bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa merupakan suatu wilayah yang memiliki karakteristik
masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Definisi desa di Indonesia
masih erat kaitannya dengan pertanian. Karena mayoritas penduduk
pedesaan tergantung pada pertanian. Kemudian masyarakatnya hidup
dengan kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat. Gotong royong
sangat dijaga dengan baik oleh masyarakat desa. Saat mendengar kata
desa, tentu akan membayangkan luasnya sawah dan udara pedesaan yang
sejuk. Selain itu, kita juga akan berpikir tentang daerah desa yang jauh dari
kehidupan modern. Hal ini terjadi karena letak desa yang berada jauh dari
pusat keramaian dan pusat pemerintah. Sehingga desa selalu tertinggal
dalam mengikuti kemajuan teknologi modern yang ada.
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai gejala yang
bersifat universal, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada
lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal maupun bagi pemenuhan
kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa
dimanapun cenderung memiliki karekterisktik tertentu yang sama
(Raharjo, 2004: 28). Dari pengertian desa tersebut, selalu identik dengan
sekumpulan orang yang bertempat tinggal dalam wilayah yang sama yang
bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini diperkuat oleh peryataan dari
2
P.H.Landis (dalam Raharjo, 2004) tentang desa yang dilihat dari tujuan
analisa ekonomik yaitu sebagai suatu lingkungan yang penduduknya
tergantung pada pertani. Pertanian yang selalu identik dengan pedesaan
membawa pengaruh tentang kemiskinan di desa. Masih melekat pada
masyarakat bahwa petani memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Oleh
karena penduduk desa mayoritas petani, mereka mengalami kemiskinan
secara ekonomi.
Masalah kemiskinan memang telah menjadi masalah besar
untuk negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan menurut BPS
merupakan suatu keadaan tidak mampu secara ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Di daerah pedesaan masalah kemiskinan yang paling sering
ditemui adalah kemiskinan struktural. Menurut Sumodinigrat (dalam
Sudarwati, 2009) kemiskinan struktural muncul akibat dari banyaknya
program dan kebijakan, namun pelaksanaannya yang tidak seimbang,
pemilikan sumber daya yang tidak merata, kesempatan yang tidak sama
menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata, sehingga
meimbulkan struktur masyarakat yang tidak seimbang. Hal ini
menunjukkan bahwa program dan kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan masih belum dapat merata. Terutama untuk
masyarakat miskin di daerah desa yang minim akses informasinya. Dengan
akses informasi yang kurang, masyarakat pedesaan terutama pemuda akan
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Tentu saja angka pengangguran
3
akan meningkat. Perlu adanya upaya untuk menanggulangi masalah
kemiskinan dan pengangguran. Program-program pembangunan dari
pemerintah akan membantu masyarakat untuk memperbaiki kehidupan
sosial dan ekonominya. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya untuk
memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dituju
ini seringkali berupa kemajuan dalam bidang ekonomi (Budiman, 1994:1).
Dapat terlihat dimasayarakat, bahwa setiap program pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah selalu diharapkan dapat memperbaiki
kehiudpan ekonomi. Salah satu contoh upaya pembangunan yaitu melalui
pemberdayaan masyarakat. melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan
mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, terutama masyarakat
miskin di daerah pedesaan.
Pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kesejateraan masyarakat. Pemberdayaan menurut Ife (dalam Adi, 2008)
upaya untuk meningkatkan daya dari kelompok yang kurang beruntung
atas pilihan pribadi dan kehidupan mereka, kesempatan, definisi
kebutuhan, gagasan, institusi, Sumber daya, aktifitas ekonomi dan
reproduksi dengan melakukan intervensi melalui pembuatan perencaan
dan kebijakan. Melalui pemberdayaan, masyarakat yang tidak berdaya dan
tidak memiliki kekuasaan dapat berproses untuk menjadi lebih berdaya
dan berkuasa. Kelompok yang kurang beruntung menurut ife (dikutip oleh
Isbandi, 2008) yaitu keluarga miskin, pengangguran, penerima layanan
kesejahteraan, etnis minoritas yang kurang beruntung, gender dan para
4
penyandang cacat. Tujuan dari pemberdayaan tentu saja berbeda-beda.
Dilihat dari pemberdayaan dilakukan untuk siapa, maka tujuan akan
berbeda. Pada umumnya mendengar kata pemberdayaan, masyarakat akan
berpikir sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat
dalam bidang ekonomi. Namun bagi anak dan remaja, tujuan dari
pemberdayaan lebih mengarah pada pendidikan. Pemberdayaan
pendidikan dilakukan pada anak dan remaja yang kesulitan dalam hal
pendidikan.
Pemberdayaan yang dilakukan di masyarakat perlu disesuaikan
dengan potensi yang telah dimiliki. Perlu adanya dorongan agar potensi
yang dimiliki oleh masyarakat dapat berkembang dengan baik dan
memberikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat di pedesaan. Banyak
potensi yang berkembang dimasyarakat, salah satunya potensi dalam
sektor pariwisata. Daerah pedesaan tentu memiliki pemandangan alam
yang indah, tempat rekreasi yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan
polusi udara. Serta hasil karya seni dan kebudayaan masyarakat desa yang
unik. Hal ini merupakan suatu potensi bagi masyarakat desa untuk perlu
dikembangkan agar menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Akan sangat
membantu masyarakat desa dalam memperbaiki kehidupan ekonomi
melalui periwisata. Dengan potensi wisata yang dimiliki, suatu daerah
pedesaan dapat diberdayakan menjadi desa wisata. Desa wisata merupakan
suatu daerah pedesaan yang memiliki daya tarik dan fasilitas wisata yang
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke wilyah tersebut. Wisatawan
5
juga dapat belajar dan bersosialisasi dengan masyarakat tentang kekhasan
budaya dan kerajinan yang ada. ditambah dengan pemandangan alam yang
indah dan udara yang sejuk yang dapat dinikmati wisatawan. Kemudian
dengan daya tarik wisata yang dimiliki serta banyakanya wisatawan yang
berkunjung, warga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk
mendapatkan penghasilan dan meningkatkan taraf ekonomi warga.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang
menyimpan banyak keindahan alam dan keramahan kotanya. Mendapat
julukan sebagai kota pelajar, selain itu juga disebut sebagai kota wisata.
Begitu banyak pilihan tempat wisata di Yogyakarta membuat daerah ini
dijuluki sebagai kota wisata. Mulai dari wisata sejarah, wisata alam hingga
wisata belanja. Tempat-tempat yang indah dan orang-orang yang santun
serta tanda mata yang memiliki ciri khasnya selalu dapat menarik hati
wisatawan untuk berkunjung. Di wilayah selatan Yogyakarta yaitu daerah
Bantul memiliki banyak tempat wisata yang patut dikunjungi. Yang paling
terkenal adalah wisata pantainya, Bantul selalu identik dengan wisata
pantai yaitu Parangtritis. Dengan nitos-mitos yang berkembang
dimasyarakat dan keindahan pantainya membuat Bantul begitu dikenal
baik oleh wisatawam domestik hingga mancanegara.. Wisatawan yang
datang ke Bantul terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu
adanya pilihan tempat wisata yang beragam, agar wisatawan tidak bosan
dengan tempat wisata yang menoton. Namun Pemerintah Kabupaten
Bantul terus berusaha untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang
6
berkunjung. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul nomor 3 tahun
2004 tentang pengembangan pariwisata, yang dimaksud dengan wisatawan
adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Untuk itu, diperlukan
upaya agar dapat mendatangkan orang yang ingin berkegiatan wisata di
daerah Bantul. Dengan menyengelenggarakan event-event kebudayaan dan
non kebudayaan di Bantul. Diharapkan dapat menambah jumlah
wisatawan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bantul melihat juga banyak
tenpat-tempat menarik yang dapat dibuka menjadi sebuah obyek wisata.
Pemerintah Kabupaten Bantul mulai mengembangkan tempat-tempat
wisata baru yang dapat menjadi alternatif bagi wisatawan. Pada Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul tentang pengembangan pariwisata nomor 3
tahun 2004 pasal 8 menyebutkan bahwa OTDW (Obyek dan Daya Tarik
Wisata), terdapat lima bentuk yaitu wisata alam, wisata sejarah dan
budaya, wisata taman rekreasi atau pemandiaan, wisata pendidikan dan
sentra industri kerajinan. Wisata di sentral industri kerajinan merupakan
suatu hal yang berbeda dengan wisata lainnya. Sentra industri kerajinan
yang paling terkenal di Bantul yaitu sentra kerajinan gerabah di Kasongan.
Sentra-sentra industri kerajinan sudah mulai berkembang dengan pesat,
tidak hanya di Kasongan saja melainkan di daerah lainnya. Pada
umumnya, sentra-sentra industri kerajinan ini berkembang menjadi sebuah
desa wisata. Desa wisata ini dapat menjadi alternatif bagi wisatawan yang
bosan dengan tempat wisata yang sering dikunjungi. Banyak yang dapat
ditawarkan dari desa wisata ini, misalnya aneka jenis kerajinan tangan
7
yang dapat dijadikan sebagai cinderamata, kemudian menawarkan
keindahan alam yang berbeda dengan suasana perkotaan serta menawarkan
kehidupan sosial masyarakat desa dengan bertimpat tinggal sementara di
homestay penduduk setempat. Mulai berkembangnya desa wisata ini
banyak menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.
Terlebih lagi bagi wisatawan yang masih dibangku sekolah. Biasanya
mereka menempatkan daerah tujuan desa wisata dalam rangkaian tour-
nya. Di Bantul banyak memiliki desa wisata yang sudah efektif
diantaranya yaitu Desa Wisata Kasongan, Desa Wisata Tembi, Desa
Wisata Kebonagung, Desa Wisata Wukirsari dan Desa Wisata Manding.
Salah satu contoh daerah pedesaan yang berkembang menjadi
daerah wisata dengan pemberdayaan yaitu Desa Wisata Krebet. Terletak di
Dusun Krebet, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Dusun Krebet memiliki potensi sebagai desa wisata karena terdapat
banyak perajin batik kayu. Hampir 60 persen penduduknya merupakan
pengarajin batik kayu. Kerajinan tangan batik kayu merupakan sebuah
hasil karya dari kayu yang kemudian kayu tersebut dipahat dan dilukis
dengan berbagai motif batik sesuai dengan kreatifitas dari pengerajin.
Selain batik kayu, Dusun Krebet juga memiliki panaroma alam yang
pantas dijadikan destinasi wisata. Salah satunya air terjun di Jurang
Pulosari.
Awal mula pemberdayaan di Dusun Krebet melalui inisiatif dari
salah satu tokoh masyarakat yang aktif dalam dunia pariwisata. Pada tahun
8
2000 mulai dipelopori untuk terbentuknya desa wisata. Hal ini berdasarkan
pada potensi yang dimiliki oleh Dusun Krebet. Banyaknya pengerajin
batik kayu menginsparasi untuk membentuk Desa Wisata Krebet.
Kemudian Desa Wisata krebet pada tahun 2009-2010 mendapat bantuan
dari pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) di sektor pariwisata. Sejak bantuan diterima oleh Desa Wisata
Krebet, mulai dilakukan promosi tentang Desa Wisata Krebet. Salah satu
upaya Promosi yang dilakukan melalui website. Website Desa Wisata
Krebet dapat diakses melalui www.krebet.com. Website tersebut dikelola
oleh masyarakat Dusun Krebet. Website tersebut berisi tentang ulasan
lengkap gambaran wilayah Dusun Krebet, mengambarkan tempat-tempat
wisata yang ada di Dusun Krebet serta berbagai paket-paket wisata yang
dapat dinikmati di Desa Wisata Krebet. Promosi lain juga dilakukan
melalui pembagian leaflet pada masyarakat luas. Serta membentuk
jaringan ke luar daerah agar berkunjung ke Desa Wisata Krebet. Fasilitas
yang disediakan oleh Desa Wisata Krebet terbilang cukup lengkap. Selain
jangkaun internet, masyarakat juga menyiapkan penginapan berupa
homestay. Terdapat 50 rumah penduduk yang dilengkapi dengan kamar-
kamar homestay. Disetiap rumah rata-rata memiliki dua kamar untuk
disewakan. Harga sewa masing-masing kamar tidak dibedakan disetiap
rumah yaitu Rp 60.000 per harinya.
Setelah mendapat bantuan dari pemerintah melalui PNPM
pariwisata, saat ini Desa Wisata Krebet sudah berjalan mandiri. Untuk
9
pengembangan desa wisata masyarakat melakukan swadana. Desa Wisata
Krebet mulai menggali potensi wisata lebih dalam lagi. Tidak hanya
sekedar menonjolkan kerajian batik kayu, tetapi menawarkan keindahan
alam yang ada disekitarnya. Sudah mulai banyak pengunjung yang
berdatangan untuk menikmati keindahan alam tersebut. Dengan promosi
yang genjar dilakukan, sudah banyak orang yang mengetahui tentang Desa
Wisata Krebet. Bahkan masyarakat dari luar daerah Yogyakarta sudah
menjadi langganan untuk berkunjung ke Desa Wisata Krebet. Hal ini
cukup membanggakan, karena bukan hanya masyarakat di daerah Bantul
atau Yogyakarta saja yang mengenal tetapi juga masyarakat dari luar
daerah. Pemberdayaan yang dilakukan di Dusun Krebet sudah cukup
berhasil mengangkat perekonomian penduduknya untuk lebih produktif
lagi dan menghasilkan kreasi baru dalam berkarya.
Desa wisata Krebet merupakan salah satu desa wisata yang ada
di Bantul. Berawal dari banyak penduduknya yang mengandalkan
kerajinan batik kayu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kemudian
oleh salah satu pejabat desa diusulkan untuk menjadi sebuah desa wisata.
Seiring berjalannya waktu, tidak hanya kerajinan batik kayu yang
ditonjolkan dalam menarik wisatawa, tetapi juga kebudayaan yang sering
dilaksanakan di Dusun Krebet. Kemudian setelah menjadi desa wisata,
masyarakat krebet mampu untuk memfasilitasi para wisatwan yang datang
berkunjung. Berkembang yang begitu baik sangat menarik untuk diteliti.
10
Mulai dari sebuah dusun biasa berproses menjadi sebuah desa wisata yang
sedikit demi sedikit mulai dikenal oleh masyarakat luas.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan diatas, terdapat rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1. Bagaimana Dusun Krebet berproses menjadi sebuah desa wisata?
2. Bagaimana upaya pemberdayaan berbasis ekonomi wisata dalam
upaya peningkatan pendapatan perajin batik kayu di Dusun Krebet?
3. Bagaimana unsur dalam modal sosial dalam pengembangan ekonomi
dan wisata?
C. Tujuan Penelitian
Melihat dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang
ada, dapat disimpulkan beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Memberikan gambaran tentang proses yang dilalui oleh Dusun Krebet
sehingga dapat berubah menjadi Desa Wisata Krebet.
2. Memberikan gambaran tentang respon dari perajin batik kayu terhadap
pemberdayaan berbasis ekonomi wisata.
3. Memberikan gambaran tentang upaya pemberdayaan berbasis ekonomi
wisata dalam peningkatan pendapatan perajin batik kayu di Dusun
Krebet.
11
D. Manfaat Penelitian
1. Laporan akhir penelitian yang berisi jawaban dari rumusan masalah
yang telah tertulis diatas.
2. Mendapatkan gambaran sosial tentang masyarakat Desa Wisata
Krebet.
3. Mendapatkan dokumentasi dari kegiatan yang ada di Desa Wisata
Krebet selama penelitian berlangsung.
E. Landasan Teori
a. Pemberdayaan Masyarakat
- Konsep Pemberdayaan
Dalam pengertian konvensional, konsep pemberdayaan seabagi
terjemahan empowerment mengandung dua pengertian, yaitu 1) To give
power or authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan,
atau mendelegasikan otoritasitas kepihak lain, 2) To give ability to atau to
enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan
(Wrihatnolo dan Dwidjowijoto , 2007:115).
Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah
“proses instan” (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007:2). Pemberdayaan
sebagai sebuah proses, mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,
pengkapasitasan dan pendayaan. Pada tahap pertama yaitu penyadaran,
pada tahapan ini target pemberdayaan diberi pengarahan agar mereka
sadar bahwa mereka mempunyai hak dan kapasitas untuk keluar dari
12
kemiskinan yang dialami. Pada tahap ini terget harus disadarkan bahwa
mereka perlu diberdayakan dan proses pemberdayaan tersebut dimulai dari
diri mereka, bukan dari paksaan orang luar.
Setelah berada dalam tahap penyadaran, selanjutnya target
berada pada tahap kedua yaitu pengkapasitasan atau capacity building.
Proses capacity building terbagi dalam tiga jenis, yaitu manusia, organisasi
dan sistem nilai. Pada pengkapasitasan manusia yang harus dilakukan
adalah memberikan kapasitas kepada individu atau kelompok sehingga
mampu menerima kekuasaan atau daya yang akan diberikan. Kemudian,
pengkapasitasan organisasi adalah melakukan restrukturisasi organisasi
yang akan mendapatkan daya atau kapasitas tersebut. Terakhir yaitu sistem
nilai atau aturan main. Pada tahap ini, target dibantu untuk membuat
sistem nilai atau aturan main di antara mereka. Tahap ketiga yaitu tahap
pendayaan pada tahap ini target diberikan kekuasaan, daya dan peluang
sesuai dengan kualitas dan kecakapan yang dimiliki.
Pemberdayaan merupakan proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemeberdayaan merupakan kegiatan untuk memperkuat kelompok-
kelompok lemah dalam masyarakat. Kemudian pemberdayaan sebagai
tujuan yaitu keadaan yang ingin dicapai oleh perubahan sosial di
masyarakat. Bagian dari proses pemberdayaan itu sendiri hendaknya
meliputi enabling (menciptakan suasana yang kondusif), empowering
(penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting
(perlindungan dari ketikdakadilan), supporting (dukungan dan bimbingan)
13
dam foresting (memelihara kondusif yang seimbang), (Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto,2007:117). Beberapa unsur tersebut menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat tidak terjadi secara instan, tetapi melalui
tahapan-tahapan dan proses panjang yang harus dilalui.
Adapun dasar-dasar dalam melakukan pemberdayaan, menurut
Dubois dan Miley (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto , 2007:116), yaitu:
- Pemberdayaan merupakan kerja sama antara klien dan
pelaksana kerja yang bersifat mutual benefit.
- Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai
komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke
sumber pengahasilan dan memberikan kesempatan.
- Klien harus merasa dirinya bebas dan mudah dipengaruhi.
- Kompotesi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman
hidup yang telah terlewati.
- Pemberdayaan meliputi jalan menuju sumber-sumber
pendapatan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-
sumber tersebut dengan efektif.
- Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis dan
sinergis, pernah berubah dan evolusioner yang selalu
memiliki banyak solusi.
- Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur paralel
dari seseorang dan perkembangan masyarakat.
14
Pemberdayaan masyarakat memiliki banyak program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan
politik. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan di berbagai wilayah di
Indonesia, baik di kota maupun di desa. Pada umumnya pemberdayaan
masyarakat memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam bidang ekonomi. Hal ini umumnya diterapkan pada
masyarakat pedesaan. Seperti yang kita ketahui, daerah pedesaan
merupakan suatu daerah yang masih tinggi tingkat kemiskinannya, serta
banyak dipandang sebagai masyarakat kelas bawah. Untuk itu perlu
adanya pemberdayaan agar desa tidak lagi tertinggal dan selalu ada
dibawah. Selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,
pemberdayaan juga bertujuan untuk menggali lebih dalam potensi
msayarakat desa yang belum terlihat dengan jelas. Dengan adanya
pemberdayaan, masyarakan terutama di pedesaan akan mendapatkan suatu
keadaan dimana mereka memiliki kekuasaan atau daya. Kekuasaan atau
daya tersebut dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat di daerah pedesaan yang dilakukan di
Dusun Krebet pun diterapkan melalui proses panjang. Pemberdayaan
mulai digalakkan pada tahun 2000, dan hingga tahun 2013 saat ini
masyarakat telah dapat menikmati hasil pemberdayaan tersebut. Namun
masih ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh masyarakat agar
menjadi lebih baik lagi. Usaha untuk semakin berkembang juga diupaya
15
oleh masyarakat. Mereka memperluas jaringan hingga ke luar daerah.
Perkembangan yang dialami oleh Dusun Krebet pun semakin baik. Hingga
saat ini Dusun Krebet lebih dikenal dan menjadi Desa Wisata Krebet yang
sedang berkembang dan siap untuk dijadikan tujuan wisata. Ini
membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat bukanlah suatu yang
mudah dan cepat. Harus melalui proses panjang. Namun melalui banyak
proses tersebut hasil dari pemberdayaan yang tujuan utamanya untuk
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat berdampak positif bagi
perajin batik kayu khususnya dan masyarakat umumnya.
b. Modal Sosial
Fukuyama mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai
aturan norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara anggota
kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama (Fukuyama, 2002).
Ada tiga unsur utama dalam modal sosial yaitu trust (kepercayaan),
resiprocal (timbal balik), dan interaksi sosial. Ketiga unsur dalam modal
sosial tersebut dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan
orang lain. Dengan adanya kepercayaan dalam masyarakat dapat
mempererat hubungan sosial yang dimiliki. Masyarakat akan mudah untuk
bekerja sama karena adanya kepercayaan. Fukuyama (2002) menyebutkan
kepercayaan (trust) masyarakat akan dapat bekerja sama lebih efektif,
karena mereka akan lebih mementingkan kepentingan kelompok diatas
kepentingan pribadi. Secara umum masyarakat high trust memiliki
16
solidaritas kelompok yang tinggi, hal ini akan mengakibatkan masyarakat
mau bekerja sesuai dengan peraturan dan memperkuat rasa kebersamaan.
Sedangkan masyarakat low trust lebih mementingkan tindakan ekonomi
dalam masyarakat.
Unsur modal sosial berikutnya yaitu resiprocal (timbal balik),
merupakan hubungan timbal balik dan saling memberi. Hubungan ini ada
setelah munculnya interaksi. Interaksi yang ada dalam masyarakat juga
termasuk dalam unsur modal sosial. Interaksi sosial ini akan
mengakibatkan jaringan yang dapat menghasilkan kerja sama dan adanya
kepercayaan.
Menurut Putnam (field, 2003:51) modal sosial adalah bagian dari
kehidupan sosial, jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong
partisipan bertindak bersama secara efektif untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama. Modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan koordinasi. Individu
dalam masyarakat saling berhubungan melalui serangkaian jaringan. Pada
umumnya mereka yang tergabung dalam suatu jaringan memiliki satu
kesamaan nilai. Kemudian dalam berhubungan dan membentuk jaringan
serta nilai, mereka juga memiliki tujuan yang sama. Memiliki jaringan
merupakan aset terpenting karena dapat mendorong orang untuk saling
bekerja sama.
17
Dalam kehidupan sosial, kerja sama sangat dibutuhkan agar dapat
mencapai tujuan individu maupun kelonpok. Begitu halnya dengan yang
terjadi di Desa Wisata Krebet, kerja sama yang baik dalam masyarakat
dilakukan dengan baik. Kepercayaan yang terjalin antar pengarajin batik
kayu menimbulkan kerja sama dan hubungan saling membantu.
Kepercayaan juga akan membuat kerja sama yang terjalin antar pengerjain
batik kayu di Desa Wisata Krebet lebih efektif. Salah satu keefektifan itu
terlihat saat pemberdayaan desa wisata terbentuk. Dengan adanya
kepercayaan dan kerja sama yang efektif, Desa Wisata Krebet dapat
berkembang hingga saat ini. kerja sama yang ada bukan hanya antar
perajin batik kayu saja, namun juga antar pengerajin batik kayu dan bukan
pengerajin batik kayu. Hal ini juga menunjukkan perbedaan profesi di
masyarakat tidak menghalangi mereka untuk saling memberi kepercayaan
dan bekerjasama. Terlihat juga dalam masyarakat Desa Wisata Krebet
terdapat hubungan timbal balik yang baik.
Kemudian interaksi sosial yang terjalin juga mengakibatkan
luasnya jaringan yang dimiliki. Semakin banyak interkasi sosial yang
dilakukan maka akan semakin luas jaringan yang terbentuk. Jaringan ini
tentu sangat mebantu pengerajin batik kayu dalam memasarkan hasil
karyanya.
c. Pembangunan Pariwisata
Daerah pedesaan di Indonesia memiliki pemandangan alam
yang indah, tempat-tempat wisata alam yang indah serta kekhasan budaya
18
dari masing-masing wilayah yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan
wilayah pedesaan sering kali dijadikan tujuan berwisata. Tempat tujuan
wisata di daerah pedesaan ini sering disebut dengan desa wisata. Menurut
Saparin (1977) desa pariwisata atau desa wisata yaitu adanya obyek
pariwisata berupa peninggalan kuno, keistimewaan kebudayaan rakyat,
keindahan alam dan sebagainya (dikutip oleh Raharjo, 2004). Konsep dari
desa wisata yaitu menyajikan daya tarik wisata berupa kekhasan lokal dan
kebudayaan lokal yang ada. dengan kekhasan dan kebudayaan lokal yang
berbeda dari daerah lainnya dapat menarik wisatawan bukan hanya
sekedar berkunjung tetapi juga dapat belajar lebih jauh tentang kehidupan
masyarakatnya.
Pembangunan pariwisata membutuhkan empat hal yaitu: a)
bidang obyek atau daya tarik wisata, b) bidang fasilitas pariwisata, c)
bidang jasa pariwisata, d) bidang promosi pariwisata (Demartoto,
2009:158). Empat hal tersebut berguna untuk menarik minat wisatawan
berkunjung ke obyek wisata. Dengan banyaknya wisatawan yang
berkunjung akan berpengaruh bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
setempat.
Banyaknya wisatawan yang datang berkunjung bisa jadi
merupakan sebuah tantangan bagi desa wisata. Menjaga kekhasan dan
kebudayaan lokal yang sudah turun temurun ada menjadi sebuah
tantangan. Dengan banyaknya orang luar yang masuk ke desa wisata,
sedikit banyak dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyrakat yang
19
telah terjaga. Untuk itu, perlu mental yang kuat dalam menangkal akibat
buruk dari desa wisata tersebut.
Beberapa dampak positif sosial ekonomi bagi masyarakat karena
masuknya pariwisata menurut Cohen (dalam Pitana dan Gayatri, 2005:
109-110), yaitu:
a. Peningkatan pendapatan masyarakat.
b. Peningkatan penerimaan devisa.
c. Peningkatan peluang usaha dan kesempatan kerja.
d. Peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak.
Kemudian dari dampak positif tersebut, terdapat pula dampak
negatif yang diakibatkan oleh pariwisata (Pitana dan Gayatri, 2005: 113),
yaitu:
a. Memperburuk kesenjangan pendapatan antarkelompok.
b. Memperburuk ketimpangan antar daerah.
c. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.
d. Munculnya ekploitasi negara-negara maju (wisatawan) terhadap negera
berkembang (tujuan wisata).
F. Fokus Penelitian
a. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan
dan Taylor (dalam Maleong 1989) penelitian kualitatif merupakan
20
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisa atau
tulisan dari orang-orang yang diamati perilakunya. Penelitian kualitatif
cocok untuk mendapatkan data dalam penelitian ini. Dengan penelitian
kualitatif, peneliti bisa mendapat seluruh data yang diperlukan. Peneliti
juga dapat mengetahui keadaan sehari-hari masyarakat.
Metode penelitian studi kasus digunakan untuk melakukan
penelitian mendalam mengenai suatu unit sosial tertentu untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap dan terorganisir dari unit sosial.
Studi kasus lebih cocok digunakan bila pokok pertayaan penelitian
berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memeiliki sedikit
peluang mengotrol peristiwa, dan fokus penelitian terletak pada fenomena
masa kini dalam kehidupan nyata (Yin, 1997:1). Studi kasus dipilih
bertujuan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi di lapangan.
Fokus dalam penelitian ini yaitu mengatahui strategi yang
diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kerajinan batik kayu.
Strategi yang telah diterapkan ini dapat memberdayakan masyarakat
sehingga menjadi sebuah desa wisata. Kemudian untuk mengetahui model
pengembangan Dusun Krebet menjadi Desa Wisata Krebet.
b. Pemilihan Informan Penelitian
Menetukan subyek dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
purposive sampling. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh subyek
berdasarkan pada ciri-ciri subyek yang sesuai dengan tujuan penelitian.
21
Dalam puposive sampling, peneliti menentukan lokasi dan subyek
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian peneliti akan
mempelajari dan memahami kondisi subyek dan lokasi penelitian. Teknik
purposive sampling cukup baik sebagai pertimbangan peneliti menentukan
subyek, sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Dengan
menggunakan teknik ini, diharapkan sunbek yang dipilih dapat
memberikan informasi yang relevan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di lokasi
penelitian. Melalui observasi yang telah dilakukan, peneliti dapat
menentukan informan yang dianggap dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dapat
memiliki pemahaman dan dapat memberikan informasi sesuai dengan
topik penelitian.
c. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif diperlukan untuk mengumpulkan data.
Beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Tujuan
dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam
lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta
22
makna kejadian berdasarkan prespektif individu yang terlibat tersebut.
(Herdiansyah, 2010). Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap
subyek yang akan diteliti. Peneliti mengamati aktivitas dan perilaku
keseharian subyek, dan subyek mengetahui sedang diamati oleh peneliti.
Dalam hal ini subyek peneliti ialah perajin batik kayu di Desa Wisata
Krebet dan penduduk yang bertempat tinggal di Dusun Krebet.
Observasi dilakukan dua kali oleh peneliti. Observasi yang pertama
saat peneliti mengetahui adanya obyek wisata Jurang Pulosari yang ada di
Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Bantul. Tempat wisata tersebut
dikelola oleh Desa Wisata Krebet. Kemudian peneliti mulai mencari
informasi tentang Desa Wisata Krebet dan berjalan-jalan di sekitar Dusun
Krebet. Pada observasi yang kedua, peneliti berkunjung ke kesekretarian
Desa Wisata Krebet dan bertemu dengan Yulianto. Peneliti mulai
mendapatkan informasi lebih jauh tentang Desa Wisata Krebet. Setelah
cukup mengetahui tentang Desa Wisata Krebet, peniliti mulai membuat
latar belakang penelitian dan merumuskan masalah yang dirasa menarik.
2. Wawancara
Menurut Meleong (1989), wawancara adalah percakapan dengan
maksud terentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertayaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertayaan itu.
Dalam pengambilan data di lapangan, saya menggunakan metode
wawancara terbuka dan terstruktur.
23
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
sederhana dengan sebelumnya peneliti telah menyiapkan interview guide.
Wawancara juga dilakukan dengan pertanyaan spontan dari peneliti.
Informan penelitian dipilih perajin batik kayu. Dalam hal ini yang
dimaksud perajin batik kayu adalah masyarakat yang sehari-hari
melakukan kegiatan membuat batik kayu dan mendapatkan penghasilan
dari kerajinan batik kayu. Informan selanjutnya yaitu tokoh masyarakat
yang mengelola pemberdayaan di Desa Wisata Krebet. Wawancara
pertama kali dilakukan dengan Yulianto, Harjono dan Kemiskidi.
Ketiganya merupakan perajin batik kayu. Selain menjadi perajin, mereka
menjadi pengelola pemberdayaan di Desa Wisata Krebet. Kemudian untuk
menambah informasi yang dibutuhkan, wawancara dilakukan juga dengan
Wandi dan Wanaji. Mereka merupakan perajin batik kayu yang
mendapatkan pendapatan ekonomi dari membuat kerajinan.
3. Dokumentasi
Dokementasi merupakan penganbilan data yang tidak langsung
ditujunkkan oleh subyek penelitian. Dokumentasi dapat berupan tulisan
atau catatan lapangan wawancara peneliti, dapat juga berupa foto-foto
kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Foto tersebur dapat
memeberikan gambaran tentang keadaan yang sedang terjadi. Foto yang
diabadikan juga dapat melengkapi data yang telah diperoleh di lapangan.
Dokumentasi didapatkan saat penulis mewanwancari perajin. Kemudian
mendapatkan data dari data monografi Desa Sendangsari, Profil Desa
24
Wisata Krebet- Krebet Binangun, laporan akhir tahun koperasi perajin
batik kayu Sido Katon dan website Desa Wisata Krebet.
d. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam melakukan analisis data, dilakukan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif terbagi menjadi tiga
langkah yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)
dan penarikan kesimpulan. Langkah pertama yaitu reduksi data, pada
tahap ini dilakukan beberapa proses yaitu pemeilihan, pemusatan
perhatian, pengabstarakan dan tranformasi data kasar yang berupa data
catatan selama berada di lapangan. Setelah dilakukan reduksi data
kemudian mulai melakukan penyajian data. Pada tahap ini mulai
mengumpulkan informasi secara tersusun yang memeungkinkan untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian kualitatif,
data yang disajikan berupa teks naratif. Perlu juga ditampilkan kutipan-
kutipan wawancara yang relevan. Dari kutipan wawancara tersebut, analisa
hasil penelitian mulai dilakukan. data yang telah terkumpul kemudian
ditarik kesimpulannya secara induktif, dan selanjutnya mencari arti dari
setiap gejala yang diperoleh dilapangan, mencatat keteraturan atau pola
penjelasan dan kofigirusi yang mungkin ada, alur sebab akibat dan
proposisi sehingga dapat menggambarkan fenomena yang terjadi di
masyarakat.
25
Gambar I.1
Proses Analisis Data
Sumber: Sanapiah,Faisal (2007: 256)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data
untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh. Teknik triangulasi
yang dilakukan yaitu dengan memeriksa melalui sumber lain, yang berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif (Moleong, 1989).
Adapun teknik triangulasi dapat diperoleh melalui :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara;
b. Membandingkan apa yang dilakukan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
c. Membandingkan apa yang dikatakan oarang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakab sepanjang waktu;
Pengambilan Data
Pengambilan Kesimpulan
Display DataReduksi Data
26
d. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan, orang berada, orang pemerintahan;
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan;
f. Keunggulan triangulasi adalah dapat mempertinggi faliditas,
memeberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila
data dari sumber pertama masih ada keraguan.