bab ii kajian pustaka a. perkembangan sosial emosional ...repository.ump.ac.id/5915/3/suharyati bab...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Sosial Emosional Anak
1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman
nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.
Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi
mengacu pada panduan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh
kembang anak.
Perkembangan dapat diartikan dengan serangkaian perubahan-perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Perkembangan (development) menitik beratkan pada bertambahnya (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramaikan, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh dan organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
menjalankan fungsinya. Jadi perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa
sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang
melainkan sutau proses intregasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplek.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Menurut Suyadi (2010:108) Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan
interaksi anak dengan orang lain mulai dari orang tua, saudara, teman bermain,
hingga masyarakat secara luas. Sementara perkembangan emosional adalah
luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian
perkembangan sosial emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan
orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan
emosi,pikiran dan perilakunya. Perkembangan sosial adalah proses dimana anak
mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan,
meningkatkan pemahamannya tentang orang diluar dirinya juga belajar penalaran
moral dan perilaku. Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami,
mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. (Materi PLPG PAUD, 2013:480).
Jadi kesimpulannya kemampuan sosial adalah kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain Berdasarkan pengertian diatas
dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, dengan kata lain membahas perkembangan emosi harus
bersinggungan dengan perkembangan sosial anak. Demikian pula sebaliknya,
membahas perkembangan sosial harius melibatkan emosional. Sebab keduanya
terintegrasi dalam bingkai kejiawaan yang utuh.
Emosi adalah kondisi kejiawaan manusia. Karena sifatnya psikis atau
kejiawaan, maka emosi hanya dapat dikaji melalui letupan-letupan emosional atau
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
gejala-gejala dan fenomena-fenomena, seperti kondisi sedih, gembira, gelisah,
benci dan sebagainya. Namun kondisi emosi masing-masing anak berbeda-beda.
Oleh karena itu, memberikan permainan untuk mengasah emosi anak juga
berbeda-beda Shapiro dalam Suyadi (2010:109).
Menurut Muhibin dalam Nugraha (2005 : 1.13) Perkembangan sosial
merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat yakni pribadi dalam
keluarga, budaya dan bangsa. Perubahan sosial utama terjadi pada saat anak mulai
sekolah, anak mulai berhubungan dengan orang dewasa menjadi hubungan
dengan anak-anak sebaya lain. Pada anak-anak tertentu perubahan ini menjadi
lebih sulit dibandingkan dengan anak lainnya. Karena anak sudah mulai belajar
bersaing dan bekerjasama, belajar menerima atau menolak standar perilaku dan
akan mengalihkan hubungan serta mengikuti kelompok atau geng.
Pada masa awal hidup manusia, yang disebut dengan anak usia dini, akan
mengembangkan rasa kepercayaan pada lingkungan. Dengan memberikan
perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang konsisten
anak akan mengembangkan kepercayaan pada lingkungan. Anak yang merasa
percaya pada lingkungan akan dapat mengembangkan persahabatan dan
kedekatan dengan orang lain.
Ketika mulai tergabung dalam kelompok bermain dan Taman Kanak-
Kanak, anak usia pra-sekolah akan belajar mengembangkan interaksi sosialnya
dengan lebih luas. Tidak hanya dengan anggota keluarga yang lain tetapi juga
terhadap guru, teman sebaya beserta anggota keluarga taman tersebut.Agar sukses
dalam beradaptasi denganlingkungan hidup pergaulan yang makin luas tersebut
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
tentu saja keterampilan anak harus dilatih. Sesuai dengan tugas perkembangan
anak, maka kegiatan bermain merupakan sarana yang paling tepat untuk
mengembangkan keterampilan sosial anak.
Sebagai dasar pembelajaran dan mengembangkan sosial anak, seorang
pendidik atau orang tua harus mengetahui karakter dasar perkembangan sosial
anak agar pembelajaran dan umpan balik yang diberikan pada anak sesuai dengan
tahapan perkembangan anak. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai
squence dari perubahan yang bersinambungan dalam perilaku individu untuk
menjadi mahluk sosial ini dalam term kesadaran hubungan aku-engkau atau
hubungan subjek-objek (Nurihsan, 2007:166).
Pola pertama anak cenderung menarik diri secara tegas dari
lingkungannya, mereka senang menyendiri dan cenderung inovert yaitu
berorientasi ke dalam dirinya. Pola kedua anak tersebut merespons kehidupan
yang ada di lingkungannya secara aktif. Adapun pola ketiga anak cenderung pasif,
kurang merespons terhadap kehidupan yang terjadi di lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Menurut Nurihsan (2007:154) Emosi itu dapat didefinisikan sebagai
suatu susasana yang kompleks (a kompleks feeling state) dan getaran jiwa (a strid
up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku.
Gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, dongkol, iri, cemburu, senang, kasih
sayang, simpati, merupakan beberapa proses manifestasi dari keadaan emosional
pada diri seseorang.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Aspek emosional dari suatu perilaku pada umumnya, selalu melibatkan
tiga variabel, yaitu : rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable),
perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the
organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman
emosional itu (the response variable). Yang mungkin dapat diubah dan
dipengaruhi atau diperbaiki (oleh para pendidik dan guru) adalah variabel pertama
dan ketiga (the stimulus-response variables), sedangkan variabel kedua tidak
mungkin karena merupakan proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara
mekanis.
Selanjutnya ada dua dimensi emosional yang sangan penting diketahui
para pendidik, terutama para guru, ialah : (1) senang tidak senang (pleasent-
unpleasent) atau suka tidak suka(like-dislike) dan(2) intensitas dalam term kuat-
lemah (strength-weakness) atau halus kasarnya atau dalam dangkalnya emosi
tersebut. Hal-hal itu penting karena dapat memberikan motivasi pengarahan dan
integritas perilaku seseorang, disamping mungkin pula akan merupakan
hambatan-hambatan yang bersifat fatal (ingat bentuk-bentuk perilaku yang
frustasi.
Jadi kesimpulannya, emosi adalah merupakan kata yang digunakan untuk
mengurai suatu status kegusaran pada organisme yang ditandai dengan adanya
gangguan darimperasaan serta perubahan fisiologis. Emosi yang khusus
ditunjukan melalui marah, takut, sedih, serta senang. Rentang emosi tidak saja
terdiri dari perasaan yang penuh kuasa dan keras anak tetapi juga status emosional
sedang sampai tenang.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Peningkatan pertumbuhan anak, perilaku emosional tampaknya juga
lebih terintegrasi secara baik. Anak mampu untuk mengendalikan dan menguasai
impuls emosi dalam tingkat yang lebih besar sehingga, anak mampu
menggunakan emosi secara spontan serta untuk keperluan meningkatkan
kehidupan
2. Ciri-ciri Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan sosial dan emosional meliputi kemampuan komunikasi,
memahami diri sendiri dan orang lain, kemampuan untuk mengendalikan emosi
atau perasaan, bersimpati dan berempati terhadap orang lain, membangun
interaksi sosial yang hangat dan berkualitas dengan orang lain, serta mampu
menunjukkan sikap dan perilaku yang penuh penghargaan terhadap diri sendiri
dan orang lain serta sesuai dengan aturan masyarakat disekitarnya.
Perkembangan emosi merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan keberhasilan individu dalam kehidupan. Meskipun seorang anak
memiliki kemampuan intelektual/kognitif yang sangat baik, tetapi bila
kemampuan emosional tidak baik anak tersebut akan mengalami hambatan dalam
pergaulan dan kehidupan.
Hurlock dalamSuyadi (2010:110) secara umum pola perkembangan
emosi anak meliputi 9 apek yaitu rasa takut, malu, khawatir, cemas, marah,
cemburu, duka cita, rasa ingin tahu dan rasa gembira.
Seperti halnya orang dewasa, anak usia 3-4 tahun telah mampu
mengekspresikan perasaannya. Setiap saat, anak mencoba mencari perhatian kita
dengan berbagai macam bentuk reaksi emosional seperti marah, senang ataupun
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
sedih.Anak-anak yang memiliki kemampuan emosional yang baik terlihat lebih
mandiri, memiliki kemauan yang keras penuh percaya diri memiliki tujuan-tujuan
tertentu.
Perkembangan sosial dan emosional memiliki arti yang sama penting
dengan perkembangan kognitif atau motoriknya. Pada dua tahun pertama bayi
serta batita telah mampu menunjukkan tempat ekspresi emosional dasar yaitu :
bahagia,sedih, marah dan takut. Seiring pertambahan usiannya, anak akan belajar
mengembangkan ekspresinya, emosi lainnya, seperti rasa malu,rasa bangga, rasa
bersalah, merasa dihina, serta kecewa.
Pada usia pra sekolah anak pada tahap ini mulai belajar mengendalikan
diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak
mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai disertakan sebagai
individu, misalnya turut serta merapikan tempat tidur atau membantu orang tua
didapur. Anak mulai memperluas pergaulannya, misalnya menjadi aktif di luar
rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman
sebaya dan sodara untuk menang sendiri.
Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga
antara ayah, ibu, anak sangat penting untuk membina kemantapan identitas diri.
Orang tua dapat melatih anak untuk mengintegrasikan peran-peran sosial dan
tanggung jawab sosial. Pada tahap ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai
tujuannya atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan
lingkungan misalnya dari orang tua atau orang lain terlalu berlebihanmaka dapat
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
mengakibatkan anak aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa
kecewa dan bersalah.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak Usia
Dini
Menurut Yusuf (2011:21) hereditas merupakan totalitas karakteristik
individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi baik fisik
maupun psikis yang dimiliki oleh individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan
dari pihak orang tua melalui gen-gen.setiap individu dilahirkan kedunia dengan
membawa hereditas tertentu.
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat
bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh
perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor penting disamping hereditas
yang menentukan perkembangan individu,
Menurut Yusuf (2011:36) berpendapat dalam nada yang sama bahwa
“keluarga merupakan unsur sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat
pada setiap masyarakat didunia atau suati sistem sosial yang terpancang atau
terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar”. Keluarga memiliki peran yang
sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua
yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama
maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi prbadi dan anggota masyarakat yang sehat. Melalui
perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua anak dapat memenuhi
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik fisik, biologis, maupun sosiologisnya.
Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya,
maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri.
Kelas sosial atau status ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak usia dini. Maccoby dkk dalam Yusuf (2011:53) telah
membandingkan orang tua kelas menengah dan atas dengan kelas bawah atau
pekerja hasilnya menunjukkan bahwa orang tua kelas bawah atau pekerja
cenderung sangat menekankan kepatuhan dan respek tehadap otoritas, lebih keras
dan otoriter, kurang memberikan alasan kepada anak, kurang bersikap hangat dan
memberikan kasih sayang terhadap anak.
Tikunas dalam Yusuf (2011:53) mengemukakan pendapat Becker,
Deutsch, Kohre dan Seldom, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau
tekhnik orang tua dalam mengatur anak, yaitu bahwa : kelas bawah cenderung
lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering menggunakan hukuman fisik,
dibandingkan dengan kelas menengah. Anak-anak dari kelas bawah cenderung
lebih agresif, independent dan lebih awal dalam pengalaman seksual, untuk kelas
menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatiannya sebagai
orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-
anaknya dan menerapkan kontrol yang lebih halus.
Mereka mempunyai ambisi untuk memperoleh status yang lebih tinggi
dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan atau latihan
profesional. kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan
kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
reputasinya tinggi dan bisaanya senang mngembangkan apresiasi estetikanya.
Anak – anaknnya cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung bersikap
memanipulasi aspek realitas.
4. Tahap perkembangan sosial emosional
Telah diuraikan di muka bahwa perkembangan dimulai sejak masa
konsepsi dan berakhir menjelang kematian. Perkembangan yang begitu panjang
ini, oleh para ahli dibagi-bagi atas fase-fase atau tahap perkembangan. Penentuan
fase atau tahap-tahap tersebut didasarkan atas karakteristik utama yang menonjol
pada periode waktu tertentu.
Perkembangan tahap perkembangan yang paling tua, dikemukakan oleh
Aristoteles seorang filosof Yunani yang hidup antara tahun 384 sampai 322
sebelum masehi. Aristoteles dalam Nana Syaodih (2009:117) membagi masa
perkembangan menjadi tiga tahap, yaitu : masa kanak-kanak (0 – 7 tahun), masa
anak (7 – 14 tahun), masa remaja (14 – 21 tahun) setelah itu adalah masa dewasa.
Menurut Hildayani dkk dalam harter (2005:2.4) Terdapat perubahan
dalam pemahaman diri antara usia 5 dan 7 tahun, perubahan itu terjadi dalam tiga
langkah, yang secara actual membentuk kemajuan yang kontinu, adapun tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Pernyataan tentang diri merupakan single representation artinya pernyataan
yang dibuat anak merupakan satu dimensi yang terpisah-pisah. Pemikiran
anak melompat dari ide khusus ke ide khusus lainnya tanpa hubungan yang
logis.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
b. Tahap representational mapping anak mulai menghubungkan satu aspek
dengan aspek yang lain dalam dirinya. Bagaimanapun hubungan logis yang
dibuat antara bagian-bagian dari gambaran dirinya masih diekspresikannya
dalam cara yang sepenuhnya positif dan bersifat hitam putih.
c. Tahap representational system mengambil tempat pada usia sekolah ketika
anak mulai mengintegrasikan ciri-ciri khusus dari diri kedalam konsep yang
umum dan multidimensional. Penggambaran diri secara hitam putih menurun
dan diskripsi diri menjadi lebih seimbang.
Donald B.Helms dan Jeffrey S. Turner (1981:28) memberikan urutan
lengkap dari perkembangan individu, yaitu : masa pranatal atau sebelum lahir dari
masa konsepsi sampai lahir, bayi 0 – 2 tahun, kanak-kanak 2 – ¾ tahun, anak kecil
¾ - 5/6 tahun, anak 6 – 12 tahun, remaja 12 – 19 tahun, dewasa muda 19 – 30
tahun, dewasa 30 – 65 tahun dan usia lanjut 65 ke atas.
B. Metode Bercerita di Taman Kanak- kanak
1. Pengertian Metode Bercerita Bagi Anak TK
Menurut Masitoh (2008:10.8) metode bercerita merupakan salah satu
strategi pembalajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak Tk
dengan membawakan cerita kepada ank secara lisan. Menurut Dhieni (2008:6.5)
metode bercerita adalah suatu cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman
kanak-kanak.
Menurut Moeslihatun (2004:157) metode bercerita merupakan salah satu
pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang
perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK.Bila isi cerita
itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi
cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dengan
mudah dapat menangkap isi cerita.
Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan bercerita harus
diusahakan dapat menberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan. Dunia
kehidupan anak-anak itu dapat berkaitkan dengan lingkungan keluarga,
sekolah,masyarakat. Kegiatan bercerita diusahakan menjadi pengalaman bagi
anak TK yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan
memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai selasai.
Seperti telah dikemukakan untuk menjadi seorang guru TK yang pandai
bercerita dengan baik memang diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang
penting antara lain penguasaan isi cerita secara tuntas serta ketrampilan
menceritakan cukup baik dan lancar. Untuk terampil bercerita guru harus selalu
berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus menerus dan intensif. Agar
dapat menarik perhatian anak dalam bercerita, guru dapat menggunakan
bermacam perlengkapam panggung yang mengundang perhatian anak karena guru
dengan menggunakan perlengkapan tersebut dapat menciptakan situasi emosional
sesuai dengan tema cerita.
Bagaimana guru memilih cerita yang baik, yang cocok dengan kehidupan
anak, sehingga dapat mengundang perhatian anak secara utuh? Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk pemilihan cerita yang baik. Pertama, cerita itu
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. Kalau cerita itu menarik
dan memikat perhatian, maka guru akan bersungguh-sungguh dalam menceritakan
kepada anak secara mengasyikan. Kedua, cerita itu harus sesuai dengan
kepribadian anak, gaya, dan bakat anak supaya memiliki daya tarik terhadap
perhatian anak dan keterlibatan aktif dalam kegiatan bercerita. Ketiga, cerita itu
harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak usia
TK. Cerita itu harus cukup pendek dalam rentangan jangkauan waktu perhatian
anak. Kepada anak usia dini, guru tidak dapat menuntut anak untuk aktif
mendengarkan cerita guru dalam waktu yang lama diluar batas waktu ketahanan
untuk mendengar.
Agar kegiatan bercerita dapat dilaksanakan secra efektif, kelompok anak
peserta kegiatan harus dalam kelompok kecil. Anak-anak usia dini dalam kegiatan
bercerita ingin dekat sekali dengan guru sehingga dapat menanggapi cerita guru
baik secara verbal dan fisik yang kadang-kadang sulit dilaksanakan bila
kelompoknya besar. Bercerita dapat dilaksanakan daengan menyuruh anak-anak
duduk dilantai, terutama bila lantainya diberi tikar atau karpet, mereka
menganggap pengaturan semacam itu lebih memberikan iklim yang
menyenangkan dan ketenangan.
2. Manfaat Bercerita Bagi Anak TK
Menurut Bachri (2005:11) bercerita dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan
pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya atau jika seandainya
bukan merupakan hal baru tentu akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
kembali ingatan akan hal yang pernah di dapat atau dialaminya. Tambahan
pengalaman tersebut tentu akan memperluas wawasan anak, sementara itu cara
berfikir anak juga akan mendapat tambahan dengan pengenalan dan penambahan
logika-logika atas cerita yang didengarnya. Semakin terlatih kemampuan
berlogika melalui cerita yang didengarnya anak akan memiliki cara berfikir yang
lebih luas.
Menurut Moeslihatun (2004:169) bercerita memberikan pengalaman
belajar untuk berlatih mendengarkan melalui mendengar akan memperoleh
bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bila anak berlatih untuk
mendengarkan dengan baik maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang
kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu menemukan pemikiran-
pemikiran baru berdasarkan apa yang didengar, sedangkan pendengar kritis
mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar dan yang
dipahami.
Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar yang unik dan
menarik serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan
menimbulkan keasikan sendiri memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan
anak TK. Guru yang pandai bertutur dalam bercerita akan menjadikan perasaan
anak larut dalam kehidupan imajinatif ia merasa sedih jika tokoh dalam cerita
yang disakiti, ia merasa senang jika tokoh yang lain melindungi dan suka
menolong.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek,
manfaat bercerita sebagai berikut :
a. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
b. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
c. Memacu kemampuan verbal anak
d. Merangsang minat menulis anak.
e. Merangsang minat baca anak.
f. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
3. Tujuan Bercerita Bagi Anak TK.
Sesuai dengan manfaat penggunan metode bercerita bagi anak TK yang
telah dikemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh
guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh pengalaman isi
cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan
yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi
atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Hidayat dalam Bachri (2005:11) tujuan pembelajaran dengan
bercerita dalam program kegiatan di TK adalah :
1. Mengembangkan kemampuan dasar untuk mengembangkan daya cipta dalam
pengertian membuat anak kreatif yaitu lancar, fleksibel dan orisinal dalam
bertutur kata, berfikir serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan
motorik halus dan motorik kasar.
2. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak
didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Menurut Muslichatun (2004:171) kegiatan bercerita anak dibimbing
mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan
keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik itu meliputi segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non
manusia, dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh
informasi tentang binatang, peristiwa yang terjadi dalam lingkungan anak,
bermacam-macam makanan, pakaian, perumahan, tanaman yang terdapat
dilinghkungan rumah, sekolah kejadian di rumah dan jalan. Sedangkan informasi
tentang lingkungan sosial meliputi orang yang ada dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat, dalam masyarakat tiap orang memiliki pekerjaan yang harus
dilakukan setiap hari yang memberikan pelayanan jasa kepada orang lain atau
menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Pendapat diatas dikuatkan dengan pendapat dari Masitoh (2006:10.6)
yaitu tentang tujuan kegiatan bercerita bagi anak TK yaitu :
1) Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai social, moral dan agama yang
terkandung dalam sebuah cerita, sehingga mereka dapat menghayatinya dan
menjalankan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan
sosial yang perlu diketahui oleh siswa.
Tujuan bercerita adalah agar anak mampu mendengarkan dengan baik,
dapat bertanya apabila ada yang kurang dipahami, berkomentar, menjawab
pertanyaan, selanjutnya mampu menceritakan dan mengekspresikan kembali,
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
maka nilai-nilai tertanam di jiwa anak seiring perkembangannya.Tujuan dan
manfaat metode bercerita di Taman Kanak-Kanak adalah melatih daya serap, daya
tangkap, daya pikir, daya konsentrasi dan daya imajinasi dan fantasi anak,
sekaligus membantu perkembangan berbahas anak dalam berkomunikaasi, dalam
kondisi anak senang, nyaman, antusias penuh perhatian.
Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam
menumbuhkan dan kebisaaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan
bahasa dan pikiran anak.Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran
anak.Arti pentingnya cerita bagi pendidikan anak usia dini, tidak dapat dilepaskan
dari kemampuan guru dalam mengemas nilainilai luhur dalam kehidupan dalam
cerita, yang sebenarnya menjadi tolak ukur kebermaknaan bercerita.
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan
untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan. Pemberian informasi
tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik itu meliputi
segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non-manusia. Dalam kaitan
lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang,
peristiwa yang terjadi dari lingkunga anak, bermacam pakaian, makanan,
perumahan, tanaman tang terdapat dihalaman rumah, sekolah, kejadian dirumah
dan dijalan. Sedang informasi tentang lingkungan sosial meliputi : orang yang ada
dilingkungan keluarga, disekolah dan dimasyarakat.
Bermacam nilai sosial, moral dan agama dapat ditanamkan melalui
kegiatan bercerita. Nilai-nilai sosial yang dapat ditanamkan kepada anak TK yakni
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam hidup bersama dengan orang lain.
Dalam hidup bersama orang lain harus ditanamkan saling menghormati, saling
menghargai hak orang lain, saling membutuhkan, menyadari tanggung jawab
bersama, saling menolong.Jadi dapat diambil kesimpulan tujuan dari metode
bercerita diantaranya :
a. Melatih daya tangkap anak
b. Melatih daya pikir
c. Melatih daya konsentrasi
d. Membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak
e. Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab didalam kelas
4. Kelebihan dan kekurangan Metode Bercerita
Setiap metode pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan,untuk
itudengan adanya metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian
pembelajaran.Kelebihan metode bercerita antara lain sebagai berikut :
a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak
b. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana
d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
e. Secara relative tidak banyak memerlukan biaya.
Kekurangan Metode Bercerita yaitu :
a. Anak didik menanjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atao
menerima pejalasan guru
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan mengutarakan
pendapatnya.
c. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga
sukar memahami isi cerita
d. Cepat menumbuhkan rasa bosan apa bila penyajianya kurang baik.
5. Media Pembelajaran Anak Usia Dini
a. Pengertian Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah
berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah
perantara atau pengantar pean dari mengirim kepada penerima pesan (Arsyad,
20017:3).
Heinich, dkk dalam Arsyad (2007:4) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Seperti
televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-
bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran.
Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2007:4) secara implisit mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Anitah Sri (2009:1) Kata media bersal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah
(antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai
perantara atau penghubung antara dua pihak yaitu antara sumber pesan dengan
penerima pesan atau informasi.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
membantu efektifitas proses pembelajaan dan menyampaikan pesan isi pelajaran.
Selanjutnya akan dapat membantu anak (siswa) meningkatnkan pemahaman,
penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan
memadatkan informasi.
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat peraga, berarti
guru menyajikan pada anak didik agar lebih menarik perhatian dan ketertariakan
anak untuk menyimak proses bercerita berlangsung, sehingga diharapkan anak-
anak mampu menyerap cerita sekaligus nilai-nilai mengendap pada jiwanya.
Pengalaman emosional dan intelektual anak pada saat menyimak cerita
sedang berlangsung, membekali anak dengan sesuatu yang bermanfaat bagi
hudupnya, karena cerita menyajikan konsep yang membuat anak lebih memahami
hidup dan permasalahannya. Cerita menjadi menarik bagi anak karena meyerupai
hidup yang sebenarnya, tetapi tidak sama dengan kehidupan itu sendiri.(Sudjiman,
1991 dalam Takdiroatun Musfiroh. 2005:38)
Sebagaimana cerita untuk orang dewasa, maka cerita anak tetap memiliki
unsur-unsur utama perkembangan fiksi, seperti tema dan amanat, tokoh, alur,
setting, sudut pandang dan sarana kebahasaan. Unsur-unsur tersebut diolah
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
sedemikian rupa sehingga tetap tercerna oleh anak (Takdiroatun Musfiroh,
2005:38)
b. Fungsi Media
Media pembelajaran dan metode mengajar adalah dua unsur yang amat
penting. Kedua aspek ini saling berkaitan pemilihan salah satu metode mengajar
tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai meskipun
masih ada berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam memilih media. Salah
satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang
turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru.
Menurut Lavie dan Lentz dalam Arsyad (2005:17) mengemukakan 4
(empat) fungsi media pembelajaran khususnya media visual yaitu :
1) Fungsi Atensi media visual merupakan inti, menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2) Fungsi Afektif media visual dapat terlihar dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
3) Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
4) Fungsi Kompensatoris media visual media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami
teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali dengan kata lain media
pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks
atau disajikan secara verbal.
Menurut Dale dalam Arsyad (2005:23) mengemukakan bahwa bahan-
bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Hubungan guru, siswa tetap merupakan elemen
paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir
untuk menyajikan materi pembelajaran dengan bantuan media apasaja agar
manfaat berikut ini dapat terekalisasi.
1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
2) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa
3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan minat siswa
dengan meningkatnya motifasi belajar
4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa
5) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi beragai kemampuan
6) Mendorong kemanfaatan yang bermakna dari mata pelajarandengan jalan
melibatkan imajinasidan partisipasi aktif yang membangitkan meningkatnya
hasil belajar
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari
8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep
yang bermakna dapat dikembangkan
9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran non verbalistik dan membuat generalisasi yang tepat
10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan
jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Menurut Sudjana dan Rifai dalam Arsyad (2005:25) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu :
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis
dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut :
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motovasi belajar
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa dilingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat.
c. Alat Peraga Boneka jari
Bercerita dengan menggunakan Boneka Jari adalah gambar (tokoh
cerita) dibuat lalu ditempel pada jari tangan. Dalam memainkan peran tokoh
cerita jari tangan harus terampil.
1. Cara membuat :
1) Mencari gambar, boneka ukuran kecil sebagai tokoh dalam cerita yang
ada binatang atau boneka orang-orangan
2) Gambar binatang dan boneka orang-orangan yang dengan ukuran kecil
diikat dengan pita atau bentuk cincin (karet)
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
2. Cara menggunakan;
1) Sarung tangan kita pakai
2) Kita ambil gambar tokoh atau boneka yang akan digunakan untuk
kegiatan bercerita dimasukkan dalam jari secara bergantian menurut alur
cerita.
3. Langkah-langkah Kegiatan Bercerita
Pengalaman belajar melalui penuturan cerita diberikan oleh guru telebih
dahulu menetapkan menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus
dilalui dalam bercerita. Bentuk cerita mana yang dipilih pada dasarnya
langkah-langkah kegiatannya sama. Sesuai dengan rancangan tema dan tujuan
maka ditetapkan langkah sebagai berikut :
1) Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada
anak
Tujuan bercerita sebagaimana telah ditetapkan adalah untuk
menanamkan sikap peka dan tanggap terhadap penderitaan orang lain,
suka menolong dan mencintai orang lain
2) Mengatur tempat duduk anak
Apakah sebagian anak atau seluruhnya yang ikut mendengarkan cerita
dan apakah harus duduk di lantai diberi alas tikar atau karpet atau duduk
di kursi dengan formasi setengah lingkaran, kemudian mengatur bahan
dan alat yang dipergunakan sebagai alat bantu bercerita dengan bentuk
bercerita yang dipilih
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
3) Merupakan pembukaan kegiatan bercerita
Guru menggali pengalaman-pengalaman anak dengan kaitan peristiwa
yang akan diytuturkan guru.
4) Merupakan pengembangan cerita yang dituturkan guru.
Guru menyajikan fakta-fakta disekitar kehidupan anak.
5) Bila guru telah menyajikan langkah ketiga dan keempat secara lancar
maka guru menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat
menggetarkan perasaan anak dengan cara memberikan gambaran anak-
anak yang bernasib baik kemudian guru menggambarkan penderitaan
tokoh cerita. Selanjutnya guru merancang upaya untuk menyentuh hati
nurani anak-anak supaya mau berteman dan tidak memilih-milih teman.
6) Merupakan langkah penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita dalam tokoh
tersebut dan dapat merubah tingkah laku anak dari yang sombong dan
tidak mau berteman menjadi rendah hati dan dapat menahan emosi.
C. Kriteria Keberhasilan
1. Pedoman Penilaian
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu.Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang
dinilai adalah hasil belajar anak didik.Hasil belajar anak didik pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas
mencakup bidang pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral, Kemampuan
berbahasa, Kognitif, Fisikmotorik dan sosial emosional.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Berbagai alat penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran perkembangan anak.
a. portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat
menggambarkan sejauhmana ketrampilan anak berkembang.
b. Unjuk kerja (performance) merupakan penilaian yang dapat diamati,
misalnya praktek menyanyi, olahraga, mempelajari sesuatu.
c. Penugasan (project) merupakan tugas yang haarus dikerjakan anak yang
memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya. Misalnya
melakukan percobaan menanam biji.
d. Hasil karya (product) merupakan hasil kerja anak setelah melakukan sesuatu
kegiatan.
Menurut Depdiknas (2004:6) guru melaksanakan penilaian dengan
mengacu pada kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satu satuan
kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan
prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan
kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi
ketika pembelajaran dan kegiatan bermain berlangsung, guru dapat sekaligus
melaksanakan penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian sehari-hari, guru menilai
kemampuan (indikator) yang hendak dicapai seperti yang telah diprogramkan
dalam satuan kegiatan harian.
Menurut Depdiknas (2004:6-7) pencatatan hasil penilaian harian,
pelaksanaannya adalah catat hasil penilaian perkembangan anak pada kolom
penilaian di Satuan Kegiatan Harian (SKH). Apabila ada anak yang belum sesuai
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
dengan yang diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator)
seperti apa yang diharapkan dalam SKH, maka pada kolom tersebut dituliskan
nama anak dan diberi tanda lingkaran kosong ( o ). Dan juka ada anak yang
perilakunya sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dan sudah dapat
menunjukan kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam
SKH, maka pada kolonm penilaian tersebut guru menuliskan tanda lingkatran
penuh (●) dan menuliskan nama anaknya. Lingkaran penuh (●) dapat digunakan
juga untuk menunjukan bahwa anak aktif dalam pembelajaran serta anak mampu
dalam menyelesaikan tugas tanpa dibaantu lagi oleh guru. Tanda Check List (√)
dapat digunakan jika semua anak menunjukan kemampuan sesuai indikator yang
tertuang dalam SKH namun masih dibimbing guru.
Menurut Anita Yus (2011:88) skala penilaian juga sering digunakan
untuk pencatatan hasil pengamatan. Skala penilaian memuat daftar kata-kata atau
pernyataan mengenai tingkah laku, sikap dan kemampuan siswa. Skala penilaian
ada yang berbentuk bilangan, huruf dan ada yang berbentuk uraian. Skala yang
berbentuk bilangan terdiri dari pernyataan atau kata lainnya dan disebelahnya
disediakan bilangan terntentu, misalnya 1-5, pengamat tinggal memberi tanda cek
( √ ) pada kolom salah satu perilaku yang muncul dan lajur skala atau angka yang
diamati. Skala penialian sebagai alat penilaan tentu berisi aspek-aspek yang
diamati disesuaikan dengan kegatan pelaksanaan program yang dilakukan. Skala
penilaian berbentuk uraian juga terdiri dari penyataan atau bentuk kemampuan
disatu sisi dan disebelahnya disediakan kolom titik untuk di isi oleh pengamat
dalam bemntuk raian atau kalimat
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Selain menurut Depdiknas (2004:6) ada juga cara pencatatan hasil
penilaian harian yang lain berdasarkan Kmendiknas Dirjen Mandas dan
Menengah Direktorat Pembinaan TK SD2010 yaitu catatan penilaian harian
perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di RKH dengan ketentuan
penilaian menggunakan tanda bintang (). Apabila anak belum berkembang (BB)
sesuai dengan indikator, seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru
makan pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ().
Jika ada anak sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti apa
yang diharapkan RKH maka akan mendapatkan dua bintang (). Lalu jika ada
anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH
mendapat tanda tiga bintang (), sedangkan jika ada anak yang berkembang
sangat baik (BSB) melebihi indikatorseperti yang diharapkan dalam RKH maka
akan mendapatkan empat bintang (). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pedoman penilaian menggunakan tanda bintang () sesuai dengan
Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK 2010 (11)
2. Indikator Hasil Belajar
a. Indikator perkembangan sosial emosional
Dalam metode bercerita ada berbagai indikator yang bisa dikembangkan
salah satunya indikator dalam bidang perkembangan sosial emosional anak usia
dini. Seorang anak bisaanya lebih egois dan suka marah jika keinginannya tidak
terpenuhi. Anak bisaanya ingin menang sendiri dan tidak mau kalah atau tidak
mau mengalah terhadap temannya, anak juga jarang mau berbagi adil dengan
teman-temannya.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
b. Indikator perkembangan sosial emosional menurut kurikulum TK Tahun
2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 indikator dalam kurukulum TK Tahun 2004
No. Indikator Perkembangan Sosial Emosional Anak 1. Bersedia bermain dengan teman sebaya dan orang dewasa
2. Membantu memecahkan masalah atau perselisihan
3. Mengekspresikan perasaannya (misal : marah, sedih, gembira dll)
4. Menerima kritik dan saran
Berikut adalah definisi dari indikator tersebut diatas :
1. Bersedia bermain dengan teman sebaya ,anak mau bermain dengan teman –
temanya maka akan terlatih untuk bekerja sama dengan orang lain,memahami
apa kemauan dan perasaan orang lain.
2. Mampu membantu memecahkan masalah atao perselisihan dalam cerita, anak
mendengar dan melihat yang diceritakan guru ada tokoh yang bertengkar dan
diceritakan juga cara penyelesaianya,anak juga bias memahami hal tersebut.
3. Mengekspresikan perasaanya,anak dalam mendengarkan cerita guru sesuai
dengan tokoh dan keadaan yang sedang diceritakan missal marah,anak bias
berkpresi marah,bila sedang gembira anak bisa berekspresi gembira.
4. Menerima kritik dan saran dengan melalui cerita dapat merubah anak dengan
sifat yang tidak sesuai dengan keadaanya,missal dalam tokoh cerita bersifat
sombong itu tidak baik maka tidak boleh ditiru anak yang marasa demikian
setalah ada kegiatan bercerita dapat berubah sifatnya menjadi tidak sombong
lagi.
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil indentifikasi dan diskusi yang dilakukan poeneliti
bersama guru-guru TK Pertiwi Ciberem Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas menunjukkan bahwa masalah sosial emosional anak tidak seperti yang
diharapkan, karena kurangnya guru memberikan pembelajaran yang
mengembangkan sosial emosional pada anak didik. Guru lebih sering memberikan
pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan tangan, padahal anak usia dini
adalah anak yang sedang mengalami tahap perkembangan. Metode bercerita
dengan menggunakan boneka jari tepat untuk mengembangkan sosial emosional
anak dan dapat mengetahui sejauh mana perkembangan sosial emosional anak.
Metode bercerita dengan media boneka jari diharapkan mampu
mengembangkan sosial emosional anak melalui bercerita diharapkan anak
mempunyai sikap yang adil dan mau mengalah pada teman-temannya tidak
emosional dan saling menyayangi, melalui cerita, anak juga diharapkan mampu
berfikir secara cerdas dan bisa melatih anak untuk kreatif dan jujur
Oleh karena itu, peneliti memberikan pemecahan masalah dengan
menerapkan kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita dengan media
boneka jari sebagai upaya untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional
anak didik kelompok B Tk Pertiwi Ciberem Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas. Untuk mempermudah pemahaman kegiatan ini, maka dibuat kerangka
berfikir sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan yang berlaku sampai terbukti melelui data yang dikumpulkan
(kunto 2006:2)
Hipotesa dalam penelitian ini adalah melalui kegiatan bercerita dengan
media boneka jari dapat meningkatakan perkembangan sosial emosional pada
anak didik kelompok B Tk Pertiwi Ciberem Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas, pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
Kondisi Awal
Perkembangan sosial emosional anak didik sangat kurang karena kurangnya guru memberikan pembelajaran yang berkaitan sosial emosional pada anak
Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK
Terjadi perbaikan yang optial, penelitian
Perkembangan sosial emosional anak didik meningkat
Siklus II 3 Pertemuan
Siklus 1 3 pertemuan
Kondisi sudah meningkat ada perbaikan tapi belum maksimal
Perkembangan sosial emosional mulai berkembang tapi belum maksimal
Upaya Meningkatkan Perkembangan..., Suharyati, FKIP UMP, 2014