bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
Menurut Hulgard dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) seperti
dikutip oleh Purwanto (1998 : 84) dikemukakan bahwa “belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya :
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”.
Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuyang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam interaksi dengan
lingkungannya sehingga terjadi suatu perubahan yang menyangkut berbagai aspek
kepribadian baik fisik maupun psikis seperti : perubahan didalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 200), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat belum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis – jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
7
7
Menurut Anwar (2005 : 8 - 9) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat
diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar bila
dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.
Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes hasil belajar berupa tes yang disusun secara terencana
untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan – bahan
atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes hasil belajar
dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang – ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama – lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga
akan merubah cara berfikirserta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Dalam KBM antara guru dengan siswa terjadi interaksi untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik. Siswa memperoleh hasil belajar saat diadakan evaluasi berupa
tesuntuk kerja diskusi dan pengamatan secara kelompok yang diberi skor oleh guru
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar diambil saat proses
pembelajaran, ketika siswa melakukan kegiatan dengan siswa lainnya yang
diberikan oleh guru. Hasil belajar diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan
pemberian evaluasi terhadap siswa dan dilakukan didalam kelas. Pengambilan hasil
belajar digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukan
kompetensi siswa melalui pengadaan tes bagi siswa.
2.1.2 Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Hakekat IPS
Permendiknas no. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB, sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
8
8
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta
warga dunia yang cinta damai.
Masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena
itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dinamis, dan
terpadu dalam proses pembelajaranmenuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1) Mengenal konsep – konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis,
dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah dan keterampilan
dalam kehidupan sehari – hari.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan
kemanusiaan.
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek – aspek sebagai berikut :
1) Manusia, tempat, dan lingkungan.
2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
3) Sistem sosial dan budaya.
4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
9
9
Hakekat IPS menurut pendapat penulis adalah perkembangan manusia
sejak lahir sampai dewasa dalam berinteraksi sosial baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. IPS juga ilmu yang mempelajari tentang sosial budaya,
ekonomi, geografi, dan sejarah.
2.1.3 Pengertian Media Gambar
a. Pengertian Media
Menurut Miarso (1992 : 5), media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga bisa
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Menurut Sudjarwo (1992: 5) memberi batasan pada media sebagai bentuk
fisik teknologi pendidikan yang antara lain berupa kata-kata atau kalimat-kalimat,
film, tape, slide, video, dan sebagainya.
Jadi media dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa yang dapat berupa kata-kata,
kalimat-kalimat, film, tape, slide, video, gambar, dan sebagainya sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
b. Pengertian Media Gambar dan Penggunaan dalam Pembelajaran
Menurut Tim Dosen Media Pengajaran (1992:23) gambar sebagai media
pengajaran cukup banyak dimanfaatkan untuk keperluan proses belajar mengajar.
Gambar adalah media yang paling umum dipakai karena pengadaannya relatif
lebih murah dan mudah diperoleh. Misalnya dari koran bekas, majalah bekas,
kalender bekas dan sebagainya. Yang termasuk media gambar adalah kartun,
komik, gambar tempel, dan foto.
Menurut Wibawa dan Mukti (1993 : 60) menyebutkan bahwa gambar
adalah termasuk media sederhana yang dapat digunakan dengan baik di SD, sebab
gambar itu disukai siswa, murah harganya, tak sulit mencarinya.
10
10
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
media gambar adalah salah satu media pengajaran yang banyak dimanfaatkan
untuk keperluan proses belajar mengajar. Gambar merupakan media sederhana
yang murah dan mudah memperolehnya, misalnya dari koran bekas, contoh :
kartun, komik, gambar tempel dan foto.
c. Peranan media gambar dalam pendidikan.
Menurut Rinanto (1992 : 2) media visual adalah semua media yang dapat
dinikmati oleh indera mata dan mampu menimbulkan rangsangan untuk
berefleksi, misalnya gambar/lukisan, foto, slide, poster, dan sebagainya
Gambar/lukisan merupakan contoh media visual yang dapat digunakan untuk
menimbulkan rangsangan untuk berefleksi.
Menurut Tim Dosen Media Pengajaran (1992 : 23) gambar dalam
posisinya sebagai media pengajaran mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1. Membuat kongkrit belajar, sehingga mengurangi kecencderungan
verbalisme.
2. Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, karena tidak semua objek
belajar dapat dimasukkan dalam ruang kelas.
3. Dapat menyajikan visualisasi benda-benda objek belajar yang sulit dilihat
dengan mata telanjang
4. Dapat memperjelas objek belajar terutama bermanfaat sekali untuk proses
pemahaman siswa terhadap masalah tertentu
5. Dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengurangi kejenuhan
belajar.
6. Murah dan mudah pengadaannya.
Menurut Sastradiraja (1971: 1-3) mengemukakan bahwa pembelajaran
menggunakan media gambar mempunyai manfaat yaitu media tersebut dapat
membantu:
11
11
1. Murid belajar lebih banyak
2. Meningkatkan daya ingat lebih lama
3. Melengkapi rangsangan yang efektif untuk belajar
4. Menjadikan belajar lebih kongkret (nyata)
5. Membawa dunia ke dalam kelas
6. Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang bermacam-macam dari
satu subjek yang sama.
Sejalan dengan pendapat di atas Sudjana (2000:100), mengatakan bahwa
penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai:
1. Dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir
2. Dapat memperbesar minat dan perhatian
3. Dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar
bertambah mantap
4. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
5. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa
6. Membantu berkembangnya efisien dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna
Menurut Hamalik (1994: 81) ada beberapa alasan dasar penggunaan
media gambar dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:
1. Gambar bersifat kongkret
Melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang dibicarakan
atau didiskusikan di kelas.
2. Gambar mengatasi ruang dan waktu
Misal : gambar sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ( batu bara,
minyak bumi, dll) dapat dipelajari di kelas tanpa harus membawa benda
aslinya ke dalam kelas.
3. Gambar dapat dipergunakan untuk memperjelas suatu masalah, karena itu
bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah.
12
12
4. Gambar mudah di dapat dan harganya murah
Untuk sekolah yang dananya terbatas, gambar bernilai ekonomis dan
menguntungkan.
5. Gambar mudah digunakan baik perorangan dan kelompok, satu gambar dapat
dilihat oleh seluruh siswa di kelas.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa gambar adalah salah satu alat yang
penting bagi pengajaran dan pendidikan, maka gambar yang akan digunakan
sebagai media pendidikan akan berhasil dengan baik dan efektif apabila
disesuaikan dengan kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik
penggunan media dalam situasi belajar.
2.2 Metode Pembelajaran
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan metode diskusi kelompok.
2.2.1 Pengertian Diskusi Kelompok
Menurut Dharma (2008 : 18) metode diskusi adalah cara menyajikan
pengajaran dimana siswa dihadapkan suatu masalah yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan di
pecahkan secara bersama. Diskusi tidak sama dengan percakapan. Percakapan
dapat terjadi dengan bebas dan pembicara tidak terikat dengan masalah
tertentusaja tetapi dapat berbagai hal sekalipun tidak ada hubungan satu dengan
yang lain sesuai dengan keinginan pembicara, sedangkan diskusi akan terjadi
apabila ada masalah yang timbul. Masalah timbul apabila ada kesenjangan antara
yang diharapkan dengan kenyataan.
Diskusi dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal, suatu diskusi di nilai
menunjang keaktifan siswa bila diskusi melibatkan semua anggota diskusi dan
menghasilkan suatu pemecahan masalah. Adapun prinsip – prinsip dalam diskusi:
a) Harus ada pemimpin dan anggota.
b) Topik jelas dan menarik.
c) Peserta diskusi dapat menerima dan memberi.
d) Suasana tanpa tekanan.
13
13
Dalam diskusi kelompok juga terdapat keuntungan dan kelemahannya.
a. keuntungannya :
a) diskusi kelompok melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses belajar.
b) Siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya dan penguasaan
bahan pelajaran masing – masing.
c) Diskusi kelompok dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berfikir dan sikap ilmiah.
d) Dapat mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi. Diharapkan siswa dapat memperoleh kepercayaan akan
kemampuannya.
e) Diskusi kelompok dapat menunjang usaha – usaha pengembangan
sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
b. kelemahannya
a) memakan waktu lama.
b) Sulit bagi guru untuk meramalkan arah penyelesaian diskusi.
c) Sulit bagi siswa untuk mengatur berfikir secara ilmiah.
2.2.2 Langkah – langkah penggunaan diskusi kelompok menurut Dharma
(2008 : 20)
a) Guru mengemukakan masalah yang akan di diskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara – cara pemecahan
masalah.
b) Siswa dibawah pimpinan guru membentuk kelompok diskusi.
c) Siswa berdiskusi dalam kelompok masing – masing sedangkan guru
berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga
keterlibatan siswa.
d) Tiap kelompok diskusi melaporkan hasil yang telah dicapainya.
14
14
e) Siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil
diskusi.
2.2.3 Tujuan penggunaan diskusi kelompok
a) Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung
pada orang lain. Mungkin perbedaan segi pandang, sehingga memberi
jawaban yang berbeda – beda. Hal ini tidak menjadi masalah, yeng
penting pendapat tersebut dapat diterima secara logis dan mendekato
kebenaran.
b) Siswa menyatakan pendapat secara lisan, karena hal itu perlu untuk
melatih kehidupan demokratis.
c) Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam
pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.
2.2.4 Peran guru dalam diskusi kelompok
a) Guru sebagai ahli yang mengetahui banyak mengenai berbagai hal
pada siswa.
b) Guru sebagai pengawas.
c) Guru sebagai penghubung kemasyarakatan.
d) Guru sebagai pendonor.
2.2.5 Pembelajaran menggunakan media gambar dalam diskusi kelompok
1. Langkah persiapan
a) Mempersiapkan media gambar yang diperlukan
Gambar yang disiapkan disini sesuai dengan materi.
b) Mempersiapkan ruangan untuk diskusi
Guru bersama siswa mempersiapkan ruang kelas untuk
diskusi,posisi tempat untuk masing – masing kelompok.
c) Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama diskusi kelompok.
Guru membuat tata tertib selama kegiatan diskusi agar siswa fokus
15
15
dan bisa melaksanakan kegiatan baik dengan baik.
2. Langkah pelaksanaan
a. Membentuk kelompok diskusi
1.Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok
diskusi.
b. Mengemukakan masalah
1. Guru memberikan imajinasi umum tentang materi yang
akan dipelajari.
2. Guru membagikan gambar kepada masing – masing
kelompok.
3. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan
menggunakan media gambar.
c. Siswa melakukan diskusi kelompok
1. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelompok.
2. Guru berkeliling mengamati penggunaan media dalam
diskusi kelompok.
3. Tindak lanjut diskusi kelompok menggunakan media gambar
a. Siswa menyajikan hasil diskusi
1. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusi.
2. Siswa mencatat hasil diskusi.
3. Guru mengumpulkan hasil diskusi.
b. Evaluasi hasil diskusi
1. Guru memberikan evaluasi terhadap hasil diskusi.
2. Guru melakukan pemantapan dan tindak lanjut.
2.3 Hasil Penelitian-penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang dapat
penulis rangkum antara lain:
16
16
1. Hasil penelitian Suyatinah,dkk (2004:68) dalam penelitianya
”Peningkatan Keterampilan Membaca pada Siswa Kelas 1 Sekolah
Dasar melalui Penerapan Metode SAS dan Alat Peraga Gambar”
menyimpulkan bahwa dengan ditetapkannya metode SAS dan alat
peraga gambar sebanyak tiga siklus dapat meningkatkan secara
signifikan keterampilan membaca, motivasi, perhatian, dan aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca.
2. Hasil Penelitian R. Santana AWP (1999) dalam penelitianya
“Menggalakan Minat Baca Anak Sekolah Dasar Melalui media
Cerita Bergambar” Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
media cerita bergambar siswa menangkap respon yang baik dan
meningkatkan secara signifikan dalam mengikuti pelajaran
membaca.
3. Hasil Penelitian Harry (2007) dalam penelitiannya “ Pengaruh
Mading Terhadap Minat Baca Siswa” menyimpulkan bahwa
keberadaan mading ternyata mampu meningkatkan minat baca siswa
sebesar : kelas I = 9,1 %, kelas II = 9,8 % dan kelas III = 8,9 %
secara keseluruhan , rata-rata minat baca siswa meningkat sebesar
9,3 %.
2.4 Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang penting dan sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berhubungan dengan
kehidupan dan berada di lingkungan sekitar anak, tetapi sangat disayangkan
bahwa nilai hasil mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu rendah. Mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan menambah wawasan bagi anak baik
secara langsung melihat, mengalami sendiri maupun dengan belajar menggunakan
media gambar. Belajar yang dimaksud di sini dalam arti yang sebenarnya adalah
aktifitas mental yang sangat kompleks yang dapat menghasilkan perubahan-
perubahan yang bersifat kualitatif. Perubahan kualitatif tersebut sangat
17
17
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah penggunaan media yang
digunakan guru dalam membantu untuk memperoleh perubahan tersebut.
Ilmu Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengarah pada
objek dasar abstrak, sedangkan taraf berfikir anak adalah taraf berfikir kongkrit.
Untuk membantu anak dalam berfikir abstrak diperlukan media yang dapat
membantu mengkonkritkan hal-hal yang abstrak. Salah satu media yang
diperlukan adalah media gambar.
Dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan media gambar, anak akan aktif, tertarik dan mudah memahami
makna. Sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan demikian nilai
Ilmu Pengetahuan Sosial yang tadinya rendah akan lebih meningkat.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut diatas dapat diajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut : “Dengan menggunakan media gambar dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa
Kelas IV SD Tingkir-tengah 02, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.