bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 ...€¦ · 2.1. kajian teori 2.1.1. pembelajaran ips...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPS
Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa “pembelajaran
IPS adalah pembelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui
pembelajaran IPS siswa diberikan pembelajaran mengenai fenomena-
fenomena atau masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungannya dan
diharapkan siswa mampu menganalisis kondisi sosial di masyarakat yang
nantinya akan dijadikannya bekal untuk memasuki kehidupan
bermasyarakat. Pada tahap SD, siswa diberikan pembelajaran IPS dengan
muatan disiplin ilmu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi sebagai
bekal memasuki kehidupan bermasyarakat, sehingga ruang lingkup
pembelajaran IPS di SD hanya berisikan : 1) manusia, tempat, dan
lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan
budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah).
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
IPS di SD adalah
siswa mempunyai kemampuan-kemampuan dalam mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas, hendaknya
pembelajaran IPS yang berlangsung di SD adalah pembelajaran yang
7
mengenalkan siswa dengan konsep-konsep yang ada di lingkungan dan
kehidupan masyarakat melalui cara yang mendorong siswa untuk berfikir
logis dan kritis untuk menemukan permasalahan sosial yang terjadi serta
menemukan solusi dalam permasalahan tersebut yang mendorong
munculnya kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan yang nantinya akan dijadikan bekal dalam berkomunikasi,
bekerjasama, dan berkompetisi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam pembelajaran IPS, demi tercapainya tujuan pembelajaran
maka disusunlah pedoman yang dalam Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
yang disebut dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).
Standar kompetensi (SK) adalah “ukuran kemampuan minimal yang
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai,
diketahui, dan mahir dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dari suatu
materi yang diajarkan”, sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah
“penjabaran standar kompetensi siswa yang cakupan materinya lebih
sempit”. Dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas 4 SD semester II,
dirumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai pedoman
mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPS SD
kelas 4 semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi
di lingkungan
kabupaten / kota dan
provinsi.
2.1.Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain
di daerahnya.
2.2.Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.3.Mengenal perkembangan teknologi produksi
komunikasi dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
2.4.Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Sumber : Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
8
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Pendekatan pembelajaran saintifik pertama kali muncul pada tahun
1939, yaitu Almadk (1939) yang mengatakan bahwa”metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran”. Permendikbud No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah
mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran perlu dipandu dengan
pendekatan ilmiah/saintifik. Daryanto (2014:51) mendefinisikan bahwa
“pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum
atau prinsip”. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
pembelajaran saintifik guru hanya sebagai pemberi fasilitas dalam
pembelajaran agar siswa mampu mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip dengan kemampuan mereka.
Sependapat dengan itu, Kurniasih, Imas, dkk (2014:29-30)
mengartikan pendekatan pembelajaran saintifik adalah “pembelajaran
yang memberikan siswa kesempatan berperan secara aktif membangun
konsep, hukum atau prinsip dengan melibatkan keterampilan proses dalam
kegiatan pembelajaran”. Pembelajaran yang berlangsung hendaknya
memfasilitasi dan mendorong siswa untuk mencari tahu informasi dari
berbagai sumber, bukan diberi tahu oleh guru.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh H.Nurul dalam Marjan,
Johari (2014:4) yang menyebutkan pembelajaran berpendekatan saintifik
merupakan “pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan
inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu
maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan
pembelajaran”. Dengan demikian tugas guru adalah mengarahkan proses
belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep
dan prinsip yang didapatkan siswa. Dari beberapa pendapat di atas
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran saintifik adalah
pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan
keilmuan yang menuntun siswa bersikap objektif dan rasional serta
9
memberikan keterampilan proses agar siswa secara aktif menemukan dan
mengkonstruk konsep dan prinsip.
Dalam Permendikbud RI No. 81A tahun 2013 lampiran IV tentang
implementasi kurikulum pedoman umum pembelajaran, pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai
prinsip-prinsip:
a. Berpusat pada siswa.
b. Mengembangkan kreativitas siswa.
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran saintifik tersebut
perlu dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Tujuan dari penggunaan
pendekatan pembelajaran saintifik menurut Kurniasih, Imas (2014:33-34)
adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Selain tujuan pendekatan pembelajaran saintifik di atas, Daryanto
(2014:54) juga menyebutkan bahwa “tujuan pendekatan pembelajaran
saintifik adalah agar terjadi peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan siswa untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak”.
Demi mewujudkan prinsip-prinsip serta mencapai tujuan dari
pendekatan pembelajaran saintifik, dibentuklah langkah-langkah dalam
10
pendekatan pembelajaran saintifik. Dalam Permendikbud RI No. 81A
tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran (2013:35) pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai
langkah-langkah yaitu:
Mengamati, yaitu kegiatan pembelajaran yang
memberikan siswa kesempatan menemukan masalah dan
informasi melalui kegiatan membaca, mendengar,
menyimak, dan melihat dengan atau tanpa alat peraga.
Menanya, yaitu kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan
mengumpulkan informasi dengan cara melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian, maupun wawancara dengan
nara sumber.
Mengasosiasi, adalah kegiatan mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan.
Mengkomunikasikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang
memberikan siswa kesempatan menyampaikan
kseimpulan hasil pengamatan berdasarkan hasil analisis
secara lisan maupun tertulis.
Selain itu, Kurniasih, Imas (2014:38-53) menyebutkan bahwa
pendekatan pembelajaran saintifik dapat dilaksanakan dengan langkah-
langkah seperti berikut:
Mengamati (observasi), yaitu kegiatan menemukan fakta
tentang hubungan keterkaitan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran.
Menanya, adalah kegiatan mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara.
Mengasosiasikan, adalah kegiatan menemukan
keterkaitan dan pola satu informasi dengan informasi
lainnya.
Menarik kesimpulan, yaitu kegiatan menyimpulkan
informasi dari informasi yang telah diperoleh dan diolah
dalam kegiatan pembelajaran.
11
Mengkomunikasikan, adalah kegiatan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari.
Sependapat dengan itu, Daryanto (2014:60-80) menyebutkan bahwa
pendekatan pembelajaran saintifik mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut:
Mengamati, adalah kegiatan mencari dan menemukan
fakta keterkaitan antara obyek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran.
Menanya, yaitu kegiatan memberikan kesempatan siswa
bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca, atau dilihat.
Mengumpulkan informasi, adalah kegiatan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara.
Mengasosiasikan, adalah kegiatan memproses informasi
yang sudah dikumpulkan.
Menarik kesimpulan, adalah kegiatan membuat
kesimpulan berdasarkan data atau informasi yang telah
diolah.
Mengkomunikasikan, adalah kegiatan siswa
menyampaikan tentang apa saja yang telah mereka
pelajari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa langkah-
langkah pendekatan pembelajaran saintifik adalah:
Mengamati (kegiatan mencari dan menemukan fakta melalui
kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat dengan atau
tanpa alat peraga).
Menanya ( kegiatan siswa bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca, atau dilihat).
Mengumpulkan informasi (kegiatan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara).
Mengasosiasikan (kegiatan mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan).
Menarik kesimpulan (kegiatan membuat kesimpulan berdasarkan
pengolahan data atau informasi).
12
Mengkomunikasikan (kegiatan siswa menyampaikan apa saja yang
telah mereka terima dari pembelajaran).
Pada keenam langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan
pembelajaran saintifik, pada dasarnya untuk mengembangkan
keterampilan berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan yang
muncul dari pengamatan pada hakekatnya untuk mendalami atau
memperluas ilmu. Oleh karena itu, dalam proses pendalaman mencakup
aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa
ilmu pengetahuan yang telah siswa ketahui teruji kebenarannya. Eksplorasi
dalam pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran
mengamati, menanya, dan mengumpulkan informasi. Elaborasi dalam
pendekatan pembelajaran saintifik adalah kegiatan pembelajaran
mengasosiasikan. Konfirmasi dalam pendekatan pembelajaran saintifik
adalah kegiatan pembelajaran menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
2.1.3. Keterampilan Belajar
Keterampilan belajar merupakan salah satu aspek untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mencakup beberapa aspek,
yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pendapat
Benyamin S.Bloom yang kemudian direvisi oleh Krathwoll pada tahun
2001 dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012:94-134) menyatakan
bahwa
aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan
pemerolehan pengrtahuan dan penalaran yang terdiri dari
ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4),
evaluasi (C5) dan mencipta (C6). Aspek afektif adalah aspek
yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek, yang terdiri
dari menerima (A1), merespon (A2), menghargai (A3),
mengorganisasikan (A4), dan karakterisasi menurut nilai (A5).
Aspek psikomotor adalah aspek melakukan kegiatan yang
melibatkan anggota badan/gerak fisik, dan terdiri dari persepsi
(P1), kesiapan (P2), respon terpimpin (P3), mekanisme (P4),
dan respon yang kompleks (P5).
13
Benyamin S.Bloom dalam Sudrajat, Akhmad (2008:2)
mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotorik adalah hasil belajar
yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot
dan kekuatan fisik”. Sependapat dengan itu, Wardani, Naniek Sulistya,
dkk (2012:134) mendefinisikan bahwa “keterampilan psikomotor adalah
keterampilan melakukan kegiatan yang melibatkan anggota badan/gerak
fisik”. Dalam hal ini semua perubahan yang nampak pada siswa pada saat
pembelajaran yang melibatkan adanya gerakan dari anggota tubuh atau
anggota gerak siswa merupakan suatu pencapaian dari tujuan
pembelajaran pada aspek psikomotor. Sependapat dengan itu, Djemari M.
(2004: 4-5) mendefinisikan bahwa keterampilan ranah psikomotorik
adalah keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Hal ini
berarti bahwa keterampilan belajar adalah keterampilan yang memerlukan
koordinasi antara otot pada anggota gerak tubuh dan otak. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa keterampilan belajar adalah
salah satu hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan kekuatan otot
dalam gerakan anggota tubuh dan otak.
Demi tercapai tujuan pembelajaran pada keterampilan belajar siswa,
dibuatlah kata kerja operasional (KKO) sebagai indikator dari
ketercapaiann tujuan pembelajaran keterampilan belajar siswa. Menurut
Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay dalam Wardani, Naniek
Sulistya, dkk (2012:115-116) keterampilan belajar dibagi seperti berikut:
a. Persepsi : menunjukkan kepada proses kesadaran akan
adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar,
menyentuh, merasakan, membau, serta gerak dari urat
syaraf kita. Demi tercapainya keterampilan belajar
kategori persepsi diterapkan kata kerja operasional seperti:
melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, membau,
memegang.
b. Kesiapan : menunjuk langkah lanjut setelah adanya
persepsi; kemampuan dalam membedakan, memilih,
menggunakan neoromuscolar yang tepat dalam membuat
respon. Dalam keterampilan belajar kategori kesiapan
kata kerja operasional yang harus diterapkan demi tercapai
tujuan pembelajaran di antara lain adalah: memilih,
memisahkan, menunjukkan, mengambil, menggunakan,
14
melakukan, menimbang, mengerjakan, menjawab,
memecahkan, memperlihatkan.
c. Respon terpimpin : dengan persepsi dan kesiapan di atas,
mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat
dan membuat laporan. Dalam keterampilan belajar kata
kerja operasional yang dapat diterapkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran adalah: menirukan, meragakan,
menggerakkan, menggunakan, memisahkan, mengubah,
menyusun, membuat, merangkaikan, menyingkat,
menyimpulkan.
d. Mekanisme: penggunaan sejumlah skill dalam dalam
aktivitas yang kompleks meliputi 1, 2, dan 3 di atas.
Dalam keterampilan belajar kategori mekanisme ini kata
kerja operasional yang dapat diterapkan adalah memilih,
menentukan, memasang, menggunakan, memperbaiki,
melakukan, mengubah, menyusun, membentuk.
e. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan
pengalaman 1, 2, 3, dan 4 di atas, penggunaan
perencanaan tes, mengembangkan model. Dalam
keterampilan belajar kategori respons yang kompleks
dapat digunakan kata kerja operasional seperti
menyesuaikan, merencanakan, menggunakan, melakukan,
melaporkan, dan menjelaskan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Dalam rangka untuk mengetahui tingkat ketercapaian keterampilan
belajar, perlu diadakan pengukuran. Menurut Wardani, Naniek Sulistya,
dkk (2012:60) pengukuran adalah “proses penetapan angka bagi suatu
gejala untuk memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan
karakteristik pada seorang siswa menurut aturan tertentu”.
Dalam pengukuran terdapat dua teknik yang digunakan, yaitu teknik
tes dan non tes. Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk
(2012:70) mendefinisikan bahwa teknik tes adalah suatu pernyataan/tugas
atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang atribut pendidikan, setiap butir pernyataan tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Teknik tes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa yang bersifat kuantitatif, yaitu aspek kognitif
siswa. Sedangkan teknik non tes menurut Wardani, Naniek Sulistya, dkk
(2012:73) adalah teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes
dan menggunakan pengamatan secara teliti tanpa menguji siswa dan tidak
menuntut jawaban benar atau salah.
15
Pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran pada aspek
keterampilan belajar menggunakan teknik non tes karena data yang
diperoleh bersifat kualitatif tanpa adanya pernyataan benar atau salah.
Teknik pengukuran non tes mempunyai beberapa cara seperti :
Pengamatan
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:2) mengartikan bahwa
pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan. Lembar pengamatan dapat berbentuk daftar
periksa/check list, skala penilaian (rating scale), dan portofolio. Daftar
periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya
tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan
aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan
untuk menilai unjuk kerja siswa atau menilai kualitas pelaksanaan
aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu,
misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa
yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan
kemampuan siswa dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi
tertentu.
Wawancara
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:11) mendefinisikan bahwa
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak
dengan nara sumber, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang
telah ditentukan.
Angket
Yusuf dalam Mangelep, Navel, O (2012:13) menyatakan bahwa
kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan
dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Pemeriksaan dokumen
16
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa
pemeriksaan dokumen adalah cara memperoleh data dengan cara
memeriksa daftar riwayat hidup untuk mendapatkan informasi guna
melakukan evaluasi tercapainya hasil belajar siswa.
Studi kasus.
Sudijono dalam Mangelep, Navel, O (2012:21) mengartikan bahwa
studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara
terus menerus untuk melihat perkembangannya.
Pengukuran keterampilan belajar IPS pada pembelajaran IPS yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik menggunakan teknik
pengamatan berupa lembar pengamatan daftar periksa/check list yang
berisi sembilan indikator keterampilan belajar IPS yang diperoleh dari kata
kerja operasional yang disampaikan oleh Norman E. Grounlund dan R.W.
de Maclay.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan
penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun
penelitian yang terdahulu di antaranya sebagai berikut:
E-jurnal program pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
program studi pendidikan dasar (Volume 4 Tahun 2014) yang ditulis oleh Ida
Ayu Km Mirah Wartini, I Wayan Lasmawan, A.A.I.N Marhaeni pada tahun
2014 yang berjudul “Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap
Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKN di Kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik mampu meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar PKn
siswa kelas VI SD Jembatan budaya, Kuta. Dalam hal hasil belajar PKn,
kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata skor hasil
belajar PKn siswa pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
pembelajaran berbasis guru. Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik
rata-rata skor hasil belajar PKn sebesar 33,87, sedangkan rata-rata skor hasil
belajar PKn pada pembelajaran berbasis guru sebesar 29,13. Ini merupakan
17
kelebihan dalam penelitian tentang implementasi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran yang memberikan pengaruh positif bagi hasil belajar siswa.
Namun terdapat kelemahan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tidak
melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang muncul pada
saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan
melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa.
Jurnal pendidikan teknik elektro volume 03 nomor 02 tahun 2014
Universitas Negeri Surabaya yang dilaksanakan oleh Nurul Hidayati dan
Endyansyah yang berjudul “pengaruh penggunaan pendekatan ilmiah
(scientific approach ) dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas
XII TITL 1 SMK Negeri 7 Surabaya pada standar kompetensi
mengoperasikan sistem kendali elektromagnetik” pada tahun 2014. Dalam
penelitian ini disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada standar kompetensi mengoperasikan sistem kendali
elektromagnetik. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai thitung sebesar 12,656
dengan signifikansi 0,000. Kelebihan lain adalah pada analisis respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang didapat dari angket
diperoleh rata-rata tiap indikator sebesar 82,56%, sehingga dapat diartikan
respon siswa tinggi. Namun pada penelitian ini terdapat kelemahan, yaitu
tidak adanya penilaian ranah psikomotor atau keterampilan belajar siswa yang
sebenarnya dapat terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilaksanakan akan
menilai keterampilan belajar siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik atau pendekatan ilmiah.
E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang
dilaksanakan oleh Johari Marjan pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh
pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasil belajar biologi dan
keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong
Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat”. Dalam penelitian ini
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil
belajar dan keterampilan proses sains siswa. Hal ini dibuktikan dari rata-rata
18
skor hasil belajar pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebesar
69,43 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 92. Sedangkan rata-rata
skor hasil belajar pada pembelajaran langsung sebesar 51,48 dengan nilai
minimum 24 dan nilai maksimum 80. Dari segi keterampilan proses sains
dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik menunjukkan nilai rata-rata
73,93 dengan nilai minimum 32 dan nilai maksimum 100. Sedangkan
keterampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran langsung
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 64,24 dengan nilai minimum 23 dan nilai
maksimum 96.
2.3. Kerangka Berpikir
Pada masa sekarang pembelajaran IPS yang berlangsung dalam
kegiatan pembelajaran di SD adalah pembelajaran yang menggunakan guru
sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar yang berlangsung adalah
pembelajaran dengan guru memberikan informasi kepada siswa melalui
ceramah. Kondisi yang demikian membuat partisipasi siswa menjadi sangat
minim karena sebagian besar waktunya dalam pembelajaran IPS dihabiskan
untuk mendengar ceramah guru, sehingga siswa akan merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran. Siswa sering mengobrol dan bermain dengan teman
sewaktu kegiatan pembelajaran. Keadaan yang demikian akan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, termasuk keterampilan belajar siswa.
Keterampilan belajar adalah salah satu hasil belajar yang pencapaiannya
melibatkan kekuatan otot dalam gerakan anggota tubuh dan otak.
Pembelajaran berbasis guru seperti keadaan di atas adalah pembelajaran
yang didominasi oleh guru tanpa memperhatikan interaksi siswa. Guru
menghabiskan waktu dalam pembelajaran hanya untuk memberikan
penjelasan saja, sehingga interaksi siswa dalam pembelajaran sangat dibatasi
karena penjelasan guru melalui ceramah. Guru pada akhirnya hanya akan
menilai hasil belajar dari pengetahuan saja, tanpa melakukan penilaian pada
proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang dirancang
oleh guru dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang menuntun siswa
19
bersikap objektif dan rasional serta memberikan keterampilan proses agar
siswa secara aktif menemukan dan mengkonstruk konsep dan prinsip.
Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik yang berlangsung
berpusat pada aktivitas siswa. Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah
sebagai berikut: a) mengamati gambar pemukiman penduduk, b) menanya
permasalahan yang muncul dari pemukiman yang padat penduduk, c)
menyimak teks tentang pemukiman padat penduduk “sempitnya ruang
gerakku”, d) menyimak teks jenis-jenis masalah sosial “masalah-masalah di
sekitar kita”, e) mengumpulkan bentuk masalah sosial di lingkungan, f)
mengklasifikasikan bentuk masalah sosial sesuai jenisnya, g) menganalisis
cara mengatasi masalah sosial sesuai jenisnya, h) menarik kesimpulan, dan i)
mempresentasikan hasil diskusi tentang cara mengatasi masalah sosial.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik guru
diharapkan untuk melakukan penilaian tidak hanya pada aspek pengetahuan
siswa saja, namun juga keterampilan belajarnya melalui. Penilaian terhadap
keterampilan belajar dalam pembelajaran ini menngunakan instrumen sebagai
berikut: 1) terampil melihat gambar, 2) terampil mendengar penjelasan, 3)
terampil bertanya, 4) terampil menyimak teks, 5) terampil mengumpulkan
informasi, 6) terampil mengklasifikasikan, 7) terampil menganalisis, 8)
terampil menyimpulkan, dan 9) terampil menjelaskan. Skor keterampilan
belajar IPS diperoleh dari hasil pengukuran keterampilan belajar IPS berupa
jumlah melakukan aktivitas keterampilan belajar IPS. Secara rinci dapat
dilihat pada gambar 2.1. berikut:
20
Pembelajaran tanpa
pendekatan saintifik
KD: Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya.
KD: Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
Pembelajaran Pendekatan
Saintifik.
Guru menyampaikan
materi dengan
ceramah.
Skor keterampilan.
Guru bertanyajawab
dengan siswa.
Rubrik
keterampilan:
1. Terampil
melihat gambar.
2. Terampil
mendengar
penjelasan guru.
3. Terampil
bertanya.
4. Terampil
menyimak teks.
5. Terampil
mengumpulkan
informasi.
6. Terampil
mengklasifikasi
kan.
7. Terampil
menganalisis.
8. Terampil
menyimpulkan.
9. Terampil
menjelaskan.
Mengamati gambar pemukiman
padat penduduk.
R.K.Terampil melihat
gambar (p1)
R.K.Terampil
mendengar
penjelasan (p1)
Skor keterampilan.
Menanya permasalahan yang
muncul dari pemukiman yang
padat penduduk.
Menyimak teks tentang
pemukiman padat penduduk
“sempitnya ruang gerakku”.
Menganalisis cara mengatasi
masalah sosial sesuai jenisnya.
Mengklasifikasikan bentuk
masalah sosial sesuai jenisnya.
Mengumpulkan bentuk masalah
sosial di lingkungan.
Menarik kesimpulan.
Mempresentasikan hasil diskusi
tentang cara mengatasi masalah
sosial.
R.K.Terampil
menyimpulkan (p3)
R.K.Terampil
menjelaskan (p5)
R.K.Terampil
mengklasifikasikan
(p4)
R.K.Terampil
bertanya (p2)
R.K.Terampil
menyimak teks (p1)
R.K.Terampil
menganalisis (p3)
R.K.Terampil
mengumpulkan
Informasi (p3)
Menyimak teks jenis-jenis
masalah sosial “masalah-masalah
di sekitar kita”.
Gambar 2.1.
Skema Kerangka Berfikir Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Saintifik Terhadap
Keterampilan Belajar IPS
21
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah “terdapat pengaruh yang positif pendekatan
pembelajaran saintifik terhadap keterampilan belajar IPS siswa kelas 4A SDN
Bringin 01 kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015”.