bab i pendahuluan a. latar belakang masalah ...repository.radenfatah.ac.id/7036/2/isi ok.pdf1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad global. Akibat
perkembangan teknologi informasi dan transportasi, dunia Internasional
pada abad ini mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan
era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat transparan,
jendela internasional, terdapat hampir disetiap rumah. Apa yang terjadi
dsalah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari
berbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara semakin terbuka,
sekat sekat budaya semakin hilang dan ujung ujungnya akan terbentuk
apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global.1
Dunia dihadapkan dengan tantangan teknologi, informasi dan
globalisasi yang semakin meningkat. Selanjutnya era kompetetif
mensegerahkan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitasnya
agar dapat mensinergiskan daya saing dan perannya dalam
pembangunan sumber daya manusia dengan kebutuhan pasar lokal,
regional, nasional bahkan internasional. Terutama dalam menghadapi
pasar bebas tentu kita hadapi dengan berbagai cara supaya bisa
mengharmoniskan antara peluang dan tantangan dengan solusi yang
reil, dengan penekanan pembangunan sumber daya insani yang ideal,
agar manusia dapat memainkan perannya dalam semua sektor
kehidupan.
Terkait dengan hal di atas Indonesia dihadapkan dengan
komitmen dunia Global terutama pada sisi peningkatan Sumber Daya
Manusia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, mau
atau tidak mau mesti harus mengikuti kemauan global tersebut agar
masyarakat bangsa Indonesia bisa terlibat dalam pasar Internasional,
atau kalau tidak, Sumber Daya Insani masyarakat Indonesia akan
tersisihkan. Terkait dengan komitmen di atas, dalam laporan UNDP
tentang Global Compeititveness Report tahun 2019. Menurut
laporannya bahwa rengking Indonesia tidak mengalami peningkatan di
banding dengan tahun 2017 dan tahun-tahun sesudahnya sampai tahun
2018 yang berada di urutan 111 dari 189 Negara (UNDP, The Global
1John Naisbit, Patricia Aburden, Megatrent 2000,Megatrends 2000, terj.
FXBudijanto, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1990,hal. 240
2
Competitiveness Report tahun 2018-2019). Dalam segi harapan hidup
mengalami peningkatan atau setara dengan Negara Samoa antara 71.5
tahun. Dari segi pembangunan menurut mereka kita masih berada
bertahan dibawah peringkat Negara tetangga.2Mengapa kita perlu kerja
maksimal dalam menghadapi globalisasi, karena dalam era ini kita
menghadapi Perdagangan Bebas (WTO), Asean Community, APEC,
CAFTA. Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Meliputi lingkungan hidup,
kemajuan teknologi informasi, Konvergensi ilmu pengetahuan,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknologi dan sains, mutu, investasi dan
transformasi pada sektor pendidikan, Hasil TIMS dan PISA.
Berdasarkan tantangan tersebut kita mesti mengiringi dengan
kompetensi Masa Depan bermuatan global; Kemampuan berpikir jernih
dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, kemampuan menjadi warganegara yang bertanggung
jawab, kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang
menglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan
untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat /minatnya.
Memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Sedangkan
tantangan global yang mesti disikapi oleh dunia pendidikan termasuk
madrasah saat ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Globalisasi yang menembus batas-batas Negara, menjadikan orang
lebih rasional dan mendorong masyarakat untuk berubah sesuai
dengan derap kemajuan teknologi.
2. Globalisasi faktor produksi yang menyebar ke negara yang
kompetetif, stabil dan terbuka. Pola produksi yang tersebar ini
ditopang oleh pola investasi yang mengalir bebas menembus batas
Negara pencari imbalan jasa investasi yang menarik berbagai
keuntungan.
3. Produksi, investasi dan teknologi yang global ini diikat oleh
mekanisme pasar yang bergerak kearah satu jaringan pasar global.
4. Globalisasi ekonomi yang didukung oleh jaringan media pers
mendorong pola hidup yang serba serupa dan bertumpu pada
semangat konsumerisme yang tinggi.
2World Economic Forum, The Global Competitiveness Report tahun 2018-
2019.
3
5. Berakhirnya perang dingin dan munculnya kapitalisme telah
memacu pola politik liberal, dengan tekanan pada tekanan individu;
6. Proses globalisasi ini juga disertai dengan masuknya bentuk
kejahatan dan penyakit baru, seperti penyelundupan, kriminalitas,
perbankan, narkoba, dan yang serupa.
Sedangkan tantangan dalam negeri, yaitu;
1. Meningkatnya aspirasi penduduk yang di dorong oleh keberhasilan
pembangunan.
2. Tingkat pendidikan yang meningkat, sehingga menaikkan pula
gengsi dan harapan orang terhadap pekerjaan yang layak. Akan
tetapi lapangan pekerjaan sangat terbatas sehingga tetap masih
banyak angka pengangguran.
3. Dinamika kehidupan saat sekarang terjebaknya manusia masih layak
atau tidaknya manusia untuk mempertahankan moralitas dan
kejujuran serta keyakinan terhadap pandangan hidup tertentu.
4. Menguatnya pola sturuktur ekonomi telah melahirkan hegemoni di
bidang ekonomi dan strata sosial ekonomi baru yang kadang masih
tetap menekan kelompok yang lemah.3
Kalau melihat kondisi bangsa Indonesia sebagai Negara
berkembang, sebenarnya kita sudah mencapai kesuksesan yang luar
biasa karena kita sudah berada pada peringkat 111 besar di seluruh
dunia, artinya sudah lebih 189 negara dibawah peringkat kita. Akan
tetapi mungkin ada alasan lain mengapa kita masih gelisa dengan hasil
yang dicapai tersebut, mungkin kita ingin mencapai target lebih, sesuai
dengan kemauan tokoh-tokoh nasional bahwa dalam kisaran tahun
2020an kita ingin berada di pringkat 5 dunia. Artinya jika ingin
mencapai hasil demikian kita harus memerlukan energi besar. Karena
kita ingin menjadi salah satu Negara super power di dunia. Target
besarnya adalah kita harus meningkatkan kemampuan ekonomi dan
mutu pendidikan. Sedangkan berbicara kemampuan pendididikan
berarti kita konsen terhadap sumber daya insani yang kita miliki.
Kemampuan pendidikaan dalam hal ini ini kita berkaca dengan Negara
3Forum Ilmiah Festival Istiqlal II’ 95., Ruh Islam dalam Budaya Bangsa.,
Wacana Antar Agama dan Bangsa, Jakarta: Yayasan Festival, Bina Rena Pariwara,
1996. hal. 3-4.
4
Jepang, bahwa sejak era lepas pengeboman Nagasaki dan Hirosima,4
Sehubungan dengan ini tokoh nasional berbicara bahwa sektor utama
yang dibangun adalah meningkatkan tarap pembangunan pendidikan,
karena dengan pendidikanlah seluruh pembangunan dapat ditingkatkan
targetnya. Sekarang terbukti Negara jepang menjadi salah satu Negara
terkuat di Asia baik di sektor ekonomi, maupun pada bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Akan tetapi menyikapi hal diatas untuk mewujudkan Indonesia
bisa berada pada level atas tentu mustahil kalau sektor pendidikan tidak
dibenahi dengan segerah, karena faktor yang terjadi dalam dunia
pendidikan sendiri masih sangat kompleks, jadi barang tidak mungkin
kita bisa mengikuti trend masyarakat global. Harus diakui bahwa
rendahnya kualitas pendidikan adalah suatu gambaran rendahnya
kualitas sumber daya manusia yang ada. Sedangkan kondisi lembaga
pendidikan di Indonesia, terlebih lagi lembaga pendidikan Islam
sebagaimana madrasah masing sangat tertinggal, belum lagi sistem
penyelenggaraannya masih sanga banyak untuk dibenahi.
Kalau kita memahami tentang agenda globalisasi memang yang
dibicarakan secara serius adalah persaingan Sumber Daya Insani (SDI),
karena terletak kepada sumber daya insanilah semua akumulasi
pembangunan dapat diatasi. Tetapi bisakah kita melakukan kompetesi
dengan sumber insani dari luar, sedangkan persoalan di dalam dunia
pendidikan kita sendiri masih lemah, padahal penentu kekuatan di
dalam merupakan bagian vital sebuah persaingan. Bisakah alumni-
alumni madrasah dapat bersaing dengan alumni-alumni dari lembaga
pendidikan setingkatnya yang berada di luar bangsa, kalau saja bersaing
dengan sesama alumni yang ada di dalam negeri sendiri sudah kalah.
Jika mencermati banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan di dalam
pendidikan Islam di Indonesia, tentu akan sangat berat lagi jika
dikaitkan dengan banyaknya permasalahan yang muncul akibat
perubahan sosial yang terjadi akhir-akhir ini, seperti banyaknya isu-isu
pengangguran,mogok kerja akibat sistem upah buruh yang belum
menentu, anak-nak putus sekolah masih kerap terjadi, anak-anak yang
bekerja dibawah umur masih banyak terlihat di depan mata, teriakan
guru-guru honor yang minta disejahterahkan masih sering terlihat di
4Laporan Metro TV dan TV One, ANTV dan MNCTV, Tokoh Nasional
Berbicara Program Pembangunan Nasional tahun 2020an,. Acara tahun 2014.
5
layar televisi. Belum lagi pada tingkat kenekalan anak-anak bangsa,
pemuda, pelajar,seperti tawuran, keributan, kriminalitas, pergaulan
yang belum layak dilakukan oleh remaja dan anak-anak juga masih
kerap terjadi dimana-mana, perkelahian antara guru dan siswa masing
sering terjadi, angka bunuh diri orang tua semakin tinggi,kasus
pembunuhan semakin besar angkanya.
Sementara hasil penelitian menggambarkan kehidupan dunia
remaja saat ini yang ada kaitannya dengan peran pendidikan masih
terkendala dengan realitas sebagai berikut; Pertama, meningkatnya
kekerasan dikalangan remaja, Kedua, membudayanya ketidak jujuran,
Ketiga, sikap panatik terhadap kelompok, Keempat, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua dan guru. Kelima, Semakin kaburnya moral
baik dan buruk, Keenam, penggunaan bahasa yang memburuk, Ketujuh,
meningkatnya prilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba,
alkohol, dan akses bebas. Kedelapan, rendahnya rasa tanggung jawab
sebagai individu dan warganegara. Kesembilan, menurunnnya etos
kerja dan adanya rasa saling curiga. Kesepuluh, adanya ketidak
pedulian terhadap sesama.5
Mungkin kalau dicermati mengapa itu semua bisa terjadi, bisa
saja indikator penyebabnya bukan saja terletak pada tingkat kurangnya
kesejahteraan, dan pola hidup yang terlalu tinggi. Tetapi bisa
diakibatkan oleh tatanan nilai agama sebagai filosofi kehidupan yang
belum tertanam dan belum menjadi bagian kehidupan sehingga
keterdesakan akibat perubahan sosial dan akibat persaingan global
susah di atasi. Apalagi kalau nilai-nilai agama semakin terabaikan maka
akan terjadi kegelisahan spiritual, hilangnya harapan hidup, rasa putus
asa semakin dalam, sehingga berakibat terjadinya goncangan sosial,
ketimpangan kebudayaan, tekanan psikologis.
Dari hal-hal diatas secara khusus mampukah madrasah dapat
mengakumulasi dari permasalahan-permasalahan yang muncul di atas?
Kalau bukan madrasah sebagai lembaga pendidikan alternatif di
Indonesia harus berbenah diri memperbaiki sistem di dalamnya dan
memperbaiki kualitas sumber daya insaninya dan memperhitungkan
kualitas dan mutu alumni-alamuninya. Karena banyak pihak, bahkan
5Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis dissetai dengan Contoh,
Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada, 2013, hal. 17-18.
6
mungkin orang di dalamnya sendiri yang masih menilai miring tentang
keberadaan kulitas madrasah saat ini yang diakibatkan mungkin banyak
faktor-faktor yang terkait di dalamnnya.
Melihat tantangan yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini,
ada tiga masalah yang sedang di depan kita yaitu; Pertama, akibat krisis
ekonomi, dimana pendidikan nasional dituntut untuk mempertahankan
hasil-hal pembangunan yang telah dicapai. Kedua,meningkatkan
sumber daya manusia untuk mengantisipasi globalisasi, Ketiga,
menyesuaikan sistem pendidikan nasional dalam berbagai skala
kebutuhan; keadaan daerah, demokrasi pendidikan yang tersendat,
peserta didik, serta mendorong partisipasi masyarakat.6 Sementara
Yoyon Bahtiar, Irianto, melihat bahwa pendidikan daerah sekarang
masih mendapati banyak masalah serius, seperti peningkatan mutu
pendidikan, pemerataan pendidikan, efesiensi manajemen, peranserta
masyarakat, akuntabilitas. Efesiensi manajemen disini berhubungan
dengan aspek pengelolaan pendanaan dan pengelolaan pelaksanaan
sekolah/pendidikan.7Masalah yang dihadapi pendidikan di Indonesia
tentu juga sama dengan yang dihadapi oleh madrasah seperti yang telah
diulas sebelumnya. Pemerataan kemampuan manajemen, kebijakan
penataan keuangan belum sepenuhnya berjalan di daerah, padahal yang
kita hadapi sekarang yaitu globalisasi yangberlaku secara umum baik di
kota-kota besar atau wilayah pusat, maupun di daerah-daerah.
Karenanya perlu kerja maksimal untuk melaksanakan pemerataan
pendidikan dalam segala dimensinya.
Keberadaan madrasah saat ini sebagai lembaga pendidikan
Islam di Indonesia selain sudah mencapai kemajuan, pada segi market.
minat dan selera madrasah sudah sangat tinggi, terlihat dari animo
masyarakat yang sudah banyak menitipkan anak-anaknya ke lembaga
ini. Kepercayaan masyarakat terhadap madrasah ini memang sudah
tidak dapat dipungkiri, mungkin madrasah pada sisi tertentu memiliki
nilai lebih. Nilai lebih tersebut karena madrasah memiliki kurikulum
yang kalkusi mata pelajarannya berimbang antara mata pelajaran agama
dengan mata pelajaran umum, sehingga dianggap memuaskan orang tua
6Sandiyawan Sumardi, Menuju Stigma Melalui Pendidikan Al ternatif,
Jakarta: Grasindo, 20015, hal. 51 7Yoyon Bahtiar, Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan
Pendidikan; Bandung, Lab Administrasi Pendidikan UPI. (2006), hal. 69.
7
untuk menyiapkan masa depan anak-anaknya dalam kehidupan
mendatang yang lebih baik.
Walaupun demikian madrasah dihadapkan dengan tantangan
berat lainnya terkait dengan dunia kerja dan kompetesi kreatif
(competitive creative), yang semakin hari semakin meningkat yang
menuntut meningkatan kualitas dunia kerja dan skill dalam kehidupan
generasi muda serta alumni pendidikan. Selain itu, lembaga Perguruan
Tinggi saat ini memerlukan kualitas tinggi untuk dapat masuk atau
mengikuti tes seleksi agar dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya
sesuai dengan disiplin yang ada. Oleh karenanya alumni madrasah
dituntut untuk memiliki standar nilai yang baik agar dapat bersaing
dengan alumni-alumni sekolah-sekolah lainnya.
Alumni madrasah harus siap menghadapi segala tantangan dunia
kerja, dan masa depan kehidupan yang lebih jauh. Oleh karena itu
madrasah dituntut untuk menyiapkan generasi dengan komponen ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora, dengan wawasan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait dengan fenomena
kehidupan.8Menurut Soegarda, pendidikan sekarang sebaiknya tetap
berpegang pada nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan
mengakar dalam sikap dan prilaku sehari-hari. Yaitu nilai-nilai karakter
mulia, kesantunan, disiplin, kejujuran, toleransi, dan kebersamaan. 9
Melihat kondisi madrasah saat ini walaupun sudah melangkah
maju tetapi masih banyak yang mesti diperbaiki mulai dari aspek sistem
pendidikannya yang masih belum jelas, gap antara ideal kurikulum dan
penerpannya masih tinggi, manajemen, kualitas guru, sarana dan
prasarana, lingkungan sekolah, metode dan pendekatan dan evaluasi.
Memang harus diakui, bahwa di lain pihak kemajuan yang dicapai
madrasah sampai saat ini cukup menggembiarakan, terutama madrasah
yang dikelolah oleh Kementerian Agama, dan madrasah yang dikelolah
oleh pihak swasta yang bonafit, maupun madrasah yang tumbuh di
pesantren-pesantren terutama di kota-kota besar yang tersebar di
Indonesia. Madrasah-madrasah tersebut dalam catatannya banyak yang
8Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis dissetai dengan Contoh Op.
Cit., 2013, hal. 48 9Soegarda Poerwabakawatja, dalam Abudin Nata, Kapita Selekta
Pendidikan,Isu-isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta Rajawali Press,
2013.hal. 199.
8
sudah unggul, dan berprestasi. Walaupun memang dalam sisi lain,
madrasah-madrasah swasta yang dikelolah masyarakat masih banyak
yang lemah terutama karena terkendala biaya, guru-gurunya yang masih
tumpang tindih, kualitas gurunya masih banyak yang bersetrata sekolah
menengah atas, prasarananya yang kurang memadai, lingkungan
sekolah yang belum sehat, kesejahteraan guru yang kurang. Faktor
penyebab ini memang faktor klasik minimnya biaya, sedangkan aliran
bantuan dari pihak pemerintah masih sangat terbatas. sehingga untuk
membangun dan merenovasi serta,mengembangkan sistem pendidikan
madrasah masih dirasakan terhambat.
Dengan melihat sisi kelebihan madrasah dan kekurangan
madrasah saat ini sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia jika
dihubungan dengan posisinya dalam meningkatakan kualitas sumber
daya insani masih perlu dipertanyakan, sehingga lebih menarik untuk
dikaji lebih jauh. Dengan beberapa kenyataan dan alasan tersebutlah
sehingga peneliti tertarik untuk memperdalam kajian dengan
memfokuskan pada tema: “DinamikaMadrasah dalam Era Global:
Respon Madrasah Menciptakan Sumber Daya Insani Berwawasan
Global”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian sistem, yaitu sistem
bangunan yang madrasah di Indonesia (Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Stanawiyah, Madrasah Aliyah) saat ini. Sistem yang dimaksud meliputi
visi, misi, tujuan, kurikulum, metode, guru, siswa pembiyaan fasilitas,
kelembagaan, serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengannya.
Kemudian dari sistem yang ada akan dianalisis bagaimana kekuatannya
dalam menciptakan sumber daya insani produktif yang kualitasnya
memiliki syarat kompetensi dengan dunia global. Penelitian ini bukan
untuk menelusuri satu persatu komponen tersebut, karenatentu sangat
banyak wilayah cakupannya. Sehingga untuk membahas wilayah
pembahasan yang terlalu luas sehingga memerlukan waktu, energi,
pembiayaan yang sangat banyak. Lagi pula mengkaji keseluruhan
kemponen tersebut tidaklah dapat tuntas dan mendalam dalam satu kali
penelitian, oleh karena itu wilayah penelitian ini dibatasi hanya pada
dimensi madrasah dalam era global saja. Dibatasi pada masalahi ini,
dengan maksud agar penelitian ini dapat melahirkan hasil penelitian
9
yang mendalam dan mengakar, sehingga dapat menjawab permasalahan
yang ada. Demikian juga dalam judul penelitian ini membahas juga
tentang masalah inti globalisasi, ciri-ciri dan permasalahaannya
termasuk yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan pendidikannya.
Yang terakhir ini ditempatkan karena tema tersebut merupakan
permasalahan dan tantangan masyarakat Asia dan sekaligus masalah
nasional bangsa Indonesia dengan sendirinya berkaitan langsung
dengan posisi madrasah sekarang. Kajian Madrasah harus difokuskan
untuk menyiapkan sumber daya insani bangsa yang berkualitas agar
siap bersaing dengan dunia global. Masyarakat pendidikan harus
diberdayakan dengan standar kompetetif, oleh karena itu baik secara
kualitas, mutu madrasah akan menjadi pertimbangan yang sangat
diutamakan dalam suatu usahapengembangan pendidikan yang
diutuhkan masyarakat yaitu pembentukan sumber daya insani yang
berwawasan global”.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja problem yang dihadapi madrasah sekarang ?
2. Bagaimana kesiapan madrasah menghadapi globalisasi ditinjau dari
sudut sosiologis?
3. Bagaimana upaya madrasah dalam menciptakan sumber daya Insani
yang berwawasan global ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang problem yang dihadapi
madrasah sekarang !
2. Untuk mengetahui lebih jauh kesiapan madrasah menghadapi
globalisasi ditinjau dari sudut sosiologis!
3. Untuk mengetahui lebih jauh upaya madrasah menciptakan sumber
daya insani yang berwawasan global !
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat berbentuk teoritis,
metodologis, dan praktis sebagaimana dibawah ini:
1. Kegunaan secara teoritis
Kegunaan secara teoritis, bahwa hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ide, gagasan, teori-
10
teori yang bekaitan dengan perubahan sosial, tentang madrasah dan
globalisasi dalam upaya mewujudkan sumber daya insani produktif.
2. Kegunaan Secara Metodologis
Secara metodologis hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan bahan kajian terhadap metodologi, atau metode ilmiah
dalam mengkaji dan melaksanakan studi perubahan sosial, tentang
madrasah dan globalisasi. Terutama untuk mengembangkan posisi
madrasah dalam upaya mewujdukan pembentukan sumber daya
insani produktif.
3. Kegunaan secara praktis
Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumbangan secara langsung bagi lembaga pendidikan,
madrasah, akademisi, perpustakaan, peminat kajian perubahan sosial
dan pendidikan serta globalisasi. Terutama untuk menambah
khazanah,wawasan dan ilmu pengetahuan
F. Kajian Pustaka
Sehubungan dengan penelitian ini, saya telah melakukan
penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan
yang ada kaitannya dengan kedudukan madrasah. Diantara penelitian
yang ditulis oleh Ismail Sukardi, yang telah melakukan penelitian
terhadap madrasah di Indonesia Dalam Disertasinya pada Program
Pascra Sarjana di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
titik fokus penelitiannya diarahkan untuk menggali data-data tentang
madrasah dan dan sekolah Islam mulai dari aspek sejarah, pertumbuhan
dan perkembangannya. Penelitian ini telah dipublikasikan dan
diterbitkan dalam bentuk buku pada bulan Oktober 2014. Kelihatannya
penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yang menitik beratkan
penelitiannya pada segi institusi dan perannya dalam kehidupan
kebudayaan. Walaupun penelitian ini bersifat sigmentasi yang memulai
dari aspek tentang duduk persoalan madrasah dan sekolah Islam,tentang
posisi dan perannya dalam aspek-aspek terkecil kehidupanya, dan
bagaimana peran madrasah dan sekolah Islam dalam pembudayaan
ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat, tetapi maknanya sangat
bersifat universal, Karena penelitan ini kelihatannya terfokus pada
madarasah dalam kontek ini tidak hanya berperan sebagai institusi
formal sebatas di lingkungan sekolah saja, tetapi madrasah lebih jauh
11
telah berfungsi melembagakan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan
kebudayaan yang ada pada masa itu.
Pada sisi lain penelitian inikaya akan makna pada sisi
sigmentasi klasik, yang mengutamakan penanaman nilai-nilai Islam
dalam cultural, dimana keterlibatan madrasah sebagai institusi
pendidikan telah mencairkan dan mengaktualisasikan dalam kehidupan
nyata, disini kelihatan bahwa ajaran Islam tidak lagi bersifat
diskrminatif atau terbatas pada kelompok klas-klas tertentu (ekseklusif)
tetapi sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat (inklusif). Penelitian
ini waualupun difahami sampai pada akhir penelitiannyatidak
menyentuh aspek globaliasi terutama kaitannya dengan kondisi
perkembangannya akhir-akhir ini menyangkut isu otonomi daerah,
muatan lokal, kearifan lokal, pengkayaan terhadap penguasaan
teknologi kemunikasi dan informasi, jaringan intensifikasi dan
eksistensifikasi dunia kerja, tetapi makna yang terkandung di dalamnya
cukup tinggi terutama terhadap peran madrasah dalam kehidupan. Peran
madrasah dalam konteks sejarah baik pada era klasik Islam dan zaman
modern yang paling utama adalah berbicara bagaimana posisinya dalam
mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.
Karena hal ini berkaitan dengan misinya sebagai lembaga pendidikan
yang berfungsi membina anak didik dan masyarakat agar kehidupannya
sesuai dengan ajaran Islam.
Penelitian ini walaupun tidak ada hubungan secara langsung
dengan penelitian, tetapi ada hal-hal tentu yang dapat dijadikan rujukan
sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan penelitian, diantaranya
pertama, adalah tentang peran madrasah dan fungsinya dalam dinamika
kehidupan sosial dan kebudayaan. Kedua, bahwa madrasah dalam
konteks sejarah tidak pernah mengalami kemerosotan. Ketiga, bahwa
posisi madrasah senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Arief Furchan,
Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan
Madrasah dan PTAI). Yang diterbitkan pada tahun 2004. Dan
penelitiannya tentangPemberdayaan Madrasah dan Tantangan
Globalisasi, Penelitian ini secara spesifik diakui memang mengulas
tentang posisi madrasah dalam menghadapi tantangan globalisasi, yaitu
bagaimana kiat-kiat madrasah dalam membangun diri untuk
menyiapkan peserta didik agar siap berkompetesi di era global. Tetapi,
12
setelah ditelusuri tulisan Arief ini sendiri tidak disertakan dengan
pendekatan sosiologis, sebab dalam konteks nasional yang
dikemukakannnya justru tidak menyertakan kekuatan sosial budaya
bangsa. Padahal dalam menghadapi global bukan berarti kita
menghilangkan potensi-potensi lokal serta kekuatan-kekuatan sosial
bangsa sebagai pembentuk jati diri bangsa. Kekuatan sosiologis adalah
unsur-unsur yang penting untuk membangun sebuah pendidikan agar
pendidikan tetap menjadi kekuatan dalam membangun kebangsaan. Jika
pendidikan melepaskan diri dari unsur sosiologis maka ia akan rapuh,
dan selanjutnya pendidikan akan kehilangan akar-akar
nasioanalismenya.
Selanjutnya saya melakukan penelusuran hasil Penelitian
SaudaraMuhammad Faruk, tahun 2004. “Problematika Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Unggulan di
Surabaya”, Penelitian ini secara khusus mengkaji tentang sisi-sisi
tertentu yang dimiliki oleh madrasah yang berlebel unggulan.
Menariknya penelitian ini, karena saya kira yang memiliki kelemahan
dan kekurangan itu adalah madrasah-madrasah yang tidak mendapat
predikat unggul atau exellen, tetapi justru sebaliknya penelitian ini
justru menemukan problem-prolematika tertentu yang dimiliki oleh
madrasah unggulan.
Pada kenyataannya madrasah-madrasah unggulan yang diteliti
oleh Saudara Muhammad Faruk tersebut menemukan masalah-masalah
penting yang ada kaitan langsung dengan proses belajar dan mengajar,
padahal bagian ini merupakan bagian penentu dalam kegiatan
pendidikan. Sebenarnya saya merasa khawatir kalau-kalau hasil
penelitian ini justru banyak di alami oleh madrasah-madrasah di
Indonesia. Tetapi dilain hal saya merasa yakin bahwa hasil penelitian
ini merupakan kendala-kendala yang di alami madrasah yang tidak
merupakan masalah yang dianggap fatal. Karena pada kenyataannya
banyak juga madrasah baik unggul maupun yang tidak unggul tetapi
tetap eksis dalam menjalankan tugas proses belajar mengajarnya dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Walaupun bukan berarti
madrasah-madrasah tersebut tidak memiliki problematika-problematika
tertentu yang senantiasa perlu disikapi di benahi untuk masa-masa yang
akan datang. Oleh karena itu cukup beralasan jika penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Faruk ini perlu diapresiasi dan ditindak
13
lanjuti agar nanti dapat ditemukan apa saja yang menjadi kendala-
kendala yang di alami madrasah dalam proses pelaksanaan system
pembelajarannya. Pentingnya kendala-kendala yang berhasil ditemukan
tersebut agar dapat dijadikan bahan-bahan dan pertimbangan oleh
pihak-pihak tertentu yang terlibat maupun peminat kajian madrasah
untuk dapat menemukan solusi demi perbaikan-perbaikan dan
penyempurnaannya. Diantara yang ditemukan dalam penelitian ini
adalahbahwa Problematika pelaksanaan pendidikan agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain meliputi: a). Pada peserta didik
yang meliputi, rendahnya tingkat perekonomian sebagian wali siswa,
tingkat kecerdasan serta asal lulusan yang berbeda. b). Pada pendidik
yakni rendahnya gaji, pendidik sering mengeluh terhadap akhlaq siswa,
ada pendidik yang masih belum sarjana, serta kurangnya kerjasama
antara wali siswa dengan pendidik. c). Pada kurikulum meliputi
minimnya pendidik memahami kurikulum berbasis kompetensi, adanya
pendidik yang tidak membuat satpel. d). Pada manajemen meliputi
kurang terjalinnya kerja sama wali siswa dengan pendidik, sedikitnya
siswa yang berminat terhadap kegiatan keagamaan. e). Pada sarana dan
prasarana meliputi lokasi pendidikan yang berada di daerah padat
penduduk, kurangnya lahan madrasah.
Sedangkan upaya mengatasi problematika pelaksanaan
pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnu Husain
meliputi: a). Pada peserta didik yakni pihak sekolah terus berupaya
mencari beasiswa, setiap pendidik akan berupaya memberikan sanksi-
sanksi yang bersifat mendidik, pendidik sudah membentuk kerja
kelompok siswa. b). Pada pendidik meliputi biaya lembaga setiap
pendidik akan diusahakan untuk diikut sertakan dalam acara seminar
dan workshop, setiap pendidik sudah berupaya memahami karakter
peserta didik dan menyesuaikan dengan kondisi kelas. c). Pada
kurikulum yakni pihak sekolah akan terus mengupayakan untuk
mensosialisasikan tentang penerapan kurikulum berbasis kompetensi
kepada pendidik, pihak sekolah akan mengupayakan kepada pendidik
membuat satuan pelajaran. d). Pada manajemen yakni pihak sekolah
akan terus mengupayakan menerapkan manajemen kompetensi berbasis
sekolah yang meliputi manajemen berbasis kompetensi, kompetensi
profesionalitas pendidik dan keterlibatan wali siswa dan juga
masyarakat. e). Pada sarana dan prasarana meliputi pihak sekolah akan
14
mengupayakan untuk mewujudkan sarana dan prasarana yang belum
ada seperti perpustakaan.
Hasil penelitian ini walaupun tidak mengulas tentang aspek-
aspek globalisasi atau tantangan pendidikan terhadap era globalisasi.
Karena isi penelitian secara khusus mengkaji tentang prolematika
internal yang dihadapi madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam.
Tetapi dapat difahami bahwa problematika internal merupakan
tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan, ketika pendidikan
tersebut dihadapkan dengan tantangan dunia luar, karena bisa jadi
problematika tersebut menjadi hambatan untuk dapat memenuhi
tuntutan yang dihadapi. Sekiranya lembaga pendidikan dihadapkan
dengan kompetisi era global yang menuntut adanya sejumlah syarat
atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki, tetapi secara substantif
lembaga pendidikan tersebut masih memiliki sejumlah hambatan untuk
mewujudkannya, maka barang tentu lembaga pendidikan dimaksud
akan mengalami hambatan untuk ikut andil dalam kompetesi era global.
Oleh karena itu lembaga tersebut mesti mengeluarkan energi
besar,butuh waktu dan biaya untuk mengatasinya. Karena itu tantangan
problematika yang dihadapi oleh dunia pendidikan termasuk madrasah
perlu segera diatasi agar bisa mewujudkan cita-citanya dan supaya bisa
berkompetisi dengan era global yang menuntut kompetensi-kompetensi
tertentu yang diperlukan. Walaupun hasil penelitian ini tidak
berkaitan langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan tetapi hasil
penelitian ini memuat sejumlah fakta-fakta dan data-data emperis yang
dapat dijadikan rujukan dan bahan pertimbangan dalam mengola dan
menganalisis data, guna untuk memperkaya penelitian ini.
G. Teori yang digunakan
Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial yang
dijadikan tolak ukur dalam memahami tentang keberadaan madrasah
saat ini, apa dan bagaimana posisi madrasah, apakah relevan atau belum
dengan perkembangan dan kebutuhan dunia saat ini ditengah arus
modernisasi, peningkatan system informasi, persaingan keahlian,
keungggulan, koneksi, jasa dan lain sebagainya. Sedangkan globalisasi
sebagai suatu hasil produk kebudayaan dijadikan sebagai salah satu
objek studi kajian penelitian. Globalisasi di sini diartikan sebagai suatu
system kehidupan yang memiliki cirri-ciri kompetisi, keunggulan dan
15
teknologi informasi. Disini dapat dilihat bahwa globaliasi adalah cara
memanfaatkan system informasi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
dalam lingkar kebudayaan diantaranya meliputi sistem politik,
ekononomi, pendidikan, lingkungan. Para ahli diantaranya Alpin Tofler,
bahwa cirikhas globalisasi adanya system informasi yang dijadikan
sebagai kekuatan dalam system kehidupan, cirikhasnya masyarakat
pada saat ini mengalami ketergantungan dengan jasa
informasi.10Dengan kata lain ketertinggalan dalam informasi sama
halnya dengan keterasingan atau kemiskinan. Demikian halnya jika
pendidikan mengalami ketertinggalan dalam penguasaan pada bidang
teknologi informasi, maka akan mengalami stagnan dan tidak bisa
bersaing dalam realitas kehidupan.
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiologi telah
mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum
mengenai perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat
bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial
merupakan gejala-gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup
manusia. Apalagi jika perubahan sosial tersebut dikaitkan dengan dunia
global, maka akan menjadi sangat serius, karena masyarakat dunia
dimanapun saja tempatnya akan berhadapan dengan globalisasi dengan
berbagai sistem yang ada, Desakan kebutuhan manusia semakin hari
semakin meningkat, persaingan antar kelompok masyarakat bahkan
kebutuhan antar bangsa bertambah besar. Pasar bebas merupakan salah
satu diantara kenyataan sebagai produk domestik dari dunia global yang
cenderung semakin menjadi komoditas persaingan dunia saat ini
termasuk dunia pendidikan ikut di dalamnya. Selanjutnya dunia
pendidikan tidak saja ditantang untuk memiliki kekuatan dalam bidang
idealisme intelektual, tetapi lebih dari itu harus memenuhi kehendak
dunia global yang menuntut kesadaran diri, kepekaan terhadap
perkembangan, penguasaan terhadap pasar dunia. Oleh karenanya
pendidikan Islam khususnya selain membutuhkan kesalehan (iman,
ilmu pengetahuan, amal saleh dan akhlak ) juga membutuhkan
pengusaan terhadap disiplin ilmu dan dapat melibatkannya dalam
kehidupan nyata sehingga dapat memberi manfaat secara langsung
10Alfin, Tofler, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan dalam
acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam modernisasi, di Palembang, 1999,
1-10.
16
terhadap masyarakat banyak atau umat. Dengan demikian maka
pendidikan dapat dikatakan berhasil dalam menghadapai tantangan
perubahan sosial. Melihat bahwa penelitian ini merupakan penelitian
sosial yang secara khusus kajiannya tentang isu-isu globalisasi maka
dengan sendirinya teori-teori yang dipakai oleh peneliti akan mengarah
kepada teori-teori sosial, lebih-lebih lagi penelitian akan memakai teori
perubahan sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut teori tentang perubahan sosial,
yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah teori Fungsionalis
(Functionalist Theory). Teori dikemukakan oleh William Ogburn, teori
ini memandang bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi
terhadap elemen masyarakat yang lainnya, demikian juga perubahan di
suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian
yang lain pula. Salah satu unsur kebudayaan yang mengalami
perubahan secara cepat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang
jauh meninggalkan kebudayaan-kebudayaan lama seperti pertanian,
ekonomi dan lain sebagainya. Akan tetapi unsur-unsur tersebut cepat
memasuki dan melibatkan diri dalam rana-rana kehidupan atau
kebudayaan yang lainnya. Seperti pertanian, informasi,
medis/kesehatan, transportasi justru banyak mengalami peningkatan
karena dibantu atau di dorong oleh peningkatan kualitas ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya cara hidup tradisional yang
manual digantikan dengan cara lebih cepat (Instan),teknologi canggih
(modern). Kondisi ini juga menyebabkan manusia berpandangan
pragmatis, terkadang untuk memenuhi kebutuhan melalui jalan
pintas.Berkaitan dengan teori fungsionalis tersebut titik fokus
hubungannya dengan posisi pendidikan. perubahan sosial peran dan
fungsi institusi (lembaga, oragniasi) sangat dihandalkan. Dalam kontek
perubahan sosial, bisa saja terjadi gejala-gejala negatif yang akan
menyebar atu masuk dalam lingkar kehidupan masyarakat, kondisi ini
tidak bisa dihindari adanya. Dari penyebaran budaya baru tersebut
menyebabkan ketimpangan budaya yang harus diminimalisasi
pengaruhnya kedalam tatanan masyarakat.11Pendidikan sebagai institusi
memiliki fungsi untuk mewarikan nilai budaya. Dari segi lain kita
fahami bahwa perubahan teknologi jelas akan membawa dampak luas
11Ary Gunawan, H., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, 2000,
hal.46
17
ke seluruh institusi-institusi masyarakatyang menyebabkan kemiskinan,
kejahatan, kriminalitas, dan lain sebagainya yang merupakan dampak
negatif yang sulit dicegah. Dengan kenyataan tersebut pendidikan harus
mampu membawa perubahan.12, diantaranya pada tatanan
kebudayaan.13, ilmu pengetahuan, pandangan dan nilai tertentu.
Dalam hubungan dengan perubahan sosial budaya itu sendiri
peranan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari fungsi-fungsi sebagai
berikut:
1. Difusi budaya
2. Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-
kelembagaan tradisional.
3. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi
sosial tradisional.
4. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap
institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.14
Dalam konsep perubahan sosial, selain menimbulkan hal di atas
juga dapat melahirkan moralitas dalam masyarakat, kriminalitas dan
lain sebagainya yang bernilai negatif.
Berkaitan dengan teori perubahan sosial dalam analisa John El
Esposito, dan H.R. GIB yang dikutif oleh Muzayyin Arifin,15yang
dihubungkannya dengan fungsi pendidikan Islam dalam menghadapi
perubahan sosial itu, sehingga dalam masyarakat Islam terjadi beberapa
sikap, yaitu;
a. Sikap atau pandangan yang menolak semua jenis perubahan sosial
budaya termasuk yang berhubungan dengan perubahan sosial budaya
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena hal itu dipandang
tidak sesuai dengan prinsip Islam, atau perubahan itu dianggap
merusak tatanan sosial yang telah ada. Kelompok ini disebut juga
dengan kelompok ortodok yang suka mempertahankan budaya lama,
termasuk sikap dan pandangan kehidupan. Kelompok ini berusaha
semaksimal mungkin membentengi dan menolak kelompok mereka,
12Sairin Safri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia Dalam Perspektif
Sosiologis, Yogyakarta, (t.p.),2002, hal. 58. 13Munandar Soelaiman, MS, Teori dan KonsepIlmu Sosial, Bandung: Eresco,
1993, hal.113. 14Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hal. 23 15Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,Edisi Revisi, Jakarta : Bumi
Aksara,Cet, Keempat, 2009 ,hal. 46-50
18
dan khawatir kalangan ideologi-ideologi lain dapat merasuki dan
mempengaruhi kebiasaan mereka.
b. Kelompok kedua, yaitu sikap yang tidak menghiraukan adanya
kemajuan atau adanya perubahan sosial. Dalam hal ini mereka hanya
membiarkan saja, dan bersikap masa bodoh, sehingga tidak ada
usaha sama sekali untuk mengatasi perubahan sosial yang ada.
Kelompok ini memiliki pendirian, bahwa suatu perubahan sosial
yang mengakibatkan berbagai macam tantangan itu merupakan
sunnah Allah SWT, yang senantiasa berjalan di tengah masyarakat,
jadi memang sudah menjadi hukum alam yang sudah dikehendaki
atau sudah takdir Allah SWT.
c. Sikap yang mengakui adanya perubahan sosial, tetapi menyerahkan
pemecahannya terhadap orang lain. Menurut mereka bahwa segala
perubahan yang ada bukan untuk dijawab oleh lembaga pendidikan,
dan juga tidak perlu membuat argumentasi tentang realitas
perubahan itu. Sehubungan dengan itu sekolah atau lembaga
pendidikan tidak perlu menganalisis, mengapa dan bagaimana serta
ke mana perubahan sosial itu terjadi dan akan terjadi lagi. Menurut
pendapat ini bahwa fungsi pendidikan secara historis adalah sebagai
tempat akumulasi ilmu pengetahuan dan sebagai tempat untuk
melaksanakan tugas transformasi tradisi sosial dari generasi ke
generasi berikutnya. Mereka hanya menjalankan melestarikan
budaya yang ada atau bersifat konservatif.
d. Kelompok yang ke empat sikap yang mengidentifikasi perubahan
dan berpartisipasi dalam perubahan itu. Dengan pendirian itu
menurutnya lembaga pendidikan adalah commited dengan
kehidupan masyarakat yang berlangsung Transisi kebudayaan
(culture transition), sebenarnya sedang berlangsung di tengah
masyarakat. Oleh karena itu lembaga pendidikan berfungsi untuk
mengenalkan kepada anak didiknya agar mengenal realitas yang
ada, dan membuatnya mampu menghayati perubahan-
perubahannya, bagaimana watak dan cirri-cirinya, serta mengenal
metode apa untuk menanganinya. Berkaitan dengan itu juga anak
didik akan menyadari bahwa segala perubahan itu ada kaitan
dengan ilmu pengetahuan yang di peroleh di sekolah, karena
kebenaran suatu ilmu adalah bila sesuai dengan kebenaran yang
ada dalam masyarakat.
19
e. Sikap aktif kreatif, menjadikan diri aktif dalam perubahan dan
sekaligus sebagai pusat perubahan sosial. Menurut mereka,
perubahan sosial adalah realitas yang terjadi dalam masyarakat,
karenanya harus terlibat aktif di dalamnya. Lembaga pendidikan
perlu menyesuaikan dengan dinamika dan mekanisme sosial dengan
tuntutan masyarakat teknologis dan organisasinya. Sehingga dalam
perubahan sosial, moderniasi yang lebih instan, untuk kepentingan
kehidupan masyarakat ke depan. Lembaga pendidikan bukan hanya
menyesuaikan diri dengan kondisi sosial yang berubah, tetapi lebih
dari itu harus menjadi agen perubahan sosial, sehingga dapat
mewujudkan masyarakat ke depan yang lebih baik. Oleh karenanya
lembaga pendidikan tidak hanya mengajar anak didik untuk
melakukan bagaimana perubahan yang ada, tetapi mengajar mereka
bagaimana memajukan dan mengarahkan perubahan itu kepada
tujuan sosial yang lebih spesifikdan lebih baik.
Dari ke lima sikap tersebut, sikap yang dijadikan sebagai
landasan dalam penelitian ini adalah sikap yang ke empat dan ke lima,
sebab pendapat ini merupakan sikap positif yang sesuai dengan yang
diinginkan oleh ajaran Islam. Umat Islam harus menggunakan akal
pikirannya, sehingga dalam realitasnya mesti mendapatkan ilmu
pengetahuan yang banyak, bersifat kritis dan analisis, bersikap kreatif
dan produktif. Dan mau memahami, menghargai kemajuan yang dicapai
oleh masyarakat lain, dan bersedia untuk membangun kemajuan dan
meningkatkan kemajuan demi kebangkitan masyarakat Islam, supaya
tidak tertinggal atau tergilas oleh kebudayaan sebagai dampak dari
perubahan sosial yang ada.
Dalam teori modern menyatakan sistem kehidupan manusia
yang berhasil dalam menghadapi tantangan perubahan adalah manusia
yang survive dalam menghadapi perubahan dan sekaligus dapat ikut
andil memberikan nilai-nilai terhadap perubahan tersebut. Nilai-nilai
yang dimaksud adalah nilai positif untuk membangun tatanan yang
lebih baik. Dalam konsep teori Emil Durkem, bahwa, manusia yang
kuat adalah manusia yang dapat bertahan dalam seleksi alam, atau
dengan kata lain manusia yang sukses dalam menjalani persaingan
kehidupan. Dalam kehidupan nyata manusia dihadapkan dengan
tantangan-tantangan khusus, dan tantangan tersebut belaku juga bagi
individu atau kelompok-kelompok sosial. Dunia pendidikan adalah
20
salah satu media yang dijadikan masyarakat untuk dapat mengubah
pandangan dan dijadikan sebagai alat untuk menjawab perubahan
sosial. Madrasah dalam hal ini sebagai salah satu lembaga pendidikan
di Indonesia juga memiliki peranan penting dalam mentranformasikan
nilai-nilai, meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan membangun
pandangan kehidupan yang sesuai dengan dinamika perkembangan
zaman termasuk dalam kehidupan globalisasi sekaligus menghadapi era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tengah dihadapi saat ini.
H. Konsep Standar Pendidikan Era Global
1. Definsi Globalisasi
Globalisasi berasal dari istilah kata “globe”,bola (bumi) dunia,
dunia sejagat16 artinya menyatu dalam satu lingkaran sistem atau
jaringan dunia, yang ditandai oleh adanya kebangkitan aflikasi
teknologi informasi yang meretas antar bangsa atau menghilangkan
batas-batas negara. Sehingga seluruh Negara atau bangsa seolah
bergabung menjadi satu tanpa batas, karena terikat oleh jaringan
informasi yang menyatukan berbagai kepentingan bangsa-bangsa di
dunia. Kompetensi-kualitas adalah alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan hasil pencapaian diidentikkan dengan seberapa banyak
investasi di bidang jasa, ekonomi, pengetahuan, kebudayaan dan nilai.
Sedangkan menurut ahli seperti yang dikemukakan oleh
Nyeman, globalisasi diartikan dengan pertumbuhan yang berlangsung
cepat, yang disebabkan oleh ketergantungan sebuah negera baik pada
sektor perdagangan, dan keuangan.Sementara Scholte, mengartikan
globalisasi merupakan ketergantungan sebuah negera terhadap
kebutuhannya dari dunia luar yang melahirkan identitas masing-masing.
Di lain pihak Tom G Palmer, menyebutkan globalisasi merupakan
penyusutan, penghapuasan batasan Negara. Sedangkan ciri-cirinya,
perubabahan konsep pasar dan produksi, peningkatan interaksi.17
Kalau melihat definisi tersebut diatas pendidikan sebagai bagian
dari hasil kebudayaan, maka pendidikan menjadi bagian dari sistem
kehidupan global. Oleh karena itu memiliki andil dan peran penting
16John M. Echols, Dan Hasan Hassan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia,
Jakarta: Gramedia, 1997. hal. 271. 17Definisi Globalisasi menurut Ahli, dalam Google, diambil Sabtu, tanggal
21.
21
dalam mengikuti kompetisi globalisasi untuk meningkatakan system
nilai dalam kehidupan secara luas.
2. Konsep Pendidikan Global
Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan sebagai institusi yang di
harapkan dapat mengikuti trend perkembangan zaman, maka kelembagaan
pendidikan perlu memasuki era kebutuhan dunia. Hal tersebut seperti yang
dikatakan oleh John Naisbit dan Patricia Aburdene (1990), mereka
memperinci ada beberapa konsekuensi logis hadirnya globalisasi di dalam
pendidikan; Pertama, dalama globalisasi sistem nilai filsafat merupakan
kunci dalam garapan pendidikan nasional. Di Amerika Serikat misalnya,
saat ini sangat banyak sekolah sudah mengajarkan filsafat untuk peserta
didik seperti yang dikembangkan Mathew Lipman dengan melalui
“Institute for theadvance of Philosophy for Children”. Kedua, Globalisasi
menuntut adanya angkatan kerja yang berkualifikasi dan berpendidikan
(Skill and Educated Employees)”. Sekarang ini, lapangan kerja di
alamatkan kepada individu yang memiliki ilmu pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidangnya. Sebaliknya orang-orang yang tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan harus siap berada dalam posisi
pengangguran. Ketiga, selanjutnya perlu adanya join pendidikan dengan
Negara-negara Internasional sebagai kunsekuensi menjawab kebutuhan
globalisasi. Seperti melihat gambaran Negara Jepang saat ini, minat
masyarakat pendidikan terhadap Iptek sangat tinggi sehingga proporsi
sains sampai menempati angka 68% dari total lulusan yang ada. Demikian
juga Cina setiap tahun mengirim sekitar 7000 lulusan SMU untuk di
sekolahkan ke berbagai universitas di Eropa dan USA.Badan dunia
persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak dua dasawarsa yang lalu telah
merintis trilogi pendidikan global “ melalui pengembangan United Nations
Depevelopement Program (UNDP) dengan merencanakan kebutuhan
mendesak (urgen) bagi pendidikan Global terutama bagi Negara
berkembang, yaitu;
1. Demokratisasi Pendidikan
2. Modernisasi pendidikan dengan menghormati identitas budaya.
3. Adaptasi pendidikan dengan tuntutan dunia produktif searah
dengan kebutuhan dunia kerja.18
18John Nisbi dan Patricia Aburdene, Megatrend 2000, Op. Cit., 1990, hal. 1
22
Sedangkan konsep pendidikan Indonesia yang ditawarkan
adalah sebagai upaya meningkatkan sumber daya insani adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan
baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan
sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
2. Meningkatkan penguasaan, pengembangandan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha
kecil, menengah, koperasi guna meningkatkan daya saing produk
yang berbasis sumber daya lokal.
3. 3.Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
guna menghadapi dunia kerja.
4. Memahami aspek perkembangan kemampuan produk nasional dan
dunia internasional khususnya untuk mendukung pengembangan
sumberdaya yang ada agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
bangsa.19
Sedangkan kompetensi sekolah atau madrasah terpantau
dalam prilaku profesional pelaksanaan tindakan, perbaikan target
dalam perencanaan yang terukur, melaksanakan strategi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari, memerlukan pengawasan dan
evaluasi terhadap keterlaksanaan proses dan pencapaian hasil
kegiatan sehari-hari di sekolah. Arah pengembangan pada tiap
satuan pendidikan adalah meningkatkan mutu pelayanan belajar
siswa agar memiliki lulusan yang berkompeten dan siap beradaptasi
pada perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Amanat di
atas menjadi dasar untuk mengembangkan rancangan pendidikan
yang meliputi dimensi lokal, nasional, dan global yang
digambarkan sistem dan acuan manajemen pendidikan dalam
diagram,seperti dibawah ini.
19 Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu, 2003, hal. 12.
23
DIAGRAM: KONSEP STANDAR PENDIDIKAN GLOBAL
Gambar Frofile standar pendidikan Untuk era Global (Harman (1984:
13): Thomas L. Wheelen dan David Hungger (1995:24)20
Gambar ini menegaskan pentingnya sekolah memiliki wawasan
yang luas terutama dalam mengenali kompetensi yang siswa perlukan
dalam dimensi lokal, nasional, dan global. Pemahaman itu menjadi
dasar untuk memecahkan tiga masalah yang paling esensial yaitu;
Siswa atau lulusan sekolah yang sesunguhnya dapat harapkan; Standar
kopetensi lulusan dapat menjawab permasalahan ini sehingga sekolah
memiliki keterampilan dalam merumuskan visi dan menentukan tujuan
pendidikan. Visi yang bagaimana sebenarnya yang sekolah perlu
berikan kepada siswa agar sekolah dapat mewujukan mutu lulusan yang
diharapkannya. Jangkauan visi jauh ke depan yang berorientasi
20Rancangan Manajemen Pendidikan Indonesia, dalam, Disain Perencanaan
Kebijakan Pendidikan Terjebak Kacamata Kuda, Submitted by admin on March 17,
2012 – 3:14 pm4 Comments | 518
24
melahirkan siswa, mahasiswa yang memiliki keunggulan. Sekolah
harus mengikuti visi yang harus dituangkan dalam proses pembelajaran
kepada siswa agar mereka memiliki daya adaptasi dalam konteks lokal
maupun global. Sedangkan tujuan pendidikan memainkan peranan
penting dalam dunia pendidikan, Dengan itu kita akan dapat melihat
sejauh mana arah dan tujuan serta target yang dicapai dalam kurun
waktu tertentu yang dijalankan pendidikan.
Dalam dinamika kehidupan pendidikan dijadikan sebagai
lembaga penanman nilai-nilai, wadah mewariskan budaya yang bernilai
luhur mengandung kebaikan kepada generasi berikutnya. Pendidikan
juga sebagai rana individu yang tidak bisa dipisahkan dari rana sosial.
Perkembangan sosial setiap waktu mengamlami perkembangan dan
tantangan terutama era globalisasi yang sangat sarat dengan muatan
tantangan sosial. Berbagai arus sosial yang masuk tentu memiliki
berbagai macam warna yang harus difahami dari semua sebab dan
akibatnya. Membiarkan generasi mudah tanpa bimbingan agama atau
sosial agama tentulah sebuah bentuk kezaliman kita sebagai
penanggung jawab pendidikan Islam. Karenanya analisis sosial sangat
diperlukan dalam memahami setiap perubahan sosial dengan nilai-nilai
yang dimilikinya. Dengan kata lain pendidikan selain produktif juga
harus selektif dan juga memberikan solusi yang tepat yang sesuai
dengani nilai agama untuk kepentingan umat banyak atau untuk
generasi bangsa.
Teori Filsafat atau perspektif filsafat tentang kehidupan manusia
termasuk pendidikan sebenarnya bisa dilihat dari sistem nilainya dan
juga bisa dilihat pada segi cara pandang melihat gejala kehidupan
manusia berdasarkan cabang atau aliran filafat yang ada seperti yang
berhubungan dengan aliran filsafat pendidikan, ada aliran
idealisme,21Positivisme, eksistensilaisme, rekontruksionisme,
proggresivisme, aliran ferenialisme, essensialisme.22
Dalam filsafat Islam sendiri dikenal dengan istilah ontologis,
epistemologis,dan aksiologis sebagai upaya memahami ajaran Islam
yang dapat dikembangkan dalam rana kehidupan termasuk pendidikan.
21Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Islam, Sistem dan Metode,
Yogyakarta,Andi Offset,1988, hal. 40. 22Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Mnusia Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, hal. 91-97.
25
Dalam filsafat Barat ketiga bentuk pemahaman tersebut kiranya dapat
dipadankan dengan aliran idealisme, positivisme, proggerevisme.
Berhubungan dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini
menyangkut tentang realitas globalisasi yang tengah dihadapi umat
manusia sejagat dan dunia pendidikan khususnya, sekaligus madrasah,
maka teori filsafat yang dipilih yang diambil tentu yang berhubungan
langsung dengan bahasa dunia pendidikan secara umum. Sehingga teori
filsafat yang digunakan berhubungan dengan aliran filsafat yaitu
idealisme, positivisme, dan proggeresivisme, Ketiga aliran ini selain
berhubungan dengan berbagai fenome dan gejala, realitas dunia saat ini,
dan tidak kalah utama adalah berkaitan dengan kebutuhaan dunia
pendidikan, termasuk kebutuhan dunia pendidikan Islam seperti
madrasah saat ini yang tengah meningkatkan mutu dan kualitas dalam
rangkah mengimbangi kebutuhan dunia global. Idealisme, aliran filsafat
yang berbicara tentang tatanan ideal yang perlu dimiliki oleh
masyarakat dunia pendidikan, nilai-nilai, pandangan, termasuk nilai
sosial, nilai religious, kepribadian, dan lain-lain. Aliran positivisme,
berkaiatan dengan ilmu pengetahuan, teori, sistem, metode, pinsip,
pembelajaran, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk mengatasi problem manusia, atau untuk membantu
mempermudah jalan kehidupan manusia dalam menghadapi kehidupan
sosial dan global saat ini. Proggrevisme, upaya-upaya untuk
membangun sumber daya manusia, motivasi, semangat, kemaun,
kualitas, keunggulan, kemandirian dalam rangkah menuju pembagunan
masyarakat pendidikan Islam yang berkualitas yang dapat bersaing di
dunia global yang cirikhasnya selalu menuntut peningkatan kualitas dan
partisifasi masyarakat dalam rangkah ikut serta dalam dinimika tuntutan
zaman yang ada saat ini.
Dalam kehidupan, pandangan terhadap pentingnya konsep nilai-
nilai ketuhanan sangat penting diimpelemtasikan dalam dunia nyata.
Dunia tanpa realitas keyakinan memang tidak bisa dibenarkan,
penanaman jiwa.23harus didasarkan pada bagaimana manusia
memahami arti penting hidup dalam kesatuan realitas yang dibangun
dari nilai-nilai luhur yang bersifat abadi, sehingga bisa melebur dan
memainkan peranan dalam pembangunan moral, etika, sikap,
23Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Islam, Sistem dan Metode,Op. Cit.,
1998: 22.
26
pandangan yang lebih luas dan dalam jangka panjang. Dalam hal yang
sama, menurut aliran peoggresivisme, ilmu pengetahuan dipandang
sebagai pembawa kemajuan bagi kehidupan nyata.24 Semangat ini juga
tidak bisa dipisahkan membangun manusia yang peka terhadap
kehidupan riil yang tetap dibangun berdasarkan prinsip-prinsip
kemanusiaan yang bersumber dari nilai-nilai agama.25 Dunia Ilmu
pengetahuan dan dunia ilmiah serta perkembangan sains yang
membawa kearah perubahan industrial, era informasi telah mengajak
kearah dunai global saat ini menuju kepada perubahan sosial yang dapat
merubah pandangan masyarakat terutama masyarakat pendidikan Islam,
sehingga banyak hal yang dapat ditangkap dari sisi positif, tetapi tidak
luput juga membawa saham negatif jika tidak difahami secara lebih
jelas bahwa hal itu adalah buah atau produk akal pikiran, logika, dan
dunia ilmiah yang sewaktu-waktu bebas kendali. Oleh karena itu,
kontrol dan pengawan sekaligus ysng mshs penting dan spirit rohaniah
keagamaan sangat pondamental adanya, agar generasi muda pendidikan
yang ada di madrasah tetap berada dalam jalur kehidupan yang
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
.
I. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian diskritif kualitatif, yang
jenisnya termasuk kajian pustaka (library research) yaitu berusaha
menggali dan menelaah sumber data yang tertulis guna menunjang
penelitian ini secara teliti dan tekun,26 valid.
2. Sumber Data
Adapun sumber data penelitian ini sesuai dengan jenisnyayaitu
penelitian kepustakaan, maka sumber datanya diambil dari berbagai
sumber tertulis seperti buku, dokumen, jurnal, majalah, makalah
seminar,laporan penelitian, hasil penelitian para ahli yang sesuai dengan
kajian dalam penelitian ini.
24Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat dan
Pendidikan, Op. Cit., hal. 69-70 25Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana,Cet 2,
2005, hal. 41 26Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensidan Prakteknya,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003 hal. 14-16
27
3. Jenis Data
a. Jenis Data Primer
Jenis data primer adalah jenis data-data pokok, data-data utama,
sumber data yang diambil dari tangan pertama atau data-data yang
berkaitan langsung dengan penelitian ini.
b. Jenis Data Sekunder
Adapun data sekunder adalah data-data yang sifatnya
pendukung penelitian ini.
Adapun jenis penelitian adalah diskritif kualitatif' adalah
penelitian tentang riset yang cenderung menggunakan analisis.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan; berakhir dengan suatu kesimpulan (teori). Aspek temuan
dari suatu penelitian dalam bidang (Iptek), atau Sains, pendidikan (
Pen.) secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu sebagai hasil ‘menemukan’ dan ‘mengembangkan’.27 Hasil
penelitian dikelompokkan ke dalam kategori menemukan apabila dari
masalah, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator
aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya.
Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila temuan
tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil
penelitian sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada.28Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,
tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan
perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan perkembangan
(Developmental Studies). Dalam penelitian perkembangan ini ada yang
bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross
sectional atauBrelson, merupakan suatu teknik penelitian untuk
menghasilkan deskripsi yang objektif. Budd, Thrope, dan Donahw
(1967). Menurut mereka, sedangkan analisis konten (analisis isi, pen.)
27Ahmad Mukhadis, Metode Penelitian Kuantitatif, Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2011, hal. 70. 28Nana Saodih Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan, Bandung,
Remaja Rosda Karya 2003, hal. 5.
28
adalah suatu teknik yang sistematis untuk menganalisis makna pesan
dan cara mengungkapkan pesan dari berbagai sumber data tertulis.
Stone (1966).29 sehingga dalam penelitian tersebut dapat menghasilkan
kesimpulan yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis data
deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
sejumlah data dalam penelitian Menurut Arikunto30atau menerangkan
gejala yang sedang terjadi. Bogdan dalam Sugiyono 31berpendapat
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengancara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan.Adapun prosedur dalam
menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman.32 adalah
sebagai berikut Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema danpolanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Diantara langkah-
langkahan pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi dapat diartikan sebagai proses memilah, memusatkan,
dan menyederhanakan data yang baru diperoleh, supaya data-data lebih
mudah untuk diolah.
b. Display Data
Proses kedua setelah reduksi data adalah penyajian data.
Sekumpulan data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif yang
29Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teoristis dan Praksis Jogyakarta, ,Ar-Ruzz Media 2011, hal. 78-79 30Suharsi mi Arikunto, Prosedur Penelitian,Jakarta: Renika Cipta,2005, hal.
250, 31Bogdan, B.C. & Biklen, SK., Qualitatif Research For Education,: An
Introduction to Theory and Method,Metdologi Penelitian, Boston: Allyn and Bacon
Ine, 1982. 32Ibid.
29
berguna untuk mempermudah dalam proses analisa data dan penarikan
kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan ketiga adalah penarikan kesimpulan. Dari permulaan
pengumpulan data- data adalah serangkaian pekerjaan untuk memila,
memilih, menyederhanakan, mengola, menempatkan, dianlisis dan
dirumuskan selanjutnya diakhiri dengan kesimpulan.
J. Analisis Sosiologis
Analisis penelitian ini mengunakan analisis sosiologis dan
filosofis. Yang pertama, analisis sosiologis didasarkan kepada kondisi
masyarakat yang setiap waktu menuntut adanya perubahan dan
perkembangan, termasuk dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dari
dari adanya tuntutan perkembangan kehidupan. Sedangkan yang kedua,
analisis filosofis, dimana setiap perkembangan masyarakat tidak bisa
dipisahkan dari nilai-nilai yang mengikutinya, bahkan nilai-nilai suatu
masyarakat bisa saja mengalami perubahan karena desakan atas
tuntutan perkembangan zaman, baik itu nilai-nilai yang positif maupun
nilai-nilai yang negatif. Perkembangan suatu masyarakat menurut teori
sosiologis bisa mengarah kepada perkembangan pada tatanan material
atau perkembangan kebudayaan –peradadaban yang bersifat
pembangunan fisik. Tetapi bisa juga yang lebih dominan mengalami
perkembangan adalah kebudayaan yang bersifat non material. Ataupun
bisa juga kedua-duanya mengalami perkembangan yang seimbang.
Perkembangan kehidupan seringkali dapat melibatkan dunia
pendidikan, atau dunia pendidikan juga bisa menyebabkan
berkembangannya kehidupan. Ketimpangan perkembangan tas dua hal
yakni kebudayaan material dan non materialbisa menyebabkan
ketimpangan kebudayaan (Culture lag).
Dalam dunia yang idealisme, perkembangan nilai-nilai suatu
kehidupan sebaiknya harus dijaga supaya bisa memberikan kebaikan
bagi tatanan kehidupan. Pada prinsipnya dalam tatanan filosofis, bahwa
idealnya nilai-nilai masyarakat semestinya didasarkan kepada yang
bersifat hakiki yaitu sitem nilainya bersumber kepada Allah SWT,hal
tersebut juga sebaiknya dijaga melalui dunia pendidikan. Karena dunia
pendidikan berfungsi untuk mewariskan nilai-nilia yang ideal. Karena
dunia pendidikan harus tetap menjaga nilai-nilai idealisme yang
30
sempurna dan bisa menyelamatkan kehidupan masyarakat atau umat.
Positivisme, lembaga pendidikan Islam harus mempercayai bahwa
perkembangan kehidupan harus diimbangi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan mesti didasarkan dengan sistem
dunianya sendiri, karena setiap ilmu pengetahaun ada sistem kerja dan
paradigmanya masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan berkembang
seiring dengan kebutuhan kehidupan dan tuntuan zamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam setiap waktu menjadi komoditi
masyarakat sebagai pengunanya, dengan kata lain bahwa ilmu
pengetahuan akan memberikan pengaruh dan bahkan ikut andil besar
bagi perkembangan keidupan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan
sebagai kebutuhan hidup layaknya memiliki prinsip –prinsip
positivismennya dalam konsep Islam seharusnya tetap didasarkan
dengan prinsip aturan Islam (Allah SWT), sehingga muara akhirnya
masyarakat sadar akan manfaat ilmu dan kegunaannya bagi kehidupan.
Demikian juga sebab-dan akibat dari ilmu pengetahuan harus
dipertangungjawabkan demi kemaslahtan umat, karena pendidikan
Islam memegang prinsip rahmatan lil amiin sebagai visinya, maka
muara ilmu pengetahuan sebaiknya menjadi prioritas pertama yang
harus dikedapankan. Proggresivisme, semangat untuk membangun dan
merubah kehidupan adalah sebagai citra kekayaan manusia yang sudah
diatur oleh Tuhan, bahkan semangat itu sangat dianjurkan oleh Tuhan
kepada manusia sebagai makhluk yang berakal, oleh karenanya dalam
kenyataan kebudayaan dan peradaban manusia semakin hari semakin
meningkat sampai pada saat ini kita sudah sampai kepada kebudayaan
teknologi dan kebudayaan globalisasi yang masing-masing istilah
tersebut memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat,
sehingga dunia pendidikan harus ikut andil mempersiapkan syarat-
syarat tersebut sehingga masyarakat bisa hidup dan mampu mengikuti
perkembangan kebudayaan tersebut.
Tuntutan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia
tersebut, tentunya tidak selalu membawa kearah yang positif semata
akan tetapi bisa saja membahayakan manusia, karenanya dunia
pendidikan harus tetap menjadi control dan sekaligus dapat memberikan
nilai yang baik dalam setiap produk kebudayaan yang berkembang
sehingga kualitas perkembangan kehidupan masyarakat bisa diharapkan
lebih baik dan dapat mewariskan nilai-nilai yang baik pula. Karena
31
hakekat fungsi pendidikan, terlebih dunia pendidikan Islam harus
mampu melahirkan generasi yang lebih baik kualitasnya, baik itu
kualitas kebudayaan maupun kualitas peradabannya.Pendidikan Islam
termasuk madrasah harus mengoptimalkan perannya untuk
meningkatkan tarap hidup sesuai dengan tujuan Islam. Tujuan Islam
untuk manusia adalah memberikan pondasi keimanan atau keyakinan,
meingkatkan ibadah sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah
SWT, meningkatkan amal-amal sosial lainnya. Meningkatkan ilmu
pengetahuan, keahlian dan ketaerampilan di bidang teknologi sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Penguasaan terhadap
teknologi komunikasi dan informasi sebagai kebutuhan dunia global.
Meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai
persaudaraan antar sesama manusia untuk kemaslahatan yang
kesemuanya sebagai realisasi konsep Tuhan yakni rahmatan lil alamiin,
untuk keselamatan dan rahmat alam semesta.
K. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari pembahasan- pembahasan yang
kesemuanya dapat disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Bab ini terdiri sub bab-sub bab yang susunnya dapat
digeneralisasikan sebagai berikut; Latar belakang masalah, bagian ini
berisikan data-data, statemen statemen alasan, argumentasi yang
menjadi dasar mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Batasan masalah,
untuk membatasi wilayah objek penelitian agar fokus penelitian lebih
terukur.Rumusan masalah, pertanyaan-pertanyaan yang mewakili
sejumlah wilayah penelitian dalam latar belakang masalah atau
sejumlah variable yang dimiliki yang akan dirumuskan dan diurai
dalam bab-bab penelitian. Tujuan penelitian, dimaksudkan untuk
mengetahui apa alasan sehingga penelitian ini dilakukan apa hasil yang
dikehendaki dalam akhir penelitian. Kegunaan penelitian,untuk melihat
hubungan dan manfaat penelitian dengan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap teori, konsep atau lembaga-lembaga tertentu yang
terkait hasil dengan penelitian. Kajian pustaka, sengaja ditulis untuk
mengetahui data-data empiris dari hasil-hasil penelitian yang
mendukung ataupun tidak sehingga kemudian penelitain ini layak untuk
32
dilakukan. Landasan teoritis, merupakan sejumlah teori yang dipakai
sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Metodologi penelitian,
yang dimaksudkan di sini adalah cara-cara yang dipakai dalam
melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode yang telah baku
sebagai landasan penelitian, sehingga hasil penelitian dapat
menghasilkan data-data yang valid, akurat dan kredibel Analisis
sosiologis, merupakan pendekatan keilmuan yang sengaja dipakai untuk
menganilisis data-data empiris sebagai bentuk penelitian sosial.
Sistematika pembahasan,semua rangkaian penelitian yang
digeneralisasikan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
BAB II. Problematika Madrasah dan TantanganGlobalisasi
Bab ini berisikan sejumlah data-data,fakta-fakta emperis yang
digali atau didapatkan dari sejumlah sumber penelitian yang ada kaitan
langsung dengan fokus penelitian. Bab ini mewakili sejumlah
pertanyaan,latar belakang dan problematika, sejumlah kelebihan dan
kekurangan dari data-data yang dimiliki penelitian. Bab ini juga
merupakan landasan yang menghubungkan dengan bab selanjutnya.
Bab ini terdiri dari; Difenisi madrasah, sejarah berdirinya madrasah di
Indonesia, motivasi berdirinya madrasah, teori madrasah, eksistensi
madrasah,sistem kelembagaan madrasah, kurikulum, guru, manajemen,
materi, media pendidikan, evaluasi, problematika, model
pengembangan madrasah.
BAB III. Madrasah dan Upaya Pembentukan Sumber Daya Insani
Yang Berwawasan Global
Bab ini terdiri dari sub bab-sub bab. Bab ini mewakili sejumlah
pertanyaan dan variable yang ada hubungannya dengan bab sebelumnya
dan sekaligus alat untuk mengukur dan menentukkan analisis data- data
bab sesudahnya. Bab ini berbicara tentang data-data empiris tentang
komponen-konponen dan syarat yang dimiliki dalam era globalisasi
seperti halnya ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Sekaligus
syarat kompetensi yang harus dipenuhi oleh madrasah dalam rangka
mengikuti era globalisasi. Bab ini berisikan tentang realitas globalisasi
dan tantangan pendidikan, pengaruh Iptek dalam perubahan sosial,
peran Iptek dalam bidang sosial, peran Iptek untuk meningkatkan
kesejahteraan, peran Iptek dalam era globalisasi, sumber daya insani,
33
tantangan dan peluang madrasah dalam perspektif, sosiologis,
pembentukan sumber daya insani, madrasah dan upaya pembentukan
sumber daya insani yang berwawsan global.
BAB IV. Temuan Penelitian Upaya Madrasah dalam Menciptakan
Sumber Daya Insani Yang Berwawasan Global
Bab ini terdiri dari sub-sub bab yang merupakan
sejumlah,komponen hasil temuan penelitian. Bab ini memiliki
hubungan dengan bab-abb sebelum dan sesudahnya. Hubungan dengan
bab-bab sebelumnya adalah hasil analilis dari bab kedua dan bab tiga
sekaligus menjawab rumusan masalah tentang fungsi madrasah dalam
menciptakan sumber daya insani yang berwawasan global. Hubungan
dengan bab sesudahnya sebagai hasil analisis dari bab-bab yang ada
yang akan ditutup dengan bab kesimpulan. Adapun isi bab ini
adalahdiskripsi madrasah dalam era globalisasi, solusi terhadap
prolematika madrasah, madrasah dalam menciptakan sumber daya
Insani, kesiapan mengahadapi globalisasi dalam pandangan sosiologis.
BAB V. Penutup
Bab ini terdiri dari sub bab-sub bab yang susunannya sebagai
berikut; Kesimpulanmerupakan hasil analisis dari sejumlah kegiatan
penelitian dari bab-bab sebelumnya yang sekaligus merupakan bentuk
hasil penelitian. Saran-saran, bagian ini merupakan saran-saran yang
ditujukan kepada lembaga-lembaga yang terkait, maupun perorangan
yang bersifat memberikan masukan agar supaya penelitian ini dapat
lebih baik dan dikembangkan.Rekomendasi, bagian ini merupakan
bentuk harapan dari peneliti terhadap lembaga terkait, agar kiranya
dapat menindaklanjuti penelitian ini, baik yang bersifat memelihara,
menjaga ataupun mengembangkan.
Selanjutnya penelitian disertakan data- data pendukung untuk
melengkapi penelitian yang terdiri dari, Daftar Pustaka, lampiran-
lampiran, biodata peneliti, daftar konsultasi dan lain sebagainya.
34
35
BAB II
PROBLEMATIKA MADRASAH DAN TANTANGAN
GLOBALISASI
A. Definisi Madrasah
Dalam bagian ini dibahas secara sepintas tentang pengertian
madrasah agar dapat menghubungkan tentang permasalahan pokok
nantinya yang terkait dengan madrasah dalam dinamika perubahan
sosial di antara peluang dan tantangan masa depan. Di lihat dari katanya
madrasah artinya tempat belajar, merupakan bentuk isim makan
(keterangan tempat). Secara etimologis madrasah berasal dari suku kata
bahasa Arab “darasah”, yang artinya membaca sedangkan madrasah
adalah bentuk kata isim makan “madrasatun”.Yaitu kata yang
menunjukkan keterangan tempat membaca. Madrasah adalah tempat
pendidikan, sekolah atau perguruan yang berbentuk bangunan sebagai
tenpat proses belajar mengajar secara formal dan klasikal.33
Sedangkan secara terminologis, madrasah mengandung arti tempat
atau wahana dimana anak didik mengemyam proses
pembelajaran.34Sedangkan menurut Isma’il Raji Al Faruqi, madrasah
merupakan sistem pendidikan yang menggabungkan sistem pendidikan
tradisional dengan sistem pendidikan modern35Jadi kalau diperhatikan dari
pengertian diatas dapat difahami, madrasah adalah istilah yang bersumber
dari bahasa Arab, yang artinya tempat membaca, atau belajar.Atau bisa
juga dikatakan sebagai wadah atau lembaga pendidikan dimana anak-anak
atau pelajar, murid dapat menimbah ilmu pengetahuan.
B. Sejarah Berdirinya Madrasah di Indonesia
Lahirnya madrasah di Indonesia sebagai respon masyarakat
Islam dalam menghadapi tantangan zaman, terutama modernisasi di
berbagai negara Islam Timur tengah.Sehingga dengan demikian
mendorong tokoh-tokoh Islam untuk memperbaharui sistem pendidikan
Islam yang selama ini dinilai kurang memenuhi kebutuhan zaman.
33Nina Armando (et .al), Enseklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005, hal. 205. 34A.Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta LP3NI, 1998,
hal.111. 35Ismail Raji Al Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ( Islamization
Knowladge) Terj. Anas Mahyudin ,Bandung, Pustaka, 1984, hal. 22-24.
36
Lahirnya modernisasi di dunia Eropa, berdampak juga terhadap dunia
pendidikan. Negara-negara Timur tengah dan Asia pada abad 20 masih
banyak di dalam penjajahan Eropa mau tidak mau turut merubah
tatanan pendidiakan saat itu, karena kalau tidak maka umat Islam akan
semakin mengalami ketertinggalan dengan kemajuan. Apalagi Barat
pada abad tersebut sudah mencapai pada tarap kemajuan teknologi
tinggi dengan sendirinya pilihan pertama yang harus dimajukan Islam
adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang salah satunya
membangun madrasah. Patut diakui sebelum berdirinya madrasah
sejarah pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia dilakukan dengan
sistem pendidikan yang tertua yaitu pondok pesantren, lembaga
pendidikan Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon dan
sebagainya, Dayah, maunasah di Aceh. Pendidikan ini dalam perspektif
modern dianggap agak unik, karena lembaga ini dalam pelaksanaannya
tidak menggunakan kurikulum, sistem jenjang, metodenya pun tidak
biasa dilakukan di sekolah-sekolah seperti metode pengajian, seperti
sorogan, weton, dengan menggunakan mengajar secara verbalistik.36
Sedangkan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya
madrasah di Indonesia dilihat dari perspektifajaran Islam sendiri adalah
sebagai berikut,
a. Adanya kecendrungan umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an
dan Hadits. Kecendrungan ini dijadikan titik tolak dalam menilai
kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Ide pokok dari
keinginan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dalam rangka
menolak munculnya taklid dan tahayul.
b. Timbulnya dorongan perlawanan nasional terhadap penguasa
colonial Belanda.
c. Usaha yang kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat
organisasinya dibidang sosial ekonomi, baik untuk kepentingan
mereka sendiri maupun untuk masyarakat.
d. Pembaharuan pendidikan. Karena cukup banyak orang dan
organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam
mempelajari Al-Qur’an dan studi-studi agama Islam.37
36Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi, Jakarta : Bumi
Aksara,Cet, Keempat, 2009, hal. 35. 37Karel A Stennbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah,Jakarta: LPES, hal, 27-
28.
37
Sedangkan dalam perspektif pendidikan di Indonesia menurut
Muhaimin Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah dalam
bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, setidaknya kehadiran
madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai
beberapa latarbelakang yaitu :
a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan pendidikan Islam.
b. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh
kesempatan yang sama dengan sekolah umum..
c. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam
khususnya santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem
pendidikan mereka.
d. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan
tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan sistem pendidikan
modern serta hasil akulturasi terhadap keduanya.38
Sementara kalau dilihat dari hal-hal yang mendorong
munculnya madrasah dapat dilihat dibawah ini:
a. Pada penghujung abad ke 19 dan awal abad ke 20 telah banyak
kembali ke Indonesia alumnus Timur Tengah. Mereka kembali itu
sesampainya di tanah air memiliki posisi penting dalam bidang
pendidikan agama. Atas dasar upaya mereka timbulah perubahan-
perubahan dalam sistem dan isi pendidikan Islam.
b. Ingin mencontoh sistem pendidikan Belanda yang telah memiliki
sistem modern. Diantara para ulama yang berjasa dalam
pengembangan madrasah diniyah di Indonesia adalah Syaikh
Abdullah Ahmad. Beliaulah yang mendirikan Madrasah Adabiyah di
Padang tahun 1909.39 K. Haji Ahmad Dahlan di Kauman
Yogyakarta, yang berhasil membangun pendidikan Muhammadiyah
pada sekitar tahun 1905.
Sebelum abad ke 20, system pendidikan di Indonesia belum
mengenal istilah madrasah, kecuali pengajian Al-Qur’an, masjid,
pesantren, surau dan langgar.Dalam sistem pendidikan yang disebut di
38Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam¸Jakarta,Raja Grafindo Persada,
1996, hal. 66. 39Mulyanto Sumardi, Sejarah SIngkat Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta,
Dhamra Bakti, 1978, hal. 49
38
atas memang dilakukan pengkelasan dalam pengertian modern, tetapi
prakteknya tetap ada perjenjangan yang biasanya diatur berdasarkan
tingkatan kitab yang diajarkan.
Berikut ini gambaran keberadaan madrasah di Minangkabau dan
pulau Jawa yang merupakan dua daerah yang dipengaruhi pembaharuan
Timur Tengah dan Kolonialisme dan merupakan daerah yang paling
berpengaruh dalam pembaharuan madrasah di Indonesia.
a. Keberadaan Madrasah di Sumatera
Madrasah Adabiyah merupakan madrasah yang tumbuh pada
masa awal pembaharuan.Tokoh pendirinya adalah Abdulah Ahmad,
adalah salah seorang pelopor pembaharuan di wilayah
Minangkabau.Madrasah Adabiyah didiirikan pada tahun 1907 sekitar
delapan tahun setelah Ahmad kembali dari Mekkah guna menimba ilmu
pengetahuan.
Pada awalnya madrasah Adabiyah didirikan di Padang Panjang.
Sistem pendidikan madrasah ini sangat berbeda dengan cara pendidikan
di surau. Madrasah ini mengajarkan ilmu-ilmu agama ditambah dengan
pelajaran membaca dan menulis latin serta ilmu hitung. Madrasah
inipun sudah menerapkan sistem kelas. Sayangnya, madrasah ini hanya
berjalan satu tahun karena kurang diminati masyarakat yang masing
menyukai pola pendidikan surau.
Pada tahun 1910 Syaekh Muhammad Thalib Umar mendirikan
Madrasah School di Batu Sangkar di Padang Panjang, madrasah ini
mendapat perhatian besar dari masyarakat di Minangkabau dan
kemudian pada tahun 1923 Rahmah El Yunusiah mendirikan Diniyah
Putri di Padang Panjang.Tujuannya adalah untuk memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada kalangan pelajar putrid.Madrasah
ini terdiri dari enam kelas dan mengikuti pola pengajaran dan komposisi
kurikulum yang sama dengan madrasah diniyah pada umumnya.
b. Keberadaan Madrasah di Pulau Jawa
Kasusnya agak berbeda dengan di Minangkabau, perkembangan
madrasah di pulau Jawa didukung oleh organisasi-organisasi Ialam
seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Umat Islam dan
sebagainya.Meskipun demikian, tetap saja perkembangan madrasah itu
dipelopori oleh tokoh-tokoh pembaharu termasuk KH. Ahmad Dahlan,
KH. Hasyim Asy'ari dan lain-lain.
39
Setelah Indonesia merdeka, maka salah satu Departemen yang
dibentuk pemerintah adalah Departemen Agama sebagai perwujudan
dari falsafah hidup bangsa Indonesia yang relegius.Departemen Agama
didirikan pada tanggal 3 Januari 1946 dimana salah satu bidang
garapannya masalah pendidikan agama seperti madrasah, pesantren dan
mengurusi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.40Departemen
Agama telah menaungi lembaga-lembaga pendidikan diantaranya
madrasah yang sampai sekarang tetap bertahan.
C. Motivasi Berdirinya Madrasah
Dalam sejarah Pendidikan Islam, sebelum ada madrasah ada
lembaga pendidikan seperti; Shuffah, Kuttab, Halaqah, Majlis, Khan,
Ribath.41 Namun berikutnya karena tuntutan zaman, lantaran di masjid
kegiatan pendidikan tidak bisa di tampung lagi karena banyaknya
jumlah siswa yang belajar, maka berdirilah madrasah, yang dianggap
oleh sebagian ahli sejarah sebagai salah satu lembaga pendidikan untuk
mengembangkan pengetahuan yang bukan saja terfokus pada ilmu-ilmu
ke-Islaman, seperti Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Ulumul
Qur’an dan sebagainya. Tetapi di madrasah juga dikembangkan
pengajaran ilmu-ilmu umum, seperti ilmu matematika, filsafat,
psikologi, ilmu falaq dan sebagainya. Belakangan boleh dikatakan
bahwa berkembangnya madrasah karena tuntutan zaman, seperti kasus
di Indonesia berdirilah madrasah oleh organisasi-organisasi Islam
sebagai konsekuensi terhadap berdirinya lembaga pendidikan yaitu
sekolah modern dari kolonialisme Belanda satu sisi. Dalam sisi lain
sebagai usaha untuk menjembatani lembaga-lembaga pendidikan klasik
sebagaimana salah satunya pesantren yang mau merubah pandangan
terhadap sistem belajar.42 Pendidikan di pondok pesntren diakui sudah
memberikan investasi yang sangat besar dan tidak terhingga bagi
pembentukan generasi bangsa dan perjuangan bangsa yang secara
kolektif muatan materi dan pemahaman agama yang diambil dari
lembaga ini sangat produktif, namun bukan mustahil lembaga ini
40Hanun Asroha, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
Cet, 1. 1999, hal. 155-173. 41Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Pereiode Klasik dan
Pertengahan, Jakarta; Rajawali Press, 2012, hal. 32-39. 42Karel Stenbrik, dalam Pesantren,Madrasah, Sekolah, 1986, Op. Cit., hal. 1-
3.
40
setelahnya akan mengambil inisiatif untuk membangun sistem
pembalajarannya dengan sistem pembelajaran yang modern.
Sebagian peneliti mengatakan, Madrasah Nizamiyah didirikan
oleh penguasa bani Saljuk, Nizam, Al Mulk, seorang Perdana Menteri
dari Alp Aeselan dan Malik Syah pada tahun 457 H,43 sekitar setengah
abad setelah berdirinya Universitras Kairo. Bani Saljuk sangat terkenal
fanatik terhadap Mazhab Sunni, sehingga salah satu tujuan dari
berdirinya madrasah ini adalah untuk mengikis faham syi’ah yang
sudah berkembang pada saat itu, sekaligus mengembangkan faham
sunni.44
Motivasi berdirinya Madrasah sendiri, selain motivasi agama,
motivasi ketenegakerjaan dan motivasi politik. Di sini madrasah
menjadi institusi politik yang berfungsi bagi negara dan madrasah-
madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan sekretarian dan
indotrinasi politik. Dalam sejarah sejak tahun 400 an H. ada sekitar 39
madrasah di Wilayah Persia/Nisyapur, Al-Baihaqiyah, Madrasah
Sai’diyah, madrasah Khurasan, seterusnya berkembang Nizamiyah di
Baghdad.
Apa yang terpenting dari eksistensi madrasah ini, selain dari
motif indoktrinasi, doktrin keagamaan, memperkuat aliran keagamaan,
dan yang terpenting di sini adalah bagaimana madrasah ini menjadi
persenyawaan antar berbagai motivasi dan kegiatan keilmuan. Selain
itu, bahwa madrasah telah menjadi pusat-pusat kegiatan pengajaran
yang mengkhususkan pada pengkajian studi keislaman, studi terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya.45
Madrasah di Indonesia dalam kontek sekarang telah mengalami
berbagai macam perkembangan.Hal tersebut karena madrasah tidak bisa
dipisahkan dari arus dinamika perubahan sosial yang ada.Tetapi kalau
dilihat dari motivasi berdirinya madrasah di Indonesia, sebagaimana
yang didirikan oleh organisasi-oraganisasi Islam sebelum kemerdekaan
Jami’atul Khairat, Al Irsyad, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, lebih
dikarenakan karena Pendidikan Islam di pandang perlu untuk membina
43K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Sejarah Islam dari Awal
Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani., Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 hal. 408. 44Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Mizan, 1996,
hal. 51. 45Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan
Pertengahan, 2012, Op. Cit., hal. 49.
41
kesadaran generasi bangsa sebagai proses untuk menbela tanah air guna
merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonialisme Belanda. Dalam
era ini madrasah didirikan untuk mentransimisi ilmu pengetahuan agar
dapat berjalan sesuai dengan tujuan Islam yaitu untuk mencapai
kehidupan yang selamat dunia dan kehidupan akherat yang sebelumnya
diwujudkan alam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saat ini dalam era modern berdirinya madrasah dimaksudkan
untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin hari semakin
maju.Tantangan teknonologi, informasi dan globalisasi yang kian
meningkat.Selanjutnya era kompetetif yang dihadapkan dalam dunia
kerja mengharuskan kita untuk meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan madrasah agar dapat mensinergiskan daya saing dan
perannya dalam pembangunan sumber daya manusia dengan kebutuhan
pasar lokal, regional, nasional dan internasional. Terutama dalam
menghadapi pasar bebas. Madrasah saat ini tentu harus kita hadapi
dengan berbagai segi terutama bagaimana madrasah dapat
mengharmoniskan antara peluang dan tantangan dengan solusi yang riil,
dimana madrasah tidak saja dihadapkan dengan peningkatan kuantitas
tetapi juga dengan kualitas yang ideal guna membangun peradaban
Indonesia yang lebih baik.
D. Teori Madrasah
1. Tumbuhnya madrasah sebagai desakan kebutuhan kaum
muslimin untuk mengembangkan sistem pendidikan yang telah
berlangsung di masjid46
Dalam hal ini madrasah dipandang sebagai model sistem
pendidikan yang memperbaharui sistem pembelajaran yang sudah
berlangsung sebelumnya. Hal semacam ini dapat ditemukan ketika
berdirinya madrasah pada era daulah ummayah, yang dipandang
sebagai upaya untuk mengembangkan sistem pembelajaran ilmu-ilmu
agama seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, ulumul hadits, tafsir dan
ilmu tafsir, qiraat,ilmu kalam, fih, ushul fih dan lain sebagainya.47 Pada
Era Abbasiyah, madrasah mengalami peningkatan terutama dalam
bidang pengembangangan disiplin ilmu. Sebelumnya madrasah lebih
46Ahmad Syalabi dalam Hanun Asroha, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta,
Logos,Wacana Ilmu, Cet. , 1999.. hal. 99. 47 K.Ali,,Loc. Cit., hal. 408.
42
fokus dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, era ini ilmu-ilmu yang
lainnya mengalami perkembangan yang sangat pesat diantaranya ilmu
alam, fisika, kimia, matematika, astronomi, sosiologi, filsafat dan lain
sebagainya.48 Kalau difahami pada era ini, posisi madrasah lebih
bertumpu pada fungsinya untuk mengembangan tradisi
mengembangkan tradisi ilmu pengetahuan, artinya madrasah
berkembang seiring dengan tuntutan zaman, tuntutan sosial atau
tantangan perubahan sosial.
2. Teologi
Belum terlalu jauh dari ketidaan Nabi Muhammad SAW, telah
tumbuh berkembang aliran,aliran, sikte, faham dalam Islam, yang isinya
bisa disamakan dengan aqidah atau bentuk pemahaman keyakinan
seperti aliran Syi’ah, aliran Muktazilah, Sunni, Khawarij, Murji’ah dan
Jabariah, aliran ini selanjutnya memiliki tokoh-tokoh dan pengikut yang
tumbuh dan berkembang serta menyebar di seluruh dunia muslim.
Realitasnya faham-faham ini juga ikut serta mempengaruhi tentang
kegiatan kehidupan bahkan mengubah pandangan (idealogi) yang
menggerakkan pemikiran dan pola-pola dalam mensiasati berdirinya
halaqoh-halaqoh Islam.49 Faham ini juga telah ambil bagian untuk
menyokong berdirinya lembaga pendidikan, karena difahami bahwa
pendidikan tidak mungkin bisa dilepaskan dari suatu keinginan atau
pandangan (ideologi) yang berkembang saat itu. Seperti madrasah-
madrasah yang ada pada masa Dinasti Ummayah kebanyakan
mengikuti faham Sunni seperti yang ada di damaskus, Syeria. Kasus
lain madrasah-madrasah yang didirikan pada era Spanyol Islam, sejak
daulah Fatimiyah menganut faham Syi.i lembaga-lembaga pendidikan
semisal madrasah juga tidak bisa dipisahkan dari faham yang dianut
oleh tokoh, negarawan atau masyarakat pada era itu. Dalam lain hal
pengaruh pandangan rasionalis Muktazila Harun Al-Rasyid, dan Al
makmun, era Dinasti Abbasiyah, juga tidak kalah sengitnya mendorong
berdiri lembaga-lembaga pendidikan, penelitian, pusat,pusat
penerjemahan, untuk diarahkan kepada gerakan rasionalis. Hal tersebut
mungkin juga berlaku di luar dunia Arab, karena setelah faham-faham
tersebut banyak diikuti oleh masyarakt muslim di India, Indonesia dan
48Ibid. 49Abudin Nata, Op. Cit., hal. 54.
43
lainnya yang juga banyak tumbuh faham semisal Sunni, syi’ah,
Wahhabi, dan lain sebagainya. Tentu kenyataan yang biasa terjadi
bahwa lembaga-lembaga pendidikan tidak pisah dipisahkan dari
gerakan faham-faham yang berkembang saat itu.
3. Ideologi
Penanaman ideologi-ideologi negara, sesuai denga pandangan
keagamaan pemimpin atau sulatan/kepala negara. Contoh, Sunni Era
Ummayah, di Kupa dan Basra50, Muk,tazila era Abbasiyah, Syiah Era
Fatimiyah di Marokoh/Afrika dan di Mesir,51 dan lain-lain.
Madrasah sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai
keagamaan sesuai dengan pungsinya sebagai lembaga pendidikan yang
berbasiskan agama, maka kedudukannya tidak boleh lepas dari peran
dan fungsinya untuk mengembangan nilai-nilai kegamaan, seperti nilai-
nilai pendidikan yang ditujukan kepada siswa, atau anak didik. Bahkan
mungkin yang satu ini lebih utama karena pewarisan nilai-nilai kepada
generasi akan menentukan masa depan kehidupan. Artinya madrasah
tidak saja sebagai pusat studi pengembangan ilmu agama atau ilmu
pengetanuan atau ideologi semata yang bersifat kognitif, tetapi pada
tataran lainnya tidak meninggalkan eksistensi dan substansi sebagai
lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang bertanggung jawab untuk
membina dan mengembangkan nilai-nilai agama dalam realitas sosial.
Gerakan politik di dunia khususnya yang bersifat evolusi jarang
tidak memanfaatkan lembaga pendidikan untuk menyokong atau
memperkuat gerakannya. Bahkan pendidikan seringkali dijadikan ”pusat
indoktrinasi politik”52, walaupun seringkali bahwa lembaga pendidikan
harus dinyatakan setriil dari kepentingan politik, tetapi jarang dipisahkan
bahwa lembaga pendidikan sering kali menjadi perpanjangan kepentingan
politik dari penguasa yang memiliki afiliasi dengan ideologi atau
pandangan tertentu dengan faham-faham keagamaan.
4. Tantangan Sosial
Untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat, madrasah selain
diposisikan untuk mempersiapkan anak didik memiliki ilmu
50 K. Ali, Op. Cit., hal. 337. 51Abudin Nata, Op,Cit, hal 49. Dan 91. 52Abudin Nata,Op. Cit., hal. 57.
44
pengetahuan baik agama maupun umum, lebih dari pada itu madrasah
juga dituntut untuk memberikan nilai-nilai kebutuhan praktis yang
sangat diperlukan dalam menghadapi seluruh sektor kehidupan, yaitu
wawasan, sikap pandangan, kecakapan, keterampilan, kemadirian, skiil,
agar anak-anak atau peserta didik ataupun masyarakat pendidikan yang
di keluarkan dari institusi madrasah dapat membangun tatanan
kehidupan yang ideal yang mandiri dan yang sesuai dengan tujuan dan
nafas Islam untuk kesejahteraan dan kemaslahatan hidup manusia
banyak. Hal tersebut sehingga madrasah dapat dilihat eksistensi
instusinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang ideal dan Islami dan
berdikari dan secara substansi madrasah dapat merealisasikan tujuan
ajaran Isam untuk mengejewantakan nilai-nilai yang dikandungnya
untuk membangun nilai-nilai sosial sehingga tercipta masyarakat yang
saling memahami berbagai kebutuhan sosial dan dapat memahami
berbagai perpedaan pandangan dan aliran pemikiran, bahkan perbedaan
keyakinan.
E. Eksistensi Madrasah
Pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia dilakukan dengan
sistem pendidikan yang tertua yaitu pondok pesantren, lembaga
pendidikan Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon dan
sebagainya.Pendidikan ini dalam perspektif modern dianggap agak
unik, karena lembaga ini dalam pelaksanaannya tidak menggunakan
kurikulum, sistem jenjang, metodenya pun tidak biasa dilakukan di
sekolah-sekolah seperti metode pengajian, seperti sorogan, weton,
dengan menggunakan mengajar secara verbalistik.53
Akan tetapi bagaimanapun juga bahwa lembaga ini telah
berfungsi menjalankan misi Islam dan pendidikan sekaligus sebagai alat
tranmisi dan tranfsormasi ilmu pengetahuan, pandangan, nilai-nilai,
nilai sosial, dan nilai budaya dalam waktu yang relatif lama dari
generasi ke generasi berikutnya yang diakui telah menghasilkan para
ulama, dan tokoh pendidikan yang senantiasa aktif melakukan tugasnya
dalam pendidikan dan kehidupan umat.54Secara efektif lembaga
53Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,
hal.121. 54Samsyul Nizar, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
Sampai Indonesia, Kencana: Jakarta, 2008, hal. 60.
45
pendidikan ini telah berhasil menjaga kesinambungan transformasi
kultural masyarakat bangsa Indonesia yang sangat pluralis kaya akan
suku bangsa dan pandangan hidup dan tradisi lokalnya.
Dalam waktu yang relatif panjang lembaga pendidikan ini cukup
berkesan di hati masyarakat Indonesia, sehingga pendidikan ini terasa
dimiliki oleh masyarakat yang kemudian pendidikan ini menjadi alat
untuk menjaga nilai-nilai Islam dan budaya yang efektif sekaligus
madrasah sebagai agen perubahan sosial yang selektif.
Dengan perubahan sosial dan tuntutan perkembangan zaman,
madrasah diharapkan dapat merespon realitas era mendatang yang
meliputi dua aspek yaitu yang pertama, kebutuhan global sekaligus
kebutuhan individual serta yang kedua, kebutuhan nasional. Kebutuhan
masyarakat dunia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi informasi,
sedangkan dalam skala nasional yaitu bagaimana kedudukan lembaga
ini dalam memenuhi kebutuhan pembangunan Indonesia.55Kebutuhan
yang dimaksudkan di atas adalah kebutuhan kemanusiaan dan bangsa
sesuai dengan tuntutan zaman, hingga kemudian lembaga pendidikan
tersebut dapat mengikuti perkembangan dan penyesuain terhadap
dinamika zaman. Kebutuhan nasional maupun lokal tersebut mesti di isi
oleh landasan ajaran agama atau keyakinan agar semua misi
pembangunan dapat berjalan secara seimbang
Memang diakui bahwa dalam sejarah ke emasan Islam madrasah
sebagai salah bentuk lembaga pendidikan yang pernah suskes
menjalankan misi akademisi. Seperti madrasah Nizamiyah di Baghdad,
yang telah berhasil memberikan kontribusi bagi kegiatan intelektual dan
sekaligus membina peradaban Islam. Sebagaimana kata ahli, sesuai
dengan istilah madrasah itu sendiri mengandung arti “tempat atau
wahana untuk mengenyam proses pembelajaran”. Kemudian secara
teknis, madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal
dan memiliki konotasi spesifik, sekaligus bahwa madrasah adalah
sebagai institusi penting dalam peradaban Islam”.
Selain eksistensi madrasah itu, bahwa lahirnya madrasah
sebagai lembaga formal merupakan perubahan dari sistem pengajaran
dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di masjid-masjid.
Kemudian ada ahli lain mengatakan bahwa periode awal berdirinya
55Arief Furchan, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan Globalisasi,
dalam Makalah, 2014.
46
madrasah di insipirasikan oleh pengkajian-pengkajian yang ada di
bait’al hikmah”, yaitu suatu pengkajian ilmu pengetahuan yang ada di
perpustakaan besar waktu itu, yang sebelumnya lebih mengarah kepada
aktivitas penterjemahan karya-karya latin, Romawi, Yunani, Fersia ke
bahasa Arab. Sehingga waktu berikunya pengkajian tersebut
berkembang menjadi institusi pendidikan formal yang kemudian di
sebut madrasah.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif
lebih muda dibanding pesantren. Ia lahir pada abad 20 dengan
munculnya Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905
dan Sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di
Sumatera Barat tahun 1909.56 Madrasah berdiri atas inisiatif dan
realisasi dari pembaharuan sistem pendidikan Islam yang telah ada.
Pembaharuan tersebut, menurut Karl Steenbrink (1986), 57meliputi tiga
hal, yaitu:
1. Usaha menyempurnakan sistem pendidikan pesantren,
2. Penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, dan
3. Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren
dan sistem pendidikan Barat.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini
ditempatkan sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan
nasional. Munculnya SKB tiga menteri (Menteri Agama, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri dalam Negeri)
menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah cukup kuat beriringan
dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya SKB tiga menteri
tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi peningkatan mutu
madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun kurikulumnya.58 Di
dalam salah satu diktum pertimbangkan SKB tersebut disebutkan
perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada madrasah agar lulusan dari madrasah dapat
melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
56Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung Mizan,
1998, hal. 23. 57Karl Sternbrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta, LPES, 1996,
hal. 4. Dalam raharjo, 2008.
58Malik Fadjar, 1998, Op. Cit., hal. 28.
47
F. Sistem Kelembagaan Madrasah
Kalau dilihat sejarah pelaksanaan pendidikan Islam di
Indonesia, jauh sebelumnya, memang sudah berdiri lembaga-lembaga
pendidikan Islam misalnya pondok pesantren, lembaga pendidikan
Surau di Sumatera Barat, Rangkang di Cerebon, Menasak di Aceh, dan
sebagainya. Lembaga pendidikan ini, khususnya pondok pesantren telah
mengakar di Pulau jawa dan di beberapa daerah lainnya. Selain itu
lembaga pendidikan ini dalam perspektif modern dianggap agak unik,
karena lembaga ini dalam pelaksanaannya tidak sama dengan sistem
pendidikan modern saat ini. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di atas
telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya
mencerdaskan kehidupan masyarakat dan telah ambil bagian dalam
memberikan pondasi bagi terbentuknya sistem pendidikan berikutnya.
Sebelum kemerdekaan lembaga-lembaga pendidikan Islam
hampir seluruhnya diselenggarakan oleh pihak masyarakat atau swasta,
karena pemerintah Belanda memiliki pendidikan khusus yang sistem dan
muatannya juga berbeda dengan sistem pendidikan pribumi. Kemudian
seiring dengan perkembangan zaman,khususnya setelah Indonesia
berdaulat penuh atau telah merdeka, nampaknya pelaksanaan pendidikan
Islam tidak saja di emban oleh masyarakat atau pihak swasta. Namun
pasca kemerdekaan lembaga pendidikan umum yang di dirikan oleh
pemerintah juga ikut menyelenggarakan pendidikan agama Islam di
sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai ke jenjang
Akademi dan Perguruan Tinggi.59 Selain itu setelah
kemerdekaan pemerintah juga secara luas ikut menyelenggarakan
pendidikan Islam mulai dari sekolah tingkat dasar atau madrasah
Ibtidaiyah, kemudian ada sekolah setingkat sekolah menengah pertama
atau yang disebut madrasah stanawiyah, ada sekolah tingkat menengah
atas atau madrasah Aliyah, bahkan ada yang setingkat sekolah tinggi,
institute dan universitas, seperti sekolah tinggi Islam, Institut Agama
Islam Negeri,dan sekarang telah berkembang menjadi Universitas Islam
negeri atau UIN yang penyelenggaraannya di bawah pembinaan
kementerian Agama Republik Indonesia. Bahkan sekarang
59Muhaimin.Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,
Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan). Bandung;
Nuansa Cendekia., 2003, hal. 13.
48
penyelenggaraan pendidikan agama Islam telah terkoneksi terakumulasi
antara pihak kementerian agama dengan kementerian pendidikan dan
kebudayaan terutama dalam hal penyelenggaraan kurikulum serta
kebijakan-kebijakan lainnya.
Menurut Muchtar Bukhari, kalau diklasifikasikan paling tidak
ada beberapa praktik pendidikan Islam di Indonesia yang pada umumya
dibagi menjadi empat bagian:
1. Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan yang
diselenggarakan secara tradisional.
2. Pendidikan madrasah ialah pendidikan yang diselenggarakan di
lembaga-lembaga pendidikan model Barat yang menggunakan
metode-metode pengajaran klasik dan berusaha menanamkan nilai-
nilai Islami sebagai landasan hidup dalam diri setiap peserta didik.
3. Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yaitu pendidikan Islam
yang dilakukan melalui pengembangan sarana pendidikan yang
bernafaskan Islam di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan
program yang sifatnya umum.
4. Pendidikan Islam yang diselengarakan di lembaga pendidikan umum
sebagai bagian dari mata pelajaran / mata kuliah.60
Selanjutnya sampai sekarang ini pemerintah telah melibatkan
diri dalam penyelenggaraan ponpes dan madrasah atau melebur dan
memberikan keleluasaan bagi penyelenggara pendidikan untuk
mengelola pendidikan sesuai dengan kebutuhan agama dan kebutuhan
zaman, termasuk untuk memenuhi tuntutan globalisasi dengan
mendorong agar madrasah dapat menyiapkan lembaganya agar dapat
menggunakan perangkat pembelajaran dengan sistem teknologi modern
yakni sistem teknologi, informasi dan komunikasi (ICT) yang
berkembang saat ini dan sudah masuk di dalam sekolah dan system
pembelajarannya.Sejak dari awal dan sampai mengalami perkembangan
pada saat ini, madrasah di Indonesia mengalami peningkatan yang
sangat pesat. Sekarang jumlah madrasah di setiap jenjang mulai dari
tingkat Raudhatul Alhfal (RA), madrasah Ibtidiyah (MI), Madrasah
Stanawiyah (MTS), dan madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta
atau sebaliknya sangat menggembirakan.
60Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam
Renungan). Yogyakarta; Tiara Wacana, 1994, hal. 100
49
Tabel 1
Jumlah Madrasah RA, MI, MTS, MA Di IndonesiaSaat Ini:
No Nama Madrasah Perjenajng Kuantitas Angka
1 Raudhatul Alfhal Jumlah 27.999
2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jumlah 24.560
3 Madrasah Stanawiyah (MTS) Jumlah 16.934
4 Madrasah Alihay (MA) Jumlah 7.843
Keseluruhan Jumlah 77.336
Sedangkan kalau dilihat dari angkah perbandingan antara
madrasah swasta dan negeri saat ini cukup tinggi, dari total 49.334
madarasah dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Stanawiyah, sampai
dengan Madrasah aliyah yang ada di Indonesia tanpa mengikutkan
jenjang Raudhatul Alhfal. Sekitar 92 % adalah madrasah berstatus
swasta, dan hanya 7.9 % madrasah yang berstatus negeri. Atau kalau
diklasifikasikan dalam angkah dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambaran Angkah Perbandingan Madrasah Swasta dan
Madrasah Negeri di Indonesia Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Stanawiyah dan Madrasah Aliyah:61
Tabel 2
Gambaran Guru Madrasah Negeri dan Swasta di Indonesia
NO Madrasah
Perjenjang
Kuantitas Angkah
1 MI Negeri Jumlah 1.686
- MI Swasta - 15.497
2 MTS Negeri Jumlah 1.437
- MTS Swasta - 15.497
3 MA Negeri Jumlah 763
- Swasta - 7.080
Keseluruhan Jumlah 49.334
61Google, Emispendis Kemenag../Madrasah, 1516./Jumlah Keseluruhan
Madrasah di Indonesia, MI, MTS, MA., antara tahun 2011-2018
50
Tabel 3
Prosentase Madrasah Negeri dan Swasta di Indonesia
NO Status Madrasah Kuantitas Angkah
Prosentase
1 Madrasah Negeri 7.9 %
2 Madrasah Swasta 92.1 %
- Jumlah 49.334 100 %
Sedangkan jumlah Pondok Pesantren di Indonesia sebanyak
84.966 Mulai madrasah Diniyah sampai Takmiliyah.Jadi hampir bisa
diprediksi bahwa seluruh Pondok pesantren memilikilembaga
pendidikan Madrasah, minimal madrasah diniyah.
Kalau dilihat dari gambaran kuantitas madrasah tersebut diatas,
dapat dilihat betapa tinggi partisipasi atau keterlibatan masyarakat
dalam membangun dan mendirikan madrasah.Perabandingan yang
siginifikan antara keberadaan madrasah yang berstatus swasta dan
negeri menunjukkan bahwa tanggung jawab masyarakat Indonesia
terhadap pendidikan sangat tinggi.Hal tersebut diatas dapat dilihat
bahwa kontribusi masyarakat dalam upaya peningkatakan kualitas
sumber daya manusia dari hari ke hari semakin mengembirakan.Dengan
demikian masyarakat pada prinsipnya sudah lama memiliki kesadaran
yang sangat tinggi untuk ambil bagian dalam dunia pendidikan. Karena
kalau dilihat keberadaannya memang pendidikan termasuk kebutuhan
yang sangat urgen (penting) dalam kehidupan, bahkan termasuk salah
satu bagian hak azazi manusia. Selain itu masyarakat telah sangat
memahami dari awal bahwa tugas dan tanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan bukan hanya terletak kepada pihak
pemerintah saja sebagai penyelenggara negara.Tetapi lebih dari itu
sudah menjadi kebutuhan dan sekaligus kemandirian yang tidak bisa
dielakkan. Kalau dilihat dari angkah 92.1 % madrasah ada di pihak
swasta, dan berbanding 7.9 % madrasah negeri, maka mungkin akan
sangat sulit dan terlalu besar kalau beban tersebut dilimpahkan
semuanya kepada pihak pemerintah. Oleh karena itu tanggung jawab
dan keterlibatan pihak swasta dalam pembangunan pendidikandi
Indonesia tidak bisa dianggap enteng. Oleh karena itu tantangan ke
depannya sudah berbicara bagaimana menyiapkan lembaga pendidikan
(madrasah) yang siap menghadapi persaingan global yang tetap
51
mengedepankan nilai-nilai solidaritas, kebersamaan menuju keunngulan
bersama untuk melahirkan kebaikan (khasana) yang mulia. Dengan kata
lain tidak melahirkan invidu-individu yang individualis yang
mengutamakan diri sendiri atau bersifat ekseklusif.
Akan tetapi kalau meruntut hal diatas memang begitulah
realitasnya, namun yang tidak kalah pentingnya selain kita tetap harus
meningkatkan kebutuhan terhadap madrasah dari segi penambahan
jumlah, pada sisi lain kita tetap harus meningkatkan pada sisi
kualitasnya. Kualitas madrasah pada dasarnya sama halnya dengan ruh
madrasah itu sendiri. Karena bagaimanapun juga madrasah merupakan
wadah untuk pemberdayaan sumber daya manusia baik rohania, akhlak
dan pengetahuannya, atau fisik dan teknologi, keterampilan, dan
kemahariannya yang kesemuanya sudah tentu merupakan kebutuhan
yang juga sangat penting.
Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan
tolak ukur dalam menciptakan manusia yang berkualitas yang diawali
oleh pendidikan yang berkualitas. Menurut Rachman, titik lemah
pendidikan di Indonesia, adalah keberhasilan pendidikan yang hanya
diukur dari keunggulan ranah kognitif dan mengabaikan terhadap ranah
afektif dan psikimotor. Dalam konteks pendidikan Islam, kelemahan
tersebut rupanya bersifat menyeluruh, bukan hanya dialami pada sistem,
guru, murid, kurikulum saja bahkan juga pada metode, pendekatan, dan
materinya. Oleh sebab itu, proses pendidikan tidak hanya diorientasikan
pada pengembangan kognitif saja (transfer of knowledge) akan tetapi
juga pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga peserta didik dapat
berkembang dengan utuh antara mengetahui, merasakan dan bertindak.
Pendidikan Islam diharapkan mampu memberikan perubahan baru bagi
generasi ke depan termasuk dalam era globaliasi. Sekaligus ke depan
Pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan
makna hakiki pengembangan kualitas manusia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.62
Keseluruhan lembaga Islam pada prinsipnya mengemban misi
untuk mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini karena tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mengejewantakan ajaran Islam yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah agar dapat direalisasikan
62Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 50.
52
dalam kehidupan umat. Wujudnya adalah untuk mewujudkan insan
yang berilmu pengetahuan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, yang muaranya adalah terbentuknya manusia yang berbudi
luhur, memiliki keterampilan, sehat jasmani dan rohani. Atau yang di
istilahkan oleh Media Pidarta, melahirkan kepribadian yang mantap dan
mandiri, memiliki tanggung jawab terhadapmasyarakat dan
bangsa.63Tujuan tersebut direalisasikan dan di implementasikan secara
kontinyu atau berkesinambungan secara efektif.Peran Kelembagaan
Pendidikan Islam khususnya terhadap perkembangan zaman
dihadapkan dengan perubahan sosial dan tuntutan perkembangan zaman
yang banyak menawarkan konsepsi delematis. Dikatakan delematis,
karena salah satu sisi perkembangan zaman di era global ini
menawarkan kontribusi poisitif yang mengedepankan kemajuan.Namun
pada sisi lain, perubahan sosial dan perkembangan zaman menawarkan
nilai-nilai negatif yang bisa-bisa berdampak buruk bagi kehidupan
masyarakat banyak khususnya generasi penerus bangsa.
Masuknya gelombang baru melenium III, dan globalisasi terjadi
apa yang di sebut dengan aksi kebudayaan global (global culture
action) bagi masyarakat dunia. Pada era ini gelombang peradaban
masuk ke berbagai Negara di dunia melalui transformasi media yang
menyajikan berbagai informasi dari berbagai unsur kebudayaan di
dunia, baik kebudayaan itu bersifat positif maupun negetif. Berbagai
menu kebudayaan tersebut mudah di dapatkan dari media teknologi
tinggi informasi, seperti internet, wibsitten, blog, face book dan jenis
jaringan lainnya. Sehingga sajian menu tersebut tidak saja dapat
dinikmati oleh kalangan orang tua , kelompok dewasa, akan tetapi
remaja dan bahkan anak-anak. Oleh karenanya, jika menu tersebut
positif maka membawah arah positif bagi perkembangan moral remaja
atau anak-anak sekolah/siswa. Tetapi jika bersifat negatif maka ini akan
menjadi ancaman serius bagi generasi jika siswa/anak-anak, remaja
tidak dibarengi oleh nilai-nilai ajaran agama yang cukup bagi mereka.
dimiliki oleh anak-anak atau remaja. Karena mereka membutuhkan
filterisasi yang dapat menyaring dan membedakan mana yang benar dan
mana yang negatif.Dengan adanya alat penyaring, maka mereka
diaharapkan dapat mengambil yang positif dan meninggalkan yang
63Made Pidarta, Manajemen Pendidikan di Indonesia ,Jakarta: Renika Cipta,
1988, hal. 189-196.
53
negatif.Dan peran itu tentunya merupakan bagian dari peran
kelembagaan pendidikan Islam.
Demikian Menurut Kunandar, peserta didik harus siap
menghadapi segala tantangan dunia kerja, dan masa depan kehidupan
yang lebih jauh. Oleh karena itu siswa dituntut untuk memiliki
komponen; ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora,
dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
dengan fenomena kehidupan.64 Menurut Soegarda, Pendidikan sekarang
sebaiknya tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang sudah lama
dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan prilaku sehari-hari.
Yaitu nilai-nilai karakter mulia, kesantunan, disiplin, kejujuran,
toleransi, dan kebersamaan.65Dalam Kelembagaan Pendidikan Islam
hendaknya dibangun dengan perencanaan dan manajemen dan mampu
mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan
baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan
sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
2. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha
kecil, menengah, koperasi guna meningkatkan daya saing produk
yang berbasis sumber daya lokal.
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
guna menghadapi dunia kerja.
4. Memahami aspek perkembangan kemampuan produk nasional dan
dunia internasional khususnya untuk mendukung pengembangan
sumberdaya yang ada agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
bangsa.66
Kelembagaan Pendidikan Islam harus siap menghadapi segala
tantangan dunia kerja, dan masa depan kehidupan yang lebih jauh. Oleh
karena itu madrasah dituntut untuk menyiapkan generasi dengan
64Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum Suatu Pendekatan Preaktis dissetai Dengan Coontoh,
2013,Op. Cit., hal. 48. 65Soegarda Poerwabakawatja, dalam Abudin Nata, Op.Cit, 2012, hal. 199 66Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) , 2003, hal. 1-
100
54
komponen; ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, humaniora,
dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
dengan fenomena kehidupan.67 Solusi kongkrit bagi Pendidikan Islam
dalam menghadapi arus dinamika perubahan sosial yaitu antara peluang
dan tantangan masa depan, yaitu harus menserasikan antara berbagai
kebutuhan dunia dalam proses penyelenggaran pendidikan yang
mestinya di ramu melalui lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah.
Diantaranya, pendidikan madrasah harus terus menguatkan sistem
kurikulum agar standarnya dapat mengikuti perkembangan zaman dan
mengikuti perkembangan dunia pendidikan di Negara-negara maju.
Karena kurikulum,68dianggap salah satu sisi penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.Apalagi pengembangan kurikulum
harus dispadankan dengan kebutuhan dinamika perubahan sosial.Hal
tersebut didasarkan karena era globalisasi senantiasa menciptakan
berbagai peluang positif dan negatif, maka peningkatan kualitas
pendidikan agar dapat membaca situasi zaman salah satunya harus
dimulai dari pengembangan kurikulum.Selain itu, madrasah mesti
meningkatkan kualitas guru atau pendidik yang memiliki standar tinggi.
Proses dan pelaksanaan pendidikan, media, metode serta pendekatan
pembelajaran yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Agar Madrasah dapat senantiasa diminati maka madrasah dari waktu ke
waktu mesti dapat menyesesuaikan dengan dinamika perubahan
sosial.Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, pada
prinsipnya madrasah telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan
yang fleksibel, responsif, sesuai dengan perkembangan zaman,
berorientasi ke masa depan, seimbang, berorientasi pada mutu yang
unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis, terbuka, sepanjang hayat
dan seterusnya. Sesuai dengan sifat dan karakternya yang demikian itu
madrasah sebagai pendidikan Islam senantiasa mengalami inovasi dari
waktu ke waktu, yaitu mulai dari sistem dan lembaganya yang paling
sederhana seperti pendidikan di rumah, surau, langgar, mesjid, majelis
ta’lim, pesantren dan madrasah, sampai kepada perguruan tinggi yang
modern. Inovasi pendidikan Islam juga terjadi hampir pada seluruh
67Kunandar, Loc.Cit.
68Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori dan Praktek, Yogyakarta,
Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 88-13.
55
aspeknya, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, tenaga pengajar,
sarana prasarana, manajemen dan lain sebagainya.69 Melalui inovasi
tersebut, kini pendidikan Islam yang ada di seluruh dunia (termasuk di
Indonesia) amat beragam, baik dari segi jenis, tingkatan, mutu,
kelembagaan dan lain sebagainya.Kemajuan ini terjadi karena usaha
keras dari ummat Islam melalui para tokoh pendiri dan pengelolanya,
serta pemerintah pada setiap negara.
Madrasah tidak bisa menghindari globalisasi sebagai proses
alami ataupun menghilangkan sama sekali dampak negatif globalisasi
itu barangkali tidak mungkin. Mau tidak mau, suka tidak suka, siap
tidak siap, kita harus menghadapi globalisasi, dengan memahami segala
dampaknya, negatif maupun positif. Oleh karena itu, tantangan yang
kita hadapi sebagai kelompok elit ummat adalah: Bagaimana kita dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin dampak positif (peluang)
globalisasi itu dan meminimalkan dampak negatif (ancaman) nya.
Kalau pertanyaan itu diarahkan kepada kita para pengelola lembaga
pendidikan Islam ini, maka pertanyaan itu akan menjadi: Bagaimana
lembaga pendidikan kita dapat menyiapkan lulusan yang akan bisa
survive dalam era globalisasi ini, dan tetap dapat memainkan peranan
penting dalam kehidupan global tanpa kehilangan jati dirinya sebagai
sebagai muslim dan usaha ini seharusnya dijawab oleh pendidikan.
Madrasah dalam hal ini sebagai lembaga Pendidikan Islam hendaknya
dapat merealiasasikan cita-citanya untuk setiap saat bisa membenahi
dan menciptakan masyarakat muslim yang ideal yaitu masyarakat
muslim yang diridahi Allah SWT. Sistem madrasah adalah hubungan
yang saling kait mengkait dan saling mendukung antara dengan
berbagai unsur komponen pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan
yang direncanakan.
Pendidikan Islam sebagaimana alat dalam merealisasikan misi
Islam, memiliki masalah yang sangat komplek yang mengatur seluruh
komponen kehidupan manusia, mulai pada pandangan hidup,
keyakinan, tata khidupan, sosial, budaya, serta cita-cita manusia itu
sendiri baik secara individu maupun cita-cita bersama atau cita-cita
umat. Islam sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai universal, yang
memiliki kebenaran hakiki dan otentik, selain pokok utamanya adalah
69 Abudin Nata, Madrasah dan Globalisasi, Makalah yang dipublikasikan
tahun 2012.
56
membina hubungan yang harmonis antara seorang hamba dengan al-
khaliqnya, juga membina hubungan manusia dengan sesamanya serta
lingkungannya. Dan ini adalah sebagai ekpresi dari rasa ketundukan dan
kepatuhan terhadap Allah SWT, yang selanjutnya terbentuklah akhlak
yang baik terhadap ciptaan Tuhan yang lain. Selain itu Islam sebagai
ajaran yang mulia berlaku sepanjang zaman dan untuk seluruh
peradaban manusia dengan segala situasi apapun. Dan ajaran Islam
yang sifatnya universal itu sangat menjaga martabat manusia baik
secara individu maupun umat atau bangsa, karenanya Islam memiliki
ikatan spiritual, emosional, pandangan hidup, serta cita-cita umat
manusia yang selalu peka terhadap kehidupan dan sekaligus seluruh
problem yang dihadapinya, termasuk era globaliasi di mellenium tiga
ini dengan masalah yang ditimbulkannya merupakan tanggung jawab
Islam yang juga merupakan tanggung jawab madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam dalam menengahi, mengantisipasi dan menjawab
tantangan yang hadir bersamanya.
Islam sebagai sebagai ajaran yang mengandung nilai-nilai
universal adalah untuk seluruh umat manusia, bahkan seluruh makhluk,
yang dalam arti lain menisbahkan bahwa Islam adalah untuk kebaikan
umat manusia dalam membina dan membentuk peradaban. Madrasah
dalam hal ini sebagai alat yang dominan diyakini memiliki keunggulan
dalam merealisasikan ajaran Islam kepada generasi umat untuk
mendapatkan jalan kehidupan yang lebih baik, yaitu manusia yang
sadar akan dirinya di hadapan Tuhan sebagai Pencipta, dan memahami
dirinya sebagai individu dan makhluk sosial dan bisa menjaga realisasi
dengan alam sekitarnya. Islam adalah sebagai ajaran tentang kebaikan
dan kesucian dan keselamatan, yang utamanya adalah perbuatan
ketundukan dan keikhlasan. Oleh karenanya persoalan yang menjadi
substansi dalam Islam adalah bagaimana menjaga sifat kesucian
manusia agar tetap utuh yakni dengan jalan melakukan pengabdian
kepada Tuhan sebagai Rab-alamin dengan rasa tunduk dan ikhlas yang
kemudian bisa mengimplementasikan rasa tunduk kepada Tuhan
dengan berbuat kebaikan (hasanah) kepada sesama manusia, sesama
makhluk lainnya dan terhadap lingkungannya. Bersamaan dengan
kajian ini, Muhaimin membagai manusia menjadi tiga aspek; yaitu; (1),
aspek jismiyah, yakni keseluruhan organ fisik-biologis, isten kelenjar
dan sistem saraf; kualitas insani yang khas milik manusia, yang
57
mengandung dimensi al-nafs, al-al-aql dan al-qalb; dan (3) aspek
ruhaniyah, yakni keseluruhan potensi luhur psikhis manusia yang
memancar dari dimensi al-ruh dan al-fitrah. Secara proporsional,
nafsiyah menempati posisi antara jismiyah dan ruhaniyah. Karena
jismiyah berasal dari benda (materi), maka ia cenderung mengarahkan
nafsiyah manusia untuk menikmati segala sesuatu yang bersifat
material. Sedangkan dimensi ruhaniyah berasal dari Tuhan, sehingga ia
selalu mengajak nafsiyah manusia menuju Tuhan.70atau mengarahkan
manusia untuk melakukan perbuatan yang baik yang diinginkan oleh
Tuhan.
Sedangkan Syed Naquib al-attas, menegaskan bahwa manusia
sejak lahir telah membawa substansi immaterial yang dinamakan akal
atau jiwa yang memberikan keunikan mental atau spiritual. Jiwa atau
akal tersebut dilengkapi dengan fakultas-fakultas pikir yang berbeda-
berbeda dan menyatu dengan kehendak, ingatan, dan obeservasi yang
fungsinya membentuk aktivitas mental, yang kemudian potensi ini bisa
dikembangkan dengan melalui latihan yang dalam hal ini diperlukan
proses pendidikan.71
Dengan beberapa pendapat tersebut nyata bahwa Islam selain
ajaran yang mempercayai tentang adanya kesucian bagi manusia sejak
dilahirkan, selain itu Islam juga menghargai hakekat kesucian yang
dianugerahkan oleh Tuhan terhadap manusia. Kemudian Islam
berupaya bagaimana mengisi potensi kesucian tersebut dengan potensi
yang baik, berupa ilmu dan hikmah, dengan petunjuk wahyu Tuhan
yang merupakan pedoman hidup manusia yang paling mendasar,
karenanya keberadaannya sangat mutlak diperlukan. Ajaran Islam
sebagai agama fitrah juga merupakan pedoman untuk membina potensi
manusia yang lainnya berupa nafsu (nafs), kehendak (iradat), akal
(intelektual), agar berjalan secara harmonis sehingga tercipta
keseimbangan dalam tugas dan fungsinya, yang kemudian melahirkan
sumber insani yang sempurna.
70Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,
Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan). Bandung;
Nuansa Cendekia, 2003,hal. 11. 71Moh Nor Wan Daud, .Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Syeed M.
Naquib Al-Attas, Hamid Fahmy, M. Arifin Ismail, Iskandar Amel (Penterj.), Bandung,
Mizan. 2003, hal. 298
58
G. Guru
Guru memiliki peranan penting dalam proses pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, tanpa guru maka proses pembelajaran tidak
mungkin terjadi. Saat ini di Indonesia usaha peningkatan kualitas guru
semakin ditingkatkan.Sebagai Negara yang memiliki populasi
penduduk no 5 di dunia yang mayoritas agamanya adalah Islam,
memiliki jumlah guru yang cukup banyak.
Keadaan guru tersebut dapat dikalkulasikan dalam table
dibawah ini.Jumlah seluruh guru di Indonesia saat ini 2.755.020 Orang,
baik guru madrasah maupun non madrasah.
Tabel 4
Jumlah Guru di Indonesia
No Jumlah Prosestase
1 Jumlah Guru Laki-laki 981966 Guru 33.65 %
2 Jumlah Guru Perempuan 1.773.054 Guru 64.35 %
Jumlah Keseluruhan 2.755.020 Guru 100 %
Tabel 5
Jumlah Guru Madrasah Tahun ajaran 2015-2016
No Madrasah Perjenjang Tahun Jumlah
1 Madrasah Bustanul Alfhal 2015-2016 -
2 Madrasah Ibtidaiyah 2015-2016 269.460 Guru
3 Madrasah Stanawiyah 2015-2016 265.784 Guru
4 Madrasah Aliyah 2015-2016 129.467 Guru
- Semua Jenjang Jumlah 658.707 Guru
Tabel 6
Prosentase Guru yang Aktif dan Tidak Aktif
Tahun 2018-2019
No Status Guru Jumlah Prosentase
1 Guru Aktif 542.948 72.21 %
2 Guru Tidak Aktif 208.915 27.79 %
- Jumlah Keseluruhan 751.863 100 %
59
Tabel 7
Guru yang Sudah dan Belum di Sertifikasi
No Status Guru Jumlah Prosentase
1 Yang Sudah
Sertifikasi
383450 Guru 51 %
2 Yang Belum
Sertifikasi
368413 Guru 49 %
Saat ini boleh dikatakan bahwa seluruh madrasah telah
memenuhi standar kualifikasi guru. Guru-guru saat ini umumnya telah
memiliki ijazah jenjang pendidikan sarjana minimal SI, bahkan ada
yang sudah tingkat master dan doktoral atau S.2 dan S.3. Kondisi
tenaga pendidikan yang seperti itu banyak yang dimiliki oleh madrasah
yang berkelas dan bonafit. Terutama yang penyelenggaranya dibawah
Departemen Agama, dan madrasah swasta yang berkelas, madrasah
yang dibawah ponpes yang maju dan kaya. Sedangkan madrasah-
madrasah swasta yang belum mapan cenderung masih tertinggal baik
dari segi jenjang tingkat pendidikan, skill, keahlian, kesejahteraan pun
masih minim karena gaji atau honor mereka masih pas-pasan atau jauh
dibawah standar upa minimum regional dan nasional.72 Jadi wajar-
wajar saja kalau madrasah yang mines itu yang kondisinya disebut
“mati enggan hidup tak mau”, maksudnya ada kemauan besar untuk
meningkatkan kondisinya akan tetapi tidak berdaya kerena tidak
memiliki untuk biaya merenovasi atau meningkatkan keberadaannya.73
Memang terkadang susah diperdebatkan di negeri yang kayah
ini, siapa dan apa yang perlu disalahkan, karena realitasnya memang
masih banyak guru-guru yang terbengkalai nasipnya, hidup yang tidak
layak, berada ditempat tinggal yang kumuh. Dari kenyataan tersebut
mungkin mereka susah juga untuk mendidik ana-anak atau siswa, atau
santrinya kalau mereka sendiri masih hidup memperihatinkan. Tetapi
walaupun demikian tetapsaja kita objektif menilainya, bahwa
sesungguhnya madrasah saat initetap berangkat menuju kemajuan,
demikian juga para guru-gurunya tetap memiliki opitmismedan
72Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung Remaja, Rosda Karya, 2002, hal. 90. 73Hasil Ulasan Terhadap Nasib Guru-guru Honor di Indonesia di Tayangan
Program TV Trans7 (Pagi, Hari Senin, tanggal 18 Nopember 2019, pukul 09.00-10.00
WIB )
60
semangat yang tinggi menjalankan kewajibannya.Karena walaupun
bagaimanapun juga guru memiliki peranan penting sebagai pelita yang
senantiasa menerangi jalan-jalankegelapan menuju pencerahan.
Berdasarkan Kompetensi Guru PAI, yaitu UU Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 tahun
2007, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 yang isinya
bahwa “Standar kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.74 Profesi seorang guru harus ditunjang dengan
kepribadian mulia, ia harus memiliki sikap-sikap agar ia menjadi
seorang yang teladan dan dapat dicontoh oleh siswa dan muridnya.
Idealnya seorang guru harus memiliki unsur-unsur yaitu beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, berwibawa, stabil, dewasa, sportif dan
menjadi pigur yang ditokohkan bagi peserta didik dan
masyarakatnya.Pada sisi lain seorang guru harus memiliki kompetensi
professional, yaitu kemampuan guru dalam menguasai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.75
Kompetensi diatas dijadikan dasar pijakan dan teori dalam
mengembangkan profesi guru Pendidikan Agama Islam.Memang pada
kenyataannya tidak bisa difungkiri bahwa baik buruknya peserta didik
di sekolah ditentukan oleh peran dan fungsi guru yang salah satunya
dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Berangkat dari teori
lama bahwa bagaimanapun juga bahwa peran guru tidak bisa digantikan
oleh teknologi canggihpun, karena dalam proses pembelajaran tidak
hanya transformasi ilmu pengetahuan tidak bisa hanya melalui
perangkat teknologi semata, tetapi memerlukan sentuhan psikologis,
memerlukan pembinaan jiwa, mental bahkan pembinaan ibadah, dan
spiritual. Dalam hal ini pendidikan memerlukan arahan, bimbingan,
pembinaan, nasehat yang secara langsung harus dilakukan antara siswa
dengan guru. Oleh karena itulah diperlukan guru yang memiliki sikaf
teladan, karena denga sikap teladan akan bisa mempengaruhi peserta
didik, agar mereka menjadi lebih baik dan memiliki tatanan moral yang
mulia.
74Imron Abdul Hakim, Loman Bolam, Proyek kegiatan Program Hibah
Kompetesi (PHK) S1 PGSD,Universitas Sriwijaya Tahun Anggaran 2009, hal. 27. 75Materi Pendidikan dan Pelatihan Guru (PLPG), 2013, hal. 27-28.
61
Pendidikan merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik
agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai
anggota masyarakat dalam lingkungan alam
H. Manajemen Madrasah
1. Pengertian Manajemen
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari
keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang
berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage,
diartikan secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan
menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and
controlling a business” (Oxford, 2005).76Selanjutnya definisi
manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986) mengartikan
manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin
dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-
sumber organisasi lainnya untuk mencapai organisasi yang telah
ditetapkan. G.R. Terry (1986) –sebagaimana dikutip Malayu S.P
Hasibuan (1996)- memandang manajemen sebagai suatu proses, sebagai
berikut: “Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating and controlling performed to sdetermine and
accomplish stated objectives by the use of human being and other
resources”. Sementara, Malayu S.P. Hasibuan (1995)77 dalam bukunya
“Manajemen Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan
syariah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam
beraktivitas untuk menggapai keridloan Allah SWT.78
Kalau dirahkan terhadap manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,
76Oxford, Learner’s Pocket Dictionary.. Act of Running and Controlling a
Business, Newyork, Oxford University Press, 2005, hal. 110. 77Hasibuan, S.P. Malayu., Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan II.
Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1995, hal.1-10. 78Ismail, M. Yusanto, Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,
Khairu Bayan, 2003, hal.1-10.
62
menengah, maupun jangka panjang.79 Manajemen atau pengelolaan
merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak
mungkin tujuan pendidikan dapat direalisasikan secara optimal, efektif
dan efesien.
Manajemen madrasah mengandung arti sebagai suatu proses
kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan. Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran
untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas menajemen
pendidikan, baik yang dilakukan pemerintah maupun lembaga
pendidikan dalam hal ini juga madrasah. Manajemen madrasah
merupakan tanggung jawab penyelenggara pendidikan baik dari
pemerintah maupun swasta, sehingga hal ini mempuyai dampak pada
pendanaan pendidikan. Artinya anggaran belanja negara bidang
pendidikan hanya dialokasikan kepada lembaga-lembaga pendidikan
umum yang berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional,
sedangkan pendidikan Islam tidak diambil dari anggaran negara bidang
pendidikan, tetapi dari anggaran salah satu sub bidang dalam wilayah
Kementeraian Agama, sehingga anggaran pembiayaan pemerintah
untuk pendidikan Islam jauh lebih kecil dibandingkan untuk pendidikan
umum. Sedangkan manajemen pendidikan madrasah biayanya
ditanggung oleh pihak swasta atau masyarakat. Namun sekarang ini
sepertinya pihak pemerintah juga turut membantu meringankan beban
sekolah-sekolah swasta termasuk madrasah sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah.80
Ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus
dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan,
diantaranya:
1. Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil
lembaga pendidikan.
2. Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi atau
lembaga pendidikan tersebut diadakan.
79Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2007,hal. 25. 80 Wawasncara dengan Kepala MTS Fajar Siddiq Kota Palembang, Terhadap
Kebijakan Pemerintah dalam Kurikulum Nasional Madrasah, Implementasinya tahun
2013.
63
3. Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan
pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
4. Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk
pelaksanaan lainnya.
5. Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala
pengkajian
6. Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan
pengawasan.
7. Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja),
pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
8. Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (dana) material dan
tempat.81
Manajemen merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan
sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik,
masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan prasarana
pendidikan, evaluasi, tata laksana dan lingkungan pendidikan.82Dalam
konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga
madrasah, diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan
pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang
direncanakan.
Rencana, meliputi1: Visi Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi,
Kebijakan, Prosedur dan Kebijakan, Program,
Anggaran.83Pengorganisasian, Fungsi manajemen dapat dilihat terdiri
dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan
yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan
untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan
mendelegasikan wewenang.84
Dalam konteks madrasah, pengorganisasian merupakan salah
satu aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya
kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. madrasah sebagai
suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu
81Rusyan, A. Tabrani. Manajemen Kependidikan. Bandung: Media Pustaka,
1992, hal. 49 82Mulyasa, 2007, Op.Cit., hal. 11 83Kadarman, A.M. et.al, Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,
Gramedia,1996: 56 84David, R. Fred., Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan).
Jakarta, Indeks. 2004: 75
64
sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan,
personil, manajemen, teknologi, siswa, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, evaluasi, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan
sosial budaya.Organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan
menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya
bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari
keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru dapat dicapai oleh
organisasi pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun
struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3)
Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima, 4)
Membagi sumber daya infrastruktur dan karyawan yang ada dalam
pekerjaan.85Serta mengoorganisasikan seluruh struktur dan komponen
dalam madrasah. Namun dalam penerapannya tidaklah mudah seperti
apa yang kita bayangkan.
2. Actuating (pelaksanaan)
Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.86Di dalam kepemimpinan
pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi
konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang,
profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama
yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan
pemimpinnya.87Ada tiga keterampilan pokok yang berlaku umum
bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga pendidikan,
yaitu:
1. Teknis keterampilan menggunakan pengetahuan,metode, teknik dan
peralatan yang diperlukan.
2. Teknis keterampilan melakukan penilaian pekerjaaan orang dan tata
letak benda.
85Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa , 1985, hal. 1-
100-199. 86Kadarman, 1996, Op. Cit., 90. 87Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Pengantar Operasional
Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hal.1-99-199.
65
3. Keterampilan kemampuan konseptual untuk memahami
kompleksitas organisasi secarakeseluruhan dan dimana operasi
sendiri sesuai dalamorganisasi.88
3. Controling (pengawasan/pengendalian)
Pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain
sistem umpan balik informasi; agar efekif dan efisien guna tercapainya
tujuan madrasah.89Dalam konteks pendidikan pengawasan program
pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus diterapkan
sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap seluruh kinerja.
2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara sistematik,
3. Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif.
4. Pengawasan yang dilakukan secara periodik.90
4. Efektifitas Manajemen Madrasah
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap
pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas
(ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan baik dalam
pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif
syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan:
a) Manajemen Kurikulum
1. Mengupayakan efektifitas perencanaan
2. Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3. Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4. Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
b) Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher
development), meliputi (Pengembangan Staff dan Guru):
1. Training (Pelatihan)
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
88Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cetakan I. Jakarta:
Ciputat Press, 2005, hal.1-198-198. 89Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,
2003, hal 1-99-197. 90Depdiknas, 1999, Op. Cit., hal. 1-199.
66
3. Pelayanan pendidikan baik di dalam maupun maupun ke luar
sekolah.
c) Manajemen Siswa
1. Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2. Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan
Program, Ekskul)
3. Pemberdayaan OSIS
d) Manajemen Keuangan
Meminjam isilah Mulyasa dibutuhkan manajemen hubungan
sekolah atau madrasah dan masyarakat adalah: 1). Untuk
mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari
madrasah, 2). Untuk menilai program madrasah, 3). Untuk
mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak didik, 4). Untuk mengembangkan
kesadaran tentang pentingnya pendidikan madrasah 5). Untuk
membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat, 6). Untuk
memberitahu masyarakat tentang pekerjaan madrasah, 7). Untuk
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan
peningkatan program madrasah.91
5. Upaya Mengatasi Problem Manajemen Dalam Madrasah
Dalam peningkatan mutu pendidikan, seharusya ada terjalin
hubungan antara madrasah dengan orang tua peserta didik
dimaksudkan agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan yang
direncanakan dan dilaksanakan di madrasah untuk kepentingan
peserta didik dan juga orang tua peserta didik mau memberi
perhatian yang besar dalam menunjang program program
madrasah.Terjalinya madrasah dengan masyarakat bertujuan
memelihara kelangsungan hidup pendidikan dan memproleh bantuan
dan dukungan dari masyarakat dalam rangka mengembangkan
pelaksanan program program madrasah.92
Upaya Mengatasi Problem Sarana dan Prasarana Dalam
Pendidikan Agama Islam. Sarana pendidikan sangat menunjang dalam
91Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja Rosdakarya,
2004, hal. 199. 92Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar. 2003, hal. 197
67
proses belajar mengajar, hal ini akan menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah.diantaranya adalah:
a. Gedung sekolah/madrasah yang memadai sehingga membuat peserta
didik senang dan bergairah belajar di dalam madrasah.
b. Madrasah harus memiliki perpustakaan dan dimanfaatkan secara
optimal baik oleh pendidik atau peserta didik.
c. Adanya alat alat peraga yang lengkap akan sangat membantu
pencapaian tujuan pendidikan.
d. Adanya alat sarana untuk ibadah.
e. Upaya Mengatasi Problem Lingkungan dalam Pendidikan Agama
Islam
f. Suasana keluarga yang aman dan bahagia, itulah yang diharapkan
akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa
anak didik yang dibesarkan dalam keluarga.
g. Lingkungan masyarakat agamis akan dapat menunjang keberhasilan
pendidikan dan sebaliknya lingkungan yang tidak sehat akan dapat
menghambat menyebabkan terhambatnya dalam proses belajar
mengajar.
h. Orang tua yang belum memahami arti nilai nilai agama Islam akan
mempengaruhi terhadap pendidikan anak.93Manajemen dalm
pendidikan Islam memerlukan kerjsama yang baik antar berbagai
komponen, mulai dari kepala madrasah, penyelenggara pendidikan,
masyarakat, keluarga sebagai wali murid, pemanfaatan sarana dan
prasarana semuanya memerlukan organisasi dan pengaturan agar
dapat berjalan dengan lancar dan dapat membuahkan hasil yang
produktif dan semunya dijalankan atas dasar untuk kemaslahatan
umat dan dan perbaikan generasi yang akan datang. Terutama
berhubungan dengan era global sangat memerlukan sistem
manajemen yang unggul, karena era global kehidupan semakin
canggih sehingga tantangan tersebut perlu diiringi dengan
manajemen yang baik.
6. Hubungan Manajemen Madrasah Untuk Menghadapi Era Global
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang
masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan
93Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja),Jakarta,
Perhalindo Janna, 1998, hal. 185.
68
paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi
pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik inilah
diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat
peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi
pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen
yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino
(positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, Sumber Daya Manusia,
pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.Untuk
menuju point education change (perubahan pendidikan) secara
menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus
diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan
out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan
yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan
pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan
tertinggal dari modernitas.Manajamen pendidikan perlu melibatkan
berbagai pihak yang terkait agar semuanya berjalan lancar, diantaranya;
adanya kerjasama antara para guru, kepala sekolah, tata usaha, staf
sekolah, penjaga sekolah, masyarakat, orang tua, pemerintah atau
instansi yang terkait dengan pendidikan.Selain itu manajemen
memerlukan organisasi dan aturan yang jelas agar semuanya dapat
memenuhi kepentingan berbagai pihak.Oleh karena itu manajemen
pendidikan diupayakan agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya
untuk mencapai hasil maksimal. Sehingga pendidikan Islam dapat
mengikuti perkembangan zaman terutama era global yang banyak
dipikirkan sebagai era kompetetif dan era persaingan diantara sumber
daya manusia agar bisa survive. Jika manajemen pendidikan sudah
tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar
tentang pelayanan madrasah yang buruk, minimnya profesionalisme
tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga
kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan
pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar:
planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan
sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi
hakikatnya adalah juga amal perbuatan organisasi yang bersangkutan.94
94Ibid.
69
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah
menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi
pencapaian ridha Allah SWT.Bila perbuatan manusia memenuhi dua
syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal),
yakni amal terbaik di sisi Allah SWT.Dengan demikian, keberadaan
manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk
memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi
tersebut.Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya
Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan
organisasi.Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama organisasi
yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas
organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai
asas atau landasan pola pikir dalam beraktivitas.Sedangkan sebagai
kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan.Tolok
ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal atau
haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang
muslim, sementara yang haram akan ditinggalkan semata-mata untuk
menggapai keridloan Allah SWT.
Manajemen madrasah dibuat untuk di implementasikan sebaik-
baiknya pada suatu lembaga pendidikan guna meningkatnya level
kesejahteraan kehidupan bangsa dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, agar pendidikan yang ada dapat bersaing pada tantangan
pendidikan global dengan Negara-negara lain, serta mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, dengan membentuk manusia
berakhlaq mulia yang harus mendapatkan pembinaan mental, moral,
fisik, dan pembinaan artistik yang dibutuhkan untuk pengembangan
Negara Indonesia, dan itu adalah sumber daya manusia yang pintar,
cerdas dan berilmu pengetahuan luas hingga menjadi bangsa yang
berintelektualitas tinggi. Dan kita sebagai umat Islam berharap Nilai-
nilai Islamlah yang sesungguhnya pantas menjadi payung strategis
hingga taktis seluruh aktivitas kehidupan untuk pencapaian ridho Allah
SWT.
I. Kurikulum Madrasah
Pada dasarnya kurikulum nasional tahun 2013 telah
diberlakukan di berbagai madrasah di seluruh Indonesia mulai dari
70
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Stanawiyah (MTS), Madrasah
Aliyah (MA) baik itu yang berstatus negeri maupun yang dikelolah oleh
pihak swasta yang ada dibawah pembinaan Kementerian Pendidikan
Nasional, maupun di bawah pembinaan Kementerian Agama. Dan
kurikulum ini telah di impelementasikan pada sekolah-sekolah sesuai
dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah-dearah,
menyangkut tentang potensi-potensi daerah yang dapat dijadikan
sebagai bahan pengembangan muatan lokal (Mulok), yang kemudian
dijadikan sebagai kurikulum sekolah atau esktra kurikuler.Hal ini
dimungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi masyarakat
(skiil/keahlian) dan potensi sumber daya alam sebagai modal kekayaan
dalam rangka mengembangkan diri dan mengembangkan alam
sekitarnya sehingga dapat dimanfaatkan atau diberdayakan untuk
kepentingan kehidupan sosial dan budaya bangsa.Nilai-nilai budaya dan
kekayaan alam, dianggap penting untuk dikelolah dikembangkan dan
diwariskan kepada generasi selanjutnya yang kontinyu atau
berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek sakral yaitu nilai-nilai agam
dan nilai pendidikan-Nya yang dapat dijadikan ciri sebagai masyarakat
yang beragama dan berbudaya. Selain itu pada tahapan pertama,
kurikulum madrasah memiliki struktur atau tingkatan (herarkis) mulai
dari pendidikan agama, pendidikan umum/pengetahuan umum, serta
aspek kesenian, budaya, dan pendidikan kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan tahapan kedua, adalah bagaimana impelementasinya di
sekolah sesuai kemampuan dan kebutuhannya.Ketiga, rana pendidikan
dan pengetahuan tersebut merupakan tiga aspek penting yang telah
dipersiapkan dalam rangkah menghadapi persoalan penting baik yang
sangat sakral (maha penting), maupun yang dianggap penting dan
pendukung lainnya dalam menhadap era kemajuan, era kompetesi
dalam percaturan perang global yang saat ini mulai berlangsung pada
hampir di semua kawasan dunia.Madrasah dengan kurikulum yang
tersebut kiranya siap-dan tidak siap sesungguhnya siap dalam
menghadapi perang kompetesi dunia global yang menuntut keahlian
dan potensi pengelolaan jasa kemanusiaan dan jasa sumber daya budaya
dan sumber alam yang diramu memalui kekuatan dunia pendidikan.
Pelaksanaan kurikulum 2013penentuan sturuktur kurikulum
2013 di madrasah Ibtidiyah berdasarkan pada peraturan menteri dan
kebudayaan nomor 67tahun 2013, tentang kerangkah dasar dan
71
sturuktur kurikulum sekolah dasar/madrasah yang kemudian
ditegaskan melalui keputusan menteri Agama RI, nomor 117 tahun
2014 tentang impelemtansi kurikulum 2013 di madrasah dan
keputusan menteri agama no 165 tahun 2014 tentang pedoman
kurikulum madrasah tahun 2013 mata pelajaran pendidikan agama
dan bahasaArab.95Menurut SKB tiga menteri isi kurikulum dengan
proporsi pendidikan agama dari 60% agama dan 40% umum. Dalam
kurikulum nasional tahun 2013 sekarang berubah menjadi 30%
agama dan 70% umur.96
1. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah,
Kurikulum Miftahul Ulum97
a. Visi Madrasah Ibtidaiyah
Terbentuknya generasi muslim yang berilmu, beramal saleh,
berakhlakul karimah, terampil, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab
dalam beragama, berbangsa dan bernegara.
b. Misi Madrasah Ibtidaiyah
1) Menjadijakan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup,
sikap hidup, keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki kepedulianyang tinggi terhadap lingkungan
3) Memiliki lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman untuk
belajar.
4) Menyelenggarakan pendidikan umum dan agama yang
mengedepankan peningkatan kualitas guru dan siswa dalam bidang
iptaq dan iptek.
5) Mengembangkan dan mengamalkan nilai-nilai akhlakul karimah
sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
95Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
TentangKerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas /
Madarasah Aliyah Kejuruan. Dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013;Peraturan Menteri
Agama Nomor : 912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013, hal. 1-20. 96Darmuin, Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah Terhadap
Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan Abdul Muth'i. PBM-PAI di
Sekolah,: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,,
Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Bekerjasama dengan Walikota Semarang 1998, hal. 1-
100. 97Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum,
Plororejo,Kademangen, Blitar, Jawa Timur, dan Implementasinya Menurut Kurikulum
Nasional Tahun 2013.
72
6) Membina dan mengembangkan potensi siswa sehingga mampu,
terampil dan kreatif dalam menghadapi tuntutan zaman. Inovatif, dan
mandiri dalam bidang social keagamaan, budaya, berbangsa dan
bernegara.
7) Meningkatkan kebiasaan,berprilaku disiplin, dan bertanggung jawab
dalam kehidupan bermasyarakat,baik dalam lingkunga keluarga,
madrasah,maupun masyarakat.
8) Menerapkan manajemen berbasis madrasah.
c. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah98
1) Meningkatkan kuantitias dan kualitas sikap,praktis, kegiatan serta
amaliyah keagamaan Islam warga madrasah.
2) Menciptakan lulusan madrasah yang berilmu pengetahuan, umum
dan agama.
3) Menumbuhkan kepulian warga madrasah, terhadap keamanan,
kesadaran, kebersihan dan keindahan lingkungan madrasah.
4) Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas fasilitas, sarana dan
prasarana, yang mendukung peningkatan prestasiakademik dan non
akademik.
5) Menerapkan managemen pengendalian mutu madrasah sehingga
meningkatkan minat siswa, dan akreditasi madrasah menjadapatlan
nilai baik.
Tabel. 8
Daftar Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah dalam Kurikulum Nasional
Tahun 2013 dan implementasi di sekolah:99
No Nama Mata Pelajaran Status Mata
Pelajaran
Kelompok A Pendidikan Agama Islam
A Al Qur’an Hadits Agama
B Aqidah Akhlak Agama
C Fiqh Agama
D Sejarah Kebudayaan Islam Agama
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Umum
98Ibid, 99Ibid.,
73
3 Bahasa Indonesia Umum
4 Bahasa Arab Umum
5 Matematika Umum
6 Ilmu Pengetahuan Alam Umum
7 Ilmu Pengetahuan Sosial Umum
Bagian B
H Seni Budaya dan Prakarya Umum
I Pendidikan Jasmani Umum
2. Visi, Misi Dan Tujuan Madrasah Stanawiyah100
a. Visi
Unggul dalam Prestasi, Teladan dalam Imtaq
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan agar siswa berkembang
optimal sesuai potensinya.
2) Mendrong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak mulia,
bertaqwa kepada Allah SWT, serta berprilaku akhlakul karimah.
3) Menciptakan suasana lingkungan madrasah yang kondusif untuk
KBM termasuk melaksanakan kurikulum 2013 di tingkat satuan
pendidikan.
4) Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran intera dan ekstra kurekuler,
dengan menumbuhkan semangat keunggulan secara intensip kepada
seluruh madrasah.
5) Meningkatkan pembinaan dan pengembangan diri, minat dan bakat
peserta didik sesuai potensinya dengan membangun dan
mengembangkan sarana dan prasarana pendukung KBM.
6) Pengembangan melalui bidang akademik dan non akademik, dsn
imtaq serta iptek untuk mempersiapkan peserta didik dalam
meningkatkanke jenjang yang lebih tinggi.
7) Meningkatkan mutu organisasi dan manajemen kelembagaan dan
tenaga pendidik dan kependidikan.
c. Tujuan Madrasah Stanawiyah
1) Menciptakan out put peserta didik yang berkualitas dengan
meningkatkan pengetahuandan keterampilan yang sesuai dengan
minat dan bakat serta berakhlakul Karimah.
100Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur, dan
Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 1-15.
74
2) Mengembangkan kegiatan dalam proses belajar di kelas berbasis
pendidikan budaya dan berkarakter bangsa.
3) Mengembangkan budaya madrasah yang kondusif untuk mencapai
tujuan pendidikan dasar.
4) Meningkatkan pencapaian standar isi, mengembangkan kurikulum
2013, di tingkat satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum terbaru.
5) Meningkatkandan mengembangkan kegiatan intra dan ekstra
kurekuler melalui pengembangan minat dan bakat.
6) Menciptakan suasana kondusif dengan pembelajaran aktif dan
inovatif, kreatif dan menyenangkan dan Islami (PAIKEM).101
7) Mempersipakan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi dan mengembangkan kepribadian yang utuh bagi
peserta didik sebagai bagian dari masayarakat yang mandiri dan
berguna.
8) Meningkatkan pembangunan fisik dan bangunan sekolah, dan sarana
dan prasarana pembelajaran.
Tabel 9
Daftar Mata Pelajaran Madrasah Stanawiyah dalam Kurikulum 13102
No Nama Mata Pelajaran Status Mata Pelajaran
1 Al-Qur;an Hadits Agama
2 Aqidah Akhlak Agama
3 Fiqh Agama
4 Sejarah Kebudayaan Islam Agama
5 Bahasa Arab Keahlian
6 PPKN Umum
7 Ekonomi Umum
8 Fisika Umum
9 Geografi Umum
10 Bahasa Indonesia Umum
11 Sejarah Umum Umum
12 Bahasa Jepang Keahlian
13 Matematika Umum
101Ibid,Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur,
dan Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 20-30. 102Ibid.,Visi dan Misi Madrasah Stanawiyah Arjasa’s, Jember, Jawa Timur,
dan Inplementasinya menurut Kurikulum Nasional tahun 2013, hal. 30-40.
75
14 Biologi Umum
15 Kimia Umum
16 Antropologi Umum
17 TIK Umum
18 Pendidikan Seni Umum
19 Tata Negara Umum
20 Bimbingan dan Penyuluhan Umum
21 Bahasa Inggeris Keahlian
22 Sosiologi Umum
Gambaran Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Di Bawah
Departemen Agama/Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. “Menurut
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan
akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e)
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia
kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h)
agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan.”103
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun olah satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada.104
103Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1. 104Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A dan Tentang
Implementasi Kurikulum 2013
76
Kurikulum 2013 mengembangkan dua model pembelajaran
proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses
pembelajaran tidak langsung. Proses Pembelajaran langsung adalah
adalah proses dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berfikir dan kemampuan psikomotorik melalui interaksi
langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP
berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
tersebut peserta didik melakukan kegiatan kegiatan belajar mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,
dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannnya dalam
kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan
instrucional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses
pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi
tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan
pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses
pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu pengembangan
sikap sebagai proses pengembangan moral perilaku dilakukan oleh
seluruh mata pelajaran dan dalam kegiatan yang terjadi di kelas,
sekolah dan masyarakat.105
Proses pembelajaran terdiri dari lima pengalaman belajar pokok
yaitu :a. Mengamati;b. Menanya;c.Mengumpulkan informasi;d.
Mengasosiasi; dan e. Mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran
pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel. 1 di bawah ini:
Tabel.10
Tentang Kegiatan Belajar
LANGKAH
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN BELAJAR
Mengamati
Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (Tanpa
atau dengan alat)
105Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
77
Menanya
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang
apa yang diamati
Mengumpulkan
informasi/
eksperimen
- Melakukan eksperimen
- Membaca sumber lain
selain buku teks
- Mengamati objek/
kejadian/ aktivitas
- Wawancara dengan nara
sumber
Mengasosiasikan
/mengolah
informasi
- Mengolah informasi
yang sudah
dikumpulkan baik
terbatas dari hasil
kegiatan
mengumpulkan /
eksperimen maupun
hasil dari kegiatan
mengumlkan infomrasi
- Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan
LANGKAH
PEMBELAJARA
KEGIATAN BELAJAR
78
N
Mengamati
Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (Tanpa
atau dengan alat)
Menanya
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati
Mengumpulkan
informasi/
eksperimen
- Melakukan eksperimen
- Membaca sumber lain
selain buku teks
- Mengamati objek/
kejadian/ aktivitas
- Wawancara dengan nara
sumber
Mengasosiasikan
/mengolah
informasi
- Mengolah informasi
yang sudah
dikumpulkan baik
terbatas dari hasil
kegiatan
mengumpulkan /
eksperimen maupun
hasil dari kegiatan
mengumlkan infomrasi
- Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari dari berbagai
sumber yang memiliki
79
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan
Mengasosiasikan
/mengolah
informasi
- Mengolah informasi
yang sudah
dikumpulkan baik
terbatas dari hasil
kegiatan
mengumpulkan /
eksperimen maupun
hasil dari kegiatan
mengumlkan infomrasi
- Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan,
kerja keras,
kemampuan
menerapakan
prosedur dan
kemampuan berfikir
induktif serta
deduktif dalam
menyimpulkan
Mengkomunikasi-
kan
Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainya.
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
toleransi,
kemampuan berpikir
sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas dan
mengambangkan
kemampuan
berbahasa yang baik
dan benar
80
Kurikulum Tahun 2013 mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di MAN 2 Kota
Palembang apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah
laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat
dievaluasi melalui pengkuran dengan menggunakan tes dan non tes.
Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan
yang cukup dan terencana dengan baik supaya dapat diterima untuk
memenuhi :
1. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global.
2. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan
dunia global.
3. Sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.106
3. Visi, Misi MAN 2 Palembang107
a. Visi
Visi sekolah adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari
warga Madrasah, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh
warga Madrasah. Visi man 2 :Terwujudnya lulusan yang berprestasi
akademik dan berakhlaqul karimah dan berwawasan lingkungan.
b. Misi
Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau harus
dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun
waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program pokok
madrasah, baik jangka pendek dan menengah maupun jangka panjang,
dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan
pendidikan.Madrasah Aliyah Negeri 2 Mempunyai Misi :
106Implementasi dan Pengembangan Kurikulum dari Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum 2013, di MAN 2 Kota Palembang. 107Implemtasi Kurikulum Madrasah Aliyah tahun 2013 di MAN 2 Kota
Palembang.
81
1) Meningkatkan Kualitas Pemahaman dan Pengamalan Ajaran
Agamanya.
2) Meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang IPTEK dan
IMTAQ.
3) Meningkatkan prestasi akademik siswa dalam mencapai target nilai
Ujian Nasional.
4) Menata Lingkungan fisik dan lingkungan hidup
5) Meningkatkan Prestasi Siswa dalam Olimpiade Sains dan Ilmu
Pengetahuan Sosial
6) Meningkatkan Kemampuan dalam Berbahasa Asing; Bahasa Inggris
dan Bahasa Arab
c. Tujuan Pendidikan Menengah
1) Tujuan Pendidikan Menengah Umum adalah untuk mempersiapkan
peserta didik menuju pendidikan tinggi.
2) Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah adalah mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi serta
mengatarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 108
1) Berprilaku sesuai dengan ajaran Islam dalam beribadah maupun
berhubungan sosial.
2) Menunjukkan keterampilan membaca, memahami, menafsirkan
dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an.
3) Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan
4) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dalam
pengambilan keputusan.
5) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks.
6) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
7) Mengembangkan diri secara optimal dengan pemanfaatan
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
108Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang,dan Implemtasinya menurut
Kurikulum Nasional Tahun 2013.
82
8) Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas
prilaku, perbuatan dan pekerjaannya.
9) Menunjukkan kemandirian emosional dan kematangan pribadi.
10) Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara
logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
11) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri.
12) Menunjukkan sikaf kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
13) Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
14) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.
15) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan
di masyarakat.
16) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap
orang lain.
17) Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup global.
18) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung
jawab.
19) Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
20) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan
berbicara dalam bahasa Indonesia, Inggris dan bahasa Arab
21) Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya yang
Islami.
22) Mengapresiasi karya seni dan budaya yang Islami.
23) Menghasilkan karya Kreatif, baik individual maupun kelompok.
24) Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estetis.
25) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan tinggi.
83
Tabel.11
Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah109
1. Struktur Kurikulum Peminatan Matematika Dan Ilmu-Ilmu
Alam
NO KOMPONEN
KELAS / ALOKASI WAKTU
KELAS
X
KELAS
XI
KELAS
XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama
A. Al-Qur’an Hadits 2 2 2
B.Fiqih 2 2 2
C. Aqidah Akhlak 2 2 2
D. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Bahasa Arab 3 2 2
5 Matematika 4 4 4
6 Sejarah Indonesia 2 2 2
7 Bahasa Inggris 4 3 3
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya 2 2 2
2 Pendidikan Jasmani, Orlaraga dan
Kesehatan 2 2 2
3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Kelompok A dan B Perminggu 33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Fisika 3 4 4
3 Biologi 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat
dan Pendalaman Minat - - -
1 Ekonomi 3 2 2
109Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang, berdasarkan
Inplementasinya dengan merujuk kepada Kurikulum Nasional Madrasah Tahun 2013.
84
2 Geografi 3 2 2
3 - -
Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman
Minat 6 4 4
Jumlah Alokasi Waktu
Per-Minggu 51 51 51
2. Struktur Kurikulum Peminatan Ilmu-Ilmusosial
NO KOMPONEN
KELAS / ALOKASI WAKTU
KELAS
X
KELAS
XI
KELAS
XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama
A. Al-Qur’an Hadits 2 2 2
B.Fiqih 2 2 2
C. Aqidah Akhlak 2 2 2
D. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia
4 Bahasa Arab
5 Matematika
6 Sejarah Indonesia
7 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
2 Pendidikan Jasmani, Orlaraga dan
Kesehatan
3 Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Kelompok A dan B Perminggu
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi
85
4 Ekonomi
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman Minat
1 Biologi
2 Kimia
3
Pilihan Lintas Minat dan Pendalaman Minat
Jumlah Alokasi Waktu
Per-Minggu
Uraian diatas dan empat poin tersebut merupakan landasan
kurikulum pendidikan Islam.Sebagaimana kita ketahui bahwa
kurikulum pendidikan Islam merupakan penjelmaan daripada ajaran
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam kemudian diurai dan
diklasifikasi serta disusun dan dikembangkan agar manusia dapat
mendapatkan infomasi dan pengetahuan sesuai dengan tingkat usia dan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada di sekolah atau madrasah,
Perguruan tinggi dimana mereka mengikuti belajar. Kurikulum
pendidikan Islam tentu diajarkan Tuhan bukan saja bersumber dari
ayat-ayat Allah yang tersurat saja atau dalam ayat Qauliyah; Al-Qur’an
dan As-Sunnah tetapi juga ada dalam surat yang tersirat yaitu ayat-ayat
kauniyah yaitu Alam semesta yang kesemuanya merupakan kajian ilmu
pengetahuan dan pemikiran manusia. Jika itu dikembangkan terus
menerus maka akan melahirkan ilmu pengetahuan dan hasilnya dapat
bermanfaat bagi manusia. Sebagaimana ditulis oleh Mehdi Nakosten,
bahwa perpaduan antara Al-Qur’an dan As-Sunnah serta studi ilmu
alam yang di susun oleh filsosuf dan ilmuan terdahulu telah
mengantarkan kemajuan umat Islam sehingga sampai pada puncak ke
emasan yang kemudian memberikan kontribusi besar bagi kebangkitan
Eropa sehingga mereka mencapai renaissance dan selanjutnya sampai
menuju zaman modern.110 Patut diakui bahwa semangat pengkajian
para ilmuan muslim terhadap ilmu pengetahuan telah berhasil
110Mehdi Nakosten, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Deskripsi
Analisis Abad Keemasan Islam, Joko S. Kahar, Supriyanto Abdullah (Penerjemah),
Surabaya, Risalah Gusti, 1996, hal. 49.
86
menyusun kurikulum dan klasifikasi; di bidang Ilmu Kalam ada
Aqidah, Filsafat Agama. Dari Al-Qur’an ada Ulumul Qur’an, Ilmu
Tafsir, Qiraat, Sharaf, Nahwu, Mantiq, Ilmu Hadits; Ilmu Riwayat dan
Dirayat Hadits. Selanjutnya ada Ilmu Ushul Fiqh, fiqh. Di bidang
Sosial; ada Filsafat, Sejarah, Sosiologi, Matematika, Astronomi, Ilmu
Bumi, Teknologi, lmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Helenistik dan
lain-lain.111
Kalau difahami tentang landasan kurikulum pendidikan Islam
yang telah digambarkan baik pada aspek landasan dari Alqur’an dan
As-Sunnah maupun dilihat dari segi landasan sejarah patut diakui
bahwa kurikulum pendidikan Islam telah diawali dengan formulasi
yang kokoh, sehingga wajar kalau kirikulum tempo dulu telah
memberikan perubahan besar bagi gelanggang intelektual manusia
dalam menggerakan peradaban. Dan kalau kita lihat dalam perspektif
sekarang pada saat umat Islam mengalami ketertinggalan yang jauh
dengan Barat, kalau umat Islam menyakini dengan sesungguhnya atas
kekuatan yang ada dalam ajaran Islam dan ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan tersebut diatas tentulah umat Islam akan mendapati era
kemajuan yang sangat pesat dan akan dapat mengikuti perkembangan
dunia modern termasuk menghadapi era golobalisasi yang penuh
dengan berbagai problema kemanusiaan.
4. Kurikulum Pendidikan Islam
Definisi tentang kurikulum juga telah dirumuskan oleh para
pakar pendidikan, diantaranya definisi yang dikemukakan oleh
M.Arifin yang memandang kurikulum sebagai seluruh mata pelajaran
yang disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu institusional
pendidikan. Nampaknya definisi ini masih terlalu sederhana dan lebih
terpaku pada materi pelajaran semata.Sementara, Zakiah Daradjat
menganggap kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah
tujuan pendidikan tertentu.Definisi kurikulum ini nampaknya lebih luas
dari definisi yang pertama, karena kurikulum tidak hanya mencakup
pada materi pelajaran semata namun juga mencakup seluruh program di
111Ali, K., Sejarah Islam ;Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya
Dinasti Usmani,(Tarikh M odern), (Gufron K. Mas’adi ;Penerjemah), Jakarta;
Rajawali Grafindo Persada, cet ke 4,C2003, hal. 444-449.
87
dalam kegiatan pelajaran.112Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan,
karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan.Dalam Bahasa Arab kurikulum
diistilahkan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia
pada berbagai kehidupan.Sedangkan arti manhaj/kurikulum dalam
pendidikam Islam sebagaimana yang terdapat dalam kamus At-
Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Dalam pandangan dunia pendidikan, keberhasilan program
pendidikan sangat tergantung pada perencanaan program kurikulum
pendidikan tersebut, karena “kurikulum, pada dasarnya berfungsi untuk
menyediakan program pendidikan (bluefrint) yang relevan bagi
pencapaian sasaran akhir program pendidikan. Dengan kata lain, Fungsi
kurikulum adalah menyiapkan dan membentuk peserta didik agar dapat
menjadi manusia yang memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
orientasi kurikulum dan sasaran akhir program pendidikan. Program
kurikulum diorientasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masa kini
dan masa yang akan datang, apabila kurikulum tidak sesuai dengan
kebutuhan masa kini dan masa akan datang tentu kurang memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap calon-calon penganggur pada masa
yang akan datang.113Menurut istilah Paulo Freire, model pengajaran
sebagai implementasi kurikulum adalah analog dengan banking
concept.pendidik selalu melakukan deposito berbagai macam informasi
ke bank peserta didik tanpa harus tahu untuk apa informasi itu bagi
kehidupan mereka. Akibat dari model pengajaran seperti ini, peserta
didik memiliki pengetahuan, tetapi peserta didik kering dan tidak
memiliki sikap, minat dan motivasi dan kreatifitas untuk
mengembangkan diri atas dasar pengetahuan yang dimiliki, serta
peserta didik sendiri tidak memahami dan tidak tahu untuk apa
pengetahuan tersebut.114Dalam hal ini kurikulum pendidikan agama
112Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hal. 129 113Hujair, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani
Indonesia, Yogyakarta; Safiria Insania Press, 2003, hal. 163. 114Ibid, hal. 164.
88
Islam lebih menitik beratkan pada aspek korespondensi-tekstual, yang
lebih menekankan hafalan-hafalan teks keagamaan yang sudah
ada.115menyatakan bahwa, proses pendidikan agama Islam, seringkali
dapat disaksikan praktek pendidikan yang kurang menarik dari sisi
materi dan metode penyampaian yang diaplikasikan. Desain kurikulum
pendidikan agama Islam sangat didominasi oleh masalah yang sangat
normatif, apalagi materi pendidikan Islam yang kemudian disampaikan
dengan semangat ortodoksi keagamaan atau menekankan ortodoksi
dalam pelajaran mata agama yang diidentikkan dengan keimanan, dan
bukan ortopraksis yaitu bagaimana mewujudkan iman dalam tindakan
nyata operasional. Amin Abdullah misalnya, salah seorang pakar
keislaman non tarbiyah, juga telah menyoroti kurikulum dan kegiatan
pendidikan Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain
sebagai berikut:
a. Kurikulum lebih banyak terkosentrasi pada persoalan-persoalan
teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.
b. Kurikulum kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah
pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan nilai yang
perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara
dan media.
c. Kurikulum agama Islam lebih menitik beratkan pada aspek
korespondensi tekstual, yang lebih menitikberatkan pada hafalan
teks keagamaan yang sudah ada.
d. Sistem evaluasi kurikulum, bentuk-bentuk soal ujian agama Islam
menunjukkan prioritas utama pada aspek kognitif, dan jarang
pertanyaan tersebut mempunyai bobot muatan “nilai” dan “makna“
spiritual keagamaan yang fungsional dalam kehidupann sehari
hari,116
Semua konsep tersebut juga sangat tergantung dengan
kurikulum, walaupun di sisi lain aspek guru, metode, media,
pendekatan, keaktipan siswa sangat dituntut juga untuk diadakan
pembenahan. Akan tetapi kurikulum sebagai konsep dan sebagai
organisasi belajar sekaligus menjadi patokan yang sangat
menentukan.Apalagi terkait untuk menghadapi era global yang sarat
115Ibid, hal.165 116Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 264.
89
dengan tantangan kehidupan yang berkelas tinggi semuanya
memerlukan adanya inovasi untuk meningkatkan standar mutu
pendidikan Islam yang dimulai dari perbaikan kurikulum.
5. Hubungan Kurikulum dengan Era Global
Upaya mengatasi terhadap problem kurikulum maka
penyusunan kurikulum haruslah memperhatikan kesesuaian kurikulum
dengan perkembangan zaman pada masa kini serta masa-masa yang
akan datang, sehingga peserta didik memiliki bekal dalam menghadapi
kompetisi dalam kehidupan nyata yang cenderung hedonis dan
materialis. Pembuatan kurikulum juga harus menyeimbangkan antara
teoritis dan praktis dalam keagamaan. Peserta didik harus dilatih
bagaimana ia mempraktikan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari
sehingga peserta didik mengerti bagaimana ia nantinya harus
mempraktekkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana kita
ketahui bahwa salah satu komponen pendidikan yang ikut menentukan
baik-buruknya sistem pendidikan adalah kurikulum. Sehubungan
dengan tantangan globalisasi maka kurikum sebaiknya di susun dengan
memiliki kompetensi sebagai berikut:
a. Kurikulum memenuhi sejumlah kompetensi untuk menjawab
tuntutan dan tantangan arus globalisasi.
b. Kurikulum yang dibuat bersifat lentur dan adaptif dalam menghadapi
perubahan yang kompetitif.117
c. Kurikulum sehubungan dengan perubahan zaman harus mengikuti
irama kehidupan sesuai dengan tuntutan kehidupan masa kini dan
kehidupan mendatang.
Dimana kurikulum sebagai salah satu aspek penting dalam
pendidikan harus tampil sebagaimana hakekat pencapaian tujuan
pendidikan Islam yang harus didasarkan pada spirit Islam.118 Ketiga
komponen tersebut sesuai dengan pendapat Yusuf Qordowi, bahwa saat
ini pendidikan Islam sedang mengalami kelemahan yang sangat luar
biasa dan pendidikan Islam sangat jauh tertinggal dengan dunia Barat,
117Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan,
Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan).Bandung;
Nuansa Cendekia., 2003, hal. 179. 118Ismail Raji Al Faruqi, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Bandung, Cet, 1995,
hal. 37.
90
baik dari segi intelektual maupun dari segi research dan ilmu
pengetahuan. Hal tersebut menurutnya karena pendidikan Islam lebih
banyak mengosongkan diri dari semangat keimanan, moralitas dan
semangat keagamaan. Dengan kenyataan tersebut umat Islam
kehilangan integritas dan tidak bisa membangun peradaban. Dalam
menghadapi era global mau tidak mau pendidikan Islam harus menjadi
proritas unggulan yang diperhitungkan untuk ditingkatkan agar
masyarakat Islam siap berkompetesi dengan masyarakat lainnya,119Dari
ulasan diatas menunjukkan bahwa kurikulum menjadi salah satu tolok
ukur dalam membangun masyarakat yang berperadaban tinggi. Suatu
bangsa akan maju, dinamis, harmonis dan berkualitas bilamana
kurikulum pendidikannya juga berkualitas.Menurut Rachman (dalam
Muhaimin, 2003: 70)120 Dalam konteks pendidikan Islam kelemahan
yang masih terjadi karena masih amburadurnya kirikulum. Padahal
kirikulum sangat menentukan hasil pendidikan, karena kurikulum
mencakup semua unsur dan kegiatan pendidikan mulai dari materi,
metode, pendekatan, dan jenjang waktu yang dibutuhkan oleh anak-
anak dalam menempuh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pendidikan
tidak hanya diorientasikan pada pengembangan kognitif saja (transfer
of knowledge) akan tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik,
sehingga peserta didik dapat berkembang dengan utuh antara
mengetahui, merasakan dan bertindak. Pendidikan Islam diharapkan
mampu memberikan perubahan baru bagi generasi ke depan termasuk
dalam era globaliasi. Sekaligus ke depan kurikulum disusun agar
Pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan
makna pengembangan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT.121Kurikulum pada prinsipnya disusun
agar pendidikan Islam dapat mengemban misi untuk
mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini karena tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mengejewantakan ajaran Islam yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat direalisasikan dalam
kehidupan umat. Wujudnya adalah untuk mewujudkan insan yang
berilmu pengetahuan, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
119Yusuf Al -Qaradhawi, Islam Abad 21 Refleksi Abad 20 dan Agenda Masa
Depan, Pustaka Al-Kautsar, Cet Pertma, 2001, hal.21 120Muhaimin, 2003, Op. Cit., hal. : 70. 121Muhaimin, 2002, Op. Cit., hal. 50.
91
Esa, yang dijabarkan membentuk manusia yang berbudi luhur, memiliki
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan
bangsa.122Tujuan tersebut direalisasikan dan di implementasikan secara
kontinyu atau berkesinambungan secara efektif kalau kurikulum
disusun memiliki karakteristik di atas. Posisi penting kurikulum juga
akan dapat mengefektipkan kelembagaan pendidikan Islam khususnya
terhadap perkembangan zaman dihadapkan dengan perubahan sosial
dan tuntutan perkembangan zaman yang banyak menawarkan konsepsi
delamatis. Dikatakan delamatis, karena salah satu sisi perkembangan
zaman di era global ini menawarkan kontribusi positif yang
mengedepankan kemajuan. Namun pada sisi lain, perubahan sosial dan
perkembangan zaman menawarkan nilai-nilai negatif yang bisa-bisa
berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat banyak khususnya
generasi penerus bangsa.
6. Kurikulum Pendidikan Islam dalam Menghadapi Globalisasi
Solusi kongkrit bagi Pendidikan Islam dalam menghadapi arus
dinamika perubahan sosial yaitu antara peluang dan tantangan masa
depan, yaitu harus menserasikan antara berbagai kebutuhan dunia
dalam proses penyelenggaran pendidikan yang mestinya di ramu
melalui lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah. Diantaranya,
pendidikan madrasah harus terus memperbaharui kurikulum agar
standarnya dapat mengikuti perkembangan zaman dan mengikuti
perkembangan dunia pendidikan di Negara-negara maju.Karena
pengembangan kurikulum,123 dianggap salah satu sisi penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.Apalagi pengembangan kurikulum
harus disepadankan dengan kebutuhan dinamika perubahan sosial,
karena globalisasi senantiasa menciptakan berbagai peluang positif dan
negatif.Maka peningkatan kualitas pendidikan agar dapat membaca
situasi zaman salah satunya harus dimulai dari pengembangan
kurikulum.Selain itu, madrasah mesti meningkatkan kualitas guru atau
pendidik yang memiliki standar tinggi. Proses dan pelaksanaan
pendidikan, media, metode serta pendekatan pembelajaran yang
122 Media Fidarta, 1988,Op. Cit., hal. 189-196. 123Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, Yogyakarta,
Ar-Ruzz-Media, Cet. 1, 2011, hal. 88-112.
92
senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Agar pendidikan
dapat senantiasa diminati maka pendidikan harus menguatkan dan
menformulasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan globalisasi dan
kurikulum yang isinya menyiapakan generasi yang siap menghadapi
dan mengisi era globalisisasi dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
mulia dari ajaran Islam.Dengan demikian pendidikan Islam dapat
menjawab berbagai arus dinamika perubahan sosial.
Globalisasi merupakan era dimana masayarakat muslim
dihadapkan dengan berbagai macam tantangan akibat kemajuan yang
dicapai oleh peradaban manusia yaitu hasil rekayasa teknologi
informasi kelas tinggi yang telah menyebar kemana-mana. Teknologi
ini sendiri membawah arus perubahan sosial, karena setiap waktu dan
setiap menit segala sesuatunya dapat dinikmati oleh umat manusia.
Muatan-muatan era modernisasi sendiri dapat beragam bentuk seperti
isu sara, isu gender, budaya, femenisme, kebudayaan lokal mencuat,
peperangan, kekejian, kekejaman terhadap kaum perempuan dapat
dinikmati setiap saat. Kondisi ini dapat berbahaya dan dapat
menimbulkan goncangan sosial jika tidak diantisipasi oleh nilai-nilai
ajaran Islam yang difilter melalui proses pendidikan dengan institusi
pendidikan Islam. Hubungan kurikulum pendidikan Islam dan
globalisasi tidak bisa dipisahkan, satu sisi globalisasi merupakan
tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari di setiap waktu, dan selalu ada
di hadapan kehidupan manusia. Sedangkan kurikulum pendidikan Islam
muatannya berisikan tentang penjelmaan kebutuhan manusia yang
bersumber dari ajaran Islam merupakan kebutuhan yang mutlak ada
pada diri seorang muslim khususnya masyarakat pendidikan.
Kurikulum Pendidikan Islam seharusnya dirancang dan disusun dengan
kebutuhan dunia modern dan kebutuhan globalisasi agar dapat selaras
dengan kebutuhan masyarakat dunia dan tanpa mengabaikan ke-
imanan, aqidah, muamalah dan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
ajaraan Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kurikulum Pendidikan Islam disusun untuk memenuhi kebutuhan dunia
atau kebutuhan material semata tetapi juga menyangkut kebutuhan
spiritual dan akhlak.Kurikulum di diramu untuk mewujudkan insan
yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan, dan
berakhlakul karimah. Kurikulum pendidikan Islam berisikan kebutuhan
manusia secara individu dan kebutuhan masyarakat secara luas
93
sehingga hasil pendidikan diharapkan dapat membangun sebuah
peradaban yang diridhai Allah SWT.
J. Materi Pendidikan
Materi belajar yang miliki oleh semua jenjang dan tingkatan
madrasah saat ini telah memenuhi standar dan kualifikasi kebutuhan
pendidikan,baik dari segi pemenenuhan aspek dasar-dasar ajaran Islam
yang meliputi aspek aqidah, ibadah, syariat, muamalah, sosial, budaya,
silaturrahmi, wawasan lingkungan dan lain sebagainya. Pada sisi lain
juga telah memenuhi beberapa komponen kognitif, yaitu rana ilmu
pengetahuan, afektif, rana keterampilan ranah psikomotorik yaitu rana
sikap dan prilaku. Secara psikologis materi pelajaran yang ada pada
sejumlah mata pelajaran yang ada di madrasah baik pada madrasah
Ibtidaiyah, atau madrasah tingkat dasar, madrasah stanawiyah madrasah
tingkat menengah, madrasah atas juga telah memenuhi unsur kebutuhan
psikologis baik pada psikologi pertumbuhan, psikologi perkembangan
dan psikologi pendidikan, atau psikologi pendidikan. Yang mana
dengan materi pelajaran yang ada pada mata pelajaran-mata pelajaran
tersebut, peserta didik tidak akan terhambat dalam mengikuti sisi
kebutuhan dan perkembangan baik perkembangan emosional,
intelektual. Secara ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan atau secara
ilmiah bahan pelajaran atau materi ajar telah memenuhi kualifikasi yang
meliputi objektivitas, sistematis, metodologis, validitas, dan universal,
dan juga dirasakan memiliki manfaat bagi diri siswa pribadi yang
berdampak juga bagi sikap dan prilakunya dan kebutuhan masa
depannya. Selanjutnya materi ajar yang ada pada mata pelajaran di
madrasah secara umum di tinjau dalam pengetahuan ajaran Islam telah
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, atau kebutuhan dunia dan
akherat.Baik itu di lihat dari pengetahuan agama maupun ilmu
pengetahuan umum atau ilmu-ilmu qauniyah.Materi bahan ajar
madrasah sesuai dengan ajaran Islam yakni keduanya berasal dari
sumber Alqur’an dan Hadist Al-Qur’an. Bahan ajar ini merupakan
komponen pokok yang dikembangkan dalam setiap mata pelajaran yang
ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan agama. Sekaligus menjiwai
materi-materi ilmu pengetahuan umum lainnya. Dengan materi-materi
ilmu pengetahuan umum yang dijarakan akan menambah pengetahuan
dan wawasan dan semakin menambah keimanan dan keyakinan
94
terhadap Allah SWT. Al Qur’an dan As-Sunnah, merupkan sumber
kebenaran dalam Islam, yang mana kebenarannya tidak dapat diragukan
lagi.Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam
pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan
pendidikan.
K. Metode dan Pendekatan
Metode pembelajaran di madrasah pada semua jenjang dan
tingkatan telah memenuhi kebutuhan dunia modern. Dengan kata lain
telah mengikuti penyesuaian-penyesuaian terhadap peningkatan dan
perkembangan terhadap setiap langkah ilmu pengetahuan yang terkait
dengan kebutuhan metode dan model dan pendekatan belajar yang saat
ini beragam dan bervariasi.
Dasar pendidikan yang berlandaskan pada Al-qur’an
sebagaimana yang diterangkan dalam surat An Nahl Ayat 78 dan surat
Al Alaq Ayat 3 serta surat Mujadalah ayat 11 serta sebagaimana
berikut: Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur Artinya:
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam.124 Artinya: Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.125
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui
belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui sesuatu yang ia butuhkan
bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akherat. Pengetahuan
manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar
mengajar yang diawali dengan baca tulis. Jadi dengan melalui proses
membaca dan menulis manusia baru dapat melangkah ke tingkat proses
mengetahui hal-hal yang belum ia ketahui atau yang lebih mendalam.
Dengan pengetahuan tersebut manusia dapat meningkatkan keimanan
kepada Allah serta dengan ilmu pengetahuan pula derajat manusia dapat
terangkat ke tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana firman Allah
SWT diatas.Sumber pendidikan agama Islam yang kedua setelah Al-
124Al Alaq: 3-4. 125Al Mujadallah :11.
95
qur’an adalah Al-Hadits. Secara harfiah Hadits berarti baru, berita atau
kabar, sedangkan dalam pengertian yang lazim yang digunakan, hadist
sama dengan Sunnah yaitu segala sesuatu yang terdapat dari Nabi
Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun
ketetapan.126 Adapun dasar pendidikan yang tercakup dalam Hadist
sebagaimana yang akan diterangkan sebagaimana berikut: Artinya: Tiap
tiap anak dilahirkan dilahirkan diatas fitroh maka ibu bapaknyalah yang
mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani dan majusi
(HR. Bukhori Muslim). Fitroh tersebut diartikan sebagai faktor
pembawaan manusia sejak lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan,
bahkan anak susah berkembang bila tanpa adanya pengaruh lingkungan.
Sedangkan lingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak favourable
(tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan cita cita manusia).
Dengan kata lain bahwa dalam proses perkembangan, terjadi interaksi
(saling mempengaruhi ) antara fitroh dan lingkungan sekitar, sampai
akhir hayat manusia.
Hadist tersebut dapat dijadiakan sumber pandangan bahwa
usaha mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan
positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan
kebenaran yaitu Islam. Tanpa melalui usaha pendidikan, manusia bisa
saja terjerumus ke jalan yang salah. Tujuan pendidikan Islam
merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak
dituju oleh pendidikan.Demikian halnya dengan pendidikan agama
Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu adalah tujuan yang
ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam meniciptakan insan-insan
yang baik dan untuk menyelamatkan manusia dari hal-hal yang buruk.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik
tentang ajaran Islam, sehingga menjadi insan yang muslim, beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.127 Dalam firman
Allah surat Ad-Dzurriyyat ayat 56 dan juga hadist yang akan
disebutkan; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
126Abudin Nata, (Editor), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung:
Angkasa, 2003, hal. 292. 127Muhaimin, 2003, Op. Cit., hal. 78
96
supaya mereka menyembah-Ku”.128Selanjutnya dalam hadists
disebutkan “Bahwasanya saya diutus untuk menyempurnakan budi
pekerti” (HR.Bukhori). Ayat dan hadits di atas memberikan makna
bahwa di dalam kehidupan kita mutlak harus mengakui Allah sebagai
satu-satunya yang mesti di sembah, dan itu juga menunjukkan bahwa
tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah semata-mata untuk
mengabdi. Dalam pengabdian kita juga dituntut untuk memiliki prilaku
yang baik (hasanah) atau memiliki akhlak. Karena tujuan agama
diturunkan adalah untuk menyerukan untuk bertauhid kepada Allah
semata dan menyerukan agar berakhlak yang mulia.Akhlak yang mulia
ini merupakan ciri insan yang yang sempurna.Akhlak ini sendiri harus
tercermin dalam pola laku kehidupan sehari-hari ketika kita
berhubungan dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, dengan sesama
dan dengan masyarakat.Dan inti dari akhlak adalah bagaimana kita
tetap menjaga diri dari perbuatan yang tercela.Ibnu Miskawaih
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya sikap
batin yang mampu mendorong atau memotivasi secara spontan untuk
melahirkan perbuatan yang bernilai baik.Sementara Al-Qabisi
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menumbuh
kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang
benar.Demikian Ibnu Sina menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama
Islam adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang
ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik,
intelektual dan budi pekerti. Munir Mursi menjabarkan tujuan
pendidikan Islam menjadi sebagai berikut:
1. Bahagia di dunia dan juga di akherat
2. Menghambakan diri kepada Allah SWT.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat
Islam.
4. Akhlak mulia.129
Untuk mencapai keempat tujuan pendidikan tersebu diperlukan
cara-cara tertentu atau yang disebut dengan pendekatan sebagai cara
memudahkan pencapainnya dengan usaha pembinaan, bimbingan,
arahan, nasehat, tamsil, membaca, menulis, memahamkan,
128QS. Ad-Dzarriyat Ayat 56) 129Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung; Remaja
Rosdakarya, 1994, hal. 46.
97
menganalisa, membandingkan, mencoba, menguji, berlatih, dan
mengulang-ulang, berdebat dan berdiskusi, merangkum, meresume,
menyimpulkan.
L. Sarana dan Prasarana
Sarana belajar,berolahraga, bermain, relaksasi dan penyegaran
secara psikologis dan rohaniah. Meliputi ruang kelas sebagai ruang
belajar yang memadai dan kondosif, tenang, nyaman, damai dan
aman,dengan perangkat pendukung lainnya. Komputer, serta perangkat-
perangkat teknologi belajar lainnya.Selanjutnya terdapat ruang sarana
prasarana pendukung tempat latihan, seni budaya dan keterampilan,
untuk menyalurkan bakat dan minat siswa sesuai dengan
kebutuhannya.Sarana untuk meningkatkan kebugaran fisik/jasmani,
lapangan olahraga.Laboratorium sebagai tempat untuk memperaktekan
bahan pelajaran-bahan pelajaran. Halaman tempat bermain bagi siswa
untuk merelaksasikan pikiran dan jiwa dan mengurangi kejenuhan
setelah mengikuti proses belajar- pelajaran.
M. Media Pendidikan
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam
proses belajar mengajar. Demikian juga para guru dituntut untuk
trampil dalam mengaplikasikan alat-alat teknologi yang telah
disediakan sebagai alat bantu dalam proses belajar dan mengajar.
Menurut Briggs sendiri, media belajar adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi materi pembelajaran. Sedangkan menurut Oemar
Hamalik, media belajar adalah segala alat pengajaran yang digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar,
sehingga memudahkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan.130
Dalam hal ini termasuk teknologi pembelajaran131 saat ini sangat
mendukung system pembelajaran. Apalagi dengan tuntutan globalisasi
130Oemar Hamalik, 1994, hal. 2. 131Barbara B. Seels Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan
Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.12., Penerjemah, Dewi S.
Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, (alm)., dan Miarso, M. Sc., Penyunting, Yusufhadi
Miarso, Cet. Iii, 1994., hal..3-5.
98
yang menyurut memiliki informasi dengan durasi yang cepat sehingga
membutuhkan perangkat belajar dengan bantuan teknologi tinggi.
Media pendidikan saat ini cukup beragam dan bervariasi mulai
dari yang sederhana sampai ke media yang paling tinggi.Madrasah
sebagai lembaga pendidikan yang sudah dapat mengimbangi
perkembanagn sistem pendidikan modern tidak terlepas dari
penggunaan media pembelajaran sebagai kebutuhan yang tidak dapat
dielakkan. Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini telah
melengakapi atas penggunaan media-media pendidikan sebelumnya
bahkan telah mempermudah penggunaan media dalam proses
pembelajaran.Media pembelajaran sangat berguna untuk meningkatkan
daya rangsang dan atkvitas rasa, akal pikiran, gerak pusat-pusat anatomi
belajar sehingga mudah menerima dan memahami bahan atau materi
yang disampaikan. Dengan kata lain semakin bervariasi media
pembelajaran yang ada dimungkinkan akan semakin aktif kegiatan
pembelajaran, dan hasil belajar juga semakin meningkat dan maksimal.
Sebagaimana kebutuhan media pembelajaran yang ada di dunia
pendidikan, maka akan sama juga dengan yang dibutuhkan madrasah.
Bahkan madrasah elit yang ada di kota-kota besar ada yang sudah
melampaui terhadap lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Hal tersebut
karena di dasarkan kebutuhan yang dianggap sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan dunia global yang berlaku di dunia pendidikan,
seperti tersedianya ruang belajar yang lengkap dengan fasilitasnya,
computer, hide phone, black board, with board, power point, slait,
televise, radio, tipe recoder, serta jaringan akses komunikasi yang
berguna untuk mengambil data yang diperlukan untuk menambah dan
membantu belajar siswa atau santri. Selain itu guru-guru madrasah saat
ini umumnya telah dipersiapkan dengan sumber daya yang siap untuk
mengikuti perkembangan pengunaan teknologi belajar yang diperlukan
saat ini.
N. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menilai, mengukur perkembangan
hasil belajar siswa atau santri setelah melilhat hasil serangkaian
kegiatan belajar mengajar di sekolah.Eavluasi secara untuk melihat
apakah individu dapat mengikuti belajar secara baik atau kurang, hal ini
dapat dilihat dari, kualifikasi tingkatannya rendah, sedang atau tinggi,
99
ataupun belum berhasil. Evaluasi juga dimaksdukan untuk melihat
apakah tujuan belajar dan tujuan pendidikan sudah tercapai atau
terwujud. Evaluasijuga untuk menguur atau menilai apaah tujuan satuan
pendidikan, tujuan individudan tujuan kelompok (kolektif) sudah
tercapai. Pada sisi lain yang lebih besar dari tujuan individu dan tujuan
kelompok akan terlihat ketercapaian tujuan institusi pendidikan.
Ketuntasan dan ketercapaian belajar, yang dilihat dari pengukuran dan
penilaian hasil belajar. dilihat dari tingkat proses kegiatan belajar
mengajar maupun dilihat dari hasil akhir belajar siswa yang
menunjukkan adanya keterkaitan dengan tingkat ketercapaian tujuan
institusi pendidikan atau tujuan lembaga sekolah. Nampaknya kalau
dilihat sekarang madrasah sekarang ini boleh dikatakan sudah berhasil
dimana alumni-alumni madrasah sudah mampu bersaing dengan
alumni-alumni sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.Sekarang
banyak alumni yang bisa masuk sekolah-sekolah lanjutan yang unggul,
perguruan tinggi yang berkelas bahkan banyak yang sudah melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang
berkualitas baik di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut
menunjukkan bahwa evaluasi tentang kegiatan proses belajar mengajar
di madrasah sudah berhasil.
Hal tersebut di atas menunjukkan gambaran hasil evaluasi
tahapakhir siswa setelah mengikuti segenap satuan institusi
pendidikan.Sedangkan kalau dilihat dari evaluasi proses belajar dalam
satuan pendidikan catur wulan, tri wulan, satuan semester atau hasil
belajar tahunan lembaga pendidikan madrasah sebenarnya sudah
berhasil, hal ini dapat dilihat dari keterlibatan siswa-siswa
utusanmadrasah yang terlibat dalam setiap agenda atau even kompetesi
lokal, nasional maupun international, kontingen olahraga, seni
budaya,bela diri, olimfiade ilmu pengetahuan, fisika, matematika, dan
lain lain,pertunjukkan hasil karya cipta siswa sebagai hasil temuan
teknologi dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
madrasah telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan proses belajar
dan mengajar. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengukur, dan
menilaisejauah mana setiap komponensekolah saling dukung
mendukung, kerjasama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.Juga
untuk menilai sejuah mana fasilitas dan sarana-prasarana fisik dapat
100
difungsikan atau dimanfaatkan dalam berlangsungnya kegiatan belajar
dan mengajar guna mencapai tujuan pendidikan.
O. Problema Madrasah
Sebagai upaya inovasi dalam Sistem Pendidikan Islam,
madrasah tidak lepas dari berbagai problema yang dihadapi. Problema-
problema tersebut, menurut Darmu'in (1998)132, antara lain:
1. Madrasah telah kehilangan akar sejarahnya, artinya keberadaan
madrasah bukan merupakan kelanjutan pesantren, meskipun diakui
bahwa pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam
pertama di Indonesia.
2. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi,
madrasah diidentikkan dengan sekolah karena memiliki muatan
secara kurikulum yang relatif sama dengan sekolah umum. Di sisi
lain, madrasah dianggap sebagai pesantren dengan sistem klasikal
yang kemudian dikenal dengan madrasah diniyah.
Dengan demikian, sebagai sub sistem pendidikan nasional,
madrasah belum memiliki jati diri yang dapat dibedakan dari lembaga
pendidikan lainnya.
Efek pensejajaran madrasah dengan sekolah umum yang
berakibat berkurangnya proporsi pendidikan agama dari 60% agama
dan 40% umum menjadi 30% agama dan 70% umum dirasa sebagai
tantangan yang melemahkan eksistensi pendidikan Islam. Beberapa
permasalahan yang muncul kemudian, antara lain:
1. Berkurangnya muatan materi pendidikan agama. Hal ini dilihat
sebagai upaya pendangkalan pemahaman agama, karena muatan
kurikulum agama sebelum SKB dirasa belum mampu mencetak
muslim sejati, apalagi kemudian dikurangi.
2. Tamatan Madrasah serba tanggung. Pengetahuan agamanya tidak
mendalam sedangkan pengetahuan umumnya juga rendah.
Diakui bahwa model pendidikan madrasah di dalam perundang-
undangan negara, memunculkan dualisme sistem Pendidikan di
132Darmuin ,Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah Terhadap
Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan Abdul Muth'i. PBM-PAI di
Sekolah,: Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,, 2008,
Loc. Cit.
101
Indonesia. Dualisme pendidikan di Indonesia telah menjadi dilema yang
belum dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif lama. Dualisme ini
tidak hanya berkenaan dengan sistem pengajarannya tetapi juga
menjurus pada keilmuannya. Pola pikir yang sempit cenderung
membuka gap antara ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum.
Seakan-akan muncul ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (kafir). Padahal
dikhotomi keilmuan ini justru menjadi garapan bagi para pakar
pendidikan Islam untuk berusaha menyatukan keduanya. Kesadaran
para tokoh pendidikan telah menyatukan perbedaan dikhotomi yang ada
di madrasah tersebut. Untuk menghadapi berbagai macam tantangan
zaman mengharuskan para penyelenggara madrasah untuk mendasari
ilmu pengetahuan umum dengan ilmu-ilmu ke-Islaman agar dapat
mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai cita-cita luhur yaitu
kebutuhan dunia dan akherat.
Dualisme pengelolaan pendidikan juga terjadi pada pembinaan
yang dilakukan oleh departemen yaitu Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag). Pembinaan
Madrasah di bawah naungan Depag berhadapan dengan Sekolah umum
di bawah pembinaan Depdiknas sering menimbulkan kecemburuan
sejak di tingkat (SD dan MI) hingga perguruan tinggi. Dari alokasi
dana, perhatian, pembinaan manajerial, bantuan buku dan media
pembelajaran, serta penempatan guru, hingga pemberian beasiswa
pendidikan lanjut sering tidak sama antara yang diterima oleh sekolah
umum (Depdiknas) dengan madrasah (Depag).
Kesenjangan antara madrasah swasta dan madrasah negeri pun
tampaknya juga menjadi masalah yang belum tuntas diselesaikan. Gap
tersebut meliputi beberapa hal seperti pandangan guru, sarana dan
prasarana, kualitas input siswa dan sebagainya yang kesemuanya itu
berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada mutu
pendidikan. Yang demikian ini karena munculnya SKB tiga menteri
tersebut belum diimbangi penyediaan guru, buku-buku dan peralatan
lain dari departemen terkait.133Nampaknya sekarang tidak demikian,
model madrasah yang berkembang sekarang suda adanya peningkatan
kesadaran pihak sekolah antara pihak yayasan, pimpinan sekolah dan
para guru dan wali murid/wali siswa serta para donatur dan para
simpatisan pendidikan.
133Malik Fadjar, Loc. Cit.,
102
P. Gambaran Madrasah dalam Arus Perubahan Sosial di Era
Modern
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern
belakangan semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan
yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat,
di saat filsafat hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan.134
Pada saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya,
keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang. Masyarakat
menyadari betapa pentingnya peran vital nilai moral, sikap dan
pandangan hidup dalam kehidupan pendidikan sebagai penyeimbang
ilmu pengetahuan yang di dapat siswa atau alumni sekolah selama ini
yang tidak seimbang.
Terlepas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang
berasal dari dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input
dan kondisi sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti
persyaratan akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang
menimbulkan kesan madrasah sebagai 'sapi perah', madrasah yang
memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh model pendidikan
lainnya itu menjadi salah satu tumpuan harapan bagi manusia modern
untuk mengatasi keringnya hati dari nuansa keagamaan dan
menghindarkan diri dari fenomena demoralisasi dan dehumanisasi yang
semakin merajalela seiring dengan kemajuan peradaban teknologi dan
materi. Sebagai jembatan antara model pendidikan pesantren dan model
pendidikan sekolah, madrasah menjadi sangat fleksibel diakomodasikan
dalam berbagai lingkungan dan kebutuhan. Di lingkungan pesantren,
madrasah bukanlah barang yang asing, karena memang lahirnya
madrasah merupakan inovasi model pendidikan pesantren.
Selanjutnya dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih
mudah mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang
dipelajari. Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual
aids, kesan kumuh, jorok, ortodok, dan exclusive yang selama itu melekat
pada pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolit makin
tidak malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke
pesantren dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekedar
berniat menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis)
134Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Yokyakarta,
Pustaka Pelajar, 1999, hal. 1-100.
103
hingga yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren
tersebut, orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana. Pondok
Pesantren Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan putra putri
konglomerat, sekali daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah fasilitas
didapat. Ma'had Al-Zaitun yang berlokasi di daerah Haurgelis (sekitar 30
KM dari pusat kota Indramayu), yang baru berdiri pada tahun 1994, juga
telah menjadi incaran masyarakat modern kelas menengah ke atas, bahkan
sebagian muridnya berasal dari negara-negara sahabat, seperti Malaysia,
Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian, model pendidikan
madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya tawar yang cukup
tinggi.
Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah
bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Kendal misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang
mengutamakan penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan
Inggris. Pondok Pesantren yang didirikan oleh para alumni Pondok
Pesantren Modem Gontor Ponorogo pada tahun 1990 itu telah
menampung sekitar 1300 santri (siswa).
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah
akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di
pesantren yang pada umumnya berlokasi di luar kota dirasa tidak cukup
memenuhi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu banyak model
pendidikan madrasah bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil
maupun di kota-kota metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang
berkembang di luar lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan
etika agamanya tetap menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan
Islam. Etika pergaulan, perilaku dan performance pakaian para
santrinya menjadi daya tarik tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan
hidup dunia akhirat sebagaimana tujuan pendidikan Islam.135
Q. Sinergisitas Peluang dan Tantangan Madrasah
Sebagai lembaga pendidikan keagamaan Madrasah dulu
dianggap tidak memiliki peran yang signifikan dalam menaruh
135Al Abrasyi, dalam Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam;
Konsep dan Pebandingan Pemikirannya, , Jakarta, Grafindo, 1996., Dapat dilihat Juga
dalam Athiyah Al- Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
1970, hal.1- 150.
104
harapan bagi masyarakat. Madrasah cenderung dianggap sebelah
mata atau di nomor tigakan dari lembaga pendidikan atau sekolah
yang sederajat seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Kondisi tersebut sama saja baik
madrsaah negeri yang ada dibawah lingkungan Departemen Agama
maupun madrasah swasta. Jauh sebelum itu alumni madrasah tidak
dapat diterima di dunia kerja profesi seperti alumni madrasah aliyah
setingkat SMA tidak bisa masuk perguruan tinggi umum, seperti UI,
Gajah Mada, dan lain sebagainya. Kemudian tidak bisa masuk
kepolisian, TNI, Perbankan, Institusi Pemerintah/Pemda. Hal
tersebut karena madrasah masih asing di duninya sendiri yang
negerinya mayoritas berpenduduk Islam. Hal tersebut mungkin harus
diakui, karena masyarakat memang belum begitu mengenal apa itu
madrasah, baik pada segi kedudukannya sebagai salah satu lembaga
pendidikan, maupun madrasah dilihat dari salah satu system
pendidikan, dilihat pada kontek muatan kurikulum, tujuan dan
orientasinya. Kalau hal tersebut terus menerus maka dengan
sendirinya sangat merugikan bagi keberlangsungan lembaga
pendidikan ini. Akan tetapi sejalan dengan tuntutan dinamika
perubahan sosial, madrasah dalam waktu-ke waktu mengalami
perubahan, akibat adanya pembinaan-pembinaan dan usaha-usaha
penyesuaian terhadap tuntutan masyarakat akan kebutuhan dunia
pendidikan. Secara berangsur-angsur lembaga madrasah menbenahi
diri baik dari segi visi, dan misi, tujuan, orientasi, maupun dalam
sistem yang lainnya.Madrasah dari waktu ke waktu dapat
mengimbangi berbagai kebutuhan dunia pendidikan, seperti dapat
mengubah kurikulum, penyesuaian materi pelajaran, perbaikan
sarana prasarana.Madrasah juga mampu menyiapkan perangkat keras
dan perangkat lunak (Software-hardware).Madrasah dalam arus
globalisasi juga telah mengadakan pembenahan dan mengikuti era
teknologi maju.Yaitu menyiapkan belajar dengan menggunakan
teknologi kompeter, selanjutnya menggunakan websittte,
menggunakan basis pengembangan informasi global dan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan teknologi tinggi (High
technology).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Informasi dan komunikasi tersebut. Pada tatanan
105
perkembangan dunia ekonomi mengalami Kemajuanyang sangat
pesat.136Sehingga hal tersebut menuntut adanya tenaga kerja yang
professional dan ahli dalam bidangnya.Seiring dengan itu madrasah
semakin hari semakin dapat mengikuti arus perkembangan kehidupan
masyarakat.Sehingga status lembaga pendidikan ini juga mengalami
peningkat. Pada tingkat label saja madrasah mengikuti geliat kehidupan
modern, seperti ada madrasah unggul, madrasah model, madrasah
terpadu, madrasah satu atap, madrasah teladan, madrasah plus dan lain
sebagainya. Kedudukan madrasah di mata masyarakat seterusnya tidak
lagi di pandang sebelah mata, atau di nomor duakan, atau di nomor
tigakan.Madrasah sudah diterima oleh masyarakat dari golongan
manapun dari masyarakat lower class, midle class, high class.Bahkan
ada sebagian masyarakat yang sudah maju tingkat pemikiranya
cenderung lebih suka memasukkan anak-anaknya di Madrasah. Hal
tersebut disebabkan karena madrasah dipersiapkan perangkat ilmu
pengetahuan baik untuk kebetuhan jangka pendek dan jangka panjang
dalam istilah lain kebutuhan dunia dan akherat. Kebutuhan akan ilmu-
ilmu agama ilmu-ilmu umum, wawasan, ketrampilan. Bahkan di
madrasah justru dipersiapan pembinaan mental lebih besar di
bandingkan lembaga pendidikan umum dan juga persiapan dunia kerja
dengan keterampilan dengan pengusaan teknologi. Di madrasah juga
sekarang ini ada yang di asramakan, seperti pondok pesantren yang
dikenal dengan madrasah satu atap yaitu mengikuti alur
pendidikan/sekolah umum dan pola pondok pesntren, yang di dalamnya
disediakan kursus, pembinaan bahasa, keterampilan dengan berbagai
kebutuhan dunia kerja termasuk bagi siswa yang memiliki minat
terhadap seni seperti musik dan lain sebagainya. Dari model madrasah
tersebut di sanalah letak mengapa madrasah terus menarik minat dari
masyarakat saat ini terus meningkat. Kepercayaan masyarakat terhadap
madrasah semakin meningkat, justru karena alumni madrasah sudah
sepadan dengan alumni sekolah umum, bahkan dianggap oleh sebagian
masyarakat memiliki nilai plus atau nilai tambah. Alumni madrasah
sudah diterima di lembaga manapun tanpa ada diskriminatif baik di
instansi negeri, pemerintahan/Pemda, TNI, POLRI, Perbankan,
136 Iptek, Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi dan Teknologi, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dan Tabrani Rusyan, Membangun Guru
Berkualitas, Jakarta, Pustaka Dinamika, 2012, hal. 11.
106
kehakiman, kejaksaaan dan lain sebagainya demikian juga di instansi
swasta semuanya sepadan dengan sekolah umum. Kondisi yang sama
bagi alumni madrasah bebas masuk untuk melanjutkan di Perguruan
Tinggi Umum (PTU) dan PTS bahkan untuk sekolah di luar negeri.
R. Kasus Pengembangan Madrasah Model Alternatif di Indonesia
1. Kasus Sejarah
Kasus pengembangan madrasah-madrasah di Baghdad,
ksusunya masa Harun Al rasyid dan Al-Makmun. Selain menitik
beratkan kajian studi-studi keilslaman yang kuat juga sangat
mendukung perkembangan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan,
sosiologi, geografi, astrronomi, selain itu juga pengakjian disiplin
filsafat yang dijadikan sebagai alat telaah ilmu pengetahuan. Madrasah
era Keemasan Islam pada pada Abbasiyah seperti Madrasah Nizamiyah
yang didirikan oleh perdana menteri Nizamul Mulk, yang pada era itu
Imam Al Ghozali pernah menjadi salah seorang guru besarnya.
Madrasah ini telah mengantarkan Islam berada dalam puncak keemasan
terutama pada bidang ilmu pengetahuan yang dikenal baik dunia Barat
dan di dunia Timur.
Kasus di Indonesia, pada umumnnya kurikulum madrasah di
Indonesia membagi jumlah mata pelajaran agama dengan pelajaran
umum sama-sama kuat. Pada prinsipnya kurikulum madrasah di
Indonesia awal berdirinya sudah memiliki karakteristik dan pondasi
yang kuat dengan sejumlah artikulasi mata pelajaran yang beragam
sesuai dengan disiplin pengembangan disiplin ilmu modern.137 Seperti
halnya madrasah yang dibangun oleh K. H. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta, pada tahun 1913, Madrasah muallimin dan muallimat,
kurikulumnya selain telah memadukan ilmu pengetahuan agama dan
umum, pada sisi tertentu juga menguatkan penggunaan bahasa asing.
Masa pra awal pertumbuhaan madrasah di Indonesia pada dasarnya
menjempatani model pendidikan klasik di Indonesia seperti di surau,
rangkang manasik dan di Ponpes dengan sistem atau model pendidikan
modern yang di bawah dari dunia Barat yang dikenal dengan sekolah.
Madrasah kalau kita lihat perjalanannya terutama pada esksistensi
profile
137Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Hidakarya Agung,
1989, hal. 1-99-100-199-.
107
Formalitas maupun pada sisi substansinya telah berhasil
menjawab tuntutan dunia pendidikan yang dibutuhkan masayarakat.
Karena madrasah dipandang sebagai wadah yang sangat tepat mewakili
kebutuhan masyarakat baik dibidang sumber daya manusia,
pengentasan butah hurup, wawasan keislaman, ilmu pengetahuan,
nasionalisme dan kebangsaan.
2. Model Madrasah Aliyah Program Khusus (MA PK)
Menurut Faried Wijdan salah seorang peneliti sekolah
keagamaan, melihat kebijakan Menteri Agama Republik Indonesia,
melaui Direktorat Pendidikan Madrasah belum lama ini meluncurkan
agenda pembagian madrasah menjadi empat kelompok. Yaitu madrasah
dengan spesialisasi kegamaan (MA-PK), madrasah spesialisasi
keilmuan sains dipegang oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan
Cendekia, madrasah spesialisasi vokasi (mirip SMK), dan madrasah
reguler yaitu madrasah negeri dan swasta pada umumnya. Khususnya
kajianterhadap Madrasah Aliyah Program Khusus atau madrasah
dengan spesialisasi keagamaan. Madrasah model ini merupakan
metamorfosa dari Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK), yang
pernah dikembangkan oleh Munawir Sadzali (1988-1983) sebagai
menteri Agama pada saat itu. Madrasah Aliyah Program Khusus
digagas pada tahun 1987, sebagai sebuah proyek prestisius. Departeman
Agama untuk mengantisipasi akutnya persoalan madrasah, terutama
menyangkut pengkaderan ulama (program tafaqquh fiddin). MAPK
dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1987
adalah sebuah pilot project membentuk generasi baru untuk
dipersiapkan menjadi pegawai kementerian agama yang lebih
profesional dan berwawasan luas serta moderat agar mampu memahami
perbedaan pemikiran keagamaan di tengah-tengah masyarakat sehingga
bisa mewarnai berbagai wacana perkembangan bangsa dan Negara
Melihat model madrasah ini dapat disamakan dengan istilah
Karel Steenbrik bahwa sekolah ini diterapkan kurikulum yang padat
agama yang mengunggulkan penekanan bahasa Arab dan Inggris serta
pembelajaran yang intensif dengan sistem asrama seperti pesantren.
Pada awalnya proyek ini madrasah ini dibuka di lima tempat: Padang
Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Jember dan Ujung Pandang. Pada tahun
1990 dibuka lagi di Lampung, Surakarta, Mataram dan Martapura.
108
Dengan seleksi ketat dan pendanaan memadai (didukung proyek). Pada
kenyataannya madrasah ini dinilai telah berhasil menyiapkan lulusan
kader ulama dengan wawasan keislaman, keindonesiaan dan
kemodernan yang menawan.
Pada sisi lain cirikhas yang melekat pada program yang diusung
Madrasah Aliyah Program Khusus,(MA-PK) adalah program
pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin). Madrasah Aliyah
Program Khusus adalah lembaga pendidikan formal bukan pesantren
tetapi bentuknya berperan sebagai penyambung dari ‘tradisi pesantren’
yang berlangsung lama yang tujuannya adalah untuk mendalami ilmu-
ilmu keagamaan, dengan trade marketnya atau unsur utamanya adalah
mengkaji kitab kuning. Kembali lagi melihat keotentikan madrasah
model ini, secara substantifhubungan madrasah aliyah program khusus
sebagai tafaqquh fiddin bagaikan wadah dan isinya adalah bagian dari
madrasah Madrasah Aliyah yang ada pada saat ini dengan struktur
program kurikulum yang porsi pelajaran agamanya 70 %. Sedangkan
mata pelajaran umum 30 % .Setiap siswa MAPK juga dituntut untuk
menguasai Tujuh Kecakapan untuk Bertahan Hidup (The Seven
Survival Skills) ala Tony Wagner (2008) dalam buku The Global
Achievement Gap, meliputi:
a. Berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah.
b. b Bekerja sama dalam jaringan dan memimpin dengan pengaruh,
c. Ketangkasan dan mampu beradaptasi
d. Berinisiatif dan kewirausahaan
e. Komunikasi efektif baik lisan maupun tulisan
f. Mengakses dan menganalisa informasi
g. Rasa ingin tahu dan daya imajinasi.
Perlu difahami sejak didirikan sampai saat ini, Madrasah Aliyah
Program Khusus telah meluluskan ribuan alumni. Alumninya umumnya
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan yang lain terutama dalam
penguasaan materi agama dan bahasa Arab dan Inggris. Madrasah
Aliyah Program Khusus berhasil menelurkan intelektual yang
agamawan handal dan dan saat ini alumninya menempuh studi ke
seantero perguruan-perguruan tinggi elit di Eropa, Amerika Serikat,
Australia dan Timur Tengah. Banyaknya alumni yang melanjutkan
pendidikan di luar negeri itu memberikan gambaran bahwa madrasah
jenis ini benar-benar telah mampu melahirkan lulusan yang memiliki
109
kualitas yang memadai. Madrasah ini sudah melahirkan pribadi dan
nama-nama besar, sebut saja: Dr. Asrorun Niam Saleh, Ketua Komite
Syariah WAFC ((World Halal Food Council), Habiburrahman El
Shirazy, sastrawan Asia Tenggara, Burhanuddin Muhtadi, pengamat
politik sohor di republik ini, Teuku Kemal Pasha (antropolog) dan
masih banyak nama lainnya yang berkiprah bagi negeri ini. Alumni
MAPK telah terbukti mampu berkiprah di semua lini kehidupan baik
sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, kemudian pada
bidang-bidang lainnya seperti politik, ekonomi, sosial budaya, media
dan militer. Proyek yang mersusuar ini sayangnya lama-kelamaan
menjadi melemah baru beberapa tahun berjalan pasca menteri Munawir
Sadzali dan Tarmizi Taher, MAPK bak anak yatim yang kurang terawat
dan diperhatikan, eksistensinya nyaris tak terdengar, tidak lagi
spektakuler. Pada kelanjutannyamadrasah ini hanya semacam ‘program
sisipan’ dan bayangan saja. Berbeda misal dengan SMA Taruna
Nusantara, sekolah yang digagas oleh Menteri Pertahanan dan
Keamanan saat itu, Jenderal LB Moerdani, yang kemudian diresmikan
oleh Pangab saat itu, Jenderal Try Sutrisno pada tahun 1990. Padahal
usia MAPK 2 tahun lebih tua daripada SMA Taruna Nusantara.
Nampaknya proyek ini setelah ganti menteri, kebijakan pun berubah.
MAPK kurang diperhatikan oleh menteri-menteri agama yang menjabat
selanjutnya. Program Madrasah Aliyah Program Khusus mengalami
restrukturisasi. Puncaknya adalah dengan keluarnya Keputusan Menteri
Agama (KMA) No. 371 Tahun 1993, restrukturisasi madrasah
dilakukan dengan perubahan MAPK menjadi Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK). Memang secara substansial, antara MAPK dengan
MAK tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali beban kurikuler MAPK
agak lebih berat ketimbang MAK. Dari segi operasional, MAPK
didukung proyek, sedangkan MAK tidak. Ditambah dengan KMA 371
Tahun 1993 ini Kanwil Depag diberi wewenang membuka MAK sesuai
kebutuhan dan bagi Madrasah Aliyah yang mau melaksanakan saja
tanpa ada penekanan khusus, hal ini bukan saja berlaku bagi MAN
tetapi juga di Madrasah Aliyah Swasta (MAS), sehingga jumlah MAK
menjadi semakin banyak tetapi mungkin kurang perhatian. Sayangnya
pertambahan jumlah yang sangat besar ini tidak dibarengi dengan
dukungan dana, sarana, prasarana dan tenaga yang memadai. Meskipun
penyelenggaraan program MAPK memperoleh anggaran tersendiri dari
110
pemerintah, namun anggaran yang digulirkan tidak memadai bahkan
jauh dari mencukupi. Bahkan di beberapa tahun terakhir, anggaran yang
digulirkan oleh pemerinah semakin mengecil dan jauh dari mencukupi
kebutuhan. Pemerintah mulai melepaskan tanggung jawab dari
penyelenggaraan program MAPK walaupun program ini telah
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kondisi MAPK saat ini
benar-benar hidup segan mati pun tak mau. Padahal biaya operasional
penyelenggaraan program ini cukup besar, mengingat padatnya mata
pelajaran yang diajarkan dan menuntut hasil yang lebih baik dari
Madrasah regular. Terlebih guru-guru yang mengajar di Madrasah
Aliyah Program Khusus sebagian besar merupakan guru honorer yang
tentu saja harus diberikan honor yang pantas setiap bulan. Karena
memang pemerintah belum pernah mengangkat guru PNS bagi program
MAPK. Lain halnya dengan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK)yang
mengalami degradasi yang semakin lama semakin buruk. Pada
gilirannya, animo masyarakat untuk mendaftar ke sekolah ini menurun
drastis. Bahkan sejumlah MA akhirnya harus rela undur diri dari
penyelenggaraan program ‘tafaqquh fiddin negeri ini, karena tidak lagi
mendapat murid. Kalau melihat program revolusi mental yang
dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sepertinya udah saatnya
pemerintah memberikan porsi perhatian lebih terhadap MAPK/MAK
dalam dunia pendidikan, sehingga revolusi mental dapat berjalan dan
membuahkan hasil yang baik. MAPK/MAK mengajarkan budi pekerti,
akhlakul karimah, sikap dan nilai-nilai luhur manusia. Tidak cukup di
sini, MAPK/MAK selain menyemaikan ajaran tentang agama dan budi
pekerti, MAPK/MAK juga menjadi basis penyemaian ajaran semangat
kebangsaan, kebehinekaan, moderatisme, dan nilai-nilai Islam
Nusantara. Siswa MAPK berasal dari berbagai provinsi, lintas mazhab
dan ragam pemikiran. MAPK adalah miniatur Islam Indonesia.
Meminjam istilah Burhanudin Muhtadi: MAPK adalah pasar raya ide
yang dipenuhi oleh kios-kios yang menjajakan tafsir Islam yang warna-
warni. Lulusan MAPK/MAK bisa dikaryakan di berbagai lembaga
seperti KPK, Densus 88, BNPT, BNN, dan MUI untuk menjadi garda
terdepan memerangi korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan
Napza, radikalisme dan ekstremisme. Semoga Kementerian Agama
benar-benar serius “memodernisasi” MAPK/MAK. Persoalan yang
dihadapi MAPK/MAK, seperti gonjang-ganjing tentang kualitas, animo
111
masyarakat, administrasi dan manajemen, status hukum mendesak
untuk diperhatikan. MAPK idealnya dibentuk sebagai program mandiri,
dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) sendiri, dikelola dengan
sarana dan prasarana pendukung yang memadai, memiliki standarisasi
yang baku serta dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan yang jelas.
Penyelenggaraan MAPK melalui SK Menteri Agama jangan lagi hanya
bersifat susulan dan pelaksanaannya dititipkan dan menginduk ke
Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Sudah saatnya struktur dan tata kelola
organisasi MAPK berdiri sendiri, terpisah dari lembaga lainnya
termasuk dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Selanjutnya, perihal
ketidakjelasan status program MAPK menyebabkan administrasi dan
manajemen penyelenggaraan program juga tidak jelas, tidak terarah dan
tidak mandiri. Hal ini menimpa hampir seluruh MAPK di Indonesia,
terutama yang berstatus negeri. Intinya: di samping faktor finansial, tata
organisasi dan penyelenggaraan yang tidak mapan, MAPK juga
dihadapkan dengan problematika legalitas dan undang-undang.138
3. Kasus Model Boarding School139
Modernisasi tidak menghalangi kita untuk dapat hidup
berakhlak mulia. Akan tetapi, memang benar seiring perkembangan
zaman, semakin banyak nafsu duniawi yang dapat menjerumuskan
manusia ke jalan yang salah. Oleh sebab itu, pendidikan Islami perlu
ditanamkan sejak dini.Pada umumnya, orangtua perkotaan memberikan
pendidikan religi dengan memasukkan anak-anaknya ke pengajian.
Karena pengajian dianggap tidak cukup, mengingat waktu yang
terbilang singkat dan terpaan lingkungan luar yang lebih besar maka
dengan pengajian saja belum tentu dapat membentengi anak secara
optimal. Maka apa yang sebaiknya orangtua lakukan? Memilih
Pesantren Boarding School sebagai pendidikan sejak dini adalah pilihan
yang tepat di era modern ini.
Pesantren Boarding School atau yang biasa disebut dengan
Islamic Boarding School merupakan bentuk dari sekolah yang mana
138Oleh Faried Widjan, Alumnus MAPK Surakarta, Pemerhati Sekolah-
sekolah Keagamaan.Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/61976/madrasah-aliyah-
program-khusus-mapk-makhluk-apakah-itu, 2012, hal. 1-40. 139Arsy Karima Zahra, Bording Scholl, Karya Ilmiah yang dipublikasikan,
tahun 2008 hal. 145. (wwwteori.com 201/03/boarding Scholl, pengertian bording
scholl.25 Pebruari 2017.
112
siswa-siswinya bertempat tinggal di asrama. Yang membedakan dengan
sekolah umum lainnya adalah Islamic Boarding School menanamkan
nilai-nilai Islami sesuai dengan tatanan idealnya. Di Indonesia sendiri,
Islamic Boarding School biasanya bentuk modernisasi dari pondok
pesantren. Jadi, di zaman yang serba modern ini, Islamic Boarding
School menjadi alternatif pendidikan yang menarik, terutama bagi
insan-insan muda zaman sekarang.Mempelajari ilmu-ilmu agama secara
mendalam. Sebagai pesantren tahifdz, Zamzam Syifa Boarding School
berfokus kepada hafalan Al-Qur’an. Kurikulum International
Cambridge:Asramanya ada di apartemen Grand Zamzam
TowersFasilitas asrama meliputi: satu kamar full ac dengan furnitur
modern minimalis yang diisi oleh beberapa santri. kamar mandi ada di
setiap kamar dengan toilet duduk dan shower, makan tiga kali sehari
dengan menu catering 4 sehat 5 sempurna yang lezat, lokasi ada di
apartemen pusat kota Depok dengan lingkungan yang sehat, bersih, dan
sangat luas.
Jadwal kegiatan sehari-hari yang padat dan menyenangkan santri;
Diperbolehkan pulang setiap dua minggu sekali hingga tetap
dapat berkumpul dengan keluarga. Satu kelas diisi dengan jumlah murid
yang dibatasi agar proses belajar mengajar lebih efektif dan mudah
perkembangan anak mudah dipantau. Ekstrakulikuler umum hingga
kekinian seperti: broadcasting (termasuk fotografi dan sinematografi),
desain grafis, fashion, internet marketing, programming
danmemanah.Tanpa handphone. Diperbolehkan membawa
laptop/netbook sebagai sarana belajar dengan kontrol yang baik.
Diperbolehkan juga membawa kamera DSLR jika dibutuhkan dalam
ekstrakulikuler yang diminati. Satu wali asrama dibatasi memegang
beberapa santri agar pengawasan lebih fokus dan terciptanya hubungan
yang lebih intim seperti saudara.
4. Sekolah-Sekolah Unggulan (SMU Plus)
Sekarang ini banyak sekali berdiri sekolah-sekolah unggulan
atau sekolah plus, seperti sekolah-sekolah menengah umum yang
mengubah wajah atau profilnya menjadi sekolah yang memiliki
keunikan atau kekhususan. Sekolah jenis ini adalah model
pengembangan sekolah umum atau SMU biasa, akan tetapi karena
113
didorong oleh tuntutan zaman, adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pemahaman kegamaan yang lebih banyak, pengkajian terhadap sumber-
sumber ajaran Islam, maka mereka mengubah sIstem pembelajaran.
Maka selain mata-mata pelajaran yang telah ada, mereka juga
mengalokasikan jam-jam khusus yang diistilahkan dengan muatan
lokal, atau ektrakurekuler, untuk mempelajari Al-Qur;an dan As-
Sunnah, menghafal Al-Quran dan Hadits, serta mempelajari cabang-
cabang keilmuan Islaman yang lainnya. Program tahfidzh Al-Qur’an
dan Tahfidzh hadits biasanya menjadi salah satu program unggulan,
selain itu ada pendalaman bahasa Arab dan bahasa inggeris.Kalau
melihat beberapa uraian diatas bahwa posisi dan kedudukan madrasah
dalam dinamika kehidupan sosial sangat vital. Madrasah berdiri sebagai
tuntutan kebutuhan sosial,atau justru madrasah dijadikan alat untuk
menghadapi perkembangan prubahan sosial, karena masyarakat
dianggap tidak bisa berbuat banyak dan tidak mampu menghadapi
kenyataan yang berkembang dengan sedniri tanpa alat, atau media,
maka madrasah menjadi penghubung dan penggerak perubahan sosial
atau yang akan menjawab kebtuhan sosial yang ada. Kalau melihat
kasus sejarah ke emasan Islam madrasah berdiri justru sebagai sebuah
tuntutan mulia dari amanat ajaran Islam agar masyarakat muslim giat
menuntut ilmu, mentransmisikan dan mengembangkannya. Oleh karena
itu kegiatan atau aktivitas pendidikan sangat aktif dan produktif. Insan-
insan yang kreatif dan memiliki semangat tinggi yang didukung oleh
kebijakan yang searah sangat urgen untuk mementukan keberhasilan
pendidikan. Sehingga madrasah padasaat ini berfungsi sebagai
penggerak perubahan sosial, merubah pandangan hidup, mencerdaskan
masyarakat, mendekatkan manusia terhadap alam, menyadarkan
manusia akan posisinya sebagai pengelola dan pengendali alam dan
lingkungan, menggerakan rasa solidaritas sesama muslim, bahwa
manusia adalah intensitas hidup yang bermasyarakat, dimana ilmu
pengetahuan adalah alat untuk memasyarakatkan dan mambangun
masyarakat yang mulia yang didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam yang
penuh semangat menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Kalau melihat madrasah di Indonesia, berdirinya sebagai
kebutuhan yang tidak bisa dielekkaan, untuk memperbaiki tatanan
hidup masyarakat, kemiskinan pandangan,kebodohan, kemelaratan,
khurafat, tahayul dan singkritisme yang sudah lama melekat. Selain itu
114
sebagai dorongan memupuk rasa nasionalisme, kebangsaan dan
memupuk rasa percaya diri dan kesatuan agar nasip masyarakat bisa
diperbaiki. Madrasah dipandang sebagai jalan menyadarkan diri
kehidupan agar nasip bangsa Indonesia dapat dibenahi dengan jalan
pembenahan dari dalam diri dari jiwa raganya dibaangun kepekaan
terhadap realitas sosialnya. Lain halnya ketika melihat tuntutan dunia
pada saat ini, arus modern, dan era globalisasi. Realitas saat ini semua
anak-anak di belahan dunia, di permukaan bumi planet ini dikondisikan
oleh sistem teknologi informasi yang setiap waktu menuntut semakin
meningkat dan berkembang pesat. Ribuan bahkan jutaan data mereka
dapatkan setiap waktu dan setiap hari. Tangan anak-anak zaman ini
hampir tidak pernah melepas dari genggaman ponsel dan handfhone
dengan teknologi tinggi, mereka hampir lupa makan, minum, lupan
saudara, lupa lingkungannya. Cita-citanya ada pada desaign teknologi.
Tangan-tangan mereka seolah diramu oleh kepentingan dunia, bahkan
seakan-akan hampir tidak bisa dielakkan bahwa pikiran, pandangan dan
cita –cita meraka berada dalam ancaman kausalitas sains dan kemajuan-
kemajuan yang dicapainya. Mampukah anak-anak sekarang melepaskan
tangan-tangan mereka dari perangkat sains yang tela memasungnya?
Mungkin tidak sekedar itu pertanyaannya, apa yang mereka butuhkan
terhadap sains dan teknologi informasi saat ini? Benarkah sains dan
teknologi merupakan jawabannya/? Apa yang harus dilakukan oleh
pendidikan? Dan pendidikan yang bagaimana yang diperlukan?
Benarkah madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mampu
menjawab pertanyaan tersebut?.Kebutuhan ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi sebenranya dua hal yang sudah menjadi realitas pada
zaman ini. Dua hal yang mendesak berbagai kepentingan dunia, dimana
anak-anak memiliki ketergantungan terhadapnya. Terpaksa dan tidak
terpaksa anak-anak harus mengikuti trend ini, kencanduan ataupun
mungkin kepentingan seolah tidak bisa dipishkan sisi perbedaannya.
Bisakah madrasah memenuhi kebutuhan anak-anak terhadap kebutuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini. Ketergantungan
akan kebutuhan terhadap aspek ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi sebagai alat dan aksesoris kehidupan pada satu sisi membuat
ketinmpangan-ketimpangan tertentu, belum lagi dengan muatan-muatan
yang ada di dalamnya, keganderungan, kecanduan, dan keinginan untuk
memiliki benda-benda tertentu seringkali menimbulkan rawan komplik
115
dan kejahatan. Antara nafsu, dan keinginan semata dengan kebutuhan
sebagaimana dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Apalagi dalam
teknologi dan informasi banyaknya menu dan ramuan investasi jasa dan
ekonomi yang menjanjikan harga finansial seringkali mengaburkan dan
mengubur tatanan nilai-nilai tertentu yang berakhir terpasung dengan
kebutuhan-kebutuhan instan yang membahayakan harga diri dan masa
depan. Kira-kira itulah segelintir salah satu gambran ilmu pengetahuan
dan teknologi tanpa nilai-nilai agama.tanpa nilai pendidikan atau nilai
edukasi. Menurut Zakiah darajat, peranan orang tua, peranan keluarga,
lingkungan yang sekaligus merupakan kesatuan amanat pendidikan
agama Islam tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Anak-anak dalam Islam mulai dilahirkan, dibesarkan dan
didewasakan dengan cita-cita serta perinsip ajaran Tuhan agar mereka
berjalan dalam tuntutan kebaikan dan rahmat Tuhan, supaya mereka
menjalani kehidupan dengan baik dan benar, memiliki nilai-nilai yang
hasanah, dapat berbuat baik dengan sesama,dengan teman, orang tua,
keluarga dan lingkungan serta bertanggung jawab dengan masa
depan.140
Jika melihat haldi atas kami melihat bahwa posisi madrasah saat
ini memliki tanggung jawab yang sangat besar yaitu memenuhi
kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kebutuhan dan alat
kompetesi kehidupan. Pada sisi lain madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam memiliki tanggung jawab terhadap penanaman nilai-
nilai agama, nilai sosial, nilai edukatif atau tanggung jawab moral
terhadap generasi bangsa ke depan. Jika tidak dapat memenuhi salah
satu kebutuhan tersebut maka bisa jadi terjadi kesenjangan atau
ketimpangan yang diistilahkan dengan teori perubahan sosial Ogburn
yang disebut Cultural lag ketimpangan kebudayaan. Jika lembaga
madrasah dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi
saja, maka peran dan fungsi madrasah sebagai lembaga pendidikan
Islam boleh dikatakan gagal, dimana anak-anak tidak bisa
dipertanggung jawabkan masa depannya dan kabur cita-citanya dan bisa
berada dalam ancaman yang menakutkan, dan bisa sewaktu-waktu
menzolimi diri sendiri. Sebaliknya jika madrasah dapat memenuhi
140Zuhairini., Filsafat Pendidikan Islam., Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 1-
99-100-199.
116
kebutuhan nilai-nilai religious, nilai edukatif, nilai moral semata tidak
dapat atau belum dapat memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka anak-anak dan generasi ke depan tidak bisa
berkompetesi dengan dunia luar dan kehidupan, anak-anak akan
merana, menyesal, terbengkalai, dan mungklin cenderung menzolimi
diri. Jadi dengan sendirinya madrasah memiliki tanggung jawab
keduanya dan diharapkan dapat memenuhi beberapa aspek yang
dibutuhkan yaitu aspek agama, keyakinan,ibadah, mumalah yang baik,
fsikologis agama (keamaman dan kenyamanan), jasmani kesehatan.
Memenuhi kebutuhan ilmu pengetahhuan dan teknologi termasuk
teknologi informasi sebagai alat kehidupan, bergaul, bersaudara dan
berkompetesi dalam kebaikan ( khoi’ru umat ataufastaqul Khoirot).
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam senantiasa
menghadapi tantangan internal maupun eksternal. Tantangan internal
berkaitan dengan isi pendidikan Islam sendiri seperti sistem,
kelembagaan, visi, misi, orientasi, tujuan, kurikulum, materi, guru dan
peserta didik. Sedangkan tantangan eksternal yaitu menyangkut apa dan
bagaimana kondisi yang dihadapi oleh dunia Islam ke depan termasuk
era globalisasi. Apakah pendidikan Islam mampu menjawab berbagai
tantanngan tersebut sehingga umat Islam dapat maju dan berada dalam
pembinaan nilai-nilai mulia sebagaimana yang dicita-citakan oleh
agama Islam.
Era globalisasi merupakan era dimana masyarakat muslim
dihadapkan dengan beragam tantangan akibat kemajuan yang dicapai
oleh peradaban manusia sebagai hasil rekayasa teknologi informasi
kelas tinggi yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Teknologi
ini sendiri membawah arus perubahan sosial, karena setiap waktu dan
hampir di setiap tempat segala sesuatunya dapat dinikmati oleh umat
manusia. Muatan-muatan modernisasi sendiri dapat beragam bentuk
seperti isu sara, isu gender, budaya, femenisme, kebudayaan yang
lokalpun mencuat, peperangan, kekejian, kekejaman terhadap kaum
118
perempuan dapat dinikmati setiap saat. Kondisi ini dapat berbahaya dan
dapat menimbulkan goncangan sosial bagi peserta didik, maka jika
tidak diantisipasi oleh nilai-nilai ajaran Islam yang difilter melalui
proses pendidikan yang berlangsung di madrasah sebagai salah satu
institusi pendidikan Islam.
Hubungan madrasah sebagai institusi pendidikan dengan
globalisasi tidak bisa dipisahkan, satu sisi globalisasi merupakan
tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari setiap waktu dan berada
dihadapankehidupan manusia. Sedangkan pendidikan Islam sebagai
penjelmaan dari tujuan Islam merupakan kebutuhan yang mutlak ada
pada diri muslim. Pendidikan Islam bukan saja untuk kebutuhan
manusia secara individu, tetapi untuk kebutuhan masyarakat secara
luas. Pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi yang mulia, yaitu
insan yang berakhlakul karimah, keluarga yang harmonis, masyarakat
madani yang dicita-citkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan tujuan
ideal tersebut bisa dicapai apabila pendidikan Islam dimaksudkan bukan
hanya untuk tujuan rutinitas semata, tetapi bertujuan membangun
sebuah peradaban yang mulia.
Madrasah dalam upaya menjawab tantangan globalisasi telah
lama membenahi segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
pendidikan Islam, yaitu membenahi sistem pendidikan, sarana-
prasarana, kurikulum, metode dan pendekatan, materi pendidikan serta
orientasi pendidikan. Kelembagaan pendidikan sebaiknya
mengoptimalkan bagian-bagian demi bagian tersebut agar siap
mengahadapi globalisasi. Madrasah dalam sejarah pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan di era ke emasan Islam memegang peranan
penting sebagai alternatif dari perkembangan pendidikan yang telah
berkembang sebelumnya seperti Shuffah, Masjid, Majelis, Halaqah dan
lain-lainnya. Kasus di Indonesia pertumbuhan madrasah relatif baru
dibandingkan dengan pondok pesantren. Madrasah menurut ahli adalah
perpaduan antara pondok pesantren dengan sekolah Eropa. Di bumi
pertiwi, madrasah pada awal peryumbuhannya memang belum banyak
diminati oleh masyarakat. Karena masyarakat kita belum terbiasa
dengan sistem pendidikan baru, bahkan sebelumnya masih ada
masyarakat tradisional yang alergi dengan madrasah karena
beranggapan bukan berasal dari pendidikan pribumi atau pendidikan
Islam asli Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman Madrasah
119
sebagai model pengembangan pesantren terus diminati masyarakat
Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Bahkan madrasah
telah menjadi kebutuhan masyarakat metropolis atau menajdi
kebutuhan masyarakat klas menengah dan kelas atas.Perkembangan
zaman madrasah mengalami banyak peluang dan tantangan. Tantangan
internal dimana perlunya madrasah mendesain manajemen agar sesuai
dengan kebutuhan dunia pendidikan dan dunia kerja. Sisi lain madrasah
dituntut untuk mengikuti perkembangan dunia modern terhadap
kemajuan teknologi, informasi dan kebutuhan dunia global termasuk
pasar bebas dan kebutuhan afta pendidikan.
Seiring dengan waktu, madrasah sebagai salah satu model
pendidikan telah menjadi salah satu produk andalan bangsa Indonesia.
Alumni madrasah menyebar dimana-mana dan sekarang alumni
madrasah tidak saja di terima di perguruan tinggi Islam seperti STAIN,
IAIN, UIN dan sejenisnya, tetapi telah bebas bisa diterima dan masuk
perguruan tinggi umum seperti Gajah Mada UI,ITB Universitas dan
perguruan tinggi luar negeri sekalipun. Dan alumni madrasah juga telah
dapat diterima di Instansi pemerintah, TNI, POLRI, Perbankan, Pilot,
Pramugari, pelayaran dan lainnya. Madrasah saat ini juga tidak saja
merupakan sekolah andalan Islam di Indonesia, tetapi madrasah telah
berhasil membangun tradisi keilmuan yang telah mengakar. Madrasah
juga telah mengalami perkembangan mulai dari madrasah MAPK,
MAK, madrasah plus, madrasah model, madrasah satu atap, madrasah
terpadu, madrasah unggulan dan lain sebagainya. Perkembangan
madrasah tidak bisa dihindari karena merupakan tuntutan dinamika
perubahan sosial terutama menyonsong peradaban modern yang
semakin hari semakin berkembang yang didesak oleh pekembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi serta
perkembangan dunia kerja satu sisi. Sisi lain yang lebih utama karena
tuntutan terhadap pemahaman ajaran Islam sendiri.
Dalam mengikuti perkembangan zaman madrasah senantiasa
melakukan pembinaan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas
kurikulum, kinerja guru/pendidik, media, metode dan pendekatan
belajar. Selain itu madrasah harus senantiasa pintar membaca tanda
zaman agar madrasah senantiasa mendapat minat dan dapat menjadi
lembaga alternatif yang bernilai tambah, yaitu antara Islam, ilmu, skill,
120
moral dan pemenuhan dunia kerja, terutama untuk menghadapi
kompetesi globalisasi.
B. Saran-Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka kami dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut;
1. Kepada pihak penyelenggara madrasah di Indonesia hendaknya tetap
menjaga dan meningkatkan mutu dan kualitas madrasah sebagai
institusi pendidikan Islam, agar supaya institusi pendidikan ini tetap
menjadi sebuah kekuatan dalam memberikan nilai-nilai religious,
nilai-nilai edukatif, nilai-nilai sosial, nilai filosofis terhadap
perubahan sosial yang sedang terjadi.
2. Kepada setiap unsur yang terkait, hendaknya tetap di dorong dan
meningkatkan peran madrasah untuk menjadi salah satu lembaga
pendidikan alternatif dalam mengantisipasi perkembanagn zaman
terutama agar masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sistem komunikasi dan
informasi sebagai cirikhas tuntutan globalisasi.
3. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam ada baiknya senantiasa
peka melihat peta perubahan sosial globalisasi yang rana muatannya
tidak saja memberikan bentuk investasi-investasi yang membangun,
tetapi terkadang juga sering memberikan arah yang dapat menjebak
generasi penerus bangsa ke dalam lingkungan yang bersifat negatif.
Oleh karenanya madrasah hendaknya memberikan penegasan dalam
mengarahkan oreintasi pendidikan agar senantiasa mengembalikan
kepada hakekat ajaran Islam agar nilai-nilai sosial, dan nilai
kemanusiaan tetap terjaga kemurniannya.
4. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang telah banyak diminati
hampir semua lapisan masyarakat, hendaknya tidak saja
mengembangkan rana ilmu pengetahuan, wawasan saja, tetapi juga
harus tetap mengutamakan nilai-nilai praktis yaitu menyiapkan
pengetahuan dan keahlian, keterampilan, dan kemaharian agar
alumni madrasah siap mengikuti perkembangan dunia kerja, dan siap
mengikuti persaingan pasar global yang membutuhkan kecanggihan
dalam berbagai multi potensi.
5. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam hendaknya dapat
melahirkan putra-putri bangsa yang memiliki integritas kepribadian,
121
jati diri, kemandiran, kejujuran dan istiqomah dalam menjaga nilai-
nilai ajaran Islam dan senantiasa dapat mencerminkan diris ebagai
pribadi seorang muslim yang utuh yang dapat menunjukkan diri
sebagai manusia yang terbaik (khairu ummah), dan mengalirkan
perbuatan dan nilai-nilai hasanah kepada kehidupan sosial, dan tetap
bisa menjaganya sebagai pewaris yang mewarisi ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
6. Pihak penyelenggara madrasah hendaknya tidak lengah bahwa misi
madrasah sama dengan misi Islam yaitu menjaga Iman dan Aqidah
yang kuat dalam setiap sistem dan kegiatan belajar, dan senantiasa
mengukuhkannya dalam setiap aktivitas baik di sekolah, di rumah
maupun dalam kehidupan sosial.
7. Kepada pihak penyelenggara madrasah baik negeri maupun swasta
kiranya tetap menjaga visi, misi, tujuan dan oreintasi madarsah
sebagai institusi pendidikan Islam yang dapat mewujudkan insan-
insan atau alumni madrasah yang memiliki kebaikan rohani dan
jasmani, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kemahiran serta
akhlak yang mulia serta memiliki pandangan jauh ke depan untuk
keselamatan diri di dunia dan di akherat sebagai wujud hakekat
ajaran Islam yang sempurna.
C. Rekomendasi
Berdasarkan uraian dari bab-bab pembahasan dan melihat
kesimpulan dan saran-saran yang ada, sehingga penulis dapat
menawarkan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada semua pihak yang terkait; penyelenggarah lembaga
madrasah, pemerintah, instansi swasta, kepala sekolah, yayasan,
guru-guru dan stak holder agar kiranya tetap mempertahankan
eksistensi keberlangsungan madrasah, menjaga nilai-nilai sejarah,
menjaga keotentikan, visi,misi, tujuan dan oreintasi madrasah
sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjaga dan
mengembangkan nilai-nilai Islam, meningkatkan kualitas umat serta
generasi masa depan yang lebih baik untuk mewujudkan sumber
daya insani yang produktif.
2. Kepada semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan madrasah
instansi pemerintah dan swasta,kiranya dapat mempersiapkan
kekuatan kompetensi globalisasi dengan menyelenggarakan sistem
122
pembelajaran yang terfokus bagi peningkatakan kualitas nilai-nilai
religious, akhlakul karimah, kekuatan keimanan,ketaatan ibadah,
muamalah dan sosial, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi, baik teknologi komunikasi dan informasi, akses jaringan
dan jalinan dunia kerja yang berguna bagi masa depan alumni
madrasah sebagai perwujudan upaya pembentukan sumber daya
insani yang produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Surabaya :
Mahkota, 1989.
Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta, 2003.
Ahmadi, Abu, Strategi Belajar Mengajar. Bandung; Pustaka Setia,
1997.
Ahmadi, Abu, , Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Bina Aksara,1988.
Al Qordhowi, Yusuf. Membumikan Syariat Islam, Muhammad Zakhi,
Yasir Tajid, Surabaya, Dunia Ilmu,, 1990:
Alisjahbana, S. Takdir, Pemikiran Islam Dalam Menghadapi
Glohalisasi dan Masa Depan Umat Manusia, Jakarta, Dian
Rakyat. 1992.
Ali, K., ,Sejarah Islam ;Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya
Dinasti Usmani, (Tarikh M odern), Gufron K. Mas’adi
(Penerjemah), Jakarta; cet ke 4, 2003
Ansary, Tamim, dari puncak Baghdad, Sejarah Dunia Versi Islam,
Yuliani Liputo: (Penerjemah), Jakarta: Public Affair, 2009.
Asy Syarkowi, Abdurrahman, Muhammad Sang Pembebas,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
Asrahah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta, Logos. 1999.
Alisjahbana, S. Takdir, Pemikiran Islam Dalam Menghadapi
Glohalisasi dan Masa Depan Umat Manusia, Jakarta, Dian
Rakyat. 1992.
123
Arifin, Muzayyin, , Tentang Filsafat Pendidikan Islam, , 2009,
Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta; Bumi Aksara,
2003.
Al Faruqi, Ismail Raji, Ismalisasi Ilmu Pengetahuan, ( Islamization
Knowladge) Terj. Anas Mahyudin ,Bandung, Pustaka, 1984
Arikunto, Suharsini, Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta; Rieneka Cipta.
Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Bnadung: Pustaka, 1996.
Ali, Arief Furchan, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan
Globalisasi, makalah, 2014.
Arnikum, Hartono, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Bachtiar, Amsal, Filsafat Agama, Wisata Pemikiran dan Kepercayaan
Manusia, Jakarta: Grafindo, Persada, 2007
Buchari, Mochtar, Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam
Renungan). Yogyakarta; Tiara Wacana, 1994.
Badan Litbang Diklat Kementerian Agama RI. Tafsir al-Qur’an
Tematik: Pendidikan, Pembangunan Karakter dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Aku Bisa,
2012.
Bachtiar, Yoyon, Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan
Pendidikan, Bandung, UPI, 2006.
Bakar Osman, Herarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu
Menurut Al Farabi, Al Ghazali, Quthb Al-Din Al-Syirazi,
Seyyed Hosein Nasyr (Pengantar), Purwanto
(Penterjemah),Santi Indra Astuti (Penyunting), Bandung: Mizan,
1997.
Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, Andi Offset,
1988.
Bloom, B.5, Toxomony of Educational Objectives, the Classification of
Educational Goals, Hand Book I: Cogniti Domain. New York:
Long mans, Green and Co.
Bogdan, B.C. & Biklen, SK., Qualitatif Research For Education,: An
Introduction to Theory and Method, Boston: Allyn and Bacon
Ine, 1982.
Buchori,Muchtar, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia.
Yogya; Tiara Wacana, 1994.
,Ilmu Pendidikan & Praktek Pendidikan (Dalam Renungan).
Yogya; Tiara Wacana., 1994.
Barbara B,Seeli Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan
Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No 22. Dewi
S. Prawidilaga, Rafhael Rahardjo, dan Miarso, Yusuf Hadi
Miarso, Cet.iii, 1944.
124
Al Attas, Syeed Muhammad Naquib, Al Qur’an dan Filsafat Sains,
Syaiful Muzani (Penerjemah), Bandung Mizan, 1995,.
Choiri, Miftahul, Guru Masa Klasik (Kajian Historis Tentang Status
Sosial dan Peran Guru), dalam Abudin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam Pada Periode Klasikdan Pertengahan,
Jakarta, PT Raja Grafinfo Persada, 2012
Dradjat, Z.Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang, 1971.
Darmuin , Prospek Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Telaah
Terhadap Pesantren dan Sekolah. Dalam Chabib Thoha dan
Abdul Muth'i. PBM-PAI di Sekolah,: Eksistensi dan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam,, Yokyakarta:
Pustaka Pelajar. Bekerjasama dengan Walikota Semarang 1998.
Dalam Raharjo, 2008.
Dhofier, Z.,Tradisi Pesantren.Jakarta: LP3ES,1982.
Durkhiem, Emil,, (The Elementary Forms of The Religiou Life),
(Penterjemah, Enyiak Ridwan Muzir, 1992.
Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance), 2003.
Definisi Globalisasi menurut Ahli, dalam Google, diambil Sabtu,
tanggal 21.
Dradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta Bulan
Bintang, 1971.
David, R. Fred.Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan).
Jakarta, Indeks, 2004.
Danim, Sudarwan, Komunitas Pembelajar (kepemimpnan Tansformasi
dalam Komunitas Organissasi pembelajaran), Jakarta; Bumi
Aksara, 2003.
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan,
Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
E. Mulyasa., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2004.
Susanto Ari, Mahfud dan Dayat, Urgensi Manajamen Pendidikan Isam
dalam Era Gobal, Makalah Yang Sudah diterbitkan, Jakarta:
2014
Fadjar, M.A. (Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan.
1998.
Fadjar, A Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung
Mizan, 1998.
Facharurozi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta Press,
2000.
Feisal, Yusuf Amir, Reorentasi Pendidikan Islam, Jakarta : Gema
Insani Press.; 1995.
125
Forum Ilmiah Festival Istiqlal II’ 95., Ruh Islam dalam Budaya
Bangsa., Wacana Antar Agama dan Bangsa, Yayasan Festival,
Bina Rena Pariwara, 1996.
Furchan Ali., Arief, Pemberdayaan Madrasah dan Tantangan
Globalisasi,dalam Makalah, 2014.
Furchan, Arief, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi
Keberadaan Madrasah dan PTAI). Yogyakarta; Gama Media,
2004.
Geertz,, Clifford, Religin, as a Culture System, dalam Mechael Banto
(Ed), Antrological Approaches to the Study of Religion, New
York” Praeger. 1966.
“The Javanes Kyai The Changing Role of a Culture Broker, University
of California Press, 1963. Dalam Hanun Asroha, Sejarah
Pendidikan Islam, tahun 1999.
Gunawan Ary. H., Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta., 2000.
Gunawan, Ary H. Kebijakan Kebijakan Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta, 1995.
Hasyimi, A. Kebudayaan Aceh daam Sejarah, Jakarta, Beuna, 1983,
hal. 1-99-150
Hujair. Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Madani
Indonesia). Yogyakarta; Safiria Insania Press, 2003.
Hasibuan, S.P. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan II.
Jakarta, Toko Gunung Agung, 1995.
__________________. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah,
Cetakan I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung, 1996.
Iptek, Pusat Pengkajian, Inovasi dan Teknologi, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, dalam Tabrani Rusyan, Jakarta: Pustaka,
Dinamika,2012.
Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,
Khairul Bayan,200
Idi, Abdullah, Sejarah Sosiologi Pendidikan, Materi Program S.2/IPI
IAIN Raden Fatah Palembang, tanpa tahun, 2009.
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik,
Yokyakarta: AR-Ruzz Media, 2011.
Idi, Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat dan
Pendidikan, Cet. 3,Jakarta; Rajawali Press, 2013.
Ismail, M. Yusanto,Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,
Khairul Bayan,2003.
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: Grafindo Persada, 1996.
126
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat
dan Pendidikan,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Konsep Sejarah,
Kemanusiaan dan Kebudayaan), Jakarta: Gramedia,1997.
Johnson, R.A. The Theory and Management of System. Tokyo:
McGraw Hill Kogakusha, 1973.
Karima Zahra, Arsy, Bording Scholl, Karya Ilmiah yang dipublikasikan,
tahun 2008 hal. 145. (wwwteori.com 201/03/boarding Scholl,
pengertian bording scholl.25 Pebruari 2017.
Keputusan Muktamar Muhammadiyah, Beserta Makalah Prasarannya,
Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, PPM, 1995.
Kutojo, Sutrisno, Perspektif Sejarah Sosial, Bandung Pustaka, 1995
Kadarman, A.M. et.al.,Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia,
1996.
Kattasoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Sebuah Buku Pegangan Untuk
Mengenal Filsafat, terj, Oleh Soejono Somargono, Yogyakarta,
Tiara Wacana Yogya, 1992.
Kompetensi Akademik Siswa Ibtidaiyah, MTS, Aliyah Menurut
Kementerian Agama RI., Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36.
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, Suatu Pendekatan Preaktis
dissetai dengan Contoh, Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2013.
Kontowijoyo, Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Dalam
Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial, Sarasehan
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah , M.Amien Rais
(Editor,), Yogyakarta: PLP2M, 1985.
K.Hitti, Philip, Dunia Arab,(Judul Asli, The Arabs A. History),
Usuluddin Hutagalung, dan O.D.P. Sihombing (penerejmah),
Penerbit Sumur Bandung, (t.t.)
M. Echols, John, Dan Hasan Hassan Shadily, Kamus Inggeris
Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1997
Mulyasa.E,Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2004.
Muhaimin.,Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002.
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam
(Pemberdayaan, Pengembangan, Kurikulum hingga Redefinisi
Islamiah Pengetahuan). Bandung; Nuansa Cendekia, 2003.
Muhaimin. Reorientasi Pengembangan Guru. Malang, 2002.
127
Muhaimin., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002.
Machdorro, Mohvi, Metodologi Penelitian (Untuk Ilmu Ilmu Ekonomi
dan Sosial). Yogyakarta; Aditya Media, 1993.
Madjid, Nurcholis,Tradisi Islam Peran Dalam Pembangunan di
Indonesia, Kasnanto (Ed), Jakarta, Paramadina, 1997.
Muzayyin, Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam,2009 .
Mondy, R.W.and Premeaux, S.H.Management: Concepts, Practices
and Skills. New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood
Cliffs.1995.
Mukhadis, Ahmad, Metode Penelitian Kuantitatif, Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2011, hal. 70.
Nakosten, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat,
Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Joko S. Kabar,
Supriyanto, Abdullah (Penerjemah), Surabaya, Risalah Gusti,
1996.
Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam pada Pereiode Klasik dan
Pertengahan, Jakarta; Rajawali Press, 2012.
Nata, Abudin, Kapita Selekta Pendidikan,Isu-isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam, Jakarta Rajawali Press, 2013.
Nata, Abudin, Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta; Gramedia, 2001.
Nata, Abudin, Sejarah Intelektual Islam, dan Institusi Pendidikannya,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Nisbitt, John, dan Aburdene, Patricia, Megatrends 2000, terj. FX
Budijanto, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1990.
Oxford, Learner’s Pocket Dictionary, Newyork, Oxford University
Press, 2005.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara RI tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4496) Sebagaimana
telah di ubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara RI Tahun 2013 Nomr 71, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 5410);
Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2007, tentang Standar Isi;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
128
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
Peorsen, C.A. Van, Orientasi di Alam Filsafatat, Dikhartoko (terj.),
Jakart: Gramedia, 1985.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas / Madarasah Aliyah Kejuruan;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013;
Peraturan Menteri Agama Nomor : 912 Tahun 2013 Tentang
Kurikulum Madrasah 2013;
Putra Daulay, Haidara, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara
,Jakarta: Asdi Mahasatya, 2009
Prastowo, Andi, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teoristis dan PraksisJogyakarta, ,Ar-Ruzz Media 2011, hal. 78-
79
Rancangan Manajemen Pendidikan Indonesia, dalam Desain
Pendidikan Terjebak Kacamata Kuda, Submitted by admin or
march 17, 2012-3-4 pmd Comments 518.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Kalam Mulia, 2004.
Robinson, Philif,Sosiologi Pendidikan yang direjemahkan oleh Hasan
Basri, 1986.
Ritzer George., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Perparadigma Ganda.
Jakarta. Rajawali Pers., 2009.
Seels, Barbara B, Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan
Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.12.,
Penerjemah, Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, (alm).,
dan Miarso, M. Sc., Penyunting, Yusufhadi Miarso, Cet. Iii,
1994., hal..3-5.
S Praja, Johaya, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana,
2005.
Salam, Burhanuddin Salam, Logika Materil, Filsafat, Ilmu
Pengetahuan, Jakarta, Renika, Anggota Ikapi, 1997.
Saodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung,
Remaja Rosda Karya 2003.
Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja), Jakarta:
Pabalibndo Janna, 1998.
129
Solichin Salam, Muhammadiyah dan Kebangunan Islam diIndonesia,
Jakarta: NV.Mega Jakarta, 1965.
Sarijo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma
Bakti,1980.
Sukardi, Metodologi Penelitian, Pendidikan Kompetensi dan
Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius
Anggota IKAPI, 1998.
Sumardi, Sandiawan, Menuju Stigma Melalui Pendidikan Al Ternatif,
Jakarta, Bandung,UPI, 2006.
Schoun, F, Memahami Islam, Bandung, Pustka, 1993.
Sternbrink. K.A. Pesantren, Madrasah dan Sekolah. Jakarta:
LP3ES,1986.
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia
Global), Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006.
Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius
Anggota IKAPI, 1998.
Sulaiman, Moenandar, Ilmu Sosial, Teori dan Konsep Ilmu Sosial,
Eresco Bandung, 1993.
Sairin Syafri, Pendidikan dan Perubahan Sosial, Loc. Cit., 2002
Sairin, Syafri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif
Antropologi, Yokyakarta., 2002.
Soetriono, SDRm. Rita Hanafei, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, 2007.
Sulastomo, Muhammadiyah dan Politik, Dalam Intelektualisme
Muhammadiyah Menyonsong Era Baru, Kelompok Studi
Lingkaran (Peny.)., Bandung: Mizan, 1995.
Sternbrink, Karel, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta, LPES,
1996.
Susanto Ari, Mahfud dan Dayat, Urgensi Manajamen Pendidikan Isam
dalam Era Gobal, Makalah Yang Sudah diterbitkan, Jakarta:
2014
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Pengantar Operasional
AdministrasiPendidikan. Surabaya: Usaha Nasional., 1982.
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1985.
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cetakan I.
Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia
Global), Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006.
Sumaji, Dkk, Pendidikan Sains Yang Humanistis,Yogyakarta, Kanisius
Anggota IKAPI, 1998.
130
Sairin, Syafri, Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif
Antropologi, Yokyakarta., 2002.
Soetriono, SDRm. Rita Hanafei, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, 2007.
Schoun, F., Memahami Islam, Bandung Pustaka, Hidayah, 1979.
Rusyan, A. Tabrani., Manajemen Kependidikan. Bandung: Media
Pustaka, 1992..
Tayangan TVRI, Bulan Suci Ramadhan, Kilas Balik Perkembangan
Islam di Asia Barat, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan, tahun 2014.
Tayangan Bulan suci Ramadhan, Kilas Balik Penjelasan, Membedah
Kebudayaan dan Tradisi Islam, Program ANTV, TV Tran 7
tahun 2019.
Tambak, Syahrini, Prinsip-Prinsip Umum Pendiikan Islam dalam
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,Pada Periode Klasik
dan Pertengahan,Raja Grafindo Persada, 2012.
Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Pengantar
untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan
Pendidikan sebagai Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
., Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta Renika
Cipta,2004.
,Membenahi Pendidikan Nasional ,Jakarta; Renika Cipta, 2009
Tofler, Alfin, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan
dalam acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam
modernisasi, di Palembang, 1999.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung;
Remaja Rosdakarya, 1994.
Tuhuleley, Said, Permasalahan Abad XXI, Sebuah Agenda (Kumpulan
Karangan), Yogyakarta : SIPRESS.,1993.
Tilaar, H.A.R.Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta Renika
Cipta,2004.
Tilaar, H.A.R., Membenahi Pendidikan Nasional,Jakarta; Renika Cipta,
2009
Tofler, Alfin, Sosiologi Pembangunan,makalah yang disampaikan
dalam acara Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam
modernisasi, di Palembang, 1999.
Thoha, Chabib, dan Muth'i, A,PBM-PAI di Sekolah: Eksistensi dan
ProsesBelajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Fak. Tarbiyah lAIN
Walisongo Sernarang, 1998.
UNDP, The Global Conpetitivenes, Report tahun 2011-2012.
131
UUD 1945, P-4, GBHN (Tap. No: II MPR 1988) TAP-TAP MPR 1988,
Pidato Pertanggungjawaban Mandataris, Bahan Penataran dan
Bahan Referensi Penataran, Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI. No. 2, 1989),
dan Peraturan Pelaksanannya, dilengkapi Peratutran
Perundangan Yang dikeluarkan sampai dengan 1994 (Jakarta:
Sinar Grafika, 1995
Undang Undang RI (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Citra
Umbara, 2003.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (UU RI, No.2 Tahun 1989)
dan Peraturan Pelaksanaannya, (1994). Jakarta: Sinar Grafika.
Undang Undang RI (Sistem Pendidikan Nasional),Jakarta: Fokus
Media, 2003.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1;
Usa, Muslih, Aden Widjan, Pendidikan Islam dalam Peradaban
Industrial, Yogyakarta: Aditya Media, 1997.
Widjan, Faried, Alumnus MAPK, Surakarta, Sekolah-sekolah
Keagamaan, Sumber: https/www.nu.or.idread.62976. Madrasah
Aliyah Program Khusus, mapk makhluk-apakah itu 2012.
Wiljen, Mqdad, Globalisasi Persoalan Manusia Modern, Solusi
Tarbiyah Islamiyah, terj. Oleh Rofi Munawar, Lc, Jakarta:
Risalah Gusti, 1995.
Yatim, Badri, Sejarah Peradab Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, Cet. Keenambelas, 2004,
Yulianto, Teori Fungsionalis Ogburn, Jakarta, BumiAksara,2016, hal.
1-99. Lihat juga dalam Maslihah, tentang ,Teori Fungsionalis
Ogburn, Lauer,1993
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Hidakarya Agung,
1989.
Muhammad Faruk, Problematika Pendidikan Agama Islam,Makalah
dipublikasikan, Jakarta, 2004.
Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civil
Society, Jakarta; Bigrafi Publishing, 2003.
Zakaria, Zakaria Hasyim, Pendapat Cendikiawan dan Filosof Barat
tentang Islam, terj. Oleh Salim Basyarahil, Jakarta: Gema Insani
Press, 1990.
132
BIODATA SINGKAT
AssalamulaikumWr.Wb
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Jamalludin
Tempat Tanggal Lahir : Pematang Bango, 14 Maret 1973
Alamat : Jl. Syakyakiriti, LrgRajawali, Kel. Karangjaya,
RW 01 RT.04 N0 68 Musi 2 Kota Palembang
No Kontaks : 0813-7312-7112
Nama : Orang Tua
Bapak : H. Umar, LR (Alm. Lhr.1901-Wft.1986).
(Pernah Belajar di Mekkah Al Mokarromah +
- tahun 1920-1922.
Ibu : Ngadiah (Pendidikan SR).
Isteri : 1 orang
Anak : 3 orang AnakLaki-laki
133
B. RIWAYATPENDIDIKAN:
SD : SD Negeri 33 Kota Pagaralam
SLTP : SMP Negeri 2 Kota Pagaralam
SLTA : MAN 2 Pagaralam
S 1. : Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Fatah Palembang, selesai tahun 1998.
S.2 : Program Studi Pemikiran Pendidikan Islam, PAI, PPs IAIN
Raden Fatah Selesai tahun 2011
S.3 : Program Studi Pemikiran Pendidikan Islam. PAI PPs UIN
Raden Fatah Palembang angkatan tahun 2013 (sekarang
sedang dijalani).
C. PELUANG PENDIDIKAN FORMAL YANG TIDAK JADI
DILANJUTKAN:
1. Panggilan SMU Taruna Negeri tahun 1990 (Tanda Tangan Jendral
TNI Tri Soetrisno) (Utusan dari SMP Negeri 2 Pagaralam).
2. Panggilan STM Penerbangan Negeri di Bandung tahun 1990.
(Utusan SMPN 2 Pagaralam).
3. Jalur PMDK di Universitas Sumatera Utara (USU-Medan), tahun
1990, dari MAN Kota Pagaralam.
4. Utusan Dari Rumah Sakit Charitas Palembang untuk melenjutkan
studi di Fakultas Kodokteran di Amerika,tahun 1994.
5. Program Pascra Sarjana (S.2) Perbankan Islam di Universitas Islam
Indonesia (UII) Yogyakarta, tahun 1999.
6. Universitas Moskow, di Rusia, Setelah wawancara tidak jadi
diberangkatkan, Juni, tahun 2002
D. RIWAYAT MENGAJAR:
DOSEN LUAR BIASAIAIN/ UIN RADEN FATAH PALEMBANG
,1998-2016
Mata Kuliah : Dirosah Islamiyah 1-II (Fakultas Ushuluddin IAIN-
UIN Raden Fatah )
Kewiraan dan Pancasila Fakultas Adab IAIN-UIN Raden Fatah Plg.
Pemikiran Pendidikan Islam (Jurusan KI)
Filsafat Umum
Filsafat Pendidikan Islam
134
Sejarah Pendidikan Umum (SPU-PAI)
Adminitrasi Pendidikan (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang )
ManagemenPendidikan (Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah
Palembang)
Sosiologi Pendidikan(Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah Plg)
Sosiologi Perdesaan dan Perkotaan (Tarbiyah UIN)
IlmuTasawuf (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)
Pengmat-met PAI (Tarbiyah UIN Tarbiyah UIN Raden Fatah
Palembang)
Sejarah Madrasah Ibtidaiyah (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)
Pengembangan Kurikulum (Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang)
Dosen Luar Biasa IKIP Muhammadiyah Pagaralam
Dosen tetap di Universitas Muhammadiyah Palembang
Mata Kuliah yang di Asuh: FilsafatUmum
Filsafat pendidikan
Filsafat Pendidikan Islam
Al Islam dan Kemuhammadiyahan (Fakultas Ekonomi)
(Fakultas Kodekteran Universitas Muhammadiyah Palembang)
DOSENLUARBIASA UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG,
TAHUN2013-2014
Mata Kuliah : ManajemenPendidikanSenidanBudaya
MENGABDI DI SMK, MA DAN SMUKOTA PALEMBANG:
MULAI TAHUN 1997-2006
Mata PelajaranPendidikan Agama Islam : SMK Yanitas Palembang
MA Alfatah Palembang
SMU PGRI 1 Palembang
SMU Muhammadiyah 4
Palembang.
SMK Tri Dharma Palembang
E. PENGALAMAN ORGANISASI:
Ketua Uni Kegiatan Mahasiwa (UKM) Studi Ilmiah, Senat Mahasiswa
Insitut (SMI), IAIN Raden Fatah Palembang, periode 1996-1997.
Ketua Ikatan Mahasiswa Kabupaten lahat (IKAMALA) di Sumsel
Periode tahun 1996-1998.
135
Pengurus Harian Pimpinan Pusat IMM (Jakarta) tahun 2001-2003
Wakil Ketua Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Sumsel Tahun 2001-2003
Ketua (NGO); HUMANIKA, wilayah kota Pagaralam,tahun 2001-2005
Ketua Gema KKN Sumsel, tahun 2003-2008
Ketua Divisi Pengembangan dan penelitian (Litbang) (NGO):
Pemberdyaan Masyarakat Sumatera Selatan tahun 2001-2003
Sebagai Koordinatur Reformasi tanggal 20 Mei tahun 1998 antar seluruh
Aktivis Reformasi Pada Seluruh Perguruan Tinggi di Sumatera Selatan.
Demikianlah biodata singkat ini dibuat dengan sesungguhnya ,atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu,alaikumWr. Wb.
Palembang, Pebruari 2020
Yang Bersangkutan,
Jamalludin
NIM: 1392011