bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori hakikat ilmu...

21
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kajian Teori a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata–kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut dengan science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alamini, ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam (Iskandar:1997). Pembelajaran IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery). Ilmu Pengetahuan Alam untuk anakanak didefinisikan oleh Paolo dan Marten yang disebutkan oleh Carin 1993(dalam Iskandar1997:15), yaitu: 1. Mengamati apa yang terjadi 2. Mencoba mengamati apa yang diamati 3. Mempegunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi 4. Menguji ramalanramalan dibawah kondisikondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Upload: trinhnga

Post on 05-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kajian Teori

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan

Alam. Kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

dari kata–kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat

disebut dengan science. Natural artinya alamiah, berhubungan

dengan alam atau bersangkut-paut dengan alam. Science

artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang

alamini, ilmu yang mempelajari peristiwa–peristiwa yang

terjadi di alam (Iskandar:1997).

Pembelajaran IPA berkaitan dengan bagaimana siswa

mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal

siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses

penemuan (discovery).

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak–anak didefinisikan

oleh Paolo dan Marten yang disebutkan oleh Carin 1993(dalam

Iskandar1997:15), yaitu:

1. Mengamati apa yang terjadi

2. Mencoba mengamati apa yang diamati

3. Mempegunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa

yang akan terjadi

4. Menguji ramalan–ramalan dibawah kondisi–kondisi untuk

melihat apakah ramalan tersebut benar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

9

Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa

dalam IPA tercangkup juga coba–coba dan melakukan

kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam

tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang

kita ajukan. Dalam IPA, anak–anak dan kita harus tetap

bersikap skeptif sehingga kita selalu siap memodifikasi model–

model yang kita miliki tentang alam ini sejalan dengan

penemuan–penemuan yang kita dapatkan. Selain materi IPA

harus dimodifikasi, keterampilan–keterampilan proses IPA

yang akan dilatihkan juga harus disesuaikan dengan

perkembangan anak–anak. Pembelajaran IPA dalam Iskandar

(1997) perlu diajarkan di sekolah. Ada beberapa alasan yang

menyebabkan suatu mata pelajaran dimasukkan kedalam

kurikulum suatu sekolah. Alasan–alasan itu dapat digolongkan

menjadi empat golongan besar:

1. Mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan

anak dikemudian hari

2. Mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa

3. Mata pelajaran itu melatih anak berfikir kritis

4. Mata pelajaran itu memiliki nilai–nilai pendidikan yaitu

memiliki potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi

anak secara keseluruhan

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA

adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dengan menghubungkan

gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan, melalui kegiatan

eksperimen ataupun hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala

yang terjadi di alam.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

10

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pengembangan konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari–hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungna yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTS

b. Hakikat Belajar

Tentang masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi

dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai

dengan bidang keahlian masing–masing. Tentu saja mereka

memiliki alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri (2011: 12-13)

misalnya, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Cronbach dalam Syaiful Bahri (2011: 12-13) berpendapat

bahwa learning is show by change in behavior as a result of

experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan

oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

11

Howard L. Kingskey dalam Syaiful Bahri (2011: 12-13)

menyatakan bahwa learning is the process b which behavior

(in the broader sense) is originated or changed throught

practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is

performance as a result of practice.

Slameto dalam Syaiful Bahri (2011:12-13) juga

merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya, belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jadi pengertian belajar adalah perubahan tingkahlaku

sebagai hasil dari pengalaman interaksi dengan manusia

maupun dengan lingkungan sebagai hasil belajar.

c. Hasil Belajar

Menurut Damansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil

penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam

bentuk angka.

Slameto (2003:1) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar

mengajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

12

Menurut Damansyah (2006:14) hasil belajar siswa antara lain

dipengaruhi oleh:

1. Karakteristik masing–masing individu

Karakteristik individu dapat berupa karakteristik khusus

dan karakteristik umum

2. Gaya belajar setiap individu

3. Kecerdasan majemuk

Dari berbagai penjelasan tentang hasil belajar di atas, dapat

dimengerti bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut aspek kogntitif, afektif dan

psikomotorik. Oleh karenanya, perubahan sebagi hasil dari

proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi

tingkah laku seseorang.

d. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang

penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan

sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran maupun

kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses

dan mengolah hasil belajarnya secara efektif. Selain itu, siswa

juga ditutut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam

belajar adalah segala kegitan yag bersifat fisik maupun non

fisik siswa dalam proses kegitan belajar mengajar yang optimal

sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Agar aktivitas dalam pembelajaran tetap kondusif maka

siswa dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru

agar proses belajar mengajar yang ditempuh mendapatkan hasil

yang maksimal.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

13

e. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

Hasil belajar adalah tujuan yang akan dicapai dalam proses

belajar mengajar dengan prestasi belajar tertentu. Prestasi

belajar dapat memberikan kepuasan tersendiri kepada orang

yang bersangkutan, khususnya bagi seseorang yang sedang

menuntut ilmu di sekolah, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar

meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat

dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.

Proses belajarpun tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak

faktor yang mempengaruhinya. Faktor–faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu faktor yang

datangnya dari dalam diri individu siswa (internal faktor) dan

faktor yang datangnya dari luar individu siswa (eksternal

faktor). Kedua faktor tersebut dapat dipaparkan sebagai

berikut:

a. faktor internal anak, meliputi:

a. faktor psikis (jasmani), kondisi umum yang menandai

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak

dalam mengikuti pelajaran.

b. faktor psikologis (kejiwaan), faktor yang termasuk aspek

psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan

hasil belajar siswa antara lain intelegensi, sikap, bakat,

minat dan motivasi.

b. faktor eksternal anak, meliputi:

a. faktor lingkungan sosial seperti para guru, staf

adminstratif serta teman–teman satu kelas.

b. faktor lingkungan non-sosial seperti sarana dan

prasarana sekolah, letak tempat tinggal, keadaan cuaca

serta waktu belajar yang digunakan anak.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

14

c. faktor pendekatan belajar yaitu cara atau metode guru

dalam menyampaikan materi serta media pembelajaran

yang digunakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor

yang mempengaruhi hasil belajar IPA yaitu faktor yang datangnya

dari dalam individu (faktor internal) dan faktor yang datangnya

dari luar individu (faktor eksternal).

http/www.dedenbinlaode.web.id/2013/12/metode-talking-stick-

dan-hasil-belajar.html (diunduh 5 Desember 2013)

2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model

pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang

dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Joyce dan Weill (Miftahul Huda:72-73) mendiskripsikan

model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain meteri–

materi instruksional, dan membantu proses pengajaran di ruang

kelas atau di setting yang berbeda.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu,

sasaran utamanya adalah untuk membantu siswa bekerjasama,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

15

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah baik akademik

maupun sosial. Tujuan utamanya adalah:

A. Membantu siswa bekerjasama untuk menidentifikasi dan

menyelesaikan masalah

B. Mengembangkan skill hubungan masyarakat

C. Meningkatkan kesadaran akan nilai–nilai personal dan

sosial.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Bekerja dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga atau

lebih pada anggota hakikatnya adalah dapat memberikan daya

dan manfaat tersendiri. Hal ini pernah dikemukakan Roger

Johnson dari universitas Minnesota (Johnson dan Johnson,

1974), Robert Salvin (1983) dari universitas Hopkins dan

Shloo Sharan dari universitas Tel Aviv (1980) juga menyatakan

hal yang sama. Dengan menggunakan strategi yang sedikit

berbeda, baik time Johnson dan Salvin malakukan serangkaian

investigasi yang secara langsung menguji asumsi mengenai

model pengajaran sosial. Secara khusus, mereka meneliti

apakah kerjasama atau struktur reward dapat mempengaruhi

hasil belajar secara psitif ataukah tidak. Selain itu, mereka juga

merekomendasikan adanya peningkatan kesatuan kelompok,

tingkahlaku bekerjasama, dan relasi antarkelompok melalui

prosedur pembelajaran yang kooperatif. Salah satu asumsi yang

mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul

melalui kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh yang

lebih besar dari pada melalui ligkungan kompetitif individual.

Kelompok–kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang

lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara

berpasangan. Perasaan saling berhubungan (feelings of

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

16

connectedness), menurut mereka, dapat menghasilkan energy

yang positif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

c. Tahap Pembelajaran Cooperative

Menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Carolyn W.

Rouviere (www.maa.org/saum/maanotes49/140.html), model

ini meliputi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap mengajar (teaching)

Dalam tahap ini, guru mengajarkan materi pelajaran

yang akan digunakan dalam kompetisi. Materi pelajaran

yang diajarkan hanya secara garis besarnya saja dari suatu

materi. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat

memotivasi siswa dalam belajar, membangun suatu

pengetahuan awal mengenai materi tersebut, dan

memberikan petunjuk pelaksanaan model TGT termasuk

pembentukan kelompok. Tahap ini dapat dilaksanakan

dalam satu kali pertemuan.

2. Tahap belajar dalam kelompok (team study)

Dalam tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas

untuk mempelajari materi pelajaran secara tuntas dan saling

membantu dalam mempelajari materi tersebut.Jika ada

kesulitan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum

bertanya pada guru. Setiap anggota kelompok dalam

berdiskusi hendaknya dengan suara perlahan, sehingga

kelompok yang lain tidak terganggu.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

17

3. Tahap Kompetisi (tournament)

Dalam tahap ini setiap kelompok mewakilkan

anggotanya untuk maju ke meja kompetisi, di atas meja

tersebut telah tersedia kartu. Kemudian siswa mengambil

sebuah kartu dan membacanya keras-keras.Kelompok

yang mengambil pertanyaan tersebut harus menjawab, jika

jawaban salah maka kelompok lawan dapat mengajukan

jawabannya. Setiap jawaban kelompok yang benar

diberikan poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah

sebagai skor kelompok.

Sedangkan prosedur Pembelajaran kooperatif pada

prinsipnya terdiri dari empat langkah sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif:

1. Penjelasan materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam

kelompok.Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman

siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok

Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang

telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan

melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau

kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada

kemampuan individu, sedangkan kelompok akan

memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya.

Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam

kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

18

nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil

kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim

Adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol

atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat

memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

d. Ciri–ciri Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya, tidak semua kerja kelompok dapat

dikatakan sebagai cooperative learning. Terdapat ciri khusus

kelompok yang disebut sebagai kelompok pembelajaran

cooperative learning. Menurut Lie (2003: 30) ada lima unsur

yang harus diterapkan dalam pembelajaran kelompok, agar

pembelajaran tersebut dapat dikatakan sebagai pembelajaran

cooperative learning. Kelima unsur itu meliputi:

1. Saling ketergantungan positif

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pada

dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak

dapat hidup secara individual dan sangat tergantung

terhadap pertolongan sesamanya. Prinsip tersebut

diimplementasikan dalam pembelajaran di kelasuntuk

membangkitkan rasa kebersamaan. Pembentukan

kelompok-kelompok kerja dalam pemberian tugas

terstruktur di kelas memberikan nilai lebih untuk

menanamkan kerjasama demi mencapai tujuan yang sama.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur tanggung jawab perseorangan merupakan

akibat langsung dari unsur saling kebergantungan positif.

Karena itu, Lie (2008: 33) mengatakan bahwa jika tugas

dan polapenilaian dibuat menurut prosedur model

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

19

pembelajarancooperative learning,setiap siswaakan merasa

bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Pada

akhirnya, siswaakan dituntut untuk berpartisipasi aktif

dalam kelompoknya. Hal ini dikarenakan bahwaguru tidak

hanya memberikan tugas untuk kelompoknya saja, tetapi

siswapun secaraindividu memiliki tugas yang harus

dikerjakan.

3. Tatap muka

Dampak positif dari penerapan model pembelajaran

cooperative learning adalah terciptanya interaksi positif

antara sesama anggota kelompok untuk memudahkan

transformasi informasi anggota kelompok. Hal ini sejalan

dengan pendapat Lie (2008: 33-34), bahwa kegiatan

interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

siapmembentuk sinergi yang menguntungkan semua

anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-

masing. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap

anggota kelompok menjadi modal utama dalam proses

saling memperkaya antar anggota kelompok.

4. Komunikasi antar anggota

Proses interaksi antar anggota kelompok akan berjalan

lancar, jika komunikasi berjalan baik. Untuk itu, setiap

anggota kelompok perlu memiliki ketrampilan

berkomunikasi. Menurut Lie (3008: 34), sebelum

menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu

mengajarkan cara-cara berkomunikasi kepada siswa, karena

tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan

berbicara. Keberhasilan suatu kelompok dalam

pembelajaran cooperative learning juga bergantung pada

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

20

kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya.

5. Evaluasi proses kelompok

Setiap proses perlu mengadakan evaluasi sebagai

refleksi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam

proses tersebut, sehingga proses berikutnya akanberjalan

lebih baik lagi. Karena itu, agar evaluasi ini dapat

memberikan arahan serta informasi terhadap hasil

pekerjaan siswa saat kegiatan proses belajar mengajar

berlangsung, maka informasi diberikan ini harus meliputi

tujuan yang dicapai kelompok, bagaimana mereka

melakukan kerjasama saling membantu dengan teman satu

kelompok dan bagaimana mereka bersikap dan bertingkah

laku positif agar baik setiap siswa maupun kelompok

menjadi berhasil dan kebutuhan apa saja yang harus

dilengkapi agar tugas selanjutnya dapat dilaksanakan

dengan baik. Agar hal ini terjadi, Lie (2008:35),

menyatakan bahwa pengajar perlu menjadwalkan waktu

khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi kerja kelompok

dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa

bekerjasama lebih efektif. Format evaluasi disesuaikan

dengan tingkat pendidikan siswa dan waktu evaluasi

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa.

e. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Cooperative

Lie (2005: 12) mengemukakan keunggulan cooperative

learning dibandingkan dengan model pembelajaran lain

(metode ceramah) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi

akademiknya.

2. Meningkatkan daya ingatan siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

21

3. Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar.

4. Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan

berkomunikasi secara lisan.

5. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa.

6. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.

7. Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

Melalui beberapa keunggulan cooperative learning, siswa

dilatih untuk mengembangkan ketrampilan siswa dan keaktifan

selama selama dikelas, baik aktif dalam hal bertanya ketika tidak

mengerti tentang materi, ataupun menggali informasi dari berbagai

sumber, dan kemudian menularkannya kepada siswa lainnya.hal itu

akan mengajarkan siswa untuk dapat menerima perbedaan antara

siswa satu dengan siswa lainnya sehingga hubungan antar siswa

dapat lebih terjalin.

Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran cooperative

learning juga memiliki beberapa kelemahan di antaranya adalah:

1. Pembelajaran berkelompok membatasi siswa yang

berkemampuan tinggi dalam waktu belajar.

2. Dibandingkan dengan pengajaran langsung oleh guru, bisa

terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak

pernah dicapai oleh siswa.

3. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran

cooperative learning memiliki berbagai macam tipe atau metode

yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Tipe-tipe pembelajaran

cooperative learning diantaranya adalah student teams

achievement division (STAD), jigsaw (model tim ahli), Team

Game Tournamen (TGT), Think Pair and Share, make a-match

(mencari pasangan), teams assisted individualization (TAI), teams

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

22

games tournaments (TGT),cooperative integrated reading and

composition (CIRC), dan number head together (NHT) dan lain-

lain. Khusus dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan salah

satu metode diantara berbagai metode yang disebutkan di atas,

yaitu metode Teams Game Tournamen (TGT).

2.1.3 Teams Games Tournaments (TGT)

Teams Games Tournaments (TGT) merupakan salah satu

strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin

(1995) untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi

pelajaran. Slavin menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan

skill–skill dasar, pencapaian, interaksi positive antar siswa, harga

diri dan sikap penerimaan pada siswa–siswa lain yang berbeda.

Dalam TGT, siswa mempelajari materi di dalam ruang kelas.

Setiap siswa ditempatkan pada satu kelompok yang terdiri dari tiga

orang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Komposisi ini

dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen) yang setiap minggunya

harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk

mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggota–anggotanya,

barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik.

Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor

kelompok mereka masing–masing (Huda:2009).

1. Prosedur TGT

Tim studi (sering juga dikenal dengan Home Team) siswa

memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara

kooperatif dalam time ini. Penentuan kelompok dilakukan

secara heterogen dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Membuat daftar rangking akademik siswa

2. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4

siswa

3. Menomori siswa dari mulai yang teratas

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

23

4. Membuat setiap tim heterogen. Heterogen atau beragam

dalam artian bahwa dalam satu kelompok masing-masing

individu berbeda dalam hal kemampuan akademik, jenis

kelamin, agama, latar belakang sosial maupun budaya.

Jenis kelamin, agama, latar belakang sosial maupun budaya

dapat dilihat dari data yang diberikan guru kelas dan

kemampuan akademik ini dapat dilihat dari peringkat kelas.

Hal tersebut dimaksudkan supaya mereka saling bertukar

pengalaman dalam proses pembelajaran dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa

yang memiliki kemampuan heterogen. Tujuan dari tim

studi ini adalah membebankan tugas kepada setiap tim

untuk mereview denagn format dan sheet yang telah

ditentukan.

2. Turnamen

Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam

turnamen. Penentuan turnamen dilakukan dengan langkah–

langkah sebagai berikut:

1. Menggunakan daftar rangking yang dibuat sebelumnya

2. Membentuk kelompok yang masing–masing terdiri dari 5

atau 6 siswa

3. Menentukan setiap anggota dari masing–masing kelompok

berdasarkan keberagaman dalam kelas.

Format yang diterapkan adalah

1. Memberikan ikat kepala yang telah dinomori, misalnya 1-33

dan diberikan kepada setiap siswa

2. Memberi pertanyaan di setiap amplop sebelum dibagikan

pada kelompok

3. Membuat lembar jawaban yang juga sudah dinomori

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

24

4. Membagikan 1 amplop pada masing–masing tim yang berisi

kartu–kartu, lembar pertanyaan dan lembar jawaban

(menginstruksikan siswa untuk membuka kartu)

5. Menunjukkan pemegang kartu tertinggi untuk membacakan

terlebih dahulu.

6. Mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu

dari amplop dan membacakan nomornya, lalu siswa kedua

(yang memiliki lembar pertanyaan) membaca pertanyaan

dengan keras, lalu siswa pertama menjawab pertanyaan

tersebut, kemudian siswa ketiga (yang memiliki lembar

jawaban) mengonfirmasi apakah jawabannya benar atau

salah.

7. Menggunakan aturan jika jawaban benar, maka siswa

pertama mengambil kartu itu, namun jika jawabannya salah

maka siswa kedua dapat membatu menjawabnya. Jika benar,

kartu tetap mereka pegang. Namun, jika jawaban tetap salah

kartu itu harus dibuang.

3. Scoring

Scoring dilakukan untuk semua table turnamen.Setiap

pemain bisa menyumbangkan 2 hingga 6 poin kepada time

studinya masing–masing. Poin tim studi akan ditotal secara

keseluruhan.

2.2 Hasil Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian

terdahulu yang menjadi upaya penulis untuk memperbaiki kekurangan

dan meningkatkan kelebihan dalam penelitian tersebut dengan

penelitian yang akan dilakukan penulis. Penelitian tersebut antara

lain:

Effendi, Kukuh.2012.pendeketan Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tounament) untukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

25

(Kompetensi Dasar) menentukan Sifat-sifat Bangun Ruang

Sederhana) pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri 02

Tlogosih kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Semester II

Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah terjadi peningkatan hasil belajar matematika dari tiap siklus

pada materi bangun ruang. Peningkatan hasil belajar tersebut terjadi

secara bertahap, dimana pada siklus I peningkatan hasil belajar siswa

sebesar 45,8%. Kemudian setelah dilaksanakan siklus II peningkatan

hasil belajar siswa mencapai 95, 8%.Dengan demikian dapat

disimpiulkan bahwa penggunaan pendekatan kooperatif tipe TGT

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika Kelas IV SD Negeri 02 Tlogosih kecamatan Kebonagung

Kabupaten Demak Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.Kelebihan

dari penelitian ini sudah jelas dalam memaparkan urutan peningkatan

dalam setiap siklus. Kelemahannya yaitu belum dipaparkan apa yang

menjadi permasalahan dalam penelitiannya.

Sucahyono, Aris Sandhi.2011. dengan judul Peningkatan Hasil

Belajar PKn Melalui model TGT (Teams Games Tounament) Bagi

Siswa Kelas IV SDN Tondowulan II Jombang. Berdasarkan

permasalahan yang ditemui di kelas pada saat melaksanakan belajar,

yaitu masih ditemukannya minat siswa yang kurang menyukai

pelajaran PKn sehingga dari jumlah siswa 30, hanya 1 orang yang

menyukai pelajaran PKn. Hal ini berdampak pada hasil nilai belajar

yang masih dibawah KKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(1) pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menerapkan TGT (Teams

Games Tounament) adalah belajar secara mandiri dan diskusi

kelompok, permainan dan turnamen, (2) pembelajaran kooperatif

model TGT (Teams Games Tounament) terbukti dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN

Tondowulan II Jombang yaitu dari rerata skor 67,28 dan daya serap

klasikal 28% pada pra siklus setelah tindakan pada siklus I menjadi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

26

rerata skor 70,56 dan daya serap klasikal 84% pada siklus II, (3)

dampak pembelajaran model TGT (Teams Games Tounament)

terhadap aktivitas belajar siswa adalah semangat belajar siswa

menjadi lebih meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1)

pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menerapkan TGT (Teams

Games Tounament) di kelas IV SDN Tondowulan II Jombang adalah

pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara kelompok diskusi dan

langkah-langkahnya terdiri dari penyajian kelas, kerja kelompok,

turnamen dan penghargaan kelompok, (2) pembelajaran kooperatif

model TGT (Teams Games Tounament) dapat meningkatkan hasil

belajar pkn siswa,yaitu berdasar pada paparan data prasiklus jumlah

rerata skor 67,28 dan daya serap klasikal 28%, dan setelah diadakan

tindakan pada siklus I rerata skor meningkat 70,56 dan daya serap

klasikal meningkat menjadi 64%. Jumlah rerata skor dan daya serap

mengalami peningatan lagi pada siklus II yaitu 85,32 dan 84% (3)

dampak TGT (Teams Games Tounament) terhadap aktivitas belajar

siswa selama proses belajar mengajar di kelas IV SDN Tondowulan II

Jombang adalah suasanakelas menjadi menyenangkan dengan adanya

belajar sambil bermain pada saat diskusi kelompok dan terutama pada

saat turnamen, pengaruh lainnya khususnya pada saat kerja kelompok

adalah tampak adanya peningkatan interaksi antar siswa dalam

kelompok oleh rekan sebaya lebih aktif. Kelemahan dari hasil

penelitian ini belum mencantumkan berapa KKM yang harus

dicapai.Kelebihannya peneliti menjelaskan permasalahan yang

ditemui di kelas pada saat melaksanakan belajar, yaitu masih

ditemukannya minat siswa yang kurang menyukai pelajaran PKN.

Sebagai upaya pelaksanaan tindak lanjut maka perlu pengembangan

penelitian pada materi kerja sama negara-negara ASEAN.

Dewantini. Ria Dhian.2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Melalui metode TGT (Teams Games Tounament) Pada Siswa Kelas V

SD Negeri Jeruk I Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

27

Pelajaran 2011/2012. Masalah dalam penelitian ini adalah hasil

belajar IPA masih rendah, hanya 35% dari jumlah siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 70, memenuhi KKM., metode yang digunakan

masih konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode Teams Games

Tournaments (TGT). Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Hasil tindakan kelas ini melalui dua siklus: pada siklus I

dari 28 siswa terdapat 16 siswa (57%) yang mendapatkan nilai ≥ 70,

sesuai KKM. Pada siklus II ada peningkatan hasil belajar siswa

sejumlah 36% dari siklus I. Dari nilai hasil belajar 27 siswa yang

yang mendapatkan nilai ≥ 70 adalah 25 siswa (93%) sesuai KKM.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi

metode Teams Games Tournaments(TGT) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa Kelas V SD Negeri Jeruk I Kecamatan Miri Kabupaten

Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.Kelebihan penelitian ini sudah

jelas dalam memaparkan urutan peningkatan setiap siklus.

Kelemahannya yaitu belum dipaparkan apa yang menjadi

permasalahan dalam penelitian.

2.3 Kerangka berfikir

Berdasarkan kajian teori di atas, dalam belajar IPA diperlukan

model pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif serta

menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk digunakan sebagai model

pembelajaran dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan pada paparan

teoritik, model ini tampak dapat lebih memberikan ruang kepada

siswa untuk dapat saling bekerjasama dan mengeksplorasi

kemampuan diantara para siswa. Itu artinya bahwa model ini

memberikan peluang untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Karena diterapkan dalam

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7931/3/T1_292010157_BAB II.pdfKata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan

28

pelaksanaan pembelajaran maka desain kerangka pikirnya adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berfikir menurut Subyantoro (2011)

2.4 Hipotesis Tindakan

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa materi gaya pada

siswa kelas IV A SDN Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten

Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Siklus 1 Siklus 2

Siklus 2

Perencanaan

TGT

Mengamati

keaktifan dan

hasil tes

perbaikan

Siklus 1

Perencanaan

TGT

Mengamati

keaktifan

tes tertulis