bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA di SD
Mata pelajaran IPA sangat penting bagi siswa atau peserta didik, karena di
dalam IPA ada banyak gejala – gejala alam atau peristiwa alam yang perlu di
pelajari oleh anak SD. IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang
aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu
yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal
(Suyoso, 1998: 23). Menurut Susanto (2013 : 165 ) IPA merupakan salah satu
mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar.
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, tentang pembelajaran IPA dan
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk menpelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di
dalam kehidupan sehari-hari. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya
ditujukan untuk memupuk pengertian, minat dan penghargaan anak didik terhadap
dunia tempat tinggal mereka hidup ( Sumaji, dkk 1998:34).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
usaha manusia untuk mempelajari gejala-gejala alam atau peritstiwa alam yang
dipelajari melalui metode atau pendekatan tertentu. Adanya pembelajaran IPA di
SD diharapkan siswa dapat ramah tamah dengan lingkungan dan mengetahui
tentang segala gejala ataupun peristiwa yang ada di Indonesia ini. Pembelajaran
IPA wajib di ajarkan dan siswa wajib untuk mepelajarinya dengan cara atau
metode tertentu.
Tujuan Pembalajaran IPA
Pemberian mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memahami
7
atau menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu
menggunakan metode ilmaih untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan penciptanya
(Sumaji dkk, 1998:35).
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut BNSP (Susanto, 2013:171),
dimaksudkan untuk:
1. Memperoleh keyakinan tehadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keteraturan alam.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman IPA untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
hubungan yang saling mempengaruhi IPA.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam menjaga lingkungan
alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan ke jenjang SMP.
Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Ruang
lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
8
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA telah ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dan harus dimiliki oleh kemampuan
peserta didik yang berstandar nasional. Standar Kompetensi (SK) di ringkas
kedalam sebuah Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi itu sendiri
merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan secara efektif. Penjabaran akan
lebih dalam melalui Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar sendiri merupakan
kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan efektif.
Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar ini
pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, kerja ilmiah
dan pengetahuan sendiri yang di fasilitasi atau didapatkan dari seorang guru. Oleh
karena itu Satuan Pendidikan harus mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar yang telah diterbitkan oleh BNSP. Untuk lebih jelasnya
tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan pada tabel 2.1 tentang standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, pada halaman berikut:
9
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas 4 semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan/atau bentuk
suatu benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan)
dapat mengubah gerak suatu benda
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan)
dapat mengubah bentuk suatu
benda
8. Memahami berbagai bentuk
energi dan cara penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan
bunyi yang terdapat di lingkungan
sekitar serta sifat-sifatnya
8.2 Menjelaskan berbagai energi
alternatif dan cara penggunaannya
8.3 Membuat suatu karya/Pendekatan
untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh
udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut
8.4 Menjelaskan perubahan energi
bunyi melalui penggunaan alat
music
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan bumi
dan benda langit
9.1 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari ke hari.
Sumber : Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi)
Di dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru wajib membuat desain
pembelajaran, yaitu rancangan pembelajaran (RPP), RPP diatur dalam standar
proses permendiknas No 41 tahun 2007. Standar proses adalah standar pendidikan
nasional yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai kompetensi lulusan (Permendiknas No 47 Tahun 2007). Sehingga
pembelajaran itu dilaksanakan melalui EEK.
10
2.1.2 KREATIVITAS BELAJAR
Menurut Harwadi (Antonius Atosokhi dkk, 2005) dalam Wardani Naniek
Sulistya (2011:49) menyatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,
baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
semuanya itu relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pendapat
harwadi tentang kreativitas belajar intinya adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru berarti seseorang itu mempunyai kemampuan yang
baik dalam kegiatan tertentu. Dalam hal ini Ngalimun juga berpendapat tentang
Kreativitas belajar.
Ngalimun, dkk (2013: 46) mengatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi
dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang
dilakukan, dan mencari alternatif pemecahannya. dan Hurlock berpendapat
tentang kreativitas.
Hurlock (1978) dalam Momon Sudarma (2013: 18) mengatakan
kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah
suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
Ngalimun dan Hurlock berpendapat bahwa kreativitas belajar itu pada dasarnya
sama-sama mengahsilkan dan menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan
menurut Torrance dapat melengkapi pendapat beberapa ahli bahwa kreativitas itu
tidak hanya kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru tetapi
juga membutuhkan adanya proses merasakan, mengamati masalah, menilai, dan
pada akhirnya sampai pada menyampaikan hasil. Berikut ini pengertian
kreativitas menurut Torrance.
Kreativitas merupakan proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
menganalisis, dan terakhir menyampaikan laporan hasil (Torrance (1988).
11
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Yang berupa gagasan, mengamati masalah, menyampaikan laporan hasil. Hasil
dari kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil dan bermakna. Untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas seseorang perlu dilakukan
pengukuran.
Menurut Rogers dalam Munandar (2012:34) tiga kondisi pribadi yang
kreatif ialah :
a) Keterbukaan terhadap pengalaman;
- Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
- Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
- Penjang akal;
- Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan;
- Berfikir fleksibel;
- Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
- Memiliki rasa ingintahu yang mendalam
- Mampu menyatakan pendapat dan tidak malu-malu
- Mempunyai rasa humor
- Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
- Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang
b) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang
(internal locus of evaluation);
- Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
- Memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah
- Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
- Mempunyai daya imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa)
- Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
yang lebih banyak;
- Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
c) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep –
konsep
- Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
- Menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi
- Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
- Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dengan yang lain. (orisinil)
- Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
- Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
12
- Kemampuan membuat analisis dan sintesis;
Kondisi preibadi yang kreatif memiliki 3 aspek yaitu keterbukaan terhadap
pengalaman; kemempuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi seseorang;
dan kemampuan untuk bereksperimen.
Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan kedalam ciri kognitif dan nonkognitif.
Ciri –ciri kognitif sama dengan empat ciri berfikir kreatif, yaitu, orisinilitas,
fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri-ciri nonkognitif meliputi
motivasi, sikap, dan kepribadian kreatif. Ciri-ciri nonkognitif sama pentingnya
dengan ciri-ciri kognitif, karena tanpa ditunjang oleh kepribadian yang sesuai,
kreativitas seseorang tidak dapat berkembang secara wajar.
Pribadi yang kreatif itu akan memunculkan ciri – cirri kreativitas. Ciri –
ciri manusia yang kreatif menurut Sund dalam Slameto (2010:147) menyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru;
c) Penjang akal;
d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
e) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
f) Cenderung mencari jawaban yang lugas dan memuaskan;
g) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
h) Berfikir fleksibel;
i) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
yang lebih banyak;
j) Kemampuan membuat analisis dan sintesis;
k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
l) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
m) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas;
Ciri – ciri manusia yang kreatif menurut Slameto ini menunjukkan adanya
13 ciri-ciri manusia yang kreatif yang meliputi rasaingintahu tinggi, panjang akal,
ingin menemukan dan meneliti, cenderung lebih menyukai tugas yang sulit,
berfikir fleksibel. Untuk melengkapi uraian mengenai ciri-ciri manusia yang
kreatif, perlu dikemukakan adanya ciri-ciri yang lain dari salah satu pakar, dan
pakar yang sejajar mengenai ciri-ciri manusia yang kreatif ini adalah teori Guiford
13
Terdapat 12 ciri – ciri kreativitas menurut Guilford (2014:117)
menjelaskan antara ciri-ciri kognitif dan afektif yang berhubungan dengan
kreativitas yaitu:
a) Memiliki rasa ingintahu yang mendalam
b) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c) Memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah
d) Mampu menyatakan pendapat dan malu-malu
e) Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
f) Menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi
g) Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
h) Mempunyai rasa humor
i) Mempunyai daya imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa)
j) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dengan yang lain. (orisinil)
k) Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
l) Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang
Jadi kreativitas belajar adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
sesuatu yang baru yang meliputi: aspek keterbukaan terhadap pengalaman
meliputi: hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap
pengalaman baru, penjang akal, cenderung mencari jawaban yang lugas dan
memuaskan, berfikir fleksibel, memiliki semangat bertanya serta meneliti,
memiliki rasa ingintahu yang mendalam, mampu menyatakan pendapat dan tidak
malu-malu, mempunyai rasa humor, kelancaran dalam menghasilkan bermacam-
macam gagasan; kemampuan menilai situasi: sering mengajukan pertanyaan
yang berbobot, memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah,
mempunyai atau menghargai rasa keindahan, mempunyai daya
imajinasi(memikirkan hal baru dan tidak biasa), menanggapi pertanyaan yang
diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak, memiliki daya
abstraksi yang cukup baik; kemampuan bereksperimen meliputi: (keinginan
untuk menemukan dan meneliti, menonjol dalam suatu atau lebih bidang studi,
dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi, mampu mengajukan
pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan yang lain.
(orisinil), cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, memiliki
dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, memecahkan masalah).
14
2.1.3 Pendekatan Problem Based Learning
Arends dalam Trianto (2011:22) menyatakan “istilah model pembalajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya”.
Pendekatan Pembelajaran problem based learning dikembangkan untuk
pertama kali oleh Howard Barrows pada awal tahun 70-an dalam pembelajaran
Ilmu Pendidikan Medis di Southern Illionis University School Barrows (1980).
Para siswa mempelajari berbagai kasus yang terjadi pada pasien yang mengidap
penyakit kemudian mencari cara atau teknik penyembuhan yang harus dilakukan.
Namun pada perkembangan selanjutnya Pendekatan ini meluas pada pembelajaran
ilmu Pengetahuan Alam di perguruan tinggi dan akhirnya dikembangkan di
sekolah-sekolah menengah. Pendekatan pembelajaran problem based learning ini
telah dikenal sejak zaman John Dewwey. Berikut ini adalah pengertian
Pembelajaran problem based learning menurut para ahli sebagai berikut :
Pembelajaran problem based learning merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyakinkan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa
untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata real world
major, Claire.H dan Palmer, Betsy(2001).
Pembelajaran problem based learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
ini digunakan untuk meningkat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang digunakan dimaksud Duch J B (1995).
Sanjaya (2011:92) berpendapat “problem based leaning merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tinggi”. Pembelajaran
ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya
dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
15
Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
Pendekatan problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang menuntut proses berfikir tingkat tinggi.
Ciri-ciri dan Karakteristik Problem Based Learning
Menurut Arends dalam Trianto (2011:349), berbagai pengembangan
pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan Pendekatan pengajaran itu
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar
prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran
berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan yang
dua-duanya secara penting bagi siswa dan secara pribadi bermakna untuk
siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik,
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu.
2. Keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran masalah berpusat pada
mata pelajaran tertentu masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar
nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau maasalah itu dari banyak
mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadpa masalah nyata.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut siswa utnuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaikan masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa trankrip
debat seperti pada pelajaran “Roots and Wings”. Produk itu dapat juga berupa
laporan, Pendekatan fisik, video maupun program computer.
5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil. Bekerja sama merupakan memberikan motivasi unutk
secara berkelanjutan, dengan bekerja sama siswa dapat dengan cepat dan
tanggap.
Menurut Rusman (2011:232) Karakteristik pendekatan Problem Based
Learning atau yang sering disebut PBL sebagai berikut:
16
1. Permasalahan menjadi starting point dalam pembelajaran. 2. Permasalahan
diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 3.
Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar. 4. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam PBL. 5. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar dan PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
dan proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulakan bahwa karakteristik
Problem based learning mempunyai ciri-ciri yang masalah yang ada terdapat
pada dunia nyata, data autentik dan masalah dipecahkan secara langsung.
Pemanfaatan sumber pengetahuan juga sangat beragam sehingga membuat siswa
lebih cepat dalam menanggapi suatu masalah yang telah ada.
Kelebihan Pendekatan problem based learning
kelebihan pendekatan problem based learning dalam pemanfaatannya
adalah sebagai berikut :
1. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. membantu siswa mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. mendorong siswa mempunyai inisiatif
6. mendorong kreativitas dalam pengungkapan penyelidikan masalah telah ia
lakukan
7. dengan pendekatan problem based learning akan terjadi pembelajaran yang
bermakna
8. dalam situasi problem based learning siswa mengintegrasikan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. Pendekatan problem based learning dapat meningkatkan kemampuan
berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersoanal dalam
bekerja kelompok.
17
Kelemahan Pendekatan problem based learning
Meskipun tercatat kelebihan-kelebihan dari pendekatan problem based
learning, namun demikian ada bebera kelemahan dari problem based learning
antara lain :
1. Kurangnya terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan Pendekatan ini.
Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensial,
pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses problem based learning terkadang
membutuhkan waktu yang lebih. Peserta didik terkadang memerlukan waktu
utnuk menghadapi suatu masalah yang harus diselesaikan.
3. Menurut fincham, et al (1997:419) problem based learning tidak
menghadirkan kurikulum baru, tetapi lebih pada kurikulum yang sama
dengan metode pengajaran yang sebelumnya.
4. Seorang guru menghadapi pendekatan problem based learning mungkin
tidak dapat menutup sabagai bahan sebanyak pengajaran berbasis
konvensial. problem based learning bisa sangat menantang untuk
dilaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja bagi
guru.
5. Siswa tidak dapat benra-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak miliki pengalaman
sebelumnya.
Kelebihan yang Nampak pada pendekatan problem based learning ini
adalah siswa langsung berhadapan langsung pada suatu permasalahan yang ada
sihingga siswa dapat berfikir kritis, sedangkan kelemahan yang Nampak pada
penelitian ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
pendekatan pembelajaran ini lebih detail.
Tujuan pendekatan problem based learning
Menurut Trianto (2011) pendekatan problem based learning berdasarkan
masalah memiliki tujuan :
1.Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan masalah. Problem based learning memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk tidak berfikir sesuai yang bersifat konkret tapi lebih dari
itu berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
18
2.Belajar peranan orang tua yang autentik. Menurut Resnick dalam Trianto
(2011: 95) bahwa Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah amat
penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran di sekolah formal
dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Berdasar pendapat resnick tersebut problem based learning memiliki
implikasi (1) mendorong siswa kerjasama dalam menyelesaikan tugas. (2)
memiliki element-element magang, hal ini mendorong pengamatan dan
dialogdengan orang lain sehingga secar bertahap siswa dapat memahami
peran orang yang diamati atau yang diajak dialog (ilmuan, guru, dokter, dan
sebagainya). (3) melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri,
sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan
fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena itu
sendiri.
3.Menjadi pembelajar yang mandiri. problem based learning berusaha
membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan
bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata
oleh mereka sendiri.
Langkah – langkah Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Fogarty (1997) dalam Rusman (2011:243) menyebutkan bahwa
proses pembelajaran dengan base pendekatan problem based learning dijalankan
dengan 8 langkah, yaitu:
1. Menemukan Masalah
siswa diberikan masalah berstruktur ill-defined yang diangkat dari konteks
kehidupan sehari-hari. Pertanyaan permasalahan diungkapkan dengan
kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar
konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan
peluang pada siswa untuk melakukan penyelidikan. Siswa menggunakan
kecerdasan inter dan intra-persoal untuk saling memahami dan saling berbagi
pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan masalah yang dikaji.
Berdasarkan strukturnya, masalah dalam pembelajaran dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu, masalah yang terdefinisi secara jelas (well-defiend)
19
dan masalah yang tidak teridentifikasi secara jelas (ill defined )
hudoyo(2002).
2. Mengidentifikasi Masalah
siswa mengidentifikasi masalah menggunakan kalimatnya sendiri.
Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Siswa membuat
beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan. Pada
langkah ini, siswa melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan
awal dalam memahami dan mendefinisi masalah.
3. Mengumpulkan Fakta-Fakta
siswa membuka kembali pengalamannya yang sudah diperoleh dan
pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Siswa melibatkan
kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencariinformasi yang
berhubungan dengan permasalahan. Pada tahab ini, siswa mengorganisasikan
informasi-informasi berbantuan apa yang dilakukan untuk menganalisis
permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.
4. Menyusun Dugaan Sementara (Hipotesis)
siswa menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan
melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Siswa juga melibatkan
kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa
yangndipikirkan mereka dengan langkah-langkah yang logis.
5. Menyelidiki
Siswa melakukan penyelidikan terhadap data- data dan informasi yang
diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Siswa melibatkan kecerdasan
menjemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan
fakta-fakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang
memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui
dan memahami (multiple ways of knowing and understanding ) dunia
mereka.
6. Menyempurnakan Permasalahan yang telah didefinisikan
siswa menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikan
melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Siswa dapat melibatkan
kecerdasan verbalinguistik memperbaiki pernyataan rumusan maslahah
sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang lebih
memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan
informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas fakta-fakta
dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam
menganalisis data.
7. Menyimpulkan Alternatif -Alternatif Pemecahan Secara Kolaboratif
siswa berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan
permasalahan. Setiap anggota kelompok secara kolaboratif mulai bergelut
20
untuk mendiskusikan permasalahan dari berbagai sudut pandanga. Pada tahap
ini proses pemecahan yan dihasilkan dengan berkolaborasil. Kolaborasi
mendadi mediasi mengahsilkan alternatif yang lebih baik ketimbang
dilakukan secara individual.
8. Menguji Solusi Permasalahan.
Siswa menguji alternatrif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan
actual melalui diskusi secara komperhensif antar anggota kelompok untuk
memperoleh hasil pemecahan terbaik. Siswa menggunakan kecerdasan
majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat
sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang
dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan.
Menurut Fogarty (1997) dalam Rusman (2011:243) langkah-langkah
pembelajaran yang digunakan yang lebih ditekankan pada kegiatan Menjelaskan
tujuan pembelajaran, Membantu siswa mendefinisikan, mengumpulkan fakta.
Sedangkan langkah – langkah pendekatan problem based learning menurut
Ahmad adalah menekanakan pada orientasi.
Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:97) ada beberapa langkah - langkah
pada pembelajaran PBL. Langkah - langkah tersebut meliputi:
1) Tahap pertama orientasi siswa pada masalah;
Pada tahapan ini siswa mengorientasi Siswa memperhatikan guru saat
penyampaian tujuan pembelajaran dan dalam tahap ini siswa diberi
pengarahan bahwa akan memecahkan suatu masalah dan siswa diberi
penjelasan bagaimana cara memecahkan masalah.
2) Tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar;
Tahapan ini siswa berusaha untuk memecahkan suatu masalah, siswa di beri
suatu permasalahan
3) Tahap ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok;
Siswa membentuk kelompok untuk memecahkan masalah tersebut. dan
siswa melakukan penyelidikan guru hanya membimbing dalam pelaksanaan
saja
4) Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya:
Tahapan ini siswa mempersiapkan hasil yang telah didapatkan dari
pemecahan sebuah masalah tersebut.
5) Tahap kelima menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.
Tahapan ini guru dan siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah
Langkah pembelajaran yang dijelaskan oleh Ahmad dan Ibrahim secara
tahapan sama, tetapi dalam arti tahapan berbeda dengan langkah tahapannya.
21
Menurut Ahmad (2013:79-81) ada beberapa langkah-langkah utama
Pendekatan PBL yang meliputi:
a) Mengorientasi siswa pada masalah;
siswa berhadapan dengan masalah dan diberi cara penyelesaian suatu
masalah
b) Mengorganisasikan siswa agar belajar;
siswa mengorganisasi masalah, siswa berusaha menyelesaikan masalah yang
ada
c) Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok;
pembagian kelompok menjadi minimal 4 kelompok
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; serta
menyajikan hasil penelitian yang telah diteliti untuk dipresentasikan
e) Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah”.
Siswa bersama guru mengevaluasi atau menyimpulkan suatu pemecahan
masalah tersebut.
Menurut Wardani NS (2014:73) Langkah-langkah oprasional dalam pproses
pembelajaran problem based learning, meliputi :
a) Konsep dasar (basic concept). Fasilitator memberilakn konsep dasar
petunujuk referensi, atau link dan skilyang di perlukan dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah
dan tujuan pembelajaran.
b) Pendefinisian masalah (defining the problem) dalam langkah ini fasilitator
menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan
berbagai kegiatan brainstormingdan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide , dan tanggapan terhadap skenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
c) Pembelajaran mandiri (self learning). Peserta didik mencari berbagai
sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan diperpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
d) Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu : 1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah di diskusikan dikelas, dan 2) informasi
dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu di presentasikan dikelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
e) Pertukaran pengetahuan (exchang knowledge). Setelah mendapatkan sumber
untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri,
selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
22
f) Penilaian (assessment). Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
sofware, hadware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Sedangkanb penilaian trerhadap sikap dititik beratkan pada penguasaan soft
skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerja
sama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Berdasarkan ketiga penjabaran langkah-langkah pembelajaran Problem
based Learning menurut para ahli tersebut, maka dapat dipaparkan langkah-
langkah pembelajaran menggunkan Problem-based Learning sebagai berikut:
1. Tahap orientasi siswa pada masalah
- menyimak tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran.
2. Tahap menemukan masalah
- siswa menerima masalah dari guru.
3. Tahap mengidentifikasi masalah
- menemukan masalah.
4. Tahap mengumpulkan fakta permasalahan
- mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah.
5. Tahap merumuskan hipotesis
- menyusun jawaban sementara dari pemecahan masalah.
6. Tahap menyelidiki masalah
- melakukan penyelidikan terhadap data yang diperoleh dari berorientasi
masalah
7. Tahap menyempurnakan permasalahan
- menentukan masalah
8. Mengumpulkan alternatif pemecahan
- Kolaborasi dengan kelompok
- Berdiskusi dengan kelompok
9. Tahap menguji solusi permasalahan
23
- Presentasi
10. Tahap penilaian
- Lembar pengamatan
Jadi disini terdapat 10 langkah pembelajaran pendekatan Problem Based
Learning yang akan dilakukan pada kegiatan. Pada dasarnya Pendekatan Problem
Based Learning memiliki langkah utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti, antara lain: penelitian yang pertama, penelitian dilakukan oleh Heni
prasetyowati dengan judul penelitian “upaya peningkatan hasil belajar dan
kreativitas melalui pendekatan problem based learning” Dengan menggunakan
Problem-based Learning dapat meningkatkan kreativitas dan Hasil Belajar siswa
kelas V SDN Bedono 02 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil kreativitas Prasiklus
yaitu 2,38 selanjutnya mengalami peningkatan setelah dilakukannya pembelajaran
menggunakan Problem-Based Learning pada siklus 1 yaitu 2,80 selanjutnya
disiklus II 3,18. Dengan begitu guru berhasil menerapkan pembelajaran
menggunakan problem-based learning sehingga kreativitas siswa dapat
meningkat. Yang tadinya siswa tidak memiliki kesempatan mengembangkan
kreativitas dalam KBM, dengan diterapkannya problem-based learning siswa
memiliki kesempatan penuh untuk mengembangkan kreativitasnya. Kelebihan
dari penelitian yang dilakukan oleh Heni Prasetyo ini adalah mengembangkan
kemampuan berfikir kritis siswa dan mengembangkan kemampuan untuk
memecahkan masalah secara aktif, sehingga pembelajaran akan bermakna bagi
siswa karena akan menemukan pengetahuan baru.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Linda Rachmawati dengan judul
“Penerapan Model Problem Based Learning untuk meningkatkan pembelajaran
IPA siswa kelas 5 SDN Pringapus 2 Kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek
pada Tahun 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil
24
belajar terhadap pelajaran IPA. Hal ini ditandai dengan peningkatan nilai pada
siklus I yaitu 76,65 % menjadi 93,3 % pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut maka dapat dikatakan bahwa penggunaan model Problem Based learning
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada SDN pringapus 2 Kabupaten
Trenggalek. Kelebihan yang dilakukan oleh Linda Rachmawati penelitian
dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga peningkatannya meningkat tajam.
Kelemahan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam uji validitas. Penelitian
yang dilakukan Linda Racmawati dengan penelitian yang akan dilakukan sama-
sama menggunakan pendekatan Problem Based Learning bedanya pada variabel
yang akan di tingkatkan dalam penelitian tersebut.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Eni Wulandari dalam skripsinya
yyang berjudul “penerapan Model Problem based leraning pada pembelajaran
IPA siswa kelas 5 di SDN Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejio
tahun pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan penelitian dapat dikatakan bahwa
problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa mate
pelajaran IPA kelas 5 SDN Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo .
hal ini di dasarkan bahwa nilai rata-rata hanya mencapai 38,09%, dan setelah
dilakukan siklus I nilai rata-rata siswa kelas 5 menjadi 47,62% ini meningkat pada
siklus II. Dan siklus III di tebarkan dan hasil rata-rata nilai siswa kelas 5 menjadi
73,02%. Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan model atau
pendekatan problem based learning sehingga dapat mempercepat pemahaman
siswa tentang materi pelajaran tersebut karena siswa dihadapkan langsung pada
masalah yang nyata. Kelemahannya adalah langkah dari pembelajarannya perlu
diperjelas. Penelitian ini sama dengan penelitian yang akan dilakukan.
2.3 Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri 02 Pilang pada awal semester
II tahun 2014/2015 menggunakan KD 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Desain
pembelajaran yang dirancang guru, menggunakan pendekatan konvensional yang
berpusat pada guru. Siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru
25
saja, guru hanya menerangkan dan menjelaskan pembelajaran dan siswa hanya di
minta untuk mencatat apa yang di perintahkan guru untuk di tulis. Dalam
pembelajaran guru hanya menerapkan metode ceramah saja, sehingga kreativitas
siswa dalam belajar IPA tidak muncul dan tidak berkembang. Guru juga kurang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Kondisi ini, perlu segera dilakukan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem based learning. Perbaikan pembelajaran
menggunakan kompetensi dasar (KD). 8.2 menjelaskan berbagai energi alternatif
dan penggunaannya. dan 8.3 Membuat suatu karya/Pendekatan untuk
menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari
kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
dengan guru menggunakan pendekatan problem based learning, melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
- Orientasi tentang energi alternatif
- Menemukan masalah tentang kegunaan energi alternatif
- Mengidentifikasi masalah tentang kegunaan energi alternatif
- Mengumpulkan fakta tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan
energi alternatif
- Merumuskan hipotesis tentang teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan energi alternatif
- Menyelidiki tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi
alternatif
- Menyempurnakan permasalahan tentang teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan energi alternatif
- Mengumpulkan alternatif pemecahan tentang teknologi yang digunakan
dalam pemanfaatan energi alternatif
- Menguji solusi permasalahan tentang teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan energi alternatif
- Penilaian tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi
alternatif
26
Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui pendekatan problem
based learning, sekaligus dilakukan pengukuran aspek-aspek kreativitas belajar
IPA yakni aspek keterbukaan, aspek kemampuan menilai sesuatu, aspek
kemampuan bereksperimen. Untuk mengukur lebih rinci aspek kreativitas belajar
IPA ditetapkan indikator, yaitu untuk:
1. aspek keterbukaan, indikatornya:
a. menyimak handout energi alternatif
b. menyimak gambar energi alternatif
c. menghasilkan rasa keingintahuan untuk memecahkan masalah energi
alternatif
2. Aspek kemampuan bereksperimen, indikatornya:
a. menemukan masalah kegunaan energi alternatif
b. meneliti masalah kegunaan energi alternatif
c. mencari fakta yang terkait dengan teknologi energi alternatif
d. memecahkan masalah melalui penyelidikan
e. mencari informasi lain yang terkait dengan masalah energi alternatif
f. menghasilkan pemecahan masalah teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan energi alternatif
3. Aspek keterbukaan, indikatornya mampu menyatakan hasil pemecahan
masalah teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif
4. Aspek kemampuan menilai situasi, indikatornya melakukan penilaian
tentang teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan energi alternatif.
Pengukuran terhadap setiap indikator menggunakan lembar observasi, dan
setiap indikator diberi skor dan total dari skor inilah yang merupakan kreativitas
belajar IPA.
27
2.3 Hipotesis Data
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
“Peningkatan kreativitas belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui
pendekatan problem based learning siswa kelas 4 SD Negeri 02 Pilang
Randublatung kabupaten Blora semester II tahun pelajaran 2014/2015.