bab ii kajian pustaka a. kemampuan menyimak …repository.ump.ac.id/516/3/ranny puspitarini bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Menyimak Wawancara
1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara
Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang
dapat melakukan kegiatan menyimak, jika ada bunyi bahasa atau lambang-lambang
lisan yang didengar. Dengan kata lain, kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila
ada penutur dan lawan tutur. Secara sederhana, istilah menyimak dapat dipahami
sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang
diucapkan orang, menangkap dan memahami makna yang didengar.
Menurut Tarigan (Nurbaya dan Nurhadi, 2011: 7), menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi
serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan. Di lain pihak, ada orang yang memaknai menyimak sebagai suatu
proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (listening the process by
which spoken language is cinverted to meaning in the mind).
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, mengintepretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan,
penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang
disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Selanjutnya juga
7
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
8
dikemukakan oleh Tarigan (1994: 27), bahwa menyimak merupakan suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang dikandung di dalamnya.
Pendapat yang dikemukakan oleh Heriyanto (2011: 3), mendengarkan adalah proses
menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami. Sementara
menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan, dipahami,
diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Jadi yang dimaksud dengan menyimak adalah suatu proses mendengarkan
lambang-lambang lisan atau bunyi-bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja,
penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, dan interpretasi sehingga pesan atau
maksud yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak dapat diungkapkan
secara baik.
Salah satu kegiatan menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
menyimak wawancara. Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak
pemahaman/komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk
memahami isi pesan yang disampaikan para tokoh atau nara sumber dalam sebuah
wawancara.
2. Tujuan Menyimak Wawancara
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang masing-masing
keterampilan tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam setiap
pembelajaran bahasa. Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam, seperti (Shrope
dalam Tarigan 1987: 35) :
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
9
a. Menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan
ujar sang pembicara, dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
b. Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang
diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam
bidan seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
c. Menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-
buruk, indah-jelek, dll), dia menyimak untuk mengevaluasi.
d. Menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya
itu (pembacaan cerita, dialog, dll) orang itu menyimak untuk mengapresiasi
materi simakan.
e. Menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-
gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan
tepat. Dia menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.
f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membeda-bedakan bunyi
dengan tepat. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar
bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicarara asli.
g. Menyimak dengan maksud agar dia memecahkan masalah secara kreatif dan
analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan
berharga.
h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
10
ujaran (Tarigan, 1987: 35). Jadi pada situasi apapun harus diusahakan untuk selalu
menentukan tujuan yang ingin didapatkan dari menyimak tersebut, misalnya agar
lebih memahami topik yang sedang dipelajari, atau agar bisa mengungkapkan hasil
simakan degan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah
untuk memberikan informasi, untuk memperoleh pengetahuan, atau untuk
mendapatkan hiburan.
Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak pemahaman atau
komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk memahami isi pesan
yang disampaikan para tokoh atau narasumber dalam sebuah wawancara. Tujuan
pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima
atau mencari informasi. Informasi ini digunakan untuk mendukung keterampilan
berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis. Menurut Wijayanti (2010),
tujuan menyimak wawancara meliputi :
a. Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh atau narasumber
yang disampaikan dalam wawancara.
b. Menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam
wawancara.
3. Manfaat Menyimak Wawancara
Menurut Setiawan (dalam Darmawan, 2001: 11-12), manfaat dari kegiatan
menyimak adalah sebagai berikut: pertama menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, sebab menyimak memiliki nilai
informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan seseorang
lebih berpengalaman. Kedua, meningkatkan intelektualitas serta memperdalam
penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu. Ketiga, memperkaya kosa kata, menambah
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
11
perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak
menyimak komunikasinya lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih fariatif.
Keempat, memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina
sifat terbuka, dan objektif. Orang yang banyak menyimak tidak picik, tidak sempit
lapang dada, tidak fanatik kata, tetapi cenderung lebih lapang dada, dapat menghargai
pendapat dan keberadaan orang lain. Kelima, meningkatkan kepekaan dan kepedulian
sosial. Melalui menyimak akan dikenal berbagai seluk-beluk kehidupan dengan segala
dimensinya. Keenam, meningkatkan citra artistik, karena dengan banyak menyimak
dapat menumbuhsuburkan sikap apesiatif, sikap menghargai karya atau pendapat
orang lain dan kehidupan serta meningkatkan selera estetis. Ketujuh, menggugah
kreativitas dan semangat mencipta untuk mampu menghasilkan ujaran-ujaran dan
tulisan-tulisan yang berjati diri.
Jadi dengan banyak melakukan kegiatan menyimak, maka akan didapatkan
ide-ide yang cemerlang dan segar, sehingga pengalaman hidup akan berharga. Semua
itu akan mendorong seseorang untuk lebih giat berkarya dan kreatif. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran menyimak wawancara, kompetensi yang akan dicapai melalui
pembelajaran menyimak adalah agar siswa mampu menyimpulkan pikiran, pendapat,
dan gagasan seorang tokoh atau narasumber yang disampaikan dalam wawancara serta
siswa mampu menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber
dalam wawancara.
4. Jenis-jenis Menyimak
Menyimak sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa memiliki
banyak jenis. Secara garis besar, Tarigan (1994: 35) membagi jenis menyimak
menjadi dua jenis yaitu: (a) menyimak ekstensif, dan (b) menyimak intensif. Kedua
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
12
jenis menyimak ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam cara
melakukan kegiatan menyimak.
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung seorang guru. Pada kegiatan menyimak ekstensif, proses menyimak yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan
orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula
diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum
dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di
bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi
bahan simakan.
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu
kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Menyimak
intensif merupakan kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki.
Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan
penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas
bahan simakannya.
Pada penelitian ini, jenis menyimak yang digunakan yaitu menyimak intensif.
Melalui kegiatan menyimak intensif maka siswa akan memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Pada
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
13
pelaksanaan kegiatan menyimak intensif, guru mengawasi dan memantau proses
jalannya kegiatan menyimak.
5. Tahap-tahap Menyimak
Ruth G. Strickland dalam Tarigan (1994: 29) menyebutkan ada sembilan tahap
menyimak. Tahap-tahap menyimak tersebut adalah:
a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicara.
c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu untuk
mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang telah terpendam dalam hati
sang anak.
d. Menyimak serapan, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan karena anak
keasyikan menyerap atau mengaborsi hal-hal yang kurang penting, jadi
merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
e. Menyimak sesekali-sesekali, yaitu menyimak sebentar-sebentar apa yang
disimak, karena perhatian berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan
kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.
f. Menyimak asosiatif, hanya menyimak pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan, yang mengakibatkan sang anak benar-benar tidak memberikan reaksi
terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.
g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar
ataupun mengajukan pertanyaan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
14
h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran
sang pembicara.
i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat,
dan gagasan sangat pembicara.
Sementara ini tahap-tahap menyimak menurut Logan (1972: 39) dan Loban
(1969: 243) (dalam Tarigan, 1994: 58-59) antara lain:
a. Tahap mendengar (hearing)
b. Tahap memahami (understanding)
c. Tahap menginterpretasi (interpreting)
d. Tahap mengevaluasi (evaluating)
e. Tahap menanggapi (responding)
Dari dua tahap menyimak tersebut, peneliti setuju dengan pendapat Logan dan
Loban yang menyatakan bahwa tahap menyimak meliputi: tahap mendengar dari
sebuah wawancara. Setelah tahap mendengar kemudian tahap memahami isi dalam
wawancara yang terdapat hal-hal penting yang dikemukakan oleh nara sumber,
sehingga penyimak memahami isi dari wawancara tersebut. Tahap menginterpretasi
yaitu pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap wawancara. Tahap
mengevaluasi yaitu memberikan penilaian terhadap isi wawancara dan yang terakhir
yaitu tahap menanggapai apa yang disampaikan di dalam sebuah wawancara.
6. Ragam Menyimak
Menyimak memiliki beberapa tujuan yang beraneka ragam, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
15
a. Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-
halyang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah
bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat memberi
kesempatan dan kebebasan bagi para siswa untuk mendengar dan menyimak butir-
butirkosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru yang terdapat dalam
arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitas untuk menanganinya.
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak ekstensif
antaralain:
1) Menyimak Sosial
Menyimak sosial atau menyimak sopan biasanya berlangsung dalam situasi-
situasisosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkeraman mengenai hal-
halyang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu
samalain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang
menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:
37).
2) Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan
secara ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak sekunder.
(a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat
disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita
menulis surat pada seorang teman di rumah.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
16
(b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah
seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis
indah. Dawson (1963: 153) dan Anderson (1972: 69) (dalam Tarigan, 1994: 38).
b. Menyimak Ekstetik
Menyimak ekstetif atau menyimak apresiasif adalah fase teakhir dari kegiatan
menyimak kebetulan termasuk ke dalam menyimak ekstensif. Berikut ini merupakan
dua contoh menyimak ekstetik.
(a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-
rekaman.
(b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemrincing irama, dan lakon-lakon yang
dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Dawson [et all], dalam
Tarigan (1994:38).
c. Menyimak Pasif
Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya
sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa
daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan
dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah
tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil
menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah
dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
17
menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan
ketidaksengajaan.
d. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh
lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas
bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh
para murid. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis yang termasuk ke dalam
kelompok menyimak intensif antara lain.
1) Menyimak Kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk
mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar
dariujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima
olehakal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana
letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau
pembicaraan seseorang. Dalam menyimak kritis para penyimak perlu menilai dengan
teliti dan menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan yang diucapkan
oleh pembicara.
2) Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak
yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak
konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
18
menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. Menyimak
konsentratif disebut juga menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan
yang tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain.
a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas,
waktu, urutan serta sebab-akibat.
c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun
pengorganisasiannya.
f) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting. Anderson (1972:70) dan Dawson
[etall] (1963:153) (dalam Tarigan, 1994:45).
3) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam
pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-
kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan
kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya. Menurut Dawson (et all) dalam
Tarigan (1987: 46), menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang
dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap
bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestik yang disarankan atau
dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
19
4) Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif, menyimak yang bersifat menyelidiki adalah sejenis
kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih
terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak
menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang
menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik, isyu, pergunjingan, atau
buah mulut yang menarik.
5) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan
butir-butir dan ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan
sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan
cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson [et all], dalam Tarigan
(1994: 48).
6) Menyimak Selektif
Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan
prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasayang
berurutan ini hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut; nada
suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, dan bentuk-bentuk
ketatabahasaan (Tarigan, 1987:35).
7. Standar Kompetensi Menyimak Wawancara
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada sekolah
biasanya terbagi dalam empat aspek yakni menyimak (mendengarkan), berbicara,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
20
menulis dan membaca. Aspek keterampilan yang difokuskan dalam penelitian ini
adalah tentang keterampilan menyimak.
Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (SI KTSP) untuk
SMP dan MTs yang diberlakukan oleh pemerintah dan dalam tahap menuju penerapan
di sekolah-sekolah, dinyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia dibagi menjadi dua aspek, yaitu kemampuan kebahasaan dan kesusastraan.
Masing-masing aspek ini dibagi lagi menjadi empat sub aspek, yaitu: menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Menyimak dalam KTSP disebut juga sub aspek mendengarkan. Sub aspek ini
memiliki beberapa standar kompetensi, yaitu standar kompetensi aspek kebahasaan
dan standar kompetensi aspek kesusastraan. Berikut ini standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) keterampilan menyimak pada kelas VII semester 2 pada
jenjang pendidikan SMP/MTs (Kemendiknas, 2011: 18):
a. Standar Kompetensi
Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara.
b. Kompetensi Dasar
Mampu menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber
dalam wawancara.
Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup dan
tingkat kedalaman pembelajaran serta kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
kurikulum. Dalam melakukan penilaian menyimak harus menyesuaikan diri dengan
indikator pencapaian suatu materi simakan terlebih dahulu, sehingga untuk mengukur
keterampilan hasil belajar menyimak, maka alat tes yang dibuat oleh guru harus
disesuaikan dengan indikator. Tujuan dari penilaian pembelajaran menyimak sesuai
dengan kompetensi dasar khususnya dalam indikator.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
21
8. Pembelajaran Menyimak Wawancara
Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan
pesan, gagasan atau pikiran sesorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh
penyimak. Sebagai bukti seseoraang memahami pesan itu, orang tersebut harus
bereaksi memberi tanggapan atau respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan
kegiatan disengaja, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran untuk
mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas
menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.
Dalam proses pembelajaran di kelas, sebagian besar waktu yang digunakan
oleh siswa adalah untuk kegiatan mendengar atau menyimak. Akan tetapi kegiatan
tersebut bukanlah merupakan pengertian kegiatan menyimak dalam proses
pembelajaran keterampilan menyimak yang sedang difokuskan. Proses menyimak ada
dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan
tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan
penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.
Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan
menyimak dapat disusun (Sutari, 1998: 44) sebagai berikut: (a) mendapatkan fakta,
(b) menganalisis fakta, (c) emngevaluasi fakta, (d) mendapatkan isnpirasi, (e)
mendapatkan hiburan, dan (f) memperbaiki kemampuan berbicara.
B. Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together
1. Pengertian Model PembelajaranKooperatif TipeNumbered Head Together
Pembelajaran kooperatif menurut Wena (2009: 189), merupakan salah satu
model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok, yang memiliki aturan-
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
22
aturan tertentu. Prinsip dasar pemelajaran kooperatif adalah siswa membentuk
kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan
bersama. Lie (2008: 12) mengatakan, pembelajaran kooperatif atau pembelajaran
gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.
Menurut Suyatno (2009: 51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohensif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Jadi pembelajaran kooperatif memiliki orientasi untuk menciptakan ikatan
yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada
akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan
dan potensi diri yang berkembang dengan baik. Menurut Slavin (2005: 8), inti dari
pembelajaran kooperatif adalah siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk
menguasai materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan
teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber
belajar yang lain. Pada pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai
satu-satunya nara sumber dalam kegiatan pembelajaran, tetapi berperan sebagai
mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
23
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered Heads)
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie: 2008). Tekhnik ini merupakan tekhnik
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tekhnik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Menurut Huda (2011: 130), NHT merupakan varian dari diskusi kelompok.
Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru
meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi
nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor (baca: anggota) untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Menurut Trianto (2009: 82), Numbered Head Together (NHT) atau penomoran
berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Jadi pembelajaran kooperatif tipe NHT ini merupakan salah satu tipe
pembelajaran yang dirancang khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam
memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik.
2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Head Together pada dasarnya merupakan sebuah variabs diskusi
kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok itu. Cara ini menjadi keterlibatan total semua siswa, cara ini juga
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok. Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
24
kekurangan, demikian juga model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menurut A’la
(2010: 100), model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kekurangan
1) Kemugkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.
Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru harus lebih berhati-hati
dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam memanggil nomor, namun demikian proses
pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi
juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Siswa juga
belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman. Rasa
kepedulian kepada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep, siswa dapat
saling berbagi ilmu dan informasi, serta suasana kelas yang menyenangkan dan tidak
terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua
siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Menurut Nurhadi (2004: 121) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
25
kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran tipe Numbered Heads Together sebagaimana
dijelaskan oleh Suprijono (2009: 93) di bawah.
a. Apesepsi
b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota minimal 4 orang
dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor.
c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.
d. Guru membagikan lembar tugas pada masing-masing kelompok supaya
dikerjakan.
e. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap
siswa dalam kelompoknya mengerjakan dan mengetahui jawabannya.
f. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja
kelompoknya.
g. Siswa yang lain memberikan tanggapan atas laporan tersebut, kemudian guru
menunjuk nomor yang lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara
bergantian.
h. Guru menyimpulkan dari laporan hasil kelompok siswa.
i. Evaluasi.
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab
terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam
kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid
yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
26
diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui
jawabannya. Langkah-langkah pembelajaran dikemukakan sebagai struktur empat fase
sintaksis NHT, yaitu (Trianto, 2009: 82):
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 – 5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat diambil dari
materi pelajaran yang memang sedang dipelajari. Pertanyaan dapat amat spesifik
dalam bentuk kalimat tanya.
c. Fase 3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas.
C. Pembelajaran Menyimak Wawancara melalui Model Pembelajaran
Kooperatif TipeNumbered Head Together (NHT)
Keberhasilan siswa dalam menguasai suatu materi pembelajaran sangatlah
tergantung dari bagaimana cara guru mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Bagi
pembelajaran bahasa, sangat ideal jika kegiatannya melibatkan aktivitas siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa
menjadi strategi untuk meningkatkan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
27
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Lungdren (dalam http://wawan-junaidi. blogspot. com, diakses tanggal 5 November
2012), menjelaskan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai berikut: penerimaan terhadap perbedaan individual lebih besar, perselisihan
antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman lebih mendalam,
motivasi lebih besar, hasil belajar lebih baik, dan meningkatkan budi pekerti,
kepekaan dan toleransi.
Dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran NHT yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja
sama mereka, maka dapat diterapkan pada pembelajaran menyimak karena siswa
diarahkan untuk menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan yang disampaikan
nara sumber. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara berdiskusi kelompok sehingga
hal-hal penting yang ada didalam sebuah wawancara dapat disimpulkan melalui
diskusi bersama yang pada akhirnya point-point penting dalam wawancara yang
disimpulkan akan lebih baik karena mempertimbangkan masukan dari seluruh
anggota.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi menyimak wawancara
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilakukan dengan langkah-langlah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok/tim yang
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
28
beranggotakan 4 – 5 kemudian memberikan nomor yang berbeda, melakukan
apersepsi berkaitan dengan materi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan
pemahaman terhadap siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT).
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap
eksplorasi guru mengajukan pertanyaan (questioning) untuk menggali pemahaman
awal, memberikan penjelasan materi tentang menyimak, langkah-langkah menyimak
dan pelaksanaannya. Kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
menyimak secara klasikal dan sesudah siswa dianggap memahami, guru membagikan
LKS yang harus diselesaikan oleh tiap kelompok. Pelaksanaan menyimak wawancara
dilakukan dengancara guru memutar kaset wawancara sebanyak 2 kali kemudian
masing-masing kelompok mendiskusikan untuk menyimpulkan pertanyaan yang ada
dalam LKS. Disini siswa diarahkan untuk berpikir bersama (Head Together) agar
diperoleh kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan materi. Setelah diskusi selesai,
guru memanggil satu nomor tertentu dari tiap kelompok untuk pemberian jawaban
(answering) dan siswa lain melakukan penilaian. Tahap konfirmasi, guru dan siswa
mengulas materi dan dilanjutkan dengan pemberian motivasi oleh guru.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi secara
bersama-sama degan tujuan untuk menyamakan pemahaman siswa terhadap materi
yang sudah dipelajari. Guru kemudian melanjutkan kegiatan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menyerap materi melalui evaluasi. Pesan moral berkaitan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
29
dengan pendidikan karakter yang dikembangkan antara lain disiplin, kejujuran dan
kerjasama diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa dan salam.
D. Kerangka Pikir
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh
pemahaman untuk memperoleh suatu informasi dan menangkap isi atau pesan yang
disampaikan oleh orang lain melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di sekolah, sebab
keterampilan menyimak memiliki pengaruh terhadap keterampilan berbahasa lainnya
seperti berbicara, membaca dan menulis.
Dalam setiap kegiatan menyimak terdapat suatu tujuan yang hendak dicapai
oleh sang penyimak. Salah satunya adalah memperoleh informasi dari hasil
komunikasi dua orang atau lebih. Tujuan tersebut mengacu pada kegiatan menyimak
wawancara. Wawancara yang dimaksud adalah tanya jawab dengan seseorang
(tokoh/narasumber) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat
mengenai suatu hal. Untuk itu, penyimak (siswa) perlu mendengar proses wawancara
tersebut. Dengan demikian, siswa akan mudah memahami informasi yang
disampaikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya kemampuan menyimak
wawancara dapat meningkat adalah menggunakan metode audio berupa kaset dan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Penggunaan
media kaset dalam pembelajaran sangat penting, salah satunya untuk mendukung
proses pembelajaran menyimak wawancara.
Pembelajaran menyimak wawancara dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan dukungan media kaset bertujuan agar siswa
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013
30
saling bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam mengatasi suatu masalah,
saling berbagi pikiran dan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together dalam pembelajaran menyimak wawancara, dimaksudkan supaya
siswa tidak hanya tergantung pada teman yang lebih pandai, masing-masing siswa
harus tahu dan paham terhadap hasil yang disepakati dalam kelompok. Model
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.
Numbered Head Together terdiri atas empat unsur, yaitu penomoran,
pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Penomoran
dimaksudkan untuk mempermudah penelitian memberikan identitas kepada siswa dan
kelompoknya. Pengajuan pertanyaan dimaksudkan agar siswa aktif, tanggap dan
paham terhadap materi atau penjelasan yang mereka dapatkan dari guru. Berpikir
bersama dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama dalam berdiskusi dan
menentukan simpulan akhir dari hasil diskusi secara bersama-sama. Sedangkan
pemberian jawaban dimaksudkan agar siswa memberikan jawaban dari soal-soal yang
diberikan oleh guru, sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa tentang hasil
diskusi kelompoknya.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diajukan hipotesis “Model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuan menyimak
wawancara pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Bobotsari”.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ranny Puspitarini, FKIP UMP, 2013