bab ii -...

35
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Jalan Tol Menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44, Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Pembangunan tol bisa dibilang pendanaan infrastruktur jalan membebani anggaran negara yang berbeda dengan jalan bukan tol yang dibiayai oleh APBN atau APBD dan pihak – pihak yang bertanggung jawab terhadap jalan tersebut akan tetapi setelah tol sudah bisa dioperasikan, biaya perawatan ditanggung oleh pengguna jalan karena kendaraan yang melewati jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Jalan tol sebagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, namun dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif, Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi dari pada jalan umum yang ada. Fungsi dari diselenggarakannya jalan tol menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 43 dibagi menjadi empat yaitu : 1. Memperlancar lalulintas di daerah yang telah berkembang. 2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi. 3. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan. 4. Meningkatkan lebih lanjut pemerataan hasil pembangunan keadilan. Syarat – syarat jalan to menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44 1. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif. 2. Dalam keadaan tertentu, jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif. 3. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang libih tinggi dari pada jalan umum yang ada.

Upload: dinhdien

Post on 26-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jalan Tol

Menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44, Jalan tol adalah

jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan

nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Pembangunan tol bisa

dibilang pendanaan infrastruktur jalan membebani anggaran negara yang berbeda

dengan jalan bukan tol yang dibiayai oleh APBN atau APBD dan pihak – pihak

yang bertanggung jawab terhadap jalan tersebut akan tetapi setelah tol sudah bisa

dioperasikan, biaya perawatan ditanggung oleh pengguna jalan karena kendaraan

yang melewati jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Jalan tol

sebagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, namun dalam

keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif, Jalan tol harus

mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi dari pada jalan umum yang

ada.

Fungsi dari diselenggarakannya jalan tol menurut UU No.38 tahun 2004

Tentang Jalan Pasal 43 dibagi menjadi empat yaitu :

1. Memperlancar lalulintas di daerah yang telah berkembang.

2. Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan

jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi.

3. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan.

4. Meningkatkan lebih lanjut pemerataan hasil pembangunan keadilan.

Syarat – syarat jalan to menurut UU No.38 tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 44

1. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas

alternatif.

2. Dalam keadaan tertentu, jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.

3. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang libih tinggi dari

pada jalan umum yang ada.

7

4. Ketentuan jalan bebas hambatan mempunyai spesifikasi yang dimaksut

adalah tidak ada persimpangan sebidang, pengendalian jalan masuk atau

keluar secara penuh, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan

median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap jalur, dan lebar lajur

paling sedikit 3,5 m

2.2. Definisi Proyek

“Pengertian proyek secara sederhana dan umum adalah suatu ruang kegiatan

yang terencana dan dilaksanakan secara berurutan dengan logika serta

menggunakan banyak jenis sumber daya, yang dibatasi oleh dimensi biaya, mutu,

dan waktu” (Mahedra, 2004 : 12). Untuk mengelola suatu proyek dengan baik maka

dibutuhkan sebuah manajemen proyek yang dapat diartikan sebagai suatu aplikasi

dari pengetahuan, keahlian, alat dan teknik pada suatu aktivitas proyek untuk

mendapatkan atau memenuhi kebutuhan dan harapan dari pihak yang terkait dari

suatu proyek. Manajemen proyek mencangkup integrasi dari proses Inisiasi,

Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring, Controling, dan Closing. Maka dari itu agar

tercapainya tujuan proyek tercapai sesuai rencana memerlukan manajemen proyek

yang tepat.

Suatu proyek mempunyai ciri-ciri khusus antara lain :

1. Mempunyai tujuan spesifik

2. Hasil akhirnya bisa diserahkan

3. Menggunakan banyak jenis sumber daya

4. Unik

5. Merupakan sarana dan wahana perubahan

6. Dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang jelas atas biaya, mutu, dan waktu

Memahami ciri – ciri khas dari proyek seperti diatas merupakan pelajaran

bagi yang terlibat dalam suatu proyek agar menjadi bahan masukan dan

pertimbangn dalam pengambilan keputusan untuk tindakan manajemen dan

administrasi oleh masing – masing tingkat manajemen proyek atau kontraktor

8

proyek agar mendapatkan kemudahan pekerjaan sehingga mengahasilkan proyek

yang baik. Dengan demikian suatu proyek dengan hasil yang baik mampu

memeberikan perubahan positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang

menjadi pemakai atau yang memanfaatkan hasil proyek tersebut.

Tolak ukur sukses pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya harus

memenuhi 3 (tiga) kreteria yaitu :

➢ Biaya Proyek, tidak melebihi batas yang telah direncanakan atau yang telah

disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kotrak pelaksanaan suatu

pekerjaan

➢ Mutu Pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses/cara

pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan

kesepakatan, perencanaan, ataupun dokumen kontrak ekerjaan.

➢ Waktu Penyelesaian Pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah

disepakati dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan

yang bersangkutan.

2.3. Alat Berat

Rostiyanti (2002), menyatakan bahwan Alat -alat berat yang dikenal di

dalam ilmu Teknik Sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia

dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan

faktor penting dalam proyek konstruksi terutama proyek – proyek berskala besar.

Alat berat dapat dikatagorikan ke dalam beberapa klasifikasi, klasifikasi tersebut

adalah klasifikasi fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat berat. Tujuan

dari penggunaan alat berat tersebut adalah untuk memudahkan pekerjaan manusia,

sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu

yang relatif lebih singkat.

9

2.3.1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat

Yang dimaksut klasifikasi fungsional alat berat adalah pembagian alat berat

tersebut berdasarkan fungsi – fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat

dapat dibagi atas berikut.

a. Alat Pengelolahan Lahan

Kondisi lahan proyek kadang – kadang masih merupakan lahan asli yang

harus dipersiapkan sebelum lahan mulai diolah. Jadi pada lahan masih terdapat

semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan

menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat

digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain

dozer dapat digunakan juga motor grader.

b. Alat Penggali

Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alt berat

digunakan untuk menggali tanah dan batuan, yang termasuk di dalam kategori ini

adalah front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

c. Alat Pengangkut Material

Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat ini

dapat mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara

horizontal pada jarak jangkauan yang relatif kecil. Untuk pengangkutan meterial

lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan

berupa belt, truck, dan wagon. Alat -alat yang memerlukan alat lain yeng membantu

memuat material ke dalamnya.

d. Alat Pemindah Material

Yang termasuk kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan

sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu

tempat ke tempat yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindah material.

e. Alat Pemadat

Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu

dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik itu

jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang

10

termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-tired, compactor,

dan lain-lain.

f. Alat Pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu

bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan

bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk di dalam alat ini adalah

crusher. Alat yang dapat mencampur material – material seperti concrete batch dan

asphalt mixing plant

g. Alat Penempatan Akhir Material

Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk

menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Di tempat atau lokasi ini

material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang

telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah croncrete spreader,

asphslt paver, motor grader, dan alat pemadat.

2.3.2. Klasifikasi Operasional Alat Berat

Alat – alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu

tempat ke tempat yang lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi

alat berdasarkan pergerakannya dapat dibagi atas berikut.

a. Alat dengan Penggerak

Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil

dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda

kelabang dan ban karet. Sedangkan bilt merupakan alat penggerak pada cnveyor

belt

b. Alat Statis

Yang termasuk dalam kategori ini adalah towe crane, batching plant, baik

untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant.

2.3.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat

Pemilihan alat berat dilakukan pada tahapan perencanaan, dimana jenis,

jumlah, kapasitas alat berat merupakan faktor – faktor penentu. Tidak setiap alat

11

berat dipakai dalam proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat

sangatlah diperlukan supaya tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan pada proyek

dan biaya proyek konstruksi akan membengkak sehingga hasilnya tidak sesuai

dengan rencana.

Di dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatiakan

sehingga kesalahan pemilian alat berat dapat dihindari. Faktor – faktor tersebut

antara lain :

➢ Fungsi yang harus dilaksanakan, alat berat dikelompokkan berdasarkan

fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan.

➢ Kapasitas peralatan, pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau

berat material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih

harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang

ditentukan.

➢ Cara operasi, alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal atau vertikal) dan

jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan.

➢ Pembatasan dari metode yang dipakai, pembatasan yang mempengaruhi

pemilihan alat berat antara lain peraturan lalulintas, biaya, dan pembongkaran.

Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat membuat pemilihan alat dapat

berubah.

➢ Ekonomi, selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan

biaya pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.

➢ Jenis proyek, ada beberapa jenis proyek yang umumnya menghunakan alat

berat. Proyek – proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,

irigasi, pembukaan hutan.

➢ Lokasi proyek, lokasi peroyek juga merupakan hal alin yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan alat berat.

➢ Jenis daya dukung tanah, Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang

akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat beratyang akan dipakai. Tanah dapat

dalam kondisi padat, lepas, keras, lembek.

12

➢ Kondisi lapangan, kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik

merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.

2.3.4. Efisiensi Alat

Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat

faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi alat. Bagaimana

efektivitas alat tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :

1. Kemampuan operator pemakai alat

2. Pemilihan dan pemeliharaan alat

3. Perencanan dan pengaturan letak alat

4. Topografi dan volume pekerja

5. Kondisi cuaca

6. Metode pelaksanaan

Cara yang umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah dengan

menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam.

Contohnya jika dalam satu jam efektif alat bekerja adalah 45 menit maka dapat

dikatakan efisiensi alat adalah 45/60 atau 0,75.

2.4. Biaya Alat Berat

Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori, biaya kepemilikan alat

berat (ownership cost) dan biaya pengoprasian alat berat (operation cost).

2.4.1. Biaya Kepemilikan Alat Berat

Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor adalah :

1. Biaya jumlah yang besar yang dikeluarkan karena membeli alat tersebut, jika

pemilik meminjam uang dari bank untuk membeli alat tersebut maka akan ada

biaya terhadap bunga meminjam.

2. Depriasi alat. Sejalan dengan bertambahnya umur alat maka akan ada

penurunan nilai alat.

3. Pajak.

13

4. Biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar asuransi alat.

5. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan tempat penyimpanan alat

atau.

Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya kerusakan,

pengurangan, dan harga pasaran alat. Perhitungan depresiasi sangat diperlukan bagi

pemilik alat untuk mengetahui nilai setelah alat tersebut dioperasikan, selain itu

bagi pemilik alat dapat mengetahui berapa modal yang akan dikeluarkan setelah

alat mengalami perawatan dan harus beli alat kembali. Ada beberapa cara yang

dipakai untuk menghitung depresiasi alat yang biasa dipakai dalam mengetahui

menghitung biaya.

a. Metode garis lurus ( Straight Line Method )

b. Metode penjumlahan tahunan ( Sum of The Years Method )

c. Metode penurunan seimbang (Declining Balance Method )

a. Metode Garis Lurus ( Straight Line Method )

Metode ini merupakan metode termudah diantara ketiga metode dalam

perhitungan depresiasi. Untuk menghitung depresiasi per tahun digunakan rumus

seperti berikut.

Dk = 𝑃 − 𝐹

𝑛

Dimana :

Dk = Depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat pembelian

P (present value) = Nilai sisa alat

F (future value) = Umur ekonomis alat

N = Nilai Dk pada metode ini selalu konstan

Bk = P – KDk

Bk (book value) = Nilai buku

14

b. Metode penjumlahan tahunan ( Sum of The Years Method )

Metode ini merupakan metode percepatan sehingga nilai depresiasinya akan

lebih besar dari pada depresiasi yang dihitung dengan metode garis lurus. Pertama

yang harus dihitung adalah nilai SOY dengan menggunkan rumus :

SOY = 𝑛(𝑛 + 1)

2

Depresiasi tahunan dihitung dengan cara :

Dk = 𝑛 − 𝐾 + 1

𝑆𝑂𝑌 (𝑃 − 𝐹)

Nilai buku pada akhir tahun ke-k adalah :

Bk = 𝑛 − 𝐾

𝑛 𝑥

𝑛−𝑘+1

𝑛+1 𝑥 (𝑃 − 𝐹) + 𝐹

c. Metode penurunan seimbang (Declining Balance Method )

Metode ini menghitung depresiasi per tahun dengan mengalikan nilai buku

pada akhir tahun dengan suatu faktor. Nilai depresiasi dengan cara ini lebih besar

dari pada dengan dua metode sebelumnya. Faktor percepatan (R) berkisar 1,25 per

umur alat sampai 2,00 per umur alat. Metode ini disebut dengan metode penurunan

seimbang ganda ( Declining Declining - Balance Method ) jika :

R = 2

𝑛

Depresiasi tahunan dengan metode ini dihitung dengan rumus :

Dk = 𝑅(1 − 𝑅)𝑘−1 𝑥 𝑃

Pada awal umur alat, nilai buku dengan metode ini berkurang dengan cepat.

Nilai buku diakhiri tahunan ke-k dihitung dengan rumus :

Bk = (1 − 𝑅)𝑘𝑥 𝑃

15

Pada perhitungan depresiasi dengan metode ini tidak memperhitungkan

nilai sisa alat. Akan tetapi pada akhir perhitungan nilai baku tidak boleh kurang dari

perkiraan nilai sisa alat.

2.4.2. Biaya Pengoperasian Alat Berat

Biaya pengoperasian akan timbul saat alat berat dipakai. Biaya

pengoperasian alat berat meliputi bahan bakar, gemuk, pelumas, perawatan, dan

perbaikan, serta alat penggerak atau roda.

a. Bahan Bakar

Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya mesin

yang digunakan dismping kondisi medan yang ringan dan berat juga menentukan

perkiraaan. konsumsi bahan bakar dinyatakan dalam liter / jam atau gallon / jam.

Dapat pula dalam menentukan prakiraan bahan bakar menggunakan pendekatan

berikut ini :

1) 0,06 gallon / jam / horse-power untuk mesin dengan bahan bakar bensin.

2) 0,04 gallon / jam / horse-power untuk mein dengan bahan bakar solar.

b. Minyak Pelumas

Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada kapasitas

bak karter (crank case) dan lamanya periode periode pergantian minyak pelumas,

biasanya antara 100 – 200 jam pemakaian. Perhitungan pengguna pelumas per jam

biasanya berdasarkan jumlah waktu operasi dan lamnya penggantian pelumas,

dapat dihitung menggunakan rumus :

Qp =𝑓 𝑥 ℎ𝑝 𝑥 0,006

7,4+

𝑐

𝑡

Dimana : Qp = Jumlah pengguna pelumas (gal/jam, liter/jam)

hp = horse power

C = Capasitas Crankcase (liter, gal)

f = Faktor Pengoperasian

16

t = Lama Pengguna Pelumas (jam)

c. Roda

Mesin yang bekerja terus menerus akan menyebabkan ban menjadi aus

maka ban pun harus memiliki anggaran tersendiri karena ban pun juga butuh

perawatan atau pergantian. Biaya untuk pengganti ban sangat berbeda – beda

tergantung dari metode operasi dan keadaan lapangan.

Faktor utama yang mempengaruhi ausnya ban yaitu :

• Cuaca

• Keadaan permukaan lapangan

• Ketrampilan operator

d. Biaya Perbaikan atau pemeliharaan

Biaya perbaikan meliputi biaya pemeliharaan dan perawatan pada alat, yang

di sebabkan karena kerusakan - kerusakan pada mesin. Metode yang digunakan

untuk menentukan nilai depresiasi alat menggunakan (metode garis lurus)

e. Gaji Operator

Gaji operator adalah biaya upah untuk driver atau orang yang menjalankan

alat berat tersebut.

2.5. Produktivitas Alat Berat

2.5.1 Alat Penggali (excavator)

Yang termasuk alat penggali adalah backhoe, power shovel atau juga

dikenal sebagai front shovel dragline dan clamshell. Backhoe dan power shovel

disebut alat penggali hidrolis, karena bucket degerakkan secara hidrolis. Backhoe

terdiri dari alat penggerak yang dapat berupa crawler atau ban, boom, stick, bucket.

Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang akan

dilakukan. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemeliharaan

kapasitas bucket. Rumus yang dipakai untuk menghitung produktivitas backhoe

adalah :

17

Gambar 2.1. Alat Berat Exavator

Produktivitas = 𝑉 𝑥 60

𝐶𝑇 𝑥 𝑆 𝑥 𝐵𝐵𝐹 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Produktivitas dihitung dalam m3/jam

CT = Waktu siklus (menit)

S = Faktor koreksi untuk kedalaman

V = Kapasitas m3

BFF = Bucket Fill Factor

Tabel 2.1 Faktor koreksi (BFF) untuk alat gali Material BFF (%)

Tanah dan tanah organik 80 - 100

Pasir dan kerikil 90 - 100

Lempung keras 65 - 95

Lempung basah 50 - 90

Batuan dengan peledak buruk 40 - 70

Batuan dengan peledak baik 70 - 90 (sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)

18

Tabel 2.2 Waktu siklus backhoe beroda crawler (menit) Jenis

Material

Ukuran Alat

< 0,76 m3 0,94 – 1,72 m3 > 1,72 m3

Kerikil, pasir, tanah organik 0,24 0,30 0,40

Tanah, lempung lunak 0,30 0,375 0,50

Batuan, lempung keras 0,375 0,462 0,60 (sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)

Tabel 2.3 Faktor korelasi untuk kedalaman dan sudut putar

Kedalaman

Penggalian

(% dari Maks)

Sudut Putar (⁰)

45 60 75 90 120 180

30 1,33 1,26 1,21 1,15 1,08 0,95

50 1,28 1,21 1,16 1,10 1,03 0,91

70 1,16 1,10 1,05 1,00 0,94 0,83

90 1,04 1,00 0,95 0,90 0,85 0,75

(sumber : Construction Methods and Manajemen 1998)

Setelah jumlah produktivitas diketahui selanjutnya perlu dihitung durasi pekerjaan

alat – alat tersebut dengan rumus :

Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

2.5.2 Alat Berat Bulldozer

Dozer merupakan traktor yang dipasangkan blade dibagian depannya. Blade

berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada di depannya. Jenis

pekerjaan yang biasanya menggunakan dozer atau bulldozer adalah :

1. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dari pepohonan

2. Pembukaan jalan baru

19

3. Pemindahan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m

4. Membantu mengisi material pada scaper

5. Menyebarkan material

6. Mengisi kembali saluran

7. Membersihkan quarry

Gambar 2.2. Alat Berat Bulldoozer

Ada beberapa macam jenis blade yang dipasangkan pada dozer. Pemilihan

jenis blade tergantung pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Berikut adalah

macam – macam blade :

a. Straight blade (S-blade) : biasanya digunakan untuk pekerjaan pengupasan dan

penimbunan tanah. Blade jenis ini dapat bekerja pada tanah keras. Tipe blade

ini sangat cocok untuk berbagai kondisi medan. Straight blade merupakan

modifikasi dari U-blade. Banyak digunakan untuk mendorong material

cohesive, penggalian struktur dan penimbunan. Blade ini dapat berfungsi untuk

menggali tanah yang keras dengan cara memiringkan blade. Manuver blade

jenis ini lebih mudah dan dapat menangani material dengan mudah

20

Gambar 2.3 Straight Blade

Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id

b. Angle blade (A-blade) : jenis ini mempunyai lebar yang lebih besar 0,3 sampai

0,6 m dari pada S-blade, biasanya digunakan untuk menyingkirkan material ke

sisinya, penggalian saluran, dan pembukaan lahan.

Gambar 2.4 Angle Blade Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id

c. Universal blade (U-blade) : U-blade juga lebih besar dari pada S-balde, dan

biasanya dipakai untuk reklamasi lahan. Blade jenis ini mempunyai

kemampuan untuk mengangkut material dalam jumlah besar pada jarak tempuh

yang relatif jauh. Umumnya material yang ditangani adalah material yang

ringan seperti tanagh lepas.

21

Gambar 2.5 Universal blade

Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id

d. Cushion blade (C-balde) umumnya dipasang pada traktor yang besar yang

digunakan untuk mendorong screper. Blade ini lebih pendek dari pada S-blade

Gambar 2.6 Cushion blade

Sumber : http://dunia-atas.blogspot.co.id

Tabel 2.4 Pisau bulldozer Ukuran mesin (hp) 60-70 100-150 200 300 400

Berat mesin (ton) 5 – 8 10 - 12 16 25 35

Panjang pisau (m) 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Tinggi pisau (m) 0,8 1,0 1,2 1,5 1,8

(sumber : Construction Methods, Planing, and Equipment 1996)

22

A. Kapasitas Blade

Kapasitas blade dapat dirinci dari data pada tabel atau melalui perhitungan.

Rumus dari kapasitas blade dihitung dengan rumus :

V1 = 𝑊 𝑥 𝐻 𝑥 𝐿

2

Gambar 2.7 Dimensi Blade Untuk Menghitung Produktivitas

Sumber : Rostiyanti 2002

Nilai W = 1,5 – 1,67 H

Untuk sudut diantara α antara 30⁰ - 33⁰

Tabel 2.5 Perkiraan kapasitas blade Perkiraan

Ukuran (mxm) Kapasitas (Icm) Model

Dozer A-Blade S-Blade U-Blade 4,16 x 1,033 3,18 - - D6H 3,36 x 1,257 - 3,89 - D6H 4,50 x 1,111 3,89 - - D7H 3,90 x 1,363 - 5,16 - D7H 3,98 x 1,553 - - 8,34 D7H 4,96 x 1,174 4,66 - D8N 4,26 x 1,740 - - 11,70 D8N 3,88 x 0,910 2,5 - - D6D 3,21 x 1,127 - 3,77 - D6D 4,26 x 0,960 2,90 - - D7G 3,65 x 1,274 - 4,2 - D7G 3,82 x 1,274 - - 5,80 D7G

(sumber : Caterpillar Performance Handbook 1993)

23

B. Waktu Siklus

Pengisian blade umumnya dilakukan pada 40-50 ft (13-17 m) pertama dari

jarak tempuh. Pada saat kembali, blade dalam keadaan kosong. Waktu angkut dan

kembali bulldozer dapat ditentukan dari jarak dibagi kecepatan untuk setiap

variabel. Perhitungan waktu siklus ditentukan juga oleh suatu waktu yang konsisten

(fixed time, FT) yang merupakan waktu yang dibutuhkan bulldozer untuk

mempercepat dan memperlambat laju kendaraan. FT pada umumnya berkiaran

antara 0,10 – 0,15 menit. Waktu yang diperlukan oleh dozer untuk melakukan 1

siklus adalah :

CT = FT + HT + RT

C. Produktivitas Bulldozer

Perhitungan maksimum produktivitas bulldozer dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Produktivitas = 𝑉₁ 𝑥 60

𝐶𝑇 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Setelah jumlah produktivitas diketahui selanjutnya perlu dihitung durasi pekerjaan alat –

alat tersebut dengan rumus :

Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

24

2.5.3 Alat Berat Dump Truck

Dump truck yang dipakai dalam proyek konstruksi pada umumnya

dikelompokkan menjadi 5 yaitu sebagai berikut :

1. Rear-dump truk

2. Side-dump truck

3. Rear-dump tractor-wagon

4. Side-dume tractor-wagon

5. Bottom-dump tractor-wagon

Pengeluaran material dari rear-dump truck dan tractor-wagon adalah dengan

pengangkutan bagian depan bak. Rear-dump truck dipakai untuk mengangkut

berbagai jenis material. Akan tetapi material lepas seperti tanah dan pasirkering

merupakan material yang umum diangkut oleh dump truck. Maerial seperti batuan

dapat merusak truck yang dipakai, oleh karena itu pemuatan material oleh loader

atau alat pemuat harus dilakukan secara hati – hati atau bak truck dilapisi bahan

yang tidak mudah rusak. Ukuran bak jenis ini berkisar 25 sampai 250 ton.

Side-dump truck dan tractor-wagon mengeluarkan material yang

diangkutnya dengan menaikkan salah satu sisi bak. Pada kondisi pembongkaran

muatan dilakukan pada tmpat yang sempit dan panjang maka pemakaian truck dan

tracktor-wangon merupakan pilihan yang tepat.

Material yang diangkut oleh bottom-dump tracktor-wagon dikeluarkan

melalui sebagian bahwa bak yang dapat dibuka di tengah – tengahnya. Bottom-

dump tractor-wagon umumnya mengangkut material lepas seperti pasir, kerikil,

batuansedimen, lempung keras, dan lain – lain. Pembongkaran material dilakukan

pada saat kendaraan bergerak. Kelandaian permukaan tempat alat tersebut

digunakan sebagainya kurang dari 5% karena bentuk dari alat tersebut tidak

memungkinkan untuk daerah yang terjal.

25

Gambar 2.8. Alat Berat Dump Truck

Produktivitas suatu alat selalu tergantung dari waktu siklus. Waktu siklus

truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu pmbongkar muatan,

waktu perjalanan kembali, dan waktu antri.

a. Waktu muat tergantung pada :

- Ukuran dan jenis alat pemuat

- Jenis dan kondisi material yang dimuat

- Kapasitas alat angkut

- Kemampuan operator alat pemuat dan angkut

b. Waktu berangkat atau pengangkutan trgantung pada :

- Jarak tempuh alat angkut

- Kemampuan operator alat pemuat dan alat angkut

c. Waktu pembongkaran tergantung pada :

- Jenis dan kondisi material

- Cara pembongkaran material

- Jenis alat pengangkut

d. Waktu kembali dipengaruhi hal – hal yang sama seperti waktu

pengangkutan

26

e. Waktu antri tergantung pada :

- Jenis alat pemuat

- Posisi alat pemuat

- Kemampuan alat pengangkut untuk berputar

Rumus yang dipakai untuk menghitung produktivitas truck adalah :

Produktivitas = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 60

𝐶𝑇 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

2.5.4 Alat Berat Vibrator Roller

Tanah di bawah alat pemadat diberikan getaran yang berasal dari alat

tersebut sehingga partikel tanah yang kecil dapat masuk diantara partikel – partikel

yang lebih besar untuk mengisi rongga yang ada. Dengan alat ini, jenis material

seperti pasir, kerikil dan batuanpecah dapat dipadatkan dengan lebih baik karena

alat ini memberikan ekanan dan getaran terhadap material di bawahnya. Jenis alat

ini yang dikenal adalah :

a. Vibrating padded drum roller

b. Vibrating steel-drum roller

c. Vibrating pneumatic-tired roller

27

Gambar 2.9. Alat Berat Vibrator Roller

Untuk mendapatkan produktivitas yang efektif, ketebalan lapisan yang akan

digunakan haruslah kecil. Untuk semua roller kecuali vibratory dan pneumatic

roller yang besar, ketebalanpemadatan yang disarankan berkisar antara 15 – 20 cm.

Untuk pneumatic roller ketebalan pemadatan berkisar 30 cm, sedangkan vibratory

roller ketebalannya tergantung pada jenis tanahdan berat alat. Untuk tanah berbutir,

ketebalan yang efektif berkisar antara 20 sampai 122 cm tergantung dari berat alat,

sedangkan untuk batuan ketebalnnya bisa mecapai 2,1 m.

Perhitungan produktivitas alat pemadat dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut ini :

Produktivitas =10 𝑥 𝑊 𝑥 𝑆 𝑥 𝐿 𝑥 𝐸

𝑃

Dimana : P = Jumlah pass yang diperlukan untuk pemadatan (ccm/jam)

W = Lebar pemadatan per pass (m)

S = Kecepatan pemadatan (km/jam)

L = Katebalan lapisan akhir yang diinginkan (cm)

28

Durasi =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

Jumlah alat yang dibutuhkan = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

ℎ𝑎𝑟𝑖𝑋 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

2.6 Sifat – Sifat dan Jenis Tanah

Menurut Braja M. Das (1995) dalam pengertian teknik secara umum, tanah

didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) material – material

padat yang tidak tersementasi (terkait secara kimia) satu sama lain dan dari bahan

– bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat

cair dengan gas yang mengisi ruang – ruang kosong di antara partikel – partikel

padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan konstruksi, sebagai contoh

sebagai daya dukung pondasi. Butiran – butiran mineral yang membentuk bagian

padat dari tanah adalah hasil dari pelapukan dari batuan, ukuran butiran tersebut

sangat berfariasi. Suatu proses terurainya batuan menjadi partikel – partikel yang

lebih keakibat proses mekanis dan kimia, proses ini yang dinamakan pelapukan.

Sifat fisik dari tanah tergantung dari faktor – faktor ukuran, bentuk, dan komposisi

kimia dari butiran.

Macam – macam tanah antara lain :

a. Tanah humus, dikenal sebagai sisa tumbuhan dengan hewan yang proses

perombakan oleh organisme dalam tanah.

Gambar 2.10. Tanah Humus

Sumber : bibitbunga.com

29

Ciri ciri tanah humus :

1. Warna lapisan tanah gelap kecoklatan serta gembur

2. Sangat subur, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertanian

3. Merupakan lapisan tanah paling atas

4. Paling banyak ditempat wilayah beriklim tropis.

b. Tanah gambut, merupakan hasil dari tanaman pembusukan tidak sempurna,

sehingga memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi.

Gambar 2.11. Tanah Gambut

Sumber : Loperaufklarung.wordpress.com

Ciri ciri tanah gambut :

1. Memiliki kandungan bahan organik sangat tinggi

2. Kurang subur karena sifat tanahnya lembek dan lunak

3. Kadar keasaman tinggi

4. Warnanya gelap

c. Tanah Aluvial, tanah ini juga bisa disebut tanah endapan, yang semula lumpur

dan pasir halus yang terbawa sungai kemudian mengendap di dataran rendah.

30

Gambar 2.12. Tanah Aluvial

Sumber : Wikipedia.org

Ciri ciri tanah aluvia :

1. PH lebih rendah dari 6,5

2. Terdapat di persawahan dan luar persawahan

3. Tekstur tanahnya tanah liat atau tanah liat berpasir

4. Keras jika waktu kering dan kuat pada waktu lemabab

5. Kaya akan fosfot

6. Subur, bisa untuk persawahan dan perkebunan

d. Tanah vulkanik, merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan abu vukkanis.

Gambar 2.13. Tanah Vulkanik

Sumber : putroeintan.blogspot.com Ciri ciri tanah vulkanik :

1. Kandungan zat haranya tertinggi

2. Subur, cocok untuk pertanian

3. Berbutur halus

4. Jika kena air hujan muka lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tidak

mudah erosi

31

5. Berat volumnya rendah

6. Jika dipegang terasa berminyak

e. Tanah pasir, merupakan hasil dari pelapukan batuan beku beku dan batuan

sedimen.

Gambar 2.14. Tanah Pasir

Sumber : pexels.com

Ciri ciri tanah pasir :

1. Tekstur tanah lemah dan kasar sehingga tidak ada kandungan air, mineral

dan unsur hara.

2. Terdapat kerikil batu

3. Pori – pori sangat besar sehingga mudah dilalui air

4. Tidak cocok untuk lahan pertanian tetapi sangat cocok untuk bahan

bangunan.

f. Tanah liat, merupakan hasil dari proses pelapukan kerak bumi atau biasanya

dikenal dengan tanah lempung. Tanah liat mempunyai dua jenis yaitu tanah liat

sekunder yang berwarna kehitaman dan tanah liat primer dengan warna putih

atau kusam.

32

Gambar 2.15. Tanah Liat

Sumber : pasirjakarta.wordpress.com

Ciri ciri tanah liat :

1. Mengandung leburan alumunium atau silika halus

2. Mengandung silikon dan oksigen

3. Jika basah maka akan terasa lengket

4. Jika kering maka mudah retak dan pecah

5. Berwarna agak hitam atau hitam keabu – abuan

6. Bisa digunakan sebagai bahan untuk kerajinan atau pembuatan batu bata.

g. Tanah kapur, bisa dikenal dengan tanah mediteran merupakan tanah hasil dari

pelapukan bebatuan kapur yang sudah hancur.

Gambar 2.16. Tanah Kapur

Sumber : bp.blogspot.com

33

Ciri ciri tanah kapur :

1. Tanah ini tidak suburkarena tidak memiliki unsur hara.

2. Sangat mudah dilalui air

3. Berkontribusi sedikit dalam bidang pertanian

4. Meskipun tidak subur tetapi cocok digunakan untuk penanaman pohon jati

5. Memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang tinngi

h. Tanah podzolik, tanah ini sering kita jumpai di daerah yang memiliki curah

hujan tinggi serta suhu udara yang rendah yang biasanya di daerah pegunungan.

Gambar 2.17. Tanah Podzolik Sumber : tsuco-indonesia.blogspot.com

Ciri ciri tanah podzolik :

1. Karena sifat lempungnya rendah maka daya simpan unsur haranya juga

rendah

2. Kadar bahan organiknya rendah

3. Sangat mudah kering karena rendahnya daya simpan air

4. Tidak subur, jika dipaksakan untuk ditanam tumbuhan, maka harus dikasih

pupuk organik

5. Kandungan unsur alumunium dan besinya tinggi

6. Warnanya merah atau biasa juga kuning

7. Memiliki ph rendah

34

i. Tanah laterit, terbentuk karena lingkungan lembab dingin dan adanya

genangan air. Biasanya tanah latrit digunakan untuk lahan penanaman tanaman

palawija.

Gambar 2.18. Tanah Latrit Sumber : wikipedia.org

Ciri ciri tanah latrit :

1. Berwarana merah atau coklat

2. Mudah menyerap air

3. Memiliki kandungan bahan organik yang sedang

4. Kandungan ph netreal

5. Mudah menyerap air

6. Tekstur tanah merah relatif padat dan kokoh

7. Mengandung zat besi, timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel, oksida,

titanium, dll.

8. Merupakan tanah yang sudah berumur tua

9. Kandungan bahan organiknya sedang

j. Tanah andosol, terbentuk dari material gunung berapi sama halnya dengan

tanah vulkanik karena proses dari gunung cocok digunakan untuk menanam

tanaman.

35

Gambar 2.19. Tanah Andosol

Sumber : satujam.com

Ciri ciri tanah andosol :

1. Tanah berwarna hitam dan aya yang gelap kecoklatan

2. Terlihat gembur

3. Kadar bahan organik tinggi

4. Saat dipegang licin

5. Banyak kandungan alumunium di dalamnya

6. Memiliki kadar air yang tinggi

7. Cocok ditanam segala tanaman kecuali kelapa

k. Tanah entisol, tidak beda jauh dengan tanah endosol, namun bedanya tanah

ini merupakan hasil dari proses pelapukan material gunung berapi seperti lahar,

debu, pasir, dll

Gambar 2.20. Tanah Endosol

Sumber : ilmugeografi.com

36

Ciri ciri tanah endosol :

1. Belom sepenuhnya mengalami pelapukan

2. Banyak kandungan unsur haranya

3. Mudah teroksidasi dengan udara

4. Kelembaban dan ph selalu berubah – ubah

5. Umumnya teksturnya kasar

6. Bahan organik rendah

7. Tidak terlalu cocok untuk digunakan sebagai tempat menanam.

l. Tanah mergel, bisa disebut juga dengan marbarit ini mirip dengan tanah kapur

yang juga sama – sama hasil dari pelapukan batuan kapur, yang membedakan

dengan tanah mergel dengan tanah kapur adalah tanah mergel dicampur dengan

tanah liat diantara batuan kapur.

Gambar 2.21. Tanah Mergel

Sumber : nandalia123.blogspot.com

Ciri ciri tanah mergel :

1. Kesuburan rendah

2. Warna putih

3. Pembentukannya dipengaruhi oleh hujan turun yang tidak merata

37

2.7 Galian dan Timbunan

Pada saat suatu proyek dikerjakan maka permukaan tanah harus diratakan,

akibat adanya perbedaan ketinggian muka tanah asli dengan ketinggian rencana.

Tanah yang ketinggiannya melebihi elevasi yang diinginkan harus dipotong sesuai

rencana, sedangkan yang ketinggiannya kurang dari elevasi yang diinginkan maka

harus ditimbun. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang

dilengkapi dengan garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui

pengukuran yang sesuai dengan trase yang sudah direncanakan. Berjarak 18

kilometer dari quarry ke tempat penimbunan yaitu sta 26+000, melewati wilayah

perkotaan Probolinggo. Material timbunan yang masih alami pada umumnya tidak

homogen melainkan material campuran yang bervariasi dari jenis material yang

berpori hingga material yang padat. Material disuatu tempat atau dapat dikatakan

ditempat asalnya disebut dengan material asli atau bank material. Bila suatu

material dipindahkan dari bank material maka volum material yang dipindahkan

tersebut akan berubah menjadi lebih besar daripada volume ditempat aslinya.

Material yang dipindahkan dari bank material disebebut dengan material lepas loose

material, sedangkan material yang telah dipindahkan kemudian dipadatkan maka

volume material akan menyusut, material ini disebut dengan material padat

compacted material. Hampir semua material yang dipadatkan volumenyalebih kecil

daripada volume dari tanah aslinya, dikarenakan pemadatan dapat menghilangkan

atau memerkecil pori – pori diantara butiran material.

Kondisi asli

Kondisi lepas

Kondisi padat

Gambar 2.22. Perubahan Kondisi Tanah

38

Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang

harus dibuang atau ditimbun. Keadaan tanah yang berpengaruh terhadap volume

tanah yang dijumpai dalam pekerjaan pemindahan tanah mekanik yaitu :

1. Keadaan Asli, sebelum diadakan pengerjaan, ukuran tanah demikian biasanya

dinyatakan dalam ukuran alam. Volume tanah asli atau material asli yang

masih di tempat asalnya biasanya diberi satuan bank cubic meters (bcm) atau

bank cubic yards (bcy), ini digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah

pemindahan tanah.

2. Keadaan Lepas, keadaan Lepas keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan

(disturb), tanah demikian misalnya terdapat di depan dozer blade, di atas truck,

di dalam bucket dan sebagainya. Material yang dipindahkan atau material

mengalami perpindahan bentuk dinamakan loose material yang diberi satuan

lose cubic meters (lcm) atau loose cubic yards (lcy)

3. Keadaan Padat, ialah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian

dipadatkan. Volume dari material yang dipadatkan atau disebut dengan

compacted material, volumenya diberi satuan compacted cubic meters (ccm)

atu copmpected cubic yards (ccy).

Hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah lepas ditentukan oleh faktor

pemuatan load factor (LF) dan persentase pengembangan atau swell percentage

(Sw). LF sangat bemanfaat dalam perhitungan volume material yang akan diangkut

dari suatu tempat quarry. Rumus yang dipakai adalah :

LF = 1

1 + 𝑆𝑤

LF = 𝑉𝑏

𝑉1

Dimana :

V1 = Volume lepas (lcm, lcy)

Vb = Volume asli (bcm, bcy)

Sw = Persentase mengembang

39

LF = Faktor pemuatan

Nilai persentase mengembang didapat dari :

Sw = (𝑊𝑏

𝑊𝑖− 1) 𝑥 100

Dimana

Wb = Berat jenis tanah dalam kondisi asli

W1 = Berat jenis tanah kondisi lepas

Sementara itu, hubungan antara kondisi tanah asli dengan kondisi tanah dipadatkan

ditentukan oleh faktor penyusutan atau shringkage factor (SF) dan persentase

penyusutan atau shrinkage persentage (Sh). Rumus yang menghubungkan kedua

kondisi tersebut adalah :

SF = 1 – Sh

SF = 𝑉𝑐

𝑉𝑏

Dimana :

Vc = Merupakan volume padat (ccm, ccy)

Nilai Sh didapat dari

Sh = (1 − 𝑊𝑏

𝑊𝑐) 𝑥 100

Dimana : Wc = Berat jenis kondisi padat

Tabel 2.6 Sw dan LF Untuk Beberapa Jenis Tanah Jenis Tanah Persentase Mengembang

(%) Faktor Pemuatan

Lempung Kering 35 0,74 Lempung Basah 35 0,74 Tanah Kering 25 0,80 Tanah Basah 25 0,80 Tanah dan Kerikil 20 0,83

40

Kerikil Kering 12 0,89 Kerikil Basah 14 0,88 Batu Kapur 60 0,63 Batu Hasil Peledakan 60 0,63 Pasar Kering 15 0,87 Pasar Basah 15 0,87 Batuan Sedimen 40 0,71

(sumber : Constrution Planning, Equipment and Methods, 1996)