bab ii alih aksara bunyi konsonan sepadanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c1012014_bab2.pdf · 43...
TRANSCRIPT
39
BAB II
ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN SEPADAN
Hasil pengamatan berdasarkan delapan majalah Alo Indonesia yang diteliti
ditemukan adanya representasi fonem konsonan bA dan bI yang berbeda.
Pengalihaksaraan konsonan yang ditemukan dalam majalah AI ada empat (4)
varian. Varian pengalihaksaraan konsonan tersebut berdasarkan daerah titik
artikulasi bunyi konsonan, yaitu (1) alih aksara bunyi konsonan sepadan, (2) alih
aksara bunyi konsonan berdekatan, (3) alih aksara bunyi konsonan berbeda, dan
(4) alih aksara gugus dan deret konsonan.
Konsonan dalam bI memiliki bentuk kesepadanan dengan konsonan yang
ada dalam bA. Bentuk kesepadanan kedua bahasa ini biasanya memiliki sifat dan
titik artikulasi yang sama persis. Hal inilah yang mendasari pemilihan kategori
konsonan sepadan dalam pembahasan ini. Konsonan sepadan yang ditemukan
dalam majalah AI ada sepuluh (10) konsonan, yaitu <b> < >, <h> < >,
<r> < >, <f> < >, <q> < >, <k> < >, <l> < >, <m> < >,
<n> < >, dan <h> < >. Berikut ini uraian bentuk grafem bI yang memiliki
kesamaan titik artikulasi dengan bA yang terdapat dalam majalah AI.
A. Representasi Grafem <b> Grafem < >
Grafem <b> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Kedua
konsonan ini memiliki kesamaan karakteristik fonologis sehingga dapat dikatakan
sebagai konsonan sepadan. Fonem /b/ dalam bI bersifat bilabial, hambat, dan
40
bersuara. Adapun fonem konsonan / / dalam bA bersifat bilabial, hambat, dan
bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <b> yang dilambangkan
menjadi grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <b> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
6 Bantul Ba>ntu>l E.106h.16
7 Buru Bu>ru> E.106h.7
8 Bintaro Bi>nta>ru> E.110h.62
Grafem <b> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
9 Sukabumi Su>ka>bu>mi> E.113h.26
Grafem <b> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
10
Sumba Su>mba> E.111h.12
Sumba Sumba> E.107h.6
Tabel 13. Grafem <b> Grafem < >
Grafem <b> yang terdapat pada tabel 13 menunjukkan representasi
penulisan grafem < >. Representasi grafem <b> menjadi < > ini sesuai dengan
pedoman transliterasi Arab-Latin MAMPK. Penulisan grafem < > dalam bA
dapat dilafalkan menjadi bunyi [b] dalam bI. Bunyi [b] dalam tabel 13 yang
berada di awal, tengah, dan akhir silabel selalu diikuti bunyi mad. Bunyi [b] yang
diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 8 ‘Bintaro’ < >. Bunyi [b] yang
41
diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada kata ‘Buru’ < > dan ‘Sukabumi’
< >. Adapun bunyi [b] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata
‘Bantul’ < > dan ‘Sumba’ < >.
B. Representasi Grafem <h> Grafem < >
Grafem <h> digunakan untuk merepresentasikan grafem < >. Kedua
konsonan ini memiliki sifat bunyi yang sama. Fonem / / dan fonem /h/ adalah
konsonan frikatif (geser), faringal, dan tidak bersuara. Berikut adalah contoh yang
menunjukkan representasi grafem <h> dengan grafem < >.
Grafem <h> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
11 Yohanna
Yembise Yu>chna>n
Ya>mbi>si> E.110h.11
Tabel 14. Grafem <h> Grafem < >
Pada tabel 14 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan
grafem < >. Penulisan grafem < > yang diubah menjadi grafem <h> ini sudah
lazim digunakan orang Indonesia. Hal ini dikarenakan pelafalan fonem / / dan /h/
bagi penutur nonArab itu sama (Kharusi, Nafla S. dan Amel Salman, 2011: 19).
Menurut Hadi (2015: 69) pelafalan fonem / / ini berubah menjadi /h/ setelah
terserap ke dalam bI. Pada penelitian ini, bentuk representasi fonem /h/ dengan / /
hanya ditemukan di posisi tengah silabel.
42
C. Representasi Grafem <r> Grafem < >
Grafem <r> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Fonem /r/ selalu
direpresentasikan dengan bunyi [r] di semua posisi pada kosakata. Fonem / / dan
fonem /r/ memiliki kesamaan karakteristik bunyi. Kedua fonem ini merupakan
konsonan apiko-alveolar, getar, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang
menunjukkan adanya representasi grafem <r> dengan grafem < > dalam majalah
AI.
Grafem <r> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
12 Rambitan Ra>mbi>ta>n E.107h.7
13 Roro Kidul Ru>ru> Ki>du>l E.109h.16
Grafem <r> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
14 Korea Ku>riya>
E.106h.57;
E.107h.19
Grafem <r> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
15 Tidore Ti>du>ra> E.106h.6
Tabel 15. Grafem <r> Grafem < >
Pada tabel 15 menunjukkan bahwa grafem <r> direpresentasikan dengan
grafem < > ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel.
Penggunaan grafem <r> menjadi grafem < > telah sesuai dengan pedoman
transliterasi MAMPK. Penulisan fonem / / selalu diikuti bunyi vokal panjang bA
(mad). Bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 12 ‘Rambitan’
43
< >. Bunyi vokal [o] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [u:] dan
ditulis dengan huruf / /. Sebagai contoh yaitu pada contoh 13 ‘Roro’ < >.
Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi [i:] dan ditulis dengan
huruf / /. Adapun contoh bunyi [r] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata
‘Korea’ < > dan ‘Tidore’ < >.
D. Representasi Grafem <f> Grafem < >
Grafem <f> secara umum direpresentasikan dengan bunyi [f]. Fonem /f/
dan fonem / / merupakan fonem konsonan sama-sama bersifat labio-dental,
frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <f>
dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <f> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
16 Ferry
Mursyidan Fi>ri> Mursyida>n E.110h.11
17 Flores Flu>ri>s E.107h.6;
E.111h.12
Grafem <f> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
18 Martafons Ma>rta>fu>ns E.106h.6
19 Afrika Afri>qiya> E.106h.10
Tabel 16. Grafem <f> Grafem < >
Tabel 16 menunjukkan bahwa grafem <f> dapat direpresentasikan menjadi
grafem < >. Representasi grafem <f> menjadi grafem < > sesuai dengan
pedoman transliterasi MAMPK. Menurut Hadi (2015: 58) fonem /f/ merupakan
44
fonem pinjaman dan bukan fonem asli bI. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan
pada posisi awal dan tengah silabel. Kedua fonem ini memiliki titik artikulasi
yang sama sehingga pelafalan kosakata pada tabel 16 dapat terbaca dengan jelas.
E. Representasi Grafem <q> Grafem < >
Fonem /q/ merupakan fonem konsonan serapan dari bahasa asing. Fonem
/q/ jarang digunakan dalam penyebutan sebuah kosakata asli bI. Fonem /q/ dalam
bI termasuk konsonan pungutan dari bA sehingga sifat bunyi yang dimiliki sama
dengan fonem / /. Fonem tersebut termasuk konsonan dorso-uvular, hambat, dan
tidak bersuara. Berikut ini contoh kasus penulisan grafem <q> yang
direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <q> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
20 Gendang
Beleq Ji>nda>nj Bi>li>q E.106h.14
Tabel 17. Grafem <q> Grafem < >
Tabel 17 menunjukkan contoh grafem <q> yang direpresentasikan dengan
grafem < >. Penulisan grafem <q> menjadi grafem < > pada penelitian ini sudah
sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Pada contoh 20 tersebut
merupakan salah satu istilah kebudayaan yang terdapat di pulau Lombok.
Penulisan fonem /q/ pada kata ‘Beleq’ merupakan bentuk penggunaan dialek khas
masyarakat Lombok. Hal ini menyebabkan kata ‘Beleq’ dalam bA ditulis < >.
45
F. Representasi Grafem <k> Grafem < >
Grafem <k> dapat direpresentasikan menjadi grafem < >. Grafem /k/ dan
fonem / / adalah konsonan yang bersifat dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara.
Berikut ini contoh yang menunjukkan grafem <k> yang direpresentasikan dengan
grafem < >.
Grafem <k> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
21 Kalimantan Ka>li>mantan E.110h.22
22 Kauman Ka>wma>n E.113h.16
Grafem <k> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
23 Pekalongan Bi>ka>lu>nja>n E.110h.17
Grafem <k> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
24 Maluku Ma>lu>ku> E.106h.6
25 Demak Di>ma>k E.113h.18
Tabel 18. Grafem <k> Grafem < >
Tabel 18 menunjukkan bahwa penulisan grafem <k> direpresentasikan
dengan grafem < >. Penggunaan grafem tersebut sesuai dengan pedoman
transliterasi MAMPK. Penggunaan fonem ini dapat ditemukan di semua posisi,
baik di awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan grafem < > pada tabel 18
tersebut merupakan bunyi [k] asli, bukan merupakan bunyi [k] yang berasal dari
fonem /q/. Fonem konsonan / / yang berada di akhir silabel terdapat pada kata
‘Demak’ < >. Adapun penulisan fonem konsonan / / di awal dan tengah
silabel selalu diikuti vokal panjang bA (mad). Bunyi [k] yang diikuti bunyi mad
46
[a:] terdapat pada kata ‘Kalimantan’ < >, ‘Kauman’ < >, dan
‘Pekalongan’ < >. Bunyi fonem [k] yang diikuti mad [u:] terdapat pada
contoh 24 ‘Maluku’ < >.
G. Representasi Grafem <l> Grafem < >
Grafem <l> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Grafem <l>
selalu direpresentasikan dengan bunyi [l] di semua posisi pada kosakata. Fonem
/l/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi, yaitu sebagai konsonan
apiko-alveolar, lateral, dan bersuara. Menurut Verhaar (2006: 35) fonem /l/
termasuk konsonan sampingan. Tempat artikulasi konsonan sampingan adalah
antara ujung lidah dan lengkung kaki gigi. Berikut ini adalah contoh representasi
grafem <l> dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <l> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
26 Lampung La>mbu>nj E.107h.19;
E.110h.23
27 Legon Li>ju>n E.109h.8
28 Lombok Lu>mbu>k
E.107h.6;
E.111h.12, h.13,
h.14
Grafem <l> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
29 Sulawesi Su>la>wi>si> E.110h.19, h.20,
h.22; E.113h.32
30 Jusuf Kalla Yu>su>f Ka>la> E.110h.6, h.8,
h.21, h.36
31 Yasonna
Laoly Ya>su>na> Lau>li> E.110h.11
47
Grafem <l> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
32 Sunan
Ampel Su>na>n Ambi>l E.113h.18
33 Bedugul Bidu>ju>l E.110h.18
Tabel 19. Grafem <l> Grafem < >
Pada tabel 19 menunjukkan bahwa grafem <l> direpresentasikan dengan
grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir
silabel. Representasi grafem <l> menjadi grafem < > dalam penelitian ini sudah
sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan
tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang bA (mad). Bunyi fonem [l] yang
diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata ‘Legon’ < > dan ‘Laoly’ < >.
Bunyi fonem /l/ yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 28 ‘Lombok’
< >. Adapun bunyi fonem [l] yang diikuti oleh bunyi mad [a:] terdapat pada
kata ‘Lampung’ < >, ‘Sulawesi’ < >, dan ‘Kalla’ < >. Grafem < >
yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Ampel’ < > dan ‘Bedugul’
< >.
H. Representasi Grafem <m> Grafem < >
Grafem <m> dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem < >.
Grafem <m> selalu direpresentasikan dengan bunyi [m] di semua posisi pada
kosakata. Fonem /m/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi.
Keduanya termasuk konsonan bilabial, nasal, dan bersuara. Berikut ini adalah
48
contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <m> dengan grafem < >
dalam majalah AI.
Grafem <m> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
34 Madura Ma>du>ra>
E.107h.16;
E.109h.13;
E.113h.32
35 Moramo Mu>ra>mu> E.108h.14
Grafem <m> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
36 Sudirman Su>di>rma>n E.110h.9
Grafem <m> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
37 Batam Ba>ta>m E.109h.21
Tabel 20. Grafem <m> Grafem < >
Pada tabel 20 menunjukkan bahwa grafem <m> direpresentasikan dengan
grafem < > dapat ditemukan di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir
silabel. Penggunaan grafem <m> menjadi grafem < > ini sesuai dengan pedoman
transliterasi MAMPK. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu
diikuti bunyi vokal bA (mad). Bunyi [m] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat
pada contoh 34 ‘Madura’ < > dan contoh 36 ‘Sudirman’ < >. Bunyi
[m] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh contoh 35 ‘Moramo’
< >. Adapun grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 37
‘Batam’< >.
49
I. Representasi Grafem <n> Grafem < >
Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <n>.
Fonem /n/ selalu direpresentasikan dengan bunyi [n] di semua posisi pada
kosakata. Fonem /n/ dan fonem / / memiliki kesamaan karakteristik bunyi
sebagai konsonan apiko-alveolar, sengau (nasal), dan bersuara. Bunyi sengau
dihasilkan dari proses penutupan arus udara ke luar melalui rongga mulut yang
terjadi antara ujung lidah dan ceruk (Verhaar, 2006: 35). Berikut ini adalah contoh
representasi grafem <n> dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <n> di Awal Silabel
No. BI BA Transliterasi Sumber
38 Banda Neira Ba>nda> Ni>ra> E.106h.6
39 Narmada Na>rma>da> E.107h.7;
E.111h.12
Grafem <n> di Tengah Silabel
No. BI BA Transliterasi Sumber
40 Senayan City Sina>ya>n Si>ti> E.112h.21
41 Kartini Ka>rti>ni> E.109h.10
42 Konawe Ku>na>wi> E.108h.14
Grafem <n> di Akhir Silabel
No. BI BA Transliterasi Sumber
43 Jimbaran Ji>mba>ra>n E.110h.17
Tabel 21. Grafem <n> Grafem < >
Pada tabel 21 menunjukkan bahwa grafem <n> direpresentasikan menjadi
grafem < >. Representasi grafem <n> menjadi grafem < > tersebut sudah sesuai
dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <n> menjadi grafem
< > ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah maupun akhir silabel.
Penulisan fonem / / di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi vokal panjang
50
bA (mad). Bunyi [n] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Narmada’
< >, ‘Senayan’ < >, dan ‘Konawe’ < >. Adapun bunyi [n] yang
diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 38 ‘Neira’ / / dan contoh 41 ‘Kartini’
< >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada contoh 43
‘Jimbaran’ < >.
J. Representasi Grafem <h> Grafem < >
Grafem < > digunakan untuk merepresentasikan grafem <h>. Fonem /h/
selalu direpresentasikan dengan bunyi [h] di semua posisi pada kosakata. Fonem
/h/ dan fonem / / termasuk sebagai konsonan glotal, frikatif, dan tidak bersuara.
Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi grafem <h>
dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <h> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
44 Hangawera Ha>nja>wi>ra> E.106h.8
45 Halmahera Ha>lma>hi>ra> E.106h.6
46 Dani Hilan Da>ni> Hi>la>n E.109h.15
Grafem <h> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
47 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;
E.108h.9
Grafem <h> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
48 Tanah Lot Ta>na>h Lu>t E.110h.18
49 Muaralabuh Muwa>ra>la>bu>h E.109h.13
Tabel 22. Grafem <h> Grafem < >
51
Pada tabel 22 menunjukkan bahwa grafem <h> direpresentasikan dengan
grafem < >. Representasi grafem <h> menjadi grafem < > tersebut sudah
sesuai dengan pedoman transliterasi MAMPK. Penulisan grafem <h> menjadi
grafem < > ini ditemukan di semua posisi, baik di awal, tengah, maupun akhir
silabel. Penulisan grafem < > di awal dan tengah silabel selalu diikuti bunyi
vokal bA (mad). Bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada kata
‘Hangawera’ < >, ‘Halmahera’ < >, dan ‘Soeharto’ < >. Adapun
bunyi fonem [h] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 46 ‘Hilan’
< >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada kata ‘Tanah’
< > dan ‘Muaralabuh’ < >.
Konsonan sepadan pada penelitian ini tidak mengalami adanya perubahan
bunyi dalam pelafalannya. Hal ini terjadi karena bunyi konsonan-konsonan
sepadan antara bI dan bA memiliki karakteristik bunyi yang sama. Representasi
bunyi konsonan dari bI ke bA dalam penelitian ini juga sesuai dengan pedoman
transliterasi MAMPK, meskipun pedoman transliterasi MAMPK merujuk pada
pola tranliterasi Arab-Latin, sedangkan pada penelitian ini merujuk pada pola
transliterasi Latin-Arab.
52
BAB III
ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERDEKATAN
Analisis kedua yaitu mengenai alih aksara konsonan yang memiliki
kemiripan titik artikulasi. Kemiripan bunyi konsonan ini telah disesuaikan
menurut karakteristik yang dimilikinya. Kategori mirip dalam hal ini dianggap
sama dengan istilah berdekatan. Pemilihan kata berdekatan dianggap lebih cocok
pada pembahasan ihwal ini. Berikut ini uraian bentuk variasi bunyi fonem
konsonan bI yang memiliki kedekatan titik artikulasi dengan bA yang terdapat
dalam majalah AI.
Konsonan bI memiliki titik artikulasi yang berdekatan dengan beberapa
konsonan bA. Hal ini menyebabkan konsonan bI yang direpresentasikan ke
grafem bA menjadi bervariasi. Konsonan bI yang titik artikulasinya berdekatan
dengan bA yaitu <p> < >, <t> < >, <j> <dj> < >, <d> < >, <dh>
< >, <s> < >, <s> < >, <t> < >, <p> < >, dan <k> < >.
Konsonan yang berdekatan dalam hal ini, maksudnya apabila suatu konsonan
yang memiliki titik artikulasi sama tetapi cara artikulasi dan keadaan pita
suaranya berbeda, begitu pula sebaliknya. Berikut ini pemaparan analisis masing-
masing konsonan tersebut.
53
A. Representasi Grafem <p> Grafem < >
Grafem <p> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Representasi
fonem /p/ dengan fonem / / dalam hal ini terjadi proses pergeseran bunyi
konsonan. Menurut Zuvara (2008: 55) bergesernya konsonan tersebut adalah
konsonan yang mirip dengan konsonan yang digantinya. Pergeseran yang terjadi
pada fenomena ini termasuk pergeseran konsonan bilabial tidak bersuara /p/
menjadi bilabial bersuara / /. Ihwal perubahan bunyi konsonan tidak bersuara
menjadi bersuara ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yaitu terjadi
penguatan bunyi. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <p> yang
dilambangkan dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <p> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
50 Pawon Ba>wun E.113h.9
51 Puan
Maharani Bu>wa>n Maharani> E.110h.11
52 Papua Ba>buwa> E.111h.7, h.49
Grafem <p> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
53 Purba
Hutapea Bu>rba> Hu>ta>biya> E.112h.23
54 Jepara Ji>ba>ra> E.106h.57
Tabel 23. Grafem <p> Grafem < >
Berdasarkan tabel 23, terjadi kasus penguatan bunyi konsonan tidak
bersuara /p/ menjadi bunyi konsonan bersuara / /. Penguatan bunyi merupakan
54
perubahan dari bunyi-bunyi yang lemah menjadi bunyi yang kuat (Hadi, 2015:
57). Hal ini terjadi karena di dalam bA tidak terdapat konsonan yang mewakili
grafem <p>. Untuk itu, penggunaan grafem < > dalam kasus ini dijadikan
sebagai representasi grafem <p> dalam bI. Penulisan fonem / / ini dapat dibaca
menjadi bunyi [p] di posisi awal dan tengah silabel. Pada kasus ini, grafem <p>
yang dilambangkan dengan grafem < > selalu diikuti fonem vokal panjang (mad)
dalam bA. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 50 ‘Pawon’
< > dan contoh 54 ‘Jepara’ < >. Bunyi [p] yang diikuti bunyi mad [i:]
terdapat pada contoh 53 ‘Hutapea’ < >. Adapun bunyi [p] yang diikuti bunyi
mad [u:] terdapat pada contoh 51 ‘Puan’ < > dan contoh 52 ‘Papua’ < >.
B. Representasi Grafem <t> Grafem < >
Grafem <t> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem
konsonan / / dalam bA bersifat apiko-alveolar, hambat, dan tidak bersuara.
Adapun Fonem /t/ dalam bI bersifat apiko-dental, hambat, dan tidak bersuara.
Berikut ini adalah bentuk representasi grafem <t> yang dilambangkan dengan
grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <t> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
55 Timor Ti>mu>r E.107h.6, h.8
56 Tambora Ta>mbu>ra> E.107h.6, h.8
57 Tuti
Alawiyah Tu>ti> ‘alawiyah E.113h.28
55
Grafem <t> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
58 Mataram Ma>ta>ra>m E.107h.6;
E.113h.14
59 Pattimura Ba>ti>mu>ra> E.106h.6
60 Banten Ba>ntin
E.107h.19;
E.110h.16, h.17;
E.112h.8, h.9,
h.21, h.33
Tabel 24. Grafem <t> Grafem < >
Pada tabel 24 menunjukkan adanya bentuk representasi grafem <t> yang
dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi [t]
di posisi awal dan tengah silabel. Bunyi [t] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat
pada contoh 56 ‘Tambora’ < > dan 58 ‘Mataram’ < >. Bunyi [t] yang
diikuti mad [i:] terdapat pada kata ‘Timor’ < >, ‘Banten’ / / dan ‘Pattimura’
< >. Adapun bunyi [t] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 57 ‘Tuti’
< >.
C. Representasi Grafem <j> dan <dj> Grafem < >
Fonem /j/ dalam bI selalu direpresentasikan dengan bunyi [j]. Penulisan
grafem <j> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /j/ memiliki sifat
medio-palatal, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / memiliki sifat apiko-
palatal, afrikatif, dan bersuara. Menurut Muslich (2014: 109) ejaan fonemik /dj/
digunakan untuk melambangkan fonem konsonan /j/. Berikut ini merupakan
56
bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang dilambangkan dengan grafem < >
dalam majalah AI.
Grafem <j> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
61 Jayabaya Ja>ya>ba>ya> E.112h.23
62
Jawa Ja>wa> E.110h.16, h.23;
E.111h.21;
E.112h.27;
Jawa Ja>wa> E.113h.8
63
Jokowi Ju>kuwi> E.110h.13
Jokowi Ju>ku>wi> E.110h.9;
E.112h.17
Grafem <j> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
64
Rinjani Rinja>ni> E.107h.6
Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7
Rinjani Ri>nja>ni> E.107h.7;
E.111h.2
Grafem <dj> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
65 Djangga
Lubis Janjgha Lu>bi>s E.112h.60
Grafem <dj> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
66 Susi
Pudjiastuti Su>si> Bu>ji>astu>ti> E.110h.11
67 Bambang
Brodjonegoro Ba>mba>nj
Bu>ru>ju>ni>ju>ru> E.110h.11
68 Padjadjaran Ba>ja>ja>ra>n E.111h.22;
E.112h.23
69 Tedjo Edhy
Purdjianto Ti>ju> i>di>
Bu>rjiya>ntu> E.110h.11
Tabel 25. Grafem <j> dan <dj> Grafem < >
57
Pada tabel 25 menunjukkan bentuk representasi grafem <j> dan <dj> yang
dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [j] hanya dapat menduduki di posisi
awal dan tengah kata saja. Bunyi [j] tidak dapat menduduki di posisi akhir kata.
Seperti contoh dalam tabel 25, bahwa setiap bunyi fonem [ ] selalu diikuti vokal
panjang dalam bA (mad), baik di awal maupun tengah kata. Bunyi [j] yang diikuti
oleh bunyi mad [a:] terdapat pada kata ‘Jayabaya’ < >, ‘Jawa’ < >, dan
‘Rinjani’ < >. Adapun bunyi [j] yang diikuti oleh bunyi mad [u:] terdapat
pada contoh 63 ‘Jokowi’ < >.
Bunyi fonem [dj] memiliki perkembangan sejarah yang sama dengan
bunyi fonem [tj]. Penggunaan ejaan fonem konsonan [dj] dan [tj] dalam bI
diresmikan pada tahun 1947 (Kurniawan, 2010: 8). Penulisan grafem <dj> yang
berada di awal silabel tidak serta merta diikuti oleh fonem vokal panjang bA
(mad), seperti pada contoh 65 ‘Djangga’ < >. Adapun grafem <dj> yang
berada di tengah silabel selalu diikuti oleh fonem vokal panjang bA (mad). Bunyi
[j] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 66 ‘Pudjiastuti’ < >
dan contoh 69 ‘Purdjianto’ < >, bunyi [j] yang diikuti bunyi mad [u:]
terdapat pada contoh 67 ‘Brodjonegoro’ < >, dan bunyi [j] yang diikuti
bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 68 ‘Padjadjaran’ < >.
D. Representasi Grafem <d> Grafem < >
Grafem <d> dapat dilambangkan dengan grafem < >. Fonem / / adalah
konsonan apiko-alveolar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem /d/ adalah
konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Fonem /d/ dapat direpresentasikan
58
dengan bunyi [d] apabila berposisi di awal dan tengah silabel. Fonem /d/ juga
dapat direpresentasikan dengan bunyi [d] dan [t] apabila berposisi di akhir silabel
(Chaer, 2009: 79). Perubahan yang terjadi pada kasus bunyi [d] dan [t] tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan, Verhaar (2006: 85) menyebutnya dengan netralisasi.
Berikut adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <d> dengan grafem
< >.
Grafem <d> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
70 Diponegoro Di>bu>ni>ju>ru> E.108h.10
71 Dompu Du>mbu> E.106h.7;
E.111h.13, h.15
72 Denpasar Di>nba>sa>r E.111h.18
Grafem <d> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
73 Udayana U>da>ya>na> E. 111h.17
74 Medan Mi>da>n
E.106h.10;
E.110h.16;
E.112h.55
Grafem <d> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
75
Ubud ‘U>bu>d E.110h.17
Ubud Ubu>d E.110h.17
Tabel 26. Grafem <d> Grafem < >
Fonem / / dalam bI dapat digunakan untuk merepresentasikan bunyi [d]
apabila fonem / / berada di posisi awal dan tengah silabel. Pada tabel 26 tersebut
menunjukkan bahwa setiap fonem / / yang berada di posisi awal dan tengal silabel
selalu diikuti oleh vokal panjang (mad(. Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [a:]
terdapat pada contoh 73 ‘Udayana’ < > dan contoh 74 ‘Medan’ < >.
59
Bunyi [d] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada contoh 70 ‘Diponegoro’
< >. Bunyi vokal [e] dalam bA direpresentasikan dengan bunyi vokal [i:],
dapat dilihat pada contoh 72 ‘Denpasar’ < >. Bunyi [d] yang diikuti bunyi
mad [u:] terdapat pada contoh 71 ‘Dompu’ < >.
Fonem / / dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan bunyi [t] apabila
fonem / / berada di akhir silabel. Hal ini seperti yang terdapat pada contoh 75
‘Ubud’ < > diakhiri dengan fonem / / dan pelafalan katanya adalah [ubut].
Fonem / / dalam bA yang direpresentasikan dengan bunyi [d] di akhir kata pada
penelitian ini tidak ditemukan. Ihwal perubahan bunyi akhir fonem pada kata
‘Ubud’ termasuk bentuk netralisasi.
E. Representasi Grafem <dh> Grafem < >
Grafem <dh> merupakan fonem yang dimiliki oleh bI. Grafem <dh> dapat
direpresentasikan dengan grafem < >. Menurut Verhaar (2006: 48) fonem
konsonan /dh/ termasuk konsonan apiko-palatal, hambat, dan bersuara. Hadi
(2015: 77) menyebutkan bahwa fonem konsonan /dh/ bersifat nonempatik setelah
terserap ke bI. Penggunaan grafem <dh> ini ditemukan dalam nama diri orang
Indonesia. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan adanya representasi
grafem <dh> dengan grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <dh> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
76 Dewa Dharu Di>wa> Da>ru> E.109h.10
60
Grafem <dh> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
77
Susilo
Bambang
Yudhoyono
Su>si>lu> Ba>mba>nj
Yu>du>yu>nu>
E.108h.21, h.22;
E.110h.9;
E.112h.34
Tabel 27. Grafem <dh> Grafem < >
Pada tabel 27 menunjukkan bahwa representasi grafem <dh> yang
dilambangkan dengan grafem < >. Bunyi [dh] termasuk bunyi konsonan letupan.
Konsonan letupan fonem [dh] ini dihasilkan pada artikulasi antara ujung lidah
dan langit-langit keras (Verhaar, 2006: 34). Fonem / / yang berposisi di awal dan
tengah silabel sama-sama diikuti oleh huruf vokal dalam bA (mad). Bunyi [dh]
yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 76 ‘Dharu’ < >. Adapun
bunyi [dh] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 77 ‘Yudhoyono’
< >. Bunyi [u:] dalam bA digunakan sebagai bentuk representasi bunyi
vokal [o] dalam bI. Sebagaimana penggunaan fonem /dh/ pada kata ‘Dharu’ dan
‘Yudhoyono’ merupakan pengaruh bahasa asalnya, yaitu bahasa Jawa. Hal ini
menyebabkan sifat fonem /dh/ termasuk konsonan letupan.
F. Representasi Grafem <s> Grafem < >
Grafem <s> yang terdapat dalam majalah AI direpresentasikan dengan
grafem < >. Fonem /s/ memiliki sifat sebagai konsonan lamino-alveolar, frikatif,
dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif,
61
dan tidak bersuara. Berikut ini merupakan bentuk representasi grafem <s> dengan
grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <s> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
78 Sanur Sa>nu>r E.110h.17
79 Soeharto Su>ha>rtu> E.107h.28;
E.108h.9
80 Surabaya Su>ra>ba>ya>
E.110h.17,
h.36;
E.112h.40;
E.113h.29
Grafem <s> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
81 Makassar Maka>sa>r
E.107h.26;
E.108h.22;
E.109h.18
Grafem <s> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
82 Sunan Kudus Su>na>n Ku>du>s E.113h.18
83 Andalas Anda>la>s E.111h.8
Tabel 28. Grafem <s> Grafem < >
Pada tabel 28 menunjukkan bahwa grafem < > dapat ditemukan di semua
posisi, baik di awal, tengah, dan akhir silabel. Bunyi [s] yang diikuti bunyi mad
[a:] terdapat pada contoh 78 ‘Sanur’ < > dan 81 ‘Makassar’ < >. Bunyi
[s] yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 79 ‘Soeharto’ < > dan
62
80 ‘Surabaya’ < >. Grafem < > yang berada di akhir silabel terdapat pada
kata ‘Kudus’ < > dan ‘Andalas’ < >.
G. Representasi Grafem <s> Grafem < >
Grafem <s> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Pada majalah AI
ditemukan bahwa grafem <s> direpresentasikan dengan grafem < > pada posisi
awal silabel. Menurut Junanah (2010: 47) fonem / / berubah menjadi fonem /s/
karena daerah artikulasi keduanya sama-sama frikatif. Fonem konsonan / /
termasuk konsonan apiko-alveolar, frikatif, tidak bersuara, dan konsonan empatik
(Hadi, 2015: 74). Setelah terserap ke dalam bI, konsonan / / berubah menjadi
konsonan /s/ yang bersifat kebalikan dari konsonan / /. Konsonan empatik juga
sering disebut konsonan faringal (Chacra, 2007: 6). Berikut ini contoh yang
menunjukkan grafem <s> yang direpresentasikan dengan grafem < >.
Grafem <s> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
84 Solo Shu>lu> E.108h.22;
E.110h.13
Tabel 29. Grafem <s> Grafem < >
Pada tabel 29, penulisan grafem <s> direpresentasikan dengan grafem
< > dapat ditemukan di awal silabel. Penulisan grafem <s> yang
direpresentasikan dengan grafem < > pada contoh tersebut diikuti oleh vokal
panjang bA (mad). Bunyi vokal [o] dalam bI direpresentasikan dengan bunyi [u:]
dalam bA dan dilambangkan dengan fonem / /. Sebagai contoh seperti yang
terlihat pada kata 84 ‘Solo’ < >.
63
H. Representasi Grafem <t> Grafem < >
Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <t>. Pada
majalah AI ditemukan bahwa grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < > di
semua posisi. Fonem / / dalam bA termasuk fonem konsonan empatik, hambat,
pangkal gigi, dan tidak bersuara (Hadi, 2015: 77). Setelah terserap ke dalam bI,
fonem / / berubah menjadi fonem konsonan /t/ dengan sifat yang berkebalikan
dengan fonem / /. Konsonan empatik merupakan konsonan yang ditemukan
dalam bahasa-bahasa Semit yang bersifat apikal tetapi memiliki artikulasi
sekunder, sering terjadi di daerah faring (Carr, 2008: 49). Berikut ini contoh yang
menunjukkan grafem <t> direpresentasikan dengan grafem < >.
Grafem <t> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
85 Tokyo Thu>ki>yu> E.109h.20
Grafem <t> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
86 Sumatera Su>mathirah
E.107h.19;
E.108h.12;
E.110h.16, h.22
Grafem <t> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
87 Haryadi
Suyuti Ha>rya>di>
Su>yu>thi> E.113h.15
Tabel 30. Grafem <t> Grafem < >
Pada tabel 30 menunjukkan bahwa grafem <t> dapat direpresentasikan
dengan grafem < >. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kedekatan artikulasi
antara fonem /t/ dan fonem / /. Contoh 85 ‘Tokyo’, pada dasarnya grafem <t>
dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Akan tetapi, karena grafem <t>
64
tersebut terpengaruh oleh vokal setelahnya yaitu vokal /o/, maka konsonan yang
terdekat dengan konsonan tersebut adalah fonem / /. Hal ini menyebabkan
penulisan kata ‘Tokyo’ dalam bA ditulis menjadi < >. Bunyi fonem / / yang
diikuti bunyi vokal [e] yang direpresentasikan dengan vokal [i] terdapat pada
contoh 86 ‘Sumatera’ < >. Adapun bunyi fonem / / yang diikuti bunyi vokal
[i] terdapat pada contoh 87 ‘Suyuti’ < >.
I. Representasi Grafem <p> Grafem < >
Grafem < > ini dapat mewakili penggunaan grafem <p>. Hal ini
dikarenakan dalam bA tidak memiliki konsonan bunyi [p]. Fonem /p/ merupakan
fonem asli yang dimiliki bI (Hadi, 2015: 58). Fonem /p/ memiliki sifat sebagai
konsonan bilabial, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem / / termasuk
konsonan labio-dental, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk
representasi grafem <p> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam
majalah AI.
Grafem <p> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
88 Pontianak Fu>ntiya>nak E.113h.26
89 Praya Fra>ya> E.111h.19
Tabel 31. Grafem <p> Grafem < >
Tabel 31 menunjukkan bahwa grafem <p> dapat direpresentasikan dengan
grafem < > di posisi awal silabel. Pada kasus ini terjadi pergeseran konsonan /p/
menjadi fonem / / dalam bA (Zuvara, 2008: 57). Bergesernya konsonan tersebut
65
dikarenakan adanya kedekatan daerah artikulasi. Hal inilah yang menyebabkan
konsonan hambat bilabial /p/ bergeser menjadi / / konsonan frikatif labio-dental.
Sebagai contoh yaitu pada ‘Pontianak’ dalam bA ditulis menjadi < > dan
‘Praya’ ditulis menjadi < >.
J. Representasi Grafem <k> Grafem < >
Grafem <k> dapat direalisaikan dengan fonem / /. Grafem <k>
merupakan konsonan dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Adapun fonem / /
memiliki sifat dorso-uvular, hambat, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah bentuk
representasi grafem <k> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam
majalah AI.
Grafem <k> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
90 Afrika Afri>qiya> E.106h.10
91 Edi Marzuki
Nalapraya I>di> Marzu>qi>
Na>la>bra>ya> E.112h.25
Grafem <k> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
92 Pondok
Indah Mall Funduq Indah
Mu>l E.112h.21
Tabel 32. Grafem <k> Grafem < >
Tabel 32 menunjukkan bahwa grafem <k> dapat direpresentasikan dengan
grafem < >. Penulisan grafem <k> dengan grafem < > dalam bA dapat
66
ditemukan dalam penulisan nama diri dan nama tempat. Fonem / / yang telah
diserap ke dalam bI berubah menjadi fonem /k/ menimbulkan terjadinya variasi
pengucapan dan penulisan (Hadi, 2015: 85). Penggunaan fonem ini dapat
ditemukan pada posisi tengah dan akhir silabel. Penggunaan fonem / / dalam
merepresentasikan grafem <k> pada contoh 90 ‘Afrika’ < > dipengaruhi oleh
lingkungan bahasa Inggris. Kata ‘Afrika’ dalam bahasa Inggris ditulis Africa.
Sementara itu, fonem / / yang terdapat pada contoh 92 ‘Pondok’ merupakan
pengaruh dari bahasa Arab sehingga ditulis menjadi Funduqun. Adapun kata
funduqun dalam bahasa Indonesia berarti pondok atau hotel (Baalbaki, Munir dan
Rohi Baalbaki , 2006: 695).
67
BAB IV
ALIH AKSARA BUNYI KONSONAN BERBEDA
A. Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab yang Berbeda
Kategori bunyi konsonan selanjutnya yaitu konsonan yang memiliki titik
artikulasi berbeda. Titik artikulasi yang dimiliki konsonan bI tentunya tidak sama
atau tidak sepadan dengan konsonan yang dimiliki bA. Perbedaan titik artikulasi
tersebut dikarenakan karakteristik kedua sifat bahasa yang berbeda. Bahasa
Indonesia memiliki jumlah konsonan yang lebih sedikit dari pada bA. Terlebih
lagi, dalam bI terdapat beberapa konsonan khas yang dalam bA tidak ditemukan
bunyi konsonan tersebut. Berikut ini pemaparan analisis bunyi konsonan bI dan
bA yang berbeda titik artikulasinya dalam majalah AI.
Perbedaan titik artikulasi fonem konsonan bI dan bA terlihat mencolok
manakala digunakan dalam sebuah kosakata. Titik artikulasi pada bunyi konsonan
menjadi penentu utama dalam hal perbedaan antara konsonan bI dan bA.
Penggunaan fonem konsonan bA dalam merepresentasikan konsonan bI juga
dapat mengakibatkan perubahan bunyi fonem konsonan menjadi bunyi fonem
vokal. Bentuk pengalihaksaraan bunyi konsonan berbeda yang ditemukan dalam
penelitian ini ada empat (4), yaitu <th> < >, <ch> < >, <a> < >, dan
<ch> < >. Perbedaan konsonan-konsonan tersebut akan diuraikan lebih rinci
pada pembahasan berikut ini.
68
1. Representasi Grafem <th> Grafem < >
Pada majalah AI ditemukan adanya penggunaan grafem <th> dengan
grafem < >. Fonem / / termasuk konsonan apiko-alveolar, hambat, dan tidak
bersuara. Menurut Verhaar (2006: 70) fonem [t] dan [th] disebut alofon-alofon
dari fonem /t/. Perbedaan alofonemis yang terjadi pada fonem /t/ dipengaruhi
oleh lingkungan alofon tersebut. Berikut ini adalah bentuk representasi grafem
<th> yang dilambangkan menjadi grafem < > dalam majalah AI.
Grafem <th> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
93 Thamrin Ta>mri>n E.108h.10;
E.112h.15, h.13
94 Thailand Ta>ila>nd E.113h.9
Grafem <th> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
95 Artha Gading
Mall Arta> Ja>di>nj Mu>l E.112h.21
Tabel 33. Grafem <th> Grafem < >
Pada tabel 33 menunjukkan adanya representasi grafem <th> yang
dilambangkan dengan grafem < >. Berdasarkan pengaruh lingkungan yang
terjadi pada fonem /t/, bunyi [t] di awal kata yang diikuti vokal pelafalannya
seperti mengandung bunyi /h/, sehingga pelafalan bunyinya menjadi [th]. Hal
itu seperti yang terlihat pada contoh 93 ‘Thamrin’ < > dan contoh 94
‘Thailand’ < >. Sementara itu, fonem /t/ yang tidak di awal kata
pelafalannya menjadi bunyi [t], seperti pada contoh 95 ‘Artha’ < >.
69
2. Representasi Grafem <ch> Grafem < >
Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>.
Grafem <ch> yang dimaksudkan pada pembahasan ini bukan konsonan bA
asli. Representasi grafem <ch> dengan grafem < > biasanya disesuaikan
dengan cara pelafalan kosakata tersebut. Penggunaan grafem < > ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Grafem <ch> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
96 Andrinof
Chaniago Anadiri>nu>fu
Sya>niya>ghu> E.110h.11, h.22
Tabel 34. Grafem <ch> Grafem < >
Pada tabel 34 menunjukkan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan
dengan grafem < > hanya berposisi di awal silabel. Fonem / / dalam contoh
tersebut diikuti oleh bunyi vokal panjang bA (mad). Penulisan fonem /ch/
dengan / / disesuaikan pada pelafalan kosakata tersebut. Menurut Gazali
(2014b) huruf / / memiliki kedekatan fonetis dengan fonem /c/. Fonem / /
tersebut merupakan bunyi dari langit-langit keras dengan sifat geseran tidak
bersuara (Ryding, 2005: 14). Penggunaan fonem / / dalam melambangkan
grafem <ch> ini dipengaruhi oleh fonem /c/ dalam bahasa Inggris. Bahasa
Inggris melafalkan bunyi /c/ dengan [si:]. Representasi fonem /c/ dalam bahasa
Inggris kuno dilambangkan dengan /ch/ (Wikipedia.org, 18 Mei 2016).
70
3. Representasi Grafem <a> Grafem < >
Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <a>.
Fonem / / ini bersifat faringal, frikatif, dan bersuara. Pada ihwal ini terjadi
perubahan status dari fonem konsonan / / berubah menjadi fonem vokal /a/.
Penyesuaian fonem vokal ke fonem konsonan dalam bA terjadi karena
disesuaikan dengan pengucapan orang Arab (Zuvara, 2008: 88). Berikut adalah
contoh yang menunjukkan representasi grafem <a> dengan grafem < > dalam
majalah AI.
Grafem <a> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
97 Pagar Alam Ba>ja>r ‘A>lam E.108h.12
Tabel 35. Grafem <a> Grafem < >
Tabel 35 menunjukkan adanya kasus penulisan grafem <a> yang
direpresentasikan dengan grafem < >. Contoh 97 merupakan bentuk proper
name yang berupa kosakata sebuah tempat. Penulisan kata ‘Alam’ dalam bA
diwujudkan dengan menggunakan fonem / /, bukan menggunakan huruf alif
sehingga kata ‘Alam ‘ dalam bA ditulis menjadi < >.
4. Representasi Grafem <ch> Grafem < >
Grafem < > dapat digunakan untuk merepresentasikan grafem <ch>.
Pada majalah AI ditemukan bahwa grafem <ch> yang direpresentasikan dengan
grafem < > pada posisi awal silabel. Berikut ini contoh yang menunjukkan
grafem <ch> direpresentasikan dengan grafem < >.
71
Grafem <ch> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
98 Yuddy
Chrisnandi Yu>di> Kri>sna>dzi> E.110h.11
Tabel 36. Grafem <ch> Grafem < >
Tabel 36 menunjukkan bahwa grafem <ch> dapat direpresentasikan
dengan grafem < >. Penggunaan fonem / / ini dikarenakan pelafalan fonem
/ch/ mirip dengan fonem / /. Hal ini menyebabkan grafem <ch> pada contoh
98 ‘Chrisnandi’ dalam bA ditulis dengan fonem < > menjadi < >.
Grafem <ch> ini jarang ditemukan dalam penggunaan kosakata asli bI.
B. Konsonan Bahasa Indonesia yang Tidak Dimiliki Bahasa Arab
Jumlah huruf konsonan dalam bI lebih sedikit daripada konsonan dalam
bA. Bahasa Indonesia memiliki dua puluh dua fonem konsonan. Sementara itu,
jumlah fonem konsonan dalam bA ada dua puluh delapan (Chacra, 2007: 1).
Bahasa Indonesia memiliki beberapa konsonan yang tidak dimiliki oleh bA.
Konsonan-konsonan tersebut di antaranya adalah grafem <c>, <g>, <ng>, dan
<ny>. Grafem-grafem yang dimiliki bI tersebut akan diuraikan lebih lanjut
pada pembahasan berikut ini.
1. Grafem <c>
Grafem <c> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk
merepresentasikan dalam bA, grafem <c> dapat diwakili dengan beberapa
72
huruf konsonan dalam bA. Huruf-huruf bA tersebut di antaranya seperti grafem
< >, < >, < >, dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan
tersebut.
a. Representasi Grafem <c> Grafem < >
Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/
dalam bI memiliki karakteristik sebagai konsonan medio-palatal, hambat,
dan tidak bersuara. Adapun fonem konsonan / / termasuk konsonan apiko-
dental, frikatif, dan bersuara. Kedua fonem tersebut memiliki perbedaan
karakteristik yang sangat mencolok. Berikut ini adalah contoh yang
menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >.
Grafem <c> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
99 Pecatu Bi>tsa>tu> E.111h.11
Tabel 37. Grafem <c> Grafem < >
Pada tabel 37 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat
direpresentasikan dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > ini hanya
ditemukan dalam posisi di tengah silabel. Penulisan grafem <c> dengan
grafem < > pada contoh 99 ‘Pecatu’ < > merupakan pengaruh dari
bahasa Bali. Bunyi /ca/ dalam penulisan aksara Bali digunakan untuk
melambangkan bunyi /c/ dan /t∫/ (Wikipedia.com, 10 Mei 2016).
b. Representasi Grafem <c> Grafem < >
Grafem <c> dapat direpresentasikan dengan grafem < >. Fonem /c/
dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan tidak bersuara.
73
Adapun fonem konsonan / / dalam bA termasuk konsonan apiko-alveolar,
frikatif, dan tidak bersuara. Kedua fonem tersebut sama-sama sebagai
konsonan tidak bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan
representasi grafem <c> dengan grafem < >.
Grafem <c> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
100 Cisarua Si>sarwa> E.113h.52
Tabel 38. Grafem <c> Grafem < >
Pada tabel 38 menunjukkan bahwa grafem <c> dapat
direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan
grafem < > pada kata ‘Cisarua’ < > dipengaruhi oleh bahasa Sunda.
Cisarua merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan Jawa Barat.
Berdasarkan tabel 38, representasi grafem <c> dengan grafem < > hanya
ditemukan di posisi awal silabel.
c. Representasi Grafem <c> Grafem < >
Grafem <c> dalam bA juga dapat direpresentasikan dengan grafem
< >. Fonem /c/ dalam bI merupakan konsonan medio-palatal, hambat, dan
tidak bersuara. Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan
konsonan apiko-palatal, frikatif, dan tidak bersuara. Berikut ini adalah
contoh yang menunjukkan representasi grafem <c> dengan grafem < >
pada majalah AI.
74
Grafem <c> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
101 Cibubur Syi>bu>bu>r E.110h.9
102 Cianjur Syi>anju>r E.109h.11, h.15
Grafem <c> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
103 Ancol Ansyu>l
E.112h.12, h.13,
h.21;
E.113h.56
104 Puncak Bu>nsya>k E.110h.17, h.56
105 Kerinci Kiri>nsyi> E.109h.12, h.14
Tabel 39. Grafem <c> Grafem < >
Pada tabel 39 menunjukkan bahwa grafem <c> dalam bA dapat
direpresentasikan dengan grafem < >. Penulisan grafem <c> dengan
grafem < > dapat ditemukan di posisi awal dan akhir silabel. Adanya
representasi fonem /c/ dalam bA pada kasus ini disebabkan oleh cara
pelafalan kosakata tersebut (Ridwan, Muhammad dan Haryati, 2015: 145).
Pelafalan fonem /c/ cenderung dipengaruhi oleh fonetis bahasa Inggris yang
terdengar dengan bunyi [si] (Gazali, 2014b). Hal ini menjadikan
representasi grafem <c> pada kasus ini diwakili dengan fonem / /.
Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [a:] terdapat pada contoh 104
‘Puncak’ < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [u:] terdapat pada contoh 103
‘Ancol’ < >. Bunyi [c] yang diikuti bunyi mad [i:] terdapat pada kata
‘Cibubur’ < >, ‘Cianjur’ < >, dan ‘Kerinci’ < >.
75
d. Representasi Grafem <c> Grafem < >
Grafem <c> dalam bA juga direpresentasikan dengan grafem < >.
Menurut Gazali (2014b) silabel / / terdiri dari fonem / / dan / / yang
secara umum untuk mentransliterasikan silabel /ch/ bukan /c/ tunggal.
Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem <c>
dengan grafem < >.
Grafem <c> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
106 Cengkareng Tsyi>nka>ri>nj E.108h.8
107 Cirebon Tsyi>ri>bu>n E.109h.19
108 Carangsari Tsya>ranjsa>ri> E.111h.11
Grafem <c> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
109 Aceh
Atsyi>h E.111h.9
Atsyi>h E.111h.9
A>tsyi>h E.111h.9
Grafem <c> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
110 Kerinci Ki>ri>ntsya> E.109h.13
Tabel 40. Grafem <c> Grafem < >
Tabel 40 menunjukkan bentuk representasi grafem <c> dengan
grafem < >. Penelitian ini menemukan adanya grafem < > yang berada
di semua posisi, baik awal, tengah, maupun akhir silabel. Penggunaan
grafem < > pada kasus ini disesuaikan dengan bahasa asalnya. Hal itu
76
terlihat pada contoh 109 ‘Aceh’ < > dan contoh 110 ‘Kerinci’
< >. Kata ‘Aceh’ berasal dari bahasa Persia dan dieja ‘Achei’
(Rosmanuddin, 2015). Adapun kata ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil,
yaitu ‘Kurintji’ yang berarti bunga kurinji (anak-qinchi.blogspot.com, 11
Mei 2016). Hal ini menjadikan penulisan grafem <c> dalam bA
direpresentasikan dengan grafem < >. Bunyi [c] yang diikuti mad [i:]
terdapat pada contoh 106 ‘Cengkareng’ < > dan contoh 107
‘Cirebon’ < >. Adapun bunyi [c] yang diikuti mad [a:] terdapat pada
contoh 108 ‘Carangsari’ < >.
2. Grafem <g>
Grafem <g> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA. Untuk
merepresentasikan dalam bA, grafem <g> dapat diwakili dengan grafem < >
dan < >. Berikut adalah uraian masing-masing konsonan tersebut.
a. Representasi Grafem <g> Grafem < >
Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >.
Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-
velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan apiko-
palatal, afrikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan
representasi grafem <g> dengan grafem < >.
77
Grafem <g> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
111 Garut Ja>ru>t E.106h.12, h.24;
E.110h.62
112 Gambir Ja>mbi>r E.108h.9
113 Gresik Jri>si>k E.108h.33
Grafem <g> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
114 Bogor Bu>ju>r
E.107h.14;
E.109h.15;
E.110h.17
115 Legian Li>jiya>n E.110h.17;
E.111h.10
116 Legon Li>ju>n E.109h.10
Grafem <g> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
117 Salatiga Sa>la>ti>ja> E.106h.57
118 Berastagi Bira>sta>ji> E.106h.11
Bira>sta>ja> E.110h.16
Tabel 41. Grafem <g> Grafem < >
Tabel 41 menunjukkan bahwa grafem <g> dapat direpresentasikan
dengan grafem < >. Penggunaan grafem < > pada kasus ini ditemukan di
semua posisi dalam suatu kosakata. Penggunaan fonem / / dalam
merepresentasikan grafem <g> dipengaruhi oleh penggunaan dialek (Gazali,
2014a). Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /ga/ apabila setelah
fonem / / diikuti huruf mad alif / / /a:/ seperti pada kata ‘Salatiga’
< >, ‘Garut’ < >, dan ‘Gambir’ < >. Fonem / / dapat
78
dilafalkan menjadi bunyi /gi/ apabila setelah fonem / / diikuti huruf / / /i:/
seperti pada contoh 115 ‘Legian’ < > dan contoh 118 ‘Berastagi’
< >. Fonem / / dapat dilafalkan menjadi bunyi /gu/ apabila setelah
fonem / / diikuti huruf / / seperti pada contoh 114 ‘Bogor’ < > dan
contoh 116 ‘Legon’ < >. Adapun contoh bunyi [g] di awal silabel
terdapat pada kata ‘Gresik’ < >.
b. Representasi Grafem <g> Grafem < >
Grafem <g> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem < >.
Fonem /g/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-
velar, hambat, dan bersuara. Adapun fonem / / merupakan konsonan dorso-
velar, frikatif, dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan
representasi grafem <g> dengan grafem < >.
Grafem <g> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
119 Gili Air Ghi>li> A>ir E.107h.6
120 Gamelan Gha>mi>la>n E.109h.10
Grafem <g> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
121 Bogor Bu>ghu>r
E.110h.56;
E.112h.34, h.50;
E.113h.52
122 Agung
Nugroho
Aju>nj
Nu>ghru>hu> E.109h.30
Tabel 42. Grafem <g> Grafem < >
Tabel 42 menunjukkan bentuk representasi grafem <g> menjadi
grafem < >. Titik artikulasi kedua fonem ini sama-sama dorso-velar.
79
Menurut Junanah (2010: 85) fonem /g/ memiliki alofon [gh] apabila
berposisi di awal dan tengah silabel yang diikuti vokal. Adanya alofon [gh]
tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Jawa. Sebagai contoh yaitu pada
contoh 120 ‘Gamelan’ < > dan contoh 121 ‘Bogor’ < >. Pelafalan
bunyi /ga/ dalam bahasa Jawa termasuk bunyi /ga/ tebal sehingga pelafalan
vokal /a/ seperti berbunyi vokal /o/. Fonem / / diikuti bunyi mad [i:]
terdapat pada contoh 119 ‘Gili’ < >. Bunyi fonem /g/ pada contoh 112
‘Nugroho’ dilafalkan tebal sehingga dalam bA ditulis menjadi < >.
3. Grafem <ng>
Grafem <ng> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA.
Untuk merepresentasikan dalam bA, grafem <ng> dapat diwakili dengan
beberapa grafem bA. Grafem tersebut adalah < >, < >, < >, dan < >.
Berikut adalah uraian masing-masing konsonan bA tersebut.
a. Representasi Grafem <ng> Grafem < >
Grafem <ng> termasuk konsonan nasal (sengau). Fonem /ŋ/ dalam
bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan
bersuara. Adapun konsonan / / merupakan konsonan dorso-velar, frikatif,
dan bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi
grafem <ng> dengan grafem < >.
80
Grafem <ng> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
123 Walisongo Wa>li>su>ghu> E.112h.10, h.27
124 Kadilangu Ka>di>la>ghu> E.113h.18
Tabel 43. Grafem <ng> Grafem < >
Penggunaan grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng>
didasari adanya kesamaan titik artikulasi kedua fonem tersebut. Kedua
fonem ini sama-sama konsonan dorso-velar. Pada tabel 43 menunjukkan
adanya representasi grafem <ng> dengan grafem < > ditemukan di posisi
akhir silabel. Contoh 123 ‘Walisongo’ < > dan contoh 124
‘Kadilangu’ < > merupakan kosakata yang berasal dari kawasan Jawa
Tengah. Penulisan grafem <ng> yang terdiri dari grafem <n> dan <g>
dalam bA diwakili dengan grafem < > ini dimaksudkan untuk
mempermudah penulisannya dalam teks Arab. Hal ini mengingat bahwa
grafem <ng> secara fonetis dilambangkan dengan /ŋ/ sehingga penulisannya
dalam bA dapat diwakili dengan satu fonem yaitu fonem / /.
b. Representasi Grafem <ng> Grafem < >
Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan
dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /.
Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal,
dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan apiko-palatal, afrikatif, dan
bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem
<ng> dengan grafem < >.
81
Grafem <ng> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
125 Ngurah Rai Nju>ra>h Ra>i E.111h.11
Grafem <ng> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
126 Manggar Ma>njja>ru E.107h.10, h.11
Grafem <ng> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
127 Belitung Bili>tu>nj E.107h.10
Bi>li>tu>nj E.107h.11
128 Semarang Sima>ranj E.113h.8, h.24
Sima>ra>nj E.113h.15, h.27
Grafem <ng> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
129 Katang Ka>ta>nj E.109h.9
Tabel 44. Grafem <ng> Grafem < >
Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng>
ditemukan di semua posisi silabel. Menurut Zuvara (2008: 63) grafem <ng>
dan < > memiliki kedekatan dalam hal artikulasi, yaitu nasal (sengau).
Sifat sengau ini lebih cenderung karena pengaruh sifat fonem / /. Pemilihan
grafem < > untuk merepresentasikan grafem <ng> merupakan bentuk
umum pengalihaksaraan dalam bA. Hal ini dapat dilihat pada tabel 44,
grafem <ng> digunakan di awal, tengah, dan akhir silabel. Hal tersebut
tentunya berbeda dengan bentuk representasi fonem /ŋ/ lainnya yang hanya
ditemukan di sebagian posisi silabel saja.
82
Fonem /ŋ/ yang berada di awal silabel pada contoh 125 diikuti oleh
mad /u:/ untuk merepresentasikan contoh 125 ‘Ngurah’ sehingga dalam bA
ditulis menjadi Nju>ra>h < >. Fonem /ŋ/ yang berada di posisi tengah
silabel pada tabel 44 yaitu contoh 126 ‘Manggar’ < >. Pada kata
‘Manggar’, grafem < > dan grafem < > ditulis berdampingan sesuai
bahasa aslinya. Hanya saja, pada grafem < > tidak diikuti bunyi mad yang
menandakan bunyi vokal. Adapun fonem / / diikuti bunyi mad [a:] sebagai
bunyi vokal [a]. Grafem < > yang berada di posisi di akhir silabel tidak
mengalami kendala, karena grafem <ng> selalu direpresentasikan dengan
< > seperti kata ‘Belitung’ < >, ‘Semarang’ < >, dan ‘Katang’
< >.
c. Representasi Grafem <ng> Grafem < >
Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan
dorso-velar, nasal, dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /.
Fonem / / memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal,
dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan dorso-velar, frikatif, dan
bersuara. Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan representasi grafem
<ng> dengan grafem < >.
Grafem <ng> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
130 Hong Kong Hu>ngh Ku>ngh E.108h.27;
E.109h.17
131 Minangkabau Mi>na>nghka>bu> E.107h.3
83
Grafem <ng> di Akhir Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
132 Serang Si>ra>ngh E.112h.9
Tabel 45. Grafem <ng> Grafem < >
Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> dalam
bA dapat ditemukan di posisi tengah dan akhir silabel. Penggabungan huruf
/ / dan / / menjadi fonem / / jika dilihat berdasarkan karakteristik fonem
konsonan tersebut, maka fonem / / memiliki kemiripan sifat dengan fonem
/ŋ/ dalam bI. Berdasarkan tabel 45 fonem / / yang berposisi di tengah
silabel selalu diikuti oleh fonem konsonan. Sebagai contoh yaitu contoh 130
‘Hong Kong’ < > dan contoh 131 ‘Minangkabau’ < >. Pada
contoh 130 dan contoh 131 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
penghilangan huruf konsonan setelah direpresentasikan ke bA. Fonem / /
yang berposisi di akhir silabel seperti pada contoh 132 ‘Serang’ < >
tidak mengalami kendala.
d. Representasi Grafem <ng> Grafem < >
Grafem <ng> dalam bA dapat direpresentasikan menggunakan
grafem < >. Fonem /ŋ/ memiliki sifat sebagai konsonan dorso-velar, nasal,
dan bersuara. Fonem / / terdiri dari fonem / / dan / /. Fonem / / termasuk
konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Fonem / / termasuk konsonan
dorso-velar, hambat, dan tidak bersuara. Penggunaan grafem < > sebagai
representasi grafem <ng> dapat ditemukan dalam majalah AI. Berikut ini
contoh penggunaan grafem < > sebagai lambang dari grafem <ng>.
84
Grafem <ng> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
133 Sengkol Si>nku>l E.107h.7
134 Lengkuas Li>nkuwa>s E.107h.10,
h.11
135 Minangkabau Mi>na>nka>bu>
E.107h.13,
h.18;
E.109h.23;
E.110h.16
136 Sangkuriang Sa>nku>riya>nj E.109h.16
Tabel 46. Grafem <ng> Grafem < >
Penggunaan grafem < > sebagai representasi grafem <ng> hanya
ditemukan di posisi tengah silabel. Grafem < > sesuai tabel 46
dipengaruhi oleh huruf konsonan setelahnya. Kosakata dalam tabel 46
menunjukkan bahwa setelah fonem /ŋ/ selalu diikuti oleh fonem konsonan
/k/. Hal ini menyebabkan penulisan grafem <ng> dalam bA
direpresentasikan seperti bacaan tajwid bunyi ikhfa’. Pada bunyi ikhfa’
terjadi karena adanya huruf / / bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’ yaitu
huruf / / sehingga pada kasus grafem <ng> ditulis menjadi grafem < >.
Penulisan kosakata pada tabel 46 tersebut disesuaikan juga dengan
cara pelafalannya, yaitu menggunakan hukum bacaan ikhfa’. Ihwal
penulisan grafem < > seperti bunyi bacaan ikhfa’ yang merepresentasikan
grafem <ng> pada kasus ini sesuai dengan perubahan bunyi Crowley, yakni
asimilasi. Menurut Kridalaksana (2008: 20) asimilasi adalah perubahan
bunyi yang mengakibatkan bunyi lain di dekatnya menjadi mirip atau sama.
Contoh asimiliasi terdapat pada kata ‘Sengkol’ < >, ‘Lengkuas’
< >, ‘Minangkabau’ < >, dan ‘Sangkuriang’ < >. Pada
85
contoh-contoh tersebut bunyi /ŋ/ direpresentasikan dengan fonem / /
karena dipengaruhi huruf konsonan /k/ setelahnya sehingga fonem / /
dapat digunakan untuk mewakili palafalan fonem /ŋ/ dan /k/ dalam satu
kosakata.
e. Representasi Grafem <ng> dengan Cara Geminasi
Bentuk pengalihaksaraan grafem <ng> dalam bA dapat dilakukan
dengan cara geminasi. Geminasi menurut Al-Khuli (1982: 103) merupakan
bentuk penggabungan dua huruf konsonan yang sama menjadi satu huruf.
Abbas et al. (2011: 5) juga berpendapat sama seperti Al-Khuli bahwa
geminasi dapat terjadi pada suatu deret konsonan. Geminasi pada konsonan
Arab tidak ditulis dengan huruf rangkap tetapi ditulis dengan diakritik
berupa tasydid (Kharusi, Nafla S. dan Amel Salman, 2011: 18).
Representasi bunyi fonem /ŋ/ dengan cara geminasi ditemukan pada majalah
AI dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini.
Grafem <ng> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
137 Hinggi Hi>nji> E.106h.8
138 Inggrid
Kansil Injri>d Ka>nsi>l E.112h.40
139 Senggigi Singhi>ji> E.107h.8
140 Nanggu Na>nghu> E.111h.14
Tabel 47. Grafem <ng> dengan Cara Geminasi
Bentuk representasi grafem <ng> dengan cara geminasi dapat terjadi
pada grafem <ng> yang diikuti grafem <g> setelahnya. Grafem <ng> yang
86
direpresentasikan dalam bA seperti pada tabel 47 menunjukkan bahwa
grafem <ng> tetap direpresentasikan seperti grafem <ng> dalam bI. Namun,
representasi grafem <g> dalam bA yang mengikuti grafem <ng> pada tabel
47 tidak ditulis kembali. Hal inilah yang menjadikan adanya geminasi pada
deret konsonan /ŋg/. Seperti yang terlihat pada kata ‘Hinggi’ < >,
‘Inggrid’ < >, ‘Senggigi’ < >, dan ‘Nanggu’ < >. Semua contoh
tersebut dalam bahasa Arab ditunjukkan dengan cara geminasi, yaitu
penggabungan grafem <g> menjadi grafem <ng>.
4. Grafem <ny>
a. Representasi Grafem <ny> Grafem < >
Grafem <ny> merupakan salah satu fonem yang tidak dimiliki bA.
Grafem <ny> dalam bA diwakili dengan menggunakan grafem < >. Fonem
/ñ/ dalam bI termasuk konsonan medio-palatal, nasal, dan bersuara. Fonem
/ / terdiri dari konsonan / / dan / /. Fonem / / merupakan konsonan apiko-
alveolar, nasal, dan bersuara. Adapun fonem / / adalah dorso-velar,
semivokal, dan bersuara. Penggunaan fonem /ñ/ jarang ditemukan dalam bA
(Ridwan, Muhammad dan Haryati, 2015: 146). Berikut ini contoh grafem
<ny> yang direpresentasikan dengan grafem < > dalam majalah AI.
87
Grafem <ny> di Awal Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
141 Nyale Nya>li> E.106h.7
142 Nyamplungan
Nya<mbu>lu>nja>n E.109h.9
Nya<bu>lu>nja>n E.109h.9
143 Nyelanding Nyla>ndi>nj E.110h.19
Grafem <ny> di Tengah Silabel
No. bI bA Transliterasi Sumber
144 Lunyuk Lu>nyu>k E.106h.8
145 Seminyak Si>mi>nya>k E.110h.17
146 Anyar Anya>r E.112h.9
147 Anyer Anyir E.112h.9
Tabel 48. Grafem <ny> Grafem < >
Representasi grafem <ny> dalam bA dengan grafem < > hanya
dapat ditemukan di awal dan tengah silabel. Penggunaan grafem < > dalam
merepresentasikan grafem <ny> berdasarkan tabel 48 merupakan bentuk
penyesuaian dengan fonem asal dari bunyi /ñ/. Fonem /ñ/ merupakan
dwihuruf yang terdiri dari fonem /n/ dan /y/. Fonem /ñ/ dalam bA
dilambangkan dengan dua huruf konsonan yaitu fonem / / dan fonem / /
yang ditulis menjadi grafem < >.
Grafem < > yang diikuti bunyi mad [a:] di awal silabel terdapat
pada kata ‘Nyale’ < >, ‘Nyamplungan’ < >, dan ‘Nyelanding’
< >. Adapun grafem < > yang diikuti bunyi mad [a:] di tengah silabel
88
terdapat pada contoh 145 ‘Seminyak’ < > dan contoh 146 ‘Anyar’
< >. Grafem < > yang diikuti bunyi mad [u:] terdapat pada contoh 144
‘Lunyuk’ < >
89
BAB V
ALIH AKSARA GUGUS DAN DERET KONSONAN
A. Alih Aksara Gugus Konsonan
Gugus fonem dalam bI ditandai dengan adanya dua huruf fonem
yang berbeda dalam satu silabel atau suku kata (Chaer, 2009: 83). Akan
tetapi, dalam bA tidak mengenal adanya gugus konsonan. Hal ini
dikarenakan fonem konsonan bA selalu diikuti dengan bunyi vokal
(harakat). Namun, pada penelitian ini ditemukan adanya representasi
gugus konsonan bI yang direpresentasikan dalam bA. Penulisan gugus
konsonan bA ini disesuaikan dengan cara pengucapan pada kosakata bI.
Berikut ini merupakan bentuk representasi gugus konsonan dari fonem-
fonem bI ke bA yang terdapat dalam majalah AI.
Gugus Konsonan /br/
No. bI bA Transliterasi Sumber
148 Bromo Bru>mu> E.110h.17
Gugus Konsonan /pr/
No. bI bA Transliterasi Sumber
149 Pratikno Ba>ra>ti>knu> E.110h.11
150 Priyono Briyu>nu> E.113h.26
Gugus Konsonan /pl/
No. bI bA Transliterasi Sumber
151 Pluit Blu>it E.112h.60
90
Gugus Konsonan /tr/
No. bI bA Transliterasi Sumber
152 Trawangan
Tra>wa>nja>n E.107h.7
Trawa>ngha>n E.107h.6
153 Tri Rismaharini Tri>
Ri>sma>ha>ri>ni> E.112h.40
Gugus Konsonan /dr/
No. bA bI Transliterasi Sumber
154 Sunan Drajat Su>na>n Dra>ja>t E.113h.18
155
Indroyono
Soesilo
Indru>yu>nu>
Su>si>lu> E.110h.11
Gugus Konsonan /sr/
No. bI bA Transliterasi Sumber
156 Sriwijaya Sri>wi>ja>ya> E.107h.11
Gugus Konsonan /mr/
No. bI bA Transliterasi Sumber
157 Mrican Mri>tsya>n E.109h.9
Tabel 49. Alih Aksara Gugus Konsonan
Pada tabel 49 menunjukkan adanya beberapa kasus alih aksara gugus
konsonan dalam bA. Penulisan gugus konsonan dalam bA ditentukan
berdasarkan pola suku kata (silabel). Menurut Holes (2004: 49-50) pola suku
kata dalam bA terbagi menjadi dua, yaitu (1) silabe terbuka: Cv atau Cv: dan
(2) silabel tertutup: CvC, Cv:C, CvCC, dan Cv:CC. Adapun pola suku kata bI
91
ada sebelas, yakni (1) V, (2) VK, (3) KV, (4) KVK, (5) KVKK, (6) KVKKK,
(7) KKV, (8) KKVK, (9) KKKV, (10) KKKVK, (11) KKVKK (Hadi, 2015:
30).
Gugus konsonan pada tabel 49 secara ortografis direpresentasikan
dengan pola KKV:. Pola KKV: tersebut tidak terdapat dalam pola suku kata
bA, melainkan salah satu pola suku kata dalam bI. Pola silabel dalam tabel 49
sebagian besar berasal dari bahasa asing. Hal ini dikarenakan pola silabel pada
contoh tersebut sebagian besar berpola KKV, yakni dua buah konsonan
beruntun. Menurut Chaer (2009: 59) untuk mengubah ke pola silabel asli bI
maka pada pola KKV tersebut harus disisipi bunyi [∂]. Sebagai contoh, kata
149 [Pratikno] menjadi [P∂ratikno]. Seperti yang diketahui bahwa pola silabel
dalam bA selalu menghadirkan bunyi vokal (harakat). Hal ini dapat dilihat
ketika melafalkan kosakata bA. Gugus konsonan berdasarkan tabel 49 hanya
ditemukan di awal dan tengah silabel. Pada penelitian ini ditemukan penulisan
gugus fonem bA yang ditulis dengan pola suku kata KKV: seperti pola suku
kata dalam bahasa asalnya yaitu bahasa Indonesia.
Gugus konsonan yang ditemukan dalam majalah AI sebagian besar
merupakan gugus konsonan dengan perpaduan fonem /r/ dan /l/ di posisi
konsonan kedua. Kedua konsonan ini merupakan konsonan yang bersifat
apiko-alveolar bersuara. Pengartikulasian dengan apiko-alveolar ini dilakukan
dengan cara ujung lidah menyentuh bagian gusi atas. Pengucapan fonem /r/ dan
/l/ ini merupakan bentuk pengucapan bunyi tersulit yang dilakukan oleh anak
kecil ketika sedang belajar berbicara.
92
Gugus konsonan bA yang ditemukan dalam majalah AI hanya
merupakan bentuk pengalihan gugus konsonan bI ke dalam aksara Arab. Pada
pengalihaksaraan latin ke Arab hanya ditulis biasa tanpa diberi diakritik
khusus. Padahal sifat aksara latin (bI) dengan aksara Arab (huruf hijaiyah)
memiliki perbedaan dalam tata cara menulis. Perbedaan mencolok yang terlihat
yaitu huruf hijaiyah selalu ditulis dari kanan, sedangkan aksara latin ditulis dari
sebelah kiri. Seharusnya penulisan gugus konsonan dalam bA disesuaikan
dengan sifat yang dimilikinya, yaitu dengan menambahkan diakritik (harakat)
atau bunyi vokal panjang (mad) [i:]. Bunyi mad [i:] dalam bA dapat
direpresentasikan dengan fonem / / setelah fonem konsonan. Bentuk
penghadiran bunyi vokal panjang dalam tabel 49 dapat dilihat pada contoh 149.
Pada contoh 149 ‘Pratikno’, gugus konsonan /pr/ direpresentasikan dalam bA
menjadi / /. Pada kata ‘Pratikno’ penulisan gugus konsonan bA
direpresentasikan dengan menghadirkan bunyi vokal [a:] di antara fonem / /
dan / /.
B. Alih Aksara Deret Konsonan
Deret konsonan dalam bI identik dengan adanya dua buah fonem
konsonan yang berderet. Chaer (2009: 83) mendefinisikan deret konsonan
sebagai dua fonem yang berbeda, berada dalam silabel berbeda, meskipun
letaknya berdampingan. Sebaliknya, dalam bA tidak mengenal adanya istilah
deret konsonan. Namun, deret konsonan dalam bI pada dasarnya ada yang
berasal dari bA, seperti kata muslim, bahlul, takbir, dsb (Chaer, 2009: 85).
93
Pada penelitian ini ditemukan adanya bentuk deret konsonan dalam bA yang
disepadankan dengan teori deret konsonan yang dimiliki dalam bI. Contoh
deret konsonan tersebut dalam dilihat pada tabel berikut ini.
Deret Konsonan /bl/
No. bI bA Transliterasi Sumber
158 Seblat Si>bla>t E.109h.12
Deret Konsonan /km/
159 Cikmas Tsyi>kma>s E.109h.10
Deret Konsonan /mb/
160 Ambon Ambu>n E.106h.6
161 Kembar Ki>mba>r E.109h.9
162 Sumbing Su>mbi>ngh E.113h.10
163 Tanimbar Ta>ni>mba>r E.106h.8
Deret Konsonan /mp/
164 Ampel Ambi>l E.113h.18
165 Ciampea Tsyi>’amibiya> E.108h.26
Deret Konsonan /nd/
166 Kendari Ki>nda>ra> E.108h.14
167 Sindoro Si>ndu>ru> E.113h.10
168 Tayandu Ta>ya>ndu> E.106h.8
Deret Konsonan /nj/
169 Cianjur Syi>anju>r E.109h.11,
h.15
94
Deret Konsonan /nt/
170 Pontianak Fu>ntiya>nak E.113h.26
Deret Konsonan /rt/
171 Kartini Ka>rti>ni> E.110h.25
172 Martafons Ma>rta>fu>ns E.106h.8
Deret Konsonan /ngg/
173 Manggar Ma>njja>r E.107h.10,
h.11
174 Hinggi Hi>nji> E.106h.8
Tabel 50. Alih Aksara Deret Konsonan
Deret konsonan dalam bA pada tabel 50 merupakan deret konsonan
yang mengacu pada bI. Meskipun demikian, penulisan secara ortografis pada
tabel 50 tersebut menunjukkan bahwa antara deret konsonan bI dan bA sama,
dalam penulisannya sama-sama tidak disisipi harakat maupun mad. Distribusi
deret konsonan yang ditemukan dalam majalah AI hanya terletak di posisi
tengah kata. Secara umum, bentuk deret konsonan yang ditemukan dalam bA
hanyalah pengalihaksaraan biasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab tanpa
ada perubahan ataupun penyesuaian sifat bahasa sasaran.