bab ii fix nian
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
1/45
23
BAB II
URAIAN PROSES
2.1 Bahan Baku
2.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku utama termasuk dalam kelompok Calcareous yang
menyumbang komponen kapur, serta kelompok Siliceous dan Argillaceous
sebagai penyumbang komponen tanah liat. Ketiga kelompok ini banyak
mengandung senyawa kimia pembentuk semen yaitu kalsium dan silika. Bahan
baku utama tersebut terdiri dari
1. Batu kapur (Lime stone)
Batu kapur termasuk ke dalam mineral Calcareous adalah batuan
tambang yang berfungsi sebagai pembawa Kalsium carbonat. Berdasarkan
kandungan CaCO3 nya batu kapur dapat dibagi menjadi 4 kelompok, antara lain :
a. Batu Kapur Kadar Tinggi (High Grade Limestone)
Kadar CaCO396 -98%, bersifat rapuh.
b. Batu Kapur Kadar Menengah (Medium Grade Limestone)
Kadar CaCO391-95 %, bersifat kurang keras.
c. Batu Kapur Kadar Rendah (Low Grade Limestone)
Kadar CaCO389-90%, bersifat keras.
d. Peddle
Kadar CaCO3
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
2/45
24
Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
spesifikasi batu kapur (Lime stone) adalah sebagai berikut :
- BM : 100,09 gr/mol
- Phase : Padat
- Warna : Putih kekuningan
- Spesific gravity : 2,4
- Bulk density : 1,3 ton/m3
- Kadar air : 7 -10 % H2O
- Silika Modulus : 1,49
- Iron Modulus : 4,13
- Komposisi CaO : 48,56 %
SiO2 : 5,32 %
Al2O3 : 1,88 %
MgO : 2,42 %
SO3 : 0,53 %
Fe2O3 : 0,54 %
Sumber : Process Control Monitoring Departement
2. Tanah liat (Clay)
Tanah liat yang termasuk kedalam kelompok Siliceous dan Argillaceous
merupakan bahan tambang yang banyak mengandung silika atau aluminat.
Gambar 7. Storage Clay (Tanah Liat)
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
3/45
25
Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
spesifikasi tanah liat (Clay) adalah sebagai berikut :
- BM : 101,94 gr/mol
- Phase : Padat
- Warna : Coklat kekuningan
- Spesific gravity : 2,36
- Bulk density : 1,4 ton/m3
- Ukuran material : 0 - 30 mm
- Silika Modulus : 3,03
- Iron Modulus : 3,79
- Komposisi Al2O3 : 64,23 %
SiO2 : 15,23 %
Fe2O3 : 5,81 %
CaO : 0,88 %
MgO : 1 %
SO3 : 0,56%
Sumber : Process Control Monitoring Departement
2.1.2 Bahan Korektif
Bahan baku ini digunakan untuk mengisi kekurangan pada salah satu
komponen utama pada pencampuran bahan baku. Selain itu penambahannya juga
bertujuan untuk mendapatkan sifat- sifat tertentu. Material yang termasuk bahan
korektif diantaranya yaitu:
1. Pasir Silika (SiO2)
Pasir Silika merupakan bahan baku dengan kadar silika yang tinggi. Fungsi
penambahannya adalah untuk memperbaiki kandungan oksida dalam
campurannya.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
4/45
26
Gambar 8. Storage Silica Sand(Pasir Silika)
Menurut data yang diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.,
spesifikasi pasir silika (SiO2) adalah sebagai berikut :
- Phase : Padat
- Warna : Abu-abu
- Spesific gravity : 2,97
- Bulk density : 1,45 ton/m3
- Ukuran material : 0 - 30 mm
- Silika Modulus : 5,29
- Komposisi SiO2 : 54,41 %
Al2O3 : 19,77 %
Fe2O3 : 7,23 %
CaO : 1,67%
MgO : 1,64 %
SO3 : 0,6%
Sumber : Proses Control Monitoring Departement
2. Pasir besi (Fe2O3)
Pasir besi mempunyai komponen utama Fe2O3. Pasir besi berfungsi untuk
meningkatkan kandungan oksida besi yang ada sehingga diperoleh komposisi
sesuai dengan yang diinginkan.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
5/45
27
Gambar 9. Storage Pyrite Cinder(Pasir Besi)
Spesifikasi pasir besi (Fe2O3) menurut data yang diperoleh dari PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebagai berikut:
- Phase : Padat
- Warna : Hitam
- Bulk density : 1,8 ton/m3
- Ukuran material : 0,50 mm
- Komposisi Fe2O3 : 55,56 %
SiO2 : 17,38 %
Al2O3 : 4,86 %
CaO : 2,53 %
MgO : 7,01 %
TiO2 : 13,66 %
Sumber : Process Control Monitoring Departement
2.1.3 Bahan AditifBahan aditif merupakan bahan yang dicampurkan ke dalam klinker untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Faktor-faktor yang perlu
diketahui dalam memilih bahan aditif adalah:
- Komposisi kimia
- Komposisi minerologi
- Pengaruh terhadap proses pembakaran
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
6/45
28
- Pengaruh terhadap kualitas semen
- Economical availability
Bahan aditif yang biasa digunakan yaitu :
1. Gypsum (CaSO4 . 2H2O )
Gypsum merupakan senyawa kalsium sulfat anhydrous. Berfungsi sebagai
retarder, yaitu memperlambat waktu pengerasan (setting time) semen.
Gambar 10. Storage Gypsum
Spesifikasi gypsum (CaSO4 . 2H2O ) menurut data yang diperoleh dari PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebagai berikut:
- Phase : padat
- Warna : putih
- Bulk density : 1,4 ton/m3
- Komposisi CaSO4 . 2H2O : 60 %
H2O : 10 %
Fe2O3 : 0,6 %
CaO : 25 %
SiO2 : 3 %
MgO : 0,5 %
Al2O3 : 0,3 %
Impuritas : 1 %.
Sumber : Process Control Monitoring Departement
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
7/45
29
2. Trass atau pozzoland(CaO.Al2O3.3H2O)
Trass berasal dari lahar gunung berapi sehingga mempunyai SiO2 aktif yang
dapat berikatan denganfree lime membentuk CaO.SiO2 (Kalsium Silikat).
Gambar 11. Storage Trass
Spesifikasi trass sebagai berikut:
- Fase : Padat
- Warna : Kecoklatan
- Silicone dioxide (SiO2
) : 5075%
- Aluminium Oxida (Al 2 O 3 ) : 1025 %
- Moisture contain : 1520 % (dryseason)
1523 % (rainy season)
Sumber : Process Control Monitoring Departement
3. Limestone additive
Limestone additive merupakan bahan yang mepunyai kandungan CaO
tinggi untuk menyuplai kandungan CaO (free lime) pada klinker agar semen yang
dihasilkan sesuai dengan standar.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
8/45
30
Gambar 12. Storage Limestone Additive
Komponen limestone additive:
- Fase : Padat
- Calsium Oxida (CaO) : 49 % min
- Magnesium Oxida (MgO) : 4.5 % max
- Silicone dioxide (SiO 2 ) : 2.5 % max
Sumber : Process Control Monitoring Departement
2.2 Konsep ProsesDitinjau dari kadar air umpan maka teknologi pembuatan semen dibagi
menjadi 4 proses, yaitu :
1. Proses Basah
Umpan kiln berupa slurry dengan kadar air 2540 %, yang pada umumnya
menggunakan long rotary kiln dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai
atau chain section. Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500
1900 kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150250 C.
Kerugian :
a. Pemakaian bahan bakar lebih banyak, karena kebutuhan panas selama
pembakaran tinggi 15001900 kcal / kg
b. Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang dibandingkan tanur putar
pada proses kering
c. Memerlukan air proses dalam jumlah banyak
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
9/45
31
Keuntungan :
a. Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan
b. Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran
preheater atau pipa
c. Debu yang dihasilkan relatif sedikit
d. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan
mengoreksinya
2. Proses Semi Basah
Pada proses ini umpan masuk tanur berupa granular atau pallet (cake)
dengan kadar air 15 25 % dibuat dengan bantuanfilter press. Konsumsi panas
pada proses ini 10001200 kcal/kg terak.
Kerugian :
a. Kiln yang digunakan lebih panjang
b. Membutuhkan filter
Keuntungan :
a. Umpan lebih homogen
b. Debu relatif lebih sedikit
3. Proses Semi Kering
Umpan kiln pada proses ini berupa tepung kering, lalu dengan
alat granulator (pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular
dengan kadar air 1012 % dan ukurannya 1012 mm seragam. Konsumsi panas
pada umumnya sekitar 1000 kcal/kg terak. Proses ini menggunakan tungku tegak
(shaft kiln) atau long rotary kiln, namun kapasitas rata-rata shaft kiln rendah
sedangkan jika memakai long rotary kiln maka harus dilengkapi grate
preheaterdan kapasitasnya bisa lebih tinggi.
Kerugian :
a. Menghasilkan debu
b. Membutuhkan filter
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
10/45
32
Keuntungan :
a. Tanur yang digunakan lebih pendek
b. Diperoleh terak yang uniform
4. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1% dan
tepung bahan baku yang telah homogen ini diumpankan dalam keadaan kering
untuk mendapatkan terak. Terak selanjutnya didinginkan dan dicampur
dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 kemudian digiling dalamfinish
mill hingga menjadi semen.
Kerugian :
a. Kadar air sangat mengganggu operasi karena material lengket
b. Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
c. Campuran kurang homogen
d. Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu
Keuntungan :
a. Rotary kiln yang digunakan relative pendek
b. Heat comsumption rendah yaitu sekitar 800 1000 kcal / kg terak sehingga
bahan bakar yang digunakan lebih sedikit
c. Kapasitas produksi besar
d. Biaya operasi rendah
Teknologi pembuatan semen pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
menggunakan teknologi proses kering karena mempunyai keuntungan yaitu biaya
operasi yang rendah dan kapasitas produksi yang besar sehingga sangat
menguntungkan pabrik.
Pada proses kering bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1%.
Bahan baku yang telah digiling dicampur dalam blending silo untuk mendapatkan
campuran yang homogen dengan menggunakan udara tekan. Dan tepung yang
telah homogen ini diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan dan dicampur
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
11/45
33
dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 untuk kemudian digiling hingga
menjadi semen.
Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
Gambar 13. Blok Diagram Proses Pembuatan Semen
2.3 Dekripsi Proses
Dari keempat teknologi pembuatan semen yang telah disebutkan
sebelumnya, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. menggunakan teknologi
proses kering karena mempunyai keuntungan yaitu biaya operasi yang rendah dan
kapasitas produksi yang besar sehingga sangat menguntungkan pabrik.
Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas
lima bagian yaitu :1. Penyediaan Bahan Baku
2. Pengolahan Bahan
3. Pembakaran dan Pendinginan
4. Penggilingan Semen
5. Pengisian dan Pengantongan Semen
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
12/45
34
2.3.1 Penyediaan bahan baku :
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen adalah batu kapur,
tanah liat, pasir silika, dan pasir besi. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah
memiliki sumber bahan baku, baik berupa penambangan di daerah perbukitan
sekitar lokasi pabrik maupun mendatangkan bahan baku dari luar lokasi pabrik.
Bahan baku yang ditambang adalah batu kapur (lime stone) dan tanah liat (clay),
sedangkan pasir silika, pasir besi dan gypsum didatangkan dari luar pabrik.
Pembersihan
(Clearing)
Peledakan
(Blasting)
Pemuatan
(Loading)
Pengeboran(Drilling)
Pengangkutan
(Hauling)
Penghancuran
(Crushing)
Pengiriman
(Conveying)
Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Gambar 14. Proses Penambangan Batu Kapur di
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Bahan baku pembuatan semen didapatkan melaui kegiatan mining
(penambangan) baik yang dilakukan di Quary D maupun dari Hambalang.
Adapun tahap-tahap penambangan sebagai berikut :
1. Pembersihan (Clearing)
Yaitu pembersihan permukaan tanah dari kotoran yang mengganggu proses
penambangan, seperti semak-semak dan rumput-rumputan. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakanBuldozer.2. Pengupasan ( Stripping )
Merupakan pengupasan tanah atas sampai kepermukaan gunung yang
berkapur. Pengupasan ini bisa mencapai 1 2 m permukaan tanah dari
semak-semak dan rumput-rumputan dengan buldozer dan shovel. Tujuan
pengupasan ini agar lapisan tanah yang tidak berguna dibersihkan atau
dihilangkan karena dapat mengurangi persentase kandungan kapur.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
13/45
35
3. Pengeboran (Drilling)
Pengeboran adalah tahap pembuatan lubang-lubang untuk menanam bahan
peledak. Jarak dan kedalaman lubang bor disesuaikan dengan kondisi
operasi penambangan, yaitu ;
- Diameter lubang : 3 inch
- Kedalaman : 69 meter
- Jarak antar lubang : 1,53 meter.
4. Peledakan (Blasting )
Langkah pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan
bantuan peledak. Lubang yang tidak diisi dengan peledak berfungsi untuk
menahan getaran dan retakan akan ledakan yang ditimbulkan. Bahan
peledak yang digunakan terdiri atas ;
- Damotin (Dinamit Amonium Gelatin) sebagai bahan peledak primer.
- ANFO (campuran 96% Amonium Nitrat dan 4% Fuel Oil) sebagai
bahan peledak sekunder.
- Material yang diperoleh berukuran maksimal 1,2 m dengan jumlah
ledakan 40 kali.
5. Pengerukan dan Pemuatan (Loading)
Hasil ledakan yang diledakkan dikeruk dan diangkut dengan alat angkut
wheel loaderdengan kapasitas 510 m3.
6. Pengangkutan (Dumping)
Mengangkut batu kapur dari lokasi peledakan ke alat penghancur. Alat yang
digunakan adalah dump truck.
7. Penghancuran (Crushing)
Kegiatan ini bertujuan untuk mereduksi ukuran batuan menjadi suatu
produk yang dapat diterima oleh raw mill di plant(diharapkan lebih kecil
dari 80 mm). alat yang digunakan adalah:
- Impact crusherdengan kapasitas 1200 ton/jam
- Double shaft hammer crusherdengan kapasitas 7500 ton/jam
- Jaw crusherdengan kapasitas 35 ton/jam
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
14/45
36
8. Conveying (Pengiriman batu kapur keplant)
Pengiriman menggunakan belt conveyor. Material yang telah direduksi
ukurannya sebagian langsung dikirim ke plant dan sebagian disimpan
dahulu dalam intermediate storage untuk membantu dalam hal mengatur
dan mengontrol kualitas dan kuantitas batu kapur yang dikirim keplant.
2.3.2 Penyimpanan bahan baku :
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku
yang telah didapat dariproses mining. Berikut beberapa metode yangdigunakan
dalam penyimpanan bahan baku.
1. Timbunan memanjang (longitudinal stockpile)
Dengan menggunakan metode Chevron dimana material ditimbun dengan
cara menjatuhkan dari atas, penimbun bergerak secara kontinyu sepanjang
garis pusat arah memanjang timbunan. Dengan cara ini akan terjadi
berlapis-lapis material yang berbentuk atap sepanjang timbunan. Ini
dimaksudkan untuk meniadakan variasi sehingga diharapkan semua
penampang lintang timbunan mempunyai komposisi yang sama. Pada
penimbunan cara ini material yang jatuh dari atas akan sliding dan bergulir
turun sehingga akan terjadi segregasi yang kadarnya tergantung dari sifat
material yang kasar akan cenderung terkumpul di bagian bawah timbunan
2. Timbunan melingkar (circular bending bed)
Secara umum menggunakan metode Chevron tapi timbunan bergerak
melingkar, bukan memanjang. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan
homogenitas material yang baik pada material dalam jumlah yang besar
untuk diameter blending yang sama. Penimbunan dilakukan secara kontinyu
tanpa harus menunggu pembukaan seksi yang baru dan mampu menyimpan
dalam jumlah besar dan operasinya lebih mudah.
2.3.3 Pengolahan Bahan Baku
Unit pengolahan bahan bertugas untuk menyiapkan bahan mentah yang
mempunyai komposisi sesuai dengan yang diperlukan sebagai umpan Kiln.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
15/45
37
1. Raw Mill
Sebelum bahan baku dimasukkan ke dalam kiln, bahan baku tersebut
mengalami tahap pengeringan dan penggilingan. Hal ini bertujuan untuk :
a. Mengeringkan bahan baku hingga kadar airnya tidak boleh lebih dari >1%
b. Mereduksi ukuran bahan baku hingga ukurannya 170 mesh (90 mikron)
sehingga diperoleh meterial yang lebih halus dengan luas permukaan lebih
besar yang berpengaruh pada operasi pada kiln.
c. Mencampur bahan baku dengan perbandingan tertentu.
d. Memperoleh campuran yang lebih homogenya
Raw Mill merupakan tempat berlangsungnya proses penggilingan material
mentah menjadi bahan baku semen yang nantinya akan diumpankan ke dalam
kiln. Sistem proses dan alur material raw mill dapat dilihat pada flowsheetyang
terlampir (lampiran A.1).
Material didistribusikan menggunakan alat transportasi dari storage untuk
mengisi hopper raw mill. Terdapat empat hopper yang masing-masingnya berisi
limestone, clay, sand, dan pyrite. Komposisi masing-masing material adalah
limestone 82%, sandyclay 12%, clay 4,5%, dan pyrite cinder 1,2%. Chemical
composition dari limestone, sandyclay dan clay dicek dua kali tiap shiftsedangkan
untukpyrite cindersatu kali tiap shift. Sample diambil di WF (Weighing Feeder)
storage tiap material.
Limestone di storage ditransportasikan menggunakan reclaimer untuk
dipindahkan ke dalam belt conveyorkemudian masuk ke apron conveyor. Setelah
itu ada dumper untuk memasukkan material kedalam crusher. Dalam crusher
terdapat fan dust collector berfungsi menangkap debu halus hasil dari
penggilingan. Lalu debu yang ditangkap akan dialirkan menggunakan screw
conveyor dan dikembalikan dalam belt conveyor untuk dialirkan ke hopper.
Dumper berfungsi untuk membagi dua jalur material. Material hasil crusher
kemudian akan masuk ke dalam belt conveyor dan dialirkan untuk mengisi
hopper. Bila crusher tidak bisa digunakan atau mengalami kerusakan maka
dumperdi crusherakan ditutup dan limestone akan langsung dialirkan ke dalam
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
16/45
38
belt conveyor menuju ke hopper. Distribusi alur material clay, pyrite, dan sand
dari storage sama seperti dengan alur material limestone yang telah dijelaskan
sebelumnya. Dari storage, material (clay, pyrite, dan sand) ditransportasikan
menggunakan reclaimer kemudian menggunakan belt conveyor untuk alat
transportasi menuju hopperserta tidak menggunakan crusher.
Material yang keluar dari hopper akan masuk ke dalam apron conveyor
kemudian dialirkan menuju WF (Weighing Feeder) untuk diukur berat tonasenya.
Berat yang terbaca oleh WF akan disesuaikan dengan set pointlaju alir massa tiap
bahan baku kemudian secara otomatis akan menyesuaikan dengan kecepatan
putaran belt conveyoruntuk mengalirkan material. Setelah itu material dialirkan
ke dalam raw mill menggunakan belt conveyor dan digiling menggunakan steel
ball. Ukuran steel ball dalam raw mill adalah 60, 70, 80, dan 90 mm yang
berfungsi sebagai penumbuk atau penggiling material. Hasil keluaran dari raw
mill (out mill) terbagi menjadi dua alur. Alur pertama (alur bawah) out mill akan
masuk melalui air slide A kemudian ke bucket elevator dan masuk ke turbo
separatormelalui air slide B. Turbo separator akan memisahkan material yang
halus dan yang kasar karena ada putaran dari blade. Material yang halus akan
langsung masuk ke air slide D kemudian masuk dalam air lift. Akibat tiupan dari
blower air liftmaterial akan masuk dalam air slide kemudian ke screw conveyor
lalu masuksilo raw mill. Sedangkan material kasar akan dikembalikan ke dalam
raw mill sebagai tailing menggunakan air slide C. Alur kedua (alur atas) out mill
akan masuk kedalam grit separator karena ada tarikan dari EP (Electrostatic
Presipitator)fan. Grit separatormemisahkan material yang halus dan yang kasar
karena ada blade yang diam dengan kemiringan tertentu. Material yang kasar akan
dikembalikan lagi ke dalam raw mill sebagai tailing melalui air slide C atau bisa
juga masuk terlebih dahulu dalam bucket elevator, air slide B kemudian masuk
dalam turbo separator. Material yang halus atau yang lolos melewati sekat dalam
grit separatorakan masuk ke dalam EP. Dalam EP, material akan jatuh ke dalam
drag chain akibat pukulan dari hammer lalu masuk kedalam rotary feeder. Dari
rotary feedermaterial masuk ke dalam screw conveyorkemudian masuk kedalam
silo raw mill. Gas buangan dari raw mill akan masuk ke EP kemudian keluar
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
17/45
39
melalui chimney. Dalam air slide D terdapat dua dust collector yang berfungsi
menangkap debu halus akibat tiupan dari blower air slide. Panas dalam raw mill
didapatkan dari panas sisa kiln yang dialirkan melalui GCT (Gas Cooling Tower
atau Gas Conditioning Tower). Dalam GCT terdapat water spray untuk
menurunkan temperatur panas kiln karena sisa panas kiln bisa mencapai 400oC.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran A.2
Produk yang dihasilkan dari proses raw mill ini disebut dengan meal. Meal
yang dihasilkan dari proses penggilingan akan diambil sampel dan dilihat
kualitasnya berdasarkan:
a. LSF (Lime Saturation Factor)
LSF merupakan kadar CaO yang terkandung dalam meal. LSF dalam meal
harus berada diantara rentang 98-101% dan diambil sampel di air slide raw
mill productsetiap jam. LSF dicari berdasarkan perhitungan:
=2,8 + 1,8 + 0,65
b. SM (Silika Modulus)
SM merupakan kadar silika yang terkandung dalam meal. SM dalam meal
harus berada diantara rentang 2,4-2,8 %. Untuk mendapatkan nilai SM,
sampel diambil di air slide raw mill product setiap jam. Perhitungan SM
dicari berdasarkan:
=+
c. IM (Iron Modulus)
IM merupakan kadar iron yang terkandung dalam meal. IM dalam meal
harus berada diantara rentang 1,5-1,6%. Untuk mendapatkan nilai IM,
sampel diambil di air slide raw mill product setiap jam. Perhitungan IM
dicari berdasarkan:
=
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
18/45
40
d. Residu
Residu merupakan jumlahpersentase meal yang tidak lolos pada saat sizing
menggunakan vacuum alpine. Pengukuran residu meal menggunakan
ukuran 250 m dan 90 m. Persentase residu 250 m yaitu 2,5%
sedangkan persentase residu untuk ukuran 90 m yaitu 14-17%. Untuk
penentuan nilai residu, sampel diambil di air slide raw mill productsetiap
dua jam. Perhitungan residu dicari berdasarkan:
=
100%
Proses dalam raw mill memiliki kondisi operasi yaitu temperatur maksimal
pada 350oC dan tekanan -0,1 sampai 0,2 mbar. Pengendalian proses diperlukan
untuk menjaga kondisi operasi raw mill agar sesuai dengan set point. Beberapa
hal yang diperhatikan untuk menjaga proses dalam raw mill berjalan stabil adalah:
a. TemperaturInlet Raw Mill
Panas untuk meningkatkan temperatur pada inlet raw mill didapatkan dari
sisa panas kiln. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam raw mill
dilakukan penurunan temperatur pada GCT (Gas Cooling Tower atau Gas
Conditioning Tower). Dalam GCT terdapat water spray yang berfungsi
untuk menurunkan temperatur panas sisa kiln. Adapun temperatur inletRaw
mill yaitu berkisar antara 250330oC.
b. TemperaturInletEP
Temperatur inletEP 110 - 120oC. Temperatur EP harus dijaga karena bila
melebihi 120oC dapat merusak EP dan menurunkan kinerja EP. Temperatur
inletEP juga bisa diatur oleh GCT.
c. TekananRaw Mill
Tekanan pada raw mill diatur dari bukaan dumper dekat dengan EP fan.
Saat tekanan tinggi bukaan damper dibuka dan jumlah feed diturunkan.
Tekanan inlet antara -1-(-1,5) mbar, sedangkan tekanan outletnya berkisar
antara -35(-40) mbar.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
19/45
41
2. Suspension Pre-Heater
Suspension pre-heater(SP) adalah tempat pemanasan awal produkraw mill
sebelum pembakaran di kiln. Dalam SP terjadi proses penguapan air (pengeringan
produk) dan sebagian besar proses dekarbonisasi kalsinasi. Dengan adanya SP
akan membantu mengurangi beban kerja kiln saat proses pembakaran. Proses
dekarbonisasi kalsinasi yang terjadi di suspension pre-heater diukur dengan
derajat kalsinasi yaitu harus berkisar antara 85-90%.Hot meal sample diambil di
outletC1-1 dan C1-2. Sampling hot meal dilakukan satu kali tiap shift.
Sebelum masuksuspension pre-heater, meal yang keluar dari silo raw mill
atau kiln feeddiperiksa kualitasnya dari nilai LSF, SM, IM, dan residu. Sampling
diambil dari air slide kiln feedsetiap dua jam. Hal ini dilakukan karena dalam silo
raw mill terjadi blending untuk homogenisasi meal hasil dari raw mill. Nilai
parameter yang diperoleh harus tetap dalam rentang yang sudah ditentukan. LSF
berkisar 98-101%, nilai SM 2,8-2,4%; nilai IM 1,5-1,6%; dan residu 14-17%.
Berikut ini Tabel 10 merupakan reaksi yang terjadi dalam suspension pre-
heater:
Tabel 8. Reaksi yang Terjadi dalam Suspension Pre-heater
Temperatur
(oC)
Reaksi
100110 Penguapan air
450800 Dehidrasi tanah liat
Al2O
3.SiO
2.2H
2O Al
2O
3.2SiO + 2H
2O - 213 kal/gr
700730 Disosiasi magnesium karbonat
MgCO3(s)MgO(s) + CO2 (g) - 275 kal/gr
750900 Disosiasi kalsium karbonat
CaCO3(s)CaO(s) + CO2(g)- 420 kal/gr
Sumber : Nurcholis, 2013
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
20/45
42
Suspension pre-heaterpada plant 7 terdiri cyclone, riser duct, dan calciner
serta terdapat SP fan yang berfungsi untuk menarik material untuk dipanaskan.
Material yang dipanaskan dalam SP adalah meal hasil raw mill.Meal dari silo raw
mill akan dialirkan melalui air slide kemudian masuk ke dalam bucket elevator
dan keluar menuju air slide yang akan dialirkan menuju ke feed tank. Dari feed
tank, meal akan masuk dalam air slide kemudian air lift. Keluar dari air lift, meal
masuk dalam air slide kemudian terdapat dumperyang membagi raw meal ke dua
line. Suspension pre-heater memiliki dua line cyclone agar proses kontak
pemanasan awal lebih optimal. Dari dumper, meal keluar menuju air slide dan
masuk ke SP yaitu ke dalam duct cyclone outlet C4-1 & C4-2. Kemudian karena
ada tarikan dari SP fan, meal masuk kedalam C5 dan terjadi kontak dengan gas
panas serta pemisahan material. Cyclone C5 bentuknya berbeda, lebih ramping
dan lebih kerucut dibandingkan cyclone lainnya karena efisiensi top cyclone atau
C5 harus lebih besar agar dust return yang masuk GCT semakin sedikit.
Setelah itu meal keluar dari C5 dan masuk ke ductC3 kemudian masuk ke
dalam cyclone C4 akibat tarikan SP fan lalu terjadi kontak dengan gas panas dan
terjadi pemisahan material. Dari cylone C4, meal akan masuk ke duct C2
kemudian masuk ke dalam cyclone C3 akibat tarikan SP fan lalu terjadi kontak
dengan gas panas dan terjadi pemisahan material. Outlet dari C3 akan masuk
dalam duct C1 kemudian masuk dalam C2 akibat tarikan SP fan lalu terjadi
kontak dengan gas panas dan terjadi pemisahan material. Outlet dari C2 dialirkan
ke dalam riser duct. Setelah dari riser duct, meal dialirkan ke dalam C1 kemudian
masuk ke kiln. Meal dari calciner akan masuk terlebih dahulu ke riser duct
kemudian ke C1 lalu ke kiln. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam flowsheet
yang terlampir (lampiran A.3). Dalam SP, meal mengalami pemanasan bertingkat
dan kontak panas yang berkali-kali akibat struktur cyclone yang menyebabkan
meal seperti berputar-putar dalam SP.
Riser duct berfungsi untuk membuat waktu tinggal material lebih lama
sehingga kontak material dengan gas panas lebih lama untuk proses kalsinasi.
Riser duct terbuat dari lapisan luar (besi) dan lapisan dalam (castable) dan
terdapat burnerdi sampingnya. Api yang terbentuk dalam riser duct tidak diatur
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
21/45
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
22/45
44
dengan menggunakan batang besi panjang. Jika tekanan terlalu rendah akan
terjadi clogging dan menyebabkan operasi berhenti.
d. Oksigen (O2)
Kadar oksigen harus diperhatikan karena harus berada dalam rentang 2-3%
di kiln inlet. Kadar oksigen yang lebih diperhatikan adalah pada inlet kiln,
SP dan SP fan. Bila jumlah oksigen tinggi dapat membuat kondisi operasi
dingin dan kemungkinan ada kebocoran sehingga ada udara luar masuk.
Tindakan yang dapat diambil adalah dengan mengurangi SPfan, menambah
bahan bakar dan mencari sumber kebocoran bila memang ada kebocoran.
Sedangkan bila jumlah oksigen turun bisa menandakan jumlah CO yang
meningkat. Tindakan yang diambil adalah dengan mengurangi bahan bakar
dan menambah SPfan.
3. Kiln
Kiln merupakan tempat pembakaran produk raw mill untuk dijadikan
produk setengah jadi yaitu clinker. Bahan bakar yang digunakan adalah IDO
(Industrial Diesel Oil) untuk proses heating up dan coal atau batubara untukproses pembakaran. Temperatur inlet kiln 900-1000
oC (limit 1165
oC). Api di
(main burner) dapat dibentuk panjang atau pendek dan melebar atau mengecil
dipengaruhi oleh dumper. Jenis dumper yang digunakan adalah dumper radial
yang mengatur panjang atau pendek api dan dumper axial yang mengatur lebar
atau kecil api. Bentuk api dalam kiln diharapkan pendek dan lebar.
Kiln terbagi menjadi lima zona yaitu calcining zone, transition zone, safety
zone, burning zone, dan cooling zone. Calcining zone merupakan zona terjadinya
proses kalsinasi. Proses kalsinasi pada suspension pre-heatermasih sekitar 90%
sehingga pada zona ini diharapkan semua meal sudah terkalsinasi 100%. Bila ada
material yang belum terkalsinasi maka pembakaran akan berlanjut pada transition
zone serta sebagian sudah ada yang meleleh. Pada transition dan safety zone
terjadi reaksi antara CaO dengan Al2O3, Fe2O3, dan SiO yang saling berikatan
membentuk senyawa semen. Burning zone merupakan tempat pembakaran batu
bara atau oil disebut main burner. Temperatur dalam burning zone sekitar 1100-
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
23/45
45
1450oC. Pada burning zone, meal sudah meleleh menjadi clinker. Cooling zone
merupakan zona pendinginan dengan temperatur 1450-1380oC.
Dalam kiln terjadi reaksi pembakaran pembentukan semen. Berikut ini
Tabel 10 merupakan reaksi pembakaran yang terjadi di kiln.
Tabel 9. Reaksi yang Terjadi dalam Kiln
Temperatur
(oC)
Reaksi
800900 Pembentukan 2CaO.SiO2
2CaO(l) + SiO2(l)2CaO.SiO2
9001200 Pembentukan 3CaO.Al2O3
3CaO(l) + Al2O3(l)3CaO.Al2O3(l)
12001300 Pembentukan 3CaO.Al2O3 dan 4CaO.Al2O3.Fe2O3
3CaO(l) + Al2O3(l)3CaO.Al2O3 (C3A(l))
4CaO(l) + Al2O3(l) + Fe2O3(l)4CaO.Al2O3.Fe2O3
12501286 Pelelehan material dan coating yang menempel pada
shell kiln
12601450 Pembentukan 3CaO.SiO2
3CaO(l) + SiO2(l) 3CaO.SiO2(l) (C3S (l))
Sumber : Nurcholis, 2013
Proses operasi kiln merupakan salah satu yang tersulit dikendalikan karena
dalam pengoperasiannya saling berkaitan dengan suspension pre-heater dan
cooler. Ada beberapa parameter penting yang harus diperhatikan:
a. Burning zone
Burning zone merupakan daerah kiln yang di dalamnya terdapat main
burner(primary air temperature). Temperatur dalam burning zone berkisar
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
24/45
46
antara 110-1450oC. Bila temperatur telalu tinggi maka coating yang
terbentuk akan rontok (jatuh) dan bata tahan api akan rusak serta timbul
redspot. Tindakan yang diambil adalah dengan mengurangi bahan bakar.
Sebaliknya jika temperatur terlalu rendah akan terjadi dusty dan flushing,
proses kalsinasi tidak terpenuhi (produk tidak dalam bentuk fasa cair atau
tidak matang). Tindakan yang diambil adalah dengan menambah bahan
bakar.
b. Secondary Air Temperature
Secondary air temperature berasal dari grate cooler1 yang merupakan uap
panas hasil pendinginan material. Secondary air temperature berkisar 850-
1100oC. Temperatur yang tinggi dari secondary air akan membantu
pembakaran di burning zone akan tetapi bila temperatur secondary air
rendah dapat mengganggu burning zone karena akan ada udara dingin yang
masuk ke kiln. Tindakan yang diambil adalah dengan mengatur ketebalan
material (45-50 mbar) dalam grate cooler1 sehingga dapat menahan udara
dingin yang mengalir.
c. NOx kiln inlet
NOx pada kiln terbentuk pada temperatur diatas 1000oC, sedangkan
temperatur kiln bisa mencapai 1400oC. Oleh karena itu, dilakukan
pengendalian agar NOx yang terbentuk kurang dari 1200 ppm. Bila jumlah
NOx terlalu tinggi maka panas yang terbentuk akan over heat dan bisa
menyebabkan redspot. Salah satu cara pengendaliannya adalah dengan
menurunkan bahan bakar di SP atau di kiln. Akan tetapi bila NOx terlalu
rendah bisa menandakan bahwa pembakaran dalam kiln tidak mencapai
suhu operai yang seharusnya, sehingga harus ditambah bahan bakar bila
oksigen mencukupi.
d. Kiln torque
Kiln torque merupakan indikasi loaddalam kiln dan bisa menjadi parameter
tingkat kematangan material dalam kiln. Bila kiln torque tiba-tiba naik itu
menandakan ada coating yang jatuh sehingga beban kiln bertambah
(impact). Bila nilai kiln torque rendah menandakan material tidak matang
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
25/45
47
karena material masih berbentuk padatan meal (serbuk) sehingga bebannya
lebih ringan dibandingkan meal yang sudah meleleh (cairan). Bila kiln
torque terlalu rendah, pengendalian yang dilakukan adalah dengan
menambah bahan bakar, mengurangi kiln speed, dan menurunkanfeeding.
Material (meal) yang keluar dari kiln dan matang disebut clinker. Clinker
yang dihasilkan harus memenuhi standar kualitas yang sudah ditentukan. Cara
melihat kualitas clinker adalah dengan mengecek nilai free lime. Free lime
merupakan jumlah CaO yang tidak berikatan membentuk senyawa semen. Nilai
free lime clinker berkisar 0,8-1,2 %. Sampling clinker dilakukan pada hasil
keluaran grate cooler2 yaitu pada apron conveyordan diperiksa setiap jam untuk
memeriksa free lime dan setiap 4 jam sekali untuk memeriksa chemical
composition. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada flowsheet yang terlampir
(lampirran A.3).
4. Cooler
Grate cooleradalah alat pendinginan hasil proses pembakaran di kiln. Grate
cooler terdiri dari stroke berbentukplate yang diam (fix) dan bergerak (move)
secara bergantian dan beberapa cooling fan yang mendinginkan material. Grate
cooler terbagi menjadi grate cooler 1 dan grate cooler 2. Grate cooler 1
merupakan pendingan awal dengan temperatur inletsekitar 1000oC terdiri dari 4
chamber. Clinkerhasil dari kiln akan langsung masuk ke dalam grate cooler1.
Setelah grate cooler 1 terdapat crusher yang berfungsi untuk menghancurkan
bongkahan material.
Grate cooler 2 merupakan pendinginan akhir dengan temperatur keluaran
100-120oC. Pendinginan pada grate cooler 1 maupun 2 berasal dari fan yang
terdapat di bawah stroke. Dalam grate cooler 2 terdapat water spray yang
berfungsi untuk mendinginkan dust yang akan ke EP agar temperaturnya tidak
tinggi, tidak mencapai 300oC. Temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan
elektrode yang ada di EP rusak sehingga tidak dapat menarik debu. Clinkeryang
keluar dari grate cooler2 akan masuk ke silo clinker. Debu yang ditangkap oleh
EP merupakan clinkeryang halus sehingga setelah dari EP debu yang ditangkap
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
26/45
48
akan dialirkan kedalan screw conveyorkemudian menuju drag chain. Setelah itu
masuk kedalam apron conveyor, lalu masuk lagi ke drag chain baru masuk ke
dalam silo clinker. Begitu juga clinkerhalus yang lolos grate plate akan masuk
dalam hopper di bawah grate cooler kemudian masuk ke drag chain lalu ke apron
conveyor. Setelah itu masuk ke drag chain dan masuk kembali dalam silo clinker.
Alur material dalam cooler yang lebih jelas bisa dilihat dalam flowsheet yang
terlampir (lampiran A.3).
5. Cement Mill
Cement mill merupakan tempat proses penggilingan akhir yang
menggabungkan clinker, additive, dan gypsum. Cement mill terdiri dari 2
chamber. Chamber 1 untuk penggilingan kasar sedangkan chamber 2 untuk
penggilingan halus. Ukuran steel ball dalam cement mill bermacam-macam.
Chamber 1 berukuran dari 90 mm sampai 60 mm sedangkan pada chamber 2
berukuran 50 mm sampai17 mm. Temperatur dalam cement mill tidak boleh lebih
dari 120oC. Jika melebihi 120
oC, maka fungsi gypsum akan menjadi rusak. Untuk
menjaga temperatur dalam cement mill terdapat water spray di bagian outlet mill.
Clinkerdari silo clinkerdialirkan menggunakan apron conveyorlalu masuk
ke dalam bucket elevator kemudian masuk ke hopper cement mill. Material
lainnya seperti gypsum, dan additive didistribusikan langsung dari storage menuju
hopper masing-masing. Material ditransportasikan menggunakan reclaimer
kemudian masuk ke dalam belt conveyordan didistribusikan ke hopper masing-
masing. Dari tiap hopper yaitu hopper clinker, gypsum, dan additive dialirkan
menuju cement mill menggunakan belt conveyor. Dalam cement mill terjadi
proses penggilingan dan pencampuran. Semen yang keluar dari cement mill
terbagi dua. Alur pertama, semen yang lebih halus akan tertarik kedalam grit
separatorakibat tarikan dari fan lalu masuk ke electrostatic precipitator. Dari
electrostatic precipitatorsemen yang halus akan turun ke screw conveyorakibat
dorongan dan pukulan dari hammerdalam electrostatic precipitator. Kemudian
masuk ke dalam air slide lalu ke air liftdan setelah itu baru masuk ke dalam silo
semen.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
27/45
49
Alur kedua, semen yang lebih kasar akan masuk ke dalam bucket elevator
kemudian ke air slide lalu masuk ke dalam tube separator. Tube separatorakan
memisahkan semen yang halus dan yang masih kasar. Semen yang halus akan
masuk ke air slide kemudian ke air lift, setelah itu masuk ke dalam silo semen.
Semen yang kasar akan dialirkan kembali ke dalam cement mill menggunakan air
slide untuk digiling kembali sebagai tailing. Dari silo semen ini lah semen yang
siap untuk dipacking dan dijual ke pasaran. Alur material pada cement mill dapat
dilihat padaflowsheetyang terlampir (lampiran A.4).
Cement mill untuk plant 7 memproduksi semen jenis PCC (Portland
Composite Cement). Perbedaan produk OPC dan PCC terletak pada
komposisinya. Komposisi produk OPC terdiri dari 89,7% clinker: 2,3% gypsum;
dan 8% additive. Additive dalam OPC 100% limestone. Sedangkan komposisi
produk PCC terdiri dari 75% clinkerdan menggunakan additive berupa limestone,
slag dan trass. Perbandingan komposisi limestone dan trass adalah 2:1.
Produk semen keluaran cement mill dilakukan pengujian setiap dua jam
sekali dan sample di ambil dari air slide cement mill product. Kualitas dari cement
mill dilihat dari:
a. Blaine
Blaine merupakan ukuran atau kehalusan produk semen.Blaine untuk OPC
berkisar antara 3300-3600 cm2/g sedangkan blaine untuk produk PPC
berkisar antara 3800-4000 cm2/g
b. SO3
SO3 merupakan kandungan gypsum yang berada dalam semen. Gypsum akan
mempengaruhi proses pengeringan semen. Kandungan SO3 dalam OPC
berkisar antara 2-2,4% sedangkan untuk PPC berkisar 1,55-1,8%.
c. Freelime
Free lime merupakan kandungan CaO bebas yang tidak berikatan. Nilaifree
lime untuk OPC max 1,80 sedangkan untuk PCC max 1,60.
d. Residu 45 m
Residu yang diperiksa untuk semen adalah yang tidak lolos dalam ayakan
ukuran 45 m. Residu produk OPC max 11 sedangkan untuk PPC >6
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
28/45
50
e. C3S
C3S merupakan senyawa yang terkandung dalam semen. Kandungan C3S
dalam klinker minimal harus mencapai 61%.
f. IL (Ignation Loss)
IL disebut juga dengan istilah hilang pijar. IL diukur menggunakan furnace
1000oC atau dengan X-RD.
g. IR
IR merupakan bagian yang tidak larut dalam asam. Pengukuran IR
menggunakan metode gravimetri.
6. Coal Mill
Coal mill merupakan pengolahan batu bara yang akan digunakan untuk
bahan bakar di kiln dan suspension pre-heater. Coal mill berfungsi untuk untuk
proses pemanasan atau pengeringan, penggilingan, dan homogenisasi coal yang
memanfaatkan gas panas dari kiln.
Batu bara akan ditampung dalam storage batu bara disebut bank. Kebutuhanbatu bara untuk plant 7 diperoleh dari bankB tapi memungkinkan juga untuk di
supply dari bank A bila bankB terjadi masalah atau kosong. Perpindahan jalur
batu bara bisa diatur menggunakan bukaan dumper. Batu bara dari bankB akan
ditransportasikan menggunakan reclaimer kemudian disalurkan melalui belt
conveyor menuju ke vibrating screen. Vibrating screen berfungsi untuk
memisahkan batu bara yang terlalu besar (bongkahan besar). Batu bara yang lolos
dari vibrating screen akan di tampung dalam hopper. Hopper mill memiliki
kapasitas 90 ton. Kemudian batu bara akan dimasukkan kedalam coal mill untuk
digiling menggunakan roller. Dalam coal mill terdapat dynamic separator yang
berfungsi untuk menarik batu bara halus atau fine coal akibat adanya tarikan dari
fan. Kemudian batu bara yang halus atau fine coal akan masuk ke dalam bag
filter. Keluar dari bag filter, batu bara akan ditampung dalam pneunomatic
conveyoruntuk dialirkan menuju plant 7. Dalam pneunomatic conveyorterdapat
dust collector untuk menangkap debu atau batu bara yang halus. Sistem proses
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
29/45
51
dalam coal mill yang lebih jelas dapat dilihat dalam flowsheet yang terlampir
(lampiran A.5)
Gas panas yang diperoleh dari kiln 7 sebelum digunakan dalam coal mill
akan dialirkan dalam multicyclone dan ditampung dalam mixing chamber. Gas
panas yang didapatkan dari kiln masih mengandung debu yang sangat halus
sehingga harus dipisahkan antara padatan dan gas. Oleh karena itu gas panas
dialirkan ke dalam multicyclone yang berfungsi untuk memisahkan padatan atau
debu dan gas panas. Kemudian dimasukkan ke dalam mixing chamber untuk
homogenisasi temperatur gas panas karena gas panas yang masuk dalam mixing
chamber selain dari kiln plant 7 juga berasal dari kiln 8 dan raw mill 6. Dalam
mixing chamberjuga berfungsi untuk memisahkan debu yang terdapat dalam gas
panas.
Bila ada debu dalam gas panas akan mempengaruhi heating value dari batu
bara dan nilai heating valuenya akan turun. Parameter yang diperhatikan dalam
coal mill adalah temperatur, vibrasi, dan ampere. Temperatur dalam coal mill
kurang dari 75oC karena bila temperatur terlalu tinggi akan merusak alat
sedangkan bila terlalu rendah bisa menyebabkan blocking pada bag filter. Vibrasi
dan ampere mempengaruhi indikasi kapasitas atau kemampuan alat, bila vibrasi
dan ampere terlalu tinggi atau terlalu rendah berarti ada kelainan pada alat dan
bisa menandakan kerusakan pada alat.
Batu bara yang diolah dalam coal mill diharapkan berbentuk serbuk dan
memiliki kehalusan sekitar 18-20% untuk ukuran 90 m. Selain itu dilihat juga
kadar air dalam batu bara . Kadar air dari batu bara harus dibawah 9%. Oleh
karena itu dilakukan sampling dua jam sekali di pneunomatic conveyor untuk
mengetahui kualitas dari batu bara.
7. Packing Unit
Dari cement silo, semen diangkut dengan menggunakan air slide menuju ke
bucket elevator yang kemudian dimasukkan ke vibrating screen yang berfungsi
untuk memisahkan semen yang menggumpal dan kotoran yang terbawa ke dalam
produk semen. Material kasar dibuang dan partikel halus (< 325 mesh) diangkut
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
30/45
52
oleh air slide. Selama semen diangkut oleh air slide, debu dari semen dihisap oleh
dust colector.
Semen hasil screening masuk ke rotary feeder untuk mengisi semen ke
kantong kantong semen. Plant 7 mempunyai 6 packer dengan 1 jalur dengan
type rotary yang masingmasing ada 6 lubang ( corong ). Kapasitas packer 1300
ton per jam. Semen dikemas dengan ukuran 50 kg. Dilakukan juga pengemasan
semen dengan ukuran besar ( big bag ) yang bekapasitas 1,5 ton. Adapula yang
dimuat dalam bulk truckdengan kapasitas 25 ton dalam bentuk semen curah.
Sistem pengisian semen pada rotary packeradalah secara otomatis, dimana
semen akan dimasukkan ke kantong bila switch pengisian tersentuh kantong.
Selama pengisian berlangsung, unit pengisian berputar sampai berat semen yang
diinginkan tercapai. Selanjutnya kantong semen yang sudah diisi dilewatkan pada
weighing feeder. Batasan berat semen yang diperbolehkan adalah 50 kg 0,2 kg.
Setelah ditimbang, kantong-kantong tersebut dijatuhkan ke dalam belt conveyor
menuju truk pengangkut.
Untuk mengurangi jumlah semen yang terbuang karena tumpahan pada saat
pengisian ke dalam kantong ataupun dari kantong yang bocor maka dipasang
screw conveyor yang akan mengangkut semen tumpahan tersebut ke bucket
elevator dan dikembalikan lagi ke dalam vibrating screen. Flowsheet terlampir
pada lampiran A.6
2.4 Produk
Produk yang dihasilkan dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Semen Portland (Portland Cement)
Semen Portland yang diproduksi oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. memiliki beberapa tipe yaitu:
a. Ordinary Portland Cement(Tipe I)
Semen jenis ini dipakai untuk semua macam konstruksi apabila tidak
diperlukan sifatsifat khusus seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
31/45
53
dan kekuatan awal. Semen ini cocok dipakai pada tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0 - 0,1 %.
b. Moderate Sulfate Resistance Cement(Tipe II)
Semen jenis ini banyak mengandung C2S dan sedikit mengandung C3A.
Semen ini digunakan untuk konstruksi dengan syarat ketahanan terhadap
sulfat pada tingkat sedang yaitu dengan kandungan sulfat pada air tanah atau
tanah 0,08 %-0,17 % dan mengandung 125 ppm SO3 serta pH tidak kurang
dari 6. Selain itu juga memiliki ketahanan terhadap panas hidrasi sedang
(lokasi dengan suhu tinggi). Jenis ini umumnya digunakan untuk pembuatan
jalan, bendungan, pelabuhan dan pondasi-pondasi besar lainnya.
c. High Sulfate Resistance Cement(Tipe V)
Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang tinggi dan memiliki
panas hidrasi yang rendah. Semen ini memiliki kuat tekan awal pada 28 hari
yang lebih rendah dari OPC. Semen ini dipakai untuk semua jenis
konstruksi, apabila kadar sulfat pada air tanah atau tanah masing-masing
0,17%-1,67% dan SO3 125-1250 ppm. Semen ini banyak digunakan untuk
konstruksi pada saluran air buangan atau konstruksi dibawah tanah seperti
terowongan, selokan dan bangunan tepi laut. Kapasitas produksi untuk
produk semen ini sebesar 5,5 juta ton/tahun.
Sumber: Wicaksana, 2013
Gambar 15. Ordinary Portland Cement(OPC)
2. Oil Well Cement (OWC)
Semen ini dipakai dalam bentukslurry semen (colloid) yang dipompakan ke
formasi yang dalam dan sempit. Sebagai contoh, dalam pengeboran sumur
minyak, diperlukan semen untuk mencegah runtuhnya formasi batuan sekitar
sumur. Campuran semen berupa slurry dimasukkan dalam selongsong dan
dibiarkan mengikat membentuk sumur. Semen sumur minyak ini memiliki waktu
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
32/45
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
33/45
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
34/45
56
2.5 Utilitas
Utilitas adalah pendukung yang digunakan pada proses yang ada di PT
Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk. Utilitas ini digunakan untuk membantu proses
produksi untuk kelangsungan produksi. Utilitas-utilitas yang terdapat di PT
Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut:
2.5.1 Penyediaan Air
Penyediaan air di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dikelola oleh unit
water supply. Tugas-tugas unit water supply adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kelancaran produksi air bersih dengan mengoperasikan instalasi
water treatment.
2. Menjamin kelancaran stockdan distribusi air bersih dari instalasi produksi
(water treatment) ke setiap pemakai, yaitu :
a. Cement plantP-1 s/d P-8 serta P-11
b. Kantor-kantor P-1 s/d P-8 serta P-11
c. Utilitas umum di seluruh divisi
d. Kepentingan proyek
3. Pengambilan dan pengolahan air tanah serta pendistribusiannya ke
kompleks perumahan, poliklinik, dan instalasi pusat produksi air minum
karyawan.
4. Pemeriksaan kualitas air, baik air baku maupun air bersih secara periodik
termasuk limbah.
5. Merawat dan memperbaiki seluruh sistem water treatmentatau water supply
serta jaringan distribusi ke lokasi pemakaian pada seluruhplant.
A. Pasokan Air Baku
Air baku yang digunakan dipasok dari dua sumber air baku untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan industri. Adapun dua sumber air baku adalah sebagai
berikut :
1. Sumber Air Baku Tanah
Sumber air baku ini berasal dari dalam tanah, terdapat sebelas buah sumur
dalam (deep wall) yang tersebar di seluruh kompleks perumahan dengan
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
35/45
57
kapasitas rata-rata 200 liter per menit tiap sumur. Air tanah digunakan
hanya untuk kepentingan perumahan, poliklinik, dan air minum karyawan
yang setiap harinya tak kurang dari 6000 liter.
2. Sumber Air Permukaan
Sumber air ini berasal dari air sungai yang mengalir melewati belakang
pabrik. Air baku diolah pada Instalation Water Treatment (IWT) sebelum
didistribusikan ke pemakai yang 85% diantaranya adalah sebagai air
pendingin (AP) dengan menggunakan sistem daur ulang plant. Kebutuhan
air permukaan sebanyak 30.000 liter per hari.
B. Pengolahan Air
Pengolahan air yang terdapat di PT Indocement Tunggal Prakrasa, Tbk
adalah pengolahan air tanah dan pengolahan air sungai. Adapun tahapan
pengolahan airnya adalah sebagai berikut:
1. Air Tanah
Pengambilan air tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah hingga
kedalaman 40 - 60 meter dengan diameter 22 inchi. Casing yang digunakanadalah pipa dengan diameter kurang dari 22 inchi, yang di bawahnya
dipasang penyaring yang berfungsi agar kotoran tidak terhisap bersama air.
Sedangkan pada ujung atas pipa, dipasang pompa. Air kemudian melalui
filter rockkemudian dialirkan ke bak penampung.
Sumber: Bagian Personalia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk..
Gambar 20. Blok Diagram Proses Pengolahan Air Tanah
Air Tanah
Pengeboran
Filter
Bak Penam un
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
36/45
58
2. Air Sungai
Pengolahan air sungai di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melalui
beberapa tahapan proses :
a. Pengolahan Pendahuluan
Sebelum mengalami proses pengolahan, air sungai Cileungsi harus
mengalami pembersihan awal agar proses selanjutnya dapat berlangsung
dengan lancar. Air dilewatkan ke trash screen untuk memisahkan kotoran
berukuran besar.
b. Pengolahan Pertama
Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat yang masih
terikut dari pengolahan pendahuluan dengan cara pengendapan
(sedimentasi). Setelah diendapkan, air dipompa ke dalam tiga unit alat
penyaring (clarifier). Bahan kimia seperti alum ditambahkan untuk
membentuk flok dari partikel-partikel pengotor yang terdispersi. Reaksi
penambahan alum diuraikan pada reaksi di bawah ini:
Al2(SO4)3.18H2O + Ca(HCO3)2 CaSO4 + 2Al(OH)2 + 6CO2 + H2O
Adapun bahan kimia lain yang ditambahkan adalah NaOCl dengan
reaksi seperti di bawah ini:
NaOCl + H2O HOCl + NaOH
HOCl OCl-+ H
+
c. Pengolahan kedua
Proses yang utama pada pengolahan kedua ini adalah penyaringan.
Tujuannya untuk menyaring parttikel-partikel halus yang masih lolos
dengan menggunakan sand filteryang terdiri dari antrasit, pasir, dan kerikil
sebagai media penyaring. Air yang telah disaring, ditampung dalam bak
penampung air. Untuk menjaga pH air maka ditambahkan NaOH (caustic
soda).
d. Pengolahan Lanjutan
Pengolahan lanjutan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa partikel yang
tidak terendapkan di proses sebelumnya. Selain itu, proses ini juga
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
37/45
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
38/45
60
24 jam. Listrik yang dihasilkan 190 Mwatt digunakan untuk memenuhi segala
keperluan penerangan gedung, pendinginan ruangan, pompa-pompa, blower,
pengisi baterai,fan, penggerakcrane, menyuplai peralatan bantu dan sebagainya.
Listrik dibangkitkan dengan menggunakan generator yang mengubah tenaga
gerak menjadi energi listrik. Untuk pengoperasiannya dari central remote control
yang terdapat di ruang sentral. Berikut di bawah ini Tabel 10. merupakan
kapasitas pembangkit listrik di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk:
Tabel 10. Kapasitas Pembangkit Listrik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Tempat Jenis
Pembangkit
Jumlah
Unit
Kapasitas
(MW)Tiap Unit
Total
(MW)
Bahan Bakar
Power I Diesel 5 8,20 41 IDO
Power II Diesel 9 19,00 171 IDO
Power II TurbinUap 1 11,87 11,87 Batu Bara
Power II Turbin Gas 2 21,00 42,00 Gas BertekananSumber : Departemen Kontrol Proses, 2015
2.5.3 Penyediaan Udara
Penyediaan udara di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan
dua sumber udara. Adapun sumber udara yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Udara Tekan
Prinsip penyediaan udara tekan adalahudara dari atmosfer ditarik dengan
kompresor berkapasitas 16.500 m3/jam dengan daya 180 HP dan bekerja pada
tekanan 100 psig menuju ke filter udara yang selanjutnya dikeringkan di
pengering udara. Udara yang telah kering dialirkan menuju ke peralatan-peralatan
yang membutuhkan udara tekan. Udara tekan yang dihasilkan mempunyai tekanan
4kg/cm2. Udara tekan dipergunakan untuk berbagai macam hal diantaranya untuk
pembersihan debu pada peralatan, mengerakkan damper valve, pengadukan
lapisan material di blending silo dan transportasi material dengan air slide.
2. Udara Bebas
Udara bebas yang disediakan dapat diperoleh menggunakan fan. Udara
bebas berguna untuk memenuhi segala kebutuhan baik untuk udara pendinginan
klinker dalam grate cooler, dan pendinginan peralatan lain. Adapun udara
pembakaran semen dibagi menjadi tiga yaitu:
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
39/45
61
a. Udara Primer
Udara primer adalah semua udara yang masuk rotary kiln melalui burner
gun yang berasal dari primary air fan dan transportasi blower batubara.
Udara primer dipengaruhi oleh temperatur batu bara yang sedang ditransfer
ke dalam rotary kiln antara 34 - 35oC. Besarnya udara primer 10 - 18% dari
total udara untuk pembakaran di rotary kiln.Burnerdilengkapi dua buahfan
masing-masing berkapasitas 180 m3/menit untuk memenuhi kebutuhan
udara primer.
b. Udara Sekunder
Udara sekunder adalah udara yang ditarik ke dalam rotary kiln dari cooler.
Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk pembakaran di
rotary kiln. Pemakaian udara sekunder ini sangat efektif untuk proses
pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi 800900oC. Pemakaian
batu bara lebih hemat dengan temperatur tinggi. Kebutuhan udara sekunder
sebesar 300 m3/menit.
c. Udara Tersier
Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam suspension preheaterdari
grate cooler, dimana udara tersebut digunakan untuk membantu pemanasan
di suspension preheater. Pemakaian udara tersier ini sangat efektif untuk
proses pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi. Temperatur udara
tersier ini sebesar 700oC.
Untuk udara sekunder dan tersier yang merupakan udara yang digunakan
kembali dari cooler yang disuplai dari 5 buah fan. Dengan kapasitas sebagai
berikut:
1. Fan chamber1 : 54000 m3/jam
2. Fan chamber2 : 60000 m3/jam
3. Fan chamber3 : 72000 m3/jam
4. Fan chamber4 : 84000 m3/jam
5. Fan throat chamber : 54000 m3/jam
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
40/45
62
Setelah dari cooler udara tersebut dialirkan menuju kiln (udara sekunder)
sebesar 77760 m3/jam. Dan 32400 m
3/jam dialirkan menuju SP (udara tersier).
Sedangkan sisanya sebesar 213840 m3/jam sebagai udara exhaust untuk udara
pendingin electrostatic precipitator.
2.5.4 Penyediaan Bahan Bakar
Penyediaan bahan bakar di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dikelola
oleh unit dibawah supply divison. Unit ini bertugas untuk menyediakan bahan
bakar dan mendistribusikan ke bagian-bagian yang membutuhkan. Jenis-jenis
bahan bakar yang digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah
sebagai berikut:
1. Solar
Solar digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alat transportasi
seperti truk, alat berat, dan kendaraan operasional pabrik. Bahan bakar ini
diperoleh dari pembelian secara langsung ke PERTAMINA. Pendistribusian
solar ke pabrik menggunakan tangki solar yang selanjutnya disimpan dalam
tangki penyimpanan. Solar yang disediakan PT Indocement TunggalPrakarsa Tbk. sebanyak 2000 liter per hari.
2. Oli
Oli yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar jenis
pembangkit listrik di power station dan juga untuk pemanasan awal di
rotary kiln. Bahan bakar ini diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Jenis
oli yang digunakan adalah IDO (Industrial Diesel Oil). Kebutuhan
mencapai 400 liter/jam untuk uap diesel.
3. Batubara
Batubara yang digunakan untuk bahan bakar sesuai dengan anjuran
pemerintah untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak atau oil. PT
Indocement mulai menggunakan pada tahun Maret 1986. Batu bara yang
digunakan diperoleh dengan melakukan kontrak kerja dengan Krakatau
Steel, yaitu terminal batu bara di Cigading, Cilegon Serang. Terminal ini
dikelola oleh PT. KICE. Kebutuhan batu bara sebanyak 30 ton per hari.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
41/45
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
42/45
64
5. Filter Cord
Filter cord dalam pembuatan kantong semen berfungsi untuk menutup
lubang jahitan dan bantalan benang sehingga memperkuat kantong semen.
Jenisfilter cordyang dipakaipolyamide rope.
2.5.6 Peralatan Berat
Peralatan berat dikelola oleh unit peralatan berat yang bertugas menangani
pengoperasian peralatan berat. Unit peralatan berat disebut juga dengan Heavy
Equipment Division (HED). HED dibagi menjadi 3 departemen yaitu:
1. Mining Heavy Equipment Division (MHED)
2. Production Mobile Equipment Division (PMED)
3. Light Medium Equipment Transportation and Operation Department
(LMETOD)
Tiap departemen tersebut masing - masing dibagi menjadi 4 seksi, yaitu:
a. Aplikasi Alat Berat
Seksi aplikasi alat berat bertugas dalam pemilihan jenis model, kapasitas,
dan merk alat berat untuk aplikasi medan operasi tertentu mengacu padaperformance handbookdan petunjuk teknis ekonomi.
b. Pengoperasian Alat Berat
Seksi pengoperaian alat berat dalam penempatan dan pengaturan kendaraan
alat berat, pemantauan, test, dan evaluasi.
c. Peralatan Alat Berat
Seksi peralatan alat berat bertugas melakukanprivate preventif maintenance
danpredictive maintenance.
d. Administrasi
Seksi administrasi bertugas dalam pelayanan administrasi, part purchasing,
pengolahan data teknis pengoperasian alat berat.
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
43/45
65
2.5.7 Unit Fabrikasi dan Perbaikan Mesin
Fabrikasi dan perbaikan mesin dikelola oleh unit dibawah TSD (Technical
Service Division). Unit ini bertugas melakukan persiapan suku cadang mesin atau
alat produksi serta melakukan perbaikan mesin-mesin produksi.
Unit ini bertugas berdasarkan pesanan dari unit produksi dan terbagi atas
lima seksi. Lima seksi tersebut adalah:
1. Machine Tool
Seksi machine tool bertugas untuk membuat suku cadang yang dibutuhkan
sesuai dengan kemampuan mesin perkakas yang ada. Suku cadang yang
dapat dibuat antara lain: roda gigi, baut, mur, dan lainya.
2. Rigger
Seksi riggerbertugas dalam bidang pengangkutan, misalnya pengangkutan
dari unit fabrikasi ke unit produksi dan sebagainya.
3. Filter
Seksi filter bertugas melepas dan memasang kembali bagian-bagian alat
yang akan digunakan dan yang telah terpakai.
4. Fabrikasi
Seksifabrikasi bertugas mengerjakan atau membuat bagian - bagian mesin
yang ada hubunganya dengan pengelesan dan penggunaan plat - plat sebagai
benda kerja, misalnya membuat bucket dan siklon dan lainya.
5. Welder
Seksi welderbertugas dalam bidang pengelasan.
2.5.8 Unit Pengolahan Limbah
Setiap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, tentunya terdapat
limbah. limbah merupakan hasil samping atau buangan dari proses produksi. PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
lingkungan di sekitarnya, hal ini dibuktikan dengan menjaga lingkungan dengan
pemantauan terhadap limbah yang dikeluarkan dari pabrik, dan menganalisis
dampaknya terhadap lingkungan. Adapun limbah-limbah yang dihasilkan adalah
meliputi :
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
44/45
66
1. Limbah Padat
Limbah Padat yang dihasilkan dari proses pembuatan semen yang
dikeluarkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah debu. Debu yang
dihasilkan ini hasil proses pada raw mill, kiln, cement mill, serta proses
pembakaran batu bara. Seperti yang kita ketahui bahwa produk yang dihasilkan
dari industri semen adalah semen dimana partikel ukuran semen tersebut sangat
kecil sehingga dapat dikatakan jika partikel semen tersebut terbuang bersama
udara ke lingkungan maka PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sedang
membiarkan produknya lepas. Oleh sebab itu, diberbagai tempat proses digunakan
dust collector (penangkap debu) seperti EP (electrostatic precipitator) dan bag
filter. Electrostatic precipitatoradalah alat penangkap debu yang menggunakan
prinsip kerja elektrostatis, EP (electrostatic precipitator) sebagai muatan positif
dan debu sebagai muatan negatif, sehingga pada akhirnya debu akan tertarik ke
dalam EP (electrostatic precipitator ). EP merupakan penangkap debu dengan
effisiensi tinggi yaitu mencapai diatas 90% dan rentang partikel yang didapat
juga cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP) ini,
jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 %
dengan efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%. Sedangkan untuk dust
collector tipe bag filter. Bag filter ini memiliki chamber-chamber dimana
chamber tersebut berbentuk bag, debu tersebut akan menempel pada bag bag.
Pada satu waktu akan mendapat getaran oleh furging yang ditembakan dan debu
tersebut akan rontok dan jatuh.
Emisi debu yang diijinkan oleh pemerintah adalah 80mg/m3
namun PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki komitmen terhadap lingkungan
sehingga memperketat emisi debu yang diijinkan dengan menekan hingga 60
mg/m3. Setiap hari emisi debu ini dipantau melalui visual dengan kamera
pengawas di ruang CCP serta dipantau melalui nilai aktual emisi debu yang
dikeluarkan.
2. Limbah Cair
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki limbah cair yang
dihasilkan dalam proses pembuatan semen umumnya berupa kebocoran oli dari
-
7/25/2019 BAB II FIX Nian
45/45
67
mesin-mesin produksi saat proses pelumasan. Upaya penanganan limbah cair
yang dilakukan adalah dengan menyeka oli menggunakan serbuk gergaji,
diharapkan oli menempel pada serbuk gergaji, serbuk gergaji yang telah
digunakan untuk menyeka oli dapat digunakan kembali untuk menjadi bahan
bakar alternatif (alternative fuel).
3. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan dalam proses pembuatan semen di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna
seperti adanya gas CO. Gas CO dalah gas yang keberadaannya tidak diinginkan,
maka kadar gas CO ini harus tetap dijaga agar berada pada batas ambang normal
yaitu berkisar antara 0,01-0,02%. Kenaikan kadar gas CO harus dihindari karena
apabila bereaksi lanjut dengan oksigen akan menimbulkan panas dan juga
ledakan. Selain itu polutan gas yang lain adalah NOx, dan SOx. Komponen ini
terkandung dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar di dalam rotary
kiln.
Penanganan limbah gas dilakukan dengan melakukan pengendalian dalam
proses. Sehingga saat gas keluar dari cerobong asap setinggi mungkin (+ 67 m)
gas buang tidak sampai mencemari lingkungan sekitarnya. Untuk penanganan
limbah gas CO, dilakukan pengawasan pada inlet maupun outlet top cyclone.
Apabila kadar CO sudah mencapai 1%, maka operasi EP akan dihentikan guna
mencegah terjadinya ledakan.