bab ii fix nian

Upload: raden-ayu-wilda-anggraini

Post on 27-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    1/45

    23

    BAB II

    URAIAN PROSES

    2.1 Bahan Baku

    2.1.1 Bahan Baku Utama

    Bahan baku utama termasuk dalam kelompok Calcareous yang

    menyumbang komponen kapur, serta kelompok Siliceous dan Argillaceous

    sebagai penyumbang komponen tanah liat. Ketiga kelompok ini banyak

    mengandung senyawa kimia pembentuk semen yaitu kalsium dan silika. Bahan

    baku utama tersebut terdiri dari

    1. Batu kapur (Lime stone)

    Batu kapur termasuk ke dalam mineral Calcareous adalah batuan

    tambang yang berfungsi sebagai pembawa Kalsium carbonat. Berdasarkan

    kandungan CaCO3 nya batu kapur dapat dibagi menjadi 4 kelompok, antara lain :

    a. Batu Kapur Kadar Tinggi (High Grade Limestone)

    Kadar CaCO396 -98%, bersifat rapuh.

    b. Batu Kapur Kadar Menengah (Medium Grade Limestone)

    Kadar CaCO391-95 %, bersifat kurang keras.

    c. Batu Kapur Kadar Rendah (Low Grade Limestone)

    Kadar CaCO389-90%, bersifat keras.

    d. Peddle

    Kadar CaCO3

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    2/45

    24

    Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    spesifikasi batu kapur (Lime stone) adalah sebagai berikut :

    - BM : 100,09 gr/mol

    - Phase : Padat

    - Warna : Putih kekuningan

    - Spesific gravity : 2,4

    - Bulk density : 1,3 ton/m3

    - Kadar air : 7 -10 % H2O

    - Silika Modulus : 1,49

    - Iron Modulus : 4,13

    - Komposisi CaO : 48,56 %

    SiO2 : 5,32 %

    Al2O3 : 1,88 %

    MgO : 2,42 %

    SO3 : 0,53 %

    Fe2O3 : 0,54 %

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

    2. Tanah liat (Clay)

    Tanah liat yang termasuk kedalam kelompok Siliceous dan Argillaceous

    merupakan bahan tambang yang banyak mengandung silika atau aluminat.

    Gambar 7. Storage Clay (Tanah Liat)

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    3/45

    25

    Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    spesifikasi tanah liat (Clay) adalah sebagai berikut :

    - BM : 101,94 gr/mol

    - Phase : Padat

    - Warna : Coklat kekuningan

    - Spesific gravity : 2,36

    - Bulk density : 1,4 ton/m3

    - Ukuran material : 0 - 30 mm

    - Silika Modulus : 3,03

    - Iron Modulus : 3,79

    - Komposisi Al2O3 : 64,23 %

    SiO2 : 15,23 %

    Fe2O3 : 5,81 %

    CaO : 0,88 %

    MgO : 1 %

    SO3 : 0,56%

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

    2.1.2 Bahan Korektif

    Bahan baku ini digunakan untuk mengisi kekurangan pada salah satu

    komponen utama pada pencampuran bahan baku. Selain itu penambahannya juga

    bertujuan untuk mendapatkan sifat- sifat tertentu. Material yang termasuk bahan

    korektif diantaranya yaitu:

    1. Pasir Silika (SiO2)

    Pasir Silika merupakan bahan baku dengan kadar silika yang tinggi. Fungsi

    penambahannya adalah untuk memperbaiki kandungan oksida dalam

    campurannya.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    4/45

    26

    Gambar 8. Storage Silica Sand(Pasir Silika)

    Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.,

    spesifikasi pasir silika (SiO2) adalah sebagai berikut :

    - Phase : Padat

    - Warna : Abu-abu

    - Spesific gravity : 2,97

    - Bulk density : 1,45 ton/m3

    - Ukuran material : 0 - 30 mm

    - Silika Modulus : 5,29

    - Komposisi SiO2 : 54,41 %

    Al2O3 : 19,77 %

    Fe2O3 : 7,23 %

    CaO : 1,67%

    MgO : 1,64 %

    SO3 : 0,6%

    Sumber : Proses Control Monitoring Departement

    2. Pasir besi (Fe2O3)

    Pasir besi mempunyai komponen utama Fe2O3. Pasir besi berfungsi untuk

    meningkatkan kandungan oksida besi yang ada sehingga diperoleh komposisi

    sesuai dengan yang diinginkan.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    5/45

    27

    Gambar 9. Storage Pyrite Cinder(Pasir Besi)

    Spesifikasi pasir besi (Fe2O3) menurut data yang diperoleh dari PT

    Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebagai berikut:

    - Phase : Padat

    - Warna : Hitam

    - Bulk density : 1,8 ton/m3

    - Ukuran material : 0,50 mm

    - Komposisi Fe2O3 : 55,56 %

    SiO2 : 17,38 %

    Al2O3 : 4,86 %

    CaO : 2,53 %

    MgO : 7,01 %

    TiO2 : 13,66 %

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

    2.1.3 Bahan AditifBahan aditif merupakan bahan yang dicampurkan ke dalam klinker untuk

    mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Faktor-faktor yang perlu

    diketahui dalam memilih bahan aditif adalah:

    - Komposisi kimia

    - Komposisi minerologi

    - Pengaruh terhadap proses pembakaran

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    6/45

    28

    - Pengaruh terhadap kualitas semen

    - Economical availability

    Bahan aditif yang biasa digunakan yaitu :

    1. Gypsum (CaSO4 . 2H2O )

    Gypsum merupakan senyawa kalsium sulfat anhydrous. Berfungsi sebagai

    retarder, yaitu memperlambat waktu pengerasan (setting time) semen.

    Gambar 10. Storage Gypsum

    Spesifikasi gypsum (CaSO4 . 2H2O ) menurut data yang diperoleh dari PT

    Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebagai berikut:

    - Phase : padat

    - Warna : putih

    - Bulk density : 1,4 ton/m3

    - Komposisi CaSO4 . 2H2O : 60 %

    H2O : 10 %

    Fe2O3 : 0,6 %

    CaO : 25 %

    SiO2 : 3 %

    MgO : 0,5 %

    Al2O3 : 0,3 %

    Impuritas : 1 %.

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    7/45

    29

    2. Trass atau pozzoland(CaO.Al2O3.3H2O)

    Trass berasal dari lahar gunung berapi sehingga mempunyai SiO2 aktif yang

    dapat berikatan denganfree lime membentuk CaO.SiO2 (Kalsium Silikat).

    Gambar 11. Storage Trass

    Spesifikasi trass sebagai berikut:

    - Fase : Padat

    - Warna : Kecoklatan

    - Silicone dioxide (SiO2

    ) : 5075%

    - Aluminium Oxida (Al 2 O 3 ) : 1025 %

    - Moisture contain : 1520 % (dryseason)

    1523 % (rainy season)

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

    3. Limestone additive

    Limestone additive merupakan bahan yang mepunyai kandungan CaO

    tinggi untuk menyuplai kandungan CaO (free lime) pada klinker agar semen yang

    dihasilkan sesuai dengan standar.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    8/45

    30

    Gambar 12. Storage Limestone Additive

    Komponen limestone additive:

    - Fase : Padat

    - Calsium Oxida (CaO) : 49 % min

    - Magnesium Oxida (MgO) : 4.5 % max

    - Silicone dioxide (SiO 2 ) : 2.5 % max

    Sumber : Process Control Monitoring Departement

    2.2 Konsep ProsesDitinjau dari kadar air umpan maka teknologi pembuatan semen dibagi

    menjadi 4 proses, yaitu :

    1. Proses Basah

    Umpan kiln berupa slurry dengan kadar air 2540 %, yang pada umumnya

    menggunakan long rotary kiln dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai

    atau chain section. Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500

    1900 kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150250 C.

    Kerugian :

    a. Pemakaian bahan bakar lebih banyak, karena kebutuhan panas selama

    pembakaran tinggi 15001900 kcal / kg

    b. Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang dibandingkan tanur putar

    pada proses kering

    c. Memerlukan air proses dalam jumlah banyak

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    9/45

    31

    Keuntungan :

    a. Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan

    b. Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran

    preheater atau pipa

    c. Debu yang dihasilkan relatif sedikit

    d. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan

    mengoreksinya

    2. Proses Semi Basah

    Pada proses ini umpan masuk tanur berupa granular atau pallet (cake)

    dengan kadar air 15 25 % dibuat dengan bantuanfilter press. Konsumsi panas

    pada proses ini 10001200 kcal/kg terak.

    Kerugian :

    a. Kiln yang digunakan lebih panjang

    b. Membutuhkan filter

    Keuntungan :

    a. Umpan lebih homogen

    b. Debu relatif lebih sedikit

    3. Proses Semi Kering

    Umpan kiln pada proses ini berupa tepung kering, lalu dengan

    alat granulator (pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular

    dengan kadar air 1012 % dan ukurannya 1012 mm seragam. Konsumsi panas

    pada umumnya sekitar 1000 kcal/kg terak. Proses ini menggunakan tungku tegak

    (shaft kiln) atau long rotary kiln, namun kapasitas rata-rata shaft kiln rendah

    sedangkan jika memakai long rotary kiln maka harus dilengkapi grate

    preheaterdan kapasitasnya bisa lebih tinggi.

    Kerugian :

    a. Menghasilkan debu

    b. Membutuhkan filter

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    10/45

    32

    Keuntungan :

    a. Tanur yang digunakan lebih pendek

    b. Diperoleh terak yang uniform

    4. Proses Kering

    Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1% dan

    tepung bahan baku yang telah homogen ini diumpankan dalam keadaan kering

    untuk mendapatkan terak. Terak selanjutnya didinginkan dan dicampur

    dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 kemudian digiling dalamfinish

    mill hingga menjadi semen.

    Kerugian :

    a. Kadar air sangat mengganggu operasi karena material lengket

    b. Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran

    c. Campuran kurang homogen

    d. Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu

    Keuntungan :

    a. Rotary kiln yang digunakan relative pendek

    b. Heat comsumption rendah yaitu sekitar 800 1000 kcal / kg terak sehingga

    bahan bakar yang digunakan lebih sedikit

    c. Kapasitas produksi besar

    d. Biaya operasi rendah

    Teknologi pembuatan semen pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    menggunakan teknologi proses kering karena mempunyai keuntungan yaitu biaya

    operasi yang rendah dan kapasitas produksi yang besar sehingga sangat

    menguntungkan pabrik.

    Pada proses kering bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1%.

    Bahan baku yang telah digiling dicampur dalam blending silo untuk mendapatkan

    campuran yang homogen dengan menggunakan udara tekan. Dan tepung yang

    telah homogen ini diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan dan dicampur

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    11/45

    33

    dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 untuk kemudian digiling hingga

    menjadi semen.

    Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..

    Gambar 13. Blok Diagram Proses Pembuatan Semen

    2.3 Dekripsi Proses

    Dari keempat teknologi pembuatan semen yang telah disebutkan

    sebelumnya, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. menggunakan teknologi

    proses kering karena mempunyai keuntungan yaitu biaya operasi yang rendah dan

    kapasitas produksi yang besar sehingga sangat menguntungkan pabrik.

    Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas

    lima bagian yaitu :1. Penyediaan Bahan Baku

    2. Pengolahan Bahan

    3. Pembakaran dan Pendinginan

    4. Penggilingan Semen

    5. Pengisian dan Pengantongan Semen

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    12/45

    34

    2.3.1 Penyediaan bahan baku :

    Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen adalah batu kapur,

    tanah liat, pasir silika, dan pasir besi. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah

    memiliki sumber bahan baku, baik berupa penambangan di daerah perbukitan

    sekitar lokasi pabrik maupun mendatangkan bahan baku dari luar lokasi pabrik.

    Bahan baku yang ditambang adalah batu kapur (lime stone) dan tanah liat (clay),

    sedangkan pasir silika, pasir besi dan gypsum didatangkan dari luar pabrik.

    Pembersihan

    (Clearing)

    Peledakan

    (Blasting)

    Pemuatan

    (Loading)

    Pengeboran(Drilling)

    Pengangkutan

    (Hauling)

    Penghancuran

    (Crushing)

    Pengiriman

    (Conveying)

    Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    Gambar 14. Proses Penambangan Batu Kapur di

    PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    Bahan baku pembuatan semen didapatkan melaui kegiatan mining

    (penambangan) baik yang dilakukan di Quary D maupun dari Hambalang.

    Adapun tahap-tahap penambangan sebagai berikut :

    1. Pembersihan (Clearing)

    Yaitu pembersihan permukaan tanah dari kotoran yang mengganggu proses

    penambangan, seperti semak-semak dan rumput-rumputan. Pembersihan

    dilakukan dengan menggunakanBuldozer.2. Pengupasan ( Stripping )

    Merupakan pengupasan tanah atas sampai kepermukaan gunung yang

    berkapur. Pengupasan ini bisa mencapai 1 2 m permukaan tanah dari

    semak-semak dan rumput-rumputan dengan buldozer dan shovel. Tujuan

    pengupasan ini agar lapisan tanah yang tidak berguna dibersihkan atau

    dihilangkan karena dapat mengurangi persentase kandungan kapur.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    13/45

    35

    3. Pengeboran (Drilling)

    Pengeboran adalah tahap pembuatan lubang-lubang untuk menanam bahan

    peledak. Jarak dan kedalaman lubang bor disesuaikan dengan kondisi

    operasi penambangan, yaitu ;

    - Diameter lubang : 3 inch

    - Kedalaman : 69 meter

    - Jarak antar lubang : 1,53 meter.

    4. Peledakan (Blasting )

    Langkah pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan

    bantuan peledak. Lubang yang tidak diisi dengan peledak berfungsi untuk

    menahan getaran dan retakan akan ledakan yang ditimbulkan. Bahan

    peledak yang digunakan terdiri atas ;

    - Damotin (Dinamit Amonium Gelatin) sebagai bahan peledak primer.

    - ANFO (campuran 96% Amonium Nitrat dan 4% Fuel Oil) sebagai

    bahan peledak sekunder.

    - Material yang diperoleh berukuran maksimal 1,2 m dengan jumlah

    ledakan 40 kali.

    5. Pengerukan dan Pemuatan (Loading)

    Hasil ledakan yang diledakkan dikeruk dan diangkut dengan alat angkut

    wheel loaderdengan kapasitas 510 m3.

    6. Pengangkutan (Dumping)

    Mengangkut batu kapur dari lokasi peledakan ke alat penghancur. Alat yang

    digunakan adalah dump truck.

    7. Penghancuran (Crushing)

    Kegiatan ini bertujuan untuk mereduksi ukuran batuan menjadi suatu

    produk yang dapat diterima oleh raw mill di plant(diharapkan lebih kecil

    dari 80 mm). alat yang digunakan adalah:

    - Impact crusherdengan kapasitas 1200 ton/jam

    - Double shaft hammer crusherdengan kapasitas 7500 ton/jam

    - Jaw crusherdengan kapasitas 35 ton/jam

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    14/45

    36

    8. Conveying (Pengiriman batu kapur keplant)

    Pengiriman menggunakan belt conveyor. Material yang telah direduksi

    ukurannya sebagian langsung dikirim ke plant dan sebagian disimpan

    dahulu dalam intermediate storage untuk membantu dalam hal mengatur

    dan mengontrol kualitas dan kuantitas batu kapur yang dikirim keplant.

    2.3.2 Penyimpanan bahan baku :

    Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku

    yang telah didapat dariproses mining. Berikut beberapa metode yangdigunakan

    dalam penyimpanan bahan baku.

    1. Timbunan memanjang (longitudinal stockpile)

    Dengan menggunakan metode Chevron dimana material ditimbun dengan

    cara menjatuhkan dari atas, penimbun bergerak secara kontinyu sepanjang

    garis pusat arah memanjang timbunan. Dengan cara ini akan terjadi

    berlapis-lapis material yang berbentuk atap sepanjang timbunan. Ini

    dimaksudkan untuk meniadakan variasi sehingga diharapkan semua

    penampang lintang timbunan mempunyai komposisi yang sama. Pada

    penimbunan cara ini material yang jatuh dari atas akan sliding dan bergulir

    turun sehingga akan terjadi segregasi yang kadarnya tergantung dari sifat

    material yang kasar akan cenderung terkumpul di bagian bawah timbunan

    2. Timbunan melingkar (circular bending bed)

    Secara umum menggunakan metode Chevron tapi timbunan bergerak

    melingkar, bukan memanjang. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan

    homogenitas material yang baik pada material dalam jumlah yang besar

    untuk diameter blending yang sama. Penimbunan dilakukan secara kontinyu

    tanpa harus menunggu pembukaan seksi yang baru dan mampu menyimpan

    dalam jumlah besar dan operasinya lebih mudah.

    2.3.3 Pengolahan Bahan Baku

    Unit pengolahan bahan bertugas untuk menyiapkan bahan mentah yang

    mempunyai komposisi sesuai dengan yang diperlukan sebagai umpan Kiln.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    15/45

    37

    1. Raw Mill

    Sebelum bahan baku dimasukkan ke dalam kiln, bahan baku tersebut

    mengalami tahap pengeringan dan penggilingan. Hal ini bertujuan untuk :

    a. Mengeringkan bahan baku hingga kadar airnya tidak boleh lebih dari >1%

    b. Mereduksi ukuran bahan baku hingga ukurannya 170 mesh (90 mikron)

    sehingga diperoleh meterial yang lebih halus dengan luas permukaan lebih

    besar yang berpengaruh pada operasi pada kiln.

    c. Mencampur bahan baku dengan perbandingan tertentu.

    d. Memperoleh campuran yang lebih homogenya

    Raw Mill merupakan tempat berlangsungnya proses penggilingan material

    mentah menjadi bahan baku semen yang nantinya akan diumpankan ke dalam

    kiln. Sistem proses dan alur material raw mill dapat dilihat pada flowsheetyang

    terlampir (lampiran A.1).

    Material didistribusikan menggunakan alat transportasi dari storage untuk

    mengisi hopper raw mill. Terdapat empat hopper yang masing-masingnya berisi

    limestone, clay, sand, dan pyrite. Komposisi masing-masing material adalah

    limestone 82%, sandyclay 12%, clay 4,5%, dan pyrite cinder 1,2%. Chemical

    composition dari limestone, sandyclay dan clay dicek dua kali tiap shiftsedangkan

    untukpyrite cindersatu kali tiap shift. Sample diambil di WF (Weighing Feeder)

    storage tiap material.

    Limestone di storage ditransportasikan menggunakan reclaimer untuk

    dipindahkan ke dalam belt conveyorkemudian masuk ke apron conveyor. Setelah

    itu ada dumper untuk memasukkan material kedalam crusher. Dalam crusher

    terdapat fan dust collector berfungsi menangkap debu halus hasil dari

    penggilingan. Lalu debu yang ditangkap akan dialirkan menggunakan screw

    conveyor dan dikembalikan dalam belt conveyor untuk dialirkan ke hopper.

    Dumper berfungsi untuk membagi dua jalur material. Material hasil crusher

    kemudian akan masuk ke dalam belt conveyor dan dialirkan untuk mengisi

    hopper. Bila crusher tidak bisa digunakan atau mengalami kerusakan maka

    dumperdi crusherakan ditutup dan limestone akan langsung dialirkan ke dalam

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    16/45

    38

    belt conveyor menuju ke hopper. Distribusi alur material clay, pyrite, dan sand

    dari storage sama seperti dengan alur material limestone yang telah dijelaskan

    sebelumnya. Dari storage, material (clay, pyrite, dan sand) ditransportasikan

    menggunakan reclaimer kemudian menggunakan belt conveyor untuk alat

    transportasi menuju hopperserta tidak menggunakan crusher.

    Material yang keluar dari hopper akan masuk ke dalam apron conveyor

    kemudian dialirkan menuju WF (Weighing Feeder) untuk diukur berat tonasenya.

    Berat yang terbaca oleh WF akan disesuaikan dengan set pointlaju alir massa tiap

    bahan baku kemudian secara otomatis akan menyesuaikan dengan kecepatan

    putaran belt conveyoruntuk mengalirkan material. Setelah itu material dialirkan

    ke dalam raw mill menggunakan belt conveyor dan digiling menggunakan steel

    ball. Ukuran steel ball dalam raw mill adalah 60, 70, 80, dan 90 mm yang

    berfungsi sebagai penumbuk atau penggiling material. Hasil keluaran dari raw

    mill (out mill) terbagi menjadi dua alur. Alur pertama (alur bawah) out mill akan

    masuk melalui air slide A kemudian ke bucket elevator dan masuk ke turbo

    separatormelalui air slide B. Turbo separator akan memisahkan material yang

    halus dan yang kasar karena ada putaran dari blade. Material yang halus akan

    langsung masuk ke air slide D kemudian masuk dalam air lift. Akibat tiupan dari

    blower air liftmaterial akan masuk dalam air slide kemudian ke screw conveyor

    lalu masuksilo raw mill. Sedangkan material kasar akan dikembalikan ke dalam

    raw mill sebagai tailing menggunakan air slide C. Alur kedua (alur atas) out mill

    akan masuk kedalam grit separator karena ada tarikan dari EP (Electrostatic

    Presipitator)fan. Grit separatormemisahkan material yang halus dan yang kasar

    karena ada blade yang diam dengan kemiringan tertentu. Material yang kasar akan

    dikembalikan lagi ke dalam raw mill sebagai tailing melalui air slide C atau bisa

    juga masuk terlebih dahulu dalam bucket elevator, air slide B kemudian masuk

    dalam turbo separator. Material yang halus atau yang lolos melewati sekat dalam

    grit separatorakan masuk ke dalam EP. Dalam EP, material akan jatuh ke dalam

    drag chain akibat pukulan dari hammer lalu masuk kedalam rotary feeder. Dari

    rotary feedermaterial masuk ke dalam screw conveyorkemudian masuk kedalam

    silo raw mill. Gas buangan dari raw mill akan masuk ke EP kemudian keluar

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    17/45

    39

    melalui chimney. Dalam air slide D terdapat dua dust collector yang berfungsi

    menangkap debu halus akibat tiupan dari blower air slide. Panas dalam raw mill

    didapatkan dari panas sisa kiln yang dialirkan melalui GCT (Gas Cooling Tower

    atau Gas Conditioning Tower). Dalam GCT terdapat water spray untuk

    menurunkan temperatur panas kiln karena sisa panas kiln bisa mencapai 400oC.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran A.2

    Produk yang dihasilkan dari proses raw mill ini disebut dengan meal. Meal

    yang dihasilkan dari proses penggilingan akan diambil sampel dan dilihat

    kualitasnya berdasarkan:

    a. LSF (Lime Saturation Factor)

    LSF merupakan kadar CaO yang terkandung dalam meal. LSF dalam meal

    harus berada diantara rentang 98-101% dan diambil sampel di air slide raw

    mill productsetiap jam. LSF dicari berdasarkan perhitungan:

    =2,8 + 1,8 + 0,65

    b. SM (Silika Modulus)

    SM merupakan kadar silika yang terkandung dalam meal. SM dalam meal

    harus berada diantara rentang 2,4-2,8 %. Untuk mendapatkan nilai SM,

    sampel diambil di air slide raw mill product setiap jam. Perhitungan SM

    dicari berdasarkan:

    =+

    c. IM (Iron Modulus)

    IM merupakan kadar iron yang terkandung dalam meal. IM dalam meal

    harus berada diantara rentang 1,5-1,6%. Untuk mendapatkan nilai IM,

    sampel diambil di air slide raw mill product setiap jam. Perhitungan IM

    dicari berdasarkan:

    =

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    18/45

    40

    d. Residu

    Residu merupakan jumlahpersentase meal yang tidak lolos pada saat sizing

    menggunakan vacuum alpine. Pengukuran residu meal menggunakan

    ukuran 250 m dan 90 m. Persentase residu 250 m yaitu 2,5%

    sedangkan persentase residu untuk ukuran 90 m yaitu 14-17%. Untuk

    penentuan nilai residu, sampel diambil di air slide raw mill productsetiap

    dua jam. Perhitungan residu dicari berdasarkan:

    =

    100%

    Proses dalam raw mill memiliki kondisi operasi yaitu temperatur maksimal

    pada 350oC dan tekanan -0,1 sampai 0,2 mbar. Pengendalian proses diperlukan

    untuk menjaga kondisi operasi raw mill agar sesuai dengan set point. Beberapa

    hal yang diperhatikan untuk menjaga proses dalam raw mill berjalan stabil adalah:

    a. TemperaturInlet Raw Mill

    Panas untuk meningkatkan temperatur pada inlet raw mill didapatkan dari

    sisa panas kiln. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam raw mill

    dilakukan penurunan temperatur pada GCT (Gas Cooling Tower atau Gas

    Conditioning Tower). Dalam GCT terdapat water spray yang berfungsi

    untuk menurunkan temperatur panas sisa kiln. Adapun temperatur inletRaw

    mill yaitu berkisar antara 250330oC.

    b. TemperaturInletEP

    Temperatur inletEP 110 - 120oC. Temperatur EP harus dijaga karena bila

    melebihi 120oC dapat merusak EP dan menurunkan kinerja EP. Temperatur

    inletEP juga bisa diatur oleh GCT.

    c. TekananRaw Mill

    Tekanan pada raw mill diatur dari bukaan dumper dekat dengan EP fan.

    Saat tekanan tinggi bukaan damper dibuka dan jumlah feed diturunkan.

    Tekanan inlet antara -1-(-1,5) mbar, sedangkan tekanan outletnya berkisar

    antara -35(-40) mbar.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    19/45

    41

    2. Suspension Pre-Heater

    Suspension pre-heater(SP) adalah tempat pemanasan awal produkraw mill

    sebelum pembakaran di kiln. Dalam SP terjadi proses penguapan air (pengeringan

    produk) dan sebagian besar proses dekarbonisasi kalsinasi. Dengan adanya SP

    akan membantu mengurangi beban kerja kiln saat proses pembakaran. Proses

    dekarbonisasi kalsinasi yang terjadi di suspension pre-heater diukur dengan

    derajat kalsinasi yaitu harus berkisar antara 85-90%.Hot meal sample diambil di

    outletC1-1 dan C1-2. Sampling hot meal dilakukan satu kali tiap shift.

    Sebelum masuksuspension pre-heater, meal yang keluar dari silo raw mill

    atau kiln feeddiperiksa kualitasnya dari nilai LSF, SM, IM, dan residu. Sampling

    diambil dari air slide kiln feedsetiap dua jam. Hal ini dilakukan karena dalam silo

    raw mill terjadi blending untuk homogenisasi meal hasil dari raw mill. Nilai

    parameter yang diperoleh harus tetap dalam rentang yang sudah ditentukan. LSF

    berkisar 98-101%, nilai SM 2,8-2,4%; nilai IM 1,5-1,6%; dan residu 14-17%.

    Berikut ini Tabel 10 merupakan reaksi yang terjadi dalam suspension pre-

    heater:

    Tabel 8. Reaksi yang Terjadi dalam Suspension Pre-heater

    Temperatur

    (oC)

    Reaksi

    100110 Penguapan air

    450800 Dehidrasi tanah liat

    Al2O

    3.SiO

    2.2H

    2O Al

    2O

    3.2SiO + 2H

    2O - 213 kal/gr

    700730 Disosiasi magnesium karbonat

    MgCO3(s)MgO(s) + CO2 (g) - 275 kal/gr

    750900 Disosiasi kalsium karbonat

    CaCO3(s)CaO(s) + CO2(g)- 420 kal/gr

    Sumber : Nurcholis, 2013

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    20/45

    42

    Suspension pre-heaterpada plant 7 terdiri cyclone, riser duct, dan calciner

    serta terdapat SP fan yang berfungsi untuk menarik material untuk dipanaskan.

    Material yang dipanaskan dalam SP adalah meal hasil raw mill.Meal dari silo raw

    mill akan dialirkan melalui air slide kemudian masuk ke dalam bucket elevator

    dan keluar menuju air slide yang akan dialirkan menuju ke feed tank. Dari feed

    tank, meal akan masuk dalam air slide kemudian air lift. Keluar dari air lift, meal

    masuk dalam air slide kemudian terdapat dumperyang membagi raw meal ke dua

    line. Suspension pre-heater memiliki dua line cyclone agar proses kontak

    pemanasan awal lebih optimal. Dari dumper, meal keluar menuju air slide dan

    masuk ke SP yaitu ke dalam duct cyclone outlet C4-1 & C4-2. Kemudian karena

    ada tarikan dari SP fan, meal masuk kedalam C5 dan terjadi kontak dengan gas

    panas serta pemisahan material. Cyclone C5 bentuknya berbeda, lebih ramping

    dan lebih kerucut dibandingkan cyclone lainnya karena efisiensi top cyclone atau

    C5 harus lebih besar agar dust return yang masuk GCT semakin sedikit.

    Setelah itu meal keluar dari C5 dan masuk ke ductC3 kemudian masuk ke

    dalam cyclone C4 akibat tarikan SP fan lalu terjadi kontak dengan gas panas dan

    terjadi pemisahan material. Dari cylone C4, meal akan masuk ke duct C2

    kemudian masuk ke dalam cyclone C3 akibat tarikan SP fan lalu terjadi kontak

    dengan gas panas dan terjadi pemisahan material. Outlet dari C3 akan masuk

    dalam duct C1 kemudian masuk dalam C2 akibat tarikan SP fan lalu terjadi

    kontak dengan gas panas dan terjadi pemisahan material. Outlet dari C2 dialirkan

    ke dalam riser duct. Setelah dari riser duct, meal dialirkan ke dalam C1 kemudian

    masuk ke kiln. Meal dari calciner akan masuk terlebih dahulu ke riser duct

    kemudian ke C1 lalu ke kiln. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam flowsheet

    yang terlampir (lampiran A.3). Dalam SP, meal mengalami pemanasan bertingkat

    dan kontak panas yang berkali-kali akibat struktur cyclone yang menyebabkan

    meal seperti berputar-putar dalam SP.

    Riser duct berfungsi untuk membuat waktu tinggal material lebih lama

    sehingga kontak material dengan gas panas lebih lama untuk proses kalsinasi.

    Riser duct terbuat dari lapisan luar (besi) dan lapisan dalam (castable) dan

    terdapat burnerdi sampingnya. Api yang terbentuk dalam riser duct tidak diatur

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    21/45

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    22/45

    44

    dengan menggunakan batang besi panjang. Jika tekanan terlalu rendah akan

    terjadi clogging dan menyebabkan operasi berhenti.

    d. Oksigen (O2)

    Kadar oksigen harus diperhatikan karena harus berada dalam rentang 2-3%

    di kiln inlet. Kadar oksigen yang lebih diperhatikan adalah pada inlet kiln,

    SP dan SP fan. Bila jumlah oksigen tinggi dapat membuat kondisi operasi

    dingin dan kemungkinan ada kebocoran sehingga ada udara luar masuk.

    Tindakan yang dapat diambil adalah dengan mengurangi SPfan, menambah

    bahan bakar dan mencari sumber kebocoran bila memang ada kebocoran.

    Sedangkan bila jumlah oksigen turun bisa menandakan jumlah CO yang

    meningkat. Tindakan yang diambil adalah dengan mengurangi bahan bakar

    dan menambah SPfan.

    3. Kiln

    Kiln merupakan tempat pembakaran produk raw mill untuk dijadikan

    produk setengah jadi yaitu clinker. Bahan bakar yang digunakan adalah IDO

    (Industrial Diesel Oil) untuk proses heating up dan coal atau batubara untukproses pembakaran. Temperatur inlet kiln 900-1000

    oC (limit 1165

    oC). Api di

    (main burner) dapat dibentuk panjang atau pendek dan melebar atau mengecil

    dipengaruhi oleh dumper. Jenis dumper yang digunakan adalah dumper radial

    yang mengatur panjang atau pendek api dan dumper axial yang mengatur lebar

    atau kecil api. Bentuk api dalam kiln diharapkan pendek dan lebar.

    Kiln terbagi menjadi lima zona yaitu calcining zone, transition zone, safety

    zone, burning zone, dan cooling zone. Calcining zone merupakan zona terjadinya

    proses kalsinasi. Proses kalsinasi pada suspension pre-heatermasih sekitar 90%

    sehingga pada zona ini diharapkan semua meal sudah terkalsinasi 100%. Bila ada

    material yang belum terkalsinasi maka pembakaran akan berlanjut pada transition

    zone serta sebagian sudah ada yang meleleh. Pada transition dan safety zone

    terjadi reaksi antara CaO dengan Al2O3, Fe2O3, dan SiO yang saling berikatan

    membentuk senyawa semen. Burning zone merupakan tempat pembakaran batu

    bara atau oil disebut main burner. Temperatur dalam burning zone sekitar 1100-

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    23/45

    45

    1450oC. Pada burning zone, meal sudah meleleh menjadi clinker. Cooling zone

    merupakan zona pendinginan dengan temperatur 1450-1380oC.

    Dalam kiln terjadi reaksi pembakaran pembentukan semen. Berikut ini

    Tabel 10 merupakan reaksi pembakaran yang terjadi di kiln.

    Tabel 9. Reaksi yang Terjadi dalam Kiln

    Temperatur

    (oC)

    Reaksi

    800900 Pembentukan 2CaO.SiO2

    2CaO(l) + SiO2(l)2CaO.SiO2

    9001200 Pembentukan 3CaO.Al2O3

    3CaO(l) + Al2O3(l)3CaO.Al2O3(l)

    12001300 Pembentukan 3CaO.Al2O3 dan 4CaO.Al2O3.Fe2O3

    3CaO(l) + Al2O3(l)3CaO.Al2O3 (C3A(l))

    4CaO(l) + Al2O3(l) + Fe2O3(l)4CaO.Al2O3.Fe2O3

    12501286 Pelelehan material dan coating yang menempel pada

    shell kiln

    12601450 Pembentukan 3CaO.SiO2

    3CaO(l) + SiO2(l) 3CaO.SiO2(l) (C3S (l))

    Sumber : Nurcholis, 2013

    Proses operasi kiln merupakan salah satu yang tersulit dikendalikan karena

    dalam pengoperasiannya saling berkaitan dengan suspension pre-heater dan

    cooler. Ada beberapa parameter penting yang harus diperhatikan:

    a. Burning zone

    Burning zone merupakan daerah kiln yang di dalamnya terdapat main

    burner(primary air temperature). Temperatur dalam burning zone berkisar

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    24/45

    46

    antara 110-1450oC. Bila temperatur telalu tinggi maka coating yang

    terbentuk akan rontok (jatuh) dan bata tahan api akan rusak serta timbul

    redspot. Tindakan yang diambil adalah dengan mengurangi bahan bakar.

    Sebaliknya jika temperatur terlalu rendah akan terjadi dusty dan flushing,

    proses kalsinasi tidak terpenuhi (produk tidak dalam bentuk fasa cair atau

    tidak matang). Tindakan yang diambil adalah dengan menambah bahan

    bakar.

    b. Secondary Air Temperature

    Secondary air temperature berasal dari grate cooler1 yang merupakan uap

    panas hasil pendinginan material. Secondary air temperature berkisar 850-

    1100oC. Temperatur yang tinggi dari secondary air akan membantu

    pembakaran di burning zone akan tetapi bila temperatur secondary air

    rendah dapat mengganggu burning zone karena akan ada udara dingin yang

    masuk ke kiln. Tindakan yang diambil adalah dengan mengatur ketebalan

    material (45-50 mbar) dalam grate cooler1 sehingga dapat menahan udara

    dingin yang mengalir.

    c. NOx kiln inlet

    NOx pada kiln terbentuk pada temperatur diatas 1000oC, sedangkan

    temperatur kiln bisa mencapai 1400oC. Oleh karena itu, dilakukan

    pengendalian agar NOx yang terbentuk kurang dari 1200 ppm. Bila jumlah

    NOx terlalu tinggi maka panas yang terbentuk akan over heat dan bisa

    menyebabkan redspot. Salah satu cara pengendaliannya adalah dengan

    menurunkan bahan bakar di SP atau di kiln. Akan tetapi bila NOx terlalu

    rendah bisa menandakan bahwa pembakaran dalam kiln tidak mencapai

    suhu operai yang seharusnya, sehingga harus ditambah bahan bakar bila

    oksigen mencukupi.

    d. Kiln torque

    Kiln torque merupakan indikasi loaddalam kiln dan bisa menjadi parameter

    tingkat kematangan material dalam kiln. Bila kiln torque tiba-tiba naik itu

    menandakan ada coating yang jatuh sehingga beban kiln bertambah

    (impact). Bila nilai kiln torque rendah menandakan material tidak matang

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    25/45

    47

    karena material masih berbentuk padatan meal (serbuk) sehingga bebannya

    lebih ringan dibandingkan meal yang sudah meleleh (cairan). Bila kiln

    torque terlalu rendah, pengendalian yang dilakukan adalah dengan

    menambah bahan bakar, mengurangi kiln speed, dan menurunkanfeeding.

    Material (meal) yang keluar dari kiln dan matang disebut clinker. Clinker

    yang dihasilkan harus memenuhi standar kualitas yang sudah ditentukan. Cara

    melihat kualitas clinker adalah dengan mengecek nilai free lime. Free lime

    merupakan jumlah CaO yang tidak berikatan membentuk senyawa semen. Nilai

    free lime clinker berkisar 0,8-1,2 %. Sampling clinker dilakukan pada hasil

    keluaran grate cooler2 yaitu pada apron conveyordan diperiksa setiap jam untuk

    memeriksa free lime dan setiap 4 jam sekali untuk memeriksa chemical

    composition. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada flowsheet yang terlampir

    (lampirran A.3).

    4. Cooler

    Grate cooleradalah alat pendinginan hasil proses pembakaran di kiln. Grate

    cooler terdiri dari stroke berbentukplate yang diam (fix) dan bergerak (move)

    secara bergantian dan beberapa cooling fan yang mendinginkan material. Grate

    cooler terbagi menjadi grate cooler 1 dan grate cooler 2. Grate cooler 1

    merupakan pendingan awal dengan temperatur inletsekitar 1000oC terdiri dari 4

    chamber. Clinkerhasil dari kiln akan langsung masuk ke dalam grate cooler1.

    Setelah grate cooler 1 terdapat crusher yang berfungsi untuk menghancurkan

    bongkahan material.

    Grate cooler 2 merupakan pendinginan akhir dengan temperatur keluaran

    100-120oC. Pendinginan pada grate cooler 1 maupun 2 berasal dari fan yang

    terdapat di bawah stroke. Dalam grate cooler 2 terdapat water spray yang

    berfungsi untuk mendinginkan dust yang akan ke EP agar temperaturnya tidak

    tinggi, tidak mencapai 300oC. Temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan

    elektrode yang ada di EP rusak sehingga tidak dapat menarik debu. Clinkeryang

    keluar dari grate cooler2 akan masuk ke silo clinker. Debu yang ditangkap oleh

    EP merupakan clinkeryang halus sehingga setelah dari EP debu yang ditangkap

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    26/45

    48

    akan dialirkan kedalan screw conveyorkemudian menuju drag chain. Setelah itu

    masuk kedalam apron conveyor, lalu masuk lagi ke drag chain baru masuk ke

    dalam silo clinker. Begitu juga clinkerhalus yang lolos grate plate akan masuk

    dalam hopper di bawah grate cooler kemudian masuk ke drag chain lalu ke apron

    conveyor. Setelah itu masuk ke drag chain dan masuk kembali dalam silo clinker.

    Alur material dalam cooler yang lebih jelas bisa dilihat dalam flowsheet yang

    terlampir (lampiran A.3).

    5. Cement Mill

    Cement mill merupakan tempat proses penggilingan akhir yang

    menggabungkan clinker, additive, dan gypsum. Cement mill terdiri dari 2

    chamber. Chamber 1 untuk penggilingan kasar sedangkan chamber 2 untuk

    penggilingan halus. Ukuran steel ball dalam cement mill bermacam-macam.

    Chamber 1 berukuran dari 90 mm sampai 60 mm sedangkan pada chamber 2

    berukuran 50 mm sampai17 mm. Temperatur dalam cement mill tidak boleh lebih

    dari 120oC. Jika melebihi 120

    oC, maka fungsi gypsum akan menjadi rusak. Untuk

    menjaga temperatur dalam cement mill terdapat water spray di bagian outlet mill.

    Clinkerdari silo clinkerdialirkan menggunakan apron conveyorlalu masuk

    ke dalam bucket elevator kemudian masuk ke hopper cement mill. Material

    lainnya seperti gypsum, dan additive didistribusikan langsung dari storage menuju

    hopper masing-masing. Material ditransportasikan menggunakan reclaimer

    kemudian masuk ke dalam belt conveyordan didistribusikan ke hopper masing-

    masing. Dari tiap hopper yaitu hopper clinker, gypsum, dan additive dialirkan

    menuju cement mill menggunakan belt conveyor. Dalam cement mill terjadi

    proses penggilingan dan pencampuran. Semen yang keluar dari cement mill

    terbagi dua. Alur pertama, semen yang lebih halus akan tertarik kedalam grit

    separatorakibat tarikan dari fan lalu masuk ke electrostatic precipitator. Dari

    electrostatic precipitatorsemen yang halus akan turun ke screw conveyorakibat

    dorongan dan pukulan dari hammerdalam electrostatic precipitator. Kemudian

    masuk ke dalam air slide lalu ke air liftdan setelah itu baru masuk ke dalam silo

    semen.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    27/45

    49

    Alur kedua, semen yang lebih kasar akan masuk ke dalam bucket elevator

    kemudian ke air slide lalu masuk ke dalam tube separator. Tube separatorakan

    memisahkan semen yang halus dan yang masih kasar. Semen yang halus akan

    masuk ke air slide kemudian ke air lift, setelah itu masuk ke dalam silo semen.

    Semen yang kasar akan dialirkan kembali ke dalam cement mill menggunakan air

    slide untuk digiling kembali sebagai tailing. Dari silo semen ini lah semen yang

    siap untuk dipacking dan dijual ke pasaran. Alur material pada cement mill dapat

    dilihat padaflowsheetyang terlampir (lampiran A.4).

    Cement mill untuk plant 7 memproduksi semen jenis PCC (Portland

    Composite Cement). Perbedaan produk OPC dan PCC terletak pada

    komposisinya. Komposisi produk OPC terdiri dari 89,7% clinker: 2,3% gypsum;

    dan 8% additive. Additive dalam OPC 100% limestone. Sedangkan komposisi

    produk PCC terdiri dari 75% clinkerdan menggunakan additive berupa limestone,

    slag dan trass. Perbandingan komposisi limestone dan trass adalah 2:1.

    Produk semen keluaran cement mill dilakukan pengujian setiap dua jam

    sekali dan sample di ambil dari air slide cement mill product. Kualitas dari cement

    mill dilihat dari:

    a. Blaine

    Blaine merupakan ukuran atau kehalusan produk semen.Blaine untuk OPC

    berkisar antara 3300-3600 cm2/g sedangkan blaine untuk produk PPC

    berkisar antara 3800-4000 cm2/g

    b. SO3

    SO3 merupakan kandungan gypsum yang berada dalam semen. Gypsum akan

    mempengaruhi proses pengeringan semen. Kandungan SO3 dalam OPC

    berkisar antara 2-2,4% sedangkan untuk PPC berkisar 1,55-1,8%.

    c. Freelime

    Free lime merupakan kandungan CaO bebas yang tidak berikatan. Nilaifree

    lime untuk OPC max 1,80 sedangkan untuk PCC max 1,60.

    d. Residu 45 m

    Residu yang diperiksa untuk semen adalah yang tidak lolos dalam ayakan

    ukuran 45 m. Residu produk OPC max 11 sedangkan untuk PPC >6

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    28/45

    50

    e. C3S

    C3S merupakan senyawa yang terkandung dalam semen. Kandungan C3S

    dalam klinker minimal harus mencapai 61%.

    f. IL (Ignation Loss)

    IL disebut juga dengan istilah hilang pijar. IL diukur menggunakan furnace

    1000oC atau dengan X-RD.

    g. IR

    IR merupakan bagian yang tidak larut dalam asam. Pengukuran IR

    menggunakan metode gravimetri.

    6. Coal Mill

    Coal mill merupakan pengolahan batu bara yang akan digunakan untuk

    bahan bakar di kiln dan suspension pre-heater. Coal mill berfungsi untuk untuk

    proses pemanasan atau pengeringan, penggilingan, dan homogenisasi coal yang

    memanfaatkan gas panas dari kiln.

    Batu bara akan ditampung dalam storage batu bara disebut bank. Kebutuhanbatu bara untuk plant 7 diperoleh dari bankB tapi memungkinkan juga untuk di

    supply dari bank A bila bankB terjadi masalah atau kosong. Perpindahan jalur

    batu bara bisa diatur menggunakan bukaan dumper. Batu bara dari bankB akan

    ditransportasikan menggunakan reclaimer kemudian disalurkan melalui belt

    conveyor menuju ke vibrating screen. Vibrating screen berfungsi untuk

    memisahkan batu bara yang terlalu besar (bongkahan besar). Batu bara yang lolos

    dari vibrating screen akan di tampung dalam hopper. Hopper mill memiliki

    kapasitas 90 ton. Kemudian batu bara akan dimasukkan kedalam coal mill untuk

    digiling menggunakan roller. Dalam coal mill terdapat dynamic separator yang

    berfungsi untuk menarik batu bara halus atau fine coal akibat adanya tarikan dari

    fan. Kemudian batu bara yang halus atau fine coal akan masuk ke dalam bag

    filter. Keluar dari bag filter, batu bara akan ditampung dalam pneunomatic

    conveyoruntuk dialirkan menuju plant 7. Dalam pneunomatic conveyorterdapat

    dust collector untuk menangkap debu atau batu bara yang halus. Sistem proses

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    29/45

    51

    dalam coal mill yang lebih jelas dapat dilihat dalam flowsheet yang terlampir

    (lampiran A.5)

    Gas panas yang diperoleh dari kiln 7 sebelum digunakan dalam coal mill

    akan dialirkan dalam multicyclone dan ditampung dalam mixing chamber. Gas

    panas yang didapatkan dari kiln masih mengandung debu yang sangat halus

    sehingga harus dipisahkan antara padatan dan gas. Oleh karena itu gas panas

    dialirkan ke dalam multicyclone yang berfungsi untuk memisahkan padatan atau

    debu dan gas panas. Kemudian dimasukkan ke dalam mixing chamber untuk

    homogenisasi temperatur gas panas karena gas panas yang masuk dalam mixing

    chamber selain dari kiln plant 7 juga berasal dari kiln 8 dan raw mill 6. Dalam

    mixing chamberjuga berfungsi untuk memisahkan debu yang terdapat dalam gas

    panas.

    Bila ada debu dalam gas panas akan mempengaruhi heating value dari batu

    bara dan nilai heating valuenya akan turun. Parameter yang diperhatikan dalam

    coal mill adalah temperatur, vibrasi, dan ampere. Temperatur dalam coal mill

    kurang dari 75oC karena bila temperatur terlalu tinggi akan merusak alat

    sedangkan bila terlalu rendah bisa menyebabkan blocking pada bag filter. Vibrasi

    dan ampere mempengaruhi indikasi kapasitas atau kemampuan alat, bila vibrasi

    dan ampere terlalu tinggi atau terlalu rendah berarti ada kelainan pada alat dan

    bisa menandakan kerusakan pada alat.

    Batu bara yang diolah dalam coal mill diharapkan berbentuk serbuk dan

    memiliki kehalusan sekitar 18-20% untuk ukuran 90 m. Selain itu dilihat juga

    kadar air dalam batu bara . Kadar air dari batu bara harus dibawah 9%. Oleh

    karena itu dilakukan sampling dua jam sekali di pneunomatic conveyor untuk

    mengetahui kualitas dari batu bara.

    7. Packing Unit

    Dari cement silo, semen diangkut dengan menggunakan air slide menuju ke

    bucket elevator yang kemudian dimasukkan ke vibrating screen yang berfungsi

    untuk memisahkan semen yang menggumpal dan kotoran yang terbawa ke dalam

    produk semen. Material kasar dibuang dan partikel halus (< 325 mesh) diangkut

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    30/45

    52

    oleh air slide. Selama semen diangkut oleh air slide, debu dari semen dihisap oleh

    dust colector.

    Semen hasil screening masuk ke rotary feeder untuk mengisi semen ke

    kantong kantong semen. Plant 7 mempunyai 6 packer dengan 1 jalur dengan

    type rotary yang masingmasing ada 6 lubang ( corong ). Kapasitas packer 1300

    ton per jam. Semen dikemas dengan ukuran 50 kg. Dilakukan juga pengemasan

    semen dengan ukuran besar ( big bag ) yang bekapasitas 1,5 ton. Adapula yang

    dimuat dalam bulk truckdengan kapasitas 25 ton dalam bentuk semen curah.

    Sistem pengisian semen pada rotary packeradalah secara otomatis, dimana

    semen akan dimasukkan ke kantong bila switch pengisian tersentuh kantong.

    Selama pengisian berlangsung, unit pengisian berputar sampai berat semen yang

    diinginkan tercapai. Selanjutnya kantong semen yang sudah diisi dilewatkan pada

    weighing feeder. Batasan berat semen yang diperbolehkan adalah 50 kg 0,2 kg.

    Setelah ditimbang, kantong-kantong tersebut dijatuhkan ke dalam belt conveyor

    menuju truk pengangkut.

    Untuk mengurangi jumlah semen yang terbuang karena tumpahan pada saat

    pengisian ke dalam kantong ataupun dari kantong yang bocor maka dipasang

    screw conveyor yang akan mengangkut semen tumpahan tersebut ke bucket

    elevator dan dikembalikan lagi ke dalam vibrating screen. Flowsheet terlampir

    pada lampiran A.6

    2.4 Produk

    Produk yang dihasilkan dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa diantaranya

    adalah sebagai berikut :

    1. Semen Portland (Portland Cement)

    Semen Portland yang diproduksi oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa

    Tbk. memiliki beberapa tipe yaitu:

    a. Ordinary Portland Cement(Tipe I)

    Semen jenis ini dipakai untuk semua macam konstruksi apabila tidak

    diperlukan sifatsifat khusus seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    31/45

    53

    dan kekuatan awal. Semen ini cocok dipakai pada tanah dan air yang

    mengandung sulfat antara 0 - 0,1 %.

    b. Moderate Sulfate Resistance Cement(Tipe II)

    Semen jenis ini banyak mengandung C2S dan sedikit mengandung C3A.

    Semen ini digunakan untuk konstruksi dengan syarat ketahanan terhadap

    sulfat pada tingkat sedang yaitu dengan kandungan sulfat pada air tanah atau

    tanah 0,08 %-0,17 % dan mengandung 125 ppm SO3 serta pH tidak kurang

    dari 6. Selain itu juga memiliki ketahanan terhadap panas hidrasi sedang

    (lokasi dengan suhu tinggi). Jenis ini umumnya digunakan untuk pembuatan

    jalan, bendungan, pelabuhan dan pondasi-pondasi besar lainnya.

    c. High Sulfate Resistance Cement(Tipe V)

    Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang tinggi dan memiliki

    panas hidrasi yang rendah. Semen ini memiliki kuat tekan awal pada 28 hari

    yang lebih rendah dari OPC. Semen ini dipakai untuk semua jenis

    konstruksi, apabila kadar sulfat pada air tanah atau tanah masing-masing

    0,17%-1,67% dan SO3 125-1250 ppm. Semen ini banyak digunakan untuk

    konstruksi pada saluran air buangan atau konstruksi dibawah tanah seperti

    terowongan, selokan dan bangunan tepi laut. Kapasitas produksi untuk

    produk semen ini sebesar 5,5 juta ton/tahun.

    Sumber: Wicaksana, 2013

    Gambar 15. Ordinary Portland Cement(OPC)

    2. Oil Well Cement (OWC)

    Semen ini dipakai dalam bentukslurry semen (colloid) yang dipompakan ke

    formasi yang dalam dan sempit. Sebagai contoh, dalam pengeboran sumur

    minyak, diperlukan semen untuk mencegah runtuhnya formasi batuan sekitar

    sumur. Campuran semen berupa slurry dimasukkan dalam selongsong dan

    dibiarkan mengikat membentuk sumur. Semen sumur minyak ini memiliki waktu

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    32/45

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    33/45

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    34/45

    56

    2.5 Utilitas

    Utilitas adalah pendukung yang digunakan pada proses yang ada di PT

    Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Utilitas ini digunakan untuk membantu proses

    produksi untuk kelangsungan produksi. Utilitas-utilitas yang terdapat di PT

    Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut:

    2.5.1 Penyediaan Air

    Penyediaan air di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dikelola oleh unit

    water supply. Tugas-tugas unit water supply adalah sebagai berikut:

    1. Menjaga kelancaran produksi air bersih dengan mengoperasikan instalasi

    water treatment.

    2. Menjamin kelancaran stockdan distribusi air bersih dari instalasi produksi

    (water treatment) ke setiap pemakai, yaitu :

    a. Cement plantP-1 s/d P-8 serta P-11

    b. Kantor-kantor P-1 s/d P-8 serta P-11

    c. Utilitas umum di seluruh divisi

    d. Kepentingan proyek

    3. Pengambilan dan pengolahan air tanah serta pendistribusiannya ke

    kompleks perumahan, poliklinik, dan instalasi pusat produksi air minum

    karyawan.

    4. Pemeriksaan kualitas air, baik air baku maupun air bersih secara periodik

    termasuk limbah.

    5. Merawat dan memperbaiki seluruh sistem water treatmentatau water supply

    serta jaringan distribusi ke lokasi pemakaian pada seluruhplant.

    A. Pasokan Air Baku

    Air baku yang digunakan dipasok dari dua sumber air baku untuk memenuhi

    kebutuhan rumah tangga dan industri. Adapun dua sumber air baku adalah sebagai

    berikut :

    1. Sumber Air Baku Tanah

    Sumber air baku ini berasal dari dalam tanah, terdapat sebelas buah sumur

    dalam (deep wall) yang tersebar di seluruh kompleks perumahan dengan

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    35/45

    57

    kapasitas rata-rata 200 liter per menit tiap sumur. Air tanah digunakan

    hanya untuk kepentingan perumahan, poliklinik, dan air minum karyawan

    yang setiap harinya tak kurang dari 6000 liter.

    2. Sumber Air Permukaan

    Sumber air ini berasal dari air sungai yang mengalir melewati belakang

    pabrik. Air baku diolah pada Instalation Water Treatment (IWT) sebelum

    didistribusikan ke pemakai yang 85% diantaranya adalah sebagai air

    pendingin (AP) dengan menggunakan sistem daur ulang plant. Kebutuhan

    air permukaan sebanyak 30.000 liter per hari.

    B. Pengolahan Air

    Pengolahan air yang terdapat di PT Indocement Tunggal Prakrasa, Tbk

    adalah pengolahan air tanah dan pengolahan air sungai. Adapun tahapan

    pengolahan airnya adalah sebagai berikut:

    1. Air Tanah

    Pengambilan air tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah hingga

    kedalaman 40 - 60 meter dengan diameter 22 inchi. Casing yang digunakanadalah pipa dengan diameter kurang dari 22 inchi, yang di bawahnya

    dipasang penyaring yang berfungsi agar kotoran tidak terhisap bersama air.

    Sedangkan pada ujung atas pipa, dipasang pompa. Air kemudian melalui

    filter rockkemudian dialirkan ke bak penampung.

    Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..

    Gambar 20. Blok Diagram Proses Pengolahan Air Tanah

    Air Tanah

    Pengeboran

    Filter

    Bak Penam un

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    36/45

    58

    2. Air Sungai

    Pengolahan air sungai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melalui

    beberapa tahapan proses :

    a. Pengolahan Pendahuluan

    Sebelum mengalami proses pengolahan, air sungai Cileungsi harus

    mengalami pembersihan awal agar proses selanjutnya dapat berlangsung

    dengan lancar. Air dilewatkan ke trash screen untuk memisahkan kotoran

    berukuran besar.

    b. Pengolahan Pertama

    Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat yang masih

    terikut dari pengolahan pendahuluan dengan cara pengendapan

    (sedimentasi). Setelah diendapkan, air dipompa ke dalam tiga unit alat

    penyaring (clarifier). Bahan kimia seperti alum ditambahkan untuk

    membentuk flok dari partikel-partikel pengotor yang terdispersi. Reaksi

    penambahan alum diuraikan pada reaksi di bawah ini:

    Al2(SO4)3.18H2O + Ca(HCO3)2 CaSO4 + 2Al(OH)2 + 6CO2 + H2O

    Adapun bahan kimia lain yang ditambahkan adalah NaOCl dengan

    reaksi seperti di bawah ini:

    NaOCl + H2O HOCl + NaOH

    HOCl OCl-+ H

    +

    c. Pengolahan kedua

    Proses yang utama pada pengolahan kedua ini adalah penyaringan.

    Tujuannya untuk menyaring parttikel-partikel halus yang masih lolos

    dengan menggunakan sand filteryang terdiri dari antrasit, pasir, dan kerikil

    sebagai media penyaring. Air yang telah disaring, ditampung dalam bak

    penampung air. Untuk menjaga pH air maka ditambahkan NaOH (caustic

    soda).

    d. Pengolahan Lanjutan

    Pengolahan lanjutan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa partikel yang

    tidak terendapkan di proses sebelumnya. Selain itu, proses ini juga

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    37/45

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    38/45

    60

    24 jam. Listrik yang dihasilkan 190 Mwatt digunakan untuk memenuhi segala

    keperluan penerangan gedung, pendinginan ruangan, pompa-pompa, blower,

    pengisi baterai,fan, penggerakcrane, menyuplai peralatan bantu dan sebagainya.

    Listrik dibangkitkan dengan menggunakan generator yang mengubah tenaga

    gerak menjadi energi listrik. Untuk pengoperasiannya dari central remote control

    yang terdapat di ruang sentral. Berikut di bawah ini Tabel 10. merupakan

    kapasitas pembangkit listrik di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk:

    Tabel 10. Kapasitas Pembangkit Listrik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    Tempat Jenis

    Pembangkit

    Jumlah

    Unit

    Kapasitas

    (MW)Tiap Unit

    Total

    (MW)

    Bahan Bakar

    Power I Diesel 5 8,20 41 IDO

    Power II Diesel 9 19,00 171 IDO

    Power II TurbinUap 1 11,87 11,87 Batu Bara

    Power II Turbin Gas 2 21,00 42,00 Gas BertekananSumber : Departemen Kontrol Proses, 2015

    2.5.3 Penyediaan Udara

    Penyediaan udara di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan

    dua sumber udara. Adapun sumber udara yang digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Udara Tekan

    Prinsip penyediaan udara tekan adalahudara dari atmosfer ditarik dengan

    kompresor berkapasitas 16.500 m3/jam dengan daya 180 HP dan bekerja pada

    tekanan 100 psig menuju ke filter udara yang selanjutnya dikeringkan di

    pengering udara. Udara yang telah kering dialirkan menuju ke peralatan-peralatan

    yang membutuhkan udara tekan. Udara tekan yang dihasilkan mempunyai tekanan

    4kg/cm2. Udara tekan dipergunakan untuk berbagai macam hal diantaranya untuk

    pembersihan debu pada peralatan, mengerakkan damper valve, pengadukan

    lapisan material di blending silo dan transportasi material dengan air slide.

    2. Udara Bebas

    Udara bebas yang disediakan dapat diperoleh menggunakan fan. Udara

    bebas berguna untuk memenuhi segala kebutuhan baik untuk udara pendinginan

    klinker dalam grate cooler, dan pendinginan peralatan lain. Adapun udara

    pembakaran semen dibagi menjadi tiga yaitu:

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    39/45

    61

    a. Udara Primer

    Udara primer adalah semua udara yang masuk rotary kiln melalui burner

    gun yang berasal dari primary air fan dan transportasi blower batubara.

    Udara primer dipengaruhi oleh temperatur batu bara yang sedang ditransfer

    ke dalam rotary kiln antara 34 - 35oC. Besarnya udara primer 10 - 18% dari

    total udara untuk pembakaran di rotary kiln.Burnerdilengkapi dua buahfan

    masing-masing berkapasitas 180 m3/menit untuk memenuhi kebutuhan

    udara primer.

    b. Udara Sekunder

    Udara sekunder adalah udara yang ditarik ke dalam rotary kiln dari cooler.

    Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk pembakaran di

    rotary kiln. Pemakaian udara sekunder ini sangat efektif untuk proses

    pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi 800900oC. Pemakaian

    batu bara lebih hemat dengan temperatur tinggi. Kebutuhan udara sekunder

    sebesar 300 m3/menit.

    c. Udara Tersier

    Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam suspension preheaterdari

    grate cooler, dimana udara tersebut digunakan untuk membantu pemanasan

    di suspension preheater. Pemakaian udara tersier ini sangat efektif untuk

    proses pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi. Temperatur udara

    tersier ini sebesar 700oC.

    Untuk udara sekunder dan tersier yang merupakan udara yang digunakan

    kembali dari cooler yang disuplai dari 5 buah fan. Dengan kapasitas sebagai

    berikut:

    1. Fan chamber1 : 54000 m3/jam

    2. Fan chamber2 : 60000 m3/jam

    3. Fan chamber3 : 72000 m3/jam

    4. Fan chamber4 : 84000 m3/jam

    5. Fan throat chamber : 54000 m3/jam

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    40/45

    62

    Setelah dari cooler udara tersebut dialirkan menuju kiln (udara sekunder)

    sebesar 77760 m3/jam. Dan 32400 m

    3/jam dialirkan menuju SP (udara tersier).

    Sedangkan sisanya sebesar 213840 m3/jam sebagai udara exhaust untuk udara

    pendingin electrostatic precipitator.

    2.5.4 Penyediaan Bahan Bakar

    Penyediaan bahan bakar di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dikelola

    oleh unit dibawah supply divison. Unit ini bertugas untuk menyediakan bahan

    bakar dan mendistribusikan ke bagian-bagian yang membutuhkan. Jenis-jenis

    bahan bakar yang digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah

    sebagai berikut:

    1. Solar

    Solar digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alat transportasi

    seperti truk, alat berat, dan kendaraan operasional pabrik. Bahan bakar ini

    diperoleh dari pembelian secara langsung ke PERTAMINA. Pendistribusian

    solar ke pabrik menggunakan tangki solar yang selanjutnya disimpan dalam

    tangki penyimpanan. Solar yang disediakan PT Indocement TunggalPrakarsa Tbk. sebanyak 2000 liter per hari.

    2. Oli

    Oli yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar jenis

    pembangkit listrik di power station dan juga untuk pemanasan awal di

    rotary kiln. Bahan bakar ini diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Jenis

    oli yang digunakan adalah IDO (Industrial Diesel Oil). Kebutuhan

    mencapai 400 liter/jam untuk uap diesel.

    3. Batubara

    Batubara yang digunakan untuk bahan bakar sesuai dengan anjuran

    pemerintah untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak atau oil. PT

    Indocement mulai menggunakan pada tahun Maret 1986. Batu bara yang

    digunakan diperoleh dengan melakukan kontrak kerja dengan Krakatau

    Steel, yaitu terminal batu bara di Cigading, Cilegon Serang. Terminal ini

    dikelola oleh PT. KICE. Kebutuhan batu bara sebanyak 30 ton per hari.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    41/45

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    42/45

    64

    5. Filter Cord

    Filter cord dalam pembuatan kantong semen berfungsi untuk menutup

    lubang jahitan dan bantalan benang sehingga memperkuat kantong semen.

    Jenisfilter cordyang dipakaipolyamide rope.

    2.5.6 Peralatan Berat

    Peralatan berat dikelola oleh unit peralatan berat yang bertugas menangani

    pengoperasian peralatan berat. Unit peralatan berat disebut juga dengan Heavy

    Equipment Division (HED). HED dibagi menjadi 3 departemen yaitu:

    1. Mining Heavy Equipment Division (MHED)

    2. Production Mobile Equipment Division (PMED)

    3. Light Medium Equipment Transportation and Operation Department

    (LMETOD)

    Tiap departemen tersebut masing - masing dibagi menjadi 4 seksi, yaitu:

    a. Aplikasi Alat Berat

    Seksi aplikasi alat berat bertugas dalam pemilihan jenis model, kapasitas,

    dan merk alat berat untuk aplikasi medan operasi tertentu mengacu padaperformance handbookdan petunjuk teknis ekonomi.

    b. Pengoperasian Alat Berat

    Seksi pengoperaian alat berat dalam penempatan dan pengaturan kendaraan

    alat berat, pemantauan, test, dan evaluasi.

    c. Peralatan Alat Berat

    Seksi peralatan alat berat bertugas melakukanprivate preventif maintenance

    danpredictive maintenance.

    d. Administrasi

    Seksi administrasi bertugas dalam pelayanan administrasi, part purchasing,

    pengolahan data teknis pengoperasian alat berat.

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    43/45

    65

    2.5.7 Unit Fabrikasi dan Perbaikan Mesin

    Fabrikasi dan perbaikan mesin dikelola oleh unit dibawah TSD (Technical

    Service Division). Unit ini bertugas melakukan persiapan suku cadang mesin atau

    alat produksi serta melakukan perbaikan mesin-mesin produksi.

    Unit ini bertugas berdasarkan pesanan dari unit produksi dan terbagi atas

    lima seksi. Lima seksi tersebut adalah:

    1. Machine Tool

    Seksi machine tool bertugas untuk membuat suku cadang yang dibutuhkan

    sesuai dengan kemampuan mesin perkakas yang ada. Suku cadang yang

    dapat dibuat antara lain: roda gigi, baut, mur, dan lainya.

    2. Rigger

    Seksi riggerbertugas dalam bidang pengangkutan, misalnya pengangkutan

    dari unit fabrikasi ke unit produksi dan sebagainya.

    3. Filter

    Seksi filter bertugas melepas dan memasang kembali bagian-bagian alat

    yang akan digunakan dan yang telah terpakai.

    4. Fabrikasi

    Seksifabrikasi bertugas mengerjakan atau membuat bagian - bagian mesin

    yang ada hubunganya dengan pengelesan dan penggunaan plat - plat sebagai

    benda kerja, misalnya membuat bucket dan siklon dan lainya.

    5. Welder

    Seksi welderbertugas dalam bidang pengelasan.

    2.5.8 Unit Pengolahan Limbah

    Setiap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, tentunya terdapat

    limbah. limbah merupakan hasil samping atau buangan dari proses produksi. PT

    Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki kepedulian yang tinggi terhadap

    lingkungan di sekitarnya, hal ini dibuktikan dengan menjaga lingkungan dengan

    pemantauan terhadap limbah yang dikeluarkan dari pabrik, dan menganalisis

    dampaknya terhadap lingkungan. Adapun limbah-limbah yang dihasilkan adalah

    meliputi :

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    44/45

    66

    1. Limbah Padat

    Limbah Padat yang dihasilkan dari proses pembuatan semen yang

    dikeluarkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah debu. Debu yang

    dihasilkan ini hasil proses pada raw mill, kiln, cement mill, serta proses

    pembakaran batu bara. Seperti yang kita ketahui bahwa produk yang dihasilkan

    dari industri semen adalah semen dimana partikel ukuran semen tersebut sangat

    kecil sehingga dapat dikatakan jika partikel semen tersebut terbuang bersama

    udara ke lingkungan maka PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sedang

    membiarkan produknya lepas. Oleh sebab itu, diberbagai tempat proses digunakan

    dust collector (penangkap debu) seperti EP (electrostatic precipitator) dan bag

    filter. Electrostatic precipitatoradalah alat penangkap debu yang menggunakan

    prinsip kerja elektrostatis, EP (electrostatic precipitator) sebagai muatan positif

    dan debu sebagai muatan negatif, sehingga pada akhirnya debu akan tertarik ke

    dalam EP (electrostatic precipitator ). EP merupakan penangkap debu dengan

    effisiensi tinggi yaitu mencapai diatas 90% dan rentang partikel yang didapat

    juga cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP) ini,

    jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 %

    dengan efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%. Sedangkan untuk dust

    collector tipe bag filter. Bag filter ini memiliki chamber-chamber dimana

    chamber tersebut berbentuk bag, debu tersebut akan menempel pada bag bag.

    Pada satu waktu akan mendapat getaran oleh furging yang ditembakan dan debu

    tersebut akan rontok dan jatuh.

    Emisi debu yang diijinkan oleh pemerintah adalah 80mg/m3

    namun PT

    Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki komitmen terhadap lingkungan

    sehingga memperketat emisi debu yang diijinkan dengan menekan hingga 60

    mg/m3. Setiap hari emisi debu ini dipantau melalui visual dengan kamera

    pengawas di ruang CCP serta dipantau melalui nilai aktual emisi debu yang

    dikeluarkan.

    2. Limbah Cair

    PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki limbah cair yang

    dihasilkan dalam proses pembuatan semen umumnya berupa kebocoran oli dari

  • 7/25/2019 BAB II FIX Nian

    45/45

    67

    mesin-mesin produksi saat proses pelumasan. Upaya penanganan limbah cair

    yang dilakukan adalah dengan menyeka oli menggunakan serbuk gergaji,

    diharapkan oli menempel pada serbuk gergaji, serbuk gergaji yang telah

    digunakan untuk menyeka oli dapat digunakan kembali untuk menjadi bahan

    bakar alternatif (alternative fuel).

    3. Limbah Gas

    Limbah gas yang dihasilkan dalam proses pembuatan semen di PT

    Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna

    seperti adanya gas CO. Gas CO dalah gas yang keberadaannya tidak diinginkan,

    maka kadar gas CO ini harus tetap dijaga agar berada pada batas ambang normal

    yaitu berkisar antara 0,01-0,02%. Kenaikan kadar gas CO harus dihindari karena

    apabila bereaksi lanjut dengan oksigen akan menimbulkan panas dan juga

    ledakan. Selain itu polutan gas yang lain adalah NOx, dan SOx. Komponen ini

    terkandung dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar di dalam rotary

    kiln.

    Penanganan limbah gas dilakukan dengan melakukan pengendalian dalam

    proses. Sehingga saat gas keluar dari cerobong asap setinggi mungkin (+ 67 m)

    gas buang tidak sampai mencemari lingkungan sekitarnya. Untuk penanganan

    limbah gas CO, dilakukan pengawasan pada inlet maupun outlet top cyclone.

    Apabila kadar CO sudah mencapai 1%, maka operasi EP akan dihentikan guna

    mencegah terjadinya ledakan.