bab ii kajian pustaka dan rumusan hipotesis 2.1 …ii.pdf · pemayung atau grand theory, serta...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai teori
pemayung atau grand theory, serta teori kebijakan dividen sebagai supporting
theory. Disamping itu juga dipaparkan konsep-konsep dan definisi-definisi yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti.
2.1.1 Teori Keagenan (agency theory)
Jensen dan Meckling (1976), mengungkapkan bahwa teori keagenan
menjelaskan hubungan antara agen (manajemen perusahaan) dan principal
(pemegang saham). Hubungan antara agen dan prinsipal biasanya dalam situasi
asimetri informasi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya pihak
yang mempunyai informasi lebih (agen) dibandingkan dengan pihak lain
(prinsipal). Agen lebih banyak memperoleh informasi karena berhubungan
langsung dengan operasional perusahaan. Dengan asumsi individu mempunyai
kepentingan untuk dirinya sendiri, maka dengan adanya asimetri informasi akan
mendorong agen menyembunyikan informasi yang tidak diketahui oleh principal.
Wicaksana (2012) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah keagenan yaitu :
1) Moral Hazard
Moral Hazard adalah perilaku seseorang yang tidak menanggung risiko
akibat tindakan yang dilakukannya. Hal ini umumnya terjadi pada
2
perusahaan–perusahaan besar dengan manajer yang cenderung memanfaatkan
insentif yang sesuai dengan keinginannya untuk bayaran yang diterima dari
perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak.
2) Jumlah Laba yang Ditahan
Adanya kecenderungan manajemen melakukan investasi berlebihan melalui
peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan untuk memperluas kekuasaan,
prestise atau memperbesar kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris,
maupun penghargaan bagi dirinya sendiri yang dapat menghancurkan
kesejahteraan pemegang sahamnya (principal).
3) Horison Waktu
Konflik ini muncul akibat dari kondisi arus kas masa depan yang diharapkan
oleh prinsipal yang kondisinya belum pasti. Sementara manajemen
menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
4) Penghindaran Risiko Manajerial
Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang
berhubungan dengan pendapatan manajerial atas pencapaian kinerja.
Sehingga menajer akan meminimalkan risiko saham perusahaan dari
keputusan investasi yang meningkatkan risikonya.
Menurut DeAngelo (1986) yang dikutip dalam Gumanti (2000)
mengatakan bahwa teori keagenan (agency theory) juga menekankan bahwa
angka-angka akuntansi memainkan peranan penting dalam menekan konflik
antara prinsipal dan agen. Dari sini jelas bahwa mengapa manajer memiliki
motivasi untuk mengelola data keuangan pada umumnya dan keuntungan atau
3
earnings pada khususnya. Semuanya tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai
usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi (obtaining
private gains).
Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara
manajer dan pemegang saham (Jensen et al., 1992). Semakin banyak dividen yang
ingin dibayarkan oleh suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan
berkurangnya laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencari
sumber dana eksternal untuk melakukan investasi baru. Pembiayaan dividen
mungkin dapat digunakan sebagai alat untuk memonitor atau mengevaluasi hasil
kerja manajemen meskipun pembayaran dividen yang tinggi mengakibatkan
pembiayaan eksternal yang mahal (Weston dan Copeland, 2010). Pembayaran
dividen juga berperan dalam mekanisme monitoring karena membuat manajer
harus menyediakan dana yang mungkin diperoleh dari luar perusahaan yang
tentunya akan dapat mengurangi biaya keagenan (Ambarwati, 2010).
2.1.2 Pengertian Dividen
Suharli (2006) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh
masing-masing pemilik. Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari
laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan Basuki (2012)
mendefinisikan dividen sebagai pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat
4
Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada umumnya dividen merupakan daya tarik
bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang (Basuki, 2012).
Besaran dividen tergantung kebijakan dividen masing-masing
perusahaan. Menurut Naveli (1989), secara umum kebijakan dividen yang
ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu:
1) Constant Dividend Payout Ratio
Terdapat beberapa cara mengatur dividend payout ratio yang dibagikan
secara tetap dalam persentase atau rasio tertentu, yaitu: (a)membayar dengan
jumlah persentase yang tetap dari pendapatan tahunan, (b)menentukan
dividen yang akan diberikan dalam setahun sama dengan jumlah persentase
tetap dari keuntungan tahun sebelumnya,dan (c)menentukan proyeksi payout
ratio untuk jangka waktu panjang;
2) Stable Per Share Dividend
Kebijakan yang menetapkan besaran dividen dalam jumlah yang tetap.
Kebijakan ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
laba yang tinggi.
3) Reguler Dividend Plus Extra
Dalam kebijakan ini, perusahaan akan memberikan suatu tingkat dividen
yang relatif rendah tetapi dalam jumlah yang pasti, dan memberikan
tambahan apabila perusahaan membukukan laba yang cukup tinggi.
Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk
dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakaan
menjadi beberapa jenis (Fakhruddin, 2008) diantaranya sebagai berikut:
5
1) Dividen Tunai (cash dividend): dividen yang dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk kas (tunai).
2) Dividen Saham (stock dividend): dividen yang dibagi bukan dalam bentuk
tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3) Property dividend: dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain
kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.
4) Liquidating dividend: dividen yang diberikan kepada pemegang saham
sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah
selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua
kewajibannya.
Perubahan besarnya deviden juga merupakan sinyal bagi investor.
Deviden yang semakin besar mengakibatkan investor mempunyai pengharapan
positif terhadap manajemen, yaitu meningkatnya laba perusahaan. Perubahan
deviden yang semakin besar akan menyebabkan investor tertarik untuk membeli
saham perusahaan, sehingga harga saham akan meningkat. Sebaliknya, bila
deviden semakin kecil, maka investor mempunyai pengharapan negatif terhadap
perusahaan sehingga harga saham akan mengalami penurunan (Sharpe et al,
1999).
Pengumuman deviden mengandung informasi mengenai laba saat ini dan
masa depan (Miller dan Rock 1985). Apabila pengumuman deviden tersebut
merupakan kabar baik (buruk), yaitu pengumuman deviden meningkat (menurun),
maka investor akan bereaksi positif (negatif). Jadi, deviden mempunyai
kandungan informasi yang berguna bagi investor (Setiawan dan Jogiyanto 2002).
6
Informasi mengenai dividen menyebabkan investor harus memprediksi
future earning untuk mengetahui nilai perusahaan, maka dividen dihubungkan
dengan future profitability perusahaan (Jensen et al. 1992) dalam Sukmawati
(2000). Secara teori, semakin besar profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan maka jumlah dividen yang akan dibagi semakin meningkat, tetapi
semakin kecil profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan maka jumlah
dividen yang akan dibagikan akan menurun. Dividen fungsinya tidak hanya
tergantung dari profitabilitas, aspek-aspek lainnya seperti resiko bisnis, investasi,
dan pertumbuhan harus dipertimbangkan. Jadi, jika jumlah dividen yang akan
dibagikan menurun hal tersebut bisa jadi dikarenakan perusahaan akan melakukan
investasi ke proyek baru yang lebih menguntungkan (Sukmawati 2000).
2.1.3 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen
yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan
perusahaan (Sutrisno, 2001). Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan
dividen sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings
yang dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk
kegiatan reinvestasi dalam perusahaan.
Pengumuman dividen merupakan sumber informasi dan menyebabkan
reaksi pasar kuat dan positif (Asquith dan Mullins 1983). Kebijakan dividen
mempunyai banyak aspek daya tarik seperti mekanisme transmisi informasi.
Kandungan informasi atas dividen menghipotesiskan bahwa manajer
7
menggunakan pengumuman dividen untuk memberi sinyal perubahan dalam
pengharapannya tentang prospek perusahaan yang akan datang (Aharony dan
Swary 1980).
Jenis-jenis Kebijakan Dividen (Ahmad, 2004) sebagai berikut:
1) Dividen per saham yang stabil
Meskipun perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang dibayar
misalnya Rp. 1500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayarkan kepada
pemegang saham. Investor akan aman dengan jumlah yang tetap
diterimanya sesuai dengan motivasi mereka.
2) DPO (Devidend pay-out) yang stabil
Dividen yang dibayarkan berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan
bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari keuntungan. Jika
keuntungan Rp. 1 miliar, maka dividen yang dibayarkan sebesar 60% x Rp
1 miliar = Rp 600 juta.
3) Kombinasi
Di samping jumlah rupiah yang tetap, perusahaan membayar dividen
tambahan (ekstra) jika perusahaan memperoleh keuntungan atau
mengalami situasi yang baik.
4) Dividen Residual
Dividen dibayarkan jika kesempatan investasi perusahaan atau dana yang
dibutuhkan telah terpenuhi.
8
Beberapa teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-
asumsi yang mendasari antara lain .
1) Dividen tidak relevan
Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Sartono (2010) dividen
payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan
atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa deviden
payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan ditentukan
oleh earning power dari asset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah
laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan
ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
2) Bird in the hand theory
Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner (1956) yang menganggap
dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan
sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan capital
gain. Gordon dan Lintner (1956) juga berpendapat bahwa investor lebih
menyukai dividen karena lebih pasti pendapatannya daripada
mengharapkan return yang belum pasti jika menginvestasikan kembali
dividen pada investasi tertentu.
3) Tax preference theory
Capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas
dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih
menarik. Sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan
pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi
9
berkurang, namun demikian pajak atas capital gain baru dibayar setelah
saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun
setelah pembayaran dividen. Periode investasi juga mempengaruhi
pendapatan investor jika investor hanya membeli saham untuk jangka
waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain
dan pajak atas dividen. Investor akan meminta tingkat keuntungan setelah
pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki devidend yield yang
tinggi daripada saham dengan deviden yield yang rendah. Oleh karena itu,
teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan deviden
payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen
(Litzenberger dan Ramaswamy, 1979).
2.1.4 Bentuk Pembayaran Dividen
Ada 3 jenis kebijakan pembayaran dividen yang biasa dilakukan oleh
perusahaan, yaitu (Sawir, 2004)
1) Stable amount per share: dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relatif
stabil per sahamnya.
2) Constant Payout Ratio: dividen atas dasar persentase tetap dari laba bersih
perusahaan.
3) Low Regular Dividend plus Extra: tingkat dividen yang relatif rendah tetapi
sudah pasti jumlahnya ditambah suatu ekstra, yang besarnya disesuaikan
dengan tingkat keuntungan perusahaan.
10
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Suatu
Perusahaan
Hanafi (2012) menyebutkan bahwa kebijakan dividen dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya :
1) Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang dapat dibagikan
kepada para pemegang saham semakin sedikit. Investasi itu akan lebih
baik jika menghaslkan net present value yang positif.
2) Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang memiliki pofitabilitas atau aliran kas yang baik dapat
membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan
terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain dari pembayaran dividen
adalah akuisisi dari perusahaan lain. Perusahaan yang memiliki kas
berlebih seringkali menjadi target dalam akuisisi. Perusahaan dapat
membayar dividen untuk menghindari akuisisi sekaligus membuat senang
para pemegang saham.
3) Akses ke Pasar Keuangan
Akses yang baik dapat membantu perusahaan memenuhi kebutuhan
likuiditasnya. Jika perusahan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik,
perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi.
11
4) Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendapat
dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat
membayar dividen yang lebih tinggi.
5) Pembatasan-Pembatasan
Kontrak utang, obligasi ataupun saham preferen membatasi pembayaran
dividen pada situasi tertentu. Pada situasi normal atau baik pembatasan
semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan
membayarkan dividennya. Tetapi pada situasi buruk (aliran kas lebih
kecil) pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh
perusahaan.
2.1.6 Net Profit Margin (NPM)
Hanafi dan Halim (2005: p.86) menyatakan bahwa net profit margin
merupakan rasio profitabilitas, yang menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Ratio ini
memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase
dari penjualan, ratio net profit margin ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik
produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun
manajemen pajak (Prastowo dan Juliaty,2005: p. 97).
Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk menyisihkan
marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah
menyediakan modalnya dengan suatu risiko. Risiko laba bersih terhadap
penjualan (total pendapatan) pada dasarnya mencerminkan efektivitas biaya/harga
12
dari kegiatan perusahaan. (Helfert, 1997: p. 74). Net profit margin yang tinggi
menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Net profit margin yang rendah menandakan penjualan yang
terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk
tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
2.1.7 Current Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara asset lancar dengan kewajiban
lancar. Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Menurut Fahmi (2011;61), kondisi
perusahaan yag memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai
perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga
dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment
dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
2.1.8 Debt to Equity Ratio
Menurut Riyanto (1997), salah satu rasio yang masuk dalam rasio
solvabilitas/leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan
untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai
banyaknya hutang yang digunakan perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan
perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Perusahaan
13
yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai DER
yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya (Smith dan Watts, 1992).
Hal ini disebabkan manajemen cenderung memilih pendanaan modal sendiri
untuk membiayai pertumbuhan dengan maksud untuk mengurangi masalah-
masalah agensi yang potensial berasosiasi dengan eksistensi hutang yang berisiko
dalam struktur modalnya (Subekti dan Wijaya, 2001). Peningkatan hutang pada
gilirannya akan mempengaruhi peningkatan laba bersih yang tersedia bagi para
pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk
membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Ahmed (2015) meneliti pengaruh profitabilitas dan likuiditas pada
dividend payout ratio. Hasil dari penelitian menunjukkan variabel likuiditas
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio
sedangkan profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Ahmed dan Javid (2009) meneliti pengaruh leverage, net
earnings, ownership structure, liquidity, investment
opportunities, dan size of the firms pada dividend payout ratio,
mendapatkan hasil hanya variabel net earnings, ownership
structure, investment opportunities, dan size of the firm yang
berpengaruh pada dividend payout ratio. Variabel liquidity dan
leverage tidak berpengaruh pada dividend payout ratio.
14
Amidu dan Abor (2006) meneliti pengaruh profitability, cash
flow, tax, risk, growth, instutional holding, dan leverage. Hasil
penelitiannya menemukan variabel profitability, cash flow, dan tax
berpengaruh positif pada dividend payout ratio, sedangkan variabel
risk, growth, instutional holding, dan leverage berpengaruh
negatif pada dividend payout ratio.
Anil dan Kapoor (2008) menggunakan variabel current and
anticipated earnings, liquidity, corporate tax, risk, sales, dan
growth mendapatkan hasil variabel profitability berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan
cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend
payout ratio, dan tidak ada hubungan signifikan untuk variabel
lainnya.
Chang dan Rhee (1990) meneliti pengaruh growth, earning
variability, nondebt tax shield, firm size, dan profitability pada
dividen payout ratio. Hasil penelitiannya menemukan variabel
growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada dividend
payout ratio, sedangkan variabel earning variability, nondebt tax
shield, firm size, dan profitability berpengaruh positif dan
signifikan pada dividend payout ratio.
15
Gill et.al (2010) meneliti pengaruh profitability, cash
flow, tax, sales growth, dan debt to equity ratio pada dividend
payout ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel profit
margin, sales growth, dan debt to equity ratio berpengaruh pada
dividend payout ratio.
Hadiwidjaja dan Triani (2009) yang melakukan penelitian pengaruh
profitabilitas terhadap dividend payout ratio, mendapatkan hasil cash ratio, net
profit margin, dan return on investment berpengaruh signifikan pada dividend
payout ratio.
Handayani (2010) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007 yang
berjumlah 22 perusahaan. Variabel independen yang digunakan adalah return on
asset, debt to equity ratio, current ratio, dan firm size. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya return on asset dan firm size yang berpengaruh
signifikan positif terhadap dividend payout ratio.
Hartadi (2006) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap perusahaan yg go public di
BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalampenelitian ini
hanya ada satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap DPR yaitu cash
position, sedangkan return on asset, debt to equity ratio, dan size tidak
berpengaruh signifikan pada DPR
John and Muthusamy (2010) meneliti pengaruh Growth in sales,
Earnings per share, Price earnings ratio, Market value to book value, Cash flow,
16
Leverage, Liquidity dan Return on assets pada dividend payout ratio pada
Industri Kertas di India. Hasil penelitiannya menemukan bahwa variabel Earnings
per share, Price earnings ratio, dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan
pada dividend payout ratio.
Laksono (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh return on
asset,sales growth, asset growth, cash flow, dan debt to total asset terhadap
dividend payout ratio, yang mengambil sampel 41 perusahaan dari 331
perusahaanyang terdaftar di BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa return on asset dan sales growth berpengaruh signifikan dan positif
terhadap dividend payout ratio, asset growth berpengaruh signifikan dan negatif,
begitu juga dengan debt to total asset yang berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio, sedangkan variabel cash flow tidak berpengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Maladjian & El Khoury (2014) meneliti pengaruh
profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas, pertumbuhan
perusahaan, leverage, dan risiko perusahaan pada dividend payout
ratio di Beirut Stock Exchange antara tahun 2005-2011. Hasil
penelitiannya menemukan variabel profitabilitas, likuiditas,
pertumbuhan perusahaan, leverage dan risiko perusahaan berpengaruh
negatif pada dividend payout ratio, hanya ukuran perusahaan yang
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan pada dividend payout
ratio.
17
Marlina dan Clara (2009) melakukan pengujian terhadap pengaruh
variabel cash position, debt to equity ratio, dan return on asset pada dividend
payout ratio yang mengambil sampel 24 perusahaan dari 142 perusahaan
manufaktur. Dari penelitian ini menunjukan bahwa cash position dan return on
asset mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap dividend payout
ratio, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan pada dividend
payout ratio.
Nadjibah (2008) dalam tesisnya melakukan penelitian tentang pengaruh
variabel asset growth, size, cash ratio, dan return on asset terhadap dividen
payout ratio. Dari penelitian ini menunjukan bahwa asset growth, dan size
berpengaruh signifikan dan negatif, sedangkan cash ratio dan return on asset
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif pada dividend payout ratio.
Nirwanasari (2007) melakukan penelitian pada perusahaan go public yg
terdaftar di Bursa Efek Jakarta mengenai pengaruh variabel rasio Keuangan pada
Dividen Payout Ratio (DPR). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel
return on investment, earnings per share, current ratio, dan quick ratio tidak
berpengaruh signifikan positif pada dividend payout ratio, sedangkan debt to
equity ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap dividend payout ratio.
Pebriana (2009) melakukan penelitian terhadap pengaruh rasio keuangan,
dimana variabel independen yang digunakan adalah earning per share, current
ratio, net profit margin, total asset turn over, return on equity, return on
investment, debt ratio, dan debt to equity ratio. Variabel yang berpengaruh
18
signifikan secara parsial pada dividend payout ratio adalah earning per share dan
total asset turn over.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2004) yang menganalisis
hubungan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 1999-2001. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara
serempak antara current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan return
on investment terhadap dividend payout ratio. Current Ratio (CR) dan Return On
Investment (ROI) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend
payout ratio secara parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) untuk menguji hubungan
antar variabel profitabilitas, leverage, harga saham, serta dividen tunai. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas dan harga saham memiliki
pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan jumlah dividen yang
dibayarkan, sedangkan leverage perusahaan tidak mempengaruhi besarnya jumlah
dividen yang dibayarkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sunarto (2004) yang menganalisis
hubungan kepemilikan manajerial, Investment Opportunity Set (IOS), Return On
Asset (ROA), dan Debt to Equity Ratio (DER) pada Dividend Payout Ratio
(DPR). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dan
Return On Asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio, sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan negatif pada
19
Dividend Payout Ratio. Investment Opportunity Set memiliki pengaruh yang
signifikan positif pada Dividend Payout Ratio.
Puspita (2009) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Adapun variabel-variabelnya
adalah cash ratio, growth, firm size, return on asset, debt to total asset, dan debt
to equity ratio pada dividend payout ratio, dengan mengambil 26 sampel
perusahaan dari 392 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2005 – 2007. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa cash ratio, firm size, dan return on asset
berpengaruh signifikan positif pada dividend payout ratio sedangkan growth
berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio, variabel lain yaitu
debt to total asset dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan pada
dividend payout ratio.
Wahyudi dan Baidori (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh
insider ownership, collateralizable assets, growth in net assets, dan likuiditas
terhadap Kebijakan Dividen. Hasil penelitian menunjukan bahwa insider
ownership memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio,
sedangkan collateralizable, dan likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap
dividend payout ratio, dan growth in net assets berpengaruh signifikan negatif
terhadap dividend payout ratio.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh Net Profit Margin pada Devidend Payout Ratio
Net Profit Margin merupakan rasio yang memberi gambaran tentang laba
untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan (Brigham dan
20
Houston, 2001:89). Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, rasio ini menunjukkan
tingkat efisiensi perusahaan dalam menekan biaya operasi pada periode tertentu.
Maladjian dan El Khoury (2014) dalam penelitiannya
menggunakan net profit margin sebagai proksi dari profitabilitas
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada dividend
payout ratio. Penelitian Chang dan Rhee (2010) menggunakan net
profit margin dan return on assets menyatatakan bahwa kedua
variabel yang mewakili profitabilitas memiliki pengaruh positif
dan signifikan pada dividend payout ratio. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nasrul (2004) menyatakan net profit margin memiliki pengaruh
terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian Gill et.al (2010)
menunjukkan variabel net profit margin berpengaruh pada dividend
payout ratio. Ini juga didukung oleh Hadiwidjaja dan Triani (2009) yang juga
melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur menyatakan bahwa net
profit margin berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
Berdasarkan temuan tersebut maka hipotesis dua dinyatakan sebagai
berikut:
H1: Net Profit Margin berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio
2.3.2 Pengaruh Current Ratio pada Deviden Payout Ratio
Current Ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity
ratios) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan
21
hutang/kewajiban (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (termasuk di dalamnya kewajiban membayar dividen kas yang
terutang).
Penelitian yang dilakukan Ahmed (2015) mendapatkan hasil variabel
likuiditas yang diproksikan oleh current ratio berpengaruh negatif dan signifikan
pada dividend payout ratio. Maladjian & El Khoury (2014) dalam hasil
penelitiannya menyatakan nahwa likuiditas berpengaruh negatif pada dividend
payout ratio. Hasil penelitian Wibisono (2010) menyatakan bahwa current ratio
memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, artinya jika current
ratio meningkat maka dividend payout ratio akan menurun. Selain itu menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wirawati dan Mahaputra (2014), juga
menunjukkan likuiditas dengan proksi current ratio memiliki pengaruh negatif
terhadap dividend payout ratio. Karena jika posisis likuiditas perusahaan kuat
maka kemampuan perusahaan membayar dividen adalah besar, mengingat bahwa
dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan.
Berdasarkan temuan tersebut maka hipotesis dua dinyatakan sebagai
berikut:
H2 : Current Ratio berpengaruh terhadap Devidend Payout Ratio
2.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio pada Deviden Payout ratio
Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima
(Sutrisno, 2001) mengungkapkan Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan
22
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibanya, yang ditunjukkan
oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh
karena itu semakin rendah Debt to Equity Ratio akan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi
hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan
semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya
akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang
saham termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih
diprioritaskan daripada pembagian dividend.
Prihantoro (2003) mengungkapkan semakin tinggi tingkat DER, berarti
komposisi hutang juga semakin tinggi, sehingga akan berakibat pada semakin
rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada
pemegang saham, sehingga rasio pembayaran dividen semakin rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan Gill et.al (2010)
menunjukkan variabel debt to equity ratio berpengaruh pada
dividend payout ratio. John and Muthusamy (2010) dalam hasil
penelitiannya menyatakan variabel leverage berpengaruh negatif dan signifikan
pada dividend payout ratio. Didukung oleh penelitian yg dilakukan oleh Sunarto
(2004) yang menyimpulkan debt to equity ratio berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap dividend payout ratio dan penelitian Nirwanasari (2007) yang
menyatakan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
dividend payout ratio.