bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/agus prasetio bab i.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan sebagai salah-satu bentuk identitas bangsa sampai saat ini
cenderung terlupakan, budaya adat ketimuran sekarang kalah pamor dengan
budaya barat. Budaya timur yang memuat kesopanan dan nilai-nilai sikap yang
agung kini terpinggirkan oleh budaya glamor dan individual, kebudayaan barat
sudah sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia mulai
dengan cara berpakaian sampai dengan selera bermusik para generasi muda,
melihat kenyataan itu betapa hebatnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan
sekarang.
Kebudayaan mempunyai 7 unsur yaitu: bahasa, sistem pengetahuan,
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian
hidup, sistem religi, dan kesenian (Koentjaraningrat, 1985: 204). Kebudayaan
merupakan warisan para leluhur hasil dari olah rasa yang kemudian diaplikasikan
lewat ketujuh unsur kebudayaan di atas, di dalam kesenian juga terdapat
bermacam-macam kesenian di antaranya: seni musik, seni rupa, seni tari, seni
theater, seni berwawasan teknologi.
Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh
para leluhur di antaranya wayang kulit, ebeg, begalan, kentongan, buncis,
lengger. Kesenian tersebut menyebar sampai kepelosok desa-desa di wilayah
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
2
Banyumas. Lewat penelitian ini penulis akan mencoba mengkaji kesenian tarian
lengger Banyumasan. Lengger merupakan keseniaan tradisional yang bernafaskan
kerakyatan yang berkembang di daerah Banyumas, sebab lengger mempunyai ciri
sederhana, baik itu dari segi penyajian maupun peralatan yang mendukungnya.
Disamping sifat komunikatif lengger dengan penontonya begitu sangat
memungkinkan kesenian lengger mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Pada awalnya kesenian lengger difungsikan oleh para leluhur sebagai
ritual bentuk raya syukur setelah panen raya tiba. Sesuai dengan pendapat
Koentjaraningrat soal tarian ledhek. Menurut Koentjaraningrat (1994: 211-212).
masa sesudah panen merupakan masa untuk bersukaria bagi para penari. Pada saat
itu para penari ledhek sibuk melayani pesanan untuk menari. Jadi, boleh dikatakan
bahwa tarian lengger pada awalnya adalah sebuah tarian religious atau tarian
keagamaan lokal. Sebagai tarian keagamaan pada saat itu lengger belum menjadi
seni pertunjukan seperti sekarang ini dan oleh karenanya juga tidak memasang
tarif.
Secara singkat kesenian lengger adalah suatu jenis kesenian rakyat yang
mengunakan medium gerak didalam pengungkapanya dan diiringi oleh gamelan
calung, sebagai sarana pendukung. Sedangkan ronggeng yakni penari dan
penyanyi atau pesinden perempuan dalam suatu grup kesenian musik tradisional
(Wawancara Warsan pada tanggal 24 mei 2012).
Kesenian lengger di Banyumas tidak bisa dilepaskan dari sebuah desa
terpencil di sebelah barat daya Banyumas, desa tersebut bernama Gerduren,
konon katanya lengger pertama di kabupaten Banyumas berasal dari sana. Desa
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
3
Gerduren dari dahulu hingga sekarang menjadi sumber informasi serta rujukan
oleh para sebagian orang yang ingin mengetahui atau mempelajari tentang
kesenian lengger Banyumasan, bahkan sekarang desa tersebut dijadikan desa adat
oleh pemerintah daerah, sebab desa tersebut dianggap sebagai desa yang mampu
mempertahankan kesenian di era sekarang, lewat kesenian lenggernya.
Sejarah kesenian lengger di wilayah Banyumas lebih banyak dari hasil
cerita rakyat, antara sumber yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan, apa
lagi berbicara masalah kesenian daerah, sumber-sumber yang menjelaskan tentang
kesenian daerah masih sangat sedikit. Perkembangan keberadaan kesenian lengger
di desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas walaupun sekarang
masih ada, tetapi tampaknya keberadaanya sudah sangat terpinggirkan, kini
lengger menampakkan kepublik bisanya hanya momen-momen tertentu seperti
perayaan hari-hari besar nasional ataupun sebagai seni hiburan apabila ada
seseorang yang sedang melakukan prosesi pernikahan ataupun sunatan dan hari-
hari besar lainya. Bila tidak ada momen-momen tertentu seperti itu sekarang sulit
untuk menjumpai kesenian tarian lengger di wilayah Banyumas.
Kesenian lengger yang sudah mulai ditinggalkan berdampak pada penerus
generasi muda sekarang. Generasi muda cenderung lebih senang mempelajari
kesenian yang bukan dari tempatnya berasal, krisis kecintaan kesenian daerah
berakibat pada lunturnya ciri khas suatu daerah, kesenian juga bisa menjadi ciri
khas suatu daerah tertentu. Kesenian lengger apabila dijaga dan dilestarikan bisa
menjadikan suatu kebanggaan, di atas merebaknya pertarungan dunia global pada
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
4
masa sekarang, kesenian tarian lengger juga bisa digunakan sebagai identitas
kebudayaan daerah, di atas segala fenomena dunia global yang begitu kompleks
sehingga menyebabkan krisis jati diri suatu daerah.
Kesabaran untuk memberi cukup waktu untuk mengerti suatu fenomena
pada akhrinya penting juga. Waktunya juga pasti datang dalam mengartikan
identitas daerah itu tidak harus dengan simbol-simbol tradisional yang archaic,
tetapi juga identitas daerah yang dinamik dan kesegaran mengolah simbol-simbol
tradisional atau bukan. Identitas daerah yang berarti ketidakputusasaan untuk
menjelajah kemungkinan-kemungkinan baru (Kayam, 2001: 37).
Sampai saat ini kondisi kesenian daerah masih sangat memprihatinkan
jangankan untuk mengembangkan, bahkan untuk mempertahankan saja
memerlukan usaha yang tidak gampang. Faktor regenerasi merupakan faktor yang
tersulit di dalam melestarikan kebudayaan daerah. Generasi muda sekarang justru
lebih tertarik mengenal budaya asing dari pada budaya sendiri. Hal ini merupakan
masalah bersama, di samping para pelaku atau seniman sebagai pusat kehidupan
kesenian. Pihak yang terkait dalam hal ini pemerintah juga harus melakukan
perhatian dan pembinaan terhadap pelaku kesenian, serta memberikan perhatian
dan dorongan agar kelangsungan hidup keseniaan tradisional tetap hidup.
Di sini peran pemerintah menjadi sangat urgen karena pemerintah bisa
mengatur fungsinya sebagai pemegang kebijakan melalui peraturan daerahnya,
untuk lebih memperhatikan lagi tentang segala permasalahan yang terkait dengan
kesenian daerah. Kesenian daerah sebagai cikal bakal kesenian nasional sudah
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
5
seharusnya mendapat perhatian yang lebih, mengingat keberadaannya sekarang
yang semakin terpinggirkan oleh kemajuan zaman yang tidak berpihak kepada
kesenian.
Dari latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai keberadaan kesenian daerah dalam hal ini tarian lengger,
selama ini sumber yang menjelaskan tentang keberadaan kesenian daerah belum
banyak diteliti, sumber-sumber yang menceritakan kronologis keberadaan
kesenian daerah khususnya tarian lengger masih sangat sedikit dan belum dikupas
secara mendalam. Sebagi obyek penelitian peneliti memilih desa Gerduren
Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas alasan penulis mengadakan penelitian
di desa tersebut karena desa tersebut hingga sampai saat ini digunakan sebagai
rujukan dan sumber informasi kesenian lengger Banyumasan. Oleh karena itu,
penulis akan mengadakan penelitian di desa tersebut dimulai dari sejarah desa,
sejarah perkembangan keberadaan kesenian, sampai mengkaji kesenian lengger
dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Sejarah Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas?
2. Sejarah Keberadaan Kesenian Lengger di Desa Gerduren Kecamatan
Purwojati Kabupaten Banyumas?
3. Kesenian Lengger dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah?
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
6
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini bermaksud untuk memaparkan :
1. Sejarah Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas.
2. Sejarah Kesenian Lengger di Desa Gerduren Kecamatan Purwojari Kabupaten
Banyumas.
3. Kesenian Lengger digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.
D. Manfaat Penelitian
Secara khusus yang dapat diungkapkan dari penelitian ini adalah
terungkapnya sejarah kesenian tarian lengger Banyumasan khususnya di desa
Gerduren serta kesenian lengger merupakan wujud dari identitas kesenian daerah
Banyumas . Dengan demikian dapat dikaji nilai–nilai yang terkandung di dalam
kesenian lengger sehingga tidak menimbulkan kontroversi karena bentuk ritualnya
yang bertentangan dengan norma agama, yang terpenting adalah bagaimana nilai-
nilai yang di ajarkan oleh para leluhur dalam penyampaiannya melalui media
tarian ini sampai dan dimengerti oleh para penerus generasi di bawahnya sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, dan lewat penelitian ini penulis berusaha
membuat sumbangan pemikiran yang membangun tentang khazanah kebudayaan
dalam hal ini kesenian tarian lengger serta karya sejarah kesenian daerah
Banyumasan yang sampai saat ini masih sangat sedikit yang mengangkatnya.
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
7
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai kesenian lengger sendiri sudah pernah dilakukan oleh
Enny Muktinah Sugiharti (2001) dengan mengambil judul Perilaku Lengger
Jariyah Dalam Konteks Nilai-nilai Moral Masyarakat Desa Pengadegan
Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Pada penelitian tersebut dijelaskan
bahwa Jariyah sebagai lengger dalam kehidupan sehari-hari seperti ibu rumah
tangga pada umunya. Nilai agama selalu dipegangnya dalam menjalani
kehidupan. Perilaku lengger Jariyah sesuai dengan nilai-nilai moral agama dan
masyarakat.
Penelitian yang ditulis oleh Endah Puji Lestari (2005) yang berjudul
Biografi Karsinah mantan Lengger di Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap. Yang mengupas biografi tokoh lengger dan stigmanisasi
masyarakat terhadap para penari lengger serta kehidupan Karsinah sebelum dan
sewaktu menjadi lengger. Karsinah menjadi lengger karena faktor ekonomi yang
menuntut Karsinah untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Yang menarik
di sini adalah nilai perjuangannya untuk menjadi lengger yang profesional.
Meskipun hanya menjadi pemain lengger, namun ia mampu membuktikan sebagai
lengger yang patut diteladani terutama saat dia berjuang menjadi seorang lengger
yang profesional dengan tidak melanggar nilai-nilai moral dan agama.
Penelitian yang ditulis oleh R. Suraji (2005) yang berjudul Religiusitas
Tarian Lengger Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Banyumas. Yang isinya
mengupas perkembangan kesenian lengger dikaji dari segi religiusitas pandangan
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
8
hidup atau gaya hidup masyarakat desa Gerduren, pandangan hidup erat kaitannya
dengan sistem religi yang dianut oleh masyarakat setempat. Penelusuran sejarah
tarian lengger menemukan bahwa paham mereka mengenai Allah. Konsep Allah
ternyata tidak statis, melainkan mengalami perkembangan atau perubahan. Secara
konsep komunitas tarian lengger desa Geduren yang pada umumnya beragama
Islam, meyakini bahwa Allah adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Allah
adalah Allah yang jauh mengatasi manusia atau transenden. Di balik keyakinan
adanya Allah yang transenden, ternyata mereka juga meyakini adanya kekuatan
indang. Indang mereka percayai sebagai roh halus yang berasal dari Allah. Dari
cerita dan keyakinan mereka pada indang disimpulkan bahwa mitos adanya
indang adalah manifestasi kerinduan mereka akan Allah yang imanen.
Bertolak dari penelitian atau sumber-sumber di atas yang tetap akan di
gunakan sebagai referensi pada penulisan ini, tidak dijumpai sumber yang
menyebutkan mengenai sejarah desa Gerduren, sejarah perkembangan kesenian
dan kesenian lengger dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah. Oleh
karena itu penulis akan meneliti serta mengkaji secara mendalam mengenai
kesenian lengger khusunya di desa Gerduren kecamatan Purwojati kabupaten
Banyumas.
F. Landasan Teori dan Pendekataan
Landasan Teori
Proses analisis permasalahan akan berjalan dengan baik apabila diketahui
pengertian-pengertian dasar dari permasalahan yang diangkat. Selain itu,
penggunaan kerangka pemikiran dari para ahli menambah nilai hasil akhir tulisan.
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
9
Terkait dengan hal tersebut, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai
berbagai pengertian, agar lebih jelas secara runtut maka akan dijelaskan terlebih
dahulu mengenai pengertian kebudayaan, kesenian dan lengger.
Kata kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddhayah ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu dapat di artikan
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendirian lain mengenai asal
kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari
majemuk budi-daya artinya daya dari, budi kekuatan, dari akal (Koentjaraningrat,
1984: 9). Dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan.
Di Indonesia sendiri kebudayaan tercantum dalam undang-undang dasar
1945 pasal 32 Bab XII yang berbunyi Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia dan penjelasnya sebagai berikut: kebudayaan bangsa adalah
kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.
Kebudayaan Indonesia berada dalam satu kondisi majemuk karena bermodalkan
berbagai kebudayaan-kebudayaan daerah yang berkembang menurut tuntunan
sejarahnya sendiri-sendiri.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
(Koentjaraningrat, 1984: 9). Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas
dapat dirinci sebagai berikut:
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
10
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia.
Karena itu meliputi:
a. Kebudayaan material (besifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda
ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup.
b. Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang
tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu
pengetahuan.
2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif(biologis), melainkan
hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
3. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.
Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara
individual maupun masyarkat, dapat mempertahankan kehidupanya.
4. Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua
tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu dibiasakan
dengan cara belajar misalnya, tindakan atas dasar naluri (instink), gerak
reflek (Widagdho, 2010: 21-22).
Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 3 wujud yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagi kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola
dari suatu manusia dalam masyarakat
3. Wujud dari kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
(Koentjaraningrat, 1985 : 186-187).
Dalam 3 wujud kebudayaan tersebut telah memuat atau menggambarkan 7
unsur budaya, sehingga keterkaitan antara keduanya sangat erat karena saling
mendukung dan mempengaruhi. Kebudayaan mempunyai 7 unsur yaitu bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat,
1985: 204).
Budaya adalah keseluruhan warisan sosial yang dapat dipandang sebagai
hasil kerja yang tersusun menurut tata tertib teratur, biasanya terdiri dari
kebendaan, kemahiran teknik, pikiran, gagasan, kebiasaan, nilai-nilai tertentu,
organisasi sosial tertentu, dan sebagainya. Adakalanya pembedaan budaya materi,
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
11
termasuk di dalamnya nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, organisasi sosial dan
lembaga-lembaga adat (Pringgodigdo, 1973: 34).
Sebagai gejala manusia, kebudayaan adalah setua sejarah manusia sendiri,
yakni manusia sebagai makhluk individual dan sosial sekaligus (Hasan, 1911 : 1).
Karena sejarah adalah diciptakan oleh manusia, baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam kehidupan sosial.
Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di
daerah-daerah di seluruh Indonesia. Terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adat budaya dan persatuan, dengan
tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
mengembangakan dan memperkaya kebudayaan bangsa itu sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia (Hasan, 1992 : 17).
Betapapun berubahnya zaman, kebudayaan dan identitas orang Jawa yang
dasariah tidak banyak mengalami perubahan, bahkan orang Jawa sangat sadar dan
bangga dengan komunitas kebudayaan mereka (Susantiana, 2001 : 47). Hal ini
karena demi melestarikan kebudayaan yang sifatnya turun temurun sekaligus
melestarikan kebudayaan warisan leluhur.
Kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil perkembangan manusia
yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk kehidupan yang lebih baik
(Daeng, 2000: 45). Dalam konteks kebudayaan berbagai corak dan ragam
keseniaan yang ada di Indonesia terjadi karena adanya lapisan-lapisan kebudayaan
yang bertumpuk dari zaman ke zaman dan adanya berbagai lingkungan
kebudayaan yang hidup berdampingan dalam satu masa sekarang ini. Ditinjau dari
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
12
konteks kemasyarakatan jenis-jenis kesenian bisa mempunyai fungsi-fungsi yang
berbeda. Perubahan fungsi dan bentuk pada hasil-hasil seni dengan demikian
dapat pula disebabkan oleh dinamika masyarakat (Sedyawati, 1981 : viii).
Kebudayaan menurut Sukatmi Susantiana dalam bukunya Inkulturasi
Gamelan Jawa. Dijelaskan bahwa kebudayaan mempunyai arti yang luas dan
kompleks. Secara umum, definisi kebudayaan memberikan pengertian bahwa
kebudayaan itu meliputi hasil usaha manusia dalam mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya. Kebudayaan sebagai hasil usaha manusia sesuai
dengan perkembangan cara berpikir manusia dalam situasi dan lingkungan yang
berkembang dan berbeda-beda, kebudayaan itupun ikut pula berkembang dalam
aneka ragam. Dengan mempelajari kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa
secara kronologis, dapat mempelajari kehidupan dan perkembangan bangsa atau
suku bangsa itu, dan bagaimana proses pewarisan kebudayaan itu dari satu
generasi ke generasi. Oleh karena kebudayaan merupakan salah-satu kekayaan
dan ciri suatu bangsa atau suku bangsa yang pada saat-saat tertentu merupakan
suatu kebanggaan sendiri, maka pada hakikatnya semua bangsa di dunia ini
berusaha menghindari musnahnya kebudayaan yang mereka miliki dari nenek
moyang mereka, bahkan di lain pihak masyarakat dan pemerintah berusaha
memajukan kebudayaan dengan tidak mengurangi nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya. Khususnya di Indonesia, batasan kebudayaan haruslah
berdasarkan pada pandangan menyeluruh mengenai jiwa, mental, budi, psikis dan
manusia. Ini berarti manusia adalah pribadi dan bagian masyarakat, sehingga
hakekat manusia mampu mencerminkan kebudayaan (Susantiana, 2001: 15-18)
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
13
Seni adalah produk dari tingkah laku manusia yang spesifik, penggunaan
kreatif dari imaginasi, untuk menolong manusia menginterpretasi, mengerti dan
menikmati kehidupan (Asmito, 1992: 45). Seni lebih mengutamakan olah rasa di
dalam pengungkapanya rasa itu juga yang menjadikan seni lebih indah dipandang.
Menurut Koentjaraningrat (1994: 234). Kesenian merupakan suatu
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan yang
kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan
biasanya berwujud benda-benda hasil manusia. Seni memang tidak bisa diukur
dengan parameter karena seni sulit untuk dijelaskan dan sulit dinilai karena
manusia memiliki penilaian tentang seni itu sendiri dan seni juga bisa dikatakan
proses atau produk dari memilih medium dan suatu set peraturan untuk
penggunaan medium tersebut. Jadi definisi atau pengertian kesenian adalah bagian
dari kebudayaan yang ada hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan.
Unsur itu berada dalam batin dan pikiran manusia yang termasuk unsur keindahan
itu, atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang membuat
hati senang, atau kepuasaan yang melengkapi sisi batin kehidupan manusia.
Fungsi dari kesenian adalah menghaluskan perasaan, pikiran, tingkah laku
manusia. Macam-macam seni yaitu: seni musik, seni rupa, seni tari, seni theater,
seni berwawasan teknologi.
Seni sebagai sesuatu yang dinikmati, bermanfaat sendiri, aspek dari
aktifitas yang tidak dapat dihitung secara mudah untuk pemanfaatan atau fungsi
dari tetap hidup dari aktifitas itu. Form (bentuk) dipolakan serangkaian yang
terbatas tentang bagaimana permainan seni di organisir dalam waktu dan ruang,
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
14
aturan-aturan dari seni. Dipolakan adanya suatu kecakapan manusia yang
universal untuk jawaban yang emosional dari apresiasi dan kenikmatan, bila seni
berhasil maka akan memunculkan aspek komunikatif dari seni. Seni selalu
menyajikan sesuatu informasi yang komunikatif, tetapi sesuatu ini tidak pernah
disajikan kembali dalam bentuk harfiahnya. Bunyi, gerak dan rasa. Seni tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Seni ada dimana-mana tiap-tiap
bangsa mempunyai seni sendiri-sendiri yang khas sifatnya, tegasnya dapat
ditemukan disetiap kebudayaan dari semua bangsa dimanapun berada. Seni-
kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang bersifat umum (Alland
dalam Asmito, 1992: 47-48).
Kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Kebudayaan juga
selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya
(Sedyawati, 1981 : viii). Kesenian adalah perwujudan dari kebudayaan maka
kesenian tradisional lengger merupakan kesenian tradisional yang hidup dan
berkembang di daerah Banyumas, yang didalamnya menggunakan media gerak
atau dialog dan mempunyai sifat-sifat sederhana, spontan dan komunikatif atau
akrab dengan penonton. Kesenian ini berlangsung serta hidup secara tradisi dari
generasi ke generasi, karena setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk
ikut melestariakan keseniaan ini. Disamping itu juga banyak upacara tradisi
dimana keseniaan lengger memegang perananya. Peranan disini bisa sebagai acara
pokok atau sebagai penunjang demi meriahnya acara tersebut. Kesenian lengger
merupakan keseniaan yang dapat dilihat secara visual maupun didengar atau
audio, misalnya bila di dengar melalui pita suara maka menjadi hiburan bagi para
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
15
pendengarnya. Jika keseniaan di pandang sebagai ekspresi hasrat akan keindahan
yang dapat dinikmati, maka ada dua bagian yaitu seni rupa atau kesenian yang
dinikmati manusia melalui telinga (Koentjaraningrat, 1981 : 58-59).
Istilah lengger sampai saat ini masih dalam perdebatan. Ada yang
mengatakan lengger adalah nama lokal Banyumas untuk tarian yang biasanya
disebut ronggeng. Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Jawa, menulis
bahwa dalam budaya Bagelen para penari teledhek disebut ronggeng. Menurut
Koentjaraningrat seorang penari ronggeng sudah mulai menari sejak ia berusia
antara delapan sampai sepuluh tahun. Seorang penari anak-anak seperti itu
biasanya adalah anak gadis ketua rombongan tersebut dan ia menarikan tarian
teledhek serta menyanyikan nyanyian anak-anak (dolanan lare). Rakyat di daerah
Bagelen menyebut penari ronggeng yang masih anak-anak itu lengger. Seorang
lengger belum tentu menjadi seorang ronggeng bila ia dewasa, akan tetapi
sebaliknya seorang ronggeng biasanya berasal dari lengger (Koentjaraningrat,
1994: 221).
Berbeda dengan pendapat Koentjaraningrat, pendapat lain mengatakan
bahwa lengger merupakan akronim dari leng dan ngger. Dikiranya para penari itu
adalah leng (lubang) artinya wanita, ternyata jengger (terjulur) artinya pria
(Kodari, 1991: 60) dalam bukunya yang berjudul Banyumas Wisata dan Budaya
Namun demikian, istilah ini tetap dipakai sampai sekarang, walaupun para penari
kini adalah wanita. Dalam Bausastra (kamus) Djawa-Indonesia yang disusun oleh
S.Prawiroatmojo yang diterbitkan tahun 1957, disebutkan bahwa lengger adalah
penari pria. Menurut Ahmad Tohari ( 2012: 165) dalam kamus dialek Banyumas-
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
16
Indonesia yang disebut lengger adalah penari perempuan, sedangkan ronggeng itu
tarian tradisional Banyumas, penari tari tradisional Banyumas.
Anggapan penari lengger dahulu adalah pria di tepis oleh Bambang
Suharso, beliau mengatakan bahwa di daerahnya (Gerduren) para penari lengger
itu pria dan perempuan, di dalam perkembangannya justru tarianya saling
melengkapi dalam seni pertunjukan lengger, anggapan bahwa dahulu penari
lengger itu pria karena dahulu pada seni pertunjukan lengger biasanya mengalami
kesurupan (mendem) dan ketika dalam mendem itu ada bermacam-macam indang
yang masuk, salah satunya indang gayuh (indang perempuan) dan biasanya justru
memasuki tubuh pria, ketika indang gayuh itu sudah merasuki maka penari pria
itupun geraknya menjadi gemulai menyerupai tabiat gerak perempuan
(Wawancara pada tanggal 21 Mei 2012).
Tarian semacam lengger ini sebenarnya tersebar di mana-mana meskipun
bentuknya bisa sangat berbeda. Misalnya, Ronggeng Melayu, Gandrung
Banyuwangi, Dombret Karawang, Cokek Jakarta, Gambyong Keraton, Tayub atau
Taledhek Wonosari, Sintren Pesisiran, dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1994:
211-228). Yang membedakan lengger Banyumasan dengan tari-tarian tersebut,
selain struktur atau bentuk pertunjukannya adalah alat musik iringannya dan lagu
yang dinyanyikan dalam pentas lengger tersebut. lengger Banyumasan biasanya
diiringi oleh alat musik yang disebut calung. Calung adalah perangkat musik yang
terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang
barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Dalam
penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
17
musikal yang disajikan berupa gending gendhing Banyumasan, gendhing gaya
Banyumasan, Surakarta- Yogyakarta, dan sering lagu pop yang diaransir ulang.
Calung –konon merupakan arkronim dari kata carang pring wulung (pucuk bambu
wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring). Perangkat
musik ini berlaras slendro dengan nada- nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6
(nem). Menurut asal usulnya tarian lengger adalah semacam ungkapan rasa terima
kasih kepada dewa-dewi kesuburan. Menurut Bambang Wadoro pada zaman
dahulu di daerah Banyumas tarian lengger banyak ditarikan pada masa sesudah
panen sebagai ungkapan syukur masyarakat terhadap para Dewa yang telah
memberikan rejeki (Wawancara pada tanggal 24 Maret 2012).
Kesenian lengger merupakan kesenian tradisional yang merupakan suatu
hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau
sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam karya seni tradisional
tersirat pesan dari masyarkat berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai,
norma dan sebagainya. Melalui sang seniman dan karya seninya masyarakat
berusaha memahami, menginterprestasikan atau menjawab masalah-masalah
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosialnya. Ekspresi tentang
keindahan serta pesan budaya tersebut terwujud dalam seni lukis, seni tari, seni
vocal, seni instrumen dan seni drama (Pringgodigdo, 1973).
Kesenian tradional adalah hasil kreativitas daya cipta manusia yang
dijadikan kebiasaan oleh suatu masyarakat daerah tertentu. Salah satu kebudayaan
tradisonal adalah lengger. Seorang seniman yang berkarya berada benar-benar
dalam situasi penciptaan. Situasi ini dapat mempengaruhi serta menarik gairah
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
18
sekitarnya yang berarti bahwa karya itu memberikan pengalaman baru kepada
mereka yang berada di sekitarnya (Sedyawati, 1981 : 60).
Dalam perjalanan sejarahnya tarian lengger tentu telah mengalami
perubahan. Perubahan ini sangat tergantung pada banyak faktor dalam
masyarakat. Keberadaan tarian lengger di daerah Banyumas tentu juga telah
membentuk atau sekurang-kurangnya mempengaruhi pandangan hidup atau gaya
hidup masyarakat Banyumas. Pandangan hidup sangat erat hubunganya dengan
dengan sistem religi yang di anut oleh masyarakat setempat. Meskipun tarian
lengger dikenal sebagai tarian yang sekuler tetapi budaya warisan masa lalu suatu
masyarakat berupa tarian lengger memiliki religiusitas tertentu (Suraji, 2006: 58).
Secara singkat keseniaan lengger adalah suatu jenis keseniaan rakyat yang
menggunakan medium gerak di dalam pengungkapanya dan di iringi oleh
gamelan calung, sebagai sarana pendukung. Ronggeng yaitu penari dan penyanyi
atau pesinden perempuan pada suatu grup kesenian musik tradisional calung,
pengertian calung sendiri yaitu sekelompok keseniaan tradisional daerah yang
menghibur dengan mengunakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu dibentuk
sedemikian rupa hingga menjadi sebuah alat musik khas daerah Banyumas
(Lestari, 2005 : 2).
1. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Antropologis.
Pendekatan Antropologis adalah untuk mengungkapkan arti dan simbol-simbol
dalam tarian lengger dengan pendekatan ini penulis mencoba mengungkapkan
nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah. Penulis juga melakukan
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
19
pendekatan Sosiologis karena berkaitan langsung dengan masyarakat sehingga
menuntut penulis untuk lebih dekat dengan masyarakat sebagai pelaku kesenian.
Gejala historis yang serba kompleks setiap penggambaran atau deskriptif
menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penunjangan data yang
diperlukan. Suatu seleksi akan memudahkan dengan adanya konsep-konsep yang
berfungsi sebagai kriteria. Penulis juga ingin mengkaji segi-segi sosial peristiwa
yang dikaji umpanya golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya,
hubungan dengan golongan lain, ideologi dan lain-lain (Kartodirdjo, 1944: 4).
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu agar
hasil yang akan didapatkan sesuai dengan tujuan awal penelitian. Di dalam
penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan dengan peristiwa masa
lampau yang sudah terjadi. Pengertian metode sejarah di sini adalah suatu proses
menguji, menganalis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Menurut Kuntowijoyo (1995: 88-89), ada empat tahap dalam penelitain
sejarah, yang meliputi penelitian sejarah heuristik, kritik sumber, interprestasi dan
historiografi. Adapun penjelasan tahap-tahap tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Heuristik
Heuristik yaitu penelitian sejarah untuk mencari sumber-sumber sejarah,
jejak- jejak sejarah, dan data sejarah ketiga istilah tersebut harus sama atau data
sejarah harus terdapat pada sumber atau jejak sejarah (Priyadi, 2011: 28). Dalam
hal ini penulis melakukan terlebih dahulu observasi ke desa Gerduren. Desa ini
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
20
dipilih karena konon katanya dahulu desa ini sangat terkenal oleh kesenian
lenggernya. Hingga sekarang desa Gerduren masih menjadi sumber rujukan yang
utama berbicara masalah kesenian lengger Banyumas. Orang pertama yang
penulis temui adalah tokoh Seniman Banyumas yang bernama Bambang Wadoro
(Bador) beliau memberikan informasi yang sangat membantu bagi penulis untuk
mengkaji kesenian lengger Banyumasan, di samping itu juga banyak memberikan
informasi mengenai para pelaku kesenian lengger Banyumasan, dari hasil anjuran
beliau penulis menemui tokoh kesenian lokal yang ada di desa Gerduren yang
bernama Bambang Suharso (Harso), dari situlah penulis mendapatkan informasi
terkait narasumber yang diperlukan penulis untuk mengungkap sejarah desa dan
sejarah kesenian lengger desa Gerduren. Sehingga memudahkan penulis untuk
melakuakan penelitian. Di dalam jalannya penelitian penulis tidak mengalami
kesulitan dalam mencari sumber atau bukti dikarenakan pihak-pihak yang terkait
sangat terbuka akan kedatangan penulis. Apa lagi setelah dijelaskan bahwa
kedatangan penulis betul-betul untuk keperluan akademis maka pemerintahan
desa dan kelompok kesenian lengger yang ada di desa tersebut memberikan
pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan penulis.
Narasumber yang penulis temui adalah benar-benar terlibat dalam dinamika
kesenian ini sehingga informasi yang didapat oleh penulis dapat dipertanggung
jawabkan kebenaranya.
2. Kritik atau Verifikasi.
Verifikasi pada penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu
kritik ekstern yang mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian) sumber dalam
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
21
jalannya penelitian penulis harus benar-benar memilih narasumber guna
kredibilitas penelitian penulis, misalnya memilih informan pelaku kesenian dan
pelaku sejarah yang mengalami. Dan kritik intern yang menilai apakah sumber
tersebut memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak. Pada hal ini
penulis melakukan pembanding antara sumber yang diperoleh oleh narasumber
dari pelaku kesenian lengger di Banyumas, dengan keterangan yang diberikan
oleh masyarakat dan tinjauan kepustakaan (Priyadi, 2011:75).
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran pada bab ini penulis menafsirkan fakta-fakta
yang diperoleh. Penulis melakukan penafsiran fakta-fakta sejarah yang terdiri dari
1. mentifact (kejiwaan), 2. sosifact (hubungan sosial), dan 3. artifact (benda)
(Kartodirdjo, 1992: 176). Di sini ada dua hal yang harus dikerjakan peneliti, yaitu
analisis dan sintesis. Fakta-fakta di atas harus ditafsirkan setelah berdasarkan
kritik ekstern dan kritik intern. Tanpa interpretasi, fakta-fakta tersebut tidak bisa
berbicara sendiri. Pada hal ini penulis melakukan interpretasi untuk menghindari
unsur subjektivitas (Kuntowijoyo, 1995: 100-10).
4. Historiografi
Pada tahap penulisan, penulis menyajikan laporan hasil penelitian dari
awal hingga akhir yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Pada
hikayatnya, penyajian laporan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang
telah diajukan. Pada hikayatnya, penyajian laporan penelitian meliputi (pengantar,
hasil penelitian, simpulan) (Priyadi, 2011: 92).
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012
22
H. Sistematika Penyajian
Untuk mempelajari penelitian ini maka penulis akan mencoba untuk
menjelaskan sistematika yang tercantum didalamnya, sistematika yang dipakai
adalah :
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini dimulai dengan penjelasan latar belakang
masalah, perumusan masalah yang merupakan perumusan-
perumusan masalah yang telah dibahas, tinjauan pustaka, tujuan
penelitian, landasan teori dan pendekatan, metode peneliti serta
sistematika penyajian yang merupakan gambaran singkat mengenai
urutan pembahasan dari penulisan penelitian.
Bab II : Sejarah Desa Gerduran Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas
Bab III : Sejarah kesenian lengger di desa Gerduren Kecamatan Purwojati
Kabupaten Banyumas
Bab IV : Kesenian lengger digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.
Bab V : Kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan di ungkapkan berbagai hal
yang berkaitan dengan hasil penelitian yang di pandang penting
untuk memberi jawaban terhadap pokok permasalahan atau
membuktikan hipotesis yang telah ditemukan. Saran memuat
harapan yang di tunjukan pada para pembaca.
Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012