tanah

hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

normal:

– areal A dan B: pertahankan muka air, 10

– 20 cm dibawah muka tanah

– areal C dan D pertahankan muka air, 10

cm dibawah muka tanah

Kecuali waktu pergantian air, pertahankan

muka air < 40 cmdibawah muka tanah, maks.

selama 3 hari

Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Pertahankan muka air < 40cm dibawah muka

tanah

Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama

turunkan muka air di sal. sekunder sebanyak

mungkin

Areal A and B: klep dan pintu geser dibuka

Areal C and D: pintu geser ditutup, kecuali jika terjadi

pengasaman, pintu harus dibuka.

Pertahankan muka air < 50 – 60 cmdibawah muka

tanah

normal:

– pertahankan muka air < 50 - 60 cm dibawah muka

tanah

hujan ekstrim: turunkan muka air serendah mungkin

normal:

– pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawah muka

tanah

hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Pertahankan muka air < 50 - 60 cmdibawahmuka

tanah

Page 65: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 65 REVIEW 1 - 2015

Tabel 8 Pengelolaan air untuk tanaman padi musim kemarau

Pertumbuhan

Tanaman Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder

Pengolahan tanah

Pembibitan

Pertumbuhan

vegetatif

Pertumbuhan

reproduktif

Tahap pematangan

tanah kering : prosedur sama seperti

musim hujan

tanah basah: hanya perlu penjenuhan

dan perataan

Tanah jenuh air/ tidak perlu genangan

Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

pembuangan air pada waktu pemupukan

Genangan 5 – 10 cm, pergantian air,

pembuangan air pada waktu pemupukan

tanah

Catatan :

hanya utk area A+B paling lambat

dimulai bulan Maret ;

Untuk area C+Ddianjurkan bertanam

palawija (lihat Tabel 5.6)

Untuk area A & B semua pintu geser dibuka

Utk area B, pompa mungkin diperlukan

Dalam hal itu, muka air dipertahankan

setinggi mungkin

– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20

cm dibawah muka tanah

– Areal B pertahankan muka air 10 cm-

dibawah muka tanah

– Areal A: pertahankan muka air 10 – 20

cm dibawah muka tanah

– Areal B: pertahankan muka air 10 cm

dibawah muka tanah

Pertahankan muka air 10 cmdibawah muka

tanah

Pertahankan muka air < 40 cm dibawah muka

tanah

Catatan :

hanya utk area A+B paling lambat dimulai

bulan Maret ;

untuk area C+D dianjurkan bertanam palawija

(lihat Tabel 5.6)

Setiap 3 atau 4 hari sebelum pasang purnama

turunkan muka air disekunder serendah

mungkin

Pintu geser dibuka

– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal B pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal A: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

– Areal B: pertahankan muka air < 50 - 60 cm

dibawah muka tanah

Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka

tanah

Pertahankan muka air 50 – 60 cm dibawah muka

tanah

Page 66: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 66 REVIEW 1 - 2015

5.3.3 Irigasi pasang surut

Bilamana kualitas airnya layak dan irigasi pasang surut memang memungkinkan,

maka hal semacam ini tidak saja menjamin kecukupan air untuk tanaman padi,

akan tetapi juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas tanah . Air

tergenang yang bertahan lama harus dicegah, dan unsur racun yang sudah ada

dan terbentuk selama masa bero (tidak ada kegiatan pertanaman) harus bisa

dibilas dari tanah pada periode-periode air surut . Bilamana memungkinkan,

oksidasi pirit harus bisa dicegah . Kelebihan lain bilamana irigasi pasang surut

memang memungkinkan adalah dimungkinkannya menanam padi jenis unggul

sebagai pengganti padi jenis lokal, dan pertanaman bisa dimulai lebih awal.

Dengan begitu, sangat terbuka peluang bertanam padi dua kali setahun .

Karena kebanyakan tanah didaerah rawa pasang surut angka permeabilitasnya

tinggi, maka kehilangan air akibat perkolasi juga besar . Dengan pasokan air yang

hanya berlangsung beberapa jam saja perharinya, maka volume air dalam jumlah

besar harus bisa dialirkan ke lahan sawah dalam waktu yang singkat . Untuk itu

maka saluran haruslah terpelihara agar kondisinya tetap baik . Saluran cacingan

berukuran dangkal di lahan sawah dapat membantu agar air pasang mengalir

masuk ke sawah dengan cepat .

5.3.4 Irigasi pompa

Bilamana peluang irigasi pasang surut tidak ada, akan tetapi air disaluran

kualitasnya cukup baik, maka irigasi pompa bisa membantu untuk mengatasi

kekurangan air disaat kemarau . Volume air yang perlu dipompa biasanya jauh

lebih sedikit dibandingkan jumlah air yang masuk atau keluar pada saat pasang

surut . Dengan kondisi ini, dan karena para petani cenderung menghemat biaya

pompa yaitu dengan cara menyimpan air disawah sebanyak mungkin, maka akan

muncul resiko negatif yang hampir sama dengan kondisi genangan air yang

”stagnant” (dibiarkan menggenang lama) eperti yang sudah dibahas sebelumnya

menyangkut retensi air .

Sekali lagi, tergantung kondisi air dan tanah setempat, maka bercocok tanam padi

dilahan sawah rawa pasang surut merupakan suatu pilihan yang benar-benar harus

penuh pertimbangan . Apakah pilihannya bertanam padi sawah yang

Page 67: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 67 REVIEW 1 - 2015

membutuhkan jumlah air yang besar, ataukah bertanam palawija , dimana

keasaman bisa dikendalikan melalui pencucian dan drainase dangkal .

5.4 Pengelolaan air untuk pengendalian hama tanaman

Pengaturan muka air disawah bisa membantu untuk mengendalikan hama

pengganggu tanaman . Serangga hitam menyukai habitat dalam kondisi lembab,

sedangkan orong-orong menyukai keadaan yang kering . Penggenangan atau

drainase lahan akan mampu memberantas hama pengganggu tanaman atau

mengusir mereka berpindah ketempat lain .

5.5 Pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija

Fokus utama dari pengelolaan air dilahan usaha tani untuk tanaman palawija

adalah menyangkut drainase dan mengendalikan kestabilan muka air tanah .

Saluran kuarter yang berada diantara saluran tersier mungkin saja diperlukan

dengan jarak antaranya tidak lebih dari 100 meter . Rekomendasi umum mengenai

kebutuhan air bagi tanaman palawija disajikan dalam Tabel 9 masing-masing untuk

musim hujan dan musim kemarau .

Dibeberapa areal tertentu, tanaman palawija dilakukan setelah pertanaman padi

musim hujan, yaitu ketika muka air tanah masih cukup tinggi, dan tanaman tumbuh

diatas guludan agar draimase perakarannya terjamin, dan bisa dengan cepat

membuang air hujan yang berlebih melalui parit yang berada diantara guludan .

Untuk makin menyempurnakan kondisi drainase,pertanaman palawija juga bisa

diusahakan dengan sistem surjan .

Sistem sorjan

Konstruksi sistem sorjan terdiri dari bagian-bagian yang direndahkan elevasinya,

dan bagian-bagian lainnya ditinggikan . Dibagian yang rendah, peluang irigasi

pasang surut menjadi lebih besar . Sedangkan bagian yang ditinggikan,

drainasenya lebih baik, sehingga bisa dimanfaatkan untuk tanaman palawija atau

tanaman keras . Bagian yang rendah biasanya lebarnya 4 sampai 10 meter,

sedangkan bagian yang ditinggikan lebarnya 2 sampai 4 meter dengan ketinggian

0.40.m sampai 0.80 m . Teknik sorjan ini memberi peluang diversifikasi tanaman ,

Page 68: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 68 REVIEW 1 - 2015

karena pada saat bersamaan para petani bisa bercocok tanam padi dan non padi

sekaligus .

Jika bagian yang rendah benar-benar bisa mendapatkan irigasi pasang surut

(kategori A), produksi tanaman bisa meningkat . Akan tetapi, sistem sorjan memiliki

berbagai kelemahan, dan jika tidak mungkin diluapi pasang surut secara teratur,

maka sistem ini sebaiknya tidak dianjurkan untuk diterapkan :

air dibagian yang rendah akan mengalami stagnasi (drainabilitasnya buruk,

limpasan air dari bagian guludan, lapisan pirit bisa saja tersingkap) ;

muka air tanah dibagian guludan tetap saja relatif terlalu tinggi bagi tanaman

keras yang tumbuh dibagian guludan ;

konstruksi surjan memerlukan input tenaga kerja yang cukup banyak (600 –

800 mandays per-ha) ;

bagian yang rendah tidak bisa dimanfaatkan selain untuk tanaman padi,

karena itu perubahan penggunaan lahan akan menjadi sulit dilakukan ;

mekanisasi relatif sulit diaplikasikan .

Jika yang akan diairi dengan irigasi pasang surut cukup luas arealnya, efek

peredaman terhadap pasang semakin membesar . Karenanya, areal yang

berpeluang mendapatkan luapan air pasang adalah yang berdekatan dengan

sungai atau saluran .

Page 69: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 69 REVIEW 1 - 2015

Tabel 5.6 Pengelolaan air untuk palawija, musim hujan dan musim kemarau

Musim Pengelolaan air disawah Tersier Sekunder

Musim hujan

Catatan hanya di areal dan D dengan

drainase dangkal dan intensif (lebar

dasar 20 - 30 cm, dalam 25 - 50 cm, jarak

8- 10 m)

Muka air tanah 40 – 60 cm dibawah muka

tanah

Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Normal: 80 – 100 cm dibawah muka tanah Hujan ekstrim: muka air serendah mungkin

Musim kemarau April, Mei dan Juni

Catatan : Hanya di areal C dan D

Muka air tanah 40 – 50 cm dibawah muka

tanah

Pengecualian untuk lapisan sulfat masam

yang lebih tinggi, maka muka air tanah >

10 cm dibawah lapisan tsb, termasuk

perlu drainase intensif

Normal: 30 – 40 cm dibawah muka tanah Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin

Normal: 60 – 80 cm dibawah muka tanah Periode hujan ekstrims: setinggi mungkin

Page 70: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 70 REVIEW 1 - 2015

5.6 Pengelolaan air untuk tanaman keras

Fokus dari pengelolaan air untuk tanaman keras adalah menyangkut drainase dan

mempertahankan kestabilan muka air tanah . Pada dasarnya, ketentuan yang

sama untuk palawija sebagaimana termuat pada tabel 5.6 juga berlaku untuk

tanaman keras . Namun demikian, kedalaman muka air tanah yang lebih cocok

untuk tanaman keras adalah 0.60 m sampai 0.80 m dari muka tanah . Saluran

kuarter diantara saluran tersier sangat penting, jarak satu sama lain berkisar antara

25 m sampai 50 m . Jika terdapat lapisan pirit, maka kedalaman drainase perlu

dibatasi untuk mencegah oksidasi pirit tersebut . Pada areal dimana muka air

tanahnya tidak bisa diturunkanlebih rendah lagi, maka tanaman sebaiknya ditanam

dibagian tanah yang ditinggikan (guludan) .

Selama masa-masa awal, ketika kanopi pohon belum sepenuhnya berkembang,

tanaman sela bisa saja dibudidayakan . Jika tanaman selanya berupa tanaman

padi, tanaman kerasnya harus tumbuh diatas bagian yang ditinggikan, sekitar 0.50

m tingginya . Tanaman kelapa bisa diselingi dengan tanaman tahunan semacam

kopi, buah-buahan, dlsb .

5.7 Pengelolaan air dimasa bero (tidak ada pertanaman)

Selama tidak ada kegiatan pertanaman, maka jika diperlukan, pembilasan bahan

racun dari dalam tanah bisa dilakukan dengan drainase dalam, diikuti dengan

pencucian dengan air hujan dan jika memungkinkan dengan air pasang . Masa

bero biasanya terjadi dimusim kemarau . Pada awal musim hujan berikutnya,

pencucian dengan air hujan pada awal musim hujan bisa saja sangat diperlukan .

Hal tersebut secara berangsur akan mengakibatkan lapisan pirit makin dalam

letaknya . Hingga akhirnya kesesuaiannya sebagai lahan pertanian akan semakin

meningkat dalam jangka panjang .

Drainase juga akan menstimulir pematangan tanah secara gradual dan juga

oksidasi bahan organik . Hal ini akan mengakibatkan pengolahan tanah semakin

baik hasilnya melalui penjenuhan, namun penjenuhan efeknya kecil terhadap tanah

Page 71: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 71 REVIEW 1 - 2015

yang belum matang dengan kandungan bahan organik tinggi . Drainase juga akan

meningkatkan daya dukung tanah.

Page 72: Bab. I PENDAHULUAN · 2018. 4. 11. · Lahan dan air yang meliputi Pendahuluan, karakteristik Lahan dan Air di Lahan rawa pasang surut, Satuan dan Kesesuaian lahan , Zonasi pengelolaan

DIKLAT TEKNIS PERENCANAAN RAWA

TINGKAT DASAR

MODUL MS.3 KESESUAIAN LAHAN DAN

PENGELOLAAN AIR

KEGIATAN SWAKELOLA REVIEW KURIKULUM MODUL HALAMAN 72 REVIEW 1 - 2015

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Teknis Tentang Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut Jilid 1: Aspek Umum. 2004. Kerjasama Departemen Pekerjaan Umum - Ministry of Transport, Public Works And Water Management dan Ministry of Spatial Planning, Housing And Environment Pemerintah Belanda

Pedoman Teknis Tentang Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut Jilid 2: Pengelolaan Air. 2004. Kerjasama Departemen Pekerjaan Umum - Ministry of Transport, Public Works And Water Management dan Ministry of Spatial Planning, Housing And Environment Pemerintah Belanda

Pedoman Teknis Tentang Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut Jilid 3: Operasi dan Pemeliharaan. 2004. Kerjasama Departemen Pekerjaan Umum - Ministry of Transport, Public Works And Water Management dan Ministry of Spatial Planning, Housing And Environment Pemerintah Belanda

Rahmadi, 2006. Laporan Akhir GIS. Land and Water Management Tidal Lowlands.

Palembang. Rahmadi, Suryadi, F.X and Eelaart, Ad.vd., 2006. Land Unit And Water

Management Zone In Tidal Lowlands. Paper presented in Seminar Rawa. Ministry of Public Works. Jakarta.

Rahmadi, 2009. Effects of Climate Change and Land Subsidence on Water

Management Zoning in Tidal Lowlands. Case study Telang I South Sumatra. MSc. Thesis Unesco-IHE Delft. The Netherlands.

Rahmadi. 2010. Sistem Informasi Geografi Untuk Zonasi Pengelolaan Air (Water

Management Zoning) Di Jaringan Irigasi Rawa Pasang Surut. Peningkatan Kemampuan Perencanaan Teknis Rawa Dan Tambak Wilayah Barat Dan Timur. Banjarmasin, 2-10 November 2015. Direktorat Irigasi dan Rawa. Ditjen Sumber Daya Air. Kementerian Pekerjaan Umum

Rahmadi, 2012. Introduction to GIS. A tutorial for Creating Water Management

Zone in Tidal Lowlands Using ArcGIS 10. Draft I. Double Master Degree on Integrated Lowland Development and Management Planning (DDILDM). Sriwijaya University

Suryadi, F.X. 1996. Soil and water management strategies for tidal lowlands in

Indonesia. PhD thesis, Delft University of Technology- IHE Delft. Balkema, Rotterdam, The Netherlands.