bab ii kajian teori 2.1 belajar dan pembelajaran di sd...tema 7 kelas iv (semester ii) tema 7 sub...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Belajar dan Pembelajaran di SD
Belajar merupakan proses yang terjadi dari diri seseorang sehingga
seseorang yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak mengerti
menjadi mengerti. Adapun cara belajar yang baik yaitu dengan siswa
memperhatikan pola belajar. Maksudnya belajar juga harus mempersiapkan
waktu, pikiran dan tenaga (Yusuf, 2009). Pembelajaran di SD merupakan
pembelajaran yang harus memperhatikan karakter siswa. Biasanya
pembelajaran masih dengan tahap konkret. Karakter merupakan suatu pola
tingkah laku yang dimiliki seseorang. Biasanya karakter siswa satu dengan
yang lain berbeda-beda (Nur, 2014). Dapat dikatakan bahwa Belajar dan
pembelajaran di SD merupakan proses tahapan yang harus dilakukan siswa,
sehingga pembelajaran yang diajarkan akan menghasilkan karakrter yang
baik untuk siswa itu sendiri.
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi luar fisik
seseorang. Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang. Menurut (Widiawati, 2012) Adapun faktor yang
mempengaruhi pembelajaran di SD yaitu:
1. Faktor eksternal
- Pengaruh teman di sekitar siswa
- Pengaruh lingkungan
- Pengaruh guru ketika mengajar dikelas
2. Fantor internal
- Adanya motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri
- Minat siswa dalam belajar.
- Pengaruh sikap kejiwaan siswa dalam belajar
Dari pendapat diatas, bahwa faktor eksternal dan internal sangat
berpengaruh terhadap pembelajaran ketika di kelas. Karena setiap siswa
dapat mengambil keputusan sendiri. Baik dengan pengaruh pikiran siswa
dari dalam diri ataupun dari luar pikiran siswa.
2.2 Pembelajaran Tematik di SD
Pembelajaran tematik SD merupakan pembelajaran yang menekankan
pada keaktifan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
6
Biasanya pembelajaran dapat berlangsung secara individu maupun
kelompok (Santika, 2014). Selain itu, pembelajaran tematik SD adalah suatu
perangkat yang tersusun mulai dari tema atau topik. Jadi pada saat proses
pembelajaran, mata pelajaran tersusun menjadi satu (Kadir & Asrohah,
2014). Menurut kemendikbud pembelajaran tematik adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai tema-tema. Pengintegrasian tersebut yaitu
sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Tentunya
dengan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema ini menjadi
alat pemersatu materi yang beragam dari berbagai mata Pelajaran. Jadi dapat
dikatakan bahwa Pembelajaran tematik di SD merupakan pembelajaran
yang menyatukan semua aspek baik pengetahuan, sikap dan psikomotor
siswa yang mana setiap mata pelajaran dijadikan satu sehingga disebut
kedalam tema dan subtema.
Permendikbud nomer 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, Kompetensi
Inti (KI) adalah kompetensi yang digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan kompetensi yang bersifat spesifik dan ruang lingkup
materi untuk setiap muatan kurikulum. Kompetensi yang diharapkan
mencakup 3 (tiga) ranah meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ranah sikap yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Kompetensi digunakan
untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap muatan
kurikulum. Selanjutnya kompetensi dalam ruang lingkup materi digunakan
untuk menentukan Kompetensi Dasar (KD) pada pengembangan kurikulum
satuan dan jenjang pendidikan. Berikut dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
7
Kompetensi Inti Kelas IV SD
KI Kompetensi Inti
Sikap Spiritual Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial Menunjukan perilaku disiplin, tanggung jawab, jujur, peduli, santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, guru, teman, dan
tetangga
Pengetahuan Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati dan
menanyakan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan,
dan kegiatannya, dan benda yang ditemuinya dirumah, sekolah, dan
tempat bermain
Keterampilan Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, sistematis da
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan tingdakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
Sumber: Permendikbud Nomer 64 tentang Standar Isi
Dalam pembelajaran tematik kompetensi yang digunakan memiliki
lingkup dan peran yang berbeda. Sehingga diharapkan dapat memenuhi
seluruh aspek yang dibutuhkan untuk perkembangan siswa, agar seimbang
secara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kompetensi Inti kemudian
dituangkan dalam tema dan sub tema. Peneliti memilih tema 7 subtema 1
pembelajaran ke 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA. Namun, berikut
akan peneliti paparkan pembelajaran tema 7. Lebih jelasnya akan disajikan
dalam tabel dibawah ini:
Tema 7 kelas IV (Semester II)
Tema 7 Sub Tema
Indahnya Keragaman di
Negeriku
1. Keragaman Suku Bangsa dan Agama di
Negeriku
2. Indahnya Keragaman Budaya Negeriku
3. Indahnya Persatuan dan Kesatuan
Negeriku
Sumber: Buku Guru Kelas 4 SD Tematik Semester II
8
Berdasarkan tabel diatas, pembelajaran tematik kelas IV ada 3 tema.
Dimana setiap tema memiliki pokok bahasan. Dalam pokok bahasan, ada 6
pembelajaran yang mencangkup Kompetensi Inti. Yaitu pembelajaran 1,
2,3,4,5 dan 6. Berikut pemetaan Kompetensi Dasar (KD) subtema 1:
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema
1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama di
Negeriku, Pembelajaran 1
Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menyajikan pengetahuan factual
dalam bahasa yang jelas, sistematis
da logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan tingdakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru
dari teks nonfiksi ke dalam tulisan
dengan bahasa sendiri
IPA
3.3Mengidentifikasi macam-macam
gaya, antara lain : gaya otot, gaya
listrik, gaya magnet, gaya gravitasi,
dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya
dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya gaya otot, gaya listrik,
gaya magnet, gaya gravitasi, dan
gaya gesekan
Gambar 2.1
Pemetaan Pembelajaran 1
9
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku,
Subtema 1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama
di Negeriku, Pembelajaran 2
Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke
dalam tulisan dengan bahasa sendiri
IPA
3.3Mengidentifikasi macam-macam
gaya, antara lain : gaya otot, gaya
listrik, gaya magnet, gaya gravitasi,
dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya
dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya gaya otot, gaya listrik,
gaya magnet, gaya gravitasi, dan
gaya gesekan
SBdP
3.2 Mengetahui tanda tempo
dan tinggi rendah nada
4.2 Menyanyikan lagu dengan
memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada
Gambar 2.2
Pemetaan Pembelajaran 2
10
Tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 1 : Keragaman
Suku Bangsa dan Agama di
Negeriku, Pembelajaran 3
Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam
tulisan dengan bahasa sendiri
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan
sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama
dalam berbagai bentuk keragaman
suku bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman
suku, bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman, sosial,
ekonomi, budaya, etnis, dan agama
di provinsi setempat sebagai
idenetitas bangsa Indonesia serta
hubungannya dengan karakteristik
ruang
4.2Menyajikan hasil identifikasi
mengenai keragaman, sosial,
ekonomi, budaya, etnis, dan agama
di provinsi setempat sebagai
idenetitas bangsa. Memahami
pentingnya upaya keseimbangan
dan pelestarian sumber daya alam di
lingkungannya
Gambar 2.3
Pemetaan Pembelajaran 3
11
Tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 1 :
Keragaman Suku Bangsa dan
Agama di Negeriku,
Pembelajaran 4
Kelas 4 Semester II
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan
sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama
dalam berbagai bentuk
keragaman suku bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang
terikat persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman
suku, bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat
persatuan dan kesatuan
IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman, sosial,
ekonomi, budaya, etnis, dan agama
di provinsi setempat sebagai
idenetitas bangsa Indonesia serta
hubungannya dengan karakteristik
ruang
4.2 Menyajikan hasil identifikasi
mengenai keragaman, sosial,
ekonomi, budaya, etnis, dan agama
di provinsi setempat sebagai
idenetitas bangsa Indonesia : serta
hubungannya dengan karakteristik
ruang
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam
tulisan dengan bahasa sendiri
Gambar 2.4
Pemetaan Pembelajaran 4
12
Tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 1 :
Keragaman Suku Bangsa dan
Agama di Negeriku,
Pembelajaran 5
Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam
tulisan dengan bahasa sendiri
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat
persatuan dan kesatuan sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam
berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk
keragaman suku, bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat
persatuan dan kesatuan
4.4 Menyajikan bentuk keragaman suku,
bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
SBdP
3.2 Mengetahui tanda tempo dan
tinggi rendah nada
4.2 Menyanyikan lagu dengan
memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada
Gambar 2.5
Pemetaan Pembelajaran 5
13
Dari pemetaan sub tema diatas dapat kita ketahui bahwa tema 7
“Indahnya Keragaman di Negeriku” memiliki 3 sub tema. Setiap sub tema
terdiri dari 6 pembelajaran. Namun, dalam setiap pembelajaran meliputi
beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan. Dalam penelitian ini, peneliti
akan lebih menfokuskan pada satu mata pelajaran saja. Namun, tetap dalam
tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 dan 2. Peneliti akan menfokuskan mata
pelajaran IPA yang mana akan berpengaruh terhadap hasil belajar kelas IV
SD Gugus Sudirman. Berikut KD Pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata
pelajaran IPA:
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku,
Subtema 1 : Keragaman Suku Bangsa dan Agama
di Negeriku, Pembelajaran 2
Kelas 4 Semester II
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan
dengan bahasa sendiri
IPA
3.3Mengidentifikasi macam-macam
gaya, antara lain : gaya otot, gaya
listrik, gaya magnet, gaya
gravitasi, dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya
dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya gaya otot, gaya listrik,
gaya magnet, gaya gravitasi, dan
gaya gesekan
SBdP
3.2 Mengetahui tanda tempo dan
tinggi rendah nada
4.2 Menyanyikan lagu dengan
memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku, Subtema 1 : Keragaman
Suku Bangsa dan Agama di Negeriku, Pembelajaran 1 dan 2
Kelas 4 Semester II
IPA
3.3Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik,
gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan
Tema 7 : Indahnya Keragaman di
Negeriku, Subtema 1 : Keragaman
Suku Bangsa dan Agama di Negeriku,
Pembelajaran 6
Kelas 4 Semester II
SBdP
3.2 Mengetahui tanda tempo dan tinggi rendah nada
4.2 Menyanyikan lagu dengan memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada
Bahasa Indonesia
3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke
dalam tulisan dengan bahasa sendiri
Gambar 2.6
Pemetaan Pembelajaran 6
14
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah usaha yang telah dicapai seseorang melalui kerja
keras dan terjadi dalam diri seseorang. Maksudnya yang terjadi adalah
dengan perubahan pada hasil belajar siswa. Baik hasil belajar dari tes
maupun nontes (Rohwati, 2012). Tolak ukur terhadap kemampuan siswa
ketika pembelajaran juga disebut sebagai hasil belajar. Jadi dapat dilihat
sejauh mana keberhasilan itu setelah pembelajaran berlangsung (Tahar &
Enceng, 2006). Selain itu pengertian hasil belajar lainnya adalah suatu
perubahan yang terjadi (nilai) baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor. Baik berupa angka (10-100) maupun huruf (A-E). Nilai siswa
sangat dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang mana dapat berdampak bagi hasil belajar. Untuk itu hasil belajar
selalu beriringan terus menerus dan tidak bisa hanya dengan
mempertimbangkan satu aspek saja (Yupita & Sari, 2013).
Sesuatu yang diketahui melalui kegiatan tes maupun non tes sehingga
dapat dilihat tingkat keberhasilannya juga termasuk pengertian hasil belajar
(Widayanti & Slameto, 2016). Sesuatu yang dilakukan dapat berpengaruh
terhadap hasil tes siswa, baik tes tertulis maupun tidak tertulis. Selain itu
hasil belajar dapat mencangkup tiga ranah yaitu afektif, kognitif, psikomotor
yang dimana ketiga ranah ini dapat mempengaruhi siswa dalam tuntas
tidaknya nilai yang diperoleh (Widiantono & Harjono, 2017). Tuntas
tidaknya atau yang disebut dengan KKM dapat mempengaruhi hasil belajar.
Jika siswa mendapat nilai diatas KKM, artinya siswa mendapat nilai yang
tuntas. Namun bila sebaliknya yaitu mendapat nilai dibawah KKM maka
dikatakan tidak tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itulah patokan
yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Dari pendapat diatas dikatakan bahwa hasil belajar merupakan proses
yang terjadi kepada siswa baik afektif, psikomotor, dan kognitif yang mana
ada tolak ukur untuk mengetahui tuntas atau tidaknya dalam pembelajaran.
Tolak ukur dapat dikatakan juga sebagai KKM yang berupa nilai yaitu
angka dan huruf. Angka dan huruf tergantung dengan sekolah itu yang
15
menerapkan. Jika angka biasanya 60-100 dan huruF biasanya A, B, C, D
dan E.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu eksternal
dan internal sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
- Pengaruh lingkungan sekolah
- Pengaruh lingkungan keluarga
- Kualitas pengajar (guru)
2. Faktor Internal
- Motivasi belajar
- Perhatian dan minat siswa
- Kebiasaan dan ketekunan belajar
Faktor-faktor hasil belajar diatas dapat kita lihat bahwa pengaruh dari dalam
diri dan luar siswa sangat penting. Karena faktor itulah yang akan memberi
pengaruh baik atau buruk sikap maupun nilai siswa.
2.4 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model pembelajaran merupakan cara yang dapat digunakan ketika
pembelajaran. Banyak sekali guru yang menggunakan model-model
pembelajaran. Karena dengan menggunakan model pembelajaran dikelas,
dapat lebih membuat siswa aktif ketika proses pembelajaran. Selain itu
dengan menggunakan model pembelajaran, akan lebih berguna jika benar-
benar diterapkan dalam kehidupan (Lestari, 2013). Selain itu model
pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran ilmu pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita terbangun dari pehamanan dan
penemuan kita sendiri (Riyanto & Siroj, 2011). Dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran konstruktivisme merupakan suatu cara yang
menekankan siswa berpikir aktif dan kreatif. Model pembelajaran
konstruktivisme contohnya adalah Prbolem Based Learning, Project Based
Learning, Problem Solving, dan lain sebagainya.
Adapun prinsip pembelajaran konstruktivisme adalah siswa
membangun pengetahuannya sendiri, siswa menalar dari apa yang diberikan
guru sehingga pengetahuan yang dibangun dapat membuat aktif. Disini guru
hanya membantu memberi saran dan sebagai pembimbing saja. Selain itu
16
prinsip pembelajaran konstruktivis adalah membuat siswa juga menghadapi
permasalahan yang relevan dan nyata secara langsung. Selain prinsip
konstruktivisme, adapula ciri-ciri model pembelajaran konstruktivisme,
yaitu memberi peluang siswa dalam membangun pengetahuan baru dengan
melibatkan kehidupan yang relevan atau nyata, memberi persoalan juga ide
kepada siswa untuk merancang pemahaman, memberi peluang siswa agar
mengambil sikap sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan
membangun kerjasama antar siswa dan kerjasama antar guru.
2.4.1 Problem Solving
Problem Solving merupakan salah satu contoh model pembelajaran
yang dapat digunakan ketika proses pembelajaran dikelas. Problem solving
merupakan pendekatan yang menyajikan suatu permasalahan dimana siswa
dapat menggali pemahamannya sendiri. Problem Solving dapat memberi
kesempatan untuk siswa agar lebih menggunakan strategi yang dimiliki
sehingga siswa akan lebih berpikir tingkat tinggi (Chrisnawati, 2007).
Problem Solving dapat menjadikan siswa berpikir kreatif, dapat menggali
pemahaman sendiri dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara
realistis. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Solving, ada 5 tahapan yang harus dilalui. Yaitu tahap 1 (orientasi siswa
kepada masalah), tahap 2 (Mengorganisasi siwa untuk belajar), tahap 3
(Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok), tahap 4
(Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) dan tahap 5 (Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).
Berikut tabel Problem Solving yang harus dilakukan dalam pembelajaran.
17
Tabel 3.1
Sintak Problem Solving
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya
Tahap 2
Mengorganisasi siwa untuk menelaah
masalah
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan dan
merumuskan hipotesis
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan mengumpulkan
data
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5
Menyajikan dan mengevaluasi data
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau
proses-proses yang mereka gunakan
2.4.2 Problem Based Learning
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang membuat siswa mampu untuk
memecahkan permasalahan baik dalam masa sekarang maupun yang akan
datang. Problem Based Learning merupakan pemecahan masalah ada
beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana itu, dan mengecek
kembali (menyimpulkan) (Marwoto, 2013). Problem Based Learning
merupakan model pembelajarn yang sangat bermanfaat ketika diterapkan di
kelas. Karena selain siswa mampu memecahkan masalah, siswa juga
mampu berfikir kritis dalam menanggapi permasalahan yang ada, siswa
18
lebih aktif saat menghadapi masalah. Implementasi model ini saat dikelas
sangat mudah. Banyak guru yang sering menggunakan model Problem
Based Learning. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui guru ketika
pembelajaran dikelas. Yaitu tahap 1 (Penyajian suatu masalah siswa), tahap
2 (Siswa berkelompok untuk berdiskusi tentang masalah yang didapat),
tahap 3 (Saling sharing informasi antara siswa satu dengan lainnya), tahap 4
(Siswa mencari solusi atas masalah yang dihadapi) dan tahap 5 (Siswa
mereview apa yang telah dipelajari ketika proses pembelajaran).
Berikut tabel Problem Based Learning yang harus diperhatikan ketika
pembelajaran:
Tabel 3.2
Sintak Problem Based Learning
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
(Orientasi masalah)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya
Tahap 2
(Organisasi peserta didik)
Siswa berkelompok untuk berdiskusi
tentang masalah yang didapat
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
Tahap 3
(Membimbing penyelidikan individu
atau kelompok)
Saling sharing informasi antara siswa
satu dengan lainnya
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat
penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
(Mengembangkan dan menyajikan
hasil)
Siswa mencari solusi atas masalah yang
dihadapi
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Tahap 5
(Menganalisa dan mengevaluasi)
Siswa mereview apa yang telah
dipelajari ketika proses pembelajaran
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau proses-
proses yang mereka gunakan
19
2.5 Penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving dalam
Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran dapat diterapkan dan digunakan dalam
pembelajaran kurikulum 2013. Karena pembelajaran yang baik juga tidak
lepas dari bantuan model pembelajaran (Wahyu & Guna, 2013). Salah satu
contohnya dengan menggunakan model Problem Based Learning dan
Problem Solving. Lebih sempurna lagi jika selalu menggunakan model-
model pembelajaran ketika dikelas karena itu akan membantu siswa
melakukan dan berbuat sesuatu.
Berbuat sesuatu yang dimaksud adalah siswa dapat lebih memiliki
pemikiran yang berkembang. Pada saat menggunakan model Problem Baesd
Learning dan Problem Solving, siswa akan dapat berfikir kritis dalam
menemukan masalah. Tentu juga masalah yang akan siswa temui dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi harapan guru sangat besar ketika siswa dapat
belajar dikelas dengan menggunakan model-model pembelajaran yang dapat
memunculkan ide kreatif.
Penerapan model Problem Baesd Learning dan Problem Solving dalam
pembelajaran tematik harus sesuai dengan karakteristik siswa. Pembelajaran
selalu dikaitkan dengan kenyataan yang fakta seperti tidak dibuat-buat
(Slameto, 2012). Selain itu harus selalu menyesuaikan porsi peserta didik.
Sehingga apa yang telah dipelajari di dalam kelas dapat bermanfaat bagi
siswa, baik untuk saat ini maupun yang akan datang. Baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam hidup bermasyarakat. Dapat dikatakan bahwa
Penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving dalam
Pembelajaran Tematik sangatlah penting. Karena memudahkan guru dalam
menggunakan dan tidak memakan biaya banyak. Selain itu sangat mudah
untuk siswa dalam pengajarannya baik kesesuaikan materi dengan
karakteristik siswa itu sendiri.
Adanya penerapan Problem Based Learning dan Problem Solving
dalam Pembelajaran Tematik sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya pada saat pelajaran IPA materi gaya
20
menggunakan model Problem Based Learning dan Problem Solving, siswa
akan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam rumah. Lebih
konkretnya lagi ketika siswa di rumah akan menyalakan tv, langkah pertama
adalah mencolokkan kabel ke dalam saklar. Dalam hal itu, siswa dapat
berpikir bahwa listrik dapat membuat tv menyala. Sehingga siswa dapat
lebih berhati-hati ketika akan menyalakannya. Karena jika tidak hati-hati
akan kesetrum, konslet dan lain sebagainya.
2.6 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengenai model Poblem Based Learning dengan
Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas 4 tema 7 subtema 1
Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir. Berdasarkan eksplorasi peneliti
ditemukan beberapa tulisan yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian dari Irawati, (2014) menyimpulkan bahwa model Problem
Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu dapat
meningkatkan keterampilan berpikir. Karena siswa dapat menemukan
konsep sendiri ketika pembelajaran di kelas. Selain itu rasa tanggung jawab
siswa lebih tinggi. Hal ini terlihat dari hasil belajar signifikan antara model
Problem Solving dan Problem Posing yaitu (0,033) < (0,05). Bahwa rata-
rata nilai tes kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas Problem Solving
(79) lebih tinggi dibanding dengan kelas Problem Posing (70). Dengan
adanya pemecahan masalah, siswa dapat berproses dalam mencari solusi
(Sulasamono, 2012). Mencari solusi dapat membantu siswa lebih berfikir
kearah yang lebih baik. Hal ini akan berpengaruh kepada hasil belajar siswa.
Penelitian kedua dari Angga, (2016) menyimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah dapat lebih meningkatkan keefektifan dalam hasil belajar.
Seperti yang telah dilakukan bahwa ketuntasan dari 50 % menjadi 84,6%.
Hal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebelum menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar siswa belum tuntas (Masih
dibawah KKM). Namun, setelah menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, rata-rata yang tadinya dari 62,5 menjadi 81,34 dan sudah melebihi
kriteria rata-rata yaitu ≥80. Pemecahan masalah merupakan proses dimana
21
siswa akan menggunakan pikirannya dalam menghadapi permasalahan
(Wahyu K. C., 2012). Siswa menggunakan pemikirannya untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Sehingga akan memunculkan sikap
yang dipilih sesuai keinginan. Penelitian yang ketiga dari Dwi, (2013)
menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dengan adanya
penerapan model Problem Based Learning. Pembelajaran Problem Based
Learning lebih memperoleh hasil yang baik sehingga siswa lebih aktif
ketika proses belajar mengajar. Melalui uji Post-Hoc dengan Least
Significant Difference dapat diketahui perbedaannya yaitu (i) perbedaan
signifikan nilai p = 0,002 (p < 0,01). Bahwa Problem Based Learning lebih
menghasilkan rata-rata skor tinggi (49,175) dan (45,933), (ii) perbedaan
signifikasn antara Problem Based Learning dan pemahaman konsep dengan
nilai p = 0,000 (p < 0,01). Bahwa metode Problem Based Learning lebih
menghasilkan rata-rata skor tinggi (49,175) daripada (38,570). Dengan
adanya model pembelajaran yang digunakan, maka akan lebih optimal
proses belajar mengajar (Mediatati & Sukoco, 2015). Model pembelajarn
yang digunakan dapat mempertimbangkan kerjasama antar kelompok dan
tim. Sehingga hasil belajar akan lebih meningkat. Selain itu siswa akan
belajar menghormati satu sama lain dalam proses pembelajaran dan mampu
menahan ego masing-masing.
Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa penelitian yang relevan
adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran misalnya model
Problem Based Learning dan Problem Solving. Sehingga pada saat
pembelajaran dikelas siswa aktif dan antusias. Maka hasil pembelajaranpun
dapat meningkat.
2.7 Kerangka Pikir
Penelitian ini dilaksanakan karena adanya keragu-raguan penulis
terhadap perbandingan penerapan model Problem Based Learning dan
Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas IV tema 7 subtema 1
khususnya mata pelajaran IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir.
Beberapa model pembelajaran konstruktivis yang dapat meningkatkan hasil
22
belajar siswa adalah melalui Problem Based Learning dan Problem Solving.
Kedua model pembelajaran ini menekankan pada siswa untuk aktif dalam
mencari informasi dan memecahkan masalah sendiri. Diharapkan dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivis dalam pembelajaran dapat
mempengaruhi hasil belajar dan membuat siswa menjadi aktif didalam
kelas.
Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang
membuat siswa dapat mengembangkan pemikirannya. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap ke tiga yaitu siswa saling sharing dalam mencari
infromasi. Baik dari ide sendiri maupun diskusi bersama teman (Wahyudi &
Indarwati, 2014). Selain itu pengertian lain Problem Solving adalah
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah. Jadi pada saat
pembelajaran di dalam kelas, siswa diminta mengamati dan menemukan
persoalan yang mana diselesaikan dengan berfikir secara kritis, kreatif dan
aktif (Widyawati H. H., 2014).
Berdasarkan uraian diatas, besar kemungkinan bahwa hasil belajar tematik
siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning akan lebih baik dari siswa yang
mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
Problem Solving. Adapun kerangka berfikir mengenai perbedaan model
Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar
siswa kelas IV tema 7 subtema 1 Pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata
pelajaran IPA di Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir:
23
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara model Problem Based
Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar siswa kelas IV
tema 7 subtema 1 pada mapel IPA di Gugus Sudirman Kecamatan
Tingkir.
2. Ada perbandingan hasil belajar siswa saat menggunkan model Problem
Based Learning dengan Problem Solving terhadap hasil belajar siswa
kelas IV tema 7 subtema 1 pada mapel IPA di Gugus Sudirman
Kecamatan Tingkir.
Adanya keraguan terhadap model Problem Based
Learning dan Problem Solving
Kegiatan Pembelajaran kelas IV Tema 7 Subtema 1 pada
mapel IPA Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Perlakuan A
Dengan menggunakan model
PBL (Problem Based Learning)
Perlakuan B
Dengan menggunakan
model PS (Problem Solving)
Posttest
Pretest