bab i pendahuluan a. latar belakang...

18
1 Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu cepat di era global ini tanpa disadari telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat di dunia luar merupakan tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka upaya pengembangan merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standar kualitas serta kebutuhan di lapangan yang terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal tersebut menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global yang memerlukan keterampilan tinggi atau melibatkan pemikiran kritis, kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas (2004) adalah: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.

Upload: builiem

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

1

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu

cepat di era global ini tanpa disadari telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan

manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat

di dunia luar merupakan tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia

pendidikan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, maka upaya pengembangan

merupakan suatu keharusan, mengingat tuntutan standar kualitas serta kebutuhan

di lapangan yang terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Hal

tersebut menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi

secara global yang memerlukan keterampilan tinggi atau melibatkan pemikiran

kritis, kreatif, sistematis, logis, dan kemampuan pemecahan masalah.

Keterampilan tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran

matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut

Depdiknas (2004) adalah: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik

kesimpulan, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan 4) mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

2

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Namun fakta di lapangan, penguasaan siswa terhadap matematika masih

tergolong rendah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyudin (1999) yang

menyatakan bahwa rata-rata tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran

matematika adalah 19,4% dan simpangan baku 9,8% dengan model kurva positif

(miring ke kiri) yang berarti sebaran tingkat penguasaan para siswa terhadap

matematika cenderung rendah.

Demikian pula dengan hasil studi Trend in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) yang memperlihatkan bahwa nilai matematika siswa

Indonesia berada di ranking ke-35 dari 44 negara. Dalam hal ini, penguasaan

matematika siswa Indonesia berada jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura.

Hasil serupa juga disampaikan oleh Global Campaign for Education (GCE) yang

melaporkan penguasaan matematika siswa di Indonesia pada posisi ke-37 dari 44

negara (Samba, 2007: 11). Hasil studi Program for International Student

Assessment (PISA) tahun 2009 yang dikoordinir oleh Organization for Economic

Co-operation and Development (OECD) menunjukkan kondisi yang tidak jauh

berbeda yaitu prestasi Indonesia pada bidang matematika berada pada rangking 10

besar terbawah dari 65 negara, jauh tertinggal dari Singapura yang berada pada

posisi kedua. Siswa Indonesia tidak mampu menjawab soal-soal matematika tidak

rutin yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis.

O‟Daffer dan Thornquist (Suryadi, 2005) berdasarkan hasil penelitiannya

menyatakan bahwa siswa sekolah menengah kurang menunjukkan hasil yang

memuaskan dalam akademik yang menuntut kemampuan berpikir kritis.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

3

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Demikian halnya dengan hasil penelitian Priatna (2003) menunjukkan

bahwa kemampuan penalaran (analogi dan generalisasi) yang di dalamnya termuat

kemampuan berpikir kritis, pada siswa SLTP di Bandung hanya sekitar 49% dari

skor ideal. Begitupun dengan hasil penelitiannya Runisah (2006) yang

melaporkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMA masih

rendah.

Penelitian lainnya adalah hasil survey IMSTEP-JICA (1999) di Kota

Bandung yang menemukan sejumlah kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa

antara lain pembuktian, pemecahan masalah yang memerlukan penalaran

matematis, menemukan generalisasi dan konjektur, dan menemukan hubungan

antara data-data atau fakta yang diberikan. Jika diperhatikan, kegiatan-kegiatan

tersebut merupakan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir kritis dari

siswa. Selanjutnya, Suryadi (2005) melaporkan bahwa siswa kelas delapan SMP

di Kota dan Kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam mengajukan

argumen, menerapkan konsep yang relevan, serta menemukan pola bentuk umum

(kemampuan induksi). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

matematis siswa di kota Bandung masih rendah, sehingga diperlukan strategi

pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa dalam bidang matematika.

Berkenaan dengan berpikir kritis, Wahab (1996) mengemukakan empat

alasan pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: 1) tuntutan

zaman yang mengharuskan warga negara dapat mencari, memilih, dan

menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 2) setiap

warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

4

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

sehingga dituntut untuk mampu berpikir kritis dan kreatif; 3) kemampuan

memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; dan

4) berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara

kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama

dengan bangsa lain.

Kemampuan berpikir kritis dapat bermanfaat untuk menghadapi berbagai

kemungkinan dan kemampuan berpikir kritis ini memiliki karakteristik yang

paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika

(Depdiknas, 2004). Untuk itu, sudah sepatutnya bagi pengajar matematika

membiasakan menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang tidak

hanya dibawa ke arah taraf berpikir kritis tentang apa, tetapi dibawa kepada taraf

berpikir tentang mengapa dan bagaimana. Marzano (Harsanto, 2005) menyatakan

bahwa seharusnya anak-anak sejak dini dibiasakan untuk bertanya „mengapa‟ atau

ditanya „mengapa‟ karena kebiasaan ini merupakan sarana dan jalan efektif

menuju kemampuan berpikir analitis, kritis, dan kreatif.

Berkaitan dengan prestasi siswa yang rendah, salah satu penyebabnya

adalah ketidaksenangan siswa terhadap matematika yang menganggap bahwa

matematika sebagai pelajaran yang sulit dan susah dimengerti. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ruseffendi (1984: 15) “matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak

pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran

yang dibenci”. Demikian halnya dengan pernyataan Turmudi (2008: 1) yang

mengemukakan bahwa pendidik dan ahli pendidikan matematika telah

mengupayakan agar matemtika dapat dikuasai dengan baik oleh siswa, namun

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

5

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pada kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai matematika.

Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika kemungkinan disebabkan

oleh sukarnya memahami pelajaran matematika dan juga desain pembelajaran

yang disampaikan oleh guru. Ketidaksenangan terhadap mata pelajaran

matematika dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar matematika siswa.

Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah

geometri. Di dalam geometri dipelajari objek-objek seperti titik, garis, bidang,

ruang, serta hubungan-hubungannya yang keseluruhan objeknya bersifat abstrak.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Stein (Yadnya, 2011: 1) berikut ini:

“Geometry is the study of points, lines, planes and spaces, of measurement and

construction of geometric figures, and of geometric facts and relationships”. Hal

ini kontras dengan kebanyakan siswa pada umumnya yang terbiasa berpikir

objek-objek yang konkret. Oleh karena itu, konsep-konsep geometri tidak sekedar

ditransfer begitu saja dalam bentuk kumpulan informasi kepada siswa. Melainkan

diberikan suatu proses aktivitas belajar yang bermakna agar siswa dapat

memahami objek-objek kajian geometri. Proses pembelajaran tersebut hendaknya

mengantarkan siswa pada proses melakukan dan mengalami kegiatan-kegiatan ke

arah pembentukan konsep-konsep geometri.

Geometri diajarkan di sekolah berguna untuk meningkatkan berpikir logis,

mengembangkan intuisi keruangan, membuat generalisasi secara benar dan

menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, maka kemampuan

konsep geometri oleh siswa harus dikuasai secara mendalam karena konsep-

konsep geometri berperan sebagai alat.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

6

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk

dipahami siswa, karena refresentasi geometri telah dikenal siswa sejak mereka

belum masuk sekolah, misalnya garis, bidang, dan ruang. Namun, bukti-bukti di

lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa masih rendah dan

perlu ditingkatkan. Bahkan, di antara cabang matematika, geometri menempati

posisi yang paling memprihatinkan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa geometri merupakan salah

satu bagian dari matematika sekolah yang cukup bermasalah. Bukti-bukti empiris

di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar geometri, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prestasi geometri siswa SD

masih rendah (Husnaeni, 2006: 1), sedangkan di SMP ditemukan bahwa masih

banyak siswa yang belum memahami konsep-konsep geometri. Sesuai penelitian

Sunardi (Abdussakir, 2010) dilaporkan bahwa banyak siswa yang salah dalam

menyelesaikan soal-soal mengenai garis sejajar pada siswa SMP dan masih

banyak siswa yang menyatakan bahwa belah ketupat bukan jajargenjang. Di

SMU, Madja (Abdussakir, 2010) mengemukakan bahwa hasil tes geometri siswa

kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika yang lain.

Kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep geometri terutama pada konsep

bangun ruang.

Bukan hanya di Indonesia saja, di belahan dunia lainnya pun mengalami

hal yang sama. Di Amerika Serikat, hanya separuh dari siswa yang ada

mengambil pelajaran geometri formal, dan hanya sekitar 34% siswa-siswa

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

7

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tersebut dapat membuktikan teori dan mengerjakan latihan secara deduktif. Selain

itu, prestasi semua siswa dalam masalah yang berkaitan dengan geometri dan

pengukuran masih rendah. Selanjutnya Hoffer (Siswanto, 2011: 3) menyatakan

bahwa siswa-siswa di Amerika dan Uni Soviet sama-sama mengalami kesulitan

dalam belajar geometri.

Rendahnya kemampuan siswa dalam bidang geometri bertolak belakang

dengan presentase keseluruhan isi kurikulum matematika pada jenjang SMP yang

berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dengan kata lain,

materi geometri mendapatkan porsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

beberapa materi yang lain seperti aljabar, peluang atau statistika. Hal ini

menggambarkan bahwa geometri merupakan salah satu komponen penting pada

kurikulum matematika di SMP, sehingga ketidaksenangan siswa pada geometri

akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan

pembelajaran matematika di sekolah secara keseluruhan. Di lain pihak, siswa

SMP berada pada perkembangan fase konkrit, selayaknya digunakan alat peraga

dalam proses pembelajaran.

Keterbatasan alat peraga atau media pembelajaran di sekolah menjadi

suatu penghambat dalam pengajaran geometri. Dengan kata lain, permasalahan

pengajaran geometri muncul ketika guru tidak mampu atau memandang tidak

perlu untuk melakukan visualisasi objek-objek geometri yang abstrak. Bahkan

tidak jarang, sebagian guru bersikap tidak peduli dan pasrah terhadap keadaan

sekolah yang tidak memiliki sarana (dalam hal ini media) pembelajaran

matematika khususnya materi geometri. Sebagian lainnya menunggu bantuan alat

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

8

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dari pemerintah atau pihak-pihak lainnya, tanpa berupaya membuat alat sendiri,

sehingga jelaslah materi tentang geometri sulit untuk dipahami oleh siswa dan

siswa pun tidak dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir logis

yang merupakan komponen dari berpikir kritis.

Demikian halnya dengan model atau pendekatan pembelajaran yang

digunakan oleh guru, memberi pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. Salah

satu cara belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut terlibat aktif

dalam pembelajaran, dan berorientasi konstruktivisme atau pembelajaran yang

berpusat pada siswa (Student-Centered Learning) adalah pembelajaran dengan

pendekatan induktif.

Selama ini, guru-guru lebih senang menggunakan model pembelajaran

ceramah tanpa menerapkan pendekatan induktif. Hal ini diperkuat dengan

temuannya Dahiana (2010) yang mengatakan bahwa guru-guru di Kota Bandung

masih sedikit mengimplementasikan pendekatan induktif, dan kebanyakannya

lebih memilih metode ceramah dan ekspositori dalam pembelajaran, guru asyik

sendiri menyampaikan materi dan siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan

guru. Pembelajaran seperti ini menjadikan rendahnya sikap positif siswa terhadap

materi yang disampaikan, siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti

pelajaran yang akhirnya berdampak buruk pada keberhasilan siswa. Padahal

menurut Ruseffendi (1991) sikap positif siswa berkorelasi positif terhadap prestasi

belajar siswa.

Bahkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006

menjadikan sikap dan minat belajar sebagai tujuan dalam pembelajaran. Dengan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

9

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

demikian, guru perlu memilih cara atau strategi pembelajaran yang dapat

meningkatkan sikap dan minat belajar siswa. Hal ini sejalan dengan

pernyataannya Turmudi (2009:87) yang mengatakan bahwa perlu adanya strategi

yang menarik, memberikan motivasi, rasa aman belajar, dan menyenangkan bagi

siswa, sehingga siswa bersikap positif terhadap matematika.

Hal tersebut diperkuat dengan Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang

menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan

menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dalam pendekatan induktif, siswa dituntut untuk melakukan analisis

terhadap suatu persoalan matematika, kemudian mengkonstruksi pemahamannya

dan pada akhirnya siswa dapat memberikan suatu dugaan terhadap apa yang telah

ditemukannya. Kegiatan ini bersesuaian dengan metode penemuan. Dengan

pembelajaran seperti ini, diharapkan dapat menguatkan kemampuan pemahaman

dan hapalan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya, serta dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapi suatu

permasalah, baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan pembelajaran

matematika melalui pendekatan induktif. Pada proses induktif menuntut siswa

untuk berpikir dalam membuat konjektur dan membuat kesimpulan. Priatna

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

10

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

(2003) menyebutkan bahwa penalaran induktif merupakan proses berpikir berupa

penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/ banyak) atas dasar

pengetahuan tentang hal yang khusus yang dimulai dari sekumpulan fakta yang

ada dengan berproses dari hal-hal yang bersifat konkrit ke yang bersifat abstrak.

Untuk menemukan suatu formula siswa terlibat aktif dalam mengobservasi,

berpikir dan bereksperimen.

Dalam perkembangan matematika, penalaran induktif sangat berperan.

Hal ini ditandai dengan banyak penemuan konsep matematika berawal dari

penarikan kesimpulan dengan menerapkan penalaran induktif. Selain itu penalaran

induktif banyak dijadikan sebagai pijakan untuk mendapatkan suatu konsep dalam

matematika. Dengan kata lain, penalaran secara induktif dapat menggiring siswa

menemukan pola berpikir deduktif.

Berkaitan dengan pembelajaran geometri khususnya segitiga, penyajian

bahan ajar yang menggunakan pendekatan induktif dimulai dari pemberian

contoh-contoh yang bersifat khusus artinya diberikan berbagai ukuran segitiga

yang berbeda-beda, siswa dibimbing untuk menggambarkannya, kemudian siswa

dibimbing dan diarahkan untuk membuat suatu kesimpulan tentang konsep atau

definisi yang sesuai dengan materi geometri yang diberikan. Kegiatan seperti ini,

dapat membuat ingatan siswa lebih lama, dibandingkan dengan pembelajaran

menggunakan metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, tidak

diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pemahaman yang telah dimilki

sebelumnya.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

11

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pengajaran geometri di sekolah diharapkan dapat mewujudkan sikap dan

kebiasaan sistematis bagi siswa untuk dapat memberikan gambaran tentang

hubungan dan pengklasifikasian di antara bangun-bangun geometri. Karena itu,

perlu disediakan kesempatan dan alat yang dapat mendukung agar siswa dapat

mengeksplorasi, mencoba, dan menemukan prinsip-prinsip geometri lewat

aktivitas informal dan kemudian melanjutkannya pada aktivitas formal, dan

menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari.

Penggunaan media dalam proses pembalajaran dapat menarik minat dan

motivasi siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadiman (2011: 17) bahwa

penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap

pasif siswa, yaitu siswa lebih bergairah dalam belajar, siswa belajar mandiri

menurut kemampuan dan minatnya, sehingga dengan menggunakan media

pembelajaran ini siswa dapat termotivasi untuk belajar.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan saat ini adalah

media berbasis komputer. Komputer dapat membantu siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya dan mengembangkan kemampuan eksplorasi

siswa pada suatu topik tertentu serta membantu siswa memahami keterkaitan antar

konsep.

Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran telah diinstruksikan

oleh pihak pemerintah sebagai pemilik kebijakan yang tercantum dalam

Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Mata Pelajaran Matematika SD sampai

dengan SMA: “Sekolah dapat menggunakan teknologi seperti kalkulator,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

12

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

komputer, alat peraga atau media lainnya untuk meningkatkan efektifitas

pembelajaran…” (Depdiknas, 2003).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian di tahun-tahun sebelumnya yang

menunjukkan bahwa keefektifan pembelajaran dengan menggunakan komputer

dapat meningkatkan pemahaman kognitif siswa. Sebagaimana yang dikutip oleh

Suherman (2003: 240) bahwa Bitter (1987), Kulik (1987), Liao (1992), Niemic

dan Walberg (1992), dan Ryan (1991) telah menemukan bukti yang kuat tentang

pemberdayaan teknologi komputer dalam pembelajaran matematika yaitu dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. Begitupun dengan National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM, 1991), dan Mathematical Association of

America (MAA, 1991) merekomendasikan penggunaan komputer dalam

pembelajaran matematika.

Dengan melihat hasil penelitian-penelitian tersebut, maka sudah

sepatutnya guru tidak hanya menggunakan komputer sebagai alat untuk mengetik

dan menyimpan data saja, melainkan dapat mendayagunakan komputer dalam

pembelajaran. Dengan menggunakan komputer dimungkinkan dapat

meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa terutama pada bidang matematika

yang selama ini sebagian besar siswa menganggap pelajaran yang paling sulit dan

menakutkan disebabkan banyaknya hitungan dan rumus yang harus dihafalkan.

Ditambah metode dan gaya mengajar guru yang monoton, sehingga membuat

siswa bosan serta tidak dapat mengembangkan kreativitasnya.

Salah satu teknologi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika adalah software Geometer’s Sketchpad. Software ini merupakan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

13

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

software matematika yang dinamis (Dynamic Geometry software) yang di

dalamnya mempelajari geometri, aljabar, kalkulus, dan sebagainya. Dengan

menggunakan Geometer’s Sketchpad dimungkinkan siswa memiliki kesempatan

untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda dalam konsep geometri,

mengkonstruksi bangun-bangun geometri pada bidang datar, melakukan

eksplorasi dan analisis terhadap bangun-bangun yang dikonstruksikan, sehingga

hal ini dapat meningkatkan kemampuan kreatif dan kritis siswa dalam

bereksperimen, berelabolari, berhipotesis, dan bersintesis.

Ada beberapa pertimbangan tentang penggunaan Dynamic Geometry

Software seperti Geometer’s Sketchpad dalam pembelajaran matematika,

khususnya geometri. Menurut Villiers (2004) pengajaran geometri dengan

penggunaan dan pengelolaan alat bantu atau model pembelajaran yang baik

(Sketchpad, teori Van Hiele, pendekatan Rekonstruktif) memberikan suatu

aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa, sehingga siswa dapat

mengembangkan pemahaman matematika sebelumnya sebagai suatu bukti.

Dalam hal ini, siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat bentuk-bentuk yang berbeda

dalam konsep geometri. Goindenber (Krismiati, 2011) menguatkan hal di atas,

dengan mengatakan bahwa Dynamic Geometry Software memberikan kesempatan

bagi siswa dalam mengkonstruksi, mengeksplorasi, serta melakukan proses

penemuan yang merupakan ciri dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

14

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam pembelajaran matematika, selain dari aspek guru sebagai pengajar,

aspek siswa pun perlu diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya

kemampuan siswa dalam satu kelas cendrung heterogen. Galton (Ruseffendi,

1991: 113) mengemukakan, “…dari sekelompok anak sebarang (yang tidak

dipilih khusus) terdapat sejumlah anak-anak yang berbakat hebat yang ada di atas

kelompok sedang (menengah) yang jumlahnya sama dengan anak-anak bodoh

yang ada di bawah anak-anak yang sedang itu”. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa di dalam suatu kelas akan terdapat siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi (atas), sedang (tengah) dan rendah (bawah). Dimana jumlah antara siswa

yang berkemampuan tinggi relatif sama dengan siswa yang berkemampuan

rendah, sehingga dalam satu kelas kemampuan siswa menyebar secara normal.

Pada siswa yang memiliki kemampuan tingkat tinggi, apapun pendekatan

yang digunakan tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar,

karena mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin, bersemangat, dan

menantang. Namun lain halnya dengan siswa yang memiliki kemampuan tingkat

sedang dan rendah, diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat guna

meningkatkan prestasi dan sikap siswa. Sebagaimana yang diungkapkan

Ruseffendi (1991) bahwa perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan

merupakan bawaan lahir seutuhnya, melainkan dipengaruhi pula oleh lingkungan

sekitar. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan pembelajaran yang merupakan

lingkungan belajar siswa perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam

pengakomodasiaan kemampuan siswa yang heterogen.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

15

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad dimungkinkan

dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan berpikir kritis

matematis siswa. Dengan demikian perlu pula diketahui pada tingkat kemampuan

mana pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad memberikan

peranan yang lebih besar dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian terhadap penggunaan Geometer’s Sketchpad dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa Sekolah Menengah

Pertama (SMP) pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif. Pada hasil penelitiannya terfokus pada diskusi

yang merupakan komponen dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, hasil

penelitian tentang pembelajaran menggunakan pendekatan induktif berbantuan

Geometer’s Sketchpad belum ditemukan, sehingga perlu untuk diteliti lebih

lanjut.

Berdasarkan uraian di atas, diduga pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad dapat dijadikan salah satu

cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Untuk

menguji kebenaran dugaan tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama melalui Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif

Berbantuan Geometer’s Sketchpad”.

B. Rumusan masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

16

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Induktif berbantuan

Geometer’s Sketchpad lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran geometri secara konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad antara kelompok kemampuan

tinggi, sedang dan rendah?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran geometri dengan pendekatan

induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan induktif

berbantuan Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh

pembelajaran geometri secara konvensional.

2. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan pendekatan induktif berbantuan

Geometer’s Sketchpad antara kelompok kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran geometri dengan pendekatan

induktif berbantuan Geometer’s Sketchpad.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

17

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

masukan bagi semua pihak, yaitu:

1. Bagi guru, penelitian ini mengenalkan salah satu software pembelajaran

matematika dan diharapkan dapat memberi motivasi bagi guru (calon guru)

matematika untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komputer dan sarana

yang telah tersedia dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer

berupa program Geometer’s Sketchpad.

2. Bagi siswa, melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan minat, kesan

positif, dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, khususnya

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

3. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan media pembelajaran berbasis

komputer.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis matematis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan melakukan menganalisis suatu permasalahan dan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi (menghasilkan pola

atas permasalahan yang dihadapi dalam kategori yang lebih luas).

2. Pendekatan induktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah

proses berpikir dalam pembelajaran geometri yang memfokuskan pada

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaha-research.upi.edu/operator/upload/t_mtk_1005026_chapter1.pdf · matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas

18

Iis Nur’aeni, 2012 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan Induktif Berbantuan Geometer’s Sketchpad Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pengalaman siswa seperti mengamati gejala (menganalisis), mencoba suatu

proses (melakukan konjektur), kemudian mengambil kesimpulan

(generalisasi).

3. Model Pembelajaran geometri konvensional yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru yaitu

model ceramah.

4. Geometer’s Sketchpad adalah sebuah software matematika yang dirancang

untuk mendukung pembelajaran geometri dan dapat mendorong siswa untuk

melakukan eksplorasi dari pengetahuan yang telah diperolehnya dan

mengkontruksi objek-objek geometri, mengembangkan konjektur,

melakukan proses penemuan, serta dapat membuat animasinya. Geometer’s

Sketchpad yang digunakan dalam penelitian ini adalah GSP versi 4. 07.