bab ii kajian pustaka 2.1. kajian pustaka 2.1.1 model...

12
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari, (Rusman, 2011:201). Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin, (Rusman, 2011:201), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Davidson 1994, (Miftahul Huda 2011:29) Mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Nurulhayati,(Rusman 2011:203), Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Selain itu Nurulhayati, (Rusman 2011:204) mengemukakan lima unsur dasar cooperative learning, yaitu : 1. Ketergantungan yang positif 2. Pertanggungjawaban individual 3. Kemampuan bersosialisai 4. Tatap muka 5. Evaluasi proses kelompok.

Upload: donguyet

Post on 31-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif

adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari, (Rusman, 2011:201).

Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu

pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan

mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan

aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin, (Rusman, 2011:201),

pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif

dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe ini, guru lebih berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.

Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Davidson 1994,

(Miftahul Huda 2011:29) Mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara

terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya

pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada

sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Nurulhayati,(Rusman 2011:203),

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi

siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Selain itu Nurulhayati,

(Rusman 2011:204) mengemukakan lima unsur dasar cooperative learning, yaitu :

1. Ketergantungan yang positif

2. Pertanggungjawaban individual

3. Kemampuan bersosialisai

4. Tatap muka

5. Evaluasi proses kelompok.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

7

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan penting lain dari pembelajaraan kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Rusman

2011:210). Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di

mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang

saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin

beragam. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja.

Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang

disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun

dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan

tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

8

Menurut Rusman (2011:211) Langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif. Untuk langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah laku guruTahap 1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Rusman 2011:212) ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung

pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

2. Tanggungjawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan

kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

9

melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima

informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih

siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions)

Menurut Slavin (H. Isjoni 2009:74) tipe ini dikembangkan Slavin, dan

merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD

merupakan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin,

dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru menerapkan

model pembelajaran kooperatif di kelas. Menurut Slavin (Rusman 2011:213),

Model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak

diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam

matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada

tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Rusman (2011:215)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD sebagai berikut:

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri

dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas

dalam presentasi akademik, gender/jenis kelamin,ras atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

10

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta

pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa

agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran

guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan

dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa,tugas dan pekerjaan yang

harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing menggunakan kontribusi. Selama

tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,

dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri

terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi

yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja

masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak

dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara

individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar

tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal,

misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas

keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Menghitung Skor Individu

Menurut Slavin (Rusman 2011:216), untuk menghitung perkembangan skor

individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

11

No Nilai Tes Skor Perkembangan

1.

2.

3.

4.

5.

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

10 sampai 1 poin di bawah skor dasar

Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan

skor dasar)

0 Poin

10 Poin

20 Poin

30 Poin

30 Poin

2) Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan

anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan

individu anggota kelompok dengan membagi sejumlah anggota kelompok

tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh

skor kelompok sebagaimana dalam tabel 3 sebagai berikut:

No. Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 0≤N≤5 -

2. 6≤N≤15 Tim yang baik (good team)

3. 16≤N≤20 Tim yang Baik Sekali (Great Team)

4. 21≤N≤30 Tim yang Istimewa (Super Team)

3) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru

memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok

sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Setiap periode penilaian, guru menghitung skor kuis rata-rata siswa dan

menentukan skor dasar baru. Setelah 5 atau 6 minggu atau pada akhir periode

penilaian siswa dibuat kelompok baru. Dengan tujuan memberi kesempatan baru

pada siswa yang berada pada kelompok rendah untuk bekerja dengan teman yang

lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk memberikan

pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah

dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang

lain. Materi-materi dalam Standar Isi yang diharapkan akan berhasil secara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

12

optimal dalam kegiatan pembelajaran jika digunakan pembelajaran kooperatif tipe

STAD adalah:

1. Materi-materi untuk memahami konsep-konsep IPA yang sulit serta

membutuhkan kemampuan bekerjasama, berfikir kritis, dan

mengembangkan sikap sosial siswa.

2. Materi-materi yang berkaitan dengan pemecahan masalah(problem solving).

Perubahan lingkungan fisik dan prosesnya merupakan materi yang dianggap

siswa sulit dan berkaitan dengan pemecahan masalah untuk memecahkan masalah

dibutuhkan kerjasama tiap anggotanya. Selain materi perubahan lingkungan fisik

dan prosesnya pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat mengunakan materi

lain yang membutuhkan pemecahan masalah secara berkelompok. Kunci

keberhasilan di dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah

persiapan guru dalam:

1. Memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan

prasyarat siswa.

2. Memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa.

3. Memilih materi yang ada pada Standar Isi yang memungkinkan untuk

dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan diskor dengan cepat.

4. Menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap

anggota kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan

bertanggung jawab untuk kelompok masing-masing. Selain itu juga, para

anggota masing-masing kelompok harus saling mendengarkan dan

mengungkapkan pendapat masing-masing kelompok secara ikhlas.

5. Membimbing agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara

bijaksana sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat

dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat

saling berbagi kemampuan, belajar berpikir kritis, menyampaikan pendapat,

memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, membantu belajar, serta

menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota

kelompok.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

13

Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.

Demikian pula dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Menurut

Slavin (1995) pembelajaran Kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa

keunggulan, diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

Selain keunggulan tersebut pembelajaran tipe STAD juga memiliki

kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mancapai

target kurikulum.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya

guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemapuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat

melakukan pembelajaran kooperatif.

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama..

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara

lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Alfera Bekti Susani yang berjudul

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Penerapan Dienes Games dalam

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sifat-sifat Bangun Ruang Kelas

V Semester II di SD Kutawinangun 11 Tahun Pelajaran 2011/2012. Upaya

meningkatkan SDM diperlukan pengembangan dalam pendidikan untuk hasil

yang optimal. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

14

siswa sehingga terjadi kerjasama yang timbal balik. Salah satu model

pembelajaran yang menerapkan kerjasama adalah Kooperatif tipe STAD yang

dikembangkan dengan teori belajar Dienes Games. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang diteliti adalah

proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dinilai melalui

lembar observasi dan soal evalusi. Penerapan Dienes Games dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan ketrampilan sosial siswa dari

skor 48,67 menjadi 57 dari skor maksimal yang harus diperoleh 64, minat dari

skor 48 menjadi 54 dari skor maksimal 64, perhatian dari skor 48 menjadi 58 dari

skor maksimal 64. Serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata

sebelum tindakan 69,19 menjadi 76,13 pada siklus yang pertama dan pada siklus

kedua mengingat menjadi 94,37. Setelah melaksanakan penelitian dan pengolahan

data dapat disimpulkan bahwa penerapan teori belajar Dienes Games dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh pada peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jamil Musthofa yang berjudul

Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Hasil

Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas IV SDN

Yosorejo Gringsing Batang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Pembelajaran

kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi

operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan

belajar siswa dari jumlah 40 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1

PTK sebanyak 27. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar

siswa meningkat menjadi 35 siswa (96 %). Keunggulan dari penelitian ini yaitu

meningkatkan minat siswa dalam pelajaran matematika materi operasi hitung

pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu peningkatan hasil belajar tidak sesuai

karena dengan Student Teams-Achievement Divisions (STAD) masih belum bisa

sepenuhnya mengaktifkan minat siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian pada

pokok bahasan operasi pecahan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

15

Penelitian Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas IV Semester Gajil Tahun Ajaran

2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa pada materi pelajaran penjumlahan dan

pengurangan pecahan semakin meningkat. Hal ini ditujukan dengan sebelum

pelaksanaan tindakan, siswa yang mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 45,83%

dari 24 siswa dan rata-rata kelas 70,83. Sedangkan pada siklus 2 siswa yang

mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau 87,50% dari 24 siswa dan rata-rata kelas

83,08. Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar pada

materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu

harus saling bekerja sama, padahal anak sangat sulit untuk bekerja sama dengan

anggota kelompok lain dan selalu ada salah satu dari anggota kelompok yang

mendominasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut

untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan

pelaksanaan tindakan terutama persiapan guru. Sebaiknya guru mempelajari

dengan baik tahapan-tahapan pelaksanaan STAD.

Dari beberapa kajian yang relevan diatas dapat dilihat perbedaan yang

cukup jelas, diantaranya oleh Alfera Bekti Susani (2011) Peningkatan Aktivitas

dan Hasil Belajar dengan Penerapan Dienes Games dalam Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada Sifat-sifat Bangun Ruang Kelas V Semester II. Oleh

Nur Jamil Musthofa yang berjudul Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD

untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung

Pecahan Siswa Kelas IV SDN Yosorejo Gringsing Batang. Oleh Rahmawati

(2011) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas IV

Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Dari kajian hasil penelitian yang

relevan diatas jelas sekali perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini,

perbedaannya adalah pada mata pelajaran yang diteliti yakni mata pelajaran IPA

untuk SD Kelas IV.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

16

2.3 Kerangka Berfikir

Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, yaitu

menggunakan metode ceramah yang bersifat konvensional. Dengan menggunakan

metode ceramah menyebabkan siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran, siswa

tidak fokus dalam pembelajaran, siswa kurang merespon perintah yang

disampaikan oleh guru. Melalui metode ceramah yang hanya dilakukan oleh guru

tanpa memvariasikan model lain menyebabkan kualitas pembelajaran rendah,

menyebabkan hasil belajar siswa rendah dan banyak yang masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti

akan menggunakan strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, diharapkan dengan menggunakan model STAD dapat membuat siswa

lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Adapun langkah-langkah

pembelajaran STAD, yaitu siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5

orang secara heterogen, siswa menyimak materi yang disampaikan oleh guru

tentang perubahan lingkungan fisik dan prosesnya, siswa mengerjakan lembar

kerjasiswa (LKS), siswa berdiskusi dalam kelompok, siswa mempresentasikan

hasil diskusi kelompoknya, dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan.

Diharapkan dengan menggunakan model STAD akan diperoleh hal-hal yang

positif baik bagi guru maupun bagi siswa, misalnya keterampilan guru dalam

mengajar akan meningkat, aktivitas siswa dalam belajar akan meningkat, dan

terutama hasil belajar siswa juga pasti meningkat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8405/2/T1_292011612_BAB II.pdfsiswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai

17

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir ini, diringkaskan dalam gambar 1

sebagai berikut:

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana

yang telah diuraikan diatas, penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas IV Mata

Pelajaran IPA di SDN Randuacir 01 Tahun Pelajaran 2012/2013.

Siswa:

Siswa jenuh dalam

pembelajaran

Siswa tidak fokus dalam

pembelajaran

Siswa kurang merespon

Guru :

Pembelajaran

Konvensional

Kualitas pembelajaran rendah menyebabkan hasil belajar siswa rendah dan banyak yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65.

Tindakan Kelas:

Strategi pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

Aktivitas siswa meningkat

Hasil belajar siswa meningkat