bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Peranan Guru BK
Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseliing dalam seting sekolah,
ditujuhkan pada semua siswa, baik yang sifatnya preventif, kuratif maupun
pengembangan. Prinsip ini diajukan atas asumsi bahwa setiap individu pada dasarnya
mempunyai masalah haya saja perbedaannya terletak pada besar atau kecil, berat atau
ringan masalah tersebut. Namun demikian prioritas bantuan diberikan pada siswa
yang menunjukan gejala perilaku salah suai baik dalam belajar, hubungan sosial
maupun dalam penyesuaian diri secara umum dengan tuntutan sekolah. Yang menjadi
kendalah adalah kebanyakan siswa yang bermasalah tidak menunjukan bahwa dirinya
bermasalah. Itulah sebabnya seorang guru BK harus bisa menunjukan perannya yang
baik yang bisa mempengaruhi siswa untuk bisa dengan sukarelah datang kepada guru
BK untuk mengungkapkan permasalahan yang dialaminya. Sehubungan dengan hal
itu, guru BK harus bekerja sama dengan guru mata pelajaran untuk memahami
masalah-masalah yang muncul dalam diri siswa terkait dengan masalah belajar di
kelas.
Selain itu Guru BK juga harus bisa bekerja sama dengan kepala sekolah selaku
penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah dapat mengkoordinir
segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, melakukan
8
pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,
penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling, serta
menyediakan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
Dalam pembahasan berikut ini akan dibahas tentang peranan guru BK menurut
beberapa ahli berikut ini:
Menurut Winkel dan Hastuti (2004) Peranan Guru BK di sekolah adalah:
1. Memberikan pelayanan kepada semua siswa secara merata, dan tidak hanya memberikan
perhatian kepada siswa yang merupakan suatu kasus atau kepada siswa yang memberikan
tanggapan positif kepadanya.
2. Sebagai administrasi, melakukan bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal, melakukan
konseling kelompok dan konseling individual.
3. Menciptakan variasi saluran untuk bekerja sama dengan staf pengajar.
4. Mengembangkan dedikasi aktif terhadap profesinya sendiri.
Menurut Wrenn, (dalam Roosdi, 1988) Peranan Guru BK di sekolah adalah;
“Memberikan konseling kepada siswa dalam hal: (1) Pemahaman diri, pembuatan
keputusan dan perencanaan dengan menggunakan interviu dan situasi-situasi
kelompok; (2) Memberikan konsultasi kepada staf pengajar dan orang tua siswa,
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan pemahaman dan
penanganan siswa; (3) Mempelajari perubahan-perubahan sifat-sifat keseluruhan
siswa serta menginterpretasikan informasi tentang siswa itu kepada administrator dan
komisi pengembangan kurikulum; dan (4) Menampilkan fungsi sebagai perantara
dengan lain-lain sekolah dan sumber-sumber konseling dalam masyarakat, serta
memberikan kemudahan-kemudahan bagi para guru dan siswa”.
9
I. Jumhur dan Moh. Surya (dalam blog.elearning.unesa.ac.id 2012) mengatakan
bahwa peranan guru BK yang paling utama di sekolah adalah memperlancar usaha-
usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk pencapaian tujuan ini
sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak didik. Mereka tidak bisa
mengikuti program-program pendidikan di sekolah disebabkan karena mereka
mengalami berbagai masalah, kesulitan, ataupun rasa ketidakpastian. Disinilah letak
peranan Guru BK, yaitu memberikan bantuan untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga anak-anak lebih berhasil. Suatu program bimbingan yang efektif
menghendaki pelayanan suatu anggota staf yang cakap dan berwewenang disamping
guru-guru biasa. Anggota staf yang dimaksud itu adalah guru penyuluhan atau
Kounselor. Sikap yang ramah dan terbuka yang yang mendasari relasi konselor dan
konseli akan menimbulkan suasana yang baik dan memberikan gambaran yang jelas
kepada anak apa yang dapat diharapkannya dari konselor dari proses konseling.
H. Mohamad Surya (2008) Menjelaskan bahwa dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran
yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan Konseling berperan untuk memberikan layanan
kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan mampu:
1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun kelompok.
2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik
pribadinya.
4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Dalam peranan ini pembimbing membuat program bimbingan dan penyuluhan, baik itu
program tahunan, semesteran/kuartalan, bulanan, mingguan, maupun program harian. Dalam membuat
program, guru BK perlu menentukan langkah-langkah sebagai berikut.
10
a. Mengadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan siswa-siswa sekolah yang bersangkutan.
Kemudian menentukan prioritas masalah/kebutuhan yang akan dilayani.
b. Mengadakan inventarisasi fasilitas yang ada disekolah, yang meliputi: tenaga yang ada yang
dapat menjadi pemikir atau pelaksana program bimbingan, ruang yang dapat dikembangkan,
pelayanan bimbingan yang sudah ada dan yang mungkin dapat dikembangkan, keuangan dan
alat-alat lain yang dibutuhkan.
c. Mempertimbangkan sifat-sifat kas sekolah: tingkat atau jenis sekolah, ukuran sekolah,
lingkungan, sejarah dan tujuan pendidikan sekolah.
d. Menentukan program kerja (program bimbingan atas dasar masalah-masalah yang perlu segera
ditangani program kerja ini akan mencakup rumusan tujuan bimbingan yang ingin dicapai.
e. Menentukan personalia dan pembagian tugas dan tanggung jawab dibuat merata dengan
mempertimbangkan minat, kesempatan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap petugas yang
ada.
f. Peranannya sebagai Administrator Bimbingan.
Perlu diingat bahwa dalam rangka menolong dibutuhkan data dari siswa. Data
yang dicatat adalah data yang mutlak diperlukan, misalnya untuk informasi dan
follow-up dalam bimbingan kelak.
1. Peranannya sebagai Penasehat.
Sehubungan dengan peranan ini pembimbing perlu memikirkan masalah-
masalah tentang:
a. Kapan nasehat akan diberikan dan kepada siapa (siswa)
b. Isi nasehat yang akan diberikan dan bagaimana nasehat akan diberikan
c. Tujuan yang ingin dicapai melalui pemberian nasehat
d. Akibat-akibat yang mungkin timbul dengan pemberian nasihat.
Selanjutnya dalam pemberian nasehat, hendaknya:
1. Pembimbing aktif untuk berpikir untuk mencari, menemukan pemecahan
masalah/pemenuhan kebutuhan siswa.
2. Pembimbing mendorong siswa untuk turut aktif dalam proses pemberian
nasehat.
3. Peranannya Sebagai Konsultan.
11
Dalam peranan ini pembimbing mungkin berkonsultasi dengan guru, orang tua
atau petugas (ahli) dari bidang yang berlainan dalam rangka menolong siswa.
Sehubungan dengan peranan ini agar pertolongan berhasil maka pembimbing perlu:
1. Mengidentifikasi masalah/kebutuhan siswa yang akan dikonsultasi
2. Mengidentifikasi kesulitan yang dialaminya dalam menolong siswa.
3. Membuat program bersama untuk menolong sampai pelaksanaannya
4. Mengadakan evaluasi atas dasar hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program
yang sudah ditentukan.
5. Mengembangkan program dan tindak lanjut
4. Pembimbing sebagai Pemberi Informasi (informan)
Tugas utama pembimbing dalam peranan ini adalah memberikan informasi.
Informasi tersebut diberikan kepada siswa dengan cara wawancara, ditulis (dalam
buletin, majalah, surat kabar) dan dikusi. Sehununagan dengan peranan ini,
pembimbing dalam rangka menolong siswa perlu:
a. Mencari/mengumpulkan informasi yang diperlukan siswa dan menyimpannya.
b. Menyeleksi informasi yang sesuai dengan masalah atau kebutuhan siswa.
c. Memberikan informasi kepada siswa pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang terbaik dan atas dasar pemikiran bahwa siswa mampu mengambil
keputusan sendiri (jika tidak perlu diadakan diskusi dengan pembimbing)
d. Menerbitkan informasi untuk kepentingan umum.
5. Pembimbing sebagai Tester.
Salah satu teknik pengumpulan data dalam rangka memahami siswa adalah
testing, khususnya tes psikologi yang mencakup tes bakat, minat, kecerdasan dan
kepribadian. Sehubungan dengan peranan ini pembimbing haruslah:
a. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang testing.
12
b. Memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk mengadakan atau
menyelenggarakan tes.
c. Menyediakan alat-alat tes yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
menolong siswa.
6. Pembimbing sebagai penatar bimbingan dan penyuluhan (Trainer).
7. Pembimbing Sebagai Konselor/Penyuluh
Sehubungan dengan peranan ini, tugas pembimbing adalah mengadakan
konseling. Agar ia berhasil, maka dalam konseling haruslah ia melakukan
a. Untuk persiapan: menyiapkan tempat, berusaha memahami kesulitan/masalah
siswa dan mempelajari data sisaw.
b. Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan siswa: mengadakan perkenalan
dengan siswa, menanyakan hal-hal yang bersifat identitas dan tidak berbicara
langsung kepada persoalan siswa
c. Selama proses konseling berlangsung (isi konseling): memikirkan inti masalah
siswa, selalu melihat hubungan antara yang dibicarakan dengan inti masalah,
menghubungkannya jika pembicaraan siswa terlalu menyimpang.
d. Menutup konseling pada saat yang tepat, merangkum keputusan-
keputusan/kesimpulan-kesimpulan yang ditemukan dan membuat rencana bagi
langkah selanjutnya.
Yusuf dan Juntika (2008), menerangkan tentang kekeliruan menafsirkan arti
bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Bimbingan Identik dengan Pendidikan.
b. Bimbingan hanya untuk Siswa-siswa yang salah suai (maladjusted).
c. Bimbingan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan.
d. Bimbingan diperuntukan bagi siswa sekolah lanjutan.
e. Bimbingan adalah usaha untuk memberikan nasehat.
f. Bimbingan menghendaki keputusan dalam tingkah laku.
g. Bimbingan adalah tugas para ahli.
13
Menurut Jeanette (2005) peran guru BK adalah sebagai berikut
a. Sebagai konselor ; untuk mencapai sasaran intrapersonal dan interpersonal,
mengatasi defisit pribadi dan kesulitan perkembangan, membuat keputusan dan
memikirkan rencana tindakan untuk perubahan dan pertumbuhan, meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan.
b. Sebagai konsultan; agar mapu bekerja sama dengan orang lain yang
mempengaruhi kesehatan mental klien.
c. Sebagai agen pengubah; mempunyai dampak/pengaruh atas lingkungan untuk
meningkatkan berfungsinya klien
d. Sebagai agen prevensi primer; mencega kesulitan dalam perkembangan dan
coping sebelum terjadi.
e. Sebagai manajer; untuk mengelola program pelayanan multifaset yang berharap
dapat memenuhi berbagai macam ekspektasi peranan.
Dari berbagai literature di atas, maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa
peranan Guru BK di Sekolah adalah
a. Menyusun program Bimbingan dan Konseling bersama kepala sekolah.
b. Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan
Bimbingan dan Konseling.
c. Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.
d. Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin
berkembang.
e. Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya
yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.
f. Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana
tindakan positif terhadap siswa.
g. Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
h. Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan
menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.
i. Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan
program Bimbingan dan Konseling dan memimpin usaha survey dalam
masyarakat sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang
terbuka.
14
j. Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan
kurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat dan kebutuhannya.
k. Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian
metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah
masing-masing siswa.
l. Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa mengadakan kunjungan rumah
(home visit).
1.2. Persepsi Siswa terhadap Peranan Guru BK
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan inderanya agar memberi makna kepada
lingkungannya. Persepsi tersebut seringkali berbeda dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Hal ini karena perilaku manusia seringkali didasarkan pada persepsi
terhadap kenyataan, bukan mengenai kenyataan itu sendiri. Untuk itu, dapat dipahami
bahwa pada objek yang sama persepsi dan perilaku seorang siswa akan berbeda-beda.
Persepsi dapat mengalami perbedaan dan penyimpangan dari objek yang
sebenarnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi subjek dan objek yang terkait dengan
stimulus atau informasi yang diterima seseorang. Demikian juga siswa dalam menilai
peranan guru BK, tentu saja akan berbeda antara siswa satu dengan yang lain.
Persepsi negatif siswa terhadap guru BKmerupakan pandangan atau pendapat
siswa yang negatif terhadap konselor sekolah. Yang menentukan persepsi bukan jenis
atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan stimuli itu. Artinya
bahwa seseorang mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun
stimuli yang diterima itu tidak lengkap, orang akan mengisinya dengan interpretasi
yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.
15
Persepsi terjadi karena adanya rangsangan (stimulus) yang diterima oleh panca
indera individu. Dari persepsi akan dinalar dan kemudian akan muncul suatu
tanggapan (respon) dari individu tersebut terhadap objek yang diamati. Persepsi
positif timbul karena adanya stimulus positif yang diterima oleh panca indera
individu. Misalnya, seseorang yang murah senyum dan ramah, akan dipersepsi
sebagai orang yang baik. Sedangkan persepsi negatif terjadi karena adanya stimulus
yang negatif (kurang baik) yang diterima atau ditangkap oleh panca indera individu.
Misalnya, seseorang yang cemberut dan berbicara dengan nada suara yang agak
tinggi, maka orang itu akan dipersepsikan sebagai orang yang galak.
Dalam pembahasan selanjutnya dibahas pengertian persepsi menurut para ahli,
adalah sebagai berikut:
Persepsi adalah “suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat
tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan
belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Walgito (2001) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan
dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.
Menurut Desideranto dalam psikologi komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003) persepsi
adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh
16
pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan demikian dapat
dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.
Berdasarkan berbagai pandangan dari beberapa tokoh diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah hasil dari seseorang
individu menilai atau mengorganisasi dan menafsirkan maksud-maksud informasi
untuk memberi makna atau arti tentang suatu objek, benda, orang, atau kejadian yang
dialami sehari-hari sehingga berpengaruh terhadap cara berpikir dan perilakunya.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu
dalam usahanya mengenal sesuatu iyang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus
yang ditangkap indera dari suatuobjek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman
tentang stimulus tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri
individu saat menerima stimulus dari lingkungannnya.
1.3. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja,
tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai
hasil aksi dan reaksi.
Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui
beberapa tahap sebagai berikut:
17
1. Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut
ditangkap oleh alat indera.Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan
dengan segi fisik. Prosestersebut dinamakan proses kealaman.
2. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke
otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut
proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan otak
selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang
diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam
hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu
mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai
alat inderanya
Proses persepsi individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu
berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan.
Berdasarkan atas pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,maka persepsi
berkaitan dengan tingkah laku. Oleh sebab itu individu (siswa)yang persepsinya
positif tentang objek, ia akan bertingkah laku positif tentang objek itu. Persepsi siswa
tentang peranan guru BK di sekolah akan mempengaruhi kepribadian siswa di
sekolah, apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap peranan guru
Bk di sekolah tersebut, maka siswa akan memiliki motivasi untuk bisa terbuka
dengan guru BK di sekolah, demikian juga sebaliknya.
18
Proses persepsi menurut Mar’at (dalam Sunarti 2011) adanya dua komponen
pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses
penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera
terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang
mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti
dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka.
Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan
informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasiitu
terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini
dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang
dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian
sebaliknya, selain itu adanya pengalaman langsung antara individudengan objek yang
dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Sunarti 2011)
sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah
mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan
“interpretation”, begitu juga berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi
pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses
penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.
Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan
19
yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlansung ketika yang
bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara
menyeluruh.
Siagian, (1994) mengemukakan bahwa komponen-komponen yang
mempengaruhi persepsi ada tiga faktor , yang meliputi:
1) Pelaku persepsi
Apabila seorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan
apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
dan pelaku persepsi individu itu, seperti sikap, motif, kepentingan minat,
pengalaman dan pengharapan.
2) Sasaran/objek
Karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan, sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa.
3) Situasi
Unsur lingkungan sekitarnya bisa mempengaruhi persepsi kita. Jadi persepsi
harus dilihat secara kontekstual, artinya dalam situasi mana persepsi itu timbul
perlu mendapat perhatian.
Mencermati ketiga faktor yang mempengaruhi persepsi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap persepsi adalah
pelaku persepsi itu sendiri. Hak itu dikarenakan hal-hal yang mendasari setiap
20
individu dalam memberikan persepi terhadap sesuatu hal itu sangat bergantung pada
masing-masing individu.
2.5. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan disajikan beberapa Penelitian yang relevan yang berhubungan
dengan persepsi siswa terhadap peranan guru BK, yakni sebagai berikut.
Penelitian Hera, (2007) tentang persepsi siswa terhadap peranan guru BK
dalam mengembangkan life skills SMK Surakarta, menyimpulkan bahwa guru BK
belum memaksimalkan peranannya sebagai seorang konselor yang dapat
meningkatkan life skills SMK sehingga banyak siswa SMK yang tidak memiliki daya
saing di dunia kerja dan sulit mendapatkan kerja sesuai bidangnya.
Penelitian Ismunandar, (2009) tentang persepsi siswa terhadap peran guru BK
dalam meningkatkan motivasi berlajar siswa kelas III di SMP MA’ Arif Sultan
Agung, Seyengan, Sleman Yogyakarta, menyimpulkan bahwa peran guru BK dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III sudah baik, dengan ditandai
peningkatan para siswa terutama siswa kelas III kembali bersemangat dalam belajar.
Penelitian Devina tentang Persepsi siswa terkahadap Peranan guru BK dalam
melaksanakan bimbingan belajar di SMAN 2 Semarang, menyimpulkan bahwa
peranan Guru BK dalam melaksanakan perannya sudah baik, yakni 80% siswa
menyatakan bahwa guru BK sudah melaksananperanannya dengan baik.
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini bahw persepsi siswa terhadap
peranan guru BK di SMAN 2 Salatiga adalah sebagai berikut.
a. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK dalam bekerja sama dengan guru
Matapelajaran adalah baik.
21
b. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK dalam bekerja sama dengan kepala
sekolah adalah baik
c. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK Sebagai seorang Konselor adalah baik
d. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai perancang Program Bimbingan
dan Konseling adalah baik
e. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai Penasehat adalah baik
f. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai Konsultan adalah baik
g. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai Pemberi Informasi adalah baik