bab ii kajian teoritis a. pengertian program dan evaluasi...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Program dan Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan
Arikunto dan Jabar (2010: 1-2).
Pendapat diatas ditegaskan pula oleh Herman (dalam Farida, 2000: 9)
bahwa program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan
harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Suatu program mungkin saja
sesuatu yang berbentuk nyata (tangible) seperti kurikulum, atau yang abstrak
(intangible) seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup atau sederetan
kegiatan untuk meningkatkan sikap.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris
avaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian
istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan
dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. Echols dan Shadily (dalam
Thoha, 2003: 1)
Menurut Suryabrata (dalam Thoha, 2003: 1) Kegiatan evaluasi
memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun
dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan
pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan
pribadi dan system-nilai yang ada pada si pembuat keputusan.
Menurut Arikunto dan Jabar (2004: 2) evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat
keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri,
diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan
seksama.
Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program.
“Evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui berhasil
tidaknya suatu program". Afdhee, (2007)
Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari
kegiatan yang direncanakan. Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi
program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah
tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana
kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari
rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian
rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang
mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut. Untuk menentukan
seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur
adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan
sebelumnya.
B. Tujuan Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program
yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. Demikian
juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi
yaitu tujuan umum dan tujun khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program
secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-
masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk
melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud
pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi,
program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan
demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan
didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan
data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker)
untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah program.
C. Berbagai Model Evaluasi Program
Menurut Arikunto dan Jabar (dalam bukunya Evaluasi Program
Pendidikan, 2010: 40) mengemukaan bahwa dalam ilmu evaluasi program
pendidikan, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu
program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama
yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan
dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.
1. Goal Oriented Evaluation Model
Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi
dilaksanakan berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian
pelaksanaan program, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di
dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat
dikatakan berlawanan denga model pertama yang dikembangkan oleh Tyler. Jika
dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau
tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah
dapat dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru
menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi
program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program.
Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya
program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi,
baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang
sebetulnya memang tidak diharapkan).
Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada
kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika
masing-masing tujuan khusu tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi
avaluator lupa memerhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut
mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya
jumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.
Dari uraian ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “evaluasi lepas dari
tujuan” dalam model ini bukannya lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya
lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang
akan dicapai oleh program, bukan secara rinci per komponen.
3. Formatif Summatif Evaluation Model
Selain model “evaluasi lepas dari tujuan”, Michael Scriven juga
mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini menunjuk
adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan
pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika
program selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif).
Berbeda dengan model yang pertama dikembangkan, model yang kedua
ini ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat melepaskan diri dari
tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif.
Dengan demikian, model yang dikemukakan oleh Michael Scriven ini menunjuk
tentang “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan.
Evaluasi formatis secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan
ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan
permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui
seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus
mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang
menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat
mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
4. Countenance Evaluation Model
Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya
evaluator mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil
evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang
sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar
yang ditentukan oleh program tersebut.
5. SSE-UCLA Evaluation Model
Model ini meliputi empat tahap, yaitu
a. Needs assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh
program, dan tujuan yang dapat dicapai.
b. Program planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui
program disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
c. Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat program berjalan.
d. Summative program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari
program serta untuk mengetahui ketercapaian program.
6. CIPP Evaluation Model (Context Input Process Product)
a. Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan
dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus
sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling
menunjang kesuksesan program.
b. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi
awal yang dimiliki oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan
sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
d. Evaluasi Hasil
Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian
tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan
tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.
7. Discrepancy Model
Kata discrepancy adalah istilah bahasa Inggris, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model yang dikembangkan oleh
Malcolm Provus ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya
kesenjangan yang terjadi di dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang sudah
ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.
8. Goal Attainment Model
Model penilaian kurikulum yang dikembangkan oleh Tyler (1950)
dinamakan dengan Goal Attainment Model. Langkah-langkah pendekatan
penilaian Tyler adalah: (1) Mulai dengan penentuan tujuan penilaian. Tujuan ini
harus menyatakan dengan jelas materi yang akan dinilai dalam kurikulum; (2)
Memilih, mengubah, atau menyusun alat penilaian dan menguji obyektivitas,
realibilitas, dan validitas alat tersebut; (3) Gunakan alat penilaian untuk
memperoleh data; (4) Bandingkan data yang diperoleh dengan hasil penilaian
sebelumnya yang memperoleh data; (5) Analisa data untuk menentukan kekuatan
dan kelemahan dari kurikulum dan jelaskan alasan dari kekuatan dan kelemahan
tersebut; dan (6) Gunakan data untuk membuat perubahan yang dianggap perlu
dalam kurikulum. Musthofa, (2012).
D. Konsep Kewirausahaan
Menurut Suryana (2004: 13) kewirausahaan adalah proses dinamis untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa serta kemakmuran. Tambahan nilai dan
kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang memiliki keberanian
menanggung resiko, menghabiskan waktu, serta menyediakan berbagai produk
barang dan jasa.
Sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan Drucker (dalam
Kasmir, 2006: 17) mendifinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Definisi terebut secara lebih luas dikemukakan oleh Hisrich (dalam
Suryana: 2004: 13) yang mangatakan bahwa kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan
waktu dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian
menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Definisi di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh
Zimmerer (dalam Suryana, 2004: 13) yang mengungkapkan bahwa kewirausahaan
merupakan proses penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah
dan mencari peluang yang dihadapi oleh setiap orang dalam setiap hari.
Bertitik tolak dari beberapa pengertian tentang kewirausahaan yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumber
daya, tenaga penggerak dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Menurut Soemahamidjaja (dalam Suryana, 2004: 12) kemampuan
seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan
hidup/usaha diperlukan adannya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca
dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2. Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad
kemauan besar.
3. Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa
menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi
terbiasa berinisiatif.
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) dan
setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif
adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau
kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat dalam menyajikan barang dan
jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5. Kemampuan membentuk modal material, social, dan intelektual.
6. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu
tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda
pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
E. Tujuan Dan Manfaat Program Mahasiswa Wirausaha
1. Tujuan
Menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang
berpendidikan tinggi
Mendorong terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di
Perguruan Tinggi
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan
pengelola kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.
2. Manfaat
a) Bagi Mahasiswa :
Memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dengan kondisi
dunia kerja guna meningkatkan soft skill.
Memberikan kesempatan langsung untuk terlibat dalam kegiatan
nyata di UKM guna mangasah jiwa wirausaha.
Menumbuhkan jiwa bisnis (sense of business) sehingga memiliki
keberanian untuk memulai usaha didukung dengan modal yang
diberikan dan pendampingan secara terpadu.
b) Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) :
Mempererat hubungan antara UKM dengan dunia kampus.
Memberikan akses terhadap informasi dan teknologi yang dimiliki
perguruan tinggi.
c) Bagi Perguruan Tinggi :
Meningkatkan kemampuan perguruan tinggi dalam pengembangan
pendidikan kewirausahaan.
Mempererat hubungan antara dunia akademis dan dunia usaha,
khususnya UKM.
Membuka jalan bagi penyesuaian kurikulum yang dapat merespon
tuntutan dunia usaha.
Menghasilkan wirausaha-wirausaha muda pencipta lapangan kerja
dan calon pengusaha masa depan.
F. Mekanisme Program
1. Pada tahap pertama perguruan tinggi pelaksana program melakukan
sosialisasi kepada para mahasiswa, identifikasi dan seleksi mahasiswa,
pembekalan kewirausahaan, penyusunan rencana bisnis sambil magang di sebuah
UKM. Mahasiswa yang pernah mengikuti program magang kewirausahaan
(Program Co-op, KKU, dan program kewirausahaan lain) atau telah menjalankan
usaha dapat dibebaskan dari kewajiban magang.
2. Pada tahap kedua dalam rangka mendapatkan dukungan permodalan
dalam rangka pendirian usaha baru (business start-up) mahasiswa harus menyusun
rencana bisnis yang layak. Kelayakan recana bisnis ditentukan oleh tim seleksi
yang dapat terdiri dari unsur perbankan, UKM, dan perguruan tinggi pelaksana.
3. Selama program berjalan perguruan tinggi bekerja sama dengan para
pengusaha, baik UKM, koperasi maupun perusahaan besar. Pengusaha dilibatkan
secara aktif untuk memberikan bimbingan praktis wirausaha, mulai dari
pendidikan dan pelatihan, magang, penyusunan rencana bisnis, dan pendampingan
terpadu. Harus dihindari terjadinya persaingan yang tidak sehat antara mahasiswa
dan UKM pendamping. Diperlukan terjadinya sinergi atau komplementaritas
antara jenis usaha yang dikembangkan mahasiswa tersebut dan jenis usaha UKM
pendamping.
4. Pendirian usaha baru dapat dilakukan secara perorangan (individu) atau
secara berkelompok. Jumlah modal kerja yang disediakan untuk pendirian usaha
maksimal Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per mahasiswa. Apabila
berkelompok maka jumlah anggota maksimal 5 (lima) orang dengan jumlah
modal kerja maksimal Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
5. Pelaksanaan pendampingan usaha dilakukan dengan kerjasama antara
perguruan tinggi dan UKM hingga usaha mahasiswa berkembang dengan baik.
6. Hasil akhir yang diharapkan adalah :
a) Terbentuknya dan berkembangnya wirausaha-wirausaha baru yang
berpendidikan tinggi
b) Terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi
c) Bertumbuh dan berkembangnya kelembagaan pengelola
kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.
Model program seperti diuraikan diatas terangkum dalam Skema 1 di
bawah ini.
d)
Skema 1. Model Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)
G. Persyaratan Bagi Mahasiswa
1. Program ini dapat diikuti oleh mahasiswa S1 Universitas /Institut /Sekolah
Tinggi yang telah menyelesaikan kuliah 4 semester atau minimal telah menempuh
80 SKS.
2. Mahasiswa program diploma dan politeknik yang telah menyelesaikan
kuliah 3 semester atau minimal telah menempuh 60 SKS.
I N
Wirausaha Berpendidikan
tinggi
PERGURUAN TINGGI
UKM
PENDIRIAN USAHA BARU Max Rp 8 Juta/mhs
Diklat
Magang Perencanaan Bisnis
Mahasiswa
O U
T P U
T
PENDAMPINGAN USAHA TERPADU BERKELANJUTAN
“lembaga pengelola
kewirausahaan mahasiswa”
Basis IPTEKS
3. Mahasiswa yang telah memenuhi syarat di atas diharapkan menempuh
seleksi yang meliputi aspek minat, motivasi berwirausaha, kelayakan usaha dan
soft skills.
4. Seleksi dilakukan oleh tim profesional yang terdiri dari unsur perguruan
tinggi, UKM, dan perbankan. Keterlibatan pihak-pihak tersebut penting
mengingat mahasiswa harus didampingi oleh mentor dari perguruan tinggi yang
terlibat langsung dalam proses pendidikan kewirausahaan, sedangkan UKM
merupakan tempat magang dan yang mempunyai pengalaman praktis berusaha,
dan perbankan merupakan fihak yang terkait serta berpengalaman dalam hal
kelayakan finansial.
H. Skema Pembiyaan
Pembiayaan program berasal dari Pemerintah dengan alokasi bantuan
antara lain untuk : (1) pengelolaan, (2) pendidikan dan pelatihan, dan (3) modal
usaha. Rincian masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan program oleh Perguruan Tinggi (10%), meliputi antara lain :
a) Kesekretariatan (ATK)
b) Sosialisasi program kepada Mahasiswa dan pengusaha UKM
c) Seleksi Mahasiswa
d) Seleksi UKM mitra
e) Lokakarya-lokakarya
f) Monitoring (sedang dan pasca magang)
g) Evaluasi pelaksanaan program
2. Pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan serta Magang (20%), meliputi
antara lain :
a) Pelatihan Kewirausahaan
b) Seleksi Rencana Bisnis (Business Plan)
c) Pendampingan oleh Mentor Perguruan Tinggi
d) Pendampingan usaha oleh UKM
3. Bantuan modal usaha untuk memulai bisnis (start-up business) (70%) yang
besarnya maksimum Rp.8.000.000,- (delapan juta/mahasiswa) atau
berkelompok yang terdiri dari maksimum 5 orang/kelompok dengan dana
maksimum 40 juta/kelompok usaha. Besarnya dana tergantung pada jenis
usaha dan rencana bisnis yang diajukan mahasiswa.
I. Sifat Dana
1. Bantuan modal usaha sebesar maksimum Rp. 8.000.000,00 (delapan juta
rupiah/mahasiswa) dalam Program Mahasiswa Wirausaha ini merupakan hibah
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional
kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang akan dipergunakan untuk modal
usaha kepada para mahasiswa.
2. Setiap perguruan tinggi diberikan kewenangan untuk mengelola dana
modal usaha tersebut secara bertanggung jawab, efektif dan efisien.
3. Skema penyediaan modal kerja dan mekanisme pencairan dana kepada
para mahasiswa diatur secara tersendiri oleh perguruan tinggi pengelola program.
Untuk menunjang keberlanjutan program dan modal kerja yang telah diberikan,
maka setelah bulan ke-5 mahasiswa peserta program diwajibkan memulai
melaporkan perkembangan usahanya secara lebih terperinci kepada perguruan
tinggi pengelola program.
4. Sebagai bahan evaluasi keberlanjutan dukungan program dari pemerintah
untuk tahun-tahun berikutnya, perguruan tinggi yang paling efisien dalam
penggunaan dana dan dengan jumlah mahasiswa peserta program yang lebih
banyak terlibat akan mendapatkan jumlah hibah yang lebih besar secara
proporsional. Sebaliknya, perguruan tinggi yang tidak efisien dalam penggunaan
dana akan dikurangi jumlah hibahnya secara proporsional pula. Penentuan kinerja
akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang dirumuskan oleh
suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Kelembagaan.
J. Indikator Keberhasilan Program Kewirausahaan Mahasiswa
Keberhasilan program dapat dilihat tercapai-tidaknya tujuan program yang
terdiri dari:
a) Mahasiswa yang terlibat dan unit bisnis yang berhasil dikembangkan;
b) Terbentuk dan berkembangnya model pendidikan kewirausahaan di
perguruan tinggi;
c) Terbentuk dan berkembangnya kelembagaan pengelola kewirausahaan.
1. Mahasiswa wirausaha dan Unit Bisnis
a. Mahasiswa Wirausaha
(1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan,
mahasiswa
(2) Terbentuknya jejaring bisnis
b. Unit Bisnis
(1) Meningkatnya jangkauan pasar
(2) Terkendalinya kelancaran cash flow
(3) Meningkatnya jumlah dan kualitas tenaga kerja
(4) Meningkatnya omzet dan asset
(5) Meningkatnya jumlah dan variasi invetori
2. Model Pendidikan Kewirausahaan
(1) Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
(2) Keterlibatan berbagai pihak yang relevan dalam pelaksanaan program.
3. Lembaga Pengelola Kewirausahaan Perguruan Tinggi
(1) Jumlah mahasiswa yang terlibat
(2) Jumlah mahasiswa yang memulai bisnis (wirausaha)
(3) Jumlah unit bisnis yang berhasil diciptakan dan dikelola
(4) Keberlanjutan program
(5) Jumlah pengusaha yang terlibat dan tingkat kepuasan mereka terhadap
pelaksanaan PMW
(6) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana
(7) Eksistensi lembaga pengelola kewirausahaan. Sumber Laporan Akhir
PMW (2010)
K. Tahap Pelaksanaan Program Mahasiwa Wirausaha (PMW)
a. Tahap Persiapan
1) Sosialisasi Program
Jadwal Pelaksanaan Sosialisasi
Dosen, UKM, Mahasiswa, dll. Peserta yang diundang
2) Seleksi Mahasiswa
System seleksi
Metode seleksi
Pelaksana seleksi (Kualifikasi/keahlian, Institusi asal)
b. Tahap Pembekalan Peserta
1) Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
Materi pembekalan
Lama waktu dan jadwal pembekalan
Instruksi/Nara sumber
2) Seleksi Rencana Bisnis
Tim seleksi
Kriteria asal
Metode seleksi
3) Magang
Ada magang atau tidak
Kriteri pemilihan tempat magang
Lama Pelaksanaan Magang
c. Pelaksanaan
1) Pencairan Modal Kerja
Aturan dan prosedur pencairan dana modal kerja
Keterlibatan perbankan
Keterlibatan Mentor dan Pihak lain
2) Pendampingan terpadu
Kriteria pemilihan mentor
Metode pendampingan
Peran mentor dan PT dan dari tempat Magang.
3) Monitoring
Jadwal monitoring
Instrument monitoring pelaksana program kepada mahasiswa PMW
Hasil monitoring kepada Mahasiswa PMW meliputi antara lain;
- Pengetahuan kewirausahaan
- Keterampilan dan Sikap wirausaha
- Kemampuan mengelola bisnis
- Perkembangan bisnis
- Jangkauan pasar lebih luas
- Jejaring bisnis
4) Keterlibatan lembaga/pihak dalam PT
Fakultas
Program Studi
Unit lain (LPM)
5) Keterlibatan lembaga/pihak luar PT
Pengusaha
Pemerintah daerah
Perbankan
Asosiasi
Sumber Panduan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2010.
Tabel 1.1 Jumlah Program Mahasiswa Wirausaha
Pendaftar Peserta Pelatihan
(Lolos Seleksi Awal) Magang
Lolos Seleksi
Rencana
Bisnis
Memulai Bisnis
217 Orang 153 Orang 130 Orang 130 Orang (30
Kelompok)
130 Orang (30
Kelompok)
Sumber Laporan Akhir Program Mahasiwa Wirausaha (2010)
L. Format Usaha
Adapun format usaha pada PMW tahun 2010 adalah berbentuk kelompok
dengan jumlah setiap kelompok berjumlah 3 s/d 5 orang mahasiswa.
Tabel 1.2 Format Usaha Program Mahasiswa Wirausaha
NO.
NAMA
KELOMPOK
Format
Usaha
JML
MHS BIDANG USAHA
1 Bonsai imitasi Kelompok 4 Pembuatan Kembang
2 Citra Insani Kelompok 4 Perbengkelan
3 Soyben Kelompok 5 Produksi susu jagung
4 Mathematic Club Kelompok 5 Matematika
5 Purnama Kelompok 3 Produksi kerajinan Koran
bekas
6 Pia Biji Nangka
(PIBINA)
Kelompok 3 Usaha kue dan kripik
7 Pakan Ikan air Tawar Kelompok 3 Pembuatan pakan
8 Banana Krispi Kelompok 4 Produksi Snack
9 Bio Smart Kelompok 5 Produksi susu jagung
10 Bunda food Kelompok 5 Café
11 Telur emas Kelompok 5 Usaha peternakan ayam
petelur
12 Depot air isi ulang
(Maleo)
Kelompok 5 Depot isi ulang
13 Pengolahan sampah
(Motolomoia)
Kelompok 5 Pengolahan sampah UNG
14 Rumah Buku Kelompok 3 Jasa Penerbitan
15 Bebek Petelur Almafazah Kelompok 5 Peternakan bebek
16 Sapi bali Kelompok 5 Peternakan sapi
17 Kube Flamboyan Kelompok 5 Produksi kue kering/snack
jagung
18 Suka Maju Kelompok 5 Produksi kue kering/snack
jagung
19 Jasa Wahana Out Bond Kelompok 3 Jasa Outbond
20 Es Krim Ubi Jalar Kelompok 5 Produksi es cream
21 Bakso Kaget Kelompok 3 Produksi bakso
22 Ramli Taylor Kelompok 5 Jasa taylor
23 Bakso Jago Kelompok 5 Usaha bakso
24 Penataan Rambut Kelompok 3 Salon rambut
25 Arif Taylor Kelompok 5 Jasa taylor
26 Kayu Kambing Jaya Kelompok 4 Produksi peti mati
27 Cafee rasa pisang Kelompok 5 Café
28 Sweet Purple hause Kelompok 5 Jasa makanan
29 Wiar Traiping Centre Kelompok 5 Usaha percetakan
30 Susu Kedelai Kacang
Hijau
Kelompok 2 Susu kedelei
Sumber Laporan Akhir Program Mahasiwa Wirausaha (2010)
M. Jumlah Kelompok Wirausaha Yang Telah Berhasil
Adapun beberapa nama-nama kelompok yang telah berhasil ataupun masih
jalan usahanya antara lain;
1. Usaha Kambing Jaya (Pembuatan peti mati)
2. Jasa Ramli Taylor (Taylor)
3. Jasa Arif Taylor (Taylor)
4. Usaha Ice Cream Ubi Jalar (Ice Cream Ubi Jalar)
5. Jasa Penataan Rambut (Penataan rambut)
6. Sapi Bali (Penggemukan sapi bali)
7. Flamboyan (Pengolahan hasil pertanian)
8. Rumah buku (Rumah buku)
9. Penjualan Air isi ulang (Depot)
10. Telur Emas (Ayam petelur)