bab ii kajian teori dan hipotesis a. kajian teori 1. crawl · 10 bab ii kajian teori dan hipotesis...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Renang Gaya Crawl
a. Pengertian Renang Gaya Crawl
Renang gaya crawl menyerupai cara berenang seekor binatang,
oleh sebab itu disebut dengan “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan asli
dari gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau
dikenal juga dengan “renang anjing” (dog-style). Gaya crawl ini juga
disebut dengan gaya rimau, yang berasal dari kata “harimau”.
Renang gaya crawl ini adalah gaya dalam renang yang paling
sering digunakan dalam perlombaan renang nomor renang gaya bebas,
karena renang gaya crawl adalah gaya dalam renang yang paling cepat jika
dibandingkan dengan gaya lainnya. Karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa
“dalam renang gaya ini memiliki koordinasi gerak yang baik dan
hambatannya paling minim. Ciri khas dari renang gaya ini adalah gerakan
lengannya berputar mirip dengan gerakan baling-baling pesawat dan
gerakan tungkainya naik turun secara menyilang”. Suryatna dan Suherman
(2004:67) mengatakan hasil catatan sejarah kompetisi renang Olimpiade
yang menunjukan bahwa tidak ada stroke lain yang sebanding dengan stroke
gaya bebas ini, bila dilihat dari kecepatan luncuran yang dihasilkan.
Gaya crawl oleh sebagian orang disebut gaya bebas. Istilah ini
kurang tepat, sebab gaya bebas merupakan nama pada nomor perlombaan
renang, sedangkan gaya crawl merupakan salah satu teknik renang. Pada
setiap perlombaan nomor gaya bebas hampir semua perenang memilih gaya
crawl, oleh sebab itu gaya crawl sering disebut sebagai gaya bebas. Dalam
aturan FINA (2015:193) disebutkan bahwa gaya bebas (freestyle) berarti
nomor perlombaan yang memungkinkan perenang menggunakan berbagai
macam gaya, kecuali pada nomor gaya ganti atau individu, gaya bebas
11
berarti bebas menggunakan gaya selain gaya punggung (backstroke), gaya
dada (breaststroke) atau gaya kupu-kupu (butterfly).
Renang gaya crawl merupakan cara berenang dengan badan
telungkup kemudian lengan bergerak menjangkau jauh ke depan secara
bergantian seperti baling-baling dan gerakan kaki yang bergerak
mencambuk air naik turun secara bergantian.
b. Teknik Renang Gaya Crawl
1) Posisi Badan
Untuk bisa berenang gaya crawl secara efisien ternyata terdapat
beberapa kunci utamanya, yaitu dengan memperkecil tahanan air (drag)
dan memperbesar gaya dorong (propulsi). Anandita (2010:33)
mengatakan bahwa “jika memperbesar gaya dorong kita bisa berenang
lebih efisien hingga 30%, sedangkan jika memperkecil tahanan air, kita
bisa berenang lebih efisien hingga 70%”.
Menurut Anandita (2010:33) bahwa untuk memperkecil tahanan
air ada beberapa kunci, yang pertama adalah body streamline yaitu posisi
badan dengan memasukkan kepala ke dalam air dan arahkan pandangan
ke dalam kolam, maka tungkai kita akan bisa mengapung dengan mudah.
Kedua, jadikan tubuh kita lebih panjang, cara agar tubuh kita bisa
menjadi lebih panjang adalah dengan menyorongkan lengan ekstensi kita
sejauh-jauhnya ke depan. Jadi begitu tangan masuk ke dalam air jangan
langsung mengayun tapi julurkan beberapa saat sejauh mungkin ke
depan. Ketiga, miringkan tubuh kita (body rolling) ke sisi kiri dan ke sisi
kanan. Kemiringan ini bukan hanya dada, melainkan seluruh tubuh,
tahanan air akan lebih kecil ketika tubuh kita miringkan.”
Sedangkan Karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa dalam
bernapas sikap kepala harus menoleh ke arah samping, bukan
mengangkat kepala, jadi gerakan kepala harus pada axis garis sepanjang
badan, bukan axis garis kiri atau kanan. Kepala merupakan sebuah
kemudi, apabila kita mengangkat kepala ke atas saat mengambil napas,
12
maka Hukum Newton akan berlaku yang mengakibatkan tubuh bagian
bawah akan turun yaitu pinggang dan tungkai. Dalam melakukan
dayungan juga akan mempengaruhi sikap badan yang streamline, apabila
terlalu melakukan dorongan yang keras ke arah bawah saat melakukan
dayungan akan mengakibatkan tubuh terdorong ke atas sebagaimana
Hukum Newton ke III aksi reaksi.
Jadi posisi badan dalam melakukan gerakan renang gaya crawl
adalah mengapung, telungkup, horizontal dengan permukaan air
(streamline), dan ketika melakukan gerakan mengayun memperkecil
dorongan ke arah bawah dan atas sehingga tubuh tidak naik dan turun
(stabil) dan ketika mengambil napas kepala tidak diangkat namun
ditolehkan ke arah samping. Semua hal tersebut dimaksudkan untuk
memperkecil tahanan.
Gambar 2.1 Posisi Badan Streamline pada Renang Gaya Crawl
(Suryatna dan Suherman, 2004:72)
2) Gerakan Lengan
Suryatna dan Suherman (2004:67) mengatakan bahwa sumber
penghasil power yang utama dalam gaya bebas datangnya dari kayuhan
kedua lengan, yang secara bergantian melaukukan recovery di udara dan
melakukan dorongan keseimbangan terhadap gerakan lengan dengan cara
melakukan gerakan ke bawah dan atas di dalam udara. Dari semua gaya,
gaya bebas merupakan gaya yang gerakannya berputar, dimana kedua
belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan
mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan
naik turun ke atas dan ke bawah (Riewald and Rodeo, 2015:23). Pada
renang gaya crawl gerakan maju sebagian besar ditentukan oleh gerakan
lengan, sedangkan gerakan kaki terutama berfungsi sebagai alat
13
keseimbangan dan alat untuk menjaga agar kaki tetap tinggi untuk
memperoleh posisi datar.
Karnadi (2008:2.11) menjelaskan bahwa dalam melakukan
gerakan lengan gaya crawl kedua lengan secara bergantian bergerak
mendayung ke arah depan mirip dengan gerakan baling-baling pesawat.
Siklus gerakan lengan dalam gaya crawl ini dimulai dengan entry (masuk
dalam air), pull-push (tarikan dan dorongan) dan recovery
(pengembalian).
a) Entry, yaitu gerakan masuknya lengan dan tangan ke dalam air, yang
masuk terlebih dahulu adalah jari kelingking, dan gerakannya
dilakukan dengan halus tidak dipukulkan. Entry dilakukan oleh ujung
jari masuk terlebih dahulu ke dalam air kira-kira 30 cm di depan
kepala. Siku masih tertekuk dan masih tinggi, tangan masuk ke dalam
air secara menusuk.
Gambar 2.2 Gerakan Lengan Masuk ke Dalam Air (Entry)
(Karnadi, 2008:2.11)
b) Pull-push, setelah entry dimulai lengan diusahakan lurus, posisi siku
lebih tinggi dari telapak tangan. Kemudian dimulailah tarikan lengan
(pull), tarikan dilakukan dibawah badan dengan cara membengkokan
siku ke arah dalam dengan sudut bengkok sekitar 45-90 derajat,
tarikan dimulai dari dari pelan ke arah cepat sehingga menghasilkan
dorongan yang efektif. Tangan terus menekan air dan membentuk
huruf “S” sepanjang tarikan dan berhenti sewaktu tangan melewati
bawah bahu dan dada, dimana tekanan siku mencapai maksimal.
Setelah telapak tangan mencapai garis bahu dimulailah dorongan
lengan (push) dengan mengubah arah telapak tangan tertuju pada
paha, dorongan berakhir ketika ibu jari mencapai paha.
14
Gambar 2.3 Gerakan Lengan Mendayung Menyerupai Huruf “S”
(Karnadi, 2008:2.13)
c) Recovery, dilakukan dengan mengangkat siku keluar dari permukaan
air dan mengarahkan ke depan, lengan bawah dan telapak tangan
mengikuti gerakan siku. Gerakan ini dilakukan dengan rileks dan
tidak diperkenankan melempar lengan ke arah kanan atau kiri tetapi
ke arah depan. Jika lengan mengarah ke arah kanan atau kiri badan
akan menyebabkan renang berbelok-belok.
Gambar 2.4 Gerakan Lengan Saat Recovery
(Karnadi, 2008:2.15)
Urutan gerakan lengan gaya crawl seperti pada gambar 2.5
dengan urutan yaitu pertama posisi lengan kiri pada saat permulaan
recovery, dengan mulai mengangkat siku yang tinggi. Sedangkan lengan
kanan telah melakukan entry dan mulai bergerak pada tarikan lengan
(pull). Kemudian posisi tangan kiri tepat berada recovery, disini terlihat
urutan siku paling tinggi sedangkan jari-jari tangan tarikan paling bawah,
dimana lengan membengkokkan ke arah dalam. Lalu posisi lengan kiri
15
berada pada entry dengan jari-jari masuk lebih dahulu, sedangkan posisi
lengan kanan pada tahap akhir dari tarikan. Kemudian posisi lengan kiri
pada permulaan tarikan lengan, sedang posisi lengan kanan berada pada
tahap dorongan, telapak tangan berubah dari arah diagonal ke arah paha
kanan. Kecepatan dayungan mencapai maksimal. Posisi lengan kiri
masih pada permulaan tarikan lengan dengan arah telapak tangan agak ke
luar. Sedangkan posisi lengan kanan pada akhir dari dorongan, di mana
jari telah menyentuh paha pada dayungan bebas. Dari entry jari-jari
tangan, tarikan di mana lengan dari keadaan lurus kemudian
dibengkokkan dengan ke arah dalam, dan dorongan lengan di mana
telapak tangan mengarahkan ke luar. Telapak tangan mula-mula
menghadap ke luar, kemudian menghadap ke dalam dan akhirnya
menghadap ke luar lagi.
Gambar 2.5 Urutan Gerakan Lengan Gaya Crawl
(Karnadi, 2008:2.16)
16
3) Gerakan Tungkai
Dalam renang gaya crawl fungsi gerakan tungkai adalah sebagai
stabilisator dan membantu untuk gerakan tubuh ke depan. Dalam renang
gaya crawl sumber utama gerakan maju perenang adalah luncuran dan
gerakan dayungan lengan, namun gerakan dari tungkai juga memberikan
kontribusi untuk gerakan maju perenang. Anandita (2010:34)
mengatakan bahwa “gerakan tungkai seperlunya, sekedar untuk
mengimbangi gerakan tubuh lainnya. Kecuali pada perlombaan sprint,
kita bisa mempercepat gerakan tungkai untuk menambah dorongan”.
Dalam beberapa penelitian yang dikutip Karnadi (2008:2.6)
menyebutkan bahwa:
a) Penggunaan energi pada renang gaya crawl dengan menggunakan
tungkai saja lebih banyak dari pada renang dengan lengan saja atau
renang dengan menggunakan lengan dan tungkai.
b) Penggunaan energi pada renang dengan lengan saja kurang daripada
dengan lengan dan tungkai pada kecepatan renang yang rendah. Akan
tetapi pada kecepatan tinggi, penggunaan energi renang yang
menggunakan lengan saja menjadi lebih banyak dibandingkan dengan
renang yang menggunakan lengan dan tungkai.
Jadi sebaiknya untuk nomor perlombaan renang gaya bebas
yang menggunakan gaya crawl pada sprint sebaiknya menggunakan
perpaduan gerakan tungkai dan lengan secara maksimal. Gerakan kaki
haruslah dilakukan dengan frekuensi tinggi atau pada umumnya
dilakukan dengan 6 kali tendangan untuk setiap satu kali putaran lengan.
Sedangkan pada nomor jarak menengah atau jauh (800 meter dan 1500
meter) menggunakan 2 kali tendangan setiap satu kali putaran lengan,
karena kemampuan jantung untuk menyalurkan darah pada lengan dan
tungkai secara bersamaan dan dengan kebutuhan yang tinggi terbatas.
Gerakan tungkai kaki gaya crawl dilakukan naik turun
bergantian secara menyilang, gerakannya mirip dengan gerakan sewaktu
berjalan, seperti pada gambar dibawah ini:
17
Gambar 2.6 Gerakan Tungkai Gaya Crawl Mirip Gerakan Berjalan
(Karnadi, 2008:2.7)
Gerakan tungkai dalam renang gaya crawl sebagai berikut:
a) Gerakan kaki dilakukan dengan naik turun pada bidang vertikal,
bergantian antara tungkai kanan dan kiri.
b) Gerakan dimulai dari pangkal paha dan pada gerakan menendang (ke
bawah) tertekuk pada lutut, untuk kemudian diluruskan pada akhir
tendangan.
c) Pada saat tendangan dilakukan, telapak kaki bergerak, tungkai lurus
dan telapak kaki bengkok pada akhir dari tendangan. Jadi gerakan
telapak kaki dari plantar flexi dorsal flexi.
d) Gerakan tungkai ke atas dilakukan dengan sikap yang lurus.
Amplitudo gerakan yaitu jarak antara satu tungkai maksimal di atas
dan tungkai yang lain maksimal dibawah kira-kira 25 sampai 40 cm.
Sedang ritme atau kecepatan gerakan, tergantung dari masing-masing
perenang.
e) Mengenai kekuatan atau kecepatan gerakan tungkai adalah sebagai
berikut: pada gerakan ke bawah atau gerakan tendangan dilakukan
dengan keras (kekuatan penuh), sedangkan pada waktu gerakan kaki
ke atas dilakukan dengan agak pelan (rileks).
18
Urutan gerakan tungkai dan kaki dalam gaya crawl seperti pada
gambar 2.7 berikut ini:
Gambar 2.7 Urutan Gerakan Tungkai Renang Gaya Crawl
(Karnadi, 208:2.8-2.10)
Kesalahan umum dalam melakukan gerakan tungkai dalam
renang gaya crawl antara lain:
a) Poros gerakan tungkai kaki tidak mempergunakan sendi panggul,
tetapi sendi lutut. Akibatnya tidak ada cambukan tetapi gerakannya
seperti mendayung sepeda.
b) Gerakan kaki ditekuk terlampau tinggi, sehingga keluar dari
permukaan air. Hal ini akan menghasilkan gerakan mencebur-cebur
atau gerakannya terlampau kecil (amplitudonya sempit) dan
menghasilkan gerakan kaki yang menggelepar.
c) Gerakan tungkai kaki kuat sebelah, hal ini akan menghasilkan
cambukan yang tidak seimbang.
4) Pernapasan
Kemampuan mengendalikan napas dalam renang gaya crawl
sangat diperlukan, jika tidak dapat melakukan teknik pengambilan napas
dengan baik dapat menggangu atau merusak gerakan renang keseluruhan
1
3
2
4
5 6
8 7
19
dan mengurangi kecepatan. Pernapasan merupakan penting dalam
perfoma atlet melakukan renang 50 meter (Lucerno, 2012:102).
Pengambilan napas dapat dilakukan ke kanan atau ke kiri tergantung
pada setiap individu (perorangan) yaitu dengan jalan memutar kepala
menurut sumbu panjang badan. Pemutaran kepala ini cukup sampai pada
seluruh mulut atau sebagian mulut ke luar dari permukaan air. Kepala
harus dalam posisi dengan sedikit tekukan posterior dari leher. Dalam
keadaan ini, perenang akan dapat bernapas tanpa harus berputar terlalu
banyak atau mengangkat kepala terlalu tinggi. Jika perenang telah
menemukan tempat yang betul untuk kepalanya, akan dapat bernapas di
bawah permukaan normal air. Mulut perenang harus ditarik ke arah sisi
bernapas dari mukanya dengan otot-otot muka. Dalam pengambilan
napas dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan pengambilan
napas secara eksplosif dan ritmis, pengambilan napas eksplosif dilakukan
dengan pengambilan napas melalui mulut dan hidung ketika kepala
ditolehkan ke samping keluar dari permukaan air dan napas dibuang di
luar air sesaat sebelum pengambilan napas, sedangkan pengambilan
napas ritmis dilakukan dengan mengambil napas melalui mulut dan
hidung ketika kepala ditolehkan ke samping dan membuang napas secara
perlahan melalui mulut dan hidung ketika berada di dalam air.
Menurut Anandita (2010:33) “ada beberapa kunci agar renang
gaya crawl dapat lebih efisien, salah satunya dengan menjaga ritme
pernapasan dan sebisa mungkin melakukan pernapasan dua sisi (bilateral
breathing), yakni dengan mengambil napas setiap tiga kali dayungan
lengan sehingga akan bergantian ke sisi kanan dan kiri dengan harapan
tubuh kita akan tetap seimbang”.
Pernapasan dalam renang gaya crawl akan sangat
mempengaruhi posisi badan untuk streamline. Putaran kepala untuk
mengambil napas harus dilakukan dengan axis (sumbu putar) garis
sepanjang badan sehingga kepala tidak akan naik terlalu tinggi dari
20
permukaan air dan sesuai hukum Newton III maka tubuh bagian bawah
akan turun sehingga posisi badan sudah tidak streamline lagi.
Dalam melakukan pernapasan dilakukan ketika lengan kanan
masuk ke dalam air (entry) dan melakukan dayungan (push) kepala
menoleh ke sisi kanan dan mengambil napas melalui mulut lebar lebar
pada ketinggian permukaan air yang ditimbulkan oleh kepala. Ketika
lengan kanan melakukan recovery kepala ditolehkan ke bawah dan mata
melihat arah kolam. Pengeluaran napas tepat sebelum kepala diputar
untuk mengambil napas.
Anandita (2010:93) mengatakan bahwa pada perenang jarak
pendek (sprint) dengan jarak 50 meter dan 100 meter biasanya perenang
menahan nafas selama mungkin karena kecepatan mereka akan
berkurang ketika mengambil napas, baru ketika tidak mampu lagi mereka
akan mengambil napas.
5) Koordinasi Gerakan
Koordinasi gerakan gaya crawl adalah serangkaian gerakan
yang terpadu dari semua unsur gerakan yang ada pada gaya crawl yaitu
mulai dari meluncur yang dilanjutkan dengan gerakan tungkai, lengan,
pernapasan dengan seksama sehingga terwujudlah suatu gaya crawl yang
baik. Perlu diperhatikan yang pertama adalah setelah melakukan luncuran
membuat posisi tubuh untuk menjadi streamline, kemudian melakukan
gerakan koordinasi antara lengan dan tungkai yang seirama, apakah
menggunakan 6 kali tendangan setiap satu kali dayungan lengan
kemudian mengkoordinasikan dengan gerakan pernapasan.
David and Thomas (2007:16) menjelaskan bahwa ada berbagai
variasi dalam pola koordinasi tungkai lengan yang sering digunakan oleh
perenang kelas dunia, ada yang menggunakan pola klasik 6 hitungan,
terutama para perenang cepat dan ada yang menggunakan pola 4 atau 2
hitungan terutama perenang jarak jauh.
21
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Renang
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar renang adalah
semua gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam melakukan renang.
Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha
pengkajian terhadap peserta didik dan faktor-faktor yang menunjang pada
cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan olahraga
pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut
gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh
fungsi syaraf dan diperoleh dari hasil belajar. Oleh karena itu untuk
memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar
dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem syaraf dapat terkoordinasi
dengan sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke (1991:61)
menyatakan bahwa tanpa belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan
tercapai.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga
menurut Sajoto (1995:2-5) adalah sebagai berikut:
1. Aspek biologis terdiri dari:
a. Potensi atau kemampuan dasar tubuh
b. Fungsi organ-organ tubuh
c. Struktur dan postur tubuh '
d. Gizi
2. Aspek psikologis terdiri dari:
a. Intelektual, ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan bakat
b. Motivasi
c. Kepribadian
d. Koordinasi kerja otot dan syaraf.
3. Aspek lingkungan terdiri dari:
a. Sosial
b. Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia
c. Cuaca
d. Orang tua, keluarga dan masyarakat
22
4. Aspek penunjang terdiri dari:
a. Pelatih yang berkualitas tinggi
b. Program yang tersusun secara sistematis
c. Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
d. Dana yang memadai
e. Organisasi yang tertib
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi
perenang, pembina, pelatih maupun guru dan semua pihak yang
bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam renang. Selain faktor-faktor
tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu membutuhkan unsur-unsur
khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsur-unsur yang
menentukan dalam pencapaian hasil belajar renang secara garis besar terdiri
dari kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan
pokok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik
Dalam semua cabang olahraga termasuk renang, faktor kondisi
fisik merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan
teknik dan taktik. Pada perlombaan renang seringkali terjadi dengan
tempo yang sangat tinggi, sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi.
Dalam hal ini jelas diperlukan kondisi fisik yang prima. Dari gambaran
tersebut diketahui bahwa untuk menjadi perenang yang berprestasi
diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha pencapaian prestasi
tinggi dalam renang peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara
terus menerus.
Teknik dan taktik dalam renang, tidak mungkin dapat diterapkan
secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik
dari perenang. Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk
masing-masing cabang olahraga berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat
diperlukan oleh semua cabang olahraga. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik adalah satu persyaratan yang sangat
diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat
23
dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-
tawar lagi”.
Demikian halnya dengan cabang olahraga renang, unsur fisik
yang memadai merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua
perenangnya. Adapun unsur-unsur fisik yang harus dimiliki oleh pemain
menurut Sajoto (1995:8) adalah mencakup:
1. Kekuatan
2. Daya tahan
3. Daya ledak
4. Kecepatan
5. Daya lentur
6. Kelincahan
7. Koordinasi
8. Keseimbangan
9. Ketepatan
10. Reaksi
Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pembina, pelatih,
guru maupun perenang. Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima,
perenang dituntut untuk melakukan latihan fisik yang sistematis,
terprogram dan kontinyu. Apabila seorang perenang memiliki
kemampuan fisik yang prima, maka perenang tersebut dapat
memungkinkan berlomba dengan cepat serta mengikuti pola taktik dan
strategi dalam renang yang telah diintruksikan oleh pembina, pelatih
maupun guru.
2) Unsur Teknik
Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga.
Latihan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan gerak
dalam cabang olahraga tersebut. Penguasaan teknik merupakan suatu
landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Demikian juga
dalam renang, untuk mencapai prestasi dalam renang faktor utama yang
harus ditingkatkan adalah unsur keterampilan teknik dasar renang.
24
Renang merupakan suatu olahraga yang membutuhkan teknik
kekuatan dan daya tahan yang didasari oleh berbagai kombinasi dari
sistem anaerobik dan aerobik (Shaw, et al., 2014:236). Teknik merupakan
suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik sebaik mungkin
untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga.
Penguasaan teknik dasar renang merupakan salah satu unsur yang
menentukan menang dan kalahnya perenang dalam perlombaan,
disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila ingin
meningkatkan mutu prestasi perenang, maka teknik dasar ini harus benar-
benar dikuasai oleh perenang terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai
keterampilan teknik dasar renang, harus melakukan latihan secara
sistematis, teratur dan kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti
prinsip pola gerak yang benar.
3) Taktik dan Strategi
Dalam cabang olahraga khususnya perlombaan, apabila
kemampuan teknik dan fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya
dalam meningkatkan prestasi atau kemampuan perlombaan adalah
memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang strategi dan taktik
dalam berlomba.
Menurut Suharno HP. (1993:42) yang dimaksud dengan “taktik
ialah siasat atau akal yang digunakan pada saat perlombaan untuk
mencari kemenangan secara sportif”. Dalam renang, kemampuan dalam
strategi dan taktik juga mutlak diperlukan untuk memperoleh
kemenangan dalam suatu perlombaan. Tanpa memiliki kemampuan
dalam taktik dan strategi dalam perlombaan, maka perenang tidak akan
dapat meningkatkan perlombaan, sehingga sangat mustahil untuk dapat
meraih prestasi yang tinggi dalam renang.
25
4) Mental
Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk
menuju jenjang kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik
maupun fisik. Tanpa memiliki mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat
mencapai prestasi yang optimal, meskipun memiliki kemampuan teknik,
fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono
(1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan
taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi
tidak mungkin akan dapat dicapai”.
Pembinaan mental dan kematangan juara dalam renang sama
pentingnya dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental
perenang harus ditujukan pada penanaman unsur-unsur psikologis yang
mendukung terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga. Pembinaan
mental dan kematangan juara, dapat dilakukan melalui pemberian
pengertian kepada perenang serta melalui berbagai perlombaan uji coba
di dalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.
d. Mekanika Fluida dan Prinsip Dalam Renang Gaya Crawl
Tubuh manusia pada dasarnya dirancang untuk kegiatan di daratan,
sehingga butuh banyak adaptasi untuk melakukan kegiatan atau gerakan di
dalam air seperti viskositas air, tekanan di dalam air, gesekan dengan air,
tahanan dan sebagainya.
Di dalam olahraga renang terdapat suatu prinsip mengeluarkan
tenaga sekecil-kecilnya dan memperoleh laju seoptimal mungkin. Untuk
mengimplementasikan prinsip tersebut, maka diperlukan suatu penerapan
pengetahuan khususnya tentang teori mekanika fluida renang. Fluida
merupakan zat alir seperti contohnya adalah udara dan air. Dalam mekanika
zat cair dikenal adanya gaya apung dan gaya dinamis. McGinnis (2005:194)
mengatakan bahwa ada dua macam gaya yang bekerja pada benda yang
berada dalam zat cair, yaitu gaya apung karena perendaman dalam cairan
dan gaya dinamis fluida karena gerak relatif dalam cairan.
26
Gambar 2.8 Tekanan pada Zat Cair
(McGinnis, 2005:196)
Dalam hubungannya dengan gaya apung terdapat faktor yang
menjadi penyebabnya, yaitu tekanan dan berat jenis. Menurut McGinnis
(2005:194) mengatakan bahwa air memberikan tekanan, tekanan air bekerja
pada semua arah dengan besar yang sama selama pada level yang sama,
semakin dalam posisi di dalam air maka semakin besar pula tekanannya.
Oleh karena itu posisi perenang adalah sedatar mungkin dengan permukaan
air, sehingga tekananya akan semakin kecil. Semakin dalam posisi perenang
di dalam air maka semakin besar pula tekanan yang akan diterima oleh
perenang termasuk tekanan dari arah depan tubuh perenang yang akan
menghambat gerakan maju perenang. Tekanan didefinisikan sebagai gaya
per satuan luas. 1 meter3 air besarnya gaya 97.800 N, sehingga tekanan
dalam air pada kedalaman 1 meter adalah 9.800 N/m3.
Selanjutnya besarnya gaya apung sama dengan besarnya volume air
yang dipindahkan oleh objek. McGinnis (2005:196) untuk sebuah objek
dapat mengapung, maka gaya apung harus sama besarnya dengan berat
objek tersebut. Selain berat sebuah objek yang dapat mempengaruhi gaya
apung di dalam air adalah massa jenis. Pada tubuh seorang perenang otot
dan tulang memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air (massa jenis
air 1000 kg/m3), namun lemak memiliki massa jenis lebih kecil dari massa
jenis air. Seseorang yang memiliki lebih sedikit lemak akan lebih mudah
mengapung karena paru-paru dan rongga-rongga tubuh lainnya
27
memungkinkan untuk terisi oleh udara dan gas lain yang memiliki massa
jenis lebih kecil dari air. Sehingga menambah kapasitas tubuh tesebut untuk
dapat mengapung.
Gaya dinamis fluida disebabkan karena gerak relatif, bisa terjadi
ketika air yang bergerak dan melewati sebuah objek yang diam, maupun
sebuah objek yang bergerak di dalam air yang diam. Besarnya gaya tarik
(drag) ini sebanding dengan percepatan atau perlambatan dari molekul zat
cair saat sebuah objek bergerak. Gaya dinamis fluida sebanding dengan
kepadatan cairan, luas permukaan objek yang tenggelam dalam cairan, dan
kuadrat yang sama dari kecepatan relatif dari objek untuk cairan. Gaya
dinamis fluida ini dihasilkan dari dua komponen yaitu gaya tarikan (drag)
dan gaya dorongan. Gaya tarikan (drag) dihasilkan oleh dua cara yang
berbeda yaitu gaya tarikan (drag) permukaan dan bentuk tarikan (drag).
Gaya tarikan permukaan sering disebut sebagai gaya gesek, yaitu gaya
gesekan antara permukaan dengan molekul zat cair. Gaya gesek permukaan
sebanding dengan total massa molekul yang diperlambat oleh gaya gesek
dan rata-rata perubahan kecepatan dari molekul tersebut.
Bentuk hambatan merupakan salah satu dari yang menyebabkan
hambatan, bentuk hambatan ini terjadi ketika sebuah molekul yang bergerak
kemudian menabrak sebuah objek kemudian memantul dan mendorong
molekul-molekul lain. Bentuk dari gerakan molekul-molekul tersebut
cenderung mengikuti bentuk objek yang bergerak di dalam air tersebut.
McGinnis (2005:201) menggambarkan contoh aliran laminar (mulus) dan
aliran air yang menimbulkan turbulensi, seperti pada gambar 2.9 berikut:
28
Gambar 2.9 Contoh Aliran Dalam Air
(McGinnis, 2005:201)
Seperti halnya dengan gaya hambatan permukaan atau gaya gesek,
bentuk hambatan juga dipengaruhi oleh tekstur permukaan. Permukaan
kasar akan menyebabkan aliran turbulen dengan kecepatan lebih rendah dari
permukaan halus. Telah sampaikan di atas bahwa besarnya gaya tarik
dipengaruhi oleh koefisien gaya tarik, kepadatan fluida, area objek dan
kecepatan relatif objek sehubungan dengan cairan.
Tidak seperti halnya dengan lumba-lumba yang dapat berenang
tanpa menimbulkan turbulensi sebesar manusia karena manusia
menggunakan gerakan lengan dan tungkai untuk menghasilkan gerakan ke
depan dalam berenang. Untuk mengurangi turbulensi maka perenang dapat
memperkecil hambatan dan gesekan dengan cara memposisikan badan
sedatar mungkin dengan permukaan air (streamline) dan memperkecil
gesekan permukaan tubuh dengan air dengan menggunakan pakaian renang
yang khusus, bahkan mencukur bulu pada tubuhnya untuk memperkecil
gesekan.
Setiap pergerakan maju dalam gerakan renang merupakan hasil dari
dua kekuatan, yaitu kekuatan tahanan dan dorongan. Kekuatan yang
pertama adalah kekuatan yang disebut tahanan atau hambatan yaitu
kekuatan yang menahan perenang untuk bergerak maju yang disebabkan
29
oleh air di depan perenang yang menahan untuk bergerak maju. Kemudian
kekuatan yang kedua adalah dorongan yaitu kekuatan yang menyebabkan
perenang bergerak maju yang dihasilkan oleh gerakan lengan dan tungkai
dalam berenang. Kedua kekuatan tersebut mempengaruhi dalam gerakan
berenang ke depan, maka perenang harus memahami dan mampu
mengembangkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk dapat memaksimalkan
pergerakan renangnya untuk mencapai hasil belajar renang yang baik
dimana perenang harus mampu mengurangi dan melawan tahanan serta
memperbesar dorongan.
1) Prinsip Tahanan
Terdapat tiga jenis tahanan dalam berenang, yaitu:
a) Tahanan depan
Menurut Karnadi (2008,1.15) tahanan depan adalah tahanan
yang secara langsung menahan badan perenang. Tahanan ini
disebabkan oleh air yang berada di depan perenang. Sedangkan
Sukintoko dan Sokarno (1983:74) berpendapat bahwa hambatan
depan ialah hambatan terhadap gerakan maju yang ditimbulkan oleh
air yang ada di depan perenang atau di depan setiap bagian tubuhnya.
Jadi tahanan depan adalah tahanan yang disebabkan oleh air yang
berada di depan perenang atau air yang berada di depan dari luas
permukaan tubuh perenang secara vertikal yang menghalangi gerakan
maju dari perenang. Tahanan depan ini besar sehingga perenang perlu
memperhatikan bagaimana untuk memperkecil hambatan depan ini,
salah satu caranya adalah dengan memperkecil luas permukaan tubuh
perenang secara vertikal.
b) Tahanan geseran air
Tahanan geseran air disebabkan oleh gerakan air yang
melewati atau melalui tubuh perenang. Air yang bergeseran dengan
tubuh perenang ini menghasilkan hambatan atau tahanan bagi
perenang. Namun tahanan yang dihasilkan sangat kecil, sehingga
hanya sedikit berpengaruh terhadap gerakan maju dari perenang.
30
c) Tahanan pusaran air
Tahanan pusaran air adalah tahanan yang disebabkan oleh air
yang tidak cepat mengisi di belakang bagian-bagian yang kurang
datar sehingga badan harus menarik sejumlah molekul-molekul air.
Di dalam berenang posisi badan perenang di dalam air dapat
diubah menjadi sedemikian rupa sehingga mendapatkan bentuk yang
mempunyai tahanan yang sangat kecil. Posisi badan yang paling baik
dan mempunyai tahanan sangat kecil adalah posisi badan streamline,
yaitu posisi badan atau bentuk badan yang sangat datar atau sejajar
dengan permukaan air sehingga tahanan depan menjadi kecil.
Gambar 2.10 Tahanan dalam Renang Gaya Crawl
(Sukintoko dan Sukarno, 1983:76)
2) Prinsip Dorongan
Dorongan adalah kekuatan yang mendorong perenang maju ke
depan. Dorongan dihasilkan oleh lengan maupun tungkai perenang yang
melakukan gerakan menekan air ke belakang. Prinsip yang selalu
digunakan dalam teknik setiap gaya adalah hukum Newton III yaitu
hukum aksi reaksi. Dalam hukum tersebut menyatakan bahwa setiap aksi
akan menimbulkan reaksi yang besarnya sama dengan besar aksi dan
berlawanan arah dengan aksi.
Pada renang gaya crawl tendangan tungkai dan dayungan lengan
(aksi) akan mengakibatkan badan perenang maju ke depan (reaksi),
sehingga makin kuat tendangan tungkai dan dayungan lengan makin
kuat atau besar pula pergerakan maju perenang.
31
Gambar 2.11 Aksi Reaksi Dalam Renang Gaya Crawl
(Karnadi, 2008:1.20)
Hukum Aksi dan reaksi juga bekerja pada kecepatan dayungan
lengan, kecepatan dayungan renang bertujuan untuk mempercepat
gerakan maju tubuh perenang. Pada gambar 2.12 berikut tergambarkan
posisi gerakan dalam dayungan lengan dan hukum aksi reaksi yang
bekerja.
Gambar 2.12 Aksi Reaksi Dayungan Lengan Dalam Renang Gaya Crawl
(Karnadi, 2008:1.22)
Pada gerakan lengan yang mengarah ke bawah (A) harus
dilakukan dengan gerakan yang rileks atau tidak kuat, karena apabila
dilakukan dengan kuat maka akan timbul reaksi yang kuat pula, sesuai
dengan hukum Newton aksi reaksi yang akan mengakibatkan tubuh
bagian depan terdorong ke atas dan bagian tubuh belakang turun, tenaga
yang dikeluarkan tidak menghasilkan gerakan maju namun justru ke atas
dan membuat posisi badan menjadi tidak streamline. Kemudian pada
gerakan mendayung ke arah belakang (B), merupakan gerakan dorongan
ke belakang, sesuai dengan hukum Newton aksi reaksi maka apabila kita
Aksi Reaksi Aksi
32
melakukan dorongan ke belakang akan muncul reaksi yang mendorong
kita ke depan, maka semakin memperbesar tekanan ke belakang akan
memperbesar pula dorongan yang akan mengakibatkan tubuh bergerak
maju. Kemudian pada gerakan menarik ke atas (C) harus dilakukan
dengan rileks agar tidak mengakibatkan tubuh tertekan ke bawah dan
menjadi tidak streamline.
Dorongan juga dapat diberikan oleh gerakan tangan, dimana
posisi tangan yang paling baik adalah tangan dalam posisi datar, kelima
jari-jari tidak rapat dan tidak terbuka lebar. Tangan dan jari-jari tangan
dalam keadaan rileks. Sebuah penelitiaan menyatakan bahwa sikap
tangan datar dengan jari-jari sedikit terbuka memberikan tahanan yang
paling besar atau dengan kata lain posisi tersebut mendorong air lebih
banyak. Pada kecepatan tertentu air tidak mudah melewati lubang
diantara jari-jari tangan, dengan demikian maka penampang tangan dan
jari-jarinya menjadi lebih luas sehingga air yang di dorong ke belakang
lebih banyak.
Mekanika dorongan dari gaya dalam renang harus menggunakan
prinsip kelangsungan gerakan. Penggunaan dorongan maju yang teratur
adalah lebih efektif dari pada penggunaan yang tidak teratur untuk
mendorong tubuh ke depan. Inilah salah satu sebab gaya crawl
merupakan gaya yang lebih cepat dibanding dengan gaya kupu-kupu
(butterfly) maupun gaya dada (breaststroke). Dalam melakukan
dorongan harus selalu diingat prinsip gerakan yang berkelanjutan (the
contunuity of moment). Dalam melakukan dayungan lengan maupun
tendangan tungkai adalah lebih efisien gerakan yang terus-menerus
daripada gerakan lengan yang besar tetapi terputus-putus.
e. Hasil Belajar Renang 50 Meter Gaya Crawl
Secara umum prestasi olahraga merupakan hasil yang dicapai oleh
atlet pada cabang olahraga tertentu, setelah mengikuti dan memenangkan
suatu pertandingan atau perlombaan. Dalam olahraga renang hasil belajar
33
renang adalah kemampuan seorang perenang melakukan gerakan renang
dalam menempuh jarak tertentu dengan waktu yang secepat-cepatnya. Jadi
dalam perlombaan renang 50 meter gaya crawl prestasinya adalah perenang
yang mampu berenang dengan menggunakan gaya apa saja selain gaya
punggung (backstroke), gaya dada (breaststroke) dan gaya kupu-kupu
(butterfly) sejauh 50 meter dalam waktu yang secepat-cepatnya.
Menurut Magill (1993:258) menyatakan bahwa faktor genetik dan
nongenetik dalam hubungannya dengan kemampuan gerak individu seperti
luas persegi panjang yang ditentukan oleh panjang dan lebar. Kemampuan
gerak individu yang baik menjadi sebuah modal dasar dan modal yang besar
untuk pencapaian prestasi olahraga yang maksimal.
Gambar 2.13 Penampilan Prestasi Olahraga
(Hidayatulloh, 1995:7)
Hidayatulloh (1995:5) menjelaskan bahwa prestasi olahraga adalah
tindakan yang sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor,
kondisi, dan pengaruh-pengaruh lainnya. Selanjutnya Martin dalam
Prestasi
Olahraga
Unsur-unsur
prestasi
psikologis
Unsur prestasi
dari luar
Unsur-unsur
prestasi
gerakan badan
Tingkah laku
taktis Unsur-unsur
prestasi
kondisional
Unsur-unsur
prestasi
koordinatif
34
Hidayatulloh (1995:5) menetapkan unsur-unsur prestasi olahraga sebagai
berikut:
1) Keterampilan dan teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai, dan
dimantapkan (diotomatisasikan).
2) Kemampuan-kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan
latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan
koordinasi.
3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya
perubahan kompetitif atau kondisi-kondisi latihan, stres, kekalahan dan
sebagainya.
4) Pengembangan strategi (taktik).
5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial.
Prestasi olahraga merupakan gabungan dari watak pribadi,
kemampuan dan bakat yang berasal dari dalam (inner factor) yang kurang
lebih bisa dipengaruhi dengan latihan, sedangkan faktor lain juga disebut
(outer factor) seperti faktor lingkungan, berupa unsur-unsur seperti
perlengkapan, fasilitas, lawan, penonton, cuaca, iklim dan sebagainya.
Prestasi olahraga mampu tercapai dengan baik akibat dari latihan
yang terprogram, teratur, dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu dan teknologi. Selain itu M. Anwar Pasau dalam Sajoto (1988:3)
berpendapat bahwa faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam
olahraga dikelompokkan dalam 4 aspek:
1) Aspek biologis
a) Kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill)
b) Fungsi organ tubuh
c) Postur dan organ tubuh
d) Gizi
2) Aspek psikologis
a) Intelektual
b) Motivasi
35
c) Kepribadian
d) Koordinasi kerja otot dan syaraf
3) Aspek lingkungan
a) Sosial
b) Prasarana dan sarana olahraga
c) Cuaca iklim sekitar
d) Orang tua keluarga dan masyarakat
4) Aspek penunjang
a) Pelatih yang berkualitas
b) Program yang tersusun secara sistematis
c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama
Gallahue and Ozmun (1998:337) mengatakan pada mulanya masa
remaja terjadi pada rentang umur 13-18 tahun, namun sekarang terjadi lebih
awal yakni pada rentang umur 10-20 tahun atau lebih. Hal serupa dikatakan
oleh Sugiyanto (1998:48) yang dipaparkan pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Periodisasi Perkembangan Berdasarkan Umur Kronologis.
Periode Perkembangan Perkiraan Umur Kronologis
Fase sebelum lahir :
Awal
Embrio
Janin
Selama 9 bulan 10 hari
Saat pembuahan sampai 2
minggu
2 sampai 8 minggu
8 minggu sampai menjelang
lahir
Bayi :
Neonatal
Saat lahir sampai 1 atau 2 tahun
Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak :
Anak kecil
Anak besar
1 atau 2 sampai 6 tahun
6 sampai 10 tahun
36
Adolesensi :
Perempuan
Laki-laki
10 sampai 18 tahun
12 sampai 20 tahun
Dewasa :
Dewasa muda
Dewasa madya
Dewasa tua
18 atau 20 sampai 40 tahun
40 tahun sampai 60 tahun
60 tahun lebih
Sugiyanto (1998:176) mengatakan bahwa adolesensi atau masa remaja
adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Adolesensi
dimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai
kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan dan berhenti setelah
tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa.
Lebih lanjut, Gallahue and Ozmun (1998:337) mengatakan pada masa
remaja ini merupakan masa yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan.
Pada masa ini juga terjadi percepatan pertumbuhan yang sangat pesat (growth
spurt).
Dari beberapa pendapat tersebut telah diketahui berbagai macam
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masa adolesensi atau
remaja. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berbeda-beda tentunya pada
setiap individu yang dipengaruhi oleh faktor ketururnan (genetik), faktor
asupan makanan, faktor aktivitas fisik, dan lingkungan.
3. Kondisi Fisik
a. Pengertian Kondisi Fisik
Menurut Sajoto (1988:57) kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh
dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan
maupun pemeliharaanya, artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi
fisik, maka harus mengembangkan seluruh komponen tersebut. Kondisi
fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha
37
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan
titik tolak suatu awalan olahraga prestasi.
Sedangkan Irianto (2002:65) menjelaskan bahwa kualitas fisik
sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang olahragawan untuk meraih
prestasi sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan lebih
lanjut jika memiliki kualitas fisik yang baik. Sasaran latihan fisik adalah
meningkatkan kualitas sistem otot dan kualitas energi yakni melatih unsur
gerak atau biomotor. Hidayatulloh (1995:1) mengatakan bahwa kondisi fisik
dalam olahraga didefinisikan sebagai kapasitas penampilan atlet. Ungkapan
atau pernyataan yang digunakan untuk kondisi fisik dalam domain
penampilan olahraga yang tinggi adalah kesegaran jasmani (physical
fitness).
Harsono (1988:153) menjelaskan bahwa kondisi fisik atlet
memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan
sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian
memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Lebih lanjut,
Harsono (1988) mengemukakan bahwa kondisi fisik yang baik akan
berpengaruh terhadap fungsi dan organisme tubuh, diantaranya:
1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja
jantung.
2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan
komponen fisik lainnya.
3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-
waktu respon demikian diperlukan.
38
Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai definisi dari kondisi
fisik, maka kondisi fisik dapat didefinisikan sebagai kualitas atau
kemampuan tubuh dalam melakukan penampilan olahraga yang terdiri dari
berbagai macam komponen-komponen gerak fisik.
Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara
penilaian yang berbentuk tes dan pengukuran. Tes ini dapat dilakukan di
dalam laboratorium ataupun lapangan. Meskipun tes yang dilakukan di
laboratorium memerlukan tes tersebut hendaknya dilakukan agar hasil
penilaian benar-benar objektif. Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal
jika latihan dimulai sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus.
Karena untuk mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan
mudah, harus secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi
fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih
fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu membina
perkembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek di
kemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai keuntungan diantaranya
atlet mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak
mudah lelah saat mengikuti latihan maupun perlombaan, program latihan
dapat diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat
menyelesaikan latihan yang berat.
Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang perenang khususnya
perenang pemula, karena tanpa di dukung oleh kondisi fisik yang prima
maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala, dan
mustahil dapat berprestasi tinggi. Dalam hal ini dikenal empat macam
kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang akan mencapai suatu
prestasi yang optimal. Sekarang ini, telah berkembang suatu istilah yang
lebih populer dari physical build-up, yaitu physical conditioning yaitu
pemeliharaan kondisi fisik atau keadaan fisik.
Kondisi fisik adalah prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Kondisi
39
fisik adalah suatu kesatuan komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya,
bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen
tersebut harus dikembangkan. Menurut Sajoto (1988:57), bahwa komponen
kondisi fisik meliputi:
1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja.
2) Daya tahan (endurance), ada dua macam daya tahan, yaitu:
a) Daya tahan umum (general endurance), adalah kemampuan
seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan
peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan
kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah
otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
b) Daya tahan khusus (local endurance), adalah kemampuan
seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban
tertentu.
3) Power otot (muscular power), yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan power maksimum yang digunakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
4) Kecepatan (speed), yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu
sesingkat-singkatnya.
5) Fleksibilitas (flexibility), yaitu efektifitas seseorang dalam penyesuaian
diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
6) Kelincahan (agility), yaitu kemampuan seseorang mengubah posisi di
area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan yang tinggi dan dengan koordinasi yang baik,
maka dapat dikatakan bahwa kelincahannya cukup baik.
40
7) Koordinasi (coordination), yaitu kemampuan seseorang melakukan
bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal
secara efektif.
8) Keseimbangan (balance), yaitu kemampuan seseorang mengandalkan
organ-organ syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai
keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian tergelincir.
Dalam olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam masalah
keseimbangan, baik dalam menghilangkan maupun mempertahankan
keseimbangan.
9) Ketepatan (accuracy), yaitu kemampuan seseorang untuk
mengendalikan gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat
merupakan suatu jarak atau subjek langsung yang harus dikenali dengan
salah satu bagian tubuh.
10) Reaksi (reaction), yaitu kemampuan seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui
indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi
datangnya bola yang harus ditangkap dan lain-lain.
Gambar 2.14 Ilustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak
(Bompa, 1994:260)
Strenght Endurance Speed Co-Operation Flexibility
Muscular
Endurance
Speed
Endurance
Max
Strengt
Agility Mobility
Power
Anaerobic
Endurance
Aerobic
Endurance
Max
Speed
Perfect
Coordination
Full Range
of
Flexibility
41
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan faktor yang utama yang harus dimiliki
oleh seroang atlet walaupun tidak meninggalkan aspek lain seperti teknik,
taktik dan aspek mental. Kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet berbeda-
beda, untuk dapat memiliki, memelihara dan meningkatkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Menurut Kusriyanti (2004) yang dikutip oleh
Subekti (2014:75) menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi fisik yaitu:
1) Faktor Latihan
Menurut Harsono (1992) yang dikutip oleh Tangkudung
(2006:42) latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau
yang dilakukan berulang-ulang dengan kian hari kian meningkat jumlah
beban latihan serta intensitas latihannya. Sedangkan menurut Dietrich
Martin yang dikutip oleh Hidayatulloh (1995:2) menyatakan bahwa
latihan olahraga adalah suatu program yang direncanakan yang
mengembangkan penampilan olahraga yang komplek dengan
menggunakan isi latihan, tindakan-tindakan organisasional yang sesuai
dengan maksud dan tujuan.
Latihan harus ditekankan kepada komponen-komponen fisik
seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya
ledak (power), stamina dan lain-lain faktor yang penting guna
pengembangan fisik secara keseluruhan atlet. Menurut Harsono (1992)
yang dikutip oleh Tangkudung (2006:42) bahwa tujuan serta sasaran
utama dari latihan atau training adalah membantu atlet meningkatkan
keterampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu
ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
seksama oleh atlet, yaitu:
a) Latihan fisik (physical training)
Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh sangat penting,
oleh karena tanpa kondisi yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti
latihan-latihan dengan sempurna. Beberapa komponen kondisi fisik
42
yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan
kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan otot (strength),
kelentukan (flexibility), kecepatan, stamina, kelincahan (agility),
power. Komponen-komponen tersebut adalah yang utama harus
dilatih dan dikembangkan oleh atlet tersebut.
b) Latihan teknik (technical training)
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-
teknik gerakan yang diperlukan untuk melakukan cabang olahraga
yang dilakukan atlet. Latihan teknik adalah latihan yang dikhususkan
guna membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-kebiasaan
motorik atau perkembangan neuromuscular. Kesempurnaan teknik-
teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan
menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar
setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga
harus dilatih dan dikuasai secara sempurna.
c) Latihan taktik (tactical training)
Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan
perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik-teknik
gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan
dan diorganisir dalam pola-pola perlombaan, bentuk-bentuk dan
formasi-formasi perlombaan serta strategi-strategi dan taktik-taktik
pertahanan dan penyerangan, sehingga berkembang menjadi suatu
kesatuan gerak yang sempurna.
d) Latihan mental (psychological training)
Perkembangan mental atlet tidak kurang pentingnya dari
perkembangan ketiga faktor di atas, sebab betapa sempurnanya
perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak
turut berkembang, prestasi tinggi mungkin tidak akan tercapai.
Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih menekankan
pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan
emosional dan impulsif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang
43
menyerah, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stres,
sportivitas, percaya diri, kejujuran dan sebagainya.
2) Kebiasaan Hidup Sehat
Kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari harus dijaga
dengan baik, apalagi dalam kehidupan berolahraga sehingga manusia
akan terhindar dari penyakit. Kebiasaan hidup sehat dapat dilakukan
dengan cara, yaitu: (a) selalu menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan
sekitar, (b) makan makanan yang higienis dan mengandung gizi
misalnya empat sehat lima sempurna.
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan tempat dimana seseorang tinggal
dalam waktu yang lama. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial ekonomi.
Hal ini dapat dimulai dari lingkungan pergaulan, lingkungan
pekerjaan, lingkungan daerah tempat tinggal dan sebagainya. Keadaan
lingkungan yang baik akan menunjang kehidupan yang baik pula.
Manusia harus bisa mengantisipasi dan menjaga lingkungan dengan baik
agar terhindar dari berbagai penyakit lingkungan. Kelelahan adalah suatu
indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat
diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery
(pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari
dengan nyaman.
4) Faktor Makanan dan Gizi
Seorang atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal pada suatu
cabang olahraga yang digeluti, memerlukan sistem pelatihan yang
optimal, termasuk ketersediaan dan kecukupan gizi yang sesuai dengan
jenis olahraganya. Untuk meningkatkan prestasi atlet Indonesia ke
depan, dirasakan perlu untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem
pembinaan dan pelatihan olahraga, terutama dalam melakukan
pendekatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, olahraga
termasuk gizi olahraga.
44
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet.
Berdasarkan teori olahraga dijelaskan bahwa gizi dan latihan fisik
menghasilkan prestasi. Bahkan Federasi Sepak Bola Dunia telah
mengeluarkan pernyataan bahwasanya gizi berperan dalam keberhasilan
satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak tepat
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih
makanan, kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga prestasi
bagi atlet, pelatih, pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga gizi dan
kesehatan yang memahami dan memiliki kompetensi dalam ilmu gizi
olahraga prestasi. Peranan gizi dalam olahraga prestasi menuntut tenaga
gizi dan kesehatan yang terampil untuk menjaga secara khusus dan
intensif kebutuhan zat gizi atlet.
Pada dasarnya pengaturan gizi untuk atlet adalah sama dengan
pengaturan gizi untuk masyarakat biasa yang bukan atlet, dimana perlu
diperhatikan keseimbangan energi yang diperoleh dari makanan dan
minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme,
kerja tubuh dan penyediaan tenaga (energi) pada waktu istirahat, latihan
dan pada waktu perlombaan, oleh karena kelebihan maupun kekurangan
zat-zat gizi dapat menimbulkan dampak negatif, baik untuk kesehatan
apalagi di dalam menunjang prestasi. Menurut Kemenkes (2014:21)
mengemukakan bahwa zat-zat gizi di dalam makanan dapat
dikelompokan menjadi:
a) Zat gizi sumber energi
Diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar berfungsi
dengan baik, peredaran, persyarafan, pernapasan, gerak otot sehingga
atlet dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Energi ini didapat
dari zat gizi hidrat arang, lemak dan protein yang dikonsumsi melalui
makanan.
b) Zat gizi pembangun tubuh
Zat gizi protein sebagai pembangun tubuh dangat diperlukan
untuk membentuk struktur tubuh, terutama di dalam pembentukan
45
jaringan baru, juga pembentukan enzim, hormon dan antibodi. Selain
protein, untuk membangun tubuh manusia diperlukan air, karena 60-
70% tubuh manusia terdiri dari air.
c) Zat gizi pengatur
Untuk mengatur jalannya proses metabolisme di dalam tubuh,
diperlukan vitamin dan mineral yang banyak didapat dari sayur-
sayuran berwarna hijau dan juga buah-buahan berwarna kuning dan
merah, agar fungsi tubuh berjalan dengan baik dan tubuh menjadi
sehat diperlukan makanan dan minuman yang di dalamnya
terkandung zat-zat gizi lengkap. Namun demikian kebutuhan akan
zat-zat gizi tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat
badan, cabang olahraga dan SDA (Sumber Daya Alam).
c. Komponen Kemampuan Fisik
Kemampuan merupakan bakat yang melekat pada seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan secara fisik dan mental yang diperoleh sejak lahir,
belajar dan dari pengalaman (Soehardi, 2003:24). Sedangkan menurut
Soelaiman (2007:112), kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau yang
dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik.
Lebih lanjut lagi, kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas
yang menuntut stamina keterampilan, kekuatan dan karakteristik yang
serupa. Sesuai dengan pendapat Sugiyanto (1996:221), kemampuan fisik
adalah kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan
aktivitas fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung
mengembangkan aktivitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat
dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai.
1) Kekuatan otot tungkai
Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisik
yang penting dalam mendukung aktivitas olahraga. Selain itu, kekuatan
otot merupakan unsur penting dalam mencapai prestasi yang maksimal
dalam olahraga. Sukadiyanto (2011:91) menjelaskan bahwa, kekuatan
46
secara umum adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi beban atau tahanan. Bompa (1994) kekuatan didefinisikan
sebagai kerja maksimal (maximal force) atau torque (rotational force)
yang dihasilkan otot atau sekelompok otot. Selain itu kekuatan
didefinisikan sebagai kemampuan sistem neuromuskular menghasilkan
gaya melawan tahanan eksternal. Menurut Ismaryati (2008:111)
kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam usaha
maksimal. Usaha maksimal ini dilakukan oleh otot atau sekelompok otot
untuk mengatasi suatu tahanan.
Sedangkan menurut Harsono (1988:176) “strength adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu
tahanan”. Menurut Pate, McClenaghan dan Rotella (1984:181) kekuatan
adalah tenaga yang digunakan untuk mengubah keadaan gerakan atau
bentuk dari sebuah benda. Gerak mendorong atau menarik
mengakibatkan suatu benda bergerak, berhenti atau berubah arah
tergantung pada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan
dan arah kekuatan. Sebagian besar penampilan pada olahraga melibatkan
gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan dari
kontraksi otot, kekuatan gaya berat dan kekuatan yang digunakan oleh
sesuatu dari luar.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa kekuatan merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot
untuk melakukan kontraksi atau tegangan dalam menerima atau
melawan suatu beban atau tahanan saat beraktivitas.
Kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas
olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan pencegah
cedera. Selain itu kekuatan memainkan peran penting dalam komponen-
komponen kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan, dan
kecepatan. Senada dengan pendapat tersebut Harsono (1988:177)
menjelaskan bahwa kekuatan adalah komponen yang sangat penting
guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Oleh karena, (1)
47
kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan
memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet dari
kemungkinan cedera, (3) oleh karena dengan kekuatan atlet dapat lari
lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien,
memukul dengan keras, demikian pula dapat membantu memperkuat
stabilitas sendi-sendi. Lebih lanjut, Harsono dalam bukunya menjelaskan
bahwa meskipun aktivitas olahraga lebih memerlukan agilitas,
fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya, akan
tetapi faktor-faktor tersebut tetap harus dikombinasikan dengan faktor
kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Jadi, kekuatan tetap merupakan
basis dari semua komponen kondisi fisik.
Bompa (1994:268-270) membagi tipe kekuatan menjadi
beberapa jenis kekuatan, antara lain:
a) Kekuatan umum
Kekuatan umum mengacu pada kekuatan sistem otot secara
keseluruhan.
b) Kekuatan khusus
Kekuatan khusus dianggap sebagai kekuatan otot-otot yang
khusus untuk gerakan olahraga yang dipilih.
c) Kekuatan maksimum
Kekuatan maksimum mengacu pada kekuatan tertinggi yang
dapat dilakukan oleh sistem neuromuskular selama kontraksi secara
maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh beban terberat yang seorang atlet
dapat mengangkat beban tersebut sekali waktu.
d) Kekuatan cadangan
Kekuatan cadangan dianggap sebagai perbedaan antara
kekuatan atlet dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk
melakukan keterampilan di bawah kondisi kompetitif.
Dalam upaya meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan
dengan latihan secara sistematis dan teratur dengan program latihan
yang tepat dan harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
48
kekuatan otot (Sukadiyanto, 2011:91). Secara fisiologi, kekuatan adalah
kemampuan neoromuskuler untuk mengatasi tahanan beban luar dan
beban dalam. Artinya, tingkat kekuatan olahragawan diantaranya
dipengaruhi oleh keadaan panjang pendeknya otot, besar kecilnya otot,
jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat kelelahan, jenis
otot, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik, dan kemampuan
kontraksi otot.
Tungkai adalah anggota badan bawah mencakup tungkai dan
panggul serta sendi-sendi dan otot-ototnya. Tungkai dibentuk oleh tulang
atas atau paha (os femoris atau femur), sedangkan tungkai bawah terdiri
dari tulang kering (os tibia) dan betis serta tulang kaki, sedangkan
gelang panggul dibentuk oleh coksea dengan tulang sacrum, terdapat
dua persendian pada gelang panggul, yaitu: sendi usus kelangka dan
sendi sela kemaluan, gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh
dengan batang badan sesuai dengan faalnya sebagai alat yang harus
menerima berat badan dan meneruskannya pada kedua tungkai hanya
dalam penelitian ini tungkai harus mempunyai kekuatan yang baik agar
dapat mempertahankan diri. Tungkai sama dengan kaki mulai dari
pangkal paha ke bawah sampai dengan telapak kaki, merupakan anggota
gerak bagian bawah yaitu seluruh kaki ditambah dengan panggul.
Lutut adalah persendian terbesar dari tubuh manusia dan
meskipun relatif kuat, biasanya mudah terkena cedera karena susunan
fisik yang kompleks dari lutut karena seringkali mengalami tekanan
yang berlebihan selama melakukan aktifitas fisik seperti olahraga
renang. Saat melakukan gerakan kaki pada gaya crawl sangat
berpengaruh dengan kekuatan tungkai karena dapat mempercepat laju
renang ke depan.
Kekuatan otot tungkai adalah komponen kondisi fisik seseorang
tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja (Sajoto, 1995:8). Jadi kekuatan otot tungkai
49
adalah kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu
bekerja.
Pada olahraga renang gaya crawl, gerakan lengan mendayung
dan tungkai yang menendang air merupakan gerakan yang mendapat
beban atau tahanan dari air. Dibutuhkan kekuatan untuk dapat melawan
tahanan air dan menghasilkan dorongan ke depan. Kekuatan dibutuhkan
tanpa kekuatan maka gerakan yang dilakukan tidak menghasilkan
dorongan. Sesuai dengan hukum Newton III aksi reaksi besarnya gaya
yang dikeluarkan oleh otot lengan dan otot tungkai dalam melawan
tahanan air akan menghasilkan reaksi dari air yang besarnya sama
dengan arah berlawanan, sehingga lebih besar gaya yang dikeluarkan
oleh lengan dan tungkai dalam melakukan gerakan renang gaya crawl
maka akan menghasilkan reaksi berupa dorongan dari air yang sama
besarnya dan arah yang berlawanan yaitu arah ke depan, sehingga
semakin besar kekuatan yang diberikan pada air akan semakin besar atau
cepat pergerakan maju tubuh perenang.
2) Volume oksigen maksimal
Kemampuan aerobik (VO2 max) adalah kemampuan olah daya
aerobik terbesar yang dimiliki seseorang. Hal ini ditentukan oleh jumlah
zat asam (O2) yang paling banyak dapat dipasok oleh jantung,
pernapasan, dan hemo-hidro-limpatik atau transport O2, CO2 dan nutrisi
pada setiap menit (Karpovich dalam Santoso, 1992). Menurut Devries
(dalam Joesoef, 1988) yang dimaksud dengan VO2 max adalah derajat
metabolisme aerob maksimum dalam aktivitas fisik dinamis yang dapat
dicapai seseorang.
Sedangkan menurut Thoden (dalam Sukarman, 1992), yang
dimaksud dengan VO2 max adalah “daya tangkap aerobik maksimal yang
menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan
waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang makin
lama makin berat sampai kelelahan. Ukurannya disebut VO2 max. VO2
max adalah ambilan oksigen (oxygen intake) selama upaya maksimal”;
50
dan menurut Costill, dalam Maglischo (1982), bahwa kapasitas kerja
fisik dinamis yang dapat dilakukan dalam waktu yang lama dapat diukur
dari konsumsi oksigen maksimalnya (VO2 max atau maximal oxygen
uptake).
VO2 max adalah suatu indikator yang baik dari capaian daya
tahan aerobik. Individu yang terlatih dengan VO2 max yang lebih tinggi
akan cenderung dapat melakukannya lebih baik di dalam aktivitas daya
tahan dibanding dengan orang-orang yang mempunyai VO2 max lebih
rendah untuk aktivitas daya tahan aerobik. Pada tahun 1970-an Kenneth
Cooper meneliti hubungan antara olahraga dengan kesegaran jasmani
yang mendapatkan bahwa orang-orang yang mempuyai daya tahan yang
tinggi karena melakukan olahraga, ternyata paru-paru mereka
mempunyai kesanggupan untuk menampung 1,5 lebih banyak udara
daripada orang biasa (Gilmore, 1981).
VO2 max adalah volume oksigen maksimum yang dapat
digunakan per menit. Menurut Guyton dan Hall (2008) dalam Giri
Wiarto (2013:13) VO2 max adalah kecepatan penggunaan oksigen dalam
metabolisme aerob maksimum. Menurut Thoden dalam modul Suranto
(2008:118) VO2 max merupakan daya tangkap aerobik maksimal
menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per
satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes, dengan latihan yang
makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2 max.
VO2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang
dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit kg berat badan.
Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah
makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap digunakan
untuk kerja tiap sel yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah
otot dalam keadaan istirahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan
banyak ATP. Akibatnya otot yang digunakan dalam latihan
membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2.
51
Menurut Burhanudin Sadly (2015), faktor-faktor yang
mempengaruhi VO2 max diantaranya adalah:
a) Umur
b) Latihan
c) Ketinggian suatu tempat (kadar O2)
d) Faktor psikologis, seperti:
(1) Kemampuan jaringan otot untuk menggunakan oksigen dalam
proses produksi energi tubuh.
(2) Kemampuan sistem syaraf jantung dan paru-paru
(cardiovascular) untuk mengangkut oksigen ke dalam jaringan
otot.
Pada olahraga renang 50 meter gaya crawl membutuhkan
kondisi volume oksigen maksimal yang baik. Gerakan berulang-ulang
yang dilakukan oleh lengan dan tungkai membutuhkan volume oksigen
maksimal, agar hasil kerja dari dayungan lengan dan tendangan tungkai
tetap dalam kerja yang maksimal (tidak mengalami kelelahan). Hal
tersebut berkaitan juga dengan kemampuan jantung dalam memompa
darah untuk mencukupi kebutuhan O2 ke dalam otot-otot lengan dan
tungkai yang secara terus menerus melakukan kerja. Maka semakin baik
volume oksigen maksimal seorang perenang, maka kemampuan
melakukan gerakan dalam renang gaya crawl akan semakin maksimal
dan menghasilkan prestasi yang maksimal.
d. Definisi Antropometri
Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh
dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adikorsa (lemak). Menurut
Wignjosoebroto (2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia.
Menurut Indriati (2010:5) antropometri adalah pengukuran tubuh.
Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi
pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference (putaran),
52
curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pengukuran
dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (contoh: stature) maupun
membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (contoh: panjang tungkai).
Menurut Irianto (2007:67) ukuran antropometri mencakup kuantitas dari
dimensi-dimensi tubuh di dalamnya berat, ukuran panjang dan luas
penampang tubuh memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-
masing individu.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
antropometri merupakan ukuran tubuh atau bagian tubuh dalam dimensi
berat, panjang, lingkaran dan ketebalan. Ukuran antropometri berkaitan
dengan tipe atau bentuk tubuh. Ukuran antropometri juga dapat dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan status gizi seseorang.
Perkembangan ukuran antropometri tubuh berkembang sesuai
dengan periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-
bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor pengembangan seperti faktor
genesis, lingkungan serta aktivitas fisik yang dilakukan. Perkembangan
ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus selama masa
pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada
proporsi dan kecepatannya. Gallahue and Ozmun (1998:189) mengatakan
bahwa perkembangan ukuran antropometri tubuh berkembang sesuai
dengan periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-
bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor
genetis, lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan.
Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus
selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-
beda pada proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan ukuran bayi
berlangsung sangat cepat, kemudian secara proporsional mengalami
penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan
pertumbuhan pada masa adolesensi. Perbedaan kecepatan pertumbuhan
yang menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe tubuh seseorang.
53
Ukuran antropometri merupakan salah satu faktor penting dalam
aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan
karakteristik antropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan
karakteristik gerak yang diperlukan dalam masing-masing olahraga tersebut.
Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur
tubuh memberikan kemungkinan efisien gerak yang berbeda pula. Faktor
antropometri dalam olahraga sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan
prestasi atlet, sebagaimana menurut Indriati (2010:92) peran antropometri
dalam olahraga beragam mulai dari penentuan cabang olahraga yang dapat
memaksimalkan kondisi atlet, status kebugaran seseorang, komposisi lemak,
tulang, ukuran tubuh, kadar air dan massa otot.
Antropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap olahraga,
terutama untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk
mencapai prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh
tertentu sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya.
Antropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat
dua tipe pengukuran antropometri yaitu dimensi tubuh dan yang
berhubungan dengan somatotropi. Pengukuran dimensi tubuh menurut
Verducci (1980:215) dalam pengukuran dimensi tubuh yang umum
digunakan dalam pendidikan olahraga menitikberatkan pada diameter dan
keliling dari macam-macam ruas tubuh.
Dalam ISAK (2001:21) memberikan gambaran titik-titik dalam
tubuh yang digunakan untuk pengukuran antropometri, seperti pada gambar
2.17 berikut:
54
Gambar 2.15 Tanda-Tanda Anatomi Tubuh
(ISAK, 2001:22)
Sedangkan menurut ISAK (2001:17-18) dalam pengukuran
antropometri dibagi menjadi 5 tipe atau dimensi, yaitu:
1) Dasar:
a) Berat badan
b) Tinggi badan
c) Tinggi duduk
2) Kadar Lemak:
a) Triceps
b) Subscapularis
c) Biceps
d) Iliac Crest
e) Supraspinale
55
f) Abdominal
g) Front Thigh
h) Medial Calf
3) Lebar:
a) Biacromial
b) Billocristal
c) Foot Lenght
d) Transverse Shest
e) A-P Chest Depth
f) Humerus
g) Femur
4) Panjang:
a) Acromiale-Radiale
b) Radiale-Stylion
c) Midstylion-Dactylion
d) Iliospinale Height
e) Trochanterion Height
f) Trochanterion-Tibialte Laterale
g) Tibiale Laterale Height
h) Tibiale-Laterale-Sphyrion Tibiale
5) Lingkaran:
a) Kepala
b) Leher
c) Lengan (relaks atau relaksasi)
d) Lengan (tengang atau kontraksi)
e) Lengan bawah
f) Dada
g) Pinggang
h) Pantat
i) Paha (1 cm dari pantat)
j) Paha (tengah)
56
k) Betis
l) Angkel
Ada banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi tubuh lainnya.
Menurut Verducci (1980:216) dimana pengukuran tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Ankel diukur pada saat berdiri dengan jarak diantara malleoll
(antropometer menunjukan sudut 45º dari bawah).
2) Rentang lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar
pada dinding rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama, diukur
panjang jarak antara jangkauan jari kiri dan kanan.
3) Diameter biocromial diukur dengan posisi siku berada di sebelah badan,
jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.
4) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada disamping tubuh
dan tangan berada di atas paha, jarak antara bagian terluar pundak
(antropometer hanya sedikit menyentuh kulit).
5) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi rusuk dari
puncak iliac.
6) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak antara
proyeksi rusuk dan trochanters yang lebih besar.
7) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit ditarik
ke depan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang rusuk ke 5
sampai ke 6, siku dengan siku satunya ditarik dan posisi tangan
menghadap depan dengan jarak antara condilus dan humerus.
8) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ruas distal dan titik-titik pada
tulang carpal proximal.
9) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-posterior pada posisi alis
dan occipital protuberance.
10) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari tengkorak.
11) Lutut diukur dengan cara lutut direntangkan sampai sudut 90, dengan
jarak antara proyeksi terluar dari tibial condyles.
57
12) Panjang tungkai diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai
sampai coccyx.
13) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menapak lantai, tubuh
bersandar pada dinding dengan kepala menghadap depan, diukur sampai
ujung kepala.
Adapun panjang tungkai dan rentang lengan pada antropometri
akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Panjang Tungkai
Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari
tulang anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior
liberae). Menurut Verducci (1980:218) panjang tungkai jika dalam
keadaan berdiri diukur mulai dari lantai hingga coccyx. Dalam hal ini
Johnson and Nelson (1986:191) menyatakan bahwa ukuran panjang
tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari
trochanter sampai ke lantai atau telapak kaki. Sedangkan menurut
ISAK (2001:99) panjang tungkai atas diukur dari trochanter hingga
tibiale laterale.
Gambar 2.16 Letak Trochanter dari Permukaan Kulit
(ISAK, 2001:39)
Menentukan letak titik trochanter dapat dilakukan dengan cara
berdiri di belakang subjek, kemudian meraba bagian lateral dari otot
pantat dengan tumit tangan. Ketika menekan pada sisi kanan subjek
58
maka tangan sebelah kiri ikut membantu memberi penekanan ke arah
kanan agar trochanter segera dapat terasa dimana letaknya. Setelah
menemukan trochanter major, pengukuran harus dilakukan dengan
meraba ke atas untuk menemukan titik tertinggi dari trochanter dimana
tulang masih dapat terasa ketika diberi tekanan yang lebih kuat ke
bawah. Akan sulit menentukan trochanter pada subjek yang memiliki
lemak banyak pada bagian ini.
Gambar 2.17 Letak Trochanter
(Pabst and Putz, 2006:271)
Menurut Soedarminto (1992:60) tulang-tulang anggota gerak
bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae) terdiri dari:
1) Femur (tulang paha)
2) Crus atau crural (tungkai bawah)
a) Tibia
b) Fibula
3) Ossa Pedis
a) Ossa tarsalia
Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh
buah tulang.
b) Ossa metatarsalia
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah
tulang.
Trochanter
59
c) Ossa palangea digitorum pedis
Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari
hanya terdiri dari dua ruas tulang.
Gambar 2.18 Otot-Otot Tungkai
(Pabst and Putz, 2006:330)
Kemudian otot-otot yang menyusun dari tungkai yaitu M.
Semitendinosus, M. Biceps Femoris, M. Soleus, M. Plantaris, M.
Gracilis, M. Semimembranosus, M. Gastrocnomeus, M. Flexor Hallucis
Longus, M. Flexor Digitorum Longus, M. Tibialis Posterior, M.
Fibularis, M. Extensor Hallucis Longus, M. Extensor Digitorum
Longus, M. Abductor Digitiminimi dan otot-otot kecil lainnya.
Tungkai dalam renang gaya crawl memberikan kontribusi
dalam membawa tubuh bergerak ke depan, gerakan tungkai yang
menendang-nendang air merupakan salah satu cara untuk memberikan
dorongan tubuh kepada air. Semakin besar permukaan yang
memberikan tekanan terhadap air maka semakin besar pula dorongan
60
yang dihasilkan sebagaimana hukum Newton III yaitu hukum aksi
reaksi.
Ditinjau dari biomekanika, Thiago, et al. (2005:369)
mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Deschodt, et al.
(1996) menunjukan hubungan yang signifikan antara kecepatan pinggul
dan gerakan horizontal dan vertikal tungkai atas. Ketika kecepatan
tungkai atas bertambah maka kecepatan horizontal perenang akan
bertambah pula, dan kita ketahui bahwa kecepatan tungkai dipengaruhi
oleh frekuensi gerakan tungkai dan panjang tungkai. Hingga saat ini
belum diketahui kontribusi bagian tungkai atas dan tungkai bawah
masing-masing.
Kemudian tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang
lebih panjang dalam hal pengungkit atau tuas. Tungkai yang panjang
seorang atlet renang memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga
menghasilkan tenaga yang lebih besar. Menurut McGinnis (2005:121)
dalam kaitannya dengan torsi bahwa semakin panjang lengan torsi
maka akan semakin besar pula torsi yang dihasilkan sehingga semakin
besar tenaga yang dihasilkan untuk mendorong air ke belakang. Hal ini
sependapat dengan Soedarminto (1995:40) bahwa makin panjang
pengungkit makin besar pula usaha yang digunakan untuk mengayun.
Tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh,
sehingga dapat memperbesar tenaga untuk menendang air.
Tungkai dalam renang gaya crawl memberikan kontribusi
dalam membawa tubuh bergerak ke depan, gerakan tungkai yang
menendang-nendang air merupakan salah satu cara untuk memberikan
dorongan tubuh kepada air. Semakin besar permukaan yang
memberikan tekanan terhadap air maka semakin besar pula dorongan
yang dihasilkan sebagaimana hukum Newton III yaitu hukum aksi
reaksi. Kemudian tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih
panjang, dalam hal pengungkit atau tuas. Tungkai yang panjang seorang
61
atlet renang memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga
menghasilkan tenaga yang lebih besar.
2) Rentang Lengan
Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior
liberae). Menurut Yusuf dan Aip (1996:75) panjang lengan adalah jarak
tulang bagian atas lengan (humerus) sampai tulang hasta (ulna).
Sedangkan Johnson (1996:180), mengatakan bahwa panjang lengan
adalah jarak yang diukur dari acromion pada humerus sampai titik
styloid pada ulna. Sedangkan panjang tangan adalah jarak terpendek
dari garis midstylion sampai dactylion. Sehingga panjang lengan
merupakan jarak terpendek yang diukur mulai dari acromion hingga
dactylion. Midstylion merupakan titik tengah permukaan anterior
pergelangan tangan tepat pada garis horizontal yang ditarik setinggi
stylion atau styloid.
Gambar 2.19 Titik Acromion
(ISAK, 2001:24)
Menentukan titik pada acromion dapat dilakukan dengan cara
meraba tulang scapula dari medial ke lateral menuju acromion, setelah
pada bagian lateral kemudian diberikan tanda atau garis pada bagian
tersebut namun sedikit agak superior dan medial (seperti pada gambar
2.19). Berikut gambar dari tulang scapula:
62
Gambar 2.20 Acromion
(Pabst and Putz, 2006:162)
Susunan tulang dari lengan yaitu: Os. Humeri, Os. Ulnaris, Os.
Radialis dan Ossa. Carpalea, Ossa Metacarpalia dan Ossa Phalages.
Otot-Otot yang menyusun lengan-tangan ini yaitu: M. Deltoideus, M.
Triceps Brachii, M. Biceps Brachii, M. Brachialis, M. Pronator Teres,
M. Brachioradialis, M. Extensor Digitorum, M. Extensor Carpi
Radialis Longus, M. Extensor Carpi Radialis Brevis, M. Flexor Carpi
Radialis, M. Flexor Pollicis Longus, M. Abductor Pollicis Longus, M.
Extensor Pollicis Brevis dan M. Adductor Pollicis.
Gambar 2.21 Otot-Otot Lengan
(Pabst and Putz, 2006:180-181)
Acromion
63
Susunan pada otot rangka pada manusia dilengkapi dengan
suatu sistem pengungkit yang kompleks, memiliki fungsi yang penting
dalam penampilan olahraga. Pengungkit pada tulang digunakan untuk
mengatasi suatu tahanan atau untuk menambah kecepatan bagian badan.
Menurut Pate, McClenaghan and Rotella (1984:182) pengungkit adalah
sebuah mesin sederhana yang dipergunakan untuk mendapatkan
keuntungan mekanik dalam melakukan suatu kegiatan. Tergantung pada
macam pengungkit dan susunan serta panjang lengan pengungkit.
Keuntungan pada mekanik pengungkit adalah sebagai penambah
kecepatan suatu bagian. Pengungkit dengan lengan usaha yang lebih
besar atau panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya yang
bertambah. Sedangkan memperpanjang lengan tahanan akan
menghasilkan kecepatan bagian yang lebih besar. Sistem rangka pada
manusia terdiri dari pengungkit jenis ke-3 yang dirancang untuk
kecepatan. Selain itu banyak olahraga yang memerlukan penggunaan
kekuatan tenaga dengan menggunakan suatu alat untuk memperpanjang
lengan tahanan sehingga menghasilkan kecepatan yang tinggi. Apabila
lengan tahanan diperpanjang maka akan memerlukan tambahan
penggunaan tenaga. Hal ini akan menghasilkan kontrol dan ketepatan
yang kurang.
Gerakan lengan yang mendayung dan berputar merupakan
salah satu contoh dari torsi. Menurut McGinnis (2005:121) dimana
besarnya torsi ditentukan oleh dua hal yaitu panjang lengan torsi dan
gaya yang digunakan (T = F x r). Dalam hal ini lengan perenang
merupakan lengan torsi sehingga semakin panjang lengan torsi maka
akan semakin besar pula torsi yang dihasilkan sehingga semakin besar
tenaga yang dihasilkan untuk mendorong air ke belakang.
Kemudian Thiago, et al. (2011:368) mengatakan bahwa secara
biomekanika terdapat unsur kinematika dari renang gaya crawl yaitu
kinematika dayungan lengan, kinematika tungkai dan kinematika dari
pinggul dan pusat massa tubuh. Dalam kinematika dayungan lengan
64
merupakan unsur paling besar dalam mencapai kecepatan dalam
berenang, kecepatan yang dihasilkan oleh dayungan lengan tersebut
terdiri dari dua hal yaitu frekuensi dayungan dan panjang lengan.
Perenang dengan lengan yang panjang paling efektif dalam teknik
renang. Craig & Pendergast dalam Thiago (2011:368) mengemukakan
hal serupa bahwa seorang perenang harus mempunyai lengan yang
panjang, kemudian untuk mencapai kecepatan maksimal dengan
memanipulasi frekuensi dayungan.
Telah diketahui bahwa semakin cepat pertumbuhan tulang
maka akan diimbangi dengan pertumbuhan otot. Semakin panjang
tulang maka jumlah massa otot akan bertambah semakin banyak. Pada
anak laki-laki penambahan ukuran dan jumlah otot merupakan
peningkatan dari kekuatan. Peningkatan ini terjadi dimulai dari usia 14
tahun hingga sampai pada masa adolesenci (Gallahue and Ozmun,
1998:337).
Keadaan mengenai ukuran tubuh berupa panjang lengan akan
beruntung untuk memperoleh kecepatan gerak lengan. Tulang lengan
merupakan tulang panjang. Kemudian otot yang panjang dan langsung
akan memungkinkan terjadinya gerakan yang cepat dan luas. Karena
dengan tuas yang panjang akan mempengaruhi kecepatan gerakan.
Selain itu, gaya putar yang dihasilkan dari lengan yang panjang juga
menjadi lebih besar, semakin panjang lengan semakin besar gaya yang
dihasilkan.
Gerakan dayungan yang dilakukan oleh lengan secara otomatis
tangan melakukan dayungan pula, akan tetapi bukan berarti tangan
tidak memiliki kontribusi pada gerakan dayungan tersebut. Ketika
melakukan gerakan dorongan telapak tangan juga menentukan seberapa
banyak air yang dapat ditarik ke belakang yang menentukan seberapa
jauh pula tubuh perenang akan bergerak ke depan. Panjang tangan
terdiri atas tulang-tulang pergelangan tangan (ossa carpalia) tulang-
65
tulang telapak tangan (ossa metacarpalia) dan tulang-tulang jari-jari
tangan (ossa phalages).
Pengukuran panjang lengan-tangan didefinisikan sebagai
panjang dari acromion pada os scapula sampai dactylion (ujung dari
jari tengah tangan). Pada renang gaya crawl kontribusi paling besar
berasal dari gerakan lengan dalam mendayung, gerakan lengan tersebut
tidak sendiri namun juga bersamaan dengan tangan. Lengan telah
didesain sebagai alat pengungkit pada tubuh manusia, semakin panjang
tuas pengungkit atau panjang lengan torsi maka akan besar gaya yang
dihasilkan. Kemudian dalam pertumbuhan jaringan bahwa dengan
memiliki lengan yang panjang maka otot juga akan makin besar atau
panjang. Lengan yang panjang akan berkontribusi pada kekuatan lengan
dalam melakukan gerakan mendayung sebagai penggerak utama
gerakan maju dalam renang gaya crawl, kemudian berkontribusi dalam
memindahkan air lebih banyak ketika melakukan gerakan dalam renang
gaya crawl sesuai dengan hukum Newton III, maka air yang
dipindahkan oleh lengan akan banyak dan mengakibatkan tubuh
bergerak maju lebih jauh.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dekat dengan penelitian ini
antara lain:
1. Penelitian dari Satrio Sakti Rumpoko (2013) tentang kontribusi panjang
tungkai kekuatan otot tungkai dan volume oksigen maksimal terhadap prestasi
olahraga selam pada atlet selam putra persatuan olahraga selam seluruh
Indonesia di Provinsi Jawa Tengah. Diperoleh hasil dari ketiga variabel
memberikan kontribusi sebesar 50,25% terhadap prestasi selam.
2. I Made Sriundy Mahardika (2010) yang meneliti tentang performa renang
gaya bebas 50 meter, studi kuantitatif non-eksperimental antara komponen
biomotorik, komponen proporsi tubuh, volume paru-paru, kebugaran jasmani
dan status gizi dengan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Dari penelitian
66
tersebut diperoleh hasil bahwa komponen biomotorik terbukti secara
signifikan direfleksikan oleh kekuatan, daya ledak otot tungkai, kecepatan,
kelentukan, kelincahan, waktu reaksi, keseimbangan dan, koordinasi. Proporsi
tubuh terbukti secara signifikan direfleksikan oleh lebar pinggul, lingkar paha,
lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah lebar bahu, lebar elbow, dan
panjang lengan memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi renang
gaya bebas 50 meter. Volume paru-paru tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. Daya tahan
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi renang gaya bebas 50
meter. Status gizi terbukti secara signifikan direfleksikan oleh tinggi dan berat
badan.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dapat
digambarkan konseptual kerangka pikir sebagai berikut:
1. Prediksi Kekuatan Otot Tungkai pada Hasil Belajar Renang 50 Meter
Gaya Crawl.
Dalam memprediksi kekuatan otot tungkai perenang melakukan
kontraksi atau tegangan dalam menerima atau melawan suatu beban atau
tahanan yang mengarah pada teknik gerakan renang 50 meter gaya crawl
yang sebenarnya secara utuh. Diberikan setiap akhir pemberian materi,
sebagai masukan perenang terhadap gerakan yang telah dilakukan, sehingga
perenang dalam latihan renang 50 meter gaya crawl akan lebih sempurna dan
baik dalam gerakannya. Prediksi kekuatan otot tungkai akan berpengaruh
terhadap informasi tentang gerakan yang sudah dilakukan pada perenang
dalam menguasai gerakan. Kerugian latihan renang 50 meter gaya crawl yang
dilakukan dengan memprediksi kekuatan otot tungkai yaitu pelaksanaan
latihan ini biasanya mudah terkena cedera karena susunan fisik yang
kompleks dari tungkai karena seringkali mengalami tekanan yang berlebihan
selama melakukan gerakan renang 50 meter gaya crawl. Keuntungan latihan
renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan dengan memprediksi kekuatan
67
otot tungkai pada umumnya perenang dapat mempercepat laju renang 50
meter gaya crawl. Pada renang 50 meter gaya crawl, gerakan tungkai yang
menendang air merupakan gerakan yang mendapat beban atau tahanan dari
air. Dibutuhkan kekuatan otot tungkai untuk dapat melawan tahanan air dan
menghasilkan dorongan ke depan, sehingga semakin besar kekuatan otot
tungkai yang diberikan pada air maka akan semakin besar atau cepat pula
pergerakan maju tubuh perenang.
Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan
yang ada pada faktor kekuatan otot tungkai, maka dapat diduga bahwa
kekuatan otot tungkai akan memberikan prediksi pada hasil belajar renang 50
meter gaya crawl.
2. Prediksi Volume Oksigen Maksimal pada Hasil Belajar Renang 50
Meter Gaya Crawl.
Keuntungan latihan renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan dengan
memprediksi volume oksigen maksimal pada umumnya perenang dapat
melakukan daya tangkap aerobik maksimal yang menggambarkan jumlah
oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh perenang selama
latihan renang 50 meter gaya crawl, dengan latihan renang 50 meter gaya
crawl yang makin lama makin berat hingga kelelahan. Kerugian latihan
renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan dengan memprediksi volume
oksigen maksimal yaitu bagi pemula prediksi volume oksigen maksimal ini
kurang cocok, karena gerakan renang 50 meter gaya crawl membutuhkan
kondisi volume oksigen maksimal yang baik. Semakin baik volume oksigen
maksimal seorang perenang, maka kemampuan melakukan gerakan renang 50
meter gaya crawl akan semakin maksimal dan menghasilkan prestasi yang
maksimal.
Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan
yang ada pada faktor volume oksigen maksimal, maka dapat diduga bahwa
volume oksigen maksimal akan memberikan prediksi pada hasil belajar
renang 50 meter gaya crawl.
68
3. Prediksi Panjang Tungkai pada Hasil Belajar Renang 50 Meter Gaya
Crawl.
Keuntungan latihan renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan dengan
memprediksi panjang tungkai pada umumnya perenang dapat melakukan
jangkauan yang lebih panjang dalam hal pengungkit atau tuas. Tungkai yang
panjang seorang perenang memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga
menghasilkan tenaga yang lebih besar. Kerugian latihan renang 50 meter gaya
crawl yang dilakukan dengan memprediksi panjang tungkai yaitu bagi
pemula prediksi panjang tungkai ini kurang cocok, karena semakin panjang
tungkai maka akan semakin besar pula torsi yang dihasilkan, sehingga
semakin besar tenaga yang dihasilkan untuk mendorong air ke belakang.
Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan
yang ada pada faktor panjang tungkai, maka dapat diduga bahwa panjang
tungkai akan memberikan prediksi pada hasil belajar renang 50 meter gaya
crawl.
4. Prediksi Rentang Lengan pada Hasil Belajar Renang 50 Meter Gaya
Crawl.
Keuntungan latihan renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan dengan
memprediksi rentang lengan pada umumnya perenang dapat menambah
kecepatan renang 50 meter gaya crawl. Pengungkit dengan lengan yang
panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya yang bertambah, dengan
memperpanjang lengan maka tahanan akan menghasilkan kecepatan yang
lebih besar. Kerugian latihan renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan
dengan memprediksi rentang lengan yaitu bagi pemula prediksi rentang
lengan ini kurang cocok, karena apabila lengan yang panjang akan
memerlukan tambahan penggunaan tenaga. Hal ini akan menghasilkan
kontrol yang kurang dalam latihan renang 50 meter gaya crawl.
Dari uraian di atas dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan
yang ada pada faktor rentang lengan, maka dapat diduga bahwa rentang
lengan akan memberikan prediksi pada hasil belajar renang 50 meter gaya
crawl.
69
5. Prediksi Kekuatan Otot Tungkai, Volume Oksigen Maksimal, Panjang
Tungkai dan Rentang Lengan pada Hasil Belajar Renang 50 Meter Gaya
Crawl.
Dalam latihan renang 50 meter gaya crawl, maka kekuatan otot tungkai,
volume oksigen maksimal, panjang tungkai dan rentang lengan sebagai faktor
kemampuan fisiknya. Keuntungan latihan renang 50 meter gaya crawl yang
dilakukan dengan memprediksi kekuatan otot tungkai, volume oksigen
maksimal, panjang tungkai dan rentang lengan secara bersamaan pada
perenang dapat memaksimalkan kecepatan renang 50 meter gaya crawl.
Sedangkan kerugian latihan renang 50 meter gaya crawl yang dilakukan
dengan memprediksi kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal,
panjang tungkai dan rentang lengan secara bersamaan yaitu membutuhkan
waktu yang lama dan latihan yang berulang-ulang untuk dapat
mengkoordinasikan kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal,
panjang tungkai dan rentang lengan secara bersamaan untuk meningkatkan
hasil belajar renang 50 meter gaya crawl.
Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa kekuatan otot tungkai, volume
oksigen maksimal, panjang tungkai dan rentang lengan secara bersamaan
akan memberikan prediksi pada hasil belajar renang 50 meter gaya crawl.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat hubunagn positif antara kekuatan otot tungkai dengan hasil belajar
renang 50 meter gaya crawl. Kekuatan otot tungkai dapat memprediksi hasil
belajar renang 50 meter gaya crawl.
2. Terdapat hubungan positif antara volume oksigen maksimal dengan hasil
belajar renang 50 meter gaya crawl. Volume oksigen maksimal dapat
memprediksi hasil belajar renang 50 meter gaya crawl.
70
3. Terdapat hubungan positif antara panjang tungkai dengan hasil belajar renang
50 meter gaya crawl. Panjang tungkai dapat memprediksi hasil belajar renang
50 meter gaya crawl.
4. Terdapat hubungan positif antara rentang lengan dengan hasil belajar renang
50 meter gaya crawl. Rentang lengan dapat memprediksi hasil belajar renang
50 meter gaya crawl.
5. Terdapa hubungan positif antara kekuatan otot tungkai, volume oksigen
maksimal, panjang tungkai dan rentang lengan dengan hasil belajar renang 50
meter gaya crawl. Kekuatan otot tungkai, volume oksigen maksimal, panjang
tungkai dan rentang lengan dapat memprediksi hasil belajar renang 50 meter
gaya crawl.