bab ii kajian teoretis a. pengajaran bahasa indonesiarepository.ump.ac.id/2472/3/siti zulfatun bab...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Pengajaran Bahasa Indonesia
Pengajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia baik secara lisan maaupun tulis serta menimbulkan penghargaan
terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas,
2004: 3) dinyatakan bahwa standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia
berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu berbahasa adalah belajar
berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai
kemanusiaan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan sebuah proses
belajar untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis, belajar
menghargai manusia dan nilai kemanusiaan termasuk di dalamnya
menghargai hasil cipta manusia yang berupa puisi. Bab ini membahas tentang
teori-teori yang dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian ini.
Berikut akan dibahas mengenai kemampuan mengapresiasi puisi,
penguasaan bahasa figuratif dan minat membaca puisi.
13
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
14
2. Kemampuan Mengapresiasi Puisi
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan
perilaku dan hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah
bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
secara phisik atau mental yang diperoleh sejak lahir, belajar, dan dari
pengalaman (Soehardi,2003: 24).
Soelaiman (2007: 112) mengemukakan bahwa kemampuan
adalah sifat yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik
secara mental ataupun fisik. Sebagai contoh karyawan dalam suatu
organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi tidak semua
memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik.
Menurut Kreitner (2005: 185) yang kemampuan adalah
karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum
phisik mental seseorang.
Robins (2006: 46) mengemukakan bahwa kemampuan (ability)
adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam
pekerjaan tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada
hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan phisik.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, kemampuan adalah suatu
kekuatan baik fisik atau pun mental dan intelektual yang diperlukan
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
15
untuk menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas. Kemampuan yang
ada di dalam diri setiap individu bisa dipelajari, dan diasah agar
menjadi lebih baik.
b. Hakikat Apresiasi
Secara etimologis istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin
apreciatio yang berarti “menghargai”. Dalam bahasa Inggris
appreciate yangberarti “menyadari, memahami, menghargai, dan
menilai”. Dari kata appreciate dapat dibentuk kata appreciation yang
berarti“ penghargaan, pemahaman, dan penghayatan”. Kata apresiasi
dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian yang sejajar dengan
kata apreciatio (Latin) kata appreciation (Inggris) tersebut. Apresiasi
diartikan juga sebagai suatu kegiatan penilaian terhadap kualitas
sesuatu dan memberi penghargaan yang tepat terhadapnya
Menurut Rusyana (1982: 7) apresiasi berarti pengenalan nilai
pada bidang nilai-nilai yang lebih tinggi. Orang yang telah memiliki
apresiasi tidak sekadar yakin bahwa sesuatu itu dikehendaki sebagai
perhitungan akalnya, tetapi benar-benar menghasratkan sesuatu, dan
menjawab dengan sikap yang penuh kegairahan terhadapnya. Hal ini
senada dengan pendapat Oemarjati (1991: 57) yang menjelaskan kata
apresiasi mengandung arti tanggapan sensitif terhadap sesuatu atau
pemahaman sensitif terhadap sesuatu.
Melengkapi pendapat ahli sastra di atas, Natawijaya (1982: 1)
mengungkapkan bahwa apresiasi adalah penghargaan dan
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
16
pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya. Natawijaya
menjelaskan bahwa sesuatu itu baik dan mengerti mengapa itu
baik. Dengan demikian, kegiatan apresiasi terhadap sesuatu itu akan
membentuk suatu pengalaman baru yang berkenaan dengan hal atau
suatu peristiwa kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
membaca sebuah karya sastra.
Hartoko (1990: 25) mendefinisikan apresiasi sebagai suatu
tindak penghargaan. Sebagaimana dijelaskan di atas, kata apresiasi
berasal dari bahasa Inggris "appreciation" yang berarti penghargaan.
Apresiasi meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, emosi, dan evaluasi.
Aspek kognitif adalah kemampuan memahami masalah teori dan
prinsip-prinsip intrinsik sebuah karya sastra. Aspek apresiasi yang
keduaya itu emotif. Aspek emotif adalah kemampuan memiliki nilai-
nilai keindahan karya sastra. Indikasi untuk mengukur aspek emotif
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: (1) siswa dapat
menemukan dan menunjukkan indah tidaknya karya sastra puisi itu;
(2) siswa dapat menemukan dan menunjukkan cara penulisan latar
belakang cerita/setting; (3) siswa dapat menemukan dan
menunjukkan indah tidaknya pemakaian ungkapan dalam karya
sastrapuisi. Aspek ketiga yaitu aspek evaluatif. Aspek evaluaitif
adalah kemampuan menilai. Aspek ini merupakan aspek tertinggi
dalam kegiatan apresiasi. Indikator untuk menilai dan mengukurnya
adalah kemampuan untuk menafsirkannya.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
17
Penilaian ini dapat disejajarkan dengan kegiatan
mempertimbangkan nilai yang ada dalam karya. Siswa yang mampu
menguasai tiga aspek di atas, dapat dikatakan sebagai apresiator
yang baik. Akibat yang timbul setelah siswa telah berhasil
memahami sebuah karya adalah terciptanya jiwa yang matang,
sehingga dapat menghargai orang lain selayaknya manusia, wawasan
berpikirnya bertambah luas serta memanusiakan manusia karena
sastra memiliki nilai humaniora (Suyitno, 1985: 190).
Sejalan dengan itu, Wardanidalam (Sayuti, 1985: 204)
berpendapat bahwa proses apresiasi dalam kaitannya dengan tujuan
pengajaran dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat
menggemari, menikmati, mereaksi, dan tingkat menghasilkan.
Tingkat menggemari ditandai oleh adanya rasa tertarik terhadap karya
sastra serta berkeinginan membacanya. Dalam tingkat menikmati,
seorang (siswa) mulai dapat menikmati karya sastra karena
pengertian sudah mulai tumbuh. Tingkat mereaksi ditandai oleh
adanya keinginan untuk menyatakan pendapatnya tentang karya
yang telah dinikmati, sedangkan tingkat selanjutnya adalah
tingkatan produktif yakni bahwa seseorang sudah mulai
menghasilkan karya sastra.
Tarigan (1986: 233) menjelaskan bahwa apresiasi merupakan
penaksiran karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya
berdasarkan pengalaman yang wajar dan kritis. Pengalaman dalam
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
18
hal ini adalah pengalaman bersastra. Pengalaman bersastra dapat
diperoleh melalui peristiwa sastra.
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan (judment)
mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Dalam penerapannya,
apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian
terhadap benda-benda, baik abstrak maupun kongkrit yang memiliki
nilai luhur.
c. Apresiasi Sastra
Oemarjati (1991: 58) menjelaskan bahwa apresiasi sastra berarti
tanggapan ataupun pemahaman sensitif terhadap karya sastra.
Jelasnya, penekanannya pada pengertian sensitif terutama
menyangkut tanggapan seseorang terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra. Dengan demikian, mengapresiasi
karya sastra berarti menanggapi karya sastra dengan kemampuan
afektif yang di satu pihak peka terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra yang bersangkutan, baik yang tersurat maupun
yang tersirat dalam kerangka tematik yang mendasarinya; dan di lain
pihak, kepekaan tanggapan tersebut bermanfaat bagi upaya
memahami pola tata nilai yang diperolehnya dari bacaan di dalam
proporsi yang sesuai dengan konteks persoalannya.
Tentang apresiasi sastra, Effendi (2002: 6) mengungkapkan
bahwa, apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan
sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
19
Effendi, Atar Semi (1988) mengemukakan bahwa untuk
mengetahui atau menilai siswa yang telah memiliki kemampuan
apresiasi sastra dapat dipergunakan seperangkat indikator, yaitu: 1)
siswa mampu menginterpretasikan perilaku atau perwatakan yang
ditemuinya dalam karya sastra yang dibacanya; 2) siswa memiliki
sensitivitas terhadap bentuk dan gaya bahasa; 3) siswa mampu
menangkap ide dan tema; 4) siswa menunjukkan perkembangan atau
kemajuan selera personal terhadap karya sastra.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa apresiasi
sastra berarti tanggapan ataupun pemahaman sensitif terhadap karya
sastra. Jelasnya, penekanannya pada pengertian sensitif terutama
menyangkut tanggapan seseorang terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra. Dengan demikian, mengapresiasi karya sastra
berarti menanggapi karya sastra dengan kemampuan afektif yang
disatu pihak peka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra yang bersangkutan, baik yang tersurat maupun yang tersirat
dalam kerangka tematik yang mendasarinya; dan di lain pihak,
kepekaan tanggapan tersebut bermanfaat bagi upaya memahami pola
tata nilai yang diperolehnya dari bacaan di dalam proporsi yang sesuai
dengan konteks persoalannya (Oemarjati, 1991: 58).
Pendapat Oemarjati tersebut lebih jelas jika dibandingkan
dengan pendapat Yus Rusyana, karena Oemaryati bukan hanya
mengungkapkan bahwa apresiasi merupakan pengenalan nilai saja,
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
20
melainkan memperjelas kata apresiasi tersebut dengan menanggapi
karya sastra dengan kemampuan afektif yang disatu pihak peka
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra yang
bersangkutan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam
kerangka tematik yang mendasarinya.
d. Puisi
Kesusastraan khususnya puisi, adalah cabang seni yang paling
sulit untuk dihayati secara langsung sebagai totalitas. Elemen-elemen
seni ini ialah kata. Sebuah kata adalah suatu unit totalitas utuh yang
kuat berdiri sendiri. Puisi menjadi totalitas-totalitas baru dalam
pembentukan pembentukan baru, dalam kalimat-kalimat yang telah
mempunyai suatu urutan yang logis. Richardsdalam (Tarigan: 1994 )
mengungkapkan bahwa suatu puisi merupakan perpaduan dari empat
hal yaitu: (1) tema penyair atausense (inti pokok puisi), (2) perasaan
atau feeling (sikap penyair terhadap objek), (3) nada atau tone (sikap
penyair terhadap pembaca atau penikmat), dan (4) amanat atau
intention (maksud atau tujuan penyair) . Keempat hal tersebut saling
berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Horatius dalam
(Budianta, 2002: 39-40) mensyaratkan dua hal bagi puisi, yaitu puisi
harus indah dan menghibur (dulce), namun pada saat yang sama puisi
juga harus berguna dan mengajarkan sesuatu (utile). Dalam hal ini,
selain memiliki nilai estetika dan berfungsi menghibur, puisi juga
mengandung nilai moral, pesan, atau ajaran bagi masyarakat yang
membacanya.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
21
Berbeda dengan pendapat tersebut, Hutagalung dalam (Sayuti,
1985: 1) menyebutkan bahwa hakekat puisi adalah konsentrasi dan
intensifikasi. Samson, dalam Sayuti (1985: 27) memberikan batasan
puisi sebagai bentuk kata-kata yang ritmis, yang mengungkapkan
pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyairnya.
Sedangkan Sayuti (1985: 12) memberikan batasan bahwa
puisimerupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat
susunan kata yang mempunyai makna. Lebih lanjut Sayuti (1985: 16)
menerangkan bahwa kata-kata yang disusun menjadi baris-baris
dengan bentuknya yang khas baru dapat disebut sebagai puisi. Bentuk
khas itu muncul dalam pola ritma, rima, baris, bait, dan seterusnya
yang merupakan unsur formal puisi. Di samping unsur formal,
terdapat unsur kualitas yang menyebabkan bentuk yang khas itu
menjadi lebih bermakna, berupa tema, ide, amanat, maupun
pengalaman penyair yang diintensifkan dan dikonsentrasikan. Selain
berbagai unsur yang membatasinya, watak puisi juga menentukan
hakikat suatu puisi. Gracedalam (Sayuti, 1985: 14) berpendapat
bahwa watak puisi adalah lebih mengutamakan intuisi, imajinasi dan
sintesa dibandingkan dengan prosa yang lebih mengutamakan pikiran,
konstruksi, dan analisa. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut
Rozakdalam (Sayuti, 1985: 14) secara sederhana puisi lebih bersifat
intuitif, imajinatif, dan sintesis.
Pada dasarnya, banyak ahli telah menyimpulkan hakikat puisi
dengan menyebutkan unsur-unsur yang hampir sama. Unsur-unsur
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
22
tersebut merupakan pembangun yang menjadi pokok yang terkandung
di dalam puisi. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat puisi
adalah ungkapan emosional atas suatu gagasan yang dibahasakan
secara imajinatif dengan susunan kata-kata dan diungkapkan dengan
teknik tertentu dalam pilihan terbaiknya.
e. Ciri-Ciri Puisi
Puisi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu puisi lama dan
puisi baru. Antara puisi lama dan puisi baru masing-masing memiliki
ciri-ciri.
Ciri-ciri puisi lama:
1. Anonim (pengarangnya tidak diketahui).
2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama.
3. Merupakan kesusastraan lisan.
4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise.
5. Isinya fantastis dan istanasentris
Ciri-ciri Puisi Baru:
1. Pengarangnya diketahui.
2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama.
3. Berkembang secara lisan dan tertulis.
4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah).
5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya.
Puisi lama lahir pada masa masyarakat yang terikat oleh syarat-
syarat tradisional dan menggunakan pola-pola atau taturan tata
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
23
bahasa tertentu. Sedangkan puisi baru sudah mendapat pengaruh
dari puisi barat, sehingga puisi baru sudah mulai meninggalkan
aturan-aturan tradisional.
f. Unsur-Unsur Pembangun Puisi
Dalam membuat puisi, terdapat beberapa unsur yang harus
diperhatikan yang disebut dengan unsur pembangun puisi. Unsur
pembangun puisi, diantaranya :
1. Bunyi
Unsur bunyi merupakan salah satu unsur yang menonjol
untuk membedakan antara bahasa puisi dan bahasa prosa. Bahasa
puisi cenderung menggunakan unsur perulangan bunyi. Bunyi
memiliki peran antara lain adalah agar puisi terdengar merdu jika
dibaca dan didengarkan, sebab pada hakikatnya puisi merupakan
salah satu karya seni yang diciptakan untuk didengarkan (Sayuti,
2002).
Sebenarnya puisi hadir untuk disuarakan daripada dibacakan
tanpa suara. Dengan cara ini, keindahan puisi dapat dirasakan lebih
intensif. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan masalah
kepuitisan apa saja yang digunakan, disiasati, dan didayakan untuk
menghasilkan bunyi yang indah. Sarana yang dimaksud antara lain
persajakan, irama, orkestrasi dan fungsi lain (Nurgiantoro, 2014:
154)
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
24
3. Diksi
Diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra
(Abrams, 1981). Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat,
sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis
yang ingin dicapai. Diksi juga sering menjadi ciri khas seorang
penyair atau zaman tertentu. Aspek leksikal sangatlah penting
dalam karya sastra. Aspek leksikal adalah satuan bentuk terkecil
dalam konteks struktur sintaksis dan wacana (Nurgiyantoro, 2014:
17). Aspek leksikal ini sama pengertiannya dengan diksi. Diksi
merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI, 2005: 64). Aspek
leksikal dalam karya sastra dapat berupa penggunaan bahasa lain
atau percampuran bahasa, kolokial, munculnya bentuk baru, makna
khusus, ragam kata, kata menyimpang, dan lain sebagainya.
4. Bahasa Kiasan
Bahasa kias atau figuratif language merupakan
penyimpangan dari pemakaian bahasa yang biasa, yang makna
katannya atau rangkaian katannya digunakan dengan tujuan untuk
mencapai efek tertentu (Abrams, 1981). Bahasa kias memiliki
beberapa jenis yaitu personifikasi, metafora, perumpamaan, simile,
metonimia, sinekdoki, dan alegori (Pradopo, 1978).
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
25
5. Citraan Puisi
Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang
mampu membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek,
pemandangan, aksi, tindakan, atau pernyataan yang dapat
membedakannya dengan pernyataan atau ekspositori yang abstrak
dan biasanya ada kaitannya dengan simbolisme (Baldic, dalam
Nurgiyantoro, 2014: 276). Unsur citraan merupakan gambaran-
gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata
(Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan diantarannya:
a. Citraan Penglihatan (visual imagery)
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan
pengonkretan objek yang dapat dilihat oleh mata, dapat dilihat
secara visual.
b. Citraan Pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran (auditif) adalah pengonkretan objek
bunyiyang didengar oleh telinga (Nurgiyantoro, 2014: 81).
c. Citraan Rabaan (thermal imagery).
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terkait
dengan pengonkretan objek gerak yang dapat dilihat oleh mata.
(Nurgiyantoro, 2014: 8).
d. Citraan Pengecapan (tactile imagery)
Citraan rabaan (taktil termal) menunjuk pada pelukisan
rabaan secara konkret walau hanya terjadi di rongga imajinasi
pembaca. (Nurgiyantoro, 2014: 83).
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
26
e. Citraan Penciuman (olfactory imagery)
Citraan penciuman (olfaktori) menunjuk pada pelukisan
penciuman secara konkret walau hanya terjadi di rongga
imajinasi pembaca (Nurgiyantoro, 2014: 83).
f. Sarana Retorika Puisi
Sarana retorika (rhetorical devices) merupakan muslihat
intelektual, yang dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
hiperbola, ironi, ambiguitas, paradoks, litotes, dan elipsis
(Altenbernd & Lewis, 1969).
1) Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu
secara berlebih-lebihan. Gaya ini biasanya dipakai jika
seseorang bermaksud melebihkan sesuatu yang dimaksudkan
dibandingkan keadaan yang sebenarnya dengan maksud
untuk menekankan penuturannya. (Nurgiyantoro, 2014: 61).
Contoh hiperbola: Darah mulai mengucur membanjiri
lengannya.
2) Ironi adalah pernyataan yang mengandung makna
bertentangan dengan apa yang dinyatakannya. Gaya ini juga
menampilkan stile yang bermakna kontras. Penggunaan gaya
ini dimaksudkan untuk menyindir, mengritik, mengecam,
atau sejenisnya. Gaya ironi biasanya tingkat intensitas
sindirannya rendah, sedangkan sindiran yang tajam biasanya
memakai gaya sarkasme. (Nurgiyantoro, 2014: 70). Contoh
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
27
ironi: Sebenarnya aku benci rumah yang memberiku
kerinduan untuk pulang.
3) Ambiguitas adalah pernyataan yang mengandung makna
ganda. Contoh ambiguitas: Mayat diloncati oleh kucing
hidup.
4) Paradoks merupakan pernyataan yang memiliki makna
yangbertentangan dengan apa yang dinyatakan. Contoh
paradoks: Tidak setiap derita/jadi luka/tidak setiap sepi/jadi
duri.
5) Litotes adalah pernyataan yang menganggap sesuatu lebih
kecil dari realitas yang ada. Lilotes berkebalikan dengan
hiperbola. Apabila gaya hiperbola menekankan dengan cara
melebihi lebihkan, gaya litotes justru dengan cara
mengecilkan fakta dari keadaan sesungguhnya
(Nurgiyantoro, 2014: 65). Contoh litotes: Mampirlah ke
gubukku sejenak.
6) Elipsis merupakan pernyataan yang tidak diselesaikan
tetapiditandai dengan ..... (titik-titik). Contoh elipsis: Wahai
angina ... sampaikan salamku padanya.
6. Bentuk Visual Puisi
Bentuk visual merupakan salah satu unsur yang paling
mudah dikenal. Bentuk ini meliputi penggunaan tipografi dan
susunan baris.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
28
7. Makna Puisi
Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Setiap puisi
pasti memiliki makna. Makna dapat disampaikan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Makna puisi pada umumnya
berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami
dalam kehidupan manusia. Pada umumnya makna puisi baru dapat
dipahami setelah seorang pembaca, membaca, memahami arti tiap
kata dan kias yang dipakai dalam puisi, serta memperhatikan
unsur-unsur puisi lain yang mendukung makna.
Bermacam-macam pendapat para ahli mengenai struktur
pembangun puisi yang berbeda-beda. Pada prinsipnya terdapat adanya
beberapa kesamaan. Hal ini dikarenakan cara pandang para ahli
bertolak dari latar belakang yang sama, yakni strukturalisme. Ada yang
menyatakan bahwa struktur puisi terdiri dari unsur sintaksis dan unsur
semantik. Ada juga yang menyatakan bahwa unsur pembangun puisi
terdiri dari bahasa puisi, bentuk, dan isi. Sayuti (1985: 14) menyatakan
bahwa karya puisi terdiri dari banyak unsur, yang tanpa adanya suatu
batasan sekalipun sudah dapat dibedakan antara puisi dan bukan puisi.
Unsur-unsur tersebut antara lain berupa kata-kata, bentuk, pola rima,
ritma, ide, makna atau masalah yang diperoleh penyairnya di dalam
hidup dan kehidupan yang hendak disampaikannya kepada pembaca,
pendengar, melalui teknik dan aspek-aspek tertentu. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
29
meliputi imaji, emosi, dan bentuknya yang khas. Richards dalam
(Situmorang, 1983: 1) berpendapat bahwa puisi dibangun atas hakikat
puisi dan metode puisi. Hakikat puisi adalah unsur hakiki yang
menjiwai puisi, terdiri atas (1) tema, (2) nada, (3) perasaan, dan (4)
amanat. Sementara itu, metode puisi adalah medium bagaimana
hakikat itu diungkapkan, terdiri dari: (1) diksi, (2) pengimajian, (3)
kata konkret, (4) majas, dan (5) rima dan ritma. Altenbernd dkk.,
dalam (Badrun, 1989: 6) menyatakan bahwa unsur-unsur puisi terdiri
dari bahasa puisi, bentuk, dan isi. Sementara itu, Meyer dalam
(Badrun, 1989: 6) mengemukakan bahwa unsur-unsur puisi terdiri
atas: (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) sarana retorika, (5)
bunyi, (6) irama, (7) tipografi, (8) tema dan makna. Menurut Hartoko
dalam (Waluyo, 1995: 27), unsur-unsur puisi yang penting terdiri atas
dua unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur
sintaksis puisi. Lebih lanjut, menurut Waluyo bahwa unsur tematik
atau unsur semantik puisi menujuk ke arah struktur batin sedangkan
unsur sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi. Struktur batin
adalah makna yang terkandungdalam puisi yang tidak secara langsung
dapat dihayati. Struktur batin terdiri dari (1) tema, (2) perasaan, (3)
nada dan suasana, (4) amanat atau pesan. Struktur fisik 12 adalah
struktur yang bisa kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Struktur
fisik terdiri dari: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa
figuratif atau majas, (5) versify ikasi, dan (6) tata wajah. Ahmad
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
30
dalam (Badrun, 1989: 6) berpendapat bahwa bahwa dalam puisi
terdapat: emosi, imajinasi, pemikiran ide, nada, irama, kesan panca
indera, susunan kata-kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan
yang bercampur baur. Unsur puisi yang dikemukakan tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga hal: (1) pemikiran, (2) bentuk, dan (3) kesan,
yang kesemuanya itu terungkap melalui media bahasa.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa puisi terdiri dari beberapa unsur, yakni: diksi,
imajeri (pengimajian), tema dan makna, irama, bunyi, perasaan,
amanat, dan bahasa kias (pemajasan). Penelitian ini difokuskan pada
salah satu unsur puisi, yaitu bahasa kias yang di dalamnya juga
mencakup makna.
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa
unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling
mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan
sebagai berikut:
1. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan
kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan
unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi
sebuah larik.
2. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat
dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula
seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah
larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
31
3. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait
inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik
dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru
tidak dibatasi. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima
(persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau
kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi
secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima,
perulangan kata, perulangan bait).
4. Tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari
sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur
pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima.
Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek
musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan
enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
5. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik
dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut.
Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan
menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur
batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-
hal sebagai berikut:
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
32
1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus
bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih
banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman,
dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis
dan psikologisnya.
3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-
lain.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
33
4. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada
tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun
dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula
metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair
untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan
barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair
dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang
sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-
katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji
raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
34
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera
yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret
“salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan.
5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat meningkatkan
efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986: 128).
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo,
1987: 83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi,
litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima
adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada
(2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
35
penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya (Waluyo, 187: 92),
dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritme adalah tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol
dalam pembacaan puisi.
2. Penguasaan Bahasa Figuratif
a. Pengertian Penguasaan
Finch dkk., dalam (Mulyasa, 2006: 38) menempatkan
penguasan bagian dari kompetensi (competence). Kompetensi diartikan
sebagai penguasaan suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal ini menunjukkan
bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas (kesanggupan) dalam pembelajaran.
Bloom dalam (Mulyasa, 2006: 41) menyatakan bahwa sebagian
besar peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya,
dan tugas pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan belajar
yang memungkinkan peserta didik menguasai bahan pembelajaran
yang diberikan. Ditambahkan oleh Hall, dalam (Mulyasa, 2006: 41)
bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
optimal, jika diberi waktu yang cukup. Perbedaan pandai dan kurang
pandai hanya terletak pada masalah waktu yang relatif dibutuhkan
oleh peserta didik.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
36
Dalam konteks lain penguasaan diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sesuatu hal. Dan
penguasaan bahasa figuratif dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa berdasarkan:
(1) Diksi, yaitu pilihan kata yang tepat dan sesuai dalam konteks-
konteks tertentu
(2) Nada yang terkandung dalam wacana, yaitu sugesti yang
dipancarkan oleh rangkaian kata-kata untuk menciptaan suasana
senang dan damai.
(3) Struktur kalimat, yaitu tempat sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut.
(4) Langsung tidaknya makna yang menjadi acuan.
b. Hakikat Bahasa Figuratif
Istilah figuratif sudah dikenal dan telah dipergunakan oleh
novelis Romawi Cicero dan Suetonius dengan istilah figura yang
diartikan „bayangan, gambar, sindiran, kiasan‟ (Tarigan, 1986: 5). Dan
secara leksikal bahasa figuratif dapat diartikan sebagai bahasa yang
bersifat kiasan atau bahasa yang bersifat lambang. Atau bahasa
figuratif adalah bahasa yang „melambangkan‟ cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Pradopo (2000: 61-62) berpendapat bahwa bahasa figuartif
biasa dipakai pengarang untuk menangkap sesuatu maksud dengan
cara tidak langsung. Dengan bahasa kiasan (figurative language)
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
37
menjadi karya sastra lebih menarik, lebih segar, lebih hidup, dan
terutama dapat menimbulkan kejelasan gambaran angan imajinasi
pembaca.
Abrams (1981: 96) menyatakan bahwa bahasa figuratif adalah
bagian dari gaya bahasa yang berbentuk retorika. Retorika terbagi atas
bahasa figuratif (figurative language) dan pencitraan (imagery). Dan
bahasa figuratif itu sendiri pun dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) figure
of thought atau tropes, yaitu penggunaan unsur kebahasaan yang
menyimpang dari makna yang harafiah (literal meaning) atau
pengungkapan dengan cara kias--sebut saja pemajasan dan (2) figure
of speech, rhetorical figures, atau schemes, yaitu menunjuk pada
masalah pengurutan kata, masalah permainan struktur tersebut saja
penyiasatan struktur.
Pernyataan di atas identik dengan pernyataan Aminuddin (1995:
227-228) yang menyatakan bahwa kajian retorik memilah bahasa
figuratif (figurative language) menjadi 2 jenis: (1) figure of thought,
yaitu bahasa figuratif yang terkait dengan cara pengolahan dan
pembayangan gagasan; (2) retorika figure, yaitu bahasa figuratif yang
terkait dengan cara penataan dan pengurutan kata-kata dalam
konstruksi kalimat. Istilah bahasa kias dalam pembahasan ini merujuk
pada bahasa figuratif yang terkait dengan cara pengolahan dan
penataan gagasan secara tradisional.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
38
Sejalan dengan pernyataan di atas, Gorys Keraf (2006: 129-145)
membedakan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
ke dalam gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa
retoris adalah gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut
nilai lahirnya (literal meaning). Bahasa yang dipergunakan adalah
bahasa yang mengandung unsur kelangsungan maknanya. Sedangkan
gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang maknanya tidak dapat
ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya.
Untuk itu, orang harus mencari makna di luar rangkaian kata dan
kalimat itu.
Lebih jauh Nurgiyantoro (1995: 298-300) menyatakan bahwa
ungkapan bahasa kias jumlahnya relatif banyak, namun hanya
beberapa saja yang kemunculannya dalam karya sastra relatif tinggi.
Bentuk-bentuk pemajasan yang banyak dipergunakan pengarang
adalah bentuk perbandingan atau persamaan, yaitu membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain melalui ciri-ciri kesamaan antara
keduanya. Bentuk perbandingan tersebut antara lain bentuksimile,
metafora, dan personofikasi. Dan gaya pemajasan lain yang sering
ditemui dalam berbagai karya sastra adalah metonemia, sinekdoke,
hiperbola, dan paradoks.
c. Macam-Macam Bahasa Figuratif
Dari berbagai pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bahasa figuratif yang sering dipakai dalam karya sastra diantaranya
adalah :
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
39
(1) Metafora (Metaphor)
Metafora adalah majas yang hendak mengkiaskan sesuatu
secara langsung. Dalam contoh klasik terungkap lewat lintah
darat, kambing hitam, dan sebagainya.
(2) Perbandingan (Simile).
Simile adalah majas yang mengkiaskan sesuatu secara tidak
langsung. Yang dikiaskan ada bersama pengiasnya dan
disambungkan oleh kata penghubung seperti laksana, bagaikan,
bagai, atau bak. Contoh klasik misalnya: matanya bagai bintang
timur, larinya bagai anak panah.
(3) Personifikasi (Personification)
Personifikasi adalah majas yang mengiaskan peristiwa alam
dengan pengalaman manusia. Berbagai peristiwa alam yang
merupakan benda mati dikiaskan menjadi barang hidup karena
setelah dipersonifikasikan, peristiwa itu jadi tak ubahnya orang
yang mengalami suatu peristiwa manusiawi. Pembaca
mengenalinya karena kiasan sifat human yang ditampilkan.
Contoh klasik misalnya: Lokomotif kereta api menjerit-jerit
sepanjang lereng gunung memecah kesepian.
(4) Hiperbola (Overstatement)
Hiperbola adalah majas yang mengkiaskan sesuatu secara
berlebih-lebihan. Majas ini menggunakan perbandingan dalam
melebih-lebihkan kiasannya. Tujuannya menarik atensi pembaca
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
40
agar lebih seksama memperhatikan hal yang diungkapkan.
Hiperbola tradisional, ada dalam ungkapan: bekerja membanting
tulang, menunggu seribu tahun lagi.
(5) Sinekdoke (Synecdoche)
a) Pars prototo
Pars prototo adalah majas yang menyebutkan “sebagian” untuk
maksud “keseluruhan.” Contoh: seminggu ini aku tak pernah
melihat batang hidungnya.
b) Totem proparte
Totem proparte adalah majas menyebutkan “keseluruhan”
untuk maksud “sebagian.” Contoh: rakyat Indonesia berhasil
merebut kemerdekaan.
(6) Ironi (Irony)
Ironi adalah kiasan yang mengkonotasikan makna
sebaliknya,dan dipergunakan untukmemberi sindiran. Pada tahap
tertentu majas ini berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yaitu
sindiran yang disajikan secara keras dan kasar tanpa
menggunakan upaya penyiratan melalui pembalikan makna.
Bentuk kiasan ini seperti: jalannya cepat sampai-sampai aku
tertidur menunggunya, memang kamulah gembongnya, mulutmu
harimaumu.
(7) Simbolik (Symbol)
Simbolik adalah kiasan yang melukiskan sesuatu dengan
menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Frost mencontohkan bendera sebagai lambang dari suatu negara.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
41
(8) Apostrof (Apostrophe)
Apostrof adalah kiasan yang mengalihkan amanat dari yang
hadir kepada sesuatu yang tidak hadir, sehingga ia tampak
tidak berbicara dengan yang hadir. Satu contoh: Hai kamu semua
yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini
berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan
seperti yang pernah kamu perjuangkan
(9) Alegori,Parabel, Fabela
a) Alegori (Allegory)
Alegori adalah suatu cerita singkat yang
mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari
bawah ke permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama
pelakunya bersifat abstrak, serta tujuannya selalu jelas
tersurat.
b) Parabel (parabola)
Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh
biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral.
Istilah parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita (berkaitan
dengan Kitab Suci) yang bersifat alegoris, untuk
menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran
spiritual. Misalnya: cerita Adam dan Hawa, Maryam dan
Harun.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
42
c) Fabel
Fabel adalah metafora berbentuk cerita mengenai
dunia binatang, di mana binatang-binatang bahkan makhluk-
makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah seperti
manusia. Tujuannya sama seperti parabel, yaitu
menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Contoh: kancil
dan buaya, kancil dan harimau, kancil dan petani.
(10) Metonemia (Metonymy)
Metonemia adalah kiasan dengan ungkapan berupa
penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut. Bentuk metonemia ini seperti contoh: naik
kijang, membaca S.T. Alisyahbana, mendeklamasikan Chairil.
(11) Paradoks (Paradox)
Paradoks adalah kiasan yang mempertentangkan fakta-fakta
yang nyata dan ada, atau dengan kata lain, pengungkapan dengan
menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar. Contoh: Ia mati kelaparan di tengah-
tengah kekayaannya yang berlimpah.
(12) Litotes (Understatement)
Litotes adalah kiasan yang dipakai untuk menyatakan sesuatu
dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu yang dinyatakan itu
kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan
dengan menyangkal lawan katanya. Contoh-contoh yang sering
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
43
dipakai seperti: silakan mampir ke gubuk saya, terimalah
bantuan yang tak seberapa ini, saya tidak akanmerasa bila
mendapat warisan miliaran rupiah itu.
Aminuddin (1995: 227-228) mencontohkan pada bahasa kias
“aku ini binatang jalang” terdapat dua hal yang diperbandingkan: „aku‟
dan „binatang jalang‟. Pada perbandingan tersebut dapat ditemukan
adanya kesamaan ciri semantik antara aku dan binatang jalang. Pada
perbandingan ciri semantik yang umum aku memiliki ciri semantik
sebagai makhluk demikian juga binatang. Aku mempunyai ciri
semanti bernyawa, begitu juga binatang. Pada sisi lain perbandingan
itu juga merujuk pada ciri semantik yang khusus dengan yang khusus.
Ditentukan demikian karena aku sebagai makhluk berkesadaran
sebagai ciri khusus manusia diperbandingkan dengan binatang yang
secara khusus diberi ciri jalang. Penentuan hubungan ciri
semantik seperti di atas tentu diawali pembuahan persepsi tertentu
menyangkut objek yang diacu oleh kata- katanya.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
penguasaan bahasa figuratif adalah kesanggupan seseorang
menggunakan bahasa yang „melambangkan‟ cara khas penulis dalam
menguraikan sesuatu melalui perbandingan yang tidak biasa, supaya
menarik perhatian.
d. Pentingnya Penguasaan Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif merupakan bahasa yang digunakan penyair
untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, secara tidak
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
44
langsung untuk mengungkapkan maknanya, atau bisa disebut dengan
makna kias. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek lebih kaya,
lebih efektif dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Makna yang
terdapat pada puisi bisa dipahami dengan penguasaan bahasa figuratif.
Dengan demikian penguasaan bahasa figuratif merupakan kunci untuk
dapat memahami, menafsirkan dan menjelaskan sebuah karya puisi.
3. Minat Membaca Puisi
a. Pengertian Minat
Istilah minat dapat diartikan bermacam-macam oleh para pakar
psikologi. Bernard (1982: 203) menyebutnya sebagai dorongan yang
ada diantara individu dan objek-objek, situasi, orang atau kegiatan.
Minat merupakan perasaan senang yang mewarnai setiap individu
yang ditimbulkan oleh situasi orang ke arah mana energi mental atau
fisik tertuju.
Sementara itu, Bingham (1989: 21) menjelaskan bahwa minat
adalah kecenderungan untuk ikut serta aktif dalam pengalaman-
pengalaman dan memelihara pengalaman tersebut. Minat (interest)
dapat dikatakan lawan dari keengganan (aversion) yang dirumuskan
sebagai kecenderungan untuk menjauhi terjadinya pengalaman
tentang objek-objek. Minat dalam eksiklopedia Indonesia IV (1983:
2252) diartikan sebagai kecenderungan bertingkah laku yang terarah
terhadap objek kegiatan atau pengalaman tertentu. Ahmadi (2003:
151) memberi batasan minat sebagai sikap jiwa orang seorang
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
45
termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang
tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang
terkuat. Minat (interest) dan keengganan (aversion) sifatnya dinamik.
Pada satu saat mungkin minat lebih kuat daripada keengganan,
disebabkan individu yang bersangkutan memusatkan perhatian
kepada salah satu objek sehingga tidak ada kesempatan untuk
memperhatikan objek lain (Bingham, 1989: 21).
Harras dan Sulistianingsih (1998: 33) memberi makna minat
sebagai hal yang dapat mendorong atau menggerakkan hati
seseorang melakukan suatu perbuatan dengan penuh senang hati dan
suka rela. Orang yang dalam dirinya telah memiliki minat yang tinggi
dalam suatu hal, maka ia akan dengan suka rela mengerjakan hal
yang diminatinya tersebut, walaupun dirinya harus melakukan
pengorbanan, baik secara materi maupun nonmateri.
Minat menurut Liang Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik atau
terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari
pentingnya kegiatan itu. Jadi minat adalah keterlibatan seseorang
dengan segenap kesadaran secara penuh, dan perhatian disertai
perasaan senang karena menyadari pentingnya suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan.
Minat menurut Crow& Crow (1993: 153) adalah kekuatan
pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian
terhadap orang lain, sesuatu atau aktivitas tertentu. Minat selalu
disadari dan muncul sejak awal kehidupan serta berkembang atas
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
46
pengaruh-pengaruh dari luar dirinya dan dari dalam dirinya sendiri.
Oleh karena itu minat berubah karena pengalaman dan baru stabil
setelah dewasa. Pendapat tentang minat yang lebih lengkap
dikemukakan oleh Chaplin (2000: 246) yang merumuskan minat
dalam tiga buah rumusan, yaitu pertama, sebagai suatu sikap yang
menetap yang mengikat perhatian individu ke arah objek-objek
tertentusecara selektif. Kedua, perasaan yang berarti bagi individu
terhadap kegiatan, pekerjaan sambilan atau objek-objek yang
dihadapi oleh setiap individu, dan ketiga, kesiapan individu yang
mengatur atau mengendalikan perilaku dalam arah tertentu atau ke
arah tujuan tertentu.
Minat merupakan gejala psikis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu atau memberikan perhatian yang penuh
terhadap objek tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukannya bisa
membuat orang tersebut menjadi senang dan orang tersebut akan
melakukannya secara terus-menerus. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Winkel (1996: 30-31) bahwa minat adalah
kecenderungan yang menetap dalam diri seseorang untuk tertarik
pada bagian atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang tertentu. Selanjutnya dijelaskan oleh Traw (1993: 105),
bahwa minat sangat erat hubungannya dengan perasaan individu,
objek, aktivitas, dan situasi. Minat dapat menunjuk pada keasyikan
mental dalam mengamati objek atau situasi tertentu. Selain
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
47
pengertian minat yang telah diuraikan di atas, minat menurut
pengertiannya yang paling mendasar adalah tertarik, atau terlibat
sepenuhnya dengan suatu kegiatan, karena menyadari begitu
pentingnya kegiatan tersebut untuk memberi arti dalam
kehidupannya. Hal ini berarti bahwa minat seseorang selalu berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan tertentu di sekitarnya.
Jelasnya apabila seseorang memiliki minat terhadap sesuatu
hal, ia akan merasa tertarik untuk melakukan berbagai kegiatan atau
usaha yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan demikian terlihat
jelas bahwa minat merupakan salah satu gejala psikis yang bisa
membuat seseorang untuk menetapkan pilihannya dalam melakukan
suatu kegiatan, sebab minat dapat menjadi daya pendorong atau
motivasi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sementara itu Hurlock (1981: 420) menambahkan bahwa jika
seseorang berminat pada satu objek atau peristiwa tertentu, ia tidak
akan dapat dihalangi, ia akan berusaha untuk melakukan atau
mendapatkan objek yang diminatinya, sehingga tidak mungkin objek
tersebut dapat ditinggalkannya, karena suatu objek yang
menyenangkan perasaan seseorang dapat menimbulkan minatnya
terhadap objek tersebut. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak
akan menjadikan faktor pendorong bagi anak-anak dalam melakukan
usahanya. Anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar
apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
48
Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 57)
menyatakan bahwa minat adalah suatu kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati akan diperhatikan terus-menerus dan apabila dilakukan
akan disertai dengan rasa senang.
Semiawan (1982: 48) mengemukakan pengertian minat
adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan responster arah
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan
memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Minat dapat menimbulkan
sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulus
khusus sesuai dengan keadaan tersebut.
b. Pengertian Membaca
Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif
yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat
menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu (Depdikbud, 1985: 11). Suharianto
(1989: 154) mengartikan membaca sebagai suatu usaha memahami dan
merasakan apa yang dinyatakan penulis dalam wacana yang ditulisnya
tersebut. Dan menurut Soedarsono (1999: 4) membaca yaitu aktivitas
yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang
terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan
khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Hodgson dalam (Tarigan,
1991: 7), mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
49
dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Harjasujana dalam (Harras dan Sulistianingsih, 1998: 23) mengartikan
membaca sebagai suatu kegiatan komunikasi interaktif yang
memberikan kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa
latar belakang, dan hasrat masing-masing.
Harras dan Sulistianingsih (1998: 26), memberi makna
membaca merupakan perseptual, proses perkembangan, dan proses
perkembangan keterampilan berbahasa. Selaras dengan pernyataan ini,
Thorndike dalam (Depdiknas, 2002: 4) mengemukakan bahwa belajar
membaca merupakan proses belajar berpikir dan bernalar (reading as
thingking orreading as a reasoning). Anderson dalam (Tarigan, 1991:
7) mendefinisikan membaca merupakan proses kegiatan mencocokkan
huruf atau melafalkan lambang bahasa tulis (reading is a recording
and decoding process). Senada dengan pendapat tersebut,
Nurgiyantoro (2001: 246) memberi batasan bahwa membaca
merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain
melalui sarana tulisan. Dalam kegiatan membaca diperlukan
pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut
huruf dan ejaan. Pada hakikatnya huruf dan atau tulisan hanyalah
lambang bunyi bahasa tertentu. Oleh karena itu, dalam kegiatan
membaca kita harus mengenali bahwa lambang tulis tertentu itu
mewakili (melambangkan atau menyarankan) bunyi tertentu yang
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
50
mengandung makna yang tertentu pula. Dari beragamnya definisi
membaca seperti tersebut di atas, menandakan masih bersilang
pendapat para pakar memberi definisi membaca yang benar-benar
akurat. Meskipun demikian, menurut Willian dalam (Harras dkk, 1998:
37) ada satu hal yang disepakati oleh seluruh pakar ihwal membaca,
yaitu unsur yang harus ada dalam setiap kegiatan membaca yaitu
„pemahaman‟ atau understanding.
Minat membaca menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1986: 36)
adalah hasrat yang besar disertai rasa cinta untuk melakukan
aktivitas membaca karena adanya motivasi dan tendens tertentu.
Minat membaca adalah modal dasar bagi kegiatan membaca, agar
kegiatan membaca dilakukan secara mantap, terprogram dan sungguh-
sungguh. Lebih jauh lagi dapat dijelaskan bahwa minat merupakan
kekuatan, pendorong yang memaksa seseorang untuk menaruh
perhatian pada orang lain atau aktivitas tertentu. Hal ini menandakan
bahwa jika seseorang memiliki minat membaca, maka ia akan
senantiasa berusaha untuk mendapatkan informasi secara lengkap,
berusaha menyesuaikan diri dengan kegiatan-kegiatan membaca,
bahkan berusaha untuk senantiasa melakukan aktivitas membaca
secara teratur. Dengan demikian minat membaca mengandung arti
suatu kemauan atau keinginan yang keras dalam diri seseorang untuk
selalu melakukan aktivitas membaca. Sebagai salah satu kebutuhan
pokok dan bagian hidup.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
51
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
Bila dikaitkan dengan kegiatan membaca, minat memegang
peranan yang sangat penting. Orang yang mempunyai minat baca yang
tinggi akan memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan
membaca. Minat baca mempunyai makna yang mengikat seseorang
pada kegiatan membaca, dan orang tersebut menyadari bahwa kegiatan
membaca sangat berharga bagi dirinya, sehingga ia selalu melakukan
kegiatan membaca untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan
membaca yang dilakukan tidak menjadi suatu beban bagi dirinya.
Kegiatan membaca akan dilakukan dengan penuhrasa suka, senang
sehingga pekerjaan tersebut merupakan suatu kegemaran.
Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang
dapat mempengaruhi kemampuan membaca. Tidjan (1977: 56)
menyatakan bahwa ketiadaan minat membaca dapat menimbulkan
ketidakmampuan dalam menafsirkan bacaan. Begitu pula
ketidakmampuan dalam menafsirkan bacaan dapat menimbulkan
ketiadaan minat baca. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas bahwa
minat dan kemampuan membaca mempunyai hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar-mengajar.
Rusyana (1982: 53) mengungkapkan bahwa minat memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan baca-tulis, sebab
kegiatan baca-tulis berusaha untuk menumbuhkan kesadaran bahwa
kita mempunyai hubungan dengan berkepentingan dengan apa yang
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
52
dibaca dan ditulis. Kegiatan baca-tulis terutama berusaha untuk
menumbuhkan minat budaya, yaitu minat yang luas dan mendalam
terhadap nilai bacaan dan tulisan serta kesadaran akan kemafaatannya
bagi kehidupan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa minat merupakan
dasar untuk melakukan sesuatu kegiatan. Agar seseorang dapat
melakukan kegiatan membaca, maka harus dilandasi oleh minat baca
yang baik. Sehubungan dengan masalah minat baca, Suryabrata (1985:
229-230) menjelaskan bahwa minat baca sangat erat hubungannya
dengan kebutuhan; misalnya seseorang membutuhkan informasi, maka
dia akan berhubungan dengan bahan bacaan seperti buku-buku teks,
surat kabar, majalah, karyasastra, dan sebagainya. Hal ini berarti
bahwa membaca merupakan objek pilihannya dan ia akan memberikan
perhatian yang kemudian mendorong dia untuk melakukan perbuatan
membaca.
Termotivasinya seseorang untuk membaca dapat dilihat dari dua
alur, yaitu yang pertama adalah untuk memperoleh informasi, dan
yang kedua adalah untuk hiburan. Kedua komponen tersebut
bertumpang tindih dan bekerjasama, tetapi agaknya salah satu dari
kedua motif tersebut lebih dominan. Hal ini lebih dipertegas oleh
Wahadaniah (1997: 16) yang menyatakan bahwa minat baca adalah
keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca.
Dengan kata lain, minat baca adalah suatu keinginan yang
menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan bacaan-
bacaan yang menarik minatnya.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
53
Mengenai hal ini Franz dan Meier (1986: 8) menjelaskan secara
lengkap tentang minat baca seseorang dengan merincinya menurut tiga
rangsangan dasar, yaitu:
Pertama, minat membaca adalah keinginan untuk menangkap dan
menghayati apa yang dijumpai di dalam bacaan tersebut. Kedua,
adalah berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya
melonggarkan keterikatan manusia. Hal ini berarti kegiatan membaca
dengan motif ini hanyalah dilakukan untuk mengisi waktu, melupakan
sesuatu, menghibur atau meliputi dan mengganti sesuatu dalam
kehidupan. Ketiga, minat baca yaitu mencari keteraturan dan bentuk,
mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa minat
seseorang terhadap kegiatan membacaakan tumbuh dan berkembang
bila ada faktor tertentu yang mendorongnya, terutama faktor yang
muncul dari dalam diri orang tersebut; misalnya untuk apa ia
melakukannya atau apa manfaat membaca itu bagi dirinya. Minat baca
ini penentunya didorong oleh adanya motivasi yang tinggi. Tumbuhnya
minat baca diawali dengan adanya motivasi. Itulah sebabnya motivasi
dan minat selalu dipertautkan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong
atau motor penggerak penentu arah atau tujuan, dan penentu
terlaksananya suatu kegiatan.
Faktor lain yang mempengaruhi minat seseorang dalam kegiatan
membaca dapat ditentukan oleh materi dan juga ilustrasi yang terdapat
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
54
dalam bacaan tersebut. Jika materi bacaan tersebut disenangi atau
disukai seseorang, atau ilustrasi yang dibuat dalam buku tersebut dapat
menyentuh perasaan si pembaca, maka ia akan membaca buku tersebut
dengan baik dan penuh perhatian. Dia akan membaca buku tersebut
secara sungguh-sungguh halaman demi halaman tanpa sedikit pun
yang terlewat; sedangkan bila materi bacaan tersebut tidak sesuai
dengan minat seseorang Apa lagi ilustrasi bacaan dalam buku tersebut
sangat tidak menarik, ia tidak akan berusaha untuk mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh, tetapi ia akan berusaha untuk menghindari-
nya. Dengan kata lain, minat baca seseorang juga dapat dipengaruhi
oleh materi yang terdapat dalam bahan bacaan, sekaligus juga ilustrasi
yang menarik serta sesuai dengan alur bacaan, sehingga si pembaca
dengan sukarela dapat meluangkan waktunya untuk membaca buku.
d. Aspek-aspek Minat Membaca Puisi
Berikut ini diketengahkan beberapa aspek minat membaca puisi.
Mengacu pada beberapa teori atau konsep yang diterangkan oleh para
pakar, minat membaca puisi memiliki beberapa aspek, yakni:
1) Kesadaran
Perbuatan atau kegiatan membaca puisi akan berhasil apabila
seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk
membaca puisi itu akan mengantarkan anak untuk mencari dan
bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga anak
akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
55
Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Witherrington yang diterjemahkan oleh Buchori (1984:
135) bahwa: minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu
objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung
sangkut paut dengan dirinya”. Jadi, karena merasa ada sesuatu
yang kurang dari dirinya, ada kebutuhan yang harus dipenuhi,
maka dengan kesadaran yang tinggi anak akan berusaha untuk
membaca. Kondisi seperti ini lama kelamaan menjadi kebiasaan
yang mantap pada diri anak. Tanpa disadarinya dalam diri anak
akan terbentuk minat baca pula, yang akan memacu anak untuk
meningkatkan kemampuan membacanya.
2) Kemauan
Kartono (1980: 83) berpendapat bahwa “kemauan anak
adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup
tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal
budi”. Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap
dan tingkah laku seseorang. Kemauan yang merupakan aktivitas
sadar itu akan menumbuhkan rangsangan kuat untuk berusaha
melakukan perintah internalnya berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang masuk akal agar terpenuhi kebutuhan dalam
dirinya. Sebagai seoranganak yang masih dalam proses belajar,
kemauan-kemauan ini harus selalu ditimbulkan karena aktivitas
yang dilaksanakan berdasarkan perintah internalnya akan
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
56
membuahkan hasil yang lebih baik, dan lebih mendalam.
Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk secara terus-menerus
akan membentuk suatu sikap yang positif pada diri anak.
Kemauan anak mempunyai hubungan yang erat dengan minatnya.
Minat yang telah dimiliki anak menjadi penyebab anak
mempunyai aktivitas, usaha yang keras agararah dan tujuan akan
tercapai. Dengan kemauan, anak dapat mengembangkan dirinya
sendiri dan mempunyai sikap untuk berinisiatif sendiri untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang
memuaskan.
3) Perhatian
Menurut Witherington (1984: 131) “perhatian adalah
aktivitas yang vital dalam pendidikan”. Sebab pada saat anak
berkonsentrasi, aktivitas jiwa secara maksimal bekerja. Anak akan
berusaha mengenal dan memahami objek yang diperhatikan
dengan sebaik-baiknya. Perhatian yang timbul dari dalam diri anak
akan menghasilkan proses membaca yang lebih baik dari pada
perhatian yang ditimbulkan akibat rangsangan dari luar. Apabila
dalam diri anak sudah ada minat, perhatian yang dilakukan oleh
anak merupakan perhatian yang spontan keluar dari dalam diri
anak sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan proses membaca
anak, sesuai dengan pendapat Walgito (1996: 69) bahwa “prhatian
ini erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
57
mempunyai minat terhadap sesuatu, terhadap objek itu biasanya
timbul perhatian yang spontan secara otomatis”. Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian ada kaitannya yang
saling mendukung dan saling mengisi sebagai modal penting
dalam aktivitas membaca anak.
4) Perasaan Senang
Winkel (1986: 90) berpendapat bahwa minat adalah
“kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik
pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam
bidang itu”.
Menurut pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
minat merupakan motor penggerak psikis dimana minat
menimbulkan rasa senang. Dalam hal ini rasa senang merupakan
sikap positif bagi aktivitas membaca. Perasaan merupakan
aktivitas psikis yang tidak boleh diabaikan karena perasaan dalam
diri anak akan berpengaruh pada aktivitas membacanya. Perasaan
itu akan menentukan sikap anak dalam menanggapi objek yang
dihadapinya. Perasan senang, puas atau gembira akan membentuk
sikap yang positif, sedangkan perasaan takut, sedih, benci dan
sebagainya akan menimbulkan sikap yang negatif. Sikap positif ini
dapat diperkuat dengan alasan yang rasional, sehingga anak
mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk selalu berada pada
jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dengan merasa
senang, motivasi yang lebih kuat untuk selalu berada pada jalur
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
58
yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dengan merasa senang,
motivasi intrinsic dapat berkembang. Anak mempunyai gairah dan
semangat untuk membaca, sehingga aktivitas membaca yang
dilakukan anak akan berjalan dengan lancar dan berhasil dengan
memuaskan. Dari penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
minat yang dimiliki anak merupakan modal yang tidak dapat
diabaikan dalam kegiatan membaca. Minat merupakan aktivitas
yang penuh dengan kesadaran, kemauan dan perhatian serta
kesadaran, yang merupakan perpaduan antara satu dengan yang
lain, dimana ada keterkaitan yang tidak terpisahkan. Memang
minat merupakan faktor non intelektual yang mempunyai
pengaruh besar terhadap keberhasilan membaca anak. Minat inilah
yang merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan-perbedaan
pada tingkat kemampuan anak. Minat yang besar akan mencapai
kemampuan membaca yang memuaskan dan sebaliknya membaca
tanpa minat akan menghasilkan prestasi yang rendah dan
mengecewakan.
e. Indikator Minat Membaca Puisi
Minat memiliki indikator yang meliputi: (1) Adanya kesadaran
bahwa membaca suatu kebutuhan yang harus dipenuhi (2)
Kemauan/keinginan, yaitu dorongan kehendak yang terarah pada
tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh pertimbangan
akal budi; (3) Perhatian, yaitu aktivitas yang vital dalam pendidikan,
(4) Perasaan yang merupakan sikap dalam aktivitas membaca puisi
(Witherington, 1984: 131)
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
59
Young (1987: 320) menyatakan bahwa adanya minat pada diri
seseorang ditandai oleh adanya aktivitas yang dilakukan terus-
menerus dan tetap pada sesuatu hal bukan karena dorongan dari luar
namun karena dirinya sendiri merasa berkepentingan. Dengan minat,
seseorang melakukan aktivitas dengan perasaan senang; aktivitas itu
dilakukan terus-menerus dan senantiasa dipertahankan. Minat sering
kali juga ditandai oleh tendensi yang bersifat dinamis dari seseorang
untuk mencari suatu objek atau berusaha menegrjakan aktivitas
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
membaca puisi adalah adanya perhatian yang tinggi terhadap
bacaan puisi, yang ditunjukkan dengan penggunaan waktu yang
efektif untuk memenuhi kegemaran dalam membaca puisi sehingga
dapat menimbulkan perasaan senang tanpa suruhan atau paksaan.
Selain itu, seseorang tidak akan merasa terganggu perhatiannya
terhadap pengaruh luar jika ia sedang melakukan kegiatan membaca
puisi.
4. Pengajaran Sastra di Sekolah Dasar
Di SD, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Jenis sastra yang diajarkan
di SD meliputi fiksi, puisi dan drama.
a. Ruang Lingkup Pengajaran Sastra
Pengajaran apresiasi puisi di Sekolah Dasar mengikuti apresiasi
puisi secara langsung yaitu menekankan kepada pengusaan wawasan dan
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
60
pengetahuan tentang bidang atau program tertentu. Menurut Supriyadi
(1992: 285) apresiasi langsung yaitu kegiatan yang secara sadar
dilakukan untuk memperoleh kenikmatan, menghargai, menilai karya
sastra secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran apresiasi puisi yaitu :
1) Menulis karya sastra puisi
Menulis karya sastra bagi sekolah dasar menjadi hal yang
sulit jika kita tidak memahami hal-hal apa saja yang dapat membantu
memudahkan penulisan. Sesuai dengan perkembangan sekolah
dasar, menulis puisi hendaknya diambil dari pengalaman secara
konkret. Selain itu dalam menentukan tema dalam membuat puisi
hendaknya tema tersebut diambil dari pengalaman anak sehari-hari.
2) Membacakan karya sastra
Dalam kegiatan ini, pembaca bukan hanya membaca sambil
lalu saja, melaikan membaca sungguh-sungguh, dengan empati,
dengan kegairahan, sampai ia menemukan pengalaman pengarang
dalam karya tersebut. Ia memperoleh kenikmatan dan akhirnya ia
mampu memberi penghargaan yang layak terhadap karya sastra
tersebut.
3) Mendengarkan karya sastra
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan melalui
pemodelan. Dalam hai ini guru yang bertindak sebagai model
pembaca puisi yang baik sebagai contoh kepada siswa setelah
kegiatan ini di harapkan siswa dapat membacakan puisi dengan baik.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
61
b. Pengertian Pengajaran Puisi
Menurut Dimyati dkk., (1999: 297) “ pengajaran adalah kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada sumber belajar.
Pengajaran sebagai suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi. Puisi menurut
kamus istilah satra (Sudjiman, 1984) adalah ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama serta penyusunan barik dan larik.
Berdasarkan uraian di atas, pengajaran sastra adalah suatu proses
yang diberikan secara sengaja melalui desain pelajaran yang dirancang
oleh guru harus memperhatikan karajter siswa sekolah dasar, agar hasil
belajar dapat diperoleh secara maksimal.
c. Tujuan Pengajaran Sastra
Dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan apresiasi puisi di Sekolah
Dasar adalah peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a). Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluasan
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman berbahasa.
b) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
62
d. Manfaat Pengajaran Sastra
Manfaat dari apresiasi puisi di Sekolah Dasar yaitu :
a) Siswa dapat melatih diri berimajinasi
b) Menambahkan wawasan dan memberi pengetahuan baru sehingga ia
sadar akan kehidupan sekelilingnya.
c) Manfaat psikologis karena isi karya yang diapresiasikannya dapat
membantu menyelesaikan atau meringankan masalah yang
dihadapinya.
Ketiga manfaat itu dapat tercapai sekaligus, dapat juga satu
persatu, tergantung puisi yang dibacanya dan kemampuan membuat dan
membacakan karyanya.
Sesuai dengan uraian di atas, jelaslah bahwa pengajaran
apresiasi sastra puisi di sekolah dasar mempunyai peranan, tujuan dan
manfaat bagi siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian ini.
Beberapa penelitian tentang pengajaran sastra di sekolah telah
dilakukan, diantaranya penelitian oleh Bush, Heroid K., Ir., 1993 tentang,
Poetry and the Teaching of Figurative Language Skills, menunjukkan hasil
bahwa penguasaan bahasa figuratif dapat mendorong kemampuan metaforik
pembaca. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa figuratif dapat dilakukan
melalui pengajaran puisi. Puisi dapat digunakan dengan cara yang berbeda
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
63
untuk menguatkan kosa kata, mengembangkan kemampuan menulis kreatif
dan memotivasi pembelajaran yang baru belajar membaca.
Penelitian lain oleh Gusti Yarmi tahun 2010 tentang kemampuan
kemampuan apresiasi puisi anak yang dilakukan di SDN No 17 dan 18
Cempaka Putih Barat Jakarta Pusat dengan pendekatan penelitian metode
survey menunjukkan hasil bahwa kemampuan apresiasi puisi anak dapat
dikembangkan dengan jalan meningkatkan sikap apresiatif terhadap sastra
anak dan pengetahuan tentang topik baik secara sendiri maupun bersama.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara penguasaan bahasa figuratif, sikap apresiatif dan
kemampuan mengapresiasi puisi. Penelitian di atas memberikan gambaran
bahwa terdapat kaitan yang erat antara pengajaran bahasa dan sastra. Jika
penelitian di atas bertujuan untuk mengetahui penguasaan bahasa figuratif,
sikap apresiasi terhadap sastra anak dengan kemampuan apresiasi puisi
anak, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan
bahasa figuratif dan minat membaca puisi dengan kemampuan
mengapresiasi puisi.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian dan teori yang
mendasari, maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.1 berikut.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
64
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Penguasaan bahasa figuratif dengan kemampuan mengapresiasi puisi
mempunyai hubungan yang signifikan, yaitu siswa yang mempunyai
penguasaan bahasa figuratif dengan baik, maka ia akan memiliki kemampuan
mengapresiasi puisi dengan baik pula. Begitu sebaliknya, penguasaan bahasa
figuratif siswa yang kurang baik, melahirkan kemampuan mengapresiasi
puisi siswa yang kurang baik pula.
Minat membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi
mempunyai hubungan yang signifikan, yaitu siswa yang mempunyai minat
membaca puisi positif, maka ia akan memiliki kemampuan mengapresiasi
puisi dengan positif pula. Begitu sebaliknya, minat membaca puisi siswa
yang kurang baik (negatif), melahirkan kemampuan mengapresiasi puisi
siswa yangkurang baik (negatif) pula.
Penguasaan bahasa figuratif yang sangat baik dan minat membaca
puisi yang cenderung positif, diduga kemampuan mengapresiasi puisi oleh
siswa akan sangat baik dan berkorelasi positif pula, demikian sebaliknya,
apabila siswa mempunyai penguasaan bahasa figuratif yang kurang baik dan
minat membacapuisi yang cenderung negatif, diduga kemampuan
mengapresiasi puisi oleh siswa akan kurang baik dan berkorelasi negatif
pula.
Minat Membaca
Puisi
Kemampuan
Mengapesiasi
Puisi
Penguasaan Bahasa
Figuratif
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017
65
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian ini diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara penguasaan bahasa figuratif dan kemampuan
mengapresiasi puisi.
2. Ada hubungan positif antara minat membaca puisi dan kemampuan
mengapresiasi puisi.
3. Ada hubungan positif antara penguasaan bahasa figuratif dan minat
membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi.
Hubungan Antara Penguasaan..., Siti Zulfatun, Program Pascasarjana UMP, 2017