bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hakekat belajar … · 2012. 11. 21. · 6 bab ii ....
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu
setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan
dalam dirinya. Pengertian belajar diantaranya dikemukakan sebagai berikut:
Menurut James Whittaker (Aunurrahman:2010) belajar adalah “suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Jadi belajar sebagai suatu proses yang dilakukan dengan
terencana oleh seseorang hingga memperoleh perubahan perilaku secara
menyeluruh sebagai hasil dari latihan dan pengalaman berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Sri Anitah W (2008) Belajar merupakan suatu proses, artinya dalam
belajar akan terjadi proses melihat,membuat,mengamati serta menyelesaikan
masalah atau persoalan.
Menurut Piaget dan William C. Crain (1980) Oleh karenanya peserta didik
harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajari. Konsekuensinya
materi yang dipelajari harus menarik minat siswa dan menantang siswa asyik serta
terlibat dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri belajar secara umum, yaitu (1) belajar
terjadi secara sadar; (2) belajar bersifat kontinu, fungsional, positif, aktif, tidak
sementara dan menetap, serta permanen dan tetap ada pada waktu yang cukup
lama; (3) belajar memiliki tujuan atau terarah; (4) terjadi perubahan tingkah laku; dan
(5) perubahan berdasarkan pengalaman
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku di dalam diri
manusia. Belajar pada mulanya adalah akibat dorongan rasa ingin tahu. Bila telah
selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang
7
belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi
proses belajar.
Jika belajar sebagaimana diuraikan di atas lebih ditekankan kepada adanya
perubahan tingkah laku pada diri murid, maka pembelajaran lebih mengarah pada
upaya guru untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui strategi, metode dan teknik
tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran kepada murid.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa
yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan
atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik
atau positif menjadi siswa yang memiliki sikap,kebiasaan dan tingkah laku yang baik.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.
Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab
itu agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran
di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh
guru.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi
yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai
harus terus-menerus dikembangkan di dalam setiap event pembelajaran. Kebiasaan-
kebiasaan untuk bersedia mendengar dan menghargai pendapat rekan-rekan
sesama siswa seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap
sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal
kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja, akan tetapi
membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling
menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus
menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangkan secara nyata
dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner (dalam Udin S. Winataputra 2008)
pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
8
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 (Sri Anitah W:2008)
yakni”pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran adalah suatu proses belajar siswa
yang terjadi hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku yang lebih baik yang mempunyai sifat permanen atau relatif
lama, dan di dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu
antara siswa, guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media,
dan evaluasi pembelajaran. Dan di dalam pembelajaran hal tersebut saling berkaitan
karena:
1. Siswa: Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi
pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru: Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, fasilitator, dan peran lainnya
yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan: Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif)
yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran: Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
5. Metode: Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media: Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
menyajikan informasi kepada siswa.
7. Evaluasi: Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
9
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan:
pembelajaran salingtemas (Sains, Lingkumgan, Teknologi, dan Masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta.
IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di
sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan
mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S, 2003).
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta
rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Sri
Harsono (dalam Indah, 2008), prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA
diterapakan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui
penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan,
atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang
mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai
pengalaman belajar.
Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP
adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau
materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan
perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
10
sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI,
mata Pelajaran IPA memiliki beberapa tujuan (Refandi, 2006), antara lain:
a) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan dan teknologi.
c) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran IPA
merupakan suatu pembelajaran yang membahas tentang ilmu alam sehingga
dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses
belajar. Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang diukur secara
langsung, hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa
menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009),”hasil belajar adalah
usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar
yang telah dilakukannya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor
setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran (Dimyati dan Mudjiono,
2006).
11
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan
melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk
nilai. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang
dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang
dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses Pembelajaran. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
2.1.4 Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata
pelajaran IPA yang ditunjukkan dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA
yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA itu
sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA
sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.
Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA
dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan,
dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan
mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu,
tekun, kritis, bertanggung jawab, serta dapat bekerja sama dan mandiri.
Contoh dalam materi energi, dimensi produk yang akan diperoleh siswa
adalah pemahaman konsep tentang pengertian energi, macam-macam energi, dan
12
pengaruh energi terhadap benda. Dari dimensi proses, siswa diharapkan memiliki
kemampuan mengembangkan pengetahuan tentang berbagai macam jenis energi
dan mampu mengkomunikasikan gagasan tentang pengaruh energi terhadap bentuk
benda dan gerak benda. Serta siswa juga diharapkan dapat menerapkan konsep-
konsep tentang energi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan dari dimensi
sikap ilmiah yang akan diperoleh siswa meliputi sikap ingin tahu mengenai berbagai
macam energi dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan berbagai macam
permasalahan tentang energi dan pengaruhnya terhadap benda.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
merupakan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar pada
mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil
evaluasi yang diberikan oleh guru.
2.2 Pendekatan Belajar Kelompok Menggunakan Alat Peraga Konkret
2.2.1 Pendekatan Belajar Kelompok
Pengajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA) di SD harus menggunakan metode
mengajar yang tepat sesuai dengan mental anak dan materi yang diajarkan. Maka
dari itu, agar semua siswa aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA),
guru memilih menggunakan pendekatan belajar kelompok.
Pada dasarnya belajar kelompok adalah suatu aktivitas belajar dimana
individu dalam hal ini siswa yang belajar terdapat lebih dari satu orang melalui prinsip
kerja sama dalam menyelesaikan persoalan dalam belajar merupakan wujud
pengembangan rasa sosial siswa. Dengan belajar kelompok diharapkan dapat
ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina
untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina kesetiakawanan sosial antara siswa dengan siswa. (Djamrah,
2002).
Istilah belajar kelompok mengandung arti bahwa siswa siswi dalam suatu
kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok, baik kelompok yang kecil maupun
kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk
mencapai tujuan bersama. Yang dimaksud dengan pendekatan belajar kelompok
13
adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa mengerjakan sesuatu
tugas dalam situasi kelompok di bawah guru. Keberhasilan dari pendekatan belajar
kelompok ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu guru, pemimpin kelompok,
kemauan masing-masing anggota kelompok, hubungan sosial antara anggota
kelompok dan tingkat kesukaran dari tugas tersebut.
Pendekatan belajar kelompok dari segi pedagogis dapat meningkatkan
kualitas kepribadian siswa,seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis dan
disiplin. Dari segi psikologis dapat menimbulkan persaingan yang positif antar
kelompok. Dan dari segi sosial, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat
membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.
“Belajar Kelompok adalah format belajar-mengajar yang menitikberatkan
kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok
guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. ( Moedjiono, 1992 )
Belajar kelompok mempunyai tujuan utama agar anak dapat bersosialisasi
dan bekerjasama terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah
bersama. Seperti melakukan percobaan, berdiskusi, bermain peran, serta untuk
mendorong agar anak pemalu dan penakut mau berbicara. Anak-anak ini akan
merasa aman jika berbicara dalam kelompok kecil daripada secara klasikal. Melatih
anak belajar kelompok, berarti juga menyiapkan anak untuk menjadi dewasa yang
bisa bekerjasama dengan orang lain. Dalam kenyataan hidup yang membuat
manusia sukses adalah kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama
dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Penerapan belajar kelompok
adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan soal-soal belajar
yang dianggap sulit apabila dikerjakan secara individu. Belajar kelompok dapat
membantu siswa dalam rangka bertukar pikiran mengenai soal-soal yang akan
dibahas tersebut, kebiasaan tukar pikiran antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain akan memacu cara belajar untuk lebih mengetahui banyak tentang objek atau
bahan yang sedang dipelajari.
Menurut Roestiyah N.K (1998 : 19 – 20) menyebutkan bahwa ada 6 langkah
agar belajar kelompok dapat berhasil yaitu:
a) Menjelaskan tugas kepada siswa.
14
b) Menjelaskan apa tujuan belajar kelompok.
c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan hasil
belajar kelompok tersebut.
e) Guru berkeliling selama belajar kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi
saran/ pertanyaan.
f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil belajar kelompok.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran belajar kelompok, hal ini disebabkan tiap-tiap individu peserta didik
berbeda-beda dalam pengetahuannya maupun kepribadiannya, Berikut beberapa
kelebihan serta kekurangannya :
Roestiyah N.K (1998 : 17) menyebutkan beberapa kelebihan dan
kelemahan belajar kelompok. Kelebihannya ialah:
1. Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta
kebutuhannya belajar.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
6. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai
dan menghormati pribadi temannya serta menghargai pendapat orang lain.
Sedangkan kelemahannya ialah:
1. Belajar kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda.
3. Keberhasilan strategi belajar kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
15
Tabel 2. 1 Tahap-tahap dalam pendekatan belajar kelompok
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
dan memotifasi siswa untuk belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas dengan
menggunakan alat peraga konkret
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok
Berdasarkan tahap-tahap di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan belajar kelompok harus dilakukan secara teratur agar hasil belajar siswa
dapat meningkat.
Dalam tahap penyajian materi, guru memulai dengan menyampaikan indikator
yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan memberi apersepsi dengan tujuan
mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat
menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Dengan
16
adanya hal tersebut akan dapat mendukung pelaksanaan belajar kelompok, karena
masing-masing siswa memiliki gambaran mengenai apa yang dipelajarinya.
Ciri-ciri yang menonjol dalam belajar kelompok adalah:
a) siswa sadar sebagai anggota kelompok
b) siswa memiliki tujuan bersama
c) siswa memiliki rasa saling membutuhkan
d) interaksi dan komunikasi antar anggota
e) ada tindakan bersama
f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan pengendali ketertiban kerja.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pendekatan belajar kelompok
dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara bersama-sama.
Prinsip belajar kelompok adalah bersatu dalam mencapai tujuan secara bersama-sama.
Namun demikian tidak selamanya belajar kelompok dapat membentuk kesatuan oleh
siswa. Biasanya di dalam kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain menimbulkan persaingan dalam memecahkan atau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu peran guru sebagai pendidik sangat
diharapkan untuk mengantisipasi persaingan tersebut agar kekompakan dan
kerjasama tetap terjaga dalam belajar.
Suasana kerjasama yang terkendali dan menyenangkan itulah yang senantiasa
memotivasi siswa untuk terus belajar sebagai wujud pencapaian hasil belajar yang
maksimal.
Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar kelompok yaitu suatu cara
menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa
kelompok untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan. Siswa bekerja sama dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas untuk membantu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi secara bersama-sama.
2.2.2 Alat Peraga Konkret
a. Pengertian Alat Peraga Konkret
Alat peraga konkret adalah Alat peraga adalah alat-alat yang dipakai untuk
peragaan (merupakan wujud) segala sesuatu yang diterangkan sehingga anak dapat
17
melihat sendiri ,mendengar, merasakan, dan sebagainya. Alat peraga mengubah
materi ajar yang abstrak menjadi konkret dan realistik sehingga hal-hal yang abstrak
dapat disajikan dalam bentuk model yang berupa benda konkret yang dapat di lihat,
dipegang, diputar balikkan sehingga lebih mudah di pahami. Penyediaan perangkat
alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai
dengan tipe siswa belajar. Penggunaan alat peraga dapat meningkatkan perhatian
siswa terhadap kegiatan belajar mengajar. Terutama alat peraga yang menarik dan
akrab dengan lingkungan siswa. Benda-benda yang dapat dijadikan alat peraga
dalam pembelajaran IPA misalnya air, ember, dua buah batu untuk menjelaskan
tentang bunyi merambat melalui zat cair. Karena dengan memasukkan dua buah batu
ke dalam ember yang berisi air kemudian membenturkan kedua buah batu
menggunakan tangan maka dapat terdengar benturan kedua batu.
Karena proses belajar anak dimulai dari yang konkret menuju abstrak, dari
hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari yang sederhana ke yang kompleks. Oleh
sebab itu keberadaaan alat peraga dalam setiap pembelajaran sangatlah penting.
Guru akan lebih mudah dalam mendeskripsikan materi yang sedang dijelaskan
olehnya sehingga siswa pun akan lebih mudah dan cepat dalam memahami pelajaran
Banyak para ahli mendefinisikan alat peraga, sebab alat peraga mempunyai
peranan dan fungsi yang sangat penting.
Menurut Gagne (dalam Noehi Nasution 2008) mendefinisikan alat peraga
sebagai “ komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar”.
Menurut Briggs (dalam Noehi Nasution 2008) berpendapat bahwa harus ada
sesuatu untuk mengkomunikasikan materi supaya terjadi proses belajar. Karena itu
dia mendefinisikan alat peraga sebagai”wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran”.
Dari uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat peraga
adalah alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran.
Jadi, dengan menggunakan alat peraga dapat membantu dalam penyampaian materi
sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan siswa akan lebih
mudah dalam memahami materi/konsep tersebut. Dengan demikian peneliti
18
menyimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu dalam pembelajaran yang
digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran
tampak lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa sehingga hasil belajar siswa
meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efisien.
b. Jenis-jenis alat peraga
1) Media audio: media yang hanya dapat didengar, contoh: radio
2) Media visual: media yang dapat dilihat, contoh: gambar,papan tulis
3) Media audio visual: media yang dapat dilihat dan didengar, contoh: vcd
c. Fungsi dan Peranan Alat Peraga
Tujuan penggunaan alat peraga adalah untuk mendemonstrasikan konsep yang
abstrak ke dalam bentuk konkret. Dalam proses pembelajaran alat peraga berfungsi
sebagai berikut:
1. Memecah rangkaian pembelajaran ceramah yang monoton
2. Memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara konkret..
3. Melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata.
4. Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep IPA
5. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep IPA dengan dunia di
sekitar kita serta aplikasi konsep dengan dengan kehidupan nyata.
Peranan alat peraga IPA:
Alat peraga IPA ialah alat bantu pengajaran IPA, yaitu alat yang digunakan
untuk membantu guru dan siswa dalam melaksakan kegiatan belajar mengajar. Alat
peraga mempunyai peranan penting baik guru maupun siswa, antara lain sebagai
berikut:
1. Membantu siswa mempermudah memahami konsep
2. Membantu guru dalam proses belajar mengajar
3. Membantu siswa lebih aktif belajar
4.Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri
di kalangan siswa.
5. Memupuk kerjasama antara guru dan siswa
19
d. Kelebihan dan Kelemahan Alat Peraga
Kelebihan alat peraga yaitu:
1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
2.Memupuk kerja sama antara guru dan siswa
3.Membantu siswa mempermudah memahami konsep
4.Membantu guru dalam proses belajar mengajar
5.Memberi motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat
6.Membantu siswa lebih aktif belajar
Kelemahan alat peraga yaitu:
1.Memerlukan banyak waktu
2.Membutuhkan banyak biaya
3.Tidak semua sekolah memiliki fasilitas alat peraga
e. Alat peraga konkret yang digunakan dalam pembelajaran
1. Dua buah batu
Untuk membuktikan timbulnya panas dari gesekan
2. Sendok logam, gelas, air panas
Untuk menunjukkan peristiwa konduksi.
3. Kaleng kosong, pensil yang ujungnya diikat karet, pasir
Untuk menyelidiki bagaimana sumber bunyi menghasilkan bunyi
4. Air, ember, dua buah batu
Untuk membuktikan bahwa bunyi merambat melalui zat cair
Tidak semua media pembelajaran harus mahal. Seorang guru harus kreatif
dalam mengembangkan dan memanfaatkan semaksimal mungkin media
sederhana. Dalam pembelajaran IPA tentang energi dapat memanfaatkan benda-
benda konkret yang ada di sekitar.
2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
1. Nofita Iryani (2010) Penerapan belajar kelompok untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan “energi” siswa
kelas IV SD Negeri 1 Mutisari Wonosobo Semester II Tahun 2009/2010. Subyek yang
akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Mutisari
20
Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo yang berjumlah 19 siswa, 7 siswa
diantaranya siswa laki-laki dan 12 diantaranya siswa perempuan. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi dan pos test pada akhir siklus. Kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 100 % dari seluruh siswa kelas IV telah
mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 60 (≥60). Hasil
penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM
terdapat 5 siswa (26,32%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 14 siswa
(73,68%). Siklus I menerapkan metode belajar kelompok terjadi peningkatan cukup
signifikan yaitu terdapat 14 siswa memenuhi KKM (73,68%) dan 5 siswa (26,32%)
belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan
sangat signifikan yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM
yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan nilai
seluruh siswa di atas KKM yaitu 60 (≥60) dan 100% siswa tuntas memenuhi KKM
atau melebihi KKM yang ditetapkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan belajar kelompok pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV Semester II SD Negeri 1 Mutisari Kecamatan Watumalang
Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Muhammad Bunasor (2006) membahas peningkatan hasil belajar matematika siswa
kelas VI SD Negeri Karanglo 01 kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes pada sub
pokok bahasan panjang dengan belajar kelompok. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian ini adalah pengamatan dan tes hasil belajar. Indikator
keberhasilan apabila siswa telah mencapai nilai rata-rata kelas minimal 7,5. Hasil
penelitian mengalami peningkatan yaitu siklus nilai rata-rata 6,4, pada siklus II
meningkat menjadi 7,4 dan pada siklus III menjadi 8,2. Hal ini dikatakan tuntas
karena hasil pada siklus III mencapai rata-rata 8,2. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode belajar
kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan panjang di kelas VI
SD Karanglo 01 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran
2005/2006. Saran kepada guru kelas VI diharapkan menerapkan tugas kelompok
dalam pembelajaran matematika karena terbukti bahwa belajar kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
21
Walaupun kedua penelitian tersebut berbeda dalam hal mata pelajaran yang
akan diteliti tetapi intinya sama yaitu penerapan belajar kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi dapat diartikan bahwa penerapan belajar
kelompok itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sehingga penelitian di atas
mendukung penelitian ini.
Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang penerapan belajar
kelompok pada siswa kelas tinggi. Pada penelitian ini menekankan pada penerapan
belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret. Dalam penelitian ini, secara
berkelompok siswa tidak hanya melakukan percobaan tetapi siswa juga diminta untuk
membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat
pengaruh udara. Misalnya: baling-baling dan parasut. Dengan penerapan belajar
kelompok menggunakan alat peraga konkret diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA tentang pokok bahasan energi bagi siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan
Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.
2.4 Kerangka Berfikir
Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari peran guru
sebagai salah satu sumber belajar. Peran guru sebagai sumber belajar sangatlah
penting dimana guru harus lebih menguasai materi pelajaran/bahan ajar. Tidak hanya
itu guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru
memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA adalah melalui pendekatan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret, dimana pendekatan ini didefinisikan sebagai
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
sehingga dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi
yang dibahas. Diharapkan dengan memanfaatkan pendekatan belajar kelompok
menggunakan alat peraga konkret dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Melalui pemanfaatan pendekatan belajar kelompok serta penggunaan
22
alat peraga konkret siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pada
mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, hasil
belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajarnya dan sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM.
Penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu mempermudah siswa dalam penguasaan
materi yang disampaikan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan pendekatan mengajar yang tepat untuk siswa, maka
guru dapat merancang pembelajaran yang bermanfaat untuk mengaktifkan siswa,
meningkatkan kreatifitas dan mendorong semangat dan minat siswa dalam proses
belajar sehingga memberikan kesempatan yang luas kepada siswa secara aktif dan
kreatif untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.
Penggunaan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disesuaikan dengan sub pokok bahasan
tentang “energi”. Guru dapat menggunakan pendekatan belajar kelompok pada proses
pembelajaran yang digunakan untuk menunjang rencana pembelajaran yang
dilaksanakan serta pendekatan belajar kelompok dapat membuat siswa aktif untuk
bekerjasama dengan temannya dalam mengerjakan tugas, mengembangkan
kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan berdiskusi dalam kelompok
sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar yang akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan percobaaan dalam belajar kelompok diharapkan dapat
membuat proses belajar mengajar lebih berkualitas dilihat dari berbagai aspek
diantaranya siswa termotivasi, terbimbing, lebih aktif dan kreatif serta situasi dan
kondisi pembelajaran menyenangkan.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka
pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran
yang jelas dalam melakukan penelitian.
23
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka berfikir
dengan skema berikut ini:
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Pra Siklus GURU : Masih menggunakan metode ceramah belum menggunakan pendekatan belajar kelompok dan penggunaan alat peraga konkret.
Pra Siklus SISWA : Hasil belajar IPA masih rendah < KKM (60)
Menerapkan pendekatan belajar kelompok dan penggunaan alat
peraga konkret.
SIKLUS I : Menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok besar. Ada peningkatan ≥ KKM (60)
SIKLUS II : Menerapkan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dengan kelompok kecil. Ada peningkatan ≥ KKM (60) diharapkan tuntas.
Melalui penerapan pendekatan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret
hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan “energi”
siswa kelas IV SD Negeri 1 Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan
meningkat ≥ KKM (60) dengan Ketuntasan klasikal ≥ 80% dari jumlah siswa dalam
kelas tersebut.
24
2.5 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Melalui penerapan belajar kelompok menggunakan alat peraga konkret dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang pokok bahasan energi bagi siswa kelas IV SD
Negeri 1 Teguhan Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran
2011/2012.