bab ii - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/30153/3/3. bab ii.pdf · maksud jenis kredit...
TRANSCRIPT
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kredit
Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,
berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit
artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang
dipinjamkan pasti kembali. Pada lain pihak, penerima kredit mendapat
kepercayaan dari pihak yang memberikan pinjaman, sehingga pihak peminjam
berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterima (Ismail,
2010:93). Pengertian kredit menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang
atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai
kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan
antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) dengan
perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan
kewajiban masing-masing, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan
bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji
terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.
2.2. Unsur-unsur Kredit
Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam
mengandung beberapa arti. Jadi, dengan menyebutkan kata kredit sudah
5
terkandung beberapa arti. Dengan kata lain, pengertian kata kredit jika dilihat
secara utuh mengandung beberapa makna sehingga jika kita bicara kredit,
termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Adapun
unsur-unsur kredit menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan
(2008:74-76) adalah:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di
masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena
sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan
yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan
untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit
yang disalurkan.
b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan debitur.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka
waktu.
d. Risiko
Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan debitur sengaja tidak mau
membayar kreditnya padahal mampu, dan risiko kerugian yang diakibatkan
karena debitur tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana
alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu
tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka
6
waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja
maupun risiko yang tidak disengaja.
e. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu
keuntungan dalam jumlah tertentu. Kentungan atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip
konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi,
serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya
ditentukan dengan bagi hasil.
2.3. Fungsi Kredit
Pada dasarnya fungsi kredit ialah merupakan pelayanan kepada
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan usahanya.
Masyarakat disini merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha
yang membutuhkan dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.
Fungsi kredit secara terperinci menurut Ismail (2010:96-97) adalah sebagai
berikut:
a. Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa. Kredit
dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia
uang sebagai alat pembayaran, maka kredit akan membantu melancarkan
lalu lintas pertukaran barang dan jasa.
b. Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund. Di
dalam kehidupan ekonomi, ada beberapa pihak yang kekurangan dana.
Kredit merupakan satu cara untuk mengatasi gap tersebut. Satu pihak
kelebihan dana dan tidak dapat memanfaatkan dana tersebut sehingga
dananya menjadi idle, sementara ada pihak lain yang mempunyai usaha
akan tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk mengembangkan usaha
sehingga memerlukan dana. Dana yang berasal dari golongan yang
7
kelebihan dana, apabila dipinjamkan kepada pihak yang kekurangan dana,
maka akan efektif karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang
membutuhkan dana.
c. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. Sebagai contoh
adalah kredit rekening koran yang diberikan oleh bank kepada usahawan.
Pada dasarnya pada saat bank telah melakukan perjanjian kredit rekening
koran, pada saat itu debitur sudah memiliki hak untuk menarik dana tersebut
secara tunai dari rekening gironya. Kredit ini bisa dianggap adanya alat
pembayaran yang baru.
d. Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang ekspansif akan
mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan
peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya,
pembatasan kredit akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan
keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada
penurunan harga.
e. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.
Apabila bank memberikan kredit produktif, yaitu kredit modal kerja atau
investasi, maka pemberian kredit tersebut akan memiliki dampak pada
kenaikan makro ekonomi. Hal ini disebabkan karena pihak pengusaha akan
memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi,
meningkatkan volume perdagangan, dan lain-lain. Semua itu akan
mempunyai dampak pada kenaikan potensi ekonomi.
2.4. Manfaat Kredit
Manfaat kredit menurut Ismail (2010:97-99) dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Manfaat Kredit bagi Bank
- Kredit yang diberikan bank kepada debitur akan mendapat balas jasa
berupa bunga.
- Pendapatan bunga bank berpengaruh pada peningkatan profitabilitas
bank. Hal ini dapat tercermin pada perolehan laba.
8
- Pemberian kredit kepada debitur secara sinergi akan memasarkan produk
lain seperti produk dana dan jasa.
- Kegiatan kredit dapat mendorong peningkatan kemampuan pegawai
untuk lebih memahami secara perinci aktivitas usaha para debitur di
berbagai sektor usaha. Dengan demikian, para pegawai menjadi terlatih
dan mempunyai keahlian dalam beberapa usaha debitur. Hal ini
merupakan aset bagi bank.
2. Manfaat Kredit bagi Debitur
- Meningkatkan usaha debitur. Kredit yang diberikan oleh bank untuk
memperluas volume usaha, misalnya kredit untuk membeli bahan baku,
pengadaan mesin dan peralatan, dapat membantu debitur untuk
meningkatkan volume produksi dan penjualan.
- Biaya kredit bank (provisi dan administrasi) pada umumnya murah.
- Bank menawarkan berbagai jenis kredit sehingga debitur dapat memilih
jenis kredit sesuai dengan tujuan penggunaannya.
- Bank juga memberikan fasilitas lainnya kepada debitur, sehingga debitur
dapat menikmati fasilitas lainnya yang ditawarkan oleh bank. Fasilitas
lain yang dapat dinikmati oleh debitur antara lain letter of credit, bank
garansi, transfer, dan fasilitas lainnya.
- Jangka waktu kredit disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
debitur dalam membayar kembali kredit tersebut, sehingga debitur dapat
mengestimasikan keuangannya dengan tepat.
3. Manfaat Kredit bagi Pemerintah
- Kredit dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi.
- Kredit bank dapat digunakan sebagai alat pengendali moneter.
- Kredit bank dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.
- Secara tidak langsung kredit bank dapat meningkatkan pendapatan
negara, yaitu pendapatan pajak.
9
4. Manfaat Kredit bagi Masyarakat Luas
- Mengurangi tingkat pengangguran.
- Melibatkan masyarakat yang memiliki profesi tertentu, misalnya akuntan,
notaris, appraisal independen, dan asuransi.
- Penyimpan dana akan mendapat bunga lebih tinggi dari bank apabila
bank dapat meningkatkan keuntungannya.
- Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menggunakan pelayanan
jasa perbankan.
2.5. Jenis-jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula
kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, kredit yang ada
di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian
fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian fasilitas kredit oleh
bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai
segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Menurut
Kasmir (2008:76-79) jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat
dari berbagai segi adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat
penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama
atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua
jenis kredit, yaitu:
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu
periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
10
b. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan
untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya
lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal
kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit investasi
yang sudah ada.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan
untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit
dilihat dari segi tujuan adalah sebagai berikut:
a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan
sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
b. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang
atau badan usaha.
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen
perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit
mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini
adalah sebagai berikut:
11
a. Kredit Jangka Pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga
tahun, jenis kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank
mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di
atas tiga atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi
jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur
dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas
kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga
minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan
adalah sebagai berikut:
a. Kredit dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya,
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta
loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang
bersangkutan.
12
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari
sektor usaha sebagai berikut:
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa
jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu
yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka
panjang seperti kambing atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik
untuk industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang, biasanya
dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang
timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa yang sedang belajar.
f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen,
dokter dan pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
h. Dan sektor-sektor usaha lainnya.
2.6. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Jaminan kredit yang diberikan debitur kepada bank hanyalah merupakan
tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah.
Akan tetapi, apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan penelitian secara
mendalam sehingga debitur sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit,
fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu, dalam
pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian
13
kredit yang benar. Artinya, sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank
harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar
akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum
kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang debiturnya.
Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (2008:91-95)
ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5C, analisis 7P, dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini
memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih
lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinsip 7P di samping lebih terinci juga
jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Prinsip pemberian kredit dengan
analisis 5C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Character
Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon
debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat
atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si debitur, baik
bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara
hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial
standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan”
debitur membayar kreditnya. Orang yang memiliki character baik akan
berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.
2. Capacity (Capabality)
Untuk melihat kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya
mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber
pendapatan seseorang, semakin besar kemampuannya untuk membayar
kredit.
14
3. Capital
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%,
artinya setiap debitur yang mengajukan permohonan kredit harus pula
menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata
lain, capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki debitur terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi
suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko
kerugian.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan
untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam
kondisi perekonomian yang kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk
sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan
sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan
datang.
Sementara itu, penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai debitur dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-
hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,
tingkah laku dan tindakan debitur dalam menghadapi suatu masalah.
Personality hampir sama dengan character dari 5C.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan debitur kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya
sehingga debitur dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
15
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan debitur dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan debitur. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif, produktif, atau
perdagangan.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha debitur di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga
debitur.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara debitur mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan
semakin baik sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi
oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan debitur dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya dari bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank,
tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
Di samping penilaian dengan 5C dan 7P, prinsip penilaian kredit dapat pula
dilakukan dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit dalam jumlah yang
relatif besar. Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi sebagai
berikut:
16
1. Aspek Hukum
Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen
atau surat-surat yang dimiiki oleh calon debitur, seperti akta notaris, izin
usaha atau sertifikat tanah, dan dokumen atau surat lainnya.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Yaitu aspek untuk menilai prospek usaha debitur sekarang dan di masa yang
akan datang.
3. Aspek Keuangan
Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon debitur dalam
membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa
besar biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan dan diperolehnya.
Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
4. Aspek Operasi/Teknis
Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha, dan
kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana
yang dimilikinya.
5. Aspek Manajemen
Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
6. Aspek Ekonomi/Sosial
Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang
ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat,
apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.
7. Aspek AMDAL
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul
dengan adanya suatu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap
dampak tersebut.
2.7. Prosedur Pemberian Kredit
Sebelum debitur memperoleh kredit, terlebih dahulu harus melalui
tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-
17
dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit
sampai dengan kredit dicairkan. Tahapan-tahapan dalam memberikan kredit ini
kita kenal dengan nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian
kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak.
Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu
dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada
kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke debitur atau bahkan
langsung ditolak.
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antarbank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang
menjadi perbedaan mungkin hanya terletak persyaratan dan ukuran-ukuran
penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing.
Dalam praktiknya prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan
antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum,
kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau
produktif. Menurut Kasmir (2008:115-119) prosedur pemberian kredit secara
umum oleh badan hukum adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam proposal, kemudian dilampiri dengan berkas-berkas
lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya berisikan
latar belakang usaha, maksud dan tujuan kredit, besarnya kredit, jangka
waktu, dan jaminan kredit.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap
atau cukup, maka debitur diminta untuk segera melengkapinya dan apabila
sampai batas tertentu debitur tidak sanggup melengkapi kekurangan
tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan.
18
3. Wawancara I
Penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan
calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai
dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara juga untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan sebenarnya.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasilnya
dicocokkan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas bila masih ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan kredit
Yakni menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima,
maka dipersiapkan administrasinya. Bila ditolak, maka hendaknya dikirim
surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon debitur
menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat
perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan
dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan
melalui notaris.
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
9. Penyaluran/penarikan kredit
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit.
Prosedur pemberian kredit dapat dilakukan mulai dari pengajuan berkas
pinjaman yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur, penyelidikan berkas
19
pinjaman atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak kreditur,
wawancara I untuk mengetahui kebutuhan debitur yang sebenarnya, on the spot
atau peninjauan ke lokasi mengenai jaminan yang diberikan dan mencocokkan
dengan hasil wawancara I, dilanjutkan wawancara II yang berfungsi untuk
melengkapi berkas-berkas yang kurang pada saat peninjauan di lokasi,
keputusan kredit yang berarti pernyataan diterima atau ditolak atas pengajuan
kredit oleh debitur, penandatanganan akad perjanjian antara pihak bank dan
calon peminjam, kemudian realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan
surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening di bank, dan yang
terakhir adalah penyaluran kredit sebagai realisasi dari pemberian kredit oleh
bank.
2.8. Pengertian Pensiun
Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang
bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi untuk membiayai kehidupan
selanjutnya agar tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari
penghasilan yang lain. Berdasarkan UU No.11 Tahun 1969, “Pensiun diberikan
sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri
selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah”. Berdasarkan Undang-
undang No.43 Tahun 1999 Pasal 10, “Pensiun adalah jaminan hari tua dan
sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun
mengabdikan dirinya kepada Negara. Pada pokoknya adalah menjadi
kewajiban setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk ini
setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi
sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Oleh karena pensiun bukan saja sebagai
jaminan hari tua, tetapi juga sebagai balas jasa, maka pemerintah memberikan
sumbangannya kepada Pegawai Negeri”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pensiun adalah status
seseorang yang telah berakhir masa tugasnya di instansi tempat ia bekerja
sebelumnya. Instansi tempat ia bekerja sebelumnya ini biasanya adalah instansi
pemerintah, atau orang tersebut bekerja sebagai pegawai negeri”.
20
Menurut Martono (2002:155) menyatakan bahwa, “Pensiun adalah hak
seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan
sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sesuai dengan perjanjian
yang telah ditetapkan. Biasanya penghasilan diberikan dalam bentuk uang dan
besarnya tergantung dari peraturan yang telah ditetapkan”.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pensiun adalah status seseorang yang telah berakhir masa kerjanya di tempat ia
bekerja sebelumnya, kemudian mendapatkan penghasilan setelah bekerja.
Penghasilan setelah bekerja tersebut diberikan sebagai balas jasa atas
pengabdiannya bekerja kepada negara selama sekian tahun. Penghasilan
tersebut berupa uang yang dapat diambil setiap bulannya atau diambil
sekaligus, hal ini tergantung dari kebijakan yang terdapat dalam suatu
perusahaan. Pegawai Negeri Sipil, pejabat negara, tentara, pegawai BUMN
adalah beberapa diantara orang yang akan mendapat tunjangan pensiun dari
pemerintah.
2.9. Pengertian Dana Pensiun
Uang pensiun yang diberikan oleh pemberi pensiun dikelola oleh suatu
lembaga atau badan hukum. Menurut UU No. 11 Tahun 1992, “Dana Pensiun
adalah badan hukum yang menggelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun”.
Menurut Martono (2002:155) menyebutkan bahwa, “Dana Pensiun
merupakan suatu lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun
dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggara dana pensiun dapat
dilakukan oleh pemberi kerja atau diserahkan kepada lembaga keuangan yang
menawarkan pengelolaan program pensiun misalnya bank dan perusahaan
asuransi”.
Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa seseorang yang bekerja
pada instansi maupun perusahaan pemerintah yang telah memasuki usia
pensiun akan menyandang status sebagai seorang pensiunan. Seorang
21
pensiunan akan mendapatkan penghasilan setelah bekerja sebagai balas jasa
atas pengabdiannya bekerja untuk negara selama sekian tahun. Balas jasa
tersebut akan diberikan dalam bentuk uang. Uang yang akan diberikan kepada
para pensiunan dikelola oleh lembaga atau badan hukum yang disebut dana
pensiun. Dari pengelola dana pensiun selanjutnya akan disalurkan kepada
penyelenggara dana pensiun seperti halnya kepada lembaga keuangan sebagai
kantor bayar pengelolaan pembayaran uang pensiun. Uang pensiun tersebut
dapat diambil setiap bulannya dan diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi para pensiunan.
2.10. Macam-macam Pensiun
a. Pensiun yang dikelola oleh PT. TASPEN (PERSERO) yaitu:
- Pegawai Negeri Sipil (kecuali Pegawai Negeri Sipil HanKam).
- Pejabat Negara.
- ABRI dan Pegawai Negeri Sipil HanKam yang pensiun sebelum 1 April
1989.
- Veteran.
- Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
- Eks KNIL.
b. Pensiunan yang dikelola oleh PT. Asabri, yaitu penerima pensiun prajurit
ABRI dan PNS ABRI HanKam yang memperoleh hak pensiun mulai 1
April 1989.
c. Pensiunan BUMN yang dikelola oleh Yayasan Pensiun.
2.11. Tujuan Program Pensiun
Program pensiun yang dulunya hanya dapat dinikmati oleh para pegawai
negeri sipil kini telah berkembang pada perusahaan besar, menengah dan
kecil. Para karyawan sadar bahwa program pensiun akan memberikan jaminan
hidup di hari tua, para pengusaha juga menganggap bahwa jaminan pensiun
yang ditujukan kepada karyawannya mampu memberikan dorongan untuk
22
memotivasi bekerja dan pada akhirnya pencapaian kerja menjadi maksimal.
Untuk itu tujuan program pensiun menurut Martono (2002:157) ada dua yaitu:
a. Bagi Pemberi Kerja
- Kewajiban moral;
- Loyalitas;
- Kompetisi pasar tenaga kerja.
b. Bagi Karyawan
- Rasa aman terhadap masa yang akan datang;
- Kompensasi yang lebih baik.
Tujuan program pensiun bagi pemberi kerja ada tiga, pertama kewajiban
moral dimana perusahaan maupun instansi yang telah memberi pekerjaan
memberikan rasa aman kepada mantan pegawai atau karyawannya. Kewajiban
moral tersebut diwujudkan dengan memberkan jaminan ketenangan atas masa
depan para karyawannya. Perusahaan masih memiliki tanggung jawab moral
terhadap mereka. Kedua, loyalitas dimana karyawan akan memberikan dampak
positif pada perusahaan. Karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik
dengan loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Loyalitas tersebut akan semakin
besar dengan jaminan keamanan yang diterima oleh karyawan. Ketiga,
kompetisi pasar tenaga kerja dengan tawaran manfaat yang kompetitif bagi
para karyawan, perusahaan akan dapat mempertahankan karyawan yang
berkualitas. Di era yang semakin ketat, perusahaan-perusahaan bersaing untuk
mendapatkan tenaga yang profesional. Tujuan penyelenggara program pensiun
bagi karyawan ada dua, pertama rasa aman terhadap masa yang akan datang,
karyawan berharap mendapatkan jaminan ekonomis atas penghasilan yang
diterima setelah memasuki masa pensiun. Kedua, kompensasi yang lebih baik,
karyawan mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa dinikmati
pada saat mencapai usia pensiun atau berhenti bekerja.
2.12. Fungsi Program Pensiun
Fungsi program pensiun menurut Martono (2002:158) meliputi tiga fungsi
yaitu:
23
a. Fungsi Asuransi
Program pensiun mempunyai fungsi asuransi karena memberikan jaminan
kepada peserta untuk mengatasi risiko kehilangan pendapatan yang
disebabkan oleh kematian atau usia pensiun.
b. Fungsi Tabungan
Program pensiun dikatakan mempunyai fungsi tabungan karena selama
masa kerja karyawan harus membayar iuran (premi). Perusahaan pemberi
kerja atau lembaga keuangan bertugas mengumpulkan dan mengembangkan
iuran dari peserta (karyawan perusahaan, karyawan mandiri) di mana iuran
tersebut diperlukan sebagai tabungan. Kemudian dana tersebut
dikembangkan untuk dimanfaatkan untuk membayar pensiun kepada
peserta. Besarnya pensiun yang diterima oleh peserta setelah menjalani
masa pensiun tergantung pada akumulasi dana yang telah disetor.
c. Fungsi Pensiun
Program pensiun memiliki fungsi pensiun karena manfaat yang akan
diterima oleh peserta dapat dilakukan secara berkala selama hidup.
2.13. Kredit Pensiun
Dari penjelasan mengenai kredit dan pensiun yang telah dikemukakan
pada uraian sebelumnya kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit
pensiun merupakan kredit yang diberikan kepada para pensiun yang berasal
dari lingkungan pensiunan Pegawai Negeri Sipil, pejabat negara, tentara,
pegawai BUMN, yang akan mendapat tunjangan pensiun dari pemerintah yang
didasari oleh perjanjian kerjasama antara pihak Bank dengan Pengelola Dana
Pensiun. Kredit pensiun biasanya bersifat konsumtif, dimana seorang pensiun
mengambil keputusan untuk mengajukan pinjaman di lembaga perbankan
biasanya digunakan untuk biaya membangun rumah, biaya sekolah anak, atau
sekedar untuk keperluan sehari-hari.
24
2.14. Proses Pemberian Kredit Pensiun
Proses pemberian kredit pensiun dapat diartikan sebagai proses atau
langkah-langkah yang dilakukan oleh pengelola pensiun yang bekerja sama
dengan lembaga keuangan yang berperan sebagai kantor bayar tunjangan
pensiun dari pemerintah untuk memberikan kepercayaannya berupa pemberian
pinjaman kepada pensiunan yang berasal dari lingkungan Pegawai Negeri
Sipil, pejabat negara, tentara, pegawai BUMN, dengan jaminan dan jangka
waktu sesuai kesepakatan yang disertai dengan balas jasa berupa bunga atau
bagi hasil.