bab i pendahuluan - bappeda.karawangkab.go.idbappeda.karawangkab.go.id/sites/default/files/file...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional secara substansi mengatur hal mengenai
perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek pada
level Nasional, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota. Dalam konteks
kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Karawang, pada tahun 2010,
telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2005 –
2025.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kepala daerah
dipilih secara langsung melalui proses demokrasi sebagai perwujudan dari
bentuk creating lokal political support yang merupakan salah satu pilar utama
otonomi daerah. Pada tahun 2010, telah dilaksanakan proses seleksi dan
kompetisi diantara putra-putri terbaik Kabupaten Karawang dalam rangka
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Karawang periode 2010 – 2015 yang
selanjutnya menetapkan pasangan H. Ade Swara dan dr. Celica Nurachdiana
sebagai Bupati dan Wakil Bupati Karawang periode 2010 - 2015.
Momentum suksesi kepemimpinan di Kabupaten Karawang dimaksud
secara periodisasi bersamaan dengan berakhirnya periode perencanaan
pembangunan jangka menengah tahun 2006 – 2010 yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006. Hal ini mengisyaratkan bahwa
perlunya disusun kembali skenario masa depan yang dituangkan ke dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Karawang periode 2011 – 2015 sebagai perwujudan janji politik
Bupati dan Wakil Bupati Terpilih dengan tetap berpedoman pada RPJMN
periode 2009 – 2014, RPJMD Provinsi Jawa Barat periode 2008 – 2013 dan
RPJPD Kabupaten Karawang tahun 2005 – 2025.
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG
NOMOR : 8 TAHUN 2011
TANGGAL : 5 AGUSTUS 2011
TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2011‐2015
2
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita
Negara Nomor 1950);
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3851);
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47 Salinan, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4287);
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Perundang-undangan;
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) Jo. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-undang Nomor
3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemriantah Daerah Menjadi Undang-undang (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4548);
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
8. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Peratuan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
3
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tentang Pelaksanaan PP 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Peraturan Daerah;
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025.
17. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Karawang
Tahun 2005-2025.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Dokumen RPJMD Tahun 2011 – 2015 merupakan penjabaran dokumen
RPJPD Kabupaten Karawang Tahun 2005 – 2025 Tahap II yang dalam
penyusunannnya berpedoman pada dokumen RPJM Nasional 2009 –
2014 dan RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008 – 2013. Secara lebih
terperinci, dokumen RPJMD Kabupaten Karawang dijelaskan secara
teknis dan menjadi pedoman Rencana Strategis SKPD untuk periode
yang sama dan selanjutnya secara operasional dijabarkan ke dalam
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja
(RENJA) SKPD untuk periode setiap tahun selama masa periode
RPJMD yang brsangkutan.
Untuk menjamin keterkaitan antara dokumen RPJPD dengan RPJMD,
secara garis besar untuk tahap II periode 2011 – 2015 mengarahkan
pada penyiapan, penyempurnaan dan pelaksanaan pranata serta
penguatan pembangunan daerah di segala bidang urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan kabupaten dengan menekankan pada :
penguatan sarana prasarana dalam rangka pembangunan sumberdaya
4
manusia, penguatan struktur ekonomi melalui pengembangan potensi
agribisnis, minabisnis dan industri, pengembangan infrastruktur wilayah,
penataan dan penguatan penyelenggaraan pemerintahan, serta
penerapan prinsip-prinsip pembangunan berbasis tata ruang secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
1.4 Sistematika Penulisan
RPJMD Kabupaten Karawang Tahun 2011-2015 disusun dengan urutan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar
dokumen, sistematika penyusunan serta maksud dan tujuan.
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Merupakan hasil analisa data dan informasi terhadap kondisi
demografi, geografi dan data dasar daerah lainnya serta capaian
kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
Memuat hasil analisa data dan informasi pengelolaan keuangan
daerah, kebijakan pengelolaan keuangan daerah untuk periode 5
tahun ke depan.
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Memuat analisa permasalahan pembangunan yang selanjutnya
dirumuskan menjadi butir-butir isu strategis daerah.
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Memuat pernyataan dan penjelasan rumusan visi dan misi serta
tujuan spesifik dan sasaran kinerja setiap misi pembangunan.
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Memuat uraian hubungan antara strategi dan arah kebijakan
dengan target indikator kinerja.
5
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH
Memuat hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah
kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan
target capaian indikator kinerja.
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI
KEBUTUHAN PENDANAAN
Memuat hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait
beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD.
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Memuat indikator kinerja sebagai gambaran ukuran keberhasilan
pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati selama periode
perencanaan
BAB X PENUTUP
1.5 MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Karawang Tahun 2011-2015 ditetapkan dengan maksud untuk
memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku
kepentingan baik bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia
usaha di dalam membangun kesepahaman, kesepakatan dan komitmen
bersama guna mewujudkan visi dan misi Pemerintahan Kabupaten Karawang
secara berkesinambungan.
Adapun tujuan penyusunan RPJM Kabupaten Karawang adalah :
1. Menetapkan visi, misi, dan program pembangunan daerah jangka
menengah;
2. Menetapkan pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan
penganggaran;
3. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan
terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan
Kabupaten.
6
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Karakteristik lokasi dan wilayah
2.1.1 Luas dan batas wilayah administrasi
Kabupaten Karawang termasuk dalam wilayah pantai utara Pulau
Jawa dengan luas wilayah 1.753,27 Km persegi atau 175.327 ha, dengan
skala perbandingan dengan luas Propinsi Jawa Barat 3,73 % serta memiliki
laut seluas 4 mil x 57 Km. Letak geografis Kabupaten Karawang berada di
bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara
107o02’ - 107o40’ BT dan 5o562’ - 6o34’ LS. Secara administrasi Kabupaten
Karawang mempunyai batas-batas wilayah :
- Di sebelah Utara : Laut jawa
- Di sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang
- Di sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
- Di sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Bogor dan Cianjur
- Di sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
2.1.2 Aspek Topografi
Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan
dataran yang relatif rata dengan variasi ketinggian antara 0 – 5 m diatas
permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan
berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0 – 1200 m.
Tabel 2.1 Ketinggian, Lokasi, Luas Dan Prosentase
Di Kabupaten Karawang
No KETINGGIAN
(dpl) LOKASI
LUAS (Ha)
PROSENTASE (%)
1
0 - 3
Kec. Pakisjaya, Sebagian besar Kec. Batujaya, Kec. Tirtajaya,
Kec. Cilebar Sebagian besar Kec. Cibuaya, Sebagian besar Kec. Pedes, Sebagian besar Kec.
Tempuran dan Sebagian besar Kec. Cilamaya Kulon, Sebagian besar Kec. Cilamaya Wetan
59.990
34,22
2
4 -10
Sebagian Kecil Kec. Batujaya, Kec. Rengasdengklok, Kec. Banyusari, Sebagian
kecil Kec. Cibuaya, , Sebagian kecil Kec. Pedes, Sebagian kecil Kec. Tempuran dan
36.416
20,77
7
No KETINGGIAN
(dpl) LOKASI
LUAS (Ha)
PROSENTASE (%)
Sebagian kecil Kec. Cilamaya Kulon, Sebagian kecil Kec. Cilamaya Wetan, Sebagian Besar
Kec. Kutawaluya, Kec. Rawamerta, Sebagian Kec. Telagasari, Sebagian Besar Kec.
Lemahabang, Kec. Jayakerta dan Kec. Majalaya
3
11 - 25
Sebagian Besar Kec. Karawang Barat, Sebagian Besar Kec. Karawang Timur, Kec.
Kotabaru, Kec. Purwasari, Sebagian Kec. Telagasari, Sebagian Kecil Kec. Lemahabang, Sebagian Besar Kec. Jatisari, Sebagian Besar
Kec. Tirtamulya, Sebagian Kec. Klari, Sebagian Kecil Kec. Telukjambe Timur, Sebagian Kecil Kec. Telukjambe Barat,
Sebagian Kecil Kec. Ciampel, dan Sebagian Kecil Kec. Cikampek.
37.424
21,35
4
26 - 50
Sebagian Kec. Jatisari, Sebagian Kec. Cikampek, Sebagian Kec. Klari, Sebagian Kecil
Kec. Ciampel, Sebagian Kec. Telukjambe Timur, Sebagian Kec. Telukjambe Barat, dan
Sebagian Kec. Pangkalan.
19.420
11,08
5 51 - 100 Sebagian Kec. Telukjambe Timur, Sebagian Kec. Telukjambe Barat, Sebagian Kec. Ciampel dan sebagian Kec. Pangkalan
14.219 8,11
6 101 - 250 Sebagian Kec. Pangkalan dan sebagian Kecil Kec. Ciampel
4.091 1,27
7
251 - 500
Sebagian Kecil Kec. Tegalwaru
2.230
1,27
8
501 - 750
Sebagian Kecil Kec. Tegalwaru
920
0,52
9
751 - 1000
Sebagian Kecil Kec. Tegalwaru
368
0,22
10
> 1000
Sebagian Kecil Kec. Tegalwaru
231
0,13
Sumber : Bappeda Kabupaten Karawang
2.1.3 Aspek Geologi
Wilayah Kabupaten karawang sebagian besar tertutup dataran pantai
yang luas, yang terhampar di bagian pantai utara dan merupakan batuan
sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan
aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama
dibentuk oleh batuan sedimen, sedang dibagian selatan terletak Gunung
Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut.
2.1.4 Aspek Hidrologi
Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara.
Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan
Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah
8
dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi
yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum tengah
dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah,
tambak dan pembangkit tenaga listrik. Kabupaten Karawang terletak pada
Satuan Wilayah Sungai (SWS) 02-06 Citarum (Peraturan Menteri PU No.
39/PRINT/1989, tanggal 1 April 1989). Sistem sungai yang ada adalah Sungai
Citarum dengan 3 Waduk utama yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Aliran
dibawah bendungan Jatiluhur terdapat intake di Curug yang memberikan
pasok air ke saluran Tarum Barat dan saluran Tarum Timur.
Tarum Barat adalah sebagai sistem utama pemberian air baik irigasi
maupun kebutuhan air lainnya sepanjang jalur pantai utara sampai Jakarta.
Sedangkan saluran Tarum Timur akan memberikan pasok kepada kebutuhan
air ke arah Timur sampai dengan Bendung Salamandra di Sungai
Cipunegara. Dibawah Bendung Curug pada Sungai Citarum terdapat
Bendung Walahar yang memberikan pasok kepada Saluran Tarum Utara
(NTC). Selain itu terdapat Bendung Rangon di percabangan Saluran Tarum
Utara yang memberikan pasok air ke bagian tengah daerah irigasi Tarum
Utara. Di bagian paling barat Kabupaten Karawang terdapat Sungai Cibeet
yang mempunyai Cabang, yaitu Sungai Cipamingkis. Sungai Cibeet ini
memberikan tambahan pasok kepada saluran Tarum Barat dari Bendung
Beet . Di bagian batas Timur Kabupaten Karawang terdapat Sungai Cilamaya
yang mempunyai Cabang Sungai Ciherang. Selain waduk yang telah ada,
terdapat potensi waduk yang bisa dikembangkan yaitu waduk Pangkalan di
Sungai Cibeet, waduk Ciherang di Sungai Ciherang dan waduk Maya di
Sungai Cilamaya.
2.1.5 Klimatologi
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang merupakan
dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27oC dengan tekanan
udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi
80%, sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup
Angin Muson Tenggara, kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam, lamanya
tiupan rata-rata 5 – 7 jam. Curah hujan dipengaruhi oleh iklim, keadaan
9
geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah
hujan sangat beragam menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di
Kabupaten Karawang mencapai 2.899 mm dengan rata-rata curah hujan
perbulan sebesar 121 mm.
2.1.6 Wilayah Rawan Bencana
Pesisir Pantai Karawang merupakan salah satu kawasan Pantai
Utara yang mengalami laju abrasi akut. Diperkirakan, garis Pantai Karawang
yang terkena abrasi telah mundur antara 50-300 meter ke arah daratan,
bahkan pada beberapa kawasan telah menghancurkan sebagian pemukiman
maupun sarana transportasi.
2.1.7 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Karawang pada tahun 2010 mencapai
2.125.234 jiwa, terdiri dari 1.095.202 jiwa penduduk laki-laki dan 1.030.032
jiwa penduduk perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk (density rate)
1.212 jiwa / km². Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama satu
dasawarsa terakhir sebesar 1,76 persen. Berdasarkan komposisi persebaran,
kecamatan Klari merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar yaitu
7,6 persen dari poupulasi kabupaten. Sedangkan Kecamatan Teluk Jambe
Timur merupakan wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu
sebesar 5,48 persen.
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Karawang masih dalam batas
seimbang berdasarkan gender (perbedaan jenis kelamin) dapat dikatakan
seimbang dengan rasio sebesar 105,0372%. Dari perhitungan didapat rasio
ketergantungan total adalah sebesar 47,53%, artinya setiap 100 orang yang
berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak + 48
orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Karawang relatif berfluktuasi,
menyesuaikan kondisi perekonomian nasional serta kebijakan fiskal dan
moneter Pemerintah. Selama periode 2006 – 2008, LPE berada di atas 5
10
persen atau berada di atas syarat terjadinya pertumbuhan secara minimal.
Namun demikian, pada tahun 2009, terjadi perlambatan yang disebabkan
turunnya pertumbuhan sektor industri yang terindikasi merupakan dampak
dari penurunan kinerja perekonomian global pada tahun tersebut.
Perkembangan PDRB ADHB periode 2006 - 2009 secara absolut
terus mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku (current market
price) pada tahun 2006 sebesar Rp. 31.348,37 Milyar meningkat hingga
mencapai Rp. 47.225,24 Milyar di tahun 2009. Demikian pula atas dasar
harga konstan (constant market price) dimana pada tahun 2006 dengan nilai
Rp. 15.568,18 Milyar meningkat menjadi Rp. 19.195,45 Milyar di tahun 2009.
Tabel 2.2 Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Karawang
Tahun 2006 – 2009
Indikator 2006 2007 2008 2009
LPE (%) 7,52 6,36 10,84 4,58
Inflasi (%) 18,18 6,12 12,49 2,05
PDRB ADHB (Juta Rp.) 15.741.115 17.619.482 20.523.558 22.585.527
PDRB ADHK (Juta Rp.) 7.817.331 8.110.954 8.874.616 9.147.647
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
Berdasarkan hasil survey tahun 2009 kabupaten karawang diketahui
bahwa pencapaian angka melek huruf sebesar 93,14 mengalami peningkatan
sebesar 4,93 poin (5,59%) jika dibandingkan dengan pencapaian pada tahun
2006. AMH 93,14 persen mengandung pengertian bahwa sekitar 93,14
persen masyarakat di Kabupaten Karawang sudah memiliki kemampuan
untuk membaaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya, adapun
sekitar 6,86 persen masyarakat lainnya masih buta huruf. Namun apabila
melihat trend perkembangan data tahun 2007 – 2009, perkembangan Angka
Melek Huruf (AMH) relatif stagnan pada level 93 persen, hal ini terjadi karena
memang kurva AMH Karawang diperkirakan sudah mencapai titik puncak
dimana hasil intervensi program sudah pada titik optimum. Adapun sisa dari
jumlah penduduk yang buta aksara merupakan kategori penduduk tidak
peroduktif atau lanjut usia.
11
Berdasarkan data tahun 2009, dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke
atas sebesar 1.505.803 jiwa, terdapat jumlah sebanyak 538.023 jiwa atau
35,73% hanya lulusan SD. Bahkan sebesar 419.366 jiwa atau 27,85% tidak
tamat SD. Sedangkan tingkat rata-rata lama sekolah (RLS) yang pada tahun
2009 baru mencapai 6,8 tahun atau setingkat SMP Kelas 1. Rendahnya faktor
pendidikan masyarakat Karawang yang ditandai dengan rendahnya lama
bersekolah menyebabkan tidak diperolehnya manfaat pendidikan (return to
education), sehingga mengurangi peluang mereka untuk memperoleh
pekerjaan yang memberi pendapatan lebih tinggi di daerah perkotaan.
Berdasarkan data perkembangan angka harapan hidup di Kabupaten
Karawang dalam 4 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan
dari 65,50 pada tahun 2006 menjadi 66,55 pada tahun 2009. Indikator
peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlihatkan dari indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) tahun 2009 di Kabupaten Karawang adalah 42,00 per
1.000 kelahiran hidup. Demikian pula dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang
bergerak naik dimana saat ini 84 per 100.000 kelahiran dibandingkan tahun
2006 sebesar 58 per 100.000 kelahiran. (Gambar 2.1).
Faktor-faktor yang menciptakan risiko pada usia bayi, balita, dan di
antara anak-anak usia sekolah secara signifikan diamati lebih sering terdapat
di antara rumah tangga miskin daripada rumah tangga bukan miskin antara
lain kurang gizi dan kurangnya imunisasi. Gambar 2.2 memperlihatkan status
gizi balita yang ditimbang masih terdapat lebih dari 10% dari jumlah anak
berusia di bawah lima tahun (balita) mengalami masalah gizi.
Gambar 2.1
Perkembangan AKI dan AKB Tahun 2006 - 2008
Gambar 2.2
Perkembangan Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun 2006 - 2009
2008
2007
2006
12
Selain indikator mortalitas, indikator lain yang digunakan untuk
menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity
rate). Dilihat dari intensitas pola penyakit yang diderita oleh masyarakat antara
lain Tuberkulosis (TB) paru, Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), malaria,
diare dan penyakit kulit. Selain itu, Karawang juga menghadapi emergency
deseas seperti : Demam Berdarah Dengue (DBD), Human immunodefiency
virus/ acquired immune defiency syndrome (HIV/AIDS). Untuk kasus Filariasis
terdapat 32 kasus di 16 Kecamatan.
Faktor intensitas penyakit tersebut, selain sangat dipengaruhi oleh
perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah juga oleh kondisi
kesehatan lingkungan pemukiman. Kondisi kesehatan lingkungan sangat
dipengaruhi akses rumah tangga antara lain terhadap rumah sehat, jamban
keluarga yang memenuhi syarat, saluran pembuangan air yang memenuhi
syarat serta ketersediaan air bersih. Berdasarkan data, prosentase rumah
tangga yang memiliki kemampuan menyediakan rumah sehat, jamban
keluarga yang memenuhi syarat, saluran pembuangan air yang memenuhi
syarat baru mencapai 60 persen, sedangkan jumlah rumah sebanyak 486.826
dan dinyatakan sehat baru mencapai 276.432 atau sekita 56,78% persen.
Kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
belum optimal, dari jumlah posyandu sebanyak 2.183 unit terdiri dari
posyandu pratama sebanyak 123 unit, posyandu madya sebanyak 1.547,
posyandu purnama 473 unit dan posyandu mandiri sebanyak 30 buah. Jumlah
poskestren yang berfungsi 5 unit dari total 13 unit. Jumlah kader aktif
sebanyak 8.397 orang sehingga rasio kader per posyandu rata-rata 4 orang,
sedangkan rasio posyandu per desa sebanyak 7 unit. Secara umum
pencapaian desa siaga utama baru mencapai 20 desa atau 6,47 persen,
3. Aspek Pelayanan Umum
3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
3.1.1 Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Karawang telah menempati
skala prioritas tertinggi selama lima tahun terakhir ini. Secara pertumbuhan,
angka melanjutkan telah menunjukkan hasil yang membaik, namun apabila
13
dilihat gap antara APK SD sebesar 109,62%, APK SLTP sebesar 86,52% dan
APK SLTA sebesar 42,29% memperlihatkan angka peralihan dari sekolah
dasar ke sekolah menengah masih relatif sangat rendah.
Gambar2.3
Indikator APK SD, SLTP dan SLTA, 2006-2009
Gambar 2.4
Jumlah Putus Sekolah Jenjang SD, SLTP, SLTA Tahun 2006 -2009
Gambar 2.4 memperlihatkan jumlah anak putus sekolah terbanyak
berada pada jenjang SLTP. Berdasarkan analisa kohor tahun 2006 dengan
menggunakan data jumlah siswa kelas VI SD yang dinyatakan lulus sebanyak
36.560 orang, namun berdasarkan data tahun 2009 dari kelompok (kohor)
yang sama turun sekitar 13,55% sehingga tinggal sebanyak 31.605 orang.
Kondisi pelayanan urusan wajib pendidikan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sumberdaya bidang pendidikan. Jumlah ketersediaan bangunan
sekolah negeri pada jenjang SD sebanyak 872 unit, SLTP sebanyak 139
unit dan SLTA sebanyak 99 unit. Ketersediaan sekolah kejuruan sebanyak 61
sekolah yang terdiri dari sekolah kejuruan negeri sebanyak 7 sekolah
sedangkan sekolah kejuruan swasta sebanyak 54 sekolah. Ketersediaan
sarana dan prasarana sekolah kejuruan bengkel praktek seluruhnya 54 yang
memiliki bengkel sebanyak 25 dan belum memiliki bengkel sebanyak 29
Kesesuaian penyediaan pendidikan kejuruan dengan dunia kerja.
Ketersediaan ruang kelas secara umum masih belum sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Untuk jenjang Sekolah Dasar, dapat dikatakan
sudah menuju kepada rasio ideal sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sedangkan upaya penuntasan wajib belajar 12 tahun saat ini lebih difokuskan
pada upaya peningkatan daya tampung pada siswa SLTP dengan
mengkombinasikan upaya penyediaan ruang kelas baru disertai dengan
14
pelaksanaan double shift. Pada jenjang SLTA, upaya pemenuhan daya
tampung masih terkendala dengan rasio jumlah sekolah itu sendiri. Untuk
pemerataan jumlah sekolah pun masih belum memadai dimana masih
terdapat 14 kecamatan yang belum memiliki gedung SMA negeri.
. Tabel 2.3
Jumlah Sekolah, Guru dan Murid berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2009
No Jenjang Sekolah Guru Murid
1. SD/MI 1.141 10.240 260.688
2. SMP/MTs
162 3.437 102.043
3. SMA/SMK/MA
109 1.951 50.917
Tabel 2.4
Rasio Murid terhadap Ruang Kelas kabupaten Karawang, Tahun 2006 – 2009
No Jenjang 2006 2007 2008 2009
1 SD/MI 1 : 42 1 : 42 1 : 40 1 : 35
2 SMP/MTs 1 : 55 1 : 50 1 : 48 1 : 48
3 SMA/SMK/MA 1 : 52 1 : 49 1 : 48 1 : 51
Kondisi kompetensi guru masih perlu mendapatkan perhatian, dimana
dari jumlah guru berbagai jenjang di sekolah negeri sebanyak 8.628 orang,
sebagian besar merupakan tamatan D2 yaitu sebanyak 4.619 atau sekitar
53,54 persen, sedangkan guru dengan tamatan S-1 dan S-2 baru mencapai
30,88 persen (gambar 2.5).
Kondisi mutu proses belajar mengajar dapat dilihat dari jumlah
kelulusan siswa. Berdasarkan data tahun 2009, jumlah kelulusan siswa untuk
jenjang SD telah mencapai 100 persen, jenjang SLTP mencapai 98,5 persen
dan SLTA mencapai 96,3 persen (gambar 2.6).
Gambar 2.5
Jumlah Guru SD, SLTP dan SLTA berdasarkan pendidikan yang ditamatkan
Gambar 2.6
Persentase kelulusan siswa SD, SLTP dan SLTA dalam Ujian Nasional Tahun 2010
Berdasarkan Angka Melek Huruf sekitar 93,15 persen maka
diperkirakan masih ada penduduk buta aksara usia, + 6,85 persen diperoleh
dari BPS Kabupaten Karawang. penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas
sebanyak 56.199 orang data tahun 2011. Program Pendidikan Untuk Semua
15
(PUS) terdiri dari kejar paket A, paket B dan paket C. Paket A (setara SD)
warga belajar sebanyak 289 orang, paket B (setara SMP) sebanyak 2.401
orang, sedangkan paket C (setara SMA) warga belajar sebanyak 1.194 orang.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal, pada tahun 2010 terdapat
282.612 penduduk anak usia 0 sd 6 tahun, yang ada di dalam PAUD
Lembaga penyedia pendidikan jalur non formal pada tahun 2010 dengan
jumlah lembaga PAUD 489 belum terakreditasi. Sedangkan tutor PAUD
sebanyak 1.070 orang untuk rasio perbandingan antara tutor dengan peserta
didik PAUD 1 :10, jumlah peserta didik dalam satu kelompok yang ada 10 -20
orang untuk perbandingan rasio guru : peserta didik sebesar 1 : 25. Untuk
pembiayaan operasional PAUD bersumber swadaya dari masyarakat.
Sedangkan TK/RA Lembaga penyedia pendidikan jalur formal pada tahun
2010 sebanyak 96 TK Negeri sebanyak 3 sekolah dan TK Swasta sebanyak
93 sekolah, jumlah RA 135 sekolah. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) dengan jumlah PKBM sebanyak 153 Kelompok, kelompok PKBM ini
merupakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegaiatan belajar secara mandiri.
Upaya penumbuhkembangan minat baca masyarakat sejalan dengan
strategi pelestarian keberaksaraan fungsional diarahkan pada program
pelayanan perpustakaan, melalui perpustakaan daerah sebanyak 1 unit,
perpustakaan desa sebanyak 128 unit, perpustakaan sekolah sebanyak 90
unit dan Taman Bacaan Masyarakat ( TBM ) terdapat 193 unit TBM
sedangkan tenaga Pengelola TBM sebanyak 58 orang dan petugas khusus
TBM sebanyak 30 orang.
3.1.2 Kesehatan
Upaya pelayanan bidang kesehatan, dalam rangka pelayanan
kesehatan ibu dan anak, dapat dilihat dari indikator proses antara lain 70,87%
desa sudah berkategori desa UCI, Cakupan Kunjungan Neonatus 89,50
persen, cakupan pelayanan bayi mencapai 82,70%, dari BBLR 35,22% dari
jumlah bayi lahir seluruhnya dapat ditangani. Sedangkan cakupan imunisasi
dari jumlah bayi sebanyak 57.295, telah memperoleh BCG 89,08 persen,
DPT1 dan HB1 91,48 persen, DPT3 dan HB3 86,26 persen, Polio 86,82
persen, Campak 89,08 persen, Hepatitis 0-7 hari 79,74%.
16
Dalam rangka Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin dan JPKM,
telah dapat dicakup seluruhnya melalui program JPKM sebanyak 684.638
orang dan pelayanan jamkesda keluarga miskin sebanyak 424.561 orang.
Upaya penyediaan sumberdaya kesehatan selama ini telah dilaksanakan,
antara lain melalui pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dasar,
pengembangan kualitas kesehatan rujukan serta mengembangkan kemitraan
dengan berbagai lembaga pelayanan kesehatan swasta dalam rangka
penyediaan fasilitas kesehatan dan pemenuhan ketersediaan tenaga medis.
(Tabel 2.5 dan Tabel 2.6).
Pengembangan pelayanan kesehatan primer di tingkat desa dan
kecamatan tetap menjadi prioritas dalam rangka mendekatkan keterjangkauan
dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama wilayah
perdesaan. Untuk pelayanan kesehatan primer di perdesaan sudah berjalan
melalui pelayanan bidan desa sebanyak 345 orang atau berarti rasio 1 desa 1
bidang telah terpenuhi, namun secara kelembagaan belum berfungsi secara
optimal ditandai dengan keberadaan poskesdes yang baru tahap rintisan
pengembangan melalui pembangunan kantor desa dengan konsep pelayanan
terpadu yang didalamnya berfungsi sebagai sarana pos kesehatan desa.
Pada tingkat kecamatan, dari jumlah puskesmas sebanyak 48 unit, baru 5 unit
yang telah memiliki sarana PONED dengan ketersediaan dokter sebanyak 88
orang.
Tabel 2.5
Jumlah Fasilitas Kesehatan
Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah
Rumah Sakit 17
Rumah sakit bersalin 37 Poliklinik/ Balai Pengobatan 126
Puskesmas 44
Pustu 79
Praktek Dokter 96
Praktek Bidan 274 Posyandu 309
Pondok Bersalin Desa 41
Apotik 51
Toko Obat/ Jamu 72
Tabel 2.6
Jumlah Tenaga Kesehatan
Tenaga Medis Jumlah
Dokter 265
Perawat 679
Bidan 365
Tenaga Kesmas/ Sanitasi 109
Gizi 38
Farmasi 114
17
3.1.3 KB dan Pemberdayaan Perempuan
Dari Jumlah penduduk Kabupaten Karawang sebanyak 2.133.552
orang dan jumlah rumah tangga sebanyak 564.524, maka rata-rata dalam
satu keluarga terdapat 3,8 anggota keluarga, atau dibulatkan menjadi 4 orang
yang terdiri dari Ayah, ibu dan 2 orang anak. Kondisi ini relatif ideal dan
memperlihatkan keberhasilan program keluarga berencana. Dalam rangka
pelayanan keluarga berencana dilaksanakan berbagai upaya upaya program
kesehatan reproduksi maupun pelayanan KB. Berdasarkan data, dari jumlah
Pasangan Usia Subur sebanyak 423.945 pasutri, yang menjadi Peserta KB
baru sebanyak 104.127 pasutri atau 24,56% persen, sedangkan Peserta KB
aktif sebanyak 382.118 pasutri atau 90,13 persen. Peserta KB aktif
berdasarkan Jenis Kontrasepsi MKJP terbesar menggunakan Implan
sebanyak 19.094 (5,00%); Non MKJP terbesar menggunakan suntik sebanyak
222.568 (58,25%) MKJP 9,83%; Non MKJP 90,17% (total 382.118). KB Baru
Berdasarkan Jenis Kontrasepsi MKJP terbesar menggunakan Implan
sebanyak 2.332 (2,22%); Non MKJP terbesar menggunakan suntik sebanyak
71.622 (68,11%) MKJP 4,41%; Non MKJP 95,59% (total 105.162).
Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam
Pembangunan, yang bertujuan untuk memitrasejajarkan peran kaum
perempuan dengan kaum pria dengan sasaran meningkatnya peranan kaum
perempuan di segala sektor, kegiatan-kegiatannya termasuk di lembaga
pemerintah. Dari jumlah pekerja perempuan di Kabupaten Karawang
sebanyak 251.256 orang sebanyak 5.803 orang atau 2,31 persen
berpartisipasi di lembaga pemerintah dan sebanyak 251.256 orang sebanyak
245.453 orang atau 97,69 persen berpartisipasi di sektor swasta.
Kondisi kekerasaan dalam rumah tangga di Kabupaten Karawang dapat
dilihat pada data tahun 2009 sebanyak 328 kasus. Sehingga apabila
dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Karawang
sebanyak 564.524, maka rata-rata kekerasan dalam rumah tangga adalah
sebesar 0,00058 per keluarga atau 58 kasus per 100.000 keluarga.
18
3.1.4 Kependudukan dan Catatan Sipil
Pelayanan Bidang Kependudukan pada sampai dengan tahun 2009
dilakukan melalui peningkatan pelayanan dan kesadaran masyarakat
terhadap administrasi kependudukan serta akta catatan sipil yang berbasis
SIAK. Rasio pelayanan kependudukan dan catatan sipil dapat dilihat dari
jumlah wajib KTP tahun 2009 sebanyak 1.430.700 orang dengan
perbandingan penduduk yang telah mempunyai KTP sebanyak 1.203.058,
sehingga rasio penduduk ber KTP sebesar 84,09%. Sedangkan untuk
pelayanan akte kelahiran dilihat dari perbandingan penduduk Kabupaten
Karawang sebanyak 2.133.552 jiwa, yang mempunyai akte kelahiran
sebanyak 2.048.271 jiwa atau 96% penduduk karawang mempunyai akte
kelahiran.
3.1.5 Ketenagakerjaan
Pada sektor ketenagakerjaan, data jumlah angkatan kerja tahun 2008
berjumlah 981.245 jiwa, dengan jumlah pengangguran sebanyak 148.051
jiwa. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2006, memperlihatkan adanya
perbaikan kondisi ketenagakerjaan dimana angka pengangguran dapat
ditekan dari sebesar 17,33% persen menjadi sebesar 15,09 persen.
Sedangkan dari jumlah penduduk Kabupaten Karawang yang bekerja menurut
lapangan usaha sebesar 896.640 jiwa, sekitar 29,19% atau sebesar 261.770
jiwa terserap pada lapangan usaha pertanian. Lapangan usaha perdagangan
berada pada posisi kedua sebagai penyerap tenaga kerja dengan prosentase
sebesar 26,27% atau sebesar 235.592 jiwa. Sedangkan pada lapangan usaha
industri menyerap tenaga kerja sebesar sebesar 19,80% atau sebanyak
177.514. (lihat gambar 2.7 dan gambar 2.8).
Gambar 2.7
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan Belum Bekerja Tahun 2006 – 2008
Gambar 2.8 Jumlah Penduduk Bekerja berdasarkan
lapangan usaha tahun 2008
19
Upaya perlindungan ketenagakerjaan diarahkan pada penanganan
kasus perselisihan ketenagakerjaan yang relatif semakin menurun, pada
tahun 2006 terjadi 115 buah kasus dan pada tahun 2009 terjadi 92 kasus dan
sudah tertangani. Tenaga kerja dibawah umur tentunya bertentangan dengan
undang-undang ketenagakerjaan serta undang-undang pendidikan. Prosentase
jumlah tenaga kerja dibawah umur di kabupaten karawang tergolong relatif kecil
dari 896.640 orang pekerja hanya 0,02% atau hanya 1.828 orang tenaga kerja
berusia 10-14 orang yang bekerja.
3.1.6 Pemberdayaan masyarakat dan desa
Upaya pemberdayaan masyarakat diarahkan pada peningkatan peran
serta masyarakat dalam wadah organisasi kemasyarakatan untuk mendukung
proses pembangunan daerah. Di tingkat desa juga dibentuk lembaga
kemasyarakatan yang berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa.
Gambar 2.9
Jumlah Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan di Kabupaten Karawang
Tabel 2.7
Jumlah personil pada Institusi Pemerintahan dan kelembagaan masyarakat desa
Institusi Pemerintahan dan
Kelembagaan Desa Jumlah
Kades dan Perangkat Desa 3.096
BPD 2.376
RW 1.837
RT 6.411
Karang Taruna 309
PKK
3.1.7 Lingkungan hidup
Potensi sampah di kabupaten karawang tiap tahun meningkat seiring
dengan perkembangan penduduk untuk tahun 2009 saja tercatat 208.050 m3.
Sedangkan yang tertangani oleh pemerintah daerah hanya 175.200 m3.
Sehingga prosentasenya cukup signifikan juga sekitar 84,21%. Telah
dikemukakan di atas bahwa pengelolaan persampahan dilakukan dengan tujuan
meningkatkan jumlah sampah yang tertangani sehingga kualitas lingkungan yang
baik dapat tercapai melalui pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu
(Integrated Solid Waste Management), tentunya perlu ditunjang dengan saran
tempat pembuangan sampah baik TPSS maupun TPA. Daya tampung tempat
20
pembuangan sampah sebesar 1.725.830 m3, apabila dibanding dengan jumlah
penduduk maka rasio tempat pembuangan sampah ini adalah sebesar 808,9 m3
per 1.000 orang penduduk. Ini menandakan bahwa dengan perkembangan
penduduk yang cukup signifikan maka dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang
harus dipersiapkan tempat pembuangan sampah yang baru dengan dukungan
biaya dan teknologi yang ramah lingkungan sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 43 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Usaha penyediaan air bersih bagi penduduk di pusat-pusat
permukiman dilakukan melalui instalasi air bersih ke rumah-rumah,
penyediaan hidran/kran umum dan kran tangki air umum. Sebagian besar
pelanggan air bersih adalah sektor non niaga sebanyak 90,54 persen diikuti
oleh sektor niaga kecil (pertokoan) sebanyak 3,96 persen. Penyediaan air
minum melalui sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Karawang
saat ini mempunyai 6 cabang dan 9 IKK, yang mencakup 22 Kecamatan, 91
Desa dengan 681.653 jiwa. Tidak ada sistem yang dikelola oleh swasta
atau oleh kelompok masyarakat, kecuali untuk beberapa industri dan hotel
memiliki sistem penyediaan air minum perpipaan dengan skala kecil. Tingkat
total pelayanan perpipaan untuk daerah Kabupaten Karawang terdiri dari
jumlah penduduk yang terlayani sebanyak 175.025 jiwa atau 27.57 persen
penduduk. Saat ini PDAM baru bisa melayani Sambungan Rumah (SR)
untuk 7 Kecamatan yaitu : Kecamatan Karawang Barat, Kecamatan
Karawang Timur, Kecamatan Telukjambe Timur, Kecamatan Ciampel,
Kecamatan Purwasari, Cikampek dan Kotabaru, sementara air minum yang
bisa dilayani dengan kran umum baru 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan
Karawang Barat, Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan Ciampel,
Kecamatan Cikampek, Kecamatan Kotabaru. Berikut tabel jenis utama
penggunaan air minum di Kabupaten Karawang tahun 2009.
Tabel 2.8 Jenis Utama Penggunaan Air Minum Di Kabupaten Karawang Tahun 2009
Nama Sarana 2006 2007 2008 2009
Jml % Jml % Jml % Jml %
Ledeng 37.535 15,56 33.847 13,41 34.557 12,08 43.927 9,02
Sumur Pompa Tangan (SPT) 84.571 35,07 100.136 39,68 174.840 61,09 81.730 16,79
Sumur Gali (SGL) 50.573 20,97 59.936 23,75 47.869 16,73 60.736 12,48
Penampungan Mata Air (PMA) 1.415 0,58 - - 9.437 3,38 2.069 0,42
Penampungan Air Hujan (PAH)
1.592 0,66 0.95 0,39 947 0,33 966 0,20
21
3.1.8 Sarana dan Prasarana Umum
Pada Bidang Kebinamargaan, upaya pelayanan prasarana jaringan jalan
dan jembatan dilakukan melalui peningkatan konstruksi jalan status kabupaten
dengan konstruksi rigid serta pemeliharaan untuk mempertahankan umur teknis
rencana. Panjang jalan secara hirarkhi di kabupaten karawang adalah
sebagaimana tabel 2.7 Sedangkan pada bidang pengairan upaya pembangunan
diarahkan pada rehabilitasi dan normalisasi saluran pembuang, muara serta
jaringan irigasi guna mempertahankan Kabupaten Karawang sebagai daerah
lumbung padi nasional. Dari panjang saluran sepanjang 94.385 Km, sedangkan
luas lahan budidaya pertanian adalah seluas 97.529 Ha.
Tabel 2.9 Jenis dan Volume Jalan serta Jembatan di Kab. Karawang Tahun 2009
NO STATUS VOLUME KETERANGAN
Jalan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Layang Jalan Tol Jalan Desa
46,34 Km 48,19 Km
861,73 Km 2,80 Km
28,60 Km 1.778,30. Km
Hotmix Hotmix Hotmix , beton & Penetrasi Beton & Hotmix Beton & Hotmix Sirtu & Tanah
Jembatan 1. 2. 3.
Jembatan Negara Jembatan Prov Jembatan Kab
2,19 Km 0,16 Km 2,55 Km
57 bh 6 bh 178 bh
Sumber : LKPJ AMJ Bupati Karawang 2006-2010
Tabel 2.10 Jenis dan Volume Irigasi di Kabupaten Karawang Tahun 2009
SARANA STATUS VOLUME Jaringan Irigasi Bendung
Bangunan Bagi/Sadap dan bangunan lainnya Saluran Induk Saluran Sekunder
4 buah 382 buah
120,00 Km 589,60 Km
Sumber : LKPJ AMJ Bupati Karawang tahun 2006-2010
Prosentase rumah tinggal bersanitasi pada tahun 2009 sebesar
56,78% ini dilihat dari rumah tinggal yang bersanitasi di Kabupaten Karawang
tahun 2009 tercatat 276.432 rumah sedangkan seluruh rumah tinggal di
Kabupaten Karawang yang tercatat sebanyak 486.825 buah. Dari data
tercatat 370.583 (65,71%) rumah layak huni dari 564.524 rumah tinggal di
Kabupaten Karawang sehingga rasio rumah layak huni adalah sebesar 0,17
rumah per 1 orang penduduk.
22
Sementara itu data dari IKK Kabupaten Karawang tercatat kawasan kumuh
seluas 9,48 Km2, sementara pada laporan penggunaan tanah yang
dikeluarkan oleh dinas pertanian disebutkan bahwa luas rumah, bangunan
dan halaman sekitarnya adalah sebesar 22.063 Ha, atau setara 220,63 Km2,
dengan demikian luas kawasan layak huni adalah 210,88 Km2, maka rasio
pemukiman layak huni di Kabupaten Karawang seluas 0,96. Upaya penataan
dan perbaikan lingkungan telah dilaksanakan setiap tahun dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan jalan
lingkungan, perbaikan drainase, perbaikan rumah tidak layak huni dan
plesterisasi.
Penyelenggaraan pembangunan penataan ruang diarahkan untuk
mewujudkan pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah yang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang. Pada
tahun 2009 Kabupaten Karawang memulai Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten yang didasarkan pada Undang-undang Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sebagai akibat dari terbitnya
beberapa Undang-undang, seperti Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mewajibkan
pemerintah daerah untuk membuat KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
untuk memasukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar
dan terintegrasi dengan pembangunan suatu wialayah dan/atau kebijakan
rencana atau program. Selain itu dengan keluarnya Undang-undang Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang mengamanatkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
berkelanjutan harus ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah.
Luas ruang terbuka hijau di Kabupaten Karawang tercatat pad IKK
seluas 23,50 Ha. dengan luas wilayah ber HPL/HGB seluas 426 Ha. maka
rasio ruang terbuka hijau dibanding dengan luas wilayah yang ber HPL/HGB
adalah 5,52%.
Pada sektor perhubungan Jumlah trayek yang ada di kabupaten
Karawang sebanyak 55 trayek dan terealisir sebanyak 42 trayek. Dalam
rangka peningkatan PAD telah dilaksanakan penerapan ijin trayek. Dari 55
23
trayek yang telah dikeluarkan apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk
adalah sebesar 0,00003 per penduduk atau 3 trayek per 100.000 orang.
Jumlah terminal di Kabupaten Karawang adalah sebanyak 4 buah dengan
klasifikasi tipe C.
2.4 Aspek Daya Saing
2.4.1 Penanaman modal
Pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Karawang dialokasikan
pada bagian selatan, tepatnya di Kecamatan Klari, Cikampek, Telukjambe
Barat, Telukjambe Timur, Purwasari, Karawang, Jatisari, Pangkalan dan
Cikampek. Kegiatan industri yang relatif berkembang diantaranya wilayah
bagian timur (Kota Bukit Indah City) Kecamatan Cikampek, Kawasan Industri
(Kecamatan Telukjambe Timur, Ciampel dan Pangkalan), Zona Industri
(Kecamatan Telukjambe Timur, Telukjambe Barat, Ciampel, Klari, Cikampek
dan Karawang Barat serta Karawang Timur, Purwasari). Pencapaian
penanaman modal PMA dan PMDN di Kabupaten Karawang menduduki
peringkat ketiga di Jawa Barat setelah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten
Purwakarta (data sampai dengan bulan November 2009).
Perkembangan investasi di Kabupaten Karawang dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan. Jumlah investasi pada
tahun 2006 sebesar Rp 63,559 Trilyun dan pada tahun 2009 mencapai Rp
8,891 Trilyun. Sedangkan rasio daya serap tenaga kerja adalah prosentase
jumlah tenaga kerja pada perusahaan PMA/PMDN dibagi dengan jumlah
perusahaan PMA/PMDN yang ada. Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
896.640 setelah dikurangi dengan PNS berjumlah 882.118 dengan porsi
perusahaan PMA/PMDN di Kabupaten Karawang sebanyak 446 perusahaan
sehingga rasio daya serap tenaga kerja sebesar 1.977,84 orang per
perusahaan.
2.4.2 Koperasi dan UMKM
Berdasarkan data jumlah koperasi tahun 2006 sebanyak 1.160 unit
dengan kondisi aktif sebanyak 816 atau 70 persen, RAT 46,57 persen , tahun
2009 sebanyak 1.288 dengan kondisi aktif sebanyak 866 unit atau 67 persen,
RAT 12,70 persen dari koperasi aktif. Data tersebut memperlihatkan adanya
24
perkembangan jumlah total unit koperasi sebesar 11,03 persen, dengan
jumlah koperasi aktif sebesar 67 persen. Sejalan dengan perkembangan
koperasi aktif, jumlah anggota koperasi mengalami peningkatan sekitar 9,4
persen dari sebanyak 191.410 orang tahun 2006 dan tahun 2009 sebanyak
209.412 orang. Jumlah manajer tahun 2006, 267 dengan jumlah karyawan
sebanyak 2.211 sedangkan tahun 2009 jumlah manajer 147 orang dan jumlah
karyawan 1.402.
Berdasarkan kondisi kapasitas usaha, dapat dilihat dari perkembangan
modal usaha 76,08 persen dari Tahun 2006, total modal koperasi Rp. 340,89
Milyar dan tahun 2009 sebesar 600,24 Milyar. Komposisi modal usaha tahun
2006, modal sendiri 55,0 persen dan modal luar 45,0 persen. Sedangkan
tahun 2009, modal sendiri 68,17 persen dan modal luar 31,83 persen.
Sedangkan perkembangan transaksi usaha koperasi dapat dilihat dari
Perkembangan volume usaha 76,30 persen dari tahun 2006 sebesar Rp.
511,34 Milyar menjadi Rp. 901,51 Milyar tahun 2009. Perkembangan SHU
sebesar 27,52 persen dari tahun 2006 sebesar Rp. 21,49 Milyar menjadi Rp.
27,40 Milyar atau rata-rata SHU yang diterima oleh anggota tahun 2006 Rp.
112.285,- per anggota tahun 2009 130.881,- per anggota atau naik 16,56
persen.
Pada sektor KUMKM, diperlihatkan oleh data perkembangan jumlah
unit sektor UMKM sebesar 3,4 persen yaitu tahun 2007 sebanyak 3.732 unit
dan tahun 2010 3.858. Secara proporsi didominasi oleh sektor industri
sebesar 55,06 persen diikuti sektror perdagangan sebesar 39,51 persen dan
sektor jasa sebesar 5,42 persen. Apabila dilihat dari skala usaha, sektor
UMKM didominasi oleh UMKM berskala usaha mikro dengan tenaga kerja
rata-rata 1 – 4 orang yaitu sebesar 84,89 persen, sedangkan Usaha Kecil dan
Menengah masing-masing hanya sebesar 14,21 persen dan 0,90 persen.
Penyerapan tenaga kerja, data tahun 2009, dari jumlah unit 3.732 unit mampu
menyerap sebanyak 16.821 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja terbesar
pada Usaha Mikro sekitar 67,44 persen, sedangkan industri kecil dan
menengah masing-masing hanya sebersar 23,62 persen dan 8,94 persen.
Volume usaha, data tahun 2009, dari total nilai penjualan UMKM sebesar Rp.
812,11 Milyar , industri kecil sebesar 41,87 persen, industri mikro 33,12
25
persen dan industri menengah 25,01 persen. Dalam rangka memperluas
akses pembiayaan mikro dan mendekatkan pada pelaku usaha khususnya di
sektor perdesaan, telah dibentuk dan berfungsi 1 unit BPR dan 9 Unit PD/PK.
2.4.3 Sumberdaya Tenagakerja
Pasar tenaga kerja di Kabupaten Karawang masih dicirikan oleh
tingginya sektor informal. Pada sisi yang sama, dengan rendahnya tingkat
pendidikan, maka peluang untuk memasuki jenis lapangan pekerjaan yang
lebih baik dengan imbalan upah yang lebih layak menjadi semakin kecil.
Gambar memperlihatkan sekitar 62% jumlah penduduk bekerja merupakan
tamatan SD, yang tentu saja sulit untuk memasuki lapangan pekerjaan di
sektor formal. Gambar 2.11 memperlihatkan sekitar 81% berstatus berusaha
dibantu buruh tidak dibayar atau biasa disebut sektor informal.
Gambar 2.10 Proporsi Daya Serap Tenaga Kerja dan Share
PDRB pada sector Primer, Sekunder dan Tersier, 2008
Gambar 2.11 Persentase jumlah penduduk bekerja berdasarkan status pekerjaan, 2008
Gambar 2.10 memperlihatkan bahwa walaupun sektor tersier secara
akumulatif mampu memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan
tenaga kerja (46,26%) namun pendapatan per kapita yang disumbangkan
oleh sektor jasa hanya sebesar 28,70% (bandingkan dengan sektor industri
yang mampu menyumbang pendapatan per kapita sebesar 57,00% terhadap
total dan hanya menyumbangkan penyerapan tenaga kerja sebesar 24,21%
saja). Hal ini juga mengindikasikan bahwa sektor jasa yang berkembang dan
meluas ini justru didominasi oleh sektor jasa dengan pendapatan per kapita
26
yang rendah sehingga menggambarkan apa yang disebut ”premature
tertiarization of the agricultural labour force”, yaitu penyerapan tenaga kerja
secara prematur dalam sektor jasa-jasa.
2.4.4 Komunikasi dan Informasi
Kondisi pelayanan komunikasi dan informatika diperlihatkan dari data
jumlah jaringan komunikasi telepon stasioner di Kabupaten Karawang
menurut data PT Telkom Wilayah Karawang tercatat sebanyak 60.187 satuan
sambungan. Jumlah Wartel di Kabupaten Karawang menurut data PT Telkom
Wilayah Karawang tercatat sebanyak 846 buah sedangkan jumlah warnet
sebanyak 23 buah. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk karawang
yang sebanyak 2.133.552 maka rasio wartel/warnet kabupaten karawang
tahun 2009 sebesar 0.04%.
2.4.5 Listrik dan Energi
Rasio ketersediaan listrik adalah perbandingan antara jumlah daya
listrik terpasang dibandingkan dengan jumlah kebutuhan. Untuk tahun 2009
jumlah jumlah daya listrik terpasang adalah sebesar 1.060 MVA sedangkan
jumlah kebutuhan adalah sebesar 580 MVA sehingga rasio ketersediaan
listrik di Kabupaten Karawang adalah 1,83, artinya pasokan lebih besar
daripada kebutuhan, ini menandakan bahwa potensi di Kabupaten Karawang
cukup besar, disamping itu beberapa perusahaan menggunakan listrik
tersendiri. Prosentase rumah tangga yang menggunakan adalah
perbandingan antara jumlah rumah tangga yang menggunakan listik
dibandingkan dengan jumlah rumah tangga. Untuk tahun 2009 jumlah rumah
tangga yang menggunakan listik adalah sebanyak 415.088 sedangkan jumlah
rumah tangga adalah sebanyak 564.524 sehingga rasio ketersediaan listrik di
Kabupaten Karawang adalah 73,53%, artinya 73 Rumah tangga memakai
listrik dari 100 rumah tangga.
2.4.6 Pertanahan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah
dirubah dengan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004, serta Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, bahwa bidang pertanahan merupakan
27
kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah akan tetapi dengan
dikeluarkannya Keppres Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di
Bidang Pertanahan, penyerahan Personil, Pembiayaan, Perlengkapan dan
Dokumentasi (P3D) Kantor Pertanahan Kabupaten Karawang belum dapat
dilaksanakan. Secara keseluruhan luas tanah bersertifikat adalah 139.157,040
Km2, yang apabila dibandingkan dengan luas lahan Kabupaten Karawang
seluas 175.327 Km2 maka prosentasenya adalah sebesar 79,37%.
28
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1.1 KINERJA PELAKSANAAN APBD
APBD merupakan instrumen paling utama dalam kebijakan fiskal daerah
sebagaimana kewenangan yang diserahkan sesuai undang-undang otonomi daerah. APBD
dikatakan sebagai instrumen kebijakan utama pemerintah daerah karena APBD adalah
intisari dari apa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun ke
depan sebagai rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan
dicapai pada masa yang akan datang. APBD Tahun 2010 telah mencapai angka Rp.1,59
Trilyun atau secara rata-rata selama periode 2006 – 2010 meningkat sebesar 18,02 persen
dari angka tahun 2006 sebesar Rp. 972,89 Milyar. Rasio APBD terhadap PDRB
memperlihatkan kecenderungan yang semakin menurun, hal ini memperlihatkan bahwa
kemampuan konsumsi masyarakat dan investasi sektor swasta semakin berkembang dalam
pembentukan PDRB. Adapun fungsi APBD lebih bersifat stimulus terhadap berjalannya
kinerja perekonomian makro daerah.
Tabel 3.1 Perkembangan APBD, Pertumbuhan per tahun dan
rasio terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2006 - 2010
Tahun APBD (Rp) Growth (%) Rasio thd PDRB ADHB (%)
2006 972.899.584.495,00 3,10
2007 1.080.857.138.242,00 11,10 2,99
2008 1.208.462.961.419,00 11,81 2,85
2009 1.341.053.546.674,00 10,97 2,84
2010 1.599.426.320.427,00 19,27
Rata-rata per pertumbuhan 18,02
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat
berdasarkan azas desentralisasi, kepada Daerah diberikan kewenangan untuk memungut
pajak/retribusi (tax assignment) dan pemberian bagi hasil penerimaan (revenue sharing)
serta bantuan keuangan (grant) atau dikenal sebagai dana perimbangan sebagai sumber
dana bagi APBD. Secara umum, sumber dana bagi daerah terdiri dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus)
dan pinjaman daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Tiga sumber pertama
langsung dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui APBD, sedangkan yang lainnya dikelola
Pemerintah Pusat melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah.
29
Tabel 3.2 Realisasi pendapatan daerah (dlm milyar rupiah), rata-rata proporsi (%) dan rata-rata
pertumbuhan (%) tahun 2006 – 2010
Jenis 2006 2007 2008 2009 2010 Rata‐Rata
Proporsi Growth
PAD 112,58 121,41 131,79 133,73 186,95 11,08 13,52
Dana Perimbangan 746,40 840,66 924,08 1.025,59 1.121,04 75,54 10,70
Lain2 Pend. drh yg sah 112,03 118,78 152,60 181,74 291,44 13,39 27,00
Pendapatan total 971,01 1.080,86 1.208,46 1.341,05 1.599,43
Berdasarkan data realisasi APBD, pendapatan tahun 2010 sebesar Rp. 1,59 Trilyun
atau selama 5 tahun secara rata-rata tumbuh sebesar 13,29 persen dibandingkan tahun
2006 sebesar Rp. 971 Milyar. Pertumbuhan pendapatan diperoleh dari PAD dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 13,52 persen, Dana Perimbangan dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 10,70 persen dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 27,0 persen. Sedangkan secara proporsi, dana perimbangan
merupakan penyumbang pendapatan terbesar dengan rata-rata sebesar 75,54 persen, Lain-
lain pendapatan daerah yang sah sebesar 13,39 persen, sedangkan PAD rata-rata
menyumbang sekitar 11,08 persen.
Gambar 3.1
Perkembangan Proporsi PAD terhadap Total pendapatan Daerah, Tahu 2007 - 2010
Gambar 3.2
Perkembangan Dana Transfer Pusat Ke Kabupaten Karawang, Tahun 2006 - 2010
Kapasitas fiskal atau kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan daerah yang dijalankan, tanpa tergantung bantuan dari luar,
termasuk dari pemerintah pusat. Rasio kapasitas fiskal daerah adalah komponen PAD
ditambah dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (DBHPBP) serta Bagi Hasil Pajak
dengan Provinsi terhadap nilai pendapatan total. Berdasarkan data tahun 2007 – 2010, nilai
rata-rata kapasitas fiskal Kabupaten Karawang sebesar 36,83 persen, atau masih relatif
30
rendah. Rendahnya kapasitas fiskal atau tingkat kemandirian daerah terlihat dari masih
rendahnya kontribusi PAD dimana nilai rata-rata Tax effort (yang diukur berdasarkan rasio
antara penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PDRB non migas) sebesar
0,25 persen atau dapat dinilai kemampuan membayar pajak masyarakat karawang relatif
masih kecil (kurang dari 1 persen).
Berdasarkan data realisasi belanja daerah tahun 2010 sebesar Rp. 1,548 Milyar,
untuk alokasi belanja langsung (urusan wajib) maupun tidak langsung yang bersifat
pelayanan kepada masyarakat (belanja bansos, subsidi, hibah dan bankeu desa) mencapai
51,13 persen, sedangkan belanja tidak langsung komponen gaji dan tunjangan mencapai
48,87 persen. Besaran belanja gaji dan tunjangan pegawai dimaksud sebagian besar
terserap untuk gaji dan tunjangan tenaga pendidik dan kependidikan sebesar Rp. 509,2
Milyar atau sekitar 67,27 persen, sedangkan belanja gaji dan tunjangan aparatur pelayanan
kesehatan sebesar Rp. 48,5 Milyar atau sekitar 6,41 persen. Belanja transfer kepada
pemerintah desa juga mengalami trend peningkatan baik proporsi maupun pertumbuhan
yang diarahkan untuk penguatan kemampuan keuangan desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Adapun untuk belanja langsung
dialokasikan untuk melaksanakan 24 urusan wajib dan 6 urusan pilihan.
Tabel 3.4 Perkembangan Besaran dan Proporsi Belanja Daerah, 2009 - 2010
No Uraian 2009 2010 Proporsi
(Rp) (Rp) (%)
A Belanja Tidak Langsung
Belanja Gaji dan Tunjangan 638.718.703.305 756.962.438.960 48,87%
Belanja Transfer kepada Pem. Desa 66.750.317.000 81.343.363.000 5,25%
B Belanja Langsung 520.352.781.876 662.793.458.824 42,79%
Belanja Fasilitas Dasar dan Administrasi Umum (Fixedcost)
168.887.666.124 182.313.806.550 11,77%
TOTAL BELANJA 1.274.965.822.798 1.548.841.831.712
Berdasarkan data time series dengan menggunakan rumus eksponensial diperoleh
rata-rata pertumbuhan PAD per tahun sebesar 13,5 persen sehingga diproyeksi pada akhir
tahun 2015 realisasi PAD mencapai angka Rp. 383,8 Milyar sebagaimana diperlihatkan
gambar 3.3. Sedangkan gambar 3.4 memperlihatkan performa APBD Kabupaten Karawang
yang selalu dalam keadaan defisit. Pertumbuhan pendapatan hanya sebesar 15,72 persen,
sedangkan pertumbuhan belanja mencapai 16,68 persen, yang mengakibatkan defisit APBD
selalu muncul dalam trend cenderung semakin besar atau rata-rata sekitar 23,86 persen.
Walaupun defisit dimaksud masih dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan yang
sebagian besar dikontribusi melalui penerimaan SilPa tahun sebelumnya, namun hal
tersebut memperlihatkan pula lemahnya kinerja perencanaan sehingga berdampak pada
kinerja pelaksanaan dan penyerapan anggaran. Oleh sebab itu perlu adanya reorientasi
31
dalam penyusunan formulasi APBD yang lebih mengedepankan optimalisasi Pendapatan
Asli Daerah tanpa menghambat investasi, pengelolaan belanja yang efektif dan efisien
berbasis pada kinerja riil serta pengembangan skema alternatif pembiayaan.
Gambar 3.3 Realisasi Pendapatan, Belanja dan Silpa APBD Tahun 2006 – 2010 (dalam milyaran rupiah)
3.1.2 NERACA DAERAH
Tabel 3.3 Perkembangan Neraca Daerah Kab. Karawang, 2006 - 2009
NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 Growth Rate (%)
1 ASET 1.688.322.931.709,83 1.919.236.053.438,00 1.948.185.471.426,00 2.293.281.035.592,75 0,11
1.1 ASET LANCAR 178.435.614.441,83 204.223.933.897,00 195.415.362.335,00 292.573.887.155,12 0,18
1.1.1 Kas 159.683.415.604,00 185.709.588.066,00 169.568.519.583,00 256.396.961.420,96 0,17
1.1.2 Piutang 1.584.344.260,00 645.803.634,00 2.637.824.774,00 1.101.566.835,00 ‐0,11
1.1.3 Piutang Lain ‐ Lain 9.892.728.223,23 6.861.075.235,00 7.802.081.368,00 19.447.785.564,86 0,25
1.1.4 Persedian 6.215.960.207,60 8.838.896.655,00 12.624.315.732,00 15.119.264.459,30 0,34
1.1.5 Biaya Dibayar Dimuka
1.059.166.147,00 2.168.570.307,00 2.782.620.878,00 508.308.875,00 ‐0,22
1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG
24.257.719.692,00 36.418.340.734,00 37.511.980.312,00 40.693.309.083,22 0,19
1.2.1 Investasi Non Permanen
4.185.589.047,00 9.896.210.089,00 8.830.179.667,00 7.095.192.850,22 0,19
1.2.2 Investasi Permanen
20.072.130.645,00 26.522.130.645,00 28.681.800.645,00 33.598.116.233,00 0,19
1.3 ASET TETAP 1.468.250.211.602,00 1.662.284.997.786,00 1.699.036.460.729,00 1.913.285.509.771,41 0,09
1.3.1 Tanah 257.318.069.364,00 264.393.151.593,00 258.187.198.392,00 260.098.767.406,00 0,00
1.3.2 Peralatan dan Mesin
218.005.226.410,00 245.341.481.608,00 244.670.518.762,00 250.781.222.837,85 0,05
1.3.3 Gedung dan Bangunan
440.391.880.120,00 474.354.037.802,00 419.532.024.531,00 499.049.753.660,90 0,04
1.3.4 Jalan, Jaringan dan Instalasi
508.534.070.553,00 633.593.491.128,00 766.122.616.604,00 883.090.563.249,92 0,20
1.3.5 Aset Tetap Lainnya 44.000.965.155,00 44.602.835.655,00 9.679.295.440,00 7.026.584.227,27 ‐0,46
1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan
‐ ‐ 844.807.000,00 13.238.618.389,47 14,67
1.3.7 Akumulasi Penyusutan
‐ ‐ ‐ ‐
1.4 ASET LAINYA 17.379.385.974,00 16.308.781.021,00 16.221.668.050,00 46.728.329.583,00 0,39
32
NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 Growth Rate (%)
1.4.1 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
0 588.835.550,00 704.415.550,00 634.615.050,00 0,04
1.4.2 Aset Tidak Berwujud
0 ‐ ‐ 71.000.000,00
1.4.3 Aset Lain ‐ lain 17.379.385.974,00 15.719.945.471,00 15.517.252.500,00 46.022.714.533,00 0,38
2 KEWAJIBAN 12.324.946.858,28 15.476.287.076,43 11.788.357.170,78 12.058.862.859,42 ‐0,01
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
7.535.619.895,64 7.573.047.009,43 6.437.356.826,56 8.923.546.633,42 0,06
2.1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
‐ ‐ 3.057.960,00 ‐
2.1.2 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
789.129.841,76 303.988.591,43 360.055.852,56 77.995.545,92 ‐0,54
2.1.3 Utang Jangka Pendek Lainya
6.746.490.053,88 7.269.058.418,00 6.074.243.014,00 8.845.551.087,50 0,09
2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
4.789.326.962,64 7.903.240.067,00 5.351.000.344,22 3.135.316.226,00 ‐0,13
2.2.1 Utang Dalam Negeri
120.055.610,64 3.951.620.033,50 2.675.500.172,11 1.567.658.113,00 1,35
2.2.2 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
4.669.271.352,00 3.951.620.033,50 2.675.500.172,11 1.567.658.113,00 ‐0,30
3 EKUITAS DANA 1.675.997.984.851,55 1.907.711.386.395,07 1.939.072.614.427,33 2.282.789.830.846,33 0,11
3.1 EKUITAS DANA LANCAR
170.899.994.546,19 196.650.886.887,57 188.978.005.508,44 283.650.340.521,70 0,18
3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
153.404.903.132,00 185.709.588.066,00 169.565.461.623,00 246.689.472.038,00 0,17
3.1.2 Cadangan Untuk Piutang
11.477.072.483,23 9.675.449.176,00 13.222.527.020,00 21.057.661.274,86 0,22
3.1.3 Cadangan Untuk Persediaan
6.215.960.207,60 8.838.896.655,00 12.624.315.732,00 15.119.264.459,30 0,34
3.1.4 Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
(7.535.619.895,64) (7.573.047.009,43) (6.434.298.866,56) (8.923.546.633,42) 0,07
3.1.5 Pendapatan yang Ditangguhkan
‐ ‐ ‐ 9.707.489.382,96
3.1.6 Cadangan Biaya Dibayar Dimuka
1.059.166.147,00 ‐ ‐ ‐
3.1.7 Cadangan Kas Dipemegang Kas
6.278.512.472,00 ‐ ‐ ‐
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
1.505.097.990.305,36 1.711.060.499.507,50 1.750.094.608.918,89 1.999.139.490.324,63 0,10
3.2.1 Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
24.257.719.692,00 36.418.340.734,00 37.511.980.312,00 40.693.309.083,22 0,19
3.2.2 Diinvestasiakan Dalam Aset Tetap
1.468.250.211.602,00 1.662.284.997.786,00 1.699.036.460.729,00 1.913.285.509.771,41 0,09
3.2.3 Diinvestasikan Dalam Aset Lainya (Tidak Termasuk Dana Cadangan)
17.379.385.974,00 16.308.781.021,00 16.221.668.050,00 46.728.329.583,00 0,39
3.2.4 Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembanyaran
(4.789.326.962,64) (3.951.620.033,50) (2.675.500.172,11) (1.567.658.113,00) (0,36)
3.2.5 Utang Jangka Panjang
0 0 ‐ ‐
33
NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 Growth Rate (%)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
1.688.322.931.709,83 1.923.187.673.471,50 1.950.860.971.598,11 2.294.848.693.705,75 0,11
Tabel 3.4 Perkembangan Performa APBD Kabupaten Karawang Tahun 2007 - 2010
NO URAIAN 2007 2008 2009 2010
1. PENDAPATAN 1.080.857.138.242,00 1.208.462.961.386,00 1.341.053.546.674,00 1.599.426.320.427,00
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 121.414.897.648,00 131.785.038.542,00 133.730.718.100,00 186.949.234.601,00
1.1.1 Pajak Daerah 53.093.214.205,00 58.543.986.502,00 63.949.267.931,00 77.626.636.142,00
1.1.2 Retribusi Daerah 49.708.456.044,00 52.974.024.598,00 17.636.421.183,00 19.969.650.248,00
1.1.3 HslPeng. Kekayaan daerah yg dipisahkan
1.466.159.328,00 1.995.947.570,00 2.679.111.584,00 3.618.249.854,00
1.1.4 Lain‐lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah 17.147.068.071,00 18.271.079.872,00 49.465.917.402,00 85.734.698.357,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 840.659.182.647,00 924.076.915.725,00 1.025.587.475.224,00 1.121.038.108.120,00
1.2.1 Bagi Hasil Pajak 199.155.195.954,00 205.318.343.386,00 215.802.184.352,00 275.428.565.327,00
1.2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak SDA 9.410.986.693,00 19.745.579.339,00 35.063.318.872,00 34.108.344.793,00
1.2.3 Dana Alokasi Umum (DAU) 622.602.000.000,00 689.521.993.000,00 722.098.972.000,00 714.360.098.000,00
1.2.4 Dana Alokasi Khusus (DAK) 9.491.000.000,00 9.491.000.000,00 52.623.000.000,00 97.141.100.000,00
1.3 LAIN‐LAIN PENDAPATAN DAERAH YG SAH
118.783.057.947,00 152.601.007.119,00 181.735.353.350,00 291.438.977.706,00
1.3.1 Hibah 0,00 0,00 0,00 8.000.000.000,00
1.3.2 Dana Darurat 100.000.000,00 0,00 0,00 950.000.000,00
1.3.3 Dana Bagi Hasil dari Provinsi 69.788.900.000,00 86.326.500.000,00 97.365.500.000,00 106.791.943.306,00
1.3.4 Dana Penyesuaian Otonomi 5.975.065.200,00 6.560.457.800,00 22.641.225.000,00 100.540.868.400,00
Khusus 1.3.5 Dana bantuan Keuangan dari
Provinsi 42.919.092.747,00 59.714.049.319,00 61.728.628.350,00 75.156.166.000,00
1.3.7 Bagi hasil Retribusi dari Provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00
BELANJA DAERAH 1.052.226.593.083,00 1.224.128.958.465,00 1.274.965.822.798,00 1.548.841.831.712,00
1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 623.658.515.771,00 792.051.901.400,00 823.191.311.610,00 1.016.633.303.301,00
5.1.1 Belanja Pegawai 417.558.147.105,00 517.334.704.734,00 580.026.751.948,00 729.085.871.251,00
5.1.2 Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00
5.1.3 Belanja Subsidi 8.784.456.000,00 14.215.864.000,00 43.371.534.300,00 42.626.170.700,00
5.1.4 Belanja Hibah 0,00 154.471.715.666,00 76.222.318.330,00 97.209.855.278,00
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial 129.545.341.791,00 37.221.140.000,00 56.820.390.032,00 66.368.043.072,00
5.1.6 Belanja Bagi Hasil Kpd Pem. Desa
67.770.570.875,00 0,00 31.726.317.000,00 25.852.586.000,00
5.1.7 Belanja Ban. Keuangan Kpd
Pem. Desa 0,00 68.808.477.000,00 35.024.000.000,00 55.490.777.000,00
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 0,00 0,00 0,00 0,00
5.2 BELANJA LANGSUNG 428.568.077.312,00 432.077.057.065,00 451.774.511.188,00 532.208.528.411,00
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 52.489.187.281,00 67.901.612.350,00 72.491.323.013,00 101.736.632.306,00
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 182.603.737.682,00 193.075.720.631,00 181.017.055.026,00 214.812.874.415,00
5.2.3 BELANJA MODAL 193.475.152.349,00 171.099.724.084,00 198.266.133.149,00 215.659.021.690,00
SURPLUS/DEFISIT 28.630.545.159 (15.665.997.079) 66.087.723.876 50.584.488.715
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
156.884.803.055,00 186.833.446.152,00 184.903.461.098,00 246.880.425.861,00
3.1.1 SiLPA Sebelumnya 153.404.903.132,00 178.263.658.214,00 168.235.548.763,00 246.689.472.038,00
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman 187.139.450,00 63.613.500,00 12.995.000,00 6.000.000,00
34
NO URAIAN 2007 2008 2009 2010
3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 3.292.760.473,00 8.506.174.438,00 16.654.917.335,00 184.953.823,00
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
7.250.000.000,00 2.956.610.000,00 4.302.683.983,00 13.548.653.410,00
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) 6.450.000.000,00 2.154.000.000,00 3.160.000.000,00 11.952.765.260,00
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 800.000.000,00 802.610.000,00 1.142.683.983,00 1.595.888.150,00
PEMBIAYAAN NETO 149.634.803.055,00 183.876.836.152,00 180.600.777.115,00 233.331.772.451,00
SILPA 178.265.348.214,00 168.210.839.073,00 246.688.500.991,00 283.916.261.166,00
3.1.3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka mengharuskan Pemerintah Daerah
Kabupaten Karawang untuk berupaya meningkatkan PAD sebagai sumber utama
pendapatan daerah secara wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. kebijakan intensifikasi
dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah perlu terus diupayakan melalui proses analisa
dan perencanaan yang matang tanpa menimbulkan high cost economy terhadap
perkembangan arus investasi.
Pelaksanaan Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, secara legal formal,
dituangkan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah. Selain itu, terdapat juga UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang mengatur hal-hal mengenai kewenangan Pemerintah Daerah dalam
melakukan pemungutan kepada masyarakat daerah guna mendapatkan sumber pendanaan
bagi pembangunan daerah. Dalam prakteknya, instrumen utama yang digunakan adalah
pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing power)
dan transfer ke daerah. UU Nomor 28 Tahun 2009 yang baru saja dikeluarkan dan berlaku
efektif sejak 1 Januari 2010 merupakan salah satu wujud upaya penguatan taxing power
daerah, yaitu dengan perluasan basis pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada,
penambahan jenis pajak daerah dan retribusi daerah, peningkatan tarif maksimum beberapa
jenis pajak daerah, dan pemberian diskresi penetapan tarif pajak.
3.1.3.1 Kerangka Kebijakan Pendapatan daerah melalui :
1. Optimalisasi pendapatan asli daerah yang diarahkan pada :
a. Penyesuaian berbagai peraturan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Pendekatan intensifikasi dalam bentuk perubahan regulasi guna peningkatan nilai
objek pajak tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
daya beli masyarakat.
35
c. Peningkatan pelayanan dan kepatuhan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah
yang dibarengi dengan penerapan akuntabilitas dan pemantapan kinerja pelayanan
unit pemungut dan pengelola pendapatan dalam bentuk insentif, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
d. Perbaikan kinerja dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah
dan Badan Layanan Umum Daerah yang efisien, efektif dan akuntabel dalam rangka
peningkatan kontribusi laba terhadap pendapatan asli daerah.
e. Kebijakan pendayagunaan kekayaan atau aset-aset daerah yang dikelola secara
langsung maupun melalui bentuk kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka
peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
2. Konsep revenue sharing atas perimbangan keuangan Pusat dan Daerah memerlukan
langkah-langkah proaktif Pemerintah Kabupaten Karawang dalam :
a) Melakukan pemantauan, pendataan dan analisa terhadap wajib pajak seperti sumber
daya alam dan kontribusi penerimaan yang disetorkan ke Pusat maupun Propinsi.
b) Berkoordinasi serta melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan
terhadap formula bagi hasil dan dengan Pemerintah Pusat dan Propinsi, sehingga
alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan.
3. Upaya untuk memperoleh alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) diarahkan pada
meningkatkan penyediaan data-data teknis, koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan
terpadu di pusat dan daerah, sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang
didanai APBN dan APBD, serta meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan DAK di daerah. Berdasarkan kebijakan DAK, terdapat beberapa bidang yang
memiliki potensi memperoleh alokasi DAK meliputi : (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3)
Keluarga Berencana; (4) Infrastruktur Jalan; (5) Infrastruktur Irigasi; (6) Infrastruktur Air
Minum; (7) Infrastruktur Sanitasi; (8) Prasarana Pemerintahan Daerah; (9) Kelautan dan
Perikanan; (10) Pertanian; (11) Lingkungan Hidup; (12) Kehutanan; (13) Sarana dan
Prasarana Daerah Tertinggal; (14) Sarana Perdagangan; (15) Transportasi Perdesaan;
(16) Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan; (17) Listrik Perdesaan; (18)
Perumahan dan Permukiman; serta (19) Keselamatan Transportasi Darat.
4. Kebijakan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian merupakan amanat dari UU Nomor
35 Tahun 2008, yang dialokasikan antara lain untuk dana penyesuaian berupa dana
tambahan penghasilan guru PNSD, Dana Insentif Daerah, dana tambahan untuk
tunjangan profesi guru (TPG), dan bantuan operasional sekolah (BOS). Dana Insentif
36
Daerah terutama ditujukan kepada daerah berprestasi yang memiliki kriteria keuangan
dan kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan yang baik, serta tetap mengupayakan
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Sementara itu, dana tambahan untuk
TPG sejalan dengan telah ditetapkan PP Nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi
guru dan dosen, yang dialokasikan mulai tahun 2010. Dana tersebut diberikan kepada
guru dan dosen yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas
profesionalitasnya, sesuai dengan kewenangannya.
3.1.3.2 Kerangka Kebijakan belanja daerah diarahkan pada :
1. Pengalokasian belanja wajib mengikat yaitu besaran belanja tidak langsung kelompok
belanja pegawai dengan memperhitungkan adanya kenaikan gaji pokok dan tunjangan
PNSD dan penambahan formasi CPNS. PNS Daerah dapat diberikan tambahan
penghasilan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2. Bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam rangka pemerataan pembangunan
pedesaan dan peningkatan kinerja aparatur desa melalui Tunjangan Penghasilan Kepala
desa dan Perangkat Desa serta kelembagaan masyarakat desa termasuk melanjutkan
penyediaan bantuan keuangan pembangunan kantor desa bagi desa-desa yang dinilai
memenuhi syarat.
3. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa diarahkan dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam bentuk Alokasi
Dana Desa (ADD);
4. Belanja bantuan sosial diarahkan dalam rangka pemberdayaan organisasi/ kelompok/
anggota masyarakat yang diarahkan pada penguatan aktifitas sosial ekonomi
masyarakat, pembinaan kehidupan beragama yang secara signifikan mendukung
pencapaian IPM serta secara teknis dilakukan melalui mekanisme pengujian atas
kelayakan proposal;
5. Belanja Subsidi diarahkan khususnya kepada lembaga pendidikan dasar dan menengah
sebagai upaya mengurangi biaya pendidikan siswa serta dalam rangka akselerasi
pencapaian wajib belajar 9 tahun;
6. Belanja Hibah diarahkan dalam rangka penguatan fungsi lembaga/ badan, perusahaan
daerah maupun organisasi kemasyarakatan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah, peningkatan pelayanan kepada
37
masyarakat serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah;
3.1.3.3 Kerangka Kebijakan pembiayaan daerah diarahkan pada :
1. Penerimaan Pembiayaan melalui penerimaan hasil Piutang Daerah baik piutang pajak
maupun penerimaan piutang lainnya.
2. Pengeluaran Pembiayaan dilaksanakan melalui penyertaan modal, penanaman saham di
Bank Jabar Banten, pembayaran hutang daerah termasuk pembiayaan belanja
infrastruktur melalui anggaran kegiatan tahun jamak.
3. Pembentukkan Dana Cadangan diperuntukkan bagi pembiayaan biaya pemilihan kepala
daerah tahun 2015 yang dimulai pengalokasiannya pada Tahun Anggaran 2013.
3.1.3.4 Kerangka Kebijakan pembiayaan non APBD melalui hibah pihak ketiga dan
melalui Coorporate Social Responsibility (CSR).
38
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Sosial Budaya
1. Permasalahan di bidang pendidikan, meliputi : (1) rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat yang ditandai dengan angka rata-rata lama
sekolah (RLS) masih berada pada angka 6,8 atau setingkat Kelas 1
SMP; (2) rendahnya partisipasi sekolah pada jenjang SLTP dan SLTA
yang diperlihatkan oleh APK SLTP dan SLTA; (3) Masih terdapatnya
angka putus sekolah; (4) Masih rendahnya kualitas sarana dan
prasarana pendidikan; (5) masih belum optimalnya penerapan tata
kelola pendidikan.
2. Permasalahan di bidang kesehatan, meliputi : (1) Masih rendahnya
perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat; (2) Masih adanya
potensi resiko kematian ibu melahirkan dan bayi yang diperlihatkan
oleh Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang
masih ada namun dalam tingkat yang relatif masih rendah
dibandingkan provinsi dan nasional; (3) Masih terdapatnya penderita
gizi buruk dan bayi berat badan lahir rendah; (4) intensitas penyakit
berbasis lingkungan antara lain demam berdarah dan potensi penyakit
fillariasis; (5) Masih belum meratanya pemenuhan akses pelayanan
kesehatan dasar dan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih di
wilayah perdesaan.
3. Permasalahan di bidang pemuda dan olahraga lebih diperlihatkan
pada masih minimnya sarana dan prasarana olahraga masyarakat
khususnya di pedesaan.
4. Permasalahan di bidang pemberdayaan perempuan lebih diperlihatkan
pada masih terdapatnya tindak kekerasaan perempuan serta kasus
trafficking.
39
5. Permasalahan di bidang kesejahteraan sosial meliputi : (1) tingkat
kemiskinan masih tinggi yaitu di atas 30 persen dari jumlah penduduk;
(2) kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) terutama kelompok anak jalanan, anak
terlantar, lanjut usia terlantar, gelandangan dan pengemis di
perkotaan, ketuna susilaan serta penyalahgunaan narkoba; (3) Belum
sinerginya pemerintah bersama masyarakat dan swasta dalam
pembentukan dan keberfungsian modal sosial.
4.1.2 Ekonomi
1. Permasalahan perekonomi daerah secara makro meliputi : (1)
masih rendahnya daya beli masyarakat; (2) Masih rendahnya
kualitas pertumbuhan ekonomi makro yang diperlihatkan dari
kontribusi sektor industri yang tinggi namun relatif rendah dalam
menyerap angkatan kerja sehingga terjadi pelimpahan tenaga
kerja ke sektor-sektor informal yang memiliki nilai tambah relatif
rendah.
2. Permasalahan di bidang pertanian, perikanan dan peternakan
meliputi : (1) skala usaha sektor pertanian relatif rendah dan tidak
bankable dengan kepemilikan lahan rata-rata 0,3 Ha; (2) Usaha-
usaha pengolahan hasil pertanian dan perikanan belum
berkembang dalam skala tertentu sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah dan menyerap tenaga kerja; (3)
3. Permasalahan di bidang industri dan perdagangan meliputi : (1)
Belum kuatnya posisi IKM dalam rantai nilai industri daerah
sehingga mampu bermitra usaha dalam penyediaan input bagi
industri skala besar yang ada; (2) Masih rendahnya inovasi IKM
dalam mengembangkan mutu dan desain produk yang mampu
bersaing; (3) belum berkembangnya industri kreatif sebagai
alternatif pengembangan industri daerah; (4) masih rendahnya
skala usaha dan peluang pasar produk IKM; Masih rendahnya
akses IKM dalam pembiayaan.
40
4. Permasalahan di bidang koperasi dan UMKM : (1) Tingkat
kesejahteraan anggota relatif kecil dilihat dari rata-rata SHU yang
diterima oleh anggota, sedangkan dilain pihak, koperasi belum
mampu memanfaatkan peluang pasar, kemampuan ekspansi
terbatas, akses kepada perbankan atau sumber pendanaan
(investasi luar) masih minim terlihat komposisi modal usaha; (2)
belum berkembangnya jiwa kewirausahaan UMKM yang mandiri;
(3) Kelembagaan UMKM tidak bankable sehingga sulit untuk
mengakses pembiayaan di sektor perbankan.
5. Permasalahan di bidang tenaga kerja, meliputi : (1) masih
terdapatnya angka pengangguran; (2) masih rendahnya
kompetensi sumberdaya tenaga kerja; (3) masih adanya
perselisihan ketenagakerjaan; (4) kesempatan kerja di sektor
formal belum secara masif mampu menyerap angkatan kerja; (5)
masih minimnya advokasi, sosialisasi dan perlindungan bagi calon
tenaga kerja ke luar negeri yang diperlihatkan dengan masih
rendahnya daya beli masyarakat.
4.1.3 Infrastruktur Wilayah
1. Permasalahan bidang sarana dan prasarana jalan meliputi : (1) Masih
rendahnya tingkat kemantapan konstruksi jalan; (2) Masih rendahnya
kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur jalan di pedesaan;
Secara umum panjang jaringan jalan di Kabupaten Karawang adalah
2.737,36 km, meliputi Jalan Negara 46,34 Km (1,69 %), Jalan
Propinsi 48,19 Km (1,76 %), Jalan Kabupaten 864,53 Km (31,58 %).
Sedangkan jalan non-status meliputi jalan desa sepanjang 1.778,3
Km (64,96 %). Jaringan jalan sekitar 50,68% kondisinya tidak mantap
meliputi Jalan Negara 23,17 Km (47,83 %), Jalan Propinsi 24,10 Km
(50,01 %), Jalan Kabupaten 430,87 Km (49,96 %). Sedangkan jalan
non-status meliputi jalan desa sepanjang 909,15 Km (51,12 %).
Faktor penyebab ketidakmantapan jalan di Kabupaten Karawang
adalah:
a. Kondisi daya dukung tanah (angka CBR) di Kabupaten Karawang
yang kurang dari persyaratan teknis jalan, sebesar 1,6 – 5,98%
41
sementara secara teknis minimal daya dukung tanah minimal 6
%.
b. Kondisi drainase jalan belum memenuhi standar teknis dan
sebagian ruas jalan belum memiliki saluran drainase.
c. Jaringan jalan kabupaten pada awalnya sebagian besar
merupakan jalan inspeksi pengairan yang tidak direncanakan
sebagai jalan umum dengan lebar sesuai standar.
d. Kondisi indisipliner dari para supir dengan muatan berlebih dari
kendaraannya melebihi tonase jalan yang ditetapkan.
2. Permasalahan bidang perumahan dan permukiman meliputi : (1)
masih rendahnya cakupan pelayanan dasar permukiman antara lain
air bersih, sanitasi lingkungan dan prasarana jalan lingkungan; (2)
rata-rata kondisi kepemilikan tanah di permukiman yang tidak
beraturan sehingga menyebabkan munculnya potensi lingkungan
kumuh. (3) Masih tingginya angka backlog serta masih rendahnya
akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan
khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (4) masih
rendahnya cakupan pelayanan air bersih terutama masyarakat
berpenghasilan rendah; (5) masih terbatasnya cakupan pelayanan
persampahan dimana pertumbuhan volume sampah dan lokasi
pembuangan akhir seiring dengan semakin sempitnya ruang lahan
pembuangan. pengolahan sampah di TPA belum menerapkan pola
sanitary landfill, pengelolaan sampah secara 3R belum berkembang
secara luas di masyarakat.
3. Permasalahan bidang perhubungan, komunikasi dan infromatika (1)
Masih rendahnya sarana dan prasarana lalu lintas; (2) Belum
terwujudnya manajemen lalu lintas yang berbasis tata ruang yang
secara terintegrasi menghubungkan antar moda transportasi; (3)
Belum berkembangnya penerapan e-government dalam
penyelenggaraan administrasi publik.
4. Permasalahan bidang sumberdaya air dan irigasi meliputi : (1) masih
rendahnya fungsi koordinasi antar level pemerintahan dalam
42
pengelolaan air irigasi; (2) kondisi jaringan irigasi yang belum
memadai dalam mendukung pembangunan sektor pertanian dan
perikanan; (3) masih minimnya keterlibatan masyarakat khususnya
pengguna air irigasi dalam pemeliharaan.
5. Permasalahan bidang infrastruktur listrik dan energi yaitu masih
terdapatnya wilayah dan kelompok penduduk yang belum mendapat
cakupan pelayanan jaringan listrik.
4.1.4 Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
Permasalahan di bidang tata ruang dan pengembangan wilayah
adalah belum sinerginya program-program pembangunan dalam konteks
pengembangan wilayah berbasis tata ruang. Implementasi pengembangan
wilayah baik berfungsi pusat kegiatan lokal (PKL) maupun pusat pelayanan
lokal belum diterapkan secara nyata.
4.1.5 SDA dan Lingkungan Hidup
1. Kondisi pencemaran air dan udara memperlihatkan beberapa
parameter yang menunjukkan terjadinya peningkatan titik ambang
batas.
2. Permasalahan Kawasan Pesisir dan Pantai, yaitu intrusi dan
pencemaran air laut. Degradasi lingkungan di kawasan pesisir
disebabkan oleh fenomena alam seperti abrasi dan akrasi pantai,
konversi lahan mangrove menjadi tambak, dan tidak
berkelanjutannya praktek pengelolaan lahan di daerah hulu DAS
serta pendangkalan muara sungai karena sedimentasi.
4.1.6 Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan
1. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan sudah berjalan
dengan baik, namun belum secara penuh seluruh perangkat
daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
2. Struktur organisasi perangkat daerah belum terbentuk secara
mantap sehingga sering menimbulkan inefisiensi. Dalam konteks
besaran organisasi secara kriteria tergolong memadai, namun
proliferasi (pemekaran) struktur birokrasi terjadi pada struktur di
43
level unit-unit kerja tanpa memperhatikan beban kerja dan
ketersediaan sumberdaya aparatur.
3. Penyesuaian terhadap regulasi Pemerintah dalam kerangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah sering
diterjemahkan dalam bentuk program kerja operasional, namun
sering melupakan aspek kepranataan meliputi juklak, juknis dan
Norma, Standar, Pedoman dan Ketentuan (NSPK) sebagai
pedoman pelaksanaannya, sehingga keberlanjutan pelaksanaan
program kebijakan menjadi tidak terarah dan bahkan berhenti di
tengah jalan.
4. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berbasis sistem
informasi sudah berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah dan
prosedur pengelolaan keuanga. Capaian akuntabilitas keuangan
daerah saat ini pada level wajar dengan pengecualian yang
disebabkan belum optimalnya pengelolaan neraca aset.
5. Kondisi kuantitas aparatur secara umum cukup besar, namun
secara kualitas dan untuk kebutuhan kualifikasi teknis tertentu
masih relatif terbatas. Sistem manajemen kepegawaian saat ini
belum mampu mendorong pendayagunaan aparatur baik kinerja
maupun kesejahteraan sesuai prinsip profesionalisme birokrasi .
6. Pelaksanaan fungsi koordinasi perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi pembangunan belum secara optimal
dilakukan secara terpadu yang didukung adanya ketersediaan
data yang valid dan akurat.
4.1.7 Pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat belum mampu mencapai
tujuan yang diharapkan. Secara kuantitas, sudah banyak jumlah program
yang bertujuan pemberdayaan, namun seringkali justru kurang memberikan
ruang bagi pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pola pemberdayaan lebih
difokuskan pada apa yang diberikan oleh pemerintah, namun tidak diarahkan
untuk mendorong munculnya potensi-potensi swakarsa masyarakat menuju
masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa sudah berjalan, namun masih terkendala dengan aspek
44
kemampuan keuangan desa. Di lain pihak, kemampuan perangkat desa
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di desanya masih harus terus didorong baik aspek
kemampuan SDM, aspek kinerja dan disiplin.
4.2 Isu Strategis
1. Masih rendahnya aksesabilitas dan cakupan pelayanan sosial
masyarakat terutama pelayanan pendidikan, kesehatan dan
penanggulangan masalah kesejahteraan sosial.
2. Kualitas pertumbuhan ekonomi yang secara riil belum terdukung
dengan kekuatan potensi ekonomi lokal, ketersediaan sumberdaya
tenaga kerja yang kompeten, kelembagaan usaha ekonomi
masyarakat yang tidak bankable, keterkaitan IKM dalam posisi
rantai nilai industri dan kapasitas inovasi serta kewirausahaan
para pelaku usaha KUKM.
3. Masih rendahnya ketersediaan dan keterjangkauan infrastruktur
wilayah.
4. Belum efektif dan efisiennya penyelenggaraan pemerintahan
daerah dalam rangka pelayanan publik, penumbuhkembangan
modal sosial di masyarakat serta penerapan prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang didukung dengan profesionalisme dan
akuntabilitas birokrasi.
5. Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penerapan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan.
45
BAB V
PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
VISI
“KARAWANG SEJAHTERA BERBASIS PEMBANGUNAN BERKEADILAN DILANDASI IMAN
DAN TAQWA”
Penjelasan :
Sejahtera ; yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat secara lahir dan bathin melalui
bentuk-bentuk pelayanan yang baik dan menyeluruh, sehingga masyarakat memperoleh akses
atas kebutuhan hidup dengan kondisi masyarakat memiliki keberdayaan secara sosial dan
ekonomi, sehingga mampu melangsungkan kehidupan individu maupun kemasyarakatan secara
layak serta mampu menghadapi kondisi akibat perubahan global.
Pembangunan Berkeadilan ; yaitu kondisi yang menjamin pelaksanaan pembangunan di seluruh
sektor secara prioritas, proporsional dan selaras dengan mengutamakan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan melalui pengembangan kapasitas penyelenggaraan
pemerintahan, sinsergitas dan keterlibatan partisipasi sektor swasta dan masyarakat.
Iman dan Taqwa ; yaitu landasan yang berada dalam koridor tuntutan kebenaran hakiki dalam
mewujudkan masyarakat yang menjalankan ajaran agama yang diyakini, melalui pembangunan
yang berkualitas dan budaya agamis dalam kehidupan sehari-hari serta mewujudkan kerukunan
antar dan intern umat beragama, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan toleransi
terhadap keragaman budaya dan peningkatan daya saing.
MISI, sebagai Kerangka Logis Pembangunan Jangka Menegah 2011-2015
Dalam Visi yang telah ditetapkan, dirumuskan 5 (lima) misi yang memuat tujuan, sasaran dan
strategi sebagai kerangka logis pembangunan dalam periode kepemimpinan Kepala Daerah
terpilih, sebagai berikut :
Misi 1 : Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang cerdas,
sehat, berbudaya dan religius yang Harmonis
Misi 2 : Penguatan Struktur Dan Kelembagaan Ekonomi Daerah
Misi 3 : Meningkatan Pelayanan Ketersediaan Infrastruktur Wilayah
Misi 4 : Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan
Misi 5 : Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing misi diuraikan dalam matriks berikut :
48
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta
sasarannya perlu dipertegas tentang upaya atau cara untuk mencapai tujuan
dan sasaran misi tersebut melalui strategi pembangunan daerah yang akan
dilaksanakan selama lima tahun hingga tahun 2015.
Kebijakan pembangunan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran
misi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kebijakan pembangunan
tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan selama
periode tahun 2011 – 2015 berdasarkan urusan pemerintahan.
Misi 1.
Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya
dan religius yang Harmonis
Kebijakan:
1. Bidang Pendidikan
a. Mengalokasikan anggaran untuk meringankan beban biaya pendidikan;
b. Peningkatan mutu dan kesejahteraan tenaga pendidik;
c. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang berstandar;
d. Pengembangan layanan perpustakaan;
e. Meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan luar sekolah;
f. Penguatan dan pelaksanaan regulaisi, pranata serta norma standar
pedoman dan ketentuan (NSPK) bidang pendidikan;
g. Penguatan kelembagaan dan manajemen sumberdaya manusia;
h. Penguatan fungsi perencanaan, evaluasi dan pengendalian program
kerja penyelenggaraan pendidikan yang berbasis data dan informasi.
i. Pembangunan Institut Kelautan dan Perikanan Nasional (IKPN)
2. Bidang Perpustakaan
Pengembangan layanan perpustakaan.
3. Bidang Kesehatan
a. Pengembangan desa siaga menuju desa sehat;
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Asuransi Semesta
(Universal Coverage);
c. Penurunan resiko kematian ibu, bayi dan balita;
49
d. Pelayanan vaksinasi dasar lengkap;
e. Mewujudkan sistem surveillans dan monitoring;
f. Pengadaan dan pemerataan obat serta perbekalan kesehatan;
g. menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih;
h. Penanggulangan Gizi Kurang;
i. Peningkatan sarana kesehatan yang terstandar dan terakreditasi;
j. Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan;
k. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
4. Bidang Keluarga Berencana
Penyediaan pelayanan, penyuluhan dan advokasi kesehatan reproduksi.
5. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan perempuan;
b. Penyediaan pelayanan rehabilitasi, penyuluhan dan advokasi terhadap
tindak kekerasan dan trafficking.
6. Bidang Sosial
a. Meningkatkan fungsi sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) penerima manfaat;
b. Sinkronisasi kebijakan dan pelaksanan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan.
7. Bidang Kepemudaan dan Olahraga
a. Pembinaan kelembagaan kepemudaan;
b. Pengembangan prestasi atlet daerah dan pembangunan sarana
olahraga;
c. Peningkatan prestasi olah raga.
8. Bidang Kebudayaan
a. Pengembangan kapasitas pelaku budaya;
b. Pengembangan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal;
c. Pelestarian situs sejarah dan budaya.
9. Bidang Pengembangan nilai-nilai keagamaan
a. Pembinaan kehidupan antar dan inter umat beragama;
b. Fasilitasi dan pembinaan aktifitas kehidupan keagamaan.
50
Misi 2:
Penguatan struktur dan kelembagaan ekonomi daerah
Kebijakan:
1. Bidang Pertanian
a. Pengembangan usaha-usaha agribisnis pertanian komoditas tanaman
pangan dan hortikultura melalui penyediaan sarana dan prasarana
produksi, pemberdayaan kelembagaan, penerapan inovasi dan
teknologi pertanian, pengembangan industri pengolah hasil pertanian;
b. Pengembangan sistem dan sumberdaya penyuluh pertanian;
c. Pengembangan sektor peternakan diarahkan pada peningkatan skala
usaha melalui rintisan pola agribisnis, fasilitasi desain produk,
penanganan produksi dan pengendalian penyakit ternak.
d. Rintisan pengembangan one village one product sektor pertanian.
e. Pembangunan terminal agribisnis daerah.
2. Bidang Kelautan dan Perikanan
a. Pengembangan sentra-sentra produksi perikanan menuju
pengembangan kawasan minapolitan.
b. Pembangunan Rumah Potong Hewan berbasis tata ruang.
3. Bidang Industri
a. Pengembangan regulasi, fasilitasi dan iklim usaha bagi masuknya
investasi sektor industri;
b. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah yang mampu
memanfaatkan posisi dalam rantai nilai industri dan potensi sumber
daya lokal melalui pengembangan sentra IKM, kemitraan usaha,
pengembangan kelembagaan dan kewirausahaan IKM.
c. Rintisan pengembangan one village one product sektor industri
4. Bidang Perdagangan
a. Pengembangan regulasi, fasilitasi dan iklim usaha serta sarana
prasarana perdagangan dalam mendukung sistem distribusi barang
produksi dan konsumsi;
b. Pengembangan kerjasama perdagangan dalam rangka mendukung
promosi produk unggulan daerah.
51
5. Bidang Pariwisata
a. Penyediaan fasilitasi, regulasi dan iklim usaha kepariwisataan daerah;
b. Pengembangan sarana dan prasarana obyek daya tarik wisata
(ODTW);
c. Pembinaan dan Pemberdayaan pelaku usaha serta kemitraan sektor
pariwisata daerah.
6. Bidang Ketenagakerjaan
a. Peningkatan kualitas angkatan kerja daerah yang berbasis kebutuhan
pasar tenaga kerja;
b. Penyediaan informasi ketenagakerjaan;
c. Pengembangan kebijakan, pembinaan dan pengawasan regulasi
bidang ketenaga kerjaan.
7. Bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan UMKM dan sistim
kelembagaan Koperasi;
b. Meningkatkan skala usaha KUMKM melalui faslitisasi pembiayaan,
pengembangan kerjasama, promosi dan akses pasar, pengembangan
inovasi dan teknologi serta standarisasi desain produk;
c. Membangun dan meningkatkan lembaga ekonomi mikro dan menengah
dengan system bagi hasil yang proporsional. Strategi yang
direncanakan adalah membangun lembaga lembaga ekonomi mikro
dan menengah dengan sistim bagi hasil.
Misi 3
Meningkatkan Pelayanan Ketersediaan Infrastruktur Wilayah
Kebijakan
1. Bidang Tata Ruang
a. Melaksanakan percepatan penyelesaian regulasi daerah, standar dan
pedoman bidang penataan ruang;
b. Meningkatkan koordinasi dan pemantapan keterpaduan pemanfaatan
serta pengendalian ruang wilayah yang selaras dengan pola dan
struktur ruang wilayah.
c. Menetapkan kawasan rawan bencana dan mengembangkan sistem
penanganan bencana.
d. Jalan antar kawasan
52
2. Bidang Pekerjaan Umum
a. Mengembangkan ruas jalan Kolektor primer penghubung antar pusat
kegitan (PKW - PKL, dan antar PKL) pada ruas jalan kabupaten
diarahkan pada :
1). Meningkatkan kualitas konstruksi jalan sesuai dengan kelas dan
fungsi jalan (persyaratan lebar minimal perkerasan 7 m, bahu jalan
1,5 m, drainase 1m);
2). Meningkatkan status jalan kabupaten menjadi jalan provinsi dan
nasional;
3). Membangun ruas jalan baru yang mendukung pengembangan
wilayah, sesuai ketentuan teknis, kelas dan fungsi jalan yang
direncanakan;
4). Meningkatkan segmen jalan lintas yang masih di bawah standar
untuk memenuhi persyaratan lebar minimum (6 m dengan
memperhatikan kondisi lokasi).
b. Meningkatkan infrastruktur jalan penghubung pusat pengembangan
wilayah (kolektor sekunder PKL/PPL dan antar PPL) pada ruas jalan
Kabupaten:
1). Meningkatkan kualitas konstruksi jalan sesuai dengan kelas dan
fungsi jalan (persyaratan lebar minimal perkerasan 4 m, bahu jalan
1 m, drainase 1 m);
2). Meningkatkan segmen jalan Lintas yang Masih di Bawah Standar
untuk memenuhi persyaratan lebar minimum (4 m dengan
memperhatikan faktor lokasi).
c. Meningkatkan infrastruktur jalan pedesaan dengan diarahkan pada
meningkatkan infrastruktur jalan poros desa penghubung PPK/PPL
dengan desa, diarahkan pada Peningkatan kemantapan struktur
konstruksi jalan rigid/hotmix (persyaratan lebar minimal perkerasan 3,5
m, bahu jalan 0,75 m, drainase 0,5 m);
d. Mempertahankan kondisi konstruksi jembatan sesuai rencana umur
teknis yang telah ditetapkan:
1). Membangun jembatan penghubung pada lokasi strategis;
2). Optimalisasi manajemen pemeliharaan konstruksi jembatan.
53
e. Meningkatkan koordinasi pemanfaatan, efisiensi penyaluran,
pengembangan dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan
memperhatikan kualitas,kuantitas dan kontiunitas aliran;
f. Meningkatkan upaya-upaya konservasi sumberdaya air dan
keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai;
g. Mengembangkan sistim prasarana pengendalian banjir dan
penanganan abrasi pantai;
h. Kajian Data Teknis jalan, jembatan dan pengairan;
i. Mengembangkan pelayanan jaringan air bersih bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan wilayah rawan air bersih;
j. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja pelayanan air bersih;
k. Mengembangkan kebijakan pengolahan air limbah secara partisipatif;
l. mengembangkan sistim regulasi, manajemen dan sarana prasarana
pelayanan persampahan;
m. Pengembangan kebijakan dan penataan lingkungan kumuh
pemukiman;
n. Penataan taman kota dengan memperhatikan aspek estetika, fungsi
dan nilai arsitektural;
o. Penyediaan lapang olahraga masyarakat di Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
p. Penataan bangunan publik yang memiliki nilai histori, religi dan fungsi
sosial lainnya;
q. menyediakan instrumen kebijakan, mekanisme dan fasilitasi
penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang terjangkau baik
melalui mekanisme pasar maupun mekanisme yang bertumpu pada
keswadayaan masyarakat.
r. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan saluran irigasi berbasis
partisipasi masyarakat.
3. Bidang Perhubungan
a. Meningkatkan kualitas sarana prasarana perhubungan yang terintegrasi
dalam sistem jaringan transportasi;
b. Mengembangkan kebijakan sistim jaringan transportasi daerah;
c. Penegakan hukum dan disiplin lalu lintas, angkutan dan jalan.
54
Misi 4 :
Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Kebijakan :
1. Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan manajemen kepegawaian dan
peningkatan kualitas SDM aparatur;
b. Pengembangan kebijakan, penataan struktur organisasi,
ketatalaksanaan dan sisitim prosedur kerja berbasis Teknologi
Informasi (TI);
c. Pengembangan kebijakan dan pengelolaan pendapatan dan
pembiayaan daerah;
d. Pengembangan sistem akuntansi keuangan daerah yang akuntabel;
e. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana aparatur sesuai
kebutuhan dan standarisasi yang ditetapkan;
f. Pengembangan kebijakan dan pengelolaan barang milik daerah;
g. Pengembangan kebijakan penanaman modal dan pelayanan perizinan;
h. Melaksanakan Pemeriksaan dan Pembinaan Secara Komprehensif
Serta Penilaian Terhadap Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah seluruh OPD;
i. Peningkatan kapasiti legislatif;
j. Fasilitasi peningkatan peran dan fungsi parpol serta orsos/ormas.
2. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil
Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil.
3. Bidang Perencanaan Pembangunan
a. Pengembangan kebijakan perencanaan, pengendalian dan evaluasi
pembangunan berbasis data.
b. Pembuatan master plan sistrm penyediaan air minum se Kabupaten
Karawang
c. Pembuatan master plan pembangunan jalan-jalan di Kabupaten
Karawang dari jalan-jalan batang-cabang sampai jalan-jalan ranting
d. Pembuatan master plan pembangunan dan perbaikan saluran irigasi
yang sistematis
55
4. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
a. Pembinaan, pendidikan politik dan bela negara;
b. Koordinasi dan Pengendalian Gangguan Ketertiban Umum dan
Ketentraman Masyarakat.
5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
a. Pengembangan kebijakan, pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan
administrasi pemerintahan desa;
b. Pengembangan kebijakan, pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
desa;
c. Penguatan pembiayaan pembangunan desa.
Misi 5 :
Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk
Pembangunan Yang Berkelanjutan
Kebijakan :
1. Bidang Lingkungan Hidup
a. Meningkatkan upaya-upaya perlindungan, pengendalian pencemaran
dan pemantauan kualitas air dan udara;
b. Meningkatkan upaya-upaya rehabilitasi lingkungan hidup dengan
melibatkan peran serta masyarakat;
c. Meningkatkan upaya-upaya koordinasi dan penegakan hukum,
pengawasan AMDAL, UPL/UKL, pelaksanaan penyusunan KLHS;
d. Mengembangkan sistem informasi manajemen lingkungan hidup;
e. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana laboratorium pengujian
Lingkungan Hidup;
f. Mengembangkan sistim regulasi, metode dan sarana prasarana
pelayanan persampahan;
g. Mengembangkan penerapan pengelolaan sampah 3R berbasis
masyarakat;
h. Peningkatan kapasitas SDM terutama PPNS bidang lingkungan hidup;
i. Penanganan lahan kritis dan pesisir pantai.
Dalam rangka pencapaian pada masing-masing misi perlu difokuskan melalui
beberapa agenda prioritas :
56
Agenda prioritas Misi Pertama, MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
MASYARAKAT YANG CERDAS, SEHAT, BERBUDAYA DAN RELIGIUS
YANG HARMONIS, diarahkan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 6.1
AGENDA PRIORITAS 1.1. PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS
PELAYANAN PENDIDIKAN
No Tematik Fokus
1 Penuntasan Wajar Dikdas
9 Tahun dan Rintisan
Wajar Dikdas 12 Tahun
1. Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Kabupaten sinergi dengan BOS Pusat
dan Provinsi
2. Subsidi biaya operasional SMA
3. Pembangunan Ruang Kelas Baru
4. Peningkatan kesejahteraan pendidik dan
tenaga kependidikan
5. Peningkatan sarana belajar sesuai
standarisasi yang ditetapkan (Laboratorium,
perpustakaan, ruang guru, ruang penjaga,
ruang TU, WC, lapangan olah raga, Prasarana
lingkungan sekolah)
2 Pengembangan pendidikan
kejuruan
1. Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan
berbasis kebutuhan dunia usaha/ dunia
industri
2. Peningkatan sarana dan prasarana SMK yang
terstandar
3. Subsidi SMK
3 Peningkatan Mutu
pendidikan dan
kesejahteraan Guru
1. Pemberian beasiswa tugas belajar
2. Fasilitasi sertifikasi standar kompetensi guru
3. Peningkatan kemampuan guru bidang studi
4. Peningkatan mutu peserta didik
4 Penyelenggaraan
Pendidikan Non Formal
1. Pelestarian keberaksaraan fungsional
2. Pendidikan kesetaraan
57
Tabel 6.2 AGENDA PRIORITAS 1.2. PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN
No Tematik Fokus
1
Pengembangan sistem
jaminan kesehatan
(Universal coverage)
Penyediaan dana dan peningkatan sistem
pelayanan jaminan kesehatan bagi masyarakat
2 Pelayanan kesehatan ibu
dan anak
1. Penanggulangan gizi buruk
2. Pemberdayaan Posyandu
3. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
(terutama bidan desa)
3 Peningkatan kinerja
pelayanan kesehatan primer
1. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas
rawat inap dan puskesmas rawat inap mampu
PONED secara bertahap sesuai standar yang
berlaku
2. Optimalisasi kinerja pelayanan Poskesdes
4 Pemberantasan penyakit
menular dan penyakit tidak
menular
1. Pelayanan vaksinasi dasar lengkap
2. Pencegahan dan penanggulangan KLB
Penyakit
3. Pengembangan system surveillance
5 Peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat
1. Peningkatan upaya-upaya promosi kesehatan
2. Peningkatan kebersihan dan kesehatan
lingkungan
6 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
1. Peningkatan Program pelayanan keluarga
berencana
Tabel 6.3
AGENDA PRIORITAS 1.3 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN
BERAGAMA YANG HARMONIS
No Tematik Fokus
1 Peningkatan kerukunan
hidup antar dan inter umat
beragama
1. Pengembangan komunikasi antar dan inter
umat beragama
2. Pengembangan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan bermasyarakat
2 Pembinaan dan fasilitasi
kegiatan sosial keagamaan
1. Pembinaan kelembagaan sosial keagamaan
2. Peningkatan sarana dan prasarana
keagamaan
58
Tabel 6.4 AGENDA PRIORITAS 1.4. PENINGKATAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL No Tematik Fokus
1 Peningkatan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan
1. Optimalisasi kinerja tim koordinasi
penanggulangan kemiskinan daerah
2. Penyusunan dan Evaluasi pelaksanaan
RPJM Penanggulangan kemiskinan
2 Peningkatan pelayanan
penyandang masalah
kesejahteraan sosial
1. Penyediaan dan pemberdayaan panti
rehabilitasi sosial
2. Penanganan masyarakat korban bencana
3 Peningkatan Upaya-upaya
pemberdayaan perempuan
1. Advokasi, fasilitasi penanganan dan
perlindungan anak dan perempuan
2. Sukses program PKK
Tabel 6.4
AGENDA PRIORITAS 1.5. PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SEJARAH, TRADISI DAN BUDAYA
No Tematik Fokus
1 Pelestarian situs sejarah dan
budaya
1. Penataan monumen Rengasdengklok
2. Penataan Situs Candi Jiwa
3. Pembangunan Kampung Budaya
Agenda prioritas Misi Kedua PENGUATAN STRUKTUR DAN KELEMBAGAAN EKONOMI DAERAH, diarahkan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 6.5
AGENDA PRIORITAS 2.1.
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH
No Tematik Fokus
1 Revitalisasi sektor pertanian
1. Pengembangan komoditas unggulan sebagai
rintisan one vilage one product
Pengembangan varietas benih adaptif
2. Optimasi lahan dan sumberdaya air bagi
pertanian
3. Penguatan kelembagaan kelompok tani
dalam bentuk Koperasi Tani yang bankable
4. Peningkatan kinerja penyuluhan pertanian
5. Pengembangan desain dan standar mutu
beras karawang
6. Pengawasan peredaran pupuk dan pestisida
7. Fasilitasi teknologi dan mekanisasi pertanian
59
2 Pengembangan sentra
produksi perikanan (mina
bisnis)
1. Pengembangan sentra produk-produk olahan
hasil perikanan
2. Peningkatan sarana dan prasarana TPI,
TPHT
3. Penguatan kelembagaan kelompok nelayan
dan pembudidaya dalam bentuk Koperasi
nelayan dan pembudidaya yang bankable
4. Pengembangan desain dan standar mutu
hasil perikanan
3 Pengembangan IKM
1. Penataan sentra IKM Unggulan menuju one
village one product sektor industri.
4
Pengembangan pasar
1. Penataan pasar milik pemerintah
2. Fasilitasi pengembangan pasar desa
3. Terminal agribisnis (diutamakan Pasar Induk
Beras)
4. Pembangunan sarana dan prasarana Rumah
Potong Hewan (RPH) berbasis tata ruang
5 Penguatan kapasitas usaha
KUMKM
1. Pengembangan kebijakan, fasilitasi dan
penyediaan skema pembiayaan KUMKM
2. Pembinaan kelembagaan dan kewirausahaan
KUMKM
6 Penyediaan fasilitas, regulasi
dan iklim usaha
kepariwisataan daerah
1. Pemantapan manajemen perencanaan ODTW
2. Pembuatan RIPPDA
7 Pengembangnan sarana dan
prasarana obyek daya tarik
wisata ( ODTW )
1. Pembuatan dan peningkatan sarana dan
prasarana kampong budaya dan wisata
gerbang karawang ( 3 tahun )
2. Peningkatan sarana dan prasarana ODTW
bukit singgabuana ( 4 tahun )
Tabel 6.6
AGENDA PRIORITAS 2.2
PENURUNAN ANGKA PENGANGGURAN DAN PERLINDUNGAN
KETENAGAKERJAAN
No Tematik Fokus
1 Perluasan Kesempatan Kerja
1. Peningkatan Kualitas SDM Tenaga Kerja
2. Penyediaan Sistim Informasi Bursa Tenaga
Kerja
3. Pengembangan Regulasi Penempatan
Tenaga Kerja
60
2 Perlindungan Ketenagakerjaan
1. Penerapan Sistem Pengawasan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kerja
2. Pengembangan Regulasi dan Pengawasan
Kebijakan UMK
3. Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (PHI)
4. Perlindungan TKI
Agenda prioritas Misi Ketiga MENINGKATAN PELAYANAN KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR WILAYAH, diarahkan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 6.7
AGENDA PRIORITAS 3.1
PENGEMBANGAN SISTIM TRANSPORTASI KABUPATEN
No Tematik Fokus
1 Peningkatan Jaringan Jalan dan Jembatan
1. Mengembangkan ruas jalan Kolektor primer
penghubung antar pusat kegitan (PKW - PKL,
dan antar PKL) pada ruas jalan kabupaten
2. Meningkatkan infrastrutur jalan penghubung
pusat pengembangan wilayah (kolektor
sekunder PKL/PPL dan antar PPL) pada ruas
jalan Kabupaten
3. Meningkatkan infrastruktur jalan pedesaan
dengan diarahkan pada meningkatkan
infrastruktur jalan poros desa penghubung
PPK/PPL dengan desa
4. Pembangunan Jembatan Penghubung
Strategis
5. Jalan antar kawasan
2 Pengembangan Sistim Moda Transportasi
1. Pengembangan Regulasi sistim transportasi
Kabupaten
2. Pembangunan Terminal
3. Peningkatan sarana prasarana tranportasi
61
Tabel 6.8
AGENDA PRIORITAS 3.2
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
No Tematik Fokus
1 Peningkatan upaya upaya
pemanfaatan sumber daya
air secara berkelanjutan
1. Pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan
Infrastruktur Irigasi berbasis partisipasi
masyarakat
2. Perlindungan sumber daya air
2 Pengembangan sistem
prasarana pengendalian
banjir
1. Penyusunan masterplan mitigasi bencana
2. Penanganan abrasi pantai
3. Koordinasi penanganan wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS)
Tabel 6.9
AGENDA PRIORITAS 3.3
PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA DASAR PEMUKIMAN DAN
PERUMAHAN
No Tematik Fokus
1 Peningkatan akses dan mutu
pelayanan air minum
1. Pelayanan Air Bersih Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
2 Peningkatan kualitas
lingkungan permukiman dan
perumahan
1. Penataan Lingkungan Kumuh Permukiman
(Penataan Kampung Layak Huni, meliputi
Jalan Lingkungan, Drainase dan Sanitasi
Lingkungan )
Tabel 6.10
AGENDA PRIORITAS 3.4
PENYEDIAAN PRASARANA BANGUNAN PEMERINTAHAN DAN RUANG PUBLIK
No Tematik Fokus
1 Penyediaan bangunan
Pemerintahan dan ruang
publik
1. Penataan Gedung Kantor Pemerintah
2. Pembangunan Public Space (prototype
karangpawitan) di Pusat Kegiatan Lokal
(PKL)
3. Penataan Taman Kota
62
Agenda prioritas Misi Keempat MENINGKATKAN KUALITAS TATA KELOLA
PEMERINTAHAN, diarahkan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 6.11
AGENDA PRIORITAS 4.1
PEMANTAPAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
No Tematik Fokus
1 Pengembangan sistem
Administrasi pelayanan
publik
1. Penataan sistem dan prosedur kerja
pelayanan publik (PTSP, LPSE, e-KTP)
2. Peningkatan sarana dan prasarana kerja
yang terstandar
2 Peningkatan kinerja dan
kesejahteraan aparatur
1. Peningkatan kapasitas SDM aparatur (formal,
teknis dan fungsional)
2. Penyusunan regulasi dan penerapan
penilaian kinerja
3. Peningkatan tunjangan kesejahteraan
pegawai
3 Peningkatan akuntabilitas,
efektivitas dan efisiensi
pengelolaan keuangan
daerah
1. Peningkatan dan optimalisasi pengelolaan
PAD
2. Pengembangan sistem manajemen aset
daerah
3. Pengembangan sistem akuntansi keuangan
daerah
4. Peningkatan sistem perencanaan
pengendalian dan evaluasi pembangunan
daerah berbasis data
5. Peningkatan sistem pengawasan dan
pengendalian internal
4 Meningkatkan upaya-upaya
terciptanya masyarakat tertib
sosial dan tertib hukum
1. Pengembangan sistem regulasi dan
penegakan peraturan daerah
2. Peningkatan kapasitas lembaga legislatif
3. fasilitasi peningkatan peran dan fungsi partai
politik dan organisasi sosial kemasyarakatan
4. Meningkatkan pembinaan trantibmas, satuan
perlindungan masyarakat dan unsur rakyat
terlatih lainya
63
Tabel 6.12
AGENDA PRIORITAS 4.2
PEMANTAPAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
No Tematik Fokus
1 Fasilitasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan
Pembangunan Perdesaan
1. Pengembangan sistem dan penerapan
regulasi, serta pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan desa
2. Fasilitasi peningkatan kemampuan keuangan,
perangkat, kelembagaan dan administrasi
desa
3. Pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan desa
Agenda prioritas Misi Kelima MENINGKATKAN DAYA DUKUNG DAN DAYA
TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP, diarahkan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 6.13
AGENDA PRIORITAS 5.1
PENINGKATAN UPAYA PENANGANAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
No Tematik Fokus
1 Upaya perlindungan dan
pengendalian pencemaran
lingkungan hidup
1. Peningkatan sarana prasarana laboratorium
pengujian lingkungan hidup
2. Peningkatan kapasitas SDM (diutamakan
PPNS Bidang LH)
3. Penegakan peraturan bidang LH
4. Peningkatan upaya-upaya pengujian kualitas
air dan udara
2 Upaya peningkatan kualitas
lingkungan hidup
1. Penyediaan ruang terbuka hijau
2. Pengembangan area mangrove di pesisir
pantai (green belt area dan silvo fishery)
3. Penanganan lahan kritis (vegetasi DAS)
64
Tabel 6.14
AGENDA PRIORITAS 5.2
PELAYANAN PERSAMPAHAN
No Tematik Fokus
1 Peningkatan kualitas
cakupan pelayanan
persampahan
1. Peningkatan penyediaan sarana prasarana
(TPSS,TPS) dan metoda pengolahan sampah
di TPA menggunakan sistem sanitary landfill)
2. Pengembangan sistem pengolahan sampah
3R (Recycle, Reduce, Reuse) berbasis
masyarakat