bab ii analisis data · 2019-08-01 · jenis ayam yang dimaksudkan itu lebih bagus ketika dikurung...
TRANSCRIPT
30
BAB II
ANALISIS DATA
Pada Bab II ini akan membahas mengenai tiga hal, (1) bentuk campur
kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri,
(2) fungsi campur kode dalam acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko
FM Kota Kediri, (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode dalam
acara Hello Dangdut (HelDa) radio Wijang Songko FM Kota Kediri.
A. Bentuk Campur Kode dalam Acara Hello Dangdut (HelDa) Radio
Wijang Songko FM Kota Kediri
1. Bentuk Campur Kode Kata
a. Campur Kode Kata dalam Bahasa Indonesia.
Data (4)
Dul : “Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku kabeh apik sing elek mek
tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek” (D4/RWS/1/3/2016)
„Alah-alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu
hanya tanggal Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟
Menik : “Lha nyapo?”
„hla kenapa?‟
Dul : “...raisa gadhekne”
„...tidak bisa menggadaikan‟
Dalam tuturan pada data (4) “Alah-alah wong lek tanggal ki rumasaku
kabeh apik sing elek mek tanggal Minggu tok, hari Minggu wi paling elek„Alah-
alah kalau tanggal itu menurutku semua bagus yang tidak bagus itu hanya tanggal
Minggu saja, hari Minggu itu yang paling jelek‟. Terdapat peristiwa campur kode
berupa penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata hari „hari‟. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
30
31
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (4) diatas adalah
memberikan penekanan. Kata hari digunakan oleh penutur untuk meyakinkan
bahwa hari Minggu itu adalah hari yang terjelek karena pegadaian tutup dan tidak
bisa menggadaikan barang. Jika memungkinkan kata hari bisa diganti
menggunakan kata dina dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa
Indonesia karena ingin menjelaskan maksud tertentu, menurut penutur hari
Minggu adalah hari yang tidak baik.
Data (5)
Menik : “Rumasane apa mak-mak tukokne legging ki, nyapo ta Lik kok mbok keki
legging ki?”
„Dikira apa ibu-ibu dibelikan legging, kenapa Lik kamu kasih legging ini?‟
Dul : “...wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa pitikku, terus pitikku perawan
loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman saja” (D5/RWS/1/3/2016)
„...sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku
perawan dua yang aku beli kemarin aman-aman saja‟
Dalam tuturan pada data (5) “...wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa
pitikku, terus pitikku perawan loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman
saja„...sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayamku, lalu ayamku
perawan dua yang aku beli kemarin aman-aman saja‟. Terdapat peristiwa campur
kode berupa penggunaan kata dari bahasa Indonesia yaitu kata merkosa
„memperkosa‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (5) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Kata merkosa digunakan penutur agar para
pendengar radio tersebut merasa terhibur dan obrolan tersebut menjadi
komunikatif dengan topik yang sedang dibicarakan oleh penutur dan mitra tutur.
32
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata dari bahasa
Indonesia tersebut karena dirasa lebih tepat untuk menggunakannya daripada
harus mencari padaannya dalam bahasa Jawa.
Data (6)
Menik : “Heem”
„Iya‟
Dul : “Diongkek ngalor, beyeh..aku bengi tak senteri. Lho madep ngalor
maneh, bengi tak ongkek ngidul maneh” (D6/RWS/1/03/2016)
„Diputar ke utara, beyeh.. malam saya senteri lagi. Lho menghadap ke
utara lagi, malamnya saya putar lagi menghadap selatan‟
Dalam tuturan pada data (6) “Diongkek ngalor, beyeh..aku bengi tak
senteri. Lho madep ngalor maneh, bengi tak ongkek ngidul maneh „Diputar ke
utara, beyeh.. malam saya senteri lagi. Lho menghadap ke utara lagi, malamnya
saya putar lagi menghadap selatan‟. Terdapat peristiwa campur kode berupa kata
dari bahasa Indonesia yaitu senter „senter‟. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (6) diatas adalah
lebih mudah untuk diucapkan. Kata senter digunakan oleh penutur karena sulit
untuk mencari padanan katanya dalam bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena
kebiasaan dari penutur yang sudah terbiasa menyebut kata tersebut untuk
menggambarkan benda yang bisa untuk menerangi pengganti dari lilin.
Data (7)
33
Dul : “Wis dulur wis ora usah melu ongkek-ongkekan kaya aku, ora usah melu
nyuali pitik kaya genku, aku ki sebabe dendam karo tanggaku, lak pitikku
gawe sual ngene kabeh,...” (D7/RWS/01/03/2016)
„Sudah jangan ikut-ikut saya memutar pisang, tidak usah ikut memakaikan
celana pada ayam, karena saya ini dendam dengan tetanggaku, kalau
ayamku saya pakaikan celana semua,...”
Menik : “Ora pisan dikaosi ngono?”
„tidak sekalian dipakaikan baju?‟
Dalam tuturan pada data (7) “Wis dulur wis ora usah melu ongkek-
ongkekan kaya aku, ora usah melu nyuali pitik kaya genku, aku ki sebabe dendam
karo tanggaku, lak pitikku gawe sual ngene kabeh,...”„Sudah jangan ikut-ikut
saya memutar pisang, tidak usah ikut memakaikan celana pada ayam, karena saya
ini dendam dengan tetanggaku, kalau ayamku saya pakaikan celana semua,...”
Terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Inonesia yaitu dendam
‟dendam‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (7) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Kata dendam digunakan oleh penutur karena ingin
menunjukkan rasa marahnya terhadap tetangganya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk
mendapatkan ungkapan yang pas. Penutur memasukkan kata dari bahasa
Indonesia tersebut karena merasa bahwa kata tersebut sepadan dengan apa yang
dirasakan oleh penutur.
Data (8)
Menik : “Ya ngmong-ngomong soal pitik sing ngendog, yo smse wis uakeh yo”
(D8/RWS/1/03/2016)
„ya kalau membicarakan soal ayam yangbertelur, ayo smsnya sudah
banyak‟
Dul : “Lek iki dudu pitik ngendog, jane aku dek ingi ditinggal anakku bojoku,
aku ning omah dewe turu”
„kalau ini bukan ayam yang bertelur, kemarin saya ditinggal anak dan
istriku, saya dirumah sendirian tidur”
34
Dalam tuturan pada data (8) “Ya ngmong-ngomong soal pitik sing
ngendog, yo smse wis uakeh yo” „Ya kalau membicarakan soal ayam
yangbertelur, ayo smsnya sudah banyak‟ terdapat peristiwa campur kode berupa
kata dari bahasa Indonesia soal. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (8) diatas adalah
menunjukan maksud tertentu. Kata soal digunakan oleh penutur untuk
menjelaskan topik pembicaraan yang akan dibawakan dalam acara tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena
bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang sudah sering digunakan oleh
penutur.
Data (9)
Dul : “Beh jan asap ki ngebeki omah iki lo” (D9/RWS/1/03/2016)
„Asap ini memenuhi ruangan‟
Menik : “Kobongan bek‟e”
„Sepertinya kebakaran‟
Dalam tuturan pada data (9) “Beh jan asap ki ngebeki omah iki lo” „Asap
ini memenuhi ruangan‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa
Indonesia yaitu asap. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (9) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata asap digunakan oleh penutur karena dirasa lebih
mudah untuk diucapkan daripada mengucapkan kata keluk dalam bahasa Jawa.
35
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa
Indonesia karena penutur ingin menjelaskan keadaan dari rumah penutur yang
sedang dipenuhi asap kemudian diperkirakan terjadinya kebakaran.
Data (10)
Dul : “Aku bareng ngono „tulung-tulung omahku kobong omahku kobong‟,
dadakna aku setengah sadar teka ngarepan diceluk RT genku”
(D10/RWS/1/03/2016)
„setelah itu saya berteriak „tolng-tolong rumah saya terbakar‟, setelah saya
setengah sadar dari depan dipanggil oleh pak RT‟
Menik : “Ngeri Lik”
„Mengerikan Lik‟
Dalam tuturan pada data (10) “Aku bareng ngono „tulung-tulung omahku
kobong omahku kobong‟, dadakna aku setengah sadar teka ngarepan diceluk RT
genku” „setelah itu saya berteriak „tolng-tolong rumah saya terbakar‟, setelah saya
setengah sadar dari depan dipanggil oleh pak RT‟ terdapat peristiwa campur kode
berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu sadar. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (10) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata sadar digunakan dalam berkomunikasi dengan
penutur sehingga memperlancar jalalannya komunikasi penutur dengan mitra
tutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur memasukkan gabungan dari kata setengah sadar karena
penutur dalam berkomunikasi dengan masyarakat saat ini sering kali
36
menggunakan gabungan dari tersebut untuk memudahkan dalam berkomunikasi
dibandingkan menggunakan padanan kata tersebut dalam bahasa Jawa.
Data (11)
Menik : “Dodok-dodoke kurang banter, Ini mas Tarminta dek Nganjuk. Ya jelas
pitike dikrangkeng....” (D11/RWS/1/03/2016)
„Mengetuk pintunya kurang keras, ini mas Tarminta di Nganjuk, ya jelas
ayamnya dikurung‟
Dul : Mesakne pitik lek dikrangkeng, lek pitik jawa kan umume diculne....”
„Kasihan ayam kalau dikurug, kalau ayam Jawa biasanya dilepas‟
Dalam tuturan pada data (11) Dodok-dodoke kurang banter, Ini mas
Tarminta dek Nganjuk. Ya jelas pitike dikrangkeng....” „Mengetuk pintunya
kurang keras, ini mas Tarminta di Nganjuk, ya jelas ayamnya dikurung‟ terdapat
dua peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu ini dan jelas.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (11) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Campur kode tersebut digunakan oleh penutur agar
mudah diapahami sehingga membuat percakapan menjadi lebih lancar. Jika
memungkinkan kata tersebut dapat diganti menggunakan kata dalam bahasa Jawa
yaitu iki dan cetha.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia tersebut karena kata
ini sering digunakan oleh penutur dalam komunikasi di dalam membawakan
acaranya.
Data (12)
Menik : “Stress bek‟e”
„Sepertinya stress‟
37
Dul : “Iya kaya ayam alas, bekisar ngono ketok apik. Lha pitik jawa
dikrangkeng ngono apa arep dipakakne ula ngono dikrangkeng”
(D12/RWS/1/03/2016)
„ya seperti ayam hutan, bekisar seperti itu terlihat bagus. Lha ini ayam
Jawa dikurung seperti itu apa mau diumpankan ular dikurung seperti itu‟
Dalam tuturan pada data (12) “Iya kaya ayam alas, bekisar ngono ketok
apik. Lha pitik jawa dikrangkeng ngono apa arep dipakakne ula ngono
dikrangkeng” „ya seperti ayam hutan, bekisar seperti itu terlihat bagus. Lha ini
ayam Jawa dikurung seperti itu apa mau diumpankan ular dikurung seperti itu‟
terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu ayam.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (12) lebih mudah
diucapkan. Kata ayam digunakan oleh penutur karena lebih mudah untuk
diucapkan dan mudah untuk dipahami sehingga komunikasi antara mitra tutur dan
penutur menjadi lancar. Jika memungkinkan kata tersebut dapat diganti
menggunakan kata dalam bahasa Jawa yaitu pitik.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah menjelaskan
maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan bahwa
jenis ayam yang dimaksudkan itu lebih bagus ketika dikurung daripada jenis ayam
kampung.
Data (13)
Menik : “Hooh hiasan. Lek iki teka gone mas Ardahalid ning Blitar wi lo carane
digawa ndek kamar lampune dipateni karo muni hake-hake ngko lak
ngendog”
„Iya hiasan. Kalau ini dari mas Ardahalid di Blitar itu caranya dibawa ke
kamar lampunya dimatikan sambil teriak hake-hake nanti juga bertelur‟
Dul : “Cah iki ngono pengalamane takon aku „lik Dul sampeyan kok isa bojo
sampeyan duwe anak ki piye?‟, aku kan tak jelasne, lhawong Ardan ki sik
cilik. (D13/RWS/1/03/2016)
38
„Anak ini pengalamannya tanya saya „lik Dul kok istrimu bisa punya anak
ini bagaimana?‟, saya jelaskan, tapi Ardan itu masih kecil‟
Dalam tuturan pada data (13) “Hooh hiasan. Lek iki teka gone mas
Ardahalid ning Blitar wi lo carane digawa ndek kamar lampune dipateni karo
muni hake-hake ngko lak ngendog”„Hooh hiasan. Kalau ini dari mas Ardahalid di
Blitar itu caranya dibawa ke kamar lampunya dimatikan sambil teriak hake-hake
nanti juga bertelur‟“Cah iki ngono pengalamane takon aku „lik Dul sampeyan
kok isa bojo sampeyan duwe anak ki piye?‟, aku kan tak jelasne, lhawong Ardan
ki sik cilik” „Anak ini pengalamannya tanya saya „lik Dul kok istrimu bisa punya
anak ini bagaimana?‟, saya jelaskan, tapi Ardan itu masih kecil‟ terdapat dua
peristiwa campur kode dari penyiar ke-I dan penyiar ke-2 secara beruntun, campur
kode tersebut berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu hiasan dan pengalaman.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (13) diatas adalah
menjelaskan maksud tertentu. Kata pengalaman digunakan oleh penutur karena
ingin memberikan penekanan bahwa Ardan pernah belajar kepada penutur.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur menggunakan kata tersebut karena
tidak mendapatkan padanan kata yang tepat dalam bahasa Jawa lalu penutur juga
ingin menceritakan apa yang dia rasakan tetapi tidak bisa karena Ardan masih
kecil.
Data (14)
Dul : “Mbok pakani ae terus barono ngendog terus bagianmu, byoh byoh
lhakok penak tenan. Untung awakmu ra dadi tanggaku”
(D14/RWS/1/03/2016)
39
„Kamu kasih makan saja sampai bertelur lalu bagianmu, byoh byoh lhakok
enak sekali. Beruntung kamu menjadi tetanggaku‟
Menik : “Lha nyapo?”
„Kenapa?‟
Dalam tuturan pada data (14) “Mbok pakani ae terus barono ngendog
terus bagianmu, byoh byoh lhakok penak tenan. Untung awakmu ra dadi
tanggaku” „Kamu kasih makan saja sampai bertelur lalu bagianmu, byoh byoh
lhakok enak sekali. Beruntung kamu menjadi tetanggaku‟ terdapat peristiwa
campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu bagianmu. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (14) diatas adalah
untuk menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk
memberikan penekanan bahwa telur itu sebenarnya bukan milik dari tetangganya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia
karena Lik Dul sebagai penutur ingin menjelaskan bahwa sebenarnya telur itu
miliknya bukan menjadi milik tetangganya.
Data (15)
Menik : “Wis ra duwe pitik bendina nampa ndoge tok”
„Sudah tidak punya ayam setiap hari menerima telurnya saja‟
Dul : “Saiki pitik paling cantik ki pitikku” (D15/RWS/1/03/2016)
„Sekarang ayam yang cantik ini ayamku‟
Dalam tuturan pada data (15) “Saiki pitik paling cantik ki pitikku”
„Sekarang ayam yang cantik ini ayamku‟ terdapat peristiwa campur kode berupa
kata dari bahasa Indonesia yaitu cantik. Campur kode inidisebut dengan campur
kode intern.
40
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (15) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Kata cantik digunakan oleh penutur supaya
menghibur para pendengar dan menimbulkan kelucuan. Jika memungkinkan kata
tersebut dapat digantikan menggunakan kata dalam bahasa Jawa yaitu ayu.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk
menjelaskan bahwa ayamnya adalah ayam yang paling bagus diantara ayam yang
lain di daerahnya.
Data (16)
Menik : “Kenapa pitik paling cantik? Ih pitik paling cantik emang gawe gincu?”
(D16/RWS/1/03/2016)
„Kenapa ayam paling cantik? Ih ayam paling cantik emang memakai
lipstik‟
Dul : “Pitike wedok tak potong gen pas gulune, gulune kuwi tak potong, tak
potong ndek-ndek ngono”
„Ayam betina saya potong di lehernya, bulu dilehernya kupotong pendek
seperti itu‟
Dalam tuturan pada data (16) “Kenapa pitik paling cantik? Ih pitik paling
cantik emang gawe gincu?” „Kenapa ayam paling cantik? Ih ayam paling cantik
emang memakai lipstik‟ terdapat dua peristiwa campur kode berupa kata dari
bahasa Indonesia yaitu kenapa dan emang. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (16) diatas adalah
lebih prestice atau lebih bergengsi. Kata kenapa dan emang digunakan oleh
Menik karena penutur masih tergolong dalam usia muda yang saat ini banyak
yang menggunakan bahasa gaul dalam kesehariannya dan menguasai bahasa lain
selain bahasa yang digunakan dalam percakapan tersebut.
41
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
dari penutur. Penutur menggunakan kata tersebut dikarenakan sosial dari penutur
sendiri, Menik sebagai penyiar yang tergolong masih muda dan memiliki
pergaulan yang luas menggunakan bahasa gaul yang dimasukkan ke dalam
percakapnnya dengan mitra tuturnya agar terlihat lebih bervariasi.
Data (17)
Menik : “Iyah terus?”
„Ya lalu?‟
Dul : “Cucuke tak cat abang” (D17/RWS/1/03/2016)
„Paruhnya aku cat merah‟
Dalam tuturan pada data (17) “Cucuke tak cat abang” „Paruhnya aku cat
merah. Terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu
cat. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (17) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Lik Dul sebagai penutur sekaligus penyiar
ingin menghibur para pendengar sehingga Lik Dul menggunakan kata tersebut
agar bahasa yang digunakan lebih bervariasi dan menimbulkan kelucuan.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang tepat. Kata tersebut digunakan oleh penutur agar
lebih mudah diucapkan dan mitra tutur lebih mudah untuk memahaminya.
Data (18)
Dul : “Terus gone dadane ya tak cukur dadi ketok telihe ngono, wah”
„Lalu bagian dadanya juga ku potong jadi kelihatan ampelanya, wah‟
Menik : “Weh seksi” (D18/RWS/1/03/2016)
„Weh seksi‟
42
Dalam tuturan pada data (18) “Weh seksi” „Weh seksi‟ terdapat peristiwa
campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu seksi. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (18) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Kata seksi biasa digunakan untuk seseorang
yang mempunyai bentuk badan yang bagus tetapi pada percakapan ini tak lazim
karena ditujukan untuk seekor ayam sehingga membuat kelucuan pada percakapan
tersebut.
Faktor yang melatar belakangi campur kode ini adalah faktor dari
kebiasaan. Menik sebagai penutur menggunakan kata seksi karena pada era ini
kata tersebut sudah sering digunakan oleh masyarakat dan dalam bahasa Jawa
sulit mencari padanan kata untuk menggantikan maksud dari kata tersebut.
Data (19)
Dul : “Tak nggeni legging ngono, pitik jago lak ruh telihe ngono gak enek
tutupe ngono beyeh, pitik jago pada pekeker-pekeker, njebebeh-jebebeh
ngono pitike jago lak ruh pitikku”
„saya pakaikan legging, ayam jago kalau melihat ampelanya tidak tertutupi
seperti itu beyeh, ayam jago pekeker-pekeker, jebebeh-jebebeh ayamnya
kalau melihat ayamku‟
Menik : “Beyeh montok, bohay” (D19/RWS/1/03/2016)
„beyeh, montok, bohay‟
Dalam tuturan pada data (19) “Beyeh montok, bohay” „beyeh, montok,
bohay‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kalimat dari bahasa Indonesia yaitu
montok. Campur kode ini disebut dengan dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (19) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Menik sebagai penutur menggunakan kata
43
tersebut untuk membuat kelucuan karena keadaan ayam yang disamakan dengan
keadaan manusia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk
mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata tersebut karena
ingin mendapatkan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ayam yang
sudah didandani oleh pemiliknya.
Data (20)
Dul : “Bangkok sing potongane-potongane kaya koboi ngono”
(D20/RWS/1/03/2016)
„Ayam bangkok yang seperti koboy itu‟
Menik : “Potongan koboy? Enek ta lik pitik potongan koboy?”
„Seperti koboy? Adakah Lik ayam seperti koboi?‟
Dalam tuturan pada data (20) “Bangkok sing potongane-potongane kaya
koboi ngono” „Ayam bangkok yang seperti koboi itu‟ terdapat peristiwa campur
kode berupa kata dari bahasa Indonesia koboi. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (20) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Kata koboi digunakan oleh Lik Dul yang
ingin mendapatkan ayam yang sesuai dengan keinginannya dengan
menggambarkannya seperti seorang koboi.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode dalam percakapan
ini adalah faktor menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut
karena menginginkan ayam jantan yang digambarkan seperti para koboi, gagah
dan kuat.
Data (21)
44
Dul : “Apa ra kesel diuber-uber nganti kesel barono pitikku ndodok dilingguhi
ngono kae katik kirik-kirik ngono kae, bar kirik-kirik kluruk ngono kae,
beh jan kemlinti pitik-pitiki”
„Apa tidak capek dikejar-kejar sampai capek lalu ayamku jongkok
diduduki lalu bersuara seperti itu ayam-ayam ini sok sekali‟
Menik : “Duh saknoe. Ini teka mas Didik, Sidomulya, dikurung ae lo terus
dirantai ben ga isa kabur, lha pitike pitik wedoke penuh perasaan mosok
dikurung dirante lak nelangsa malahan” (D21/RWS/01/3/2016)
„Aduh kasihan. Ini dari mas Didik, Sidomulya, dimasukkan sangkar saja
lalu dirantai supaya tidak lepas, lha ayamnya betina penuh dengan rasa
masa dikurung dirantai nanti jadi sedih‟
Dalam tuturan pada data (21) “Duh saknoe. Ini teka mas Didik,
Sidomulya, dikurung ae lo terus dirantai ben ga isa kabur, lha pitike pitik wedoke
penuh perasaan mosok dikurung dirante lak nelangsa malahan” „Aduh kasihan.
Ini dari mas Didik, Sidomulya, dimasukkan sangkar saja lalu dirantai supaya tidak
lepas, lha ayamnya betina penuh dengan rasa masa dikurung dirantai nanti jadi
sedih‟ terdapat dua peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu
dirantai dan penuh. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (21) diatas adalah
menjelaskan maksud tertentu. Kata dirantai dan penuh digunakan karena
pengirim sms ingin menjelaskan bahwa ayamnya supaya tidak lepas dipakaikan
tali dari cincin logam yang tersusun panjang, kata penuh dalam tuturan ini
berfungsi sebagai kepemilikan yaitu memiliki rasa yang halus.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata yang
menyebabkan terjadinya campur kode karena penutur ingin menjelaskan kepada
pendengar bahwa dengan dirantai ayam yang dipelihara tidak akan lepas,
kemudian kata penuh memberikan penekanan bahwa ayam juga memiliki rasa
seperti manusia.
45
Data (22)
Dul : “Aku iki tau duwe pitiki ngene ben pitike gak ngedog karepku wis pegel
aku soale apa, lak ngendog mesthi dipek tanggaku, jan tanggaku raduwe
perasaan blas karo aku merga duwe pitik jago” (D22/RWS/1/03/2016)
„Saya pernah punya ayam begini supaya ayamnya tidak bertelur keinginan
saya karena sudah jengkel kalau bertelur selalu diambil tetanggaku, tidak
punya perasaan sama sekali dengan saya karena punya ayam jago‟
Menik : “Heem”
„iya‟
Dalam tuturan pada data (22) “Aku iki tau duwe pitiki ngene ben pitike gak
ngedog karepku wis pegel aku soale apa, lak ngendog mesthi dipek tanggaku, jan
tanggaku raduwe perasaan blas karo aku merga duwe pitik jago” „Saya pernah
punya ayam begini supaya ayamnya tidak bertelur keinginan saya karena sudah
jengkel kalau bertelur selalu diambil tetanggaku, tidak punya perasaan sama
sekali dengan saya karena punya ayam jago‟ terdapat peristiwa campur kode
berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu perasaan. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan dari penggunaan campur kode pada data (22) diatas
adalah menjelaskan maksud tertentu. Kata perasaan menjelaskan bahwa tetangga
dari penutur tidak memiliki pertimbangan batin terhadap penutur karena tetangga
dari penutur memiliki ayam jago dan telur hasil dari ayamnya selalu diambil oleh
tetangganya tanpa memikirkan kondisi dari penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor dari
kebiaasaan. Kata perasaan sering sekali digunakan oleh masyarakat dalam
komunikasinya untuk menggambarkan rasa batin kemudian juga membuat
maksud percakapan lebih mudah untuk dimengerti oleh lawan bicara.
Data (23)
46
Menik : “Lha iki lo mbak Tika”
„Lha ini dari mbak Tika‟
Dul : “Ora isa lek ndoge pitik dadi pitik sing isa ming dadi lawuh wi lo”
„Tidak bisa kalau telurnya sudah jadi ayam bisanya hanya menjadi lauk‟
Menik : “Ya pas bentuke ndog diparo ae Lik” (D23/RWS/1/03/2016)
„Ya waktu bentuknya telur dibagi jadi dua saja Lik‟
Dalam tuturan pada data (23) “Ya pas bentuke ndog diparo ae Lik” „Ya
waktu bentuknya telur dibagi jadi dua saja Lik‟ terdapat peristiwa campur kode
berapa kata dari bahasa Indonesia bentuk. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (23) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata bentuk digunakan oleh penutur untuk memperlancar
komunikasi karena kata tersebut lebih mudah dimengerti.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata bentuk sering sekali kita dengar dan diucapkan oleh orang maka
penutur menggunakan kata ini karena kebiasaan dari masyarakat yang sering
menyebutnya.
Data (24)
Dul : “Ora mungkin lek maro piye? Wong aku ae ra ruh kok lek ngendog”
(D24/RWS/1/03/2016)
„Tidak mungkin membelahnya bagaimana? Aku saja tak tahu bertelurnya‟
Menik : “Lak ndoge sepuluh ya lima-lima”
„Kalau telurnya sepuluh ya lima, lima‟
Dalam tuturan pada data (24) “Ora mungkin lek maro piye? Wong aku ae
ra ruh kok lek ngendog” „Tidak mungkin membelahnya bagaimana? Aku saja tak
tahu bertelurnya‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa
Indonesia yaitu mungkin. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
47
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (24) diatas adalah
lebih tepat digunakan. Jika memungkinkan kata mungkin dapat digunakan dalam
percakapan ini daripada kata dalam bahasa Jawa mbok menawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaaan. Kata mungkin sering kali kita dengar dan diucapkan oleh orang kata
inilah yang akhirnya dipilih oleh penyiar untuk menggambarkan sesuatu yang
mustahil baginya.
Data (25)
Dul : “...aku suwi-suwi pegel karo tanggaku kuwi, tak laporne pokoke aku
jaluk tuntutan lek nyolong pitik kuwi petang sasi....”
(D25/RWS/1/03/2016)
„...saya lama-lama jengkel dengan tetanggaku itu, saya laporkan saya
minta tuntutan kalau mencuri ayam itu empat bulan....‟
Menik : “Lha nyapo dibalekne?”
„Kenapa dikembalikan?‟
Dalam tuturan pada data (25) “...aku suwi-suwi pegel karo tanggaku kuwi,
tak laporne pokoke aku jaluk tuntutan lek nyolong pitik kuwi petang sasi....”
„...saya lama-lama jengkel dengan tetanggaku itu, saya laporkan saya minta
tuntutan kalau mencuri ayam itu empat bulan....‟ terdapat peristiwa campur kode
berupa kata dari bahasa Indonesia yaitu tuntutan. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (25) diatas adalah
lebih tepat digunakan. Penutur menggunakan kata tersebut karena tidak ada
padanan dalam bahasa Jawa jadi penutur menggunakan kata tersebut agar
komunikasi lancar.
48
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
menjelaskan maksud dari penutur bahwa iya akan melapor ke kantor polisi karena
Lik Dul merasa marah dengan tetangganya yang sudah mengambil ayamnya
penutur meminta hukuman pencuri ayamnya selama empat bulan.
Data (26)
Menik : “...ya Alloh emange sapi? Emange wedhus? Di IB barang”
„ya Alloh emangnya sapi? Emangnya kambing? Di IB juga‟
Dul : “Eh tak kandani pitik ki bisa di IB juga, aku kan pitike tanggaku di IB
ngono kuwi akhire manak ora dadi ki” (D26/RWS/1/03/2016)
„Eh saya bilangi ayam ini bisa di IB juga, ayam tetanggaku di IB juga
akhirnya bertelur tidak jadi‟
Dalam tuturan pada data (26) “Eh tak kandani pitik ki bisa di IB juga, aku
kan pitike tanggaku di IB ngono kuwi akhire manak ora dadi ki” „Eh saya bilangi
ayam ini bisa di IB juga, ayam tetanggaku di IB juga akhirnya bertelur tidak jadi‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul dalam tuturan,
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia juga.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (26) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur. Kata tersebut mudah dimengerti sehingga
membuat percakapan menjadi lancar. Jika memungkinkan kata juga dapat
digantikan dengan kata uga.
Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Lik Dul menggunakan kata tersebut agar mudah dimengerti oleh para
pendengar dan lawan tutur, kata tersebut juga sudah sering dipakai oleh
kebanyakan orang.
Data (27)
49
Dul : “Aku ngono ya, sampeyan dulur sampeyan lak ruh pitikku ning omah telu
aku tas tuku pitik perawan loro sik dara-dara cilik-cilik ngono....”
(D27/RWS/1/03/2016)
„Saya itu ya, saudara-saudara semuanya kalau tahu ayamku di rumah tiga
saya baru saja membeli ayam perawan dua masih kecil-kecil‟
Dalam tuturan pada data (27) “Aku ngono ya, sampeyan dulur sampeyan
lak ruh pitikku ning omah telu aku tas tuku pitik perawan loro sik dara-dara cilik-
cilik ngono....” „Saya itu ya, saudara-saudara semuanya kalau tahu ayamku di
rumah tiga saya baru saja membeli ayam perawan dua masih kecil-kecil‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh penutur, campur kode ini terjadi
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu perawan. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi dari peggunaan campur kode pada data (27) diatas
adalah untuk membangkitkan rasa humor. Lik Dul memilih menggunakan kata
perawan untuk membuat kelucuan dalam siarannya penutur menganggap
ayamnya sama dengan seorang gadis dengan menyebutnya sebagai perawan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud. Penutur menyisipkan kata tersebut karena ingin
menjelaskan bahwa ayamnya itu ibarat gadis yang masih polos belum pernah
tersentuh oleh laik-laki sama sekali.
Data (28)
Dul : “Terus kan mlebu omahku ngono pitikke isine mek ngeker-ngeker pitikku
wedok akhire pitikku wedok tak tukokne pembrondol bulu”
(D28/RWS/1/03/2016)
„Lalu masuk rumahku ayamnya hanya mengganggu ayam betinaku
akhirnya ayamku aku belikan perontok bulu‟
Menik : “Apa ki pembrodol bulu?”
„Apa ini perontok bulu?‟
50
Dalam tuturan pada data (28) “Terus kan mlebu omahku ngono pitikke
isine mek ngeker-ngeker pitikku wedok akhire pitikku wedok tak tukokne
pembrondol bulu” „Lalu masuk rumahku ayamnya hanya mengganggu ayam
betinaku akhirnya ayamku aku belikan perontok bulu‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Lik Dul sebagai penutur, campur kode ini terjadi
ditandai dengan masuknya afiksasi dan kata dari bahasa Indonesia yaitu pe- dan
bulu ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (28) diatas untuk
membangkitkan rasa humor. Kata pembrondol bulu digunakan oleh Lik Dul untuk
membuat suasana jadi tidak monoton dan menimbulkan kelucuan yang
mengundang tawa dari mitra tutur dan para pendengar jika memungkinkan kata
bulu dapat digantikan dengan wulu.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur. Penutur yaitu sebagai penyiar acara bertema hiburan pasti memiliki
selera humor yang tinggi sehingga memilih kata tersebut agar lebih bervariasi
dalam berkomunikasinya dan dapat menghibur para pendengarnya dengan
menciptakan celetukan-celetukan yang aneh.
Data (29)
Dul : “Pitikku akhire aman wis ora enek ulune blas....”
„Ayamku akhirnya aman tidak punya bulu sama sekali‟
Menik : “Hooh buka aurat pitik wi” (D29/RWS/1/03/2016)
„Iya buka aurat ayam itu‟
Dalam tuturan pada data (29) “Hooh buka aurat pitik wi” „Iya buka aurat
ayam itu‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik, campur
51
kode terjadi ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu aurat ke
dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (29) diatas
menunjukkan maksud tertentu. Kata aurat memberikan penekanan pada bagian
tubuh yang seharusnya ditutupi.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang pas. Menik menyisipkan kata tersebut untuk
mendapatkan kata yang tepat karena tubuh ayam yang seharusnya tertutupi
sekarang menjadi terlihat karena sudah tidak memiliki bulu.
Data (30)
Menik : “Ya bene ta lik, anggitmu pa ora nelangsa Lik dikucilkan ngono kuwi,
de‟e kan ya pengin bergaul ta yoan” (D30/RWS/1/03/2016)
„Biarkan saja Lik, menurutmu apa tidak sedih Lik dikucilkan seperti itu,
dia kan juga ingin bergaul‟
Dul : “Sing nelangsa ngeneki ya sing duwe pitik, ora tau mangan ndoge kok”
„Yang sedih yang punya ayam, tidak pernah makan telurnya‟
Dalam tuturan pada data (30) “Ya bene ta lik, anggitmu pa ora nelangsa
Lik dikucilkan ngono kuwi, de‟e kan ya pengin bergaul ta yoan” „Biarkan saja
Lik, menurutmu apa tidak sedih Lik dikucilkan seperti itu, dia kan juga ingin
bergaul‟ terdapat dua peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dalam
satu tuturan, campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia yaitu dikucilkan dan bergaul ke dalam bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (30) diatas adalah
lebih perestice atau bergengsi. Menik menyisipkan bahasa tersebut karena penutur
52
masih tergolong muda sehingga bahasa yang dipakai juga bahasa yang kekinian
dan terlihat modern.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial penutur yang berlatar pada sosial masyarakatnya yang luas dan masih muda
jadi bahasa yang digunakan pun bervariasi sesuai dengan anak muda saat ini.
Data (31)
Dul : “...terus bar ngono tak tokne, terus ngrogoh sing kedua ki pitike pas
angkrem, pitike pas angrem tak rogoh-rogoh panggah anteng ae, tak
demoki ndoge renek malah akeh gureme” (D31/RWS/1/03/2016)
„...lalu setelah itu aku biarkan, lalu saya mengambil yang kedua ini
ayamnya waktu mengerami, ayamnya waktu mengerami saya coba ambil
tetap diam saja, saya pegang telurnya tidak ada tetapi banyak kutunya‟
Dalam tuturan pada data (31) “...terus bar ngono tak tokne, terus ngrogoh
sing kedua ki pitike pas angkrem, pitike pas angrem tak rogoh-rogoh panggah
anteng ae, tak demoki ndoge renek malah akeh gureme” „...lalu setelah itu aku
biarkan, lalu saya mengambil yang kedua ini ayamnya waktu mengerami,
ayamnya waktu mengerami saya coba ambil tetap diam saja, saya pegang telurnya
tidak ada tetapi banyak kutunya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Lik Dul, peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari
bahasa Indonesia yaitu kedua ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (31) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata kedua lebih mudah diucapakan daripada dalam
bahasa Jawa kaping pindho sehingga membuat komunikasi lebih lancar.
53
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata yang dipilih oleh penutur sangat lazim digunakan untuk
menyebutkan urutan dan sangat mudah untuk dipahami.
Data (32)
Dul : “Aku akhire pegel karo tanggaku kuwi,wis ngko lak pitikku panggah
ngene ae ngko lak ngendog panggah ning kana ae. Aku dek ingi tuku pitik
dara loro terus babonku sitok, terus babonku ngendog bolak-balik wis gak
tau netes ya gak tau ngrasakne ndog‟e ngendog‟e nangga terus, akhire
pitikku tak tukokne legging kabeh” (D32/RWS/1/3/2016)
„Akhirnya saya marah dengan tetangga saya itu, sudah kalau ayam saya
tetap seperti ini kalau bertelur tetap disana saja. Saya kemarin membeli
burung dara dua ceweknya satu, lalu bertelur terus tetapi tidak menetas
juga tak pernah merasakan telurnya, bertelurnya ditetangga akhirnya
ayamku, aku belikan legging semua‟
Dalam tuturan pada data (32) “Aku akhire pegel karo tanggaku kuwi,wis
ngko lak pitikku panggah ngene ae ngko lak ngendog panggah ning kana ae. Aku
dek ingi tuku pitik dara loro terus babonku sitok, terus babonku ngendog bolak-
balik wis gak tau netes ya gak tau ngrasakne ndog‟e ngendog‟e nangga terus,
akhire pitikku tak tukokne legging kabeh„Akhirnya saya marah dengan tetangga
saya itu, sudah kalau ayam saya tetap seperti ini kalau bertelur tetap disana saja.
Saya kemarin membeli burung dara dua ceweknya satu, lalu bertelur terus tetapi
tidak menetas juga tak pernah merasakan telurnya, bertelurnya ditetangga
akhirnya ayamku, aku belikan legging semua‟ terdapat dua peristiwa campur kode
sekaligus berupa penggunaan kata dalam bahasa Indonesia dan juga dalam Bahasa
Inggris yaitu kata akhire„akhinya dan legging‟legging‟. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern dan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (32) di atas adalah
lebih tepat untuk digunakan dan tidak ada padan kata. Kata akhir dan legging
54
lebih tepat untuk digunakan dan tidak ada padanan katanya sehingga penutur tidak
kesulitan dalam mencari kata lain dan komunikasi antara penutur dan mitra tutur
menjadi lebih lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah untuk
mendapatkan ungkapan yang tepat. Penutur memasukkan kata dari bahasa
Indonesia dan bahasa Asing karena ungkapan tersebut tidak ada padannya dalam
bahasa Jawa.
Data (33)
Dul : “Iki ya unik iki beritane”
„Ini juga unik beritanya‟
Menik : “Unik-unik apik iki” (D33/RWS/14/03/2016)
„Unik-unik bagus ini‟
Dalam tuturan pada data (33)“Unik-unik apik iki” „Unik-unik bagus ini‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur
kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (33) diatas adalah
lebih tepat digunakan. Perulangan tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa
Jawa sehingga tepat jika digunakan dalam tuturan ini untuk mewakili apa yang
ingin disampaikan oleh penutur tanpa harus menjelaskan dengan detail devinisi
dari unik.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaaan dari penutur yang setiap satu Minggu sekali dalam acara ini
membawakan tema tentang berita unik. Jadi penutur sudah terbiasa mengucapkan
kata tersebut.
55
Data (34)
Dul : “Ora anu ae diklumpukne ngko bar ngono digawe api-api”
(D34/RWS/14/03/2016)
„Tidak itu saja dikumpulkan nanti setelah itu dibuat api-api‟
Menik : “Rumasamu kayu ta Lik?”
„Menurutmu kayu ini Lik?‟
Dalam tuturan pada data (34)“Ora anu ae diklumpukne ngko bar ngono
digawe api-api” „Tidak itu saja dikumpulkan nanti setelah itu dibuat api-api‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Llik Dul. Peristiwa campur
kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (34) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata tersebutuntuk
memancing reaksi dari mitra tutur agar percakapan tersebut menjadi humoris.
Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan sesuatu. Penutur menganggap bahwa sesuatu yang seharusnya tidak
digunakan untuk membuat nyala api tetapi peutur menginginkan hal tersebut
untuk dikumpulkan dan diajadikan sebagai nyala api.
Data (35)
Dul : “Niki kula keki legging, legginge abang-abang, lek dina hari-hari biasa
ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge niku”
(D35/RWS/1/03/2016)
„Ini saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa
seperti ini hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya‟
Dalam tuturan pada data (35)“Niki kula keki legging, legginge abang-
abang, lek dina hari-hari biasa ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang
56
legginge niku” „Ini saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari
biasa seperti ini hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya‟ terdapat
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (35) adalah lebih
mudah diucapkan oleh penutur dan mudah dipahami sehingga membuat
komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasinya dan perulangan kata tersebut lazim digunakan oleh masyarakat
umum.
Data (36)
Menik : “Rumasane apa mak-mak tukokne legging ki, nyapo ta lik kok mbok keki
legging ki?”
„Dikira apa ibu-ibu debelikan legging, kenapa lik kamu kasih legging ki?‟
Dul : “...Wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa pitikku, terus pitikku perawan
loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman saja”
(D36/RWS/1/03/2016)
„...Sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku
perawan dua yang aku beli kemaren aman-aman saja‟
Dalam tuturan pada data (36)“...Wis pitikke kana ki wis ora isa merkosa
pitikku, terus pitikku perawan loro sing aku tuku dek wingi yawis aman-aman
saja” „...Sudah ayamnya sana sudah tidak memperkosa ayammku, lalu ayamku
perawan dua yang aku beli kemaren aman-aman saja‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
57
masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini desebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (36) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra tutur
sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Perulangan kata tersebut sudah sering kita dengarkan untuk
menggambarkan keadaan yang tidak terjadi apa-apa. Masyarkat sering
menggunakannya untuk menunjukkan suatu situasi tertentu.
Data (37)
Dul : “Lia, Lia kira-kira pitike nelek, pitike tanggamu ning kana mbok pakani
ae” (D37/RWS/1/03/2016)
„Lia, Lia kira-kira ayamnya membuang kotoran, ayamnya tetanggamu di
sana di kasih makan saja‟
Dalam tuturan pada data (37)“Lia, Lia kira-kira pitike nelek, pitike
tanggamu ning kana mbok pakani ae” „Lia, Lia kira-kira ayamnya membuang
kotoran, ayamnya tetanggamu di sana di kasih makan saja‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (37) adalah
maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut ingin
mempertanyakan apa yang dilakukan oleh pengirim sms.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Perulangan kata tersebut sering digunakan oleh masyarakat untuk
58
menanyakan atau memperkirakan sesuatu yang belum terjadi. Penutur pun
menggunkan juga untuk mempertanyakan sesuatu kepada pengirim sms.
Data (38)
Menik : “Hah? Tok pupuri mbeluk-mbeluk ngono?”
„Hah? Dibedaki tebal seperti itu?‟
Dul : “Enggak-enggak, tak pupuri tak blonyoi wedak terus metu ngono terus”
(D38/RWS/1/03/2016)
„Tidak-tidak, saya bedaki saya taburi bedak lalu keluar begitu terus‟
Dalam tuturan pada data (38)“Enggak-enggak, tak pupuri tak blonyoi
wedak terus metu ngono terus” „Tidak-tidak, saya bedaki saya taburi bedak lalu
keluar begitu terus‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (38) adalah lebih
tepat digunakan. Perulangan kata tersebut menunjukkan penyangkalan apa tidak
diperbuat.
Faktor yang menyebakbkan terjadinya campur kode mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur, dengan
menggunakan perulangan tersebut memberikan penyangkalan terhadap apa yang
dituduhkan oleh mitra tutur dan perulangan kata tersebut sangat tepat digunakan
jika ingin menyangkal sesuatu.
Data (39)
Dul : “Aku ra tau ngomong dengan cinta lak karo pitik”
„Aku tidak pernah bilang dengan cinta kalau dengan ayam‟
Menik : “Disayang-sayang ben betah ndeko omah ben ngendog ning omah”
(D39/RWS/1/03/2016)
59
„Disayang-sayang supaya betah di rumah supaya bertelur di rumah‟
Dalam tuturan pada data (39)“Disayang-sayang ben betah ndeko omah
ben ngendog ning omah” „Disayang-sayang supaya betah di rumah supaya
bertelur di rumah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dalam
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur
kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (39)
membangkitkan rasa humor. Penggunaan perulangan kata tersebut bertujuan
untuk mengolok mitratutur agar memperlakukan ayamnya dengan penuh kasih
sayang dan betah dirumah.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang memiliki selera humor yang tinggi sama dengan lawan tuturnya.
Perulangan kata tersebut digunakan karena Lik Dul memperlakukan ayamnya
tidak dengan kasih sayang maka dari itu penutur menyarankan untuk merawatnya
dengan kasih sayang agar ayamnya bertelur dirumah tidak di rumah tetangganya.
Data (40)
Menik : “Hyah mentang-mentang melu mangan iwake iki malih ra sida lapor
ning polisi merga katut-katutne....” (D40/RWS/1/03/2016)
„Hyah mentang-mentang ikut makan dagingnya ini berubah tidak jadi
lapor ke polisi karena diikut-ikutkan....‟
Dalam tuturan pada data (40)“Hyah mentang-mentang melu mangan
iwake iki malih ra sida lapor ning polisi merga katut-katutne....” „Hyah mentang-
60
mentang ikut makan dagingnya ini berubah tidak jadi lapor ke polisi karena
diikut-ikutkan....‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dalam
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur
kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (40) adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur ingin menyampaikan kalau mitra tutur
sudah merasa makan ayam jadi tidak ikut lapor polisi dengan kejadian yang sudah
terjadi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungakapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur. Penutur merasa
bahawa mitra tutur karena sudah ikut-ikutan makan ayam yang dicuri dia tidak
jadi lapor kepada polisi, harusnya hal tersebut tidak dilakukan oleh Lik Dul.
b. Campur kode kata Bahasa Inggris
Data (41)
Menik : “Heem”
„Iya‟
Dul : “Terus tanggaku alok ngene „pitik kok disuali kaya wong stress‟ ...”
(D41/RWS/1/03/2016)
„Lalu tetanggaku bilang seperti ini „ayam kok dipakaikan celana seperti
orang gila‟,...”
Dalam tuturan pada data (41) “Terus tanggaku alok ngene „pitik kok
disuali kaya wong stress ...„Lalu tetanggaku bilang seperti ini „ayam kok
dipakaikan celana seperti orang stress,...”. Terdapat peristiwa campur kode berupa
kata dari bahasa asing yaitu stress „gila‟. Campur kode ini disebut dengan campur
kode ekstern.
61
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (41) diatas adalah
lebih prestice atau lebih bergengsi. Kata stress digunakan oleh penutur untuk
menunjukkan bahwa penutur mengikuti berwawasan luas dalam berbahasa lain
dan terlihat modern.
Faktor yang terjadinya campur kode adalah faktor sosial dari penutur.
Penutur memasukkan kata dari bahasa Asing karena keadaan sosial dari penutur
tingkat pendidikan dari penutur dapat mempengaruhi variasi bahasa yang dipakai
oleh penutur.
Data (42)
Dul : “... „kung aku tak metu karo cah-cah ya‟, „nendi?‟, „aku pingin ning
mall‟,...lhakok omahku ki mara-mara gemuruh” (D42/RWS/1/03/2016)
„...Kung saya akan keluar dengan anak-anak‟, „kemana?‟, „saya ingin pergi
ke Mall‟, rumah saya tiba-tiba bergemuruh”
Menik : “mosok enek lindhu?”
„masa ada gempa?‟
Dalam tuturan pada data (42) “... „kung aku tak metu karo cah-cah ya‟,
„nendi?‟, „aku pingin ning mall‟,...lhakok omahku ki mara-mara
gemuruh„...Kung saya akan keluar dengan anak-anak‟, „kemana?‟, „saya ingin
pergi ke Mall‟, rumah saya tiba-tiba bergemuruh” terdapat dua peristiwa campur
kode berupa kata dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yaitu mall dan
gemuruh. Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern dan intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (42) diatas adalah
lebih prestice atau lebih bergengsi dan menekankan maksud tertentu. Kata mall
menunjukkan fungsi lebih bergengsi sedangkan kata gemuruh menekankan
maksud tertentu. Penutur menggunakan istilah mall karena mengikuti jaman
sekarang yang sudah modern kata mall biasanya digunakan oleh sebagian
62
masyarakat untuk menunjukkan kelas sosial. Kata gemuruh disini digunakan
untuk menekankan bahwa sedang terjadi sesuatu di dalam rumah penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia dan bahasa Asing
karena sudah terbiasa menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasinya
sehingga membuat komunikasi dengan mitra tuturnya bahasa yang digunakan
lebih bervariasi.
Data (43)
Dul : “Akhire wis tak tukokne legging ae aman. Wis tak potongi apik ngono tak
culne pada jago lek isuk ngono pada marani untul-untul delok legginge
balik maneh”
„Ahirnya sudah kubelikan legging saja aman. Sudah kupotong bagus lalu
aku lepaskan para jago kalau sudah pagi semuanya menghampiri melihat
leggingnya kembali lagi‟
Menik : “Ilfiel dee langsungan” (D43/RWS/1/03/2016)
„dia langsung ilfiel‟
Dalam tuturan pada data (43) “Ilfiel dee langsungan” „dia langsung ilfiel‟
terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa asing yaitu ilfiel. Campur
kode ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (43) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Menik sebagai penutur memasukkan kata dalam
bahasa Asing ke dalam tuturannya karena penutur ingin menunjukkan bahwa ia
juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa sebagai alat komunikasinya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial dari penutur. Penutur sebagai penyiar pastinya memiliki penguasaan dari
beberapa bahasa sekaligus agar dalam membawakan acaranya tidak monoton dan
memiliki variasi dalam berbicaranya.
63
Data (44)
Dul : “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak brifing kabeh ki ngko”
(D44/RWS/1/03/2016)
„...ayamku mau saya bilangi mau saya brifing semuanya nanti‟
Menik : “Dibrifingi heh! Rumasane apa PSG sing arep kerja ngono di brifing....”
„Dibrifing hei! Dikira PSG yang mau bekerja itu dibrifing....‟
Dalam tuturan pada data (44) “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak
brifing kabeh ki ngko” „...ayamku mau saya bilangi mau saya brifing semuanya
nanti‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata dari bahasa Inggris yaitu
brifing. Campur kodeini disebut dengan campur kode ekstern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (44) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Lik Dul sebagai penutur walaupun sudah berumur
ingin menunjukkan bahwa dia juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa dan
tidak ketinggalan jaman.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang bertugas sebagai penyiar setidaknya memiliki penguasaan dari
beberapa bahasa agar dalam membawakan acara bahasa yang digunakan tidak
monoton dan lebih bervariasi.
Data (45)
Menik : “...ning omah ae ngko pitik jagone ketut ning omahmu pisan lek dadi
besanan karo tanggamu”
„...di rumah saja nanti ayam jagonya ikut ke rumahmu sekalian menjadi
besan dengan tetanggamu‟
Dul : “Ngrabikne wegah, aku wis wegah biayane larang ngko nanggap
electone golekne panggung” (D45/RWS/1/03/2016)
„Menikahkan tidak mau, saya tidak mau biayanya mahal nanti menyewa
electone mencarikan panggung‟
64
Dalam tuturan pada data (45) “Ngrabikne wegah, aku wis wegah biayane
larang ngko nanggap electone golekne panggung” „Menikahkan tidak mau, saya
tidak mau biayanya mahal nanti menyewa electone mencarikan panggung‟
terdapat dua peristiwa campur kode dalam satu tuturan yang dilakukan oleh Lik
Dul, campur kode ini berupa kata dari bahasa Indonesia dan bahasa Asing yaitu
biaya dan electone ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (45) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Kata tersebut digunakan agar penutur terkesan
bergengsi dan menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial penutur. Penutur adalah seorang penyiar yang setidaknya mempunyai
pemahaman lebih tentang bahasa lain sehingga bahasa yang diucapkan menjadi
lebih bervariasi.
Data (46)
Menik : “Kedawan tulisannya. Ini Dedekis ning Bandung. Kandange pitikku no
wis tak pasang wi-fi pitikku krasan ndek kandang terus....”
(D46/RWS/1/03/2016)
„Terlalu panjang tulisannya. Ini Dedekis di Bandung. Kurungannya
ayamku sudah aku pasang wi-fi ayamku betah ada di kurungan terus....”
Dalam tuturan pada data (46) “Kedawan tulisannya. Ini Dedekis ning
Bandung. Kandange pitikku no wis tak pasang wi-fi pitikku krasan ndek kandang
terus....” „Terlalu panjang tulisannya. Ini Dedekis di Bandung. Kurungannya
ayamku sudah aku pasang wi-fi ayamku betah ada di kurungan terus....” terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
65
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Inggris yaitu wifi ke dalam bahasa
yang digunakan. Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (46) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi, kata ini baru tahun belakangan ini digunakan karena
perkembangan tehnologi komunikasi yang sangat pesat.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
keadaan sosial penutur yang mengikuti perkembangan jaman yang sudah maju
sehingga penutur juga menerapkannya dalam kehidupannya agar tidak dianggap
kurang wawasan.
Data (47)
Dul : “Sampeyan ora mek wi-fi lek trima wifi tok ning kandhang pitikku ki tak
omongi tak wehi springbed terus tak wehi TV, tak wehi VCD, lak perkara
wifi tak tukokne HP, ....”( D47/RWS/1/03/2016)
„Kamu tidak hanya ada wi-fi saja kalau hanya wifi saja di kandang ayamku
saya kasih tau, saya kasih springbed lalu saya kasih TV, saya kasih VCD,
kalau masalah wifi saya belikan HP....‟
Dalam tuturan pada data (47) “Sampeyan ora mek wi-fi lek trima wifi tok
ning kandhang pitikku ki tak omongi tak wehi springbed terus tak wehi TV, tak
wehi VCD, lak perkara wifi tak tukokne HP, ....” „Kamu tidak hanya ada wi-fi
saja kalau hanya wifi saja di kandang ayamku saya kasih tau, saya kasih springbed
lalu saya kasih TV, saya kasih VCD, kalau masalah wifi saya belikan HP....‟
terdapat beberapa peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata-kata dari bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.
66
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (47) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan kata ini karena ingin
menunjukkan bahwa penutur juga menguasai bahasa lain selain bahasa asli
penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial penutur yang sebagai penyiar harus bisa mengikuti perkembangan jaman
sehingga membuat bahasa yang dikuasai menjadi bervariasi dalam
berkomunikasi.
Data (48)
Dul : “Otot banget ngono „kuwi tak jejeli linggis kok”
„Otot sekali itu saya kasih linggis kok‟
Menik : “MasyaAlloh dijejeli linggisi kaya melu nggym apa senam ngono dikeki
makanan yang berprotein tinggi langsung otot” (D48/RWS/1/03/2016)
„MasyaAllah dikasih linggis seperti ikut ngegym apa senam begitu dikasih
makanan yang berprotein tinggi langsung otot‟
Dalam tuturan pada data (48) “MasyaAlloh dijejeli linggisi kaya melu
nggym apa senam ngono dikeki makanan yang berprotein tinggi langsung otot”
„MasyaAllah dikasih linggis seperti ikut ngegym apa senam begitu dikasih
makanan yang berprotein tinggi langsung otot‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (48) diatas adalah
membangkitkan rasa humor karena penutur menyarankan seekor ayam untuk ikut
berolahraga agar terlihat berotot hal itu akan membuat pendengar terasa terhibur
dengan hal-hal yang tidak mungkin terjadi.
67
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang pas karena kata tersebut tidak memiliki padanan
dalam bahasa Jawa dan sama dengan yang dimaksud oleh penutur menyarankan
kepada mitra tutur agar ayamnya diikut sertakan dalam olahraga menggunakan
alat-alat modern.
Data (49)
Dul : “Terus bar ngono mangane awakmu ruh apa ora?”
„Lalu setelah itu makannya kamu tahu apa tidak?‟
Menik : “Apa wi?”
„Apa itu?‟
Dul : “Isuk ngono hamburger, sore ngono hotdog, sore neh ngono sega
goreng” (D49/RWS/1/03/2016)
„Pagi begitu hamburger, sore begitu hotdog, sorenya lagi gitu nasi goreng‟
Dalam tuturan pada data (49)“Isuk ngono hamburger, sore ngono hotdog,
sore neh ngono sega goreng” „Pagi begitu hamburger, sore begitu hotdog,
sorenya lagi gitu nasi goreng‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode ekstern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (49) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi bagi penutur yang diusianya yang sudah tidak muda
lagi mengatakan hal tersebut agar penutur terlihat menguasai bahasa lain dan
mengikuti perkembangan jaman sekarang.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
keadaan sosial dari penutur yang bekerja sebagai penyiar setidaknya harus
menguasai variasi bahasa dan juga mengikuti perkembangan jaman agar tidak
68
ketinggalan dengan perubahan yang begitu cepat juga dengan jenis-jenis makanan
saat ini.
Data (50)
Menik : “Sitoke lek dolanan game woh yahut” (D50/RWS/14/03/2016)
„Yang satunya kalau bermain game yahut‟
Dalam tuturan pada data (50)“Sitoke lek dolanan game woh yahut” „Yang
satunya kalau bermain game yahut‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Inggris ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (50) diatas adalah
lebih perstice atau bergengsi. Kata tersebut digunakan oleh penutur agar penutur
terlihat menguasai bahasa lain selain bahasa asli penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang masih muda dan sebagai seorang penyiar pasti mempunyai variasi
bahasa dari berbagai bahasa yang dikuasai.
c. Kata dalam bahasa Jawa
Data (51)
Dul : “...upama sampeyan duwe pitik, duwe pitik terus pitikke sampeyan di
perksosa karo pitikke tangga sampeyan,....” (D51/RWS/1/03/2016)
„semisal kamu punya ayam, punya ayam lalu ayammu diperkosa oleh
ayam tetanggamu‟
Dalam tuturan pada data (51) “...upama sampeyan duwe pitik, duwe pitik
terus pitikke sampeyan di perksosa karo pitikke tangga sampeyan,....” terdapat
peristiwa campur kode dari bahasa Jawa ragam ngoko ke ragam bahasa Jawa
69
krama alus yaitu sampeyan „kamu‟. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (51) diatas adalah
lebih tepat digunakan. Kata sampeyan digunakan oleh penutur karena lebih tepat
digunakan dan untuk lebih menghormati lawan bicara.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor sosial
dari penutur. Penutur memasukkan kata dari bahasa Jawa ragam krama alus
karena sosial dari penutur asli orang Jawa untuk menghormati lawan bicara
penutur menggunakan unggah-ungguh dalam bahasa Jawa.
Data (52)
Dul : “Kula keki legging, legginge abang-abang, lek dina hari-hari biasa
ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge niku”
(D52/RWS/1/03/2016)
„Saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa begini
hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya itu‟
Menik : “Kok ganti abang nyapo?”
„Kok berganti merah kenapa?‟
Dalam tuturan pada data (52) “Kula keki legging, legginge abang-abang,
lek dina hari-hari biasa ngene iki ireng mangke lak dina Minggu abang legginge
niku” „Saya kasih legging, leggingnya merah-merah, kalau hari-hari biasa begini
hitam nanti kalau hari Minggu merah leggingnya itu‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Jawa ragam Krama ke bahasa Jawa ragam ngoko.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (52) diatas adalah
lebih tepat digunakan karena menghormati para pendengar yang ikut serta
memberikan komentar di acara tersebut.
70
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial penutur karena penutur berasal dari Jawa sehingga menguasai tata bahasa
Jawa dan tahu cara menghormati orang lain dengan menggunakan bahasa Jawa
krama.
Data (53)
Dul : “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko koproh pitike terus sepatune,
clanane legging abang terus sepatune kets abang, lak ireng sepatune kets
nggih ireng” (D53/RWS/1/03/2016)
„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti nanti kotor ayamnya lalu
sepatunya, celananya legging merah dan sepatu kets merah, kalau hitam
sepatunya kets juga hitam‟
Menik : “Sepatu kets barang”
„Sepatu kets juga‟
Dalam tuturan pada data (53) “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko
koproh pitike terus sepatune, clanane legging abang terus sepatune kets abang,
lak ireng sepatune kets nggih ireng” „Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti nanti
kotor ayamnya lalu sepatunya, celananya legging merah dan sepatu kets merah,
kalau hitam sepatunya kets juga hitam‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata nggih dari
bahasa Jawa ragam ngoko ke Jawa ragam krama. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (53) diatas adalah
lebih mudah diucapkan karena kata tersebut sangat sering digunakan oleh
masyarakat Jawa pada khususnya dalam berbahasa Jawa krama.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor dari
keadaan penutur yang notabene adalah masyarakat Jawa yang selalu
71
menggunakan bahasa Jawa ragam krama untuk menghormati ketika
berkomunikasi dengan orang tersebut.
2. Bentuk campur kode frasa
a. Frasa dalam Bahasa Indonesia
Data (54)
Menik : “Aduh”
„Aduh‟
Dul : “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone pupune ya tak potong rapi
terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik pitikku saiki”
(D54/RWS/14/03/2016)
„Lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya saya potng rapi lalu saya
pakaikan celana legging, wah paling cantik ayam saya sekarang‟
Dalam tuturan pada data (54)“Terus tak ngengeh duwure tok terus gone
pupune ya tak potong rapi terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik
pitikku saiki” „Lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya saya potng rapi lalu
saya pakaikan celana legging, wah paling cantik ayam saya sekarang‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (54) adalah
menunjukkan maksud tertentu yaitu penutur merasa ayamnya sudah yang
tercantik di daerahnya karena sudah dihias sedemikian rupa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu, penutur menggunakan frasa tersebut untuk
memberikan penekanan atau meyakinkan bahwa ayam yang yang dia pelihara dan
72
sudah dihias dengan lipstik dan celana menjadi ayam yang paling cantik
dilingkungannya.
Data (55)
Menik : “Sok cuek pitike” (D55/RWS/14/03/2016)
„Sok cuek ayamnya‟
Dul : “Tapi wong pitike, piye leh ngarani pitik enek legginge apa ya isa”
„Tetapi ayamnya, bagaimana bisa bilang itu ayam kalau ada lenggingnya‟
Dalam tuturan pada data (55)“Sok cuek pitike” „Sok cuek ayamnya‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur
kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (55) diatas adalah
membangkitkan rasa humor yang dilakukan penutur agar pendengar terhibur
dengan menyamakan manusia dengan manusia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan penutur agar pendengar merasa
terhibur dengan ungkapan yang lucu tentang ayam yang mempunyai rasa sama
dengan apa yang dirasakan manusia yaitu masa bodoh.
Data (56)
Menik : “Hiya, malah dipasang alat kontrasepsi. Mbak Tika, Ngadiluwih, gawe
perjanjian no, sok yen dadi pitik paroan utawa dibagi ndoge kan ya wis
akeh ta?” (D56/RWS/14/03/2016)
„Hiya, justru dipasang alat kontrasepsi. Mbak Tika, Ngadiluwih,
meenggunakan perjanjian, kalau jadi ayam dibagi menjadi dua telurnya
kan sudah banyak kan?‟
Dalam tuturan pada data (56)“Hiya, malah dipasang alat kontrasepsi.
Mbak Tika, Ngadiluwih, gawe perjanjian no, sok yen dadi pitik paroan utawa
73
dibagi ndoge kan ya wis akeh ta?” „Hiya, justru dipasang alat kontrasepsi. Mbak
Tika, Ngadiluwih, meenggunakan perjanjian, kalau jadi ayam dibagi menjadi dua
telurnya kan sudah banyak kan?‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dnegan masuknya frasa dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (56) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur dan mudah dipahami oleh orang lain sehigga
membuat percakapan menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan isi percakapan, karena frasa tersebut tidak mempunyai
padanan dalam bahasa Jawa.
Data (57)
Menik : “...pitikku tak pasang celana levis, tak pasang lerekan nek sore mulih tak
bukak lerekane tak jupuk ndoge lek ngendog ning jerone celana levis”
(D57/RWS/14/03/2016)
„...ayamku saya pakaikan celana levis, saya buatkan resleting kalau sore
pulang saya buka resletingnya saya ambil telurnya di dalam celana levis‟
Dalam tuturan pada data (57)“...pitikku tak pasang celana levis, tak
pasang lerekan nek sore mulih tak bukak lerekane tak jupuk ndoge lek ngendog
ning jerone celana levis” „...ayamku saya pakaikan celana levis, saya buatkan
resleting kalau sore pulang saya buka resletingnya saya ambil telurnya di dalam
celana levis‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
74
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (57) diatas adalah
lebih perstice atau bergengsi, penutur menggunakan frasa tersebut agar terlihat
gaul sebab yang memakai celana levis adalah kalangan anak muda yang modern.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang merupakan seorang penyiar yang harus menguasai variasi bahasa
agar siarannya tidak monoton, penutur memasukkan kata tersebut karena dirasa
akan membuat suasana humor terbangun dengan penggunaan frase yang tidak
biasa digunakan yaitu celana levis yang digunakan pada ayam.
Data (58)
Menik : “Ujud apa lo?”
„Berbentuk apa?‟
Dul : “Ujud jarum suntik kabeh” (D58/RWS/14/03/2016)
„Berbentuk jarum suntik semua‟
Menik : “Ujude jarum suntik?”
„Berbentuk jarum suntik?‟
Dalam tuturan pada data (58)“Ujud jarum suntik kabeh” „Berbentuk
jarum suntik semua‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (58) adalah
membangkitkan rasa humor, penutur mengatakan bahwa anak ayam akibat
Inseminasi Buatan berbentuk jarum suntik semua.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang memiliki selera humor yang tinggi jadi mampu membuat kelucuan
dengan menyisipkan kata-kata yang tidak terduga.
75
Data (59)
Dul : “Terus tak tukokne obat penumbuh bulu, barngono tak blonyoi maneh.
Bareng tak blonyoi metu ulune....” (D59/RWS/14/03/2016)
„Lalu saya belikan obat penumbuh bulu, setelah itu saya oleskan lagi.
Setelah saya oleskan tumbuh bulunya...‟
Dalam tuturan pada data (59)“Terus tak tukokne obat penumbuh bulu,
barngono tak blonyoi maneh. Bareng tak blonyoi metu ulune....” „Lalu saya
belikan obat penumbuh bulu, setelah itu saya oleskan lagi. Setelah saya oleskan
tumbuh bulunya...‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (59) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan frase tersebut agar pendengar
merasa terhibur dengan membuat ayamnya yang sudah tidak berbulu menjadi
tumbuh bulunya lagi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang bekerja sebagai penyiar acara bengenre humor setidaknya penutur
memiliki variasi bahasa dan tanggap dalam menaggapi situasi sehingga
memunculkan celetukan-celetukan yang membuat tawa para pendengar dan mitra
tutur.
Data (60)
Dul : “Pitik jago ngono wis tak wehi gambar guedhi ngono dadine gatau pitik
kuwi”
„Ayam jago seperti itu saya kasih gambar besar jadinya tidak pernah ayam
itu‟
Menik: “Merasa kesepian ngono” (D60/RWS/14/03/2016)
„Merasa kesepian seperti itu‟
76
Dalam tuturan pada data (60)“Merasa kesepian ngono” „Merasa kesepian
seperti itu‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (60) diatas adalah
lebih tepat digunakan oleh penutur, jika mencari padanan kata dalam bahasa Jawa
tidaklah mudah untuk menggantikan frasa tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud, penutur menggunakan frasa tersebut karena penutur ingin
memberikan penekanan menggambarkan keadaan ayam yang jika hanya dikurung
saja tidak akan bebas dan tidak punya teman, tetapi dengan apa yang sudah
dibahas dalam tuturan tersebut ayam tidak akan merasa sendirian lagi.
Data (61)
Dul : “Pitik ki dikekana protein tinggi lek pitike dudu pitik bangkok, goblok
panggahan” (D61/RWS/14/03/2016)
„Ayam itu dikasih protein tinggi kalau ayamnya bukan jenis bangkok,
tetap bodoh‟
Dalam tuturan pada data (61)“Pitik ki dikekana protein tinggi lek pitike
dudu pitik bangkok, goblok panggahan” „Ayam itu dikasih protein tinggi kalau
ayamnya bukan jenis bangkok, tetap bodoh‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini dissebut dengan campur kode
intern.
77
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (61) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu, penutur menggunakan frasa tersebut ingin
menunjukkan bahwa ayam sekalipun dikasih vitamin yang tinggi tidak akan
berpengaruh karena bukan jenis ayam yang bagus.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Frasa tersebut
dirasa sudah tepat digunakan dalam percakapan tersebut karena mencari padanan
dalam bahaasa Jawanya juga tidak ada kemudian mempersingkat waktu siaran
juga daripada harus menjelaskan secara rinci
Data (62)
Dul : “Aku ki lara weteng jam dua belas malam kuwi kaya ora iling”
„Saya ini sakit perut pukul dua belas malam itu seperti tidak ingat‟
Menik : “Owalah”
„Owalah‟
Dul : “Aku wis ketok pet, ketok gambar cahya kuning tok”
„Saya sudah tidak kelihatan, hanya cahaya kuning saja‟
Menik : “Wo pingsan iki”
„Wo pingsan ini‟
(D62/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (62) Aku ki lara weteng jam dua belas malam
kuwi kaya ora iling” „Saya ini sakit perut pukul dua belas malam itu seperti tidak
ingat‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dan kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (62) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk
menjelaskan kapan kejadian itu berlangsung.
78
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan frasa tersebut karena ingin
menggambarkan keadaan penutur pada pukul tersebut dan meyakinkan bahwa
pada jam tersebut telah terjadi sesuatu kepadanya.
Data (63)
Menik : “Dek wingi kang Dodo tuku sate sepuluh tusuk dibungkus”
(D63/RWS/14/03/2016)
„Kemarin kang Dodo membeli sate sepuluh tusuk dibawa pulang‟
Dul : “Sepuluh runduk eh sunduk”
„Sepuluh runduk eh tusuk‟
Menik : “Sunduk”
„Tusuk‟
Dalam tuturan pada data (63) “Dek wingi kang Dodo tuku sate sepuluh
tusuk dibungkus”„Kemarin kang Dodo membeli sate sepuluh tusuk dibawa
pulang‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dari pengirim
sms. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (63) diatas adalah
lebih mudah diucapkan, frasa tersebut lebih mudah untuk dimengerti sehingga
membuat percakapan menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah karena faktor
kebiasaan dari penutur dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasinya dan frase tersebut sangatlah lazim digunakan untuk
penyebutan jumlah makanan khas Indonesia yaitu sate.
79
Data (64)
Dul : “Aku iki duwe lara buang air kecil ra mandek-mandek”
(D64/RWS/14/03/2016)
„Saya ini punya penyakit buang air kecil tidak berhenti-berhenti‟
Menik : “Buang air kecil, beser?”
„Buang air kecil, beser?‟
Dalam tuturan pada data (64)“Aku iki duwe lara buang air kecil ra
mandek-mandek” „Saya ini punya penyakit buang air kecil tidak berhenti-
berhenti‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (64) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur. Frasa tersebut juga lebih mudah untuk
dipahami oleh pendengar dan mitra tutur kemudian juga mewakili apa yang akan
dimaksudkan oleh penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas. Penutur menggunakan frasa tersebut karena dirasa sama
dengan apa yang diinginkan penutur untuk tujuannya dan mudah diucapkan oleh
penutur. Penutur mengatakan bahwa dia menderita penyakit buang air kecil yang
terus menerus.
Data (65)
Dul : “Urip”
„Hidup‟
Menik : “Jik isa miber lima menit” (D65/RWS/14/03/2016)
„Masih bisa terbang lima menit‟
80
Dalam tuturan pada data (65)“Jik isa miber lima menit” „Masih bisa
terbang lima menit‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (65) diatas
menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan frasa diatas untuk memberikan
penekanan maksud tentang apa yang telah terjadi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan frase tersebut karena penutur
ingin menyangatkan atau menggambarkan kedaaan yang terjadi ketika memotong
bebek dengan jenis tertentu terkadang bebek tersebut masih bisa terbang.
Data (66)
Dul : “Hooh pitik”
„Iya ayam‟
Menik : “Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung dina ga arep mulih ki piye
karepe, wah iki modus operasi anyar” (D66/RWS/14/03/2016)
„Ayamku yang masih kecil diculik jago sudah tiga hari tidak mau pulang
ini bagaimana keinginnanya, wah ini modus operasi anyar‟
Dalam tuturan pada data (66)“Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung
dina ga arep mulih ki piye karepe, wah iki modus operasi anyar” „Ayamku yang
masih kecil diculik jago sudah tiga hari tidak mau pulang ini bagaimana
keinginnanya, wah ini modus operasi anyar‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frase dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
81
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (66) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, dengan menggunakan frasa tersebut Menik sebagai
penutur ingin membuat suasana menjadi menghibur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Saat ini
banyak terjadi kejahatan dan penutur mengaitkan kejadian yang menimpa ayam
tersebut dengan tindak kejahatan saat ini dan menyebutnya dengan modus operasi
(tindak kejahatan).
Data (67)
Dul : “Lha nyapo ga oleh digawa-gawa uwong”
„Kenapa tidak boleh dibawa-bawa orang‟
Menik : “Eeh tas kresek kuwi kan angel didaur ulang lemah lha kuwi ngko marai
polusi lek lemahe tas kresek tok gak isa di tanduri awakedhewe suk
kekeringan” (D67/RWS/14/03/2016)
„Eeh tas plastik itu kan sulit didaur ulang tanah itu nanti membuat polusi
kalau tanahnya tas plastik semua tidak bisa ditanami kita nanti kekeringan‟
Dalam tuturan pada data (67)“Eeh tas kresek kuwi kan angel didaur ulang
lemah lha kuwi ngko marai polusi lek lemahe tas kresek tok gak isa di tanduri
awakedhewe suk kekeringan” „Eeh tas plastik itu kan sulit didaur ulang tanah itu
nanti membuat polusi kalau tanahnya tas plastik semua tidak bisa ditanami kita
nanti kekeringan‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (67) diatas adalah
lebih tepat digunakan. Frasa tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa
82
sehingga membuat penutur lebih memilih frasa tersebut untuk menyampakan
pesannya dan membuat percakapan menjadi lebih mudah dimengerti.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas atau tepat dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur karena
penggunaan frasa tersebut pembicaraan lebih mudah untuk dipahami dan
diucapkan. Penutur bermaksud menjelaskan akibat dari pemakaian sampah plastik
yang sulit diuraikan oleh tanah.
b. Frase bahasa Inggris
Data (68)
Dul : “...lha pitikku arep tak omongi ya arep tak brifing kabeh ki ngko”
„...ayam saya mau saya bilangi mau saya brifing semua nanti‟
Menik : “Dibrifingi heh! Rumasane apa SPG (Sales Promotion Girl) sing arep
kerja ngono di brifing. Pitik kok dadak dibrifing-brifingan”
(D68/RWS/14/03/2016)
„Dibrifing heh! Dipikir apa SPG (Sales Promotion Girl) yang mau bekerja
seperti itu dibrifing. Ayam kok harus dibrifing-brifing dulu‟
Dalam tuturan pada data (68)“Dibrifingi heh! Rumasane apa SPG (Sales
Promotion Girl) sing arep kerja ngono di brifing. Pitik kok dadak dibrifing-
brifingan” „Dibrifing heh! Dipikir apa SPG (Sales Promotion Girl) yang mau
bekerja seperti itu dibrifing. Ayam kok harus dibrifing-brifing dulu‟ terdapat
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (68) diatas adalah
lebih bergengsi atau lebih prestice. Frase tersebut digunakan agar penutur terlihat
menguasai bahasa lain juga selain bahasa yang digunakan.
83
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang menguasai beberapa variasi bahasa yang penutur gunakan untuk
membawakan acara tersebut agar tidak monoton dalam siarannya.
Data (69)
Dul : “...yawis sesok tak enteni ngisor wit pelem ae....”
„...ya sudah besok saya tunggu dibawah pohon mangga saja....‟
Menik : “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki smse to Lik”
(D69/RWS/14/03/2016)
„Itu privasinya ayam kenapa kamu buka smsnya Lik‟
Dalam tuturan pada data (69)“Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki
smse to Lik” „Itu privasinya ayam kenapa kamu buka smsnya Lik‟ terdapat
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (69) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk
menunjukkan bahwa penutur juga menguasai bahasa lain selain bahasa Jawa dan
juga penutur ingin terlihat mengikuti perkembangan teknologi dengan cara
memanfaatkannya dengan baik dalam komunikasi jarak jauh.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur. Sms atau (Short Message Service) adalah perkembangan alat
telekomunikasi saat ini. Penutur juga memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi jarak jauh dengan baik dan juga sering menggunakan dalam
kesehariannya.
84
Data (70)
Dul : “...tak setelne VCD perpitikan tak duduhi kae lo deloken pitik ki ngono
kae lo, pitik ki ngono kae lo lha ngono kae ngendog ki carane ngono
kae....” (D70/RWS/14/03/2016)
„...saya putarkan VCD tentang ayam saya kasih tahu seperti itu ayam itu
begitu, ayam itu seperti itu bertelur itu caranya seperti itu‟
Dalam tuturan pada data (70)“...tak setelne VCD perpitikan tak duduhi
kae lo deloken pitik ki ngono kae lo, pitik ki ngono kae lo lha ngono kae ngendog
ki carane ngono kae....” „...saya putarkan VCD tentang ayam saya kasih tahu
seperti itu ayam itu begitu, ayam itu seperti itu bertelur itu caranya seperti itu‟
terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (70) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Penutur ingin menunjukkan bahwa penutur juga
menguasai bahasa lain kemudian mengikuti dan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang semakin pesat.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang bekerja sebagai penyiar. VCD atau Video Compact Disc adalah
hasil perkembangan teknologi yang berhubungan dengan penyimpanan gambar
video. Penutur menggunakan frasa tersebut karena penguasaan variasi bahasa
yang dimiliki oleh penutur kemudian penutur yang juga menggunakan alat dari
hasil kemajuan jaman.
c. Frase bahasa arab
Data (71)
Menik : “Masya Allah mbok gincuni ta rumasamu” (D71/RWS/14/03/2016)
85
„Masya Allah kamu kasih lipstik kamu pikir‟
Dul : “Tak cat abang, terus tak”
„Saya warnai merah, lalu saya‟
Dalam tuturan pada data (71)“Masya Allah mbok gincuni ta rumasamu”
„Masya Allah kamu kasih lipstik kamu pikir‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari
bahasa Arab ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (71) diatas adalah
leih prestice atau bergengsi, penutur agar terlihat menguasai bahasa lain selain
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang memeluk agama Islam sehingga penutur merasa ketika itu kejadian
diluar nalarnya penutur akan mengucapkan kata tersebut untuk mengaggungkan
Tuhannya.
B. Fungsi Campur Kode dalam Acara Hello Dangdut (HelDa) Radio
Wijang Songko FM Kota Kediri
1. Lebih Mudah Diucapkan
Data (72)
Dul : “...ki ingon-ingon pamane kaya wong ternak manuk, manuke ngendog
terus nganti dadi anake....aku lo tik ngingu awakmu enek empat sasi rung
tau aku iki ngrasasakne ndogmu sitok ae” (D72/RWS/1/03/2016)
„...ini peliharaan seumpama seperti orang ternak burung, burungnya
bertelur lalu sampai jadi anaknya....ayam aku memelihara kamu sudah
empat bulan belum pernah merasakan telormu satu saja‟
86
Dalam tuturan pada data (72) “...ki ingon-ingon pamane kaya wong ternak
manuk, manuke ngendog terus nganti dadi anake....aku lo tik ngingu awakmu
enek empat sasi rung tau aku iki ngrasasakne ndogmu sitok ae” „...ini peliharaan
seumpama seperti orang ternak burung, burungnya bertelur lalu sampai jadi
anaknya....ayam aku memelihara kamu sudah empat bulan belum pernah
merasakan telormu satu saja‟ terdapat dua peristiwa campur kode dalam satu
tuturan yang dilakukan oleh Lik Dul, campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia yaitu ternak dan empat ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (72) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata ternak dan empat dipilih oleh penutur karena
mudah untuk dipahami oleh mitra tutur sehingga komunikasi menjadi lancar. Jika
memungkinkan penutur dapat mengganti kata empat dengan kata dalam bahasa
Jawa yaitu papat.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata tersebut sudah sering digunakan pada masyarakat saat ini dan
kata tersebut sangat mudah dimengerti oleh mitra tutur maupun pendengar.
Data (73)
Dul : “Lha piye arep ngrabikne pitik gek pitikku ki”
„lha bagaimana mau menikahkan ayam terus ayamku itu‟
Menik : “Enek surat pindah barang” (D73/RWS/1/03/2016)
„ada surat pindah juga‟
Dalam tuturan pada data (73) “Enek surat pindah barang” „ada surat
pindah juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
87
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
yaitu pindah ke dalam bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (73) diatas adalah
agar lebih mudah diucapkan. Penutur memasukkan kata tersebut agar lebih mudah
dikatakan dan mudah untuk dimengerti mitra tutur dan pendengarnya.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata tersebut dipilih oleh penutur karena sering digunakan dalam
komunikasi masyarakat sehingga memperlancar percakapan.
Data (74)
Dul : “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek muni ngene pitikku kurang ajar
pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek pacaran ning ngisor wit pelem
ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku, aku ngko dipecat ....”
(D74/RWS/1/03/2016)
„Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi begini ayamku
itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon mangga
saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti dipecat....‟
Dalam tuturan pada data (74) “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek
muni ngene pitikku kurang ajar pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek
pacaran ning ngisor wit pelem ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku,
aku ngko dipecat ....” „Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi
begini ayamku itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon
mangga saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti
dipecat....‟terdapat peristiwa campur kode yang diakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
88
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (74) diatas adalah
lebih mudah diucapkan sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena sudah biasa diperdengarkan
dalam masyarakat luas dan mudah dimengerti oleh khalayak umum.
Data (75)
Menik : “Lek iki teka gone Damar ning kota Pujon, Batu sih wetan nek lek apa
aku sih ga nesu ndoge dipek tanggaku soale ndoge palsu sing asli tak
simpen ndek lemari....” (D75/RWS/1/03/2016)
„Kalau ini dari Damar di Kota Pujon, Batu bagian timur kalau apa saya sih
tidak marah telurnya diambil tetanggaku soalnya telurnya palsu yang asli
saya simpan di almari....‟
Dalam tuturan pada data (75) “Lek iki teka gone Damar ning kota Pujon,
Batu sih wetan nek lek apa aku sih ga nesu ndoge dipek tanggaku soale ndoge
palsu sing asli tak simpen ndek lemari....” „Kalau ini dari Damar di Kota Pujon,
Batu bagian timur kalau apa saya sih tidak marah telurnya diambil tetanggaku
soalnya telurnya palsu yang asli saya simpan di almari....‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu asli dan kota ke dalam bahasa
Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (75) diatas adalah
lebih mudah diucapkan karena kata tersebut mudah dimengerti sehingga
komunikasi menjadi lancar. Jika memungkinkan penutur dapat mengganti kata
kota dengan kata dalam bahasa Jawa yaitu kutha.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan karena kata-kata ini sangat sering digunakan oleh masyrakat umum
89
sehingga penutur menyisipkan kata tersebut agar para pendengar mudah mengerti
maksud dari penutur.
Data (76)
Dul : “Sampeyan tak kandhani ya mas ya lak perkara pitik ki kangen-
kangenan ngono tak kandhani gonku ki sembarang tak siapi, dadine
kandhang kuwi gon dindinge sing lor wi tak wehi gambare pitik jago....”
(D76/RWS/1/03/2016)
„Kamu saya bilangin ya mas kalau perkara ayam ini kangen-kangenan
begitu saya bilangin punya saya itu semuanya saya siapin, jadinya sangkar
itu di dindingnya yang utara saya kasih gambarnya ayam jago....‟
Dalam tuturan pada data (76) “Sampeyan tak kandhani ya mas ya lak
perkara pitik ki kangen-kangenan ngono tak kandhani gonku ki sembarang tak
siapi, dadine kandhang kuwi gon dindinge sing lor wi tak wehi gambare pitik
jago....” „Kamu saya bilangin ya mas kalau perkara ayam ini kangen-kangenan
begitu saya bilangin punya saya itu semuanya saya siapin, jadinya sangkar itu di
dindingnya yang utara saya kasih gambarnya ayam jago....‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (76) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan dapat cepat dimengerti oleh lawan bicara sehingga
dapat memperlancar komunikasi.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaaan karena kata tersebut sering sekali digunakan oleh masyarakat dan mudah
dipahami oleh mitra tutur dan pendengar setia radio tersebut.
90
Data (77)
Dul : “hooh kangen karo pitik lanang ngono, pitike lanang nguethek ae
takomongana, ngko lak pitike wis tak kandhang ngono, lanange ning
ngisor karo muni, kuququququk terus pitike muni nrutnrutnrutnrut”
„iya kangen dengan ayam laki-laki gitu, ayamnya laki-laki senang sekali
saya bilangin, nanti kalau ayamnya sudah saya sangkarkan gitu, laki-
lakinya di bawah dengan bilang, kuququququk lalu ayamnya bunyi
nrutnrutnrutnrut‟
Menik : “emange getar Hp enek nrutnrutnrute” (D77/RWS/1/03/2016)
„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟
Dalam tuturan pada data (77) “emange getar Hp enek nrutnrutnrute”
„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (77) diatas adalah
lebih mudah untuk diucapkan daripada pengucapan dalam bahasa jawa yaitu
keder komunikasi menjadilebih lancar.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia karena kata tersebut
selalu digunakan oleh orang-orang untuk menyebutkan benda yang bergerak
dengan intensitas terus menerus seperti telefon genggam dll. Menik
membandingkan apakah ayam itu seperti telefon genggam sehingga ada
getarannya.
Data (78)
Dul : “Tak siapi diamen (damen) sak pirang-pirang lo, pitik malah ngendog
gone tangga, marai ning kana dicepaki kasur karo bantal lo”
„Saya siapin sisa padi banyak lo, ayam malah bertelur di tempatnya
tetangga, karena disana disiapkan kasur dan bantal lo‟
Menik : “Malah luwih penak ning kana, nyaman” (D78/RWS/1/03/2016)
91
„Malah lebih enak di sana, nyaman‟
Dalam tuturan pada data (78)“Malah luwih penak ning kana, nyaman”
„Malah lebih enak di sana, nyaman‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (78) diatas adalah
lebih mudah diucapkan sehingga memperlancar komunikasi dengan maksud yang
sesuai dengan keinginan penutur dapat tergambarkan dengan kata tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang pas karena penutur ingin menjelaskan bahwa
ditempat tetangga dari Lik Dul sangatlah nyaman dengan peralatan yang sudah
disiapkan agar ayamnya merasa betah.
Data (79)
Menik : “...wo sing anu ki ibuke Septi ki ngekeki saran aku ki ibuke Septi, mosok
ndoge ditulisi iki ibuke Septi ditulisi aku ibuke Septi?”
(D79/RWS/1/03/2016)
„...oh itu ibunya Septi yang memberi saran saya itu ibunya Septi, masak
telurnya ditulisi ini ibunya Septi ditulisi saya ibunya Septi?‟
Dul : “...ndoge ibuke sing ngendog ibuke Septi, terus barngono ndoge Erni”
„...telurnya ibunya yang bertelur ibunya Septi, lalu itu telurnya Erni‟
Menik : “Mulek ae”
„Membingungkan sekali‟
Dul : “Ribet timen”
„Ribet sekali‟
Dalam tuturan pada data (79)“...wo sing anu ki ibuke Septi ki ngekeki
saran aku ki ibuke Septi, mosok ndoge ditulisi iki ibuke Septi ditulisi aku ibuke
Septi?” „...oh itu ibunya Septi yang memberi saran saya itu ibunya Septi, masak
92
telurnya ditulisi ini ibunya Septi ditulisi saya ibunya Septi?‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (79) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra tutur
sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan karena ini adalah sebuah acara radio maka akan selalu menerima
pendapat dari pendengar atau disebut dengan saran, kata saran tersebut susah
mencari padananannya dalam bahasa Jawa juga terdengar sering digunakan di
masyarakat umum untuk berkomunikasi.
Data (80)
Menik : “Bukune isine apa Lik?”
„Bukunya berisi apa Lik?‟
Dul : “Iki ngono berita unek, eh unik”
„Ini adalah berita unek, eh unik‟
Menik : “Contoh berita unike apa?”
„Contoh berita uniknya apa?‟
(D80/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (80)“Iki ngono berita unek, eh unik” „Ini adalah
berita unek, eh unik‟ dan “Contoh berita unike apa?” „Contoh berita uniknya
apa?‟ terdapat peristiwa tutur berurutan yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
93
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (80) diatas adalah
lebih tepat digunakan oleh penutur, pemilihan kata oleh penutur sesuai dengan
maksud yang diinginkan oleh penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan maksud yang diinginkan oleh penutur, kata tersebut
lebih mudah diterima dan dipahami oleh pendengar dan mitra tutur. Lik Dul ingin
memberikan suatu informasi yang menarik dan Menik meminta sesuatu yang
serupa untuk dijelaskan.
Data (81)
Menik : “Ngetan”
„Ke timur‟
Dul : “Aku sing tak rabi daleme, omahe mara tuwaku kuwi belakangnya pak
Gungmungin” (D81/RWS/14/03/2016)
„Saya menikah rumahnya, rumah mertua saya itu belakanganya bapak
Gungmungin‟
Dalam tuturan pada data (81)“Aku sing tak rabi daleme, omahe mara
tuwaku kuwi belakangnya pak Gungmungin” „Saya menikah rumahnya, rumah
mertua saya itu belakanganya bapak Gungmungin‟ terdapat campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini terjadi dengan ditandai
masuknya kata dari bahsa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (81) diatas adalah
lebih mudah diucapkan, penutur menggunakan kata tersebut agar lebih mudah
diucapkan dan mudah dipahami oleh para pendengar dan mitra tutur sehingga
komunikasi menjadi lebih lancar.
94
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaasaan dari penutur yang sudah sering menggunakan bahasa Indonesia selain
bahasa Jawa untuk berkomunikasi.
Data (82)
Menik : “Jik saiki?”
„Sekarang masih?‟
Dul : “Jenenge ning kana Asminah, saiki bocae ning Sumatra cerai karo aku
tahun rongewu loro” (D82/RWS/14/03/2016)
„Namanya disana Asminah, sekarang orangnya di Sumatra bercerai dengan
saya tahun dua ribu dua‟
Dalam tuturan pada data (82)“Jenenge ning kana Asminah, saiki bocae
ning Sumatra cerai karo aku tahun rongewu loro” „Namanya disana Asminah,
sekarang orangnya di Sumatra bercerai dengan saya tahun dua ribu dua‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (82) diatas adalah
lebih mudah diucapkan daripada mengucapkannya dalam bahasa Jawa pegat. Kata
cerai lebih mudah diucapkan dan mudah dipahami sehingga komunikasi menjadi
lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur sehingga
menjadi muah diucapkan dan mudah dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.
Data (83)
Dul : “...ning gone kuwi lo kantor perlindungan anak dan pitik kuwi lo”
„...di tempat itu kantor perlindungan anak dan ayam itu lo‟
95
Menik : “Perlindungan anak dan babon pitik ngko diterusne maneh”
(D83/RWS/14/03/2016)
„Perlindungan anak dan betina ayam nanti diteruskan lagi‟
Dalam tuturan pada data (83)“Perlindungan anak dan babon pitik ngko
diterusne maneh” „Perlindungan anak dan betina ayam nanti diteruskan lagi‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (83) adalah lebih
mudah diucapkan sehingga memperlancar komunikasi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
karena kata tersebut sering sekali digunakan oleh orang sebagai kata penghubung
dalam komunikasi, jadi sudah terbiasa pada masyarakat dan cepat dipahami
maksud dari penutur.
Data (84)
Dul : “Siang mbah Dul kalihan mbak Menik” (D84/RWS/14/03/2016)
„Siang mbah Dul sama mbak Menik‟
Menik : “Nggih Menik, aku Aceng ning Pujon ning Pujon ki enek berita”
„Iya Menik, saya Aceng di Pujon di Pujon ini ada berita‟
Dalam tuturan pada data (84)“Siang mbah Dul kalihan mbak Menik”
„Siang mbah Dul sama mbak Menik‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh
pendengar yang mengirimkan sms kemudian dibacakan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan msuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
96
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (84) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan efisien waktu sehingga memperlancar jalannya
komunikasi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang kesehariannya juga menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Data (85)
Menik : “Uwong mangan tas kresek kurang kerjaan, Ain di Gondang
Tulungagung, enek ula Lik kenek diperintah” (D85/RWS/14/03/2016)
„Orang makan tas plastik itu kurang kerjaan, Ain di Gondang
Tulungagung, ada ular yang bisa diperintah‟
Dul : “Ula kok diprentah piye?”
„Ular kok diperintah bagaimana?‟
Dalam tuturan pada data (85)“Uwong mangan tas kresek kurang kerjaan,
Ain di Gondang Tulungagung, enek ula Lik kenek diperintah” „Orang makan tas
plastik itu kurang kerjaan, Ain di Gondang Tulungagung, ada ular yang bisa
diperintah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pengirim sms
yang dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (85) adalah lebih
mudah diucapkan oleh penutur sehingga maksud dari penutur tersampaikan dan
dipahami dengan baik.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah sering
digunakannya kata tersebut dalam pembicaraan ataupun komunikasi oleh
masyarakat luas.
97
Data (86)
Dul : “...aku lek delok mandi kucing ngono bar didilat, kucinge bar dilati
tangane digawe raup ....” (D86/RWS/14/03/2016)
„...saya kalau melihat kucing mandi seperti itu setelah dijilat, kucingnya
setelah tangannya dijilat dibuat mengusap wajah‟
Dalam tuturan pada data (86)“...aku lek delok mandi kcuing ngono bar
didilat, kucinge bar dilati tangane digawe raup ....” „...saya kalau melihat kucing
mandi seperti itu setelah dijilat, kucingnya setelah tangannya dijilat dibuat
mengusap wajah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (86) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur, kata tersebut mudah dipahami oleh
pendengar dan mitra tutur sehingga komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan dari penutur yang dalam komunikasinya tidak hanya menggunakan
bahasa Jawa saja sebagai alatnya namun juga menggunakan bahasa nasional dan
juga kata tersebut lazim digunakan oleh masyarakat.
Data (87)
Menik : “Apa kuwi?”
„Apa itu?‟
Dul : “Aku biyen tuku iwak pitik, ayam goreng ngono lo ayam goreng tak
cantolne ning sepedah bar ngono sing jupuk dudu kucing”
(D87/RWS/14/03/2016)
„Saya dulu beli daging ayam, ayam goreng saya gantung di sepeda motor
setelah itu yang mengambil bukan kucing‟
Dalam tuturan pada data (87)“Aku biyen tuku iwak pitik, ayam goreng
ngono lo ayam goreng tak cantolne ning sepedah bar ngono sing jupuk dudu
98
kucing” „Saya dulu beli daging ayam, ayam goreng saya gantung di sepeda motor
setelah itu yang mengambil bukan kucing‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (87) diatas lebih
mudah untuk diucapkan oleh penutur dan lebih mudah untuk dimengerti oleh
orang lain sehingga memperlancar komunikasi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan, frasa tersebut sudah sering digunakan oleh masyarakat untuk menyebut
jenis makanan yang berbahan ayam, anak-anak pun juga sangat sering
menyebutnya sehingga orang-orang akan mudah paham maksud penutur. Penutur
mengatakan bahwa ia smepat membeli makanan tersebut tetapi hilang dicuri.
Data (88)
Dul : “Kuwi mesthi iber, makane ning wong beleh menthok kuwi kudu satu
lare kudu ditaleni bar ngono dibeleh ben ndak miber”
(D88/RWS/14/03/2016)
„Itu pasti terbang, makanya kalau orang memotong bebek itu harus satu
sayapnya diikat setelah itu baru dipotong supaya tidak terbang‟
Dalam tuturan pada data (88)“Kuwi mesthi iber, makane ning wong beleh
menthok kuwi kudu satu lare kudu ditaleni bar ngono dibeleh ben ndak miber”
„Itu pasti terbang, makanya kalau orang memotong bebek itu harus satu sayapnya
diikat setelah itu baru dipotong supaya tidak terbang‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode tersebut ditandai
99
dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (88) lebih mudah
diucapkan sehingga komunikasi menjadi lancar antara penutur dan mitra tutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan, faktor kebiasaan ini terjadi karena penutur juga menggunakan bahasa
nasional dalam cara komunikasinya sehingga tidaklah sulit bagi penutur untuk
mengucapkan kata dari bahasa Indonesia.
Data (89)
Menik : “Hooh winginane kan aku oleh undangan yasinan ndek undangane
ditulisi bakda magrib lha pas waktunya yasinan aku lali jame merga
undangane disuweki adhiku dengan percaya dirinya aku budal yasinan
bakdha isya lha kok tibake yasinane wis buyar....‟ (D89/RWS/14/03/2016)
„Iya kemarin saya mendapat undangan yasinan di dalam undangannya
ditulis setelah magrib ketika waktunya yasinan saya lupa karena
undangannya disobek oleh adikku dengan percaya dirinya saya berangkat
yasinan setelah isya ternyata yasinanya sudah selesai...‟
Dalam tuturan pada data (89) diatas terdapat peristiwa campur kode yang
berurutan yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata-kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (89) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur dan mudah untuk dipahami sehingga
membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang menggunakan bahasa Indonesia juga dalam komunikasinya dan
kata tersebut sering digunakan dalam komunikasinya.
100
Data (90)
Menik : “Hahaha santai ya ternyata orangnya, seleh ga melu-melu ilang”
(D90/RWS/1/03/2016)
„Hahaha santai ya ternyata orangnya, santai tidak ikut-ikut menghilang‟
Dul : “Lha saiki pitike sapa sing ngendog?‟, „pitikmu, sing ngendog kene ilang
dijupuk bojomu aku ruh kok Lik‟ muni ngono kok”
„Lha sekarang ayamnnya siapa yang bertelur?‟,‟ayammu, yang bertelur di
sini hilang diambil suamimu aku lihat Lik‟ bilang begitu‟
Dalam tuturan pada data (90)“Hahaha santai ya ternyata orangnya, seleh
ga melu-melu ilang” „Hahaha santai ya ternyata orangnya, santai tidak ikut-ikut
menghilang‟ terdapat peristiwa campur kode yangdilakukan oleh Menik.
Peristiwa ini ditandai dengan masuknya klausa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (90) adalah lebih
mudah diucapkan. Klausa tersebut lebih mudah untuk dipahami oleh pendengar
sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Klausa tersebut sering digunakan oleh orang-orang, untuk
menunjukkan tetangga Lik Dul yang mendapatkan telur dari ayam Lik Dul ketika
telurnya diambil kembali oleh Lik Dul tetanggnya tidak mempermasalahkan
cenderung biasa saja.
2. Lebih Prestice atau Bergengsi
Data (91)
Dul : “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek muni ngene pitikku kurang ajar
pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek pacaran ning ngisor wit pelem
ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku, aku ngko dipecat ....”
(D91/RWS/1/03/2016)
101
„Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi begini ayamku
itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon mangga
saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti dipecat....‟
Dalam tuturan pada data (91) “Ngono tau ngene Hpne isuk tak temu lek
muni ngene pitikku kurang ajar pitikku yoan. Ngene sesok awakedewe lek
pacaran ning ngisor wit pelem ae soale nek ning ngarepan pos konangan bosku,
aku ngko dipecat ....” „Begitu pernah Hpnya pagi saya temukan kalau berbunyi
begini ayamku itu juga nakal. Begini besok kita kalau pacaran di bawah pohon
mangga saja soalnya kalau di depan pos ketahuan bosku, saya nanti
dipecat....‟terdapat peristiwa campur kode yang diakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (91) diatas adalah
lebih mudah diucapkan sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena sudah biasa diperdengarkan
dalam masyarakat luas dan mudah dimengerti oleh khalayak umum.
Data (92)
Dul : “hooh kangen karo pitik lanang ngono, pitike lanang nguethek ae
takomongana, ngko lak pitike wis tak kandhang ngono, lanange ning
ngisor karo muni, kuququququk terus pitike muni nrutnrutnrutnrut”
„iya kangen dengan ayam laki-laki gitu, ayamnya laki-laki senang sekali
saya bilangin, nanti kalau ayamnya sudah saya kurung gitu, laki-lakinya di
bawah dengan bilang, kuququququk lalu ayamnya bunyi nrutnrutnrutnrut‟
Menik : “emange getar Hp enek nrutnrutnrute” (D92/RWS/1/03/2016)
„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟
102
Dalam tuturan pada data (92) “emange getar Hp enek nrutnrutnrute”
„memangnya getar HP ada nrutnrutnrutnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (92) diatas adalah
prestice atau lebih bergengsi kata tersebut sekarang banyak digunakan untuk
penyebutan dari suatu alat komunikasi.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa Indonesia karena kata tersebut
selalu digunakan oleh orang-orang untuk menyebutkan benda yang bergerak
dengan intensitas terus menerus seperti telefon genggam dll. Menik
membandingkan apakah ayam itu seperti telefon genggam sehingga ada
getarannya.
Data (93)
Menik : “Mulek ae”
„Membingungkan sekali‟
Dul : “Ribet timen” (D93)/RWS/1/03/2016)
„Ribet sekali‟
Dalam tuturan pada data (93) “...ndoge ibuke sing ngendog ibuke Septi,
terus barngono ndoge Erni” „...telurnya ibunya yang bertelur ibunya Septi, lalu
itu telurnya Erni‟ “Mulek ae” „Membingungkan sekali‟ “Ribet timen”„Ribet
sekali‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
103
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (93) diatas adalah
lebih bergengsi, kata teesebut sekarang banyak digunakan untuk mengganti istilah
repot.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan karena ini adalah sebuah acara radio maka akan selalu menerima
pendapat dari pendengar atau disebut dengan saran, kata saran dan ribet tersebut
susah mencari padananannya dalam bahasa Jawa juga terdengar sering digunakan
di masyarakat umum untuk berkomunikasi.
3. Menegaskan Suatu Maksud Tertentu
Data (94)
Menik : “Aduh”
„Aduh‟
Dul : “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone pupune ya tak potong rapi
terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik pitikku saiki”
(D94/RWS/1/03/2016)
„lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya juga dipotong rapi lalu saya
pakaikan legging, wah paling cantik ayamku sekarang‟
Dalam tuturan pada data (94) “Terus tak ngengeh duwure tok terus gone
pupune ya tak potong rapi terus tak nggeni sual legging, wah paling cantik
pitikku saiki” „lalu saya sisakan atasnya saja lalu di pahanya juga dipotong rapi
lalu saya pakaikan legging, wah paling cantik ayamku sekarang‟ terdapat dua
peristiwa campur kode dalam satu tuturan berupa kata dan frase dari bahasa
Indonesia yaitu kata rapi dan frase wah paling cantik. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
104
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (94) diatas adalah
keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur menyisipkan kata dan frase
tersebut karena penutur ingin menjelaskan bahwa setelah ayam yang dia rawat
dengan baik ayam tersebut terlihat menjadi ayam yang paling bagus paling dalam
hal ini memberikan penekanan kepada keadaan ayam yang menjadi lebih baik.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mempunyai
maksud tertentu. Campur kode tersebut digunakan karena Lik Dul sebagai penutur
ingin menggambarkan atau meyakinkan keadaan ayamnya saat ini.
Data (95)
Dul : “...rumasamu aku kok takonmu mendetail ngono‟, „sampeyan kan ngerti
ilmu perwedhusan‟....” (D95/RWS/1/03/2016)
„...menurut saya kok kamu tanyanya mendetail seperti itu‟, „kamu kan tau
ilmu perkambingan...‟
Dalam tuturan pada data (95)“...rumasamu aku kok takonmu mendetail
ngono‟, „sampeyan kan ngerti ilmu perwedhusan‟....” „...menurut saya kok kamu
tanyanya mendetail seperti itu‟, „kamu kan tau ilmu perkambingan...‟ terdapat
campur kode yang dilakukan leh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (95) diatas adalah
maksud tertentu penutur menggunakan kata tersebut untuk memberikan
penekanan bahwa penanya memberikan banyak pertanyaan yang macam-macam
untuk dirinya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungakapan yang pas. Penutur memasukkan kata tersebut karena ingin
105
mengungkapkan bahwa terlalu banyak pertanyaan dari teman Lik Dul dengan
mengganti pertanyaan tersebut dengan kata mendetail yang lebih singkat dan pas,
selain itu dalam bahasa Jawa juga sulit untuk mencari padanan kata tersebut.
Data (96)
Menik : “Iya dadi wi hake”
„Ya itu menjadi haknya‟
Dul : “Penake aku lek isuk tak mlebu pawon‟, „aja wong wonge duda awakmu
sing berbahaya wi” (D96/RWS/1/03/2016)
„Enaknya saya kalau pagi masuk ke dapur‟, „jangan, itu seorang duda
kamu yang berbahaya nanti‟
Dalam tuturan pada data (96)“Penake aku lek isuk tak mlebu pawon‟, „aja
wong wonge duda awakmu sing berbahaya wi” „Enaknya saya kalau pagi masuk
ke dapur‟, „jangan, itu seorang duda kamu yang berbahaya nanti‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan leh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (96) diatas adalah
memberikan maksud tertentu, penutur memasukkan kata tersebut untuk
memberikan penekanan bahwa hal yang dilakukan itu akan menimbulkan sesuatu
yang tidak diinginkan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut karena ingin
menjelaskan kepada istrinya bahwa hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu akan
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan maka dari itu penutur menggunakan
kata berbahaya atau bebayani untuk memperingatkan istrinya.
106
Data (97)
Dul : “Mangmula pitikmu dolana timbang awakmu bendina tukaran karo
tanggamu”
„Makanya ayammu jual saja daripada kamu setiap hari bertengkar dengan
tetanggamu‟
Menik : “Lhaya kok ngebotne pitik daripada tangga” (D97/RWS/2/03/2016)
„Iya kok lebih berat ayamnya daripada tetangga‟
Dalam tuturan pada data (97)“Lhaya kok ngebotne pitik daripada tangga”
„Iya kok lebih berat ayamnya daripada tetangga‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (97) diatas adalah
maksud tertentu, penutur ingin memberikan penekanan terhadap apa yang sudah
diucapkan, penutur menekankan bahwa orang tersebut lebih memilih ayamnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur ingin menjelaskan kepada mitra tutur
bahwa seharusnya orang tersebut lebih memikirkan tetangganya.
Data (98)
Dul : “Wong aku salirang ngono mesthi entek”
„Aku satu sisir pisang saja aku pasti habis‟
Menik : “MasyaAllah kuwi jane kethek pa piye ta Lik kok salirang entek puegel
aku, mangan ki ya aja berlebihan apa-apa mangan berlebihan ki isa
berbahaya mangan iki secukupnya” (D98/RWS/14/03/2016)
„MasyaAllah itu apa kera Lik kok satu sisir habis semua, marah saya,
makan itu jangan berlebihan semuanya yang berlebihan itu berbahaya
makan itu secukupnya‟
Dalam tuturan pada data (98)“MasyaAllah kuwi jane kethek pa piye ta Lik
kok salirang entek puegel aku, mangan ki ya aja berlebihan apa-apa mangan
107
berlebihan ki isa berbahaya mangan iki secukupnya” „MasyaAllah itu apa kera
Lik kok satu sisir habis semua, marah saya, makan itu jangan berlebihan
semuanya yang berlebihan itu berbahaya makan itu secukupnya‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (98) diatas adalah
maksud teetentu, penutur menggunakan kata tersebut untuk memberikan saran
yang baik ketika makan kepada mitra tuturnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu karena Lik Dul makan pisang secara berlebihan,
penutur memberikan saran yang baik dengan menggnakan kata tersebut.
Data (99)
Menik : “Rega randha kok mundhak terus”
„Harga janda kok naik terus‟
Dul : “Ya jelas”
„Ya jelas‟
Menik : “Apalagi randhane ayu” (D99/RWS/14/03/2016)
„Apalagi jandanya cantik‟
Dul : “Wo ya tetep”
„Ya tetap‟
Dalam tuturan pada data (99)“Apalagi randhane ayu” „Apalagi jandanya
cantik‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode
ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
108
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (99) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu, penutur ingin menguatkan atau menambahkan apa
yang sudah dibicarakan tadi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas yang dimaksud oleh penutur. Penutur ingin menguatkan
argumen yang sudah dibicarakan tadi dengan menambahkan kata tersebut, Menik
ingin menguatkan pendapatnya tentang janda yang cantik akan mahal harganya.
Data (100)
Menik : “Apa ta Lik kok thukul ki?”
„Apa itu Lik kok tumbuh itu?‟
Dul : “Tanaman kae lek ngisor kae basah kan kerep thukul”
(D100/RWS/14/03/2016)
„Tanaman itu kalau yang bagian bawah basah pasti sering tumbuh‟
Menik : “Iya thukul”
„Ya tumbuh‟
Dalam tuturan pada data (100) “Tanaman kae lek ngisor kae basah kan
kerep thukul” „Tanaman itu kalau yang basah pasti sering tumbuh‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya dua kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (100) adalah
menunjukkan maksud tertentu, penutur ingin menunjukkan maksud lain dengan
memberikan perumpamaan seperti tanaman yang disiram bagian bawah tanaman
akan tetap basah jadi tanaman tersebut akan cepat tumbuh.
109
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas, dengan menggunakan kata tersebut pendengar dan mitra tutur
akan lebih memahami maksud yang disampaikan oleh penutur.
Data (101)
Dul : “Ya ketemu pas cerai terakhir tak kenekne „sarehne bojo loro sitok
Sumatra sitok Kediri ki repot ngko lak aku ning kana kudu bulan iki ning
Sumatra”
„Ya bertemu ketika bercerai terakhir saya bilang „karena istri dua yang
satu di Sumatra yang satu di Kediri nanti ribet kalau aku disana harus
bulan ini di Sumatra‟
Menik : “kene cemburu” (D101/RWS/14/03/2016)
„Yang sini cemburu‟
Dalam tuturan pada data (101) diatas terdapat peristiwa campur kode
secara berturutan yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia bulan dan cemburu ke
dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (101) adalah
memiliki maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk
meyankinkan pendengar dengan menggunakan kata dari bahasa Indonesia
tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat dengan apa yang dirasakan oleh penutur. Jika penutur
memiliki dua istri penutur akan bingung membagi waktunya, kemudian Menik
menjelaskan dengan kata cemburu agar pendengar cepat memahami maksud
penutur.
110
Data (102)
Dul : “Padha haha”
„Sama haha‟
Menik : “Padha ngiknguke iki mau ngene aku kan pasa lha aku ki lungguh kok
jare wong-wong pasaku batal, padahal aku ki lungguh ning warung lo Lik,
ntek rong piring Heri” (D102/RWS/14/03/2016)
„Sama ngiknguknya ini tadi begini saya kan puasa lha saya duduk kok
orang-orang bilang puasaku batal, padahal saya ini duduk di warung lo
Lik, habis dua piring Heri‟
Dalam tuturan pada data (102)“Padha ngiknguke iki mau ngene aku kan
pasa lha aku ki lungguh kok jare wong-wong pasaku batal, padahal aku ki
lungguh ning warung lo Lik, ntek rong piring Heri” „Sama ngiknguknya ini tadi
begini saya kan puasa lha saya duduk kok orang-orang bilang puasaku batal,
padahal saya ini duduk di warung lo Lik, habis dua piring Heri‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh pendengar yang mengirim sms kemudian
dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Peristiwa cmapur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi campur kode pada data (102) diatas adalah
memberikan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut untuk
memberikan penekanan dan meyakinkan terhadap apa yang penutur lakukan.
Faktor atau tujuan yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah
keinginan menjelaskan maksud. Penutur ingin mejelaskan kalau dirinya dikatakan
puasanya batal kemudian penutur menggunakan kata tersebut untuk menyangkal
dengan alasannya bahwa dirinya ternyata juga menghabiskan makan dua piring
yang kemudian mengundang humor dengan alasannya yang tersebut.
111
Data (103)
Menik : “Lha piye ta ngko lek misale RT ora diceluki kabeh ngko misale enek
sing penting ora disampaikan ngko salah” (D103/RWS/14/03/2016)
„Nanti kalau misalnya RT tidak dipanggil semua nanti semisal ada yang
penting tidak disampaikan nanti salah‟
Dalam tuturan pada data (103) “Lha piye ta ngko lek misale RT ora
diceluki kabeh ngko misale enek sing penting ora disampaikan ngko salah”
„Nanti kalau misalnya RT tidak dipanggil semua nanti semisal ada yang penting
tidak disampaikan nanti salah‟ terdapat dua peristiwa campur kode yang
dilakukan oelh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (103) diatas adalah
menjelaskan maksud tertentu penutur menggunakan kata tersebut untuk
menjelaskan maksud dengan memberikan perumpamaan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan, karena kata tersebut mudah
untuk dipahami dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur sehingga membuat
komunikasi berjalan lancar
Data (104)
Menik : “Diambu lak kenek sih Lik, diambu”
„Dicium baunya kan juga bisa Lik, dicium baunya‟
Dul : “Lha nek ning pawon kan aromane pawon kabeh”
(D104/RWS/14/03/2016)
„Kalau di dapur aromanya dapur semua‟
Dalam tuturan pada data (104)“Lha nek ning pawon kan aromane pawon
kabeh” „Kalau di dapur aromanya dapur semua‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
112
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (104) adalah
menjelaskan maksud, penutur menggunakan kata tersebut ingin memeberikan
penekanan pada keadaan yang terjadi di dapur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
menjelaskan maksud. Penutur memasukkan kata tersebut karena kata aroma
mewakili apa yang dirasakan oleh penutur dan lebih meyankinkan pendengar dan
mitra tutur dengan kondisi dapur rumahnya.
Data (105)
Dul : “Singo karo macan-macan sing teka Afrika kuwi lo lha sing gedhi-gedhi
ki berteman mbek kethek, tenan wong kethek ki enek makanane terus enek
sampeyan ruh ya ula”
„Singa dengan harimau dari Afrika itu yang besar-besar ini berteman
dengan kera, serius kera ini ada makanannya lalu ada kamu juga tahu kan
ular‟
Menik : “Ula berteman?”
„Ularberteman?‟
Dul : “Ula gedhi kuwi isa berteman karo burung dara, ula berteman karo
burung dara ki tenan”
„Ular besar itu bisa berteman dengan burung dara, ular berteman dengan
burung dara ini benar‟
(D105/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (105) diatas terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode terjadi ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (105) adalah
menunjukkan maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut agar
memberikan penekanan kepada keadaan hewan yang seharusnya tidak terjadi.
113
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu, penggunaan kata tersebut memberikan penekanan
dan meyakinkan para pendengar dengan keadaan dua hewan yang harusnya
memangsa musuhnya akan tetapi malah menjadi teman.
Data (106)
Menik : “Piye ta Lik, Fc ki mesin, mesin ki seratus persen bener, kok isa kleru iki
lo piye ta wong iki” (D106/RWS/14/03/2016)
„Bagaimana Lik, Fc ini mesin, mesin itu sertaus persen benar, kok bisa
keliru ini bagaimana ta orang ini‟
Dalam tuturan pada data (106)“Piye ta Lik, Fc ki mesin, mesin ki seratus
persen bener, kok isa kleru iki lo piye ta wong iki” „Bagaimana Lik, Fc ini mesin,
mesin itu sertaus persen benar, kok bisa keliru ini bagaimana ta orang ini‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan leh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (106) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan frasa tersebut untuk meyakinkan
mitra tutur bahwa mesin itu tidak akan salah.
Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan sesuatu tertentu. Penutur memasukkan frasa tersebut karena ingin
menejelaskan dan meberikan penekanan kepada apa yang sudah diucapkan kalau
mesin Fotokopi itu tidak akan pernah salah kecuali human eror karena mesin
sudah didesain sedemikian rupa untuk melakukan hal yang diperintahkan.
114
Data (107)
Dul : “Didilat kalihan sapi dados Menik tibake”
„Dijilat oleh sapi ternyata Menik‟
Menik : “Mendingan timbang sampeyan didilat jaran, didilat kethek, didilat
wedhus akehmen lekmu dilat” (D107/RWS/14/03/2016)
„Mendingan daripada kamu dijilat kuda, dijilat kera, dijilat kambing
banyak sekali jilatanmu‟
Dalam tuturan pada data (107)“Mendingan timbang sampeyan didilat
jaran, didilat kethek, didilat wedhus akehmen lekmu dilat” „Mendingan daripada
kamu dijilat kuda, dijilat kera, dijilat kambing banyak sekali jilatanmu‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (107) diatas adalah
maksud tertentu dari penutur yang ingin menyampaikan dan meyakinkan bahwa
penutur lebih baik keadaannya daripada mitra tutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata tersebut karena penutur
ingin meyakinkan pendengar dan lawan tuturnya bahwa keadaannya lebih baik
daripada lawan tuturnya yang mendaptkan banyak jilatan daripada penutur,
dengan menggunakan kata tersebut akan menjelaskan apa yang diinginkan oleh
penutur.
Data (108)
Menik : “Ndahnea sosialita banget. Carane penak sikile babone dirante ning
saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....‟
(D108/RWS/14/03/2016)
„Bayangkan seperti sosialita banget. Caranya gampang kakinya betinanya
dirantai di tiang kandang lalu sebelahnya dikasi foto jago‟
115
Dalam tuturan pada data (108)“Ndahnea sosialita banget. Carane penak
sikile babone dirante ning saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....‟
„Bayangkan seperti sosialita banget. Caranya gampang kakinya betinanya dirantai
di tiang kandang lalu sebelahnya dikasi foto jago‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (108) adalah
maksud tertentu, penutur ingin memberikan penekanan atau meyakinkan
pendengar dan mitra tutur bahwa ayam Lik Dul terlihat seperti orang kaya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud untuk menyangatkan atau memberikan penekanan pada
keadaan ayam dari Lik Dul kalau sekarang ayamnya terlihat seperti sosialita.
Data (109)
Dul : “Wis sukses dadi ayam kampung” (D109/RWS/14/03/2016)
„Sudah sukses menjadi ayam kampung‟
Menik : “Ayam kampung kan liya”
„Ayam kampung kan bermakna lain‟
Dalam tuturan pada data (109)“Wis sukses dadi ayam kampung” „Sudah
sukses menjadi ayam kampung‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (109) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut untuk
116
menjelaskan pekerjaan anaknya saat ini menjadi ayam kampung yang berkonotasi
lain.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud. Penutur memasukkan frasa tersebut karena penutur ingin
memberikan penekanan atau penjelasan tentang pekerjaan anaknya yang sudah
menjadi sukses dengan pekerjaan tersebut, tetapi frasa tersebut berkonotasi buruk.
Data (110)
Menik : “Sik-sik apa kuwi jenenge apa bedane didilat jaran karo kethek”
„Sebentar-sebentar itu namanya apa bedanya dijilat kuda sama kera‟
Dul : “...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur ngono jan beh asik, aku
nganti bulu kudukku merinding lo” (D110/RWS/14/03/2016)
„...kalau kuda itu dari bawah ke atas itu asik, sampai bulu kudukku
merinding‟
Dalam tuturan pada data (110)“...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur
ngono jan beh asik, aku nganti bulu kudukku merinding lo” „...kalau kuda itu
dari bawah ke atas itu asik, sampai bulu kudukku merinding‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (110) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur memasukkan kata tersebut untuk
mentangatkan atau memberi penekanan pada apa yang terjadi kepadanya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang juga menggunakan bahasa Indonesia juga sebagai alat
komunikasinya dengan masyarakat. Frasa tersebut juga sudah sering digunakan
117
orang untuk memberikan penenkanan kepada apa yang telah terjadi kepadanya
yang berhubungan dengan kekaguman, ketakutan, dll terhadap suatu hal.
Data (111)
Menik : “Mosok kucing mangan setusuk-tusuknya barang?”
(D111/RWS/14/03/2016)
„Masa kucing makan setusuk-tusuknya juga?‟
Dul : “Karodene lho kucing mangan lho kok dingengeh”
„Lagipula kucing makan kok disisakan‟
Menik : “Lhaya aneh ta”
„Iya aneh kan‟
Dalam tuturan pada data (111)“Mosok kucing mangan setusuk-tusuknya
barang?” „Masa kucing makan setusuk-tusuknya juga?‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (111) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut
untuk memberikan penekanan atau meyakinkan, apakah benar seekor kucing bisa
makan sate beserta tusuknya sekaligus.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur dalam berkomunikasinya juga menggunakan bahasa Indonesia
selain bahasa Jawa, jadi penutur sudah terbiasa mengucapkan ungkapan dalam
bahasa Indonesia. Perulangan kata ini juga lazim digunakan untuk menghitung
jumlah makanan yang dimasukkan dengan cara mencobloskan ke sesuatu yang
runcing, seperti sate yaitu makanan khas Indonesia.
118
Data (112)
Dul : “Alah kendhangane Amerika apa pokok sing digoleki sing lemu-lemu,
sing subur-subur senengane” (D112/RWS/14/03/2016)
„Alah kendhangannya Amerika yang penting dicari yang gemuk-gemuk,
yang subur-subur senangnya‟
Dalam tuturan pada data (112)“Alah kendhangane Amerika apa pokok
sing digoleki sing lemu-lemu, sing subur-subur senengane” „Alah
kendhangannya Amerika yang penting dicari yang gemuk-gemuk, yang subur-
subur senangnya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (112) diatas adalah
mempunyai maksud tertentu. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut
untuk perumpamaan orang yang gemuk.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan kata tersebut
karena ingin mendapatkan perumpamaan seserang yang gemuk sama dengan
sebuah tanaman yang subur yang terawat dengan baik dan mendapatkan nutrisi
yang cukup.
Data (113)
Dul : “Sik saiki aku tau ya, aku tau berdarah-darah ning drijiku iki kan ndak
mari-mari” (D113/RWS/14/03/2016)
„Yang sekarang saya pernah, saya pernah berdarah-darah di jari saya ini
tidak sembuh-sembuh‟
119
Dalam tuturan pada data (113)“Sik saiki aku tau ya, aku tau berdarah-
darah ning drijiku iki kan ndak mari-mari” „Yang sekarang saya pernah, saya
pernah berdarah-darah di jari saya ini tidak sembuh-sembuh‟ terdapat campur
kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (113) diatas adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penggunaan perulangan kata ini untuk
memberikan penekanan terhadap apa yang dialami oleh Lik Dul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan tersebut untuk
memberikan penekanan dan menyangatkan terhadap apa yang dialami oleh
penutur, penutur sedang terluka dan darah yang dikeluarkan tidak mau berhenti.
Perulangan kata tersebut sangat menjelaskan keadaan dari penutur.
4. Lebih Tepat Digunakan
Data (114)
Dul : “Lha sing tukang fotokopine ya ngono bingung yokan lek aku fotocopy
ora, lek aku kan kon anu kon Fc karo anakku „pak Fk nen sampeyan kan
enek ta ulangan kurikulume sekolah kan enek ta kon nulis sejarah”
(D114/RWS/14/03/2016)
„Lha orang fotokopinya supaya bingung juga kalau aku fotokopi tidak,
kalau aku kan disuruh fotokopi anak saya „Pak, fotokopi kan kamu ada
ujian kurikulum sekolah kan ada disuruh menulis sejarah‟
Dalam tuturan pada data (114)“Lha sing tukang fotokopine ya ngono
bingung yokan lek aku fotocopy ora, lek aku kan kon anu kon Fc karo anakku
„pak Fk nen sampeyan kan enek ta ulangan kurikulume sekolah kan enek ta kon
120
nulis sejarah” „Lha orang fotokopinya supaya bingung juga kalau aku fotokopi
tidak, kalau aku kan disuruh fotokopi anak saya „Pak, fotokopi kan kamu ada
ujian kurikulum sekolah kan ada disuruh menulis sejarah‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (114) diatas adalah
lebih tepat digunakan, kata tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keiginan
menjelaskan maksud, penutur ingin menjelaskan materi yang akan dipelajari
dalam sekolah dengan mengganti menggunakan kata tersebut.
Data (115)
Dul : “Isa numpak sepeda motor barang”
„Bisa naik sepeda motor juga‟
Menik : “Sik ta Lik desamu ki jane kebun binatang apa piye?”
(D115/RWS/14/03/2016)
„Sebentar Lik, desamu ini sebenarnya kebun binatang?‟
Dalam tuturan pada data (115)“Sik ta Lik desamu ki jane kebun binatang
apa piye?” „Sebentar Lik, desamu ini sebenarnya kebun binatang?‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (115) diatas adalah
lebih tepat digunakan karena frasa tersebut tidak ada padanannya dalam bahasa
Jawa.
121
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas. Frasa tersebut mewakili apa yang ingin dimaksudkan oleh
penutur sehingga lebih cepat untuk dipahami.
Data (116)
Dul : “...lha kuwi enak ta Nik wedhus peternak kaya sapi sing diculne ning
gone tempat sampah, itu gak layak dikonsumsi daginge dadine ya malih
repot dee” (D116/RWS/14/03/2016)
„...itu enak ta Nik kambing peternak seperti sapi yang dilepaskan di tempat
sampah, itu tidak layak dikonsumsi dagingnya jadi repot dia‟
Dalam tuturan pada data (116)“...lha kuwi enak ta Nik wedhus peternak
kaya sapi sing diculne ning gone tempat sampah, itu gak layak dikonsumsi
daginge dadine ya malih repot dee” „...itu enak ta Nik kambing peternak seperti
sapi yang dilepaskan di tempat sampah, itu tidak layak dikonsumsi dagingnya jadi
repot dia‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya beberapa kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (116) diatas adalah
lebih tepat digunakan oleh penutur, kata dalam campur kode tersebut akan
kesulitan jika dicari padanannya dalam bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur, dengan
menggunakan ungkapan yang tepat pembicaraan tersebut akan lebih mudah
dimengerti oleh mitra tutur dan pendengar setia. Penutur mengatakan bahwa
peliharaan seperti sapi atau kambing tidak pantas untuk dimakan jika peliharaan
tersebut memakan sampah.
122
Data (117)
Dul : “...mbok aku diceluk kon kerjasama jak mangan-mangan bareng”
„...kalau bisa saya dipanggil disuruh kerjamasama diajak makan bersama‟
Menik : “Nyapo kerjasama mangan-mangan bareng? Kuwi gak termasuk”
(D117/RWS/14/03/2016)
„Kenapa kerjasama makan bersama? Itu tidak termasuk‟
Dalam tuturan pada data (117)“Nyapo kerjasama mangan-mangan
bareng? Kuwi gak termasuk” „Kenapa kerjasama makan bersama? Itu tidak
termasuk‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (117) diatas adalah
lebih tepat digunakan oleh penutur sebab kata tersebut sulit mencari padanan
dalam bahasa Jawanya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Jika penutur
menggunakan definisi lain yang artinya sama yaitu melakukan kegiatan dengan
tujuan bersama terlalu panjang dan akan memakan waktu siaran, maka dari itu
penutur menggunakan kata tersebut sebagai gantinya.
Data (118)
Dul : “Ngene undangan rapat RT lha aku dudu RT kok kon rapat iki lo”
„Begini undangan rapat RT saya bukan RT kenapa saya disuruh rapat‟
Menik : “Lik maksute rapat RT kuwi kan sampeyan lingkungan RT kana ya
termasuk anggota RT ta” (D118/RWS/14/03/2016)
„Lik maksutnya rapat RT itu kamu lingkungan di RT sana ya termasuk
anggota RT‟
Dalam tuturan pada data (118)“Lik maksute rapat RT kuwi kan sampeyan
lingkungan RT kana ya termasuk anggota RT ta” „Lik maksutnya rapat RT itu
123
kamu lingkungan di RT sana ya termasuk anggota RT‟ terdapat campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dnegan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (118) diatas adalah
lebih tepat digunakan, kata tersebut mewakili apa yang akan disampaikan oleh
penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Kata tersebut
juga lebih mudah diucapkan dan mudah dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.
Data (119)
Dul : “Lho kuwi lo tulisane mbah Reng ki ning sms kok isa apik”
„Lho itu tulisannya mbah Reng ini di sms kok bisa bagus‟
Menik : “Heh! Tulisan ning sms kuwi memang diatur karo Hpne Lik jadi tulisan
eleka panggah apik” (D119/RWS/14/03/2016)
„Heh! Tulisan di sms itu memang diatur oleh Hpnya Lik jadi tulisan jelek
tetap bagus‟
Dalam tuturan pada data (119)“Heh! Tulisan ning sms kuwi memang
diatur karo Hpne Lik jadi tulisan eleka panggah apik” „Heh! Tulisan di sms itu
memang diatur oleh Hpnya Lik jadi tulisan jelek tetap bagus‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya kata dari bahasa Indionesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atatu fungsi penggunaan campur kode pada data (119) diatas
adalah lebih tepat digunakan, kata tersebut tidak memiliki padanan dalam bahasa
124
Jawa sehingga tepat sekali digunakan oleh penutur untuk menunjukkan
maksudnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud, penutur ingin mnejelaskan bahwa sistem pada Hp sudah
ditata sedemikian rupa jadi untuk menulis pesan tidak perlu memikirkan bentuk
tulisan karena sudah ditata oleh sistem Hp secara otomatis.
Data (120)
Menik : “Yuh sertipikat omah didol trimakna gawekne apartement pitik?”
„Setifikat rumah dijual hanya untuk membuat apartemen ayam?‟
Dul : “Ya kene kan memanjakan pitik ta” (D120/RWS/2/03/2016)
„Ya saya kan memanjakan ayam‟
Menik : “Yuh”
„Yuh‟
Dalam tuturan pada data (120)“Ya kene kan memanjakan pitik ta” „Ya
saya kan memanjakan ayam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (120) diatas adalah
lebih tepat digunakan oleh penutur. Mencari kata tersebut dalam bahasa Jawa
tidaklah mudah maka dari itu penutur menggunakan kata tersebut agar tidak
kesulitan dalam berkomunikasi dengan mitra tutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
karena kata yang digunakan oleh penutur tersebut sudah sangat lazim bagi
masyarakat dan mudah dimengerti bagi pendengar dan mitra tutur.
125
Data (121)
Dul : “...ngono kok terus bar ngono kok meneng ae kok ora enek
perkembangan, tak takoni „awakmu kelangan apa?‟, „ndak kelangan apa-
apa....‟ (D121/RWS/1/03/2016)
„...seperti itu lalu diam saja tidak ada perkembangan, saya bertanya
„apakah kamu kehilangan sesuatu?‟, tidak kehilangan apa-apa....‟
Dalam tuturan pada data (121)“...ngono kok terus bar ngono kok meneng
ae kok ora enek perkembangan, tak takoni „awakmu kelangan apa?‟,„ndak
kelangan apa-apa....‟ „...seperti itu lalu diam saja tidak ada perkembangan, saya
bertanya „apakah kamu kehilangan sesuatu?‟, tidak kehilangan apa-apa....‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur
kode ini ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (121) diatas adalah
lebih tepat digunakan, kata perkembangan dalam bahasa Jawa sulit mencari
padanannya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur kemudian juga
lebih mudah untuk diucapkan.
Data (122)
Menik : “Iyuh gak sementara lik dingge kanca” (D122/RWS/1/03/2016)
„Iyuh tidak sementara lik untuk teman‟
Dul : “Gah sementara ngko lak pitikku bathi rusak”
„Tidak mau sementara nanti ayamku jadi rusak‟
Dalam tuturan pada data (122)“Iyuh gak sementara lik dingge kanca”
„Iyuh tidak sementara lik untuk teman‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
126
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (122) diatas adalah
lebih tepat digunakan, sesuai dengan maksud yang diinginkan oleh penutur dan
tidak ada padanannya dalam bahasa Jawa. Jika memungkinkan kata tersebut dapat
diganti dalam bahasa Jawa ora suwi atau mung sedhela.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungakapan yang pas sesuai dengan kehendak penutur kata tersebut juga lebih
mudah diucapkan oleh penutur untuk menjelaskan waktu yang tidak berlangsung
lama untuk menemani ayam Lik Dul.
Data (123)
Dul : “Boten iki lek dipampersi ketara guedi membol-membol pak Nono”
(D123/RWS/1/03/2016)
„Tidak ini kalau dipampersi terlihat besar sekali Pak Nono‟
Menik : “Malah seksi malahan”
„Malah terlihat seksi‟
Dalam tuturan pada data (123) “Boten iki lek dipampersi ketara guedi
membol-membol pak Nono” „Tidak ini kalau dipampersi terlihat besar sekali Pak
Nono‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Jawa ragam ngoko ke
ragam Jawa krama Inggil. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (123) diatas adalah
lebih tepat digunakan karena menghormati pendengar dengan berbahasa kepada
yang lebih tua dengan menggunakan bahasa yang halus.
127
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial penutur yang asli orang Jawa sehingga mengatahui unggah-ungguh dalam
bahasa Jawa bagaimana cara menghormati orang.
Data (124)
Menik : “De‟e janjian liwat twitter malahan” (D124/RWS/1/03/2016)
„Dia malah berjanji lewat twitter”
Dalam tuturan pada data (124) “De‟e janjian liwat twitter malahan” „Dia
malah berjanji lewat twitter” terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Inggris yaitu twitter ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dnegan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (124) diatas adalah
lebih tepat digunakan karena kata tersebut tidak ada padanan dalam bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keadaan
sosial dari penutur yang tergolong masih muda dan saat ini memanfaatkan
perkembangan tehnologi komunikasi yang modern.
5. Membangkitkan Rasa Humor
Data (125)
Menik : “Heh rausah mikir Lik, Lik wong tas limang menit ae kaliren ngono”
„Heh tidak usah berpikir Lik, Lik orang lima menit saja kelaparan begitu‟
Dul : “Ngene ae wetengku wis krikit-krikit kok‟
„Begini saja perutku sudah krikit-krikit (kesakitan)‟
Menik : “Ya wis ora usah berharap sing tinggi-tinggi” (D125/RWS/14/03/2016)
„Ya sudah tidak usah berharap yang tinggi-tinggi‟
128
Dalam tuturan pada data (125)“Ya wis ora usah berharap sing tinggi-
tinggi” „Ya sudah tidak usah berharap yang tinggi-tinggi‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode pada data ini
ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (125) diatas adalah
untuk membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata
tersebut untuk menggoda Lik Dul sebagai lawan tuturnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud tertentu. Penutur memasukkan perulangan kata tersebut
karena penutur ingin memberikan saran kepada mitra tutur kalau Lik Dul tidak
bisa menahan rasa laparnya jangan memaksakan untuk tidak makan.
Data (126)
Menik : “Lhaya ta wi kan anu hewan-hewan sikile papat enek gak sing misale ya
jenenge mirip-mirip iwak, kaya iwak bagong” (D126/RWS/14/03/2016)
„Lhaiya itu hewan-hewan berkaki empat ada tidak yang misalnya namanya
mirip-mirip ikan, seperti ikan bagong‟
Dalam tuturan pada data (126)“Lhaya ta wi kan anu hewan-hewan sikile
papat enek gak sing misale ya jenenge mirip-mirip iwak, kaya iwak bagong”
„Lhaiya itu hewan-hewan berkaki empat ada tidak yang misalnya namanya mirip-
mirip ikan, seperti ikan bagong‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur
kode intern.
129
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (126) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan perulangan kata tersebut
untuk memancing reaksi humor dari Lik Dul, lawan tuturnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang membawakan acara humor sehingga dalam pembawaan acara
tersebut harus terdapat lawakan atau guyonan yang membuat pendengar merasa
terhibur dan ikut bereaksi dengan apa yang sudah disampaikan oleh penutur.
Dalam hal ini penutur bertanya kepada mitra tutur tentang hewan yang berkaki
empat dengan nama yang sama dengan jenis ikan.
Data (127)
Dul : “...Do, ngono kuwi panganen gapapa Do, paro edeng karo kucing.
Sekali-sekali ngalah karo kucing ngono lo”
„…Do, seperti itu dimakan tidak apa-apa Do, dibagi dua dengan kucing.
Sekali-sekali mengalah sama kucing begitu‟
Menik : “Lhaya mosok ya sampeyan terus-terusan mangan enak, sekali-sekali
kan kucinge dijak mangan enak” (D127/RWS/14/03/2016)
„Lha iya masa kamu terus menerus makan enak, sekali-kali kan kucingnya
diajak makan enak‟
Dalam tuturan pada data (127)“Lhaya mosok ya sampeyan terus-terusan
mangan enak, sekali-sekali kan kucinge dijak mangan enak” „Lha iya masa kamu
terus menerus makan enak, sekali-kali kan kucingnya diajak makan enak‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan
masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (127) adalah
membangkitkan rasa humor. Penggunaan campur kode pada percakapan ini
bertujuan untuk mengolok Dodo salah satu pendengar setia acara tersebut.
130
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang akan disampaikan oleh penutur. Penutur
menginginkan agar Dodo berbagi makanan dengan kucing hanya terkadang saja
jadi tidak secara berkala. Perulangan tersebut juga lebih mudah untuk diucapkan
dan mudah untuk dipahami oleh pendengar dan mitra tutur serta mewakili apa
yang diinginkan penutur.
Data (128)
Dul : “Pitikku ki ingah-ingih gawene megelne”
„Ayam saya kurangajar menyebalkan‟
Menik : “Ingah-ingih jare, ya bene ta Lik, pitik dikurungi terus kan juga bosan
dia perlu teman perlu hiburan, de‟e lek pengen curhat piye?”
(D128/RWS/1/03/2016)
„Kurangajar katanya, ya biarkan Lik, ayam dikurung terus kan juga bosan
dia perlu teman perlu hiburan, dia kalau ingin curhat bagaimana?‟
Dalam tuturan pada data (128)“Ingah-ingih jare, ya bene ta Lik, pitik
dikurungi terus kan juga bosan dia perlu teman perlu hiburan, de‟e lek pengen
curhat piye?” „Kurangajar katanya, ya biarkan Lik, ayam dikurung terus kan juga
bosan dia perlu teman perlu hiburan, dia kalau ingin curhat bagaimana?‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya klausa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (128) adalah
membangkitkan rasa humor dengan menyamakan seekor ayam dengan manusia
yang memiliki rasa dan rasa bosan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang bekerja sebagai penyiar sehingga mengusai banyak variasi bahasa.
131
Klausa tersebut dimasukkan dalam percakapan karena penutur merasa kasihan
dengan ayam yang dikurung dan dirantai jadi menjadikan ayam seumpama
manusia pastinya merasa bosan dan kesepian.
Data (129)
Dul : “Malah ngabruki kula kok”
„Malah menyerang saya kok‟
Menik : “Hihihi gemas de‟e Lik, kuwi tandha sayange ning sampeyan”
(D129/RWS/2/03/2016)
„Hihihi gemes dia Lik, itu tanda sayang ke kamu‟
Dalam tuturan pada data (129)“Hihihi gemas de‟e Lik, kuwi tandha
sayange ning sampeyan” „Hihihi gemas dia Lik, itu tanda sayang ke kamu‟
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Campur kode ini
ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (129) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, kata yang digunakan oleh penutur merupakan
ungkapan yang membuat pendengar merasa tergelitik sehingga menghibur para
pendengar yang setia dengan radio tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas sehingga apa yang dimaksud oleh penutur tersampaikan
dengan benar, kata tersebut juga sulit mencari dalam bahasa Jawanya. Penutur
ingin menjelaskan kenapa ayamnya Lik Dul menyerangnya mungkin itu karena
ayam dari Lik Dul jengkel dengan pemiliknya dan percakapan ini membuat
suasana menjadi tidak monoton dalam membawakan acaranya.
Data (130)
Dul : “Hooh pitik”
132
„Iya ayam‟
Menik : “Pitikku dara no diculik pitik jago wis telung dina ga arep mulih ki piye
karepe, wah iki modus operasi anyar” (D130/RWS/14/03/2016)
„Ayamku yang masih kecil diculik ayam jago sudah tiga hari tidak mau
pulang ini gimana maunya, wah ini modus operasi baru‟
Dalam tuturan pada data (130)“Pitikku dara no diculik pitik jago wis
telung dina ga arep mulih ki piye karepe, wah iki modus operasi anyar” „Ayamku
yang masih kecil diculik ayam jago sudah tiga hari tidak mau pulang ini gimana
maunya, wah ini modus operasi baru‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau faktor penggunaan campur kode pada data (130) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, kata culik biasanya digunakan kepada manusia tetapi
dalam perbincangan ini diperuntukkan pada ayam, ini menimbulkan reaksi tawa
bagi pendengar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang sebagai penyiar harus menguasai berbagai variasi bahasa yang akan
digunakan ketika siaran. Karena acara ini bergenre humor maka penutur sengaja
menggunakan kata yang diperuntukkan bagi manusia tetapi digunakan pada
hewan sehingga menimbulkan kelucuan yang akhirnya membuat pendengar
merasa terhibur.
Data (131)
Dul : “...enek uwong nubruk pitik ngono ae mlebu rumah sakit, piye ta jago
nubrak-nubruk....” (D131/RWS/14/03/2016)
„...ada orang menabrak ayam itu masuk rumah sakit, bagaimana ayam jago
manabrak-nabrak....‟
133
Dalam tuturan pada data (131)“...enek uwong nubruk pitik ngono ae mlebu
rumah sakit, piye ta jago nubrak-nubruk....” „...ada orang menabrak ayam itu
masuk rumah sakit, bagaimana ayam jago manabrak-nabrak....‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan adanya
frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (131) adalah
membangkitkan rasa humor, penutur ingin membuat kelucuan dengan
menggunakan farsa tersebut sebagai akibat setelah orang menabrak seekor ayam.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat untuk memberikan keterangan tempat setelah seseorang
menabrak seekor ayam yang mengakibatkan orang tersebut harus dirawat
kemudian juga lebih mudah untuk dipahami dan diucapkan daripada harus
mengucapkan griya sakit sebagai gantinya.
Data (132)
Dul : “Tak tukokne kapsul, kapsul terus tak tukokne jamu sehat lelaki”
(D132/RWS/14/03/2016)
„Saya belikan kapsul, kapsul lalu saya belikan jamu sehat lelaki‟
Menik : “Yuh”
„Yuh‟
Dalam tuturan pada data (132) “Tak tukokne kapsul, kapsul terus tak
tukokne jamu sehat lelaki” „Saya belikan kapsul, kapsul lalu saya belikan jamu
sehat lelaki‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
134
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (132) diatas adalah
membangkitkan rasa humor agar pendengar merasa terhibur dengan apa yang
telah diucapkan oleh penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang meiliki selera humor yang tinggi. Penuturu memasukkan frasa
tersebut karena ingin membuat susasana siaran menjadi tidak monton dengan
memberikan jamu kepada seekor ayam yang dilakukan seperti manusia terkadang
penutur juga menggunakan istilah atau ungkapan yang tidak terduga untuk
menimbulkan kelucuan.
Data (133)
Dul : “...iki tak gaweni legging lekmu ngluyur kok saya adoh”
„...ini saya pakaikan legging kamu mainnya kok semakin jauh‟
Menik : “Malah de‟e merasa cantik paling dadi tebar pesona”
(D133/RWS/14/03/2016)
„Dia justru merasa cantik mungkin jadi tebar pesona‟
Dalam tuturan pada data (133)“Malah de‟e merasa cantik paling dadi
tebar pesona” „Dia justru merasa cantik mungkin jadi tebar pesona‟ terdapat
persitiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (133) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan frasa tersebut ingin membuat
lelucon dengan ayam Lik Dul yang disamakan dengan para gadis.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Penutur
135
memasukkan frasa tersebut karena merasa mendapatkan ungkapan yang tepat
untuk apa yang ingin dia sampaikan agar mudah dipahami oleh pendengar dan
mitra tutur.
Data (134)
Dul : “Pitikku tak ombeni pil KB wis” (D134/RWS/14/03/2016)
„Ayamku sudah saya minumi pil KB‟
Menik : “Ora ngendog no malihan”
„Tidak bertelur dong jadinya‟
Dalam tuturan pada data (134)“Pitikku tak ombeni pil KB wis “ „Ayamku
sudah saya minumi pil KB‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dalam bahasa Indonesia ke
dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
peristiwa campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (134) diatas adalah
membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar pendengar merasa
terhibur dengan kelucuan yang ditimbulkan dalam percakapan tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah menjelaskan
maksud, dengan menggunakan frase tersebut penutur bermaksud memberikan
ayamnya obat agar tidak bisa bertelur lagi di rumah tetangganya.
Data (135)
Dul : “...aku jane gumun karo pitikku, pitikku jane kamijagonen”
„...saya itu heran sama ayamku, ayamku sebenarnya itu mudah ikut jago‟
Menik : “Hihihi bene ta masa puber” (D(135)/RWS/14/03/2016)
„Hihihi biarkan saja masa puber‟
136
Dalam tuturan pada data (135)“Hihihi bene ta masa puber” „Hihihi
biarkan saja masa puber‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frase dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (135) adalah
membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar suasana siaran
menjadi lucu sebab ayam yang dipelihara Lik Dul dikatakan sedang masa puber
seperti masnusia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang penutur ingin katakan dengan keadaan ayam
dari Lik Dul yang suka mengikuti ayam jago, ayam tersebut disebut mengalami
masapubertas sama dengan manusia pada masa remaja.
Data (136)
Menik : “...lek gah ngedum dicelukne tukang suntik pitik wi lo IB ne pitik
Inseminasi Buatan pitik. Ya Alloh emange sapi? Emange wedhus? Di IB
barang” (D136/RWS/14/03/2016)
„...kalau tidak mau dibagi dipanggilkan orang yang menyuntik ayam itu IB
ayam Inseminasi Buatan ayam. Ya Allah dikira sapi? Dikira kambing? Di
IB juga‟
Dalam tuturan pada data (136)“...lek gah ngedum dicelukne tukang suntik
pitik wi lo IB ne pitik Inseminasi Buatan pitik. Ya Alloh emange sapi? Emange
wedhus? Di IB barang” „...kalau tidak mau dibagi dipanggilkan orang yang
menyuntik ayam itu IB ayam Inseminasi Buatan ayam. Ya Allah dikira sapi?
Dikira kambing? Di IB juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
137
pengirim sms yang dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (136)
membangkitkan rasa humor yang diciptakan oleh pengirim sms kemudian
ditambah dengan pernyataan Menik.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud yang diinginkan oleh penutur supaya ayamnya diberikan
Inseminasi Buatan agar bisa beranak tanpa memerlukan ayam jantan dan tidak
perlu bertengkar lagi dengan tetangganya.
Data (137)
Menik : “Kaya ibu hamil ae” (D136/RWS/14/03/2016)
„Seperti ibu hamil saja‟
Dul : “Nyawang kae, disawang, ngono kae lak sing pitik perawan kan rada
nakal ra patek nyawang tak keplak ndase”
„Diliahat itu, dilihat, itu kan kalau ayam masih perawan sedikit nakal tidak
terlalu memperhatikan saya pukul kepalanya.
Dalam tuturan pada data (137)“Kaya ibu hamil ae” „Seperti ibu hamil
saja‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (137) diatas adalah
membangkitkan rasa humor agar pendengar terhibur dengan celetukan yang
ditimbulkan oleh penutur yang menyamakan ayam seperti ibu hamil.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan.
138
Penutur juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya selain
bahasa Jawa frase tersebut sering kali kita dengarkan juga dalam masyarakat.
Data (138)
Dul : “Kuwi katak anu lo, katak anu apa lek ngarani”
(D138/RWS/14/03/2016)
„Itu katak itu lo, katak apa namanya‟
Menik : “Katak apa ta?”
„Katak apa?‟
Dul : “Kuwi katak kuwi wis arep dirabine kok”
„Itu katak itu sudah mau dinikahkan‟
Dalam tuturan pada data (138)“Kuwi katak anu lo, katak anu apa lek
ngarani” „Itu katak itu lo, katak apa namanya‟ terdapat campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (138) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk membuat
suasana menjadi komunikatif dan menghibur para pendengar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang sebagai penyiar menguasai berbagai variasi bahasa untuk siaran
dalam acaranya agar tidak monoton.
Data (139)
Dul : “Cocok, aku ya tau pasangan-pasangan pas pasangan-pasangan serasi”
(D139/RWS/14/03/2016)
„Cocok,saya tau pasangan-pasangan tepat pasangan-pasangan serasi‟
Menik : “Sitoke lek dolanan game woh yahud”
„Satunya kalau bermain game woh yahud‟
139
Dalam tuturan pada data (139)“Cocok, aku ya tau pasangan-pasangan pas
pasangan-pasangan serasi” „Cocok,saya tau pasangan-pasangan pas pasangan-
pasangan serasi‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (139) adalah
membangkitkan rasa humor, Lik Dul sebagai penutur ingin mengejek salah satu
teman penyiar mereka yang sedang berpacaran dan Menik ikut bereaksi dengan
menambahkan argumen.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Perulangan kata
juga lebih mudah diucapkan dan dimengerti orang lain. Perulangan ini menjelakan
tentang seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menjalin hubungan dan Lik
Dul mengatakan bahwa temannya tersebut adalah pasangan yang cocok.
Data (140)
Menik : “Kaya dokter wonge, hebat dengaren sampeyan pinter”
(D140/RWS/14/03/2016)
„Seperti dokter dia, hebat tumben kamu pintar‟
Dul : “Aku ki maca, maca berita”
„Saya ini baca, baca berita‟
Dalam tuturan pada data (140)“Kaya dokter wonge, hebat dengaren
sampeyan pinter” „Seperti dokter dia, hebat tumben kamu pintar‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
140
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (140) diatas
adalah membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut untuk
menyanjung lawan tuturnya yang biasanya tidak pernah seperti itu. Kemudian
dibalas oleh lawan tutur yang akhirnya menimbulkan tawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang dirasa penutur untuk menyanjung lawan
tuturnya yang ketika saat itu berubah menjadi pintar tetapi karena lawan tuturnya
sudah membaca sebelumnya dan suasana tersebut menjadi lucu.
Data (141)
Dul : “Neh pas aku arep metani bojoku ta, tak petani ning ngarep lawang
ngono aku difoto karo pak Suparjiman, terus fotone ning rapat RT
diduduhne „iki enek primata sing rukun....” (D142/RWS/14/03/2016)
„Lagi ketika saya mau mengambil kutu di rambut istriku di depan pintu
aku difoto oleh pak Suparjiman, lalu fotonya di rapat RT disebarkan „ini
ada primata yang rukun....‟
Dalam tuturan pada data (142)“Neh pas aku arep metani bojoku ta, tak
petani ning ngarep lawang ngono aku difoto karo pak Suparjiman, terus fotone
ning rapat RT diduduhne „iki enek primata sing rukun....” „Lagi ketika saya mau
mengambil kutu di rambut istriku di depan pintu aku difoto oleh pak Suparjiman,
lalu fotonya di rapat RT disebarkan „ini ada primata yang rukun....‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan cmapur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (142) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan kata tersebut untuk
menghibur pendengar dengan menggunakan kata foto sebagai alat melucunya.
141
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat karena kata tersebut sulit mencari padanan katanya dalam
bahasa Jawa. Sehingga dengan menggunakan kata tersebut membuat komunikasi
menjadi lancar dan penonton terhibur.
Data (143)
Dul : “Selamat yahmene Lik” (D143/RWS/14/03/2016)
„Selamat sekarang Lik‟
Menik : “Iya ibuke Elis, saka Klotok Pojok. Kan bojoku ki ngopeni pitik bangkok
lha sing cilik-cilik pas diumbar lha kok mara-mara jagone jalu sing cilik
kenek gulune dadi saiki pitike lek arep nutul jagung gawe jurus mabuk
dhisik”
„Ya ibunya Elis, dari Klotok Pojok. Suami saya memelihara ayam bangkok
yang kecil-kecil dilepas tiba-tiba jagonya menyerang yang kecil kena
lehernya sekarang ayamnya kalau makan jagung memakai jurus mabuk
dulu‟
Dalam tuturan pada data (143) diatas terdapat campur kode yang dilakukan
oleh pengirim sms yang dibacakan oleh Menik dan Lik Dul. Campur kode ini
berupa kata dan frasa dari bahasa Indonesia selamat dan jurus mabuk ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (143) adalah
membangkitkan selera humor. Pengirim sms ini menyisipkan kata tersebut agar
pendengar yang lain juga merasa terhibur, acara ini bengenre humor maka dari itu
selalu ada kelucuan yang terjadi setiap saat dari penutur maupun pendengar yang
ikut berpartisipasi dengan mengirim sms maupun telpon secara langsung.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang menjadi pendengar setia acara pada radio ini membuat penutur
juga tertular dengan sikap humor yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul
142
sehingga penutur menjadi terbiasa dengan banyolan-banyolan ketika
berkomunikasi dengan orang lain.
Data (144)
Dul : “Aku kan separo manusia separo wedhus” (D144/RWS/14/03/2016)
„Saya kan separuh manusia separuh kambing‟
Menik : “Jangankan diolah wong langsung dimakan aja biasa kok”
„Jangankan diolah dimakan langsung aja biasa kok‟
Dalam tuturan pada data (144)“Aku kan separo manusia separo wedhus”
„Saya kan separuh manusia separuh kambing‟ terdpat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (144) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur ingin menunjukkan dengan ungkapan
tersebut bahwa penutur adalah seorang manusia setengah kambing, ini merupakan
salah satu kelucuan yang ditimbulkan penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
penutur yang sering berkomunikasi dengan sebagaian lawan tutur dengan
menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Data (145)
Dul : “Berita unike ngene, iki enek wong kejegur sumur isa mentas dhewe
masia ora enek sing nulungi. Berita unike ngono Nik”
„Berita uniknya begini, ini ada orang tercebur sumur bisa naik sendiri
meskipun tidak ada yang menolongnya. Berita uniknya begitu Nik‟
Menik : “Mosok ta Lik neng ndi kuwi kejadiannya?”
„Apa iya Lik dimana itu kejadianya?‟
Dul : “Iki ta Nik? Ya genah ning film”
„Ini Nik? Ya jelas di film‟
(D145/RWS/14/03/2016)
143
Dalam tuturan pada data (145)“Mosok ta Lik neng ndi kuwi
kejadiannya?” „Apa iya Lik dimana itu kejadianya?‟ dan “Iki ta Nik? Ya genah
ning film” „Ini Nik? Ya jelas di film‟ terdapat dua peristiwa campur kode secara
bergantian yang dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (145) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Kata tersebut digunakan untuk menipu Menik
sebagai mitra tutur dan pendengar akan merasa terhibur dengan kekonyolan
mereka berdua.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor sosial
penutur sebagai penyiar pastilah memiliki variasi bahasa yang nyeleneh untuk
membuat pendengarnya merasa terhibur seperti yang dilakukan pada data diatas.
Data (146)
Dul : “Mas, sampeyan tak omongi lak jagone ki tekaku rapapa, jagone tekane
tanggaku pitikku ki arep tak tukokne apartemen telu ki, ngko ben turu ning
apartement ben aman” (D146/RWS/2/03/2016)
„Mas, kamu saya bilangi kalau ayam jantan itu punya saya tidak apa-apa,
ayam itu punya tetanggaku ayamku ini mau saya belikan apartemen tiga,
agar nanti bisa tidur di apertemen dan aman‟
Dalam tuturan pada data (146)“Mas, sampeyan tak omongi lak jagone ki
tekaku rapapa, jagone tekane tanggaku pitikku ki arep tak tukokne apartemen telu
ki, ngko ben turu ning apartement ben aman” „Mas, kamu saya bilangi kalau
ayam jantan itu punya saya tidak apa-apa, ayam itu punya tetanggaku ayamku ini
mau saya belikan apartemen tiga, agar nanti bisa tidur di apertemen dan aman‟
144
terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (146) diatas adalah
mebangkitkan rasa humor. Kata apartemen digunakan untuk membuat lelucon
dengan mitra tutur dengan menyewakan ayam sebuah apartemen itu akan
membuat penonton tergelitik dengan banyolan tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur sebagai penyiar acara bergenre humor harus memiliki variasi bahasa dan
membuat celetukan yang membuat para pendengar terhibur dan tetap setia
mendengarkan acara tersebut. Seperti menyewakan apartemen untuk ayam adalah
bentuk lelucon yang dibuat penutur.
Data (147)
Dul : “Pitikku atine apa ora ya lara? Malah enek pitik prawan loro, pitik sing
lanang dijak wira-wiri wira-wiri tak omongi”
„Ayamku apa tidak sakit hati? Ada ayam betina dua, ayam jantan diajak
mondar-mandir saya bilangi‟
Menik : “Ngece”
„Mengejek‟
Dul : “Ora usah lara atimu sok mben anakmu wis gedhe tak jak karaoke
dhewe” (D147/RWS/1/03/2016)
„Tidak usah sakit hati besok anakmu kalau sudah besar saya ajak karaoke
sendiri‟
Dalam tuturan pada data (147)“Ora usah lara atimu sok mben anakmu wis
gedhe tak jak karaoke dhewe” „Tidak usah sakit hati besok anakmu kalau sudah
besar saya ajak karaoke sendiri‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari
145
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur
kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (147) diatas untuk
membangkitkan humor agar penonton tertawa dengan lelucon yang ditimbulkan
oleh Lik Dul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang sebagaimana adalah penyiar radio yang bergenre humor pastinya
Lik Dul juga memiliki selera humor yang tinggi sehingga menimbulkan celetukan
yang membuat para pendengar merasa tergelitik. Seperti data diatas Lik Dul ingin
mengajak ayam untuk olah suara bersamanya ini adalah lelucon yang ditimbulkan
oleh Lik Dul.
Data (148)
Menik : “Tak kira lak pitike”
„Saya kira kalau ayamnya‟
Dul : “Dudu, sing nubruk kuwi, lha piye wong pitike numpak truk kok
ditubruk” (D148/RWS/1/03/2016)
„Bukan, yang menabrak itu, lha bagaimana ayamnya naik truk kok
ditabrak‟
Dalam tuturan pada data (148)“Dudu, sing nubruk kuwi, lha piye wong
pitike numpak truk kok ditubruk” „Bukan, yang menabrak itu, lha bagaimana
orang ayamnya naik truk kok ditabrak‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Pertistiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia truk ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode
ini disebut dengan campur kode intern.
146
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode (148) diatas adalah
membangkitkan rasa humor dengan menggunakan kata tersebut akan mengundang
tawa dari para pendengar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
mendapatkan ungkapan yang pas karena kata tersebut tidak mendapatkan padanan
dalam bahasa Jawa untuk menjelaskan maksud dari penutur.
C. Faktor yang Melatarbelakangi Campur Kode dalam Acara Hello
Dangdut (HelDa) Radio Wijang Songko FM Kota Kediri
1. Mendapatkan ungkapan yang tepat
Data (149)
Dul : “Lha wi ya ngono gaktau ngendog ning omah lek ngendog ning tegalan,
merga wedi tak seneni”
„Lha itu ya begitu tidak pernah bertelur di rumah kalau bertelur di kebun,
karena takut saya marahi‟
Menik : “Ning tegalani, disembunyikan” (D149/RWS/1/03/2016)
„Di kebun itu, disembunyikan‟
Dalam tuturan pada data (149)“Ning tegalani, disembunyikan” „Di kebun
itu, disembunyikan‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (149) diatas adalah
mempunyai maksud tertentu bahwa penutur bermaksud meyakinkan mitra tutur
bahwa telurnya disembunyikan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dari apa yang diinginkan oleh penutur, lebih mudah
147
mengucapkan kata tersebut daripada harus mengatakannya dalam bahasa Jawa
delikkne.
Data (150)
Menik : “Haiyah nyolong malah arepe berencana malahan karo bojone pisan”
„Haiyah mencuri kok mau berencana dengan istrinya lagi‟
Dul : “Ben isa”
„Agar bisa‟
Menik : “Piye ta iki?”
„Gimana ini?‟
Dul : “Ben isa ning tahanan wong loro”
„Agar bisa di tahanan berdua‟
(D150/RWS/2/03/2016)
Dalam tuturan pada data (150)“Ben isa ning tahanan wong loro” „Agar
bisa di tahanan berdua‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (150) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan dipahami oleh para pendengar dan mitra tutur
sehingga komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dalam percakapan tersebut, kata tersebut lebih mudah
diucapkan oleh penutur daripada pengucapan dalam bahasa Jawa kunjara dengan
begitu percakapan menjadi lancar.
Data (151)
Dul : “...lha lek aku diukum dhewe susah no, lek diukum sakeluargaku gelem”
„...kalau saya dihukum sendiri ya susah, kalau dihukum sekeluarga mau‟
Menik : “Diukum sakeluarga apa bedol desa ye? Transmigrasi rumasane”
(D151/RWS/1/03/2016)
„Dihukum satu keluarga atau bedol desa? Meneurutmu transmigrasi‟
148
Dalam tuturan pada data (151)“Diukum sakeluarga apa bedol desa ye?
Transmigrasi rumasane” „Dihukum satu keluarga atau bedol desa? Menurutmu
transmigrasi‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (151) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, penutur ingin membuat lelucon untuk mengimbangi
dengan apa yang sudah dikatakan oleh Lik Dul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas, Menik sebagai penutur mengolok Lik Dul karena
mengingingkan dihukum bersama keluarganya, yang bersalah satu orang tetapi
dihukum meminta ditemani, maka dari itu Menik menggunakan kata tersebut
untuk mengungkapkan maksudnya.
Data (152)
Menik : “...mari ngono ditinggal blayu ambi jagone dadi wong-wong jaluk
pertanggungjawaban” (D152/RWS/14/03/2016)
„...setelah itu ditinggal lari oleh jagonya jadi orang-orang minta
pertanggungjawaban‟
Dalam tuturan pada data (152) “...mari ngono ditinggal blayu ambi jagone
dadi wong-wong jaluk pertanggungjawaban” „...setelah itu ditinggal lari oleh
jagonya jadi orang-orang minta pertanggungjawaban‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
149
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (152) diatas lebih
tepat digunakan oleh penutur, dalam bahasa Jawa mencari padanan kata tersebut
tidaklah mudah kemudian kata tersebut sesuai dengan maksud dari penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas. Kata tersebut lebih mudah diucapkan dan lebih mudah
dipahami apa yang diinginkan oleh penutur.
Data (153)
Menik : “Berita unik”
„Berita unik‟
Dul : “Berita unik iki enek sing apik Nik, aku percaya saiki lagu lek gawe judul
wong kuwi gelis terkenal” (D153/RWS/14/03/2016)
„Berita unikini ada yang bagus Nik, saya percaya sekarang lagu kalau
memakai judul nama orang cepat terkenalnya‟
Dalam tuturan pada data (153)“Berita unik iki enek sing apik Nik, aku
percaya saiki lagu lek gawe judul wong kuwi gelis terkenal” „Berita unikini ada
yang bagus Nik, saya percaya sekarang lagu kalau memakai judul nama orang
cepat terkenalnya‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (153) diatas adalah
lebih tepat digunakan, kata tersebut sulit jika harus mencari padanannya dalam
bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Sehingga mitra
tutur dan pendengar paham dengan apa maksud dari penutur kalau lagu yang
diberikan judul nama seseorang pasti cepat laku.
150
Data (154)
Dul : “...aku untuk menjaga keselamatannya pitikku sing perawan tas tuku
dek wingi” (D154/RWS/1/03/2016)
„...saya untuk menjaga keselamatannya ayamku yang perawan baru beli
kemarin‟
Menik : “keselamatannya jare, keselamatan ben ndog‟e ora dicolong tanggane
kuwi iya”
„keselamatannya katanya, keselamatan biar telurnya tidak dicuri
tetangganya itu‟
Dalam tuturan pada data (154) “...aku untuk menjaga keselamatannya
pitikku sing perawan tas tuku dek wingi” „...saya untuk menjaga keselamatannya
ayamku yang perawan baru beli kemarin‟ terdapat campur kode yang dilakukan
oleh Lik Dul. Campur kode ini terjadi ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. campur kode inidisebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (154) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga membuat percakapan menjadi
lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Klausa tersebut
lebih mudah untuk dipahami oleh mitra tutur dan pendengar.
Data (155)
Dul : “Iki ngono sing mbok ombe ngono pil KB‟, lek muni ngono”
„Ini yang kamu minum pil KB‟, dia bilang seperti itu‟
Menik : “Ha? Pil KB? Wah sampeyan ra isa manak Lik”
„Ha? Pil KB? Wah kamu tidak bisa mempunyai anak Lik‟
Dul : “Lhaya iki malah peneran Ti ra isa produksi wisan”
(D155/RWS/14/03/2016)
„Iya ini malah kebetulan Ti, tidak bisa produksi lagi‟
151
Dalam tuturan pada data (155)“Lhaya iki malah peneran Ti ra isa
produksi wisan” „Iya ini malah kebetulan Ti, tidak bisa produksi lagi‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Fungsi atau tujuan penggunaan campur kode pada data (155) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur ingin membuat guyonan dengan mengganti
maksud mempunyai anak dengan kata produksi, kata produksi biasanya
digunakan untuk sebuah pabrik yang menghasilkan produk tetapi disini Lik Dul
menggunakannya untuk urusan rumah tangganya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas, penutur ingin menyingkat apa yang ingin dikatan dengan kata
produksi daripada menjelaskan dengan membuat anak lagi dan juga
mempertimbangkan durasi.
Data (156)
Menik : “Iya ben diilaki”
„Ya supaya dihilangkan‟
Dul : “Diilaki terus dikumbah karo alkohol bar ngono dihisap karo anune,
karo bidane” (D156/RWS/14/03/2016)
„Dihilangkan lalu dicuci dengan alkohol setelah itu dihisap dengan itu,
oleh bidannya‟
Dalam tuturan pada data (156)“Diilaki terus dikumbah karo alkohol bar
ngono dihisap karo anune, karo bidane” „Dihilangkan lalu dicuci dengan alkohol
setelah itu dihisap dengan itu, oleh bidannya‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
152
masuknya kata dari bahasa Indonesia dihisap ke dalam bahasa yang digunakan
adalah bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (156) diatas adalah
lebih mudah diucapkan sehingga membuat percakapan menjadi lebih lancar dan
maksud dari penutur lebih cepat dimengerti.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas, penutur menggunakan kata tersebut karena penutur merasa
kata tersebut sesuai dengan sesuatu yang dimaksudkan oleh penutur.
Data (157)
Menik : “...bukune anakku disemayani sore dadi lha kok aku lali lek duite mau
tak lebokne ning jero buku lha kok basa dijupuk hasile jebule duite ya
melu di fotokopi pisan” (D157)/RWS/14/03/2016)
„...bukunya anak saya dijanjikan sore jadi tetapi saya lupa kalau tadi saya
masukkan uang ke dalam buku ketika saya ambil ternyata uangnya ikut
difotocopy juga‟
Dalam tuturan pada data (157)“...bukune anakku disemayani sore dadi lha
kok aku lali lek duite mau tak lebokne ning jero buku lha kok basa dijupuk hasile
jebule duite ya melu di fotokopi pisan” „...bukunya anak saya dijanjikan sore jadi
tetapi saya lupa kalau tadi saya masukkan uang ke dalam buku ketika saya ambil
ternyata uangnya ikut difotocopy juga‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (157) adalah lebih
prestice atau bergengsi. Penutur menggunakan kata tersebut karena kata tersebut
153
adalah perkembangan dari teknologi agar penutur terlihat lebih modern dengan
mengikuti perkembangan jaman.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas karena kata tersebut merupakan sebutan yang pas untuk alat
menggandakan barang cetakan (tulisan), penutur juga akan kesulitan mencari
padanan dalam bahasa Jawanya maka penutur memilih kata tersebut agar lebih
mudah dipahami oleh pendengar dan mitra tutur.
Data (158)
Dul : “Lha kuwi gone perlindungan anak pitik” (D158/RWS/14/03/2016)
„Lha itu tempat perlindungan anak ayam‟
Menik : “Anak dan perempuan pitik”
„Anak dan perempuan ayam‟
Dalam tuturan pada data (158)“Lha kuwi gone perlindungan anak pitik”
„Lha itu tempat perlindungan anak ayam‟ terdapat campur kode yang dilakukan
oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (158) adalah
membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut agar pendengar
merasa terhibur karena kelucuan tentang ayam yang mempunyai tempat
perlindungan seperti manusia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas karena sulit mencari padanan kata dalam bahasa Jawa, dengan
menggunakan kata tersebut penutur bisa menyampaikan maksud yang diinginkan.
154
Data (159)
Menik : “Lik, kerjasama ki misale dalam hal menolong tangga sing liya sing
membutuhkan” (D159/RWS/14/03/2016)
„Lik, kerjasama itu misalnya dalam hal menolong tetangga lain yang
membutuhkan‟
Dul : “Nyapo kok nulung wong awakedhewe ae ra enek sing nulung kok”
„Kenapa menolong rang kalau kita saja tidak ada yang menolong‟
Dalam tuturan pada data (159)“Lik, kerjasama ki misale dalam hal
menolong tangga sing liya sing membutuhkan” „Lik, kerjasama itu misalnya
dalam hal menolong tetangga lain yang membutuhkan‟ terdapat campur kode
yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya
kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (159) diatas adalah
maksud tertentu, penutur memberikan contoh sesuatu kepada mitra tutur agar
mitra tutur lebih jelas.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas, penutur mendapatkan apa yang ingin disampaikan kepada
mitra tutur dengan menggunakan kata tersebut.
Data (160)
Menik : “Sok tahu awakedhewe, iki enek keajaiban mosok anak kucing genku
ngemong menthok, turu barang ya karo menthok...”
„Sok tahu kita, ini ada keajaiban masak anak kucing ditempatku diasuh
bebek, tidur juga dengan bebek....‟
Dul : “Aku percaya Nik, percaya masalahe kuwi aku pernah delok ning kebun
binatang merak-merak urung wayahe ditutup”
„Saya percaya Nik, percaya masalhanya itu saya pernah lihar dikebun
binatang merak belum waktunya ditutup‟
(D160/RWS/14/03/2016)
155
Dalam tuturan pada data (160) diatas terdapat beberapa campur kode yang
dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (160) adalah
menunjukkan maksud tertentu. Penutur dan mitra tutur menggunakan kata
tersebut ingin memberikan penekanan atau meyakinkan pedengar akan maksud
dari penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat untuk sesuatu yang diinginkan oleh penutur. Kata keajaiban
akan sulit jika harus mencari padanan katanya dalam bahasa Jawa oleh karena itu
penutur menggunakan katatersebut agar lebih mudah dipahami oleh pendengar.
Data (161)
Menik : “Peribahasa? Lambang?”
„Peribahasa? Lambang?‟
Dul : “Kok peribahasa, sadurunge kedadian kuwi lo”
„Kok peribahasa, sebelum kejadian itu‟
Menik : “Oh firasat”
„Oh firasat‟
(D161/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (161)“Kok peribahasa, sadurunge kedadian kuwi
lo” „Kok peribahasa, sebelum kejadian itu‟ dan “Oh firasat” „Oh firasat‟ terdapat
dua peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
156
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (161) adalah
menunjukkan maksud tertentu yang diinginkan oleh penutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan keinginan penutur. Ungkapan tersebut memiliki arti
tersendiri maka dari itu penutur menggunakan kata tersebut karena jika dijelaskan
dengan jelas akan memakan waktu siaran maka dari itu penutur menggunakan
kata tersebut untuk mempersingkat waktu kemudian menjadi lebih mudah
dipahami dan diucapkan oleh penutur.
Data (162)
Menik : “Gabluk menyesel aku ngomong” (D162/RWS/14/03/2016)
„Gabluk menyesal saya bilang‟
Dul : “Saiki lo awakmu kok isa ngomong didilati sapi kok kasab gek sing
didilati sapi kuwi pas sing didilati sapi....”
„Sekarang kamu kok bisa bicara dijilati sapi kok kasar dan yang dijilat sapi
itu tepat yang dijilati sapi....‟
Dalam tuturan pada data (162)“Gabluk menyesel aku ngomong” „Gabluk
menyesel saya bilang‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (162) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur atau Menik menggunakan kata tersebut yang
mewakili apa yang dia rasakan yaitu malu dan kecewa sudah mengatakan hal
yang seharusnya tidak dikatakan tetapi mitra tutur terus mengoloknya sehingga
membuat suasana menjadi ramai dan menghibur.
157
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang dirasakan oleh penutur, karena merasa
kecewa dengan apa yang seharusnya tidak diungkapkan tetapi penutur keceplosan
mengatakannya sehingga menjadi bahan ejekan oleh Lik Dul.
Data (163)
Dul : “...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur ngono jan beh asik, aku
nganti bulu kudukku merinding lo” (D163/RWS/14/03/2016)
„...Kalau kuda sampai bawah ke atas seperti itu asik, saya sampai bulu
kudukku merinding‟
Dalam tuturan pada data (163)“...lek jaran ngono teka ngisor ning dhuwur
ngono jan beh asik, aku nganti bulu kudukku merinding lo” „...Kalau kuda sampai
bawah ke atas seperti itu asik, saya sampai bulu kudukku merinding‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (163) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, penutur menggunakan kata tersebut untuk
mengungkapkan rasa senang yang aneh ketika dia dijilat kuda.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang tepat dengan apa yang dirasakan oleh penutur karena merasakan
dijilat oleh kuda. Sebenarnya penutur merasa geli itu terlihat dari pernyataan
berikutnya tetapi penutur menjadikannya itu sebagai bahan bercandaan.
Data (164)
Dul : “...ya ngko lak awakmu bener tak opahi nek ra bener ya ora, iki jalan
apa ta Le?‟, „niki jalan pelan-pelan mbah” (D164/RWS/1/03/2016)
„...ya nanti kalau kamu benar saya kasih upah kalau tidak benar ya tidak,
ini jalan apa Le?‟, „ini jalan pelan-pelan mbah‟
158
Dalam tuturan pada data (164)“...ya ngko lak awakmu bener tak opahi nek
ra bener ya ora, iki jalan apa ta Le?‟, „niki jalan pelan-pelan mbah” „...ya nanti
kalau kamu benar saya kasih upah kalau tidak benar ya tidak, ini jalan apa Le?‟,
„ini jalan pelan-pelan mbah‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya perulangan dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur
kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (164) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Perulangan kata tersebut menjadi plesetan dari apa
yang ditanyakan oleh Lik Dul kepada seorang anak.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas. Perulangan kata tersebut dimasukkan karena untuk mengejek
Lik Dul yang sedang bertanya kepada anak kecil kemudian anak kecil tersebut
membuat lawakan dengan perulangan kata tersebut.
Data (165)
Dul : “Aku ae karo pacarku ae ditukokne pupuk organik kok”
„Saya dengan pacar saya dibelikan pupuk organik‟
Menik : “Pupuk organik? Pupuk organik kuwi kan teka kompos lha kompos iki
teka kandhang berarti sampeyan diwehi” (D165/RWS/14/03/2016)
„Pupuk organik? Pupuk organik itu kan dari kompos lha kompos ini dari
kandang berarti anda dikasih‟
Dalam tuturan pada data (165)“Pupuk organik? Pupuk organik kuwi kan
teka kompos lha kompos iki teka kandhang berarti sampeyan diwehi” „Pupuk
organik? Pupuk organik itu kan dari kompos lha kompos ini dari kandang berarti
anda dikasih‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
159
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (165) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan frase tersebut untuk mengolok
lawan tuturnya yang dibelikan pupuk dari kotoran hewan sebagai hadiah.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah mendapatkan
ungkapan yang pas dengan apa yang diinginkan oleh penutur karena penggunaan
frasa tersebut penutur dapat mempersingkat apa yang dimaksdukan oleh penutur
tanpa harus menjelaskan secara panjang kepada lawan tutur.
2. Faktor kebiasaan
Data (166)
Dul : “Kan gone telihe mau tak resiki ta”
„Ampelanya tadi kan saya bersihkan‟
Menik : “Hooh ketok mulus ngono”
„Iya kelihatan mulus‟
Dul : “Kan telihe ketok, pitik jago nyawang karo miring sirahe karo miring-
miring ngono, tak amati ngono tapi donge pitik kuwi pitikku ya ra mlayu
ya ra ngapa, pitik jago jebebeh-jebebeh ngereki ngono dijarne karo
pitikku” (D166/RWS/1/03/2016)
„Ampelanya kelihatan, ayam jago melihat dengan memiringkan kepalanya,
saya amati tetapi ayamku tidak lari, ayam jago mendekati tetapi dibiarkan
ayamku‟
Dalam tuturan pada data (166) “Kan telihe ketok, pitik jago nyawang karo
miring sirahe karo miring-miring ngono, tak amati ngono tapi donge pitik kuwi
pitikku ya ra mlayu ya ra ngapa, pitik jago jebebeh-jebebeh ngereki ngono
dijarne karo pitikku” „Ampelanya kelihatan, ayam jago melihat dengan
memiringkan kepalanya, saya amati tetapi ayamku tidak lari, ayam jago
mendekati tetapi dibiarkan ayamku‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata
160
dari bahasa Indonesia yaitu amati. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (166) diatas adalah
supaya lebih mudah diucapkan. Kata amati akan lebih mudah diucapkan oleh
penutur daripada mengganti kata amati dalam bahasa Jawa tak sawangi terus akan
terlalu panjang jika diucapkan.
Faktor yang menyebabakan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur memasukkan kata amati dalam percakapannya karena kata
tersebut saat ini sering digunakan dalam komunikasi dan menjadikan lebih mudah
dipahami oleh mitra tutur.
Data (167)
Dul : “...penak ngingu jago cah, ngingu jago terus ditutne babon terus babone
ngendog ning omahe de‟e terus arep tak laporne ning kantor pitik kok”
„Enak memelihara ayam jago, memelihara jago lalu diikuti betinanya lalu
bertelur di rumahnya mau saya laporkan di kantor ayam‟
Menik : “Perkara ngono di kantor perpitikan emang ning ndi yoan?”
„Masalah seperti di kantor ayam dimana juga?‟
Dul : “...wong nyolong pitik kuwi kudune ukumane berat nyolong ndog”
„...orang mencuri itu seharusnya hukumannya berat mencuri telur‟
(D167/RWS/1/03/2016)
Dalam tuturan pada data (167) “...penak ngingu jago cah, ngingu jago
terus ditutne babon terus babone ngendog ning omahe de‟e terus arep tak laporne
ning kantor pitik kok” „Enak memelihara ayam jago, memelihara jago lalu diikuti
betinanya lalu bertelur di rumahnya mau saya laporkan di kantor ayam‟ terdapat
dua peristiwa campur kode dari bahasa Indonesia yaitu lapor dan kantor.
Selanjutanya masih dalam satu percakapan terjadi peristiwa campur kode dengan
tuturan “...wong nyolong pitik kuwi kudune ukumane berat nyolong ndog”
„...orang mencuri itu seharusnya hukumannya berat mencuri telur‟ terdapat
161
campur kode dari bahasa Indonesia berupa kata yaitu berat. Campur kode pada
data ini semuanya disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (167) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur menggunakan kata tersebut untuk membuat
kelucuan agar pendengar setia radio RWS merasa terhibur dengan apa yang
diucapkan oleh Lik Dul sehingga pembicaraannya menjadi komunikatif.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Penutur memasukkan kata dari bahasa tersebut karena kata-kata
tersebut sering terdengar di telinga kita dan banyak digunakan oleh masyarakat
agar maksud dari penutur mudah dimengerti maka dari itu penutur menggunakan
kata tersebut.
Data (168)
Dul : “lak tak sogok karo driji telunjuk kuwi pitike bengok-bengok, lara”
„kalau saya tusuk dengan jari telunjukku itu ayamnya teriak-teriak, sakit‟
Menik : “lak karo kelingking gak lara?”
„kalau dengan jari kelingking tidak sakit?‟
(D168/RWS/1/03/2016)
Dalam tuturan pada data (168) “lak tak sogok karo driji telunjuk kuwi
pitike bengok-bengok, lara” „kalau saya tusuk dengan jari telunjukku itu ayamnya
teriak-teriak, sakit‟ dan “lak karo kelingking gak lara?” „kalau dengan jari
kelingking tidak sakit?‟ terjadi dua peristiwa campur kode dari penyiar ke-1 dan
penyiar ke-2 secara berurutan dalam satu percakapan yaitu masuknya kata dari
bahasa Indonesia telunjuk dan kelingking ke dalam bahasa percakapan yaitu
bahasa Jawa ngoko. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
162
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (168) diatas adalah
agar lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga pembicaraan dapat mudah
dimengerti dan memperlancar komunikasi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata telunjuk dan kelingking digunakan untuk menyebut bagian dari
jari, Lik Dul dan Menik sebagai penutur lebih memilih menggunakan kata
tersebut daripada bahasa Jawa penuding dan jentikan karena akan lebih mudah
dimengerti oleh para pendengarnya.
Data (169)
Dul : “Terus mosoknya, mosokan sampeyan ndak ngerti aku nek ber nelur tak
tulisi dawa, lek aku bar nelur mesthi lara bengok-bengok, ....”
(D169/RWS/1/03/2016)
„Lalu masak, masak kamu tidak mengerti aku kalau habis bertelur saya
tulisi panjang, kalau aku habis nelur pasti sakit teriak-teriak....‟
Dalam tuturan pada data (169) “Terus mosoknya, mosokan sampeyan ndak
ngerti aku nek ber nelur tak tulisi dawa, lek aku bar nelur mesthi lara bengok-
bengok, ....” „Lalu masak, masak kamu tidak mengerti aku kalau habis bertelur
saya tulisi panjang, kalau aku habis nelur pasti sakit teriak-teriak....‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa tersebut ditandai
dengan msuknya kata dari bahasa Indonesia yaitu nelur ke dalam bahasa yang
digunakan. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (169) diatas adalah
membangkitkan rasa humor yang dilakukan oleh penutur agar membuat suasana
percakapan menjadi komunikatif.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata ini digunakan oleh penutur karena kata ini sudah biasa diucapkan
163
oleh masyarakat sehingga lebih mudah dimengerti dan menggambarkan keadaan
ayam jika bertelur itu sakit seperti melahirkan anak.
Data (170)
Dul : “Awakmu apa isa ngopeni pitik? Pitikku ki lak ning omah ki isuk jamune
sampeyan ngerti tak takoni?”
„Kamu apa bisa merawat ayam? Ayamku kalau di rumah kalau pagi
jamunya kamu tau saya tanya?‟
Menik : “Apa?”
„Apa?‟
Dul : “tak tukokne samsul”
„Saya belikan samsul‟
Menik : “Ha? Samsul? Kapsul Lik, samsul” (D170/RWS/1/03/2016)
„Ha? Samsul? Kapsul lik, samsul‟
Dalam tuturan pada data (170)“Ha? Samsul? Kapsul Lik, samsul” „Ha?
Samsul? Kapsul lik, samsul‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (170) diatas adalah
lebih perestice atau bergengsi, kata tersebut biasanya digunakan dalam istilah
kedokteran untuk menyebutkan jenis obat penutur ingin menunjukkan bahwa
penutur juga menguasai bahasa lain.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
karena kata tersebut sering digunakan dalam masyarakat untuk menyebut jenis
obat-obatan. Menik dalam percakapan ini membenarkan perkataan dari Lik Dul
yang membuat plesetan agar percakapan tidak monoton.
Data (171)
Dul : “Pitik lanang ben ra cluthak nemen-nemen”
„Ayam jantan supaya tidak kurang ajar‟
164
Menik : “Cluthak ya cluthak ngko lak ya misale kegores la ya lara sih”
(D171/RWS/1/03/2016)
„Kurang ajar biarkan saja nanti juga misalnya kegores juga sakit‟
Dalam tuturan pada data (171)“Cluthak ya cluthak ngko lak ya misale
kegores la ya lara sih” „Kurang ajar biarkan saja nanti juga misalnya kegores
juga sakit‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (171) diatas adalah
lebih mudah diucapkan daripada harus mengucapkannya dalam bahasa Jawa
keberet.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan, kata tersebut lebih sering digunakan dalam berkomunikasi daripada
mengucapkan kata tersebut dalam bahasa Jawa terkadang kata tersebut dalam
bahasa Jawa sebagian masyarakat juga tidak mengetahuinya.
Data (172)
Dul : “...tak tukokne Hp Android kuwi le, tak tukokne Hp Android ngono kae
lek pitikku metu Hpne ditinggal ngomah, piye ta pitikku ki pinter
timbangane tak pantau teka ndi-ndi ngko kerep tak miscalli”
(D172/RWS/1/03/2016)
„...saya belikan Hp android itu, saya belikan Hp android kalau ayam saya
keluar Hpnya ditinggal di rumah, ayam saya itu pintar daripada saya
pantau sampai kemana-mana nanti sering saya miscalli‟
Dalam tuturan pada data (172)“...tak tukokne Hp Android kuwi le, tak
tukokne Hp Android ngono kae lek pitikku metu Hpne ditinggal ngomah, piye ta
pitikku ki pinter timbangane tak pantau teka ndi-ndi ngko kerep tak miscalli”
„...saya belikan Hp android itu, saya belikan Hp android kalau ayam saya keluar
165
Hpnya ditinggal di rumah, ayam saya itu pintar daripada saya pantau sampai
kemana-mana nanti sering saya miscalli‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Asing dan bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern dan ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (172) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi, penutur ingin menunjukkan bahwa ia juga
menguasai pekembangan bahasa teknologi canggih pada saat ini.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiaasaan. Saat ini bahasa yang digunakan oleh Lik Dul sangatlah familiar di
telinga kita dan hampir seluruh masyarakat sudah mengetahui bahasa komunikasi
tersebut jadi akan lebih mudah dipahami oleh pendengar dan mitra tutur.
Data (173)
Dul : “Pitikku duwe android ditinggal ning omah loro kuwi tak omongana”
„Saya bilangi ayamku punya dua Hp android dua ditinggal di rumah‟
Menik : “Ben amrih ra isa dihubungi”
„Biar tidak bisa dihubungi‟ (D173/RWS/1/03/2016)
Dul : “Kuwi pokok angel-angel omongane ki bar ki”
„Kalau itu sulit dibilangi setelah ini‟
Dalam tuturan pada data (173)“Ben amrih ra isa dihubungi” „Biar tidak
bisa dihubungi‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (173) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Kata dihubungi digunakan karena mudah dimengerti dan
166
pas dengan konteks pada percakapan sehingga komunikasi menjadi lancar karena
saling paham.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
karena kata tersebut sudah biasa digunakan oleh masyarakat untuk memanggil
seseorang dengan alat komunikasi seperti telepon genggam dsb. Menik
mengatakan bahwa ayam meninggalkan Hp nya dirumah agar tidak bisa dicari
oleh Lik Dul.
Data (174)
Menik :“Piye ta iki jane”
„Bagaimana ini maunya‟
Dul :“...lha iki mulane aku duwe ayam tak dekek ndek apartement bakale ben
dadi ayam kampung” (D174/RWS/2/03/2016)
„...makanya ini aku punya ayam saya tempatkan di apartemen supaya
menjadi ayam kampung‟
Dalam tuturan pada data (174)“...lha iki mulane aku duwe ayam tak dekek
ndek apartement bakale ben dadi ayam kampung” „...makanya ini aku punya
ayam saya tempatkan di apartemen supaya menjadi ayam kampung‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (174) diatas adalah
lebih mudah diucapkan sehingga komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
jadi kata tersebut digunakan oleh penutur karena penutur adalah masyarakat yang
juga menggunakan bahasa nasional sebagai alat komunikasi maka kata dari
bahasa Indonesia akan sering digunakan juga dalam berrmasyarakat.
167
Data (175)
Dul : “Iki hari Senin kan berita unik ta Nik”
„Ini hari Senin kan berita unik Nik‟
Menik : “Iya betul”
„Ya betul‟
Dul : “Iki termasuk unik gak beritaku?”
„Ini termasuk unik tidak beritaku?‟
Menik : “Ndi ndi ndi?”
„Mana mana mana?‟
(D175/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (175) terdapat beberapa peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa
Jawa. Campur kode ini disebut dengan cmapur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (175) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur sehingga percakapan menjadi lancar dan
tidak memakan durasi siarannya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang selalu membawakan acara dengan tema ini satu minggu sekali
jadi penutur pastilah sudah terbiasa dan sering mengucapkan kata tersebut dalam
siarannya, kata yang diucapkan juga santai sehingga mudah sekali dimengerti oleh
para pendengar dan mitra tutur.
Data (176)
Menik : “Lah.. kuwi setan Lik apa ya enek jenenge wong ki ya lengkap”
„Itu hantu Lik apa ada namanya orang itu ya lengkap‟
Dul : “Diomongi kok”
„Dibilangi kok‟
Menik : “Mulai teka sirah sampek sikil, lhakok ra gawe sirah ki ya piye rasane”
(D176/RWS/14/03/2016)
„Mulai dari kepala sampai kaki, kok tidak ada kepalanya ini bagaimana
rasanya‟
168
Dalam tuturan pada data (176) terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan Menik dan Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia lengkap dan mulai, kemudian juga ada
bahasa Inggris yang turut serta diucapkan yaitu stress ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern dan campur kode ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (176) diatas adalah
lebih mudah diucapkan, jika harus mencari pengganti dalam bahasa Jawa sedikit
sulit. Kata tersebut juga akan lebih mudah dipahami oleh orang sehingga
komunikasi menjadi lancar tidak tersendat karena harus mencari dalam bahasa
Jawanya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Kata tersebut sudah lazim digunakan dalam komunikasi di dalam
masyarakat, jadi masyarakat juga akan lebih mudah untuk mencerna atau
memahami apa yang diucapkan oleh penutur.
Data (177)
Dul : “Lhaya kuthuke ilang”
„Iya itu anak ayamnya hilang‟
Menik : “Kuwi gak ilang Lik, kuwi jadi pitik” (D177/RWS/14/03/2016)
„Itu tidak hilang Lik, itu berubah menjadi ayam‟
Dul : “Oh dadi pitik, pitik kuwi asale pitik”
„Oh menjadi ayam, ayam itu asalnya dari ayam‟
Menik : “Pitik ki teka kuthuk”
„Ayam itu asalnya dari anak ayam‟
Dalam tutura pada data (177)“Kuwi gak ilang Lik, kuwi jadi pitik” „Itu
tidak hilang Lik, itu berubah menjadi ayam‟ terdapat campur kode yang dilakukan
oleh Menik. Campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
169
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (177) diatas adalah
lebih mudah diucapkan oleh penutur sebagai kata untuk mengungkapkan sesuatu
yang sudah berlangsung.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan, kata tersebut mudah dipahami dan sudah lazim digunakan dalam
komunikasi dalam masyarakat.
Data (178)
Menik : “Lha kalo pipis kan seribu terus ada yang bayar duwite kan duaribu gak
enek susuke ya dijawab ngene karo penjagane ponten....‟
(D178/RWS/14/03/2016)
„Lha kalau mau buang air kecil seribu lalu ada yang bayar uangnya
duaribu tidak ada kembaliannya lalu dijawab sama penjaga ponten...‟
Dalam tuturan pada data (178)“Lha kalo pipis kan seribu terus ada yang
bayar duwite kan duaribu gak enek susuke ya dijawab ngene karo penjagane
ponten....‟ „Lha kalau mau buang air kecil seribu lalu ada yang bayar uangnya
duaribu tidak ada kembaliannya lalu dijawab sama penjaga ponten...‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Jawa, campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (178) diatas adalah
lebih mudah diucapkan. Penutur menggunakan kata tersebut agar lebih mudah
diucapkan dan mudah dipahami sehingga percakapan menjadi lancar.
170
Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan karena kata tersebut sering sekali digunakan dalam kehidupan sehari-
hari oleh masyarakat, kata tersebut berhubungan dengan uang orang pastinya
selalu mempunyai aktivitas dengan keuangan mereka dan penutur juga terkadang
menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasinya.
Data (179)
Dul : “Ngene ae wetengku wis krikitkrikit kok”
„Seperti ini saja perutku sudah krikitkrikit kok‟
Menik : “Ya wis ora usah berharap sing tinggi-tinggi” (D179/RWS/14/03/2016)
„Ya sudah tidak usah berharap terlalu tinggi‟
Dalam tuturan pada data (179)“Ya wis ora usah berharap sing tinggi-
tinggi” „Ya sudah tidak usah berharap terlalu tinggi‟ terdapat peristiwa campur
kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (179) diatas adalah
lebih mudah diucapkan juga lebih mudah dimengerti oleh pendengar dan mitra
tutur sehingga membuat komunikasi menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang berkomunikasi dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa
Indonesia.
Data (180)
Menik : “Lha lek pupuk organik kuwi pupuk teka kotoran lo Lik”
(D180/RWS/14/03/2016)
„Kalau pupuk organik itu dari kotoran Lik‟
Dul : “Orapapa kan kuwi ya nyuburne tanaman”
„Tidak apa-apa itu itu juga menyuburkan tanaman‟
171
Dalam tuturan pada data (180)“Lha lek pupuk organik kuwi pupuk teka
kotoran lo Lik” „Kalau pupuk organik itu dari kotoran Lik‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai
dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (180) adalah lebih
mudah diucapkan oleh penutur sehingga membuat percakapan menjadi lancar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor dari
kebiasaan. Penutur menggunakan kata tersebut karena kata tersebut sudah sering
digunakan oleh masyarkat dan juga penutur tidak hanya menggunakan satu bahasa
saja dalam komunikasinya.
Data (181)
Dul : “...sampeyan tak wehi uang muka, sek apartemene ning kana tak
siapane sepeda motor ngko dadine sampeyan titeni lak pitikku metu
sampeyan titeni pokok....‟ (D181/RWS/14/03/2016)
„...kamu saya kasih uang muka, nanti apartement disana saya diapkan
sepedah motor nanti jadinya kamu ingat kalau ayamku keluar kamu ingat
benar....‟
Dalam tuturan pada data (181)“...sampeyan tak wehi uang muka, sek
apartemene ning kana tak siapane sepeda motor ngko dadine sampeyan titeni lak
pitikku metu sampeyan titeni pokok....‟ „...kamu saya kasih uang muka, nanti
apartement disana saya diapkan sepedah motor nanti jadinya kamu ingat kalau
ayamku keluar kamu ingat benar....‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya dua
frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut
dengan campur kode intern.
172
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (181) diatas adalah
membangkitkan rasa humor agar menciptakan kelucuan dengan frase tersebut
dengan menyamakan ayam dengan manusia.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasinya selain bahasa Jawa dan frase tersebut juga sudah sangat sering
digunakan dalam masyarakat.
Data (182)
Dul : “Ngono carane”
“Beitu caranya”
Menik : “Sakarepe dhewe, diseret dalam lingkaran hitam”
(D182/RWS/1/03/2016)
„Seenaknya sendiri, diseret dalam lingkaran hitam‟
Dalam tuturan pada data (182)“Sakarepe dhewe, diseret dalam lingkaran
hitam” „Seenaknya sendiri, diseret dalam lingkaran hitam‟ terdapat peristiwa
campur kode yang dilakukan oleh Menik. peristiwa ini ditandai dengan masunya
frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disbeut
dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (182) adalah
maksud tertentu. Penutur menggunakan frasa tersebut ingin menjelaskan sesuatu
yang dilakukan adalah hal yang salah.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor
kebiasaan. Frasa tersebut digunakan karena banyak orang yang menyebutkan
sesuatu hal yang salah atau tidak benar dengan menggunakan istilah tersebut.
173
3. Keinginan menjelaskan maksud tertentu
Data (183)
Menik : “Enek apa? Enek apa?”
„Ada apa? Ada apa?‟
Dul : “Iki ngono omahmu ngono difogging” (D183/RWS/1/03/2016)
„Ini dirumahmu sedang difogging‟
Dalam tuturan pada data (183) Iki ngono omahmu ngono difogging”
„Ini dirumahmu sedang difogging‟ terdapat peristiwa campur kode berupa kata
dari bahasa Inggris yaitu fogging. Campur kode ini disebut dengan campur kode
ekstern.
Tujuan atau fungsi penggunaaan campur kode pada data (183) diatas
adalah lebih tepat digunakan. Kata difogging digunakan dalam tuturan karena
kata yang digunakan lebih tepat serta tidak ada padan katanya dalam bahasa Jawa.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor untuk
menjelaskan maksud tertentu. Penutur menggunakan kata dalam bahasa Indonesia
tersebut karena agar lebih mudah dipahami oleh mitra tutur, penutur menjelaskan
bahwa dirumahnya sedang dilakukan pengasapan untuk mengusir nyamuk.
Data (184)
Menik : “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok bukaki smse to Lik”
(D184/RWS/1/03/2016)
„Itu privasinya ayam kok kamu buka smsnya Lik‟
Dul : “Wong sing nduwe aku kok”
„Orang yang punya itu saya kok‟
Dalam tuturan pada data (184) “Kuwi iki no privasine pitik kok mbok
bukaki smse to Lik” „Itu privasinya ayam kok kamu buka smsnya Lik‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
ditandai dengan masuknya kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang
174
digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (184) diatas adalah
lebih tepat digunakan karena mencari sulit mencari padanan kata privasi dalam
bahasa Jawa.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
keinginan menjelaskan maksud tertentu. Penutur mengucapkan kata tersebut
karena ingin menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh Lik Dul itu sudah
mengganggu kebebasan dari ayam.
Data (185)
Dul : “Bar ngono kok mlayu gruduk to, kok jalan pelan-pelan piye ta maksute
bocah iki no, terus bocahe mlayu wo berarti jarak aku bocah iki....”
(D185/RWS/1/03/2016)
„Habis itu kok lari bareng, kok jalan pelan-pelan bagaimana itu maksudnya
anak itu, lalu anaknya lari berarti menggoda saya anak ini....‟
Dalam tuturan pada data (185)“Bar ngono kok mlayu gruduk to, kok jalan
pelan-pelan piye ta maksute bocah iki no, terus bocahe mlayu wo berarti jarak
aku bocah iki....” „Habis itu kok lari bareng, kok jalan pelan-pelan bagaimana itu
maksudnya anak itu, lalu anaknya lari berarti menggoda saya anak ini....‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa ini ditandai dengan
masuknya bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (185) diatas adalah
lebih mudah diucapkan dan mudah dimengerti oleh orang lain sehingga
membuatpercakapan tersebut menjadi lancar.
175
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud. Penutur menggunakan kata tersebut untuk menjelaskan
bahwa anak-anak kecil yang ditanyai oleh Lik Dul hanya ingin menggoda Lik Dul
saja.
Data (186)
Menik : “Sakarepe. Aku mas Adironggolawe ning Sumbergempol, Tulungagung.
Pitike ya dikrangkeng ae sakjagone pisan, terus digawekne papan dingge
ngendog ben ga isa ning ndi-ndi terus dicepaki fasilitase sak jagone
pisan” (D186/RWS/2/03/2016)
„Terserah. Saya mas Adironggolawe di Sumbergempol, Tulungagung,
ayamnya di kandhang saja bersama jagonya, lalu dibuatkan tempat untuk
bertelur supaya tidak kemana-mana disiapkan fasilitasnya dengan ayam
jantannya‟
Dalam tuturan pada data (186)“Sakarepe. Aku mas Adironggolawe ning
Sumbergempol, Tulungagung. Pitike ya dikrangkeng ae sakjagone pisan, terus
digawekne papan dingge ngendog ben ga isa ning ndi-ndi terus dicepaki fasilitase
sak jagone pisan” „Terserah. Saya mas Adironggolawe di Sumbergempol,
Tulungagung, ayamnya di kandhang saja bersama jagonya, lalu dibuatkan tempat
untuk bertelur supaya tidak kemana-mana disiapkan fasilitasnya dengan ayam
jantannya‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pendengar setia
yang berkomentar melalui sms. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (186) diatas adalah
lebih tepat digunakan, dalam bahasa Jawa kata tersebut sulit untuk dicari
padannanya sehingga penutur lebih memilih mengggunakan kata tersebut yang
mewakili apa yang dimaksudkan.
176
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor keinginan
menjelaskan maksud, penutur ingin menjelaskan bahwa jika ayam diberikan
sarana untuk kemudahan maka ayam itu tidak akan pergi kemana-mana pada
akhirnya akan bertelur di sarang dan telurnya menjadi milik Lik Dul.
Data (187)
Dul : “Ya diombeni, kotake ditutup rapet ngono terus bar ngono selama lima
bulan iki kuthuke ilang”
„Ya dikasih minum, kotaknya ditutup rapat lalu setalah itu selama lima
bulan anak ayamnya hilang‟
Menik : “Kok kuthuke ilang padahal kan ditutup rapet”
„Anak ayamnya kenapa bisa hilang padahal kan sudah ditutup rapat‟
(D187/RWS/14/03/2016)
Dalam tuturan pada data (187) diatas terdapat campur kode yang
dilakukan oleh Lik Dul dan Menik. Peristiwa campur kode ini berupa frasa dan
kata dari bahasa Indonesia yang dimasukkan ke dalam bahasa yang digunakan
yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi campur kode pada data (187) adalah lebih mudah
diucapkan daripada mencari gantinya dalam bahasa Jawa, sehingga mudah
dipahami dan memperlancar komunikasi.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud. Penutur menggunakan kata selama lima bulan dan padahal
karena ingin memberikan penekanan terhadap apa yang sudah penutur katakan.
Kata tersebut menunjukkan waktu yang sudah berlangsung lama dan pertentangan
dengan apa yang sudah dilakukan kepada ayam tersebut dengan baik tetapi ayam
tersebut bisa hilang dari dalam kardus.
177
Data (188)
Menik : “Ngono kuwi lek misale kenekan kuwi kenekan luka kon ngemut dhisik
lek gak enek obat merah, dimut dilepeh” (D188/RWS/14/03/2016)
„Itu kalau misalnya terkena luka disuruh menghisap dulu kalau tidak ada
obat merah, dihisap lalu diludahkan‟
Dalam tuturan pada data (188)“Ngono kuwi lek misale kenekan kuwi
kenekan luka kon ngemut dhisik lek gak enek obat merah, dimut dilepeh” „Itu
kalau misalnya terkena luka disuruh menghisap dulu kalau tidak ada obat merah,
dihisap lalu diludahkan‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh
Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (188) adalah lebih
mudah diucapkan, kata tersebut lebih mudah diucapkan dan lebih mudah untuk
dimengerti oleh mitra tutur dan pendengar sehingga memperlancar komunikasi
dan jalannya siaran.
Data (189)
Menik : “ngesakne teka ndi Lik? Kuwi jenenge pitik Lik pitik ki ga duwe ikatan,
kecuali wong, wong kan rabi” (D189)/RWS/14/03/2016)
„Kasihan dari mana Lik? Itu namanya ayam Lik ayam itu tidak punya
ikatan, kecuali orang, orang kan menikah‟
Dalam tuturan pada data (189)“ngesakne teka ndi Lik? Kuwi jenenge pitik
Lik pitik ki ga duwe ikatan, kecuali wong, wong kan rabi” „Kasihan dari mana
Lik? Itu namanya ayam Lik ayam itu tidak punya ikatan, kecuali orang, orang kan
menikah‟ terdapat campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur
kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
178
yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode
intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (189) diatas adalah
mempunyai maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut agar penutur
bisa memberikan penekanan pada pembicaraannya, meyakinkan dan memberi
penjelasan kepada mitra tutur mana yang benar.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud. Penutur memasukkan kata tersebut karena penutur ingin
menggambarkan keadaan bahwa seekor ayam itu tidak memiliki ikatan, tetapi
yang memiliki ikatan itu adalah manusia dalam pernikahan bukan seekor ayam.
Data (190)
Dul : “Aku ya pas ning pasar ngono ya ning Kandangan kuwi antri wonge kan
antri, karena antri aku selak ra betah terus bar ngono ki aku ngene „mas
iki mbok sing ning jero kon ndang wis‟ ngono” (D190/RWS/14/03/2016)
„Saya ketika di pasar Kandangan itu antri orangnya kan antri, karena antri
saya sudah tidak tahan lalu setelah itu saya bilang „mas ini yang di dalam
disuruh udahan‟ seperti itu‟
Dalam tuturan pada data (190)“Aku ya pas ning pasar ngono ya ning
Kandangan kuwi antri wonge kan antri, karena antri aku selak ra betah terus bar
ngono ki aku ngene „mas iki mbok sing ning jero kon ndang wis‟ ngono” „Saya
ketika di pasar Kandangan itu antri orangnya kan antri, karena antri saya sudah
tidak tahan lalu setelah itu saya bilang „mas ini yang di dalam disuruh udahan‟
seperti itu‟terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa
campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
179
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (190) diatas adalah
mempunyai maksud tertentu, penutur menggunakan kata tersebut sebagai
penghubung antara alasan yang sebelumnya dengan sesudahnya untuk
meyakinkan mitra tutur.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keinginan
menjelaskan maksud penutur. Penutur ingin menjelaskan ketika penutur sedang
mengantri untuk ke kamar kecil dan penutur merasa sudah tidak tahan penutur
menggunakan kata tersebut untuk mengemukakan alasannya agar cepat masuk ke
dalam kamar kecil.
4. Keadaan sosial dari penutur itu sendiri
Data (191)
Menik : “Mbak Yuli, Pule. Gampang pitik ngendog eh pitike wedok dikalungi
tulisan „jangan hamili aku nikahi aku, kan resmi lik ....”
(D191/RWS/1/03/2016)
„Mbak Yuli, Pule. Mudah ayam bertelur eh ayamnya perempuan dikalungi
tulisan „jangan hamili aku nikahi aku‟, kan resmi lik...‟
Dalam tuturan pada data(191) Mbak Yuli, Pule. Gampang pitik ngendog eh
pitike wedok dikalungi tulisan „jangan hamili aku nikahi aku, kan resmi lik ....”
„Mbak Yuli, Pule. Mudah ayam bertelur eh ayamnya perempuan dikalungi tulisan
„jangan hamili aku nikahi aku‟, kan resmi lik...‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia yaitu resmi ke dalam bahasa yang digunakan. Campur kode
ini disebut dengan campur kode intern.
180
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (191) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Pengirim sms menginginkan agar ayam Lik Dul
untuk dinikahkan hal ini tidak lazim terjadi pada hewan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
dari penutur. Pengirim sms ini terlihat sudah lama menjadi pendengar setia dari
acara tersebut, karena lawakan atau lelucon dari penyiar acara mengundang
beragam reaksi dari para pendengar sehingga membuat pendengar juga ingin
bergabung dengan candaan para penyiar dalam acara.
Data (192)
Menik : “Ini iki Pak Nono soto lembu Ringinanom, Udanawu. Di pampersi ae lo
ben jagone nyengir” (D192/RWS/1/03/2016)
„Ini Pak Nono soto lembu Ringinanom, Udanawu. Dipampersi saja biar
jagonya biar malu sendiri‟
Dalam tuturan pada data (192) “Ini iki Pak Nono soto lembu Ringinanom,
Udanawu. Di pampersi ae lo ben jagone nyengir” „Ini Pak Nono soto lembu
Ringinanom, Udanawu. Dipampersi saja biar jagonya malu sendiri‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh pendengar dengan mengirim sms lalu
dibacakan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan
campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (192) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Penutur ingin menunjukkan bahwa penutur juga
menguasai bahasa lain selain bahasa asli dan ingin terlihat tidak ketinggalan
jaman.
181
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah karena keadaan
sosial penutur sebagai penjual akan menemui berbagai macam orang dan dengan
bahasa mereka masing-masing sehingga membuat penutur mempunyai variasi
bahasa.
Data (193)
Menik : “Ndahnea sosialita banget. Carane penak sikile babone dirante ning
saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....”
(D193/RWS/1/03/2016)
„Terlihat sosialita sekali. Caranya mudah kakinya ibunya dirantai di tiang
sangkar lalu sebelahnya dikasih foto jago....‟
Dalam tuturan pada data (193) “Ndahnea sosialita banget. Carane penak
sikile babone dirante ning saka kandhang terus sandhinge diwehi foto jago....”
„Terlihat sosialita sekali. Caranya mudah kakinya ibunya dirantai di tiang sangkar
lalu sebelahnya dikasih foto jago....‟terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (193) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi, dengan menggunakan kata ini penutur menunjukkan
bahwa penutur berwawasan luas dengan mengikuti bahasa pada jaman sekarang.
Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah faktor
keadaan sosial penutur yang masih muda dan dapat mengikuti perkembangan
jaman dengan baik sehingga bahasa yang digunakan dapat bervariasi.
Data (194)
Menik : “...hooh lik ngko ben pitikmu gak ngluyur kan soale enek pitik cowok
ndek omah lik gek menawa cowoke luwih ganteng”
(D194/RWS/1/03/2016)
182
„...iya lik nanti biar ayammu tidak berkeliaran kan soalnya ada ayam
cowok di rumah lik semisal cowoknya lebih ganteng‟
Dalam tuturan pada data (194)“...hooh lik ngko ben pitikmu gak ngluyur
kan soale enek pitik cowok ndek omah lik gek menawa cowoke luwih ganteng”
„...iya lik nanti biar ayammu tidak berkeliaran kan soalnya ada ayam cowok di
rumah lik semisal cowoknya lebih ganteng‟ terdapat peristiwa campur kode yang
dilakukan oleh Menik. Peristiwa tersebut ditandai dengan masuknya kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (194) diatas adalah
membangkitkan rasa humor supaya pendengar merasa terhibur maka penutur
menggunakan kata-kata tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode campur kode adalah
faktor keadaan sosial penutur. Penutur menggunakan kata tersebut karena Menik
sebagai penyiar radio harus memiliki variasi bahasa agar tidak monoton dalam
membawakan acaranya dan juga dapat mengimbangi rasa humor dari Lik Dul.
Data (195)
Dul : “Peh lhaa pangane pitikmu kok eram, awakmu mangan apa ngono
kuwi?‟, „segaku tiwul”
„Lah makanannya ayammu kok begitu, kamu makan apa?‟, „nasiku tiwul‟
Menik : “Hahaha wonge malah segane tiwul ga mbois blas”
(D195/RWS/1/03/2016)
„Hahaha orangnya malah nasinya tiwul tidak mbois sekali‟
Dalam tuturan pada data (195)“Hahaha wonge malah segane tiwul ga
mbois blas” „Hahaha orangnya malah nasinya tiwul tidak mbois sekali‟ terdapat
peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik. Peristiwa campur kode ini
183
ditandai dengan masuknya bahasa Indonesia gaul ke dalam bahasa Jawa. Campur
kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (195) diatas adalah
untuk lebih prestice atau bergengsi, penutur menggunakan kata tersebut agar
terlihat modern dengan menggunakan bahasa gaul anak muda saat ini.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang saat ini masih muda, sebagai penyiar pastinya penutur juga bergaul
dengan banyak orang. Penutur mengatakan bahwa pemilik ayam sama sekali tidak
keren, ayamnya saja makanannya modern sedangkan yang punya justru makan
nasi tiwul.
Data (196)
Dul : “Gak iki liwat twitter kenalane”
„Tidak ini lewat twitter kenalannya‟
Menik : “Oh liwat twitter kan akeh ya bocah cilik saiki kan digawa wong tuwek-
tuwek gara-gara kenal liwat media sosial” (D196/RWS/14/03/2016)
„Oh lewat twitter kan banyak ya anak kecil sekarang dibawa orang tua
gara-gara berkenalan lewat media sosial‟
Dalam tuturan pada data (196)“Oh liwat twitter kan akeh ya bocah cilik
saiki kan digawa wong tuwek-tuwek gara-gara kenal liwat media sosial” „Oh
lewat twitter kan banyak ya anak kecil sekarang dibawa orang tua gara-gara
berkenalan lewat media sosial‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan
oleh Menik. Peristiwa ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (196) diatas adalah
lebih prestice atau bergengsi. Frasa tersebut adalah salah satu sebutan dari hasil
184
dari perkembangan teknologi saat ini yang pesat. Penutur ingin menunjukkan
bahwa penutur juga mengikuti trend saat ini.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang terbilang masih muda dan bekerja sebagai penyiar, karena itulah
penutur tidak boleh terlihat kuno dibandingkan dengan pendengarnya dan inilah
yang membuat penyiar dituntut untuk selalu berkembang sesuai dengan kemajuan
jaman.
Data (197)
Dul : “Lha kuwi gone perlindungan anak pitik”
„Itu di tempat perlindungan anak ayam‟
Menik : “Anak dan perempuan pitik” (D197/RWS/14/03/2016)
„Anak dan perempuan ayam‟
Dalam tuturan pada data (197)“Anak dan perempuan pitik” „Anak dan
perempuan ayam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Menik.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya frasa dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (197) diatas adalah
membangkitkan rasa humor, penutur menyamakan keadaan ayam dengan manusia
yang membuat pendengar merasa terhibur dengan lelucon ini.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang memiliki selera humor sama seperti Lik Dul, ketika Lik Dul
membuat lelucon Menik sebagai penutur akan mengimbangi dengan
menggunakan variasi bahasa yang ia kuasai.
185
Data (198)
Dul : “...we minggata sak paran-paran kana timbang awakmu wong KTP sik
arep tak urusne kok awakmu arep macem-macem karo aku”
(D198/RWS/14/03/2016)
„...kamu pergi saja terserah mau kemana daripada kamu KTP baru mau
saya buatkan mau macam-macam dengan saya‟
Dalam tuturan pada data (198)“...we minggata sak paran-paran kana
timbang awakmu wong KTP sik arep tak urusne kok awakmu arep macem-macem
karo aku” „...kamu pergi saja terserah mau kemana daripada kamu KTP baru mau
saya buatkan mau macam-macam dengan saya‟ terdapat peristiwa campur kode
yang dilakukan oleh Lik Dul. Peristiwa campur kode ini ditandai dengan
masuknya frasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini
disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (198) diatas adalah
membangkitkan rasa humor. Penutur memasukkan frasa tersebut agar menghibur
pendengar dengan menyamakan seekor ayam dan manusia dengan membuatkan
KTP pada ayam.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan
dari penutur itu sendiri yang memiliki variasi bahasa dan selera humor yang tinggi
karena acara yang dibawakan juga bergenre humor maka dari itu penutur juga
dituntut untuk menghibur pendengar dengan cara membuat lawakan.
Data (199)
Dul : “Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko koproh pitike terus sepatune,
clanane legging abang terus sepatune kets abang, lak ireng sepatune kets
nggih ireng” (D199)/RWS/1/03/2016)
„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti terlihat kumuh ayamnya lalu
sepatunya, celananya legging merah lalu sepatu kets merah, kalau hitam
sepatu ketsnya juga hitam‟
186
Dalam tuturan pada data (199)“Ya tak ganti ngko lak ora diganti ngko
koproh pitike terus sepatune, clanane legging abang terus sepatune kets abang,
lak ireng sepatune kets nggih ireng”
„Ya saya ganti nanti kalau tidak diganti terlihat kumuh ayamnya lalu
sepatunya, celananya legging merah lalu sepatu kets merah, kalau hitam sepatu
ketsnya juga hitam‟ terdapat peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Lik Dul.
Peristiwa campur kode ini ditandai dengan masuknya kata dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut dengan campur kode intern.
Tujuan atau fungsi penggunaan campur kode pada data (199) diatas adalah
membangkitkan selera humor. Penutur menggunkan frasa tersebut dalam
tuturannya agar penonton terhibur dan tergelitik dengan lawakan yang dibawakan
oleh Lik Dul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah keadaan sosial
penutur yang bertugas sebagai penyiar acara humor sehingga dituntut untuk
mampu menguasai berbagai variasi bahasa dan dapat menghibur pendengar
dengan apa yang diutarakan sebagai bahan lelucon, seperti frase diatas yang
menggunakan sepatu kets yang dipakaikan untuk seekor ayam, sepatu kets ini
pada umumnya digunakan oleh manusia pada tuturan ini Lik Dul
menggunakannya untuk seekor ayam.