bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. keterampilan ...repository.ump.ac.id/3551/3/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Keterampilan Berbicara
Berbicara menuru Tarigan (2008: 3) adalah keterampilan berbahasa
yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara
atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat
dengan perkembangan kosakata yang dipelajari oleh anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca.
Vygotsky (Moeslichatoen, 1999: 18) ada tiga tahap perkembangan bicara
anak yang menentukan tingkat perkembangan berfikir dengan bahasa;
a. Tahap pertama, tahap eksternal merupakan tahap berpikir dengan
bahasa yang disebut berbicara secara eksternal. Maksudnya,
sumber berpikir anak datang dari luar dirinya. Sumber itu terutama
berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan anak dengan
cara tertentu, misalnya orang dewasa bertanya kepada anak: “Apa
yang sedang kamu lakukan?” Anak memberi jawaban: “Main
dengan kucing”, orang itu lalu meneruskan pertanyaan: “Mana
ekornya?”, dan seterusnya.
b. Tahap kedua, yaitu tahap egosentris merupakan tahap dimana
pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan
suara khas anak berbicara seperti jalan pikiranya: “Ini pusi, ini
ekornya”.
c. Tahap ketiga, merupakan tahap berbicara secara internal. Di sini
anak menghayati sepenuhnya proses berpikirnya. Sesuai dengan
tahap ini anak memproses pikiranya dengan pemikiranya sendiri.
Sesuai dengan contoh anak yang sedang menggambar kucing
tersebut diatas, pada tahap ini anak memproses pikiranya dengan
pemikirannya sendiri.
6
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
7
Tujuan keterampilan berbicara anak menurut Suharto (Widianti, 2015)
1) Supaya anak memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi sehari-hari.
2) Supaya anak mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta
kalimat.
3) Supaya anak mampu mengungkapkan pendapat dengan sikap dan lafal
yang tepat.
4) Supaya anak berminat untuk menggunakan bahasa yang baik.
5) Supaya anak berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan
tulisan.
Jadi, keterampilan berbicara pada anak perlu dilatih sejak dini
agar anak dapat mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaannya
melalui bahasa lisan. Selain itu dengan memiliki keterampilan
berbicara yang baik akan menjadi kebiasaan yang baik pula pada anak.
Misalnya saja anak dapat berbicara dengan baik kepada kedua orang
tuanya anak juga akan memiliki lebih banyak kosakata.
2. Pengertian Dongeng
Dongeng menurut Kosasih (2008: 51-53) adalah sebuah cerita
yang bisa dibumbui dengan hal-hal yang tidak masuk akal atau tidak
mungkin terjadi kecuali dalam khayalan, misalnya orang yang dapat
menjelma berganti rupa, binatang yang dapat berkata-kata seperti
manusia, dan orang yang dapat menghilang atau terbang. Dongeng
berkembang dalam masyarakat lama. Walaupun demikian, kisah-kisahnya
banyak yang relevan dengan masa sekarang, misalnya dongeng malin
kundang. Dongeng tersebut berkisah tentang perlunya seorang anak
berbakti kepada orang tuanya. Bakti seorang anak tidak hanya berlaku
pada zaman dahulu, tetapi juga pada zaman sekarang.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
8
Dongeng memang menarik, menurut (Kosasih.2008) daya tariknya
terletak pada hal-hal berikut:
a. Tokohnya lucu dan menghibur
b. Jalan ceritanya menegangkan
c. Temanya yang baru
d. Tempat dan waktu kejadiannya berkesan.
Dongeng menurut pengertian Sugiarto (2009: 9) adalah cerita yang
berdasarkan pada angan-angan atau khayalan seseorang yang kemudian
diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi dalam proses
berkembangnya, dongeng senantiasa mengaktifkan tidak hanya aspek-
aspek intelektual, tetapi juga asek kepekaan, ketulusan budi, emosi, seni,
fantasi, dan imajinasi. Cerita atau dongeng menawarkan kesempatan
menginterpretasi dengan mengenali kehidupan di luar pengalaman
langsung.
Secara metaforis dongeng dapat diartikan sebagai berita atau
sesuatu yang lain yang dikatakan orang tidak memiliki kebenaran faktual
dianggap sebagai dongeng belaka atau sebagai cerita fiktif Nurgiantoro
(2016: 198-199). Dari paparan di atas, dapat disimpulkan dongeng adalah
suatu cerita khayalan, berisi cerita yang mungkin terjadi dan mungkin
tidak terjadi yang diceritakan secara turun temurun.
3. Unsur Intrinsik Dongeng
Unsur pembentuk cerita menurut Kosasih (2008: 52-64) adalah
sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur cerita. Tema
menyangkut segala persoalan yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan,
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
9
dan kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.Untuk mengetahui
tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai
unsur karangan. Bisa saja tema “dititipkan” dalam unsur penokohan,
alur atau latar. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh
pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema secara fisik, seorang
pembaca harus mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh
pengarang untuk mengembangkan cerita fisiknya.
b. Alur
Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
gabungan sebab akibat. Pola pengembangan cerita cerpen atau novel
tidak saragam. Jalan cerita suatu novel kadang-kadang berbelit-belit
dan penuh kejutan, tapi kadang sederhana. Hanya saja, bagaimanapun
sederhananya alur suatu novel, tidak akan sesederhana jalan cerita
dalam cerpen. Novel akan memiliki jalan cerita yang lebih panjang. Itu
karena tema cerita yang dikisahkannya lebih kompleks dengan
persoalan para tokohnya yang juga lebih rumit.
Secara umum jalan cerita terbentuk atas bagian-bagian berikut
ini:
1) Pengenalan situasi cerita (exposition)
2) Pengungkapan peristiwa (complication)
3) Menuju pada adanya konflik (rising action)
4) Puncak konflik (turning point)
5) Penyelesaian (ending)
Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang
susunanya langsung ke penyelesaian, lalu kembali pada bagian
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
10
pengenalan. Ada pula novel yang diawali dengan pengungkapan
peristiwa, lalu pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak konflik.
c. Latar
Latar atau setting adalah waktu dan tempat suatu peristiwa
dalam drama (Djuanda, D., dan Iswara,P. 2006: 358). Latar meliputi
latar tempat dan latar waktu. Tempat dan waktu dirujuk dalam cerita
bisa merupakan sesuatu yang faktual atau imajiner (Kosasih, 2008).
Sebuah pertunjukan drama akan menjadi sempurna bila didukung oleh
setting yang tepat dan baik. dikatakan tepat apabila setting benar-benar
cocok dengan situasi waktu maupun situasi tempat. Menata setting
tidak sekedar menempatkan perlengkapan atau peralatan di panggung
atau penta. Penataan harus tahu bagaimana warna dan nada ceritanya.
Kapan cerita itu terjadi dan dimana cerita itu berlangsung (Suroto,
1989: 138)
d. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk
menggambarkan karakter tokoh, pengarang dapat menggunakan
tekhnik berikut ini.
a) Penggambaran langsung oleh pengarang.
b) Penggambaran fisik atau perilaku tokoh.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
11
e. Point of view atau sudut pandang
Posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang
dalam membawakan cerita terdiri atas dua macam, yaitu berperan
langsung sebagai orang pertama dan hanya sebagai orang ketiga yang
berperan sebagai pengamat.
f. Amanat
Merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Tidak
jauh berbeda dengan cerita lainya amanat dalam cerita pendek akan
disampaikan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan
isi cerita. Oleh karena itu untuk menemukanya, tidak cukup dengan
membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskan
sampai tuntas.
g. Gaya Bahasa
Dalam cerita, pengguaan bahasa berfungsi untuk menciptakan
nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antar tokoh. Kemampuan sang
penulis dalam menggunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan
suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan,
dan objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang
tepat guna bagi adegan yang seram, adegan cinta, peperangan,
keputusasaan, atau harapan.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
12
Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai
karakter tokoh. Karakter jahat atau bijak dapat digunakan dengan jelas
melalui kata-kata yang digunakanya. Tokoh anak-anak dewasa dapat
pula dicerminkan dari kosakata dan struktur kalimat yang digunakan
oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.
4. Tujuan Mendongeng
Slamet dalam (Setyanto, 2016) menjelaskan bahwa mendongeng
adalah suatu kegaiatan bercerita yang dilakukan oleh seseorang. Kegiatan
mendongeng ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berkomunikasi
secara lisan dengan baik. Keterampilan berbicara mendongeng adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan cerita dongeng
secara lisan kepada orang lain. Dengan menguasai keterampilan berbicara
mendongeng ini, maka siswa akan mampu untuk menyampaikan pikiran,
ide, dan gagasan mereka secara lisan tanpa mengalami kesulitan.
5. Mendongeng Kreatif
Kreativitas diperlukan ketika mendongeng agar dapat terlihat
menarik, ciri-ciri kreatif mendongeng dapat dilihat dari pendongeng
mampu mengkolaborasikan antara kelancaran, kelenturan, orisinalitas,
dan elaoborasi atau kerincian (Munandar. 2009: 65). Jika membacakan
naskah dongeng, kadang-kadang ia harus menambahkan kata-kata
tertentu, tetapi kadang-kadang sebaliknya atau mungkin menggantinya
pada kata yang lebih tepat.
Beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendongeng kreatif:
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
13
a. Mengenal wilayah panggung dan wataknya
Ada dua hal yang perlu dipahami berkaitan dengan panggung, yakni
arah panggung dan wilayah panggung.Arah panggung terdiri atas
kanan dan kiri, garis tengah, layar, dinding, tangga. Wilayah panggung
terdiri dari:
1) Kanan Atas, adegan-adegan kecil yang tidak penting, baik
dilakukan di sini. Watak wilayah ini lembut, lemah dan jauh.
2) Tengah Atas, meskipun jauh dan dingin, cukup kuat. Daerah ini
baik untuk memulai suatu adegan penting yang bakal bergerak ke
bawah, untuk memulai suatu adegan baru.
3) Kiri Atas, lembut, jauh. Untuk adegan tidak penting, sama dengan
kanan atas, tetapi lebih lemah. Daerah ini amat efektif untuk
adegan-adegan horror, adegan-adegan hantu sebab daerah ini
mengungkapkan kualitas dunia abstrak.
4) Kanan bawah, akrab, hangat, kuat. Adegan ini sangat tepat untuk
adegan perikemanusiaan dan cinta kasih. Karena konotasinya
dengan hati dan iklim rumah tangga, setting pada banyak
repertoire Barat menempatkan perapian di daerah ini.
5) Tengah Bawah, daerah ini paling kuat, penuh tekanan, agung.
Wilayah ini bisa digunakan pada saat kekuatan-kekuatan dalam
cerita saling berhadapan.
6) Kiri Bawah, petak ini sebenarnya berkualitas seperti kanan bawah,
tetapi lebih lemah. Wilayah ini amat baik untuk tindak lanjut dari
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
14
adegan-adegan yang sudah dimulai pada kanan bawah. Namun, ciri
wilayah ini adalah untuk adegan-adegan “penuh rahasia”.
b. Mengenal property
Properti adalah segala benda yang dimanfaatkan sebagai kelengkapan
pementasan,baik yang diletakan di panggung maupun dibawa oleh
pemain.
c. Mengenal Berbagai Watak Tokoh Dongeng
Pengenalan terhadap tokoh mencakup tiga dimensi, yaitu fisiologis,
sosiologis, dan psikologis. Dimensi fisiologis yaitu jenis kelamin,
umur, dan postur tubuh. Dimensi sosiologis diantaranya adalah
pergaulan, stasiun sosial dan aktivitas sosial. Dimensi psikologis
diantaranya adalah cita-cita, masa lalu, dan waktunya. Jadi, pengenalan
terhadap pemain lain tidak hanya sebatas mengenal nama.
d. Mengenal Akting
Akting merupakan gerak-gerik pendongeng, baik mimik maupun
pantomimik, di panggung/kelas untuk mengekspresikan atmosfer
dongeng dan watak pemain. Jadi, acting hakikatnya penampilan
pendongeng secara utuh di panggung/kelas. Dengan acting itulah
pendongeng tampak sedih, gembira, benci, dendam, dll.
Sarana yang digunakan untuk acting adalah tubuh dan anggota tubuh
dengan bagian-bagianya. Untuk mengekspresikan kesedihan biasanya
orang menangis. Nah, suara yang digunakan untuk menangis misalnya
mulut, mata, hidung dan tangan.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
15
e. Mengenal Gesture dan Business
Gesture hakikatnya gerak (anggota) tangan yang kecil-kecil yang
dimaksud untuk memperkuat acting dalam rangka mengekpresikan
watak atau keadaan emosi tertentu. Misalnya, pada saat mendongeng,
pendongeng mempermainkan jarinya ke hidung, mulut, ke kepala, dll.
Mungkin juga ia menggerak-gerakkan jarinya ke kursi, meja, atau
benda-benda lain pada saat gelisah.
Business merupakan gerak pendongeng yang dilakukan untuk
memperkuat adegan dan acting. Misalnya, untuk menggambarkan
kegelisahan, pendongeng berjalan mondar-mandir.
f. Mengenal ekspresi wajah
Ekspresi mata merupakan peranan yang sangat penting untuk ekspresi
wajah. Untuk menunjukan berbagai ekspresi emosi mata merupakan
media yang sangat dominan. Orang marah, gembira, atau bingung
dapat ditunjukan dengan pandangan pendongeng. Sementara itu, mulut
memperkuat peranan mata. Oleh karena itu, kedua sarana itu harus
dilatih secara teknis agar dapat berfungsi secara optimal dan lentur.
g. Mengenal Posisi dan Gerak Kaki
Kaki mempunyai fungsi memperkuat watak dan emosi pendongeng.
Dengan posisi tegak lurus misalnya kaki mempunyai fungsi
mengekspresikan emosi tertentu, mungkin sedang mengekspresikan
ketegasan sikap ketika menghadapi masalah. Dengan posisi lain ada
maksud lain pula yang diekspresikan.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
16
Gerak kaki bermacam-macam. Namun, yang perlu diingat adalah
kesesuaiannya dengan watak dan kondisi emosi yang diperankanya.
Dalam kondisi gelisah misalnya, gerak kaki tidak teratah.Gerak kaki
dalam keadaan normal dan lazim ialah melangkah maju. Namun,
dalam keadaan terdesak, takut atau terkejut kaki dapat digerakan
mundur (Fakhrudin, M., 2003: 8-11).
6. Media Wayang
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti
tengah “perantara” atau “pengatar” Azhar (2007: 3), sedangkan
menurut Heinich, dkk dalam Fatchul (2011) media merupakan alat
saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” secara harfiah berarti “perantara”
yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan.
Media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi
sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses belajar
mengajar) Rohani (1997: 3).Media menurut Gerlach dan Ely (dalam
Azhar 2007: 3) diartikan sebagai manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Penggunaan media yang baik
akan memudahkan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada
orang lain. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
17
pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap (Anitah,
2009: 2). Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa media adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan sebuah pesan.
b. Pengertian Wayang
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, wayang diartikan
gambar atau tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari kulit atau
kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan
tokoh dalam pertunjukan drama tradisional. Kata wayang yang berarti
“bayangan” bermula dari pertunjukan bayangan, karena boneka-
boneka yang muncul dalam pertunjukan ini menimbulkan bayang-
bayang, fenomena ini yang mungkin mendukung penamaanya. Tetapi
sudah sejak ratusan tahun lalu boneka-boneka itu diberi warna-warna
yang tidak hanya mengandalkan efek bayang saja.
Pola-pola bentuk dan warnanya terus berubah dari masa
kemasa, sehingga sampai pada bentuk yang dibakukan pada
pertengahan abad 19 (seperti yang kita lihat saat ini). Lambat laun
paradigma wayang berkembang bukan hanya untuk menyebut
pertunjukan yang menimbulkan bayang-bayang, tetapi juga kesenian
yang berkaitan dengan cerita, lakon, struktur dramatik dan sebagainya;
seperti dalam pergelaran wayang beber, wayang golek dan wayang
wong (Mulyono, 1975). Wayang mengandung arti “berjalan kian-
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
18
kemari, tidak tetap, sayup –sayup (dalam substansi bayang-banyang
(Mulyono, 1979).
Berdasarkan jurnal Wayang Authoring”: A Web-based
AuthoringTool for Visual Storytelling for Childrenoleh
(Widjajanto, Wahju Agung., Lund, Michael., Schelhowe, Heidi.
2008) menyebutkan bahwa,
Wayang Kulit consists of two words, Wayang and Kulit.
Wayang is a Javanese word meaning shadow or ghost, kulit
means leather,and added together it translates as „shadow from
leather‟. The wayang kulit is a two-dimensional puppet, made
of buffalo or goatleather; like paper dolls, but with arms that
swivel (see Figure 1).A wayang kulit puppet is a representation
of mainly humancharacters and the physical world. Every part
of the puppets‟design has symbolic significance.
Yang artinya, wayang kulit berasal dari dua kata yaitu wayang
dan kulit. Wayang dalam bahasa jawa artinya adalah bayangan/hantu,
kulit artinya adalah kulit, maka keseluruhanya adalah bayangan dari
kulit. Wayang kulit adalah boneka dua dimensi terbuat dari kulit
kerbau atau kambing. Seperti boneka kertas tetapi terdapat bagian
lengan yang bisa digerakan wayang kulit menggambarkan karakter
utama dari manusia dan gambaran dunia dan setiap bagian dari boneka
memiliki simbol dan makna tersendiri. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa wayang merupakan banyang-bayang yang
berjalan keana-kemari yang menyerupai tiruan orang dan sebagainya
yang terbuat dari kulit.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
19
7. Mendongeng yang Menarik
Pendongeng atau guru ketika menyampaikan dongeng kepada
anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Suara, gerak tubuh dan
mimic serta sorot mata sangat menentukan kesuksesan dongeng yang kita
bawakan. Mendongeng yang menarik menurut Tim Pena Cendekia (2013:
47-51) adalah sebagai berikut:
a. Diawali dengan doa
Usahakan sebelum melakukan kegiatan mendongeng, selalu
mengawalinya dengan berdoa agar setiap aktivitas yang dilakukan
senantiasa sukses.
b. Posisi atau tempat kita berdongeng
Berdongeng harus dilakukan di tempat yang tepat sehingga semua
anak dapat melihat dengan jelas. Tempat yang tepat disesuaikan
dengan kondisi acara, termasuk penempatan anak.
c. Suara
Suara harus lantang dan jelas agar dapat didengar oleh semua anak
lainnya dengan jelas.
d. Penguasaan materi cerita
Penguasaan materi dalam melakukan kegiatan mendongeng sangat
penting. Sehingga, pendongeng dapat mengetahui kapan harus
menekan kata-kata tertentu atau memperlihatkan mimik muka
tertentu. Jika sedang mendongeng orang yang sedang marah, maka
harus benar-benar menirukan orang yang sedang marah, dengan muka
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
20
yang agak sedikit seram. Begitu pula ketika sedang memerankan
orang baik, maka mimik muka harus seperti orang baik, tersenyum
dan sikapnya yang berwibawa.
e. Penjiwaan
Pendongeng harus mampu mengatur kapan saatnya memperbesar atau
memperkecil suara, pendongeng juga harus mampu menjiwai isi
ceritanya sehingga jika hal tersebut tercapai,maka mudah sekali
menirukan suara-suara tertentu, misalnya suara anak kecil atau orang
tua, suara orang memerintah atau suara lembut seorang ibu, suara
orang ketakutan atau marah.
f. Gerakan
Melakukan kegiatan mendongeng, agar lebih menarik, pendongeng
juga harus mampu memerankan anggota tubuh. Tunjukkan gerakan
yang sesuai dengan cerita, misalnya jika bercerita tentang seorang
yang sedang berbisik, tirukanlah gaya orang yang sedang berbisik. Hal
yang tidak kalah penting dalam bercerita adalah gerakan mata. Jangan
sekali-kali membiarkan mata menerawang ke angkasa. Tataplah mata
siswa secara bergantian agar dapat membawa siswa dalam suasana
cerita yang sedang berlangsung.
g. Tangan tidak memegang apa-apa (kecuali alat peraga)
Pendongeng juga harus memperhatikan gerakan yang dilakukan
seperti melakukan kegiatan memasukkan tangan ke saku celana,
kemudian memegang kunci yang ada di saku celana itu sehingga
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
21
terlihat geraka-gerakan. Gerakan-gerakan tersebut dikhawatirkan akan
mengakibatkan konsentrasi anak menjadi tidak fokus.
h. Tidak memutus cerita dengan teguran
Apabila sedang melakukan kegiatan mendongeng, kemudian ada
siswa yang tiba-tiba ada anak yang sedang bermain, hendaknya
seorang pendongeng tidak memutuskan cerita yang sedang di
bawakannya. Namun, pendongeng dapat memasukkan teguran
tersebut dalam cerita, misalnya melalui suara-suara yang menarik atau
suara yang belum pernah mereka dengar. Hal tersebut bertujuan agar
tidak memutus jalan pikiran siswa yang sedang asyik mendengarkan.
i. Tidak tergesa-gesa
Melakukan kegiatan mendongeng dengan tergesa-gesa akan membuat
kesan yang ada dalam dongeng akan hilang dan alur cerita menjadi
tidak sempurna. Sehingga, tujuan mendongeng untuk mendidik,
memberikan teladan, dan hiburan tidak akan tercapai dan tidak akan
dinikmati secara sempurna.
j. Menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh siswa
Gunakanlah kata-kata yang sesuai dengan perkembangan siswa agar
tujua mendongeng mudah tercapai.
k. Ikhlas dan bersyukur
Seseorang yang ihklas, ketika tampil akan terlihat ceria karena tidak
terbebani dengan hal lain selain mengharapkan ridho dari Alloh SWT.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
22
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penggunaan media untuk meningkatkan kemampuan
berbicara telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:
1. Dolhalit, M.L., Jun, M., Pee, A. (2013). Tentang The Development of
Shadow Play Wayang Kulit Using Augmented Reality (Pengembangan
Bayangan Wayang Kulit menggunakan Argumented Reality (AR) adalah
suatu bentuk pengembangan aplikasi wayang kulit. Penelitian ini
dilatarbelakangi dengan eksistensi wayang kulit yang sudah mulai luntur
pada kalangan muda. Upaya pembuatan aplikasi ini diharapkan membantu
mengeksistensikan ikon seni tradisional tersebut sebagai salah satu upaya
untuk melestarikan warisan negara. Studi ini dilakukan untuk
memperkenalkan seni wayang kulit dalam bentuk aplikasi atau sistem
yang mudah bagi pengguna untuk merasakan bagaimana bermain wayang
kulit. Untuk menciptakan aplikasi, boneka dimodelkan dalam model grafis
3D dan ARToolkit dipilih sebagai aplikasi yang menghamparkan citra
virtual pada dunia nyata sedangkan Microsoft Visual C ++ digunakan
untuk mengembangkan aplikasi. Aplikasi ini memiliki potensi yang sangat
besar dalam mempromosikan wayang kulit dan sebagai daya tarik serta
sebagai sarana untuk mempromosikan wayang kulit sebagai salah satu
kesenian tradisional.
2. Hildebrandt, K., Lewis, P., Kreuger, C., dkk. (2016) tentang “Digital
Storytelling For Historical Undestending: Treaty Education for
Reconciliation” (Digital dongeng untuk memahami sejarah: Pendidikan
Perjanjian untuk Rekonsiliasi). Penelitian ini menyajikan temuan dari
proyek penelitian yang berusaha untuk menginterogasi kemungkinan
mendongeng digital sebagai jalur menuju pemahaman yang lebih lengkap
tentang perjanjian dan hubungan perjanjian di bagian barat Kanada.
Penelitian ini terletak di provinsi Saskachewan, pendidikan perjanjian
(yaitu, pendidikan tentang sejarah perjanjian bernomor ditandatangani
antara orang bangsa pertama dan British Crown, serta sejarah berikutnya
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
23
dari hubungan perjanjian) telah wajib selama satu dekade. Pembelajaran
dilakukan dengan cerita digital untuk mengambil perjanjian pendidikan di
kelas mereka. Penyajian gambar dari proyek penelitian serta narasi dari
guru, peneliti dan penjaga pengetahuan Creew semua terlibat dalam
perjalanan penelitian ini. temuan penelitan narasi ini dimaksudkan untuk
mengeksplorasi kemungkinan bahwa cerita digital mungkin menawarkan
kepada bangsa Kanada, bergerak ke arah rekonsiliasi dengan orang-orang
Aborigin dalam Canadian konteks kolonialisme yang sedang berlangsung.
3. Psomos, P., Kordaki, M. (2016) tentang “Digital Storytelling Pedagogical
Evaluation Star: Views of Teachers” (Dongeng Digital Pedagogis Bintang
Evaluasi: Pandangan Guru) adalah model untuk evaluasi pedagogis
pendidikan digital lingkungan cerita (EDSE). Hal ini didasarkan pada
pandangan sosial dan konstruktivis modern pembelajaran dan terdiri dari
enam belas dimensi pedagogis, yaitu: pembelajaran kolaboratif, kreativitas
dan inovasi, beberapa representasi, motivasi, kepekaan budaya, kesetaraan
gender, usaha kognitif, umpan balik, kontrak belajar, fleksibilitas, aktivitas
peserta. Penelitian sebelumnya berfokus pada orientasi tujuan, nilai
pengalaman, organisasi pengetahuan dan metakognisi. Penelitian ini
berfokus pada eksplorasi persepsi guru pendidikan dasar menyangkut
kapasitasnya untuk mengevaluasi berhasil tingkat kesehatan pedagogis
dari EDSE. Lebih khusus, persepsi 33 guru pendidikan tingkat sekolah
dasar diselidiki melalui kuisioner termasuk dekat dan terbuka pertanyaan
dalam konteks sebuah lokakarya di mana „Mendongeng Digital Pedagogis
Strar‟ disajikan dan dibahas. Analisis hasil penelitian menunjukan bahwa
yang diusulkan Model dievaluasi secara positif oleh para guru.
4. Widjajanto, W., Lund, M., Schelhowe, H. (2009) tentang “Wayang
Authoring”: A Web- based Authoring Tool to Support Median Literacy
For Children (Penulisan wayang: Sebuah web yang digunakan sebagai
media pendukung bagi siswa) Peneliti mengusulkan pendekatan baru
untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita secara kreatif dan
ekspresif. Dengan konsep media yang berbentuk seni kuno dari Indonesia
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
24
berupa wayang. Pendekatan ini merupakan konsep gabungan antara dunia
komputer (game) dengan konteks kesenian tradisional.
C. Kerangka Pikir
Salah satu cara yang dilakukan guru dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang kreatif
dan menarik. Media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah media wayang kulit yang dapat digunakan sebagai sarana bagi siswa
dalam mengatasi kesulitan dalam berbicara. Media yang tepat dalam
melakukan aktifitas pembelajaran akan dapat memberikan pengaruh yang
baik. Dengan berbantu media wayang kulit diharapkan siswa dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Media wayang kulit, selain sebagai bentuk pengenalan terhadap siswa
dalam upaya mengenalkan kearifan budaya lokal, juga dapat digunakan
sebagai sarana bagi guru untuk melatih siswa belajar kreatif melakukan
aktifitas pembelajaran. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Meningkatkan
kemampuan
mendongeng
kreatif
Siswa SD
pada dalam
tahap
Operasional
Konkrit
Penggunaan
media
wayang kulit
Benda konkrit supaya lebih jelas
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017
25
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah: Media wayang kulit efektif dalam meningkatkan kemampuan
mendongeng kreatif siswa di kelas 5 SD N 1 Kutasari.
Efektivitas Penggunaan Media…, Ari Mustia, FKIP, UMP, 2017