bab i pendahuluan - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/59/1/penelitian persepsi mhs akt.pdf · 2...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi yang terjadi sekarang sudah merasuk keseluruh aspek
kehidupan manusia, termasuk dibidang ekonomi. Laju globalisasi ekonomi
yang melanda semua Negara, membawa perusahaan-perusahaan memasuki
lingkungan bisnis yang sangat berbeda, dimana pasar tidak lagi hanya
dimasuki oleh pesaing-pesaing domestic, tetapi telah dimasuki oleh pesaing-
pesaing mancanegara yang membawa produk dan jasa yang sarat dengan
kandungan pengetahuan tingkat dunia.
Pesatnya perkembangan dunia bisnis juga memberikan lapangan kerja
yang beragam untuk angkatan kerja. Selama ini lapangan kerja yang tersedia
di dunia bisnis cukup banyak diisi oleh lulusan pendidikan tinggi karean para
lulusan tersebut diyakini telah memiliki bekal pengetahuan yang
memungkinkan mereka untuk berkarir di dunia bisnis yang menuntut
profesionalisme yang tinggi pula. Dengan demikian, dunia bisnis yang
berubah akibat globalisasi tersebut mengakibatkan perubahan terhadap
tuntutan dunis bisnis terhadap lulusan pendidikan tinggi.
Salah satu golongan angkatan kerja yang merupaka output dari
perguruan tinggi adalah Sarjana Ekonomi khususnya dari Jurusan Akuntansi.
Peluang bisnis yang semakin terbuka pada berbagai sector telah menciptakan
tantangan sekaligus peluang bagi dunia pendidikan akuntansi sehingga
perkembangan dalam dunia bisnis harus selalu direspon oleh perguruan tinggi
2
agar dapat menghasilkan Sarjana Akuntansi yang berkualitas dan siap pakai di
dunia kerja.
Untuk Sarjana Akuntansi, ada beberapa jenis karir yang dapat dipilih,
yaitu sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan
akuntan pemerintah. Oleh karenanya, sarjana akuntansi mempunyai banyak
pilihan dan bebas untuk memilih karir yang akan akan digeluti sesuai dengan
ilmu yang dikuasainya. Dalam prakteknya, sering dijumpai lulusan pendidikan
tinggi kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru
dimasukinya tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kurikulum
pendidikan tinggi akuntansi harus didesain sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Pada saat memilih karir yang akan digeluti, mahasiswa akuntansi
memiliki beberapa pertimbangan, misalnya penghargaan finansial, pelatihan
professional, pengakuan professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja,
pertimbangan pasar kerja, dan personalitas (Rahayu, dkk, 2003), sehingga
mereka dapat dengan tepat memilih karir yang akan dapat dijadikan pegangan
dalam hidup mereka. Bagi dunia pendidikan akuntansi, dapat dijadikan
masukan pada saat perancangan kurikulum. Akhirnya, sarjana akuntansi siap
terjun dalam dunia kerja dan mudah menyesuaikan kemampuan yang
dimilikinya dengan tuntutan pekerjaan, lebih-lebih sarjana akuntansi dikenal
sebagai professional yang mengejar kehidupan mapan dalam waktu singkat.
(Tambunan, 2001). Disamping itu, profesi akuntan pada masa yang akan
dating menghadapi tantangan yang semakin berat, sehingga kesiapan yang
menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan.
3
Penelitian yang berkaitan dengan persepsi mahasiswa akuntansi
terhadap pemilihan karir telah banyak dilakukan, diantaranya adalah yang
dilakukan Rahayu, dkk (2003). Hasil penelitian Rahayu menunjukkan bahwa
mahasiswa beranggapan, bekerja sebagai akuntan publik lebih professional
dan lebih memberikan kepuasan pribadi, sedangkan sebagai akuntan
perusahaan memberikan kepastian masa depan. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Wijayanti menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang diteliti, yaitu
penghargaan finansial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-
nilai sosial, lingkungan kerja, dan keamanan kerja serta tersedianya lapangan
kerja, hanya faktor penghargaan finansial, pelatihan professional dan nilai-
nilai sosial yang dipertimbangkan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir.
Dengan banyaknya penelitian yang dilakukan terhadap pemilihan karir
mahasiswa lulusan akuntansi, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian kembali terhadap mahasiswa akuntani yang ada di Kota
Banjarmasin baik yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun
Swasta (PTS), apakah ada perbedaan pandangan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir, baik secara
keseluruhan dan berdasarkan gender-nya. Faktor-faktor yang diteliti dalam
penelitian ini ada 7 (tujuh) variabel, yaitu 1). penghargaan finansial,
2). pelatihan professional, 3). pengakuan professional, 4). nilai-nilai sosial,
5). lingkungan kerja, 6). pertimbangan pasar kerja, dan 7). Personalitas.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi di antara mahasiswa akuntansi yang
memilih karir sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan
pendidik dan akuntan pemerintah, secara keseluruhan dan menurut
perbedaan gender mengenai penghargaan finansial, pelatihan professional,
pengakuan professional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan
pasar kerja, dan personalitas ?
2. Jenis karir apa yang paling diminati oleh mahasiswa akuntansi secara
keseluruhan dan berdasarkan gender-nya ?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Persepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Persepsi juga merupakan
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Sekilas,
konsep persepsi nampaknya mudah untuk dipahami, namun jika dilakukan
penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa konsep persepsi yang
dikemukakan pakar-pakar psikologi berbeda dengan lainnya.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi mengenai persepsi,
yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Chaniago (2000) dalam Yunin (2004), memberikan pengertian
persepsi, yaitu merupakan tanggapan langsung dari sesuatu yang dilihat
atau didengar atas proses pengamatan tentang sesuatu obyek dengan
menggunakan panca indera. Persepsi suatu permasalahan yang menjadi
obyek pengamatan secara nyata akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
setiap orang. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai daya
pemahaman sendiri-sendiri atas suatu permasalahan sehingga persepsi
hanya merupakan cara pandang atas permasalahan yang sifatnya dinamis,
sehingga seiring dengan dinamika pemikiran dan perasaan manusia dalam
system interaksi sosial maka kemampuan untuk mempersepsikan juga
dapat bersifat dinamis.
6
2. Menurut Gordon (1991), persepsi sebagai proses penginderaan kenyataan
yang kemudian menghasilkan pemahaman dan cara pandang manusia
terhadapnya.
3. Menurut Cherington dalam Yunin (2004), persepsi sebagai proses
penerimaan dan penafsiran rangsangan yang berasal dari lingkungan.
4. Menurut Walgito (1997), persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif
yang dalam setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungannya melalui panca inderanya (melihat, mendengar, mencium,
menyentuh, dan merasakan).
Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu 1). Adanya obyek yang
dipersepsikan/fisik, 2). Alat indera/reseptor, yaitu alat untuk menerima
stimulus (fisiologis), 3). Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama
dalam mengadakan persepsi (psikologis).
Berbagai model telah dikembangkan dengan pendekatan teori
pemrosesan informasi. Menurut Tereitner dan Kinichi (1992) dalam Effendi
(2000), persepsi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap perhatian atau pemahaman
2. Tahap pengkodean dan penyederhanaan
3. Tahap pengeluaran dan respon
7
2.1.2 Perbedaan Gender
Perbedaan jenis kelamin sesungguhnya tidak menjadi masalah
sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (Laksmi dan Indriantoro,
1999). Namun pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender
masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power).
Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, misalnya melalui
sosialisasi, budaya yang berlaku serta kebiasaan-kebiasaan yang ada. Adanya
diskriminasi dalam pekerjaan dapat menurunkan kinerja serta prospek karir
wanita yang disebabkan karena adanya kesempatan yang terbatas dalam
peningkatan kemampuan dan pengembangan hubungan kerja yang dapat
mendukung karir mereka.
Menurut Gilligan (1982) dalam Murtanto dan Marini (2003),
perkembangan moral dan cara-cara pemikiran wanita berbeda secara
fundamental dengan pria. Shaub (1994), Borkowski dan Ugras (1996) dalam
Murtanto dan Marini (2003) juga mengatakan bahwa perkembangan moral
juga berbeda karena gender dan pengaruh gender cukup kecil terhadap
perkembangan moral. Pengaruh jenis kelamin muncul ketika perbedaan
antara pria dan wanita terjadi dalam proses pembuatan keputusan dalam hal
ini memilih karir yang tepat.
Rahayu, dkk (2003) menyatakan bahwa berdasarkan gender-nya,
perbedaan persepsi/pandangan mahasiswa akuntansi terlihat pada faktor
pelatihan professional dan lingkungan kerja, sedangkan factor penghargaan
financial, pengakuan professional, nilai-nilai social, pertimbangan pasar kerja
dan personalitas tidak terdapat perbedaan pandangan.
8
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Pendidikan Akuntansi
Secara umum sutau system didefinisikan sebagai suatu kumpulan
elemen-elemen yang berinteraksi satu sama lain dalam melakukan kegiatan
dan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai suatu sistem,
pendidikan akuntansi memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan sistem
pendidikan akuntansi secara umum menurut Sumarjono (1991) dalam
Rahayu, dkk (2003), adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila dan UUD 1945.
2. Mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral tinggi, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan akademika atau
professional dalam menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu.
Mahasiswa akuntansi sebagai calon professional harus memiliki
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kemampuan (ability)
dalam berkarir. Keterampilan dapat dimiliki dari lingkungan formal dan
informal. Pendidikan dalam hal ini merupakan sesuatu yang sangat
mendesak, sekaligus mendapat prioritas. Setidaknya ada tiga hal yang perlu
diajarkan kepada calon akuntan, yaitu kemampuan intelektual, interpersonal
komunikasi, dan karakteristik sebuah perusahaan.
Peningkatan intelektualitas dapat memperbaiki kemampuannya untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi secara terstruktur,
mengorganisir informasi dan fakta-fakta yang ada. Dengan demikian,
keputusan strategi yang dihasilkan tidak akan didasari pada pemikiran
9
naluriah tapi dilandasi oleh kemampuan intelektual yang didayagunakan
secara sistematis.
Melalui peningkatan kemampuan interpersonal, lulusan akuntansi
diharapkan dapat bekerja secara efektif dalam kelompok yang terdiri dari
orang-orang yang homogeny, sedangkan dengan peningkatan keterampilan
komunikasi maka kemampuan untuk menerima maupun mentransmisikan
konsep dan informasi secara efektif melalui pendidikan akuntansi dapat
dibina sejak awal.
Komponen pengetahuan yang meliputi pengetahuan umum bisnis dan
organisasi serta pengetahuan dan keterampilan akuntansi merupakan
pengetahuan yang diperlukan untuk membantu para professional akuntansi
untuk dapat berorientasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan
lingkungannya demi suksesnya karir dalam profesi akuntan. Sedangkan
orientasi professional dimaksudkan agar para lulusan dapat bertindak sebagai
seorang professional di bidangnya yang memiliki integritas, objektivitas,
kompetisi, dan sesuai dengan etika profesinya.
Secara proporsional, perkembangan dunia usaha akan berpengaruh
terhadap perkembangan dunia akuntansi. Peran dari sistem akuntansi sebagai
peralatan yang dibutuhkan oleh dunia usaha dapat dilihat dari permintaan dan
penawaran tenaga kerja di bidang akuntansi oleh dunia usaha. Perguruan
tinggi sebenarnya mempunyai peluang untuk menciptakan akuntan yang
memenuhi persyaratan kebutuhan dunia bisnis. Matakuliah-matakuliah lebih
mudah dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan dunia bisnis.
10
2.1.4. Definisi Karir
Kata karir berasal dari bahasa Inggris yaitu “career” yang secara
umum diartikan sebagai karir atau riwayat kerja. Karir menurut Flippo
(1984) adalah “ A career be defined as asequence of separated but related
work nactivities that provides continuity, order, and meaning in a person’s
life:
Sedangkan karir menurut Handoko (2001) adalah :
1). Karir merupakan suatu rangkaian promosi atau pemindahan (transfer)
kea rah pekerjaan-pekerjaan yang lebih memerlukan tanggung jawab
yang besar atau kearah posisi dalam hirarki kerja atau di luar hirarki
kerja selama masa kerja seseorang.
2). Karir merupakan pekerjaan-pekerjaan seseorang yang mempunyai pola
perkembangan yang sistematis dan jelas.
3). Karir merupakan sejarah perkembangan seseorang.
Dari definisi-definisi di atas, maka karir dipandang dari sudut
individu maupun organisasi, orang tidak hanya memahami pengalaman-
pengalamannya yang khusus, tetapi juga kesempatan-kesempatan yang ada di
dunia profesi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karir ditandai
dengan adanya :
1). Kemajuan seseorang dalam suatu lapangan kerja yang diperolehnya
selama waktu ia bekerja.
2). Kemajuan ini memerlukan kemampuan, keahlian, pengalaman, dan
tanggungjawab yang lebih tinggi.
11
3). Kemajuan ini di dalamnya terdapat unsur cita-cita dan kepuasan yang
menimbulkan ketentraman, kesinambungan, dan arti dalam hidup
seseorang.
Menurut Rudi (2001), secara tradisional, akuntan di Indonesia
menjalankan karirnya dalam berbagai bidang dan lingkungan; mulai dari
akuntan perusahaan, akuntan manajemen, akuntan pajak (auditor intern),
akuntan publik (auditor ekstern), akuntan pemerintah, akuntan pendidik, serta
akuntan konsultan (yang utamanya adalah sebagai konsultan dalam
pembangunan sistem informasi akuntansi).
Keberadaan masing-masing bidang karir itu tentunya sejalan dengan
kebutuhan yang muncul dalam dunia usaha. Kehadiran akuntan
sesungguhnya akan selalu dibutuhkan, seperti ungkapan klasik bahwa
akuntansi adalah bahasa inggris dan tanpa akuntansi maka bisnis akan “kacau
balau” dan tidak memiliki satu acuan yang sama.
2.1.5. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin, yang berbunyi “movere” yang
berarti menggerakkan. Guna lebih memudahkan pengertian,maka di bawah
ini penulis akan menguraikan pendapat beberapa orang ahli mengenai
definisi motivasi.
Flippo (1989) mengemukakan pendapat tentang definisi dari motivasi
sebagai berikut :
In essence it is skill in aligning employee and organization inters so
that behavior result in achievement of employee wants simultaneously with of
organization objective.
12
Menurut Barney dan Griffin (1992) dalam Yunin (2004), motivasi
adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang utnuk memilih tindakan
tertentu di antara berbagai tindakan yang mungkin dilakukannya. Kuat dan
lemahnya dorongan seseorang untuk melakukan aktivitas tidak terlepas dari
motivasi yang menjadi landasan orang tersebut dalam melakukan perbuatan.
Abdurrahman, 2004). Motivasi ini juga sangat menentukan berhasil atau
tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Hal ini juga bagi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir yang
akan dijalaninya di kemudian hari. Ketika mereka dihadapkan pada beberapa
alternative pilihan karir yang ada dalam bidang akuntan, yaitu akuntan
public, akuntan perusahaan, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah,
mahasiswa akuntansi akan memilih salah satu karir yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dapat memberikan kepuasan.
Berbagai kebutuhan yang menjadi tujuan seseorang bermacam-
macam. Ada kebutuhan yang bersifat kebendaan seperti pangan, sandang,
papan dan sebagainya. Adapula kebutuhan yang bersifat kerohaniaan, seperti
pergaulan, kasih saying, keamanan, pemenuhan, kewajiban, membalas
sesuatu dan lain-lain.
Flippo seperti yang dikutip Firdaus (1997) menyatakan bahwa,
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan langsung dengan bekerjanya
seseorang dalam organisasi adalah upah, keamanan bekerja, rekan kerja yang
sesuai, kepercayaan melakukan pekerjaan, pekerjaan yang berarti,
kesempatan untuk maju, syarat-syarat yang menyenangkan, aman dan
menarik dan pergaulan yang tepat. Masih menurut Flippo,
13
Abraham Maslow yang dikutip oleh Cahyono (1995), mengatakan
bahwa kebutuhan manusia menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan social
4. Kebutuhan ego
5. Kebutuhan realisasi diri.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1). Motivasi bersumber dari keinginan yang ada pada diri seseorang yang
mempengaruhi tindakannya.
2). Motivasi bersumber dari pemuasan kebutuhan dan keinginan individu.
3). Motivasi mengacu pada tujuan.
Teori motivasi berusaha menjelaskan dan meramalkan bagaimana
perilaku individu. Di bawah ini akan dijelaskan lebih luas tentang Content
Theories dan Process Theories.
2.1.3.1 Content Theories
Gibson, Ivanchecich dan Donely (1987) yang dikutip oleh Sylviana
(2004), mengemukakan bahwa Content Theories merupakan teori kepuasan
yang mencoba menemukan factor-faktor yang terdapat dalam diri individu
yang menggerakkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Ada tiga teori
penting yang terdapat di dalam teori kepuasan ini, yakni :
a. Teori hirarki kebutuhan (Need of Hierarchy) yang diperkenalkan oleh
Abraham Maslow.
14
Menurut Maslow, pemenuhan kebutuhan manusia sifatnya
berjenjang. Kebutuhan jenjang paling bawah atau dasar adalah kebutuhan
fisiologis, kedua kebutuhan akan rasa aman, ketiga kebutuhan social,
keempat kebutuhan penghargaan dan yang terakhir kebutuhan untuk
mengaktualkan diri. Jenjang kebutuhan tersebut disebut Maslow sebagai
hirarki kebutuhan. Kutipan peneliti dari Flippo (1989) menulis bahwa
Maslow menguraikan hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Physiologis Needs
Yaitu kebutuhan dasar untuk memelihara kelangsungan hidup
seperti makan, minum, tempat tinggal, kebebasan dan kebutuhan
biologis.
2. Security and Safety Needs
Yaitu Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan, seperti
ketakutan, ancaman, kehilangan pekerjaan, keamanan jiwa
sewaktu bekerja, dan keamanan atas harta benda miliknya.
3. Affiliation or Aceptance Needs
Yaitu kebutuhan bermasyarakat/social, mencintai dan dicintai.
Kebutuhan ini bisa juga disebut dengan Love Needs.
4. Esstem of’s Needs
Yaitu kebutuhan akan penghargaan atau prestasi, seperti
kebutuhan untuk mendapat reputasi yang baik, terhormat dan
dihormati, senang dipuji, penghargaan dan pengakuan atas
kebutuhan-kebutuhannya.
15
5. Self Actualization Needs
Yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan akan
memperoleh kebanggaan, membuktikan dirinya sebagai orang
yang mampu mengembangkan diri dan potensi bakat yang
dimilikinya.
b. Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) yang dikemukakan oleh Frederick
Herzberg
Menurut Herzberg dalam Firdaus (1997) menyatakan dalam konteks
motivasi terdapat dua kelompok faktor motivasi, yakni Hygiene Factors
dan Motivation Factors. Kedua factor tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Hygiene Factors
Dalam Hygiene Factors, terdapat sejumlah kondisi kerja
ekstrinsik yang jika tidak diberikan atau terpenuhi akan
menimbulkan ketidakpuasan, sehingga seseorang yang bekerja
cenderung mengupayakan untuk mendapatkannya. Faktor-faktor
ini berhubungan dengan lingkungan luar pekerjaan yang antara
lain meliputi : 1). Gaji dan upah; 2). Jaminan pekerjaan ; 3).
Kondisi kerja ; 4). Status ; 5). Kebijaksanaan perusahaan ; 6).
Mutu hubungan pribadi.
2. Motivation Factors
Dalam Motivation Factors, terdapat serangkaian kondisi intrinsic
yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut, akan mampu
menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, tetapi jika kondisi
16
tersebut tidak ada akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang
berlebihan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah : 1). Prestasi ; 2).
Pengakuan ; 3). Tanggung jawab ; 4). Kemajuan ; 5). Pekerjaan
itu sendiri dan 6). Kemungkinan berkembang.
2.1.3.2. Teori Prestasi dari Meleland
Menurut McLeland dalam Firdaus (1997), bahwa dia mengajukan
teori motivasi yang berkaitan dengan belajar. McLeland mengelompokkan
kebutuhan manusia ke dalam tiga kelompok utama, yaitu :
1. Needs for Achievement, yakni kebutuhan untuk berprestasi
2. Needs for power, yakni kebutuhan untuk menguasai orang lain
3. Needs for affiliation, yakni kebutuhan untuk bermasyarakat dan
bersahabat.
Sehubungan dengan teori ini, McLeland melaksanakan riset
terhadap masyarakat yang berprestasi tinggi. Adapun masalahnya adalah
sebagai berikut :
a. Mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi lebih senang
menetapkan sendiri tujuan prestasinya.
b. Mereka lebih suka menentukan tujuan yang sesuai dengan tujuan mereka.
c. Mereka lebih senang umpan balik yang cepat dan efisien yang
berhubungan dengan prestasi mereka.
d. Mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi suka
bertanggungjawab terhadap pemecahan masalah.
Dari cirri diatas tampak bahwa seseorang yang memiliki kebutuhan
akan keberhasilan yang tinggi selalu berusaha bekerja dengan lebih baik
17
dengan orang lain, bahkan mereka tidak puas jika hanya bekerja dengan
hasil seadanya.
2.1.3.3. Process Theories
Rampandojo dan Husnan dalam Firdaus (1997) menyatakan
pendapat mereka tentang Process Theories, sebagai berikut : Process
Theories bukanlah menekankan pada isi kebutuhan dan sifat dorongan dari
kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada bagaimana dan
dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi.
Teori proses memperkenalkan tiga orang ahli yang teorinya
termasuk ke dalam teori proses, yaitu :
1. Teori Penguatan di B.F. Skiner (Reinforcement Theory).
Asumsi dasar dari teori ini adalah setiap keputusan yang diambil selalu
memiliki konsekuensi, ada kalanya menyenangkan namun terkadang juga
tidak menyenangkan.
2. Teori harapan dari Victor Room (Expectancy Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan atau memutuskan untuk melakukan sesuatu tergantung dari
kebutuhan timbale balik.
3. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang dimotivasi
oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan.
2.1.6. Hubungan antara Pemilihan Karir dengan Motivasi’
18
Pemilihan karir adalah suatu sikap yang diambil oleh seseorang
terhadap karir dengan berbagai pertimbangan yakni dari sisi kemampuan
dan keinginan yang ingin diraih di masa yang akan dating. Dengan
demikian, dalam memilih karir seseorang tidak pernah terlepas dari
motivasi yang menjadi landasannya.
Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan dalam penelitian ini.
Namun, teori motivasi Hygiene merupakan salah satu teori yang
meyakinkan bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaannya
merupakan suatu hubungan dasar dan sikap kerjanya terhadap pekerjaan
tersebut sangat menentukan sukses atau kegagalan itu.
Sebagai suatu konsep, karir dapat dilihat sebagai suatu posisi yang
dipegang individu dalam suatu jabatan di suatu perusahaan dalam kurun
waktu tertentu. Riset terbaru menunjukkan bahwa karir melalui suatu
rangkaian fase atau tahap yang relative dapat diprediksi, dimulai dengan
eksplorasi dan investigasi awal terhadap kesempatan karir dan diakhiri
dengan pension (Rahayu, dkk, 2003).
Akuntan merupakan salah satu profesi dalam dunia kerja yang dapat
dijalani oleh mahasiswa akuntansi. Secara garis besar, bidang pekerjaan
yang dapat dilakukan oleh akuntan dapat digolongkan dalam empat
kategori, yaitu akuntan public, akuntan perusahaan, akuntan pendidik, dan
akuntan pemerintah. Keempat karir tersebut dapat dijalani oleh para
lulusan Strata-1 akuntansi dari berbagai perguruan tinggi. Dalam memilih
karir, mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti penghargaan
financial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai
19
social, lingkunan kerja, dan pertimbangan pasar kerja serta personalitas.
Faktor-faktor tersebut bisa dikatakan sebagai motivasi yang mendorong
mahasiswa akuntansi sehingga mereka memilih karir tersebut. Mahasiswa
yang memilih karir sebagai akuntan public, bisa jadi dipengaruhi factor
yang berbeda dengan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan
pendidik, demikian juga kemungkinan factor-faktor itu berbeda apabila
mahasiswa memilih karir yang berbeda.
2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan dipersiapkan untuk memberikan gambaran atau laporan
kemajuan secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
bersangkutan. Menurut (Munawir, 2002:6) laporan keuangan adalah bersifat
historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan
terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat
2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi
3. Pendapat pribadi
20
Dengan melihat sifat-sifat laporan keuangan tadi maka dapat ditarik
kesimpulan keterbatasan laporan keuangan itu adalah :
1. Laporan keuangan bersifat historis. Yaitu merupakan pelaporan
keuangan yang telah lewat.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
pasti dan benar, tetapi sebenarnya dapat dimanipulasi.
3. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
2.1.5 Gambaran umum SAK dan PSAK nomor 27
Akuntansi di dalam pelaksanaan praktek nya sehari-hari didasari oleh
suatu standar yang telah diterima umum, standar itu berisi tentang konvensi,
peraturan dan prosedur yang telah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi
yang diakui pemerintah, profesi, dan umum yakni komisi Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang berada di bawah lembaga Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI), yang pada tahun 1987 mengeluarkan buku prinsip akuntansi Indonesia.
Yang pada akhirnya buku ini berkembang dan menyesuaikan dengan
tuntutan pemakai laporan keuangan. Pada tahun 1994 PAI diubah menjadi
komite SAK. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan, yang terakhir adalah edisi tahun 2009.
Di dalam salah satu SAK itu terdapat PSAK yang mengatur tentang
perkoperasian yaitu nomor 27 yang di mana tidak mengalami perubahan
sejak revisi tahun 1998. Dalam PSAK 27 ini mengatur dan menjelaskan
21
tentang karakteristik koperasi, struktur penggolongan koperasi, usaha dan
jenis koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, modal koperasi, aset,
pendapatan dan juga tentang laporan keuangan koperasi.
2.1.6 Akuntansi Perkoperasian (PSAK nomor 27)
2.1.6.1 Pengertian Koperasi
Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 koperasi adalah
“Badan usaha yang beranggotaan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdaarkan asas
kekeluargaan”. Berdasarkan definisi tadi koperasi mengandung unsur :
koperasi itu adalah suatu badan usaha yang mengahasilkan laba,
koperasi beranggotakan sekumpulan orang-orang yang mempunyai
kepentingan ekonomi yang sama, koperasi Indonesia bekerja
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang ditetapkan di Indonesia dan
juga berdasarkan atas kekeluargaan.
Jadi koperasi adalah kumpulan orang-orang yang mandiri, yang
bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan bersama mereka
dalam kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan dan aspirasi, melalui
suatu badan usaha yang dimiliki bersama dan dikontrol bersama secara
kekeluargaan.
2.1.6.2 Fungsi Koperasi
Dalam pasal 4 Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian disebutkan bahwa fungsi koperasi yaitu :
22
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
2.1.6.3 Karakteristik Koperasi
PSAK (2009 : 27.1) karakteristik utama koperasi yang
membedakan dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi
memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi
(user own oriented firm) oleh karena itu :
1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar
sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.
2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai
percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri
sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi.
Selain itu, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika
23
kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan kepedulian
terhadap orang lain.
3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta
dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya.
4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan
ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan
anggotanya.
5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada
anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non
anggota koperasi.
2.1.6.4 Bentuk Koperasi
PSAK (2009: 27.2) bentuk koperasi terbagi kedalam koperasi
primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang
beranggotakan orang seorang. Koperasi sekunder adalah koperasi yang
beranggotakan badan-badan hukum koperasi.
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh orang yang
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi
sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh koperasi primer
sedikitnya 3 koperasi.
2.1.6.5 Prinsip Prinsip Koperasi
24
Prinsip-prinsip koperasi menurut Undang-Undang nomor 25
tahun 1992 dan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah :
1. Keanggotaan bersifat sukarela
Maksudnya di sini adalah seseorang tidak boleh dipaksa untuk
menjadi anggota koperasi, namun harus berlandaskan keinginan
pribadi.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Maksudnya di sini adalah pemilihan para anggota koperasi
dilakukan pada saat rapat anggota. Pengelola koperasi itu berasal
dari anggota koperasi itu sendiri. Setiap anggota memiliki hak suara
yang sama dalam pemilihan pengurus.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
Maksudnya disini bisa diartikan bahwa semakin sering anggota
melakukan transaksi bisnis dengan koperasinya maka semakin besar
SHU yang diterimanya
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
Dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam
hal pengambilan keputusan usaha organisasi.
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi
2.1.6.6 Struktur Organisasi Koperasi di Indonesia
25
Secara umum struktur organisasi dan tatanan manajemen
koperasi Indonesia yaitu :
1. Rapat anggota
Dapat di artikan sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi di
koperasi.
2. Pengurus
Perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui koperasi yang
dipilih melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi
dan usaha
3. Pengawas
Perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandate
untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan
usaha koperasi
4. Pengelola
Mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk
mengembangkan usahan koperasi secara efisien dan professional.
2.1.6.7 Pengguna Laporan Keuangan Koperasi
Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sitem
pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bentuk bagian dari
pertangguang jawaban pengurus tentang kegiatan koperasi sehari-hari.
Dengan kata lain bila dilihat dari sudut pandang manajemen maka hal
ini bisa membuat pihak manajemen mengevaluasi kinerjanya agar lebih
maju.
Pengguna utama dari laporan keuangan koperasi adalah :
26
1. Para pengguna dan calon anggota koperasi
2. Pejabat koperasi
3. Bank
4. Kreditur
5. Kantor pajak
2.1.6.8 Tujuan Pelaporan Keuangan Koperasi
Tujuan keuangan laporan koperasi adalah untuk menyediakan
koperasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya.
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2002 :98-99) beberapa hal yang
dapat di informasikan oleh pemakai keuangan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota
koperasi
2. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama satu periode dengan
sisa hasil usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran
3. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi,
kewajiban, dan kekayaan bersih, dengan pemisahaan antara yang
berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.
4. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber
daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu
periode, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota
dan bukan anggota
5. Mengetahui inforamasi penting lainnya yang mungkin berpengaruh
dengan likuiditas dan solvabilitas koperasi
27
Informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan seperti yang
dimaksud diatas adalah dengan cara sebagai berikut :
1. Sumber daya ekonomi yang dimiliki koperasi itu sendiri
2. Kewajiban koperasi yang harus dipenuhi koperasi
3. Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota koperasi koperasi dan
koperasi itu sendiri
4. Transaksi keadaan dan kejadian yang terjadi dalam suatu periode
yang mengubah sumber daya ekonomis kewajiban dan kekayaan
bersih koperasi
5. Sumber dan penggunaan dana serta informasi-informasi lain yang
mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi
2.1.7 Penerapan PSAK nomor 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian
Suatu koperasi dikatakan telah menerapkan standar akuntansi
keuangan apabila koperasi tersebut dalam membuat laporan keuangan
koperasi berpedoman kepada standar akuntansi keuangan (SAK) khususnya
SAK tentang akuntansi perkoperasian nomor 27 tahun 2007.
Menurut PSAK nomor 27 tahun 2007 Laporan keuangan koperasi
meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi
ekonomi keluarga, dan catatan atas laporan keuangan.
1. Neraca : neraca menyajikan informasi mengenai asset, kewajiban, dan
ekuitas koperasi pada waktu tertentu.
2. Perhitungan hasil usaha : perhitungan ini harus memuat hasil usaha
dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, perhitungan
28
hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban usaha
dan beban perkoperasian selama periode tertentu
3. Laporan arus kas : laporan arus kas menyajikan informasi mengenai
perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu
4. Laporan promosi ekonomi anggota : adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh anggota satu tahun tertentu laporan
tersebut mencakup empat unsur yaitu :
a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolaha bersama.
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan
dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan
manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian hasil usaha
tahun berjalan. Sisa hasil usaha tahun berjalan harus dibagi sesuai
denganketentuan anggaran dan anggaran rumah tangga koperasi. Bagian
sisa hasil usaha untuk anggota merupakan manfaat ekonomi yang diterima
anggota pada akhir tahun buku.
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures)
yang memuat :
Perlakuan akuntansi antara lain mengenai:
29
a. Pengakuan pendapatan dan beban sesungguhnya dengan transaksi
koperasi dengan anggota dan non anggota
b. Kebijakan akuntansi tentang asset tetap, penilaian persediaan, piutang
dan sebagainya
c. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota
Pengungkapan informasi lain antara lain:
a. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota
b. Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota
c. Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari koperasi dengan
anggota dan non anggota
d. Asset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi
Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan menurut PSAK
nomor 27 tahun 2009. (2009:27.4-9)
1. Ekuitas
Ekuitas koperasi terdiri atas modal anggota berbentuk simpanan pokok,
simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan,
modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha yang belum dibagi.
Modal anggota,
Simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki
karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib
diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan
sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib. Penyajian nilai
simpanan pokok dan simpanan wajib di neraca adalah dengan
menyajikan nilai nominal simpanan wajib dan simpanan pokok.
Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru
diatas nilai nominal seimpanan pokok dan simpanan wajib anggota
pendiri diakui sebagai modal penyertaan partisipasi anggota.
30
Modal penyertaan,
Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah
nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain
uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar
yang berlaku saat diterima.
Modal sumbangan,
Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup
resiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan
yang substansifnya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban
jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Cadangan,
Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan. Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar
dari keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan lain-lain dibebankan kepada cadangan.
Sisa hasil usaha,
Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada koperasi, dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil
telah diatur secara jelas, maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi
diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya
belum diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat
sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
2. Kewajiban
Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik diakui sebagai
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan tanggal
jatuh temponya dan dicatat sesuai dengan nilai nominalnya. Sedangkan
kewajiban adalah simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai
sejumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota pada
koperasi atas dasar kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat
diambil sewaktu-waktu sesuai perjanjian. Dan juga simpanan ini tidak
mengandung resiko kerugian dan sifatnya sementara.
31
3. Aset
Aset yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaanya dan
tidak dapat dijual kembali untuk menutup kerugian koperasi diakui
sebagai asset lain-lain, sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan
dalam catatan atas laporan keuangan. Aset-aset yang dikelola oleh
koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aset dan
harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Pendapatan dan beban
Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui
sebesar partisipasi bruto. Partisipasi bruto pada dasarnya adalah
penjualan barang pada anggota. Dalam pengadaan barang dan jasa
untuk anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang
diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan
partisipasi neto. Sedangkan partisipasi neto adalah kontribusi anggota
terhadap hasil usaha koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi
bruto dan beban pokok.
Beban koperasi adalah beban sehubungan dengan gerakan
perkoperasian dan tidak berhubngan dengan kegiatan usaha.
2.1.8 Tingkat Pendidikan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara
atau pembuatan mendidik. Kemampuan karyawan yang multi talenta
biasanya tergantung dengan tingkat pendidikan karyawan yang dijalaninya,
semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka semakin besar juga daya
cipta atau daya pikir dalam menghasilkan sesuatu. Hal ini lah yang
menyebabkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pembuatan
laporan keuangan koperasi yang sesuai dengan PSAK nomor 27. Semakin
32
tinggi tingkat pendidikan karyawan maka akan mengakibatkan karyawan
mampu untuk menerapkan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
2.1.9 Pelatihan
Salah satu keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan
perusahaan tergantung pada tingkat kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan pelatihan, menurut Robert
L. mathis (2002 :5) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang
mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Kemampuan sumber daya manusia yang multi talenta akan menguntungkan
perusahaan, hal ini dikarenakan akan semakin mampunya seseorang dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Jika sebuah perusahaan
ingin memiliki daya saing tinggi di masa depan maka salah satu upaya
strategi yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebuah proses belajar
berkelanjutan di seluruh lapisan karyawan melalui pelatihan dan
pengembangan. Ada dua tujuan utama pelatihan dan pengembangan
karyawan yaitu Pertama, pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk
menutup kesenjangan antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan
permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan (Husein : Blog)
Kemampuan karyawan yang multi talenta biasanya tergantung dengan
tingkat pelatihan yang dijalaninya semakin banyak tingkat pelatihan
karyawan maka makin besar juga daya cipta atau daya pikirnya dalam
menghasilkan sesuatu. Dalam hubungannya terhadap penerapan PSAK
33
nomor 27 pada koperasi, maka semakin banyak jam pelatihan karyawan akan
mengakibatkan koperasi-koperasi makin mampu untuk menerapkan PSAK
nomor 27.
2.1.10 Pengalaman Kerja
Maksudnya disini adalah pengalaman masa kerja seseorang dalam
bekerja untuk membuat laporan keuangan yang dinyatakan dalam tahun.
Pengalaman kerja ini adalah proses dimana seseorang mengenal bagaimana
cara berorganisasi. Saat proses itu lah seseorang akan belajar untuk
bagaimana cara memecahkan suatu masalah yang dihadapi, dan dari masalah
yang dihadapi itu akan memudahkan seseorang berkerja jika menghadapi
masalah yang sama di masa akan datang. Dengan demikian pengalaman kerja
seseorang akan menghasilkan perbedaan dengan orang yang tidak
mempunyai pengalaman kerja, orang yang mempunyai pengalaman kerja
akan mempunyai peluang lebih besar dalam mengerjakan tugas-tugas
perusahaan dengan baik .
Dalam hal hubungannya terhadap penerapan PSAK nomor 27 maka
orang yang telah terbiasa dalam hal berkerja di koperasi dan koperasi
tersebut menerapkan PSAK sebagai pedoman dalam pembuatan laporan
keuangan koperasi maka akan lebih mudah dan lebih baik untuk membuat
laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian di bandingkan dengan orang yang belum pernah menyusun
laporan keuangan. Pengalaman kerja ini juga di tunjang dengan tingkat
pendidikan seseorang dalam melakukan tugas dari perusahaan. jadi semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin banyak pengalaman kerja
34
seseorang maka akan membuat koperasi tersebut dalam hal pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2.1.11 Frekuensi Pengawasan
Menurut Edy Sokarno (2000:1) untuk mencapai kinerja optimal maka
perusahaan harus terorganisir dengan baik, memiliki visi dan misi, memiliki
daya pengendalian manajemen serta mencintai pengetahuan untuk membantu
orang agar dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses
pengambilan keputusan.
Selanjutnya menurut Robert J. Mocker seperti yang diterjemahkan
oleh Hendrojogi (2000:130) pengendalian adalah suatu upaya sistematis
untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem umpan balik informasi membandingkan prestasi sesungguhnya
dengan standar yang lebih dahulu di tetapkan menentukan apakah ada
penyimpangan-penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan
tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan
menjamin bahwa tugas atau pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah (
aturan ) yang diberikan.
Secara langsung pengawasan bertujuan untuk :
1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan
perintah (aturan yang berlaku)
35
2. Menertibkan koordinasi kegiatan
3. Mencegah pemborosan dan penyimpangan
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barnag dan jasa yang
dihasilkan
5. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi
Pengendalian manajemen bersifat menyeluruh dan terpadu, artinya
lebih mengarah kepada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan
organisasi terpenuhi dan tercapai. Dalam arti lain bila manajemen melakukan
penyimpangan maka hendaknya dapat diketahui sedini mungkin.
Sebagaimana kita ketahui dalam struktur organisasi koperasi terdapat
suatu badan pengawas koperasi yang mengemban amanat anggota untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
koperasi, Dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 pasal 39 ayat 1
“Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan koperasi”. sedangkan ayat 2 “Menyatakan pengawas
berwenang untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi dan
mendapatkan segala keterangan yang diperlukan”. Jadi hubungannya dengan
penerapan PSAK nomor 27 terhadap perkoperasian adalah semakain sering
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan di awasi maka akan
mengakibatkan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan PSAK nomor 27
dapat diketahui secara dini, dan juga agar dapat segera diambil tindakan
penyelesaian.
36
2.1.12 Pemeriksaan Eksternal
Pemeriksaan (examination) digunakan untuk menguraikan jasa lain
yang muncul dalam pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian
asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kreteria yang telah ditetapkan.
Boynton, Jhonson, Kell (2003:22).
Pemeriksaan keuangan biasanya dilakukan oleh seorang Auditor.
Audit menurut Dan M.Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters (2002:5)
suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi
bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian
ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan
kreteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Auditor biasanya diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan
siapa yang memperkerjakan mereka : Auditor independen, Auditor internal,
dan Auditor pemerintah. Auditor independen bisanya disebut dengan auditor
eksternal, adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai kantor
praktek tersendiri dan menawarkan jasa-jasa audit serta jasa lain kepada
klien.
Tanggung jawab auditor independen menurut Dan M.Guy, C. Wayne
Alderman, Alan J. Winters (2002:11) adalah mengaudit laporan keuangan
klien serta mengumpulkan bukti yang kompeten dan mencukupi untuk
memberikan pandapat tentang laporan keuangan klien. Laporan keuangan itu
tanggung jawab klien, yaitu klien lah yang bertanggung jawab atas
pencatatan, pengikhtisaran, dan pengklasifikasian transaksi ekonomi serta
37
pengalokasiannya. Auditor hanya bertanggungjawab melaporkan apakah
laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar menurut prinsip akuntansi
yang berlaku secara umum. Hubungan dengan penerapan PSAK nomor 27
terhadap pemeriksaan eksternal adalah apabila pemeriksaan dilakukan oleh
auditor independen maka apabila terjadi kemungkinan koperasi tersebut tidak
menerapkan sesuai pedoman yang berlaku maka auditor bisa menyampaikan
kepada klien, sehingga penerapan PSAK nomor 27 dapat dilaksanakan secara
benar.
2.2 Review Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian dari Pusvita (2003) mengungkapkan
bahwa banyak koperasi pegawai negeri di kota Banjarmasin yang belum
menerapkan akuntansi perkoperasian menurut PSAK nomor 27.
Banyaknya koperasi yang belum menerapkan SAK tentang
perkoperasian dikarenakan sumber daya manusia koperasi tersebut kurang
memadai, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden dalam menyusun
laporan keuangan tidak sesuai dengan jurusan akuntansi, penyebab lain
sumber daya manusia tersebut kurang memadai adalah kurangnya
pengetahuan dan pengalaman responden dalam penyusunan laporan
keuangan koperasi.
Penelitian Pusvita (2003) didukung oleh penelitian Nina (2006) yang
mengungkapkan bahwa masih banyak koperasi yang tidak melakukan
pemisahan pada akun-akun tertentu yang perlu dipisahkan, misalnya dalam
pos beban, kewajiban, dan pendapatan. Dalam penyajian laporan keuangan
38
tidak di pisahkan antara beban perkoperasian dengan beban usaha, kewajiban
jangka panjang dan kewajiban jangka pendek, dan pendapatan anggota atau
non anggota. Penyebab banyaknya koperasi tidak melakukan pemisahan
tesebut dikarenakan kurang sesuainya jurusan pendidikan responden dalam
menyusun laporan keuangan, ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan
pengalaman responden dalam membuat laporan keuangan koperasi.
Pengalaman responden dalam memuat laporan keuangan koperasi justru
didapat setelah diadakannya pelatihan oleh koperasi tersebut.
2.3 Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Pikir
Suharyadi (2008:88) kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan
secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti, penelitian yang
berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya dirumuskan hipotesis
yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi
maka diperlukan kerangka berfikir.
Dari beberapa teori yang telah di kembangkan diatas, maka dapat
diungkapkan suatu kerangka pikir yang berfungsi sebagai acuan alur pikir
dan dasar penelitian yang akan diuji apakah terdapat hubungan antara
pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan dan
pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan yang sesuai PSAK
nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di
kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai berikut :
39
Kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 2.l
berikut ini :
Tingkat pendidikan (X1)
Bagan 2.1
Kerangka pikir tentang “Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan
mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 pada koperasi di
kabupaten Hulu Sungai Tengah”
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, menurut Nur Indrianto, dan Bambang Supomo (2002:73)
hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel
atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Atas
dasar pokok masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dapaat
disusun hipotesis sebagai berikut:
H1 : Tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
Pelatihan (X2)
Pengalaman kerja (X3)
Frekuensi pengawasan (X4)
Pemeriksaan (X5)
Penerapan PSAK Nomor 27 tahun 2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian (Y)
Mutu laporan keuangan
yang sesuai dengan
PSAK Nomor 27 tahun
2007 Tentang Akuntansi
Perkoperasian (Y)
40
H2 : Pelatihan mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai
PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada
koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
H3 : Pengalaman kerja mempunyai hubungan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
H4 : Frekuensi pengawasan mempunyai hubungan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
H5 : Pemeriksaan eksternal mempunyai hubungan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
41
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan :
Untuk mendapatkan bukti empiris apakah tingkat pendidikan, pelatihan,
pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal
mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27
tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi yang
berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3.2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini untuk :
1. Memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempunyai
hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun
2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
2. Memberikan masukan kepada koperasi mengenai faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam mengambil keputusan tentang pemilihan seseorang
yang akan diserahi tanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan dan
menyajikan laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban
tugasnya.
3. Mengembangkan pengetahuan dibidang akuntansi khususnya akuntansi
perkoperasian
42
4. Dapat bermanfaat bagi penelitian lain sebagai bahan referensi untuk
penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat
kuantitatif. Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran suatu data
mengenai factor-faktor yang mempunyai hubungan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK N0. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian.
4.1.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu Hubungan Tingkat pendidikan,
Pelatihan Pengalaman, dan Frekuensi pengawasan serta Pemeriksaan eksternal
dengan Mutu Laporan Keuangan sesuai PSAK N0. 27 tentang Akuntansi
Perkoperasian.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi
yang aktif di kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 48 buah, terdiri dari 44
buah koperasi primer non KUD dan 4 buah KUD. Berikut data yang
menunjukkan koperasi yang masih aktif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
44
Tabel 4.1
Daftar Koperasi
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2008
No Kecamatan Non KUD KUD
1 Haruyan 2 1
2 Batu benawa 1 1
3 Hantakan 1 -
4 Batang Alai Selatan 1 1
5 Batang Alai Tengah 1 -
6 Barabai 33 1
7 Labuan Amas Selatan 2 -
8 Labuan Amas Utara 1 -
9 Pandawan 1 -
10 Batang Alai Utara 1 -
11 Limpasu - -
Jumlah 44 4
Sumber : BPS Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Dalam Angka, 2008, di olah kembali.
Penelitian ini dilakukan dengan cara sensus, yaitu seluruh populasi
koperasi yang masih aktif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi responden
atau unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala bagian
akuntansi dan bendaharawan pada koperasi-koperasi di Hulu Sungai Tengah.
4.3. Jenis dan Sumber Data
4.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Kualitatif,
yaitu beberapa informasi mengenai proses penyusunan laporan keuangan dan
beberapa hal umum mengenai koperasi. Data kualitatif yaitu data yang dapat
dikategorikan akan tetapi tidak dapat dikuantitatifkan karena tidak berupa
angka, tetapi berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi
perusahaan.
45
4.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang yang dapat
diakses melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi
(Sekaran, 2006:65). Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data primer berupa data kuesioner yang diperoleh dengan cara wawancara
langsung dengan responden.
2. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari laporan koperasi, Biro Pusat
Statistik Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Dinas Koperasi Hulu Sungai
Tengah dan intansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dibahas.
4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
4.4.1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini terdiri dari lima
variabel yaitu tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi
pengawasan, dan pemeriksaan eksternal.
4.4.1.1. Tingkat Pendidikan (x1)
Tingkat pendidikan disini adalah tingkat pendidikan formal yang
ditempuh oleh responden di koperasi tersebut, tingkat pendidikan ini diukur
dengan rincian sebagai berikut :
SD = 6 tahun DIPLOMA II = 2 tahun
SMP = 3 tahun DIPLOMA III = 3 tahun
46
SMU = 3 tahun SARJANA S1 = 4 tahun
DIPLOMA I = 1 tahun SARJANA S2 = 2 tahun
Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMU maka jumlah tahun
pendidikannya 12 tahun karena ditambah dengan masa SD dan SMP, sedangkan
bagi responden yang memiliki tingkat pendidikan DIPLOMA maka jumlah
masing-masing tingkat pendidikan untuk DIPLOMA I 13 tahun, DIPLOMA II
14 tahun, dan DIPLOMA III 15 tahun. Untuk responden yang memiliki tingkat
pendidikannya SARJANA S1 adalah 16 tahun, sedangkan untuk SARJANA S2
adalah 18 tahun.
4.4.1.2. Pelatihan (x2)
Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan yang
diikuti responden yang berhubungan dengan akuntansi atau penyusunan laporan
keuangan. Variabel pelatihan ini diukur dalam bentuk satuan “jam”, yaitu
berapa jumlah pelatihan akuntansi yang telah diikuti oleh responden.
4.4.1.3. Pengalaman Kerja (x3)
Pengalaman kerja yang di maksudkan adalah banyaknya pengalaman
responden dalam membuat laporan keuangan koperasi. Variabel pengalaman
kerja diukur dalam satuan berapa kali banyaknya pengalaman responden dalam
membuat laporan keuangan koperasi.
4.4.1.4. Frekuensi Pengawasan (x4)
Frekuensi pengawasan adalah banyaknya pengawasan yang dilakukan
dalam pembuatan laporan keuangan koperasi selama periode proses akuntansi
atau dalam satu tahun. Variabel frekuensi pengawasan diukur dalam satuan
47
berapa kali dilaksanakan oleh badan pengawas untuk mengawasi laporan
keuangan koperasi.
4.4.1.5. Pemeriksaan Eksternal (x5)
Pemeriksaan eksternal yang di maksud disini adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak luar atau auditor. Pemeriksaan eksternal di ukur dengan
pernah tidaknya laporan keuangan koperasi di periksa oleh auditor selama
periode proses akuntansi atau satu tahun, jika laporan keuangan koperasi di
periksa auditor maka diberi nilai = 1 dan jika laporan keuangan koperasi tidak di
periksa auditor maka diberi nilai = 0.
4.4.2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan PSAK nomor
27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian. Suatu koperasi dikatakan baik
apabila dalam pembuatan laporan keuangan berpedoman pada PSAK,
khususnya SAK nomor 27.
Variabel dependen diukur dengan kuesioner yang telah digunakan
penelitian terdahulu (Pusvita : 2003 dan nina : 2006) yang terdiri dari beberapa
unsur yaitu : Identitas responden, mengenai siklus akuntansi, mengenai cara
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan per pos menurut SAK
nomor 27, serta mengenai penerapan laporan keuangan menurut SAK nomor 27.
Pengukuran variabel dependen ini menggunakan skala Guttman, pada
skala ini didapat jawaban yang tegas dari setiap pertanyaan. Kuesioner hanya
menjawab “YA” dan “TIDAK”. Untuk jawaban YA diberi nilai 1, dan untuk
jawaban TIDAK diberi nilai 0. Selanjutnya terhadap semua jawaban tersebut di
48
jadikan persentase untuk penerapan SAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian.
Laporan keuangan dalam pembuatannya sudah menerapkan atau belum
menerapkan SAK dapat dilihat melalui nilai prosentase. Soedarno dalam Pusvita
(2003) menyatakan bahwa nilai diatas 80% maka laporan keuangan tersebut
sangat baik, hal ini karena sudah sepenuhnya menerapkan PAI (sekarang adalah
SAK).
Tabel 4.2 :
Prosentase Penilai Laporan Keuangan
Prosentase Keterangan
0 sampai 30
30 sampai 50
51 sampai 69
70 sampai 80
Lebih dari 80
Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
Sumber : Soedarno dalam Pusvita, Skripsi 2003
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Teknik wawancara dan kuesioner, yaitu peneliti mengadakan tanya jawab
langsung dengan responden guna mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan obyek penelitian, kuisioner ini digunakan untuk mendapat informasi
yang relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner ini dapat dilihat di
lampiran belakang proposal ini.
49
2. Teknik observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek penelitian
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat dari obyek
penelitian.
4.6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari
penelitian dilapangan atau hasil kuesioner dengan menggunakan analisa data
statistik melalui program SPSS versi 16. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Korelasi Pearson atau disebut Korelasi
Produk Moment. Menurut Suharyadi (2004:460) analisis korelasi adalah suatu
teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau
korelasi antara dua variabel. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui suatu
keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel
independen.
Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel-variabel. Sugiyono
(2008:248) membuat rumus korelasi Pearson sebagai berikut :
Keterangan :
r : nilai koefisien
∑x : jumlah pengamatan variabel X
∑y : jumlah pengamatan variabel Y
∑xy : jumlah hasil perkalian variabel x dan y
(∑x2) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel x
(∑x)2
: jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel x
(∑y2) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel y
(∑y)2 :
jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel y
N : jumlah pasangan pengamatan y dan x
n∑xiyi – (∑xi) (∑yi)
rxy =
{n∑xi2 – (∑xi)
2}{ n∑yi
2 – (∑yi)
2}
50
Sugiyono (2008:250) menyatakan bahwa untuk menentukan koefisien
korelasi digunakan pedoman sebagai berikut :
Tabel 4.3
koefisien korelasi
Sumber :Sugiyono, 2008
4.6.1. Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melaksanakan uji korelasi pearson maka diadakan uji
validitas dan reliabilitas, hal ini mengingat pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian ini. Uji validitas terhadap instrumen penelitian dilakukan
dengan melakukan percobaan terhadap 30 orang responden. Seperti
dikatakan Umar ( 2008 : 59) bahwa disarankan agar jumlah responden
untuk uji coba, minimal 30 orang dengan tujuan agar distribusi nilai (skor)
akan lebih mendekati kurva normal. Cara yang digunakan adalah dengan
analisis item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan
dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu
variabel dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, (Umar,
2008 : 59). Data yang didapat diolah dengan menggunakan komputer
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
51
paket program SPSS versi 16. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
memiliki nilai korelasi antara butir dengan skor total lebih besar atau sama
dengan 0,3 (Sugiono 2008:188). Sedangkan uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan Alpha Cronbach (Umar, 2002 : 125). Setelah
melalui proses pengujian validitas butir, suatu instrumen dikatakan reliabel
kalau memiliki koefisien > 0,6 (Imam Ghozali 2006:42).
4.6.2.Pengujian Hipotesis Penelitian
Menurut sugiyono (2008:98) hipotesis statistik hanya ada
berdasarkan data sampel. Untuk menguji masing-masing hipotesis
penelitian adalah dengan cara menentukan hipotesis statistik beserta dasar
pengambilan keputusan, sebagai berikut
1. Pengujian hipotesis penelitian I
Hipotesis statistik
Ho : Diduga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi
pengawasan, dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
Ha : Diduga ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat
pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan,
dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan sesuai
PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-
koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
52
Untuk menguji hipotesis I digunakan kriteria pengujian dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95 % sebagai berikut :
a. Ho diterima, jika nilai probability/signifikansi (ρ) ≥ 0.05 yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan,
pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan
eksternal dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang
akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu
Suangai Tengah.
b. Ha diterima, jika nilai probability/signifikansi (ρ) < 0.05 yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, pelatihan,
pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal
dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
53
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
pengujian statistik yang dilakukan terhadap data tersebut. pengujian dilakukan
dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Pembahasan diawali dengan
statistik deskriptif mengenai demografi dan karakteristik responden, dan variabel-
variabel penelitian.
5.1. Gambaran objek penelitian
5.1.1 Struktur Organisasi Koperasi Secara Umum di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah
Struktur organisasi koperasi dapat dilihat pada bagan 5.1 pada halaman
berikut ini.
54
55
Secara umum, struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Rapat anggota
Rapat anggota memegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi
koperasi. Rapat anggota yang dilaksanakan oleh koperasi di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah biasanya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu pada akhir
tahun antara bulan November dan Desember. Saat dilaksanakan rapat
anggota koperasi-koperasi di Hulu Sungai Tengah mengundang perwakilan
dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai
Tengah untuk ikut serta hadir dalam rapat anggota, hal ini ditujukan untuk
ikut serta membina dan memberi pengarahan untuk kemajuan koperasi
tersebut.
Pemimpin dalam rapat anggota dipimpin oleh ketua pengurus koperasi
dan pemimpin memberikan hasil kinerja koperasi dalam satu tahun dalam
bentuk laporan pertanggung jawaban koperasi. Sedangkan para anggota
koperasi diberi kesempatan bertanya tentang laporan pertanggung jawaban
koperasi dan bagaimana kinerja koperasi selama setahun. Anggota juga
diberi kesempatan untuk memberikan usulan umum seperti : Pembagian
SHU sesuai dengan jasa masing-masing anggota/kelompok, setiap anggota
yang baru ingin masuk menjadi anggota koperasi hendaknya selektif
maksudnya disini anggota tersebut hendaknya mampu memenuhi kewajiban
pokoknya, dalam membayar zakat hendaknya diurus oleh badan yang
berwenang langsung di Barabai tidak diurus oleh pengurus. Kemudian
setelah diberikan penjelasan tentang isi laporan pertanggung jawaban
56
koperasi dan semua usulan dari anggota dipertimbangkan maka rapat
anggota menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi di
tahun yang akan datang, menetapkan dan mengesahkan kebijakan pengurus
dalam bidang usaha maupun organisasi setelah disetujui dalam rapat anggota,
menetapkan kebijakan koperasi umum seperti penerimaan anggota baru,
memilih dan mengangkat dan memberhentikan pengurus, badan pengawas
serta penasehat setelah masa kerja berakhir biasanya dalam 5 tahun periode.
2) Pengurus
Pengurus koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi
beberapa tingkatan yaitu ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan staf
atau anggota koperasi. Pengurus dipilih secara musyawarah antar anggota
koperasi didalam rapat anggota dan biasanya dilakukan lima tahun sekali
pergantian pengurus kecuali ada hal-hal lain yang menyimpang sehingga
pengurus diganti.
Pengurus koperasi adalah anggota dari koperasi itu sendiri tidak
memperkerjakan atau menyewa jasa orang lain untuk mengurus koperasi.
Pengurus ditugaskan untuk mengelola koperasi supaya berjalan dengan baik
dan bisa mensejahterakan anggotanya, pengurus juga harus bisa membuat
laporan pertanggung jawaban dan mengajukan rancangan rencana kerja serta
rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi yang akan
ditampilkan saat diadakannya rapat anggota. pengurus juga diharuskan
mengikuti pelatihan satu kali dalam setahun yang biasanya pelatihan tersebut
dilakukan di Banjarbaru.
57
3) Badan Pengawas
Pengawas dipilih secara musyawarah dari dan oleh anggota koperasi
dalam rapat anggota. Anggota pengawas di masing-masing koperasi
Kabupaten Hulu Sungai Tengah berjumlah 3 orang yaitu terdiri ketua dan 2
orang wakil yang turut serta membantu dalam hal pengawasaan. Pengawas
tidak bergabung jabatannya dengan pengurus tapi dalam hal pekerjaannya
pengawas bila mengalami kesulitan maka pengawas bisa dibantu oleh orang
yang dipilih dan di percaya oleh pengawas. Tugas pengawas di Kabupaten
Hulu Sungai Tengah adalah mencatat dan mengawasi terhadap pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh pengurus koperasi kemudian saat diadakan
rapat anggota pengawas akan melaporkan hasil pengawasan yang dilakukan
dalam satu tahun laporan kegiatan koperasi.
4) Pembina dan Penasehat
Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada di bawah binaan
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, sehingga sewaktu-waktu
pengurus koperasi dapat berkonsultasi mengenai aktivitas koperasi. Selain
itu, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dapat juga berperan baik
dalam membantu membuat laporan pertanggung jawaban atau juga
menyediakan jasa auditor bagi koperasi. Ketika koperasi mengadakan rapat
anggota biasanya koperasi mengundang perwakilan dari Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah oleh karena itu
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi berkewajiban mengirimkan
staf atau karyawan dinasnya untuk turut serta hadir dalam rapat anggota. Hal
ini dikarenakan dalam rapat anggota biasanya perwakilan dari dinas
58
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi memberikan sambutan dan juga
ikut ambil serta dalam memberikan usulan demi kemajuan koperasi tersebut.
5) Manajer
Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah hanya sebagian yang
memiliki manajer dalam hal struktur organisasi koperasi, hal ini dikarenakan
manajer dan ketua pengurus koperasi biasanya merangkap menjadi satu
bagian. Sedangkan sebagian koperasi yang memiliki manajer dalam struktur
kepengurusan koperasi manajer hanya membantu kerja dari pengurus, hal ini
dikarenakan segala hal dalam pengambilan keputusan koperasi ditentukan
oleh pengurus koperasi.
6) Bagian umum
Bagian umum dalam koperasi terdiri dari 4-5 orang yang bertugas
dalam menyelasaikan segala tugasnya dikoperasi. Tugas dari bagian umum
adalah melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan surat-menyurat izin
dari anggota yang berada di struktur koperasi, seperti surat izin pergi
melakukan pelatihan bagi pengurus yang bersangkutan.
7) Bagian administrasi keuangan
Bagian administrasi keuangan biasanya mengatur segala pemasukan
dan pengeluaran kas, misalkan pemasukan yang diperolah dari pendapatan
usaha yang dilakukan koperasi. Ataupun pengeluaran yang dilakukan untuk
membayar zakat dan pengeluaran yang didapat dari pinjaman uang yang
dilakukan oleh anggota koperasi.
59
8) Bagian jasa (jasa kredit/ simpan pinjam dan jasa lain)
Bagian jasa mempunyai tugas membantu manajer dalam segala
kegiatan yang berhubungan dengan masalah kredit dan jasa lain yang
bersangkutan. Kemudian mengumpulkan data untuk menyusun rencana
kebutuhan kredit apabila diperlukan koperasi untuk menjalankan usahanya,
dan melaksanakan segala urusan administrasi kredit yang dilakukan atau
diperlukan oleh anggotanya untuk berhutang kepada koperasi.
9) Bagian pertokoan
Pengurus yang berada di bagian pertokoan bertugas untuk membantu
dan melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan pembelian
barang, penyimpanan barang dan penjualan barang yang ada ditoko.
Kemudian membuat catatan segala transaksi dan bertanggung jawab kepada
pengurus.
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1. Analisis Deskriftif
Total kuesioner yang disebar sebanyak 49 kuesioner kepada responden
yaitu kepala bagian akuntansi atau bendahara yang turut serta dalam menyusun
laporan keuangan. Kuesioner yang disebarkan kembali semua dan dapat diolah
serta dianalisis lebih lanjut hal ini dikarenakan metode penyebaran kuesioner
dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada responden. Dengan
demikian tingkat pengembalian (respon rate) dari kuesioner yang disebarkan
sebesar 100%.
60
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia responden,
jenis kelamin responden, jenis usaha dapat dilihat pada table-tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1 21 – 30 14 29.16%
2 31 – 40 23 47.91%
3 41 – 50 9 18.75%
4 51 – 60 2 4.17%
Total 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, usia responden yang terbesar adalah
berusia antara 31 – 40 tahun sebanyak 47.91%, kemudian kelompok usia 21 –
30 tahun sebanyak 29.16% sisanya 18.75% berumur 41 – 50 tahun dan 4.17%
berumur 51 – 60 tahun. jadi sebagian besar responden berusia antara 31 – 40
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut adalah usia dimana seseorang
dapat menghasilkan sesuatu dengan produktif.
Tabel 5.2
Jenis Kelamin Responden
No Keterangan Total responden Persentase
1 Laki-laki 31 64.58%
2 Wanita 17 35.41%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.2 dilihat dari jenis kelamin sebagian besar 64.58%
responden berjenis kelamin laki-laki dan hanya 35.41% berjenis kelamin
61
wanita, hal ini dikarenakan dalam struktur anggota pengurus koperasi lebih
banyak diisi oleh laki-laki dari pada wanita.
Tabel 5.3
Jenis Usaha Koperasi
No Keterangan Koperasi (unit) Persetase
1 Simpan Pinjam 19 39.58%
2 Waserda 2 4.16%
3 Simpan pinjam dan waserda 16 33.33%
4 S.P, menyewakan toko 4 8.33%
5 S.P, jasa kredit BBM & Rumah 7 14.58%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dilihat dari jenis usaha koperasi sebagian
besar 39.58% simpan pinjam, sebanyak 33.33% melakukan usaha simpan
pinjam dan warung serba ada dan sebanyak 14.58% melakukan usaha simpan
pinjam dan jasa kredit BBM dan Rumah, sisanya dibawah 10% melakukan
usaha waserda, simpan pinjam, dan menyewakan toko. Jadi dilihat jenis usaha
koperasi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah bergerak dibidang
simpan pinjam. Jenis usaha inilah yang sangat diminati oleh koperasi dan
anggotanya.
5.2.2 Karakteristik Jawaban Responden
5.2.2.1 Penerapan PSAK nomor 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian
Laporan keuangan dikatakan baik apabila laporan keuangan tersebut
beracuan atau berpedoman pada SAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian. Laporan keuangan koperasi dalam penelitian ini diukur dari
beberapa unsur pokok penerapan SAK, yaitu sebagai berikut :
62
1. Siklus akuntansi atau pembukuan yang dilakukan, dimana dalam hal ini
meliputi tentang bukti transaksi yang digunakan koperasi, kode rekening
atau kode akuntansi, jurnal umum, buku besar, pembukuan keuangan
koperasi, dan jurnal penyesuaian.
2. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset, yang meliputi
aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap.
3. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan kewajiban yang
meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
4. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi
yang meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain, model
penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan SHU (sisa hasil usaha) yang
belum dibagi.
5. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pendapatan dan
beban, dimana dalam hal ini meliputi pendapatan anggota, pendapatan non
anggota, beban usaha, dan beban perkoperasian.
6. Penerapan laporan keuangan menurut PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian dan yang berlaku umum, yang meliputi neraca, perhitungan
hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi anggota, dan catatan atas
laporan keuangan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, tentang gambaran umum
laporan keuangan koperasi yang sesuai dan menerapkan SAK nomor 27
tentang akuntansi perkoperasian dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambaran umum koperasi yang menerapkan PSAK di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah lebih dari sebagian koperasi telah memiliki laporan keuangan
63
yang cukup baik tepatnya sekitar 27 koperasi atau 55.10%, koperasi yang
memiliki laporan keuangan kurang baik tepatnya sekitar 4 atau 8.16%, untuk
koperasi yang telah baik laporan keuangannya berjumlah 18 koperasi atau
36.73%. Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tidak memiliki laporan
keuangan yang tidak baik maupun sangat baik. (Tabel 4.5)
Tabel 5.4
Koperasi yang Menerapkan PSAK nomor 27
Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No persentase Banyak
Jumlah koperasi persentase
keterangan
1 0 sampai 30 0 0% Tidak baik
2 30 sampai 50 4 8.33% Kurang baik
3 51 sampai 69 26 54.16% Cukup baik
4 70 sampai 80 18 37.5% Baik
5 Lebih dari 80 0 0% Sangat baik
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa koperasi yang memiliki
nilai persentase diantara 30 sampai 50 berjumlah 4 koperasi atau 8.33% dari
seluruh koperasi. 4 koperasi tersebut memiliki proses pembukuan yang kurang
baik, kemudian kurang dijelaskannya hal-hal berikut ini didalam laporan
keuangan koperasi yaitu: mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan aktiva yang meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang,
aktiva tetap. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan kewajiban
yang meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi yang
meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain, model penyertaan,
modal sumbangan, cadangan, dan SHU (sisa hasil usaha) yang belum dibagi.
Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pendapatan dan beban,
64
dimana dalam hal ini meliputi pendapatan anggota, pendapatan non anggota,
beban usaha, dan beban perkoperasian. Tidak dibuatnya laporan keuangan
koperasi yang lengkap yaitu menurut PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian dan yang berlaku umum, yang meliputi neraca, perhitungan
hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi anggota, dan catatan atas
laporan keuangan.
Adapun kemungkinan yang menjadi penyebab kurang baiknya laporan
keuangan yang dibuat ada pada responden yang menyusun laporan keuangan,
misalkan karena pendidikan yang rendah atau pendidikan yang tinggi namun
pendidikan tersebut tidak sesuai dengan jurusan akuntansi, pelatihan yang
diadakan oleh koperasi sering tidak di ikuti, pengalaman kerja yang masih
kurang dalam hal menyusun laporan keuangan, pengawasan yang terlalu
sedikit dilakukan oleh badan pengawas dan banyaknya laporan keuangan yang
belum diperiksa oleh auditor luar.
Sementara itu koperasi yang memiliki nilai persentase 51 sampai 69
berjumlah 26 koperasi atau 54.16% dari seluruh koperasi. Koperasi tersebut
memiliki proses pembukuan yang cukup baik mulai dari Pengakuan dan
pengukuran aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pengumpulan bukti transaksi yang
dimiliki sampai pencatatan atas laporan keuangan yang diperlukan. Akan tetapi
dari segi penyajian dan pengungkapan belum sepenuhnya dijelaskan dalam
laporan keuangan, hal ini dikarenakan koperasi tersebut tidak memiliki buku
pedoman dalam membuat laporan keuangan yaitu buku SAK.
Sedangkan sisanya koperasi yang memiliki tingkat hasil persentase
antara 70 sampai 80 berjumlah 18 koperasi atau 37.5% dari seluruh koperasi
65
memiliki proses pembukuan yang baik. Mulai dari kelengkapan laporan
keuangan yang dibuat sudah hampir semuanya kecuali laporan promosi
anggota. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aktiva,
kewajiban dan modal pun sudah lumayan baik dalam laporan keuangan.
Baiknya laporan keuangan koperasi mungkin diakibatkan tingginya pendidikan
responden, seringnya pengawasan diadakan oleh badan pengawas dan
diperiksanya laporan keuangan koperasi oleh pihak luar, akan tetapi hal yang
paling penting untuk membuat laporan keuangan yang baik adalah lamanya
pelatihan dilakukan dan pengalaman responden dalam membuat laporan
keuangan koperasi. Dari Tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa tidak ada koperasi
yang tidak baik dan sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa belum ada
koperasi yang menerapkan sepenuhnya standar akuntansi keuangan terutama
dalam hal ini adalah PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
Secara umum dapat dilihat bahwa sudah banyak koperasi yang cukup
baik dalam melakukan proses pembuatan laporan keuangan hal ini dapat
diketahui dari Pengakuan dan pengukuran aktiva kewajiban dan ekuitas yang
yang sudah baik. akan tetapi untuk penyajian laporan keuangan koperasi belum
lengkap, hal ini dikarenakan semua koperasi tidak membuat laporan promosi
ekonomi anggota, sebagian koperasi belum membuat laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.
5.2.2.2 Tingkat Pendidikan
Salah satu variabel yang mempunyai hubungan dengan penerapan
standar akuntansi keuangan agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang
66
sesuai dengan SAK nomor 27 adalah tingkat pendidikan penyusun laporan
keuangan tersebut. untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan laporan keuangan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5
Tingkat Pendidikan Penyusun Laporan Keuangan
pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Tingkat
pendidikan
Jumlah tahun
pendidikan
Jumlah
Responden
persentase
1 SMU 12 16 33.33%
2 DIPLOMA I 13 3 6.25%
3 DIPLOMA II 14 10 20.83%
4 DIPLOMA III 15 3 6.25%
5 SARJANA SI 16 16 33.33%
6 SARJANA S2 18 0 0%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
tingkat pendidikan formal hingga SMU sebanyak enam belas koperasi atau
33.33% dari seluruh koperasi, adapun koperasi tersebut adalah : Primer Kopad
Kodim 1002, Koprasi Pensiun Primer Koptama, Koprasi Karyawan Karya
Dharma, Koperasi Pedagang Barokah, KPN Pegawai kesehatan, KPRI
Hikmatul Wapa, KUD Bhakti, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Kepolisian,
KPN Sejahtera, Koperasi Pemuda, Koperasi Pegawai Negri Dinas
Kebudayaan, Koperasi Karya Swadarma, KPN Rutan, Koperasi Pedagang
PPKB, dan Koperasi Serba Usaha Meratus.
Selain itu untuk responden yang tingkat pendidikannya Diploma, yaitu
Diploma I ada tiga responden yaitu : KPRI Dharma Praja, KPN Bina Karya
dan KPRI Setia Kawan Birayang, KSU Berkat Bersama dan Koperasi Simpan
Pinjam Teladan. Sadar Membangun. Diploma II ada sepuluh responden yang
terdiri dari : KPRI Bina Warga, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, KPRI
67
Havea Sejahtera, KPN Karya Tama, Kopontren Darul Istikamah, KPN Bumi
Bhakti Adhi Guna, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Wanita Melati, Koperasi
Wanita Restu Ibu, dan KPRI Restu. Dan Diploma III ada 3 Koperasi yaitu
KPRI Setia Kawan Birayang, KSU Berkat Bersama dan Koperasi Simpan
Pinjam Teladan.
Tingkat pendidikan responden Sarjana S1 berjumlah 16 orang atau
sebesar 33.33% dari seluruh koperasi. Adapun koperasi-koperasi tersebut
adalah KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, Koperasi Karyawan Lisna,
KPRI Al Hikmah Ilung, Primer Kopad Yonif 621, Koperasi Pedagang Al
Ansar, KPRI Puyuh Jaya, KPN Ganesya, Koperasi Karyawan Sarigading,
Koperasi Pedagang Pasar, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha Bersama,
Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KUD Giat Usaha, Koperasi Pengayoman
Pegawai Mahkamah Agung dan KSU cahaya Murakata.
Apabila tingkat pendidikan dikaitkan dengan penerapan PSAK dalam
pembuatan laporan keuangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu penyebab cukup baiknya laporan keuangan yang
dihasilkan oleh koperasi tersebut adalah tingkat pendidikan responden yang
membuat laporan keuangan tersebut relatif tinggi.
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini memiliki jurusan
yang beragam, akan tetapi apabila tingkat pendidikan responden tersebut baik
SMA/SMK, Diploma, dan Sarjana yang memiliki kejurusan dibidang
akuntansi atau keuangan maka responden tersebut akan menghasilkan laporan
keuangan yang baik. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
rendah akan tetapi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi atau keuangan
68
akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik atau sama baiknya
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tetapi bukan jurusan akuntansi.
5.2.2.3 Pelatihan
Variabel selanjutnya yang memiliki hubungan dengan penerapan PSAK
nomor 27 adalah pelatihan. Dalam penyusunan laporan keuangan biasanya
responden dilakukan pelatihan terlebih dahulu sebelum membuat suatu laporan
keuangan. Gambaran umum mengenai pelatihan yang dilakukan koperasi-
koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6
Pelatihan Dalam Menyusun Laporan Keuangan
Pada Koperasi di Hulu Sungai Tengah
No keterangan Jumlah koperasi persentase
1 0 – 10 jam 3 6.25%
2 11 – 20 jam 6 12.5%
3 21 – 30 jam 9 18.75%
4 31 – 40 jam 16 33.33%
5 41 – 50 jam 14 29.16%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pelatihan yang diikuti
koperasi kurang atau sama dengan 10 jam masa pelatihan diikuti oleh tiga buah
koperasi atau 6.25% dari jumlah keseluruhan koperasi yaitu koperasi : KPRI
Hikmatul Wapa, Koprasi Karyawan Swadarma, dan Koperasi Serba Usaha
Meratus. Kemudian koperasi yang masa lama pelatihannya antara 11 sampai
20 jam terdapat enam koperasi atau 12.5% dari jumlah keseluruhan koperasi,
koperasi tersebut adalah : Koperasi Pensiun Primer Koptama, KPN pegawai
Kesehatan, Koperasi Setia Bersama, KPN Sejahtera, KPN Rutan, dan Koperasi
Pedagang PPKB. Koperasi yang masa pelatihannya antara 21 sampai 30 jam
69
terdapat Sembilan koperasi atau 18.75% dari keseluruhan koperasi, koperasi
tersebut adalah : Koperasi Karyawan Karya Dharma, KPN Bina Karya,
Koperasi Peduli Barokah, KUD Bhakti, Koperasi Kepolisian, KSU Berkat
Bersama, KPN Karya Tama, Kopentren Darul Istiqamah dan KPRI Restu.
Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah rata-rata jumlah jam
pelatihannya antara 31 jam sampai dengan 50 jam, dapat dilihat ditabel 4.7
lebih dari 50% koperasi yang melaksanakan lama waktu pelatihannya direntan
angka tersebut. terdapat 16 koperasi atau 33.33% dari keseluruhan koperasi
yang melaksanakan pelatihan antara 31 sampai 40 jam, koperasi tersebut antara
lain : Primer Kopad Kodim 1002, KPRI Bina Warga, Koprasi Karyawan Lisna,
KPRI Dharma Praja, KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Pedagang Besar
Al Ansar, Koperasi Pemuda, KPRI Puyuh jaya, KPN Ganesya, KPRI Havea
Sejahtera, Koperasi Pedagang Pasar, Koperasi Simpan Pinjam Teladan,
Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KUD Sinar Bahagia, Koperasi
Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung dan Koperasi Sadar Membangun.
Selanjutnya terdapat 14 Koperasi atau 29.16% dari keseluruhan koperasi yang
melaksanakan antara 41 sampai 50 jam, koperasi tersebut antara lain : KPRI
Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, KPRI
Al Hikmah Ilung, Primer Kopad Yonif 621, Koperasi Pegawai Negeri Dinas
Kebudayaan, Koperasi Karyawan Sarigading, Koperasi Tani Karya Tani, KUD
Usaha Bersama, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna, KUD Giat Usaha, Koperasi
Wanita Melati, KSU Cahaya Murakata, Koperasi Wanita Restu Ibu.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan koperasi di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah hanya melakukan satu kali pelatihan dalam
70
satu tahun, pelatihan itu diikuti oleh bendahara atau orang yang menyusun
laporan keuangan koperasi, pelatihan mengenai pengetahuan penyusun laporan
keuangan dibantu oleh dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan biasanya dilakukan di
Banjarbaru. Apabila pelatihan dikaitkan dengan penerapan PSAK dalam
pembuatan laporan keuangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah maka dapat
disimpulkan semakin banyak atau semakin lama pelatihan dijalani oleh
responden maka dalam proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan
akan lebih baik.
5.2.2.4 Pengalaman kerja
Variabel ketiga yang memiliki hubungan dengan penerapan PSAK agar
dapat mencapai pembuatan laporan keuangan yang baik adalah pengalaman
kerja. Mengenai pengalaman kerja responden dalam hal mengolah laporan
keuangan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.7
Pengalaman Kerja Dalam Menyusun Laporan Keuangan
Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Jumlah pengalaman kerja (kali) Jumlah koperasi persentase
1 1 3 6.25%
2 2 4 8.33%
3 3 12 25%
4 4 15 31.25%
5 5 3 6.25%
6 6 9 18.75%
7 7 1 2.08%
8 8 1 2.08%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
71
Dari Tabel 5.7 menunjukkan jumlah pengalaman responden dalam hal
menyusun laporan keuangan koperasi. Responden yang mempunyai
pengalaman kerja dalam menyusun laporan keuangan sebanyak 1 kali dan 5
kali ada 3 responden atau sebesar 6.25% dari seluruh koperasi. Responden
yang memiliki pengalaman 1 kali adalah koperasi : KPRI Dharma Praja, KPN
Sejahtera dan Kopentren darul Istiqamah. Sedangkan Responden yang
memiliki 5 kali adalah koperasi : KPRI dinas Pendidikan, Primer Kopad Yonif
621 dan KSU Cahaya Murakata. Responden yang memiliki pengalaman kerja
dalam menyusun laporan keuangan sebanyak 7 dan 8 kali masing-masing
berjumlah 1 koperasi, untuk pengalaman 7 kali yaitu Koperasi Pensiun Primer
Kopabri sedangkan untuk pengalaman 8 kali Koperasi Pedagang Pasar.
Koperasi yang pengalaman responden nya dalam menyusun laporan keuangan
sebanyak 2 kali berjumlah 4 koperasi atau 8.33% yaitu KPN Pegawai
Kesehatan, KPRI Hikmatul Wapa, KPN rutan dan Koperasi Serba Usaha
Meratus.
Pengalaman paling banyak yang dialami responden berjumlah antara 3
sampai 4 kali pernah menyusun laporan keuangan, responden yang memiliki
pengalaman kerja 3 kali dalam menyusun laporan keuangan berjumlah 12
koperasi atau 25% dari seluruh koperasi yaitu Koperasi Pensiun primer
Koptama, Koperasi Karyawan Karya Dharma, KPRI Alhikmah Ilung, KPN
Bina Karya, Koperasi Pedagang Barokah, KUD Bhakti, Koperasi Kepolisian,
KPRI Puyuh Jaya, Koperasi Karyawan Swadarma, Koperasi Pedagang PPKB,
Koperasi Karyawan Tirta Murakata dan Koperasi Pengayoman Pegawai
Mahkamah Agung. Responden yang memiliki pengalaman kerja 4 kali dalam
72
menyusun laporan keuangan berjumlah 15 koperasi atau 31.25% dari seluruh
koperasi yaitu Primer Kopad kodim 1002, KPRI Bina Warga, KPRI Setia
Kawan Birayang, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Pedagang Al Ansar,
Koperasi Pemuda, KPN Ganesya, KSU Berkat Bersama, KPN Karya Tama,
Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha
Bersama, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Sadar membangun, dan KPRI restu.
Koperasi yang respondennya memiliki pengalaman kerja berjumlah 6
kali terdapat 9 koperasi atau 18.75% dari keseluruhan Koperasi, Koperasi
tersebut antara lain : KPRI BKSL HST, Koperasi Karyawan Lisna, Koperasi
Pegawai negri Dinas Kebudayaan, KPRI Havea Sejahtera, Koperasi Karyawan
Sarigading, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna, KUD Sinar Bahagia, Koperasi
Wanita Melati dan Koperasi Wanita Restu Ibu.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengalaman kerja responden dalam
pembuatan laporan keuangan koperasi di dapat ketika ditunjuk oleh anggota
koperasi sebagai pembuat laporan keuangan dikoperasi masing-masing dan
ketika diadakannya pelatihan untuk membuat laporan keuangan koperasi.
Semakin banyak pengalaman responden maka akan mengakibatkan laporan
keuangan koperasi semakin baik.
5.2.2.5 Pengawasan
Variabel keempat yang memiliki hubungan dengan penerapan standar
akuntansi keuangan adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas
terhadap laporan keuangan selama satu periode atau dalam satu tahun. Untuk
73
lebih jelasnya mengenai jumlah frekuensi pengawasan yang dilakukan oleh
badan pengawas terhadap laporan keuangan dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Frekuensi Pengawasan Pada Koperasi
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Jumlah pengawasan
(kali/tahun)
Jumlah koperasi Persentase
1 0 4 8.33%
2 1 9 18.75%
3 2 14 29.17%
4 3 12 25%
5 4 8 16.67%
6 5 1 2.08%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa ada 4 koperasi atau 8.33% dari
seluruh koperasi yang tidak melaksanakan pengawasan dalam satu tahun yaitu
koperasi : Koperasi Pedagang Barokah, KPN Sejahtera, Koperasi Pemuda dan
Koperasi Serba Usaha Meratus. Koperasi yang melakukan Pengawasan
sebanyak satu kali dalam setahun terdapat 9 koperasi atau 18.75% dari seluruh
koperasi, yaitu koperasi Pensiun Primer Koptama, KPRI Dharma Praja, Primer
Kopad Yonif 621, KPN Pegawai kesehatan, KPRI Hikmatul wapa, Koperasi
Kepolisian, Koperasi Karyawan Swadarma, KPN Rutan, dan Koperasi
Pedagang PPKB. Pengawasan paling sering dilakukan di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu 14 koperasi atau 29.17%
dari seluruh koperasi, yaitu Primer kopad Kodim 1002, Koperasi Karyawan
Karya Dharma, KPN Bina Karya, KUD Bhakti, KPRI Puyuh Jaya, Koperasi
Pegawai Negeri Dinas Kebudayaan, KPRI Havea Sejahtera, Kopentren Darul
istiqamah, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna,
74
Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung, Koperasi Wanita Melati,
Koperasi Wanita Restu Ibu dan KPRI Restu.
Jumlah pengawasan terbanyak ke dua berjumlah 3 kali pengawasan
dilakukan dalam satu tahun yang berjumlah 12 koperasi atau 25% dari
keseluruhan Koperasi, koperasi tersebut antara lain : KPRI Bina Warga, KPRI
Alhikmah Ilung, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Pedagang Besar Al Ansar,
KPN Ganesya, KSU Berkat Bersama, KPN Karya Tama, Koperasi Pedagang
Pasar, Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Tani Karya Tani, KUD
Usaha Bersama, dan KUD Sinar Bahagia. Koperasi yang melakukan 4 kali
pengawasan dalam satu tahun berjumlah 8 Koperasi atau 16.67% dari seluruh
koperasi, koperasi tersebut antara lain : KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL
HST, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, Koperasi Karyawan Lisna, KPRI
Setia Kawan Birayang, Koperasi Karyawan Sarigading, Koperasi Sadar
membangun dan KSU Cahaya Murakata. Terakhir koperasi yang melakukan
pengawasan paling banyak dalam satu tahun yaitu berjumlah 5 kali dalam
setahun hanya dilakukan oleh 1 koperasi atau 2.08% dari seluruh koperasi,
yaitu KUD Giat Usaha.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat koperasi yang tidak
melakukan pengawasan dalam setahun sebanyak 4 buah koperasi atau
sebanyak 8.33%, namun selebihnya koperasi lain melaksanakan pengawasan
rutin yang dilakukan badan pengawasn dikoperasi masing-masing, pengawasan
rutin tidak hanya dilakukan badan pengawas koperasi namun terkadang juga
dilakukan oleh dinas terkait yaitu dinas perindustrian, perdagangan dan
koperasi kabupaten hulu sungai tengah. semakin banyak sering pengawasan
75
dilakukan dalam pembuatan laporan keuangan koperasi maka laporan yang
dibuat akan sesuai dengan rencana, kebijksanaan dan aturan yang berlaku.
5.2.2.6 Pemeriksaan
Variabel terakhir yang berhubungan dengan penerapan PSAK dalam
penelitian ini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar, pemeriksaan
yang dilakukan dimaksud disini adalah pernah atau tidak pernah koperasi
tersebut diperiksa oleh pihak luar dalam hal laporan keuangan yang di buat.
Untuk lebih jelasnya mengenai pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9
Pemeriksaan Pada Koperasi
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No Pernah / tidak pernah diperiksa Jumlah koperasi persentase
1 Pernah diperiksa 18 37.5%
2 Tidak pernah diperiksa 30 62.5%
Jumlah 48 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Dari Tabel 5.9 dapat kita ketahui bahwa kurang dari separuh koperasi
yang pernah di periksa oleh pihak luar. Koperasi yang pernah diperiksa
berjumlah 18 koperasi atau 37.5% dari keseluruhan koperasi yaitu koperasi :
KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, KPRI Bina Warga, Koperasi
Pensiun Primer Kopabri, Koperasi Karyawan Lisna, Primer kopad Yonif 621,
KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Pedagang Al Ansar, KPN Ganesya,
Koperasi Pegawai Negri Dinas Kebudayaan, Koperasi Karyawan Sarigading,
KPN Karya Tama, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha bersama, KUD
Giat Usaha, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Sadar Membangun, KSU Cahaya
Murakata.
76
Sedangkan untuk koperasi yang tidak pernah diperiksa oleh pihak luar
berjumlah 30 koperasi atau 62.5% dari keseluruhan koperasi, koperasi tersebut
antara lain Primer Kopad Kodim 1002, Koperasi Pensiun Primer Koptama,
Koperasi Karyawan Karya dharma, KPRI Alhikmah Ilung, KPRI Dharma
Praja, KPN Bina Karya, Koperasi Pedagang Barokah, KPN Pegawai
Kesehatan, KPRI Alhikmah Wapa, KUD Bhakti, Koperasi Setia Bersama,
Koperasi Kepolisian, KPN Sejahtera, Koperasi Pemuda, KPRI Puyuh Jaya,
KPRI Havea Sejahtera, Koperasi Karyawan Swadarma, KPN Rutan, KSU
Berkat Bersama, Koperasi Pedagang PPKB, Koperasi Pedagang Pasar,
Kopentren Darul Istiqomah, Koperasi Serba Usaha Meratus, Koperasi Simpan
Pinjam Teladan, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KPN Bhakti Adhi Guna,
Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung, Koperasi Wanita Melati,
Koperasi Wanita Restu Ibu dan KPRI Restu.
Laporan keuangan koperasi yang diperiksa oleh pihak luar dilakukan
dengan cara menyewa jasa auditor luar atau dengan cara dibantu pihak dinas
terkait yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. Apabila dihubungkan dengan penerapan PSAK maka
pemeriksaan oleh pihak luar akan mengakibat laporan pertanggung jawaban
yang dibuat itu bisa lebih baik dan benar hal ini dikarenakan pihak luar dalam
memeriksa tidak memiliki keuntungan apa-apa dan juga pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak luar akan mengakibatkan kekurangan-kekurangan dalam
hal pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dapat dilengkapi.
77
5.3. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan korelasi product moment
terlebih dahulu sebelum butir instrument diuji kevalidannya dan reliabilitasnya.
Untuk itu disyaratkan seluruh item butir pertanyaan harus valid dan reliabel.
Instrumen valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat
mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tetap. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Dengan
kreteria pengujian yang digunakan adalah suatu instrumen dikatakan valid apabila
jika nilai r > 0,30 dengan derajat signifikansi sebesar 5% (Sugiono 2008:188)
Hasil uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen
penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan
metode alpha cronbach. Sebuah instrumen dikatakan memiliki tingkat keandalan
yang dapat diterima jika nilai koefisien reliabilitasnya yang terukur adalah ≥ 0,6
(Imam Ghozali 2006:42)
Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS
versi 16.0 for windows disajikan pada Tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15, dan 4.16
dengan rincian dapat dilihat pada lampiran .
Untuk validitas dan realibilitas variabel Y terdapat beberapa bagian poin
pertanyaan yaitu :
1. Bagian C: Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) Yang diterbitkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
78
Tabel 5.10
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian C
item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
C1 0.777 Valid
0.793
Reliable C4 0.657 Valid
C6 0.764 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 4 dan 5 , 2009
Untuk pertanyaan bagian C2, C3 dan C5 tidak bisa dilakukan dengan statistik
karena jawaban untuk bagian C2 dan C3 tersebut jawabannya “YA”
semuanya, dan untuk jawaban bagian C5 “TIDAK” semuanya sehingga
jawaban konstan. Nilai dari C1 r = 0.777, C4 r = 0.657 dan C6 r = 764
semuanya diatas 0.30 hal ini menunjukkan item tersebut valid dan besarnya
Alpha Cronbach 0.793 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel
(Tabel 5.10).
2. Bagian D: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian, dan Pengungkapan Aset Koperasi menurut PSAK yang berlaku
umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Tabel 5.11
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian D
Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
D1 0.572 Valid
0.650
Reliabel
D2 0.754 Valid
D3 0.528 Valid
D4 0.893 Valid
D5 -0.428 Valid
D6 0.491 Valid
D7 0.432 Valid
D8 0.586 Valid
D9 0.583 Valid
D10 0.512 Valid
D11 -0.678 Valid
D12 0.300 Valid
D13 0.767 Valid
D14 -0.580 Valid
D15 -0.468 Valid
D16 0.783 Valid
79
D17 0.731 Valid
D18 0.723 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 7 dan 8 , 2009
Untuk pertanyaan bagian D1 nilai r = 0.572, D2 nilai r = 0.754, D3 nilai r =
0.528, D4 nilai r = 0.893, D5 nilai r = -0.428, D6 nilai r = 0.491, D7 nilai r =
0.432, D8 nilai r = 0.586, D9 nilai r = 0.583, D10 nilai r = 0.512, D11 nilai r
-0.678, D12 nilai r = 0.300, D13 nilai r = 0.767, D14 nilai r = -0.580, D15
nilai r = -0.468, D16 nilai r = 0.783, D17 nilai r = 0.731, dan D18 nilai r =
0.723. semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda
negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah.
Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif. dan
besarnya Alpha Cronbach 0.650 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan
raliabel (Tabel 5.11).
3. Bagian E: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan kewajiban koperasi. Menurut SAK yang
berlaku umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Tabel 5.12
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian E
Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
E1 0.825 Valid
0.612
reliabel
E2 0.825 Valid
E3 0.371 Valid
E4 0.648 Valid
E5 0.603 Valid
E6 -0.430 Valid
E7 0.562 Valid
E8 0.452 Valid
E9 -0.492 Valid
E10 0.743 Valid
E11 0.756 Valid
E12 -0.832 Valid
E13 0.397 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 10 dan 11 , 2009
80
Untuk bagian E1 nilai r = 0.825, E2 nilai r = 0.825, E3 nilai r = 0.371, E4
nilai r = 0.648, E5 nilai r = 0.603, E6 nilai r = -0.430, E7 nilai r = 0.562, E8
nilai r = 0.452, E9 nilai r = -0.492, E10 nilai r = 0.743, E11 nilai r = 0.756,
E12 nilai r = -0.832, Dan E13 nilai r = 0.397 semuanya diatas 0.30 yang
berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya
menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam
statistik tidak ada negatif dan positif. dan besarnya Alpha Cronbach 0.612
lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.12).
4. Bagian F : Pertanyaan dibawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi, menurut SAK yang berlaku
umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Tabel 5.13
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian F
Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
F1 0.721 Valid
0.714
Reliabel
F2 0.615 Valid
F3 0.532 Valid
F4 0.435 Valid
F5 0.426 Valid
F6 0.535 Valid
F7 0.595 Valid
F8 0.459 Valid
F9 -0.552 Valid
F10 0.468 Valid
F11 0.476 Valid
F12 0.509 Valid
F13 0.475 Valid
F14 0.525 Valid
F15 -0.695 Valid
F16 0.577 Valid
F17 0.621 Valid
F18 0.459 Valid
F19 0.376 Valid
F20 0.778 Valid
F21 0.534 Valid
81
F22 0.615 Valid
F23 0.415 Valid
F24 0.572 Valid
F25 -0.640 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 13 dan 14 , 2009
Untuk pertanyaan bagian F1 nilai r = 0.721, F2 nilai r = 0.615, F3 nilai r = 0.532,
F4 nilai r = 0.435, F5 nilai r = 0.426, F6 nilai r = 0.535, F7 nilai r = 0.595, F8
nilai r = 0.459, F9 nilai r = -0.552, F10 nilai r = 468, F11 nilai r = 476, F12 nilai
r =0.509, F13 nilai r = 0.475, F14 nilai r = 0.525, F15 nilai r = -0.695, F16 nilai r
= 0.577, F17 nilai r = 0.621, F18 nilai r = 0.459, F19 nilai r = 0.376, F20 nilai r =
0.778, F21 nilai r = 0.434, F22 nilai r = 0.615, F23 nilai r = 0.415, F24 nilai r =
0.572, F25 nilai r = -0.640 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid.
Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan
berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan
positif, tanda positif berarti searah sedangkan negatif berarti berlawanan arah.
dan besarnya Alpha Cronbach 0.714 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan
raliabel (Tabel 5.13).
5. Bagian G: Pertanyaan di bawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan Ekuitas koperasi. Menurut SAK dan yang berlaku
umum. Pendapatan koperasi memuat partisipasi Bruto, partisipasi neto dan
pendapatan dari non anggota. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
82
Tabel 5.14
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian G
Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
G1 0.390 Valid
0.652
Reliabel
G2 0.394 Valid
G3 0.619 Valid
G4 0.539 Valid
G5 -0.352 Valid
G6 0.667 Valid
G7 0.424 Valid
G8 0.469 Valid
G9 0.402 Valid
G10 0.520 Valid
G11 0.528 Valid
G12 0.570 Valid
G13 0.528 Valid
G14 -0.417 Valid
G15 0.353 Valid
G16 0.482 Valid
G17 -0.638 Valid
G18 0.358 Valid
G19 0.400 Valid
G20 -0.384 Valid
G21 0.353 Valid
G22 0.346 Valid
G23 0.452 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 16 dan 17 , 2009
Untuk bagian G1 nilai r = 0.390, G2 nilai r = 0.394, G3 nilai r = 0.619, G4 nilai
r = 0.539, G5 nilai r = -0.352, G6 nilai r = 0.667, G7 nilai r = 0.424, G8 nilai r
= 0.469, G9 nilai r = 0.402, G10 nilai r = 0.520, G11 nilai r = 0.528, G12 nilai r
= 0.570, G13 nilai r = 0.528, G14 nilai r = -0.417, G15 nilai r = 0.353, G16
nilai r = 0.482, G17 nilai r = -0.638, G18 nilai r = 0.358, G19 nilai r = 0.400,
G20 nilai r = -0.384, G21 nilai r = 0.353, G22 nilai r = 0.346 dan G23 nilai r =
0.452 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda
negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah.
Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif, tanda positif
83
berarti searah sedangkan negatif berarti berlawanan arah. dan besarnya Alpha
Cronbach 0.652 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.14).
6. Bagian H: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan penerapan laporan
keuangan perkoperasian yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha,
laporan arus kas, laporan promosi anggota dan catatan atas laporan keuangan.
Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Tabel 5.15
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian H
Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan
H1 0.612 Valid
0.691
Reliabel
H2 0.362 Valid
H3 0.323 Valid
H4 0.499 Valid
H5 0.421 Valid
H6 -0.587 Valid
H7 0.412 Valid
H8 0.581 Valid
H9 0.472 Valid
H10 0.580 Valid
H11 0.648 Valid
H16 0.497 Valid
H17 0.482 Valid
H18 0.371 Valid
H19 0.407 Valid
H20 0.361 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 19 dan 20 , 2009
Untuk bagian H1 nilai r = 0.612, H2 nilai r = 0.362, H3 nilai r = 0.323, H4
nilai r = 0.499, H5 nilai r = 0.421, H6 nilai r = -0.587, H7 nilai r = 0.412, H8
nilai r = 0.581, H9 nilai r = 0.472, H10 nilai r = 0.580, H11 nilai r = 0.648,
H16 nilai r = 0.497, H17 nilai r = 0.482, H18 nilai r = 0.371, H19 nilai r =
0.407, Dan H20 nilai r = 0.361 semuanya diatas 0.30 yang berarti item
tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah
hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada
84
negatif dan positif, tanda positif bearti searah sedangkan negatif berarti
berlawanan arah. dan besarnya Alpha Cronbach 0.691 lebih besar dari 0.60
yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.15).
5.3.1. Hasil Uji Korelasi Dengan Korelasi Produk Moment
Untuk menguji hipotesis yang diajukan akan digunakan uji korelasi pearson
atau korelasi produk moment. Adapun hasil korelasi produk momen diperoleh hasil
seperti yang disajikan pada Tabel 5.16 berikut ini :
Tabel 5.16
Nilai Koefisien Korelasi Variabel mutu laporan keuangan sesuai
PSAK Nomor 27 Dengan Variabel X1, X2, X3, X4, dan X5
Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Variabel Koefisien
korelasi
Sig. Keputusan
Penerapan
PSAK Nomor
27
tahun 2007
Tentang
Akuntansi
Perkoperasian
(Y)
Tingkat
pendidikan (X1)
0,625 0,000 Signifikan
Pelatihan (X2)
0,740 0,000 Signifikan
Pengalaman kerja
(X3)
0,711 0,000 Signifikan
Frekuensi
pengawasan (X4)
0,641 0,000 Signifikan
Pemeriksaan (X5)
0,552 0,000 Signifikan
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 2 , 2009
5.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis
5.3.2.1 Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama akan menguji dugaan terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan penerapan PSAK nomor 27
tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil
pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 5.16) diperoleh
nilai koefisien korelasi sebesar 0.625 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig
85
tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan mutu
laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua akan menguji dugaan terdapat hubungan yang
signifikan antara pelatihan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang
akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian
hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 5.16) diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar 0.740 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut
lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan mutu laporan keuangan
sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.3 Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga akan menguji dugaan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengalaman kerja dengan penerapan PSAK nomor 27
tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil
pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh
nilai koefisien korelasi sebesar 0.711 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig
tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan mutu
laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
86
5.3.2.4 Uji Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat akan menguji dugaan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengawasan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang
akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian
hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar 0.641 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut
lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan mutu laporan keuangan
sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.5 Uji Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima akan menguji dugaan terdapat hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang
akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian
hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar 0.552 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut
lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemeriksaan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan,
pengalaman kerja, pengawasan dan pemeriksaan memiliki hubungan dengan mutu
laporan keuangan koperasi yang sesuai dengan PSAK nomor 27. Hal ini didukung
penelitian terdahulu yang juga mengatakan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan, pengalaman kerja dan pengawasan. Hubungan antara tingkat
87
pendidikan responden, pelatihan responden, pengalaman kerja respoden,
pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas dan pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor atau pihak luar menunjukkan hubungan yang searah atau positif.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya hanya terletak pada pengawasan yang
dilakukan oleh badan pengawas, penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan
berlawanan arah atau negatif. Dari kelima variabel independen maka yang
mempunyai hubungan lebih kuat dari pada variabel lain adalah variabel pelatihan
yaitu dengan koefisien korelasi 0.740.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan yang dibuat
koperasi tidak sepenuhnya menerapkan PSAK nomor 27 tentang akuntansi
perkoperasian. Laporan keuangan yang dibuat sebagian besar hanya ditujukan
kepada pihak internal saja, responden menyatakan bahwa modal yang ada saat ini
sudah mencukupi dan usaha koperasi yang dijalankan sudah berjalan lancar bahkan
memberikan keuntungan yang cukup memuaskan untuk anggota koperasi, sehingga
sebagian besar koperasi sudah merasa cukup dengan usaha yang dijalankan
sekarang dan tidak ingin menarik investor dari pihak luar pemerintah. Oleh karena
itulah pengurus koperasi masih menjalankan sistem pembukuan yang masih sangat
sederhana karena dipandang lebih praktis dan tidak memerlukan waktu lama, selain
itu juga keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengurus koperasi dan
pengurus koperasi menganggap proses pembukuan saat ini cukup memenuhi
kelengkapan administrasi keuangan pemerintah.
88
5.4. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman dan
pengawasan memiliki koefisien korelasi dengan tingkat hubungan kuat dengan mutu
laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27, sedangkan pemeriksaan merupakan
variabel yang mempunyai hubungan sedang dengan perapan PSAK nomor 27.
Implikasinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin lama
pelatihan dilakukan dan dijalani oleh responden, semakin sering seorang responden
menyusun laporan keuangan dan pengawasan yang rutin diadakan oleh badan
pengawas maka akan menghasilkan laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan
standar yang berlaku umum, akan tetapi selain tingkat pendidikan, pelatihan,
pengalaman, dan pengawasan yang dilakukan badan pengawas, ada hal lain yang
juga perlu diperhatikan lainnya yaitu setelah laporan keuangan tersebut dibuat maka
hendaknya laporan keuangan tersebut di periksa oleh pihak luar, baik dari menyewa
jasa seseorang ataupun jasa yang telah disediakan oleh Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah maka akan
menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan,
khususnya SAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.5. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bahwa penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu wilayah yaitu Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
89
2. Bahwa data penelitian ini berasal dari pendapat responden yang disampaikan
secara tertulis dengan penyebaran kuesioner sehingga hasil penelitian
mempunyai kemungkinan bias.
90
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan mutu
laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian
pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada
koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan mutu
laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian
pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada
koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan dengan mutu laporan
keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada
koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
6. Pelatihan merupakan variabel yang memiliki tingkat hubungan koefisien
korelasi yang lebih kuat dibandingkan variabel lain.
91
6.2 Saran-saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang ada maka saran yang dapat
diberikan :
1. Berdasarkan temuan dalam penelitian menunjukkan tingkat pendidikan,
pelatihan, pengalaman kerja, pengawasan, dan pemeriksaan memiliki
hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang
akuntansi perkoperasian, oleh sebab itu maka hendaknya pihak koperasi
lebih memperhatikan lagi hal tersebut dalam pemilihan dan penunjukkan
atau pelimpahan tugas dan wewenang kepada pengurus koperasi dalam hal
menyusun laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan
dapat sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
2. Hendaknya koperasi lebih memperhatikan tingkat pendidikan dalam hal
perekrutan karyawan yang akan ditugaskan untuk membuat laporan
keuangan dan memberikan pelatihan guna bisa memberikan pengalaman
kerja kepada karyawan agar bisa menghasilkan laporan keuangan koperasi
yang sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
3. Hendaknya dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi lebih bisa memberikan pengarahan dalam hal membina koperasi-
koperasi yang menjadi bianaanya
4. Hendaknya koperasi lebih meningkatkan lagi akuntansi koperasi yang sudah
ada ini dengan memperbaiki terlebih dahulu dengan cara penilaian,
pengakuan, penyajian dan pengungkapan terhadap unsur laporan keuangan.
Selain itu terapkan lima laporan keuangan koperasi menurut PSAK nomor
92
27, yaitu : neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi
ekonomi anggota, dan catatan laporan keuangan.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada objek
penelitian lain dengan menambah jumlah populasi dan sampel penelitian
dengan cara memperluas wilayah penelitian.
93
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal, 2002, Akuntansi Untuk Koperasi, Rineka cipta.
Jakarta.
Arinkunto suharsini, 2000, Prosedur Penelitian, Rinika cipta. Jakarta
A. Paul Rajoe, Gina Gania, Ichsan setiiyo budi, Yati sumiharti.(trans). C.
William Boynton, Raymond N. Jhonson, Walter G. Kell, 2003. Modern
Auditing. Edisi ketujuh. Erlangga, Jakarta.
Edy Sokarno, 2000. System Pengendalian Manajemen, suatu pendekatan
praktis, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta.
Hendrojogi, 2000. Koperasi, Asas-asas,Teori dan Praktek, edisi revisi 2000,
PT raja Grafindo persada, Jakarta.
Husein, 2008, pengertian pelatihan kerja (artikel). online,
www.huseinblog.blogspot.com/2008/08/pengertian-pelatihan-
kerja.html. (di akses: 10-21-2009)
Husein Umar, 2008. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. PT
Raja Grafindo persada. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba
empat. Jakarta.
------------------------------------. 2009. Standar Akuntansi keuangan.
Salemba empat, Jakarta.
Imam Ghozali, 2006. Aplikasi SPSS. Badan penerbit universitas Dipenogoro.
Semarang
Indrianto Nur & Bambang Sutomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi pertama, BPFE,
Yogyakarta.
L. Mathis Robert & John H. Jaksons, 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia, buku 2, terjemahan Jimmy sadeli & Bayu prawira hie,
salemba empat. Jakarta.
Munawir, 2002. Analisa Laporan Keuangan, edisi keempat , Liberty
Yogyakarta, Yogyakarta.
Nina Yuliana, 2006. Hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman
kerja, dan frekuensi pengawasan dengan mutu laporan keuangan
94
pada koperasi-koperasi di kabupaten hulu sungai utara . skripsi.
Unlam. Banjarmasin.
Pusvita Indria Mei Sosilowati, 2003. Hubungan antara tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, dan frekuensi pengawasan dengan mutu
laporan keuangan pada Koperasi Pegawai Negri di kota
Banjarmasin. Skripsi. Unlam. Banjarmasin.
Sofyan Syafri Harahap, 2006. analisis kritis atas laporan keuangan, PT
Raja Grafindo persada, Jakarta.
Soeharto Prawirokusomo, 1999. Ekonomi rakyat (konsep, kebijakan dan
strategi). Edisi pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Suharyadi & Purwanto, 2004. Statistika untuk ekonomi & keuangan
modern. Salemba empat. Jakarta.
Sugiyarto, (trans). M. Dan Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, 2002
Auditing, edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Sugiyono, 2008. Metode penelitian bisnis(pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&G), CV Alfabeta. Bandung.
Zaki Baridwan, 2000. Intermediate acconting. Edisi 7. BPFE. Yogyakarta.
Zakky Yamani, 2008. Analisis hubungan kepuasan kerja dengan kinerja
karyawan pada PT. BNI 46 (persero) Tbk. Cabang pangeran
antasari Banjarmasin. Tesis. Unlam. Banjarmasin.