bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
Bab I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan
Akhir-akhir ini relatif banyak tulisan yang bertemakan kepemimpinan,
Banyak artikel dan buku-buku kepemimpinan sekuler, maupun artikel dan buku-
buku kepemimpinan kristen, yang membahas masalah-masalah kepemimpinan
dari berbagai sudut pandang. Robby I. Chandra misalnya, dengan mengutip John
Storey, mengatakan bahwa upaya pencarian data tentang kepemimpinan dengan
menggunakan satu kata kunci “leadership” pada tahun 2003 menghasilkan 11,686
data.1
Penulis mengamati topik kepemimpinan merupakan topik yang menarik,
karena menyangkut semua bidang kehidupan manusia. Mulai dari bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Markus
Budiraharjo misalnya, menyoroti pentingnya kepemimpinan transformatif yang
dimulai dari dunia pendidikan. 2 Berdasar ketidakpastian historis yang
dikemukakan oleh Edgar Morin, Markus berpendapat bahwa pendidikan dewasa
ini tidak bisa lagi dibatasi hanya pada penyiapan keterampilan teknis bagi para
siswa. 3 Seperti dalam bidang-bidang lain, pendidikan membutuhkan sosok
1 Robby I. Chandra, ”Kepemimpinan, Organisasi, dan Perkembangan Kepemimpinan: Suatu Penelusuran Atas Metafor yang Digunakan Oleh Para Pemimpin Atas Ketiga Hal Tersebut”, hlm.1. Unpublished paper. 2 Markus Budiraharjo, “Kepemimpnan Transformatif” dalam majalah Basis, Nomor 07-08, Tahun Ke-58, Juli-Agustus 2009, hlm. 34-40. 3 Menurut Edgar Morin, ketidakpastian historis adalah: sesuatu yang terjadi di luar perkiraan, misalnya pada musim semi 1914 sebuah pembunuhan di Sarajevo mengakibatkan terpicunya perang dunia yang berlangsung empat tahun dan memakan jutaan jiwa, pada tahun 1916 Angkatan
MILIK U
KDW
2
pemimpin yang tanggap, sigap, dan cekatan dalam menangani berbagai persoalan
yang muncul silih berganti. Berbicara mengenai sosok pemimpin yang mampu
mengusung berbagai terobosan, menurutnya kita dihadapkan pada dua persoalan
besar. Pertama, sangat sulit menemukan sosok pemimpin yang tepat: mempunyai
visi, keberanian, dan integritas, serta kehendak yang kuat untuk berprestasi dan
berkorban demi orang lain. Kedua mengingat kompleksitasnya persoalan
kepemimpinan, kita belum cukup memahami bagaimana menumbuh-kembangkan
sosok pemimpin yang pada gilirannya kemudian mampu memfasilitasi tumbuhnya
critical mass untuk perubahan.4
Dari sisi politik kita bisa melihat pentingnya aspek kepemimpinan
misalnya dalam catatan harian Dr. Dino Patti Djalal, Staff Khusus Presiden
bidang Hubungan Internasional/Juru Bicara Kepresidenan sejak tahun 2004-2009.
Dalam Pengantar buku itu disebutkan bahwa sebagian besar masalah nasional kita
sangat berkaitan erat dengan faktor kepemimpinan. Dengan kepemimpinan yang
baik, maka krisis akan teratasi, konflik dapat diselesaikan, dan negara semakin
maju. Sebaliknya dengan kepemimpinan yang buruk, korupsi semakin parah,
ekonomi jadi terpuruk, dan reformasi akan mundur. Faktor kepemimpinan,
karenanya, bisa menjadi kunci sukses atau penyebab kegagalan. 5 Dino
memperhatikan bahwa budaya kepemimpinan masih belum mengakar penuh
Darat Rusia jatuh dan sebuah partai Marxis kecil yang marjinal akhirnya mengesampingkan doktrin yang diyakininya dan memicu revolusi Komunis pada bulan Oktober 1917, pada tahun 1943, begitu kuatnya aliansi antara Soviet dan kekuatan-kekuatan Barat, tetapi tiga tahun kemudian sekutu-sekutu tersebut saling berhadapan sebagai musuh Perang Dingin, dst. Lih. Markus Budiraharjo, hlm. 34-40. 4 Ibid, Markus Budiraharjo, hlm. 34-40. 5 Dr. Dino Patti Djalal, Harus Bisa! jilid 2, Red & White Publishing www.rwpublishing.com, 2009.
MILIK U
KDW
3
dalam masyarakat kita. Buku-buku mengenai ilmu kepemimpinan masih sedikit,
sementara leadership studies and training belum banyak ditemukan dalam
kurikulum Universitas maupun diklat Departemen. Promosi pejabat masih belum
memprioritaskan faktor kepemimpinan. Kurangnya pemimpin di kalangan
pemerintah bukan tidak mungkin juga berhubungan erat dengan kurangnya
penekanan pentingnya kepemimpinan di kalangan pejabat. 6 Ketika dilakukan
penelitian terhadap 160 pemimpin dari organisasi bisnis/profit, organisasi dan nir
laba serta lembaga pemerintah yang berada di kota Surabaya. Dari 160 responden
hanya 1 persen pemimpin yang bekerja di kalangan pemerintah.7
Di kalangan gereja sebagai organisme, kepemimpinan kita kenal dari
kesaksian Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sampai kepemimpinan di
jaman modern ini. Sebagai contoh kesaksian Alkitab Perjanjian Lama tentang
kepemimpinan Musa. Musa dikenal karena pimpinannya kepada bangsa Israel,
yaitu membawa/memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (Kel. 3:10, 17:3)
dan juga pimpinannya yang memberdayakan pemimpin, setelah Yitro mertua
Musa mengajarkan kepada Musa kepemimpinan berjenjang (Kel. 18:1-27).
Pemimpin yang lain adalah Nehemia, Daud, dan masih banyak lagi. Sedangkan
dalam Alkitab Perjanjian Baru, kepemimpinan Yesus, murid-murid Yesus dan
Paulus dikenal sebagai contoh kepemimpinan yang pengaruhnya dapat dirasakan
sampai saat ini. Hal ini nampak misalnya dalam kehidupan gereja, yang mencakup
semua orang percaya dari segala tempat dan sepanjang zaman, dan mencakup
6 Ibid. 7 Lih. Chandra, ”Kepemimpinan, Organisasi, dan Perkembangan Kepemimpinan”, hlm.14.
MILIK U
KDW
4
segala suku, bangsa, kaum, dan bahasa, sebab Kristus telah memerintahkan agar
segala bangsa dituntun dan dijadikan murid yang percaya dan taat kepada nama-
Nya (Mat. 28:19; Rm. 1:5). Persekutuan orang-orang percaya itu bertekun di
dalam dan dibangun di atas ajaran para rasul tentang Injil Yesus Kristus (Kis.
2:42; Ef. 2:20). 8 Kepemimpinan Yesus dan para rasul ditunjukkan melalui
pengaruhnya bukan hanya ketika mereka hidup pada 2000 tahun yang lalu, namun
juga sampai saat ini dalam kehidupan orang-orang percaya, kehidupan umat
manusia, bahkan semua ciptaan di alam semesta ini.9
Selain di lingkungan sekular, di lingkungan kekristenan berkembang suatu
minat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang kepemimpinan.
Jerry C. Wofford dengan mendasarkan pandangannya pada teladan yang diberikan
oleh Yesus berpendapat bahwa suatu gaya kepemimpinan yang mengubahkan
sangat menentukan keberhasilan berbagai pelayanan Kristen. Teladan yang
diberikan Yesus, menurut Wofford membentuk prinsip-prinsip dan praktek-
praktek kepemimpinan yang mencakup delapan konsep Kepemimpinan Kristen
yang Mengubahkan.10
Dalam tesis ini penulis melakukan pengamatan/penelitian terhadap
Kepemimpinan Kristen yang dikembangkan di Gereja Kristen Indonesia 11 ,
8 Lih. Tata Gereja dan Tata Laksana GKI, Jakarta: BPMS GKI, Edisi pertama, Cetakan pertama, 2009, hlm. 350-354. 9 Contoh yang sederhana misalnya ajaran Yesus tentang kasih, saat ini dikenal di seluruh dunia melalui perayaan hari Valentin, walaupun memang banyak orang yang tidak begitu mengerti makna kasih yang sesungguhnya yang sudah Yesus, juga Rasul Paulus ajarkan dan teladankan. 10 Lih. Jerry C. Wofford, Kepemimpinan Kristen Mengubahkan, Cetakan ke lima, Yogyakarta: ANDI, 2008, hlm 5. 11 Untuk selanjutnya Gereja Kristen Indonesia akan sering penulis singkat dengan sebutan GKI. Hakikat dan wujud GKI menurut ”Tata Gereja dan Tata Laksana GKI” adalah gereja Tuhan Yesus Kristus yang saat ini mewujud sebagai Jemaat-jemaat, Klasis-klasis, Sinode Wilayah-Sinode Wilayah dan Sinode di Indonesia, yang melaksanakan misinya dalam kerangka misi Allah di
MILIK U
KDW
5
khususnya GKI Klasis Bojonegoro. Dan secara spesifik penulis akan meneliti
kepemimpinan dalam Program Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan
(PPSK)12 yang diadakan oleh BPMK GKI Klasis Bojonegoro. Beberapa tahun
terakhir ini BPMK GKI Klasis Bojonegoro memberikan perhatian kepada Jemaat
agar dapat bertumbuh dan melayani dengan baik. Namun pada akhirnya disadari
bahwa perubahan Jemaat harus dimulai dari pemimpin terlebih dahulu.13 Sebab
selama pemimpin Jemaat, formal dan non formal, tidak terlebih dahulu berubah
maka proses perubahan itu akan berjalan dengan sangat lambat. Sebab pemimpin
seringkali berperan sebagai motor penggerak. Dan itulah sebabnya dalam
persidangan-persidangan Majelis Klasis sejak tahun 2005 Sidang memberikan
perhatian yang lebih kepada para pemimpin, khususnya pemimpin secara formal
(Majelis Jemaat dan BPH Komisi). 14 Pemimpin model apa yang diharapkan?
Tentunya pemimpin yang memiliki spiritual yang baik, sehingga dapat melayani
Tuhan dan Jemaat-Nya dengan baik pula. Spiritual di sini bukan hanya dalam
pengertian rohani saja namun lebih luas dan dalam.15
Penekanan dalam seluruh pelayanan GKI Klasis Bojonegoro ke depan
adalah menciptakan pemimpin-pemimpin jemaat yang benar-benar mampu
mentransformasikan kehidupan Kristianinya secara holistik, untuk menjadi
dunia. Berdasarkan Tata Gereja GKI, Penataan Klasis ditetapkan oleh Majelis Sinode Wilayah. Selain Klasis Bojonegoro, Di Gereja Kristen Indonesis Wilayah Jawa Timur terdapat dua klasis yang lain yaitu Klasis Madiun dan Klasis Banyuwangi. Lih. Tata Gereja dan Tata Laksana GKI, Jakarta: BPMS GKI, 2009, Edisi pertama, Cetakan pertama, hlm. 21, 53. 12 Untuk selanjutnya, penulis lebih sering menggunakan istilah PPSK untuk mempersingkat penulisan Program Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan. 13 Lih. Pranata Gunawan (penyusun), Benih Yang Tumbuh, Surabaya: Sinode GKI Jatim, 1989, hlm. 91-122. 14 Immanuel, ”Transformasi Spiritualitas”, dalam Sukita Edisi 11 / Tahun IV Agustus 2005, hal 3. 15 Ibid.
MILIK U
KDW
6
kesaksian gereja bagi masyarakat secara luas. Dengan suatu kerinduan untuk
mengembangkan jemaat Tuhan, di mana Dia sudah memberikan pertumbuhan
yang baik, GKI Klasis Bojonegoro terpanggil untuk menggarap pelayanan dengan
lebih baik dan lebih maju lagi dari tahun-tahun yang lalu, dan bukan itu saja
melainkan benar-benar dapat memperlengkapi jemaat untuk bertumbuh semakin
dewasa dan makin menyerupai Kristus.16
Sampai saat ini GKI Klasis Bojonegoro terus mengupayakan bagaimana
meningkatkan kualitas pemimpin sehingga dapat menjadi pemimpin yang mampu
mentransformasikan diri sendiri, antar pemimpin maupun dalam kehidupan
berjemaat. Dimulai dari persidangan Klasis ke XVI tahun 2005 dengan tema
pelayanan BPMK 2005-2006 “Transformasi Spiritualitas Dan Pemberdayaan
Pemimpin Untuk Melayanai Sesuai Kebutuhan Jemaat”, telah diupayakan
program yang masih terus berlanjut dalam pembinaan-pembinaan kepemimpinan.
Kepemimpinan yang transformatif artinya, gereja harus mengalami dan terus
mengupayakan transformasi baik untuk diri sendiri maupun orang-orang yang ada
di sekitarnya, khususnya Jemaat yang dilayani. Tujuan transformasi adalah gereja
boleh menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidupnya.17
Tema kepemimpinan yang transformatif diambil dari visi dan misi GKI
Klasis Bojonegoro tahun 2006-2015. Diharapkan dengan tema ini, para
pemimpin, dalam hal ini pendeta, BPMK, dan badan pelayanan klasis, sebagai
pemeran penting dalam berbagai kebijakan dan penentu arah strategis jemaat,
16 Ibid. 17 Ibid.
MILIK U
KDW
7
perlu terlebih dahulu dibenahi. Sebab dari hasil survei yang diadakan oleh Tim
implementasi Visi & Misi GKI Klasis Bojonegoro, menunjukkan bahwa
kelemahan pada jemaat-jemaat dalam lingkup klasis Bojonegoro adalah pada para
pemimpinnya, termasuk di dalamnya para pendeta.18
Komisi SDM GKI Klasis Bojonegoro sebagai salah satu badan pelayanan
Majelis GKI Klasis Bojonegoro mewujudkan visi & misi GKI Klasis
Bojonegoro19 dengan mengembangkan kepemimpinan di jemaat-jemaat melalui
pelatihan, membahas isu-isu teologis mengenai peran kepemimpinan gereja,
tentang apakah peran penatua, apa bedanya dengan Pendeta, struktur harus
bagaimana, sehingga gereja bisa mentransformasikan jemaat untuk melakukan
peran menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini dan mendatangkan damai
sejahtera, serta bagaimana mewujudkannya. 20 Program pelatihan untuk
mengembangkan kepemimpinan ini disebut Program Pengembangan Spiritualitas
dan Kepemimpinan.
Adanya isu-isu tentang pentingnya kepemimpinan, baik di gereja maupun
di kehidupan sekular, pengamatan selama berjemaat di GKI, baik GKI Jatim dan
GKI Jateng 21 dan adanya upaya GKI Klasis Bojonegoro untuk menggumuli
18 BPMS, ”Sebuah Proses Pergumulan”, dalam Sukita Edisi 19 / Agustus / Tahun VI / 2007. hal 6-11. 19 Visi dan Misi GKI Klasis Bojonegoro 2006 – 2005 lihat lampiran 1. 20 Hasil wawancara dengan Ketua Komisi SDM GKI Klasis Bojonegoro, 7 Mei 2009. 21 Dalam pengamatan penulis selama berjemaat di GKI, peran kepemimpinan dalam gereja sangatlah penting bahkan mempengaruhi pertumbuhan maupun pembangunan jemaatnya. Kepemimpinan di sini bisa diperankan oleh pendeta maupun penatua yang melayani di gereja tersebut. Sebagai contoh salah satu GKI “X”, jemaat mengalami perpecahan, ketika pemimpinnya sedang berkonfrontasi. Contoh yang lain di gereja “Y”, jemaat bisa mengalami penurunan anggota ketika pemimpinnya dalam hal ini pendeta sudah tidak lagi melayani di jemaat tersebut. Satu contoh lagi gereja “Z”, pendeta yang sudah melakukan pengajaran yang kurang pantas dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan, tetap dipertahankan pelayanannya karena di dalam kemajelisan
MILIK U
KDW
8
masalah kepemimpinan melalui PPSK, membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap program atau proyek GKI Klasis Bojonegoro tentang
pengembangan spiritualitas dan kepemimpinan GKI Klasis Bojonegoro ini.
PPSK ini di beri tema: “Becoming The Next Transformation Agent” yang
sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2007-2008 sebagai Angkatan I dan tahun
2009-2010 sebagai Angkatan II yang menggunakan sistem Bola Salju. Artinya
peserta Angkatan I mengaplikasikan kepemimpinannya melalui sarana
terlaksananya pengembangan spiritual dan kepemimpinan Angkatan II, peserta
Angkatan II akan menghasilkan program pengembangan spiritualitas dan
kepemimpinan untuk Angkatan III, dan seterusnya.22
Tesis ini menyoroti apa yang dimaksud dengan “kepemimpinan” dalam
PPSK, sejauh mana program sudah dilakukan, bagaimana program ini
dilaksanakan, bagaimana kepemimpinan dipraktekkan di jemaat-jemaat, dan
apakah konsep kepemimpinan transformasional dari Wofford relevan terhadap
Program Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan GKI Klasis Bojonegoro.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas maka penulis
merumuskan masalah yang akan dijawab dalam tesis ini sebagai berikut:
ternyata juga terjadi penyimpangan masa jabatan penatua, di mana penatua yang menjabat seakan-akan menjadi pemilik gereja tersebut. Masa jabatan penatua GKI dapat dilihat di Tata Gereja GKI. 22 Hasil wawancara dengan Ketua Komisi SDM GKI Klasis Bojonegoro, 7 Mei 2009.
MILIK U
KDW
9
1. Apa yang dimaksud dengan “Kepemimpinan” dalam Program
Pengembangan Spiritual dan Kepemimpinan yang diadakan oleh GKI
Klasis Bojonegoro?
2. Bagaimana kepemimpinan itu dipraktekkan di jemaat-jemaat?
3. Apakah konsep Kepemimpinan Transformasional dari Jerry C. Wofford
relevan terhadap Program Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan
GKI Klasis Bojonegoro?
3. Lingkup Penelitian
Tesis ini meneliti Program Pengembangan Spiritualitas Dan
Kepemimpinan yang diadakan Badan Pekerja Majelis Klasis GKI Klasis
Bojonegoro, terutama Angkatan ke II tahun 2009-2010. Untuk mengetahui
implementasinya dalam jemaat, penelitian juga akan dilakukan terhadap
beberapa Penatua GKI jemaat setempat di wilayah GKI Klasis Bojonegoro, baik
peserta yang mengikuti program PPSK, maupun yang belum mengikuti program
tersebut (bukan peserta PPSK).
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “Kepemimpinan” dalam
Program Pengembangan Spiritual & Kepemimpinan yang diadakan oleh
GKI Klasis Bojonegoro dan apa yang melandasi konsep kepemimpinan
ini.
MILIK U
KDW
10
2. Untuk mengetahui implementasi Program Pengembangan Spiritual &
Kepemimpinan yang diadakan oleh GKI Klasis Bojonegoro di jemaat-
jemaat GKI wilayah Klasis Bojonegoro.
3. Untuk mengetahui relevansi konsep Kepemimpinan Transformasional dari
Wofford terhadap Program Pengembangan Spiritualitas dan
Kepemimpinan GKI Klasis Bojonegoro.
5. Metodologi Penelitian23
Untuk mengetahui konsep kepemimpinan khususnya konsep
kepemimpinan transformasional sebagai landasan teori dan alat penelitian untuk
memahami lebih baik situasi subyek penelitian, penulis melakukan penelitian
kepustakaan. Sedangkan untuk melakukan penelitian terhadap Program
Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan (latar belakang, tujuan, dsb.),
terhadap orang-orang yang terlibat, baik panitia maupun peserta, terhadap proses
atau pelaksanaan program, konsep, sampai dengan implementasi program dan
perkembangannya, penulis melakukan penelitian lapangan.
5.1. Metode Pengumpulan Data / Sumber Data
Sumber-sumber untuk mendapatkan data lapangan maupun konsep
kepemimpinan PPSK terdiri dari dua sumber, yaitu sumber utama dan sumber
penunjang.
23 Lih. Andreas B. Subagyo, Ph.D., Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, cetakan pertama, 2004, hlm. 219-231.
MILIK U
KDW
11
5.1.1. Sumber-sumber Utama
Sumber-sumber utama didapatkan dari hasil wawancara personil BPMK,
Ketua Komisi SDM, panitia, maupun beberapa peserta PPSK GKI Klasis
Bojonegoro, dari tulisan-tulisan arsip/file Komisi SDM GKI Klasis Bojonegoro
dan panitia PPSK baik notulen-notulen rapat, file perencanaan program, maupun
file laporan pelaksanaan PPSK Komisi SDM kepada BPMK GKI Klasis
Bojonegoro. Sedangkan bahan kepemimpinan dan evaluasi didapat dari workbook
yang dibuat oleh Pembicara PPSK, maupun panitia PPSK, serta tulisan-tulisan
kelompok peserta.
5.1.2. Sumber-sumber Penunjang
Sumber-sumber penunjang didapatkan dari tulisan-tulisan di majalah
Sukita, bahan persidangan Klasis GKI Bojonegoro, maupun hasil wawancara
dengan beberapa orang Penatua GKI di luar peserta PPSK.
5.2. Metode Penelitian
5.2.1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan meliputi penelitian pustaka terhadap konsep Jerry
C Wofford yang melihat beberapa faktor yang membentuk kepemimpinan kristen
transformasional sebagai literatur utama, dan tulisan-tulisan dari buku-buku,
artikel, majalah-majalah, jurnal-jurnal, internet maupun pustaka tertulis lainnya
yang terkait dengan kepemimpinan kristen dan kepemimpinan kristen
transformasional.
MILIK U
KDW
12
5.2.2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan meliputi pengumpulan dan analisis data penelitian, di
mana penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik penelitian
melalui observasi partisipan dan menggunakan wawancara terbuka sifatnya
kepada beberapa informan24. Penelitian dilakukan di Jawa Timur, yaitu tempat
dilaksanakannya pelatihan PPSK, baik di gereja maupun di tempat penginapan.
Waktu yang digunakan untuk penelitian lebih kurang selama satu tahun, dengan
tujuan agar dapat lebih memahami gambaran PPSK Angkatan II, yaitu mulai
bulan Mei 2009 sampai dengan bulan Juni 2010.
6. Judul
“PROGRAM PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS DAN
KEPEMIMPINAN GKI KLASIS BOJONEGORO”
(Sebuah Penelitian Pada Program Pengembangan Spiritualitas dan Kepemimpinan
GKI Klasis Bojonegoro Dalam Rangka Mencari Kepemimpinan Kristen
Transformasional)
7. Sistematika Penulisan
Bab 1. Pendahuluan
24 Wawancara terbuka merupakan tipe wawancara dengan mengajukan pertanyaan untuk ditanggapi, diolah dan diperbaiki, dianalisis. John Mansfor Prior, Meneliti Jemaat: Pedoman Riset Partisipatoris. Jakarta: Grasindo, 1997, hlm.96.
MILIK U
KDW
13
(Mencakup: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Lingkup
Penelitian, Tujuan Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian yang
digunakan dan Sistematika Penulisan.)
Bab 2. Kepemimpinan Transformasional
(Merupakan uraian tentang teori dan perkembangan kepemimpinan secara
umum, dan juga Konsep “Transforming Christian Leadership” dari Jerry
C. Wofford, yang menjadi alat bantu penulis untuk memahami
kepemimpinan transformasional, dan juga akan dipakai untuk menganalisa
data penelitian.)
Bab 3. Konsep Kepemimpinan Dalam Program Pengembangan Spiritualitas dan
Kepemimpinan GKI Klasis Bojonegoro
(Merupakan gambaran dan konsep kepemimpinan PPSK GKI Klasis
Bojonegoro. Latar belakang munculnya ide PPSK GKI Klasis Bojonegoro,
bagaimana membangun proyek itu, apa saja yang sudah dilakukan, apa
saja yang menjadi landasan program, dokumen-dokumen apa saja yang
mendasari dan apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program.)
Bab 4. Tinjauan Kritis Terhadap Konsep Kepemimpinan PPSK GKI Klasis
Bojonegoro
(Merupakan analisis terhadap Konsep Kepemimpinan dalam PPSK GKI
Klasis Bojonegoro, serta menganalisa relevansi Kepemimpinan
Transformasional dari Wofford terhadap PPSK.)
Bab 5. Kesimpulan Saran.
MILIK U
KDW