bab ii kajian teoritis 2.1 konsep akuntansi penyusutan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
2.1.1 Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2009: 16.2) bahwa asset
tetap atau aktiva tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode.
Menurut Baridwan (2004: 272) Aktiva Tetap Berwujud adalah aktiva-
aktiva yang berwujud yang sifatnya permanen yang digunakan dalam kegiatan
normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva
yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk
tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih satu periode
akuntansi.
Menurut Mulyadi (2001: 591) bahwa aktiva tetap adalah kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunayi manfaat ekonomis lebih dari satu
tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan
untuk dujual kembali.
Karakteristik aktiva tetap berwujud antara lain:
1. Memiliki bentuk fisik
2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan
7
8
3. Dimiliki tidak sebagai investasi (Penanaman Modal) dan tidak
diperdagangkan
4. Memiliki jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu
periode akuntansi / lebih dari satu tahun)
5. Memberikan manfaat di masa yang akan datang
Dalam Aktiva Tetap Berwujud ini terdapat pula perolehan aktiva tetap
berwujud yaitu perolehan aktiva tetap bisa dari pembelian, pembangunan,
pemberian (donation) dari orang atau organisasi lain dan pengambilalihan.
Pembelian dan pembangunan dibiayai dengan dana umum dan / atau Dana Proyek
Modal. Pemberian merupakan hiba aktiva tetap kepada pemerintah.
Pengambilalihan merupakan upaya pemerintah sesuai dengan ketentuan untuk
mengambil alih suatu aktiva tetap. Aset tetap berwujud yaitu aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan dalam Mardiasmo (2001:
159) penyusutan atau depresiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta
tetap berwujud, dam amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta
tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam.
Seiring dengan kegiatan operasional perusahaan maka aktiva tetap
berwujud secara barangsur-angsur kemampuannya untuk memberikan manfaat
ekonomi akan berkurang. Untuk itu perlu diambil suatu kebijakan akuntansi
dalam mengalokasikan biaya perolehan yang sebanding dengan jasa yang
diberikannya selama masa manfaat aktiva teteap tersebut. Akumulasi penyusutan
9
adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi untuk periode akuntansi dan dibebankan ke pendapatan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan
adalah aktiva yang (Standar Akuntansi Keuangan, 2004: 124):
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;dan
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.
2.1.2 Penggolongan Aktiva Tetap
Menurut PP RI No. 24 Tahun 2005 (2006: 40) aset tetap meliputi tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi dan jaringan aset tetap lainnya
dan kontruksi dalam pengerjaan diantaranya dapat dijelaskan:
1) Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha
perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang.
Harta perolehan tanah terdiri dari:
a. Harga beli
b. Komisi pembelian
c. Bea balik nama
d. Biaya penelitian tanah
e. Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
10
f. Biaya merobohkan bangunan lama
g. Pajak- pajak yang menjadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah
(Baridwan, 2004: 287).
2) Bangunan
Bangunan gedung yang dibangun sendiri harga perolehannya terdiri dari :
a. Biaya pembuatan gedung
b. Biaya perencanaan, gambar dan lain-lain
c. Biaya pengurusan izin bangunan
d. Pajak-pajak selama masa pembangunan gedung
e. Bunga selama masa gedung
f. Asuransi selama masa pembangunan
Apabila gedung yang diperoleh dari pembelian harga perolehannya harus
dialokasikan pada tanah dan gedung biaya yang dikapitalisasi sebagai harga
perolehan gedung adalah:
a. Harga beli
b. Komisi pembelian
c. Bea balik nama
d. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian alat-
alat perlengkapan gedung seperti tangga berjalan liff dll dicatat tersendiri
dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat
tersebut (Baridwan, 2004: 288).
11
3) Mesin dan alat-alat mesin dan peralatan
Mesin dan alat-alat mesin dan peralatan dapat berupa alat yang digerakkan
dengan tenaga manusia maupun bukan manusia. Harga perolehan mesin dan
peralatan terdiri dari harga mesin dan peralatan itu sendiri serta semua biaya
yang harus ditanggung perusahaan supaya alat tersebut dapat digunakan
sebagai sarana usaha perusahaan. Harga perolehan mesin dan peralatan
meliputi:
a. Harga beli mesin dan peralatan itu sendiri
b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. Asuransi, selama perjalanan
d. Biaya pemasangan dan percobaan
e. Biaya pengangkutan (Baridwan, 2004: 288)
4) Perabot dan alat-alat kantor
Untuk perabot-perabot yang termasuk elemen-elemen seperti meja, kursi,
lemari. Sedangkan untuk alat-alat kantor seperti mesin tik, mesing hitung dll,
pembelian atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-
fungsi produksi, penjualan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat
dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut. Harga perolehannya
meliputi:
a. Harga beli
b. Biaya angkut
c. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembelian (Baridwan, 2004: 289)
12
5) Kenderaan
Kenderaan mempunyai fungsi sebagai alat pengangkutan yang dimiliki dan
dipakai untuk usaha perusahaan. Harga perolehan kenderaan meliputi:
a. Harga faktur
b. Bea balik nama
c. Biaya angkut (Baridwan, 2004: 289)
2.1.3 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan SAK
Penyusutan secara terpisah harus dilakukan terhadap setiap bagian aset
tetap yang memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya
perolehan seluruh aset tersebut (Standar Akuntansi Keuangan, 2007: 98).
Penyusutan merupakan suatua lokasi dari harga perolehan kepada periode-periode
yang menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk
pemupukan dana dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak
atau tidak dipakai lagi dimana pengalokasian yang dimaksud harus dilakukan
secara sistemat is dan rasional (Subroto, 1991). Melalui defenisi diatas dapat kita
simpulkan bahwa penyusutan merupakan alokasi yang sistematis dan rasional
dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk
menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan bukanlah teknik penilaian atas aktiva
tetap melainkan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis dari suatu
aktiva.
Beberapa faktor yang relevan dalam menentukan beban penyusutan yakni:
1. Harga pokok dari aktiva, yaitu seluruh pengeluaran yang bersangkutan dengan
perolehan dan persiapannya hingga dapat digunakan, meliputi antara lain
13
harga faktur, ongkos percobaan, dan biaya-biaya lain sampai aktiva tetap
tersebut siap untuk digunakan.
2. Nilai sisa atau suatu jumlah rupiah yang diharapkan dari pemberhentian aktiva
tetap pada akhir umur ekonomisnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap
asset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila
ternyata hasil reviw berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan
tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan PSAK No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,
Koreksi Kesalalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi (Standar
Akuntansi Keuangan, 2007: 100).
3. Taksiran umur aktiva, sebagai alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
unit atau jasa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut, sebelum aktiva tetap
itu diberhentikan. Umur ekonomis dapat diukur dengan satuan waktu, seperti
misalnya tahun dan bulan, atau satuan kegiatan atau hasil, seperti misalnya:
jam mesin dan jumlah ton yang dihasilkan.
Ada beberapa metode penyusutan yang dipakai di dalam prakek akuntansi
(Harahap, 2002: 25) yakni:
1) Berdasarkan waktu:
a. Metode garis lurus (straight-line method)
Metode garis lurus adalah metode alokasi harga perolehan yang
mendasarkan alokasi tersebut pada waktu pemakaian, yang jumlah biaya
penyusutannya akan tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena cara
penentuannya yang sangat sederhana yakni hanya dengan cara membagi
14
harga perolehan yang disusutkan dengn taksiran umur maka metode ini
adalah metode yang paling banyak dipakai.
Rumus untuk menghitung beban penyusutan garis lurus adalah:
D = C-R
n
C = Harga perolehan
R= Estimasi nilai residu
n= Estimasi umur dalam tahun, jam pemakaian, atau unit out put
r = Tarif penyusutan per periode
D= Beban penyusutan periodik
b. Metode Pembebanan yang Menurun:
1) Metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-year-digit method). Adalah
metode yang mendasarkan alokasinya berdasarkan jumlah angka-
angka tahun dari umur aktivanya.
2) Metode Saldo Menurun. Metode ini menghitung beban penyustan
dengan cara menggunakan persentase yang dihitung melalui rumus
tertentu dan dikalikan dengan nilai bukunya, sehingga makin lama
beban penyusutannya akan semakin mengecil. Tarif persentase
tersebut tetap tiap tahunya. Persentase tersebut dihitung sebagai
berikut:
r = 1-
r = ratio = tarif penyusutan
n = taksiran umur manfaat
S = salvage value = nilai residu
C= Cost= harga perolehan
15
3) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method).
adalah metode yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif
tetap, tarif penyusutan yang tetap tersebut dikalikan dengan nilai
buku aktiva sehingga akan menghasilkan beban penyusutan per
periode yang menurun dari periode ke periode. Cara yang paling
mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo
menurun ganda adalah dengan melipat duakan tarif penyusutan garis
lurus. Dengan metode garis lurus, tariff depresi dihitung dari 100%: n,
dimana n adalah taksiran masa manfaat. Jika taksiran masa manfaat
aktiva adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah
100%: 4= 25%.
c. Metode Annuity (annuity method)
Metode anuitas adalah metode yang menganggap aktiva tetap sebagai
aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya.
Penyusutan dianggap merupaka angka bunga yang diperhitungkan atas
harga pokok asset yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.
d. Metode Sinking Fund
Adalah metode yang menganggap bahwa penyusutan sebagai kenaikan
nilai dari dana yang dikumpulkan untuk pergantian aktiva. Penyusutan
diasumsikan sebagai dana yang dikumpulkan untuk mengganti aktiva itu
pada akhir umur ekonomisnya.
16
2) Berdasarkan Penggunaan:
a. Metode jam-jasa (service-hours method). Hampir sama dengan metode
hasil produksi, yang membedakannya ialah bahwa besar kecil penyusutan
didasarkan pada jumlah jam jasa yang dihasilkan oleh aktiva yang
bersangkutan.
b. Metode Jumlah Unit Produksi (productive-output method). Metode jumlah
unit produksi dan metode jam jasa adalah metode- metode yang alokasinya
mendasarkan pada faktor pemakaian, besar kecilnya penyusutan akan
ditentukan oleh banyak sedikitnya pemakaian aktiva yang bersangkutan.
3) Berdasarkan Kriteria Lainnya:
Metode berdasarskan kelompok dan gabungan (group and composite method)
a. Metode penyusutan kelompok adalah metode digunakan untuk
mengalokasikan harga perolehan dari kelompok aktiva yang memiliki
jenis yang sama, harga perolehan yang sama dan umur yang sama atau
hampir sama, dalam metode ini aktiva sejenis akan dikelompokkan
sebagai kelompok tersendiri.
b. Sedangkan metode penyusutan gabungan adalah metode penyusutan yang
dipergunakan untuk sekelompok aktiva yang jenisnya tidak sama baik dari
segi harga perolehan maupun umurnya.
2.1.4 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan
Menurut Mardiasmo (2011: 159) bahwa untuk menghitung besarnya
penysusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
17
1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun.
b. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 8 tahun.
c. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun.
d. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 20 tahun.
2. Harta berwujud yang berupa bangunan
Harta berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Permanen. Masa manfaatnya 20 tahun
b. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan
yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.
Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight
line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak
diperkenankan untuk memilih salah satu untuk melakukan penyusutan. Metode
garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap
berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan dipergunakan
untuk kelompok harta berwujud bukan banguna saja.
18
Berdasarkan UU PPh No. 38 tahun 2008 bahwa pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, memelihara
penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat
harta tersebut melalui penyusutan.
Tabel 2.
Pengelompokan Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutannya
(Menurut UU Perpajakan)
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Depresiasi
Garis Lurus Saldo Menurun
1. Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25%
12.5%
6.25%
5%
50%
25%
12.5%
10%
2. Bangunan
Permanen
Tidak Permanan
20 tahun
10 tahun
5%
10%
-
-
Sumber: Mardiasmo (2011: 160
2.1.5 Perbedaaan antara Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dengan
Menggunakan Standar Akuntansi Keuangan dengan Peraturan
Undang-Undang Perpajakan
Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda
dengan penyusutan kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi
didesain untuk mempersandingkan antara pengeluaran investasi modal dengan
penghasilan sesuai prosedur investasi. Periode penyusutan atau masa manfaat
yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan kepada ketentuan
perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa
19
manfaat asset yang bersangkutan atau dengan perkataan lain tidak ada usaha untuk
memperbandingkan antara penghasilan dan pengeluaran.
Perbedaan itu antara lain dapat kita lihat dari keterangan dibawah ini:
1. Perbedaan dalam Metode Penyusutan. Secara umum, ketentuan pajak hanya
mengakui adanya dua metode penyusutan., metode garis lurus dan metode
saldo menurun.
2. Adanya perbedaan dalam menentukan masa manfaat/ umur ekonomis Aktiva
tetap. Dalam ketentuan pajak pengelompokan aktiva tetap telah ditetapkan
secara “seragam” berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.
486/KMK.03/2002, pasal 5 ayat (1). Tidak menutup kemungkinan kelompok
aktiva tetap tersebut tidak sama dengan masa manfaat yang
sebenarnya/berdasarkan keputusan manajemen.
3. Perbedaan dalam Metode penghitungan persediaan. Dalam ketentuan pajak
hanya diijinkan untuk menghitung persediaan dengan metode rata-rata dan
metode FIFO.
4. Adanya beban/biaya yang berdasarkan keputusan manajemen dan standart
akuntansi keuangan dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan,
namun secara fiscal tidak dapat diperhitungkan atau hanya dapat
diperhitungkan dengan syarat-syarat tertentu.
5. Adanya penghasilan yang telah dikenakan PPh tersendiri (PPh Final) dan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tsb. Dalam akuntansi
penghasilan dan biaya tersebut merupakan komponen penghasilan dan biaya
yang tidak terpisah dalam laporan keuangan tersendiri.
20
6. Adanya Penghasilan yang bukan merupakan Obyek PPh.
Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dibedakan
antara penysutan/amortisasi sesuai dengan standar akuntansi keuangan dengan
ketentuan perudang-undagan perpajakan seperti yang dijabarkan pada tabel
berikut:
Gambar 1.
Perbedaan antara Penysutan/Amortisasi sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dengan Ketentuan Perudang-undagan Perpajakan
Sumber: Mohammad Zain (2007: 7.66)
2.2 Konsep Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 4) laporan keuangan menunjukan
posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu,
laporan keuangan juga menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang dijuntukan
Penyusutan/Amortisasi
Sesuai Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan
Perpajakan
Sesuai Standar Akuntansi
Keuangan
1. Ada penggolongan asset
2. Ditetapkan masa manfaat
3. Ditetapkan tarif per kelompok
4. Hanya tiga pilihan metode
penyusutan:
- Metode garis lurus
- Metode saldo ganda
menurun
- Metode satuan produksi
1. Tidak ada penggolongan asset
2. Tidak ada penetapan masa
manfaat
3. Tarif tidak diatur
4. Banyak pilihan metode
penyusutan
PERBEDAAN WAKTU
21
dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagaimana dikemukakan dimuka bahwa
akuntansi adalah suatu proses untuk mencatat, menggolongkan, dan meringkas
transaksi ekonomi dan keuangan untuk menghasilkan informasi yang berguna
bagi pemkai, dan interprestasi atas hasil proses tersebut. Dalam penjelasan
tersebut terlihat bahwa proses akuntasi meliputu pencatatan, penggolongan,
peringkasaan, dan laporan. Proses akuntasi ini disebut istilah siklus akuntasi
tersebut diperlakukan beberapa media yang digunakan untuk melaksanakan proses
akuntasi sampai dihasilkan laporan. Hasil akhir dari proses akuntasi yaitu kegiatan
pelaporan adalah laporan keuangan. Selengkanya tahap-tahap yang ada dalam
proses akuntasi da[at dilihat pada pembahasan berikutnya.
Aktivitas pencatatan adalah tahap awal dari proses akuntasi yang berupa
aktivitas untuk mencatat transaksi dan kejadian ekonomi dan keuangan
perusahaan. Proses pencatatan dalam akuntasi ini dilakukan dalam media yang
disebut jurnal. Dalam aktivitas pencatatan, transaksi dicatat dalam suatu catatan
dengn bentuk dua kolom yaitu debet dan kredir. Dalam tahap ini, satu kejadian
atau transaksi akan dicatat dalam dua kolom yaitu debet dan kredit, dimana
jumlah debet harus sama dengan jumlah kredit. Kaidah pencatatan debet dan
kredit ini mengikuti kaidah dalam persamaanm akuntasi yang dapat dilihat pada
pembahasan berikunya.
Proses berikutnya dalam siklus akuntasi adalah menggolongkan. Dalam
tahap ini transaksi yang mempunyai jenis akuna atau rekening yang sama
dikelompokan dalam satu catatan tersendiri yang disebut buku besar. Missal,
22
transaksi yang mempengaruhi akun kas akan dicatat dalam buku besar kas. Jadi.
Buku besar adalah catatan akuntasi yang berisi transaksi-transaksi yang sejenis
baik debet maupun kredit. Pada akhir periode, transaksi yang ada pada buku besar
akan dijumlahakan sehinggah akan ditemukan hasil akhir yang disebut saldo.
Peringkasan atau penjumlahan dari transaksi-transaksi yang ada dalam
buku besar ini menganut kaidah dalam persamaan akuntasi.kaidah dalam
permasalahan akuntasi ini adalah:
a. Pada aktiva, debet adalah penambahan, sedangkan kredit adalah
pengukuran;
b. Pada kelompok kewajiban, kredit adalah penambahan, sedangkan debet
adalah pengukuran;
c. Pada kelompok modal, kredit adalah pembahasan, sedangkan debet adalah
pengurangan;
d. Pada kelompok biaya, debet adalah penambahan, sedangkan kredit adalah
pengurangan;
e. Pada kelompok pendapatan, kredit adalah penambahan, sedangkan debet
adalah pengukuran;
Istilah debet dan kredit di sini berfungsi untuk menunjukan sisi kolom dari
laporan. Debet akan terletak pada kolom kanan, sedangkan kredit merupakan sisi
kolom kiri. Persamaan akuntasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
23
Gambar 2
Persamaan Akuntansi
Saldo Normal: =
Tahap berikutnya setelah penggolongan adalah meringkas atau
memasukan saldo-saldo dari buku besar sautu catatan yang disebut neraca jalur.
Neraca jalur ini akan berisi saldo atau hasil ringkasan atau penjumlahan dari
transaksi-transaksi yang ada pada buku besar. Kalau dilihat dari persamaan di atas
dapat dilihat bahwa setiap transaksi dan jumlah debet harus sama dengan jumlah
kredit. Jadi, neraca akan memuat hasil ringkasan (saldo) atau penjumlahan dari
pos atau akun-akun dibuku besar, baik yang bersaldo debet maupun yang bersaldo
kredit.
Tahap berikutnya dari proses akuntasi adalah. Pada tahap ini, ringkasan
dari transaksi tersebut dapat dikelompokan dalam format standar laporan akuntasi
yang berupa neraca, laporan laba rugi dari laporan perubahan modal. Neraca
adalah ringkasan informasi dari kelompok aktiva, kewajiban dan modal. Jadi,
informasi yang ada dalam neraca adalah informasi posisi saldo aktivi, kewajiban,
dan modal. Laporan laba rugi adalah informasi dari kelompok pendapatan dan
biaya. Laporan laba rugi menunjukan aktivitas untuk memperoleh pendapatan dan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laporan
berikutnya adalah laporan perubahan modal. Laporan ini berisi informasi tentang
Aktiva:
Debet +
Kredit -
Aktiva:
Debet +
Kredit -
Aktiva:
Debet +
Kredit -
Aktiva:
Debet +
Kredit -
Aktiva:
Debet +
Kredit -
Debet Kredit
24
perubahan modal pemilik selama satu periode yang dihasilkan dari jumlah debet
dan jumlah kredit kelompok modal.
Siklus akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Akuntansi
Gambar 3. Media Pencatatan
(Darsono dan Ashari, 2005: 6)
2.2.2 Kegunaan Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 7) bahwa dalam UUD NM. 1/1995
tentang persero terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat
pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (Direksi
dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib
disampaikan kepada pemilik. Namun dengan semakin sebar ketetlibatan pihak
lain non pemilik, seperti kredit, supplier, pemerintah, karyawan, dan sebagainya.
Ketentuan yang mengatur kewajiban membuat laporan keuangan selain
dalam undang-undang, biasanya ditetapkan dalam akta pendirian perusahaan.
Oleh karena itu, jenis bahan usaha apapun (CV, perusahaan daerah) wajib
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan pasal-pasal dalam
akta pendirianya.
Pencatatan Penggolongann Peringkasan Pelaporan
Transaksi Jurnal Buku
Besar
Nerca
Saldo Laporan
Keuanga
n
25
Selain untuk tujuan di atas, laporan keuangan juga dapat menurunkan
information asymmetry yaitu kondisi dimana informasi yang dimiliki oelh satu
pihak lebih bayak dibandingakan dengan pihak lainya. Informasi tentang
perusahaan yang dimiliki oleh direksi lebih banyak dibandingkan dengan
onformasi yang dimiliki oleh pemilik (investor/kreditor), sehinggah dengan
adanya laporan keuangan, informasi akan terbesar secara merata antara pengelola
direksi lebih banyak informasi dalam laporan keuangan dapat menurunkan
perbedaan informasi dengan menurunkan: (a) adverse selection, dengan cara
memindahkan informasi publik. Adverse selection adalah ketidakyakinan pada
manajer atau pemilik karena salah satu pihak memiliki informasi yang lebih
banyak dari lainya, sehinggah menguntukan pihak tertentu ; (b) moral hazard yang
dilakun oleh manejer, karena prilaku menejer dapat dilihat dari pengaruhnya pada
laba perusahaan atau asset perusahaan, moral hazard adalah sikap tidak
melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, atau tidak melaksanakan
kondisi ideal. Bank pemberi kredit biasanya menentukan debet covenant atau
perjanjian utang. Untuk melihat apakah perusahaan memenuhi perjanjian kredit
atau tidak dapat dilihat dari laporan keuangan.
Laporan keuangan dapat digunakan pula sebagai alat prediksi yaitu
prediksi harga saham, prediksi pembagian dividen, dan prediksi kebangkrutan.
Banyak penelitian, misalnya Machfoedz (1940) menunjukan bahwa laporan
keuangan dapat memprediksi laba satu tahun ke depan sebagai alat prediksi,
laporan keuangan harus disusun secara tertib setiap tahun.
26
Menurut Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati (2010: 3) bahwa laporan
keuangan terbagi menjadi seperti berikut:
1. Laporan laba/rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukan pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan ini
didasarkan pada konsep penandingan, yaitu suaty konsep yang menandingan
beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban
tersebut
2. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan
ekuitas pemilik yang terjasi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan
atau setahun, laporan ini dibuat setelah laporan laba/rugi, tetapi sebelim
neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan
dalam neraca.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar asset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal
tertentu, misalnya pada akhir bulan atau akhir tahun. Ada dua bentuk neraca,
yaitu bentuk akun dan bentuk laporan.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukan penerimaan dan
pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau
setahun. Laporan arus kas terdiri, yaitu:
27
1. Arus kas dari aktivitas opersi, merupakan arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi laba bersih
2. Arus kas dari aktivitas investasi, merupakan arus kas dari transaksi yang
memengaruhi invests dan non asset lancar
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan, merupakan arus kas dari transaksi yang
memengaruhi ekuitas dan kewajiban jangan panjang.
2.2.3 Dampak Metode Penyusutan terhadap Laporan Keuangan
(Rugi/Laba)
Penyusutan secara terpisah harus dilakukan terhadap setiap bagian aset tetap
yang memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya perolehan
seluruh aset tersebut (Standar Akuntansi Keuangan, 2007: 21). Penyusutan
merupakan suatu alokasi dari harga perolehan kepada periode-periode yang
menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk pemupukan dana
dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak atau tidak dipakai lagi
dimana pengalokasian yang dimaksud harus dilakukan secara sistematis dan rasional.
Melalui defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa penyusutan merupakan alokasi
yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan
pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan bukanlah teknik
penilaian atas aktiva tetap melainkan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai
ekonomis dari suatu aktiva. Sedangkan laporan keuangan menunjukan posisi
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode penyusutan sangat
berdampak atau berpengaruh terhadap penysunan laporan keuangan, hal ini
28
disebabkan oleh pengeluaran terhadap biaya-biaya penyusutan aktiva tetap dalam
setiap periodenya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ludhi Rohadi N,
tahun 2007 dengan judul penelitian “Analisis Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap
Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Serta Pengaruhnya
Terhadap Laporan Keuangan pada PDAM Kabupaten Dati II Nganjuk. Dalam
penelitian ini penulis membatasi permasalahan atas aktiva tetap yang memiliki
umur terbatas dan bila habis masa penggunaan bisa diganti dengan aktiva sejenis,
membandingkan metode penyusutan aktiva tetap berdasar Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dan Undang-undang Perpajakan No 17 tahun 2000 tentang
pajak Penghasilan. Data-data yang digunakan adalah daftar aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan, kebijakan akuntansi perusahaan terhadap aktiva tetap yang
dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan yang berakhir 31 Desember 2005.
Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode penyusutan aktiva
tetap berdasarkan Standar Akuntansi keuangan dan Undang-Undang Perpajakan
no. 17 tahun 2000. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Perusahaan Daerah Air
Minum Nganjuk mencantumkan laba (rugi) bersih sesudah pajak menurut standar
akuntansi keuangan sebesar (Rp. 329,658,141.58,-) sedangkan laba (rugi) bersih
menurut Pajak (Rp. 559,687,312.80-) jadi ada selisih sebesar Rp.
230,029,171.22,-. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam
perhitungan penyusutan menurut SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp.
230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai beda waktu (timing difference)
29
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kanugrahan Raharjo tahun
2009, dengan judul Penelitian “Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dan Standar Akuntansi Keuangan
Terhadap Pajak Penghasilan PT. Zena Pariwisata Nusantara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan perhitungan
perusahaan, SAK dan Perpajakan berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan
yang sebenarnya menurut PSAK lebih besar dibandingkan dengan perhitungan
perusahaan. Dan beban penyusutan menurut perpajakan lebih besar dibandingkan
dengan perhitungan PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi) usaha menurut
perhitungan perusahaan sebesar (Rp. 21. 318.216). Berdasarkan perhitungan
PSAK laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 22.047.382), sedangkan menurut Perpajakan
laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 43.245.300). Hal ini disebabkan oleh perusahaan
membebankan penyusutan pada bulan berikutnya, sedangkan perolehan aktiva
tetap pada awal bulan. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat
diberikan kepada perusahaan adalah sebaiknya meninjau kembali tanggal
perolehan aktiva tetap, sehingga alokasi pembebanan penyusutan bias dibebankan
dengan benar. Dan dalam melaporkan kepada pihak fiskal sebaiknya
menggunakan ketentuan perpajakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tadeusz Franik, tahun 2007.
Mengemukakan bahwa penerapan prosedur penyusutan ditentukan untuk aktiva
tetap, investor memperoleh arus kas yang mempengaruhi Arus Kas Bersih - NCF.
Kenyataan ini mempengaruhi jauh efisiensi ekonomi dari suatu investasi proyek
yang sedang analisis. Artikel ini menganalisis pengaruh prosedur penyusutan atas
30
aktiva tetap (metode linier, metode yg turun serta prosedur yang diterapkan di
Eropa Barat) pada arus kas, pajak penghasilan beban dan efisiensi suatu proyek
investasi. Lalu, ada juga menyelidiki kemungkinan swadana investasi dengan cara
pemotongan datang fromamortization. Sebuah analisis yang bersangkutan yang
telah dilakukan, mengambil sebagai contoh proyek investasi ditujukan untuk
memberikan beberapa flat pertambangan dengan mesin dan perangkat. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Joseph C. Hartmana, tahun 2007. Mengemukakan
bahwa Keputusan apakah untuk memproduksi produk di AS, manufaktur
internasional atau untuk melakukan outsourcing produksi sangat bergantung pada
pemahaman yang menyeluruh dari biaya dan manfaat dari setiap pilihan. Dalam
tulisan ini, kita berkontribusi untuk pemahaman seperti oleh mempertimbangkan
dampak dari peraturan penyusutan pajak AS, yang berbeda tergantung pada
apakah AS perusahaan menempatkan asetnya di cabang domestik maupun asing.
Kami analisis dan ilustrasi contoh menunjukkan bahwa hukum penyusutan AS
memang bisa memiliki dampak non-sepele pada lokasi dan sumber keputusan,
dengan kepemilikan langsung dari aset asing relatif tampil kurang menarik sekali
hukum penyusutan diperhitungkan. Lebih luas, hasil kami menunjukkan bahwa
aset lokasi komprehensif dan keputusan kepemilikan memerlukan pemahaman
rinci pajak internasional hukum, bukan hanya sebuah pengakuan sederhana dari
perbedaan tarif pajak antara negara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat paa tabel
berikut:
31
Tabel 3
Penelitian Terdahulu Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Ludhi Rohadi N,
2007
Analisis Akuntansi Penyusutan
Aktiva Tetap Menurut Standar
Akuntansi Keuangan dan
Perpajakan Serta Pengaruhnya
Terhadap Laporan Keuangan
pada PDAM Kabupaten Dati II
Nganjuk
Akuntansi Penyusutan
Aktiva Tetap Menurut
Standar Akuntansi
Keuangan dan Perpajakan
Serta Pengaruhnya
Terhadap Laporan
Keuangan.
Dalam penelitian ini penulis membatasi
permasalahan atas aktiva tetap yang memiliki
umur terbatas dan bila habis masa penggunaan
bisa diganti dengan aktiva sejenis,
membandingkan metode penyusutan aktiva
tetap berdasar Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dan Undang-undang Perpajakan No 17
tahun 2000 tentang pajak Penghasilan.
Data-data yang digunakan adalah daftar aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan, kebijakan
akuntansi perusahaan terhadap aktiva tetap
yang dimilikinya dan laporan keuangan
perusahaan yang berakhir 31 Desember 2005.
Data-data tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode penyusutan aktiva tetap
berdasarkan Standar Akuntansi keuangan dan
Undang-Undang Perpajakan no. 17 tahun 2000.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
Perusahaan Daerah Air Minum Nganjuk
mencantumkan laba (rugi) bersih sesudah pajak
menurut standar akuntansi keuangan sebesar
(Rp. 329,658,141.58,-) sedangkan laba (rugi)
bersih menurut Pajak (Rp. 559,687,312.80-)
jadi ada selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-.
Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan
metode dalam perhitungan penyusutan menurut
SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp.
230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai
beda waktu (timing difference).
Kanugrahan
Raharjo, 2009
Perbandingan Metode
Penyusutan Aktiva Tetap
Berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan dan Standar
Akuntansi Keuangan Terhadap
Pajak Penghasilan PT. Zena
Pariwisata Nusantara
Metode Penyusutan
Aktiva Tetap Berdasarkan
Undang-Undang
Perpajakan dan Standar
Akuntansi Keuangan,
serta Pajak Penghasilan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
penyusutan aktiva tetap berdasarkan
perhitungan perusahaan, SAK dan Perpajakan
berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan
yang sebenarnya menurut PSAK lebih besar
dibandingkan dengan perhitungan perusahaan.
Dan beban penyusutan menurut perpajakan
lebih besar dibandingkan dengan perhitungan
PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi)
usaha menurut perhitungan perusahaan sebesar
(Rp. 21. 318.216). Berdasarkan perhitungan
PSAK laba (rugi) usaha sebesar (Rp.
22.047.382), sedangkan menurut Perpajakan
laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 43.245.300). Hal
ini disebabkan oleh perusahaan membebankan
penyusutan pada bulan berikutnya, sedangkan
perolehan aktiva tetap pada awal bulan.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran
yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah
sebaiknya meninjau kembali tanggal perolehan
aktiva tetap, sehingga alokasi pembebanan
penyusutan bias dibebankan dengan benar. Dan
dalam melaporkan kepada pihak fiskal
sebaiknya menggunakan ketentuan perpajakan.
32
Tadeusz Franik,
tahun 2007
Mengemukakan bahwa penerapan prosedur
penyusutan ditentukan untuk aktiva tetap,
investor memperoleh arus kas yang
mempengaruhi Arus Kas Bersih - NCF.
Kenyataan ini mempengaruhi jauh efisiensi
ekonomi dari suatu investasi proyek yang
sedang analisis. Artikel ini menganalisis
pengaruh prosedur penyusutan atas aktiva tetap
(metode linier, metode yg turun serta prosedur
yang diterapkan di Eropa Barat) pada arus kas,
pajak penghasilan beban dan efisiensi suatu
proyek investasi. Lalu, ada juga menyelidiki
kemungkinan swadana investasi dengan cara
pemotongan datang fromamortization. Sebuah
analisis yang bersangkutan yang telah
dilakukan, mengambil sebagai contoh proyek
investasi ditujukan untuk memberikan beberapa
flat pertambangan dengan mesin dan perangkat
Joseph C.
Hartmana, 2007
Mengemukakan bahwa Keputusan apakah
untuk memproduksi produk di AS, manufaktur
internasional atau untuk melakukan outsourcing
produksi sangat bergantung pada pemahaman
yang menyeluruh dari biaya dan manfaat dari
setiap pilihan. Dalam tulisan ini, kita
berkontribusi untuk pemahaman seperti oleh
mempertimbangkan dampak dari peraturan
penyusutan pajak AS, yang berbeda tergantung
pada apakah AS perusahaan menempatkan
asetnya di cabang domestik maupun asing.
Kami analisis dan ilustrasi contoh
menunjukkan bahwa hukum penyusutan AS
memang bisa memiliki dampak non-sepele
pada lokasi dan sumber keputusan, dengan
kepemilikan langsung dari aset asing relatif
tampil kurang menarik sekali hukum
penyusutan diperhitungkan. Lebih luas, hasil
kami menunjukkan bahwa aset lokasi
komprehensif dan keputusan kepemilikan
memerlukan pemahaman rinci pajak
internasional hukum, bukan hanya sebuah
pengakuan sederhana dari perbedaan tarif pajak
antara negara