bab i pendahuluan a. latar belakang masalah
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Agar supaya
siswa dapat menguasai semua aspek yang disebut di atas diharapkan guru
dapat mengajar bahasa Indonesia sesuai dengan karakteristik mata pelajaran ini
serta karakterstik siswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti, belum semua siswa dapat menguasai
keempat aspek dari mata pelajaran bahasa Indonesia tersebut. Salah satu aspek
1
yang paling sulit untuk dipahami siswa adalah menulis terutama dalam
menuangkan ide-ide atau pemikiran mereka terkait dengan apa yang diajarkan
dalam mata pelajaran ini, salah satunya adalah menulis puisi.
Menurut pengamatan peneliti hal ini disebabkan karena para guru
bahasa Indonesia belum mampu menerapkan model, metode, pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahasa Indonesia, dampaknya
kemampuan menulis siswa rendah.
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan
ketrampilan proses. Pembelajaran berbasis ketrampilan proses Pendekatan
keterampilan proses adalah pembelajaran yang dianjurkan didalam
mengajarkan beberapa mata pelajaran termasuk mata pelajaran bahasa
Indonesia, selain menggunakan pendekatan konsep, guru diminta untuk
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan-keterampilan
proses. Inti pengembangan pendekatan keterampilan proses adalah aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan keterampilan (psikomotor), selain
itu pengembangan keterampilan proses dituntut pengembangan kreatifitas
siswa. Kelebihan dari pendekatan keterampilan proses adalah anak akan
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Keterampilan proses yang dikembangkan pada siswa setingkat SD khususnya
kelas rendah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan materi yang
2
diajarkan. Perlunya pengembangan pendekatan belajar mengajar keterampilan
proses dalam pengajaran ini diarahkan pada pertumbuhan dan pengembangan
sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik atau siswa agar mereka
mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang
bermanfaat baik berupa fakta, konsep maupun pengembangan sikap dan nilai.
Sebagai konsekwensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa
berperan selaku subyek dalam belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh cara mengajar guru terhadap hasil belajar siswa?
2. Apakah dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menulis puisi siswa?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini, masalah
hanya dibatasi pada penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam
pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar menulis
puisi siswa kelas IV SD N Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan Kabupaten
Minahasa Tenggara .
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan: “Apakah penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam
3
pembelajaran bahasa Indonesia akan dapat hasil belajar menulis puisi siswa
kelas IV SD N Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa
Tenggara .?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan
pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar menulis puisi siswa kelas IV SD N Inpres Tosuraya Kecamatan
Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara .
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi guru, dapat mengetahui dan menerapkan pendekatan atau model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
bahasa Indonesia.
2. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat
meningkatkan kemampuan dalam melakukan kegiatan ilmiah dalam hal
ini kegiatan PTK untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran serta dapat memotivasi guru lain
untuk melakukan kegiatan sejenis demi peningkatan kemampuan
profesional sebagai guru.
4
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan minat dan motivasi mereka untuk mempelajari mata
pelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk aspek menulis puisi.
4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang
baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan
peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran
bahasa Indonesia
5. Bagi dosen, ia akan dapat lebih memahami tugas berat seorang guru
serta mengetahui lebih jauh permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah, sehingga
memberikan motivasi bagi dosen untuk memberikan bekal yang cukup
kepada para mahasiswa selaku calon guru ketika mereka menjadi guru
nantinya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu proses penulisan yang melewati beberapa
tahap. Yaitu pra menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan dan
publikasiAkhadia,dkk (1994). Selanjutnya menurut Temple ( dalam Santi A,
2005). menulis merupakan suatu proses berpikir yang berkelanjutan,
mencobakan dan mengulas kembali Pada hakekatnya menulis dapat dibagi
dalam tiga aspek:
1. Menulis sebagai proses berpikir.
Menulis sebagai suatu proses merupakan aktivitas yang bersifat aktif,
konstruktuif dan mmepunyai penuangan makna. Pada saat menulis siswa
dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, skemata yang dimilikinya secara tertulis. Dalam proses tersebut
diperlukan kemampuan untuk mengelola dan menata secara kritis gagasan
yang dituangkan, Papas ( dalam Santy A:2005)
2. Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas.
Menulis sebagai proses berpikir diperleh melalui serangkaian aktivitas
menulis. Menurut Tompkins ( dalam Santy A: 2005). Menulis dimulai dengan
kegiatan pra menulis berupa pengamatan terhadap apa yang akan ditulis atau
didasarkan pada pengalaman. Apabila kegiatan menulis dikaitkan dengan
pembelajaran, siswa dapat memperoleh arahan dari guru untuk mengetahui
6
kemampuan menulisnya secara jelas. Selanjutnya, siswa dapat meningkatkan
kemampuan mereka secara bertahap dan berkesinambungan.
3. Menulis sebagai proses berpikir berkaitan erat dengan membaca.
Menulis terkait erat dengan membaca, kegiatan membaca dan menulis
merupakan kegiatan yang mempunyai hubungan yang saling mendukung.
Dilihat dari segi kegiatan sebelum menulis, siswa memperoleh pengetahuan
awal dan informasi berkaitan dengan topik yang digarap, kegiatan membaca
merupakan salah satu sarana untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
Dilihat dari segi kegiatan saat menulis, siswa melakukan kegiatan berpikir
untuk menuangkan ide atau gagasan secara jelas dalam bahasa tulis. Dalam
proses tersebut diperlukan kesungguhan dalam mengelola, mengatur dan
menata gagasan-gagasan yang telah ditulis.
Dilihat dari segi sesuah menulis, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
siswa dapat membacakan tulisannya kepada orang lain dengan memperhatikan
ketepatan lafat, intinasi dan kelancaran dalam membaca.
B. Prinsip pembelajaran menulis
Untuk mengarahkan pembelajaran menulis maka guru harus
menggunakan prinsip-prinsip sebagai pedoman pembelajaran. Dixon ( dalam
Santy, A: 2005) mengemukakakan beberapa prinsip mengenai pembelajaran
menulis antara lain:
1. siswa harus berdasar pada topik pribadi yang bermakna
7
2. sebelum menulis hendaknya diberi percakapan yaitu kegiatan
berbicara tentang pengalaman, pengetahuan dan kegemaran siswa
dalam kaitannya dengan topik
3. Ketrampilan menulis diajarkan dalam konteks yang menyenangkan
sehingga siswa bergairah untuk menulis dan terhindar dari rasa
frustasi
4. Segalai ide dan gagasan yang akan ditulis hendaknya merupakan
sesuatu yang dapat mereka tuangkan melalui tulisan sehingga ide-
ide atau gagasan tersebut dikomunikasikan kepada orang lain.
5. melakukan pengoreksian kesalahan dalam tatabahasa dan mekanik
setelah siswa sudah selesai dalam menulis
6. dalam mengembangkan materi tulisan, siswa diberi tugas membaca
bacaan tambahan yang dapat digunakan untuk memperkaya
ungkapan dan memperlua isi tulisan
C. Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites,
yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata
poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair.
Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi
hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Simbolon: 2006).
8
Menurut Vicil C. Coulter, ( dalam Simbolon: 2006) kata poet berasal
dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik,
kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang
hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa.
Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang
sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak
kebenaran yang tersembunyi (Simbolon: 2006). Ada beberapa pengertian lai
tentang puisi. William Wordsworth (dalam Simbolon: 2006) mengatakan
bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh
daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali
dalam kedamaian.
Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah
rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran
yang paling senang. Puisi merupakan sebuah ekspresi yang mampu
membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi panca indera (Pradopo,
2002:7).
Puisi adalah sarana yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan
kepada para pembacanya. Puisi menyampaikan pesan tersebut dengan cara
unik karena kepadatannya, ekspresif dengan berbagai gaya bahasanya, namun
sarat akan makna.
9
D. Unsur-unsur Pembangun Puisi
Bahasa dalam karya sastra (puisi) bukanlah bahasa sehari-hari. Itu
karena bahasa dalam karya sastra ada pada tataran secondary modelling system
atau sistem bahasa yang ke dua. Karenanya, arti kata dalam puisi bukan arti
kata yang mutlak atau absolut, melainkan bersifat universal. Menurut
Rifaterre (1978:2), puisi merupakan representasi dari realitas kehidupan, atau
merupakan tiruan (mimesis).
Puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Ketidaklangsungan ini
dikarenakan adanya displacing (penggantian arti), distorting (penyimpangan),
dan creating of meaning (penciptaan arti). Puisi memiliki beberapa unsur,
antara lain bunyi, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, bentuk visual,
dan makna..
E. Penulisan Puisi
Puisi merupakan karya kreatif, yakni karya yang lahir dari kreativitas
penulisnya. Menulis puisi dengan demikian adalah persoalan kreativitas, yang
lekat dengan kemampuan individu untuk memunculkan nilai baru dalam hal-
hal yang diciptakannya. Meskipun demikian, kreativitas itu bukanlah suatu hal
yang memiliki nilai mati. Kreativitas bisa digali dan ditumbuhkan.
Natalie Goldberg, (2005) mengemukakan beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk memotivasi kemampuan menulis seseorang, termasuk di
antaranya adalah menulis kreatif. Menurut Goldberg, hal yang harus dilakukan
untuk pertama kalinya adalah menulis, tanpa berpikir apakah karya yang
10
dihasilkan nanti bagus atau tidak. Selain itu, menulis juga harus dinilai sebagai
sebuah latihan yang perlu dilakukan secara kontinyu, terus-menerus. Calon
penulis perlu membuat daftar tema yang akan ditulisnya, dan selalu melawan
rasa malas yang sering datang pada masa-masa latihan.
Menurut Bakdi Soemanto (2005:77), menulis puisi harus
mempertimbangkan sentuhannya. Sentuhan itu disajikan lewat irama dan
pilihan kata-kata. Daya sentuh sebuah puisi, dalam istilah Plato, dikenal
dengan istilah mousike. Untuk bisa menulis puisi yang demikian, saran Bakdi
Soemanto, perlu merenungi pengalaman-pengalaman yang membuat hati
tersentuh.
Tahap proses kreatif ada empat, yakni (1) persiapan, (2) inkubasi, (3)
iluminasi, dan (4) verifikasi. Tahap persiapan adalah tahap mencari bahan-
bahan atau sumber tulisan. Ini bisa dilakukan dengan pengayaan materi,
mencari momen-momen puitik yang bisa menyentuh perasaan. Ide atau bahan
penulisan bisa didapat dan digali dari mana saja. Kemunculannya bisa
dilakukan dengan mengasah sensitivitas, pengalaman, imajinasi, dan bisa
diperkaya dengan kegiatan membaca, mengamati, atau mencari momen-
momen puitik. Upaya-upaya pengayaan bahasa perlu dilakukan, misalnya
dengan pengayaan penguasaan kosakata, pengayaan bacaan-bacaan, terutama
puisi, pengayaan dalam membentuk kata atau frase, dst.
Ketika semua bahan telah terkumpul, tahap berikutnya adalah
melakukan inkubasi atau pengendapan. Pada tahapan ini, semua materi yang
11
telah dikumpulkan diendapkan dalam rangka memantapkan calon tulisan
sambil melakukan proses penyusunan. Saat semua bahan dirasa siap untuk
dilahirkan dalam bentuk tulisan, masuklah tahap iluminasi atau tahap
perwujudan. Pada saat ini, semua ide yang telah diorganisir dilahirkan dalam
bentuk tulisan.
Setelah selesai menuliskan semua ide yang ingin disampaikan, penulis
perlu melakukan tahapan revisi. Jika ada hal yang kurang sesuai, bisa
dilakukan perbaikan-perbaikan. Revisi bisa dilakukan dengan cara peer-
review, atau meminta pendapat dari teman sejawat. Revisi adalah salah satu
cara untuk mencapai perbaikan naskah. Verifikasi adalah tahapan untuk
melakukan penilaian-penilaian apakah suatu karya layak untuk diterbitkan.
Rodman Phillbrick (dalam Simbolon: 2006) memberikan beberapa poin
penting terkait dengan penulisan puisi. Perencanaan adalah tahap awal yang
penting. Setiap penulis puisi harus mengalokasikan waktunya untuk menulis
puisi, kurang lebih 5-10 menit. Hal yang perlu dilakukan adalah segera
menulis. Menulis sebait puisi lebih baik daripada tidak sama sekali. Semakin
sering menulis puisi, maka semakin terbiasa pula dengan puisi. Penulis puisi
dapat memulai menulis sesuatu yang menarik perhatian.
Kedua, memastikan bahwa objek yang akan digambarkan sangat
penting untuk disampaikan. Penulis dapat menggunakan sudut pandang orang
ke tiga, misalnya, jika tidak ingin puisinya terlihat sebagai ”gambaran diri”.
12
Ketiga, relaksasi penting jika dalam proses menulis puisi tiba-tiba ide
menjadi macet. Nikmati situasi yang dekat dengan anda saat ini. Berbaring di
sofa, memejamkan mata, berjalan di taman, menyaksikan pepohonan dan
lingkungan terdekat adalah resep manjur untuk mengembalikan ide yang
sempat terhenti. Segera setelah ide itu kembali datang, anda bisa melanjutkan
menulis puisi kembali.
Keempat, berimajinasi dengan bebas. Imajinasi secara bebas akan
mengantarkan kita pada kekayaan materi penulisan puisi. Imajinasi secara
bebas juga akan membuat pengalaman jiwa semakin beragam.
Kelima, gunakan metafor. Penulis bisa menggunakan kamus tesaurus
untuk membantu membuat pemerolehan kosakata dan bahasa menjadi semakin
kaya dalam pengucapan. Usahakan untuk menemukan kata yang tepat untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan. Jangan mudah merasa ”puas” sampai
merasa benar-benar memilih kata yang tepat sesuai dengan niatan yang ingin
diungkapkan.
Subagio Sastrowardoyo (1995) mengungkapkan beberapa poin penting
dalam penulisan puisi. Pertama, perhatian terhadap kehidupan di luar dunia
kita akan memperkaya dan membuat kita lebih mengenal siapa diri kita.
Kedua, puisi yang baik tidak menjadikan dirinya sebagai curahan keluh-kesah
atau sedu-sedan belaka, melainkan membuat sedu-sedan atau keluh-kesah itu
sebagai alasan bahwa hidup sungguh berarti untuk dilanjutkan. Ketiga,
pengamatan terhadap alam, manusia, binatang, atau benda mati dan hidup
13
lainnya akan membuat hidup kita menjadi sadar akan kesemestaan. Keempat,
cinta adalah tema yang paling banyak digarap dalam puisi karena cintalah yang
menggerakkan roda kehidupan. Kelima, puisi yang baik adalah puisi yang
dapat menawarkan pengalaman batin kepada pembaca atau membuat pembaca
menangkap dan merasakan pengalaman batin itu.
F. Karakteristik Puisi untuk Anak Sekolah Dasar
Karakteristik Puisi untuk Anak Sekolah Dasar memiliki ciri yang
berbeda dengan puisi orang dewasa dalam bentuk, isi maupun nilai, bentuk
puisi anak sangat sederhana dilihat dari bunyi, tanda baca, penggunaan huruf,
gaya penampilannya lebih lugas, lebih langsung dan tanpa dimanipulasi.
Kesederhanaan isi ditandai dengan ruang lingkup permasalahan atau tema
puisi. Tema sebuah puisi harus harus ditentukan karena tema dijadikan sebagai
titik tolak untuk mengemukakan isi yang meliputi perasaan, sikap, serta
maksud dan tujuan penulisan, makna, pesan, masalah yang disampaikan harus
konkri serta didasari pada lingkungan kehidupan atau keseharian anak.
G. Pendekatan Ketrampilan Proses
Berdasarkan pengamatan terhadap kenyataan belajar mengajar yang
kurang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan
diri sesuai dengan taraf kemampuannya, maka perlu diadakan uji coba dengan
pendekatan yang baru. Pendekatan itu menngacu pada cara belajar siswa aktif,
namun bukanlah cara belajar aktif tanpa isi, tanpa pesan, tanpa rancangan, dan
14
tanpa arah. Cara belajar siswa aktif yang dipraktekan adalah cara belajar siswa
aktif yang mengembangkan ketrampilan memproseskan perolehan.
Pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu pendekatan yang
dilakukan untuk menunbuhkan potensi-potensi dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki pada diri anak sesuai dengan
taraf perkembanngan kemampuannya.
Dengan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan
perolehan, anak akan mampu menemukan mengembangkan sendiri fakta dan
konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang
dituntut. Dengan demikian, ketrampilan-ketrampilan menjadi roda penggerak
penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan
pengembangan sikap dan nilai seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses
belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar aktif. Inilah
sebenarnya yang dimaksud dengan pendekatan proses (Conny Semiawan, dkk.
1988:18).
Dalam pembelajaran bahasa pendekatan ini sangat cocok untuk
diterapkan seperti yang dikemukakan oleh Syafiie ( dalam Puji, S: 2003)
bahwa pendekatan ketrampilan proses dalam pemnelajaran bahasa Indonesia
dapat menciptakan situasi, kondisi, dan cara belajar yang mengaktifkan siswa.
Situasi ini sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia dimana dapat
memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menggunakan ketrampilan
dalam berbagai fungsi komunikasi. (Sudjana: 1996) Kemampuan-kemampun
15
dan ketrampilan-ketrampilan dasar yang dapat dimiliki siswa dengan
menggunakan ketrampilan proses dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
antara lain :
· Mengobservasi atau mengamati
· Mengklasifikasi
· Mencari hubungan ruang dan waktu
· Membuat prediksi
· Merencanakan penelitian/eksperimen
· Mengumpulkan dan menganalisis data
· Menginterprestasi atau menafsirkan data
· Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
· · Menerapkan (mengaplikasikan)
· Mengkomunikasikan.
H. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas pada umumnya
ditentukan oleh peranan guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat
langsung di dalam proses tersebut. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika yang optimal, hendaklah dipilih strategi pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif baik secara mental, fisik dan sosial.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan pendekatan ketrampilan proses untuk kegiatan menulis puisi
setiap siswa kelas IV dengsn keterbatasan pemikiran dan wawasannya
16
diharapkan memberikan kontribusi dengan ide-ide mereka pemikiran baru
yang tercipta melalui ketrampilan yang terproses dengan bimbingna guru
sehingga terbentuk suatu lingkungan belajar yang kondusif sedemikian rupa
sehingga setiap individu dalam kelas dapat berfungsi dan dipandang sebagai
sumber informasi atau sebagai sumber belajar. . Dengan demikian
pembelajaran bahasa Indonesia yang menggunakan pendekatan ketrampilan
proses dapat meningkatan hasil belajar menulisi puisi siswa.
I. Hipotesis tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang dikemukakan di
atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas IV SD N Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan
Kabupaten Minahasa Tenggara dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan ketrampilan proses, maka hasil belajar menulis puisi siswa akan
meningkat
17
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
SD N Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara
yang berjumlah 29 orang. Karateristik siswa pada kelas ini adalah heterogen.
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009-2010 dan
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia
pada sekolah ini.
B. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dapat diuraikan dibawah ini:
1. Perencanaan yang meliputi:
a. studi pendahuluan dan melakukan konsultasi awal untuk mengetahui
permasalahan dan latar belakang, keberadaan serta kemampuan akademik
siswa yang menjadi subjek penelitian
b. menyiapkan rencana pembelajaran yang diperlukan
c. menentukan fokus observasi dan berbagai aspek yang diamati
d. menentukan jenis data
e. membuat alat bantu observasi dan cara pelaksanaan observasi termasuk
menetapkan para pengamat (observer)
f. menetapkan cara pelaksanaan dan pelaku refleksi
18
g. membuat alat evaluasi dan menetapkan kriteria keberhasilan hasil belajar
siswa
2. Tindakan, yang meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran menulis
puisi melalui pendekatan ketrampilan proses. Adapun rencana tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang dipaparkan pada
tabel dibawah ini:
3. Observasi yang dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran
yang mengamati dampak dari tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi. Kemudian hasil observasi ini akan
dianalisis pada tahap refleksi.
4. Refleksi yang meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan observasi
yang dilalukan oleh peneliti. Hasil analisis ini digunakan untuk
menyimpukan apakah hasil penelitian telah sesuai dengan tujuan
penelitian. Apabila belum sesuai dengan tujuan, maka hasil analisis ini
digunakan untuk menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Adapun prosedur penelitian mengikuti model yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Tagart, dan dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
19
Bagan 1. Prosedur penelitian
C. Indikator Penelitian
Yang menjadi indikator kinerja sebagai acuan keberhasilan dalam
penelitian ini adalah secara individu siswa mencapai nilai minimun 80 dan
20
STUDI PENDAHULUAN:
- Identifikasi Masalah- Merumuskan
masalah
PERENCANAAN TINDAKAN
- Merencanakan penggunan pendekatan MR dalam pembelajaran sebagai solusi permasalahan
- Menyiapkan berbagai hal yang terkait dengan
BERHASIL
OBERSVASI / PENGAMATAN
- Merekam semua peristiwa yang terjadi dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dengan alat/instrumen
PELAKSANAAN TINDAKAN
- Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
matematika realistik.
ANALISIS HASIL REFLEKSI
- Hasil analisis menjadi bahan untuk menyimpulkan hasil tindakan untuk menjawab tujuan penelitian
REFLEKSI- Mengkaji,
melihat, dan mempertinbangkan hasil atau dampak dari tindakan
- Menentukan tindakan
perbaikan terhadap
BELUM BERHASIL
LAPORANRENCANA TINDAKAN SIKLUS
secara klasikal dinyatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang mencapai nilai
≥ 80 prosentasenya ≥ 85% dari seluruh siswa. Aspek-aspek yang dinilai dari
puisi yang dibuat para siswa adalah: komponen Isi (I), Tipografi (T),
Pengimajinasian ( P), dan keOtentikan ( O)
D. Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Inpres
Tosuraya Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara, peneliti
merupakan pengajar sekaligus pengumpul data.
2. Jenis data
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa hasil pekerjaan
siswa dalam menulis puisi
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dihitung prosentasinya, dikaji dan dianalisis, dan
sajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian peneliti melakukan refleksi,
Dimana dari hasil analisis data dan refleksi peneliti mengkaji kelebihan dan
kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan
sebagai bahan penyusunan perencanaan tindakan pada proses pembelajaran
siklus selanjutnya.
21
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, karena siklus pertama belum
mencapai apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sehingga peneliti
memutuskan untuk melanjutkan ke siklus kedua dengan memperbaiki
kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama. Setiap siklus dalam penelitian
ini dilakukan tiga kali tatap muka. Alokas waktu untuk setiap pertemuan
adalah 2 x 35 menit.
B. Implementasi Tindakan
Siklus pertama 1
Dilakukan 3 kali pertemuan dengan mengikuti kegiatan pembelajaran puisi
dengan ketrampilan proses yaitu: tahap pra menulis, pengedrafan, perbaikan dan
penyuntingan dan publikasi
TAHAP FOKUS PELAKSANAANPra Menulis Mencurahkan topik
berdasarkan tema Memilih topik dalam menulis
puisi Mengembangkan topik Menyusun kerangka menulis
puisi
Guru memperlihatkan gambar yang sesuai dengan tema dan betanya jawab untuk membangkitkan skemata siswa
Guru membimbing siswa mencurahkan topik dengan cara memperlihatkan gambar yang sesuai dengan tema dan bercurah pendapat dengan kelompok
Mengarahkan siswa dengan tanya jawab untuk memilih topik yang sesuai dengan
22
minat, pengetahuan, dan pengalaman
Siswa memilih topik yang sesuai dengan minat, pengetahuan, dan pengalaman
Siswa dibimbing untuk mengembangkan topik dengan curah pendapat dalam kelompok
Mengarahkan siswa dengan tanya jawab untuk memilih judul yang sesuai dengan minat, pengetahuan, dan pengalaman
Siswa menyusun kerangka menulis puisi dengan bimbingan guru yaitu melakukan tanya jawab dengan teman kelompok
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penulisan puisi
Pengedrafan Menyusun kerangka puisi Bertanya jawab tentang kerangka puisi
Guru memberikan model puisi
Siswa membaca serta mendiskusikan denga teman kelompok
Siswa mengembangkan kerangka puisi menjadi draft awal
Guru memantau dan mengarahkan siswa dan bertanya jawab tentang kesulitan yang dialami siswa dalam dalam mengembangkan kerangka
Guru menyimpulkan
23
pekerjaan siswa dan menutup pelajaran
Perbaikan dan penyuntingan
Memperbaiki dan menyunting draft puisi
Guru menjelaskan secara singkat tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dan disunting serta cara melakukannya
Siswa melakukan perbaikan dan penyuntingan dengan kelompok
Guru memantau dan mengarahkan siswa dan bertanya jawab tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengembangkan kerangka
Guru memberikan balikan langsung kepada siswa
Siswa menulis kembali draftnya berdasarkan saran perbaikan atau masukan yang diterima
Publikasi Membaca puisi dengan tepat di kelas
Memberikan komentar terhadap hasil pembacaan puisi di depan kelas
Guru membimbing siswa dengan memberikan penjelasan tentang cara membaca yang baik dan memberikan contoh
Siswa mwmbacakan puisi di depan kelas
Siswa dibimbing dengan curah pendapat untuk memberikan komentar terhadap hasil pembacaan temannya
Tabel. 1 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Siklus kedua
Siklus kedua dilakukan sesuai dengan langkah-langka pembelajaran seperti
pada siklus pertama
24
C. Refleksi Hasil Penelitian
Setelah mengumpulkan data hasil penelitian yang terdiri dari, hasil
observasi hasil belajar menulis puisi siswa maka peneliti menganalisis data
yang terkumpul.
1. Siklus Pertama
a. Hasil Tes Belajar
Pada siklus pertama penilaian dilakukan pada pertemuan ketiga
Hasil penilaian menunjukkan bahwa: untuk komponen isi (I)= 17 orang
nilainya ≥ 80, komponen Tipografi (T) hanya 3 orang yang nilai ≥ 80 ,
komponen pengimajinasial (P) 8 orang yang nilai ≥ 80 dan untuk komponen
keotentikan (O) 17 siswa nilainya ≥ 80 dan dari semua aspek yang atau
komponen yang dinilai hanya11 siswa yang nilai rata-ratanya ≥ 80 atau 44 %
dari 25 siswa yang ada di kelas IV, yang artinya secara klasikal belum tuntas.
Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No. Siswa I T P 0 JUMLAHNilai Rata-rata
Keterangan
TuntasTidak Tuntas
1 80 55 65 80 280 70 v2 80 60 60 75 275 68,75 v3 90 55 65 80 290 72,5 v4 85 75 75 85 320 80 v 5 70 55 75 75 275 68,75 v6 80 75 80 85 320 80 v 7 85 75 75 85 320 80 v 8 90 60 70 65 285 71,25 v9 85 65 65 65 280 70 v
10 80 80 80 85 325 81,25 v v
25
11 90 80 80 80 330 82,5 v v12 65 65 65 80 275 68,75 v13 75 55 65 80 275 68,75 v 14 85 60 80 80 305 76,25 v15 85 80 75 90 330 82,5 v 16 85 75 85 85 330 82,5 v17 65 65 65 75 270 67,5 v 18 75 55 75 70 275 68,75 v19 75 65 65 75 280 70 v20 80 65 65 85 295 73,75 v21 70 60 70 75 275 68,75 v22 75 75 85 90 325 81,25 v v23 90 55 65 80 290 72,5 v24 80 75 80 90 325 81,25 v 25 90 75 80 90 335 83,75 v
Jumlah 2010 1660 1810 2005 1871,25Rata-rata 80,40 66,40 72,40 80,20 74,85
Tabel 2. Hasil Penilaian Siklus Pertama
Hasil penelitian pada siklus pertama ini, dimana observasi dan
penilaian yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan
ketrampilan proses menunjukkan bahwa peran guru dalam pembelajaran
cukup baik namun siswa belum menunjukkan antusiasme dan keaktifan yang
diharapkan. Hal ini juga ditunjukkan kegiatan siswa dalam pembelajaran yang
mereka alami, baru sebagian yang tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Dengan serius dan sebagaian masih bingung. Hasil belajar siswa
menunjukkan secara klasikal belum menunjukkan ketuntasan. Faktor-faktor
yang menyebabkan hasil penelitian belum menunjukkan hasil yang diharapkan
adalah para siswa belum terbiasa dengan pendekatan yang diterapkan yang
menjadikan mereka sebagai pusat pembelajaran. Mereka masih terbawa
26
dengan metode konvensional dimana guru menerangkan, memberikan tugas
atau soal dan kemudian dikerjakan oleh mereka. Mereka belum terbiasa untuk
mengajukan gagasan atau ide mereka dalam proses pembelajaran. Faktor yang
kedua adalah faktor guru atau peneliti sendiri yang belum mampu untuk
memotivasi siswa secara optimal dan mendorong mereka untuk memberikan
ide-ide atau tanggapan terhadap pendapat yang dikemukakan teman-temannya
serta peneliti masih kurang memberikan perhatian yang serius pada siswa-
siswa yang masih pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang
menjadi tujuan penelitian belum tercapai sehingga peneliti memutuskan untuk
melakukan tindakan pada siklus kedua dengan memperbaiki berbagai
kelemahan dan kekurangan yang dilakukan pada siklus pertama
2. Siklus Kedua
Hasil penilaian yang dilakukan pada pertemuam ketiga untuk siklus ini
menunjukkan bahwa: untuk komponen isi (I)= 23 orang nilainya ≥ 80, komponen
Tipografi (T) hanya 20 orang yang nilai ≥ 80 , komponen pengimajinasial (P) 23
orang yang nilai ≥ 80 dan untuk komponen keotentikan (O) 24 siswa nilainya ≥
80 dan dari semua aspek yang atau komponen yang dinilai 23 siswa nilai rata-
ratanya ≥ 80 atau 92 % dari 25 siswa yang ada di kelas III . Hasil penilaian pada
siklus kedua ditunjukkan pada table berikut ini:
No. Siswa I T P 0 JUMLAHNilai Rata-rata
Keterangan
TuntasTidak Tuntas
1 85 80 90 90 345 86,25 v 2 85 80 85 80 330 82,5 v 3 90 75 80 85 330 82,5 v
27
4 90 80 80 85 335 83,75 v 5 80 75 80 80 315 78,75 v6 85 80 85 85 335 83,75 v 7 85 80 80 85 330 82,5 v 8 90 80 80 80 330 82,5 v 9 85 80 80 80 325 81,25 v
10 85 85 80 85 335 83,75 v 11 90 85 80 80 335 83,75 v 12 80 75 80 80 315 78,75 v13 75 70 75 80 300 75 v 14 90 85 80 90 345 86,25 15 85 85 80 90 340 85 v 16 90 85 90 90 355 88,75 v17 75 75 75 75 300 75 v 18 85 80 80 80 325 81,25 v 19 80 80 80 80 320 80 v 20 85 80 80 90 335 83,75 v 21 80 80 85 80 325 81,25 v 22 80 80 90 90 340 85 v 23 90 80 80 90 340 85 v 24 80 85 85 90 340 85 v 25 90 85 85 90 350 87,5 v
Jumlah 2115 2005 2045 2110 2068,75Rata-rata 84,60 80,20 81,80 84,40 82,75
Tabel 3. Hasil Penilaian Siklus Kedua
Hasil penelitian pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa semua aspek
mengalami peningkatan. Aspek yang dinilai mengalami peningkatan yang
cukup baik, dan pada siklus kedua ini peran guru dan siswa dalam
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses berjalan
dengan baik. Peneliti mengamati bahwa sebagian besar dari mereka menyukai
pembelajaran bahasa Indonesia yang menggunakan pendekatan ketrampilan
proses dalam belajar menulis. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
28
yang cukup baik dan secara klasikal telah menunjukkan ketuntasan belajar,
sehingga peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan tindakan pada siklus
berikutnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil
belajar menulis puisi siswa maka guru dapat menggunakan pendekatan
ketrampilan proses.
BAB V
29
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan
ketrampilan proses dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa IV SD N
Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana 89,66% mencapai nilai ≥ 6,5
atau secara klasikal mencapai ketuntasan belajar.
Selama proses pembelajaran siswa lebih antusias dan termotivasi
untuk mempelajari materi yang diberikan sehingga mereka menjadi aktif
menjawab pertanyaan, mengajukan permasalahan, mengungkapkan gagasan,
memproduksi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembekajaran dapat
tercapai.
B. Saran
Dari proses pembelajaran dan hasil belajar yang diperlihatkan oleh
siswa-siswa kelas IV SD N Inpres Tosuraya Kecamatan Ratahan, dengan
tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan ketrampilan proses untuk
menulis puisi, siswa menjadi bersemangat dan aktif dalam pembelajaran dan
secara klasikal hasil belajar tuntas. Ini menunjukkan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia, lebih khusus untuk materi menulis puisi.
30
Oleh sebab itu peneliti menyarankan:
1. Guru bahasa Indonesia dapat menerapkan pendekatan ketrampilan proses
untuk meningkatkan hasil belajar siswa
2. Guru bahasa Indonesia harus mencari berbagai alternatif yang dapat
meningkatkan motivasi dan antusiasme siswa untuk menyukai mata
pelajaran bahasa Indonesia.
3. Guru bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya sebaiknya
menggunakan model atau pendekatan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik setiap mata pelajaran yang diampu dan karakteristik siswa.
4. Agar dilaksanakan penelitian lanjutan tentang penerapan pendekatan
ketrampilan pada proses pembelajaran dalam skala yang lebih luas pada
satuan pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA/SMK untuk mengetahui
hasil perbandingannya demi meningkatkan mutu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
31
Goldberg, Natalie. 2005. Alirkan Jati Dirimu: Esai-esai Ringan untuk Meruntuhkan Tembok-Kemalasan Menulis (diterjemahkan oleh Yuliani Liputo). Bandung: MLC.
Jassin, HB. 1987. Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Jakarta: Gunung
Agung. Keraf, Gorys. 1998. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Luxemburg, Jan Van (et al). 1992. Pengantar Ilmu Sastra (Diterjemahkan oleh
Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama..
Maroeli Simbolon, S.Sn. 2006. Pengertian Puisi. Rineka Cipta. Jakarta
Phillbrick, Peter. 2007. ”Poetry Writing” dalam www.teacher.scholastic.com diakses pada 9 Maret 2009
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Pandoyo. 1992. Strategi Belajar Mengajar. IKIP Semarang Press: Semarang
Rifaterre, Michael. 1978. Semiotic of Poetry. London: Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya. Semarang: IKIP
Semarang Press. Semiawan, Conny. 1988. Pendekatan Ketrampilan Proses; bagaimana
mengaktifkan siswa dalam belajar. Jakarta: Gramedia.
Soemanto, Bakdi. 2005. ”Bagaimana Menulis Kreatif, Sebuah Materi Disusun dengan Perspektif Masa Kini” dalam Menuju Budaya Menulis, Suatu Bunga Rampai. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Bigraf Publishing: Yogyakarta
32