bab ii kajian pustaka 1.7 kajian pustaka dan landasan...
TRANSCRIPT
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.7 Kajian Pustaka Dan Landasan Teori
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil beberapa rujukan atau
acuan dari penelitian terdahulu dengan tujuan memperkuat penelitian ini.
Adapun acuan atau rujukan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
No Judul Penelitian Hasil penelitian Relevansi Penelitian
1 Rio Wijaya
(2014) :
Efektivitas Terapi
Musik Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Mengenal
Anggota Tubuh
Bagi Anak
Tunagrahita
Sedang Di Kelas
II C1 SLB Negeri
1 Padang.
Hasil penelitian
dalam jurnal ini
membahas tentang
tindakan yang
diambil untuk
meningkatkan
kemampuan
penyandang
tunagrahita. Karena
keterbatasan
intelejensinya maka
peneliti mengambil
keputusan atau
kebijakan
menggunakan terapi
music yang dikemas
dengan nyanyian
agar anak dapat
belajar dan bermain.
Berdasarkan hasil
Salah satu temuan
mengenai tindakan
preventif dalam
memutus vicious circle
problem penyandang
tunagrahita di kampung
idiot dalam
meningkatkan
kemampuan
intelejensinya
dilakukan secara
bertahap dengan diberi
keterampilan-
keterampilan. Dalam
teknik pengajarannya
menggunakan symbol-
simbol dengan tujuan
supaya mudah
diterima.
22
dari penelitian,
kemampuan anak
tunagrahita sedang
dalam mengenal
anggota bagian tubuh
atas mengalami
peningkatan.
2 Gadis Mulia Wati
(2012) :
Outbound
Management
Training Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Penyesuaisan Diri
Anak
Tunagrahita.
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dialakukan peneliti
dapat ditarik
kesimpulan bahwa
outbound
management training
(OMT) efektif dalam
meningkatkan
kemampuan
penyesuaian diri
anak tunagrahita
sedang di Sekolah
Luar Biasa Negeri
Rembang. Hal ini
dapat dilihat dari
aspek-aspek
penyesuaian diri
yaitu, penyesuaian
pribadi dan
penyesuaian sosial
yang ditunjukkan
oleh para anak
tunagrahita sedang
setelah diberikan
Menunjukkan kesaman
yang menunjukkan
tindakan dalam
meningkatkan
kemampuan.
Perbedaanya dalam
penelitian ini pertama
lokasi dan penyandang
tunagrahitanya.
Penelitian pertama
menunjukkan lokasi di
Sekolah dan
pnyandang
tunagrahitanya adalah
anak-anak, sedangkan
pada penelitian ini
lokasi di rumah
pembinaan dengan
penyandang
tunagrahita mayoritas
adalah usia dewasa dan
beberapa anak-anak.
23
perlakuan, antara lain
dapat melakukan
penyesuaian secara
pribadi maupun
secara sosial.
3 Suhaimi (2013) :
Meningkatkan
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
Melalui Gambar
Berseri Bagi
Anak Tunagrahita
Ringan Kelas D
III Yapem
Tarusan Pesisir
Selatan.
Dalam penelitian ini
tindakan yang
diambil untuk
meningkatkan
kemampuan
penyandang
tunagrahita
menggunakan
tindakan kelas.
Penelitian tindakan
kelas ini
menggunakan
gambar berseri untuk
meningkatkan
kemampuan
membaca
penyandang
tunagrahita.
Berdasarkan hasil
kemampuan
membaca
pemahaman awal dan
hasil membaca
pemahaman yang
kedua sudah
diberikan tindakan,
serta hasil diskusi
Pada penelitian
sebelumnya lebih
mengarah pada
bagaimana tindakan
yang diambil untuk
meningkatkan
kemampuan membaca
anak tunagrahita.
Sedangkan penelitian
ini lebih mengarah
pada bagaimana
tindakan preventif yang
diambil dalam upaya
memutus vicious circle
problempenyandang
tunagrahita.
24
dengan kolabolator
terlihat ada
peningkatan
kemampuan
membaca
pemahaman anak
tunagrahita.
4 Ima Kristin
Handayani, Dkk
(2013) :
Efektifitas
Meronce Balok
Huruf Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Membaca Anak
Tunagrahita
Ringan.
Metode meronce
balok huruf penulis
pilih sebagai strategi
alternatif untuk
membantu kesulitan
yang dialami anak
tunagrahita ringan
dalam membaca kata
benda.
Untuk mengetahui
sejauh mana
kemampuan anak
dalam membaca,
peneliti
menggunakan target
behavior dengan
jenis satuan
pengukuran persen
atau persentase
jumlah
kata benda yang
dibaca anak
tunagrahita ringan
dengan benar.
Dengan kegiatan dan
Relevansi dengan
penelitian yang saya
angkat memiliki tujuan
yang sama yakni, untuk
mengembangkan
kemampuan
penyandang
tunagrahita dengan
beberapa rancangan
dan metode. Namun
memiliki perbedaan
pada subyeknya, jika
penelitian sebelumnya
hanya terfokus pada
penyandang
tunagrahita ringan,
penelitian yang saya
angkat ini meliputi
penyandang
tunagrahita ringan dan
sedang.
25
perlakuan yang
diberikan tersebut
kemampuan anak
tunagrahita ringan
yang sebelumnya
tidak bisa membaca
kata benda telah
dapat meningkat
setelah diberikan
perlakuan dengan
melalui meronce
balok huruf, dan
setelah tidak lagi
diberikan perlakuan
pun kemampuan
anak masih dapat
meningkat dan tetap
stabil. Pengamatan
dan pencatatan data
dalam penelitian ini
berbentuk persentase
jumlah kata benda
yang dibaca
dengan benar.
B. Kemiskinan dan Bentuk Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sulit
untuk disembuhkan. Kemiskinan mengakibatkan seseorang tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak hal yang mejadi
penyebab kemiskinan. Todaro dalam tulisannya memperlihatkan jalinan
26
antara kemiskinan dan keterbelakangan dengan beberapa aspek
ekonomi dan askep non ekonomi.
Tiga komponen utama sebagai penyebab keterbelakangan dan
kemiskinan masyarakat, faktor tersebut adalah rendahnya taraf hidup,
rendahnya rasa percaya diri dan terbebas kebebasan, ketiga aspek
tersebut memiliki hubungan timbal balik. Rendahnya taraf hidup
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan
disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, tingkat
produktivitas tenagakerja disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
tenaga kerja, tingginya angka pengangguran dan rendahnya investasi
perkapita.
Jadi dapat dikatakan bahwa penyebab kemiskinan tidak hanya
dilihat dari aspek ekonomi saja seperti tingkat pendapatan, tetpai juga
menyangkut aspek-aspek lsosial dan kelembagaan. Kemiskinan yang
menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan status sosial
ekonominya dan potensi wilayah. Faktor sosial ekonomi yaitu faktor
yang berasal dari dala diri masyarakat itu sendiri dan cenderung
melekat pada dirinya, seperti:tingkat pendidikan dan keterampilan yang
rendah, tingkat kesehatan rendah dan produktivitas yang rendah.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar berhubungan dengan potensi
alamiah, teknologi dan rendahya aksesibilitas terhadap kelembagaan
yang ada.17
17 Michael P Todaro. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Alih Bahasa: Amiruddin dan
Drs.Mursid. Jakarta: Ghalia Indonesia.
27
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu
pada garis kemiskinan (proverty line). Konsep yang mengacu kepada
garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut
kemiskinan absolut.
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan
didalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan di dalam
kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di
Negara maju kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proposisi dari
tingkatan pendapatan rata-rata perkapita. Sebagai suatu ukuran relatif,
kemiskinan relatif dapat berbeda menurut negara atau periode di dalam
suatu negara.
Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan di bawah,
dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak
dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap di dalam bentuk suatu
kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen
nonmakanan yang juga sangat diperlukan untuk survive. Walaupun
kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstrim, tetapi
maksud dari yang terakhir ini bisa bervariasi, tergantung pada
interprestasi setempat atau kalkulasi.
C. Vicious Circle(Lingkaran Setan) Sebagai Fenomena Sosial
Kemiskinan bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle proverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan
pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas
28
sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Tulisan Sen dalam Ismawan (2003:102) mengutarakan bahwa penyebab
kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketiadaan akses maka manusia mempunyai
keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali
menjalankan apa yang terpaksa saat ini dapat dilakukan (bukan apa
yang seharusnya dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai
keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia
untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.18
Chambers dalam buku pembangunan mulai dari belakang
menyatakan, bahwa inti dari kemiskinan sebenarnya terletak pada apa
yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci
deprivation trap terdiri dari lima unsur, yakni kemiskinan itu sendiri,
kelemahan fisik, keterasingan atau kadar isolasi, kerentanan dan
ketidakberdayaan. Kelima unsur ini seringkali saling berkait satu
dengan yang lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang
benar-benar berbahaya dan mematikan peluang hidup orang atau
keluarga miskin.
Seseorang atau sebuah keluarga yang miskin mampu bertahan
hidup dan bangkit kembali terutama bila mereka memiliki jaringan atau
pranata sosial yang melindungi. Tetapi, seseorang keluarga yang jatuh
pada limgkaran setan atau perangkap kemiskinan, mereka umumnya
sulit untuk bangkit dan kembali. Seseorang yang terjerat oleh lingkaran
18Jariah Abu Bakar . 2012. Analisis Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi
Indonesia. Vol 1/No.1 Hal. 61-71
29
setan seringkali tidak bisa ikut menikmati hasil pembangunan dan justru
menjadi korban pembangunan.
Sebagai fenomena sosial,Vicious Circle menjadi problem
masyarakat yang selalu berkaitan antara masalah satu dengan yang
lainnya. Dalam hal ini permasalahan tersebut membentuk mata rantai
yang sukar untuk diselesaikan. Fenomena lingkaran setan sering
terdapat pada masyarakat pinggiran atau pedesaanyang disebabkan oleh
lilitan kemiskinan dan menjadi asal mula permasalahan yang lainnya.
D. Tindakan Preventif Sebagai Tindakan Sosial
Tindakan preventif merupakan sebuah tindakan yang diambil
untuk mengurangi terjadinya suatu kejadian tidak diinginkan di masa
akan datang. Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang
belum atau rentan terhadap suatu masalah, definisi dari tindakan
pencegahan adalah prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai
pendekatan, prosedur dan metode yang dibuat untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal seseorang.
Dalam ilmu sosial tindakan preventif berkedudukan sebagai
tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap permasalahan yang
ada di masyarakat. Pengendalian sosial yang bersifat preventif
umumnya dilakukan melalui bimbingan. Hal tersebut dilakukan karena
sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merugikan dan mengancam
individu ataupun kelompok sosial dalam masyarakat. Inti dari tindakan
preventif itu sendiri untuk meminimalisir adanya sebuah keburukan.
30
Tindakan preventif juga dapat dikatakan sebagai tindakan sosial
untuk mengurangi permasalahan di masyarakat. Dalam penelitian ini
tindakan preventif dilakukan dalam upaya mengurangi atau memutus
lingkaran setan terhadap penyandang tunagrahita di kampung idiot.
Permasalahan tunagrahita dikampung tersebut sudah ada sejak puluhan
tahun yang lalu dan perlu adanya tindakan maupun berbagai prosedur
pendekatan yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Tindakan
preventif menjadi langkah yang tepat sebagai alternatif pencegahan
supaya permasalahan terkait penyandang keterbelakangan mental dapat
diatasi.
E. Kelompok Tidak Beruntung
Suatu deskripsi tentang kondisi golongan masyarakat miskin di
pedesaan dapat dimulai dari kelompok masyarakat atau perseorangan.
Suatu deskripsi yang dimulai dari kelompok, memberikan keuntungan
karena dapat membedakan dua macam situasi kemiskinan: pertama,
kemiskinan kelompok masyarakat secara keseluruhan. Kedua suatu
keadaan masyarakat yang didalamnya terdapat ketimpangan yang
mencolok antara orang kaya dan miskin.
Aspek ketidakberuntungan mencakup hal-hal: membuat
miskinnya suatu rumah tangga, ketiadaan aset, kurang mengalirnya
makan dan uang,. Dapat diuraikan lima kelompok ketidakberuntungan
kemiskinannya sendiri, kelemahan jasmani, kerentanan, isolasi dan
ketidakberdayaan. Faktor-faktor tersebut dapat menyajikan suatu
gambaran keseluruhan kemiskinan suatu rumah tangga.
31
Keadaan rumah tangga yang miskin memiliki berbagai kondisi
seperti persediaan dan arus makanan atau uang dalam keluarga sedikit
sekali, tidak menentu, musiman dan tidak mencukupi kebutuhan setiap
harinya. Hal yang tidak jauh beda juga terdapat pada rumah tangga
yang lemah jasmani, karena parasit, penyakit atau kurang gizi. Bayi-
bayi yang dilahirkan memiliki berat badan dibawah normal. Semua
anggota keluarga rata-rata bertubuh kecil dengan pertumbuhan berat
badan yang tidak maksimal.
F. Jenis-Jenis Kecacatan Pada Manusia
Menurut UU Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta
permasalahan kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan pada manusia
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Penyandang Cacat Fisik
a. Tuan Netra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak
yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan
sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit.
b. Tuna Rungu atau Wicara adalah kecacatan sebagai akibat
hilangnya/terganggunya fungsi pendengaran dan atau fungsi
bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan atau penyakit.
c. Tuna Daksa adalah cacat pada bagian anggota gerak tubuh.
Tuna daksa dapat diartikan sebagai suatu keadaan rusak atau
terganggu, sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada
tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi
32
ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau juga
disebabkan oleh pembawaan lahir. 19
2. Penyandang Cacat Mental
a. Tuna Laras, dikelompokkan dengan anak yang mengalami
gangguan emosi. Gangguan yang muncul pada individu yang
berupa gangguan perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri,
suka menyerang teman, dan lainnya.
b. Tunagrahita, sering dikenal dengan cacat mental yaitu
kemampuan yang berada di bawah normal. Tolak ukurnya
adalah tingkat kecerdasan atau IQ.
c. Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang
gejalanya sudah timbul sejak anak tersebut mencapai usia tiga
tahun. Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis berat
yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak
tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar
secara efektif.
Sepintas, anak-anak autis dan tunagrahita memang sama-sama
sulit berkomunikasi, tetapi dalam perkembangannya, pada
situasi tertentu anak-anak autis bisa lebih cerdas membahasakan
sesuatu.
19 T. Sutjihati Soemantri, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa. Refika Aditama, Bandung,
h.121.
33
G. Karakteristik penyandang Tunagrahita
Penyandang tunagrahita atau anak berkebutuhan khusus
memiliki karakteristik tersendiri. Ada beberapa karakteristik anak
penyandang tunagrahita menurut Brown,20 sebagai berikut:
(a) Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempunyai
kesulitan dalam memelajari pengetahuan abstrak atau
yang berkaitan dan cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa
latihan terus menerus.
(b) Kesulitan dalam menggenerelasikan dan memelajari hal-
hal yang baru.
(c) Bagi penyandang tunagrahita berat akan kesulitan dalam
berkomunikasi.
(d) Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak
dengan tunagrahita berat mempunyai keterbatasan dalam
aspek fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat
berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu dan mendongakkan kepala.
(e) Kurang dalam menolong diri sendiri. Sebagian dari
penyandang tunagrahita berat sangat sulit mengurus diri
sendiri, seperti; berpakaian, makan dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan
khusus untuk mempelajari hal-hal dasar.
20Brown, etal, 1991;Wolwry& Haring, 1994, Exeptional Childern, fifth edition, (1966). Hal 485-
486
34
(f) Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim.
Penyandang tunagrahita ringan dapat bermain bersama
dengan anak regular, tetapi penyandang tunagrahita
berat tidak dapat melakukan hal tersebut.
(g) Tingkah laku yang kurang wajar terus menerus. Banyak
penyandang tunagrahita berat bertingkah laku tanpa
tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual,
misalnya : memutar-mutar jari didepan wajahnya dan
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri,
misalnya: membentur-benturkan kepala dan menggigit
jari.
Menurut hasil perhitungan Kementrian Sosial Republik
Indonesia pada tahun 2011, jumlah penyandang Tunagrahita di
Indonesia sebesar 777.761 jiwa dari jumlah penyandang disabilitas
sebanyak 4.783.275 jiwa. Sedangkan di Jawa Timur, prevelensi anak
penyandang Tunagrahita sebanyak 125.190 jiwa. Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat (LBKM), menyatakan bahwa jumlah anak
penyandang Tunagrahita di Surabaya mencapai 10% sampai 20% pada
kelas rendah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Jumlah ini terbilang tinggi,
mengingat kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia
(Kementrian Sosial RI, 2011).21
21Kementrian Sosial Republik Indonesia. 2011. Populasi Penyandang Cacat Indonesia. Jakarta.
35
H. Klasifikasi penyandang tunagrahita dari berbagai perspektif
Seperti yang diungkapkan oleh Mohammad Efendi (2006:89)
berikut beberapa klasifikasi menurut tinjauan berbagai profesi22 :
a. Seorang dokter dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita
didasarkan pada tipe kelainan fisiknya, seperti tipe
mongoloid, micricephalon, cretinism dan lain-lain.
b. Seorang pekerja social dalam mengklasifikasikan anak
tunagrahita didasarkan pada derajat kemampuan penyesuaian
diri atau ketidaktergantungan pada orang lain, sehingga untuk
menentukan berat ringannya ketunagrahitaan dilihat dari
tingkat penyesuaiannya, seperti tidak tergantung, semi
tergantung, atau sama sekali tidak tergantung pada orang lain.
c. Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita
mengarah kepada aspek indeks mental intelegensinya,
indikasinya dapat dilihat pada angka hasil tes kecerdasan,
seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan
imbecile, dan IQ 50 – 75 dikategorikan debil atau moron.
d. Seorang pedagog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita
didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan
pada anak.
22 Mohammad Efendi .(2006).Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:PT Bumi
Aksara
.
36
I. Kapabilitas Kemampuan Anak Tunagrahita
Menurut Hallahan & Kauffman dalam Efendi, (2006:9)
berdasarkan kapabilitas kemampuan yang bisa dirujuk sebagai dasar
pengembangan potensi, anak tunagrahita dapat diklasifikasikan
menjadi.23
a. Anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dididik dengan
rentang IQ 50-75.
b. Anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dilatih dengan
rentang IQ 25 – 50.
c. Anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk dirawat
dengan rentang IQ 25 – kebawah.
Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita
yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia
masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat
dikembangkan pada anak tunagrahita didik antara lain: (1) membaca,
menulis, mengeja dan berhitung; (2) menyesuaikan diri dan tidak
menggantungkan diri pada orang lain; (3) keterampilan yang sederhana
untuk kepentingan kerja dikemudian hari. Kesimpulannya anak
tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik
secara minimal dalam bidang-bidang akademisi, social, dan pekerjaan.
Anak tunagrahita latih (imbecil) adalah anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin
23 Imron Fatkhudin. 2015. “Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Kegemukan Anak Tunagrahita
SLB C Wiyata Dharma 2 Yogyakarta”. Skripsi. FIK, Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta
37
untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi tunagrahita yang
mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita
mampu latih yang diberdayakan, yaitu (1) belajar mengurus diri sendiri,
misalnya: makan, berpakaian, tidur, atau mandi sendiri, (2) belajar
menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, (3) mempelajari
kegunaan ekonomi di rumah, atau di lembaga khusus. Kesimpulannya
anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat
dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-
hari (activity daily living),serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan
menurut kemampuannya.
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita
yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu
mengurus diri sendiri atau bersosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan
diri sendiri sangat membutuhkan orang lain.
Dalam perkembangannya, klasifikasi penyandang Tunagrahita
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Tunagrahita ringan, Tunagrahita
Sedang dan Tunagrahita berat. Mulyono Abdurrahman (1994:26-27)
mengungkapkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak dengan
tingkat IQ 50-75, sekalipun dengan tingkat mental subnormal, namun
dapat dipandang masih mempunyai potensi untuk menguasai mata
pelajaran di sekolah dasar.
Tunagrahita sedang yang memiliki IQ antara 20/25-50/55 pada
umumnya dapat mengurus diri, mengerjakan sesuatu yang sederhana
dan sifatnya rutin, bergaul dan berkomunikasi dengan lingkungan
38
terbatas. Anak Tunagrahita berat dan sangat berat biasa disebut dengan
anak mampu rawat yang tingkat IQ mereka kurang dari 30 dan hamper
tidak memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri.
J. Faktor Penyebab Tunagrahita
Sebagai salah satu penyakit yang tergolong pada gangguan
mental, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami
keterbelakangan mental, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor keturunan. Terjadi karena adanya kelainan kromosom
(inversi, delesi, duplikasi) dan kelainan gen (kekuatan
kelainan, lokus gen).
b. Gangguan Metabolisme da Gizi. Gangguan metabolisme
asam amino, gangguan metabolisme saccharide, kelainan
hypothyroidism.
c. Infeksi dan keracunan. Karena penyakit rubella, syphilis
bawaan, syndrome gravidity beracun.
d. Trauma dan zat radioaktif.
e. Masalah pada kelahiran.
f. Faktor lingkungan (sosial budaya). Faktor lingkungan juga
menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami
keterbelakangan mental/tunagrahita. Seperti, tempat tinggal
yang jauh terisolasi dari ruang publik atau dipinggiran dan
kemiskinan yang dialami.
39
K. Landasan Teori dan Kerangka Berpikir
1) Vicious Circle (Lingkaran Setan/Perangkap Kemiskinan)
Unsur-unsur kemelaratan berjalin erat dalam suatu mata rantai.
Mata rantai ini disebut sebagai lingkaran setan, sindrom kemiskinan
atau perangkap kemiskinan. Kekuatan dari tiap-tiap mata rantainya
berbeda:
Gambar 2. Skema Perangkap Kemiskinan Chambers
Gambar diatas menunjukkan Perangkap Kemiskinan yang di
jelaskan Chambers dalam bukunya pembangunan desa mulai dari
belakang.
a) Kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan kelemahan jasmani
karena kekurangan makan yang pada gilirannya menghasilkan
ukuran tubuh lebih kecil. Kekurangan gizi menjadikan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, tidak mampu membiayai sekolah.
Orang menjadi rentan terhadap keadaan darurat atau kebutuhan
mendesak karena tidak mempunyai kekayaan dan menjadi tidak
Kemiskinan
n
Lemah
Jasmani
Isolasi
Kerentanan Ketidakberdayaan
40
berdaya karena kehilangan kesejahteraan dan mempunyai
kedudukan yang rendah, orang miskin tidak mempunyai suara.
b) Kelemahan jasmani. Tubuh yang lemah juga sering membuat
orang tersisih karena tidak ada waktu atau tidak kuat mengikuti
pertemuan-pertemuan untuk mendapatkan informasi
pengetahuan baru yang bermanfaat. Tubuh yang lemah
menjadikan orang merasa tidak berdaya, karena kekurangan
tenaga dan waktu, untuk melakukan unjuk rasa, bernegoisasi
dan politik, orang yang kelaparan dan sakit-sakitan tidak akan
berani berbuat macam-macam.
c) Isolasi. Karena tidak berpendidikan, tempat tinggal yang jauh
terpencil atau diluar jangkauan komunikasi menopang
kemiskinan, pelayanan dan bantuan pemerintah tidak sampai
menjangkau mereka, orang yang buta huruf menjauhkan mereka
dari informasi yang mempunyai nila ekonomi serta menutup
kemungkinan masuk dalam daftar penerima kredit. Isolasi
membuat kerentanan, tidak mendapatkan bantuan dengan segera
apabila didatangi hal yang mendadak seperti kelaparan atau
wabah penyakit, orang buta huruf sukar mendaftarkan diri untuk
mendapatkan pembagian tanah dan mudah ditipu. Isolasi berarti
kurang hubungan dengan para pemimpin politik atau bantuan
hukum, serta tidak tahu apa yang dilakukan penguasa.
d) Kerentanan. Orang terpaksa menjual atau menggadaikan
kekayaan, berkaitan dengan kelemahan jasmani untuk
41
menangani keadaan darurat, waktu dan tenaga ditukar dengan
uang, kaitannya dengan keterpencilan(isolasi) berupa sikap
menyingkirkan diri, baik secara fisi(tempat yang jauh) maupun
secara sosial(menjauhi pergaulan) akibat guncangan atau
kejadian yang mendadak, serta kaitannya dengan
ketidakberdayaan dicerminkan dengan ketergantungan terhadap
majikan atau orang yang dijadikan gantungan hidupnya.
e) Ketidakberdayaan mendorong proses pemiskinan dalam
berbagai bentuk, antara lain yaitu pemerasan oleh kaum yang
lebih kuat. Juga dapat membuat orang miskin lebih miskin
terhadap tuntunan untuk membayar hutang, terhadap ancaman
hukuman atau denda, atau terhadap penyalahgunaan wewenang
yang merugikan dirinya.24
2) People Contered Development
Korten mendefinisikan pembangunan berpusat kepada manusia
adalah suatu proses dari anggota-anggota masyarakat yang
meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk
memobilisasi dan mengelola sumberdaya demi menghasilkan
perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas
hidup sesuai dengan aspirasi mereka.25 Ada tiga dasar untuk
perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan
yang berpusat pada masyarakat, yaitu:
24Robert Chambers. 1987. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. Jakarta: LP3ES 25Aris Munandar. 2008. Peran Negara Dalam Penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Kajian Politik dan Masalah pembangunan. Vol 4/No.1 hal.151
42
1. Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah
pada penciptaan keadaan yang mendorongdan mendukung
usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka
sendiri ditingkat individu, keluarga dan masyarkat.
2. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi yang
berfungsi menurut kaidah-kaidah swaorganisasi.
3. Mengembangkan sistem-sistem produksi dan konsumsi yang
diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan pada kaidah-
kaidah dan pemilikan pengendalian lokal.
3) Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian,
karena mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap penyebab munculnya
berbagai kesenjangan sosial yang terjadi di Desa Karangpatihan dan
melakukan penelitian untuk mengungkap pemberdayaan apa saja
yang sudah dilakukan masyarakat desa, serta melakukan tindakan
preventif dalam upaya memutus vicious circle problem penyandang
tunagrahita di desa Karangpatihan.
43
People Contered
Development
Rapid Rural
Appraisal
DESA KARANGPATIHAN
Di atas merupakan kerangka berpikir yang akan digunakan peneliti
dilapangan. Penelitian ini dilakukan di Desa Karangpatihan
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo dengan melihat berbagai
kesenjangan sosial yang ada, mulai dari gizi buruk, penyandang
tunagrahita dan predikat sebagai kampung idiot. Pada tahap
selanjutnya, peneliti akan melihat penyebab munculnya
permasalahan yang ada dengan menggunakan metode RRA (Rapid
Rural Appraisal) yakni metode penilaian keadaan desa secara cepat
TUNA
GRAHITA
GIZI BURUKKAMPUNG
IDIOT
MAPPING
Upaya/Tindakan
Preventif
Goal and change
44
dan akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan
pembangunan pedesaan harus diambil segera. Setelah semua
penyebab permasalahan di desa terungkap, maka akan dilakukan
tindakan preventif melalui People Contered Development atau sering
disebut sebagai pembangunan yang berkonsentrasi pada rakyat atau
manusia. Dari tindakan preventif ini tujuan yang ingin dicapai yakni
adanya sebuah perubahan positif secara sutainable.