bab i pendahuluan a. latar belakang masalah/pengaruh... · pengaturan penggunaan aliran kas bebas...
TRANSCRIPT
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,
salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas
yang dimiliki. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh
pengaturan penggunaan aliran kas bebas dan struktur kepemilikan terhadap
penilaian ekuitas perusahaan, terutama bila dikaitkan dengan pentingnya
informasi akuntansi bagi beberapa pihak dalam menilai perusahaan. Beberapa
penelitian mengenai aliran kas bebas dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan telah banyak dilakukan dan hasilnya sering bertentangan. Dalam
hal ini nilai perusahaan bila dilihat dari sudut pandang investor atau pihak-
pihak yang berkepentingan di pasar modal adalah nilai pasar ekuitas atau
harga saham. Teori surplus bersih (clean surplus theory) menyatakan bahwa
nilai perusahaan tercermin pada data-data akuntansi yang terdapat dalam
laporan keuangan (Feltham dan Ohlson, 1995). Berdasarkan teori clean
surplus, Feltham dan Ohlson menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan
dapat ditunjukkan pada laporan laba / rugi dan neraca.
Aliran kas bebas adalah arus kas yang tersisa setelah semua proyek
dengan NPV positif atau menguntungkan telah dikerjakan (Jensen, 1986).
Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan
pemegang saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan
2
2
lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena
alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Di sisi lain,
pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan
menambah kesejahteraan mereka (Uyara dan Tuasikal, 2002). Kesesuaian
kepentingan antara manajemen dengan investor atau pemegang saham
ditunjukkan dengan perhatian manajemen terhadap kepentingan investor, yaitu
berupa kesejahteraan pemegang saham. Pengabaian terhadap kepentingan
investor berakibat pada penurunan kepercayaan investor (Jensen, 1986). Jika
informasi akuntansi yang disusun oleh manajemen tidak mencerminkan
penggunaan aliran kas bebas bagi kesejahteraan pemegang saham, maka hal
ini dapat berakibat pada menurunnya kepercayaan investor terhadap informasi
akuntansi manajemen yang selanjutnya akan menurunkan nilai perusahaan
(Vogt dan Vu, 2000).
“Peningkatan aliran kas bebas yang ada di perusahaan justru berdampak
pada penurunan harga saham” (Murhadi, 2008). Perusahaan dengan
kesempatan untuk mengeksploitasi aliran kas bebas akan mengikuti kebijakan
pembayaran dividen yang rendah dan memiliki nilai perusahaan yang rendah,
serta arus kas akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengeluaran
investasi (Perfect, Peterson dan Peterson, 1995).
Manajer memiliki insentif untuk membuat perusahaan bertumbuh dan
berkembang melalui investasi berlebihan. Manajer akan mengejar tujuan ini
meskipun mereka harus menerima proyek dengan NPV negatif atau
melakukan investasi yang tidak menguntungkan. Teori aliran kas bebas
memprediksi bahwa hal ini akan berdampak terhadap nilai perusahaan karena
3
3
investor akan menurunkan kepercayaannya terhadap penilaian ekuitas
perusahaan (Jensen, 1986).
Aliran kas bebas dengan NPV positif dapat digunakan sebagai
determinan dari nilai pemegang saham dengan mempertimbangkan set
kesempatan investasi dan manajemen laba. Set kesempatan investasi yang
tinggi secara positif menggambarkan hubungan antara aliran kas bebas dan
nilai pemegang saham. Manajemen laba yang tinggi secara negatif
menggambarkan hubungan antara aliran kas bebas dan nilai pemegang saham
(Yudianti, 2005).
Perusahaan dengan arus kas yang tinggi dan investasi yang rendah lebih
mungkin untuk melakukan akuisisi yang tidak meningkatkan nilai pemegang
saham. Teori aliran kas bebas mengimplikasikan bahwa return abnormal
bidder secara negatif berhubungan dengan aliran kas bebas dari perusahaan
dengan kesempatan investasi yang rendah dan tidak berhubungan dengan
aliran kas bebas dari perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi
(Lang, Stulz dan Walking, 1991).
Nilai pasar ekuitas perusahaan merefleksikan ekspektasi pemegang
saham terhadap arus kas perusahaan dimasa depan. Jika perusahaan
menghasilkan arus kas yang konstan, maka nilai pasar ekuitas perusahaan
juga konstan. Jika arus kas tinggi, nilai pasar ekuitas juga tinggi. Jika arus
kas rendah, maka nilai pasar juga rendah (Howell, 2002).
Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai
perusahaan dalam jangka panjang (tidak hanya nilai ekuitas, tetapi juga semua
klaim keuangan seperti hutang, waran dan saham preferen) manajer dituntut
4
4
untuk membuat keputusan yang memperhitungkan kepentingan semua
stakeholder. Penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders dan
manajemen yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah keagenan
(agency problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur
kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai perusahaan (Suranta
dan Machfoedz, 2003). ”Clay (2002) mengemukakan bahwa kepemilikan
institusi yang tinggi akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan”.
”Suranta dan Machfoedz (2003) menyatakan semakin tinggi kepemilikan
manajerial justru akan semakin menurunkan nilai perusahaan”.
Kepemilikan manajerial secara negatif berhubungan dengan nilai pasar
ekuitas yang merefleksikan fakta bahwa pembatasan kesejahteraan manajer
akan mencegah manajemen dari pemilikan saham-saham yang penting dalam
perusahaan. Tingkat likuiditas perusahaan secara positif berhubungan dengan
kepemilikan manajerial. Nilai perusahaan ditentukan oleh kepemilikan
manajerial (Davies, Hillier dan McColgan, 2005).
Jensen (1986) menyatakan bahwa manajer dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka dengan mengalokasikan aliran kas bebas pada
kesempatan investasi yang tidak menguntungkan daripada membayar deviden,
membeli saham dan sebagainya.
5
5
Yudianti (2005) mengemukakan bahwa aliran kas bebas merupakan
suatu ukuran yang saat ini diperhatikan oleh analis dan investor karena
perusahaan dengan aliran kas bebas jangka panjang yang signifikan diprediksi
memiliki pertumbuhan arus kas yang positif dari pendanaan internal untuk
proyek yang baru yang merefleksikan penciptaan nilai pemegang saham.
Pengukuran akuntansi tradisional seperti EPS dan ROA tidak cocok lagi
digunakan sebagai tolok ukur dari kinerja perusahaan. Pengukuran ini harus
dilengkapi dengan pengukuran yang lain seperti aliran kas bebas. Penelitian
aliran kas bebas di Indonesia tidak banyak. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya sampel perusahaan di Indonesia yang memiliki aliran kas bebas
positif (Yudianti, 2005). Sebagian besar perusahaan di Indonesia berada pada
posisi aliran kas bebas negatif atau rendah. Hal itulah yang mengakibatkan
aliran kas bebas menarik untuk diteliti, kaitannya dengan investasi, agency
cost, nilai perusahaan, harga saham, dan lain-lain (Sasongko, 2003).
Penelitian ini mengacu pada penelitian Murhadi (2008). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Murhadi (2008) adalah ; (1) variabel
independen yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan variabel
independen pengaturan penggunaan aliran kas bebas, struktur kepemilikan
manajerial dan struktur kepemilikan institusional. (2) Tahun yang diamati,
pada penelitian ini mengambil tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, dengan
harapan lebih mencerminkan kondisi saat ini. (3) Penelitian memfokuskan
pada LQ45, karena perusahaan LQ45 merupakan perusahaan yang paling
likuid. Dan (4) penelitian ini sebatas meneliti apakah pengaturan penggunaan
aliran kas bebas dan struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan
6
6
kepemilikan institusional) mempengaruhi nilai perusahaan, yang diukur
dengan price book value.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH PENGATURAN
PENGGUNAAN ALIRAN KAS BEBAS DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengaturan penggunaan aliran kas bebas berpengaruh terhadap
nilai perusahaan ?
2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai
perusahaan ?
3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka
penulis membatasi permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut.
1. Pengaturan penggunaan aliran kas bebas dalam hal ini diukur dengan
menggunakan set kesempatan investasi.
2. Struktur kepemilikan dalam hal ini adalah kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional.
7
7
3. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan rasio price book value.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh pengaturan penggunaan aliran kas bebas
terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap
nilai perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap
nilai perusahaan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan.
2. Bagi pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal di Indonesia,
misalnya Bapepam, PT Bursa Efek Indonesia, calon emiten dan profesi
terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
meningkatkan perannya untuk memenuhi kebutuhan pihak pemakai
informasi.
3. Bagi ilmu pengetahuan khususnya akuntansi keuangan, hasil penelitian ini
dapat menambah khasanah pustaka yang berminat mendalami pengetahuan
dalam bidang pasar modal.
8
8
F. Organisasi Bab-Bab Selanjutnya
Bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB II : Telaah Pustaka
Bab ini berisi tentang teori keagenan, konsep set kesempatan
investasi (IOS), hubungan antara aliran kas bebas dengan teori
keagenan, hubungan antara aliran kas bebas dengan nilai pasar,
hubungan antara aliran kas bebas dengan pecking order
hypotheses, hubungan antara aliran kas bebas dengan nilai
pemegang saham, hubungan antara aliran kas bebas dengan nilai
pemegang saham yang dimoderasikan dengan set kesempatan
investasi (IOS), hubungan antara struktur kepemilikan dengan teori
keagenan, hubungan antara struktur kepemilikan dan nilai
perusahaan, penelitian terdahulu, kerangka teoritis, serta
pengembangan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi populasi, sampel, dan metode pengambilan sampel,
data dan sumber data, definisi operasional variabel, serta metode
analisis data.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil analisis data yang telah diperoleh dengan
menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil
penelitian.
9
9
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.
Selain itu dikemukakan pula keterbatasan dalam penelitian dan
pemberian saran yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
10
10
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Teori Keagenan
Hubungan agensi merupakan suatu kontrak antara pemilik (prinsipal)
dengan pengurus (agen) untuk melakukan kegiatan berdasarkan kepentingan
prinsipal yang membutuhkan pendelegasian otoritas pengambilan keputusan
kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976; Fama dan Jensen, 1983). Dalam
mewujudkan kontrak kerja, prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk
kebutuhan operasi perusahaan. Di pihak lain agen sebagai pengelola
berkewajiban meningkatkan nilai perusahaan untuk memaksimumkan
kesejahteraan bagi para pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan konflik
keagenan. Konflik keagenan muncul karena manajer sering mengambil
kebijakan bukan untuk kepentingan para pemegang saham, tetapi untuk
kepentingan mereka sendiri (Faisal, 2004).
Dalam teori keagenan dikenal conflict of interest yang menimbulkan
masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham ketika penanggungan
risiko dipisahkan dari pengelolaan (manajemen). Masalah keagenan akan
menimbulkan agency cost dan biaya yang timbul ini dapat dikurangi dengan
cara prosedur kontrol yang melibatkan berbagai pihak. Susila (2003)
mengemukakan bahwa terdapat tiga sumber conflict of interest yang muncul
dalam teori keagenan. Konflik ini muncul karena manajer adalah individu
11
11
yang tidak suka menanggung risiko. Manajer dapat menginvestasikan modal
perusahaan dengan konsekuensi yang harus dibayar melalui karirnya. Sumber
konflik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Choice of effort, bahwa usaha yang dilakukan manajer dalam mengelola
investasi bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, tetapi terkadang
usaha yang dilakukannya tidak selalu berhasil.
2. Differential risk exposure, manajer tidak mau disepelekan
kesejahteraannya sebagai human capital khusus dalam perusahaan dan
mempunyai perhatian terhadap variability nilai perusahaan, termasuk
mengeliminasi risiko perusahaan melalui diversifikasi oleh pemegang
saham.
3. Perbedaan pandangan antara manajer dan pemegang saham, dimana
manajer biasanya memiliki pandangan hanya sejauh masa jabatannya
dalam organisasi, sedangkan pemegang saham akan berpikir tentang masa
depan perusahaan selama dia masih memiliki investasi dalam perusahaan
tersebut.
B. Konsep Set Kesempatan Investasi (IOS)
Myers (1976) membagi nilai pasar perusahaan ke dalam dua komponen.
Yaitu, aset yang dimiliki yang dinilai secara independen dari kesempatan
investasi perusahaan di masa datang serta pilihan pertumbuhan yang dinilai
berdasarkan kebijakan keputusan investasi perusahaan di masa depan. Set
kesempatan investasi (IOS) perusahaan menentukan kemampuan mereka
untuk mengambil keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai pertumbuhan
12
12
tergantung pada kebijakan pengeluaran oleh manajer, sementara aset yang
dimiliki tidak membutuhkan investasi semacam itu (Gaver dan Gaver, 1993).
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya
kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat
tergantung pada pilihan pengeluaran perusahaan untuk kepentingan di masa
yang akan datang (Norpratiwi, 2007).
Penting untuk membedakan antara IOS dan pertumbuhan. Seperti yang
umum digunakan, istilah pertumbuhan merujuk pada kemampuan dari
perusahaan untuk meningkatkan ukuran, sementara kesempatan investasi
adalah pilihan untuk berinvestasi pada proyek yang memiliki net present value
positif. Meskipun beberapa kesempatan investasi juga berdampak pada
peningkatan dalam ukuran perusahaan, tidak semua kesempatan pertumbuhan
memiliki net present value yang positif (Kallapur dan Trombley, 2001).
Gaver dan Gaver (1993) mengemukakan bahwa pilihan-pilihan
pertumbuhan (growth options) bagi suatu perusahaan merupakan sesuatu yang
bersifat tidak dapat diobservasi (inherently unobservable). Oleh karena
sifatnya yang tidak dapat diobservasi, IOS memerlukan sebuah proksi. Nilai
IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva yang dimiliki yaitu berupa nilai buku aktiva
maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan
di masa depan.
Berbagai penelitian tentang IOS telah berhasil membuktikan bahwa IOS
merupakan proksi realisasi pertumbuhan perusahaan dan berhubungan dengan
berbagai variabel kebijakan perusahaan, yaitu antara lain kebijakan pendanaan
13
13
Total Aset – Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham)
[Aktiva Tetap Net * ((Aktiva Tetap Gross – Aktiva Tetap Net) / Biaya Depresiasi)]
+ (Total Aset – Aktiva Tetap Net)
Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham
Total ekuitas
atau struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan leasing, dan kebijakan
kompensasi (Norpratiwi, 2007).
Proksi set kesempatan investasi atau IOS dapat dibagi menjadi tiga
kategori utama, yaitu proksi berbasis pada harga saham, proksi berbasis pada
investasi dan proksi berbasis pada varian.
1. Proksi berbasis pada harga saham
Proksi ini mendasarkan pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari
suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan
yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan aset yang dimilikinya (Subekti dan Kusuma, 2000).
Adapun proksi berbasis pada harga saham ini adalah sebagai berikut.
a. Rasio market to book value of equity (MVEBVE)
Nilai pasar ekuitas mencerminkan kepemilikan investor dalam nilai
pasar aset yang dimiliki ditambah nilai pasar opsi pertumbuhan,
sedangkan nilai buku ekuitas mencerminkan kepemilikan investor
dalam aset yang ada pada perusahaan. Rasio MVEBVE harus lebih
tinggi untuk perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang lebih
tinggi (Collins, Blackwell, dan Sinkey, 1995).
b. Tobin’s Q ( TOBINQ)
14
14
Total Aset – Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham)
Aktiva Tetap Net
Tobin’s Q didefinisikan sebagai nilai perusahaan yang diukur dengan
nilai kapitalisasi pasar dari ekuitas ditambah nilai buku utang dibagi
dengan nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai buku utang. Nilai
yang besar dari Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kesempatan investasi (Skinner, 1993).
c. Rasio firm value to book value of PPE (VPPE)
Rasio ini digunakan dengan didasari alasan bahwa property, plant and
equipment (PPE) dapat menunjukkan adanya investasi aktiva tetap
yang produktif (Subekti dan Kusuma, 2000).
d. Rasio value to depreciation expense (VDEP)
Rasio ini menunjukkan besarnya pengurangan aset yang dimiliki.
Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi
(Smith dan Watts dalam Nugroho dan Hartono, 2002).
2. Proksi berbasis pada investasi
Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang
tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Perusahaan
dengan IOS yang tinggi juga akan memiliki tingkat investasi yang sama
tinggi, yang dikonversi menjadi aset yang dimiliki (Kallapur dan
Trombley, 2001). Adapun proksi yang berbasis pada investasi adalah
sebagai berikut.
Total Aset – Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham )
Biaya Depresiasi
15
15
a. Rasio investment to net sales (IONS)
Rasio ini menggunakan investasi modal sesungguhnya sebagai suatu
ukuran nilai aset yang dimiliki perusahaan (Skinner, 1993).
b. Rasio capital expenditure to book value asset (CAPBVA)
Rasio ini menunjukkan adanya aliran tambahan aktiva produktifnya,
yang sekaligus menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan
(Kallapur dan Trombley, 1999).
c. Rasio capital expenditure to market value of assets (CAPMVA)
Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan yang
bertumbuh memiliki tingkat aktivitas investasi yang lebih tinggi
(Kallapur dan Trombley, 1999).
3. Proksi berbasis pada varian
Proksi ini mendasarkan pada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai
sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan aset
(Kallapur dan Trombley, 2001). Adapun proksi berbasis varian ini adalah
sebagai berikut.
Investasi Penjualan bersih
(Nilai Buku Aktiva Tetap
t – Nilai Buku Aktiva Tetap
t-1)
Total Aktiva
(Nilai Buku Aktiva Tetap
t – Nilai Buku Aktiva Tetap
t-1)
(Total Aset-Total Ekuitas) + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham)
16
16
a. Varian return (VARRET)
Varian return digunakan untuk membuat proksi return dari IOS
perusahaan (Gaver dan Gaver, 1993).
b. Beta aset (BETA)
Beta aset digunakan untuk membuat proksi risiko dari IOS perusahaan
(Skinner, 1993).
C. Hubungan antara Aliran Kas Bebas dengan Teori Keagenan
Dalam kaitannya dengan hubungan prinsipal dan agen, prinsipal akan
membatasi atau memperkecil perbedaan kepentingannya dengan cara
melakukan pengawasan agar agen melaksanakan sesuai dengan kontrak yang
disepakati (Sasongko, 2003). Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham setiap kali bertentangan,
sehingga bisa terjadi konflik diantaranya (Tarjo dan Hartono, 2003). Aliran
kas bebas adalah arus kas yang tersisa setelah semua proyek dengan NPV
positif atau menguntungkan telah dikerjakan (Jensen, 1986). Aliran kas bebas
biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan
manajer. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan kepentingan diantara
[ (Harga Penutupan Saham * Lembar Saham Beredar) + Dividen + Biaya Bunga] t
[ Total Aset – Total Ekuitas + (Harga Penutupan Saham * Lembar Saham Beredar)]
t-1
Beta Saham * (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham) (Total Aset - Total Ekuitas) + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan Saham)
17
17
kedua belah pihak, yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut
dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya dalam bentuk dividen,
sedangkan manajer berkeinginan dana yang ada digunakan untuk investasi
pada proyek-proyek yang tidak menguntungkan (Jensen, 1986). Konflik
terjadi terutama bagi perusahaan yang aliran kas bebasnya besar dibandingkan
dengan kelebihan kas untuk peluang investasi yang menguntungkan
(Sasongko, 2003). Dividen dapat mengurangi masalah agency cost dari aliran
kas bebas (Jensen dan Meckling, 1976; Jensen, 1986; Agrawal dan Jayaraman,
1994). Masalahnya adalah bagaimana untuk memotivasi manajer agar
membayarkan kas daripada menginvestasikannya atau menggunakannya pada
proyek yang tidak menguntungkan (Jensen, 1987). Jensen (1987)
mengimplikasikan bahwa pada akhirnya agency cost dari aliran kas bebas
mengakibatkan penurunan nilai perusahaan dengan peningkatan dalam
fleksibilitas finansial.
D. Hubungan antara Aliran Kas Bebas dengan Nilai Pasar
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006).
Nilai pasar perusahaan merefleksikan pertimbangan kolektif dari
ekspektasi pemegang saham terhadap arus kas di masa depan. Jika
perusahaan menghasilkan arus kas yang diekspektasikan atau ekspektasi
18
18
konstan, maka nilai pasar konstan. Jika arus kas atau ekspektasi menjadi lebih
baik, nilai pasar akan meningkat. Sebaliknya, jika arus kas atau ekspektasi
menurun, nilai pasar akan menurun (Howell, 2002).
Pertumbuhan awal dan tinggi secara keseluruhan mungkin sulit untuk
dianalisis. Arus kas yang negatif akan menghasilkan nilai yang negatif, dan
perhitungan tingkat pertumbuhan arus kas negatif untuk menghasilkan nilai
pasar yag positif secara matematis adalah tidak mungkin. Dimulai dengan
nilai pasar perusahaan, kemudian dikalikan dengan biaya modal perusahaan
yang diestimasi, untuk menghitung seberapa besar aliran kas bebas, akan
dibutuhkan untuk menentukan harga pasar (Howell,2002).
E. Hubungan antara Aliran Kas Bebas dengan Pecking Order Hypotheses
Perlu disadari bahwa dibandingkan dengan pasar saham atau investor,
manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak tentang
kemungkinan kesempatan investasi dan perolehan keuntungan yang pada
gilirannya menunjukkan adanya informasi asimetri antara investor dan
manajemen. Teori pecking order muncul karena adanya informasi asimetri ini
(Myers dan Majluf, 1984).
Pecking order theory yang dikembangkan oleh Myers (1984) dan Myers
dan Majluf (1984) adalah salah satu alternatif dari teori struktur modal.
Menurut teori pecking order, struktur modal perusahaan didorong oleh
preferensi pendanaan perusahaan dengan dana yang secara internal dihasilkan,
bukan dengan pendanaan eksternal. Jika pembiayaan eksternal dibutuhkan,
utang yang lebih dipilih daripada ekuitas.
19
19
Pendanaan internal juga dapat meningkatkan keinginan manajer untuk
menghindari pendanaan eksternal karena pendanaan ini merupakan subjek dari
pasar untuk mendisiplinkan manajer (Myers, 1984). Oleh karena itu manajer
sangat enggan untuk menerima pemegang saham baru dan akan berusaha
untuk mendanai aktivitas mereka sebanyak mungkin dengan dana internal.
Jika laba ditahan perusahaan tidak cukup, manajemen akan memilih sumber
pendanaan tanpa batasan pengendalian. Oleh karena itu manajemen akan
memilih utang jangka pendek karena tidak ada jaminan yang diperlukan dan
tidak ada perjanjian yang dipaksakan, diikuti dengan utang jangka panjang dan
terakhir menerbitkan saham. Myers (1984) menunjukkan bahwa untuk
meminimalkan biaya pendanaan eksternal ini, perusahaan lebih memilih untuk
mendanai proyek-proyek investasi mereka dengan arus kas internal.
Vogt (1994) mengemukakan bahwa empat hipotesis empiris dihasilkan
dari analisis terhadap pecking order hypotheses.
1. Untuk likuiditas perusahaan yang dibatasi, arus kas dan perubahan dalam
saham aset likuid perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengeluaran investasi.
2. Perusahaan dengan banyak kesempatan investasi yang menguntungkan
atau informasi asimetri yang besar akan memiliki pengeluaran investasi
yang paling sensitif untuk mengubah arus kas, dan harus membatasi arus
kas dengan membayar dividen yang rendah atau tidak membayar dividen.
3. Perusahaan dengan investasi yang dipengaruhi oleh arus kas akan
dihubungkan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi. Dalam kenyataannnya,
20
20
tingkat ekuilibrium dari Tobin’s Q untuk perusahaan ini akan lebih besar
dari satu.
4. Perusahaan mengindikasikan batasan likuiditas dengan tidak
membayarkan dividen akan memiliki hubungan arus kas / investasi yang
sangat signifikan dan akan dihubungkan dengan nilai Tobin’s Q yang
tinggi dalam pasar.
F. Hubungan antara Aliran Kas Bebas dengan Nilai Pemegang Saham
Nilai dari aliran kas bebas merupakan determinan dari penciptaan nilai
pemegang saham (Vogt dan Vu, 2000). Aliran kas bebas adalah hasil final dari
bagian tindakan manajemen dalam kebijakan investasi, pendanaan dan operasi
yang mengindikasikan kinerja perusahaan. Nilai pemegang saham adalah
nilai dari ekuitas yang menjadi bagian dari nilai perusahaan. Nilai pemegang
saham adalah nilai perusahaan minus utang. Aliran kas bebas yang tinggi
mengindikasikan kinerja perusahaan tinggi. Aliran kas bebas tinggi
mendeskripsikan pertumbuhan dari penciptaan kas di masa depan. Kinerja
perusahaan yang tinggi mengindikasikan nilai pemegang saham tinggi yang
direfleksikan dalam return untuk pemegang saham yang tinggi melalui
dividen atau untuk diinvestasikan di masa depan. Semakin tinggi nilai
pemegang saham maka nilai perusahaan juga akan semakin tinggi (Yudianti,
2005).
Howell (2002) menyatakan bahwa meningkatkan nilai pemegang saham
adalah tanggung jawab fundamental manajemen. Hal ini membutuhkan
21
21
peningkatan NPV dari arus kas di masa depan. Hanya ada 3 cara untuk
melakukannya.
1. Meningkatkan penerimaan kas, dengan menumbuhkan bisnis yang
”valuable”. Pertumbuhan tersebut tidak akan menguntungkan jika dampak
aliran kas bebas secara aktual negatif. Penting bahwa pertumbuhan
meningkatkan aliran kas bebas, yang digunakan untuk tambahan investasi
dalam modal kerja dan pengeluaran modal yang dibutuhkan untuk
mendorong pertumbuhan.
2. Mengurangi investasi, berarti mengelola modal kerja dan aktiva tetap serta
aktiva lain-lain lebih rapat. Hal ini berarti menagih piutang lebih cepat,
perputaran persediaan lebih cepat dan melepas aktiva tetap melalui
outsourcing dan lebih memperhatikan kinerja aktiva.
3. Manajemen keuangan, memiliki 2 elemen utama. Pertama, mengelola
modal untuk meminimalkan rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan.
Kedua, menggunakan aliran kas bebas, atau aliran kas bebas setelah
pembayaran kepentingan dan jasa pinjaman, untuk meningkatkan nilai
perusahaan di masa depan. Secara historis, perusahaan yang berada dalam
tahap dewasa dengan arus kas positif membayar dividen (memberikan
pengembalian kas kepada pemegang saham), pemegang saham harus
membayar pajak atas dividen dan perusahaan dapat meningkatkan
leverage kas dengan tidak membayarkan dividen.
22
22
G. Hubungan antara Aliran Kas Bebas dengan Set Kesempatan Investasi
(IOS)
Aliran kas bebas adalah arus kas yang tersisa setelah semua proyek
dengan NPV positif atau menguntungkan telah dikerjakan (Jensen, 1986).
Selanjutnya keberadaan dari masalah aliran kas bebas ini mengindikasikan
IOS yang rendah.
Aliran kas bebas dan IOS dihubungkan secara negatif. IOS yang tinggi
berarti perusahaan memiliki lebih banyak proyek yang menguntungkan. Arus
kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi diperlukan untuk mendanai proyek
ini, dan manajer cenderung menggunakan kas secara optimal. Masalah
agency cost kecil jika IOS tinggi, mengurangi kebutuhan untuk menggunakan
mekanisme seperti utang atau dividen untuk memaksakan disiplin manajer
dalam penggunaan kas. Akibatnya, hubungan yang negatif harus terjadi
antara IOS dan leverage serta antara IOS dan pembayaran dividen (Kallapur
dan Trombley, 2001).
Gaver dan Gaver (1993) melakukan penelitian lanjutan terhadap
penelitian Smith dan Watts (1992) hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif antara kesempatan investasi dengan pembayaran dividen.
Demikian pula dengan hasil temuan Allen dan Michaely (2002) bahwa
kesempatan investasi yang menurun akan menghasilkan peningkatan dalam
aliran kas bebas yang akan mendorong pembayaran dividen yang meningkat.
Hal ini menunjukkan bahwa set kesempatan investasi memiliki hubungan
negatif dengan aliran kas bebas baik yang digunakan untuk investasi pada
proyek yang tidak menguntungkan maupun dibayarkan dalam bentuk dividen
23
23
bagi pemegang saham yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
H. Hubungan antara Struktur Kepemilikan dengan Teori Keagenan
Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan
nilai perusahaan akan mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham
sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap
perilaku manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Struktur kepemilikan
menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi
konflik keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan
pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan
kepemilikan seratus persen oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976).
Kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan
peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk
meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat.
Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan
kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja
perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007).
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris
dan direksi). Variabel kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan
variabel dummy. Nilai 1 menunjukkan bahwa pihak manajemen memiliki
saham di perusahaan tersebut, sedangkan nilai 0 menunjukkan bahwa pihak
24
24
manajemen tidak memiliki saham di perusahaan tersebut (Morck, Shleifer dan
Vishny, 1988). Terkait dengan hal itu komisaris merupakan suatu mekanisme
pengawasan serta pemberi arah dalam pengelolaan perusahaan. Sedangkan
direksi merupakan mekanisme yang menjalankan dan mengelola perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan manajerial yang tinggi, dapat digunakan untuk
mengurangi masalah keagenan. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran
bahwa peningkatan saham yang dimiliki manajemen akan menurunkan
kecenderungan manajer untuk menggunakan sumber daya perusahaan yang
berlebihan (Demsetz dan Lehn, 1985).
Kepemilikan institusional adalah pemegang saham dari institusi.
Variabel kepemilikan institusional diukur dengan prosentase saham yang
dimiliki oleh institusi (perusahaan asuransi, perusahaan investasi, pemerintah,
bank dan kepemilikan institusi atau perusahaan lain) (Wahidahwati, 2002).
Menurut Wahidahwati (2002) dengan adanya kepemilikan institusional
diharapkan dapat melakukan peningkatan pengawasan yang lebih besar
terhadap kinerja manajer. Sehingga dapat menghalangi perilaku
mementingkan diri sendiri manajer dalam menggunakan sumber daya yang
berlebihan.
I. Hubungan antara Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) membentuk hubungan antara kepemilikan
ekuitas manajerial dan nilai perusahaan. Jensen dan Meckling membagi
pemegang saham menjadi dua kelompok, inside shareholder yang mengelola
perusahaan dan outside shareholder yang tidak mengelola perusahaan. Kedua
25
25
kelas pemegang saham berhak atas dividen per lembar saham yang sama.
Inside shareholder, dapat meningkatkan arus kas mereka dengan menambah
keuntungan dari konsumsi non-marketable. Dalam kerangka kerja ini,
terdapat insentif bagi manajer untuk mengadopsi kebijakan investasi dan
pendanaan yang menguntungkan mereka, tetapi hal ini membebani outside
stockholder. Kemudian, nilai perusahaan tergantung pada jumlah saham yang
dimiliki oleh manajemen.
Nilai pasar perusahaan merefleksikan profitabilitas perusahaan dimasa
depan dan juga keuntungan saat ini. Teori struktur pasar mikro menyatakan
bahwa nilai pasar mungkin dipengaruhi oleh adanya informasi asimetri,
frekuensi atau volume dari insider trading, dan likuiditas. Sebagai hasilnya,
tingkat return yang tercatat mungkin berbeda antara investor dan sekuritas
yang diperdagangkan. Sebagai contoh, jika terdapat perbedaan signifikan
dalam likuiditas antara 2 ekuitas, ekuitas yang kurang likuid harus
menawarkan return tercatat yang lebih tinggi untuk menutup kekurangan
likuiditas untuk menarik investor membeli ekuitas perusahaan (Lee dan Ryu,
2003).
J. Penelitian Terdahulu
Perusahaan dengan arus kas yang tinggi dan investasi yang rendah lebih
mungkin untuk melakukan akuisisi yang tidak meningkatkan nilai pemegang
saham. Teori aliran kas bebas mengimplikasikan bahwa return abnormal
bidder secara negatif berhubungan dengan aliran kas bebas dari perusahaan
dengan kesempatan investasi yang rendah dan tidak berhubungan dengan
26
26
aliran kas bebas dari perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi
(Lang, Stulz dan Walkling, 1991).
Perusahaan dengan kesempatan untuk mengeksploitasi aliran kas bebas
akan mengikuti kebijakan pembayaran dividen yang rendah dan memiliki nilai
perusahaan yang rendah, serta arus kas akan memiliki pengaruh yang kuat
terhadap pengeluaran investasi (Perfect, Peterson, dan Peterson, 1995).
Manajer memiliki insentif untuk membuat perusahaan bertumbuh dan
berkembang melalui investasi berlebihan. Manajer akan mengejar tujuan ini
meskipun mereka harus menerima proyek dengan NPV negatif atau
melakukan investasi yang tidak menguntungkan. Teori aliran kas bebas
memprediksi bahwa hal ini akan berdampak terhadap nilai perusahaan karena
investor akan menurunkan kepercayaannya terhadap penilaian ekuitas
perusahaan (Jensen, 1986).
Jika informasi akuntansi yang disusun oleh manajemen tidak
mencerminkan penggunaan aliran kas bebas bagi kesejahteraan pemegang
saham, maka hal ini dapat berakibat pada menurunnya kepercayaan investor
terhadap informasi akuntansi manajemen yang selanjutnya akan menurunkan
nilai perusahaan (Vogt dan Vu, 2000).
Berdasarkan pada pemikiran bahwa penerbitan saham baru merupakan
opsi biaya termahal, maka perusahaan dengan aliran kas bebas yang ada
padanya dapat membangun financial slack dengan membatasi dividen yang
dibayarkan untuk memanfaatkan kesempatan investasi yang ada. Kas tersebut
dapat disimpan dalam bentuk marketable securities. Financial slack tersebut
dapat dipergunakan untuk mengambil kesempatan investasi pada proyek yang
27
27
memberikan NPV positif. Hal ini akan berdampak juga pada peningkatan
harga saham (Myers dan Majluf, 1984).
Peningkatan aliran kas bebas yang ada di perusahaan justru berdampak
pada penurunan harga saham. Pengaruh tidak langsung dari aliran kas bebas
terhadap harga saham melalui dividen adalah tidak signifikan (Murhadi,
2008).
Aliran kas bebas dengan NPV positif dapat digunakan sebagai
determinan dari nilai pemegang saham dengan mempertimbangkan set
kesempatan investasi dan manajemen laba. Set kesempatan investasi yang
tinggi secara positif menggambarkan hubungan antara aliran kas bebas dan
nilai pemegang saham. Manajemen laba yang tinggi secara negatif
menggambarkan hubungan antara aliran kas bebas dan nilai pemegang saham
(Yudianti, 2005).
Nilai pasar ekuitas perusahaan merefleksikan ekspektasi pemegang
saham terhadap arus kas perusahaan dimasa depan. Jika perusahaan
menghasilkan arus kas yang konstan, maka nilai pasar ekuitas perusahaan
juga konstan. Jika arus kas tinggi, nilai pasar ekuitas juga tinggi. Sebaliknya
jika arus kas rendah, maka nilai pasar juga rendah (Howell, 2002).
Perusahaan dengan abnormal return yang positif lebih memilih untuk
membayarkan kas melalui dividen, sedangkan perusahaan dengan abnormal
return yang negatif memilih untuk membayarkan kas melalui pembelian
kembali saham. Jika agency cost menurunkan nilai ekuitas perusahaan, teori
aliran kas bebas memprediksi bahwa pada tingkat pengumuman return dari
kas yang dibayarkan kepada pemegang saham, perusahaan dengan agency cost
28
28
yang tinggi (Tobin’s Q rendah) akan menerima return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang agency cost-nya rendah (Tobin’s Q
tinggi) (Clifford, 2006).
Perusahaan dengan aliran kas bebas yang tinggi memiliki abnormal
return yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan tanpa aliran kas
bebas ketika mereka mengumumkan dividen saham (Burghof dan Sturz,
2006).
Tidak terdapat hubungan nonmonotonik antara kualitas perusahaan
dengan dividen. Perusahaan dengan kinerja yang baik adalah yang
membayarkan dividen yang lebih tinggi kepada pemegang saham serta
memiliki masalah aliran kas bebas yang lebih tinggi. Perusahaan dengan
kinerja menengah membayarkan dividen untuk mencegah masalah aliran kas
bebas mereka dan memiliki abnormal return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang kinerjanya baik. Perusahaan dengan kinerja yang
buruk membayarkan dividen yang sangat rendah untuk semua pemegang
saham, memiliki peningkatan dividen yang sangat rendah serta memiliki
masalah aliran kas bebas yang lebih rendah (Fuller dan Thakor, 2002).
Perusahaan dengan aliran kas bebas positif, teori memprediksikan bahwa
jika harga saham meningkat maka pembayaran dividen kepada pemegang
saham meningkat. Teori ini juga memprediksi bahwa peningkatan terhadap
permintaan pendanaan dari pemegang saham akan menyebabkan harga saham
menjadi jatuh. Teori aliran kas bebas juga memprediksikan bahwa jika harga
saham meningkat maka ketatnya batasan pembayaran arus kas kepada
pemegang saham meningkat dan bila menurun maka ketatnya batasan
29
29
berkurang. Jika pendanaan akuisisi melalui utang baru atau penerbitan saham
preferen diinvestasikan dalam proyek dengan NPV negatif, harga saham
abnormal akan berubah negatif. Jika diinvestasikan dalam proyek dengan
NPV positif, harga saham abnormal akan menjadi positif (Jensen, 1987).
Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih rendah mengikuti
kebijakan pembayaran dividen yang lebih tinggi karena agency cost dari aliran
kas bebas akan lebih tinggi dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial
yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial yang
rendah dapat meningkatkan nilai perusahaan (Agrawal dan Jayaraman, 1994).
Dengan menggunakan database Taiwan Economic Journal dari Januari-
Desember 2005, ditemukan bahwa pengungkapan informasi dan nilai
perusahaan memiliki hubungan signifikan positif. Sedangkan struktur
kepemilikan manajerial dan institusional dengan nilai perusahaan memiliki
hubungan yang negatif (Lu, Liao, dan Yang, 2007).
“Dengan kepemilikan institusi yang tinggi akan meningkatkan
pengawasan terhadap manajer dan berdampak pada peningkatan nilai
perusahaan” (Clay, 2002). “Kepemilikan manajerial secara statistik
berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan (Welch, 2003)”. Lins (2003)
meneliti apakah kepemilikan saham manajerial dan non-manajerial
berhubungan dengan nilai perusahaan melalui sampel 1.433 perusahaan.
Penelitian ini menemukan bahwa nilai perusahaan adalah lebih rendah dalam
situasi di mana hak pengendalian manajemen melebihi hak atas arus kas dan
nilai perusahaan lebih tinggi dalam situasi di mana hak pengendalian non-
manajemen melebihi hak atas arus kas.
30
30
Semakin tinggi kepemilikan manajerial justru akan semakin menurunkan
nilai perusahaan. Kepemilikan saham oleh dewan direksi dan komisaris yang
semakin banyak cenderung akan menurunkan nilai perusahaan. Kepemilikan
institusional akan meningkatkan nilai perusahaan (Suranta dan Machfoedz,
2003).
Struktur kepemilikan secara endogen ditentukan oleh nilai perusahaan.
Juga ditemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan (Demsetz dan Lehn, 1983).
Hasil penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menggunakan
keputusan keuangan sebagai variabel intervening dalam meneliti implikasi
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi dan
pendanaan tetapi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Keputusan
pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi
dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui keputusan
pendanaan sebagai variabel intervening berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
seluruh keputusan keuangan dan nilai perusahaan.
Kepemilikan secara negatif berhubungan dengan nilai pasar ekuitas yang
merefleksikan fakta bahwa pembatasan kesejahteraan manajer akan mencegah
manajemen dari pemilikan saham-saham yang penting dalam perusahaan.
Tingkat likuiditas perusahaan secara positif berhubungan dengan kepemilikan
manajerial. Meskipun kepemilikan manajerial ditentukan oleh nilai
31
31
perusahaan, nilai perusahaan itu sendiri sebagian ditentukan oleh kepemilikan
manajerial (Davies, Hillier dan McColgan, 2005).
Nilai perusahaan mulai menurun untuk perusahaan dengan kepemilikan
institusional 5%-25%. Nilai perusahaan mulai meningkat lagi ketika
kepemilikannya di atas 25%. Dasar argumentasi bahwa tingkat kepemilikan
institusional dalam proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar
perusahaan adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi,
maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen
(Morck, Shleifer dan Vishny, 1988).
Dengan menggunakan data panel perusahaan dalam industri tunggal,
menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen menentukan nilai perusahaan
sebagaimana yang diprediksi melalui informasi asimetri. Ketika kepemilikan
manajemen dikendalikan, tingkat kepemilikan manajemen itu sendiri tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Lee dan Ryu,
2003).
Teori keagenan (agency theory) memunculkan argumentasi terhadap
adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan manajer.
Konflik tersebut muncul sebagai akibat perbedaan kepentingan diantara kedua
belah pihak. Kepemilikan manajerial atau kepemilikan insider kemudian
dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik
tersebut. Dalam hal ini kepemilikan insider dipandang dapat menyamakan
kepentingan antara pemilik dan manajer, sehingga semakin tinggi kepemilikan
insider akan semakin tinggi pula nilai perusahaan (Jensen dan Meckling,
1976).
32
32
Variabel kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007).
Kepemilikan oleh negara secara negatif berhubungan dengan nilai
perusahaan dan hasilnya signifikan pada tingkat 1%. Kepemilikan
institusional secara signifikan berhubungan negatif dengan nilai perusahaan.
Kepemilikan oleh pihak asing di perusahaan privatisasi Cina secara signifikan
berhubungan positif dengan nilai perusahaan (Wei, Xie, and Zang, 2005).
Kepemilikan institusi yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga
saham. Pengaruh tidak langsung dari struktur kepemilikan terhadap harga
saham melalui dividen adalah tidak signifikan (Murhadi, 2008).
K. Kerangka Teoritis
Penelitian ini akan menguji apakah pengaturan penggunaan aliran kas
bebas dan struktur kepemilikan mempengaruhi nilai perusahaan. Dimana
pengaturan penggunaan aliran kas bebas dalam hal ini diproksikan dengan set
kesempatan investasi sedangkan struktur kepemilikan dalam hal ini adalah
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang merupakan
variabel independen. Variabel independen adalah tipe variabel yang
mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63).
Sedangkan nilai perusahaan (diukur dengan menggunakan harga saham
pada saat publikasi laporan keuangan) merupakan variabel dependen.
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel
33
33
independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Kerangka teoritis dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar II.1
Kerangka Teoritis
Variabel Independen Variabel Dependen
L. Pengembangan Hipotesis
Hasil penelitian Perfect et al. (1995) menunjukkan bahwa perusahaan
dengan kesempatan untuk mengeksploitasi aliran kas bebas akan mengikuti
kebijakan pembayaran dividen yang rendah dan memiliki nilai perusahaan
yang rendah, serta arus kas akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap
pengeluaran investasi.
Vogt dan Vu (2000) menyatakan bahwa apabila informasi akuntansi
manajemen tidak mencerminkan penggunaan aliran kas bebas untuk
kesejahteraan pemegang saham, maka investor akan menurunkan
kepercayaannya terhadap informasi akuntansi yang disusun oleh manajemen
dan hal ini berakibat mempengaruhi pada menurunnya nilai perusahaan.
Pengaturan Penggunaan Aliran Kas Bebas
Struktur Kepemilikan Manajerial
Struktur Kepemilikan Institusional
Nilai Perusahaan
34
34
Penelitian lain yang dilakukan oleh Myers dan Majluf (1984)
menemukan bahwa berdasarkan pada pemikiran penerbitan saham baru
merupakan opsi biaya termahal, maka perusahaan dengan aliran kas bebas
yang ada padanya dapat membangun financial slack dengan membatasi
dividen yang dibayarkan untuk memanfaatkan kesempatan investasi yang ada.
Kas tersebut dapat disimpan dalam bentuk marketable securities. Financial
slack tersebut dapat dipergunakan untuk mengambil kesempatan investasi
pada proyek yang memberikan NPV positif. Hal ini akan berdampak juga
pada peningkatan harga saham.
Yudianti (2005) menemukan bahwa aliran kas bebas dengan NPV positif
dapat digunakan sebagai determinan dari nilai pemegang saham dengan
mempertimbangkan set kesempatan investasi dan manajemen laba. Set
kesempatan investasi yang tinggi secara positif menggambarkan hubungan
antara aliran kas bebas dan nilai pemegang saham. Manajemen laba yang
tinggi secara negatif menggambarkan hubungan antara aliran kas bebas dan
nilai pemegang saham.
Howell (2002) menyatakan bahwa nilai pasar ekuitas perusahaan
merefleksikan ekspektasi pemegang saham terhadap arus kas perusahaan
dimasa depan. Jika perusahaan menghasilkan arus kas yang konstan, maka
nilai pasar ekuitas perusahaan juga konstan. Jika arus kas tinggi, nilai pasar
ekuitas juga tinggi. Jika arus kas rendah, maka nilai pasar juga rendah.
Hasil penelitian Murhadi (2008) menemukan bahwa peningkatan aliran
kas bebas yang ada di perusahaan justru berdampak pada penurunan harga
saham. Pengaruh tidak langsung dari aliran kas bebas terhadap harga saham
35
35
melalui dividen adalah tidak signifikan. Berdasarkan teori dan bukti empiris
di atas dapat disimpulkan bahwa pengaturan penggunaan aliran kas bebas
berupa penggunaan aliran kas bebas untuk projek yang menguntungkan akan
berdampak pada penilaian ekuitas perusahaan (Jensen, 1986). Tindakan
manajemen berupa pengaturan penggunaan aliran kas bebas tersebut
meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan berdasarkan
informasi akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen (Jensen, 1986). Jadi
hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut.
H1: Pengaturan penggunaan aliran kas bebas berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan
Penelitian yang dilakukan oleh Agrawal dan Jayaraman (1994)
menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih
rendah mengikuti kebijakan pembayaran dividen yang lebih tinggi karena
agency cost dari aliran kas bebas akan lebih tinggi dalam perusahaan dengan
kepemilikan manajerial yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa
kepemilikan manajerial yang rendah dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa kepemilikan
institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan pengawasan kepada
manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya,
selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan
mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena
mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan
meningkatkan nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) yang
menggunakan keputusan keuangan sebagai variabel intervening dalam
36
36
meneliti implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan menemukan
bahwa kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui keputusan
pendanaan sebagai variabel intervening berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Kepemilikan manajerial atau kepemilikan insider dipandang
sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan.
Dalam hal ini kepemilikan insider dipandang dapat menyamakan kepentingan
antara pemilik dan manajer, sehingga semakin tinggi kepemilikan insider akan
semakin tinggi pula nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).
Clay (2002) menyatakan bahwa ”dengan kepemilikan institusi yang tinggi
akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer dan berdampak pada
peningkatan nilai perusahaan”. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lins
(2003) tentang apakah kepemilikan saham manajerial dan non-manajerial
berhubungan dengan nilai perusahaan melalui sampel 1.433 perusahaan
menemukan bahwa nilai perusahaan adalah lebih rendah dalam situasi di mana
hak pengendalian manajemen melebihi hak atas arus kas dan nilai perusahaan
lebih tinggi dalam situasi di mana hak pengendalian non-manajemen melebihi
hak atas arus kas. Morck, Shleifer dan Vishny (1988) juga menemukan bahwa
nilai perusahaan dan kepemilikan institusional memiliki hubungan yang
positif, dimana semakin tinggi kepemilikan institusional maka nilai
perusahaan akan meningkat. Dasar argumentasi bahwa tingkat kepemilikan
institusional dalam proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar
perusahaan adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi,
maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen.
37
37
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikembangkan hipotesis
alternatif sebagai berikut.
H2 : Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan
H3 : Struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan
38
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah studi empiris. Penelitian ini menguji
pengaruh pengaturan penggunaan aliran kas bebas dan struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan. Objek penelitian adalah perusahaan LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian mengambil periode pengamatan
selama 3 periode (tahun).
B. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian berupa semua perusahaan yang tergabung di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2005 - 2007. Sampel pada penelitian ini
adalah perusahaan LQ45 yang sesuai dengan kriteria. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling pada perusahaan yang datanya
tersedia dengan lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada situs
www.idx.co.id berupa laporan keuangan dan harga saham. Harga saham
ditentukan berdasarkan harga saham penutupan pada saat tanggal publikasi
laporan keuangan.
Sampel tahun perusahaan yang diobservasi harus memenuhi kriteria
berikut ini.
1. Perusahaan yang masuk dalam LQ45 selama 3 tahun berturut-turut.
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap untuk tujuan analisis.
39
39
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip. Data penelitian ini
diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan yang tergabung dalam
LQ45 di Bursa Efek Indonesia yang mencakup tahun 2005, 2006 dan 2007,
dimana data tersebut diperoleh dari situs www.idx.co.id. Jenis data yang
diperoleh merupakan data pooled.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
diukur dengan Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang
diberikan pasar keuangan dan investor kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus bertumbuh (Brigham,
2006:111).
Harga pasar per lembar saham PBV = Nilai buku per lembar saham
40
40
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang mempengaruhi variabel
lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pengaturan penggunaan aliran kas bebas
Pengaturan penggunaan aliran kas bebas diukur dengan menggunakan
set kesempatan investasi dalam formula penelitian yang digunakan
Skinner (1993). Hal ini berarti bahwa pengaturan penggunaan aliran
kas bebas diproksikan dengan set kesempatan investasi (investment
opportunity set) rasio Tobin’s Q.
Total Aset – Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar * Harga Penutupan saham)
Tobin’s Q =
[Aktiva Tetap Net * ((Aktiva Tetap Gross – Aktiva Tetap Net) / Biaya Depresiasi)] + (Total Aset – Aktiva Tetap Net)
b. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah ada tidaknya komisaris dan direksi
yang memiliki saham pada perusahaan dimana mereka menjabat
sebagai komisaris dan direksi. Jumlah kepemilikan manajerial
sebagian besar kurang dari 1%, sehingga variasi jumlah kepemilikan
manajerial tidak banyak, sehingga variabel ini menggunakan dummy,
yaitu 0 jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, dan 1 jika terdapat
kepemilikan manajerial.perusahaan tersebut (Setyapurnama dan
Norpratiwi, 2007).
41
41
c. Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah pemegang saham dari institusi.
Variabel kepemilikan institusional diukur dengan prosentase saham
yang dimiliki oleh institusi (perusahaan asuransi, perusahaan investasi,
pemerintah, bank dan kepemilikan institusi atau perusahaan lain)
(Wahidahwati, 2002).
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah
pengaturan penggunaan aliran kas bebas dan struktur kepemilikan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi berganda. Persamaan dirumuskan sebagai berikut.
PBV = a + 1b PPAKB + 2b DSKPM + 3b SKPI + e
Keterangan :
PBV : Price book value
PPAKB : Pengaturan penggunaan aliran kas bebas
DSKPM : Dummy struktur kepemilikan manajerial
SKPI : Struktur kepemilikan institusional
a : Konstanta
1b - 3b : Koefisien regresi
e : Error
42
42
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan metode statistik deskriptif memiliki tujuan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, yang diantaranya dilihat
dari nilai minimal, maksimal, rata-rata, dan standar deviasi. Analisis ini
mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul untuk tujuan analisis.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa persamaan yang dibentuk bebas dari
berbagai penyimpangan atau memenuhi asumsi bebas dari penyimpangan,
maka dilakukan uji asumsi klasik. Dalam pengujian ini dilakukan dengan
program komputer SPSS 11.0 for windows, yang terdiri dari berikut ini.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi
normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Model regresi
yang baik adalah jika data terdistribusi normal.
Pengujian dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil
pengujian ini akan dibandingkan dengan nilai signifikansi yang telah
ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Jika nilai probabilitas yang
diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusikan
normal (Ghozali, 2001:74).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat
korelasi akan menyebabkan problem multikolinearitas. Model regresi
43
43
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Penelitian ini menguji multikolinearitas berdasarkan Tolerance Value
dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas
multikolinearitas yaitu apabila mempunyai Tolerance Value > 0,1 dan
VIF < 10 (Ghozali, 2001:57).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika tetap disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan uji Park. Uji Park dilakukan dengan cara
mengkuadratkan nilai residual lalu menghitung logaritma dari kuadrat
residual. Kemudian hasil logaritma kuadrat residual diregresikan
dengan variabel independen. Apabila nilai signifikan yang diperoleh
lebih dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2001:69).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
44
44
lainnya. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu (residual)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
yang baik adalah bebas dari autokorelasi (Imam Ghozali, 2001:61).
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson (DW test). Hipotesis yang akan diuji
adalah :
Ho : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut :
Menolak Daerah Daerah Menolak Ho ragu - ragu - Ho ragu ragu Auto Auto korelasi korelasi positif negatif
menerima Ho
tidak ada autokorelasi
0 dl du 4-du 4-dl 4
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Uji F ini menggunakan tingkat signifikan 5%.
Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut.
45
45
1) Menentukan Hipotesis
Ho : 1b = 2b = 3b = 0, artinya variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha : 1b # 2b # 3b # 0, artinya variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap vriabel dependen
2) Menentukan kriteria pengujian
0H ditolak
0H diterima
F (a , k-1, N-k)
Ho diterima dan Ha ditolak, bila hitungF £ tabelF
Ho ditolak dan Ha diterima bila, hitungF > tabelF
Dimana hitungF adalah nilai F dari printout software dan tabelF
adalah F (a , k-1, N-k). N = jumlah obesrvasi dan K = jumlah
parameter (koefisien regresi plus konstanta).
b. Uji t
Uji t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji
ini menggunakan tingkat signifikan 5%. Langkah-langkah yang
digunakan adalah sebagai berikut.
46
46
1) Menentukan hipotesis
Ho : 1b = 0, artinya variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : 1b # 0, artinya variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen
2) Menentukan kriteria pengujian
0H ditolak 0H ditolak
0H diterima
t (a /2, N-k) -t (a /2, N-k)
Ho diterima bila, - tabelt £ hitungt tabelt£
Ho ditolak bila, hitungt £ - tabelt atau hitungt > tabelt
Dimana hitungt adalah nilai t dari printout software dan tabelt adalah
t (a /2, N-k). N = jumlah observasi dan K = jumlah parameter
(koefisien regresi ditambah konstanta). Nilai t dihitung dengan
menggunakan uji dua sisi, karena hipotesis yang diuji untuk
mengetahui pengaruhnya. Berarti pengaruhnya ada dua kemungkinan,
yaitu positif atau negatif.
c. Koefisien determinsi ( 2R )
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur prosentase
variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel
independen. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1
47
47
(0 < 2R < 1). Semakin tinggi nilai 2R suatu regresi atau semakin
mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal ini berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dalam printout software koefisien determinasi berada pada lampiran
hasil uji regresi, tertulis R square.
48
48
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Data
Penelitian ini menggunakan data harga saham dan laporan keuangan
perusahaan tahun 2005 - 2007. Populasi penelitian adalah semua perusahaan
yang tergabung di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 – 2007. Data ini
bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id tahun 2005 -
2007. Penelitian ini menggunakan 32 sampel perusahaan dengan metode
pengambilannya sebagai berikut.
TABEL IV. 1 CARA PENGAMBILAN SAMPEL PERUSAHAAN
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang masuk dalam LQ45
Perusahaan yang tidak masuk dalam LQ45
periode 2005 - 2007
Perusahaan yang masuk dalam LQ45
periode 2005 – 2007
Data laporan keuangan yang tidak tersedia
lengkap
Sampel akhir
Unit analisis : 32 x 3
Data outlier
Data yang lengkap untuk dianalisis
45
(13)
32
0
32
96
(6)
90
Adapun data yang digunakan dalam penelitian meliputi data pengaturan
penggunaan aliran kas bebas, struktur kepemilikan dan price book value yang
terpilih sebagai sampel dapat dilihat pada lampiran 1 – 3.
49
49
Dari hasil deskripsi data penelitian dengan SPSS 11.0 for Windows yang
menunjukkan nilai minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi dari
seluruh variabel independen dan dependen dapat dilihat pada tabel IV. 2
berikut ini.
TABEL IV. 2 STATISTIK DESKRIPTIF
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya price book
value minimum perusahaan sampel adalah 0,2700 dan maksimum 11,0900
dengan nilai rata-rata price book value adalah 3,230889 dan standar deviasi
1,9986269. Besarnya pengaturan penggunaan aliran kas bebas minimum
perusahaan sampel adalah -1,862949 dan maksimum 3,776540 dengan nilai
rata-rata pengaturan penggunaan aliran kas bebas adalah 1,030019 dan standar
deviasi 0,861279834. Besarnya struktur kepemilikan manajerial minimum
perusahaan sampel adalah 0 dan maksimum 1 karena variabel ini diukur
dengan menggunakan variabel dummy dengan nilai rata-rata struktur
Variabel N Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi
Price book value 90 0,2700 11,0900 3,230889 1,9986269
Pengaturan
penggunaan
aliran kas bebas
90
-1,862949
3,776540
1,030019
0,861279834
Struktur
kepemilikan
manajerial
90
0,00
1,00
0,4444
0,49969
Struktur
kepemilikan
institusional
90
0,1241
0,8936
0,590861
0,1486096
50
50
kepemilikan manajerial adalah 0,4444 dan standar deviasi 0,49969. Besarnya
struktur kepemilikan institusional minimum perusahaan sampel adalah 0,1241
dan maksimum 0,8936 dengan nilai rata-rata struktur kepemilikan
institusional adalah 0,590861 dan standar deviasi 0,1486096. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
B. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Kenormalan data diperlukan untuk uji statistik berikutnya. Uji
normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai pengujian atau probabilitas
yang diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data tersebut
terdistribusikan normal.
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan program
statistik SPSS 11.0 for windows dapat dilihat pada tabel IV. 3 berikut
ini.
51
51
TABEL IV. 3 HASIL UJI NORMALITAS
Variabel Kolmogorov
Smirnov
Signifikansi Keterangan
Price Book value 1,163 0,134 Normal
Pengaturan
penggunaan aliran
kas bebas
1,202 0,111 Normal
Struktur kepemilikan
institusional
1,219 0,102 Normal
Sumber : data diolah
Uji normalitas hanya dilakukan untuk variabel price book value,
pengaturan penggunaan aliran kas bebas dan struktur kepemilikan
institusional, sedangkan untuk struktur kepemilikan manajerial tidak
dilakukan uji normalitas karena variabel ini diukur dengan dummy. Di
samping itu, normalitas data dapat dilihat dari besarnya sampel yang
diperoleh.
Berdasarkan asumsi Central Limit Theorem (CLT), jika sampel (n)
lebih besar dari 30 maka data diasumsikan berdistribusi normal (Hair,
2005). Dalam penelitian ini diperoleh sampel 32 perusahaan, sehingga
berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa data
yang diperoleh terdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 7.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu
cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas ini adalah
52
52
dengan melakukan pengujian berdasarkan Tolerance Value dan
Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas
multikolinearitas yaitu apabila mempunyai Tolerance Value > 0,1 dan
VIF < 10.
Dari hasil pengujian multikolinearitas dengan menggunakan
program statistik SPSS 11.0 for windows dapat dilihat pada tabel IV. 4
berikut ini.
TABEL IV. 4 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Variabel Independen VIF Tolerance Keterangan
Pengaturan penggunaan
aliran kas bebas
1,022 0,978 Bebas
multikolinearitas
Struktur kepemilikan
manajerial
1,045 0,957 Bebas
multikolinearitas
Struktur kepemilikan
institusional
1,064 0,940 Bebas
multikolinearitas
Sumber : data diolah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk seluruh variabel
independen angka VIF berada di bawah 10, demikian juga nilai
Tolerance di atas angka 0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terdapat masalah multikolinearitas. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi,
53
53
maka terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini untuk menguji
ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Suatu model
regresi dinyatakan bebas dari gejala heteroskedastisitas apabila nilai
signifikan yang diperoleh lebih dari 0,05.
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan
program statistik SPSS 11.0 for windows dapat dilihat pada tabel IV. 5
berikut ini.
TABEL IV. 5 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Variabel Independen Nilai t Signifikansi Keterangan
Pengaturan penggunaan
aliran kas bebas
1,836 0,070 Bebas
heteroskedastisitas
sStruktur kepemilikan
manajerial
-0,742 0,460 Bebas
heteroskedastisitas
Struktur kepemilikan
institusional
0,687 0,494 Bebas
heteroskedastisitas
Sumber : data diolah
Dari hasil regresi akan didapat nilai residual untuk tiap variabel.
Nilai tersebut dikuadratkan lalu dihitung logaritma dari kuadrat
residual. Kemudian hasil logaritma kuadrat residual diregresikan
dengan variabel independen. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat
bahwa seluruh variabel independen angka signifikansi yang diperoleh
lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
54
54
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu (residual)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini untuk
menguji ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson
(DW test). Suatu model regresi dinyatakan bebas dari gejala
autokorelasi apabila nilai DW terletak antara batas atas upper bound
(du) dan (4-du) (Imam Ghozali, 2001:61).
Dari hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan program
statistik SPSS 11.0 for windows dapat dilihat pada tabel IV. 6 berikut
ini.
TABEL IV. 6 HASIL UJI AUTOKORELASI
Nilai Durbin-Watson (DW) Nilai dl Nilai du Keterangan
1,757 1,59 1,73 Tidak ada autokorelasi
Sumber : data diolah
Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa nilai DW 1,757 lebih
besar daripada batas atas (du) 1,73, maka dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi positif pada model regresi. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.
55
55
2. Pengujian hipotesis
Analisis data dengan menggunakan regresi berganda berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen yaitu pengaturan
penggunaan aliran kas bebas, struktur kepemilikan manajerial dan struktur
kepemilikan institusional mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS
11.0 for windows hasil perhitungan regresi dapat dilihat pada tabel IV. 7
sebagai berikut.
TABEL IV. 7 ANALISIS REGRESI BERGANDA
Sumber : data diolah
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa model regresi yang
dibentuk dari analisis yang dilakukan adalah :
PBV = 1,385 + 1,115 PPAKB + 0,434 DSKPM + 0,855 SKPI + e
Interpretasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
a = 1,385, merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika
tidak ada variabel pengaturan penggunaan aliran kas bebas,
Variabel Koef. regresi
hitungt Sig. Keterangan
Konstanta 1,385
Pengaturan penggunaan aliran kas bebas 1,115 5,076 0,000 Signifikan
Struktur kepemilikan manajerial 0,434 1,134 0,260 Tidak signifikan
Struktur kepemilikan institusional 0,855 0,659 0,512 Tidak signifikan
2R
Adjusted 2R
F Hitung
Sign F
0,247
0,220
9,387
0,000
56
56
struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan
institusional, maka tingkat price book value sebesar 1,385.
1b = 1,115, merupakan koefisien regresi pengaturan penggunaan aliran
kas bebas yang menunjukkan bahwa pengaturan penggunaan aliran
kas bebas berpengaruh positif terhadap price book value, artinya
setiap peningkatan 1 persen aliran kas bebas yang digunakan untuk
investasi pada proyek yang menguntungkan, maka nilai perusahaan
akan meningkat sebesar 1,115 dengan asumsi variabel lainnya tetap
(struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan
institusional = 0).
2b = 0,434, merupakan koefisien regresi struktur kepemilikan manajerial
yang menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap price book value, artinya bahwa
dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen
perusahaan maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,434
dengan asumsi variabel lainnya tetap (pengaturan penggunaan
aliran kas bebas dan struktur kepemilikan institusional = 0).
3b = 0,855, merupakan koefisien regresi struktur kepemilikan
institusional yang menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap price book value, artinya
setiap peningkatan 1 persen kepemilikan institusional maka nilai
perusahaan akan naik sebesar 0,855 dengan asumsi variabel
lainnya tetap (pengaturan penggunaan aliran kas bebas dan struktur
kepemilikan manajerial = 0).
57
57
Dari hasil tersebut, selanjutnya akan dilakukan pengujian berikut.
a. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Teknik
yang digunakan adalah dengan membandingkan hitungF dengan tabelF
pada taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil uji F dapat dilihat pada
lampiran 7, dan secara ringkas ditunjukkan pada tabel IV. 8.
TABEL IV. 8 HASIL UJI F
Variabel hitungF tabelF Sig. Keterangan
Pengaturan penggunaan aliran kas
bebas, struktur kepemilikan manajerial,
dan struktur kepemilikan institusional
9,387 2,72 0,000 Signifikan
Sumber : data diolah
Hasil analisis uji F diperoleh nilai hitungF sebesar 9,387 dan tabelF
sebesar 2,72, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
yaitu pengaturan penggunaan aliran kas bebas, struktur kepemilikan
manajerial dan struktur kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan secara bersama-sama. Di samping itu dapat dinyatakan
bahwa model regresi ”fit”.
b. Uji t (Uji Hipotesis)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara individu. Uji t
digunakan untuk mengetahui apakah pengaturan penggunaan aliran kas
58
58
bebas, struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari
hasil analisis tersebut diperoleh nilai t sebagai berikut.
TABEL IV. 9 HASIL UJI T
Variabel hitungt tabelt Sig. Keterangan
Pengaturan penggunaan aliran kas bebas
5,076 1,990 0,000 Signifikan
Struktur kepemilikan manajerial
1,134 1,990 0,260 Tidak signifikan
Struktur kepemilikan institusional
0,659 1,990 0,512 Tidak signifikan
Sumber: data diolah
Nilai hitungt untuk pengaturan penggunaan aliran kas bebas lebih
besar dari nilai tabelt , maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan pengaturan
penggunaan aliran kas bebas secara individu terhadap nilai perusahaan
pada taraf signifikansi 5% (0,05). Sedangkan untuk struktur
kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan institusional
mempunyai nilai hitungt lebih kecil dari tabelt , berarti Ho diterima dan
Ha ditolak, maka struktur kepemilikan manajerial dan struktur
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara individu terhadap
nilai perusahaan. Nilai positif dari hitungt menunjukkan bahwa variabel
independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Untuk
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 8.
59
59
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R square) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berdasarkan hasil uji regresi (lampiran 7) diketahui bahwa
nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,247. Sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa variabel pengaturan penggunaan aliran kas
bebas, struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan sebesar 24,7%.
Sedangkan sisanya 75,3%, dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
regresi.
3. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengaturan penggunaan
aliran kas bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak aliran kas bebas
yang digunakan untuk investasi pada proyek yang menguntungkan akan
meningkatkan nilai perusahaan. Set kesempatan investasi yang tinggi,
yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tobinsQ secara
positif menggambarkan hubungan antara pengaturan penggunaan aliran
kas bebas dan nilai perusahaan. Investor lebih menyukai perusahaan
menahan dan menanamkan kembali aliran kas bebasnya ke dalam bisnis
karena hal ini mampu meningkatkan laba perusahaan. Pertumbuhan laba
akan mengarah pada kenaikan harga saham, dan akibatnya return yang
diterima oleh investor lebih tinggi (Brigham, 2006:71). Selanjutnya pasar
60
60
akan bereaksi secara positif sehingga nilai perusahaan meningkat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Perfect, Peterson dan Peterson (1995), Vogt
dan Vu (2000), Myers dan Majluf (1984), Yudianti (2005), Howell (2002),
Murhadi (2008) dan Jensen (1986).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
manajerial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa ada tidaknya kepemilikan saham
oleh pihak manajemen perusahaan tidak berpengaruh terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Manajemen perusahaan tidak memiliki
kendali terhadap perusahaan meskipun manajer adalah pengelola
perusahaan. Manajemen lebih banyak dikendalikan pemilik mayoritas,
sehingga manajemen hanya sebagai kepanjangan tangan pemilik
mayoritas. Ketika kepemilikan manajerial meningkat maka pengendalian
pemilik mayoritas juga semakin tinggi. Pasar kurang merespon terhadap
peningkatan kepemilikan manajerial karena pasar beranggapan bahwa
peningkatan proporsi kepemilikan manajerial menyebabkan kinerja
perusahaan lebih berorientasi pada kepentingan pihak manajer, sehingga
kepentingan di luar pihak tersebut akan diabaikan. Oleh karena fungsi
manajemen hanya sebagai kepanjangan tangan dari pemilik mayoritas,
maka kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sujoko dan
Soebiantoro (2007).
Struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif namun tidak
signifikan, hal ini menunjukkan bahwa struktur kepemilikan institusional
61
61
tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan. Hubungan
struktur kepemilikan dengan nilai perusahaan bersifat tidak langsung
melalui mekanisme pengawasan terhadap pihak manajemen di mana peran
pihak institusional hanya sebatas pada pengawasan terhadap pihak manajer
dalam mengelola perusahaan. Oleh karena peran pihak institusional hanya
sebatas pada fungsi pengawasan, maka pasar kurang merespon ketika
kepemilikan institusional meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Wahyudi dan Pawestri (2006).
62
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian menguji secara empiris pengaruh pengaturan penggunaan
aliran kas bebas dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis yang dijelaskan pada bab IV, penulis dapat
menulis kesimpulan sebagai berikut.
1. Semakin banyak aliran kas bebas yang digunakan untuk investasi pada
proyek yang menguntungkan akan berpengaruh terhadap peningkatan
nilai perusahaan.
2. Ada tidaknya kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan
tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.
3. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
peningkatan nilai perusahaan.
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Periode pengamatan yang relatif pendek yaitu 2005-2007, sehingga
terdapat kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan
fenomena yang sesungguhnya.
2. Penelitian ini belum memasukkan beberapa faktor fundamental lainnya
yang mempengaruhi nilai perusahaan. Karena ada kemungkinan
beberapa faktor fundamental lain juga mempengaruhi nilai perusahaan.
63
63
C. Saran-saran
1. Perluasan tahun pengamatan, agar hasil penelitian lebih dapat
menjelaskan hubungan pengaruh dan keakuratan hasil penelitian.
2. Perlu mempertimbangkan faktor fundamental lain dalam menentukan
nilai instrinsik sebagai pertimbangan investor menentukan harga
saham. Adapun faktor fundamental lain yang belum dipertimbangkan
adalah faktor mikro dan makro ekonomi. Faktor fundamental tersebut
ditentukan berdasarkan saat dipublikasikannya laporan keuangan
secara bersamaan, seperti kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan total aktiva.
64
64
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Anup dan Narayanan Jayaraman. 1994. The Dividend Policies of All-
Equity Firm: A Direct Test of The Free Cash Flow Theory. Managerial and Decision Economics, Vol. 15:139-148.
Allen, F. dan R. Michaely. 2002. Payout Policy. Working paper, forthcoming in
North-Holland Handbook of Economics. Brigham, Eugene F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Burghof, Hans-Peter dan Dirk Sturz. 2006. Stock Dividends and the Free Cash
Flow Hypothesis. Working Paper. University of Hohenheim. Clay, D.G. 2002. Institutional Ownership and Firm Value. Working Paper.
Marshall School of Business. University of Southern California. Clifford, Chris. 2006. Tender Share Repurchases and Special Dividends: A Test of
Free Cash Flow Theory. [ On – Line ]. Available. http://www.fma.org/Chicago/Papers/TenderShareRepurchasesandSpecialDividendsATestofFreeCashFlowTheory.pdf.
Collins, M Cary, David W. Blackwell, dan Joseph F Jr. Sinkey. 1995. The
Relationship between Corporate Compensation Policies and Investment Opportunities : Empirical Evidence for Large Bank Holding Companies. Financial Management, Vol. 24: 40-53.
Davies, J.R., David Hillier dan Patrick McColgan. 2005. Ownership Structure,
Managerial Behavior and Corporate Value. Journal of Corporate Finance, Vol. 11: 645-660.
Demsetz, H., dan K. Lehn. 1985. The Structure of Corporate Ownership : Causes
and Consequences. Journal of Political Economy, Vol. 93:1155-1177. Feltham, Gerald A, dan James A. Ohlson. 1995. Valuation and Clean Surplus
Accounting for Operating and Financial Activities. Contemporary Accounting Research, Vol.1:689-731.
65
65
Faizal. 2004. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi 7:186-197.
Fama, Eugene F, dan Michael C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and
Control. Journal of Law and Economics, Vol. 88:301-325. Fuller, Kathleen dan Anjan Thakor. 2002. Signaling, Free Cash Flow, and
'Nonmonotonic' Dividends. American Finance Association 2003 Meetings Haas School of Business University of California Berkeley, CA 94720-1900 USA.
Gaver, Jennifer J, dan Kenneth M. Gaver. 1993. Additional Evidence on The
Association Between The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies. Journal of Accounting and Economics, Vol.16:125-160.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang. Hair, J.F. Anderson, R.E. dan Black, W.C. 2005. Multivariate Data Analysis.
Tenth edition. Prentice Hall International : U.K. Howell, Robert A. 2002. Tying Free Cash Flows to Market Valuations. Financial
Executive : 17-20. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Jensen, Michael C dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3: 305-360.
Jensen, Michael C. 1986. Agency costs of Free Cash Flow, Corporate Finance
and Takeover. American Economics Review 76, 323-339. Jensen, Michael C . 1987. The Free Cash Flow Theory of Takeovers: A Financial
Perspective on Mergers and Acquisitions and the Economy. “The Merger Boom”, Proceedings of a Conference sponsored by Federal Reserve Bank of Boston, Oct. 1987:102-143.
66
66
Jensen, Michael C. 2001. Value Maximization, Stakeholder Theory, and The Corporate Objective Function. Working Paper No. 01-09, Harvard Business School:1-21.
Kallapur, Sanjay, dan Mark A. Trombley. 1999. The Association Between
Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business and Accounting, Vol. 26: 505-519.
Kallapur, Sanjay dan Mark A Trombley. 2001. The Investment Opportunity Set:
Determinants, Consequences and Measurement. Managerial Finance, Vol. 27: 3-15.
Lang, Larry H.P, Rene M. Stulz dan Ralph A. Walkling. 1991. A Test of the Free
Cash Flow Hypothesis: The Case of Bidder Returns. Journal of Financial Economics, Vol 29 : 315-335.
Lee, Sang-Mook dan Keunkwan Ryu. 2003. Management Ownership and Firm's
Value: An Empirical Analysis Using Panel Data. ISER Discussion Paper No. 593.
Lins, Karl V. 2003. Equity Ownership and Firm Value in Emerging Markets.
Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 38:159 -184. Lu, Chilin, Grace M. Liao, dan Yung-Cheng Yang. 2007. Ownership Structure,
Information Disclosure and Corporate Value: An Empirical Analysis of Taiwan Companies. Proceedings of the 13th Asia Pacific Management Conference, Melbourne, Australia, 2007:698-704.
Morck, Randall, Andrei Shleifer dan Robert W. Vishny. 1988. Management
Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics,Vol. 20:293-315.
Murhadi, Werner R. 2008. Studi Kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya
Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Keiwarusahaan. Vol.10:1-17.
Myers,Stewart C. 1976. Determinants of Corporate Borrowing. Journal
Financial Economics, Vol. 5:147-175.
67
67
Myers, Stewart C. 1984. Capital Structure Puzzle. Journal of Finance, Vol. 34:575-592.
Myers, Stewart C dan Nicholas S. Majluf . 1984. Corporate Finance and
Investment Decisions when Firms Have Information that Investors do not Have. Journal of Financial Economics, Vol.13:187-221.
Norpratiwi, Agustina M.V. 2007. Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, STIE YKPN, Volume 18.
Nugroho, Julianto Agung dan Jogiyanto Hartono. 2002. Confirmatory Factor
Analysis Gabungan Proksi Investment Opportunity Set dan Hubungannya terhadap Realisasi Pertumbuhan. Simposium Nasional Akuntansi 5:192-212.
Perfect, Steven B, David R. Peterson, dan Pamela P. Peterson. 1995. Self-Tender
Offers: TheEffects of Free Cash Flow Signaling, and The Measurement of Tobin’s Q. Journal of Banking & Finance, Vol. 19:1005-1023.
Sasongko. Noer. 2003. Teori Free Cash Flow, Pembahasan dan Riset. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol.2:83-101. Sasongko, Noer. 2008. Dampak Pengaturan Penggunaan Aliran Kas Bebas dan
Pengaturan Laba terhadap Relevansi Nilai Angka Akuntansi Fundamental. Disertasi, Universitas Gadjah Mada.
Setyapurnama, Yudi Santara dan Agustina M.V. Norpratiwi. 2007. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.7, no.2, Agustus 2007.
Skinner, Douglas J. 1993. The Investment Opportunity Set and Accounting
Procedure Choice : Preliminary Evidence. Journal of Accounting and Economics, Vol.16:407-445.
Subekti, Imam dan Indra W. Kusuma. 2000. Assosiasi Antara Set Kesempatan
Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan, Serta Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham. Simposium Nasional Akuntansi 4:820-845.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan
68
68
(Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9:41-48.
Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposium Nasional Akuntansi 6: 214-226.
Susila, Ihwan. 2003. Konflik Keagenan dalam Privatisasi BUMN. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2: 25-36. Tarjo dan Jogiyanto Hartono. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 6:278-295.
Uyara, Ali Sani dan Askam Tuasikal. 2002. Moderasi Aliran Kas Bebas terhadap
Hubungan Rasio Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal dengan Earnings Response Coefficients. Simposium Nasional Akuntansi 5:16-26.
Vogt, Stephen C. 1994. The Cash Flow/Investment Relationship: Evidence from
U.S. Manufacturing Firms. Financial Management, Vol.23:3-20. Vogt, Stephen C. 1997. Cash Flow and Capital Spending: Evidence from Capital
Expenditure Announcements. Financial Management, Vol.26:44-57. Vogt, Stephen C, dan Joseph D. Vu. 2000. Free Cash Flow and Long-run Firms
Value: Evidence from The Value Line Investment Survey. Journal of Managerial Issue,Vol.12:20-32.
Wahidahwati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : Analysis
Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen. Simposium Nasional Akuntansi 5:601-625.
Wahyudi, Untung, dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Pendekatan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9: 360-385.
69
69
Wei, Zuobao, Feixue Xie, dan Shaorong Zhang. 2005. Ownership Structure and Firm Value in China's Privatized Firms : 1991-2001. Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol.40:87-108.
Welch, Emma. 2003. The Relationship Between Ownership Structure and
Performance in Listed Australian Companies. Australian Journal of Management, Vol. 28, No. 3.
Yudianti, Ninik Fr. 2005. The Effect of Investment Opportunity Set and Earnings
Management to the Relationship between Free Cash Flow and Shareholder Value [ On – Line ]. Available. http://www.usd.ac.id.
71
71
Lampiran 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No Nama perusahaan Kode perush 1. Astra Agro Lestari Tbk AALI 2. Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 4. Astra International Tbk ASII 5. Bank Central Asia Tbk BBCA 6. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 7. Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 8. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA 9. Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 10. Bakrie & Brothers Tbk BNBR 11. Bank Niaga Tbk BNGA 12. Bank International Indonesia Tbk BNII 13. Barito Pacific Timber Tbk BRPT 14. Bumi Resources Tbk BUMI 15. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk CMNP 16. Energi Mega Persada Tbk ENRG 17. International Nickel IndonesiaTbk INCO 18. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 19. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 20. Indosat Tbk ISAT 21. Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 22. Kalbe Farma Tbk KLBF 23. London Sumatera Tbk LSIP PP 24. Medco Energi International Tbk MEDC 25. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS 26. Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 27. Panin Life Tbk PNLF 28. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA 29. Semen Cibinong Tbk SMCB 30. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 31. Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP 32. United Tractors Tbk UNTR
72
72
Lampiran 2
PRICE BOOK VALUE
No Kode Perusahaan Harga Pasar Per Lembar Saham
Nilai Buku Per Lembar Saham
Price Book Value
1 AALI 4,900 1,665 2.94 2 ADHI 720 206 3.5 3 ANTM 3,575 1,588 2.25 4 ASII 10,200 5,045 2.02 5 BBCA 3,400 1,286 2.64 6 BBRI 3,025 1,109 2.73 7 BDMN 4,750 1,747 2.72 8 BLTA 1,040 483 2.15 9 BMRI 1,640 1,148 1.43 10 BNBR 120 403 0.78 11 BNGA 405 334 1.21 12 BNII 155 98 1.58 13 BRPT 550 152 1.36 14 BUMI 760 119 7.97 15 CMNP 770 595 1.29 16 ENRG 750 73 11.09 17 INCO 13,150 12,664 1.03 18 INDF 910 456 1.99 19 INKP 1,080 3,671 0.29 20 ISAT 5,550 2,673 2.08 21 KIJA 90 116 0.78 22 KLBF 990 230 4.21 23 LSIP PP 2,950 1,027 2.87 24 MEDC 3,375 1,686 2.14 25 PGAS 6,900 936 7.37 26 PNBN 420 273 1.54 27 PNLF 135 147 0.92 28 PTBA 1,800 891 2.02 29 SMCB 475 240 1.98 30 TLKM 5,900 1,155 5.11 31 UNSP 415 211 1.97 32 UNTR 3,675 1,441 2.55 33 AALI 12,600 1,745 7.22 34 ADHI 800 245 3.27 35 ANTM 8,000 2,244 3.56 36 ASII 15,700 5,527 2.84 37 BBCA 5,200 1,466 3.55 38 BBRI 5,150 1,374 3.74 39 BDMN 6,750 1,914 3.53 40 BLTA 1,740 753 2.31 41 BMRI 2,900 1,279 2.27 42 BNBR 155 406 0.93 43 BNGA 920 399 2.33 44 BNII 240 109 2.2 45 BRPT 640 164 1.58 46 BUMI 900 167 5.38 47 CMNP 1,650 642 2.57 48 ENRG 520 127 4.08 49 INCO 31,000 15,297 2.03
73
73
50 INDF 1,350 522 2.59 51 INKP 940 3,062 0.31 52 ISAT 6,750 2,798 2.41 53 KIJA 155 118 1.32 54 KLBF 1,190 295 4.04 55 LSIP PP 6,600 1,229 5.37 56 MEDC 3,550 1,558 2.45 57 PGAS 11,600 1,229 9.44 58 PNBN 580 329 1.76 59 PNLF 165 154 1.07 60 PTBA 3,525 996 3.54 61 SMCB 670 274 2.45 62 TLKM 10,100 1,392 7.25 63 UNSP 970 276 3.52 64 UNTR 6,550 1,613 4.07 65 AALI 28,000 2,578 10.86 66 ADHI 1,360 290 4.68 67 ANTM 4,475 919 4.87 68 ASII 27,300 6,659 4.1 69 BBCA 7,300 1,619 4.51 70 BBRI 7,400 1,488 4.97 71 BDMN 8,000 2,151 3.72 72 BLTA 2,650 798 3.32 73 BMRI 3,500 1,346 2.6 74 BNBR 290 177 1.64 75 BNGA 900 421 2.14 76 BNII 285 110 2.59 77 BRPT 2,800 420 6.66 78 BUMI 6,000 419 14.31 79 CMNP 2,200 659 3.34 80 ENRG 1,490 225 6.62 81 INCO 96,250 19,845 4.85 82 INDF 2,575 671 4 83 INKP 840 3,111 0.27 84 ISAT 8,650 2,932 2.95 85 KIJA 230 117 1.97 86 KLBF 1,260 332 3.8 87 LSIP PP 10,650 1,251 8.51 88 MEDC 5,150 1,524 3.38 89 PGAS 15,350 1,341 11.45 90 PNBN 680 360 1.89 91 PNLF 195 171 1.14 92 PTBA 12,000 1,114 10.77 93 SMCB 1,750 292 5.99 94 TLKM 10,150 1,579 6.43 95 UNSP 2,275 610 3.73 96 UNTR 10,900 2,011 5.42
74
74
Lampiran 3
TOBIN’S Q
No Kode Perus Total Aet
Total Ekuitas
Market Value
Aktiva Tetap Net
Aktiva Tetap Gross
Biaya Depresiasi TOBIN'S Q
1 AALI 3,191,714 2,622,642 44,092,860 1,294,715 1,897,336 21,674 1.178567999 2 ADHI 2,413,950 370,850 2,449,795 132,084 202,038 2,836 0.811005499 3 ANTM 6,402,714 3,029,643 8,155,383 3,825,459 4,903,401 6,429 0.017901689 4 ASII 46,985,862 20,424,345 110,520,100 756,648 763,155 24,666 -0.484395425 5 BBCA 150,180,752 15,847,154 89,131,143 2,034,516 3,690,821 289,941 1.398678097 6 BBRI 178,109,457 18,336,692 90,273,210 1,929,270 4,097,619 402,098 1.340125881 7 BDMN 89,409,827 10,833,445 39,859,825 1,480,028 2,233,375 198,543 1.26608016 8 BLTA 7,908,587 2,008,385 11,021,378 5,184,774 6,540,403 3,455 0.008306866 9 BMRI 319,085,590 29,243,732 72,109,503 5,305,413 8,147,270 557,706 1.06201855
10 BNBR 7,012,882 4,159,113 7,821,381 3,119,563 4,456,143 140,581 0.31816068 11 BNGA 41,579,861 3,966,113 11,017,127 440,499 552,628 30,048 0.867032522 12 BNII 50,271,052 4,708,424 13,726,163 831,865 1,104,867 132,207 1.0580793 13 BRPT 1,676,349 1,099,903 7,328,887 314,736 315,751 48,083 5.777667332 14 BUMI 16,446,361 1,849,273 116,424,000 4,431,071 12,504,596 505,165 1.581759936 15 CMNP 2,528,226 1,319,088 4,400,000 1,454,237 1,610,350 69,344 1.290083162 16 ENRG 5,059,201 641,712 21,457,212 5,542 7,223 1,430 2.758741973 17 INCO 16,232,704 12,582,605 95,637,260 11,664,434 9,021,086 532,186 -1.862948635 18 INDF 14,786,084 4,308,448 24,318,787 6,041,763 9,297,859 528,944 0.757490254 19 INKP 5,245,667 2,041,327 4,595,626 3,579,206 5,238,940 213,323 -0.015557747 20 ISAT 32,787,133 14,315,328 47,003,525 21,564,781 35,073,128 3,080,205 0.618886038 21 KIJA 1,976,627 1,598,003 3,169,601 214,188 317,825 16,250 1.134177121 22 KLBF 4,728,369 2,389,006 12,796,578 859,117 1,431,358 128,934 1.970254622 23 LSIP 2,602,173 2,315,027 14,532,700 826,530 1,059,604 89,662 3.776540253 24 MEDC 20,227,590 4,942,184 17,162,125 3,165,192 5,430,834 279,970 0.760313029 25 PGAS 12,574,761 6,307,978 69,687,247 7,109,108 8,907,802 569,778 2.721594103 26 PNBN 36,919,444 4,384,651 13,569,146 1,201,767 1,615,821 96,935 1.128588406 27 PNLF 2,582,197 1,757,979 4,686,047 6,105 18,201 1,204 2.089258655 28 PTBA 2,839,690 2,052,660 27,649,582 444,205 1,257,333 65,260 3.585863001 29 SMCB 7,324,210 1,842,429 13,410,075 6,085,542 9,268,645 393,890 0.374711006 30 TLKM 62,171,044 23,292,401 204,623,993 46,192,648 83,743,545 7,570,739 0.993506631 31 UNSP 1,244,909 490,727 8,617,416 269,229 397,646 3,378 0.835958189 32 UNTR 10,633,839 4,105,713 31,082,539 4,307,775 6,652,793 29,953 0.109466525 33 AALI 3,496,955 2,748,567 19,841,787 1,544,653 2,263,856 122,666 1.870345178 34 ADHI 2,869,948 440,661 1,441,056 126,437 211,055 7,196 0.914912449 35 ANTM 7,290,906 4,281,602 15,261,536 3,346,303 4,826,783 430,885 1.183177291 36 ASII 57,929,290 22,375,766 63,559,178 13,030,347 20,806,263 1,929,852 1.017564646 37 BBCA 176,798,726 18,067,360 63,490,677 2,239,815 4,159,674 367,388 1.192892584 38 BBRI 154,725,486 16,878,808 62,569,724 1,821,978 4,330,003 400,044 1.219625609 39 BDMN 82,072,687 9,441,927 33,042,062 1,574,536 2,510,740 241,030 1.220044149 40 BLTA 8,205,956 3,131,160 7,234,176 5,903,932 7,541,829 390,822 0.455132182 41 BMRI 267,517,192 26,340,670 59,221,531 4,709,243 8,101,913 608,358 1.039186868 42 BNBR 8,666,760 4,477,930 4,180,393 3,691,080 5,252,965 243,628 0.29223188
75
75
43 BNGA 46,544,346 4,787,095 11,058,912 462,239 614,813 31,161 1.092476052 44 BNII 53,102,230 5,255,253 11,457,752 803,593 1,200,482 159,948 1.092316124 45 BRPT 1,739,140 1,061,855 1,675,174 236,096 935,707 36,838 0.392936061 46 BUMI 22,684,662 3,248,513 17,463,600 6,335,859 14,359,862 826,335 0.473849977 47 CMNP 1,967,088 1,283,327 3,300,000 1,721,029 1,954,301 77,160 0.731083906 48 ENRG 9,883,392 1,833,167 7,488,423 6,502 12,864 336 1.553864447 49 INCO 19,157,656 15,187,071 30,802,650 10,926,468 19,585,143 672,922 0.233651685 50 INDF 16,112,493 4,931,086 12,749,655 6,440,524 10,263,592 541,388 0.433907875 51 INKP 47,646,020 16,750,675 5,142,724 34,343,343 53,109,131 2,130,300 0.114104901 52 ISAT 34,228,658 15,201,745 36,679,051 24,963,030 41,908,327 3,522,542 0.430657209 53 KIJA 1,907,310 1,621,683 2,136,035 261,935 383,311 18,495 0.719798772 54 KLBF 4,624,619 2,994,817 12,085,657 1,024,372 1,725,292 149,495 1.632189975 55 LSIP 2,985,212 1,345,900 7,228,513 882,595 1,153,807 82,155 1.767816 56 MEDC 16,620,285 4,836,116 11,830,203 4,237,543 6,541,494 266,526 0.48179167 57 PGAS 15,113,902 5,576,033 52,628,798 13,029,450 15,224,390 506,361 1.061523174 58 PNBN 40,514,765 6,614,388 11,502,439 1,337,488 1,892,730 148,437 1.027671726 59 PNLF 5,161,653 3,685,234 3,954,227 5,609 19,183 1,701 1.044193575 60 PTBA 3,107,734 2,295,460 8,122,065 403,254 1,287,860 71,478 1.161039716 61 SMCB 7,065,846 2,098,668 5,134,143 5,906,379 9,464,610 433,390 0.203441604 62 TLKM 75,135,745 28,068,689 203,615,993 965,632 1,459,013 944,403 3.357006274 63 UNSP 1,783,001 642,485 2,261,070 340,382 493,376 49,287 1.361062252 64 UNTR 11,247,846 4,594,437 18,678,040 5,191,454 8,287,329 1,021,655 1.16264263 65 AALI 5,352,986 4,060,602 44,092,860 1,755,574 2,612,334 146,433 3.272413794 66 ADHI 4,333,167 531,235 2,449,795 50,120 147,908 9,801 1.307041803 67 ANTM 12,037,917 8,763,579 42,684,607 3,022,622 4,914,023 459,996 2.143243358 68 ASII 63,519,598 26,962,594 110,520,100 14,127,390 23,653,766 2,304,686 1.364509743 69 BBCA 218,005,008 20,441,731 89,131,143 2,264,841 4,503,132 383,754 1.252213438 70 BBRI 203,734,938 19,437,635 90,273,210 1,644,172 4,486,075 440,245 1.471962087 71 BDMN 89,409,827 10,833,445 39,859,825 1,538,878 2,699,699 260,865 1.250398233 72 BLTA 20,668,625 3,315,582 11,021,378 15,810,719 17,918,796 524,176 0.414565093 73 BMRI 319,085,590 29,243,732 72,109,503 4,531,577 8,502,644 583,877 1.047997695 74 BNBR 14,137,256 4,907,458 7,821,381 6,566,795 8,541,170 420,175 0.443724462 75 BNGA 54,885,576 5,203,398 11,017,127 444,415 646,884 29,664 1.056108886 76 BNII 55,148,453 5,343,196 13,726,163 780,881 1,287,372 170,640 1.120772768 77 BRPT 16,912,119 1,099,903 9,319,827 10,058,108 17,209,776 32,186 0.004726659 78 BUMI 26,556,109 10,567,754 116,424,000 6,292,810 14,866,462 583,452 1.174553 79 CMNP 2,720,480 1,360,981 4,400,000 2,434,691 2,733,813 75,752 0.5817878 80 ENRG 9,378,194 3,352,239 21,457,212 6,650 16,629 127,053 2.932455459 81 INCO 17,775,499 13,059,707 95,637,260 11,720,005 21,520,295 770,436 0.646858159 82 INDF 29,527,466 7,126,596 24,318,787 8,079,455 12,712,959 591,786 0.551539795 83 INKP 5,487,791 18,346,926 1,947,863 3,998,280 6,295,858 220,215 -0.252546942 84 ISAT 45,305,086 16,544,730 47,003,525 30,572,773 51,164,867 4,071,893 0.447399446 85 KIJA 2,506,341 1,652,511 3,169,601 309,357 449,586 3,959 0.305859568 86 KLBF 5,138,213 3,386,862 12,796,578 1,204,147 2,041,093 165,490 1.451324772 87 LSIP 3,938,140 2,315,027 14,532,700 1,108,134 1,422,238 102,353 2.59294484 88 MEDC 20,227,590 4,942,184 17,162,125 4,771,745 7,538,268 373,162 0.638325277 89 PGAS 20,348,341 6,307,978 69,687,247 16,446,173 19,754,111 982,703 1.412822363 90 PNBN 53,470,645 7,500,147 13,569,146 1,564,421 2,283,098 185,578 1.027171361 91 PNLF 6,557,174 4,206,018 4,686,047 5,147 19,258 1,064 1.062975415 92 PTBA 3,928,071 2,799,118 27,649,582 360,571 1,313,884 68,707 3.357882894 93 SMCB 7,208,250 2,257,357 13,410,075 5,671,804 9,531,156 383,826 0.313508126
76
76
94 TLKM 82,058,760 33,748,579 204,623,993 61,168,983 116,106,355 1,049,477 0.078479676 95 UNSP 4,310,904 2,385,206 8,617,416 741,089 999,857 56,592 1.515150785 96 UNTR 13,002,619 5,733,335 31,082,539 5,527,058 9,676,934 1,335,101 1.555524281
77
77
Lampiran 4
STRUKTUR KEPEMILIKAN
No PERUSH KEPEMILIKAN MANAJERIAL
DUMMY KEPEMILIKAN MANAJERIAL
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
1 AALI 0.0001 1.00 0.7994 2 ADHI 0.0424 1.00 0.6723 3 ANTM 0 .00 0.65 4 ASII 0 .00 0.4755 5 BBCA 0.0177 1.00 0.5627 6 BBRI 0.13 1.00 0.5901 7 BDMN 0 .00 0.696 8 BLTA 0.0012 1.00 0.4538 9 BMRI 0 .00 0.6951 10 BNBR 0.0316 1.00 0.4224 11 BNGA 0 .00 0.5771 12 BNII 0 .00 0.6845 13 BRPT 0.0274 1.00 0.6237 14 BUMI 0 .00 0.5008 15 CMNP 0.0513 1.00 0.3061 16 ENRG 0.0802 1.00 0.6198 17 INCO 0.0004 1.00 0.8207 18 INDF 0.0005 1.00 0.5153 19 INKP 0 .00 0.6095 20 ISAT 0.0002 1.00 0.5577 21 KIJA 0.012 1.00 0.6341 22 KLBF 0 .00 0.579 23 LSIP PP 0 .00 0.5306 24 MEDC 0 .00 0.8587 25 PGAS 0.0035 1.00 0.6648 26 PNBN 0 .00 0.7118 27 PNLF 0 .00 0.6762 28 PTBA 0.0337 1.00 0.6714 29 SMCB 0 .00 0.7733 30 TLKM 0 .00 0.6588 31 UNSP 0 .00 0.525 32 UNTR 0.0004 1.00 0.5652 33 AALI 0.0001 1.00 0.7968 34 ADHI 0.0317 1.00 0.755 35 ANTM 0 .00 0.65 36 ASII 0.0002 1.00 0.5011 37 BBCA 0.0177 1.00 0.5118 38 BBRI 0.0371 1.00 0.6332 39 BDMN 0.0249 1.00 0.759 40 BLTA 0.0012 1.00 0.4541 41 BMRI 0.0188 1.00 0.8503 42 BNBR 0 .00 0.3207 43 BNGA 0 .00 0.6414 44 BNII 0 .00 0.6203 45 BRPT 0.0077 1.00 0.5366 46 BUMI 0 .00 0.5173 47 CMNP 0.3061 1.00 0.4118 48 ENRG 0.0529 1.00 0.588
78
78
49 INCO 0.0004 1.00 0.8207 50 INDF 0 .00 0.5153 51 INKP 0 .00 0.5508 52 ISAT 0.0003 1.00 0.5568 53 KIJA 0 .00 0.5534 54 KLBF 0 .00 0.5287 55 LSIP PP 0 .00 0.7692 56 MEDC 0 .00 0.5741 57 PGAS 0.0061 1.00 0.5976 58 PNBN 0 .00 0.7118 59 PNLF 0 .00 0.6651 60 PTBA 0.0034 1.00 0.6502 61 SMCB 0.1483 1.00 0.7733 62 TLKM 0 .00 0.6804 63 UNSP 0 .00 0.4787 64 UNTR 0 .00 0.5845 65 AALI 0.0001 1.00 0.6199 66 ADHI 0.0317 1.00 0.51 67 ANTM 0 .00 0.65 68 ASII 0.0002 1.00 0.5011 69 BBCA 0.5152 1.00 0.5152 70 BBRI 0.5697 1.00 0.5697 71 BDMN 0.7388 1.00 0.7388 72 BLTA 0.0012 1.00 0.4535 73 BMRI 0.6747 1.00 0.6747 74 BNBR 0 .00 0.3439 75 BNGA 0.64 1.00 0.64 76 BNII 0.6242 1.00 0.6242 77 BRPT 0.0077 1.00 0.5364 78 BUMI 0 .00 0.4773 79 CMNP 0.3061 1.00 0.3051 80 ENRG 0.039 1.00 0.6115 81 INCO 0.0003 1.00 0.8207 82 INDF 0 .00 0.5153 83 INKP 0 .00 0.5534 84 ISAT 0.0002 1.00 0.551 85 KIJA 0.1884 1.00 0.1884 86 KLBF 0 .00 0.5041 87 LSIP PP 0 .00 0.7136 88 MEDC 0 .00 0.5188 89 PGAS 0.0008 1.00 0.5522 90 PNBN 0.7412 1.00 0.7412 91 PNLF 0.7254 1.00 0.7254 92 PTBA 0.0029 1.00 0.6502 93 SMCB 0 .00 0.7733 94 TLKM 0 .00 0.6804 95 UNSP 0 .00 0.5455 96 UNTR 0 .00 0.5845
79
79
Lampiran 5
HASIL PENGOLAHAN DATA
no
kdperush tobinsq pbv insown mnjown dmmymnj res_1 abres sqres
1 AALI 1.178568 2.94 0.7968 0.0001 1 -1.1373 1.14 1.07 2 ADHI 0.811005 3.5 0.5995 0.0424 1 -0.04607 0.05 0.21 3 ANTM 0.070747 2.25 0.75 0 0 -0.31235 0.31 0.56 4 ASII -0.4844 2.02 0.5011 0 0 0.21889 0.22 0.47 5 BBCA 1.398678 2.64 0.5118 0.0177 1 -1.41793 1.42 1.19 6 BBRI 1.340126 2.73 0.5816 0.13 1 -1.32804 1.33 1.15 7 BDMN 1.26608 2.72 0.696 0 0 -0.98759 0.99 0.99 8 BLTA 0.008307 2.15 0.4538 0.0012 1 -0.47468 0.47 0.69 9 BMRI 1.062019 1.43 0.6951 0 0 -2.07361 2.07 1.44
10 BNBR 0.318161 0.78 0.5148 0.0316 1 -2.20434 2.2 1.48 11 BNGA 0.867033 1.21 0.6425 0 0 -2.05539 2.06 1.43 12 BNII 1.058079 1.58 0.6844 0 0 -1.91073 1.91 1.38 13 BUMI 1.58176 7.97 0.5089 0 0 4.10465 4.1 2.03 14 CMNP 1.290083 1.29 0.3061 0.0513 1 -2.48758 2.49 1.58 15 ENRG 2.758742 11.09 0.588 0.0802 1 5.61378 5.61 2.37 16 INCO -1.86295 1.03 0.8206 0.0004 1 -0.03814 0.04 0.2 17 INDF 0.75749 1.99 0.5153 0.0005 1 -1.43229 1.43 1.2 18 INKP -0.01556 0.29 0.5534 0 0 -2.02181 2.02 1.42 19 ISAT 0.618886 2.08 0.5504 0.0002 1 -1.23363 1.23 1.11 20 KIJA 1.134177 0.78 0.6902 0.012 1 -3.16385 3.16 1.78 21 KLBF 1.970255 4.21 0.5416 0 0 -0.06963 0.07 0.26 22 LSIP PP 3.77654 2.87 0.7692 0 0 -3.39906 3.4 1.84 23 MEDC 0.760313 2.14 0.5161 0 0 -0.91329 0.91 0.96 24 PGAS 2.721594 7.37 0.6003 0.0035 1 1.92048 1.92 1.39 25 PNBN 1.128588 1.54 0.7118 0 0 -2.04389 2.04 1.43 26 PNLF 2.089259 0.92 0.5911 0 0 -3.51959 3.52 1.88 27 PTBA 3.585863 2.02 0.6502 0.0337 1 -4.33203 4.33 2.08 28 SMCB 0.374711 1.98 0.8936 0 0 -1.00528 1.01 1 29 TLKM 0.993507 5.11 0.6748 0 0 1.69162 1.69 1.3 30 UNSP 0.835958 1.97 0.7138 0 0 -1.32413 1.32 1.15 31 UNTR 0.109467 2.55 0.5813 0.0004 1 -0.28216 0.28 0.53 32 AALI 1.870345 7.22 0.7968 0.0001 1 2.45375 2.45 1.57 33 ADHI 0.914912 3.27 0.51 0.0317 1 -0.30463 0.3 0.55 34 ANTM 1.183177 3.56 0.75 0 0 -0.11023 0.11 0.33 35 ASII 1.017565 2.84 0.5011 0.0002 1 -0.82941 0.83 0.91 36 BBCA 1.192893 3.55 0.5118 0.0177 1 -0.30298 0.3 0.55 37 BBRI 1.219626 3.74 0.399 0.0371 1 -0.04518 0.05 0.21 38 BDMN 1.220044 3.53 0.759 0.0249 1 -0.55696 0.56 0.75 39 BLTA 0.455132 2.31 0.4535 0.0012 1 -0.75943 0.76 0.87 40 BMRI 1.039187 2.27 0.3142 0.0188 1 -1.26449 1.26 1.12
80
80
41 BNBR 0.292232 0.93 0.4514 0 0 -1.60296 1.6 1.27 42 BNGA 1.092476 2.33 0.6406 0 0 -1.15832 1.16 1.08 43 BNII 1.092316 2.2 0.6203 0 0 -1.27117 1.27 1.13 44 BRPT 0.392936 1.58 0.5366 0.0077 1 -1.49706 1.5 1.22 45 BUMI 0.47385 5.38 0.219 0 0 2.86071 2.86 1.69 46 CMNP 0.731084 2.57 0.3061 0.0513 1 -0.43756 0.44 0.66 47 ENRG 1.553864 4.08 0.6272 0.0529 1 -0.22908 0.23 0.48 48 INCO 0.233652 2.03 0.8207 0.0004 1 -1.12625 1.13 1.06 49 INDF 0.433908 2.59 0.5153 0 0 -0.13755 0.14 0.37 50 INKP 0.114105 0.31 0.5534 0 0 -2.13094 2.13 1.46 51 ISAT 0.430657 2.41 0.551 0.0003 1 -0.71668 0.72 0.85 52 KIJA 0.719799 1.32 0.1241 0 0 -1.36475 1.36 1.17 53 KLBF 1.63219 4.04 0.5283 0 0 0.10818 0.11 0.33 54 LSIP PP 1.767816 5.37 0.762 0 0 1.10747 1.11 1.05 55 MEDC 0.481792 2.45 0.5084 0 0 -0.31946 0.32 0.57 56 PNBN 1.027672 1.76 0.7412 0 0 -1.74799 1.75 1.32 57 PNLF 1.044194 1.07 0.7252 0 0 -2.44106 2.44 1.56 58 PTBA 1.16104 3.54 0.6602 0.0034 1 -0.40549 0.41 0.64 59 SMCB 0.203442 2.45 0.7733 0.1483 1 -0.63648 0.64 0.8 60 TLKM 3.357006 7.25 0.6787 0 0 1.47451 1.47 1.21 61 UNSP 1.361062 3.52 0.5451 0 0 -0.15586 0.16 0.39 62 UNTR 1.162643 4.07 0.5845 0 0 0.55876 0.56 0.75 63 ADHI 1.307042 4.68 0.51 0.0317 1 0.71484 0.71 0.85 64 ANTM 2.143243 4.87 0.75 0 0 0.24363 0.24 0.49 65 ASII 1.36451 4.1 0.5011 0.0002 1 0.08506 0.09 0.29 66 BBCA 1.252213 4.51 0.5152 0.0176 1 1.01165 1.01 1.01 67 BBRI 1.471962 4.97 0.5697 0 0 1.26753 1.27 1.13 68 BDMN 1.250398 3.72 0.7388 0 0 0.23819 0.24 0.49 69 BLTA 0.414565 3.32 0.4535 0.0012 1 0.29097 0.29 0.54 70 BMRI 1.047998 2.6 0.6747 0 0 -0.68024 0.68 0.82 71 BNBR 0.443724 1.64 0.4707 0 0 -1.05999 1.06 1.03 72 BNGA 1.056109 2.14 0.64 0 0 -1.14831 1.15 1.07 73 BNII 1.120773 2.59 0.6242 0 0 -0.76271 0.76 0.87 74 BRPT 0.004727 6.66 0.5364 0.0077 1 3.96973 3.97 1.99 75 CMNP 0.581788 3.34 0.3061 0.0513 1 0.48112 0.48 0.69 76 ENRG 2.932455 6.62 0.6115 0.039 1 0.95111 0.95 0.98 77 INCO 0.646858 4.85 0.8207 0.0003 1 1.28223 1.28 1.13 78 INDF 0.55154 4 0.5153 0 0 1.1553 1.16 1.07 79 INKP -0.25255 0.27 0.5272 0 0 -1.78389 1.78 1.34 80 ISAT 0.447399 2.95 0.551 0.0002 1 -0.19335 0.19 0.44 81 KIJA 0.30586 1.97 0.1884 0 1 -0.57113 0.57 0.76 82 KLBF 1.451325 3.8 0.5351 0 0 0.04262 0.04 0.21 83 LSIP PP 2.592945 8.51 0.7129 0 0 3.46682 3.47 1.86 84 MEDC 0.638325 3.38 0.517 0 0 0.44744 0.45 0.67 85 PNBN 1.027171 1.89 0.7412 0 0 -1.36949 1.37 1.17 86 PNLF 1.062975 1.14 0.7254 0 0 -2.15515 2.16 1.47
81
81
87 SMCB 0.313508 5.99 0.8908 0 0 3.06801 3.07 1.75 88 TLKM 0.07848 6.43 0.6845 0 0 3.91478 3.91 1.98 89 UNSP 1.515151 3.73 0.5455 0 0 -0.09965 0.1 0.32 90 UNTR 1.555524 5.42 0.6485 0 0 1.46391 1.46 1.21
82
82
Lampiran 6
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
90 .2700 11.0900 3.230889 1.9986269
90 -1.862949 3.776540 1.030019 .861279834
90 .00 1.00 .4444 .49969
90 .1241 .8936 .590861 .1486096
90
PBV
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
83
83
Lampiran 7
HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
90 90 90
3.230889 1.03001928 .590861
1.9986268 .861279845 .1486096
.123 .127 .128
.123 .127 .066
-.077 -.079 -.128
1.163 1.202 1.219
.134 .111 .102
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
PBV TOBINSQ INSOWN
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
84
84
Lampiran 8
HASIL UJI REGRESI
Variables Entered/Removedb
INSOWN,TOBINSQ,DMNJER
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PBVb.
Model Summary
.497a .247 .220 1.7646791Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
ANOVAb
87.699 3 29.233 9.387 .000a
267.812 86 3.114
355.511 89
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
Dependent Variable: PBVb.
85
85
Coefficientsa
1.385 .843 1.643 .104
1.115 .220 .480 5.076 .000 .978 1.022
.434 .383 .108 1.134 .260 .957 1.045
.855 1.298 .064 .659 .512 .940 1.064
(Constant)
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
Model1
BStd.Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: PBVa.
86
86
Lampiran 9
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Variables Entered/Removedb
INSOWN,TOBINSQ,DMNJER
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PBVb.
Model Summary
.497a .247 .220 1.7646791Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
ANOVAb
87.699 3 29.233 9.387 .000a
267.812 86 3.114
355.511 89
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
Dependent Variable: PBVb.
87
87
Coefficientsa
1.385 .843 1.643 .104
1.115 .220 .480 5.076 .000 .978 1.022
.434 .383 .108 1.134 .260 .957 1.045
.855 1.298 .064 .659 .512 .940 1.064
(Constant)
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
Model1
BStd.Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: PBVa.
Coefficient Correlationsa
1.000 .082 -.186
.082 1.000 -.022
-.186 -.022 1.000
1.689 4.082E-02 -5.20E-02
4.082E-02 .147 -1.82E-03
-5.20E-02 -1.82E-03 4.604E-02
INSOWN
DMNJER
TOBINSQ
INSOWN
DMNJER
TOBINSQ
Correlations
Covariances
Model1
INSOWN DMNJER TOBINSQ
Dependent Variable: PBVa.
Collinearity Diagnosticsa
3.187 1.000 .00 .03 .03 .01
.505 2.512 .00 .18 .79 .00
.278 3.384 .04 .79 .14 .04
2.906E-02 10.473 .96 .00 .04 .95
Dimension1
2
3
4
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) TOBINSQ DMNJER INSOWN
Variance Proportions
Dependent Variable: PBVa.
88
88
Lampiran 10
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Variables Entered/Removedb
INSOWN,TOBINSQ,DMNJER
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: LNSQb.
Model Summary
.241a .058 .025 .58410Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
ANOVAb
1.802 3 .601 1.760 .161a
29.341 86 .341
31.143 89
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), INSOWN, TOBINSQ, DMNJERa.
Dependent Variable: LNSQb.
89
89
Coefficientsa
-.383 .279 -1.373 .173
.133 .073 .194 1.836 .070 .978 1.022
-9.4E-02 .127 -.079 -.742 .460 .957 1.045
.295 .430 .074 .687 .494 .940 1.064
(Constant)
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
Model1
BStd.Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: LNSQa.
Coefficient Correlationsa
1.000 -.137 .200
-.137 1.000 .027
.200 .027 1.000
.185 -4.27E-03 1.089E-02
-4.27E-03 5.283E-03 2.472E-04
1.089E-02 2.472E-04 1.604E-02
INSOWN
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
TOBINSQ
DMNJER
Correlations
Covariances
Model1
INSOWN TOBINSQ DMNJER
Dependent Variable: LNSQa.
90
90
Lampiran 11
HASIL UJI AUTOKORELASI
Variables Entered/Removedb
DMNJER,TOBINSQ,INSOWN
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: PBVb.
Model Summaryb
.497a .247 .220 1.7646791 1.757Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), DMNJER, TOBINSQ, INSOWNa.
Dependent Variable: PBVb.
ANOVAb
87.699 3 29.233 9.387 .000a
267.812 86 3.114
355.511 89
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), DMNJER, TOBINSQ, INSOWNa.
Dependent Variable: PBVb.
91
91
Coefficientsa
-.383 .279 -1.373 .173
.133 .073 .194 1.836 .070 .978 1.022
-9.4E-02 .127 -.079 -.742 .460 .957 1.045
.295 .430 .074 .687 .494 .940 1.064
(Constant)
TOBINSQ
DMNJER
INSOWN
Model1
BStd.Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: LNSQa.
Coefficient Correlationsa
1.000 .027 .200
.027 1.000 -.137
.200 -.137 1.000
.146 2.257E-03 9.937E-02
2.257E-03 4.822E-02 -3.90E-02
9.937E-02 -3.90E-02 1.686
DMNJER
TOBINSQ
INSOWN
DMNJER
TOBINSQ
INSOWN
Correlations
Covariances
Model1
DMNJER TOBINSQ INSOWN
Dependent Variable: PBVa.
Collinearity Diagnosticsa
3.159 1.000 .00 .03 .01 .03
.542 2.414 .00 .16 .00 .73
.272 3.411 .03 .81 .04 .14
2.693E-02 10.831 .97 .00 .95 .10
Dimension1
2
3
4
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) TOBINSQ INSOWN DMNJER
Variance Proportions
Dependent Variable: PBVa.
Casewise Diagnosticsa
3.227 11.0900Case Number15
Std. Residual PBV
Dependent Variable: PBVa.
92
92
Lampiran 12 t Table cum. prob t .50 t .75 t .80 t .85 t .90 t .95 t .975 t .99 t .995 t .999 t .9995
one-tail 0.50 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001 0.0005 two-tails 1.00 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01 0.002 0.001 df 1 0.000 1.000 1.376 1.963 3.078 6.314 12.71 31.82 63.66 318.31 636.62 2 0.000 0.816 1.061 1.386 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599 3 0.000 0.765 0.978 1.250 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924 4 0.000 0.741 0.941 1.190 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610
5 0.000 0.727 0.920 1.156 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869 6 0.000 0.718 0.906 1.134 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959 7 0.000 0.711 0.896 1.119 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 4.785 5.408 8 0.000 0.706 0.889 1.108 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 4.501 5.041 9 0.000 0.703 0.883 1.100 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.297 4.781
10 0.000 0.700 0.879 1.093 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.144 4.587 11 0.000 0.697 0.876 1.088 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.025 4.437 12 0.000 0.695 0.873 1.083 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 3.930 4.318 13 0.000 0.694 0.870 1.079 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 3.852 4.221 14 0.000 0.692 0.868 1.076 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 3.787 4.140 15 0.000 0.691 0.866 1.074 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 3.733 4.073 16 0.000 0.690 0.865 1.071 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 3.686 4.015 17 0.000 0.689 0.863 1.069 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.646 3.965 18 0.000 0.688 0.862 1.067 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.610 3.922 19 0.000 0.688 0.861 1.066 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.579 3.883 20 0.000 0.687 0.860 1.064 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.552 3.850 21 0.000 0.686 0.859 1.063 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.527 3.819 22 0.000 0.686 0.858 1.061 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.505 3.792 23 0.000 0.685 0.858 1.060 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.485 3.768 24 0.000 0.685 0.857 1.059 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.467 3.745 25 0.000 0.684 0.856 1.058 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.450 3.725 26 0.000 0.684 0.856 1.058 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.435 3.707 27 0.000 0.684 0.855 1.057 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.421 3.690 28 0.000 0.683 0.855 1.056 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.408 3.674 29 0.000 0.683 0.854 1.055 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.396 3.659 30 0.000 0.683 0.854 1.055 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 3.385 3.646 40 0.000 0.681 0.851 1.050 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 3.307 3.551 60 0.000 0.679 0.848 1.045 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.232 3.460 80 0.000 0.678 0.846 1.043 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639 3.195 3.416
100 0.000 0.677 0.845 1.042 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626 3.174 3.390 1000 0.000 0.675 0.842 1.037 1.282 1.646 1.962 2.330 2.581 3.098 3.300
z 0.000 0.674 0.842 1.036 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576 3.090 3.291 0% 50% 60% 70% 80% 90% 95% 98% 99% 99.8% 99.9%
Confidence Level