bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran...
TRANSCRIPT
17
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Price Fairness
2.1.1.1 Price Fairness bagian dari Hospitality Marketing.
Pemasara adalah hal yang penting untuk dilakukan dengan bbenar, karea
pemasaran sendiri berkaitan secara langsung dengan konsumen/tamu menurut
The American Marketing Association dalam kotler dan keller (2016, hlm. 27)
mendefinisikan pemasaran sebagai berikut,
“Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating,
communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for
customers, clients, partners, and society at large”.
Pemasaran adalah aktivitas, mengatur institusi, dan proses untuk
menciptakan, berkomunikasi, memberikan, dan bertukar penawaran yang
memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.
Konsep pemasaran adalah mengenai terciptanya kepuasan pelanggan atas
apa keinginan dan kebutuhan yang diperlukannya. Tjiptho dan Chandra (Edisi 2
hlm. 19) Filosofi pemasaran mengalami evolusi dari orientasi internal (inward-
looking). Artinya, pemasaran beralih dari yang semula menekankan “try to sell
what i can make” menjadi “try to make what i can sell. Orientasi internal
tercermin dalam konsep produksi, konsep produk dan kosep penjualan, sedangkan
orientasi eksternal direfleksikan dalam konsep pemasaran dan pemasaran sosial.
Kendati demikian, setiap konsep memiliki keunikan dan konteks aplikasinya
masing-masing.
Secara ideal pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap untuk
membeli. Sehingga kegiatan yang diperlukan adalah menyediakan produk dan
jasa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kegiatan pemasaran yang dilakukan selalu
berdasarkan kebutuhan pelanggan Peter dan Drucker (dalam Kotler dan Keller,
2012, hlm. 5). “Pemasaran harus dipahami dalam arti harus bisa memuaskan
kebutuhan pelanggan, jika pemasar memahami kebutuhan pelanggan dengan
mengembangkan produk yang memberikan nilai pelanggan dan harga yang
unggul, mendistribusikan dan mempromosikan mereka secara efektif, produk ini
akan terjual dengan mudah”.
18
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“marketing is the process by which companies create value for customer
and society, resulting in strong customer relationship that capture value
from the customer in return”Kotler dan Makens (2014, hlm. 11).
pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi
pelanggan dan masyarakat, sehingga terdapat hubungan konsumen yang kuat
ditangkap dari nilai sebagai timbal balik pelanggan.
“Marketing is the business philosophy that places the customer at the
center of a hosptality organizations purpose hopitality companies
recognize the developing long-term relantionship with customers is
mutually beneficial” Bowie dan Buttle (2013, hlm. 7).
Pemasaran adalah filosofi bisnis yang menempatkan pelanggan sebagai hal
yang paling utama dari perusahaan dalam organisasi hosptality, memperluas relasi
jangka panjang dengan pelanggan adalah hal yang saling menguntungkan.
Hospitality marketing memiliki beberapa core product diantaranya adalah
Hospitality marketing mix yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
permintaan dalam penjualan, menurut Bowie dan Francis Buttle (2013, hlm. 31)
“the hospitality marketing mix is the term marketing mix is used to describe the
tools that the marketer uses to influence demand. the marketing mix is a core
concept in marketing”.
Istilahbauran pemasaran digunakan untuk menggambarkan alat-alat yang
digunakan pemasar untuk mempengaruhi permintaan. bauran pemasaran adalah
konsep inti dalam pemasaran. Adapun hospitalitymarketing mix terdiri dari :
1. Product/service offer
produk dan jasa perhotelan terutama dirancang untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelancong bisnis maupun rekreasi. contoh
produk hotel adalah sebagai berikut, akomodasi seperti kamar,
makanan dan minuman, dan fasilitas untuk berbisnis.
2. Location.
Suatu lokasi yang cocok untuk ditawarkan terhadap layanan yang
dipilih adalah hal yang benar-benar penting untuk sebuah organisasi
perhotelan. keputusan lokasi fokus pada di mana bisnis perhotelan
harus membangun, membeli, waralaba atau menyewa situs dari mana
beroperasi.
3. Price.
Dalam marketing mix harga adalah hal yang dianggap penting,
19
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keputusan harga sebuah organisasi yang di buat perhotelan adalah
sebagai berikut, pengaturan tarif, menyetujui tingkat diskon,
penentuan seluruh harga termasuk paket, dan harga khusus promosi.
4. distribution
distribusi di hospitality ini berkaitan dengan bagaimana sebuah
perusahaan dapat membuatnya tepat waktu dan nyaman bagi
pelanggan potensial untuk produk perhotelan langsung dari perusahaan
perhotelan atau melalui perantara.
5. Marketing Commnication
komunikasi pemasaran mencakup semua alat yang tegas perhotelan
dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan karyawan pelanggan
dan pemangku kepentingan lainnya.
6. Physical environment.
Physical environment. terdiri dari fitur nyata dari tawaran perhotelan -
penampilan luar tempat dan tata letak internal.
7. Proces.
Karena produksi dan konsumsi lazim di layanan perhotelan simultan,
proses melalui mana pelanggan membeli dan mengkonsumsi produk
perhotelan sangat penting penting bagi pemasar
8. People
dalam pelayanan bauran pemasaran, manusia adalah termasuk
karyawan dan pelanggan, kita telah membahas bagaimana pelanggan
perhotelan berinteraksi satu sama lain, di hotel dan atau tempat
bermain lingkungan tertentu, hubungan yang baik antara pelanggan
merupakan unsur penting dari produk sukses.
Dalam hal ini price adalah hal yang penting untuk menjadi strategi
dalam meningkatkan profit dan menjadi pertimbanga tamu untuk menginap,
pricing strategi diperlukan untuk menentukan sebuah harga, agar harga tersebut
layak untuk di perjualkan. Menurut Kotler dan Keller (2016)
Price is the one element of the marketing mix that produces revenue; the
other elements produce costs. Price also communicates the company‟s
intended value positioning of its product or brand. A well-designed and
marketed product can still command a price premium and reap big
profits strategy. (hlm. 283).
20
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Harga adalah salah satu unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan; elemen lain menghasilkan biaya. Harga juga mengkomunikasikan
posisi terhadap nilai perusahaan dari produk atau merek, Sebuah produk yang
dirancang dan dipasarkan tetap dapat memberikan harga premium dan menuai
strategi profit yang sangat besar. Selain itu harga bisa saja mejadi pertimbangan
tamu untuk menginap. (Anthony, 2012, hlm. 30).
Ferrell dan Hartline (2011, hlm. 21) mengatakan bahwa, harga merupakan
elemen utama strategi bauran pemasaran yang akan menciptakan konflik antara
motivasi penjual dan pembeli. Jika elemen bauran pemasaran yang lain relatif
bersifat stabil, penetapan harga justru sebaliknya bisa dinegosiasikan. “When
customers see all competing products as offering the same features and benefits,
their buying decisions are primarily driven by price.” Maksudnya, ketika semua
pesaing menawarkan produk yang memiliki kesamaan fitur dan manfaat, maka
keputusan pembelian para pelanggan pada akhirnya akan dikendalikan oleh harga
produk. Ferrell dan Hartline (2011:23)
Dalam Pariwisata “pricing strategi adalah hal yang di anggap penting
karena Pariwisata merupakan salah satu industri yang paling non-transparansi
harga, Misalnya penetapan harga yang dinamis terjadi pada maskapai, penyewaan
mobil dan hotel-hotel” (Chung, 2010, hlm. 1). Penetapan harga yang wajar dan
adil atau price fairness dirasa sangat penting karena seseorang akan sangat
merasakan ketidak wajaran jika sedikit saja manfaat yang diterima tamu tidak
sebanding dengan harga yang telah mereka bayar, jika tamu merasakan unfairness
maka tamu akan merasakan hal itu lebih lama setelah pembelian yang akan
menyebabkan tamu membandingkan produk dan jasa yang kita jual dengan
produk dan jasa yang lain. Terdapat Penelitian tentang price fairness dalam
pariwisata juga dalam temuan terdahulu yang menyatakan bahwa orang lebih
cenderung melihat unfairness atau ketidakwajaran harga terhadap jasa daripada
produk (Bolton et al, 2003 dalam Chung, 2010:1).
2.1.1.2 Konsep Price
Adalah hubungan yang jelas antara harga yang pelanggan harus bayar dan
harapan kualitas pelanggan. semakin tinggi harga, semakin tinggi harapan tamu
dalam mengalami pembelian terhadap kamar di Hotel.
21
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
price is an indicator and a measure of quality, particularly in the absence
of other cues. Price plays an important part in establishing customer
perceptions of a product and of a company or brand positioning in the
market place” Bowie dan Butle (2013, hlm. )
Harga merupakan indikator dan ukuran kualitas, terutama dengan tidak
adanya isyarat lainnya. Harga berperan penting dalam membangun persepsi
pelanggan dari produk dan dari perusahaan atau posisi merek di pasar.
Dalam strategi pemasaran, harga adalah hal penting untuk memenuhi
suatu profit atau memenuhi biaya produksi, harga yang rendah bisa membuat
perusahaan lebih unggul dari pesaing. “revenue management, incorporates market
segmentation, timing (demand and supply management) as well as
pricing”Sanchez and Satir(dalam El Hadad et al, 2015, hlm. 263).
Revenue managament, menggabungkan segmentasi pasar, waktu
(permintaan dan manajemen pendatan) serta harga.
“The concept of „dynamic pricing‟ lies at the heart of hotel pricing
strategies, whereby prices frequently vary by channel, product, customer,
and time, as a result of changes in supply and demand information and
condition (such as events, demand changes, and competitor‟s
action”Legoherel et al. (El Hadadet al, 2015, hlm. 263).
Konsep 'harga dinamis' terletak di jantung strategi harga Hotel, dimana
harga sering bervariasi sesuai alur dari, produk, pelanggan, dan waktu, sebagai
akibat dari perubahan penawaran dan permintaan informasi dan kondisi (seperti
peristiwa, perubahan permintaan, dan tindakan pesaing), akan tetapi hal ini justru
memicu pesepsi ketidak wajaran yang di rasakan oleh tamu, karena mereka
menerima harga yang berbeda. Dalam hal ini perubahan suatu harga dalam sebuah
Hotel dianggap penting untuk dilakukan sebagai strategi harga, misalnya dalam
hari-hari tertentu harga menjadi turun dan stabil atau Hotel mempunyai paket
menginap dalam berbagai produk dengan harga yang berbeda.
2.1.1.3 Konsep Fairness
Konsep fairness sangat berkaitan dengan konsep pemasaran, karena
dalam konsep ini memiliki tunjuan untuk meraih hasil sama dengan tujuan dimana
dilakukannya suatu pemasaran yaitu untuk meraih hasil penjualan. Bolton et al.
(2003) mendefinisikan fairness sebagai pertimbangan apakah sebuah hasil dan
atau proses untuk meraih hasil tersebut adalah beralasan, bisa diterima, dan
pantas. Dapat dikatakan bahwa fairness adalah suatu usaha agar apa yang
22
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan menjadi beralasan, dapat diterima kebenarannya, yang artinya fairness
berkaitan dengan penciptaan suatu kewajaran.
Fairness secara keseluruhan membicarakan soal kepantasan, keadilan dan
kewajaran maksudnya semua orang berhak mendapatkan hak yang sama adil sama
rata dan wajar. Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai
perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang
timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan yang berlaku.
Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara
baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan
pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi
perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan
seperti disebutkan di atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor
dan menjamin perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam
perusahaan.
Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar
bisa diberlakukan secara efektif. Syarat itu berupa peraturan yang jelas, tegas,
konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta efektif. Secara teoritis “fairness
memiliki akar di dalam theory of justice atau teori keadilan yang diadaptasi dari
teori ekuitas dan pertukaran sosial” Patterson et al.(dalam Worthington & Devlin,
2013, hlm. 291).
2.1.1.4 Konsep Price Fairness
Pentingnya menetapkan harga yang pantas untuk meraih suatu keuntungan
dalam suatu perusahaan, karena penetapan harga tersebut akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan dalam perusahaan, perusahaan harus lebih teliti
dan cerdas untuk menetapkan suatu harga yang pantas. The business unit‟s key
objective for the period may be to increase the rate of return on investment.
Managers can increase profit by increasing revenue and reducing expenses. They
can grow revenue, in turn, by increasing market share and prices (Kotler &
Keller, 2016, hlm. 47). Tujuan utama unit bisnis untuk periode mungkin untuk
meningkatkan tingkat pengembalian investasi. Manajer dapat meningkatkan
keuntungan dengan meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya. Perusahaan
dapat meningkatkan pendapatan, pada gilirannya, dengan meningkatkan pangsa
23
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pasar dan harga. Pada hakikatnya harga yang tinggi akan membuat hotel kalah
dalam pangsa pasar yang ada, karena beberapa hotel dirasa telah melakukan
strategi dalam harga untuk menjatuhkan pesaing dengan cara meggunakan harga
dibawah harga pesaing.
Firms work to achieve the lowest production and distribution costs so they
can underpricecompetitors and win market share. They need less skill in
marketing. The problem is that other firms will usually compete with still-
lower costs and hurt the firm that rested its whole future on cost. Michael
(Kotler & Keller, 2016, hlm. 74).
Secara keseluruhan kepemimpinan biaya Perusahaan bekerja untuk
mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga mereka bisa underprice
dari pesaing yang akan berdampak terhadap unggul dalam pangsa pasar,
perusahaan membutuhkan sedikit keterampilan dalam pemasaran. Masalahnya
adalah bahwa perusahaan biasanya akan bersaing dengan harga yang relatif
rendah dan menjatuhkan perusahaan yang masih mempunyai harga tinggi. Hal ini
berhubungan dengan keterkaitan terhadap tamu dengan price fairness.
Price fairness is the judgment of and comparison between the buyer‟s
perceived reference price and the seller‟s actual prices. Price fairness adalah
pandangan dan perbandingan antara harga referensi yang dirasakan pembeli dan
harga aktual penjual El Hadad et al (2016, hlm.265 ). Dalam hal ini price fairness
dapat diartikan sebagai pandangan tamu terhadap referensi harga atau harga yang
sudah dirasakan, dengan harga yang sebenarnya, yaitu harga yang telah dirasakan
oleh tamu.
Price fairness di definisikan sebagai penilaian konsumen dan keterkaitan
emosi dimana perbedaan antara harga yang dijual dan harga diberikan dari pihak
lain apakah wajar diterima dan dibenarkan. “Price fairness berkaitan dengan
strategi penetapan harga karena konsumen biasanya memikirkan harga dulu ketika
mereka ingin membeli produk atau jasa dan harga membantu menentukan
keputusan konsumen” (Maxwell, 2008). Itu berarti Price fairnes berkaitan dengan
bagaimana perusahaan atau hotel melakukan manajerial terhadap harga yang akan
dikeluarkan, dan harga tersebut bisa diterima oleh tamu dan menjadi referensi
harga untuk melakukan pembelian. El Hadad et al. (2015)
Three streams of literature have been traced to price fairness. The first is
associated with distributive and procedural justice, the second is
connected to the dual entitlement principle, and the third is related to the
concept of reference transaction and reference price. (hlm. 266).
Tiga litelatur telah di uji terhadap price fairness. Yang pertama
berhubungan dengan keadilan distributif dan prosedural, yang kedua terhubung ke
prinsip hak ganda, dan yang ketiga adalah berkaitan dengan konsep transaksi
24
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
referensi dan harga referensi. Selain itu juga Price fairness berhubungan antara
hotel dan tamu mencerminkan perlakuan hotel terhadap tamu, bagaimana hotel
bisa menunjukan kehormatan dan kejujuran mengenai produk dan jasa dengan
harga yang aktual. price fairness mencerminkan pelayanan papan-atas dan
kejujuran dalam berhubungan, sehingga dapat mengembangkan kepercayaan.
Itulah yang harus dilakukan perusahaan untuk meraih kesuksesan (Maxwell,
2008).
Persepsi dalam kewajaran harga adalah hal yang diutamakan dimana
persepsi kewajaran harga menurut Kimes(dalam El Haddadet al, 2015, hlm. 265)
“Customers‟ perception of fairness is related to an organization‟s long-term
profitability”.Customers‟ perception of fairnessadalah terkait dengan organisasi
profitabilitas jangka panjang, dimana persepsi ini akan di ingat konsumen dengan
jangka waktu yang cukup lama, tamu akan merasa terkesan jika harga yang
pernah dibayar itu wajar, sebaliknya konsumen akan merasa kecewa jika harga
yang pernah tamu bayar itu tidak wajar, tidak adil atau tidak sepadan dengan
produk dan jasa yang didapatkan, persepsi tersebut akan menjadi evaluasi ketika
tamu akan melakukan pembelian ulang berikutya.
Hal ini akan mengakibatkan terhadap persepsi tamu terhadap harga yang
diberikan oleh Hotel, persepsi ini akan berdampak terhadap baik buruknya suatu
hotel karena Kewajaran harga menjadi faktor yang paling utama di lihat oleh
tamu, setelah tamu membeli produk dan jasa hotel, tamu akan secara otomatis
merasakan atau mengevaluasi atas harga yang telah dibayar dengan manfaat yang
mereka terima, tamu akan bertindak atau merespon dengan perilaku yang sangat
besar atau berlebihan ketika harga yang dirasakan tidak wajar atau tidak adil, tidak
seperti ketika tamu merasakan harga yang cukup wajar atau adil.
berarti jika perusahaan atau Hotel tidak menetapkan harga yang dirasa
wajar hotel akan mengalami kerugian atau kekalahan terhadap pesaing, manajerial
Hotel harus memahami keinginan tamu dan menghargai dari harga yang harus
dibayar oleh tamu, karena persepsi tentang price fairnes atau keadilan dan
kewajaran tentang harga akan berdampak terhadap profit perusahaan. “Ketika
perbedaan harga tidak menguntungkan mereka, maka akan timbul emosi-emosi
negatif seperti permintaan yang bekurang, dan akan berdampak terhadap profit
25
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bisnis jika berkeputusan tidak untuk membeli, mengurangi minat untuk
bertransaksi dengan penjual, dan memberi keluhan “Xia et al. (dalam Michael,
2012).“Konsumen akan merespon secara drastis jika timbul suatu ketidak wajaran
dan hal tersebut menggambarkan bagian emosional dalam membuat keputusan
finansial dimana konsumen dapat merasa kecewa ketika menurutnya harga
tersebut tidak wajar” Anderson & Simester (dalam Ahmat et al, 2011, hlm. 24) hal
tersebut akan menyebabkan timbulnya tamu mengalami perasaan kecewa dan
berdampak terhadap persepsi price fairness dimana persepsi itu timbul untuk
menilai baik buruknya, wajar tidaknya suatu penetapan harga sebuah Hotel.
Persepsi price fairness Mengenai apakah selisih antara produk atau jasa
sebuah perusahaan dan itu beralasan, dapat diterima, atau pantas. “Konsumen
melihat derajat persamaan ketika mengevaluasi perbedaan harga dan standar harga
yang berlaku di setiap waktu, harga yang dibayarkan oleh konsumen lain, atau
harga perusahaan lain dalam kategori yang sama” Xia et al. (dalam Michael, 2012,
hm. 3 ). Setelah itu tamu akan berperilaku buruk ketika mempunyai persepsi
harga yang negatif atau dirasa tidak wajar, negative price fairness perceptions
trigger negative emotions such as disappointment and anger which may lead to
consequent negative behavioral intentions. “Negative price fairness perceptions
memicu emosi negatif seperti kekecewaan dan kemarahan yang dapat
menyebabkan niat perilaku negatif seperti ., intentions to spread negative word-
of-mouth,complain, switch to competitors, seek legal action” Xia et al. (dalam
matila, 2011. hlm. ).
“Economic realities have caused many consumers to reevaluate what they
are willing to pay for products and services, and companies have had to
carefully review their pricing strategies as a result”Kotler dan Keller
(2016, hlm. 283)
Realitas ekonomi telah menyebabkan banyak konsumen untuk
mengevaluasi kembali apa yang mereka bersedia membayar untuk produk dan
jasa, dan perusahaan harus hati-hati meninjau strategi harga mereka sebagai
hasilnya. Menurut pandangan konsumen harga biasanya didefinisikan sebagai apa
yang harus mereka serahkan untuk nenbeli suatu produk atau jasa, dari teori ini
dapat disimpulkan bahwa price fairness sangat berperan penting terhadap
kelangsungan penjualan Hotel dimana tamu mempunyai persepsi tentang harga
26
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah mereka bayar, manajerial Hotel harus mengatur harga sebaik mungkin
agar menimbulkan persepsi yang baik.
2.1.1.1.5 Faktor yang mempengaruhi Price Fairness
Pada dasarnya penetapan harga yang wajar atau price fairness dipengaruhi
oleh berbagai aspek baik dari pihak perusahaan itu sediri maupun dari market
share perusahaan dimana perusahaan akan menekankan harga yang dirasa wajar
atau harga rendah agar tamu mersakan manfaat dari produk dan jasa yang diterima
sangat bermanfaat seperti teori yang dikemukaan Kotler & Keller (2016) seabagai
berikut.
Some companies want to maximize their market share. They believe a
highersales volume will lead to lower unit costs and higher long-run
profit, so they set the lowest price, assuming the market is price sensitive.
The company would build a large plant, set its price as low as possible,
win a large market share, experience falling costs, and cut its price further
as costs fell, ( hlm. 491)
Beberapa perusahaan ingin memaksimalkan pangsa pasar mereka. Mereka
percaya lebih tinggi volume penjualan akan menyebabkan biaya unit yang lebih
rendah dan keuntungan jangka panjang yang lebih tinggi, sehingga mereka
menetapkan harga terendah, dengan asumsi pasar adalah harga sensitif.
Perusahaan akan membangun pabrik besar, menetapkan harga serendah mungkin,
memenangkan pangsa pasar yang besar, pengalaman penurunan biaya, dan
memotong harga lebih lanjut sebagai biaya jatuh.
Evaluasi dari tamu saat mereka telah membeli produk dan jasa hotel
berdampak kepada keinginan harga yang wajar atau price fairness dalam suatu
pembelian mereka dimana tamu atau tingkat wawasan tamu dirasa banyak
memegang andil dalam pengaruh terciptanya price fairnes di perusahaan/Hotel,
dimana price knowlage adalah kemampuan konsumen untuk menjaga suatu harga
dalam pemikiran mereka dan kejelian mereka dalam memilih harga.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya faktor yang mempengaruhi price
fairness ada dua yaitu aspek wawasan dan pengalaman konsumen, wawasan
adalah bagaimana seseorang mengetahu suatu pokok permasalahan dari apa yang
mereka tahu baik dari teori atau praktek secara langsung, tamu melakukan
referensi harga memilih-milih harga melalui wawasan yang tamu punyai, selain
itu pengalaman tamu tentang apa yang telah mereka beli akan menghasilkan
27
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
persepsi pada produk dan jasa yang telah tamu terima sebelumnya, persepsi ini
akan menjadi pendorog untuk tamu mebandingkan suatu harga yang dianggap
wajar. “Tingkat wawasan seseorang tentang harga, biaya dan laba bisa menjadi
kontribusi terhadap persepsi ketidak wajaran suatu harga”Bolton et al ( dalam
ahmat et al, 2003, hlm. 25). Akan tetapi “frekuensi pembelian tidak akan
menambah pengetahuan seseorang terhdap harga melainkan hanya menambah
kepercayaan seseorang terhadap kekuatan harga yang dibeban kan kepada
mereka” Diaz dan petchl (dalam ahmat et al, 2008, hlm 25).
pengalaman sangat penting terhadap persepsi harga yang diberikan tamu
kepada Hotel, pengalaman akan membentuk ingatan tamu terhadap apa yang telah
mereka bayar dan mereka dapatkan. “konsumen memberikan dugaan, interpretasi
subjektif, kesimpulan berdasarkan pengalaman masalalunya, atau penilaian yang
tergesa-gesa” Ahmat et al.(2011, hlm. 26). “Pengalaman pada umumnya terdiri
dari wawasan atau kemampuan atau penyelidikan tenntang sesuatu yang diperoleh
setelah terlibat atau setelah mejelajahi sesuatu tersebut” Sinclair (dalam ahmat et
al, 2011, hlm. 26).
Faktor pembentuk price fairnes dapat di pengaruhi oleh kognitif atribut
dan price comparison dan dapat berdampak perilaku minat yang menguntungkan
(perilaku loyal dan rela untuk membayar lebih, atau perilaku tidak royal (keluhan
dan perlakuan tidak baik) melaui respon emosi yang tidak baik.
2.1.1.6 Definisi Price Fairness
TABEL 2.1
DEFINISI PRICE FAIRNESS
No AHLI DEFINISI
1. Martin-Consuegra et
al ( El Hadad et al,
2016, hlm. 265)
Price fairness is the judgment of and
comparison between the buyer‟s
perceived reference price and the
seller‟s actual prices.
Harga keadilan adalah pandangan dan
perbandingan antara harga referensi
yang dirasakan pembeli dan harga
aktual penjual.
2. Kotler & keller
(2016, hlm. 610)
“Fair Price” (what consumers feel
the product should cost)
Fair price (apa yang dirasa konsumen
pada biaya seharusnya.
3. Xia et al. (dalam Bo price fairness is defined as
28
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No AHLI DEFINISI
Dai, 2012, hlm. 10) consumers‟ assessments of whether a
seller‟s price can be reasonably
justified.
Price Fairness didefinisikan sebagai
penilaian konsumen terhadap apakah
harga penjual bisa cukup dibenarkan.
4. Chung dan Petrick
(2012, hlm. 169)
Price fairness is a price evaluation
based on the comparison of the actual
price to the reference price, including
previosly paid price, competitors
price, and/or other consumer price.
Price fairness adalah penilaian harga
berdasarkan perbandingan harga
sebenarnya dengan harga referensi,
termasuk dengan harga yang
sebelumnya dibayarkan, harga
pesaing dan atau harga yang
dibayarkan oleh konsumen lain.
5. Xiaet al (dalam
Doç.Dr.Mehmet,
2010, hlm. 133)
Price fairness is defined as “a
consumer‟s assessment and
associated emotions of whether the
difference between a seller‟s price
and the price of a comparative other
party is reasonable, acceptable, or
justifiable”
Price Fairness didefinisikan sebagai
"penilaian konsumen dan terkait
emosi Apakah perbedaan antara harga
penjual dan harga dari pihak lain
komparatif adalah wajar, diterima,
atau dibenarkan"
6. (Nada
2010, hlm. 763)
price fairness is equivalent to value
and that unfairness is the same as low
value. Our measure calls for a
comparison between the pricing
practices (not
only final price) and value.
Price Fairness setara dengan nilai dan
ketidakadilan adalah sama nilai
rendah. panggilan ukuran kami untuk
perbandingan antara praktek
penetapan harga (tidak hanya harga
akhir) dan nilai
7. Ruiz and Cataluna
(2008, hlm. 328)
Price fairness is the the customers
perseption of the balance between
what the company gains and what
what the company chargers for the
29
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No AHLI DEFINISI
budle of atributes or solution offered
by is products or service. This
personal judgment is likely to be
influenced by external reference such
as other organization and other
consumer.
Price fairness adalah persepsi
pelanggan tentang keseimbangan
antara apa yang diperoleh perusahaan
dan apa yang perusahaan tetapkan
untuk seikat atribut atau produk atau
solusi produk dan jasa yang
ditawarkan. Pengaruh pribadi ini
kemungkinan dipegaruhi oleh
referensi eksteral seperti organisasi
lain dan konsumen lain.
8. Matzler (2007) Price Fairness adalah persepsi
konsumen dimana perbedaan antara
harga yang diterima layak
dibandingkan dengan yang lain, dapat
dipertimbangkan atau harga yang bisa
diterima.
9. Consuegra et al
(2007)
pricefairness adalah suatu penilaian
untuk suatu hasil dan proses agar
mencapai hasil yang masuk akal serta
dapat diterima,
Sumber : olahan dari berbagai journal
Dari pengertian-pengertian price fairness di atas, dapat disimpulkan
bahwa price fairness adalah pandangan atau persepsi tamu terhadap harga yang
dianggap wajar dan memiliki manfaat yang tinggi dengan produk dan jasa yang
tamu dapatkan, dalam beberapa definisi diatas penulis menggunakan teori dari
Consuegra et al. (dalam El Hadad et al, 2016, hlm. 272) yang menyatakan “Price
fairness is the judgment of and comparison between the buyer‟s perceived
reference price and the seller‟s actual prices”.Yang artinya adalah, Price fairness
adalah pandangan dan perbandingan antara harga referensi yang dirasakan
pembeli dan harga aktual penjual. Penulis memilih teori ini karena dirasa
berkesinambungan dengan implementasi atau program yang ada di HARRIS
Hotel & Conventions Ciumbuleuit yaitu mengenai harga Signature Packageyang
dianggap murah dan memiliki banyak produk yang ditawarkan didalam suatu
30
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
paket menginap dengan harga yang wajar dan mempunyai produk tambahan lebih
dari sekedar room night include breakfast
2.1.1.7 Dimensi Price Fairness
Chung dan Petrick (2012, hlm. 170) mengemukakan model hipotesis penelitian
mengenai dimensi price fairness yang terdiri dari;
1. Cognitive Attribution Atribusi kognitif adalah konsep unidimensional yang
mencakup lokus Kausalitas dan pengendalian, penjelasan yang rumit untuk
penyebab biaya yang mencerminkan ketiga dimensi tersebut Chung dan Petrick
(2012, hlm. 178)
Locus of causality Terkait apakah penentuan harga tersebut, apakah
disebabkan oleh faktor internal atau eksternal, dengan kata lain siapa
yang bertanggung jawab terhadap keputusan penentuan harga.
Controllability Terkait kemampuan mengendalikan atau keluasan pengaruh
dalam proses penentuan harga.
Temporal stabilityTerkait dengan penyebab terjadinya keputusan penentuan
suatu harga apakah sementara atau permanen.
2. Price Comparison That is, individuals tend to expect a certain price on the
basis of past payment experience (internal reference price) or advertising
(external reference price), and they are more likely to accept a given price if
it is consistent with previous pricesChung dan Petrick (2012, hlm. 178)
Artinya, individu cenderung mengharapkan harga tertentu berdasarkan masa
lalu Pengalaman pembayaran (harga referensi internal) atau periklanan
(Harga referensi eksternal), dan mereka cenderung menerimaHarga tertentu
jika konsisten dengan harga sebelumnya.
Internal reference price. Individu/konsumen cenderung menilai harga
berdasarkan pengalaman pembayaran produk di masalalu.
Eksternal reference price. Individu atau konsumen cenderung menilai harga
karena dipengaruhi program promosi perusahaan dan harga penawaran dari
produk/jasa pesaing.
Menurut Boi Dai (2010, hlm. ) dimensi price fairness meliputi
1. Magnitude price diference yaitu major vs minor
2. Customer loyaty, major vs minor.
3. Temporal proximity of price difference meliputi close vs distance.
Sedangkan menurut Rania el Haddad dalam Journal international Journal
Vacation terdapat 3 faktor atau dimensi yang mempengaruhi price fairnes, yaitu :
31
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Price expectations captured using the statement, „What do you think about
the room price you paid for your. Diambil dari apa yang di fikirkan
terhadap harga yang akan kamu bayar.
2. Reference price measured using the statement, „How does this price
compare with your previous stays at this service. Diambil dari
perbandingan harga dengan jasa yang anda rasakan sebelumnya.
3. Room price perception is captured using the statement, „What is your
opinion of the room price on this booking. Diambil dari opini bagaiana
harga kamar dari pemesanan ini.
Dari tabel diatas terdapat beberapa indikator dimana, indikator ini adalah
bagian dari dimensi yang mempengaruhi price fairnessDari beberapa dimensi
diatas penelitian ini menggunakan dimensi dari Rania El hadad karena diarasa
ssuai dengan implementasi yang sedang di jalankan oleh HARRIS Hotel &
Conventions Ciumbuleuit.
2.1.2 Konsep Behavioral Intention
2.1.2.1 Definisi Behavioral Intention dalam Customer Behavioral
Behavioral Intenton merupakan niat perilaku dimasa depan yang
disebutkan dalam konsep perilaku konsumen. Perilaku konsumen
merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh seorang pemasar.
Customer Behavioral didefinisikan sebagai perilaku yang ditampilkan oleh
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
membeli produk dan jasa yang mereka haapkan dapat memenuhi
kebutuhan mereka Schiffman dan Kanuk (2012, hlm. 2).
Terdapat tiga tahapan yang dilalui konsumen dalam
mengkonsumsi suatu jasa, tahapan tersebut menjelaskan bbahwa setiap
tahap terdiri dari beberapa langkah, tahap pra pembelian terdiri dari empat
langkah yaitu kesadaan terhdap kebutuhan, pencarian informasi,
pengevaluasian alternatif pilihan, pengambilan keputusan pembelian. pada
tahap transaksi jasa, konsumen akan mengawali, mengalami, dan
menkonsumsi jasa tersebut. Sedangkan pada tahap pasca transaksi jasa
meliputi pengevaluasian penyelenggaraan layanan yang akan
memnentukan maksud konsumen dimasa yang akan datang seperti
32
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keinginn untuk membeli kembali dan merekomendasikannya terhadap
orang lain, (Lovelock, Wirtz dan Musrsy, 2011:42). Tahapan ini
digambarkan pada tabel 2.1 sebagai berikut
Sumber : Lovelock et al. (2011, hlm. 42)
2.1.2.2 Definisi Behavioral Intention
Tabel 2.2 menunjukan definisi behavioral intention yang diambil dari
berbagai sumber.
TABEL 2.2
DEFINISI BEHAVIORAL INTENTION
NO DEFINISI AHLI
1. Namkung and Jang, et al. (dalam
El Haddan et et al, 2015, hlm.
265)
Behavioral intentions are a sound
predictor of actual behavior—for
example, behavior related to
purchasing, repurchasing, loyalty, and
word of mouth
Behavioral intention adalah prediktor
suara yang sebenarnya untuk
berperilaku, perilaku yang berkaitan
dengan pembelian, pembelian kembali,
loyalitas, dan word of mouth.
2. Lu Zun Su et.al (2015, hlm.4) Behavioral intention “signal whether
customers will remain with or defect
2. Tahap Transaksi Interaksi Jasa
Melakukan pemesanan layanan kepada pemasok yang
terpilih atau memprakarsai tindakan swalayan/self service
(pembayaran tagihan dapat dilakukan dimuka atau diakhir.
3. Tahap Pasca Transaksi
Mengevaluasi Kinerja Layanan.
Intensi dimasa mendatang
1. Tahap Pembelian
Kesadaran terhadap kebutuhan.
Pencarian Informasi.
Pengevaluasian sejumlah alternaif.
Mengambil keputusan pelayanan yang biasanya
melakukan referensi.
33
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NO DEFINISI AHLI
from thecompany.”
Niatperilaku adalah “tanda apakah
konsumen akan tetap atau pindah dari
perusahaan
2. Zan dan Zhao
(2014, hlm. 875)
Behavioral intention berarti
kemungkinan bahwa pelanggan
melakukan beberapa perilaku dan dapat
menjadi psitif atau negatif.
3. (Mat Som, 2012, hlm. 41) Behavioral Intention refer to the
visitor‟s Judgment about the likelines
to revisit the same desyination and
willingnes to recommend it to others.
Niat perilaku masa depan merujuk
kepada penilaian pengunjung atau tamu
tentang kesesuaian untuk meninjau
kembali tujuan yang sama dan
kesediaan untuk merekomendasikan
kepada orang lain.
4. (Kartika 2012, hlm. 29) behavioral intention ialah suatu
indikasi dari bagaimana seseorang
bersedia untuk mencoba dan seberapa
banyak mereka merencanakan usaha
untuk menunjukan perilaku mereka.
5. Fishbein dan ajein dalam (Tsai
2012:59)
Menjelaskan bahwa behavioral
intention adalah “the subject
probability that one will performsome
behavior” yang artinya Behavioral
intention merupakan probabilitas
subjektif yang memunculkan beberapa
perilaku
6. (Tsai, 2012, hlm. 56) Behavioral intention merupakan
tingkatan keinginan orang untuk
melakukan kunjungan kembali dan
tingkat kesediaan orang untuk
membayar lebih mahal.
7. Kuenzel dan katsaris
(2009, hlm. 875)
Behavioral intention adalah perilku
pasca berkunjung sebagai niatan untuk
kembali (niat membeli) dan
merekomendasikan dengan word of
mouth
8. Kuenzel dan Katsaris (2009,
hlm. 17)
Behavioral intention adalah sebuah
perilaku dimasa mendatang yang telah
direncanakan oleh seorang individu.
9. Ching-Fu dan Tsai (2007,
hlm. 1116)
Behavioral intention merupakan
penilaian pengunjung tentang niat
34
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NO DEFINISI AHLI
keinginan untuk berkunjung kemali ke
suatu tempat wisata yang sama dan
bersedia untuk merekomendasikan
tempat itu kepada orang lain.
Sumber : data olahan dari berbagai journal
Dari beberarapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Behavioral
intenion adalah niat perilaku konsumen tentang apa yang akan mereka lakukan
dimasa depan, tamu yang sudah melakukan pembelian selanjutnya ingin
melakukan pembelian ulang, dimana tamu ingin merekomendasikan hotel yang
telah dibeli kepada orang lain dengan keinginannya sendiri tanpa diperintahkan
oleh hotel, dan memberikan word of mouth positif terhadap hotel.
2.1.2.3 Dimensi Behavioral Intention
Wahyu Ningsih (2011, hlm. 3) Customer dalam journalnya “customer
value, satisfaction and behavioral intention”.The effect of consumer search
behavior mengatakan bahwa behavior intention memilki 2 dimensi yaitu :
1. Niatan untuk membeli ulang (Repurchase intention)
Perilaku pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen akan terjadi
jika konsumen membeli produk yang sama atau jasa yang sama untuk
kedua kalinya atau lebih dari perusahaan yang sama.
2. Word of Mouth communication (WoM)
Definisi WoM adalah informal communication directed at other
consumers about the ownership, usage or charasteristic of particular
goods and services or their sellers webstrok (wahyu ningsih (2011:4)
yang berarti Word of Mouth adalah suatu komunikasi informal yang
diarahkan pada konsumen lain tentang kepemilikan, penggunaan, atau
karakteristik barang tertentu dan jasa atau penjualan mereka.
Menurut Zheitmal et al, (dalam sarhin & Turhan 2013) mengemukakan
terdapat 3 dimensi behavioral intention yaitu :
1. Repurchase Intention.
“Repurchase intention simply refer to the customer‟s self-
reported likehold of using a brand again in the future” Fornell (dalam
Sahin et al, 2013, hlm. 2). Pembelian ulang hanya mengacu pada
35
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemungkinan pelanggan yang dilaporkan sendiri menggunakan merek
lagi dimasa depan.
2. Price Premium
“Willingnesss to pay more or price premium reflects the
individuals judgment as to how they would bbe willing to pay to receive
a good or service or to avoid the loss of a good or service” Bateman
(dalam sahinet al,2013, hlm. 2). Kesediaan untuk membayar lebih
mencerminkan penghakiman individu untuk berapa banyak mereka
akan bersedia membayar untuk menerima pelayanan yang baik atau
untuk menghindari hilangnya barang dan jasa.
3. Word of Mouth
Informal communcations directed at other consumers about the
ownership, usage, or characteristics of particular goods and services their
sellers. Westbrook (dalam sahinet al, 2013, hlm. 2) adalah komunikasi informal
yang diarahkan pada konsumen lain tentang kepemilikan, penggunaan, atau
karakteristik barang tertentu dan jasa atau penjual mereka.
Behavioral intention dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain selain
yang telah dikemukakan di atas, dimensi dari behavioral intention diantaranya
adalah Intention to purchase, recomended to other dan word of mouth (Rania
2015, hlm. 264)
Dari beberapa dimensi di atas penulis menggunakan teori dari Zeithmal
dalam Lezunsuu et al. dimana faktor yang mempengaruhi Behavoral Intention
yang dikemukakan dalam dimensi tersebut, saat ini menjadi masalah yang tedapat
di HARRIS Hotel & Conventions Ciumbuleuit yang harus segera di seleseaikan
agar tidak berdampak jauh lebih buruk.
2.1.3 Pengaruh Price Farness terhadap Behavioral Intention
Tamu pada saat ini di nilai cerdas untuk mengevaluasi harga yang telah
mereka bayar, tamu melakukan analisa tentang apa yang telah mereka dapatkan
dari pembelian produk dan jasa hotel yang telah mereka lewati, apakah produk
dan jasa tersebut menguntungkan bahkan lebih dari yang mereka bayar atau lebih
dari ekspetasi mereka sebelum membayar, atau justru sebaliknya tamu merasa
dirugikan atas apa yang telah mereka bayar terhadap produk dan jasa hotel yang
36
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka terima, tamu merasa apa yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang
mereka harapkan, setelah itu tamu akan memiliki niat berperilaku terhadap
pembelian selajutnya, merekomendasikan produk dan jas hotel kepada orang lain
dengan keinginan sendiri, dan melakukan word of mouth baik negatif ataupu
positif semua bisa terjadi yang disebabkan oleh Price fairness.
Dalam journal Rania El Haddad at all, Journal of Vacation Marketing
(2015, hlm. 213) menyatakan bahwa :
These findings support the evidence that customer perceptions of price
fairness impacts on their purchase decisions and word-of-mouth
recommendations The results contribute to our understanding of the
factors driving hotel consumers‟ behavioral intentions, Clearly price
fairness is a significant and strong predictor Martin et al., 2009;Noone
and Mattila, 2009;
White et al., 2012.) Temuan ini mendukung bukti bahwa persepsi
pelanggan dari dampak Price Fairness dalam keputusan pembelian mereka dan
rekomendasi word of mouth, Hasil berkontribusi untuk pemahaman kita tentang
faktor-faktor pendorong niat perilaku konsumen hotel, Price Fairness adalah
prediktor signifikan yang kuat. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa price
fairness adalah prediktor yang signifikan dan kuat untuk mempengaruhi
keputusan pembelian dan melakukan word of mouth yang dimana ini adalah
faktor pendorong niat pembelian tamu.
Teori tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang menyatakan
bahwa “A theoretically derived model of price fairness and behavioral intentions
was empirically validated, teori yang berasal dari model price fairness dan
behavioral intentions” dinyatakan valid. El hadad et al. (2015, hlm. 270). Dimana
teori tentang hubungan pengaruh price Fairness tehadap behavioral intention telah
teruji, penelitian twrseut meneliti tentang faktor pengaruh behavioral intention di
dominasi oleh price fairness dimana didalamnya banyak teori yang telah
digunakan dan telah teruji keasliannya, model price fairness tersebut terdapat
pada gambar 2.1 berikut ini :
37
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : El Haddad (2015, hlm. 264)
GAMBAR 2.1
PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP
BEHAVIORAL INTENTION
Dalam model tersebut jelas menunjukan bahwa Price Fairness memiliki
pengaruh langsung terhadap behavioral intention, yang mana price fairness sangat
berdampak terhadap niat perilaku tamu atau behavioral intention, yang mana
price fairness ini akan menjadi pertimbangan tentang apa yang akan tamu lakukan
selanjutnya, apa tamu akan bertindak menerima dan positif atau tamu tidak
menerima atau negatif.
Price fairnes dapat mempengaruhi atau menyebakan minat perilaku
konsumen baik perilaku positif (perilaku loyal dan kerelaan untuk membayar
lebih, maupun yang tidak menguntungkan (keluhan tamu) melalui respon yang
negatif seperti model dalam gambar 2.2 dihalaman selanjutnya :
Sumber: Chung dan Petrick (2012, hlm. 178)
GAMBAR 2.2
PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP
BEHAVIORAL INTENTION
Unfavorable
Behavioral
Intention
Price
Comparison
PRICE
FAIRNESS
Cognitive
attribution Favorable
Behavioral
Intention
Negative
Emotional
Response
Price Fairness
Price
Expetation
Reference Price
Room Rate
Expetation
BehavioralInte
ntion
Repurchase
Intention
Recomend
Word of Mouth
Familiarity
First
timer/Repeater
Purpose of
Travel
Business
/leasure
38
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.4 Orisinalitas Penelitian
Berikut ini adalah tabel 2.3 menunjukan orisinalitas dari penelitian
terdahulu sebagai berikut :
TABEL 2.3
ORISINALITAS PENELITIAN
NO. PENELITI PENELITIAN TEORI YANG
DIGUNAKAN TEMUAN
1. Martin
(dalam El
Haddad et al,
2015, hlm.
265)
Price Fairness
perception and
hotel customer
behavioral
intention
Martin-
Consuegra et al.,
2007
Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa
persepsi price fairness
memiliki hubungan
dengan behavioral
intention, didalamnya
menjelasakan bahwa
yang meliputi
behavioral intention
seperti niat pembelian
ulang, recomend to
other dan word of
mouth adalah price
fairness yang
memiliki tingkat
signifikan yang kuat.
2. Xia et al. (
dalam
Doç.Dr.
YAGCI,
2010)
The impact of
perceived price
fairness and
consumer
Ethnocentrism
on conumers‟
purchase
intentions:
An exploratory
assessment
Xia, Monroe,
and Cox, 2004
Penelitian ini telah
menemukan temuan
mengeni eksplorasi
efek dari konsumen
etnosentrisme dan
price fairness
perception pada niat
perilaku konsumen
ketika dihadapkan
dengan kenaikan
harga yang dilakukan
oleh perusahaan asing
atau lokal dengan
rendah dan
pangsa pasar yang
tinggi. Penelitian ini
juga telah
menganalisis apakah
konsumen menduga
motif di balik
kenaikan harga dari
perusahaan hal itu
adalah benar dampak
39
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NO. PENELITI PENELITIAN TEORI YANG
DIGUNAKAN TEMUAN
dari terjadinya
perilaku niat
pembelian.
3. (Bo Doi,
2010)
The Impact of
Perceived Price
Fairness of
Dynamic
Pricing on
Customer
Satisfaction and
Behavioral
Intentions:
The Moderating
Role of
Customer
Loyalty
Xia et al., 2004 Mengingat bahwa
temuan penelitian ini
menunjukkan
perbedaan harga
temporal baru-baru ini
akan memicu negatif
penilaian harga
keadilan yang kuat,
penjual dapat
mempertimbangkan
menghindari
mengubah harga
untuk produk yang
sama untuk merugikan
mereka yang sudah
membeli produk
dalam waktu singkat.
Kedua iPhone dan
kasus Amazon ini
telah memberikan
bukti dari hasil negatif
dari perbedaan harga
yang signifikan atau
perbedaan harga
menimbulkan dalam
waktu singkat.
4. Chung dan
Petrick (
2012, hlm.
231)
Price Fairness
of Airline
Ancillary Fees:
An Attributional
Approach
Price Fairness:
Xia et al (2004)
Price comparison and
cognitive attribution
influence price
fairness, which, in
turn, leads to
emotional response
and behavioral
intention.
5. Kyoo Kim
dan. Mattila
(2011)
The Effect of
Service
Duration and
Price
(Mis)Match on
Perceived Price
Fairness in The
Lodging
Mattila (2009)
dan Xia et al
(2004)
The service duration
(mis)match and type
of pricing jointly
impact consumer
perceptions of price
fairness. Price
fairness perceptions
influence behavioral
40
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NO. PENELITI PENELITIAN TEORI YANG
DIGUNAKAN TEMUAN
Industry intentions.
Servis durasi
mis(mtch) dan type
dari pricing jointly
berimbas terhadap
persepsi price
fairness. Price
fairness yang
berhuungan dengan
behavioral intention,
dimana konsumen
akan melakukan
evaluasi yang akan
menghasilkan sebuah
persepsi dan
berdampak terhadapa
bagai mana nanatinya
konsumen tersebut
akan berperilaku.
6. Budi dan a
Sihombing
(2010)
Hubungan
Kepantasan
Harga,
Kepuasan
Pelanggan,
Loyalitas, dan
Harga yang
Dapat Diterima
pada Perusahaan
Jasa Restoran
Kotler dan
Keller (2009)
Terdapat hubungan
positif antara
kepantasan harga dan
kepuasan pelanggan,
kepuasan pelanggan
dan loyalitas,
kepuasan pelanggan
dan loyalitas,
kepuasan pelanggan
dan harga yang dapat
diterima. Tidak
terdapat hubungan
positif antara
kepantasan harga dan
loyalitas, loyalitas dan
harga yang dapat
diterima.
7. Simon et al.
(2011)
Perceived Price
Fairness of
Dynamic
Pricing
Youn & Kim
2010
Dimensi price fairness
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
intensitas pembelian
konsumen, dimana
konsumen memiliki
tingkat sensitif atas
apa yang mereka
inginkan dan mereka
harapkan ini akan
41
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NO. PENELITI PENELITIAN TEORI YANG
DIGUNAKAN TEMUAN
berdampak terhadap
pembelian jika sesuai
maka konsumen akan
bberkali-kali membeli
jika tidak maka
konsumen akan
dengan secara
langsung
meninggalkan dan
berpindah.
8. Jin dan
Petrick
(2012)
Price Fairness
of Airline
Ancillary Fees:
An Attributional
Approach
Xia et.,all
2004
Membuktikan bahwa
price fairness dapat
mempengaruhi
perilaku positif
konsumen (bersedia
membayar dan loyal).
Harga yang di anggap
adil dan wajar
membuat konsumen
merasa mendapatkan
manfaat dari apa yang
mereka bayar, secara
tidak langsung
konsumen akan
merasa ingin kembali
membeli dengan harga
yang lebih tinggi.
Sumber : olahan data berbagai journal 2017
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diatas terdapat persamaan
dengan usulan penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas yang diteliti yakni
price fairness. Sedangkan perbedaan antara usulan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu terletak pada variabel terikat yang diteliti yaitu kepuasan.
Penelitian sebelumnya menguji pengaruh price fairness pada beragam jenis
perilaku konsumen, seperti emotional response, , perceived value, willingness to
pay,purchase intention, search intention, customer value, dan loyalitas.
2.1.5 Kerangka Pemikiran
Hotel adalah salah satu industri pariwisata dalam bidang akomodasi yang
bergerak dibidang jasa yang dikomersilkan, dalam pengembangannya hotel
memerlukan strategi dan management yang dikelola dengan baik untuk
memasarkan produk dan jasannya melalui pemasaran karena pemasaran adalah
42
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu organisasi atau perusahaan
untuk menjual suatu produk dan jasa. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan organisasi memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain,
pemasaran yang dilakukan di perusahaan khususnya perhotelan dirasa sangat
penting untuk menjaga keberlangsungan produktivitas hotel dan tamu. Dimana
pemasaran tersebut adalah(Bowie dan Buttle, 2013, hlm. 7) Marketing is the
business philosophy that places the customer at the center of a hosptality
organizations purpose hopitality companies recognize the developing long-term
relantionship with customers is mutually beneficial. pemasaran adalah filosofi
bisnis yang menempatkan pelanggan sebagai hal yang paling utama dari
perusahaan dalam organisasi hosptality, mengembangkan relasi jangka panjang
dengan pelanggan adalah hal yang saling menguntungkan.
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses dimana
terjadinya komunikasi antara tamu dan pihak Hotel dengan cara menjalin relasi
dengan terus menerus yang dimana didalamnya akan tercipta keuntungan atau
nilai tukar untuk semua yang terlibat didalamnya. Pemasaran adalah suatu
kegiatan yang penting dilakukan oleh Hotel untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan hal-hal yang ada di dalam hotel itu dengan tamunya, seperti
program apa yang sedang dijalankan, promo apa yang sedang dijual yang
membuat tamu mengetahui segala macam informasi tentang hotel, karena dalam
dunia perhotelan tamu adalah hal yang paling di utamakan eksistensinya.
Produk dan jasa dalam akomodasi perhotelan membutuhkan strategi
pemasaran yang efektif dan efesien dalam kegiatanya untuk dapat
mengembangkan perusahaan atau menyelesaikan suatu permasalah yang ada
didalamnya. hal ini dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan atau lebih
mengutamakan hospitality marketing mix sebagai berikut :
“the hospitality marketing mix is the term marketing mix is used to
describe the tools that the marketer uses to influence demand. the
marketing mix is a core concept in marketing”.
David Bowie dan Buttle (2013, hlm. 31) Istilah bauran pemasaran
digunakan untuk menggambarkan alat-alat yang menggunakan pemasar untuk
mempengaruhi permintaan. bauran pemasaran adalah konsep inti dalam
43
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemasaran. Adapun hospitality marketing mix terdiri dari, Product/service offer,
Location, Price, distribution, Marketing Commnication, Physical environment,
Proces, People
Dimana ke delapan elemen ini mempengaruhi hasil dari pemasaran
yang dapat meningkatkan permintaan seperti halnya price, strategi pricing sangat
dibutuhkan oleh hotel untuk menarik persepsi dan keinginan tamu untuk membeli.
Price atau harga dikenal memiliki peran sebagai penentu pembelian sama baiknya
pada proses paska pembelian. Ferrell dan Hartline (2011, hlm. 21) mengatakan
bahwa, harga merupakan elemen utama strategi bauran pemasaran yang akan
menciptakan konflik antara motivasi penjual dan pembeli.
Jika elemen bauran pemasaran yang lain relatif bersifat stabil,
penetapan harga justru sebaliknya bisa dinegosiasikan. “When customers see all
competing products as offering the same features and benefits, their buying
decisions are primarily driven by price.” Maksudnya, ketika semua pesaing
menawarkan produk yang memiliki kesamaan fitur dan manfaat, maka keputusan
pembelian para pelanggan pada akhirnya akan dikendalikan oleh harga produk.
Ferrell dan Hartline (2011, hlm. 23). “Dimana jika tamu merasa produk dan jasa
Hotel yan diberikan terasa biasa saja atau mengecewakan maka harga adalah hal
yang akan mempengaruhi permintaan selanjutnya”.
Harga suatu produk dan jasa adalah pertimbangan konsumen untuk
melakukan suatu keputusan pembelian, dan dirasa berdampak terhadap behavioral
intention. Dalam hal ini manajerial hotel harus melakukan penetapan harga yang
tepat, karena harga memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi yang menjadi faktor
pertimbangan seorang konsumen sebelum membeli suatu produk, dan
berpengaruh terhadap behavioral intention pada paska pembelian,jika harga untuk
sebuah produk atau pelayanan ditentukan tanpa memahami kewajaran suatu harga
dengan apa yang tamu dapatkan mengenai produk dan jasanya, memungkinkan
tamu tidak melakukan pembelian ulang atau pindah kepada hotel lain. Sehingga
price fairness dirasa sangat berperan agar tamu merasa apa yang telah mereka beli
sepadan dengan manfaat yang mereka dapatkan.“Price fairness is the judgment of
and comparison between the buyer‟s perceived reference price and the seller‟s
actual prices”Martin-Consuegra et al. (dalam el hadadet al 2015). Price fairness
44
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah pandangan dan perbandingan antara referensi harga yang dirasakan
pembeli dengan harga aktual penjualan. Dalam hal ini Kewajaran harga dengan
manfaat apa yang didapatkan oleh tamu menjadi tujuan dari price fairness, dengan
adanya price fairness ini tamu akan merasa telah membeli produk dan jasa yang
seimbang dan memiliki manfaat yang tinggi atau melebihi apa yang telah
dikeluarkan yang akan berdapak terhadap behavioral intention
Konsumen akan merespon secara drastis jika timbul suatu ketidak
wajaran dan hal tersebut menggambarkan bagian emosional dalam membuat
keputusan finansial dimana konsumen dapat merasa kecewa ketika menurutnya
harga tersebut tidak wajar. Anderson dan Simester (dalam Ahmat et al, 2011, hlm.
24). Hal ini tentu saja akan berakibat terhadap niat perilaku tamu, dimana tamu
akan melakukan pembelian ulang atau berpindah kepada Hotel lain.Behavioral
intention sangat di utamakan oleh perusahaan hotel agar tetap menjaga tamu atau
mengusahakan tamu untuk tidak beralih pada hotel lain dan memberikan deskripsi
yang positif terhadap hotel.
Behavioral intention melibatkan bagaimana tamu menyukai produk dan
jasa hotel sehingga tamu ingin datang kembali dan merekomendasikan atau
mendeskripsikan hotel dengan positif atau dengan baik, niat perilaku tamu yang
baik akan membawa dampak pengaruh terhadap tamu lain karena orang lain yang
mendapatkan rekomendasi dari tamu yang telah merasakan keasliannyA akan
lebih percaya dan hal ini di anggap lebih bersifat kredibel.
“Behavioral intentions “signal whether customers will remain with or
defect from the company” Zeithaml et al.(dalamLuzun Su et al, 2015, hlm.
4)“Niat perilakuadalah “tanda apakah konsumen akan tetap atau pindah dari
perusahaan”. Dalam hal ini behavioral intention adalah prediksi terhadap perilaku
tamu yang menunjukan apakah tamu akan melakukan pembelian ulang untuk
menginap di hotel kembali atau pindah setelah merasakan produk dan jasanya.
behavioral intention tidak hanya saja berdampak perilaku positif akan
tetapi bisa berdampak negatif misalnya mendeskripsikan hotel dengan pandangan
yang buruk atau tidak layak kepada orang lain, ini menjadi hal yang harus
diperhatikan oleh pihak manajerial Hotel agar tidak terjadi hal negatif yang
dilakukan oleh tamu pasca pembelian, hal ini akan mempengaruhi tamu lain untuk
45
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak membeli produk dan jasa yang ditawarkan pihak hotel, hal ini sangat
berdampak terhadap profit perusahaan karena dengan otomatis tingkat permintaan
akan menurun, dan ini adalah masalah yang harus diselesaikan oleh pihak
manajerial Hotel. Jika sudah terjadi maka manajerial hotel harus melakukan
evaluasi atas masalah apa yang membuat perilaku negatif yang dilakukan oleh
tamu dan dengan price fairness diharapkan bisa merubah niat perilaku perlilaku
tamu yang negatif menjadi niat perilaku tamu yang positif.
“Customer perceptions of price fairness impacts on their purchase
decisions and word-of-mouth recommendations, The results contribute to our
understanding of the factors driving hotel consumers‟ behavioral intentions,
Clearly price fairness is a significant and strong predictor” Martinet al.(dalam El
Haddad et al, 2015, hlm. 265). persepsi pelanggan dari dampak Price Fairness
dalam keputusan pembelian mereka dan rekomendasi word of mouth, Hasil
berkontribusi untuk pemahaman kita tentang faktor-faktor pendorong niat perilaku
konsumen hotel, Price Fairness adalah prediktor signifikan dan kuat.
Results from the analysis supported a significant, direct relationship
between customers‟ perceptions of price fairness and behavioral intentions,
(Rania El Haddad 2015, hlm. 270). Hasil dari analisis yang didukung signifikan
terdapat hubungan langsung antara persepsi konsumen Price Fairness dan
behavioral intetion.Kerangka penelitian ini digambarkan pada bagan seperti pada
gambar 2.3 pada halaman berikutnya :
45
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hubungan
Feedback
GAMBAR 2.3
KERANGKAPEMIKIRAN PENGARUHPRICE FAIRNESS
TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION
Product
Location
Price
Distribution
Marketing
Communication
Hospitality Marketing
MIX
David Bowie dan
Francis Butle
(2013:7)
HOSPITALITY
MARKETING
Behavioral Intention
Luzun Su et.,al(2015,
hlm. 4)
PRICE FAIRNESS
1. Price expectation
2. Reference price
3. Room rate
perception
2.Comparison Price
El Hadad et al (2015,
hlm.265 )
Phsycal Environment
Proces
people
David Bowie dan
Francis Butle (2013:31)
Variabel diteliti Variabel tidak
diteliti
Customer
Behavioral
46
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkanuriankerangkapemikirantersebut yang membentuk Price
Fairness dandampaknyaterhadapbehavioral intention adalah price expetation,
reference price dan room rate perseption.Uraian tersebut dapat digambarkan
dalam bagan paradigma penelitian seperti pada Gambar 2.2
GAMBAR 2.4
PARADIGMA PENELITIAN
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut maka faktor yang
membentuk Price Fairness dan dampaknya terhadap Behavioral intention adalah
Price Expetation, referece price dan room rate perception. Uraian tersebut dapat
digambarkan dalam bagan paradigma penelitian seperti pada Gambar 2.2.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran pengaruh Price Fairness dan
dampaknya terhadap Behavioral intention yang sudah dijelaskan, maka dapat
diambil kesimpulan awal tentang penelitian ini. Kesimpulan awal dapat dikatakan
sebagai hipotesis dikarenakan perlu diadakan pengujian kembali.
I Gusti Bagus (2012, hlm. 27) “Menurut asalnya, hipotesis berarti suatu
kesimpulan atau pendapat yang masih kurang. Jadi kesimpulan itu belum final
karena masih harus dibuktikan”. Dalam bukunya I Gusti Bagus juga menyatakan
PRICE FAIRNESS
Price Expetation
Reference Price
Room Rate
Perception
Behavioral Intention
Repurchase intention
Word of Mouth
47
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia akan
ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.
Berdasarkan pengertian diatas hipotesis adalah jawaban yang sifatnya
sementara dan perlu diuji kebenarannya melalui suatu penelitian. Dari uraian
tersebut maka penulis dalam menyusun hipotesis didukung oleh beberapa premis
sebagai berikut:
Price fairnessterhadapbehavioral intention.
1. A theoretically derived model of price fairness and behavioral
intentions was empirically validated, teori yang berasal dari model
price fairness dan behavioral intentions dinyatakan valid. ( El
Hadad, 2015).
2. These findings support the evidence that customer perceptions of
price fairness impacts on their purchase decisions and word-of-
mouth recommendations The results contribute to our
understanding of the factors driving hotel consumers‟ behavioral
intentions, Clearly price fairness is a significant and strong
predictor. Temuan ini mendukung bukti bahwa persepsi pelanggan
dari dampak Price Fairness dalam keputusan pembelian mereka
dan rekomendasi word of mouth, Hasil berkontribusi untuk
pemahaman tentang faktor-faktor pendorong niat perilaku
konsumen hotel, Price Fairness adalah prediktor signifikan dan
kuat. White et al. (dalam el Haddad et al2015.)
3. Results from the analysis supported a significant, direct
relationship between customers‟ perceptions of price fairness and
behavioral intentions, El Haddadet al. ( 2015). Hasil dari analisis
yang didukung signifikan terdapat hubungan langsung antara
persepsi konsumen Price Fairnessdan behavioral intetion.
4. Typically, when customers discover a disadvantaged inequality,
negative price fairness perceptions trigger negative emotions such
as disappointment and anger which may lead to consequent
negative behavioral intentions (e.g., intentions to spread
negativeword-of-mouth, complain, switch to competitors, seek
48
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
legal action) Biasanya, ketika pelanggan menemukan
ketidaksetaraan yang kurang beruntung, negatife price fairness
perception memicu emosi negatif seperti kekecewaan dan
kemarahan yang dapat menyebabkan konsekuensi niat perilaku/
behavioral intention negatif misalnya, niat untuk menyebarkan
berita negatif, mengeluh, beralih ke pesaing, dan melakukan
tindakan hukum. Xia et al. (dalam Boi Dai 2010)
49
Fauziah Hassan, 2017 PENGARUH PRICE FAIRNESS TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu