bab ii dasar teori 2.1. sistem...
TRANSCRIPT
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Sistem Pengapian
Mesin bensin dapat menghasilkan tenaga guna menjalankan mobil
dengan jalan membakar campuran udara dan bensin didalam silinder,
untuk menyalakan bahan bakar didalam silinder tersebut dibutuhkan
loncatan api dan tugas untuk menciptakan loncatan api ini adalah
dibebankan pada sistem pengapian.
Setiap silinder mesin dilengkapi dengan sebuah busi yang
mempunyai dua elektroda, kedua elektroda ini harus berada dibagian
ruang bakar. Ketika arus tegangan tinggi disalurkan pada busi, maka arus
listrik ini akan loncat pada kedua electroda tersebut sebagai loncatan api.
Pada dasarnya semua sistem pengapian yang dipasang pada mobil
adalah sama, kecuali mobil yang menggunakan sistem pengapian
elektronik akan berbeda pada rangkaian dan detailnya. Jadi kesimpulannya
sistem pengapian harus memberikan arus listrik dengan tegangan cukup
tinggi pada busi, agar arus listrik tegangan tinggi tersebut loncat pada
kedua electrode busi pada waktu yang setepat-tepatnya guna membakar
bahan bakar yang ada diruang bakar. Sekarang ini sistem pengapian mobil
terbagi dalam beberapa sistem pengapian antara lain : sistem dengan
sumber pengapian Baterai, sistem pengapian konvensional (platina) dan
sistem pengapian electonik (CDI).
2.2. Sistem Pengapian dengan Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber listirik untuk mengaktifkan
sistem pengapian, motor listrik, lampu-lampu dan komponen lainnya.
Baterai terdir dari beberapa sel yang dihubungkan secara seri dan setiap
sel mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi Baterai yang
berkekuatan 6 volt terdiri dari 3 buah sel dan Baterai 12 terdiri dari 6 buah
sel.
2
Setiap sel Baterai terdiri dari beberapa buah pelat yang diberi atau
direndam larutan sulphuric acid, larutan ini lebih dikenal dengan larutan
electrolyte. Ketika baterai tersebut digunakan maka cairan electrolyte akan
bereaksi dengan kedua pelat baterai, reaksi kimia yang terjadi antara
cairan dan dan pelat tersebut kemudian dirubah menjadi energi listrik. Jadi
pelat positif dan pelat negative akan tergabung dingan SO4. Baterai yang
telah kosong dapat diisi kembali dengan jalan distrom, selama proses
pengisian ini arus listrik akan mengalir ke dalam baterai dengan arah arus
yang berbeda dengan saat pengeluaran listrik dari baterai. Pada sistem
pengapian baterai terdapat komponen-komponen utamanya antara lain:
kunci kontak, Coil pengapian, distributor, busi dan baterai.
a. Aturan Penyalaan Baterai
Penyalaan dapat dipercepat dengan jalan memutar rumah pemutus
dalam arah yang berlainan daripada arah bubungan pemutus, ini dapat
dilakukan secara otomatik oleh pengatur pusingan (sentrifugal advance)
yang dapat dibuat didalamnya, serta juga dapat dipercepat dan diperlambat
dengan jalan mengatur putaran mesin.
b. Bobin-bobin
Bobin yang baik dapat meloncatkan bunga api dalam udara luar
sepanjang 6 – 8 mm, jika suatu bobin meloncati jarak elektroda yang
sangat besar ia makan sangat banyak arus, yang menyebabkan segera
terbakarnya kontak-kontak pemutus. Dalam bobin terdapat kondensator
yang kapasitasnya menyesuaikan bobin itu, biasanya kapasitasnya antara
0,2 – 0,25 mikro farad.
2.3. Sistem Pengapian Konvensional (Platina)
Salah satu jenis sistem pengapian adalah sistem pengapian
konvensional. Meskipun banyak digunakan oleh kendaraan sederhana,
sistem pengapian konvensional juga mempunyai kelemahan. Didalam
sistem ini contact breaker bekerja berdasarkan pengaturan secara mekanis
saja, sehingga pada saat kecepatan tinggi ketelitiannya akan berkurang.
3
Untuk mengatasi kelemahan mekanis tersebut maka muncul sistem
pengapian yang electronis seperti TAC (Transistor Assiated Contact),
sistem magneto dan sistem pengapian CDI.
Sistem pengapian konvensional dari motor bensin terdiri dari beberap
komponen yaitu : baterai, kunci kontak, coil, distributor, kabel tegangan
tinggi, dan busi. Instalasi diagram pengkawatan sistem pengapian dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1. Instalasi (diagram Pengkawatan) sistem pengapian.
Komponen-komponen sistem pengapian konvensional antar lain:
2.3.1. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi sebagai alat untuk memutuskan dan
menghubungkan arus dari baterai kerangkaian primer. Pada kunci
kontak biasanya terdapat beberapa terminal. Pada kendaraan
produk jepang, terminal-terminal tersebut biasanya diberi tanda
secara alfabetis yakni ; B (baterai), G (pengapian), ST (stater), dan
ACC (accesoris), sedangkan produk eropa, terminal-terminal pada
kontak tersebut biasanya ditandai dengan angaka, misalnya 30
(baterai positif) 15 (pengapian) dan 50 (stater)
Gb.2.2. Kunci kontak
2.3.2 Coil Pengapian
Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai 12 volt
menjadi tegangan tinggi yang diperlukan oleh busi untuk
menghasilkan percikan api. Percikan api yang diproduksi oleh
tegangan tinggi ini akan menyalakan campuran udara dan bahan
bakar didalam ruang pembakaran.
Gambar.2.3 Coil
A. Prinsip Kerja Coil
Terjadinya tegangan tinggi pada Coil disebabkan adannya
induksi listrik pada kumparan yang terdapat pada coil. Bila
saklar pada rangkaian tersebut ditutup, dari posisi dua, arus
listrik akan segera mengalir ke kumparan. Hal ini akan
menimbulkan medan magnet disekitar kumparan arus semakin
besar sampai harga maksimumnya.
Gambar.2.4. Prinsip dasar induksi diri
4
5
Saat arus mencapai pada rangkaian mencapai harga
maksimumnya, keadaanya menjadi konstan, dan besarnya
medan magnet disekitar kumparan juga berada pada harga
maksimumnya dan tidak bertambah lagi. Pada kondisi ini arus
hanya dibatasi oleh resistensi rangkaian dan tegangan yang
diberikan. Bila saklar sekarang posisinya diubah dari posisi 1
ke posisi 3, arus listrik yang mengalir dari baterai akan segera
terputus dan energi yang tersimpan dalam medan magnet
disekitar kumparan akan dikembalikan ke rangkaian saat
medan magnet collapse.
Kelambatan kenaikkan ataupun penurunan arus sama
dengan jika memberikan arus listrik ke sebuah rangkaian yang
terdiri dari dari sebuah hambatan R dan sebuah indicator L.
seandainya indicator tidak ada, maka arus listrik akan naik
dengan cepat sampai nilai ε/R. akan tetapi karena adanya
indicator, maka sebuah tegangan gerak elektrik imbas dari εL
muncul di dalam rangkaian tersebut dan dari hukum lenz maka
tegangan gesek elektrik ini akan menentang polaritas tegangan
gerak elektrik baterai.
Gambar 2.5. rangkaian LR
Untuk menghasilkan tegangan induksi diri yang lebih besar,
maka dibuat dua kumparan yang mempunyai perbandingan
tertentu seperti digunakan pada trasformator. Prinsip kerja
transformator inilah merupakan dasar dari prinsip kerja Coil.
Oleh karena tegangan induksi terjadi pada kedua kumpaaran
secara bersamaan, maka peristiwa ini dikenal dengan induksi
bersama. Dengan terjadi induksi bersama dan adanya jumlah
lilitan kumpaaran sekunder yang lebih banyak dari pada
jumlah lilitan kumparan primer maka coil mampu
membangkitkan tegangan tinggi
Gambar 2.6. Induksi bersama
Besarnya tegangan induksi pada kumparan sekunder
tergantung dari perbandingan liitan antara kumparan primer
dengan kumparan sekunder dan besarnya tegangan pada
kumparan primer. Hubungan ini dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
ss NN
EE ρρ =
dimana :
Ep : tegangan pada kumparan primer (volt)
Es : tegangan pada kumparan sekunder (volt)
Np : jumlah lilitan kumparan primer
Ns : jumlah lilitan sekunder
Untuk menyatakan daya kumparan primer dan kumparan
sekunder dapat dinyatakan dengan rumus :
Ep.Is = Es.Is
6
Dimana :
Ip : arus pada kumparan primer (ampere)
Is : arus pada kumparan sekunder (ampere)
Ep : tegangan pada kumparan primer (ampere)
Is : tegangan pada kumparan sekunder (ampere)
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan tinggi pada
coil
Berdasarkan penjelasan yang sudah dibahas pada
landasan teori ini, ada beberapa yang mempengaruhi besar
kecilnya tegangan yang terinduksi pada kumparan
sekunder. Beberapa diantaranya antara lain :
a. Pengaruh lamanya contact point tertutup
b. Pengaruh harga tahanan dari kumparan
Semakin besar tegangan dari kumparan maka akan
semakin kecil arus listrik yang dapat mengalir pada
kumparan tersebut. Harga tahanan kumparan ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
AR 1.ρ=
dimana :
R : harga tahanan kumparan (Ω)
Ρ : harga tahanan jenis dari kawat kumparan
(Ωm)
l : panjang kawat gulungan (m)
A : luas penampang kawat (m2)
Pada ignition coil yang digunakan oleh Toyota. Kumparan
primer tahanannya sekitar 1,4 Ω dimana ukuran kawatnya
lebih besar dibanding kumparan sekunder. Dengan harga
tahanan tersebut diatas, tegangan induksi pada kumparan
primer akan berada sekitar 300 volt samapai 400 volt.
7
c. Pengaruh jumlah lilitan dari kumparan
Semakin banyak lilitan pada kumparan primer maka
akan semakin besar kekuatan magnetnya dan semakin
besar induksi yang terjadi pada kumparan tersebut.
Maka dari itu perlu diperhatikan faktor L/R dimana
apabila harganya besar berarti arus listrik yang mengalir
sangat lamban atau waktu yang dibutuhkan untuk arus
listrik agar menjadi maksimum sangat lama. Dan
sebaliknya, adapun waktu yang dibutuhkan arus listrik
agar menjadi maksimum adalah sebagai berikut ini :
t = L/R
dimana :
t : waktu yang dibutuhkan (detik)
L : harga induktansi dari kumparan (henry)
R : harga tahanan kumparan (Ω)
Jadi bila L besar maka t akan besar atau sebaliknya
sedangkan bila R besar maka t akan kecil atau
sebaliknya. Besarnya L dipengaruhi oleh (N2)
sedangkan harga R dipengaruhi oleh panjang kawat atau
banyaknya lilitan (N), sehingga :
NtN
Nt ≈→=2
Dengan demikian t sebanding dengan jumlah lilitan
dimana apabila jumlah gulungan semakin besar maka
waktu yang dibutuhkan oleh arus listrik agar menjadi
maksimum juga bertambah lama dan sebaliknya.
Besarnya jumlah lilitan dan bertambah besarnya arus
listrik yang mengalir akan menyebabkan terjadinya
kenaikkan temperatur pada kumparan. Hal ini akan
menurunkan kemagnetan pada inti besi yang
selanjutnya akan memperkecil tegangan induksi yang
8
terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut pada sirkuit
kumparan primer dipasangkan suatu alat pengaman
berupa resistor yang disebut exsternal resistor.
2.3.3. Tahanan ballast
Pada sistem pengapian menggunakan platina, terdapat
rangkaian yang dilengkapi dengan resistor atau kawat resistor yang
dikenal dengan tahanan ballast. Tahanan ini dipasang antara kunci
kontak dan coil pengapian. Tahanan ini mengurangi tegangan pada
coil pengapian yang memang dirancang untuk bekerja dibawah
(lebih rendah) dari tegangan Baterai (12 volt) apa bila kunci kontak
diarahkan pada posisi star untuk menghidupkan engine, tahanan
ballast tidak dilewati arus karena coil engine hidup dan kunci
kontak kembali pada posisi “G” tahanan ballast kembali dilewati
arus yang dalirkan kerangkaian primer.
Gb.2.7. Rangkaian sistem pengapian dengan tahanan ballast
2.3.4. Distributor
Distributor adalah suatu alat mekanik yang berfungsi
sebagai jembatan yang menyesuaikan antara kerja sistem
pengapian dan putaran mesin, pada distributor terdapat kontak
platina yang menyambungkan dan memutuskan arus listrik pada
lilitan kawat primer didalam coil pengapian, juga pada distributor
dilengkapi dengan sebuah rotor yang membagikan atau mengatur
pembagian arus tegangan tinggi pada busi sesuai dengan tertib
pengapian mesin yang bersangkutan.
9
1. Tutup distributor
2. Rotor
3. Tutup penahan debu
4. Poros distributor
5. Cam
6. Sambungan ke saluran vacum
7. Vacum advancer
8. Kondensor Gb.2.8. Distributor
Pada distributor terdapat komponen yang berguna untuk
mempercepat saat terjadinya pengapian, yakni centrifugal
advancer dan vacum advancer. Centrifugal advancer bekerja
berdasarkan putaran mesin, sedangkan vakum advancer bekerja
berdasarkan kevakuman pada saluran masuk.
a. Pada bagian tegangan tinggi terdiri dari rotor, 4 titik pengapian
dan sebuah titik Tegangan tinggi yang mendapat aliran
tegangan tinggi dari coil.
Gambar 2.9. Rator Dan 4 Titik Distribusi Tegangan Tinggi
Tegangan tinggi dari coil diterima distribusi dan oleh rotor
didistribusikan ke 4 titik pengapian yang pada akhirnya
dialirkan ketiap-tiap elektroda busi sehingga timbul percikan
bunga api.
10
11
b. Bagian tegangan rendah
Gambar 2.10 Bagian tegangan Rendah
Pada bagian tegangan rendah terdiri dari platina
(point tetap dan point Penggerak), cam, kabel massa dan
terminal tegangan rendah. Tegangan tinggi yang timbul
pada ingnition coil adalah pada saat terputusnya arus listrik
dari baterai kekumparan primer. Ini disebabkan karena
membukanya titik kontak sehingga memutus aliran listrik
dari baterai kekumparan primer . membukanya contact poin
atau platina ini karena digerakkan oleh cam. Bila jumlah
silindernya ada 4, maka jumlah camnya juga ada 4. ini
berarti satu kali putaran cam terjadi 4 kali waktu pengapian
atau 4 kali bukaan contact point.
2.3.5. Bagian Advencer
Pada bagian Advancer distributor mempunyai alat pemaju
pengapian yaitu governor advancer dan vacum advancer.
a. Governor advancer
Pembakaran bahan bakar dan udara pada ruang bakar harus
dapat mengikuti kondisi mesin, dimana bila mesin berputar
cepat maka pengapian harus harus lebih awal lagi dan
sebaliknya. Kejadian ini harus berlaku secara otomatis untuk
itulah maka pada distributor dilengkapi dengan alat pemaju
pengapian yang sebanding dengan putaran mesin. Alat pemaju
12
pengapian tersebut adalah governor advancer atau centrifugal
advance.
Gambar.2.11 Governor advancer
Kerja governor advancer ini memanfaatkan kecepatan putaran
pada suatu benda yang selanjutnya mempunyai gaya
sentrifugal karena kecepatan putar dan massa dari benda yang
berputar tersebut. Gaya sentrifugal ini digunakan untuk
merubah posisi cam yang membuka contact point lebih awal
dibanding pada waktu putaran lambat.
b. Vacum advancer
Pada saat mesin berputar dengan kecepatan putar 600 rpm,
waktu yang dibutuhkan untuk membakar campuran gas dari
mulai penyalaan busi sampai tekanan pembakaran maksimum
tercapai adalah 0,005 detik dengan catatan pada saat itu
perbandingan campuran udara dan bahan bakar sekitar 11 : 1.
apabila mesin tiba-tiba diakselerasi, maka karena adanya
kelengkapan-kelengakapan pada sistem karburator akan
menyebabkan campuran udara dan bahan bakar menjadi
gemuk. Campuran gemuk ini selanjutnya dan menyebabkan
sulit untuk dibakar atau dengan kata lain waktu yang
dibutuhkan untuk membakar campuran gas yang gemuk
menjadi lebih lama misalnya 0,006 detik pada 600 rpm.
Meskipun pada saat pengapian sudah dilengkapi dengan
governor advancer, alat pemaju ini tidak dapat memajukan
pengapian bila mesin diakselerasi karena pada saat diakselerasi
putarannya masih rendah. Karena alasan inilah maka sistem
pengapian ditambahkan suatu alat pemaju yang dapat
memajukan pengapian pada saat mesin sedang diakselerasi.
Alat pemaju pengapian tersebut vacum advancer . Disamping
itu waktu penyalaan harus diajukan atau dipercepat apabila
mesin bekerja didaerah beban rendah (part-load operation),
yaitu keadaan operasi ketika katup gas tidak terbuka penuh
atau pada waktu mesin bekerja dengan campuran bahan bakar-
udara yang miskin. Campuran yang miskin tidak cepat
terbakar, jadi memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk hal
itu vacum advancer juga diperlukan.
Prinsip kerja vacum advancer ialah dengan memanfaatkan
kevakuman yang terjadi pada lubang diatas throttle valve yang
selanjutnya dirubah menjadi gaya tarik pada diafragma dan
gaya tarik tersebut diteruskan untuk menggerakkan breaker
plate dengan gerakan putar yang berlawanan dengan cam.
Oleh karena contact point ditempatkan pada braker plate,
maka dengan berputarnya breaker plate ini akan
menyebabkan contact point lebih awal membukanya yang
berarti penyalaan busi lebih awal.
Gambar 2.12. vacum advancer unit
13
14
2.3.6. Kondensor
Kondensor terbuat dari 2 lembar alumunium yang dibatasi
dengan kertas isolasi. Lembaran ini digulung dan ditempatkan pada
tabung logam.
Kondensor dirangkai secara paralel dengan kontak platina.
Plat-plat kondensor meredam arus yang dapat menimbulkan
percikan pada platina. Hal ini mempercepat berhentinya aliran
listrik pada rangkaian primer.
Kodensor bekerja sebagai berikut:
1. Saat kontak platina terbuka, aliran arus pada kumparan primer
coil pengapian terhenti dan terjadi perubahan medan magnet
yang menyebabkan terbangkitnya tegangan tinggi pada
kumparan sekunder.
2. Perubahan garis gaya magnet ini juga menghasilkan tegangan
gaya induksi pada kumparan primer dan arus induksinya dapat
mengalir melalui kontak platina yang masih terbuka.
3. Plat-plat kondensor menyediakan area yang luas untuk
mengalirkan electron selama kontak platina terbuka. Keadaan
ini menyebabkan diserapnya arus yang mengalir lewat kontak
platina.
4. Secara cepat kondensor diisi, pada saat seperti ini, kontak
platina mempunyai celah yang cukup untuk menghindari
adanya percikan bunga api. Kesimpulannya kondensor bekerja
sebagai penampung sementara.
5. Kondensor juga menghentikan arus secara cepat. Hal ini
menyebabkan perubahan garis gaya magnet terjadi lebih cepat.
Proses inilah yang diperlukan untuk pembangkitan tegangan
tinggi pada kumparan sekunder.
2.3.7. Kontak Platina
Kontrak platina merupakan komponen yang menghubung
dan memutuskan arus pada rangkaian primer yang dikontrol oleh
15
breaker cam pada poros distributor. Arus yang mengalir pada
kontak platina ini bisa mencapai 5 ampere dan tegangan yang
hasilnya kumparan primer bisa mencapai 500 watt pada engine 4
silinder, saat engine pada putaran 6000 rpm, kontak platina
membuka dan menutup hingga 12000 x dengan frekuensi 200 Hz.
Kontak plaitina yang rusak dapat mengganggu pengaliran
arus pada coil pengapian, sehingga konsumsi bahan bakar lebih
tinggi dan inilah gas bekas yang lebih jelek.
a. Dweel Angle
Kondisi kontak platina berpengaruh pada dwel angle, atau juga
disebut cam angle. Dwel angle adalah sudut yang dibentuk oleh
cam pada distributor saat kontak mulai menutup hingga membuka
kembali. Kontak platina menutup dalam waktu yang sangat singkat
untuk memungkinkan mengalirnya arus kekumparan primer untuk
membangkitkan medan magnet.
Bila medan magnet lemah maka tegangan tinggi dari coil
pengapian juga rendah, hal ini terjadi pada putaran tinggi. Maka itu
diperlukan penyetelan yang baik.
Gambar.2.13. kontak platina
2.3.8. Busi
Busi merupakan media untuk meloncatkan bunga api untuk
membakar campuran bunga udara dan bahan bakar pada langkah
kompresi. Busi menpunyai 2 elektroda yakni elektroda tengah
dihubungkan keterminal busi dan elektroda sampai atau elektroda massa
dihubungkan kebadan busi sebagai massa. Antara kedua elektroda tersebut
terdapat celah untuk meloncatkan bunga api. Tegangan yang terinduksi
pada coil pengapian akan dialirkan pada distributor, kabel, besi dan
elektroda tengah busi, melalui celah busi ke elektroda massa. Suatu hal
yang perlu diingat bahwa arus saat meloncati celah busi, percikan api akan
terbangkit, inilah tujuan akhir dari sistem pengapian.
1. Mur terminal busi
2. Ulir terminal busi
3. Pencegah kebocoran
4. Isolasi
5. Sel penghantar khusus
6. Batang terminal
7. Bodi
8. Gasket
9. Isolator
10. Elektroda tengah
11. Elektroda massa
Gambar.2.14. konstruksi busi
2.3.8. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi mengalirkan arus bertegangan tinggi yang
dibangkitkan oleh coil melalui distributor kebusi. Pada ujung kabel
tegangan tinggi terdapat penutup yang berguna untuk menjaga terminal
dari korosi, minyak dan udara lembab. Penutup ini sifatnya fleksibel
sehingga dapat menutup kabel dengan rapat ke tutup distributor, coil
16
pengapian dan busi. Engine untuk racing dan mobil-mobil lama biasanya
menggunakan kabel-kabel tegangan tinggi dengan kawat solid. Dalam hal
ini kawat yang digunakan ada beberapa buah yang diplintir bersama-sama.
Kabel tegangan tinggi dengan serat kawat ini sudah mulai ditinggalkan
karena mengganggu pesawat radio dan televisi. Kabel sekunder yang
sekarang digunakan sudah diberi tahanan pada saat diproduksi. Tujuannya
adalah untuk memfilter gangguan dan suara berisik pada radio. Kabel
tegangan tinggi ini dibuat dari karbon yang dipasang ditengah-tengah
anyaman nilon serta mempunyai tahanan sekitar 33.000 Ohm.
Gambar.2.15. Kabel Tegangan tinggi
2.4. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Pada waktu start adalah pada saat kontak penyalaan dalam keadaan tertutup
sedangkan kam dan rotor berputar sesuai dengan putaran mesin. Jika kontak
penyalaan dalam keadaan on dan contact breaker tertutup, maka arus listrik
mengalir dari baterai ke kumparan primer coil, contact breaker, kemudian ke massa
(ground). Arus yang mengalir ke coil membangkitkan suatu medan magnet pada
inti besi dari coil. Dalam keadaan ini besi menjadi magnet, bila contact breaker
terbuka oleh cam yang terdapat pada poros distributor, arus yang mengalir pada
kumparan primer akan terputus dengan seketika dan fluks magnet pada inti besi
akan hilang dengan cepat. Hilangnya kemagnetan ini akan menyebabkan kumparan
primer dan kumparan sekunder timbul tegangan induksi. Karena lilitan pada
kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan primer maka tegangan tinggi pada
kumparan sekunder. Tegangan ini disalurkan ketiap-tiap busi dengan urutan
penyalaan (firyng order) dari engine dengan cara memanfaatkan rotor yang berada
pada bagian atas dari distributor.
17
2.4.1. Cara kerja sistem pengapian saat kontak platina menutup
Apabila kunci kontak pada posisi “ON” arus mengalir dari baterai
melalui kunci kontak ke kumparan primer pada Coil pengapian dan kontak
platina ke massa. Dalam kondisi seperti ini pada Coil pengapian terbangkit
garis gaya magnet.
Gambar.2.16. Pengaliaran arus pada rangkaian primer
Besarnya arus listrik yang mengalir pada kumparan primer tidak
segera mencapai maksimum, hal ini disebabkan karena pada saat contact
poin mulai menutup. Arus listrik yang mengalir pada kumparan primer
untuk membuat kemagnetan pada inti besi mengalami hambatan yang
disebabkan oleh adanya counter elektromagnetive force, seperti gambar
berikut ini :
Gambar.2.17. Counter electromotive force
Pada gambar diatas memperlihatkan titik kontak saat mulai
tertutup, harga tegangan counter elektromagnetive adalah maksimum
18
sehingga arus listrik sama sekali belum dapat mengalir. Arus listrik yang
mengalir lambat laun menjadi besar setelah beberapa saat yang disebabkan
oleh tegangan counter eletromagnetive force yang lambat laun mencapai
harga nol. Pada saat harga arus listrik mencapai maksimum, harga
tegangan counter elektromagnetive force akan mencapai nol. Untuk lebih
jelasnya hubungan antara arus primer dengan waktu kontak contact point
berada dalam keadaan tertutup dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut ini :
)1( / LRto eR
VI −−=
dimana :
I : arus primer (ampere)
Vo : tegangan baterai (volt)
R : tahanan kumparan (ohm)
RVO : besarnya arus listrik maksimum yang dapat mengalir pada
kumparan primer (ampere)
t : waktu contact point dalam keadaan tertutup (detik)
L : induksi rangkaian primer (henry)
Dari rumus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
memperoleh besar arus yang maksimum, maka waktu menutupnya
contact point yaitu t (detik) harus besar harganya agar harga e-Rt/L dapat
mencapai nol. Sedangkan untuk mengetahui besarnya energi magnet
yang tersimpan didalam kumparan primer adalah sebagai berikut ini :
2.21
pp ILpE =
dimana :
Ep : energi magnet pada kumparan primer (joule)
Lp : induktansi dari kumparan primer sebanding kuadrat
jumlah lilitannya.
Ip : arus primer (ampere)
19
Adapun untuk mengetahui besarnya energi energi magnet yang tersimpan
dalam rangakaian kumparan sekunder adalah sebagai berikut ini :
2
21
SSs VCE =
dimana :
ES : energi magnet pada kumparan sekunder (joule)
CS : kapasitas seluruh komponen yang ada didalam rangkaian
sekunder dan kabel ke busi (farad).
VS : tegangan sekunder (volt)
2.4.2 Cara kerja sistem pengapian saat kontak platina membuka
Pada saat engine distart, poros engkol berputar sekaligus
memutarkan poros distributor bersama camnya. Apabila camnya
menyentuh kontak palatina, maka kontak platina akan terbuka karena sifat
arus listrik selalu meneruskan gerakannya, maka arus ini beralih
pengalirannya ke kondensor yang sekaligus menghentikan pengaliran arus
listrik ini menyebabkan terjadinya perubahan garis gaya magnet disekiling
kumparan primer dan sekunder dengan sangat cepat.
Dengan adanya perubahan garis gaya magnet ini maka pada kedua
kumparan akan terbangkit arus listrik. Arus listrik yang terbangkit pada
kumparan primer diserap oleh kondensor sedangkan arus dengan tegangan
tinggi terbangkit pada kumparan sekunder dan dialirkan pada terminal
kabel tegangan tinggi pada tutup distributor, selanjutnya melalui rotor arus
bertegangan tinggi tersebut dialirkan ke busi sesuai dengan urutan
pengapian.
Pada busi arus listrik tersebut akan mengalir pada elektroda tengah
ke elektroda massa melalui celah busi sehingga pada celah busi sehingga
pada celah busi timbul letikan bunga api. Proses ini terjadi antara 50 – 150
kali perdetik tergantung pada putaran engine.
20
Gb.2.18. Pengaliran arus rangkaian sekunder
Pada waktu contact point terbuka, seluruh energi magnet didalam
kumparan primer dapat dirubah menjadi energi listrik dalam rangkaian
sekunder, hal ini berarti Ep = Es. Dari kesamaan dan persamaan dapat
diketahui harga puncak tegangan ini adalah tegangan maksimum dan
disebut available voltage yang timbul dalam rangkaian sekunder adalah
sebagai berikut ini :
SSPSmaks CLIV =
dimana :
VSmaks : tegangan maksimum dalam rangkaian sekunder (volt).
Tegangan maksimum akan tercapai dalam waktu sebagai berikut :
SS CLs 1,1≈τ
dimana :
τs : waktu yang diperlukan VSmaks (detik)
LS : induktansi dari kumparan sekunder (henry)
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk memuati kondensor pada waktu
contact pont terbuka adalah sebagai berikut :
SS CLs 6,1≈τ
dimana :
τp : waktu yang diperlukan kondensor (detik)
C : kapasitas kondensor (farad)
Energi maksimum yang ditransfer ke rangkaian sekunder diberikan
dengan persamaan berikut ini :
21
2
21
SmaksSSmaks VCE =
dimana :
ES : energi maksimum di rangkaian sekunder (jaoule)
Demikian dengan tegangan maksimum dari sistem tersebut diberikan
persamaan sebagai berikut ini :
S
SmaksSmaks C
EV
2=
S
SmaksSmaks C
EV
2=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
S
SmaksSmaks C
EV
2
Jika energi yang tersimpan pada rangkaian primer coil adalah
sebesar ½ Lp.Ip2 dan ditransfer ke rangkaian sekunder, maka persamaan
akan menjadi persamaan seperti berikut ini :
( )⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
S
pPSmaks C
ILV
22/12
2/1
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
S
PSmaks C
LV
Dengan demikian tegangan maksimum yang terjadi pada kumparan
sekunder dapat ditentukan dengan menghitung antara arus primer IP
induktansi kumparan primer LP dan kapasitansi rangkaian sekunder CS
seperti yang ditentukan pada persamaan.
2.5. Sistem Pengapian Elektronik
Lebih banyak jumlah silinder sebuah mesin dan lebih tinggi putaran
mesinnya, maka akan lebih besar kebutuhan tegangan listrik guna sistem
pengapian, untuk kebutuhan tersebut diatas maka pada mobil-mobil modern
condong untuk menggunakan sistem pengapian elektronik
22
Sistem pengapian elektronik yang digunakan pada mobil-mobil modern
ada 2 macam, antara lain sistem pengapian tipe inductive atau tipe capacity
discharge. Pada kedua sistem pengapian diatas, sebagai alat pengganti platinanya
digunakan sistem optical atau sistem magnetic trigger. Untuk mesin-mesin
dengan jumlah silinder 4 buah cukup menggunakan sistem pengapian inductive
elektronik, sedangkan untuk mesin-mesin dengan jumlah silinder 6,8 dan 12 lebih
cocok jika menggunakan sistem pengapian capacity discharge atau lebih dikenal
dengan singkatan CDI.
2.5.1. Cara kerja sistem pengapian elektronik (CDI).
Pada dasarnya sistem pengapian elektronik mempunyai komponen
yang sama dengan sistem pengapian konvensional, namun untuk sistem
pengapian konvensional pengaturan arus baik menghubungkan ataupun
memutuskannya dilakukan oleh contact breaker (Platina) yang bekerja
secara mekanis. sedangakan pada sistem pengapian elektronik (CDI)
pengaturan arus tersebut dilakukan oleh sistem elektronik. arus yang
berasal dari sumbernya (Accu) 12 volt kemudian masuk kedalam CDI
yang kemudian dalam CDI arus tersebut diubah oleh kompenen elektronik
itu untuk menghasilkan arus yang lebih besar. dalam CDI dipasang inveter
sebagai rangkaian pembalik untuk menghasilkan arus yang lebih besar
sekitar 25 K volt. Setelah melewati CDI arus diteruskan ke coil dan pada
coil tersebut terjadi proses induksi yang disebabkan oleh menyabung dan
memutusnya arus. kemudian arus dari coil diteruskan lagi ke busi.
23
Gb. Grafik perbandingan tegangan system pengapian elektronik
dengan konvensional
2.5.2. Rangkaian pada sistem pengapian elektronik
Bagian inveter (pembalik tegangan dari AC ke DC) terdiri dari
transistor TR1 dan TR2 serta perangkai transformer T1, sedangkan bias
didapat dari pembagi tegangan (potensial divider) R3-R3-R3 dengan
melewati R1-R2 serta feed back dari lilitan T1. dengan hubungan ini maka
tegangan bias yang dibutuhkan untuk mengaktifkan bagian inventer
diserahkan oleh penyearah diode D4-D7 dengan menghasilkan tegangan
500 volt dari 25 volt input, tegangan yang telah diserahkan ini kemudian
diperhalus oleh kapasitor C2. untuk mendapat reduksi besar sebaiknya
kapisitor C2 dari tipr disc. resistor R6 berfungsi sebagai pembatas arus
minimum terhadap beban inveter, sehingga tegangan pada C3 atau SCR
tidak terlampau tinggi.
Pengisian serta pembuangan muatan kapasitor C3 berkisar kurang
lebih 500 volt, selanjutnya pada saar Thyristor/SCR1 bekerja, maka
kapasitor C3 akan langsung berhubungan dengan coil. Thyristor baru akan
bekerja bila terminal gatenya(saklar) mendapat pulsa tegangan dari “R-C
network” sederhana berupa R8, C4 dan C5. dengan adanya thristor ini
maka tegangan yang masuk ke coil akan turun naik, sesuai dengan kerja
dan tidaknya thyristor. resistor R4 akan berfungsi sebagai pembatas arus,
sehingga rangkaian R-C network tersebut selalu menggunakan konsumsi
arus yang tidak lebih dari 100 mA. transsitor TR3 berfungsi sebagai “
pemberi tegangan bias cadangan” TR1 dan TR2 sewaktu unit ini sedang
bekerja, oleh sebab adanya “short” pada saat thyristor bekerja. untuk
mentriger TR3 digunakan “R-C network” lain berupa R5-R7 dan C1,
24
zener diode D1 dan D2 berfungsi sebagai pembatas kemungkinan
terjadinya tegangan balik transformer.
Gb.2.19. Blok diagram sistem pengapian elektronik
2.5.3. Keuntungan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan sistem pengapian
konvensional.
Keuntungan sistem pengapian elektronik dibanding sistem
pengapian konvensional antara lain :
1. Sistem pengapian elektronik akan memungkinkan pengontrolan saat
penyalaan yang tepat dan dapat mengusahakan agar bahan bakar yang
ada didalam berbagai kondisi campuran dapat menyala dengan baik,
sehingga dengan demikian akan didapat penggunaan bahan bakar
seefisien mungkin.
2. Sistem pengapian elektronik dapat membuat busi 50% lebih lama
jangka pemakaiannya, serta sistem pengapian ini bebas perawatan
hingga mencapai jarak tempuh kurang lebih 50.000 sampai dengan
60.000 km.
2.6. Sistem Pembakaran
Karburator adalah bagian yang memegang peranan penting untuk
memudahkan mesin menjadi hidup, mengakselerasi kendaraan tanpa ragu-ragu,
membuat perjalanan menjadi ekonomis dan membuat mesin tetap hidup dengan
lancar pada jalanan yang padat kendaraan. Pekerjaan utama karburator adalah
25
mencampurkan bensin dan udara dengan kompresi yang benar, sehingga bahan
bakar ini dapat dinyalakan didalam ruang bakar. Bahan bakar yang dibawa
kedalam ruang bakar ini bukan hanya sekedar dapat dinyalakan saja, tetapi dapat
dijamin bahwa capuran bensin dan udara ini dapat dibagikan kesetiap silinder
yang ada dengan kompresi yang tepat.
Proses pengolahan bahan bakar ini bukan hanya pada karburator saja,
tetapi ada faktor-faktor lainya yang harus diperhitungkan, antara lain jarak antara
karburator dan ruang bakar, bagaimana bentuk inlet manifoldnya, bagaimana
ukuran katup masuknya dan sebagainnya. Perbandingan udara dan campura
bensin yang tepat agar dapat dinyalakan dengan sempurna menurut ilmu kimia
adalah 15 bagian udara harus dicampur dengan bagian 1 bagian bensin dalam
ukuran berat, tetapi campuran dengan kompresi 15 : 1 ini tidak dapat
menghasilkan tenaga maksimum pada berbagai kecepatan mesin, bahkan secara
umum tidak membuat pemakaian bahan bakar menjadi ekonomis.
2.6.1. Prinsip Kerja Karburator
Udara dibawa masuk kedalam lubang silinder oleh gerakan torak
dari TMA (batas pembakaran paling atas) menu TMB (batas pembakaran
paling bawah) didalam langkah hisap, masukknya udara ke dalam silinder
ini disebabkan terjadinya sebagian kevakuman didalam lubang silinder
tersebut. Udara yang masuk kedalam lubang silinder ini melewati bagian
karburator, dimana jumlah udara yang masuk kedalam lubang tersebut
dapat diatur melalui katup throttle yang dihubungkan dengan pedal
akselerasi didalam ruang kemudi. Untuk penyetelan karburator yang
seharusnya perbandingan campuran harus terletak pada bidang yang diberi
bergaris, untuk kecepatan puncak yang besar pada garis yang paling
bawah, diatas bidang yang diberi bergaris, pemakaian bahan bakar yag
tinggi dan berkurangnya kecepatan puncak, dibawah bidang yang diberi
26
bergaris, sangat turunnya kecepatan puncak dan dan nilainya pemakaian
bahan bakar.
1. Tempat masuknya udara
2. Pompa akselerator
3. Baut penyetel troutlle
4. Penghubung aselerator
5. Baut penyetel volume
6. Penghubung pedal
akselerator.
Gb.2.20. Karburator
a. Pompa percepatan
Gunanya untuk menjaga supaya pada pembukaan terus yang tiba-tiba dari
pemasukian gas, campuran itu tidak menjadi terlalu miskin, sehingga
motor menjadi tersentak, digerakkan dengan engkol kecil pada poros
tingkap gas. Hasilnya biasanya dapat diubah dengan jalan mengikatkan
batang penggerak dalam sebuah lubang yang lain dari engkol (dalam
musim panas harus membuat langkah yang lebih kecil dari pada dalam
musim dingin).
b. Cuk:
Digunakan untuk menutup hamper seluruh pemasukan udara ketika
mengasut (menstarter) motor sehingga motor itu menghisap campuran
yang kaya melalui percik pengasut dan percik utama dan menyebabkan
mulai berputar dengan lancar. Kita membedakan cuk yang digerakkan
oleh sebuah tombol (cuk tangan) dan cuk gerak sendiri (otomatis), cuk
yang terakhir dilayani dengan sebuah thermostat dan makin panas
motornya makin bertambah terbuka ia dengan cara teratur.
27
c. Karburator pengasut
Pada beberapa karburator dipakai karburator Bantu yang kecil sebagai
pengganti cuk, alat ini dibangun satu dengan karburator yang normal dan
dijual denga pelayanan thermostik. Pelayanan karburator penghasut sama
dengan pelayanan cuk.
Kebaikannya; campuran yang cukap dan kaya untuk dapat mengasut
dengan lancar, sedikit bahaya untuk campuran yang terlampau kaya, bila
kita lupa mematikan alat itu sesudah motor menjadi panas.
Karburator-karburator dengan by pass mempunyai perecik utama
HS dengan mana mobil dapat mencapai kira-kira 75% dari kecepatan
puncak, dalam pada itu tingkap gas akan terbuka + ¾. Dengan jalan
membuka tingkap gas itu lebih lebar, by pass BS dapat dikerjakan. Engkol
K menekan batang D kebawah, sehingga tingkap peluru BS dibuka dan
juga dengan jalan ini bensin itu dimasukkan ke percik utama, sehingga
campuran menjadi kaya dan daya motor akan naik.
2.6.2 Pompa Bahan Bakar
Pompa bahan bakar peranannya sangat penting didalam
menyalurkan bensin dari tangki ke karburator, perlunya pompa dipasang
karena penempatan tangki yang rendah dan jauh dari mesin, serta posisi
karburator selalu ada dibagian yang lebih tinggi dari pada posisi tangki.
Ada 2 tipe pompa bensin yang digunakan saat ini, yaitu : pompa
bensin mekanik dan pompa bensin elektrik. Pompa bensin mekanik
ditempatkan pada bagian mesin, karena pompa bensin mekanik bekerja
bila dihubungkan dengan tenaga putaran mesin. Ruangan pompa bensin
mekanik terbagi menjadi 2 ruangan yang dipisahkan oleh membrane, pada
bagian atas pompa terdapat saringan bensin, mangkuk tempat
mengendapkan kotoran ada 2 buah buah katup yang diberi beban pegas
untuk mengontrol aliran bensin. Bagian bawah pompa terdiri dari pegas
yang mengatur pengisapan dan penekan bensin serta peralatan lainnya
termasuk rocker arm (tuas pompa) yag digerakkan oleh dorongan
bubungan pada poros bubungan (camshaft). Membran dapat menghisap
28
dan menekan bensin dengan jalan ditarik oleh alat yang menghubungkan
bagian membrane dan tuas pompa, serta kembali kebagian atas untuk
menekan bensin oleh kekuatan pegas. Ketika katup jarum pada karburator
telah menutup saluran sebagai akibat ruangan pelampung telah penuh
bensin, maka bensin yang ada didalam saluran antara pompa dan
karburator tidak dapat ditekan oleh kekuatan pegas membran, sehingga
posisi membrane sekarang ada dibagian bawah. Pompa bensin mekanik
dapat bekerja setelah mesin dihidupkan.
Gb.2.21. Pompa bensin mekanik
Pompa bensin elektrik bekerja dengan prinsip yang sama seperti
pompa bensin mekanik, hanya membrane pada pompa bensin elektrik
diaktifkan oleh solenoid (elektro magnet) sebagai pengganti poros
bubungan. Ketika solenoid diberi arus listrik melalui sepasang kontak
platina membrane akan ditarik dengan melawan beban pegas untuk
menghisap bahan bakar dari tangki. Setelah langkah pengisapan kemudian
kontak platinanya akan terbuka, akibat dari kontak platinanya terbuka
maka pegas membrane akan menekan bahan bakar menuju karburator.
Bila ruangan pelampung pada karburator telah penuh terisi bensin, maka
kontak platina didalam pompa ada dalam keadaan terbuka. Pompa bensin
elektrik tidak tahan terhadap panas mesin, oleh sebab itu penempatannya
29
selalu berada didekat tangki bahan bakar. Pompa bensin elektrik dapat
bekerja segera setelah kunci kontak diputar, kerja pompa dapat dikenal
dengan suara yang dikeluarkannya
Gb.2.22. Pompa bensin elektrik
Penyemprotan pada tiap-tiap langkah kerja motor empat tak pada muatan
penuh dalam gram :
an
Ng⋅⋅
×=
260
200
dimana :
g = berat tiap-tiap jumlah penyemprotan pada tiap- tiap
pembakaran.
N = daya motor dalam tak
200 = pemakaian bahan bakar dalam gram pada tiap-tiap
tkj(tenaga kuda/ jam).
n = banyaknya perputaran tiap-tiap menit
a = banyaknya silinder
sedangkan penyemprotan motor 2 Tak :
30
an
Ng⋅⋅
×=
60200
isi bahan bakar yang disemprotkan pada tiap-tiap langkah kerja
dalam cm3 :
I = 83,0g
jenisberatg
=
a. Konstruksi pompa bahan bakar
Pada umumnya pompa plunyer, hampir dengan tidak ada kecualinya
dengan pengatur arus lebih, jarang pengatur bubungan yang miring (pada
pompa bahan bakar untuk tekanan rendah, kira-kira 80 atm). Pengaturan
dilakukan dengan pengatur, tetapi ada juga dilakukan dengan tegangan.
Kadang-kadang (bosch) poros bubungan pompa dapat sedikit diputar
terhadap pergerakkan sehingga penyemprotan dapat sedikit diperlambat
atau dipercepat. Pengaturan dapat disetel dari “dashboard” untuk
bermacam-macam kecepatan.
b. Benda penyemprotan (pengabut)
Ada 2 macam benda penyemprot yang dipakai, yakni benda penyemprot
terbuka dan benda penyemprot-penyemprot tertutupm benda penyemprot
terbuka tidak mempunyai tingkap atau hanya memakai tingkap yang
dibebani oleh pegas ringan supaya tidak menetes. Benda penyemprot
tertutup pada umumnya mempunyai tingkap-tingkap jarum yang dibebani
pegas yang demikian beratnya sehingga barulah dapat dibuka setelah
tercapai tekanan semprot. Untuk tekanan semprot yang rendah
kebanyakan kita pakai tingkap jarum tap, disini juga dapat dipakai benda
penyemprot yang langsung mengharuskan pemakaian pengabut yang
mempunyai lebih dari satu lubang gerakan yang kecil.
2.6.3. Saringan Bahan Bakar
Semua mobil modern akan selalu dilengkapi dengan saringan
udara (air filter) pada saluran udara akan masuk ke karburator. Fungsi
31
saringan ini sangat penting didalam mencegah masuknya debu dan
partikel-partikel lainnya ke dalam karburator dan silinder mesin.
Saringan udara akan mempunyai efek sebagai tahanan udara yang
akan masuk kedalam karburator, sehingga hal ini akan mempunyai
dampak seolah-olah jet karburator tersumbat. Bila ini terjadi berarti
performa mesin menjadi berkurang. Oleh sebab itu secara berkala,
katakanlah setiap mobil telah menempuh jarak 20. 000 km. saringan udara
harus dibersihkan atau diganti dengan yang baru.
Saringan udara juga berfungsi sebagai peredam suara, dimana
saringannya itu sendiri dapat menghilangkan suara mendesis udara yang
masuk kedalam karburator.
Saringan udara yang banyak digunakan saat ini adalah dibuat dari
elemen kertas karena dapat dengan mudah kita buang bila sudah tidak
dapat digunakan lagi. Sistem penyaringan udara yang lainya adalah
dengan menggunakan bak oli dan saringan metal, sedangkan model
terakhir yang dipasangkan dibuat dari bahan plastik.
Ada beberapa tipe saringan udara, dari bentuk penampilannya akan
segera diketahui model saringan udara tersebut. Saringan udara yang biasa
digunakan adalah dari model elemen kertas, keunggulanya dari model bak
oli adalah mempunyai bobot yang ringan dan bentuknya lebih kompak.
Saringan udara model bak oli banyak digunakan pada mobil yang
selalu digunakan didaerah yang udaranya banyak mengandung debu,
contohnya daerah padang pasir
Tipe pembersih udara yang sederhana dibuat dari jala kawat, sebelum
jala kawat ini dipasang terlebih dahulu jala kawat diberi oli.
2.6.4. Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan unsur yang sangat penting bagi proses
pembakaran dalam mobil. Mobil sekarang ini kebanyakan menggunakan
bahan bakar bensin dan solar. Bensin merupakan bahan yang mempunyai
volatile (mudah untuk menguap) untuk memudahkan didalam proses
pembakaran sehingga memudahkan penghidupan mesin pada segala
32
cuaca. Tetapi bensin tidak boleh mudah menguap, sebab hal ini akan
memungkinkan terjadinya vapour lock pada saliran bahan bakar atau
justru nantinya penggunaan bahan bakarnya tidak ekonomis.
Biasanya vapour lock terjadi pada saat mesin panas, hal ini terjadi
karena penyaluran bensin kekarburator tidak lancar. Kadang-kala
temperatur mesin dapat jika membuat mesin menjadi mendidih didalam
karburator ketika mesinnya telah dimatikan, hal ini akan membuat
campuran antara bensin dan udara menjadi kaya didalam inlet manifold.
Bila ini terjadi berarti mesin akan sulit dihidupkan pada saat suhu
mesinnya masih tinggi, dengan demikian berarti mesin tersebut dapat
hidup setelah mesinnya dingin. Untuk mengatasi hal tersebut perlunya
ditambahkan zat-zat adiktif yang berguna untuk menyesuaikan /
menstabilkan mesin.
Bensin juga harus tahan terhadap detonasi (detonasi dpaat
diketahui dari suara yang timbul saat mesin hidup, bunyi suara seperti
ketukan). Knocking dapat terjadi pada mesin bila bahan bakar yang
digunakan mempunyai angka oktan terlalu rendah untuk perbandingan
kompresi mesin yang digunakan, bila knocking ini terjadi terus-menerus
berarti temperatur torak akan meningkat dan akhirnya akan membuat
lubang silinder menjadi terbakar.
Angka oktan suatu bensin dapat ditetapkan dengan jalan
membandingkan bensin yang bersangkutan dengan 2 macam bensin yang
telah mempunyai tingkat angka octane tertentu. Adapun kedua bensin
sebagai bahan pembanding yang mempunyai angka octane tersebut ialah
Iso-octane dan Normal heptane, Iso-octane mempunyai daya tahan yang
btinggi terhadap timbulnya knocking dan diberi angka octane 100,
sedangkan Normal heptane mempunyai daya tahan rendah terhadap
timbulnya knocking dan diberi angka octane 0.
Angka octane yang dibutuhkan mesin juga dapat berubah-ubah, hal
ini tergantung dari berapa lama mesin tersebut dihidupkan dan seberapa
jauh kendaraan tersebut digunakan. Banyak faktor yang akan
33
mempengaruhi kondisi mesin yang menyebabkan berubahnya angka
octane yang dibutuhkan. Untuk itu perlu bahan kimia agar dapat
meningkatkan daya tahan mesin tersebut.
a. Control terhadap emisi gas buang
Salah satu dari kemajuan sistem pengontrolan terhadap emisi ialah
bagaimana caranya menyatukan antara saringan udara dan pengontrol
temperatur, dimana udara yang akan dihisap oleh mesin melalui saringan
tersebut selalu mempunyai temperatur yang tetap. Salah satu cara yang
banyak dipakai di Eropa adalah dengan jalan melengkapi lubang
pemasukan udaranya menjadi 2 buah, jadi bila musin dingin tiba, udara
akan dinaikkan temperaturnya melalui salah satu lubang pemasukan yang
dipanaskan oleh emisi gas buang, sedangkan bila musim panas tiba, maka
salah satu lubang pemasukan tersebut akan dicabut dan emisi gas
buangnya diajukan guna mendinginkan udara yang akan dihisap mesin.
34