bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden yang tertuang dalam INPRES Nomor 7
Tahun 1999 maka Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2011 menyusun LAKIP
dimaksud sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan beserta jajarannya dalam
memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari APBN. Dasar
penyusunannya mengacu pada PERMENPAN Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman sayuran,
tanaman hias dan tanaman obat merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk
dikembangkan mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional
yang masih terus meningkat. Selain itu meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat juga mendorong peningkatan kemampuan daya beli dan preferensi
permintaan masyarakat terhadap komoditas hortikultura dalam rangka diversifikasi
konsumsi dan peningkatan gizi.
Dalam era globalisasi, perdagangan komoditas hortikultura semakin terbuka untuk
dikembangkan sehingga berpeluang untuk berperan dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat. Peningkatan produktivitas dan mutu produksi komoditas hortikultura
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis hortikultura
yang berdaya saing dan berkelanjutan. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas
dan mutu produksi hortikultura sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pengembangan
inovasi terutama dalam penggunaan benih bermutu dari varietas unggul oleh para
petani, disertai dengan penyediaan sarana produksi yang memadai.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/O.T.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka Direktorat Perbenihan
mempunyai tugas “Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis
dan evaluasi dibidang perbenihan hortikultura”.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
menyelenggarakan fungsi :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 2
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan
florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
2. Pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, sayuran,
obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :
1. Subdirektorat Benih Tanaman Buah;
2. Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat;
3. Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura;
4. Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih;
5. Subbagian Tata Usaha;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subdirektorat Benih Tanaman Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman buah.
Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi
teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman tanaman sayuran dan tanaman obat.
Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman florikultura.
Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 3
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa
komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain;
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi kinerja.
Komponen perencanaan kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana
Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK)
atau juga sering disebut sebagai perjanjian kinerja.
2.1. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2011 telah
ditetapkan dan telah menjadi Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
1185/Kpts/OT.140/3/2010 tentang penetapan IKU di lingkup Kementerian Pertanian
tahun 2010-2014. Berdasarkan SK Menteri Pertanian tersebut, Indikator Kinerja
Utama Direktorat Perbenihan Hortikultura (pada saat itu masih bernama Direktorat
Perbenihan dan Sarana Produksi) disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perbenihan Hortikultura
No. Sasaran Uraian Sumber Data
1 Terfasilitasinya
penyediaan benih bermutu
dalam mendukung
peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu
produk tanaman
hortikultura
1. Peningkatan
ketersediaan benih
bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan dan
Sarana
Produksi
- Badan Litbang
Pertanian
2. Penggunaan benih
unggul bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan dan
Sarana
Produksi
- Badan Litbang
Pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 4
2.2. Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan perangkat untuk mencapai
harmonisasi perencanaan pembangunan sistem perbenihan hortikultura secara
menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis baik dalam lingkup internal Direktorat
Jenderal Hortikultura, lingkup Kementerian Pertanian maupun secara eksternal
dengan instansi lain di luar Kementerian Pertanian. Renstra Direktorat Perbenihan
Hortikultura tahun 2010 - 2014 merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi
pembangunan perbenihan hortikultura dengan mempertimbangkan berbagai kondisi
baik internal maupun eksternal serta kecenderungan perkembangan perbenihan
masa mendatang.
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan penerjemahan lebih lanjut
dari Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai acuan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perbenihan di
semua tingkatan baik di pusat, propinsi dan kabupaten. Renstra Direktorat
Perbenihan Hortikultura dilengkapi dengan kinerja program dan sasaran produksi
yang ingin dicapai, kegiatan, panduan untuk melaksanakan program dan kegiatan
tersebut selama periode 2010 – 2014.
2.2.1. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Perbenihan tahun 2010 - 2014
adalah ”Tersedianya benih hortikultura dalam jumlah yang cukup, tepat
varietas, tepat kualitas, tepat waktu dan harga terjangkau untuk
mendukung agribisnis hortikultura yang berdaya saing dan
berkelanjutan”.
Dalam rangka mencapai visi pembangunan perbenihan tersebut, Direktorat
Perbenihan Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan perbenihan dan sarana produksi secara nasional
dengan memperhatikan kebijakan di propinsi serta kabupaten/kota.
b. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha
perbenihan dan sarana produksi serta memfasilitasi berkembangnya
kerjasama/kemitraan bisnis antara kelompok penangkar dan pengusaha
yang saling menguntungkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 5
c. Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait
maupun pelaku agribisnis perbenihan.
d. Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan.
e. Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada
masyarakat agribisnis hortikultura.
2.2.2. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis
Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan
perbenihan tahun 2010 - 2014 adalah :
a. Meningkatkan ketersediaan benih bermutu varietas unggul sesuai dengan
perkembangan teknologi dan permintaan konsumen.
b. Meningkatkan penerapan stándar mutu benih dan pengawasan peredaran
benih dalam menjamin mutu benih.
c. Meningkatkan penerapan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan di
tingkat pelaku usaha.
d. Memberdayakan potensi nasional di bidang perbenihan dan
meningkatkan peran swasta dalam penumbuhan industri benih nasional.
Sasaran pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan benih bermutu dari varietas unggul sesuai
permintaan konsumen.
b. Terwujudnya usaha perbenihan hortikultura yang tangguh, mandiri, dan
kelanjutan.
Mengacu pada target utama Direktorat Jenderal Hortikultura, maka target
utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
b. Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura
c. Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
d. Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat
e. Penguatan kelembagaan perbenihan
f. Peningkatan kapasitas laboratorium
Sasaran peningkatan ketersediaan benih hortikultura dalam lima tahun ke
depan adalah benih tanaman sayur 2%, benih tanaman florikultura 2 %, benih
tanaman buah 3 %, dan benih tanaman obat 1%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 6
2.2.3. Arah Kebijakan, Strategi dan Program
Sesuai dengan kebijakan pengembangan hortikultura yaitu “Peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor melalui penerapan
GAP/SOP, penerapan PHT, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi
maju dan penggunaan benih bermutu”. Maka arah kebijakan pengembangan
perbenihan adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih bermutu hortikultura (benih tanaman
sayuran dan tanaman obat, tanaman florikultura, tanaman buah) sesuai
prinsip 7 tepat (tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, lokasi, waktu, dan
harga).
b. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura melalui revitalisasi Balai
Benih Hortikultura, penguatan kelembagaan penangkar, penataan BF dan
BPMT, penguatan kapasitas kelembagaan, pengawasan dan sertifikasi
benih.
c. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih dengan
menciptakan kondisi yang kondusif untuk tumbuh kembangnya usaha
perbenihan.
d. Pemberdayaan penangkar/pelaku usaha perbenihan melalui bantuan
sarana, pelatihan, magang, studi banding, dan pendampingan teknologi.
e. Peningkatan sosialisasi dan pemasyarakatan benih bermutu kepada
petani dan masyarakat pengguna.
Strategi pengembangan perbenihan hortikultura yang merupakan penjabaran
dan strategi pengembangan hortikultura meliputi :
a. Penataan kelembagaan perbenihan melalui peningkatan kompetensi
SDM, modernisasi peralatan, pengembangan sistem, standarisasi proses
dan akreditasi, peningkatan peran dan fungsi, penguatan teknologi
informasi, pendelegasian kewenangan indeksing kepada BPSBTPH, dan
delegasi legislasi produksi benih kentang kepada BBH dan penangkar
benih.
b. Penguatan kelembagaan penangkar benih melalui fasilitasi sarana
produksi dan benih sumber.
c. Melindungi, memelihara dan memanfaatkan sumber daya genetik
nasional untuk pengembangan varietas unggul lokal, melalui eksplorasi,
determinasi, domestikasi, duplikat PIT, dll.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 7
d. Peningkatan kualitas SDM perbenihan (petugas BBH, PBT, penangkar
benih) melalui latihan, magang, seminar, dll.
e. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih dalam
negeri melalui kemudahan perizinan, pembinaan proses akreditasi,
penyederhanaan regulasi dan pendaftaran varietas.
f. Peningkatan sosialisasi dan pemasyarakatan benih unggul bermutu
melalui demonstrasi lapang/jambore varietas, pemberian sarana produksi
dan bantuan benih bermutu langsung ke petani/kelompok tani.
Program pengembangan perbenihan hortikultura tahun 2010 - 2014 yaitu :
“Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura”. Program ini akan
dijabarkan lebih lanjut menjadi kegiatan–kegiatan teknis untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Arah Pengembangan Perbenihan Hortikultura
ditujukan untuk mencapai swasembada benih hortikultura dengan
peningkatan produksi benih, yang didukung oleh sarana prasarana yang
memadai dan juga dalam rangka mengurangi/menekan impor benih.
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, dan sesuai dengan peran
pemerintah dalam pembangunan, maka program pembangunan perbenihan
diarahkan untuk memotivasi dan menstimulasi partisipasi petani/kelompok
tani dengan memberikan regulasi yang kondusif dan fasilitasi terhadap para
pelaku usaha perbenihan, agar dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya dengan baik.
2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun
2011 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2011 telah
sejalan dengan indikator kinerja utama (IKU) dan disesuaikan dengan sasaran
strategis pada Renstra 2010 – 2014. Dalam rencana kinerja tahunan telah
ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan/kegagalan
pencapaiannya. Target Rencana Kinerja Tahunan 2011 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 8
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan HortikulturaTahun 2011
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target1 Berkembangnya
sistem perbenihanhortikultura dalammendukungpengembangankawasanhortikultura
1
2
3
4
5
6
7
Peningkatanketersediaan benihtanaman sayuranbermutuPeningkatanketersediaan benihtanaman florikulturabermutuPeningkatanketersediaan benihtanaman obat bermutuPeningkatanketersediaan benihtanaman buah bermutuPeningkatan kapasitaskelembagaan perbenihanhortikulturaPeningkatan kapasitaslaboratorium perbenihanhortikulturaPeningkatan mutupembinaan untukkegiatan pengembangansystem perbenihanhortikultura :A. Layanan perkantoranB. Penguatan
kelembagaanC. Pemasyarakatan
benih bermutuD. Pengawas mutu
benihE. KendaraanF. Sarana kantor
Kg
Benih
Kg
Batang
Unit
Unit
BulanLembaga
Kali
Laporan
UnitUnit
1.688.000
6.140.000
14.190
1.167.000
114
34
7201.834
392
1.680
1160
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai perjanjian
kinerja tahun 2011 yang merupakan dokumen kesepakatan antara Direktur Jenderal
Hortikultura dengan Direktur Perbenihan Hortikultura dan dikenal dengan Penetapan
Kinerja (PK).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2011 diukur melalui
capaian sasaran strategis yang sudah ditetapkan yaitu berkembangnya sistem
perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura.
Sasaran strategis tersebut diukur melalui 7 indikator kinerja.
3.1. Pengukuran Kinerja
Untuk melihat sejauh mana realisasi pencapaian kinerja yang telah difasilitasi
melalui APBN maka perlu diukur target yang telah ditetapkan. Target dimaksud
adalah target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja sesuai dengan
pengalokasian anggaran dan telah disetujui oleh pejabat-pejabat yang
bertanggungjawab secara berjenjang. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan
dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dengan pencapaian
realisasinya. Secara rinci, realisasi pencapaian target penetapan kinerja tahun 2011
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2011
No
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1 Berkembang
nya sistem
perbenihan
hortikultura
dalam
mendukung
pengembang
an kawasan
hortikultura
1
2
3
4
5
6
Peningkatan ketersediaan
benih tanaman sayuran
bermutu (Kg)
Peningkatan ketersediaan
benih tanaman florikultura
bermutu (Benih)
Peningkatan ketersediaan
benih tanaman obat bermutu
(Kg)
Peningkatan ketersediaan
benih tanaman buah bermutu
(Batang)
Peningkatan kapasitas
kelembagaan perbenihan
hortikultura (Unit)
Peningkatan kapasitas
laboratorium perbenihan
hortikultura (Unit)
1.688.000
6.140.000
14.190
1.167.000
114
34
1.756.000
6.754.000
15.520
1.205.000
114
34
104
110
109,4
103,3
100
100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 10
7 Peningkatan mutu pembinaan
untuk kegiatan
pengembangan sIstem
perbenihan hortikultura :
A. Layanan perkantoran
(Bulan)
B. Penguatan kelembagaan
(Lembaga)
C. Pemasyarakatan benih
bermutu (Kali)
D. Pengawas mutu benih
(Laporan)
E. Kendaraan (Unit)
F. Sarana kantor (Unit)
720
1.834
392
1.680
11
60
720
1.834
392
1.680
11
60
100
100
100
100
100
100
Rata-rata 102,2
Dari tabel di atas diketahui bahwa secara umum target kinerja Direktorat perbenihan
Hortikultura tahun 2011 bisa tercapai seluruhnya dengan capaian rata-rata 102,2 %.
3.2. Analisis Pencapaian Kinerja
Untuk mencapai sasaran strategis Direktorat Perbenihan Hortikultura yaitu
berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan
kawasan hortikultura pada tahun 2011 telah ditetapkan 7 indikator kinerja yaitu :
(1) Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, (2) Peningkatan
ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu, (3) Peningkatan ketersediaan
benih tanaman obat bermutu, (4) Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
bermutu, (5) Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura, (6)
Peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan hortikultura, dan (7) Peningkatan
mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan sistem perbenihan hortikultura.
Masing-masing indikator tersebut akan diuraikan capaian kinerjanya sebagai
berikut:
a. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Sayuran Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman sayuran pada tabel
berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 11
No Jenis Benih
Tahun 2010 Tahun 2011 Pertumbuhan (%)
Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(%)
Realisasi
(%)
1 Sayur (kg) 1.654.240 1.696.000 102,5 1.688.000 1.756.000 104 2 3,5
Dari target output ketersediaan benih tanaman sayuran yang ditetapkan tahun
2011 sebesar 1.688.000 kg, terealisasi sebesar 1.756.000 kg atau sebesar 104
%. Persentase pencapaian ketersediaan benih tanaman sayuran tahun 2011
tersebut meningkat dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 102,5 %. Hal ini
disebabkan faktor cuaca dan iklim yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2011 cuaca dan iklim sangat mendukung untuk kegiatan produksi benih
tanaman sayuran, sehingga target peningkatan ketersediaan benih tanaman
sayuran bermutu sebesar 2 % meningkat menjadi 3,5 %
Pengembangan benih tanaman sayuran ditujukan untuk mencukupi
ketersediaan benih di dalam negeri sekaligus mengantisipasi
ketergantungannya terhadap benih impor. Beberapa komoditas unggulan yang
dikembangkan pada tahun 2011 diprioritaskan pada program pengembangan
benih kentang, bawang merah, cabe, kacang panjang dan tomat serta
komoditas unggulan ekspor yaitu kangkung dan mentimun.
Ketersediaan benih tanaman sayuran dalam negeri dipenuhi dari hasil produksi
dalam negeri dan sebagian dari introduksi (impor). Produksi dalam negeri
dilaksanakan oleh produsen benih swasta, penangkar benih dan Balai Benih
Hortikultura (BBH). Untuk benih sayuran biji jenis hibrida lebih banyak diproduksi
oleh produsen benih skala besar seperti PT. East West Seed Indonesia dan PT.
Tanindo Subur Prima, sedangkan benih open pollinated (OP) atau nonhibrida
diproduksi oleh penangkar benih dan produsen benih skala kecil.
b. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman florikultura pada tabel
berikut :
No Jenis Benih
Tahun 2010 Tahun 2011 Pertumbuhan
Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(%)
Realisasi
(%)
1 Florikultura 6.017.200 6.551.380 108,9 6.140.000 6.754.000 110 2 3,1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 12
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keindahan lingkungan
seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat menyebabkan
permintaan tanaman florikultura terus meningkat dari tahun ke tahun.
Konsekuensi logis dari permintaan tersebut adalah meningkatnya permintaan
agro-input salah satunya adalah benih bermutu.
Dari target output ketersediaan benih tanaman florikultura yang ditetapkan tahun
2011 sebesar 6.140.000 benih, terealisasi sebesar 6.754.000 benih atau
sebesar 110 %. Persentase pencapaian ketersediaan benih tanaman florikultura
pada tahun 2011 meningkat 3,1 % dibandingkan tahun 2010. Ketersediaan
benih florikultura tahun 2010 sebesar 6.551.380 benih, sedangkan tahun 2011
meningkat menjadi 6.754.000 benih. Hal tersebut sudah melampaui target
peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura yang ditetapkan dari tahun
2010 ke 2011 sebesar 2 %. Meningkatnya realisasi produksi benih tahun 2011
karena adanya kebutuhan benih untuk mendukung program integrasi
pengembangan krisan di 8 kabupaten. Pengembangan perbenihan florikultura
diprioritaskan pada tanaman anggrek, krisan, melati, sedap malam, mawar dan
gladiol.
Perkembangan perbenihan tanaman florikultura sampai saat ini telah
menunjukkan adanya kemajuan, walaupun masih ditemui berbagai
permasalahan dibidang perbenihan yang merupakan kendala utama dalam
upaya meningkatkan produksi. Permasalahannya adalah minimnya varietas
unggul serta kurangnya ketersediaan benih bermutu yang sesuai selera
konsumen pada saat dibutuhkan, sementara permintaan akan komoditas
tanaman florikultura cukup tinggi. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan benih florikultura antara lain melalui penyediaan benih sesuai
selera konsumen, penyusunan pedoman/SOP produksi benih dan
apresiasi/pelatihan kultur jaringan petugas.
c. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Obat Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman obat pada tabel
berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 13
NoJenis
Benih
Tahun 2010 Tahun 2011 Pertumbuhan (%)
Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
% Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
% Target
(%)
Realisasi
(%)
1 Tan. obat 14.050 15.260 108,6 14.190 15.520 109,4 1 1,7
Dari target output ketersediaan benih tanaman obat yang ditetapkan pada tahun
2011 yaitu sebesar 14.190 kg, terealisasi sebesar 15.520 kg atau sebesar
109,4 %. Target peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu sebesar
1 % pada tahun 2011 sudah tercapai dengan realisasi sebesar 1,7 %.
Persentase pencapaian ketersediaan benih tanaman obat pada tahun 2011
sedikit meningkat dibandingkan tahun 2010. Hal ini disebabkan banyaknya
permintaan benih tanaman obat untuk penyediaan bahan industri jamu dan
obat-obatan.
Penyediaan benih tanaman obat selama ini dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Pada umumnya perbanyakan dilakukan sendiri oleh para petani/penangkar
melalui seleksi hasil produksi pertanaman sebelumnya. Usaha produksi benih
biofaramaka belum banyak dilakukan secara komersial, sehingga pertumbuhan
penyediaan benihnya lebih lambat dibandingkan komoditas lainnya.
d. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Buah Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman buah pada tabel
berikut :
NoJenis
Benih
Tahun 2010 Tahun 2011 Pertumbuhan (%)
Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
% Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
% Target
(%)
Realisasi
(%)
1 Buah 1.133.000 1.165.000 102,8 1,167,000 1.205.000 103,3 3 3,4
Dari target output ketersediaan benih tanaman buah yang ditetapkan pada tahun
2011 yaitu sebesar 1.167.000 batang, sudah terealisasi sebesar 1.205.000
batang atau sebesar 103,3 %. Persentase pencapaian ketersediaan benih
tanaman buah pada tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun 2010. Target
peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu tahun 2011 sebesar
3 % sudah tercapai dengan realisasi sebesar 3,4 %. Produksi benih yang
menonjol terutama pada komoditas durian, jeruk, mangga dan manggis. Hal ini
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 14
karena adanya pengembangan sentra-sentra kebun durian, jeruk, mangga dan
manggis yang semakin bertambah.
Tidak seperti komoditas hortikultura lainnya, penyediaan benih tanaman buah
masih terkendala beberapa hal antara lain : (1) dibutuhkan waktu relatif lama
sekitar 1 sampai 2 tahun tergantung kepada komoditasnya, (2) untuk
penyediaan benih skala besar, penangkar masih terbatas baik modal maupun
keahliannya dalam penerapan teknologi produksi benih secara cepat.
Perbanyakan benih tanaman buah lebih cenderung dilakukan pada komoditas
mangga, rambutan, durian, jeruk, manggis dan pisang, hal ini dikaitkan dengan
kegiatan pengembangan kawasan/kebun buah. Untuk komoditas lainnya seperti
melon, semangka, dan lain-lain tetap dilakukan perbanyakan benihnya untuk
memenuhi pemintaan pasar.
e. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan hortikultura
Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura tahun 2011
telah mencapai 100 %. Dari target sebesar 114 unit telah tercapai 114 unit, yang
meliputi kelembagaan perbenihan baik di pusat maupun penangkar-penangkar
benih.
Kelembagaan perbenihan adalah lembaga yang mendukung pengembangan
perbenihan baik itu dari segi manajemen maupun sebagai praktisi penyedia
benihnya antara lain adalah : Balai Benih Hortikultura (BBH), Balai pengawasan
dan Sertifikasi Benih (BPSB), penangkar, produsen dan pedagang benih
hortikultura. Dinas Pertanian Provinsi yang menangani perbenihan hortikultura
berperan dalam pembinaan penangkar dan pembinaan dalam penumbuhan
penangkar baru yang ada di wilayah tugasnya.
Penataan dan pemberdayaan kelembagaan perbenihan hortikultura akan
berdampak terhadap perwujudan industri perbenihan untuk menghasilkan benih
bermutu dari varietas unggul secara berkelanjutan. Oleh sebab itu, dibutuhkan
suatu pengelolaan atau penataan komponen-komponen prasarana dan sarana
pendukung secara harmonis. Komponen-komponen dimaksud meliputi seluruh
unsur yang tergabung dalam sistem perbenihan yang mencakup kegiatan
pemuliaan dan pengembangan varietas, produksi dan prosessing benih,
penyimpanan, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, distribusi dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 15
pemasaran, promosi dan sosialisasi penggunaan benih bermutu kepada
petani/konsumen.
Prinsip dari pemberdayaan kelembagaan perbenihan adalah :
1) bagaimana meningkatkan peran suatu industri perbenihan agar dapat
menghasilkan dan memasarkan benih bermutu; 2) bagaimana menumbuhkan
keyakinan para produsen dan konsumen benih bahwa benih bermutu
memberikan keuntungan yang sangat prospektif; 3) bagaimana meyakinkan
investor bahwa industri perbenihan mendatangkan keuntungan yang layak
dengan pengembalian investasi yang menguntungkan. Sebagaimana halnya
kelembagaan bisnis lainnya, lembaga perbenihan harus dikelola secara efisien,
dinamis, dan imaginatif agar dapat mencapai ketiga prinsip di atas.
Sampai saat ini pengembangan industri perbenihan masih dihadapkan pada
kendala berikut :
Usaha produksi benih sangat berbeda dengan usaha manufaktur
konvensional karena: a) pengembangan dan perubahan varietas sangat
dinamis; b) perbedaan agroklimat antara suatu tempat dengan yang lain; c)
gangguan beragam jenis organisme penganggu tumbuhan (OPT); d) tren
perubahan preferensi konsumen; dan e) pengaruh perubahan lingkungan
global.
Usaha produksi benih melibatkan banyak tenaga dengan tingkat
pengetahuan dan kemampuan yang berbeda, sementara proses produksi
membutuhkan konsistensi penanganan dengan sekuensi tahapan yang
sudah ditentukan.
Benih merupakan produk bahan hidup dan mengalami penurunan sifat-sifat
biologis pada batas waktu tertentu sehingga membutuhkan penanganan
khusus selama prosesing, penyimpanan, pendistribusian, dan pemasaran.
Secara umum, kondisi kelembagaan perbenihan yang ada sekarang belum
dapat dikategorikan sebagai lembaga industri perbenihan yang ideal dan
membutuhkan suatu penanganan khusus agar mampu beroperasi secara
profesional, baik yang dikelola oleh perorangan, usaha kelompok, maupun
kelembagaan perbenihan pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 16
f. Peningkatan Kapasitas Laboratorium Perbenihan Hortikultura
Upaya peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan hortikultura tahun 2011
telah mencapai 100 %. Dari target sebesar 34 unit telah tercapai 34 unit, yang
meliputi laboratorium perbenihan baik di BPSBTPH maupun BBH.
Potensi hasil suatu varietas tanaman tergantung pada mutu benih yang tersedia.
Untuk menjamin mutu benih hortikultura yang beredar di masyarakat selain
dukungan sumber daya manusia yang profesional juga diperlukan inovasi
teknologi dalam pengujian mutu benih dengan dukungan sarana dan prasarana
laboratorium pengujian benih yang berkualitas.
Peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan hortikultura tersebut mencakup
pengujian mutu benih hortikultura dan akreditasinya serta penerapan metode uji
yang mutakhir untuk memperoleh ketersediaan benih bermutu.
g. Peningkatan Mutu Pembinaan Untuk Kegiatan Pengembangan Sistem
Perbenihan Hortikultura
Upaya peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan pengembangan sistem
perbenihan hortikultura terdiri dari beberapa komponen kegiatan yaitu :
(1) layanan perkantoran, (2) penguatan kelembagaan, (3) pemayarakatan benih
bermutu, (4) pengawas mutu benih, (5) kendaraan, dan (6) sarana kantor.
Secara umum capaian kinerja peningkatan mutu pembinaan untuk kegiatan
pengembangan sistem perbenihan hortikultura adalah 100 % dengan rincian
sebagai berikut :
Layanan perkantoran, dari target sebesar 720 bulan sudah tercapai 720
bulan (100 %).
Penguatan kelembagaan, dari target sebesar 1.834 lembaga sudah tercapai
1.834 lembaga (100 %).
Pemayarakatan benih bermutu, dari target sebesar 392 kali sudah tercapai
392 kali (100 %).
Pengawas mutu benih, dari target sebesar 1.680 laporan sudah tercapai
1.680 laporan (100 %).
Kendaraan, dari target sebesar 11 unit sudah tercapai 11 unit (100 %).
Sarana kantor, dari target sebesar 60 unit sudah tercapai 60 unit (100 %).
Perkembangan industri perbenihan hortikultura belakangan ini terlihat cukup
menggembirakan. Salah satu upaya penyediaan benih bermutu hortikultura
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 17
dilakukan melalui pembinaan kepada pelaku perbenihan dan pemasyarakatan
penggunaan benih bermutu. Saat ini jumlah produsen dan pengedar benih
hortikultura yang berkembang di Indonesia adalah 2.028 dengan jumlah varietas
unggul yang dihasilkan sebanyak 1.884 varietas. Upaya pengembangan industri
perbenihan dilakukan melalui berbagai kegiatan pemasyarakatan benih bermutu
hortikultura sebagai wahana untuk sosialisasi benih unggul kepada masyarakat
dan sekaligus sebagai apresiasi bagi pelaku perbenihan hortikultura berprestasi.
Kegiatan pemasyarakatan benih bermutu yang dilaksanakan oleh Direktorat
Perbenihan Hortikultura tahun 2011 ini adalah promosi perbenihan hortikultura,
sistem informasi perbenihan hortikultura, temu asah terampil, jambore varietas
unggul (demfarm), peragaan inovasi teknologi baru dalam rangka PENAS, serta
penyediaan benih hortikultura. Melalui event-event semacam ini diharapkan
mampu memotivasi masyarakat tani untuk memanfaatkan benih bermutu serta
memotivasi pelaku perbenihan untuk menciptakan inovasi-inovasi baru bidang
perbenihan.
3.3. Analisis Pencapaian Keuangan
Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian
sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan
sumber keuangan yang ada.
Dalam rangka pencapaian sasaran strategis berkembangnya sistem perbenihan
hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura, maka
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2011 mendapatkan alokasi dana
APBN regular sebesar Rp 66.000.000.000,-. Dari total pagu tersebut beberapa
kegiatan diblokir dan telah diperjuangkan sehingga besaran anggaran menjadi
Rp 64.652.608.000,-. Dalam perkembangan selanjutnya, Direktorat Perbenihan
Hortkultura mendapat alokasi tambahan dari APBN-P sebesar Rp 38.500.000.000,-
sehingga alokasi anggaran untuk pengembangan perbenihan hortikultura menjadi
Rp 103.152.608.000,- dengan rincian seperti pada tabel berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 18
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Menurut
Kegiatan Utama Termasuk APBN-P
NO. KEGIATAN PAGU (Rp)
REALISASI S/D
14 Februari 2012
(Rp) (%) Fisik
1.Pengembangan Sistem
Perbenihan Hortikultura103.152.608.000 93.793.123.788 90,93 92,05
Pusat 50.588.608.000 48.025.901.019 94,93
Daerah 52.564.000.000 45.767.222.769 87,07
Tabel diatas menunjukkan tingkat serapan anggaran Direktorat Perbenihan
Hortikultura untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam Penetapan
Kinerja maupun yang terdapat di dalam DIPA dan RKAKL.
Secara nasional capaian realisasi keuangan Direktorat Perbenihan Hortikultura
tahun 2011 adalah 90,93 %, yang terdiri dari :
1. Pencapaian realisasi keuangan pusat sebesar Rp 48.025.901.019,- (94,93 %).
2. Pencapaian realisasi keuangan daerah sebesar Rp 45.767.222.769,- (87,07 %).
Capaian tersebut belum menunjukkan kinerja yang maksimal karena beberapa hal
sebagai berikut :
a. Adanya proses revisi DIPA sebagai akibat dari kegiatan yang diblokir, sehingga
memperlambat realisasi kegiatan.
b. Belum berjalannya regenerasi dan kaderisasi dalam pelaksanaan kegiatan
terutama pada aspek manajerial seperti : pelaporan, administrasi keuangan,
kehumasan, dan lain-lain sehingga terkadang arus pertanggungjawaban dan
pelaporan tidak berjalan lancar.
c. Sering terjadinya alih tugas atau mutasi di lingkup SKPD daerah sehingga
menghambat arus penyelesaian kegiatan.
Beberapa hal yang harus menjadi penekanan tindaklanjut ke depan atas
permasalahan penyerapan angaran ini adalah :
a. Perencanaan kegiatan yang matang sesuai dengan peraturan dan prosedurnya
dengan mempertimbangkan kemampuan instansi baik dari kondisi SDM maupun
geografisnya serta keadaan iklim dan cuaca pendukungnya.
b. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya
pengalih tugasan tidak terhambat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 19
3.4. Permasalahan Secara Umum
Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
hortikultura tahun 2011, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui
berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis, budidaya maupun
aspek manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam
pengembangan perbenihan hortikultura selama ini sebagai berikut :
1. Permasalahan benih tanaman buah : a) Untuk memproduksi benih tanaman buah
diperlukan waktu relatif lama sekitar 1 sampai 2 tahun tergantung dari komoditas,
sedangkan permintaan benih seringkali mendadak, b) Untuk memproduksi benih
dalam skala besar belum dapat dipenuhi oleh penangkar benih karena
keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil dalam menerapkan teknologi
perbanyakan benih dan belum dibarengi adanya jaminan pemasaran.
2. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
adalah : a) Industri perbenihan sayuran belum berjalan dengan baik,
b) Keterbatasan benih sumber, c) Sebagian besar penangkar benih masih
berstatus informal sehingga kegiatannya belum diawasi BPSBTPH, d) Balai
Benih yang memproduksi benih sayuran masih sangat terbatas, e) Sebagian
besar petani sayuran masih menggunakan benih sendiri dari pertanaman
konsumsi dikarenakan disamping terbatasnya ketersediaan benih bersertifikat
juga kesadaran petani terhadap manfaat penggunaan benih bersertifikat masih
rendah, f) Telah banyak varietas sayuran yang telah dilepas oleh Menteri
Pertanian, namun dalam perkembangannya sebagian besar dari varietas
tersebut tidak/kurang berkembang, g) Minat petani terhadap jenis unggul lokal
cukup baik, namun masih banyak yang belum dilepas, h) Penangkar benih sudah
cukup banyak tetapi karena supply-demand tidak jelas, minat penangkar untuk
memproduksi benih menjadi rendah.
3. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman florikultura adalah :
a) Jumlah varietas yang telah dilepas sangat terbatas, b) Kurangnya sosialisasi
varietas baru serta kurangnya sosialisasi terhadap varietas-varietas yang sudah
dilepas oleh Mentan, maka varietas-varietas tersebut kurang berkembang
dimasyarakat, dan c) Benih sumber terbatas, masih didatangkan dari luar negeri
(impor), hal ini disebabkan karena belum adanya perusahaan dalam negeri yang
mampu menghasilkan benih tersebut.
4. Permasalahan perbenihan yang lainnya adalah; a) Selera pasar benih cepat
berubah; perubahan permintaan pasar yang sangat cepat menyebabkan sering
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 20
terjadinya pelaku usaha tani tanaman hias mendatangkan benih dari luar negeri
yang jenis maupun varietasnya disukai di masyarakat; b) Lemahnya penguasaan
teknologi produksi; karena petani/penangkar benih yang memproduksi benih
untuk kebutuhan sendiri belum menguasai teknologi yang spesifik bagi masing-
masing jenis tanaman, c) Lemahnya permodalan penangkar benih, dan d)
Keterbatasan kemampuan dan petugas perbenihan dan sarana produksi yang
mengelola SIM perbenihan dan sarana produksi, sehingga informasi/data tidak
dapat tersedia setiap saat serta e) Belum optimalnya software perbenihan
hortikultura serta keterbatasan hardware perbenihan hortikultura, baik di BBH,
BPSBTPH maupun gapoktan/kelompok tani/UPJA.
3.5. Tindak Lanjut
Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat
Perbenihan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Pertemuan koordinasi antar pusat, daerah dan instansi terkait (Dinas Propinsi,
BPSBTPH, BBH) yang menangani perbenihan sangat dibutuhkan dalam rangka
penyediaan benih sesuai kebutuhan benih dalam pengembangan kawasan.
2. Pembinaan penangkar-penangkar benih buah terutama di daerah luar Jawa
masih sangat diperlukan, dalam rangka antisipasi jumlah SDM yang masih
terbatas dan peningkatan penerapan teknologi produksi benih.
3. Distribusi Benih sumber tanaman buah sangat diperlukan guna merangsang
penumbuhan penangkar benih tanaman buah di daerah dan mengoptimalkan
peran Balai Benih Hortikultura di berbagai daerah terutama Balai Benih
Hortkutura di luar Jawa dalam penyediaan sumber mata tempel untuk
perbanyakan benih berikutnya serta sebagai pohon koleksi.
4. Meningkatkan pemanfaatan kegiatan pengembangan perbenihan dalam
mendukung penyediaan benih hortikultura bermutu seperti : a) Pemberdayaan
kelembagaan perbenihan, b) Perbaikan sistim informasi supply/demand benih, c)
Fasilitasi akses modal untuk mendukung pengembangan perbenihan, d)
Penumbuhan penangkar di sentra-sentra produksi, e) Pemberdayaan
stakeholder perbenihan untuk menciptakan varietas yang berdayasaing dengan
teknologi produksi f) Pilot proyek penangkaran benih bermutu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 21
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan
Hortikultura 2011 ini adalah salah satu media pertanggungjawaban Direktorat
Perbenihan Hortikultura dalam melaksanakan mandat Tupoksi, Misi dan Visi, serta
pertanggungjawaban dalam mengelola anggaran. Disamping itu juga sebagai umpan
balik dan introspeksi terhadap apa yang selama ini telah dilaksanakan dan apa saja
yang belum dilaksanakan, dan perbaikan apa yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja institusi. Diharapkan dengan telah disusunnya laporan ini mampu
membenahi diri dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan
berbagai koordinasi, sinergisme dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan
pelaku usaha) sehingga dapat dicapai hasil yang lebih optimal.
Pembinaan pengembangan produksi dan peningkatan mutu benih hortikultura telah
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam upaya pengembangan
perbenihan dan sarana produksi hortikultura. Direktorat Perbenihan Hortikultura sebagai
instansi pusat terus melakukan pembinaan dan bimbingan dalam bidang perbenihan
hortikultura.
Dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura terutama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
menunjukkan bahwa kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura untuk tahun 2011 dapat
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran program yang telah ditetapkan.
Kegiatan operasional dilakukan dalam bentuk penyediaan benih sumber, pelayanan
perijinan pemasukan dan pengeluaran benih, serta pembinaan kelembagaan usaha
perbenihan. Disamping kegiatan operasional tersebut juga dilakukan kegiatan yang
berupa pelatihan, pertemuan-pertemuan yang bersifat koordinasi dan pertukaran
informasi diantara para pelaku sistem perbenihan dan sarana produksi hortikultura;
tersalurnya benih sumber ke daerah yang membutuhkan; tersusunnya konsep-konsep
peraturan perbenihan; dan terbitnya buku-buku pedoman yang bersifat pembinaan.
Cakupan tugas fungsi instansi pusat terbatas dalam menggerakkan, memfasilitasi,
membimbing dan melakukan pembinaan sedangkan tugas operasional riil di lapangan
dilaksanakan oleh instansi/stakeholder di daerah. Keberhasilan secara maksimal
program-program peningkatan produksi dan mutu benih hortikultura juga ditentukan oleh
kinerja petugas dan pelaku usaha lainnya di daerah. Disamping itu kegiatan pembinaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Direktorat Perbenihan Hortikultura 22
produksi hortikultura juga terkait dengan instansi lain baik di hulu, hilir dan instansi
pendukung, oleh karena itu kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi antar instansi, pelaku
usaha dan stakeholder lainnya sangat berperan dalam pencapaian keberhasilan
program perbenihan hortikultura.