bab ii baru.docx

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah (moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan lain sebagainya. Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada perempuan 1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan oleh hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%) dan gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005). Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis, sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma), dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis seperti arthritis rheumatoid, asma 1

Upload: defit

Post on 07-Apr-2016

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II baru.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia. Sindroma Chusing

merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi

kortisol oleh berbagai sebab. Sindroma Chusing ini ditandai dengan adanya peningkatan

berat badan (obesitas), distribusi lemak pada bagian leher (buffalo hump) dan di wajah

(moon face), striae berwarna ungu pada kulit, osteoporosis, hiperglikemia, hipertensi, dan

lain sebagainya.

Prevalensi sindroma Chusing ini pada laki-laki sebesar 1 : 30.000 dan pada perempuan

1 : 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindroma Cushing disebabkan oleh

hipertensi berat (67%), diabetes gestasional (30%), superimposed preeklamsia (10%) dan

gagal jantung sekunder karena hipertensi berat (10%). Kematian ibu telah dilaporkan

sebanyak 3 kasus dari 65 kehamilan dengan sindroma Cushing, dua kasus disebabkan gagal

jantung dan 1 kasus infeksi (Hernaningsih dan Soehita, 2005).

Sindroma Chusing ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti: tumor hipofisis,

sekresi ACTH ektopik oleh organ nonendokrin, tumor adrenal (adenoma dan karsinoma),

dan penggunaan obat steroid dosis tinggi dan jangka lama pada terapi penyakit kronis

seperti arthritis rheumatoid, asma bronchial, dan lain sebagainya. Penetapan diagnosis

sindroma Chusing berdasarkan penyebabnya perlu ditegakkan untuk mempermudah

melakukan terapi pada pasien. Seperti yang terdapat dalam skenario dimana terdapat pasien

yang kemungkinan menderita sindroma Chusing namun untuk menentukan penyebabnya

harus dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

1

Page 2: BAB II baru.docx

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal?

2. Apakah Definisi dari chusing syndrome?

3. Bagaimanakah Anatomi chusing syndrome?

4. Apa saja jenis – jenis chusing syndrome?

5. Bagaimanakah Etiologi dari chusing syndrome?

6. Bagaimanakah Patofisiologi dari chusing syndrome?

7. Bagaimanakah Pathway dari chusing syndrome?

8. Bagaimanakah manifestasi klinis dari chusing syndrome?

9. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh chusing syndrome?

10. Bagaimanakah Penatalaksanaan Medis dari chusing syndrome?

11. Apa saja pemeriksaan penunjang pada chusing syndrome?

12. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada chusing syndrome?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal.

2. Untuk mengetahui Definisi dari chusing syndrome.

3. Untuk mengetahui Anatomi chusing syndrome.

4. Untuk mengetahui jenis – jenis dari chusing syndrome.

5. Untuk mengetahui Etiologi dari chusing syndrome.

6. Untuk mengetahui Patofisiologi dari chusing syndrome.

7. Untuk mengetahui Pathway dari chusing syndrome.

8. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari chusing syndrome.

9. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh chusing syndrome.

10. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis dari chusing syndrome.

11. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada chusing syndrome.

12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada chusing syndrome.

2

Page 3: BAB II baru.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal

2.1.1 Definisi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,

terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta

berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan

membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri

berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub

atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6

cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai

berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan

keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen

yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus

oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam

kelenjar.

3

Page 4: BAB II baru.docx

2.1.2 Bagian Kelenjar Adrenal

Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri

dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Fungsi kelenjar

suprarenalis terdiri dari : Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-

garam, mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein,

serta mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :

1.     Medula Adrenal

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi

serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada

medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine

dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan

katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-

sumber endogen terpenuhi.

Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam

persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga

menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic

basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.

2.    Korteks Adrenal

Korteks adrenal tersusun dari 3 zona yaitu:

a.    Zona glomerulosa,

Zona Glomerulosa terdapat tepat di bawah simpai, terdiri atas sel

polihedral kecil berkelompok membentuk bulatan, berinti gelap dengan

sitoplasma basofilik. Zona glomerulosa pada manusia tidak begitu berkembang.

Dan merupakan penghasil hormon mineralokortikoid.

      Hormon Mineralokortikoid

Hormon ini pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan

epitelgastro intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses

pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau hydrogen.

Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama

disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.

4

Page 5: BAB II baru.docx

Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium

oleh ginjal dan traktus gastro intestinal yang cederung memulihkan tekanan

darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh

hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk mengatuk

keseimbangan natrim jangka panjang.

b.    Zona fasikulata

Zona fasikulata merupakan sel yang lebih tebal, terdiri atas sel polihedral

besar dengan sitoplasma basofilik. Selnya tersusun berderet lurus setebal 2 sel,

dengan sinusoid venosa bertingkap yang jalannya berjajar dan diantara deretan

itu. Sel-sel mengandung banyak tetes lipid, fosfolipid, asam lemak, lemak dan

kolesterol. Sel ini juga banyak mengandung vitamin C dan mensekresikan

kortikosteroid. Dan merupakan penghasil hormon glukokortikoid.

      Hormon Glukokortikoid

Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme

glukosa ; peningkatan hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa

darah.Glukokortikoid disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap

pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan

mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.

Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi

pada cedera jaringan dan menekan manifestasi alergi. Efek samping

glukokortikoid mencakup kemungkinan timbulnya diabetes militus,

osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein yang

mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi

lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme

protein, memecah protei menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan

nitrogen negatif.

c. Zona Retikularis

Lapisan ini terdiri atas deretan sel bulat bercabang – cabang

berkesinambungan. Sel ini juga mengandung vitamin C. Sel-selnya penghasil

hormon kelamin (progesteron , estrogen & androgen).

     Hormon-hormon seks adrenal (Androgen)

5

Page 6: BAB II baru.docx

Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam

glandula adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme

gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini memberikan efek yang serupa

dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula mensekresikan

sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal

dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi

dapat terjadi seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu.

Keadaan ini disebut Sindrom Adreno Genital.

6

Page 7: BAB II baru.docx

2.1.3 Disfungsi Kelenjar Adrenal

Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang menunjukkan

kelebihan / defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma, 1999). Klasifikasi

Disfungsi Kelenjar Adrenal.

1.    Hiperfungsi Kelenjar Adrenal

a.    Sindrom Cushing

Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid

adrenokortikal, terutama kortisol. Gejala klinis bisa juga ditemukan oleh

pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik.

b.   Sindrom Adrenogenital

Penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sebagian atau menyeluruh,

satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan untuk sintesis steroid.

c.    Hiperaldosteronisme

1)   Hiperaldosteronisme primer (Sindrom Cohn)

Kelaianan yang disebabkan karena hipersekresi aldesteron autoimun

2)   Aldosteronisme sekunder

Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi rennin primer, ini

disebabkan oleh hiperplasia sel juksta glomerulus di ginjal.

2.    Hipofungsi Kelenjar Adrenal

a.    Insufisiensi Adrenogenital :

1)   Insufisiensi Adrenokortikal Akut (krisis adrenal)

Kelainan yang terjadi karena defisiensi kortisol absolut atau relatif yang

terjadi mendadak sehubungan sakit / stress.

2)  Insufisiensi Adrenokortikal Kronik Primer (Penyakit Addison)

Kelainan yang disebabkan karena kegagaln kerja kortikosteroid tetapi

relatif lebih penting adalah defisiensi gluko dan mineralokortikoid.

3)  Insufisiensi Adreno Kortikal Sekunder

Kelainan ini merupakan bagian dari sinsrom kegagalan hipofisis anterior

respon terhadap ACTH terhambat atau menahun oleh karena atrofi

adrenal.

7

Page 8: BAB II baru.docx

2.2 Definisi Chusing Syndrome

Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortisisme

akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang

berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat

adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing Disease(Dorland, 2002).

Syndrome cushing : Ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid

plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen).(Wiliam F. Ganang , Fisiologi

Kedokteran, Hal 364).

Syndrome cushing : Di sebabkan oleh skresi berlebihan steroid adrenokortial terutama

kortisol.(IDI). Edisi III Jilid I, hal 826).

Syndrome Cuhsing : Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara

abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 Hal 1979).

Syndrome cuhsing : Suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari

peninggian kadar glikokortikoid dalam darah yang menetap. ( patofisiologi, hal 1089 )

Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis

farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088).

8

Page 9: BAB II baru.docx

2.3 Anatomi Chusing Syndrome

2.4 Jenis – Jenis Chusing Syndrome

Tergantung ACTH

Heperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar

hipofise yang abnormal atau berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh Hervey

Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.

 Tak tergantung ACTH

Adanya adenoma (tumor) hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-

bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop.(Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091)

9

Page 10: BAB II baru.docx

2.5 Etiologi

Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan,

kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma

maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing.

Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH.

Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu

bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)

Klasifikasi penyebab sindrom chusing, antara lain:

1.  Pada sindrom chusing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh

adenoma atau karsinoma adrenal.

2.  Pada sindrom chusing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang diakibatkan oleh

hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu banyak produksi ACTH dapat

diakibatkan oleh:

a. Hipofisis mengeluarkan terlalu banyak ACTH karena gangguan hipofisis atau

hipotalamus.

b.   Keluarnya ACTH yang berasal dari ektopik non hipofisis (produksi hormone diluar

hipofisis) meningkat, misalnya pada karsinoma bronkogenik, adenoma bronchial, dan

karsinoma pancreas.

3.  Pada sindrom chusing iatrogenic, kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai akibat terapi

glukokortikoid yang berlangsung lama.

2.6 Patofisiologi

Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cushing adalah peninggian kadar

glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik

sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan

glukorkotikoid.

Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:

Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah

kortisol.. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:

1.      Metabolisme protein dan karbohidrat.

10

Page 11: BAB II baru.docx

Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein. Menyebabkan

menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein, sebagai

akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah,

dan tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak,

luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit

menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi

dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan

penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang

menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi

fraktur patologis. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang

glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya

penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas

produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan

meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya

penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk

mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.

2.     Distribusi jaringan adiposa.

Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh (Obesitas). Wajah bulan

(moon face), Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk

bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot

memberikan penampilan klasik berupa penampilan Chusingoid.

3.      Elektrolit, efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu

besar dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema,

hipokalemia dan alkalosis metabolik.

4.      Sistem kekebalan

Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody

humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya

tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.

Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghambat pusat-

pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.

Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses

11

Page 12: BAB II baru.docx

pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag Induksi dan proleferasi

limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi,Reaksi peradangan Menekan reaksi

hipersensitifitas lambat.

5.     Sekresi lambung

Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan. Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat

meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini

dapat mempermudah terjadinya tukak.

6.      Fungsi otak

Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan

oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.

7.      Eritropoesis

Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.

Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah

kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid: Dapat

menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.

Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya

pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang

berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat

diperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada

infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara

menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)

12

Page 13: BAB II baru.docx

2.7 PATHWAY CUSHING SYNDROM

13

Tumor hipofisa

Meningkatnya produksi ACTH

Meningkatkan stimulasi korteks adrenal

Karsinoma/adenoma adrena

Meningkatnya aktivitas korteks adrenal

Penggunaaan obat-obatan kortikostiroid dosis tinggi

Tumor maligna non endokrin

Merangsang sekresi CRH ektopik

Merangsang produksi ACTH oleh hipofisis

Hipersekresi kortikostiroid

SINDROM CHUSING

Metabolisme karbohidrat dan protein terganggu

2 3 4 5 6 7

Menurunnya kemampuan sel untuk mensintesis protein

Kehilangan protein pada jaringan

Page 14: BAB II baru.docx

14

kulit otot Pembuluh darah tulang1

Kulit mudah rusak

Rupture serabut-serabut elactis pada kulit

Luka susah sembuh

Atropi dan lemah pada otot

Hilangnya jaringan pembuluh kolagen

Penipis dinding pembuluh darah

Pembuluh darah mudah

Matrik tulang menjadi rapuh

osteoforosis

Fraktur Intoleransi aktivitas

Defisit perawat diri

1

Jaringan kolagen

Penipisan jaringan integumen

Kulit mudah rusak

Barier pertahanan tubuh terganggu

Mudah terkena infeksi mikroorganisme

Resiko infeksi

2

Distribusi lemak bawah kulit abnormal

Penumpukan lemak

Wajah punggung

Moon face(wajah bulan)

Buffalo harm(pundak kerbau)

Gangguan citra tubuh

3

Mempengaruhi elektrolit

Retensi natrium

Pembuangan kalium

Kelebihan natrium

edema

Kelebihan volume cairan

4

Peningkatan sekresi asam lambung (HCI & pepsin

Iritasi lambung Mual

muntah

Nyeri lambung

Nyeri akut

Page 15: BAB II baru.docx

p

ga

15

5

Mempengaruhi fungsi otak

Perubahan psikologik

Perubahan suasana hati

Depresi mudah tersinggung

6

Meningkatkan aktivitas melanotropik

Menyerang membrane mukosa,kulit,rambut.

Hiperpegmentasi

Kulit tampak hitam gosong

Gagguan citra tubuh

7

Resistensi insulin

Peningkatan glokogeogenesi

hipergikemik

Gangguan proses pikir

Page 16: BAB II baru.docx

2.8  Manifestasi klinis

Gejala klinis yang timbul pada pasien disertai dengan hasil pemeriksaan fisik serta

laboratorium dapat mengarah ke suatu kesimpulan diagnosis penyakit. Hal ini harus

didasarkan pada mekanisme patogenesis dan patofisiologi penyakit tersebut,seperti :

1. berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas.

2. kelelahan yang berlebihan.

3. otot terasa lemah, terutama pada daerah di sekitarbahu dan pinggul, gejala ini

disebut miopati proksimal.[7]

4. muka membundar (moon face).

5. edema (pembengkakan) kaki.

6. tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut.

7. depresi.

8. periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur.

gejala dari Sindroma cushing juga Dapat digolongkan menurut faal hormon korteks

adrenal yaitu : cortisol,17-ketosteroid, aldosteron(na ca normal) dan estrogen.

1.  Gejala hipersekresi kortisol yaitu:

◦     Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.

◦     Kulit tipis sehingga muka tampak merah, dantimbul strie.

◦     Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.

◦     Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.

◦     Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.

◦     Diabetes melitus.

◦     Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia.

2.  Gejala hipersekresi 17 ketosteroid :

◦     Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki ).

◦     Suara dalam.

◦     Timbul akne.

◦     Amenore atau impotensi.

◦     Pembesaran klitoris.

◦     Otot-otot bertambah (maskulinisasi) 

16

Page 17: BAB II baru.docx

3.  Gejala hipersekresi aldosteron.

◦     Hipertensi.

◦     Hipokalemia.

◦     Hipernatremia.

◦     Diabetes insipidus nefrogenik.

◦     Edema (jarang)

◦     Volume plasma bertambah

Bila gejala ini yang menyolok, terutama 2 gejala pertama, disebut penyakit Conn atau

hiperaldosteronisme primer.

4.  Gejala hipersekresi estrogen (jarang)

Pada sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala hipersekresi kortisol,

kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain. Umumnya mulainya penyakit ini tidak

jelas diketahui, gejala pertama ialah penambahan berat badan. Sering disertai gejala

psikis sampai psikosis. Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi kelemahan, mudah

infeksi, timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra. Kematian disebabkan oleh

kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan jarang-jarang oleh koma

diabetikum.

2.9 Komplikasi

a.      Diabetes Militus

b.      Hipertensi

c.      Krisis Addisonnia

d.      Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal

e.      Patah tulang akibat osteoporosis

17

Page 18: BAB II baru.docx

2.10 Penaktalaksanaan Medis

Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding

tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis.

Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan

yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh

tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan

meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi

merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal primer.

Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam

kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang

sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan

selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal

terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi

penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.

Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane,

ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut

disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara

tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal

dan efek samping akibat obat – obat tersebut.

Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal

(eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara

bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang

ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang

ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan

gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal

terhadap ACTH.

18

Page 19: BAB II baru.docx

2.11 Pemeriksaan Penunjang

1.       CT scan : Untuk Menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus syndrome cusing

2.      Photo scaning

3.       Pemeriksaan sidik nuklir : Kelenjar adrenal mengharuskan Pemberian kolesterol

radio aktif secara intra vena

4.      Pemeriksaan elektro kardiografi : Untuk menentukan adanya hipertensi.

19

Page 20: BAB II baru.docx

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

-          Data Dasar

Pengumpulan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari

hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks

adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat

kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk

melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk

klien dengan sindrom cushing mencakup:

-          Data Subjectif, berikut hal yang harus dikaji:

         Perubahan proporsi tubuh, berat badan,distribusi bulu tubuh, rambut kepala

rontok atau menipis, pigmentasi kulit, memar, ekimosis, dan luka sulit

sembuh

         Nyeri tulang, terutama nyeri punggung

         Riwayat infeksi pada kulit dan saluran pernapasan

         Data neurologis, misalnya tingkah laku, konsentrasi ingatan

         Asupan makanan dan cairan selama 24 jam

         Peningkatan rasa haus dan nafsu makan

         Perubahan haluaran urine

         Data seksualitas. Wanita mengalami perubahan menstruasi, ciri-ciri

seksualitas sekunder, dan libido. Pria mengalami perubahan libido dan ciri-

ciri seksualitas sekunder

         Pengetahuan mengenai proses penyakitnya dan diagnosis pengobatan

-          Data objektif, berikut hal yang harus dikaji:

         Adanya moon face, buffalo hump, obesitas trunkus, lengan dan kaki kurus,

hiperpigmentasi, striae, memar, ekimosis, dan luka yang belum sembuh.

         Neurologis : ketepatan emosi dengan situasi, konsentrasi, dan ingatan.

         Kardiovaskuler : tekanan darah, berat badan, nadi, adanya edema, dan

distensi vena jugularis.

20

Page 21: BAB II baru.docx

         Nutrisi : asupan makanan dan cairan

         Musculoskeletal : massa otot, kekuatan, dan kemmpuan berdiri dari posisi

duduk

         Eliminasi : haluaran urine dan adanya glukosuria

         Seksualitas : cirri-ciri seksual sekunder, jerawat, distribusi bulu-bulu tubuh,

dan rambut kepala.

-          Pemeriksaan Diagnostik

Uji diagnostic untuk gangguan ini adalah memeriksa adanya peningkatan kortisol

serum, hilangnya irama diurnal dari produksi kortisol, CT Scan, dan ultrasuara untuk

mengetahui adanya tumor adrenal. (Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker,

hal, 342)

Pada sindrom chusing iatrogenic, uji diagnostic yang dilakukan adalah:

a.   Uji terhadap darah dilakukan untuk mengetahui:

  Penurunan kadar kalium serum (hipokalemia)

  Peningkatan natrium serum (hipernatremia)

  Peningkatan bikarbonat serum dan pH (alkalosis)

  Penurunan magnesium serum (hipomagnesemia)

  Peningkatan aldosteron plasma

b.      Uji terhadap urine dilakukan untuk mengetahui :

  Penurunan berat jenis urine (urine encer)

  Peningkatan protein urine

  Peningkatan aldosteron urine.

-          Penyimpangan KDM

Analisa Data

21

Page 22: BAB II baru.docx

Data Pendukung Etiologi Masalah

DS :

-    Kelemahan secara

menyeluruh

DO :

-    kemampuan berdiri

dari posisi duduk

-    aktivitas dibantu

keluarga dan perawat

-    tirah baring

/imobilisasi

-  Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-  sekresi kortisol

-  kadar kortisol dalam

darah

-  produksi protein

-  pembentukan energy

-  Intoleransi aktivitas

Intoleransi Aktivitas

DS :

-    Klien mengatakan

ada memar dan

lukanya sulit sembuh

DO :

-    Terdapat memar dan

ada luka yang belum

sembuh

-    Kelembapan kulit

-    Perubahan

pigmentasi

-    Perubahan turgor

-   Tumor adrenokortikal,

hyperplasia adrenal, dan

tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol

-   kadar kortisol dalam

darah

-   produksi protein

-   protein kulit hilang

-   kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas

kulit

DS :-    penolakan terhadap

berbagai perubahan actual

-    perasaan negative mengenai bagian tubuh (perasaan tidak berdaya)

-    keputusasaan atau

-   Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang

-   kadar kortisol dalam darah  

-   distribusi jaringan adipose

-   Moon face, buffalo hump

Gangguan citra tubuh

22

Page 23: BAB II baru.docx

tidak ada kekuatanDO :

-    adanya moon face, buffalo hump, obesitas

-    perubahan struktur dan atau fungsi actual

-   Gangguan citra tubuh

DS :-    Perubahan haluaran

urineDO :

-    Haluaran urine dan adanya glukosuria

-   Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol-   kadar kortisol dalam

darah-   Retensi natrium-   Penumpukan cairan-   Gangguan

keseimbangan cairan

Kelebihan volume cairan

DS :-    melaporkan nyeri

baik secara verbal maupun nonverbalDO :

-    posisi untuk mengurangi nyeri

-    tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan mengeluh)

-     perubahan dalam nafsu makan

-   Pemakaian obat glukokortikoid dalam jangka panjang

-   kadar kortisol dalam darah

-   sekresi lambung-   ulkus-   nyeri

Nyeri

DS :-     Keterbatasan

kemampuan untuk melakukan ketramppilan motorik halusDO:

-   Tumor adrenokortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitary

-   sekresi kortisol-   kadar kortisol dalam

darah-   produksi protein

Resti Cedera

23

Page 24: BAB II baru.docx

-    Keterbatasan ROM -   protein jaringan hilang-   atropi otot-   resti cedera

3.2 Diagnosa

-    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme

protein.

-    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.

-    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

-    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium

-    Nyeri berhubungan dengan meningkatnya sekresi lambung

-    Resti cedera berhubungan dengan atropi otot

3.3 Perencanaan

No

.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

dan perubahan

metabolisme

protein. Yang

ditandai dengan :

DS :

-    Kelemahan

secara menyeluruh

DO :

-     kemampuan

berdiri dari posisi

Setelah tindakan

keperawatan

diharapkan

toleransi aktivitas

baik, dengan

kriteria hasil :

-    klien

menunjukkan

kemampuan untuk

melakukan

aktivitasnya sendiri

-    Kaji tanda-tanda

intoleransi

-    Bantu untuk

memilih aktivitas

yang sesuai

dengan

kemampuan fisik,

psikologis dan

social

-    Bantu aktivitas

klien yang berarti

-    Pastikan

lingkungan aman

bagi

-       Adanya tanda-tanda

intoleransi aktivitas,

dapat memudahkan

penentuan intervensi

selanjutnya

-       Aktivitas yang sesuai

dengan kemampuan

klien, akan mengurangi

penggunaan kekuatan

otot yang berlebihan

-       Mengurangi

penggunaan energi yang

berlebihan, dan klien

tidak cepat capai

24

Page 25: BAB II baru.docx

duduk

-     aktivitas dibantu

keluarga dan

perawat

-     tirah

baring/imobilisasi

keberlangsungan

gerakan-gerakan

yang melibatkan

sejumlah besar

otot-otot tubuh

-        Mencegah jatuh,

fraktur dan cedera

lainnya pada tulang dan

jaringan lunak,

mencegah terbentur pada

sudut furniture yang

tajam.

2. Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan edema,

yang ditandai

dengan :

DS :

-    Klien

mengatakan ada

memar dan

lukanya sulit

sembuh

DO :

-    Terdapat memar

dan ada luka yang

belum sembuh

-    Kelembapan

kulit

-    Perubahan

pigmentasi

-    Perubahan turgor

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan keadaan

kulit membaik,

dengan kriteria

hasil

-    Memar hilang

-    Luka sembuh

-    Turgor kulit baik

-    Pigmentasi kulit

normal

          

-    Inspeksi kulit

terhadap

perubahan warna,

turgor, vaskular.

-    Pantau masukan

cairan dan hidrasi

kulit dan

membran

mukosa.

-    Inspeksi area

tergantung

edema.

-    Berikan

perawatan kulit.

Berikan salep

atau krim.

-    Anjurkan

menggunakan

pakaian katun

longgar.

-    Kolaborasi

dalam pemberian

matras busa.

-      Menandakan area

sirkulasi

buruk/kerusakan yang

dapat menimbulkan

pembentukan infeksi.

-      Mendeteksi adanya

dehidrasi/hidrasi

berlebihan yang

mempengaruhi sirkulasi

dan integritas jaringan

pada tingkat seluler.

-      Jaringan edema lebih

cenderung rusak/robek.

-      Lotion dan salep

mungkin diinginkan

untuk menghilangkan

kering, robekan kulit

-      Mencegah iritasi

dermal langsung dan

meningkatkan evaporasi

lembab pada kulit.

-      Menurunkan tekanan

lama pada jaringan.

25

Page 26: BAB II baru.docx

3. Gangguan citra

tubuh

berhubungan

dengan perubahan

penampilan fisik,

yang ditandai

dengan:

DS :

-    penolakan

terhadap berbagai

perubahan actual

-   perasaan

negative mengenai

bagian tubuh

(perasaan tidak

berdaya,

keputusasaan atau

tidak ada kekuatan

DO :

-      adanya moon

face, buffalo

hump, obesitas

-      perubahan

struktur dan atau

fungsi actual

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan citra

tubuh

kembali,dengan

kriteria hasil :

-    Dapat

membicarakan diri

sendiri secara

positif

-    Klien

mengungkapkan

perasaan dan

metode koping

untuk persepsi

negatif tentang

perubahan

penampilan

-      Bina hubungan

saling percaya

-      Kaji tingkat

pengetahuan

pasien tentang

kondisi dan

pengobatan

-      Diskusikan arti

perubahan pada

pasien.

-      Anjurkan orang

terdekat

memperlakukan

pasien secara

normal dan bukan

sebagai orang

cacat.

-      Rujuk ke

perawatan

kesehatan.

Contoh:

kelompok

pendukung.

-      Dengan hubungan

saling percaya, klien

akan dapat

mengungkapkan

perasaannya dan

masalahnya

-      Mengidentifikasi luas

masalah dan perlunya

intervensi.

-      Beberapa pasien

memandang situasi

sebagai tantangan,

beberapa sulit menerima

perubahan

hidup/penampilan peran

dan kehilangan

kemampuan control

tubuh sendiri.

-      Menyampaikan

harapan bahwa pasien

mampu untuk mangatur

situasi dan membantu

untuk mempertahankan

perasaan harga diri dan

tujuan hidup.

-      Memberikan bantuan

tambahan untuk

manajemen jangka

panjang dari perubahan

pola hidup.

4. Kelebihan volume Setelah dilakukan -      Ukur masukan -       Menunjukan status

26

Page 27: BAB II baru.docx

cairan

berhubungan

dengan kelebihan

natrium, yang

ditandai dengan :

DS :

-       Perubahan

haluaran urine

DO :

-       Haluaran urine

dan adanya

glukosuria

          edema

tindakan

keperawatan

diharapkan dapat

menunjukkan

pulihnya volume

cairan, dengan

criteria hasil :

-     Menunjukkan

volume cairan

stabil, dengan

keseimbangan

pemasukan dan

pengeluaran, berat

badan stabil, tanda

vital dalam rentang

normal

-     Tak ada edema.

dan haluaran,

catat

keseimbangan

positif. Timbang

berat badan tiap

hari.

-      Awasi tekanan

darah.

-      Kaji derajat

perifer/edema

dependen

-      Awasi albumin

serum dan

elektrolit

(khususnya

kalium dan

natrium)

-      Batasi natrium

dan cairan sesuai

indikasi.

volume sirkulasi,

terjadinya/ perbaikan

perpindahan cairan, dan

respon terhadap

terapi.Keseimbangan

positif/peningkatan berat

badan sering

menunjukkan retensi

cairan lenjut.

-       Peningkatan tekanan

darah biasanya

berhubungan dengan

kelebihan volume cairan

tetapi mungkin tidak

terjadi karena

perpindahan cairan

keluar area vaskuler.

-        Perpindahan cairan

pada jaringan sebagai

akibat retensi natrium

dan air, penurunan

albumin dan penurunan

ADH.

-       Penurunan albumin

serum memperngaruhi

tekanan osmotic koloid

plasma, mengakibatkan

pembentukan edema.

-       Natrium mungkin

dibatasi untuk

meminimalkan retensi

27

Page 28: BAB II baru.docx

cairan dalam area

ekstravaskuler.

5. Nyeri

berhubungan

dengan

peningkatan

sekresi lambung,

yang ditandai

dengan :

DS :

-       melaporkan

nyeri baik secara

verbal maupun

nonverbal

DO :

-       posisi untuk

mengurangi nyeri

-       tingkah laku

ekspresif (gelisah,

meringis, dan

mengeluh)

-       perubahan

dalam nafsu

makan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan nyeri

berkurang/hilang,

dengan criteria

hasil:

-       Klien

mengatakan nyeri

hilang/berkurang

-       menunjukkan

postur tubuh rileks

-       mampu tidur

dengan tepat

-     Catat keluhan

nyeri, lokasi,

lamanya,

intensitas (skala

0-10)

-     Kaji ulang

faktor yang

meningkatkan

dan menurunkan

nyeri

-     Berikan makan

sedikit tapi sering

sesuai indikasi

untuk pasien

-     Berikan obat

sesuai indikasi.

Mis, antasida.

-        Nyeri tidak selalu ada

tetapi bila ada harus

dibandingkan dengan

gejala nyeri pasien.

-        membantudalam

membuat diagnosa dan

kebutuhan terapi.

-        makanan mempunyai

efek penetralisir asam,

juga menghancurkan

kandungan gaster.

Makanan sedikit

mencegah distensi dan

haluaran gaster.

-        menurunkan

keasaman gaster dengan

absorbsi atau dengan

menetralisir kimia

6. Resti cedera

berhubungan

dengan atropi

otot,yang ditandai

dengan :

DS :

Setelah dilakukan

tidakan

keperawatan

diharapkan cedera

tidak terjadi,

dengan criteria

-      Kaji tanda-

tanda ringan

infeksi

-      Ciptakan

lingkungan yang

protektif

-     Efek antiinflamasi

kortikosteroid dapat

mengaburkan tanda-

tanda umum inflamasi

dan infeksi.

-     Mencegah jatuh,

28

Page 29: BAB II baru.docx

-     Keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan

ketrampilan

motorik halus

DO :

-     Keterbatasan

ROM

hasil:

-     Klien bebas dari

cedera jaringan

lunak atau fraktur

-     Klien bebas dari

area ekimotik

-     Klien tidak

mengalami

kenaikan suhu

tubuh, kemerahan,

nyeri, atau tanda-

tanda infeksi dan

inflamasi lainnya

-      Bantu klien

ambulasi

-      Berikan diet

tinggi protein,

kalsium, dan

vitamin D

fraktur dan cedera

lainnya pada tulang dan

jaringan lunak.

-     Mencegah terjatuh

atau terbentur pada

sudut furniture yang

tajam.

-     Meminimalkan

penipisan massa otot dan

osteoporosis.

3.4 Implementasi

29

Page 30: BAB II baru.docx

Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung pada pasien,

keuarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Implementasi

tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan (Keliat, 2006).

30

Page 31: BAB II baru.docx

31

No. Diagnosa Implementasi

1. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan dan perubahan

metabolisme protein.

-    Mengkaji tanda-tanda intoleransi

-    Membantu untuk memilih aktivitas

yang sesuai dengan kemampuan fisik,

psikologis dan social

-    Membantu aktivitas klien yang berarti

-    Memastikan lingkungan aman bagi

keberlangsungan gerakan-gerakan yang

melibatkan sejumlah besar otot-otot

tubuh

2. Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan

edema.

-    Menginspeksi kulit terhadap perubahan

warna, turgor, vaskular.

-    Memantau masukan cairan dan hidrasi

kulit dan membran mukosa.

-    Menginspeksi area tergantung edema.

-    Memberikan perawatan kulit.

Memberikan salep atau krim.

-    Menganjurkan menggunakan pakaian

katun longgar.

-    Melakukan kolaborasi dalam pemberian

matras busa.

3. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

perubahan penampilan

fisik.

-      Membina hubungan saling percaya

-      Mengkaji tingkat pengetahuan pasien

tentang kondisi dan pengobatan

-      Mendiskusikan arti perubahan pada

pasien.

-      Menganjurkan orang terdekat

memperlakukan pasien secara normal dan

bukan sebagai orang cacat.

-      Merujuk ke perawatan kesehatan.

Contoh: kelompok pendukung.

4. Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan

kelebihan natrium.

-      Mengukur masukan dan haluaran,

mencatat keseimbangan positif.

Menimbang berat badan tiap hari.

-      Mengawasi tekanan darah.

-      Mengkaji derajat perifer/edema

dependen

-      Mengawasi albumin serum dan

Page 32: BAB II baru.docx

3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Terdiri atas:

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah

yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang

terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.

Hasil yang diharapkan:

-          Menurunkan resiko cedera dan infeksi

         Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak

         Bebas daerah ekimosis.

          Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun

tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi.

-          Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri

         Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk

memungkinkan periode istirahat

         Melaporkan perbaikan perasaan sehat.

         Bebas komplikasi mobilitas.

-          Mencapai/mempertahankan integritas kulit.

         Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi

        Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan

badan

         Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang

menonjol setiap hari.

-          Mencapai perbaikan citra tubuh.

        Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi

seksual dan tingkat aktivitas.

32

Page 33: BAB II baru.docx

        Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan

akibat dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.

-          Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.

-          Tidak adanya komplikasi.

         Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal

serta bebas dari gejala krisis addisonian.

        Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal

yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil

pada keadaan sakit serta stress berat.

         Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komplikasi sindrom

cusing

         Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut. (Susanne c.

smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart,

Hal1331).

33

Page 34: BAB II baru.docx

BAB IV

PENUTUP

3.1 KesimpulanSindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan

dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.

Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carcinoma. Misalnya adenoma pada hipofisis.

Sindrom cushing juga dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat rangsangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.

3.2  SaranBagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep sindrom cushing serta

dapat  melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

34

Page 35: BAB II baru.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://agungadiaryono.blogspot.com/2012/05/sindrom-cushing-makalah.html#.VRFa8vk5lZ8

http://julandari.blogspot.com/2013/05/askep-sindrom-cushing.html

35