bab ii hukum jual beli dalam islam a. pengertian dan...

23
BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Jual beli menurut bahasa (etimologi) mempunyai pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin dalam kitab al-Ahyar, yaitu 1 ﺷﻲﺀ ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ ﺷﻲﺀ ﺍﻋﻄـﺎﺀartinya : Memberikan sesuatu untuk ditukarkan dengan sesuatu yang lain. Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu : “ jual dan beli” sebenarnya kata “ jual” dan “ beli” mempunyai arti yang satu sama lain bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual sedangkan beli adalah perbuatan membeli. 2 Sedangkan menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya at-Fiqh ‘al-Madhzahib al-Arba’ah menjelaskan bahwa jual beli adalah ﻣﻘﺎﺑﻠـﺔ3 ﺑﺸﻰﺀ ﺷﻲﺀartinya saling menerima sesuatu dengan sesuatu yang lain. Adapun jual beli secara istilah (terminology) menurut ahli fiqh, diantaranya adalah Zainuddin bin Abdul Azizi al-Malibari al-Fanani yang mengemukakan bahwa jual beli, adalah : 1 Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Ahyar, Juz I, Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, t.th, hlm. 239 2 Chairuman Pasaribu, et.all., Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 1996, Cet. II, hlm. 33 3 Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz III, Beirut : dar al- Kutub al-Ilmiyyah, t.th., hlm. 134

Upload: hoangthuan

Post on 15-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

BAB II

HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM

A. Pengertian dan Dasar Hukum Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut bahasa (etimologi) mempunyai pengertian

sebagaimana dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin dalam kitab al-Ahyar,

yaitu1 اعطـاء شيء ىف مقابلة شيء artinya : Memberikan sesuatu untuk ditukarkan

dengan sesuatu yang lain.

Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu : “ jual dan

beli” sebenarnya kata “ jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu sama

lain bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan

menjual sedangkan beli adalah perbuatan membeli.2

Sedangkan menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya at-Fiqh

‘al-Madhzahib al-Arba’ah menjelaskan bahwa jual beli adalah مقابلـة

.artinya saling menerima sesuatu dengan sesuatu yang lain شيء بشىء3

Adapun jual beli secara istilah (terminology) menurut ahli fiqh,

diantaranya adalah Zainuddin bin Abdul Azizi al-Malibari al-Fanani yang

mengemukakan bahwa jual beli, adalah :

1 Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Ahyar, Juz I, Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, t.th, hlm.

239 2 Chairuman Pasaribu, et.all., Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika,

1996, Cet. II, hlm. 33 3 Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz III, Beirut : dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, t.th., hlm. 134

Page 2: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

12

4مقابلة مبال على وجه خمصوص Artinya : “Menukar sejumlah harga dengan harga (yang lain) dengan

cara yang khusus” .

Sedangkan menurut Muhammad bin Isma’il as-Shan’ani dalam

kitabnya Subul al-Salam mendefinisikan :

5متليك مال مبال بالتراضي Artinya: “Suatu pemilikan harta dengan harta yang lain dengan

saling merelakan” .

Dan definisi di atas dapat diketahui bahwa jual beli adalah proses

tukar menukar barang seseorang (penjual) dengan seseorang yang lain

(pembeli), yang dilakukan dengan cara-cara tertentu yang menyatakan

kepemilikan untuk selamanya dan didasari saling merelakan.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Dengan demikian, maka dalam jual beli itu akan melibatkan dua

pihak, dimana satu pihak menyerahkan uang sebagai pembeli, dan pihak

lain menyerahkan barang sebagai ganti atas uang yang diterimanya

(penjual).

Yang menjadi dasar hukum tentang disyariatkannya jual beli baik

di dalam al-Quran maupun hadits Rasulullah Saw, diantara dasar hukum

jual beli adalah :

4Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, Fathul Mu’in, Terj. Moch. Anwar,

et.all, Fathul Mu’in, Jilid I, Bandung: Sinar Baru Algensindo, cet. I, 1994, hlm. 763. 5 Imam Muhammad bin Isma’il as-Shan’ani, Subul al-Salam, Juz III, Beirut : Dar al-Fikr,

t.th., hlm. 3

Page 3: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

13

وأحل الله البيع وحرم الربا

Artinya : “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba. (QS. Al-Baqarah: 275).6

Dari ayat tersebut di atas, jelas bahwa Allah telah menghalalkan

jual beli kepada hamba-Nya dengan jalan yang baik. Dan melarang keras

jual beli yang mengandung riba dan mengarah pada bentuk yang

merugikan orang lain, dalam ayat lain Allah juga menegaskan:

نة عاركون تجاطل إلا أن تبالب كمنيب الكموأكلوا أموا لا تنءام ـا الذينهاأيي تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الله كان بكم رحيما

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu” . (QS. An-Nisaa’: 29).7

Ayat di atas menjelaskan bahwa hukum asal jual beli adalah mubah

(boleh). Akan tetapi menurut As-Syatibi hukum jual beli, dapat berubah

menjadi wajib pada keadaan tertentu.8 Ayat tersebut juga menjelaskan

bahwa Allah membolehkan jual beli dengan cara yang baik dan sesuai

dengan ketentuan hukum Islam, yaitu jual beli yang jauh dan tipu daya,

unsur riba, paksaan, kebatilan serta didasarkan atas suka sama suka dan

saling merelakan (ikhlas).

6 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang : PT. Karya Toha Putra,

1996, hlm. 36 7 Ibid., hlm. 6 8 Abdul Aziz Dahlan, et.all., Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1997, hlm. 828

Page 4: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

14

Sedangkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Saw,

diantaranya adalah:

بن رافع ان رسو ل اهللا صلى اهللا عليه وسلم سئل أي الكسب عـن رفاعـة

رواه البخارى وصححه (عمل لرجل بيده وكل بيع مربور : أطـيب؟ قـال

9 )احلاكم

Artinya : “Dari Rifa’ah bin Rufi’ sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda saat ditanya tentang usaha apakah yang paling baik? Rasulullah menjawab : usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (jujur). (HR. al-Hazar dan disahkan oleh al-Hakim).

Dan hadits tersebut dapat dipahami bahwa usaha yang paling baik

adalah usaha sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain dan setiap

jual beli yang dilakukan dengan kejujuran tanpa ada kecurangan. Sehingga

mendapat berkah dan Allah.

B. Rukun dan Syarat Jual Beli

Setiap aktivitas apapun namanya baik yang berkaitan dengan ibadah

maupun muamalah dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan

syaratnya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Muhtar Yahya dan

Fathurahman bahwa setiap sesuatu yang telah ditetapkan oleh Syar’i terdapat

beberapa persyaratan, maka ia tidak akan berwujud jika tidak ada syarat-syarat

tersebut, sebagaimana halnya ia tidak akan berwujud jika tidak terwujudnya

rukun-rukunnya.10

9 Imam Muhammad bin Ismai’il as-Sha’ani, op.cit., hlm. 4 10 Muhtar Yahya dan Fatturahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam,

Bandung : al-Ma’arif, Cet. I, 1998, hlm. 149

Page 5: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

15

Oleh karena perjanjian jual beli merupakan perbuatan hukum yang

mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari

pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan

hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnyajual beli.

Menurut penulis pada prinsipnya jual beli dapat dikatakan sah apabila

memenuhi rukun dan syarat-syaratnya yaitu:

1. Rukun Jual Beli

Adapun yang menjadi rukun dalam jual beli menurut Jumhur

ulama’ itu ada tiga :

a. Sighat (lafal ijab dan qahul)

b. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

c. Ada barang yang dibeli11

Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah dipenuhi,

apabila salah satu rukun tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut tidak

dikategorikan sebagai perbuatan jual beli.

2. Syarat Sahnya Jual Beli

Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak

pembeli sah, maka harus memenuhi syarat-syarat yaitu:

a. Tentang subyeknya

b. Tentang obyeknya, dan

c. Tentang lafad

2.a. Tentang Subyeknya

11 Abdurrahman al-Jaziri, op.cit., hlm. 141

Page 6: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

16

Termasuk syarat jual beli adalah adanya aqid, yaitu adanya penjual

dan pembeli atau dengan kata lain bahwa jual beli tidak akan terlaksana

jika tidak ada keduanya.

Bahwa kedua belah pihak yang melakukan jual beli tersebut

haruslah memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1) Orang yang melakukan transaksi tersebut sudah mumayyiz, yaitu dapat

membedakan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian

tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak yang belum mumayyiz.

2) Jual beli dilakukan orang yang berakal/tidak hilang kesadarannya

karena hanya orang yang sadar dan berakal yang sanggup

melangsungkan transaksi jual beli secara sempurna dan mampu

berfikir secara logis.

3) Transaksi ini didasarkan pada prinsip-prinsip taradli, yang di

dalamnya tersirat makna mukhtar, bebas melakukan transaksi jual beli

dan bebas dan paksaan dan tekanan.

4) Keduanya tidak mubazir, maksudnya para pihak yang mengikatkan din

dalam perjanjian jual beli tersebut bukanlah manusia yang bodoh di

dalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak,

maksudnya dia tidak dapat melakukan sendiri perbuatan hukum

walaupun kepentingan hukum itu menyangkut kepentingan sendiri.12

2.bTentang Obyeknya

12 Chairuman Pasaribu, et.all, op.cit., hlm. 35-36

Page 7: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

17

Yang dimaksud dengan jual beli disini adalah benda yang menjadi

sebab terjadinya perjanjian jual beli. Benda yang dijadikan sebagai obyek

jual beli ini haruslah memenuhi beberapa persyaratan pada saat jual beli

itu berlangsung.

Tentang syarat-syarat yang boleh dan sah diperjualbelikan barang

yang dijadikan sebagai obyek akad atau ma‘qud alaihnya adalah sebagai

berikut :

1) Barang yang Halal Dipergunakan

Segala barang yang halal dipergunakan menurut syara’ pada

prinsipnya boleh diperjualbelikan. Sesuatu barang tidak boleh

diperdagangkan apabila ada nash Syara’ yang melarang dipergunakan

atau memang dengan tegas dilarang diperjualbelikan. Hal ini kita

pegangi kaidah yang berkaitan dengan mu’amalah : “Ashal sesuatu

adalah mubah.”

Adapun benda yang dipandang kotor atau berlumuran najis

selama dapat dimanfaatkan, misalkan sebagai pupuk tanam-tanaman

maka, menurut sebagian fuqaha hal itu tidaklah terlarang

diperdagangkan.13

2) Barang yang Bermanfaat

Pada asalnya segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini

mengandung manfaat, bersandar kepada firman Allah SWT:

13 Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang menurut Islam, Bandung : Diponegoro, 1984, Cet.

Ke-I, hlm. 88

Page 8: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

18

هـو الـذي خلـق لكم ما في الأرض جميعا ثم استوى إلى السماء ليمء عيبكل ش وهات وومس عبس ناهوفس

Artinya : “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu

dijadikan-Nya tujuh langit.” (QS. Al-Baqarah: 29).14

Dengan prinsip ini, maka barulah sesuatu benda dipandang

tidak berguna, jika ditegaskan oleh nash atau menurut kenyataan atau

hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa barang itu berbahaya

seperti racun, ganja, candu, dan sebagainya.

3) Barang yang Dimiliki

Barang yang boleh dijualbelikan ialah milik sendiri atau

mendapatkan kuasa dan si pemilik untuk menjualnya. Prinsip ini

didasarkan pada kaidah, “Tidak boleh memakan harta dengan cara

yang bathil.” Dengan kata lain bahwa tidak boleh menjual harta

kepunyaan orang lain tanpa seizinnya, karena hal itu merupakan

perbuatan yang bathil dan dapat dituntut oleh si pemilik.15

4) Barang yang Dapat Diserahterimakan

Sesungguhnya dengan prinsip ini, maka tidaklah dapat

diperjualbelikan barang yang tidak berada dalam kekuasaan sekalipun

pemilik sendiri. Misalnya barang yang terlepas dari

14 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 6 15 Hamzah Ya’qub, op.cit., hlm. 90

Page 9: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

19

sangkamya, ikan dalam air yang sukar ditangkap, harta yang jatuh ke

tangan perampok.

Prinsip ini logis dan sejalan dengan garis ketentuan tidak

bolehnya gharar (kesamaran dan ketidakpastian) yang bisa

menimbulkan kerumitan dan mengandung persengketaan dikemudian

hari.16

5) Barang dan Harga yang Jelas

Salah satu syarat dalam jual beli adalah kejelasan barang dan

harganya. Kejelasan yang dimaksud di sini adalah meliputi ukuran,

takaran, dan timbangan. jenis dan kualitas barang.

Barang-barang tidak dapat dihadirkan dalam majlis transaksi,

diisyaratkan agar penjual menerangkan segala sesuatu yang

menyangkut barang tersebut sampai jelas bentuk dan ukuran, sifat dan

kualitasnya.

6) Barang yang Dipegang

Selain syarat-syarat tersebut di atas, maka barang yang boleh

dijual adalah yang dipegang atau dikuasai. Hikmah larangan Syara’

menjual barang yang belum ditangan ialah untuk kemaslahatan semua

pihak yang melakukan transaksi agar terhindar dari kesamaran, resiko

kerugian dan pertentangan yang tidak diinginkan.17

.

16 Ibid., hlm. 91 17 Ibid., hlm. 96

Page 10: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

20

2.c. Tentang Lafadz (Kailmat Ijab Qabul)

Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan

yang diinginkan, sedang qabul adalah pernyataan pihak kedua untuk

menerimanya. Ijab qabul itu diadakan dengan maksud untuk

menunjukkan adanya sukarela timbal balik terhadap perikatan yang

dilakukan oleh dua pihak yang bersangkutan.18

Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual beli,

maka pemilikan barang atau uang telah berpindah tangan. Barang yang

berpindah tangan itu menjadi milik pembeli dan nilai tukar/uang

berpindah tangan menjadi milik penjual.

Ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu

adalah sebagai berikut:

1) Orang yang mengucapkan telah akil balig dan berakal menurut

jumhur ulama, atau telah berakal, menurut ulama Mazhab Hanafi,

sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang

melakukan akad seperti disebutkan di atas.

2) Qabul sesuai dengan ijab. Misalkan, penjual mengatakan: Saya

jual baju ini seharga sepuluh ribu,” lalu pembeli menjawab: “Saya

beli dengan harga sepuluh ribu.” Apabila antara ijab dengan qabul

tidak sesuai, maka jual beli tidak sah.

18 Ahmad Azhar Bashir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam),

Yogyakarta : UNIversitas Islam Indonesia, 2000, hlm. 65

Page 11: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

21

3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis, artinya kedua belah

pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik

yang sama.19 Dengan ijab qabul tersebut, jual beli menjadi sah.

Unsur utama dan jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak.

Kerelaan ini bisa dilihat dan ijab qabul yang dilangsungkan. Ijab qabul

perlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi bersifat mengikat

kedua belah pihak.

Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual beli,

maka pemilikan barang atau uang telah berpindah tangan. Barang yang

berpindah tangan itu menjadi milik pembeli dan nilai tukar atau yang

berpindah tangan menjadi milik penjual.

C. Hal-hal yang Terkait dengan Etika Jual Beli

1. Hukum-hukum Jual Beli

Dan kandungan ayat-ayat dan hadits-hadits yang dikemukakan di

atas sebagai dasar jual beli, para ulama fiqh mengambil suatu kesimpulan,

bahwa jual beli itu hukumnya mubah (boleh). Namun menurut Asy-Syatibi

(ahli fiqh mazhab Imam Maliki), hukumnya bisa berubah menjadi wajib

dalam situasi tertentu.20

Menurut Imam Asy-Syatibi, hukumnya bisa berubah menjadi

wajib. Beliau memberi contoh ketika terjadinya praktek ihtikar

(penimbunan barang sehingga stok hilang dan pasar dan harga melonjak

19 Abdul Aziz Dahlan, et.all, op.cit., hlm. 829-830 20 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003, Cet. I, hlm. 117

Page 12: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

22

naik). Apabila seseorang melakukan ihtikar dan mengakibatkan layaknya

harga barang yang ditimbun atau disimpan tersebut, maka pihak

pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai

dengan harga sebelum terjadinya pelonjakan harga.21

Hukum-hukum dalam jual beli ada yang mubah (boleh), wajib,

haram dan sunnah. Adapun hukum jual beli haram sebagaimana yang telah

melanggar rukun dan syarat dalam jual beli maka hukum jual beli itu

haram dilakukan, hukum jual beli sunnah, seperti jual beli kepada sahabat

atau famili yang dikasihi, dan kepada orang yang sangat berhajat kepada

barang itu maka hukum dalam jual beli itu termasuk sunnah.

2. Bentuk Etik mat Beli dalam Islam

Adapun bentuk-bentuk etika jual beli dalam Islam diantaranya

sebagai berikut :

a. Kejujuran dãlam Jual Beli

Dalam perdagangan dan bisnis, kejujuran dam kebenaran (hak)

harus ditegakkan secara adil sebagaimana diperintahkan oleh Allah

dalam firman-Nya:

وأقيموا الوزن بالقسط ولا تخسروا الميزانArtinya : “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan

janganlah kamu mengurangi neraca.” (QS. Ar Rahman: 9)22

Tiap orang Islam hendaknya jujur dalam setiap tindakan,

sebagaimana timbangan yang tepat ketika berjualan dan dalam semua

21 Abdul Aziz Dahlan, et.all, loc.cit., hlm. 828 22 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 425

Page 13: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

23

kegiatan yang berkenaan dengan orang lain. Orang Islam tidak boleh

melakukan tipu daya dengan cara : misalnya menunjukkan contoh

kualitas barang yang baik, lalu menjual barang-barang yang rendah

mutunya, atau mengurangi timbangan.23

Sebagaimana sabda Nabi Saw:

24 )رواه الترمذى(من غش فليس منا : عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال

Artinya : “Dari Nabi Muhammad Saw bersabda : Barang siapa yang curang maka bukan umatku (Nabi Saw) (HR. Thirmidzi).

Para pedagang jujur, benar dan sesuai dengan ajaran Islam

dalam berdagangnya, didekatkan dengan para Nabi, para sahabat dan

orang-orang yang mati syahid, pada hari kiamat, Rasulullah Saw

bersabda:

التاجر الصدوق األ مني مع : عن اىب سعيد قال رسو اهللا عليه وسلم قال 25 )رواه الترمذى (النبيني والصدقني والشهداء

Artinya : Abu Said meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya beserta para Nabi dan orang yang jujur dan para syuhada” . (HR. Tirmidzi).

Pedagang yang tulus dan jujur bekerja untuk kemaslahatan

kemanusiaan, karenanya menemukan tempat bersama para hamba-

23 A. Rahman I, Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-I, hlm. 447 24 Imam Jalaluddin Abdurrahman Ibu Abu Bakar as-Syuyuti, Jami’uz Shahih, Juz II,

Beirut :D ar al-Fikr, t.th., hlm. 626 dikutip dalam buku Maulana Muhammad Ali, al-Maual of Hadits, terj. Imam Musa Prodjosiswoyo, Kitab Hadits Perdagangan, Jakarta : CV. Kuning Mas, Cet. I, 1992, hlm. 299

25 Abi Isa Muhammad Ibnu Isa Ibn Surut, al-Jami’us Shohih, Sunan Tirmidzi, Juz III,

Beirut : Dar al-Kitab al-Ilmiyah, t.th, hlm. 493

Page 14: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

24

hamba Allah yang tulus yang kehidupannya diabdikan untuk

kemaslahatan umat manusia.26

Islam mengharamkan seluruh macam penipuan, baik dalam

masalah jual beli, maupun dalam seluruh macam muamalah. Seorang

muslim dituntut untuk berlaku jujur dalam seluruh urusannya.

Oleh karena itu setiap muslim harus dapat berlaku adil (jujur),

sebab keadilan sebenamya jarang bisa diwujudkan. Dikaitkan dengan

yang lebih moral dan dibandingkan dengan sifat hukumnya.

b. Ramah Tamah dalam Jual Beli

Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam

menjual, membeli dan menagih. Sebagaimana sabda Rasulullàh Saw:

, رحم اهللا عبدامسحا إذاباع : عـن الـيب صـلى اهللا عليه وسلم قال رواه لبخارى وابن (مسحا إذا اقتضى , إذاقضى, مسحاإذا اشترى مسحا

27 )كال مها عن جابر, ماجةArtinya: “Dan Nabi Muhammad Saw bersabda : Allah memberi

rahmat kepada hamba-Nya ketika berjualan., ketika memberi, dan ketika memberi keputusan harga (transaksi), ketika menerima keputusan harga dengan hati yang lega suka sama suka toleransi dalam jual beli” (HR. Bukhori dan Ibnu Majjah, Kalahuma an Jabiir).

Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam

menjual, membeli dan menagih. Dan dengan itulah kita sebagai umat

Islam dalam berjual beli yang baik maka ramah tamahlah dan

26 Maulana Muhammad Ali, al-Maual of Hadits, terj. Imam Musa Prodjosiswoyo, Kitab

Hadits Perdagangan, Jakarta : CV. Kuning Mas, Cet. I, 1992, hlm. 299 27 Imam Jalaluddin Abdurrahman Ibu Abu Bakar as-Syuyuti, op.cit., hlm. 12

Page 15: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

25

bertoleransi dalam berjual beli dan menagih hutang (pembeli) dengan

cara tidak memaksa atau memberi waktu untuk membayar hutangnya.

c. Ketepatan Timbangan

Kecelakaan besar bagi yang curang, yaitu orang-orang yang

apabila menerima takaran dan orang lain, mereka minta dipenuhi, dan

apabila menakar atau menimbang untuk orang lain mereka

mengurangi.28

Allah memerintahkan agar jual beli dilangsungkan dengan

menyempumakan takaran dan timbangan, firman-Nya :

...وأوفوا الكيل والميزان بالقسط...

Artinya : “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan

adil” (QS. Al-An’am: 152).29

نسأحو ريخ قيم ذلكتسطاس الموا بالقسزنو مل إذا كلتفـوا الكيأوو

تأويلا

Artinya : “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama dan

lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Isra’: 35)30

Di samping itu Allah SWT mencegah mempermainkan

timbangan dan takaran serta melakukan kecurangan dalam menakar

dan menimbang, firman Allah:

28 Muhammad Quraish Shihab, Etika Bisnis dalam Wawasan Al-Qur'an, Jurnal Ulumul Qur’an, Jakarta : PT. Grafika Matra Tata Media, 1997, hlm. 9

29 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 117 30 Ibid., hlm. 228

Page 16: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

26

طففـنيـل للميفون ,>ووتساس يلى النالوا عإذا اكت لـذين, أو مإذا كالوهويوم يقوم الناس ,ليوم عظيم ,أال يظن أولئك أنهم مبعوثون , وزنوهم يخسرون

المنيالع بلر

Artinya : Kecelakan besarlah bagi orang orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan

semesta alam.” (QS. Al Muthofifin: 1-6)31

Al-Qur’an telah mengisahkan kepada kita tentang cerita suatu

kaum yang curang dalam jual beli dan menyimpang dari kejujurannya

dalam hal takaran atau timbangan. Kepunyaan orang lain selalu

dikurangi. Kemudian oleh Allah dikirimnya seorang rasul untuk

mengembalikan mereka itu kepada kejujuran dan kebaikan di samping

dikembalikannya kepada tauhid.

Jual beli seperti ini merupakan contoh yang harus dilaksanakan

oleh setiap muslim dalam perilaku jual belinya. Mereka tidak

diperkenankan menakar dengan dua takaran atau menimbang dengan

dua timbangan; timbangan pribadi dan timbangan umum; timbangan

yang menguntungkan diri dan orang yang disenanginya, dan

timbangan untuk orang lain. Kalau untuk dirinya sendiri dan

31 Departemen Agama RI, op.cit., hlm.883

Page 17: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

27

pengikutnya dia penuhi timbangan, tetapi untuk orang lain dia

menguranginya.32

Tentang hal ini sesuai dengan hadits Nabi Saw sebagai berikut:

عن بيع الطعام حىت : هنى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم عـن جابر قال رواه ابن ماجه والدارو (جيـرى فيه الصاعان صاع البائع وصاع املشترى

33 )قطىنArtinya :“ Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda

Rasulullah Saw melarang jual beli makanan sehingga sudah ditakar dengan dua macam takaran, yaitu takaran penjual dan takaran pembeli.” (HR. Ibnu Majjah dan Daru Quthni).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa apabila sesuatu dibeli

dengan takaran dan sudah dipegang tangan, kemudian dia menjualnya

lagi maka tidak boleh dia menyerahkannya kepada pembeli lain

dengan berdasarkan takaran pertama (dari penjual sebelumnya)

sehingga dia takar lagi untuk pembeli yang kedua. Demikian menurut

jumhur ulama.34

d. Open Prices (Keterbukaan Harga) dalam Jual Beli

Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkannya

kepada hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya

selaras dengan penawaran dan pemintaan.35 Bukan berarti mutlak

32Syeikh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam, alih Bahasa : HM.

Mu’ammal Hamidy, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1980, hlm. 362-363 33 Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, Juz II, Beirut : Dar al-Fikr, t.th, hlm. 750 34 Imam Muhammad bin Isma’il as-Shan’ani, Subul al-Salam, terj. Abu Bakar

Muhammad, Subul al-Salam, Juz III, Surabaya : Dar a-Fikr, t.th, hlm. 55-56 35 Syek Muhammad Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm. 357

Page 18: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

28

dilarang menetapkan harga, sekalipun dengan maksud demi

menghilangkan bahaya dan menghalang setiap perbuatan zalim.

Bahkan menurut pendapat para ahli, bahwa menetapkan harga

itu ada yang bersifat: zalim dan terlarang, dan ada pula yang bijaksana

dan halal.

Oleh karenanya, jika penetapan harga itu mengandung unsur-

unsur kezaliman dan pemaksaan yang tidak betul; dengan menetapkan

suatu harga yang tidak dapat diterirna, atau melarang sesuatu yang oleh

Allah dibenarkan., maka jelas penetapan harga semacam itu hukumnya

haram.

Tetapi jika penetapan harga itu penuh dengan keadilan,

misalnya dipaksanya mereka menunaikan kewajiban rnembayar harga

mitsil dan melarang mereka menambah dan harga mitsil, maka hal itu

dipandang halal, bahkan hukunmya wajib.36

Artinya: “Dan Nabi Muhammad Saw bersabda : Allahlah yang menentukan harga, yang mencabut, yang meluaskan dan yang memben rezeki. Saya mengharap ingin bertemu Allah sedang tidak ada seorang pun diantara kamu yang meminta saya supaya berbuat zalim baik

terdapat darah maupun harta benda.” (Riwayat Ibnu Majah).37

36 Ibid., hlm. 352 37 Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, op.cit., hlm. 737

Page 19: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

29

Nilai tukar barang adalah termasuk unsur yang terpenting.

Zaman sekarang disebut uang, harga yang dapat dipermainkan para

pedagang adalah harga tsaman atau harga pasar yang berlaku di

Page 20: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

30

tengah-tengah masyarakat. Sedang modal yang seharusnya diterima

para pedagang sebelum dijual kepada konsumen. Dengan demikian,

ada dua harga, yaitu harga antara sesama pedagang dan harga antara

pedagang dan konsumen (harga jual pasar).

Ulama fiqh mengemukakan syarat harga pasar yang berlaku di

tengah-tengah masyarakat sebagai berikut:

1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya

2) Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi), sekalipun

secara hukum seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit.

Apabila barang itu dibayar kemudian (berhutang maka waktu

pembayarannya pun harus jelas waktunya.38

Bila antara penjual dan pembeli berselisih pendapat dalam

suatu benda yang diperjualbelikan, maka yang dibenarkan ialah kata-

kata yang punya barang, bila diantara keduanya tak ada saksi dan bukti

lainnya. Rasulullah Saw, bersabda:

38 H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 84

Page 21: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

31

Artinya:”Dari Nabi Muhammad Saw bersabda : Bila penjual dan pembeli berselisih dan antara keduanya tak ada saksi, maka yang dibenarkan adalah perkataan yang punya barang atau dihalalkan.”

(Riwayat Abu Dawud).39

39 Imam Khafidh al-Masnaf al-Muttaqin, Ibnu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud Juz

II, Beirut : dar al-Kitab al-Ilmiyah, t.th, hlm. 535

Page 22: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

32

e. Pembelian yang Kesulitan Diberi Waktu Tenggang

Pembeli yang kesulitan dalam membayar maka mereka harus

dikasih waktu tenggang untuk melunasi hutangnya.

Firman Allah SWT :

Artinya: “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280).40

Rasulullah Saw, bersabda:

Artinya: “ Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya. “ (HR.

Bukhori)41

Al-Qur’an dan hadits di atas menjelaskan bahwa dalam berjual

beli (penjual) memberikan waktu kepada pembeli dalam menagih

hutangnya atau pembeli yang kesulitan membayar diberi tenggang

waktu untuk melunasi hutangnya.

Pembeli yang masih berhutang kepada penjual diberi tenggang

waktu, maka pembayarannya harus jelas waktunya. Dalam tenggang

waktu itu bisa dibayar ketika membeli/mengambil lagi dagangannya

40 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 37 41 Imam Abi Abdullah Muhammad Ibnu Ismail Ibn Ibrahim, Shahih Bukhari Juz III,

Beirut : Dar al-Kutb al-Ilmiyah, t.th, hlm. 13

Page 23: BAB II HUKUM JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian dan …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/19/jtptiain-gdl-s1... · Dalam suatu perbuatan jual beli, tiga rukun ini hendaklah

33

dan keduanya bersepakat dalam pembayaran berikutnya atau melunasi

hutang-hutangnya.

Rasulullah Saw bersabda:

Artinya:”Kuhdzaifah berkata bahwa Nabi Saw bersabda : Para malaikat bertemu dengan jiwa seorang laki-laki dan antara mereka sebelum kamu (dan) mereka berkata: Apakah engkau telah berbuat sesuatu kebajikan?” Dia berkata: “Saya bisa memberikan kelonggaran kepada orang yang dalam kemudahan dan memanfaatkan mereka yang

dalam kesempitan, maka para malaikat itu memanfaatkannva.”42

Maulana Muhammad All, A Manual of Hadits, teij. Imam Musa Prodjosiswoyo,

Aitab Hadits Perdagangan, op.ciL, hIm. 299.

42 Maulana Muhammad Ali, A Manual of Hadits, terj. Imam Musa Prodjosiswoyo, Kitab

Hadits Perdagangan, op.cit, hIm. 299.