bab i · web viewpendahuluan latar belakang mata pelajaran ipa di sekolah dikembangkan dengan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran IPA di sekolah dikembangkan dengan mengacu pada
perkembangan IPA yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu
mengembangkan observasi dan eksperimentasi. Kemampuan observasi untuk
melakukan pengamatan dan eksparimentasi ini ditekankan pada melatih
kemampuan berpikir eksperimen yang mencakup tata laksana percobaan atau
prosedur metode ilmiah dalam percobaan dengan mengenal peralatan yang
digunakan baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan
siswa (Kurikulum 2004 SMA, 2003).
Program Studi S1 PGSD diharapkan menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan profesional. Guru SD lulusan S-1 PGSD nantinya
tidak hanya cukup berkemampuan sebagai pelaksana teknis
pembelajaran saja, namun harus memiliki kemampuan untuk: a)
mengembangkan diri secara terus menerus mengikuti
perkembangan IPTEKS yang begitu pesat; b) mampu memecahkan
berbagai permasalahan yang muncul dalam pendidikan dan
pembelajaran, maupun dapat melakukan penelitian-penelitian
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Di
samping itu, lulusan PGSD juga harus mempunyai kemampuan: a)
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b)
memiliki kesadaran tinggi sebagai warganegara dari masyarakat
dan bangsa yang Pancasilais; c) menguasai cara berpikir, teori,
generalisasi, konsep, prosedur, dan fakta yang penting sebagai
dasar pengembangan pengetahuan lebih lanjut; d) memiliki
pemahaman yang mendalam mengenai perkembangan kemampuan
siswa SD dalam belajar; e) memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan keguruan untuk mengembangkan proses dan
1
pelaksanaan pendidikan di SD; f) memiliki kebiasaan, nilai dan
kecenderungan pribadi yang menunjang pengembangan profesi
guru; g) memiliki kemampuan berkomunikasi secara sosial dan
profesional di lingkungan sejawat maupun masyarakat (SKGK
PGSD, 2007).
Untuk mencapai kemampuan tersebut, mahasiswa program S-1 PGSD
dibekali dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan baik melalui
kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler. Dalam kegiatan
kurikuler, mahasiswa program S-1 PGSD mendapatkan berbagai macam mata
kuliah yang kesemuanya bermuara pada satu tujuan untuk menyiapkan mereka
menjadi guru yang profesional. Salah satu mata kuliah tersebut adalah Konsep
Dasar IPA. Dalam mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan mengaplikasikan berbagai konsep IPA serta nantinya dapat membimbing
siswa dalam mata pelajaran IPA dengan baik.
Proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA
sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap (Kurikulum 2004 SMA,
2003). Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, dan proses
IPA, yaitu proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk
IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dalam melakukan
percobaan dan cara berpikir secara ilmiah bagaimana untuk melakukan
percobaan itu. Sedangkan sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA
adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak
mencampuradukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati, dan ingin tahu.
Di samping itu, pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian
pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi
agar mahasiswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari tahu melalui
berbuat/penyelidikan sehingga dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Menurut Silaban
(1999) dalam penelitiannya yang memanfaatkan perangkat pembelajaran yang
menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah hasilnya cukup efektif
2
digunakan dalam pembelajaran fisika yang materinya memerlukan
penyelidikan.
Selama ini pembelajaran mata kuliah konsep dasar IPA pada program
S1 PGSD belum berjalan secara maksimal. Pada umumnya mahasiswa kurang
terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mengutamakan
penguasaan konsep-konsep IPA melalui hafalan yang berkaitan dengan
teori/materi yang mereka pelajari dan jarang dikaitkan dengan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan di sisi lain, interaksi mahasiswa
dengan lingkungan untuk menggali dan menemukan konsep-konsep IPA
masih kurang yang mengakibatkan penguasaan proses IPA atau keterampilan
proses masih kurang. Hal ini salah satu penyebabnya adalah pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen belum sepenuhnya mengacu pada proses serta
belum tersedianya perangkat pembelajaran yang lengkap untuk mata kuliah
Konsep Dasar IPA. Menurut Arends (1997) menyatakan bahwa “It is strange
we expect students to learn yet seldom teach them about learning, we expect
student to solve problems yet seldom teach them about problem solving”yang
berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang
memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Agar hal tersebut tidak terjadi pada pembelajaran konsep dasar IPA
pada S-1 PGSD, maka dalam penelitian ini mencoba mengembangkan
perangkat pembelajaran konsep dasar IPA yang mengacu pada model
pembelajaran berdasarkan masalah yang selanjutnya diterapkan dalam
pembelajaran konsep dasar IPA dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran di S-1 PGSD.
Dalam teori konstruktivis dijelaskan bahwa mahasiswa harus dapat
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi yang kompleks,
mengecek informasi-informasi dengan aturan-aturan lama dan merivisinya
apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai. Agar siswa benar-benar memahami
dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
3
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha untuk menemukan ide-
idenya (Slavin, 1994). Semua ini dapat tercapai dengan mengaktifkan atau
melibatkan mahasiswa melalui penyelidikan nyata dan bekerja secara
berkelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya,
sehingga mahasiswa dapat memahami konsep lebih baik, menambah daya
ingat yang dapat memudahkan mentransfer pada proses belajar yang baru,
mendorong siswa untuk belajar aktif dan berinisiatif, menimbulkan kepuasan
bagi diri siswa, dan merangsang siswa untuk belajar lebih giat.
Pembelajaran berdasarkan masalah dipilih dengan pertimbangan
bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu proses pendidikan
yang holistik dan bertujuan membantu mahasiswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks
lainnya.
Peranan guru pada pembelajaran berdasarkan masalah adalah
mengorganisasikan lingkungan belajar dan sebagai fasilitator. Peranan-
peranan yang lebih spesifik yakni guru sebagai; model, perencana, peramal,
pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh mahasiswa tentang IPA akan
lebih bermakna dan juga penguasaan keterampilan proses mahasiswa akan
lebih berkembang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah Bagaimana hasil uji coba pengembangan
perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran berdasarkan
masalah di kelas?
Permasalahan ini kemudian dijabarkan menjadi beberapa sub masalah
untuk mempermudah pengambilan data menjadi sebagai berikut;
4
a. Bagaimana keterlaksanaan sintaks pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah?
b. Bagaimana aktivitas mahasiswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan?
c. Bagaimana hasil belajar mahasiswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan?
d. Bagaimana respon mahasiswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan?
e. Kesulitan/hambatan-hambatan apa saja yang muncul pada
saat menerapkan perangkat pembelajaran yang berorientasi model
pembelajaran berdasarkan masalah di kelas?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Buku Ajar Mahasiswa, (3)
Lembar Kerja Mahasiswa, (4) Tes Hasil Belajar Produk, (5) Tes Hasil
Belajar Proses, (6) Tes Hasil Belajar Psikomotorik.
2. Mendeskripsikan keterlaksanaan sintaks-sintaks pembelajaran
berdasarkan masalah yang telah dikembangkan.
3. Mendiskripsikan aktivitas mahasiswa pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan
berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah.
4. Mendiskripsikan hasil belajar mahasiswa setelah diberi perlakuan
model pembelajaran berdasarkan masalah dengan perangkat yang telah
dikembangkan.
5
5. Mendiskripsikan respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran
yang menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah.
6. Mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran dan pada saat mengimplementasikannya.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini maka manfaat yang
diharapkan adalah tersedianya perangkat pembelajaran Konsep Energi yang
berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yang diharapkan
dapat mencapai hal-hal berikut ini:
1. Menjadi acuan bagi dosen dalam mengimplementasikan
pengembangan perangkat yang berorientasi pada model pembelajaran
berdasarkan masalah untuk konsep lain yang relevan bila diajarkan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
2. Membantu dosen dalam memperkaya pengetahuan tentang
berbagai model pembelajaran termasuk model pembelajaran
berdasarkan masalah, sehingga dosen dapat melatihkan keterampilan
pemecahan masalah bagi mahasiswa.
3. Apabila penelitian ini berhasil, maka perangkat dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini dapat menjadi acuan bagi dosen untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Konsep Dasar IPA, dan untuk
meningkatkan keterampilan proses mahasiswa sehingga IPA menjadi
pelajaran yang diminati.
E. Batasan dan Asumsi Penelitian
1. Batasan Penelitian
Mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya penelitian, fasilitas
jurusan, dan lain-lain, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
a. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa PGSD FIP Unesa
angkatan 2007, dengan Subyek penelitian mahasiswa kelas E
6
sebanyak 12 orang mahasiswa yang mengikuti Perkuliahan pada
semester genap pada tahun akademik 2008/2009.
b. Penelitian ini dilaksanakan pada Mata Kuliah Konsep
Dasar IPA Pokok Bahasan energi.
2. Asumsi Penelitian
Berbagai asumsi penelitian yang dapat dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Nilai yang diperoleh mahasiswa menunjukkan kemampuan
mahasiswa sebenarnya.
b. Pengamat pada saat memberikan penilaian terhadap kemampuan
dosen dalam mengelola pembelajaran dilakukan secara seksama,
objektif, dan mandiri dalam menuangkan hasil pengamatannya pada
lembar pengamatan.
F. Penjelasan Istilah
1. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang
memungkinkan guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran.
Pengembangan perangkat pembelajaran meliputi; Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, Buku Ajar Mahasiswa, Lembar Kerja Mahasiswa, Tes hasil
belajar produk, Tes hasil belajar proses, Tes hasil belajar psikomotorik.
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 1997).
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction )
Secara garis besar Pembelajaran Berdasarkan Masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. Peranan guru dalam pengajaran ini adalah mengajukan masalah,
memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa.
Pengajaran ini diorganisasikan pada situasi kehidupan nyata yang menghindari
jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.
Menurut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyususn pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
1. Landasan Teoritik
Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan proses-
proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses informasi yang
telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun sendiri
pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pengajaran
berdasarkan masalah bertumpu pada psikologi kognitif dan pandangan
para konstruktivis mengenai belajar. Model pengajaran ini juga sesuai
8
dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL yaitu; inkuiri,
konstruktivis, dan menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi.
(Sudibyo, 2003).
2. Tujuan Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual serta belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.
3. Tingkah laku Mengajar (Sintaks)
Dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
diharapkan guru dapat lebih jelas dalam memahami materi sehingga siswa
juga dapat lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Sesuai dengan sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah fase
ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok disini
guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran
ini juga, memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan pelatihan
dan menyajikan hasil karya serta pemberian umpan balik terhadap
keberhasilan siswa terhadap pemecahan masalah berdasarkan eksperimen
yang dilakukakan. Pada fase kelima menganalisis dan mengevaluasi
proses pemcahan masalah dibutuhkan peran guru sangat besar untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang telah
dilakukan oleh siswanya serta proses-proses yang mereka gunakan dalam
9
penyelidikan tersebut. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan
langkah-langkah pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1Orientasi siswa kepada masalah
Fase 2Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Fase 3Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Fase 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan, memotivasi siswa dengan menunjukkan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa, dan membentuk kelompok belajar untuk memecahkan masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dilakukan secara berkelompok.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
10
Fase 5Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
(Sumber: Ibrahim & Nur,2005)
Karena penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, maka hal
pertama yang dilakukan adalah mengembangkan sintaks pembelajaran dari
sintaks pembelajaran berdasarkan masalah. Berikut ini sintaks
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti kemudian diterapkan
di kelas.
Tabel 2.2.
Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase-fase Perilaku DosenFase 1Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan mahasiswa
Fase 2Memunculkan masalah yang autentik
Fase 3Membentuk kelompok kerja untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Fase 4Membimbing pengamatan dan penyelidikan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah
Fase 5Mengembangkan dan
Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan energi, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Memotivasi mahasiswa dengan menunjukkan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi energi. Misalnya merangkai kit listrik kemudian dosen menanyakan pada mahasiswa perubahan energi apa yang terjadi pada rangkaian listrik?
Dosen membantu mahasiswa mengorganisasikan tugas belajar dan membentuk kelompok belajar untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi dan sumber yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan eksperimen/percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah yang dilakukan secara individu maupun berkelompok.
Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
11
mempresentasikan hasil kerja kelompok
Fase 6Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dari masing-masing kelompok
sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, sehingga semua anggota kelompok bekerja untuk mendapatkan hasil yang bagus dan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan contoh penerapan.
Berdasarkan tabel 2.2 yang berkaitan dengan pengembangan sintaks
pembelajaran berdasarkan masalah dapat diketahui bahwa peran dosen di
dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah antara lain:
1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan mahasiswa pada masalah
autentik, yaitu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan yang dilakukan baik
individu maupun kelompok misalnya melakukan pengamatan atau
melakukan eksperimen.
3. Memfasilitasi dialog mahasiswa.
4. Mendukung belajar mahasiswa.
B. Teori belajar yang melandasi Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Teori belajar konstruktivisme
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan bekerja keras dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari
hasil kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur & Wikandari,
1998).
12
Menurut Piaget (Nur,2005) menyatakan bahwa siswa dalam
segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan
membangun pengetahuan mereka sendiri. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan pada siswa
untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Dalam hal ini guru dapat memberi siswa
anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur &
Wikandari,1998).
2. Teori Ausubel
Inti dari teori ausubel adalah pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran yang bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang (Dahar,1988). Pernyataan inilah yang menjadi inti
dari teori Ausubel. Dengan demikian agar menjadi pembelajaran
bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan
pengetahuan baru dari suatu materi pelajaran, sangat diperlukan konsep-
konsep awal yang dikaitkan dengan konsep yang sudah dimiliki oleh
siswa berdarkan pengalaman mereka sendiri. Sehingga konsep itu mudah
untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa, jika dikaitkan dengan
pengajaran berdasarkan masalah, dimana siswa mampu menyelesaikan
permasalahan yang autentik berdasarkan konsep awal yang sudah
mereka miliki.
3. Teori Bruner
Teori Bruner disebut juga dengan belajar penemuan (Discovery
Learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
13
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberi hasil yang lebih baik. Karena siswa akan berusaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna
(Dahar, 1988)
Bruner juga menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui
partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk
memperoleh pengalaman dan menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
C. Analisis Materi Pelajaran
Energi merupakan konsep yang sangat abstrak. Energi tidak
memiliki massa, tidak dapat diamati, tidak dapat diukur secara langsung.
Energi hanya dapat diamati atau dirasakan perubahannya. Aspek yang
paling penting dari semua jenis energi adalah energi total tetap sama
setelah proses apapun dengan jumlah sebelumnya. Dengan demikian
energi dapat didefinisikan sebagai besaran yang kekal.
Secara tradisional energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja, yakni menyebabkan sesuatu berubah. Hubungan
ini memberikan definisi umum bahwa energi adalah kemampuan untuk
menyebabkan perubahan. Secara umum ada dua energi dasar yaitu energi
kinetik dan energi potensial.
1. Energi Kinetik
Sebuah benda yang sedang bergerak memiliki kemampuan
untuk melakukan kerja dengan demikian dapat dikatakan memiliki energi
yang disebut dengan energi kinetik (Giancoli, 2001). Energi kinetik adalah
energi yang dimiliki suatu benda yang bermassa m yang sedang bergerak
dengan kecepatan v tertentu. Energi kinetik benda yang sedang bergerak
hanya bergantung pada besar kecepatannya (lajunya) dan bukan pada arah
ke mana benda itu bergerak atau pada proses yang mengatur geraknya
14
(Sears Zemansky, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik
adalah energi yang dimiliki suatu benda yang sedang bergerak.
Energi gerak disebut energi kinetik, dari bahasa Yunani
Kinetikos yang berarti gerak. Besar energi kinetik benda ditentukan oleh
massa benda dan kecepatan gerak benda, yang secara matematis dituliskan
sebagai berikut :
…..(1)
Gambar 2.1 Gaya total konstan F mempercepat benda dari laju v1 sampai
v2, sepanjang jarak d. Kerja yang dilakukan adalah Wtot = F d
Jika ada sebuah benda yang berpindah dari satu titik ke titik yang lain
seperti pada gambar 2.1 maka kerja total yang dilakukan pada benda
tersebut adalah :
F.d ……(2)
……(3)
..…..(4)
(Giancoli, 2001).
Dari persamaan 4 dapat diketahui bahwa kerja yang dilakukan pada
sebuah benda sama dengan perubahan energi kinetiknya.
2. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dikaitkan dengan gaya yang
bergantung pada posisi dan sekelilingnya (Giancoli, 2001). Jadi energi 15
Ftot
v1 v2
F
d
potensial merupakan energi yang dimiliki benda karena kedudukannya.
Energi potensial ada beberapa jenis misalnya energi potensial gravitasi dan
energi potensial pegas.
a. Energi Potensial Gravitasi
Energi Potensial Gravitasi adalah energi potensial benda
disebabkan karena gaya gravitasi bumi (Giancoli, 2001). Jika sebuah
benda bermassa m yang bergerak ke bawah sepanjang sumbu y
(gambar 2.2a). Gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah beratnya
sendiri yang besarnya w = m g, dan gaya-gaya lain yang resultannya
sama dengan Flain. Untuk perpindahan yang terjadi di dekat permukaan
bumi, mengakibatkan perbedaan gaya gravitasi akibat jarak dari pusat
bumi diabaikan. Jika benda jatuh dari ketinggian y1 ke y2, maka usaha
Wgrav yang dilakukan oleh beratnya sendiri adalah
Wgrav =F.s = w (y2 – y1)
= (m g y2 – m g y1) .......(5)
Karena y2 lebih kecil dari y1 maka harga Wgrav berharga negatif
Gambar 2.2 sebuah benda bermassa m yang bergerak ke bawah dan
keatas sepanjang sumbu y
(Giancoli, 2001:189)
Jika benda bergerak ke atas dari ketinggian yang y1 menuju
ketinggian y2 seperti gambar 2.2b. Berat benda w dan pergeserannya
berlawanan, maka usaha gaya gravitasi adalah
Wgrav = -w (y2 – y1) = -(mgy2 – mgy1) .......(6)
16
Gambar 2.2 b.
y2
y1
B
Flain
w = mg
A
Gambar 2.2 a.
w = mg
y1
Flain
B
y2
A
Usaha gaya gravitasi, hanya bergantung pada ketinggian permulaan
dan akhir saja, dan bukan pada bentuk lintasan. Kalau titik-titik ini
berada pada ketinggian yang sama, maka usahanya adalah nol. Hasil
kali antara berat mg dari benda itu dengan tinggi y dari pusat beratnya
di atas bidang patokan, disebut energi potensial gravitasi EP.
EP (gravitasi) = m g y ….(7)
Dalam pembahasan di atas, karena perpindahan terjadi di dekat
permukaan bumi sehingga gaya gravitasi terhadap suatu benda dapat
dianggap konstan.
Jika kita tinjau kejadian yang lebih umum, gaya w dalam gambar 2
adalah gaya tarik gravitasi yang dilakukan bumi terhadap benda itu,
dan rumus umum untuk gaya ini adalah
w = …(8)
Dengan G adalah gaya gravitasi bumi, mE adalah massa bumi dan r
adalah jarak dari pusat bumi. Apabila r bertambah dari r1 menjadi r2,
usaha gaya gravitasi adalah
wgrav =-GmmE = - ...(9)
Besaran -G(mmE/r) merupakan rumus umum untuk energi
potensial gravitasi sebuah benda yang ditarik oleh bumi :
Ep (gravitasi) = - ....(10)
Energi mekanik total benda, menjadi
EM = Ek + Ep = ½ m v2 - ....(11)
(Sears Zemansky, 2001)
Dalam persamaan di atas terdapat tanda negatif karena hal ini
tergantung pada pemilihan tinggi patokan pada mana energi poternsial
itu dianggap nol. bila kita tentukan EP = 0 maka r =
17
Artinya, energi potensial gravitasi sebuah benda dianggap nol
apabila benda itu terletak jauh tak hingga dari bumi (Sears Zemansky,
2001:169). Energi potensial semakin kecil jika benda itu bertambah
dekat bumi, maka energi petensial itu haruslah negatif pada sembarang
jarak yang terhingga dari bumi. Maksudnya, Energi potensial semakin
kecil apabila jaraknya dari pusat bumi bertambah kecil dari r1 menjadi
r2 sehingga energi potensialnya berharga negatif.
b. Energi Potensial Elastik
Salah satu bentuk EP yang berkaitan dengan bahan-bahan elastik
yaitu energi potensial elastis. Suatu contoh sederhana, tinjau suatu
kumparan pegas sederhana dalam gambar 2.3.
Jika pegas ditarik secara perlahan-lahan dengan gaya yang
sama dan berlawanan dengan gaya yang dikerjakan oleh pegas,
maka pegas akan memanjang. Karena pegas memberikan gaya F =
-k.x, sehingga harus diberikan gaya yang sama dan berlawanan
yaitu Fluar = k.x untuk menarik pegas.
Usaha yang dilakukan oleh gaya luar tersebut adalah
Wluar =
18
Gambar 2.3. sebuah pegas ditarik dengan gaya F sehingga
bertambah panjang ∆x
(Giancoli, 2001)
F
x
= = ½ kx2 .....(12)
Usaha yang diberikan pada pegas ini akan tersimpan sebagai
energi potensial pegas. Jadi, persamaan energi potensial pegas
adalah
EP = ½ kx2 .....(13)
3. Gaya Konservatif
Gaya yang memindahkan benda dalam medan konservatif disebut
Gaya Konservatif. Medan konservatif terjadi jika usaha yang dilakukan
gaya dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lain adalah sama untuk
sembarang lintasan yang melalui dua kedudukan tersebut. Gaya
konservatif adalah gaya-gaya dimana kerja yang dilakukan tidak
bergantung pada lintasan yang ditempuh tapi hanya pada posisi awal dan
akhir (Giancoli, 2001). Contoh gaya konservatif adalah gaya gravitasi
dan gaya pegas.
Tiga lintasan dalam ruang yang menghubungkan titik 1 dan 2. Jika
usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif adalah W, maka usaha yang
dilakukan pada perjalanan sebaliknya melalui lintasan b adalah –W.
Usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif dalam lintasan tertutup
adalah sama dengan nol. Jadi, gaya yang dilakukan oleh gaya konservatif
ketika benda bergerak dari titik 1 ke titik 2 adalah sama untuk setiap
lintasan yang menghubungkan kedua titik itu.
Apabila sebuah benda digerakkan dari suatu posisi ke suatu posisi
lain (gambar 2.4), maka usaha-usaha gaya gravitasi tidak bergantung
pada lintasannya dan sama dengan selisih antara harga akhir dan harga 19
Lintasan A
Lintasan B2
Lintasan C1
x
Y
Gambar 2.4 Tiga lintasan dalam ruang yang menghubungkan titik 1 dan 2
awal yang disebut dengan energi potensial grafitasi. Jika hanya gaya
grafitasi yang bekerja pada benda itu, energi mekanik total adalah
konstan atau kekal. Jika benda naik, energi potensial grafitasi semakin
besar dan energi kinetik semakin kecil, tetapi jika benda sedang turun,
energi potensial grafitasi semakin kecil (berkurang) sedangkan energi
kinetik semakin besar. Gaya yang menyebabkan perubahan energi
kinetik menjadi energi potensial dan sebaliknya selalu kekal disebut
gaya konservatif. Secara singkat, usaha yang dilakukan gaya konservatif
selalu memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
1. Selalu dapat dinyatakan sebagai perbedaan antara nilai energi
potensial mula-mula dan energi potensial akhir.
2. Tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir.
3. Jika benda bergerak dalam lintasan tertutup, usahanya selalu sama
dengan nol.
4. Gaya Non Konservatif
Tidak semua gaya bersifat konservatif. Suatu gaya disebut tak
konservatif jika usaha yang dilakukan oleh gaya itu pada sebuah partikel
yang bergerak menempuh sebarang putaran perjalanan sampai kembali
ke titik semula tidak sama dengan nol (David Halliday dan Robert
Resnick, 1987). Contoh gaya yang tidak bersifat konservatif adalah gaya
tarikan atau dorongan yang diberikan kepada suatu benda dan juga gaya
gesek. Apabila sebuah benda diluncurkan diatas permukaan kasar
kembali ke posisinya semula, gaya gesekan akan membalik, dan tidak
akan mengembalikan usaha yang sudah dilakukan pada perpindahan
semula, bahkan tidak ada usaha untuk mengembalikan benda itu. Jika
hanya ada gaya gesekan yang bekerja, energi mekanik total tidak kekal.
Jadi gaya gesekan dinamakan gaya non konservatif atau gaya disipatif.
Energi mekanik sebuah benda hanya akan kekal jika tidak ada gaya
disipatif bekerja padanya (Sears Zemansky, 2001)
20
5. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah jumlah antara energi kinetik dan energi
potensial. Prinsip yang berguna dan penting mengenai energi mekanik
yaitu bahwa energi tersebut merupakan besaran yang kekal. Energi
mekanik tetap konstan selama tidak ada gaya nonkonservatif yang
bekerja : (Ek + Ep) pada titik 1 awal sama dengan : (Ek + Ep) pada titik
2 berikutnya. Yang biasanya dinyatakan dengan Ep = - Ek, dengan
demikian jika energi kinetik bertambah maka energi potensial pasti
berkurang dengan besar yang sama. Dengan demikian prinsip kekekalan
energi mekanik untuk gaya-gaya konservatif adalah Jika hanya gaya-
gaya konservatif yang bekerja, energi mekanik total dari sebuah sistem
tidak bertambah maupun berkurang pada proses apapun.
Salah satu contoh hukum kekekalan energi mekanik adalah sebuah
batu yang dijatuhkan kebawah (gambar 2.5). Pada kdudukan tertinggi
(y1), EP maximum. Saat batu jatuh, EP berkurang karena ketinggian
berkurang, tapi Ek bertambah seiring dengan brtambahnya kecepatan.,
sehingga jumlah keduanya tetap. Saat batu menumbuk lantai, Ek
maximum dan EP minimum karena ketinggian nol. Pada setiap titik
sepanjang lintasan, energi mekanik total adalah
EM = Ek + EP ….(14)
21
Gambar 2.5. Contoh hukum kekekalan energi mekanik
Jika tidak ada gaya luar benda, maka energi mekanik pada benda
tersebut tetap. Secara umum, Hukum kekekalan energi mekanik sebagai
berikut :
=
+ = + ….(15)
mgh1 + ½ mv12 = mgh2 + ½ mv2
2 ….(16)
(Giancoli, 2001)
6. Bentuk–bentuk lain dari Energi, Perubahan Energi
dan Kekekalan Energi.
Di samping energi kinetik dan energi potensial dari benda-benda
biasa, juga terdapat bentuk-bentuk energi lain yaitu energi listrik, energi
nuklir, energi panas, energi kimia yang tersimpan dalam makanan dan
bahan bakar serta masih banyak lagi energi-energi yang lain.
Dengan munculnya teori atom, bentuk-bentuk energi yang lain ini
dianggap sebagai energi kinetik atau potensial pada tingkat atom atau
molekul. Sebagai contoh, menurut teori atom, energi panas
diinterpretasikan sebagai energi kinetik dari molekul-molekul yang
bergerak cepat jika benda dipanaskan, molekul-molekul yang
membentuk benda itu bergerak lebih cepat. Dipihak lain, energi yang
tersimpan pada makanan dan bahan bakar seperti bensin dapat dianggap
sebagai energi potensial yang tersimpan berdasarkan posisi relatif atom-
atom dalam molekul yang disebabkan oleh gaya listrik antar atom
(disebut sebagai ikatan kimia). Agar energi pada ikatan kimia dapar
digunakan untuk melakukan kerja, energi tersebut harus dilepaskan,
biasanya melalui reaksi kimia.hal ini analog dengan pegas tertekan yang
jika dilepaskan bisa melakukan kerja. Enzim pada tubuh kita
memungkinkan pelepasan energi yang tersimpan pada molekul
makanan. Masih banyak energi-energi yang lain yang dapat dianalogikan
dengan energi potensial dan energi kinetik.
22
Salah satu hasil fisika yang hebat adalah yang didapat pada proses
tersebut adalah hukum kekekalan energi, yang dinyatakan sebagai :
"Energi total tidak berkurang dan juga tidak bertambah pada proses
apapun. Energi dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya, dan
dipindahkan dari satu benda ke benda lainnya tetapi jumlah totalnya
tetap konstan " (Giancoli, 2001).
Hukum ini merupakan salah satu hukum yang paling penting dalam
semua bidang ilmu. Misalkan Esis adalah energi total suatu sistem
tertentu Ein adalah energi yang masuk dan Eout adalah energi yang keluar
dari sistem. Maka hukum kekekalan energi menyatakan:
…(16)
D. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model pengembangan perangkat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu model pengembangan perangkat 4-D seperti yang disarankan oleh
Thiargarajan, Semmel, dan Semmel. Secara garis besar model
pengembangan perangkat 4-D (Ibrahim, 2003) memiliki beberapa tahap;
Tahap pertama yaitu pendefinisian (define), ada 5 langkah pokok di dalam
tahap ini, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Analisis siswa, (3) Analisis
tugas, (4) Analisis konsep, (5) Perumusan tujuan. Tahap kedua yaitu
perancangan (design) pada tahap ini dilakukan: (1) penyusunan tes, (2)
pemilihan media, (3) pemilihan format, (4) rancangan awal perangkat.
Tahap ketiga yaitu pengembangan (develop), meliputi: (1) Validasi
perangkat oleh pakar atau ahli, (2) Simulasi, (3) Uji coba terbatas, (4) Uji
coba lanjut. Tahap keempat yaitu penyebaran (disseminate), merupakan
tahap penggunaan perangkat yang telah digunakan pada skala yang lebih
luas misalnya di kelas lain, di instansi lain, oleh dosen lain.
Adapun alasan peneliti memilih model pengembangan perangkat 4-D,
karena pengembangan perangkat model 4-D memiliki beberapa kelebihan
antara lain;23
1. Model 4-D merupakan model desain yang dimulai dengan tahap
define sehingga pengembangan perangkat sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik siswa, tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran sehingga perangkat yang dikembangkan disesuaikan
dengan siswa yang akan diajar menggunakan perangkat tersebut.
2. Dalam model 4-D juga terdapat tahap develop terutama pada tahap
ini adanya validasi pakar atau ahli sehingga perangkat yang
digunakan lebih valid dan layak untuk digunakan dalam
pembelajaran.
E. Penelitian yang relevan
1. Rawi (2005) dalam penelitiannya tentang implementasi PBI dengan
prinsip kooperatif menunjukkan bahwa pembelajaran dapat
memperbaiki kesulitan siswa SMA dalam menyelesaikan soal
bercirikan keterampilan proses.
2. Suharto (2005) dalam penelitiannya tentang peningkatan kualitas
belajar mengajar biologi di SMA bahan kajian lingkungan dengan
model PBI menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran cukup efektif
untuk diterapkan namun perlu disesuaikan dan kondisi sekolah.
3. Lia Laela Sarah, Setiya Utari, Parsaoran Siahaan (2005) dalam
penelitiannya tentang Pengembangan model pembelajaran PBI untuk
meningkatkan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, psikomotor dan afektif
kecuali indikator mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Selain itu
diperoleh bahwa setiap seri pembelajaran memiliki efektivitas yang
cukup dan membentuk pola grafik yang cenderung mengalami
peningkatan.
4. Kurnia (2004) dalam penelitiannya tentang Meningkatkan hasil belajar
matematika siswa SMU melalui pembelajaran berdasarkan masalah
dengan metode penemuan : studi eksperimen pada SMUN 15 Bandung
dan SMU Kartika Chandra III-2 Bandung menunjukkan bahwa hasil
24
belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok
kontrol. Dengan mengacu pada kurikulum 1994, kedua kelompok
belum dapat mencapai ketuntasan belajar kelas. Namun secara
individual, baik di SMUN 15 Bandung, maupun di SMU Kartika
Chandra III-2 Bandung ketuntasan belajar kelompok eksperimen lebih
baik dibandingkan kelompok kontrol. Dari segi lainnya, model
pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di
kelas, yang pada akhirnya diperoleh respon yang positif terhadap
matematika.
F. Kerangka Konseptual
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas
nampak bahwa pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran
berdasarkan masalah berdampak positif baik bagi siswa maupun terhadap
guru.
Berdasarkan bukti-bukti empiris serta kajian teori yang mendukung
menjadi harapan peneliti dalam mengembangkan suatu perangkat
pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah
yang dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
SD. Visualisasi kerangka konseptual peneliti dapat disajikan seperti pada
gambar 2.6.
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka peneliti berhipotesis:
“Kualitas pembelajaran konsep energi di PGSD dengan menggunakan
pengembangan perangkat yang berorientasi pembelajaran berdasarkan
masalah lebih baik daripada kualitas pembelajaran Konsep energi di PGSD
secara konvensional yang biasa dilakukan dosen”
25
Visualisasi kerangka konseptual peneliti sebagai berikut.
26
Latar Belakang:Harapan : Program Studi S1 PGSD diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan profesional. Guru
SD lulusan S-1 PGSD nantinya tidak hanya cukup berkemampuan sebagai pelaksana teknis pembelajaran saja, namun harus memiliki kemampuan lainnya misalnya; mengembangkan diri secara terus menerus mengikuti perkembangan IPTEKS yang begitu pesat; mampu memecahkan berbagai permasalahan yang muncul dalam pendidikan dan pembelajaran, maupun dapat melakukan penelitian-penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran; dan lain-lainnya.
Kenyataan: Selama ini pembelajaran mata kuliah konsep dasar IPA pada program S1 PGSD belum berjalan secara maksimal. Pada umumnya mahasiswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta mengutamakan penguasaan konsep-konsep IPA melalui hafalan. Sedangkan disisi lain, interaksi mahasiswa dengan lingkungan untuk menggali dan menemukan konsep- konsep IPA masih kurang yang mengakibatkan penguasaan proses IPA atau keterampilan proses masih kurang
Solusi: Dengan menerapkan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Rumusan Masalah
Kajian Teori
Bagaimana hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap peningkatan kualitas pembelajaran Konsep Dasar IPA di PGSD pada pokok
bahasan Energi?
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction )
Landasan Teoritik
Tujuan Hasil Belajar Siswa
Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
Lingkungan Belajar dan sistem Pengelolaan
Teori belajar yang melandasi Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Ausubel
Teori Bruner
Model pengembangan perangkat
Model 4-D
Kajian Materi energi
Penelitian terdahulu antara lain;Rawi (2005) dalam penelitiannya tentang implementasi PBI dengan prinsip kooperatifSuharto (2005) dalam penelitiannya tentang peningkatan kualitas belajar mengajar biologi di SMA bahan kajian lingkungan dengan model PBILia Laela Sarah, Setiya Utari, Parsaoran Siahaan (2005) dalam penelitiannya tentang Pengembangan model pembelajaran PBI untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Kurnia (2004) dalam penelitiannya tentang Meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMU melalui pembelajaran berdasarkan masalah dengan metode penemuan : studi eksperimen pada SMUN 15 Bandung dan SMU Kartika Chandra III-2 Bandung
Hipotesis
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, karena bertujuan
mengembangkan perangkat pembelajaran dan selanjutnya perangkat yang
telah dikembangkan diimplikasikan di kelas.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Postest
Design untuk uji coba I perangkat yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Dimana langkah pertama melakukan pretest sebagai uji awal, selanjutnya
dikenakan perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan uji
akhir (postest) (Sudjana, 1996). Rancangan penelitiannya disajikan pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1
One Group Pretest-Postest Design
Pre test Treatment Post test
T1 Xa T2
T1 : Pretes (pemberian tes sebelum pembelajaran)
27
T2 : Postes (pemberian tes setelah pembelajaran)
Xa : Pembelajaran dengan menerapkan perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan oleh peneliti.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ada 2 yaitu 1) subyek pengembangan perangkat yang
meliputi RPP, Buku ajar siswa, dan LKM; 2) subyek uji coba perangkat
yang telah dikembangkan adalah mahasiswa PGSD yang mengikuti
pembelajaran Mata Kuliah Konsep Dasar IPA pada semester genap tahun
akademik 2008/2009 yaitu kelas E sebanyak 12 orang mahasiswa.
Pertimbangan peneliti dalam penetapan jurusan PGSD adalah fasilitas
jurusan dalam hal ini sarana dan prasarana tersedia, jurusan PGSD terbuka
dalam menerima inovasi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
dan atas saran dari ketua jurusan PGSD sehingga produk perangkat yang
dihasilkan dapat diterapkan pada jurusan PGSD ke depan.
D. Waktu Penelitian
Uji coba I dilaksanakan dari tanggal 21 s/d 23 Mei 2008 di Jurusan
PGSD FIP Unesa.
E. Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan perangkat
pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan
masalah pada pokok bahasan energi yang telah dikembangkan oleh
peneliti.
28
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas pembelajaran
yang dilihat dari aspek keterlaksanaan sintaks, aktivitas mahasiswa,
hasil tes belajar mahasiswa, dan respon mahasiswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran,
waktu belajar, kemampuan awal mahasiswa diperoleh dengan cara
memberikan pretest sebelum diberikan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
F. Desain Pengembangan Perangkat
Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini
mengadaptasi pengembangan perangkat Model 4–D yang dikemukakan oleh
Thiagarajan, Semmel dan Semmel (Ibrahim, 2003). Proses pengembangan
terdiri dari empat tahap yaitu define (pendefinisian), design (perancangan),
develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Karena hasil
penelitian ini tidak disebarkan pada Instansi/Lembaga lain (selain tempat
penelitian) maka hanya digunakan tiga tahap, yaitu sampai tahap
pengembangan. Gambar 3.1 menunjukkan diagram alir pengembangan
perangkat yang mengadaptasi model 4D menjadi 3D.
29
30
Analisis Siswa
Analisis Tugas
Analisis Kebutuhan
Analisis Konsep
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Penyusunan Tes
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Desain Awal Perangkat PembelajaranDraf 1
Laporan
Validasi Perangkat
Revisi I (Draf 1)
Revisi III
Uji Coba I
Revisi II (Draf 2)Analisis Hasil Uji Coba I
Analisi Hasil Uji Coba II
Uji Coba II
TahapPendefinisian
TahapPerancangan
Tahap Pengembangan
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Model 4D menjadi Model 3D (Ibrahim, 2003)
Untuk memperjelas diagram Model 3D, masing-masing tahap secara
singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tahap Define (Pendefinisian)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Penetapan tahap ini dilakukan dengan menganalisis
tujuan dan batasan materi pelajaran. Ada lima langkah kegiatan dan tahap
define, yaitu:
a. Analisis Ujung Depan
Tujuan analisis ujung depan adalah untuk menemukan masalah
dasar yang dapat diselesaikan dengan pengembangan bahan pembelajaran.
Hasil analisis ujung depan berupa penentuan bahan kajian, yaitu energi,
penyusunan LKM, penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP, pemilihan media, alat dan bahan ajar).
b. Analisis Mahasiswa
Sangatlah penting pada awal perencanaan diperhatikan ciri,
kemampuan, dan pengalaman mahasiswa, baik sebagai kelompok maupun
perorangan. Analisis mahasiswa meliputi karakteristik mahasiswa antara
lain: kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi
terhadap mata perkuliahan, pengalaman, keterampilan mekanis,
kemampuan bekerja sama dan ciri-ciri sosial. Berdasarkan tingkat
perkembangan Piaget, mahasiswa telah berada dalam tahap operasi formal,
yaitu mahasiswa mampu berpikir abstrak dan memahami kemungkinan
31
yang akan terjadi. Dalam hal ini sudah dapat menyelesaikan masalah
dengan cara yang lebih baik dan kompleks daripada anak yang di dalam
tahap operasional konkrit. Jadi anak mempunyai kemampuan menganalisis
dan mengevaluasi (Slavin,1997)
c. Analisis Tugas
Sesuai dengan pokok bahasan yang dipilih yaitu energi, maka
berdasarkan kurikulum PGSD 2006 diperoleh analisi sebagai berikut.
1) Analisis Struktur Isi
Pada kurikulum PGSD 2006 untuk mata kuliah Konsep Dasar IPA,
untuk pokok bahasan energi adalah sebagai berikut: (1) pengertian
energi, (2) bentuk-bentuk energi, (3) perubahan energi, (4) hukum
kekekalan energi, (5) energi potensial, (6) energi kinetik, dan (7) energi
mekanik.
2) Analisis Prosedural
Analisis prosedural digunakan untuk mengidentifikasi tahap-
tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian. Berdasarkan
analisis struktur isi maka analisis prosedural dalam pembelajaran
ditunjukkan oleh gambar 3.2-3.4.
32
1.Membuat kesimpulan
2.Mendiskusikan hasil pengamatan
3.Mencatat data hasil pengamatan
4.Prosedur percobaan
5.Rangkaian Percobaan bentuk-bentuk energi
6.Merumuskan Hipotesis
7.Menganalisis permasalahan
Gambar 3.2 Prosedur menentukan bentuk-bentuk energi
Gambar 3.3 Prosedur merancang perubahan energi menggunakan kit listrik
33
1.Membuat kesimpulan
2.Mendiskusikan hasil pengamatan
3.Mencatat data hasil pengamatan
4.Prosedur percobaan
5.Rangkaian Percobaan perubahan energi
6.Merumuskan Hipotesis
7.Menganalisis permasalahan1.Membuat kesimpulan
2.Mendiskusikan hasil pengamatan
3.Mencatat data hasil pengamatan
4.Prosedur percobaan
5.Rangkaian Percobaan energi potensial
6.Merumuskan Hipotesis
7.Menganalisis permasalahan
Gambar 3.4 Prosedur menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi Ep
d. Analisis konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep yang
akan diajarkan, meliputi;
34
Gambar 3.5 Peta konsep energi
ENERGIKemampuan
melakukan kerja/usaha
Energi mekanik
Energi potensialEnergi kinetik
Dimiliki benda karena geraknya
Ek = ½ m v2
Dimiliki benda karena kedudukannya
Ep = m g h
Memiliki sifat
Definisi
Memiliki bentuk-bentuk
Terdiri dari
Energi Listrik
Energi Foton
Energi Kimia
Bersifat kekal Dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain
Hukum Kekekalan energi
e. Perumusan Tujuan
Untuk bahan pokok bahasan energi dapat disusun tujuan
pembelajaran atau indikator sebagai berikut.
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Sub Konsep:
Pengertian energi
Bentuk-bentuk energi
a) Indikator Produk
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Mendefinisikan konsep energi.
(2) Memberikan contoh-contoh bentuk energi dalam kehidupan
sehari-hari.
(3) Menggunakan satuan-satuan energi dengan tepat.
(4) Menjelaskan bentuk-bentuk energi yang dimiliki suatu
benda.
b) Indikator Proses
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan
dan percobaan, mahasiswa diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel kontrol dan manipulasi.
(3) Mengidentifikasi variabel respon.
35
(4) Menarik kesimpulan.
(5) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karyanya.
c) Indikator Psikomotor
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat terampil merancang percobaan sederhana tentang
energi.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Sub Konsep:
Perubahan energi
Hukum kekekalan energi
a) Indikator Produk
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) M
enyebutkan bunyi hukum kekekalan energi.
(2) M
enjelaskan perubahan bentuk energi yang terjadi pada suatu
benda.
(3) M
enganalisis perubahan bentuk energi pada beberapa peristiwa
dalam kehidupan sehari-hari.
(4) M
enghubungkan konsep hukum kekekalan energi dengan konsep
perubahan bentuk energi.
(5) M
enentukan yang paling tepat dalam upaya penghematan energi.
b) Indikator Proses36
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan
dan percobaan, mahasiswa diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel kontrol.
(3) Mengidentifikasi variabel manipulasi.
(4) Mengidentifikasi variabel respon.
(5) Menarik kesimpulan.
(6) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karyanya.
c) Indikator Psikomotor
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat terampil merangkai kit listrik.
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
Sub Konsep:
Energi potensial
Energi kinetik
Energi mekanik
a) Indikator Produk
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Mendefinisikan pengertian energi potensial dan energi
kinetik.
37
(2) Menjelaskan bahwa energi mekanik terdiri dari energi
potensial dan energi kinetik.
(3) Menentukan besar energi potensial dan energi kinetik yang
dimiliki suatu benda.
(4) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi energi
potensial dan energi kinetik.
(5) Menentukan hubungan antara energi potensial,energi kinetik
dan energi mekanik.
b) Indikator Proses
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan
dan percobaan, mahasiswa diharapkan dapat:
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Mengidentifikasi variabel kontrol.
(3) Mengidentifikasi variabel manipulasi.
(4) Mengidentifikasi variabel respon.
(5) Menarik kesimpulan.
c) Indikator Psikomotor
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa
diharapkan dapat:
(1) Terampil menggunakan stopwatch.
(2) Terampil menggunakan penggaris.
2) Tahap Design (Perancangan)
Tujuan tahap ini adalah merancang prototype perangkat
pembelajaran. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan tes, pemilihan
media, dan pemilihan format.
a) Penyusunan Tes
38
Penyusunan tes merupakan langkah yang menjembatani tahap
pendefinisian dan perancangan. Tes merupakan suatu alat ukur untuk
mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri mahasiswa setelah
berlangsung serangkaian kegiatan belajar mengajar. Perubahan tingkah
laku mahasiswa yang diharapkan berupa produk, proses, dan psikomotor.
Tes disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Dalam tabel 3.2
berikut ini disajikan jenis, dan jumlah butir soal untuk tes hasil belajar.
Tabel 3.2
Jenis dan jumlah tes hasil belajar
No Jenis tes Jenis soal Jumlah butir soal
1
Tradisional
Produk Obyektif
Subyektif
39
5
Proses Obyektif
Subyektif
7
21
2Kinerja
Proses Subyektif 5
Psikomotor Subyektif 5
b) Pemilihan media
Tahap pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang
tepat dalam penyampaian materi pembelajaran, dan disesuaikan dengan
karakteristik mahasiswa dan fasilitas yang terdapat di jurusan. Pada proses
ini juga ditentukan jenis alat dan bahan yang diperlukan selama proses
39
pembelajaran. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses ini
disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3
Media yang digunakan dalam pembelajaran
No KBM Media
1 RPP-1 Pembelajaran: Laptop, LCD, dan Powerpoint
Alat dan bahan: Papan kayu, Penyangga, Kelereng, Kaleng, Kertas
2 RPP-2 Pembelajaran: Laptop, LCD, dan Powerpoint
Alat dan bahan: Lampu, Baterai, Kabel, Penghubung, Kit listrik
Tabel 3.3 (lanjutan)
No KBM Media
3 RPP-3 Pembelajaran: Laptop, LCD, dan Powerpoint
Alat dan bahan: Plastisin, Paku, Kelereng, kecil,
kelereng besar, stop watch, penggaris
c) Pemilihan format
Pemilihan format dilakukan dengan mengkaji format-format
perangkat yang ada. Format dalam penelitian ini diadopsi dari
perangkat pembelajaran yang relevan.
(1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah panduan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh dosen dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana
pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan yang 40
terdiri dari tiga rencana pelaksanaan pembelajaran, yang masing-
masing dirancang untuk pertemuan selama 100 menit. Pemilihan
format rencana pelaksanaan pembelajaran dikembangkan
berdasarkan rencana pembelajaran Mulyasa (2006). Skenario
kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan indikator
untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbasis
kompetensi.
(2) Buku Ajar Mahasiswa
Buku ajar mahasiswa merupakan buku panduan mahasiswa
dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran,
kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains,
informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan
sehari-hari. Format buku mahasiswa mengacu pada buku Mata
Kuliah Konsep Dasar IPA-fisika SD (2003) oleh Suryanti, dkk .
(3) Lembar Kegiatan Mahasiswa
Lembar kegiatan mahasiswa (LKM) adalah panduan yang
digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah melalui eksperimen.
Format LKM mengacu pada buku Physical Science (2004) dari
Glencoe Science.
(4) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan mahasiswa. Tes hasil belajar yang
dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.
Untuk penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang
memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal. Format
pengembangan tes hasil belajar diadopsi dari buku Physical
41
Science (2004) dari Glencoe Science, dan buku Mata Kuliah
Konsep Dasar IPA-Fisika SD (2003) oleh Suryanti, dkk.
Selain perangkat pembelajaran, untuk mengamati kegiatan
pembelajaran, aktivitas mahasiswa selama kegiatan pembelajaran,
juga dikembangkan lembar pengamatan pengelolaan kegiatan
pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah.
3) Tahap develop (Pengembangan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang telah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi
tujuh langkah yaitu (1) validasi perangkat oleh pakar, (2) revisi pertama,
(3) uji coba I, (4) revisi kedua, (5) uji coba II.
a) Validasi pakar
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh saran dari para ahli
yang berkompeten bagi peningkatan bahan pembelajaran melalui
kegiatan validasi perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan pada
tahap perancangan. Jenis perangkat yang divalidasi serta nama-nama
validator disajikan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Jenis perangkat yang divalidasi dan nama validator
No Jenis Perangkat Validator
1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
Prof. Dr. Prabowo, M.Pd
Dra. Hj.Sri Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti, M.Pd
2 Lembar Kegiatan
Mahasiswa (LKM) dan
Prof. Dr. Prabowo, M.Pd
42
lembar penilaian formatif Dra. Hj.Sri Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti, M.Pd
3 Buku Ajar Mahasiswa Prof. Dr. Prabowo, M.Pd
Dra. Hj.Sri Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti, M.Pd
4 Tes Hasil Belajar Prof. Dr. Prabowo, M.Pd
Dr. Z.A Imam Supardi, M.Si
Dra. Hj.Sri Mulyaningsih, M.S
Dra. Suryanti, M.Pd
b) Uji coba I
Uji coba I dilakukan untuk memperoleh masukan, komentar
dari mahasiswa, pengamat, dosen mitra, dan dosen pembimbing untuk
merevisi perangkat pembelajaran yang dihasilkan pada kegiatan
sebelumnya serta mencari reliabilitas instrumen yang telah
dikembangkan. Uji coba I merupakan uji coba terbatas pada sampel 12
orang mahasiswa PGSD angkatan 2007 dari tanggal 21 s/d 23 Mei
2008.
c) Variabel dan Definisi Operasional Variabel
(1) Sintaks pembelajaran adalah urutan atau tahapan yang ditempuh
selama pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah.
(2) Aktivitas mahasiswa adalah persentase keterlibatan dan aktivitas
antara mahasiswa dengan mahasiswa selama melakukan
43
eksperimen, melakukan pengamatan, membaca lembar kegiatan
mahasiswa, membaca buku mahasiswa, mengemukakan ide
maupun pertanyaan baik pada teman maupun dosen.
(3) Hasil Belajar Siswa adalah tingkat ketuntasan belajar yang
dicapai siswa terhadap indikator yang dihitung berdasarkan tes
hasil belajar. Hasil belajar siswa meliputi produk, proses, dan
psikomotor.
(4) Respon Siswa adalah persentase pendapat siswa tentang
komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran,
yang terdiri dari materi pelajaran, lembar kegiatan siswa, buku
siswa, cara guru menyajikan materi pelajaran, serta aktivitas
selama proses pembelajaran berlangsung.
(5) Kesulitan atau hambatan-hambatan yang muncul saat proses
pembelajaran berlangsung adalah bentuk-bentuk kesulitan
maupun hambatan dalam mempelajari konsep energi yang
diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Instrumen validasi perangkat yang meliputi; (1) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, (2) Buku Ajar Mahasiswa, (3) Lembar Kegiatan
Mahasiswa, (4) Tes Hasil Belajar.
2. Lembar pengamatan aktivitas mahasiswa dalam KBM.
Lembar pengamatan aktivitas mahasiswa digunakan untuk mengetahui
aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja kelompok, dan
dalam memecahkan masalah. Aktivitas mahasiswa ditentukan oleh dua
pengamat dengan melihat kecocokan hasil pengamatan, maka
reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus Percentage of
Agreements (R).
3. Tes Hasil Belajar.
44
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan indikator pencapaian
hasil belajar dengan menggunakan tes hasil belajar.
4. Angket respon mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah
digunakan untuk memperoleh respon dari mahasiswa terhadap proses
pembelajaran dan perangkat yang digunakan dalam pembelajaran.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
sebagai berukut:
1. Observasi
Observasi dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data
penelitian mengenai aktivitas mahasiswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan 2 pengamat dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah dikembangkan.
2. Pengisian angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
peneliti dan perangkat yang digunakan oleh mahasiswa yaitu LKM dan
buku mahasiswa. Pengisian angket ini dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran.
3. Tes
Tes yang digunakan adalah tes awal yang dilakukan pada awal
kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengukur persiapan dan
kemampuan mahasiswa dalam memasuki konsep yang akan diajarkan.
Kemudian tes hasil belajar yang dilakukan setelah akhir pembelajaran,
yang bertujuan untuk mengetahui ketuntasan indikator pencapaian
hasil belajar.
45
I. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif
dan statistik inferensial untuk mengkelompokkan data yang belum teratur
menjadi susunan yang teratur dan mudah diinterprestasikan.
1. Analisis Data Instrumen Penelitian
a. Perhitungan Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas digunakan untuk mengetahui baik atau
tidaknya instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen
dikatakan baik (reliabel) jika nilai reliabilitas yang diperoleh > 0,75
(Borich, 1994:385). Dengan menggunakan rumus:
………………(Borich, 1994)
dengan:
A = Frekuensi tertinggi pengamatan
B = Frekuensi terendah pengamatan
Rk = Reliabilitas instrumen
Instrumen yang dihitung reliabilitasnya adalah lembar
pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan PBI dan lembar
pengamatan aktivitas mahasiswa di kelas.
2. Analisis Data Hasil Penelitian
a. Analisis Keterlaksanaan Sintaks
Penilaian dilakukan dengan mengamati kelas setiap kali
tatap muka. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat yang sudah
dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan dengan
benar.
Analisis keterlaksanaan sintaks-sintaks pembelajaran
memiliki dua tujuan, yaitu: untuk melakukan uji keajegan pengamat
dalam memberikan penilaian terhadap kinerja dosen dalam
melaksanakan pembelajaran dan untuk mengevaluasi apakah sintaks-
46
sintaks dari model pembelajaran yang direncanakan benar-benar
dilaksanakan oleh dosen. Jika pengamat menyatakan sintaks-sintaks
pembelajaran terlaksana, maka dapat disimpulkan penerapan
pembelajaran berdasarkan masalah telah dilaksanakan dengan baik.
Jika pengamat menyatakan sintaks-sintaks pembelajaran tidak
terlaksana, maka dapat disimpulkan penerapan pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dilaksanakan dengan baik.
b. Analisis Pengamatan Aktivitas Mahasiswa di kelas
Pengamatan dan penilaian dilakukan setiap kali tatap muka
oleh dua orang pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat
mengoperasikan lembar pengamatan dengan benar. Pengamatan
dilakukan setiap 2 menit sekali. Berdasarkan rata-rata penilaian dari
dua orang pengamat untuk tiap kategori yang diamati, setiap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran akan ditentukan persentasenya
(P), dengan rumus:
c. Analisis tes hasil belajar
Standar yang digunakan untuk menentukan ketuntasan
belajar mahasiswa digunakan acuan yang ditetapkan oleh Jurusan
PGSD. Seorang mahasiswa dapat dikatakan tuntas bila persentase
(P) indikator yang dicapai sebesar > 75% (Buku Pedoman Unesa,
2008). Secara klasikal tuntas apabila > 75% individu tuntas. Rumus
persentase (P) untuk ketuntasan individual dan klasikal masing-
masing sebagai berikut.
47
d. Analisis Respon Mahasiswa
Analisis respon mahasiswa dilakukan berdasarkan hasil
angket respon mahsiswa yang dibagikan setelah kegiatan
pembelajaran. Perhitungan persentase respon mahasiswa untuk tiap
indikator berdasarkan total jawaban mahasiswa pada masing-masing
skala jawaban untuk tiap sub indikator. Selanjutnya hasil yang
diperoleh dari masing-masing sub indikator untuk tiga indikator
yang disediakan dijumlah.
3. Analisis Hipotesis Penelitian dengan Uji-t
Sebelum data tersebut diuji t terlebih dahulu dianalisis tentang
normalitas dan homogenitas.
Langkah – langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk itu digunakan uji
chi-kuadrat dengan rumus;
(Sudjana, 1996)
Keterangan:
= normalitas sampel
= frekuensi yang diharapkan
= frekuensi pengamatan
Kriteria pengujian adalah :
Tolak Ho jika hitung tabel
Langkah pengujian :
1) Merumuskan hipotesis
Ho = sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
48
Hi = sampel random berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal
2) Menyusun skor pretes pada tabel distribusi frekuensi
3) Menghitung rata-rata
= ,
dengan : fi = jumlah siswa
xi = tanda kelas interval
4) Menentukan varians (s)
s2 =
5) Menentukan bilangan baku (z)
z = , dengan xi batas kelas interval
6) Menentukan luas tiap kelas interval dengan melihat harga pada
tabel F
7) Menentukan harga frekuensi harapan ( )
= n x luas tiap kelas interval
8) Menentukan dk = (k-3), k adalah banyak kelas interval
9) Menghitung harga x2
10) Menarik kesimpulan
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas sampel, digunakan uji Bartlett dengan
langkah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
49
Hi = ada perbedaan varians di antara kelompok sampel
2) Menyusun skor pretes kelas kontrol dan eksperimen dalam
tabel distribusi frekuensi
3) Menghitung mean ( 1 dan 2 )
4) Menentukan varians gabungan (sgab)
s2gab. =
5) Menentukan bilangan baku (B)
B = (log s2gab.)
6) Menentukan harga X2
X2 = (ln 10)
7) Kriteria pengujian, tolak Ho jika X2 ≥ X2 (1-α)(k-1)
8) Menarik kesimpulan
c. Uji Hipotesis
Uji t sebagai pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini
yaitu dengan langkah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
2) Menentukan taraf signifikan = 0.05 dan dk = (n1+n2) – 2
3) Menentukan kriteria pengujian
4) Menentukan varians gabungan
(Sudjana, 1996: 208)
keterangan:
= rata – rata nilai kelompok eksperimen
= rata – rata nilai kelompok kontrol
50
= jumlah siswa kelompok eksperimen
= jumlah siswa kelompok kontrol
s2 = varians
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
5) Menentukan nilai statistik uji t
(Sudjana, 1996)
Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis bila -
di mana diperoleh dari daftar
distribusi t dengan derajat kebebasan =
6) Menarik kesimpulan
51
52
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengimplementasikan perangkat yang telah
dikembangkan oleh peneliti dan direvisi sesuai saran validator dan dosen
pembimbing. Analisis terhadap hasil penelitian menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berupa deskripsi
skor rata-rata, proporsi, dan persentase. Sedangkan statistik inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis null. Berikut ini deskripsi tentang
perangkat yang dikembangkan serta hasil uji coba.
A. Deskripsi perangkat pembelajaran yang dikembangkan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP yang dikembangkan merupakan pedoman dosen dalam
54
melaksanakan proses pembelajaran. Dalam penyusunan perangkat,
disusun tiga RPP yaitu RPP 01 alokasi waktu (100 menit) tentang
pengertian energi dan bentuk-bentuk energi, RPP 02 alokasi waktu
(100 menit) tentang perubahan energi dan hukum kekekalan energi,
dan RPP 03 alokasi waktu (100 menit) tentang energi potensial,
energi kinetik dan energi mekanik. RPP ini dikembangkan dengan
mengikuti sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang
telah dikembangkan terlebih dahulu oleh peneliti. Hasil validasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Validasi RPP oleh Validator
No Instrumen Bagian yang diperbaiki
1. RPP 1. Waktu yang digunakan disesuaikan dengan
kegiatan yang pada waktu proses
pembelajaran.
2. Tahap-tahap harus mengacu pada sintaks
pembelajaran yang telah digunakan.
Tabel 4.1 lanjutan
No Instrumen Bagian yang diperbaiki
1. RPP 3. Pemberian motivasi pada awal kegiatan
pembelajaran lebih menarik supaya
mahasiswa antusias dalam KBM.
2. Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM)
Lembar kegiatan mahasiswa ini berguna bagi mahasiswa
sebagai pedoman dalam bekerja kelompok maupun bekerja mandiri
untuk memahami konsep-konsep yang hendak dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran, membelajarkan mahasiswa untuk bekerja
mengikuti langkah-langkah pada lembar kerja mahasiswa yang
telah dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan RPP yang
55
digunakan dalam proses pembelajaran pada saat itu. Dalam hal ini
dikembangkan tiga LKM yang digunakan yaitu LKM 01 tentang
bentuk-bentuk energi, LKM 02 tentang perubahan energi, dan
LKM 03 tentang energi potensial dan kinetik. Hasil validasi
Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM) disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Validasi LKM oleh Validator
No Instrumen Bagian yang diperbaiki
1. LKM 1. Disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa
2. Harus mengacu pada RRP yang digunakan
pada saat kegiatan pembelajaran.
3. Waktu yang digunakan disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.
4. Perlu diberi ruang kosong yang cukup untuk
jawaban uraian.
3. Lembar Penilaian Formatif
Lembar penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi apakah
tahap-tahap berpikir ilmiah yang dilatihkan dalam LKM telah
dikuasai oleh mahasiswa. Lembar penilaian ini diberikan setiap
akhir pembelajaran. Lembar penilaian yang dikembangkan ada 3
yaitu E-01, E-02, dan E-03. Hasil validasi lembar penilaian
formatif disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Validasi Lembar Penilaian Formatif oleh Validator
No Instrumen Bagian yang diperbaiki
1. Lembar
Penilaian
Formatif
1. Waktu yang digunakan disesuaikan dengan
jumlah soal.
56
2. Kunci jawaban lebih dijabarkan
3. Pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik
mahasiswa PGSD.
4. Buku Ajar Mahasiswa
Buku ajar mahasiswa yang dikembangkan merupakan
panduan dan sumber belajar bagi mahasiswa baik selama mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri di rumah.
Dalam hal ini dikembangkan sebuah buku mahasiswa dengan tiga
sub unit materi pengertian energi dan bentuk-bentuk energi,
perubahan energi dan hukum kekekalan energi, dan energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik. Setiap materi berisi
komponen tentang: judul, indikator, kata-kata sains, uraian materi,
gambar, penggunaan matematika, pemecahan masalah, dan daftar
pustaka. Hasil validasi buku ajar mahasiswa disajikan pada tabel
4.4.
Tabel 4.4
Hasil Validasi Buku Ajar mahasiswa oleh Validator
No Instrumen Bagian yang diperbaiki
1. Buku Ajar
Mahasiswa
1. Tulisan dan bahasa yang digunakan mudah
dipahami dan dimengerti.
2. Ada contoh soal
3. Diupayakan ada gambar yang mendukung
untuk memperjelas kedalaman materi.
4. Ada latihan lanjutan.
5. Tes Hasil Belajar (THB)
Tes Hasil Belajar yang dikembangkan merupakan alat yang
57
digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. THB yang
dikembangkan terdiri dua macam, yaitu THB tradisional produk
dan proses, serta THB kinerja proses dan psikomotor. Penyusunan
THB didasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai oleh dosen
dalam pembelajaran. Hasil validasi Tes hasil Belajar disajikan pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar oleh Validator
No Instrumen Bagian yang diperbaiki1. Tes
tradisional produk
1. Waktu yang digunakan.2. Ranah yang digunakan disesuaikan dengan
soal.3. Komposisi persentase ranah yang digunakan
dalam soal.2. Tes
tradisional proses
1. Kata-kata dalam pilihan lebih operasional2. Tata letak pilihan
3. Tes kinerja proses
1. Ruang jawaban esai diperlebar
4. Tes kinerja psikomotor
1. Petunjuk percobaan lebih operasional
B. Hasil Validasi Instrumen di lapangan
Sebelum digunakan sebagai alat evaluasi dalam instrumen penelitian,
butir-butir tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
validitas atau kesahihan dan reliabilitas butir tes. Uji coba tersebut dilakukan
pada mahasiswa kelas F angkatan 2007 sebanyaka 34 mahasiswa.
Soal-soal yang diujicobakan sebanyak 50 butir soal dalam bentuk
pilihan ganda (tes butir soal kognitif). Setelah diujicoba instrumen penelitian
ini, kemudian dianalisis meliputi validitas dan reliabilitas.
1. Analisis butir soal
Analisis item tes yang dilakukan meliputi validitas, reliabilitas
butir soal, daya beda, dan taraf kesukaran.
a. Validitas
58
Berdasarkan analisis 50 butir soal yang telah diuji cobakan
diperoleh 2 soal yang berkategori tinggi, 29 soal berkategori cukup,
8 soal berkategori rendah dan 11 soal berkategori sangat rendah.
Seperti terlihat pada tabel 4.6 sebagai berikut (perhitungan pada
lampiran XXVII) :
Tabel 4.6
Hasil Validitas soal tes
No Kategori No. Soal Jumlah
1 Tinggi 17,43 2
2 Cukup 1,2,3,6,8,12,13,14,18,19,21,22,24,25,27,
29,30,32,33,34,35,36,37,38,41,45,47,50
29
3 Rendah 5,7,9,15,20,26,42,49 8
4 Sangat
rendah
4,10,11,16,23,28,31,39,40,44,48 11
b. Reliabilitas
Dengan menggunakan rumus reliabilitas Spearman-Brown,
diperoleh nilai = 0,70840543 dan nilai = 0,829318, karena
nilai lebih besar dari untuk N = 34 yaitu 0,287, maka butir
soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
(perhitungan pada lampiran XXVII).
c. Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa
berkemampuan rendah. Seperti terlihat pada tabel 4.7 (perhitungan
pada lampiran XXVII):
59
Tabel 4.7
Hasil Daya Beda Butir Soal
No Kategori No. Soal Jumlah1 Baik 8,12,14,17,24,26,27,29,33,41,43,45,50 132 Cukup 1,2,3,5,6,9,13,15,18,19,22,25,30,32,34,
35,36,37,38,42,46,47,4923
3 Jelek 4,7,10,11,16,20,21,23,28,39,44,48,31,40 14
d. Taraf kesukaran
Taraf kesukaran diguanakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal. Seperti terlihat pada tabel 4.8 (perhitungan pada
lampiran XXVII):
Tabel 4.8
Hasil Taraf Kesukaran Butir Soal
No Kategori No. soal Jumlah1 Mudah 3,4,6,8,9,11,12,13,16,17,18,19,22,25,26,
27,28,29,30,34,35,38,41,43,46,47,5027
2 Sedang 1,2,7,10,14,15,23,24,31,33,36,37,40,44,45,48
16
3 Sukar 5,20,2132,39,42,49 7
Berdasarkan analisis 50 butir soal yang telah diuji cobakan
diperoleh 31 soal yang layak dipakai (lampiran XXVII). Soal yang layak
dipakai dan soal yang tidak layak dipakai dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Soal Layak Dipakai Dan Tidak Layak Dipakai
No Soal Layak Dipakai No Soal Tidak Layak Dipakai
1, 2, 3, 6, 8, 12, 13, 14, 17, 18, 19,
22, 24, 25, 27, 26, 29, 30, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 41, 43, 45, 46, 47, 50
4, 5, 7, 9, 10, 11, 15, 16, 20, 21,
23, 28, 31, 39, 40, 42, 44, 48, 49
Dari 31 soal yang layak digunakan diambil 30 soal untuk
digunakan sebagai tes, yaitu dengan membuang butir soal nomor 26. Hal
60
ini dikarenakan kriteria validitas yang rendah walaupun soal tersebut
termasuk soal yang layak digunakan. Tes yang dilakukan yaitu pre-test
yang diberikan sebelum pembelajaran, dan digunakan sebagai post-test
yang diberikan setelah pembelajaran.
C. Hasil Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Model PBI
Data keterlaksanan sintaks model pembelajaran
berdasarkan masalah pada subpokok bahasan energi diringkas dari
hasil catatan-catatan pengamat yang ditulis dalam instrumen
pengamatan keterlaksanaan sintaks seperti yang disajikan dalam
tabel 4.10.
Tabel 4.10
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran pada Uji Coba I (Kelas E)
Sintaks Pembelajaran RPP 01 RPP02 RPP03
1.
mempersiapkan mahasiswa
2.
autentik
3.
untuk memecahkan
masalah yang dihadapi
4. Membimbing pengamatan
dan penyelidikan individu
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
61
maupun kelompok dalam
memecahkan masalah
5. Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil
kerja kelompok
6. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah dari
masing-masing kelompok
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Tabel 4.10 merupakan hasil analisis yang menyatakan
bahwa pada uji coba I, sintaks model pembelajaran berdasarkan
masalah telah dilaksanakan oleh dosen untuk semua RPP dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Aktivitas Mahasiswa di kelas
Data aktivitas mahasiswa dalam kgiatan pembelajaran
diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan intrumen 6
oleh dua orang pengamat dalam hal ini dosen mitra (Fisika) yaitu
Drs. Mintohari, M.Pd sebagai pengamat I dan Fitria Hidayati
sebagai pengamat II. Persentase hasil perhitungan pengamatan
aktivitas mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Persentase Aktivitas Mahasiswa Dalam Kegiatan
Pembelajaran pada Uji Coba I (kelas E)
Aktivitas MahasiswaPersentase (%) Rata-rata
(%)RPP 01 RPP02 RPP03
1. Mendengarkan/memperhatikan
penjelasan dosen
2. Berdiskusi antar mahasiswa
3. Membaca buku/bahan ajar/LKM
4. Mengajukan/menanggapi pertanyaan
9,09
9,09
10,91
9,09
9,80
7,84
11,76
9,80
11,48
9,84
9,84
9,84
10,12
8,92
10,84
9,58
62
5. Membuat rumusan masalah
6. Merumuskan hipotesis
7. Melakukan penyelidikan
8. Menganalisis data hasil percobaan
9. Mempresentasikan hasil percobaan
12,73
10,91
16,36
9,09
12,73
9.80
13,73
11,78
13,73
11,76
11,48
11,48
11,48
11,46
13,10
11,34
12,04
13,21
11,43
12,53
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan tabel 4.11 tampak bahwa pada Uji Coba I
pembelajaran berpusat pada mahasiswa, terbukti 88,88% aktivitas
berpusat pada mahasiswa (aktivitas nomor 2 sampai 9) dan hanya
10,12% mahasiswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan
dosen (aktivitas nomor 1). Aktivitas melakukan penyelidikan
memiliki persentase terbesar baik pada pembelajaran satu,dua,
dan tiga yang berturut-turut 16,36%, 11,76%, dan 11,48%
(aktivitas nomor 7). Begitu pula untuk aktivitas-aktivitas yang
lain seperti; membaca buku/bahan ajar/LKM, mengajukan/menanggapi
pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan penyelidikan,
menganalisis data hasil percobaan, dan mempresentasikan hasil
percobaan dengan persentase yang cukup. Sedangkan aktivitas berdiskusi
antar mahasiswa mendapat persentase yang lebih kecil dibandingkan
dengan aktivitas yang lainnya dan terjadi perubahan nilai untuk tiap RPP.
Reliabilitas instrumen 6 (Lembar pengamatan aktivitas
mahasiswa PBI) dapat dituliskan dalam tabel 4.12.
Tabel 4.12 Reliabilitas Instrumen Aktivitas Mahasiswa
Pengamatan terhadap Aktivitas
Mahasiswa
Reliabilitas tiap RPP (%) Rata-
rataRPP 01 RPP 02 RPP 03
Uji Coba I (Kelas E) 90,90 94,11 95,08 93,36
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa reliabilitas
aktivitas mahasiswa untuk setiap RPP pada Uji Coba I tertinggi
pada RPP 03 sebesar 95,08% dan terendah pada RPP 01 sebesar
90,90%. Tetapi jika dilihat reliabilitas setiap RPP pada uji coba I
63
> 75%, sehingga instrumen pengamatan aktivitas mahasiswa PBI
termasuk instrumen yang baik (Borich, 1994).
3. Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa diperoleh melalui uji awal dan uji
akhir. Analisis deskriptif terhadap skor yang diperoleh mahasiswa
pada tes ini. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh informasi
tentang peningkatan hasil belajar mahasiswa dari uji awal ke uji
akhir, ketuntasan individu, ketuntasan klasikal baik indikator
produk, proses, maupun psikomotor.
a. THB Produk
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator produk dan
sensitivitas butir soal disajikan pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Ketuntasan Individu dan Klasikal THB Produk
pada Uji Coba I (Kelas E)
No NIM
Proporsi (%) Uji
Coba I
Ketuntasan Uji Coba I
Individu P>
75
Klasikal
P> 75
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 071644104 61,43 77,04 TT T TT T
2 071644096 67,14 78,52 TT T TT T
3 071644097 65,71 87,41 TT T TT T
4 071644098 57,14 88,15 TT T TT T
5 071644099 58,57 81,48 TT T TT T
6 071644100 65,71 83,70 TT T TT T
7 071644101 71,43 85,93 TT T TT T
8 071644102 58,57 83,70 TT T TT T
9 071644103 64,29 81,48 TT T TT T
64
10 071644105 67,14 80,74 TT T TT T
11 071644106 65,71 82,96 TT T TT T
12 071644107 62,86 83,70 TT T TT T
Rata-rata 63,81 82,90 TT T TT T
Berdasarkan tabel 4.13, pada Uji Coba I untuk Uji awal
semua mahasiswa tidak tuntas baik secara individu maupun
secara klasikal dengan rata-rata 63,81%. Proporsi ketuntasan
yang dicapai oleh mahasiswa paling rendah 57,14% dan paling
tinggi 71,43%. Uji akhir menunjukkan bahwa semua mahasiswa
tuntas untuk tes hasil belajar produk dengan rata-rata 82,90%.
Proporsi ketuntasan yang dicapai mahasiswa terendah 77,04%
dan tertinggi 88,15%. Jadi persentase ketuntasan mahasiswa
untuk uji awal dan uji akhir meningkat dari 63,81% menjadi
82,90% sebesar 19,09%.
b. THB Tradisional Proses
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator proses dan
sensitivitas butir soal pada Uji Coba I disajikan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Ketuntasan Individu dan Klasikal THB Proses
pada Uji Coba I (Kelas E)
No NIM
Proporsi (%) Uji
Coba I
Ketuntasan Uji Coba I
Individu P>
75
Klsikal
P> 75
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 071644104 68,00 97,33 TT T TT T
2 071644096 72,00 92,00 TT T TT T
3 071644097 73,33 94,67 TT T TT T
4 071644098 69,33 89,33 TT T TT T
5 071644099 65,33 85,33 TT T TT T
65
6 071644100 70,67 89,33 TT T TT T
7 071644101 73,33 90,67 TT T TT T
8 071644102 68,00 93,33 TT T TT T
9 071644103 66,67 85,33 TT T TT T
10 071644105 73,33 93,33 TT T TT T
11 071644106 72,00 94,67 TT T TT T
12 071644107 73,33 90,67 TT T TT T
Rata-rata 70,44 91,33 TT T TT T
Berdasarkan tabel 4.14 tampak bahwa pada Uji Coba I
untuk kelas E semua mahasiswa tidak tuntas baik secara
individu maupun klasikal untuk uji awal dan uji akhir dengan
rata-rata 70,44%. Uji akhir menunjukkan bahwa semua
mahasiswa tuntas baik secara individu maupun klasikal dengan
rata-rata 91,33% dan mengalami kenaikkan sebesar 20,89%.
c. THB Kinerja Psikomotor
Ringkasan analisis data ketuntasan indikator kinerja
psikomotor disajikan pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Ketuntasan Indikator Kinerja Psikomotor
pada Uji Coba I (Kelas E)
No NIM
Proporsi kinerja (%)Ketuntasan
ketuntasanMembuat percobaan sederhana
tentang energi
Menggunakan kit
listrik
Menggunakan
stopwatch
Menggunakan
mistar
Rata-rata
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1071644104 50,
0080,00 40,
0090,00
70,00
90,00 70,00
90,00
57,50
87,50
TT T
2 071644096 50,00
90,00 30,00
100,00
60,00
100,00
70,00
100,0
52,50
97,50
TT T
66
0
3071644097 60,
0080,00 60,
0080,00
40,00
80,00 60,00
80,00
55,00
80,00
TT T
4071644098 40,
00100,0
060,00
100,00
60,00
100,00
70,00
100,00
57,50
100,00
TT T
5071644099 70,
0090,00 70,
0080,00
40,00
80,00 60,00
80,00
60,00
82,50
TT T
6071644100 60,
00100,0
050,00
70,00
70,00
100,00
40,00
70,00
55,00
85,00
TT T
7071644101 70,
0080,00 40,
0090,00
70,00
90,00 70,00
90,00
62,50
87,50
TT T
8071644102 40,
0090,00 60,
0080,00
70,00
70,00 60,00
100,00
57,50
85,00
TT T
9071644103 70,
0080,00 50,
0090,00
50,00
80,00 50,00
90,00
55,00
85,00
TT T
10071644105 60,
00100,0
070,00
80,00
60,00
100,00
70,00
70,00
65,00
87,50
TT T
11071644106 70,
0090,00 70,
0090,00
50,00
90,00 60,00
80,00
62,50
87,50
TT T
12071644107 60,
0080,00 70,
0080,00
70,00
80,00 70,00
90,00
67,50
82,50
TT T
Rata-rata58,33
88,33 55,83
85,83
59,17
88,33 62,50
86,67
58,96
87,29
Berdasarkan tabel 4.15 tampak untuk setiap indikator kinerja
psikomotor pada uji awal semua mahasiswa tidak tuntas dengan
rata-rata terendah sebesar 55% dan tertinggi 67,50% sedangkan
untuk uji akhir semua mahasiswa tuntas dengan rata-rata terendah
sebesar 80% dan tertinggi 97,50%. Jika kita lihat dari rata-rata
untuk uji awal dan uji akhir secara keseluruhan uji awal sebesar
58,96% dan uji akhir 87,29% sehingga mengalami kenaikan sebesar
28,33%. Sedangkan jika kita lihat dari ketuntasan setiap indikator
kinerja psikomotor terdapat beberapa mahasiswa yang tidak tuntas
yaitu satu mahasiswa menggunakan stopwatch, satu mahasiswa
menggunakan kit listrik dan dua mahasiswa menggunakan mistar.
4. Respon Mahasiswa terhadap Penerapan Pengembangan
Perangkat yang Berorientasi pada Model PBI
Respon mahasiswa secara tertulis terhadap proses
pembelajaran maupun perangkat yang digunakan untuk
67
menanyakan pada mahasiswa apakah penerapan pengembangan
perangkat yang berorientasi pada model pembelajaran
berdasarkan masalah baik atau tidak, sangat baik, cukup atau
tidak baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Data hasil
respon mahasiswa terhadap penerapan perangkat yang telah
dikembangkan dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1 Rata-rata Respon Mahasiswa Terhadap Penerapan pengembangan perangkat yang berorientasi pada model pembelajaran
berdasarkan masalah pada Uji Coba I
Berdasarkan grafik 4.1 terlihat bahwa respon mahasiswa
terhadap pengembangan perangkat yang diterapkan di kelas untuk
ketiga aspek respon mahasiswa yaitu implementasi PBI dengan
persentase tertinggi 53,85% dan terendah 5,44%; buku ajar
mahasiswa yang digunakan mahasiswa persentase tertinggi
58,53% dan terendah 6,73%; dan lembar kegiatan mahasiswa
persentase tertinggi 34,24% dan terendah 8,21%.
Jika dilihat dari perbedaan persentase yang signifikan dapat
dikatakan bahwa respon mahasiswa terhadap penerapan PBI, buku
ajar mahasiswa dan lembar kerja mahasiswa cukup baik.
5. Hambatan-hambatan dalam Pengembangan Perangkat dan
68
Proses Pembelajaran
Kesulitan-kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh peneliti
selama Uji Coba I, dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan
pengembangan perangkat yang berorientasi pada model pembelajaran
berdasarkan masalah
Uji Coba
RPP Hari/tanggal Hambatan-hambatan Solusi
I I Rabu/21-05-2008
1. Mahasiswa belum terbiasa dengan PBI
2. Mahasiswa belum terbiasa dengan menyusun laporan percobaan
1. Dosen menjelaskan tentang PBI
2. Dosen menjelaskan cara membuat laporan yang benar.
II Kamis/22-05-2008
Kesulitan pengkondisian waktu untuk percobaan
Melakukan pembagian waktu antara teori dengan percobaan
III Jumat/23-05-2008
Tidak ada Tidak ada
BAB V
DISKUSI HASIL PENELITIAN
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tersedianya perangkat
pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Konsep Dasar IPA untuk
mahasiswa PGSD. Diskusi hasil penelitian membahas lebih lanjut secara singkat
deskripsi hasil penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran dan
penerapannya pada Uji Coba I di kelas sebagaimana diuraikan pada Bab IV
sebelumnya.
69
A. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pembahasan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran
didasarkan telaah oleh para validator beserta perangkat pendukungnya.
Berdasarkan telaah dan masukan dari para validator dapat diketahui bahwa
secara umum perangkat yang dikembangkan telah layak digunakan dengan
perbaikan seperti yang diuraikan pada tabel 4.1 s.d tabel 4.5 pada bab IV
sebelumnya. Untuk draft I setelah direvisi berdasarkan telaah oleh para
validator menghasilkan draft II, secara umum seperti penulisan beberapa kata
telah disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dan penggantian format untuk
rancangan tabel kisi-kisi soal dan pemberian contoh pada buku ajar
mahasiswa serta gambar yang mendukung.
Berdasarkan masukan dari peserta simulasi pada RPP 2 dan perangkat
pendukungnya diketahui masih ada beberapa kekurangan pada perangkat
terutama yang berkaitan dengan lembar kegiatan mahasiswa yang masih
membutuhkan penjelasan lanjut dari dosen serta pengelolaan dalam proses
pembelajaran pada simulasi tersebut. Hal ini diakibatkan mahasiswa yang
menjadi peserta simulasi belum pernah mengikuti proses pembelajaran
berdasarkan masalah sehingga setelah proses pembelajaran berakhir dosen
memodelkan proses pembelajaran berdasarkan masalah dan diharapkan
mahasiswa tidak canggung dalam proses pembelajaran selanjutnya.
B. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Hasil analisis keterlaksanaan sintaks pembelajaran menunjukkan
bahwa pada uji coba I, sintaks pembelajaran berdasarkan masalah
dilaksanakan dengan baik oleh dosen, baik pada RPP 01, RPP 02, maupun
RPP 03 sesuai dengan tabel 4.10.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaks
pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilaksanakan dengan baik oleh
dosen untuk setiap tahapnya. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah
terdapat lima tahap utama.
C. Aktivitas Mahasiswa di kelas
70
Pada Uji Coba I, persentase frekuensi aktivitas mahasiswa dapat
dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1
Aktivitas Mahasiswa Pada Uji Coba I
Uji
CobaKelas
Berpusat pada
Mahasiswa
Mendengar/memperhatikan
penjelasan dosen
I E 88,88% 10,12%
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui untuk aktivitas
mahasiswa yang mendengarkan sebesar 10,12% dan berpusat pada
mahasiswa sebesar 88,88%. Dari data ini nampak bahwa implementasi
perangkat untuk RPP 01, RPP 02, dan RPP 03 mampu mengaktifkan
mahasiswa. Dengan demikian dalam kegiatan pembelajaran ini mahasiswa
terlibat aktif dalam penemuan konsep yang baru bagi dirinya melalui
langkah-langkah pembelajaran berdasarkan masalah dengan melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah
nyata sesuai dengan materi yang sedang mahasiswa pelajari. Dari teori
perkembangan kognitif sebagai besar ditentukan oleh interaksi aktif anak
dengan lingkungan dan interaktif sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran menjadi logis (Nur,1998).
Berdasarkan kategori yang diamati selama kegiatan pembelajaran
berlangsung menunjukkan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
masalah yang diuraikan dalam langkah-langkah pembelajaran pada setiap
rencana pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana. Hal ini dapat dilihat
reliabilitas instrumen aktivitas mahasiswa pada tabel 4.8. Dengan demikian
secara keseluruhan implementasi perangkat yang dikembangkan ini mampu
mengaktifkan siswa.
D. Hasil Belajar Mahasiswa
71
Berdasarkan hasil pada uji awal dan uji akhir, untuk tes hasil
belajar menunjukkan bahwa pada uji coba I, semua mahasiswa tuntas baik
secara individu maupun klasikal pada uji akhir. Terjadi peningkatan
persentase ketuntasan belajar dari 63,81% pada uji awal menjadi 82,90%
pada uji akhir untuk indikator produk, dan peningkatan persentase dari
70,44% pada uji awal menjadi 91,33% pada uji akhir untuk indikator proses.
Ketuntasan hasil belajar mahasiswa berdasarkan penelitian ini relevan
dengan teori yang melandasi pembelajaran berdasarkan masalah. Teori
pembelajaran konstruktivis menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Agar mahasiswa benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus memecahkan masalah, menentukan
segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan perangkat
yang dikembangkan berorientasi pembelajaran berdasarkan masalah, mampu
mencapai ketuntasan belajar siswa dengan tingkat keberhasilan yang optimal.
E. Respon Mahasiswa terhadap Penerapan Pengembangan
Perangkat yang Berorientasi pada PBI
Uji coba I menunjukkan bahwa penilaian mahasiswa terhadap
kegiatan belajar mengajar dengan penerapan perangkat berorientasi pada
pembelajaran beradasarkan masalah yang dikembangkan oleh peneliti cukup
baik. Respon mahasiswa yang tertinggi yaitu penerapan PBI (53,85%) dan
buku ajar mahasiswa (58,53%) untuk respon terendah LKM yang digunakan
(34,24%).
Secara keseluruhan penerapan PBI dan perangkat yang telah
dikembangkan pada RPP 01, RPP 02, dan RPP 03 direspon dengan baik dan
sangat baik oleh mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh antusias mahasiswa dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.
72
F. Hambatan-hambatan dalam Pengembangan Perangkat dan Proses
Pembelajaran
Secara umum hambatan yang ditemui oleh peneliti dalam
mengembangkan perangkat adalah terletak pada format dan struktur
perangkat tersebut baik RPP, buku ajar, LKM, dan lembar
pengamatan. Namun semuanya bisa di atasi, mengingat perangkat
yang digunakan dalam penelitian disimulasikan dan diuji validasi
terlebih dahulu. Berkat saran-saran dari pembimbing, peserta simulasi
dan validator perangkat. Berbagai hambatan dalam pengembangan
perangkat dapat di atasi oleh peneliti.
Hambatan yang ditemui selama implementasi perangkat di
kelas seperti ditunjukkan pada tabel 4.16 di antaranya, alokasi waktu,
mahasiswa belum terbiasa dengan PBI dan kelemahan dalam
menyusun laporan percobaan. Namun kesemuanya dapat diatasi
berkat kerjasama peneliti dengan dosen mitra yang mengajar di
PGSD.
G. Kualitas Pembelajaran Konsep Dasar IPA (Fisika)
Kualitas proses pembelajaran adalah tingkat keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran yang direfleksikan melalui berbagai indikator
dalam proses pembelajaran. Indikator yang dimaksud yaitu,
keterlaksanaan sintaks pembelajaran, pengelolaan kelas, aktivitas
mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, respon mahasiswa selama
pembelajaran berlangsung, dan hasil belajar mahasiswa yang
disajikan pada tabel 5.2.
73
74
75
Berdasarkan tabel 5.2 dari sekumpulan indikator selama proses
pembelajaran yaitu keterlaksanaan sintaks pembelajaran, aktivitas
mahasiswa yang tinggi, respon mahasiswa yang sangat baik, serta
hasil belajar mencapai ketuntasan maka implementasi pembelajaran
mata kuliah Konsep Dasar IPA pokok bahasan energi yang
berorientasikan pada pembelajaran berdasarkan masalah yang
dilaksanakan di Jurusan PGSD khususnya angkatan 2007, berkualitas.
76
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan temuan pada penelitian pengembangan perangkat
pembelajaran berorientasi pada pembelajaran berdasarkan masalah pada
pokok bahasan energi dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat
berorientasikan pada pembelajaran berdasarkan masalah pokok bahasan
energi dikategorikan baik mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dan
kualitas proses pembelajaran.
B. Saran
1. Pengembangan
perangkat yang dilakukan oleh seorang dosen sangat perlu untuk divalidasi
77
oleh pakar atau diujikan terlebih dahulu pada mahasiswa sebelum
digunakan.
2. Dalam proses
pembelajaran berdasarkan masalah seorang dosen perlu mengaktifkan
mahasiswa untuk melakukan penyelidikan sendiri dalam menemukan
konsp-konsep baru yang berkaitan dengan materi yang dipelajari di kelas.
3. Seorang dosen
harus mengatur waktu dengan tepat jika menerapkan pembelajaran
berdasarkan masalah di kelas sehingga dicapai hasil yang maksimum.
Daftar Pustaka
Aiken, L.R. (1997). Psychological Testing and Assessment. Ninth edition. New York: Mc Graw-Hill Company
Arends, R.I. (1997). Classroom Instructional Management. New York: Mc Graw-Hill Company
Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Borich, G.D. (1994). Observation Skill for Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing Company
Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud
Depdikbud. (1994). GBPP SD. Jakarta: Depdikbud
78
Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas
Douglas, C. Giancoli. (2001). Jilid 1. Fisika. Jakarta : Erlangga
Halliday,Resnick. (1987). Fisika. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Ibrahim, M & Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University press
Jauhartina, A. (2006). Pemodelan teman sebaya sebagai tutor dalam pembelajaran fisika konsep usaha dan energi di SMAN 2 Sidoarjo. Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Kurikulum 2004 SMA. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Kurnia. (2004). Meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMU melalui pembelajaran berdasarkan masalah dengan metode penemuan : studi eksperimen pada SMUN 15 Bandung dan SMU Kartika Chandra III-2 Bandung. digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1005106-143918/ - 10k -
Laela Sarah, Lia., dkk. (2005). Pengembangan model pembelajaran PBI untuk meningkatkan hasil belajar siswa. lialaesa.wordpress.com/2006/11/07/pengembangan-model-problem-based-instruction/ - 11k –
Maimunah, Siti. (2005). Pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan Discovery Inquity terbimbing terhadap hasil belajar siswa SMP negeri 1 Wonoayu Sidoarjo. Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Nur, M & Wikandari, P.R. (1998). Pendekatan-pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: Unesa University press
Rawi, A. (2005). Implementasi Model PBI dengan prinsip Kooperatif untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal Bercirikan Keterampilan Proses pada Pokok Bahasan Pencemaran. Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Silaban, B. (1999). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMU Bahan Kajian Gelombang dengan Penerapan Pengajaran Berdasarkan Masalah. Tesis Magister yang tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA.
Slavin, R.E. (1994). Educational Psychology. Four Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers
79
Sudibyo, Elok. (2003). Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran IPA-Fisika. Jakarta: Depdiknas
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Suharto. (2005). Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar Biologi di SMA Bahan Kajian Lingkungan dengan Model PBI.Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Sumardi, Yos, dkk. (1994). Materi Pokok Mekanika. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud
Suparmanto, A. (2004). Penerapan Metode Proyek dalam Seting Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Mengajar Biologi di SMA. Tesis Magister Pendidikan, UNESA
Zemansky, Sears. (2001). Fisika Untuk Universitas I. Bandung: Bina Cipta
80