bab i pendahuluan -...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pengelolaan sumberdaya air terpadu diciptakan untuk menggantikan sistem pengembangan dan pengelolaan sumber daya air tradisional, dengan ciri - ciri pendekatan yang akan diterapkan, yaitu hulu - hilir (upstream- downstream) serta pendekatan berbasis teknis dan sektor (Ditjen SDA, 2007; Kodoatie dan Sjarief, 2008; UU No. 27 Tahun 2004). Menurut Kodoatie (2008), konsep pengendalian banjir harus dilakukan secara terpadu baik in-stream (badan sungai) maupun off-stream (DAS-nya) secara metode struktur (tugas pembangunan) dan non struktur (tugas umum pemerintahan), sehingga akan tercapai integrated flood control and river basin management. Prinsip dasar pengendalian banjir yang telah dilakukan adalah dengan mengalirkan air sungai yang masuk ke Jakarta, ditampung dan dikendalikan debit serta arahnya agar tidak memasuki wilayah tengah kota. Pada daerah tinggi terdapat drainase yang menyalurkan air secara gravitasi, dengan sendirinya, sedangkan pada daerah rendah, menggunakan sistem polder yang ditampung kemudian dipompa ke saluran pengendali. Namun upaya ini belum membawa dampak signifikan untuk penanggulangan banjir Jakarta. Bencana banjir besar tetap melanda Jakarta terutama pada tahun 1976, 1996, 2002, dan 2007. Menurut Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, kejadian banjir di Jakarta pada tahun 1996 menjadi tragedi nasional yang menjadi pusat perhatian. Pada tahun 2002 dan 2007, banjir kembali melanda Jakarta dan sekitarnya dengan dampak yang lebih luas dan parah. DKI Jakarta memiliki sekitar 40 % dari luas wilayahnya yang tergolong dataran rendah. Air hujan yang jatuh diatas lahan dengan elevasi dibawah +2.00 m tidak lagi dapat mengalir ke laut secara gravitasi, sehingga memerlukan rekayasa drainase dengan timbunan atau pemompaan. Permasalahan ini sudah menjadi

Upload: lylien

Post on 17-Sep-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendekatan pengelolaan sumberdaya air terpadu diciptakan untuk

menggantikan sistem pengembangan dan pengelolaan sumber daya air tradisional,

dengan ciri - ciri pendekatan yang akan diterapkan, yaitu hulu - hilir (upstream-

downstream) serta pendekatan berbasis teknis dan sektor (Ditjen SDA, 2007;

Kodoatie dan Sjarief, 2008; UU No. 27 Tahun 2004). Menurut Kodoatie (2008),

konsep pengendalian banjir harus dilakukan secara terpadu baik in-stream (badan

sungai) maupun off-stream (DAS-nya) secara metode struktur (tugas

pembangunan) dan non struktur (tugas umum pemerintahan), sehingga akan

tercapai integrated flood control and river basin management.

Prinsip dasar pengendalian banjir yang telah dilakukan adalah dengan

mengalirkan air sungai yang masuk ke Jakarta, ditampung dan dikendalikan debit

serta arahnya agar tidak memasuki wilayah tengah kota. Pada daerah tinggi

terdapat drainase yang menyalurkan air secara gravitasi, dengan sendirinya,

sedangkan pada daerah rendah, menggunakan sistem polder yang ditampung

kemudian dipompa ke saluran pengendali. Namun upaya ini belum membawa

dampak signifikan untuk penanggulangan banjir Jakarta. Bencana banjir besar

tetap melanda Jakarta terutama pada tahun 1976, 1996, 2002, dan 2007. Menurut

Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, kejadian banjir di Jakarta pada tahun 1996

menjadi tragedi nasional yang menjadi pusat perhatian. Pada tahun 2002 dan

2007, banjir kembali melanda Jakarta dan sekitarnya dengan dampak yang lebih

luas dan parah.

DKI Jakarta memiliki sekitar 40 % dari luas wilayahnya yang tergolong

dataran rendah. Air hujan yang jatuh diatas lahan dengan elevasi dibawah +2.00 m

tidak lagi dapat mengalir ke laut secara gravitasi, sehingga memerlukan rekayasa

drainase dengan timbunan atau pemompaan. Permasalahan ini sudah menjadi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

2

perhatian sejak jaman kolonial Belanda, sehingga pemerintah kolonial Belanda

membangun Banjir Kanal Barat (BKB) yang bertujuan sebagai pengendali aliran

air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke DKI Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta dialiri oleh tiga belas (13) aliran sungai, seperti yang

disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Tiga Belas (13) Aliran Sungai di Wilayah Provinsi DKI Jakarta (Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane)

Pembangunan Banjir Kanal Barat (BKB) merupakan ide ahli tata kelola air,

Herman van Breen, yang dibangun untuk melindungi kawasan Kota dari banjir

tetapi tidak melindungi daerah - daerah lainnya dan mengalirkan debit banjir 100

tahunan yang datang dari Sungai Ciliwung, kali – kali kecil di sekitarnya serta

beberapa stasiun pompa. Sungai Ciliwung berperan penting dalam menyuplai

debit aliran ke BKB tergantung pada tata guna lahannya (Master Plan NEDECO,

1973). Pada dasarnya, BKB berperan untuk melindungi permukiman, bangunan –

bangunan non pertanian, prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air

tanah dan sumber air baku, prasarana transportasi air serta mengakibatkan beban

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

3

sungai di bagian hilir saluran kolektor bisa dikendalikan. Oleh karena itu, alur-

alur di bagian hilir tersebut dan saluran kanal yang ada dimanfaatkan sebagai

sistem makro drainase kota untuk mengatasi banjir genangan di Jakarta.

Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan dapat

dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Potongan Utara - Selatan Wilayah Provinsi DKI Jakarta

(Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane)

Faktor yang menjadi kontributor utama banjir di Jakarta adalah jumlah

aliran permukaan dari hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung yang

melampaui kapasitas tampung badan atau aliran sungai. DAS Ciliwung

merupakan salah satu sungai utama yang bermuara di Teluk Jakarta. Perubahan

fungsi lahan baik di dalam wilayah Jakarta maupun wilayah penyangganya, yaitu

Depok, Tangerang, Bogor dan Bekasi diakibatkan oleh pembangunan dan

urbanisasi, perubahan lahan di wilayah sekitar DAS, buruknya sistem drainase,

penurunan permukaan tanah (land subsidence) akibat meningkatnya eksploitasi

dan penggunaan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air domestik, pemanfaatan

bantaran sungai sebagai pemukiman yang mempersempit badan sungai,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

4

pembuangan sampah dan limbah pabrik ke sungai, dan sebagainya. Menurut

Asdak (2010), salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS telah

mengalami gangguan (fisik) adalah angka koefisien aliran permukaan (C). Aliran

permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di ataspermukaan

tanah akibat laju curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah,

kemudian mengalir di permukaan menuju ke sungai, danau dan lautan.

Banjir Kanal Barat (BKB) Jakarta mengalami penyempitan yang

disebabkan oleh adanya konversi badan air untuk perumahan, sedimentasi dan

pembuangan sampah secara sembarangan, serta pengaruh peningkatan pasang air

laut dan penurunan tanah di daerah Jakarta Utara pun menyebabkan daerah

Jakarta Utara semakin rentan terhadap banjir. Penyebab utama peningkatan banjir

di perkotaan adalah perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS)

karena adanya peningkatan kebutuhan perumahan dan industri sebagai

konsekuensi dari pengembangan kota. Perubahan tata guna lahan di suatu daerah

resapan atau daerah konservasi menjadi perumahan dapat meningkatkan debit 5

sampai 20 kali lipat, sedangkan perubahan tata guna lahan dari daerah resapan

menjadi industri dapat meningkatkan debit 6 sampai 25 kali lipat debit sungai

normal (Kodoatie, 2003). Sejak BKB dibangun pada tahun 1920 sampai 2006,

kanal buatan pemerintah kolonial ini belum pernah dikeruk sehingga terjadi

pendangkalan akibat endapan lumpur yang terbawa air dari hulu, sampah dan

endapan - endapan akibat aktivitas manusia terbawa dari saluran - saluran lebih

kecil yang masuk ke BKB.

1.2. Rumusan Masalah

Dinamika perubahan lingkungan tersebut cenderung mengalami

penurunan kualitas lingkungan fisik, baik dari fungsi ekologis (keseimbangan

siklus hidrologi) maupun fungsi ekonomis (penurunan kuantitas dan kualitas

sumberdaya alam yang dimanfaatkan). DAS Ciliwung memiliki peranan penting

dalam analisis kapasitas tampung Banjir Kanal Barat (BKB). Pola penggunaan

lahan di DAS Ciliwung Hulu dan Tengah mengarah pada buruknya kondisi DAS

tersebut. Lahan yang meresapkan air dan bak tampungan mengalami penurunan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

5

yang signifikan seiring dengan perkembangan dan pembangunan (pemukiman,

hotel, vila, jalan, industri, dan lainnya) di DAS Ciliwung Hulu yang tidak sesuai

arahan penataan ruang dan daya dukung lahan kawasan tersebut. Hal tersebut

mengakibatkan penurunan kapasitas tampung BKB, sedangkan debit dan

kecepatan aliran yang masuk bertambah besar. Pada tahun 1996, 2002 dan 2007,

BKB jebol di beberapa titik karena tidak mampu menahan gerusan dan beban

gaya karena adanya peningkatan debit banjir yang mengakibatkan daerah di

sekitarnya menjadi tergenang oleh air yang meluap, sehingga diadakan proyek

penurapan atau revitalisasi BKB oleh Direktorat Jenderal Sumberdaya Air

Kementrian Pekerjaan Umum pada tahun 2007-2009 untuk mengalirkan air

Sungai Ciliwung ke BKB secara optimal. Namun upaya tersebut belum dapat

mengembalikan fungsi BKB dalam mengalirkan debit aliran (banjir) dengan baik.

Oleh karena itu, diperlukan analisis kapasitas BKB dalam menampung debit

banjir rancangan dalam beberapa periode ulang dan sistem aliran lainnya.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis debit banjir rencana yang masuk ke Banjir Kanal Barat (BKB)

periode ulang 2, 5 dan 10 tahun

2. Menganalisis kemampuan kapasitas eksisting Banjir Kanal Barat (BKB)

Jakarta dalam menampung debit banjir rancangan periode ulang 10 tahun dan

sistem aliran lainnya (pompa – pompa dan sungai – sungai kecil).

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mencakup manfaat sebagai berikut :

1. Dasar pendukung dalam analisis pengaruh tingkat kemampuan bangunan Banjr

Kanal Barat (BKB) dalam menampung debit air sungai yang berasal dari hulu

dan pasang surut dari hilir bangunan tersebut.

2. Saran masukan dalam menentukan arah kebijakan pemerintah dalam

pengelolaan dan pengaturan tata ruang DKI Jakarta.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

6

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Banjir Kanal Barat (Master Plan Flood Control)

Upaya pengendalian Banjir Jakarta pada awal pembangunannya oleh Jan

Pieterz Coen di awal abad ke 17 berkonsep pada kota air (waterfront city). Banjir

Kanal Barat (BKB) dibangun atas gagasan Prof.Ir. Van Breen dari Burgelijke

Openbare Werken (BOW), cikal bakal Departemen PU, pada tahun 1920-an, yang

membentang sepanjang 17,3 km. Pembangunan saluran kolektor banjir ini dimulai

dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu

membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah

Abang, Tomang, Grogol dan berakhir di sebuah reservoar di muara, daerah Pluit.

Prinsip pengendalian banjir Provinsi DKI Jakarta disajikan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Prinsip Pengendalian Banjir Provinsi DKI Jakarta

(Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane)

Banjir Kanal Barat (BKB) merupakan kumpulan dari beberapa aliran dari

beberapa sungai utama yang secara keseluruhan memiliki daerah tangkapan

sebesar 7.500 hektar (ha). Pintu Air Karet dan Pintu Air Manggarai merupakan

bangunan yang difungsikan sebagai pengaturan aliran dan debit air. Hingga saat

ini Pintu Air Manggarai masih difungsikan sebagai pengatur aliran air di BKB dan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

7

pengatur debit air. Pemilihan wilayah Manggarai sebagai titik awal pembangunan

saluran kolektor dengan pertimbangan wilayah tersebut relatif aman dari

gangguan banjir. BKB memiliki elevasi tinggi muka air maksimum 6,30 m pada

bagian hulu dan 0,00 m dari permukaan laut pada bagian muara, lebar 40 meter

dengan daya tampung normal 220 m3/detik. (Arfin, 2002)

BKB termasuk dalam jenis drainase sistem gravitasi. Drainase sistem

gravitasi adalah sistem drainase perkotaan dengan cara menampung dan

membuang limpasan air hujan dan membuangnya ke badan air (receiving waters)

terdekat lewat sistem pembawa terdiri dari saluran tersier, sekunder, dan primer,

berfungsi untuk menyalurkan genangan yang terjadi pada daerah tangkapan yang

lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Sistem gravitasi akan menemui kesulitan

apabila terjadi pengendapan sedimen, energi yang terbatas khususnya dalam

drainase pasang surut. Sistem pembawa harus menjamin dapat menampung debit

banjir maksimum dan ketinggian muka air banjir di sepanjang saluran drainase

dan diusahakan selalu dibawahpermukaan tanah diseluruh daerah tangkapan

drainase. Kemiringan dasar saluran dan muka air ditentukan berdasarkan

kemiringan muka tanah rata - rata, ketinggian dasar saluran tergantung pada

ketinggian muka air banjir dan kedalaman air yang dipakai. Saluran drainase

sistem gravitasi direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana dengan

aman, perencanaan teknis saluran drainase mengikuti tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan debit rencana.

2. Menentukan jalur (trase) saluran.

3. Merencanakan profil memanjang saluran.

4. Merencanakan penampang melintang saluran.

5. Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan dan fasilitas sistem drainase.

Awal perencanaan pengendalian banjir yang dibuat atas kerjasama antara

Pemerintah RI dan konsultan NEDECO (Belanda) pada tahun 1973 meliputi :

1. Kali – kali yang masuk wilayah DKI Jakarta ditangkap dan dirubah alirannya

agar tidak melalui tengah kota, tetapi mengelilingi Jakarta balik ke bagian

Barat maupun Timur dengan pembangunan banjir kanal

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

8

2. Aliran kali – kali yang tidak tertangkap oleh banjir kanal dibangun saluran

pengendali banjir baik ke bagian Barat maupun Timur Jakarta

3. Saluran drainase yang terletak di daerah dengan ketinggian yang cukup

pengalirannya menggunakan sistem mengalir ke tempat yang lebih rendah

4. Daerah yang permukaannya rendah sistem drainasenya dengan sistem waduk

dan pompa (polder), waduk berperan sebagai penampungan air, pengendali

banjir, pengelola limbah dan rekreasi

5. Daerah dataran tinggi (hulu) untuk menghambat laju aliran dari daerah hulu

dilakukan konservasi alam, memperbanyak bangunan situ – situ sebagai

tempat penampungan (retensi) air.

Prinsip dasar desain Banjir Kanal terdiri dari :

1. Banjir Kanal di desain untuk mengatasi banjir periode 100 tahunan

2. Alignment horisontal banjir kanal didasarkan pada Town Planning Board of

Jakarta; prinsip alignment horisontal banjir kanal adalah sebagai penutup atau

polder terhadap daerah – daerah yang berada di bawah muka air pasang laut

sehingga penerapan sistem drainase secara gravitasi tidak dapat diterapkan

dan mengurangi limpasan aliran yang dating dari daerah yang lebih tinggi

3. Alignment vertikal dan cross sections setiap banjir kanal mempertimbangkan

pengaruh pengurangan beban akibat sedimentasi di sepanjang lintasan alur

banjir kanal pada suatu ttitik dengan cara sedimentasi dialihkan ke tempat lain

yang relatif lebih rendah dan dekat dengan laut

4. Tinggi muka air pada hulu banjir kanal berdasarkan tinggi muka air laut

5. Ambang batas tinggi muka air desain banjir kanal harus melebihi 1,5 m

6. Secara eksisting banjir kanal harus dilengkapi dengan sebuah pintu air yang

mampu menaikan tinggi muka air sehingga aliran dapat dialirkan secara

gravitasi ke hilir

7. Kemiringan lereng atau tanggul banjir kanal didasarkan pada hasil investigasi

Mekanika Tanah. Khusus untuk Banjir Kanal Barat, kemiringan tanggul

antara 1 : 2 sampai 1 : 1,5 (vertikal ; horisontal). Konstruksi tanggul harus

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

9

tahan terhadap erosi yang dihitung berdasarkan aliran lateral yang masuk ke

banjir kanal

8. Prinsip struktur konstruksi banjir kanal secara desain umum adalah :

- Desain banjir dengan periode 2 tahunan harus mampu mengalirkan aliran

secara aman saat berada di bawah konstruksi jembatan

- Tanggul di bawah jembatan harus memiliki ketinggian lebih dari 1,5 m

dari desain banjir rencana 100 tahunan

- Lebar banjir kanal tidak harus selebar pintu air

1.5.2. Hidrologi

Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

hidrologi, seperti besarnya curah hujan, debit sungai, tinggi muka air sungai,

kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai dan lain - lain akan selalu berubah

terhadap waktu. Secara luas, hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air termasuk

transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di

bawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan

sumber dan penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.

(Soemarto, 1995)

Analisis hidrologi digunakan dalam menentukan debit banjir rancangan

yang ditetapkan sebagai dasar penentuan kapasitas bangunan dan untuk

mendimensi bangunan hidraulik termasuk bangunan di sungai, sedemikian hingga

kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung oleh

banjir tidak boleh terjadi selama besaran banjir tidak terlampaui (Sri Harto, 1993).

Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan,

data hujan dan luas daerah tangkapan air. Beberapa tahapan untuk menentukan

debit banjir rencana adalah menghitung curah hujan rata – rata daerah, curah

hujan rencana, melakukan uji keselarasan untuk menentukan metode yang

memenuhi uji sebaran, menghitung intensitas hujan dan debit banjir rencana.

Data curah hujan didapatkan dari stasiun hujan yang tersebar di daerah

pengaliran sungai. Data yang tercatat merupakan data curah hujan harian, yang

kemudian diolah menjadi data curah hujan harian maksimum tahunan dan akan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

10

diubah menjadi debit banjir rencana periode ulang tertentu. Data curah hujan ini

lebih lengkap dibandingkan dengan data debit, sebab agar dapat menggunakan

data debit harus tersedia lengkung debit (rating curve) yang dapat mencakup debit

banjir saat muka air banjir rendah sampai dengan maksimum. Pengukuran tinggi

muka air banjir dan kecepatan air banjirnya dilakukan per segmen dalam suatu

penampang melintang sungai (cross section). Hal ini sangat sulit dilakukan karena

membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak sedikit, antara lain petugas

pencatat seringkali mengalami kesulitan pembacaan media papan skala

(peilschale) dalam pengukuran ketinggian muka air banjir pada saat banjir terlalu

tinggi atau terlalu deras, perlu adanya konstruksi jembatan dan terkadang sulit

memprediksi kapan waktu terjadi banjir sehingga pengukuran tidak tepat.

1.5.3. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah bentuk perwujudan usaha manusia dalam

menggunakan sumberdaya alam atau lahan, yang di dalamnya terdapat komponen

usaha, sedangkan penutupan lahan adalah bentuk perwujudan fisik dari

penggunaan yang direncanakan ataupun tidak (Rustiadi et al., 2010). Penggunaan

lahan berdasarkan Arsyad (2006) dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan

besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan

komoditi yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau

tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Perbedaan intensitas tata guna lahan

akan mempengaruhi volume aliran air hujan di permukaan yang kemudian masuk

ke dalam badan sungai, sedangkan air hujan yang akan dialirkan tergantung dari

tingkat kekedapan penutup lahan terhadap air.

1.5.4. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana di sungai atau

saluran alamiah dengan periode ulang tertentu (QTh) yang dapat dialirkan tanpa

membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Yang dimaksud dengan

debit banjir periode ulang tertentu adalah debit banjir yang rata – rata terjadi satu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

11

kali dalam T tahun. Periode ulang ini disesuaikan oleh jenis konstruksi bangunan,

seperti yang disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Klasifikasi Periode Ulang Berdasarkan Jenis Konstruksi

Jenis Konstruksi Periode Ulang

Bendungan tipe urugan (earth/rockfill dam) 1000

Bendungan konstruksi beton (mansory and concrete dam) 500 – 1000

Bendung (weir) 50 – 100

Saluran pengelak banjir 20 – 50

Tanggul 10 – 20

Saluran drainase 5 – 10 Sumber : Suripin, 2004

Penentuan debit banjir rencana dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

melalui pengolahan data debit dan melalui pengolahan data hujan.

Debit banjir rancangan ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan:

ukuran dan jenis proyek

ketersediaan data dan dana

kepentingan daerah yang dilindungi

resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan

kebijaksanaan politik

Debit rencana sungai – sungai yang mengalir ke wilayah DKI Jakarta disajikan

pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Debit Rencana Sungai di Wilayah DKI Jakarta

No Nama Kanal / Sungai Debit Rencana (m

3/detik)

Pola Induk 1973 Pola Induk 1997

1 Cengkareng drain 390 620

2 Mookaevart 100 125

3 Angke 210 290

4 Pesanggrahan 160 290

5 Banjir Kanal Barat 450 670

6 Ciliwung 370 570

7 Krukut 125 135

8 Banjir Kanal Timur (rencana) 340 370

9 Cipinang 77 85

10 Sunter 105 110

11 Buaran + Jatikramat 62 95

12 Cakung 60 84 Sumber :Proyek Induk Ciliwung – Cisadane, 1999

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

12

Metode rasional perhitungan debit banjir rencana yang digunakan

berdasarkan kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan (Tabel 1.3)

Disamping kriteria tersebut, metode rasional diperuntukkan pada DAS yang tidak

seragam (homogen), dimana DAS dapat dibagi - bagi menjadi beberapa sub DAS

yang seragam atau pada DAS dengan sistem saluran yang bercabang - cabang.

Metode rasional dipergunakan untuk menghitung debit dari setiap sub - DAS.

Tabel 1.3. Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan

Luas DAS (ha) Periode Ulang (tahun) Metode Perhitungan Debit Banjir

< 10 2 Rasional

10 – 100 2 – 5 Rasional

101 – 500 5 – 20 Rasional

> 500 10 – 25 Hidrograf satuan Sumber : Suripin, 2004

Asumsi - asumsi metode rasional dalam perhitungan debit banjir rencana

(Chow dkk.,1988 ; Loebis, 1984) adalah sebagai berikut :

1. Curah hujan mempunyai intensitas yang merata di seluruh daerah aliran untuk

durasi tertentu.

2. Debit yang terjadi (debit puncak) bukan hasil dari intensitas hujan yang lebih

tinggi dengan durasi yang lebih pendek dimana hal ini berlangsung hanya

pada sebagian DPS yang mengkontribusi debit puncak tersebut.

3. Lamanya curah hujan sama dengan waktu konsentrasi dari daerah aliran.

Dengan kata lain waktu konsentrasi merupakan waktu terjadinya run off dan

mengalir dari jarak antara titik terjauh dari DPS ke titik inflow yang ditinjau.

4. Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang sama.

1.5.5. Kapasitas Saluran

Analisis debit banjir rencana dapat dijadikan dasar perencanaan kapasitas

saluan dan dimensinya yang disebut sebagai analisis hidraulika. Kegiatan analisa

ini dilakukan dengan bantuan program HEC – RAS 4.1.0. (Hydraulics

Engineering Center’s River Analysis System). Analisis hidraulika meliputi

pemodelan sistem sungai, analisis sensitivitas koefisien Manning, simulasi aliran

untuk kondisi eksisting dan simulasi aliran pada beberapa alternatif rencana

pengendalian banjir. Dengan menggunakan program ini, maka dapat diketahui

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

13

profil dari muka air saat terjadi banjir yang memuat dimensi Banjir Kanal Barat

(BKB) termasuk bantarannya, panjang saluran, koefisien manning dan elevasi

dasar saluran.

1.5.6. Program HEC – RAS versi 4.1.0

Analisa hidraulika dalam pengerjaannya dilakukan dengan program bantu

HEC – RAS 4.1.0. Hydrologic Engineering Center – River Analysis System (HEC

- RAS) dikembangkan oleh ahli teknik hidrologi (U.S Army Corps). HEC-RAS

adalah sebuah sistem yang menyeluruh dari software, didesain untuk penggunaan

yang interaktif dalam lingkungan yang bervariasi. Gambaran tampilan HEC –

RAS 4.1.0 dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar1.4. Tampilan Utama Program HEC – RAS versi 4.1.0 (Sumber : Users Manual of HEC-RAS)

Program HEC – RAS 4.1.0 memiliki dua jenis asumsi aliran yaitu aliran

tetap (steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow). Steady flow merupakan

aliran dimana salah satu dari komponen kecepatan, debit dan penampang

melintang (cross section), kemungkinan mengalami perbedaan di setiap titiknya,

namun tidak berubah terhadap waktu. Sedangkan unsteady flow merupakan aliran

dimana kecepatan atau debitnya berubah terhadap waktu. Namun jika rata - rata

perubahan kecepatan dan debit tersebut hampir sama, aliran dapat dikategorikan

steady flow).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

14

Ruang lingkup HEC-RAS meliputi beberapa aspek dari teknik hidrologi, yaitu :

- Hidrolika sungai

- Simulasi sistem resevoar

- Analisa kerusakan akibat banjir

- Perkiraan waktu riil (real time) sungai atau saluran untuk pengoperasian

reservoar.

Data hidraulika dasar yang dibutuhkan dalam program HEC – RAS 4.1.0 adalah

sebagai berikut :

1. Data Geometri

a. Skema Sistem Saluran

Skema sistem saluran diperlukan untuk penentuan berbagai data geometri

lainnya dalam HEC - RAS. Skema menggambarkan berbagai laju aliran sungai

dihubungkan. Skema dari suatu sistem aliran dikembangkan melalui

penggambaran dan menghubungkan berbagai laju aliran kedalam pengeditan data

geometri. Hubungan dari setiap laju aliran dapat mengetahui proses perhitungan

yang harus dilakukan. Hubungan dari laju aliran ini ditandai dengan adanya suatu

simpangan yang hanya ditetapkan pada lokasi, dimana dua arus yang terpisah

menyatu pada suatu titik pertemuan.

b. Geometri Potongan Melintang

Batas geometri adalah profil permukaan tanah (potongan melintang) dan besar

jarak antara keduanya. Potongan melintang berfungsi untuk mengetahui dan

menampilkan perubahan pada suatu saluran atau sungai seperti kemiringan,

bentuk (roughness), menganalisa dampak dari kondisi lokal pada kedalaman

aliran aliran rendah dan penentuan penempatan reservoar. Data yang diperlukan

untuk menentukan potongan melintang adalah :

- panjang laju aliran bagian hilir

- koefisien roughness dan perluasan (expansion)

c. Koefisien Kehilangan Energi

Persamaan yang digunakan dalam melakukan analisa hidraulika pada program

ini adalah dengan dasar persamaan garis energi, seperti yang disajikan pada

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

15

Gambar 1.5. Profil permukaan air dihitung dari satu potongan melintang ke

potongan melintang lainnya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Y2 + Z2 + α2V22 = Y1+ Z1 + α1V1

2+ he

2g 2g …………..………………..…….(1.1) (Users Manual of HEC-RAS)

Keterangan :

Y1,Y2 = kedalaman air pada potongan melintang

Z1,Z2 = elevasi dari saluran utama

V1,V2 = kecepatan rata – rata

α1, α 2 = koefisien pemberatan kecepatan

g = kecepatan gravitasi

he = energi yang hilang

Gambar 1.5. Gambaran dari Persamaan Energi (Sumber : Users Manual of HEC-RAS)

'

Energi yang hilang (he) antara dua potongan melintang terdiri dari

kehilangan akibat kekasaran dan kontraksi aliran air yang dapat dirumuskan

menjadi :

he= L Sf + C α2V22

α1V12

2g 2g ………..……...…………………...….(1.2) (Users Manual of HEC-RAS)

Keterangan :

L = panjang pembebanan

S = kemiringan friksi diantara dua potngan melintang

C = koefisien kehilangan akibat perluasan

Panjang pembebanan (L) dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

16

L = Llob Qlob +Lch Qch +Lrob Qrob

Qlob + Qch + Qrob …..………..…………...………..….(1.3)

(Users Manual of HEC-RAS)

Keterangan :

Llob , Lch , Lrob = panjang jangkauan potongan melintang untuk aliran

overbank kiri, saluran utama dan overbank kanan

Qlob,Qch , Qrob = perhitungan rata – rata dari aliran antara bagian –

bagian untuk overbank kiri, saluran utama dan

overbank kanan

Perhitungan debit yang melewati suatu tampang menggunakan persamaan

Manning dan tampang melintang saluran dibagi menjadi beberapa subdivisi atau

pias antara lain saluran sebelah kiri, saluran utama dan saluran sebelah kanan

seperti ditunjukan pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6. Kekasaran Dasar Saluran

(Sumber : Users Manual of HEC-RAS)

Persamaan perhitungan debit melalui pias - pias tersebut di atas adalah:

Q = KS1/2

K = 1,486 AR2/3

n ………..…………………………...….(1.4) (Users Manual of HEC-RAS)

Keterangan :

K = conveyance pada masing – masing bagian

n = koefisien roughness manning pada masing – masing bagian

A = luas aliran untuk masing – masing bagian

R = radius hidrolik setiap bagian (luas atau keliling penampang basah)

2. Kondisi Batas

Data kondisi batas merupakan kondisi awal dan syarat batas (initial

condition dan boundary condition). Kondisi batas diperlukan untuk menentukan

permukaan air mula - mula di ujung-ujung sistem saluran (hulu dan hilir). Muka

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

17

air awal dibutuhkan oleh program untuk memulai perhitungan. Pada resim aliran

subkritik, kondisi batas hanya diperlukan di ujung sistem sungai bagian hilir. Jika

resim aliran superkritik yang hendak dihitung, kondisi batas hanya diperlukan

pada ujung hulu dari sistem saluran. Jika perhitungan resim aliran campuran yang

akan dibuat, kondisi batas harus dimasukan pada kedua ujung sistem saluran.

3. Data Hidrolika

Data hidrolika yang dimaksud adalah koefisien Manning (n) bervariasi.

Koefisien ini merupakan parameter yang menunjukkan kekasaran dasar saluran

dan dataran banjir, seperti yang disajian pada Tabel 1.4 dibawah ini.

Tabel 1.4. Nilai Koefisien Manning (n)

Dasar dan Dinding Saluran n

a. Pipa Tertutup

1. Berdinding baja 0,013 – 0,017

2. Berdinding besi tuang 0,011 – 0,016

3. Berdinding baja galvanis bergelombang 0,021 – 0,030

4. Beton pracetak 0,011 – 0,013

5. Berdinding tanah liat masak dibakar 0,011 – 0,013

b. Saluran Terbuka

1. Dasar dan dinding diplester semen 0,011 – 0,015

2. Dasar dan dinding beton 0,014 – 0,019

3. Dasar dan dinding pasangan bata 0,012 – 0,018

4. Dasar dan dinding pasangan batu kali 0,017 – 0,030

5. Dasar dan dinding tanah asli bersih 0,016 – 0,020

6. Dasar dan dinding tanah rumput 0,025 – 0,033

7. Dasar dan dinding batu padas 0,025 – 0,040

8. Dasar dan dinding tanah tak dirawat 0,050 – 0,140

9. Saluran alam 0,075 – 0,150

Sumber : Hindarko, 2002

Hasil (output) dari program ini dapat berupa grafik maupun tabel.

Diantaranya adalah plot dari skema alur sungai, potongan melintang, profil,

lengkung debit (rating curve), hidrograf (stage and flow hydrograph), variabel

hidrolik lainnya. Selain itu, dapat menampilkan gabungan potongan melintang

(crosssection) yang membentuk alur sungai secara tiga dimensi dan alirannya.

Secara garis besar HEC – RAS versi 4.1.0 memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Interaksi dengan pengguna (user interface)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

18

- Pengaturan file

- Pemasukan dan pengeditan data

- Analisis hidraulik

- Input dan output data yang disajikan dalam bentuk grafis dan tabulasi

- Bantuan langsung

2. Komponen analisa hidrolik

- Profil muka air aliran tetap

- Simulasi muka air aliran tidak tetap

- Transpor sedimen

3. Pengaturan dan penyimpanan file

Data yang dimasukkan pengguna disimpan dalam sebuah file dengan kategori

tersendiri pada suatu proyek, perencanaan, geometri, aliran tetap (steady),

aliran tidak tetap (unsteady) dan sedimen.

4. Grafik dan pelaporan

Grafik yang disajikan seperti skema sistem sungai, potongan melintang, kurva

nilai, hidrograf dan variabel hidrolik lainnya. Hasil dan input data dapat

dicetak dengan fasilitas laporan (reporting). Hasil pelaporan dapat dipilih

menurut tipe informasi yang diinginkan.

1.6. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.5 menyajikan ringkasan penelitian - penelitian sebelumnya yang

dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

19

Tabel 1.5. PenelitianTerdahulu

Peneliti Judul Lokasi Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil

Suroso (2006) Kajian Kapasitas

Sungai Logawa Dalam

Menampung Debit

Banjir Menggunakan

Program HEC – RAS

Banyumas, Jawa

Tengah,

Indonesia

Mengetahui kapasitas Sungai

Logawa dari bending Kediri

sampai muara sungai di titik

pertemuan dengan Sungai

Serayu dalam menampung

debit banjir yang lewat untuk

beberapa periode ulang

Analisis hidrolika

menggunakan software

HEC – RAS dan analisis

hidrologi dengan HSS –

GAMA I untuk

menentukan debit banjir di

titik batas hulu

Pemetaan daerah rawan

banjir di sepanjang

Sungai Logawa sebagai

masukan kepada

masyarakat dan instansi

terkait dalam

pengendalian banjir

Eko Novriansyah

(2008)

Pengaruh Perubahan

Tata Guna Lahan

Terhadap Efektivitas

Banjir Kanal Barat

(BKB)

DKI Jakarta,

Indonesia

Memberikan gambaran

pengaruh yang ditimbulkan

oleh perubahan tata guna

lahan berdasarkan data

historis pendukung yang ada

terhadap efektivitas Banjir

Kanal Barat

Operasi software SMADA

Regresi Linear, HEC -

RAS dan membandingkan

sistem aliran Banjir Kanal

Barat (hasil penelitian

dengan desain yang ada)

Perbandingan antara

debit aliran dari DAS

Ciliwung dan sungai-

sungai kecil (bagian dari

sistem BKB), serta

pompa sekitar BKB

dengan kapasitas desain

eksisting BKB

Said Buchari (2008) Pengaruh Perubahan

Tata Guna Lahan

Terhadap Efektivitas

Banjir Kanal Timur

(BKT)

DKI Jakarta,

Indonesia

Mengevaluasi kapasitas dan

desain dari sistem Banjir

Kanal Timur akibat

pengaruh perubahan

penggunaan lahan

Analisis hidrologi dengan

cara manual (Metode

Rasional) dan software

SMADA Regresi Linear ;

Analisa hidrolika dengan

software HEC-RAS

Nilai debit banjir

rencana dari masing -

masing sungai yang

dilalui Banjir Kanal

Timur dibandingkan

hasil perhitungan oleh

konsultan dan

pemodelan dengan

bantuan program

terkait, serta analisa

kapasitas eksisting BKT

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

20

Jones Hendra M.

Sirait (2010)

Analisis Kemampuan

Kanal Banjir Dalam

Menangulanggi

Masalah Banjir Kota

Medan Kaitannya

Dalam Pengembangan

Wilayah

Medan,Sumatera

Barat, Indonesia

- Menganalisis kemampuan

kanal banjir dalam

menampung debit air

sungai yang berasal dari

hulu sungai Deli

- Menganalisis kemampuan

kanal banjir dalam

menampung debit air yang

berasal dari air hujan

- Menganalisis kemampuan

kanal banjir dalam

menampung debit air yang

berasal dari drainase-

drainase kota Medan

Operasi program SPSS 15,

Regresi Linear Berganda

Analisis kemampuan

kanal banjir dalam

menanggulangi masalah

banjir kota Medan

terhadap debit air yang

berasal dari sungai Deli,

air hujan, dan drainase-

drainase perkotaan

Nurita Yuniastiti

(2015)

Prakiraan Debit Banjir

Rencana dalam

Analisis Kapasitas

Tampung Banjir Kanal

Barat Jakarta

DKI Jakarta,

Indonesia

- Menganalisis kemampuan

kapasitas rencana Banjir

Kanal Barat Jakarta

- Menganalisis kemampuan

Banjir Kanal Barat Jakarta

dalam menampung debit

banjir rancangan dengan

berbagai periode ulang

- Analisis hidrologi dengan

cara manual (Metode

Rasional)

- Analisa hidrolika dengan

program HEC - RAS

versi 4.1.0

Evaluasi perbandingan

dimensi rencana saluran

Banjir Kanal Barat

dengan debit banjir

rencana dalam periode

tertentu, sehingga dapat

mengetahui efektivitas

kapasitas tampung

Banjir Kanal Barat

Peneliti Judul Lokasi Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82764/potongan/S1-2015... · Gambaran potongan wilayah Provinsi DKI Jakarta dari utara hingga selatan

21

1.7. Kerangka Pemikiran

Peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta menyebabkan kebutuhan akan

tempat tinggal dan air bersih menjadi semakin tinggi. Analisis kemampuan kanal

banjir dalam menanggulangi masalah banjir DKI Jakarta dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya banjir dan

penanggulangannya untuk mengurangi dampak kerusakan akibat banjir dengan

alasan bahwa di DKI Jakarta memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan

terdapat bangunan infrastruktur milik pemerintah dan masyarakat yang memiliki

nilai ekonomis yang tinggi dan mempunyai pengaruh dalam pergerakan

perekonomiannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kapasitas Banjir

Kanal Barat (BKB) Jakarta sebagai suatu sistem pengendali banjir untuk

mengetahui perubahan tata guna lahan yang telah terjadi. Adapun dasar kerangka

pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.7 dibawah ini.

Permasalahan kapasitas tampung

Banjir Kanal Barat Jakarta

Kebutuhan lahan di berbagai sektor Intensitas curah hujan

1. Pengembangan di wilayah hulu (Sungai Ciliwung)

2. Pengembangan sepanjang aliran dan beberapa

sungai kecil Banjir Kanal Barat

3. Pengembangan wilayah pantai

Peningkatan nilai debit aliran

Debit banjir rancangan Kapasitas Banjir Kanal Barat

Evaluasi kapasitas tampung Banjir Kanal Barat Jakarta

Gambar 1.7. Kerangka Pemikiran Penelitian