bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/agus prasetio bab i.pdf ·...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan sebagai salah-satu bentuk identitas bangsa sampai saat ini cenderung terlupakan, budaya adat ketimuran sekarang kalah pamor dengan budaya barat. Budaya timur yang memuat kesopanan dan nilai-nilai sikap yang agung kini terpinggirkan oleh budaya glamor dan individual, kebudayaan barat sudah sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dengan cara berpakaian sampai dengan selera bermusik para generasi muda, melihat kenyataan itu betapa hebatnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan sekarang. Kebudayaan mempunyai 7 unsur yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian (Koentjaraningrat, 1985: 204). Kebudayaan merupakan warisan para leluhur hasil dari olah rasa yang kemudian diaplikasikan lewat ketujuh unsur kebudayaan di atas, di dalam kesenian juga terdapat bermacam-macam kesenian di antaranya: seni musik, seni rupa, seni tari, seni theater, seni berwawasan teknologi. Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur di antaranya wayang kulit, ebeg, begalan, kentongan, buncis, lengger. Kesenian tersebut menyebar sampai kepelosok desa-desa di wilayah Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Upload: lehanh

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan sebagai salah-satu bentuk identitas bangsa sampai saat ini

cenderung terlupakan, budaya adat ketimuran sekarang kalah pamor dengan

budaya barat. Budaya timur yang memuat kesopanan dan nilai-nilai sikap yang

agung kini terpinggirkan oleh budaya glamor dan individual, kebudayaan barat

sudah sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di Indonesia mulai

dengan cara berpakaian sampai dengan selera bermusik para generasi muda,

melihat kenyataan itu betapa hebatnya pengaruh globalisasi dalam kehidupan

sekarang.

Kebudayaan mempunyai 7 unsur yaitu: bahasa, sistem pengetahuan,

organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian

hidup, sistem religi, dan kesenian (Koentjaraningrat, 1985: 204). Kebudayaan

merupakan warisan para leluhur hasil dari olah rasa yang kemudian diaplikasikan

lewat ketujuh unsur kebudayaan di atas, di dalam kesenian juga terdapat

bermacam-macam kesenian di antaranya: seni musik, seni rupa, seni tari, seni

theater, seni berwawasan teknologi.

Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh

para leluhur di antaranya wayang kulit, ebeg, begalan, kentongan, buncis,

lengger. Kesenian tersebut menyebar sampai kepelosok desa-desa di wilayah

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

2

Banyumas. Lewat penelitian ini penulis akan mencoba mengkaji kesenian tarian

lengger Banyumasan. Lengger merupakan keseniaan tradisional yang bernafaskan

kerakyatan yang berkembang di daerah Banyumas, sebab lengger mempunyai ciri

sederhana, baik itu dari segi penyajian maupun peralatan yang mendukungnya.

Disamping sifat komunikatif lengger dengan penontonya begitu sangat

memungkinkan kesenian lengger mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Pada awalnya kesenian lengger difungsikan oleh para leluhur sebagai

ritual bentuk raya syukur setelah panen raya tiba. Sesuai dengan pendapat

Koentjaraningrat soal tarian ledhek. Menurut Koentjaraningrat (1994: 211-212).

masa sesudah panen merupakan masa untuk bersukaria bagi para penari. Pada saat

itu para penari ledhek sibuk melayani pesanan untuk menari. Jadi, boleh dikatakan

bahwa tarian lengger pada awalnya adalah sebuah tarian religious atau tarian

keagamaan lokal. Sebagai tarian keagamaan pada saat itu lengger belum menjadi

seni pertunjukan seperti sekarang ini dan oleh karenanya juga tidak memasang

tarif.

Secara singkat kesenian lengger adalah suatu jenis kesenian rakyat yang

mengunakan medium gerak didalam pengungkapanya dan diiringi oleh gamelan

calung, sebagai sarana pendukung. Sedangkan ronggeng yakni penari dan

penyanyi atau pesinden perempuan dalam suatu grup kesenian musik tradisional

(Wawancara Warsan pada tanggal 24 mei 2012).

Kesenian lengger di Banyumas tidak bisa dilepaskan dari sebuah desa

terpencil di sebelah barat daya Banyumas, desa tersebut bernama Gerduren,

konon katanya lengger pertama di kabupaten Banyumas berasal dari sana. Desa

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

3

Gerduren dari dahulu hingga sekarang menjadi sumber informasi serta rujukan

oleh para sebagian orang yang ingin mengetahui atau mempelajari tentang

kesenian lengger Banyumasan, bahkan sekarang desa tersebut dijadikan desa adat

oleh pemerintah daerah, sebab desa tersebut dianggap sebagai desa yang mampu

mempertahankan kesenian di era sekarang, lewat kesenian lenggernya.

Sejarah kesenian lengger di wilayah Banyumas lebih banyak dari hasil

cerita rakyat, antara sumber yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan, apa

lagi berbicara masalah kesenian daerah, sumber-sumber yang menjelaskan tentang

kesenian daerah masih sangat sedikit. Perkembangan keberadaan kesenian lengger

di desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas walaupun sekarang

masih ada, tetapi tampaknya keberadaanya sudah sangat terpinggirkan, kini

lengger menampakkan kepublik bisanya hanya momen-momen tertentu seperti

perayaan hari-hari besar nasional ataupun sebagai seni hiburan apabila ada

seseorang yang sedang melakukan prosesi pernikahan ataupun sunatan dan hari-

hari besar lainya. Bila tidak ada momen-momen tertentu seperti itu sekarang sulit

untuk menjumpai kesenian tarian lengger di wilayah Banyumas.

Kesenian lengger yang sudah mulai ditinggalkan berdampak pada penerus

generasi muda sekarang. Generasi muda cenderung lebih senang mempelajari

kesenian yang bukan dari tempatnya berasal, krisis kecintaan kesenian daerah

berakibat pada lunturnya ciri khas suatu daerah, kesenian juga bisa menjadi ciri

khas suatu daerah tertentu. Kesenian lengger apabila dijaga dan dilestarikan bisa

menjadikan suatu kebanggaan, di atas merebaknya pertarungan dunia global pada

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

4

masa sekarang, kesenian tarian lengger juga bisa digunakan sebagai identitas

kebudayaan daerah, di atas segala fenomena dunia global yang begitu kompleks

sehingga menyebabkan krisis jati diri suatu daerah.

Kesabaran untuk memberi cukup waktu untuk mengerti suatu fenomena

pada akhrinya penting juga. Waktunya juga pasti datang dalam mengartikan

identitas daerah itu tidak harus dengan simbol-simbol tradisional yang archaic,

tetapi juga identitas daerah yang dinamik dan kesegaran mengolah simbol-simbol

tradisional atau bukan. Identitas daerah yang berarti ketidakputusasaan untuk

menjelajah kemungkinan-kemungkinan baru (Kayam, 2001: 37).

Sampai saat ini kondisi kesenian daerah masih sangat memprihatinkan

jangankan untuk mengembangkan, bahkan untuk mempertahankan saja

memerlukan usaha yang tidak gampang. Faktor regenerasi merupakan faktor yang

tersulit di dalam melestarikan kebudayaan daerah. Generasi muda sekarang justru

lebih tertarik mengenal budaya asing dari pada budaya sendiri. Hal ini merupakan

masalah bersama, di samping para pelaku atau seniman sebagai pusat kehidupan

kesenian. Pihak yang terkait dalam hal ini pemerintah juga harus melakukan

perhatian dan pembinaan terhadap pelaku kesenian, serta memberikan perhatian

dan dorongan agar kelangsungan hidup keseniaan tradisional tetap hidup.

Di sini peran pemerintah menjadi sangat urgen karena pemerintah bisa

mengatur fungsinya sebagai pemegang kebijakan melalui peraturan daerahnya,

untuk lebih memperhatikan lagi tentang segala permasalahan yang terkait dengan

kesenian daerah. Kesenian daerah sebagai cikal bakal kesenian nasional sudah

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

5

seharusnya mendapat perhatian yang lebih, mengingat keberadaannya sekarang

yang semakin terpinggirkan oleh kemajuan zaman yang tidak berpihak kepada

kesenian.

Dari latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai keberadaan kesenian daerah dalam hal ini tarian lengger,

selama ini sumber yang menjelaskan tentang keberadaan kesenian daerah belum

banyak diteliti, sumber-sumber yang menceritakan kronologis keberadaan

kesenian daerah khususnya tarian lengger masih sangat sedikit dan belum dikupas

secara mendalam. Sebagi obyek penelitian peneliti memilih desa Gerduren

Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas alasan penulis mengadakan penelitian

di desa tersebut karena desa tersebut hingga sampai saat ini digunakan sebagai

rujukan dan sumber informasi kesenian lengger Banyumasan. Oleh karena itu,

penulis akan mengadakan penelitian di desa tersebut dimulai dari sejarah desa,

sejarah perkembangan keberadaan kesenian, sampai mengkaji kesenian lengger

dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Sejarah Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas?

2. Sejarah Keberadaan Kesenian Lengger di Desa Gerduren Kecamatan

Purwojati Kabupaten Banyumas?

3. Kesenian Lengger dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah?

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

6

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini bermaksud untuk memaparkan :

1. Sejarah Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas.

2. Sejarah Kesenian Lengger di Desa Gerduren Kecamatan Purwojari Kabupaten

Banyumas.

3. Kesenian Lengger digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.

D. Manfaat Penelitian

Secara khusus yang dapat diungkapkan dari penelitian ini adalah

terungkapnya sejarah kesenian tarian lengger Banyumasan khususnya di desa

Gerduren serta kesenian lengger merupakan wujud dari identitas kesenian daerah

Banyumas . Dengan demikian dapat dikaji nilai–nilai yang terkandung di dalam

kesenian lengger sehingga tidak menimbulkan kontroversi karena bentuk ritualnya

yang bertentangan dengan norma agama, yang terpenting adalah bagaimana nilai-

nilai yang di ajarkan oleh para leluhur dalam penyampaiannya melalui media

tarian ini sampai dan dimengerti oleh para penerus generasi di bawahnya sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, dan lewat penelitian ini penulis berusaha

membuat sumbangan pemikiran yang membangun tentang khazanah kebudayaan

dalam hal ini kesenian tarian lengger serta karya sejarah kesenian daerah

Banyumasan yang sampai saat ini masih sangat sedikit yang mengangkatnya.

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

7

E. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai kesenian lengger sendiri sudah pernah dilakukan oleh

Enny Muktinah Sugiharti (2001) dengan mengambil judul Perilaku Lengger

Jariyah Dalam Konteks Nilai-nilai Moral Masyarakat Desa Pengadegan

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Pada penelitian tersebut dijelaskan

bahwa Jariyah sebagai lengger dalam kehidupan sehari-hari seperti ibu rumah

tangga pada umunya. Nilai agama selalu dipegangnya dalam menjalani

kehidupan. Perilaku lengger Jariyah sesuai dengan nilai-nilai moral agama dan

masyarakat.

Penelitian yang ditulis oleh Endah Puji Lestari (2005) yang berjudul

Biografi Karsinah mantan Lengger di Desa Kalisabuk Kecamatan Kesugihan

Kabupaten Cilacap. Yang mengupas biografi tokoh lengger dan stigmanisasi

masyarakat terhadap para penari lengger serta kehidupan Karsinah sebelum dan

sewaktu menjadi lengger. Karsinah menjadi lengger karena faktor ekonomi yang

menuntut Karsinah untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Yang menarik

di sini adalah nilai perjuangannya untuk menjadi lengger yang profesional.

Meskipun hanya menjadi pemain lengger, namun ia mampu membuktikan sebagai

lengger yang patut diteladani terutama saat dia berjuang menjadi seorang lengger

yang profesional dengan tidak melanggar nilai-nilai moral dan agama.

Penelitian yang ditulis oleh R. Suraji (2005) yang berjudul Religiusitas

Tarian Lengger Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Banyumas. Yang isinya

mengupas perkembangan kesenian lengger dikaji dari segi religiusitas pandangan

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

8

hidup atau gaya hidup masyarakat desa Gerduren, pandangan hidup erat kaitannya

dengan sistem religi yang dianut oleh masyarakat setempat. Penelusuran sejarah

tarian lengger menemukan bahwa paham mereka mengenai Allah. Konsep Allah

ternyata tidak statis, melainkan mengalami perkembangan atau perubahan. Secara

konsep komunitas tarian lengger desa Geduren yang pada umumnya beragama

Islam, meyakini bahwa Allah adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Allah

adalah Allah yang jauh mengatasi manusia atau transenden. Di balik keyakinan

adanya Allah yang transenden, ternyata mereka juga meyakini adanya kekuatan

indang. Indang mereka percayai sebagai roh halus yang berasal dari Allah. Dari

cerita dan keyakinan mereka pada indang disimpulkan bahwa mitos adanya

indang adalah manifestasi kerinduan mereka akan Allah yang imanen.

Bertolak dari penelitian atau sumber-sumber di atas yang tetap akan di

gunakan sebagai referensi pada penulisan ini, tidak dijumpai sumber yang

menyebutkan mengenai sejarah desa Gerduren, sejarah perkembangan kesenian

dan kesenian lengger dapat digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah. Oleh

karena itu penulis akan meneliti serta mengkaji secara mendalam mengenai

kesenian lengger khusunya di desa Gerduren kecamatan Purwojati kabupaten

Banyumas.

F. Landasan Teori dan Pendekataan

Landasan Teori

Proses analisis permasalahan akan berjalan dengan baik apabila diketahui

pengertian-pengertian dasar dari permasalahan yang diangkat. Selain itu,

penggunaan kerangka pemikiran dari para ahli menambah nilai hasil akhir tulisan.

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

9

Terkait dengan hal tersebut, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai

berbagai pengertian, agar lebih jelas secara runtut maka akan dijelaskan terlebih

dahulu mengenai pengertian kebudayaan, kesenian dan lengger.

Kata kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddhayah ialah bentuk

jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu dapat di artikan

hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendirian lain mengenai asal

kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari

majemuk budi-daya artinya daya dari, budi kekuatan, dari akal (Koentjaraningrat,

1984: 9). Dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Mentalitas dan

Pembangunan.

Di Indonesia sendiri kebudayaan tercantum dalam undang-undang dasar

1945 pasal 32 Bab XII yang berbunyi Pemerintah memajukan kebudayaan

nasional Indonesia dan penjelasnya sebagai berikut: kebudayaan bangsa adalah

kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

Kebudayaan Indonesia berada dalam satu kondisi majemuk karena bermodalkan

berbagai kebudayaan-kebudayaan daerah yang berkembang menurut tuntunan

sejarahnya sendiri-sendiri.

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus

dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya

(Koentjaraningrat, 1984: 9). Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara

belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas

dapat dirinci sebagai berikut:

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

10

1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia.

Karena itu meliputi:

a. Kebudayaan material (besifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda

ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup.

b. Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang

tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu

pengetahuan.

2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif(biologis), melainkan

hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.

3. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa

masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.

Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara

individual maupun masyarkat, dapat mempertahankan kehidupanya.

4. Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua

tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu dibiasakan

dengan cara belajar misalnya, tindakan atas dasar naluri (instink), gerak

reflek (Widagdho, 2010: 21-22).

Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 3 wujud yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagi kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola

dari suatu manusia dalam masyarakat

3. Wujud dari kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

(Koentjaraningrat, 1985 : 186-187).

Dalam 3 wujud kebudayaan tersebut telah memuat atau menggambarkan 7

unsur budaya, sehingga keterkaitan antara keduanya sangat erat karena saling

mendukung dan mempengaruhi. Kebudayaan mempunyai 7 unsur yaitu bahasa,

sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi,

sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat,

1985: 204).

Budaya adalah keseluruhan warisan sosial yang dapat dipandang sebagai

hasil kerja yang tersusun menurut tata tertib teratur, biasanya terdiri dari

kebendaan, kemahiran teknik, pikiran, gagasan, kebiasaan, nilai-nilai tertentu,

organisasi sosial tertentu, dan sebagainya. Adakalanya pembedaan budaya materi,

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

11

termasuk di dalamnya nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, organisasi sosial dan

lembaga-lembaga adat (Pringgodigdo, 1973: 34).

Sebagai gejala manusia, kebudayaan adalah setua sejarah manusia sendiri,

yakni manusia sebagai makhluk individual dan sosial sekaligus (Hasan, 1911 : 1).

Karena sejarah adalah diciptakan oleh manusia, baik dalam kehidupan pribadi

maupun dalam kehidupan sosial.

Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di

daerah-daerah di seluruh Indonesia. Terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha

kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adat budaya dan persatuan, dengan

tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat

mengembangakan dan memperkaya kebudayaan bangsa itu sendiri, serta

mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia (Hasan, 1992 : 17).

Betapapun berubahnya zaman, kebudayaan dan identitas orang Jawa yang

dasariah tidak banyak mengalami perubahan, bahkan orang Jawa sangat sadar dan

bangga dengan komunitas kebudayaan mereka (Susantiana, 2001 : 47). Hal ini

karena demi melestarikan kebudayaan yang sifatnya turun temurun sekaligus

melestarikan kebudayaan warisan leluhur.

Kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil perkembangan manusia

yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk kehidupan yang lebih baik

(Daeng, 2000: 45). Dalam konteks kebudayaan berbagai corak dan ragam

keseniaan yang ada di Indonesia terjadi karena adanya lapisan-lapisan kebudayaan

yang bertumpuk dari zaman ke zaman dan adanya berbagai lingkungan

kebudayaan yang hidup berdampingan dalam satu masa sekarang ini. Ditinjau dari

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

12

konteks kemasyarakatan jenis-jenis kesenian bisa mempunyai fungsi-fungsi yang

berbeda. Perubahan fungsi dan bentuk pada hasil-hasil seni dengan demikian

dapat pula disebabkan oleh dinamika masyarakat (Sedyawati, 1981 : viii).

Kebudayaan menurut Sukatmi Susantiana dalam bukunya Inkulturasi

Gamelan Jawa. Dijelaskan bahwa kebudayaan mempunyai arti yang luas dan

kompleks. Secara umum, definisi kebudayaan memberikan pengertian bahwa

kebudayaan itu meliputi hasil usaha manusia dalam mempertahankan dan

mengembangkan hidupnya. Kebudayaan sebagai hasil usaha manusia sesuai

dengan perkembangan cara berpikir manusia dalam situasi dan lingkungan yang

berkembang dan berbeda-beda, kebudayaan itupun ikut pula berkembang dalam

aneka ragam. Dengan mempelajari kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa

secara kronologis, dapat mempelajari kehidupan dan perkembangan bangsa atau

suku bangsa itu, dan bagaimana proses pewarisan kebudayaan itu dari satu

generasi ke generasi. Oleh karena kebudayaan merupakan salah-satu kekayaan

dan ciri suatu bangsa atau suku bangsa yang pada saat-saat tertentu merupakan

suatu kebanggaan sendiri, maka pada hakikatnya semua bangsa di dunia ini

berusaha menghindari musnahnya kebudayaan yang mereka miliki dari nenek

moyang mereka, bahkan di lain pihak masyarakat dan pemerintah berusaha

memajukan kebudayaan dengan tidak mengurangi nilai-nilai budaya yang

terkandung di dalamnya. Khususnya di Indonesia, batasan kebudayaan haruslah

berdasarkan pada pandangan menyeluruh mengenai jiwa, mental, budi, psikis dan

manusia. Ini berarti manusia adalah pribadi dan bagian masyarakat, sehingga

hakekat manusia mampu mencerminkan kebudayaan (Susantiana, 2001: 15-18)

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

13

Seni adalah produk dari tingkah laku manusia yang spesifik, penggunaan

kreatif dari imaginasi, untuk menolong manusia menginterpretasi, mengerti dan

menikmati kehidupan (Asmito, 1992: 45). Seni lebih mengutamakan olah rasa di

dalam pengungkapanya rasa itu juga yang menjadikan seni lebih indah dipandang.

Menurut Koentjaraningrat (1994: 234). Kesenian merupakan suatu

kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan yang

kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan

biasanya berwujud benda-benda hasil manusia. Seni memang tidak bisa diukur

dengan parameter karena seni sulit untuk dijelaskan dan sulit dinilai karena

manusia memiliki penilaian tentang seni itu sendiri dan seni juga bisa dikatakan

proses atau produk dari memilih medium dan suatu set peraturan untuk

penggunaan medium tersebut. Jadi definisi atau pengertian kesenian adalah bagian

dari kebudayaan yang ada hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan.

Unsur itu berada dalam batin dan pikiran manusia yang termasuk unsur keindahan

itu, atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang membuat

hati senang, atau kepuasaan yang melengkapi sisi batin kehidupan manusia.

Fungsi dari kesenian adalah menghaluskan perasaan, pikiran, tingkah laku

manusia. Macam-macam seni yaitu: seni musik, seni rupa, seni tari, seni theater,

seni berwawasan teknologi.

Seni sebagai sesuatu yang dinikmati, bermanfaat sendiri, aspek dari

aktifitas yang tidak dapat dihitung secara mudah untuk pemanfaatan atau fungsi

dari tetap hidup dari aktifitas itu. Form (bentuk) dipolakan serangkaian yang

terbatas tentang bagaimana permainan seni di organisir dalam waktu dan ruang,

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

14

aturan-aturan dari seni. Dipolakan adanya suatu kecakapan manusia yang

universal untuk jawaban yang emosional dari apresiasi dan kenikmatan, bila seni

berhasil maka akan memunculkan aspek komunikatif dari seni. Seni selalu

menyajikan sesuatu informasi yang komunikatif, tetapi sesuatu ini tidak pernah

disajikan kembali dalam bentuk harfiahnya. Bunyi, gerak dan rasa. Seni tidak

dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Seni ada dimana-mana tiap-tiap

bangsa mempunyai seni sendiri-sendiri yang khas sifatnya, tegasnya dapat

ditemukan disetiap kebudayaan dari semua bangsa dimanapun berada. Seni-

kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang bersifat umum (Alland

dalam Asmito, 1992: 47-48).

Kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Kebudayaan juga

selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya

(Sedyawati, 1981 : viii). Kesenian adalah perwujudan dari kebudayaan maka

kesenian tradisional lengger merupakan kesenian tradisional yang hidup dan

berkembang di daerah Banyumas, yang didalamnya menggunakan media gerak

atau dialog dan mempunyai sifat-sifat sederhana, spontan dan komunikatif atau

akrab dengan penonton. Kesenian ini berlangsung serta hidup secara tradisi dari

generasi ke generasi, karena setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk

ikut melestariakan keseniaan ini. Disamping itu juga banyak upacara tradisi

dimana keseniaan lengger memegang perananya. Peranan disini bisa sebagai acara

pokok atau sebagai penunjang demi meriahnya acara tersebut. Kesenian lengger

merupakan keseniaan yang dapat dilihat secara visual maupun didengar atau

audio, misalnya bila di dengar melalui pita suara maka menjadi hiburan bagi para

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

15

pendengarnya. Jika keseniaan di pandang sebagai ekspresi hasrat akan keindahan

yang dapat dinikmati, maka ada dua bagian yaitu seni rupa atau kesenian yang

dinikmati manusia melalui telinga (Koentjaraningrat, 1981 : 58-59).

Istilah lengger sampai saat ini masih dalam perdebatan. Ada yang

mengatakan lengger adalah nama lokal Banyumas untuk tarian yang biasanya

disebut ronggeng. Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Jawa, menulis

bahwa dalam budaya Bagelen para penari teledhek disebut ronggeng. Menurut

Koentjaraningrat seorang penari ronggeng sudah mulai menari sejak ia berusia

antara delapan sampai sepuluh tahun. Seorang penari anak-anak seperti itu

biasanya adalah anak gadis ketua rombongan tersebut dan ia menarikan tarian

teledhek serta menyanyikan nyanyian anak-anak (dolanan lare). Rakyat di daerah

Bagelen menyebut penari ronggeng yang masih anak-anak itu lengger. Seorang

lengger belum tentu menjadi seorang ronggeng bila ia dewasa, akan tetapi

sebaliknya seorang ronggeng biasanya berasal dari lengger (Koentjaraningrat,

1994: 221).

Berbeda dengan pendapat Koentjaraningrat, pendapat lain mengatakan

bahwa lengger merupakan akronim dari leng dan ngger. Dikiranya para penari itu

adalah leng (lubang) artinya wanita, ternyata jengger (terjulur) artinya pria

(Kodari, 1991: 60) dalam bukunya yang berjudul Banyumas Wisata dan Budaya

Namun demikian, istilah ini tetap dipakai sampai sekarang, walaupun para penari

kini adalah wanita. Dalam Bausastra (kamus) Djawa-Indonesia yang disusun oleh

S.Prawiroatmojo yang diterbitkan tahun 1957, disebutkan bahwa lengger adalah

penari pria. Menurut Ahmad Tohari ( 2012: 165) dalam kamus dialek Banyumas-

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

16

Indonesia yang disebut lengger adalah penari perempuan, sedangkan ronggeng itu

tarian tradisional Banyumas, penari tari tradisional Banyumas.

Anggapan penari lengger dahulu adalah pria di tepis oleh Bambang

Suharso, beliau mengatakan bahwa di daerahnya (Gerduren) para penari lengger

itu pria dan perempuan, di dalam perkembangannya justru tarianya saling

melengkapi dalam seni pertunjukan lengger, anggapan bahwa dahulu penari

lengger itu pria karena dahulu pada seni pertunjukan lengger biasanya mengalami

kesurupan (mendem) dan ketika dalam mendem itu ada bermacam-macam indang

yang masuk, salah satunya indang gayuh (indang perempuan) dan biasanya justru

memasuki tubuh pria, ketika indang gayuh itu sudah merasuki maka penari pria

itupun geraknya menjadi gemulai menyerupai tabiat gerak perempuan

(Wawancara pada tanggal 21 Mei 2012).

Tarian semacam lengger ini sebenarnya tersebar di mana-mana meskipun

bentuknya bisa sangat berbeda. Misalnya, Ronggeng Melayu, Gandrung

Banyuwangi, Dombret Karawang, Cokek Jakarta, Gambyong Keraton, Tayub atau

Taledhek Wonosari, Sintren Pesisiran, dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1994:

211-228). Yang membedakan lengger Banyumasan dengan tari-tarian tersebut,

selain struktur atau bentuk pertunjukannya adalah alat musik iringannya dan lagu

yang dinyanyikan dalam pentas lengger tersebut. lengger Banyumasan biasanya

diiringi oleh alat musik yang disebut calung. Calung adalah perangkat musik yang

terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang

barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Dalam

penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

17

musikal yang disajikan berupa gending gendhing Banyumasan, gendhing gaya

Banyumasan, Surakarta- Yogyakarta, dan sering lagu pop yang diaransir ulang.

Calung –konon merupakan arkronim dari kata carang pring wulung (pucuk bambu

wulung) atau dicacah melung-melung (dipukul bersuara nyaring). Perangkat

musik ini berlaras slendro dengan nada- nada 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), dan 6

(nem). Menurut asal usulnya tarian lengger adalah semacam ungkapan rasa terima

kasih kepada dewa-dewi kesuburan. Menurut Bambang Wadoro pada zaman

dahulu di daerah Banyumas tarian lengger banyak ditarikan pada masa sesudah

panen sebagai ungkapan syukur masyarakat terhadap para Dewa yang telah

memberikan rejeki (Wawancara pada tanggal 24 Maret 2012).

Kesenian lengger merupakan kesenian tradisional yang merupakan suatu

hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan dengan latar belakang tradisi atau

sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam karya seni tradisional

tersirat pesan dari masyarkat berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai,

norma dan sebagainya. Melalui sang seniman dan karya seninya masyarakat

berusaha memahami, menginterprestasikan atau menjawab masalah-masalah

lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosialnya. Ekspresi tentang

keindahan serta pesan budaya tersebut terwujud dalam seni lukis, seni tari, seni

vocal, seni instrumen dan seni drama (Pringgodigdo, 1973).

Kesenian tradional adalah hasil kreativitas daya cipta manusia yang

dijadikan kebiasaan oleh suatu masyarakat daerah tertentu. Salah satu kebudayaan

tradisonal adalah lengger. Seorang seniman yang berkarya berada benar-benar

dalam situasi penciptaan. Situasi ini dapat mempengaruhi serta menarik gairah

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

18

sekitarnya yang berarti bahwa karya itu memberikan pengalaman baru kepada

mereka yang berada di sekitarnya (Sedyawati, 1981 : 60).

Dalam perjalanan sejarahnya tarian lengger tentu telah mengalami

perubahan. Perubahan ini sangat tergantung pada banyak faktor dalam

masyarakat. Keberadaan tarian lengger di daerah Banyumas tentu juga telah

membentuk atau sekurang-kurangnya mempengaruhi pandangan hidup atau gaya

hidup masyarakat Banyumas. Pandangan hidup sangat erat hubunganya dengan

dengan sistem religi yang di anut oleh masyarakat setempat. Meskipun tarian

lengger dikenal sebagai tarian yang sekuler tetapi budaya warisan masa lalu suatu

masyarakat berupa tarian lengger memiliki religiusitas tertentu (Suraji, 2006: 58).

Secara singkat keseniaan lengger adalah suatu jenis keseniaan rakyat yang

menggunakan medium gerak di dalam pengungkapanya dan di iringi oleh

gamelan calung, sebagai sarana pendukung. Ronggeng yaitu penari dan penyanyi

atau pesinden perempuan pada suatu grup kesenian musik tradisional calung,

pengertian calung sendiri yaitu sekelompok keseniaan tradisional daerah yang

menghibur dengan mengunakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu dibentuk

sedemikian rupa hingga menjadi sebuah alat musik khas daerah Banyumas

(Lestari, 2005 : 2).

1. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Antropologis.

Pendekatan Antropologis adalah untuk mengungkapkan arti dan simbol-simbol

dalam tarian lengger dengan pendekatan ini penulis mencoba mengungkapkan

nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah. Penulis juga melakukan

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

19

pendekatan Sosiologis karena berkaitan langsung dengan masyarakat sehingga

menuntut penulis untuk lebih dekat dengan masyarakat sebagai pelaku kesenian.

Gejala historis yang serba kompleks setiap penggambaran atau deskriptif

menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penunjangan data yang

diperlukan. Suatu seleksi akan memudahkan dengan adanya konsep-konsep yang

berfungsi sebagai kriteria. Penulis juga ingin mengkaji segi-segi sosial peristiwa

yang dikaji umpanya golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya,

hubungan dengan golongan lain, ideologi dan lain-lain (Kartodirdjo, 1944: 4).

G. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu agar

hasil yang akan didapatkan sesuai dengan tujuan awal penelitian. Di dalam

penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan dengan peristiwa masa

lampau yang sudah terjadi. Pengertian metode sejarah di sini adalah suatu proses

menguji, menganalis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

Menurut Kuntowijoyo (1995: 88-89), ada empat tahap dalam penelitain

sejarah, yang meliputi penelitian sejarah heuristik, kritik sumber, interprestasi dan

historiografi. Adapun penjelasan tahap-tahap tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Heuristik

Heuristik yaitu penelitian sejarah untuk mencari sumber-sumber sejarah,

jejak- jejak sejarah, dan data sejarah ketiga istilah tersebut harus sama atau data

sejarah harus terdapat pada sumber atau jejak sejarah (Priyadi, 2011: 28). Dalam

hal ini penulis melakukan terlebih dahulu observasi ke desa Gerduren. Desa ini

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

20

dipilih karena konon katanya dahulu desa ini sangat terkenal oleh kesenian

lenggernya. Hingga sekarang desa Gerduren masih menjadi sumber rujukan yang

utama berbicara masalah kesenian lengger Banyumas. Orang pertama yang

penulis temui adalah tokoh Seniman Banyumas yang bernama Bambang Wadoro

(Bador) beliau memberikan informasi yang sangat membantu bagi penulis untuk

mengkaji kesenian lengger Banyumasan, di samping itu juga banyak memberikan

informasi mengenai para pelaku kesenian lengger Banyumasan, dari hasil anjuran

beliau penulis menemui tokoh kesenian lokal yang ada di desa Gerduren yang

bernama Bambang Suharso (Harso), dari situlah penulis mendapatkan informasi

terkait narasumber yang diperlukan penulis untuk mengungkap sejarah desa dan

sejarah kesenian lengger desa Gerduren. Sehingga memudahkan penulis untuk

melakuakan penelitian. Di dalam jalannya penelitian penulis tidak mengalami

kesulitan dalam mencari sumber atau bukti dikarenakan pihak-pihak yang terkait

sangat terbuka akan kedatangan penulis. Apa lagi setelah dijelaskan bahwa

kedatangan penulis betul-betul untuk keperluan akademis maka pemerintahan

desa dan kelompok kesenian lengger yang ada di desa tersebut memberikan

pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan penulis.

Narasumber yang penulis temui adalah benar-benar terlibat dalam dinamika

kesenian ini sehingga informasi yang didapat oleh penulis dapat dipertanggung

jawabkan kebenaranya.

2. Kritik atau Verifikasi.

Verifikasi pada penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu

kritik ekstern yang mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian) sumber dalam

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

21

jalannya penelitian penulis harus benar-benar memilih narasumber guna

kredibilitas penelitian penulis, misalnya memilih informan pelaku kesenian dan

pelaku sejarah yang mengalami. Dan kritik intern yang menilai apakah sumber

tersebut memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak. Pada hal ini

penulis melakukan pembanding antara sumber yang diperoleh oleh narasumber

dari pelaku kesenian lengger di Banyumas, dengan keterangan yang diberikan

oleh masyarakat dan tinjauan kepustakaan (Priyadi, 2011:75).

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran pada bab ini penulis menafsirkan fakta-fakta

yang diperoleh. Penulis melakukan penafsiran fakta-fakta sejarah yang terdiri dari

1. mentifact (kejiwaan), 2. sosifact (hubungan sosial), dan 3. artifact (benda)

(Kartodirdjo, 1992: 176). Di sini ada dua hal yang harus dikerjakan peneliti, yaitu

analisis dan sintesis. Fakta-fakta di atas harus ditafsirkan setelah berdasarkan

kritik ekstern dan kritik intern. Tanpa interpretasi, fakta-fakta tersebut tidak bisa

berbicara sendiri. Pada hal ini penulis melakukan interpretasi untuk menghindari

unsur subjektivitas (Kuntowijoyo, 1995: 100-10).

4. Historiografi

Pada tahap penulisan, penulis menyajikan laporan hasil penelitian dari

awal hingga akhir yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Pada

hikayatnya, penyajian laporan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang

telah diajukan. Pada hikayatnya, penyajian laporan penelitian meliputi (pengantar,

hasil penelitian, simpulan) (Priyadi, 2011: 92).

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3490/2/AGUS PRASETIO BAB I.pdf · Di Banyumas sendiri banyak bermunculan kesenian yang diwariskan oleh para leluhur

22

H. Sistematika Penyajian

Untuk mempelajari penelitian ini maka penulis akan mencoba untuk

menjelaskan sistematika yang tercantum didalamnya, sistematika yang dipakai

adalah :

Bab I : Pendahuluan, pada bab ini dimulai dengan penjelasan latar belakang

masalah, perumusan masalah yang merupakan perumusan-

perumusan masalah yang telah dibahas, tinjauan pustaka, tujuan

penelitian, landasan teori dan pendekatan, metode peneliti serta

sistematika penyajian yang merupakan gambaran singkat mengenai

urutan pembahasan dari penulisan penelitian.

Bab II : Sejarah Desa Gerduran Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas

Bab III : Sejarah kesenian lengger di desa Gerduren Kecamatan Purwojati

Kabupaten Banyumas

Bab IV : Kesenian lengger digunakan sebagai identitas kebudayaan daerah.

Bab V : Kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan di ungkapkan berbagai hal

yang berkaitan dengan hasil penelitian yang di pandang penting

untuk memberi jawaban terhadap pokok permasalahan atau

membuktikan hipotesis yang telah ditemukan. Saran memuat

harapan yang di tunjukan pada para pembaca.

Keberadaan Kesenian Lengger..., Agus Prasetio, FKIP UMP 2012