bab ii kajian teoritis dan hipotesis tindakan 2.1...

17
7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kemampuan unsur ketangkasan dan ketepatan waktu, kecepatan melempar dan menolak, kekuatan serta penguasaan teknik yang baik. Tujuan dari tolak peluru dan lempar cakram yaitu mencapai jarak tolakan dan lemparan yang sejauh mungkin. (Hilman Nurhuda, 2010 ; 164) Tolak peluru termasuk nomor lempar. Dikatakan bahwa tolak peluru adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru dilemparkan dengan cara ditolakkan atau didorong menggunakan tangan. Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Dalam tolak peluru terdapat dua macam gaya, yaitu gaya ortodock dengan awalan menyamping dan gaya O’Brien dengan membelakangi sektor tolakan. (Sri Wahyuni, 2010 ; 42) Menurut Edy Sih Miranto, Dkk (2010: 96) salah satu cabang atletik melempar adalah tolak peluru. Cabang olahraga ini kurang populer, karena tidak terlalu diminati. Hanya bermula dari pengisian waktu senggang dengan melempar batu, kayu atau apapun yang bisa dilempar akhirnya muncullah oalhraga tolak peluru. Persyaratan yang harus dimiliki oleh penolak peluru adalah yaitu: a. Kekuatan / Kekuatan maksimum b. Power

Upload: dohuong

Post on 22-Jul-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hakikat Tolak Peluru

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari,

jalan, tolak dan lempar. Pada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, yaitu kemampuan unsur ketangkasan dan ketepatan

waktu, kecepatan melempar dan menolak, kekuatan serta penguasaan teknik yang

baik. Tujuan dari tolak peluru dan lempar cakram yaitu mencapai jarak tolakan

dan lemparan yang sejauh mungkin. (Hilman Nurhuda, 2010 ; 164)

Tolak peluru termasuk nomor lempar. Dikatakan bahwa tolak peluru

adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru dilemparkan dengan cara

ditolakkan atau didorong menggunakan tangan. Tujuan melakukan tolak peluru

adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Dalam tolak peluru

terdapat dua macam gaya, yaitu gaya ortodock dengan awalan menyamping dan

gaya O’Brien dengan membelakangi sektor tolakan. (Sri Wahyuni, 2010 ; 42)

Menurut Edy Sih Miranto, Dkk (2010: 96) salah satu cabang atletik

melempar adalah tolak peluru. Cabang olahraga ini kurang populer, karena tidak

terlalu diminati. Hanya bermula dari pengisian waktu senggang dengan melempar

batu, kayu atau apapun yang bisa dilempar akhirnya muncullah oalhraga tolak

peluru. Persyaratan yang harus dimiliki oleh penolak peluru adalah yaitu:

a. Kekuatan / Kekuatan maksimum

b. Power

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

8

c. Kekuatan lempar

d. Kecepatan berakslerasi

e. Koordinasi

f. Adaptibility

Untuk dapat melakukan tolak peluru dengan baik, ada beberapa prinsip yang

harus diketahui. Dalam nomor Tolak Peluru ada beberapa prinsip yang harus

diingat,diantaranya yaitu :

a. Jarak lontaran yang diperoleh dalam tolak peluru sangat tergantung pada

kecepatan gerak dan sudut tangan yang menolakan peluru tersebut.

b. Untuk memperoleh kecepatan maksimum dibutuhkan tenaga terbesar yang

bisa dikerahkan, tenaga ini digunakan untuk menolak peluru sejauh

mungkin.

c. Tenaga yang digunakan harus dikerahkan dalam urutan yang tepat, mula-

mula digunakan kelompok otot yang menimbulkan gerak lamban tetapi

berkekuatan besar, kemudian digunakan kelompok otot yang relatif lebih

lemah tetapi kerjanya lebih cepat.

d. Sudut optimum lintasan tergantung pada kecepatan dan tingginya tolakan,

umumnya berkisar antara 40° - 42°.

Menurut Hilman Nurhuda, (2010;161) Tolak peluru adalah suatu gerakan

menyalurkan tenaga untuk memberikan daya dorong pada sebuah benda (peluru)

sehingga pada benda tersebut dihasilkan kecepatan. Tolakan tidak dilakukan

melalui pergelangan, tetapi diperoleh dari gerakan meluruskan siku. Tolak peluru

memiliki beberapa gaya, salah satunya gaya O’Brien.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

9

Gaya O’Brien atau gaya membelakang dilakukan dengan mengambil sikap

membelakangi arah lemparan atau tolakan. Gaya ini kali pertama dilakukan atau

diperkenalkan oleh Parry O’Brien. Gaya ini menghasilkan tolakan paling jauh

dibanding gaya lainnya. Hilman Nurhuda, (2010;161) Teknik melakukan tolak

peluru gaya O’Brien adalah sebagai berikut.

1. Berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar dan membelakangi arah tolakan.

2. Badan rileks, angkat kaki kiri, dan bungkukkan badan ke depan.

3. Siku lengan kiri dibengkokkan sehingga tangan berada di depan dada,

untuk menjaga keseimbangan badan bertumpu pada pangkal ujung kaki

kanan serta berat badan berada di kanan.

4. Pegang peluru dengan tangan kanan secara baik.

5. Ayun-ayunkan kaki kiri ke depan dan belakang.

6. Tolakan dimulai dengan menggeser kaki kanan ke arah tolakan dengan

cepat.

Pada saat geseran selesai, kaki kanan tetap pada posisi setengah jongkok

dengan telapak kaki menumpu kuat pada tanah. Badan diputar ke arah tolakan dan

lutut diluruskan dengan menolak kuat pada tanah. Selanjutnya, peluru ditolakkan

dengan meluruskan lengan ke atas, ke arah tolakan (membentuk sudut 45°).

Ketika peluru dilepaskan, kaki kanan menggantikan posisi kaki kiri. Kaki

kiri diangkat ke belakang-atas untuk menjaga keseimbangan.

Pergantian kaki tersebut disebut reverse. Tangan kanan tetap terjulur jauh

di depan dan lengan kiri di samping atau di belakang badan. Semua gerakan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

10

tersebut, baik gerakan kaki maupun gerakan lengan dimaksudkan untuk memberi

keseimbangan tubuh agar tidar terdorong ke depan melewati balok pembatas.

Gambar 1 : Tolak peluru gaya O’Brien

Sumber: Sri Wahyuni dkk,( 2010. 46)

2.1.2 Sarana dan Peralatan

a. Lapangan Tolak Peluru

Menurut Sri Wahyuni, Dkk (2010:44) Lapangan tolak peluru

bentuknya lingkaran dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Lapangan tolak peluru dengan tebal garisnya 5 cm.

2) Sektor lemparan sudutnya ± 65o.

3) Garis tengah lingkaran 2,50 meter.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

11

Gambar Lapangan tolak peluru.

Sumber: Sri Wahyuni, Dkk (2010:44)

Menurut Budi Sutrisno.Dkk (2010 : 116) Lapangan tolak peluru

berbentuk lingkaran, lingkaran lempar terbuat dari besi yang tebalnya 6 mm,

tingginya 2 cm dipasang rata dengan tanah di sekelilingnya

Gambar 2 : Lapangan tolak peluru.

Sumber : Budi Sutrisno.Dkk (2010 : 116)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

12

b. Peralatan Tolak Peluru

Menurut Sri Wahyuni, dkk (2010:44) Peralatan yang digunakan untuk

tolak peluru berikut ini.

1) Peluru.

Ketentuan peluru sebagai berikut.

a) Bahan dari besi, kuningan, atau logam.

b) Bentuknya bulat, permukaannya harus licin.

c) Bagi pria beratnya 7,257 kg.

d) Bagi wanita beratnya 4 kg.

e) Peluru untuk pria diameter minimal 110 mm dan maksimal 130

mm.

f) Peluru untuk wanita diameter minimal 95 mm dan maksimal 110

mm.

2) Rol meter terbuat dari baja, gunanya untuk mengukur jarak tolakan.

3) Bendera untuk memberi tanda pada bekas tolakan.

2.1.3 Teknik Tolak Peluru

a. Teknik Tolak Peluru Gaya Membelakangi ( O’ Brien )

1. Fase Persiapan

Mengambil posisi dengan membelakangi arah daerah lemparan dan berat

badan berada di atas tungkai kanan. Sambil merendahkan badan, angkatlah tumit

dari tungkai penopang, sementara tungkai belakang diangkat sedikit kebelakang

atas. Selanjutnya tekuklah segera tungkai penopang hingga kedua tungkai tertekuk

dan posisi badan menjadi lebih rendah dan membungkuk ke depan.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

13

Gambar 3 : Fase persiapan

Sumber : Budi Sutrisno Dkk. ( 2010 : 117)

2. Fase meluncur

Luruskan tungkai kanan dengan cara menolak atau menghentakkan telapak

kaki dan tumit ke lantai dan bersamaan dengan gerakan ini, tungkai kiri

ditendangkan dengan kuat ke arah balok stop. Gerakan persendian di atas dapat

mempertahankan suatu keseimbangan tubuh, yang menandai suatu luncuran kaki

kanan meninggalkan lantai, seraya dengan cepat ditarik ke posisi bawah badan,

tepat di titik pusat lingkaran sambil tungkai kiri hampir serentak menjangkau

lantai dekat ke arah balok stop dan sedikit ke arah kiri garis lemparan.

Kedua kaki mendarat dengan telapak kaki sementara badan tetap

membungkuk, sambil kedua bahu dan kepala tetap membelakangi arah lemparan,

sementara titik berat badan dipusatkan di tungkai kanan.

3. Fase akhir

Dimulai dengan pemutaran kaki kanan dan lutut ke depan dan dilanjutkan

dengan pelurusan kedua tungkai. Pinggul digeser menyamping berat badan di

antara kedua kaki. Bahu kiri dibuka ke depan dan bahu kanan diangkat dan

b. Teknik Memegang Peluru

Cara memegang peluru adalah sebagai berikut.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

14

a) Peluru diletakkan diujung telapak tangan sampai pangkal jari-jari dengan

posisi jari-jari direngangkan.

b) Jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk digunakan untuk menahan peluru

bagian belakang. sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk

menahan peluru bagian samping agar peluru tidak jatuh.

c) Selanjutnya peluru ditempelkan bagian depan leher.

d) Siku tangan yang memegang peluru diangkat ke samping agak serong ke

depan sedikit.

Gambar 4 : Teknik memegang peluru dan meletakkan peluru

Sumber: Mohammad Ali Mashar Dkk.( 2010 -35)

c. Teknik Menolak Peluru

Menurut Ali Mashar dan Dwinarhayu (2010 : 35) Teknik menolak peluru

adalah sebagai berikut.

1. Berdiri tegak membelakangi arah lemparan, kedua kakidibuka lebar.

2. Badan dibungkukkan, lutut kaki kanan ditekuk.

3. Tangan kanan memegang peluru di bawah dagu dan tangan kiri berada di

depan yang fungsinya menjaga keseimbangan.

4. Badan diputar dari belakang ke arah tolakan/lemparan sambil siku ditarik

serong ke atas belakang.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

15

5. Pinggul, pinggang, dan perut didorong ke depan agak ke atas sehingga

dada terbuka menghadap ke arah lemparan.

6. Dagu diangkat dan pandangan ke arah lemparan.

7. Selanjutnya peluru ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas depan sampai tangan

kanan lurus.

8. Setelah peluru dilepaskan, secepatnya kaki kanan menapak ke depan

dengan lutut agak ditekuk.

9. Kaki kiri di belakang diangkat untuk membantu menjaga keseimbangan,

dan badan condong ke depan.

Gambar 5 : Gerakan tolak peluru gaya membelakangi

Sumber: Mohammad Ali Mashar Dkk. (2010 -36)

2.1.4 Hakikat Modifikasi Model Pembelajaran

Menurut Yoyo ( 2012 : 2 ) Modifikasi merupakan salah satu upaya yang

dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan

DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi

pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang

potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

16

dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang

tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih

terampil.

Modifikasi secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau

menyesuaikan. Namun secara khusus modifikasi adalah suatu upaya yang

dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, dan

menarik.

Modifikasi disisi mengacu kepada sebuah penciptaan, penyesuaian dan

menampilkan suatu alat/sarana dan prasarana yang baru, unik, dan menarik

terhadap suatu proses belajar mengajar pendidikan jasmani.

Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru pendidikan

jasmani sebagai salah satu alternatif atau solusi dalam mengatasi permasalahan

yang terjadi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, modifikasi

merupakan implementasi yang sangat berintegrasi dengan aspek pendidikan

lainnya. (Hambali, 2013 Online)

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para

guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (Developmentally Appropriate

Practice) artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan

kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Oleh

sebab itu cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan

membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang

tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi Bahagia dan

Suherman, ( 1999/2000: 1) dalam jurnal Pratama ( 2012 : 3 ) Modifikasi dalam

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

17

pendidikan jasmani dan kesehatan dianggap sebagai salah satu hal yang dapat

membantu guru selam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan

keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah.

Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,

karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana

dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan

mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya

sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-

hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang

merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.

Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-

sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam

memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.

Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu

yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang

semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran

penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru

pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

Adapun modifikasi menurut Bahagia dan Suherman, (1999/2000: 16-19)

dalam jurnal Pratama ( 2012 : 5 ) memiliki persyaratan sebagai berikut:

a) Mendorong partisipasi maksimal dari siswa

b) Memperhatikan keselamatan

c) Mengajar efektifitas dan efesiensi geraks

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

18

d) Memenuhi tuntunan perbedaan kemampuan anak

e) Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan gerak anak

f) memperkuat keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya

g) Mengajarkan siswa menjadikan cerdas

h) Meningkatkan perkembangan yang emosional dan social.

Modifikasi adalah mengembangkan materi pembelajaran dengan cara

meruntutkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial untuk

menuntun,mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak biasa

menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat

yang lebih tinggi (Bahagia, 2000: 41) dalam jurnal Pratama ( 2012 : 4 ) Sehingga

modifikasi dapat digunakan dalam setiap aktivitas pembelajaran, tidak terkecuali

pendidikan jasmani dan kesehatan. Modifikasi pembelajaran dalam pendidikan

jasmani dan kesehatan dilakukan karena anak-anak secara fisik dan emosi belum

begitu matang jika dibandingkan dengan orang dewasa. Sesuai dengan manfaat

yang dapat diambil dari hasil modifikasi pembelajaran di atas, modifikasi

pembelajaran mempunyai tujuan. modifikasi pembelajaran mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Modifikasi Tujuan Pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran.

Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi

ke dalam tiga komponen, yakni: a) Tujuan perluasan, b) Tujuan penghalusan, dan

c) Tujuan penerapan.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

19

Tujuan Perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih

menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk dan

wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan

efektivitas. Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang

lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan

efisiensi gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.

Setiap rencana yang akan dilaksanakan tentunya terdapat suatu maksud

dan tujuan. Dalam hal ini Lutan (1988) menyatakan mengenai tujuan

memodifikasi dalam pelajaran pendidikan jasmani yang dikutip oleh Husdarta

(2011:179) yaitu agar :

1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran,

2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan

3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam

kurikulum dapat tersampaikan dan disajikan sesuai dengan tahap-tahap

perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor anak, sehingga pembelajaran

pendidikan jasmani di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara intensif.

Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih

menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan efektivitas

gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.

2. Modifikasi materi pembelajaran

Modifikasi materi menurut Bahagia dan Suherman (1999/2000: 4-6) dalam

jurnal Pratama ( 2012 : 5 ) ini dapat diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi yaitu:

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

20

(1) komponen keterampilan (skill); (2) klasifikasi keterampilan; (3) kondisi

penampilan; (4) jumlah keterampilan; (5) perluasan jumlah perbedaan responden.

Sehingga dengan klasifikasi tersebut dapat diketahui hal-hal yang dapat

dimodifikasi. Komponen keterampilan berarti materi pembelajaran penjas dalam

kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan

dipelajari siswa. Guru dapat memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara

mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisa dan

membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen , lalu

melatihnya perkomponen. Berlatih perbagian ini akan kurang bermakna apabila

siswa belum tahu wujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena itu berikan

gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan demonstrasi guru atau

bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan.

Klasifikasi keterampilan (skill) berarti materi pembelajaran dalam bentuk

keterampilan yang akan dipelajari siswa dapat disederhanakan berdasarkan

klasifikasi keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau

mengurangi tingkat kesulitannya. Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu:

1) Close skill (keterampilan tertutup)

2) Close skill pada lingkungan yang berbeda

3) Open skill (kerampilan terbuka), dan

4) Keterampilan permainan.

Close skill merupakan tingkat keterampilan yang paling sederhana,

sementara keterampilan permainan merupakan tingkatan yang paling

tinggi,termasuk di dalamnya permainan berbagai kecabangan olahraga. Dalam

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

21

tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai berbagai skill yang diperlukan

untuk melakukan permainan, mengkombinasikan skill yang berbeda, juga harus

menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun difensif. Jumlah keterampilan

berarti guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau

mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara

mengkombinasikan gerakan atau keterampilan.

Dengan catatan bahwa dalam menambah dan mengurangi jumlah

keterampilan tersebut guru harus memperhatikan karakteristik siswa.

3. Modifikasi lingkungan pembelajaran

Modifikasi pembelajaran menurut Bahagia dan Suherman (1999/2000: 7-

8) dalam jurnal Pratama ( 2012 : 7 ) dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan

pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan

kedalam tiga klasifikasi yaitu (1) peralatan; (2) Penataan ruang gerak dalam

berlatih; (3) jumlah siswa yang terlibat.

Klasifikasi peralatan berarti guru dapat mengurangi atau menambah

tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan

yang digunakan untuk melatih skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya,

tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peralatan yang digunakan. Dengan

demikian, pendapat yang telah dipaparakan tersebut dapat penulis simpulkan

bahwa untuk mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas dan kesulitan tugas

gerak yang harus dikuasai oleh siswa yaitu dengan cara memodifikasi peralatan.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

22

4. Modifikasi evaluasi pembelajaran

Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang

terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi.

Aktivitas evaluasi dapat merubah fokus perhatian siswa dari bagaimana

seharusnya suatu skill dilakukan menjadi bagaimana skill itu digunakan atau apan

tujuan skill itu (Bahagia dan Suherman, 1999/2000: 8) dalam jurnal Pratama

(2012 : 7).

2.2 Kerangka Berpikir

Keberhasilan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh

beberapa faktor, antra lain: kemampuan guru, minat siswa, materi pembelajaran,

serta sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan yang

harus ada di dalam pendidikan jasmani. Secara psikologis keadaan sarana dan

prasarana sekolah yang cukup dan memenuhi syarat akan memotivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Tersedianya

sarana dan prasarana yang mencukupi juga akan memperlancar proses

pembelajaran, memberi peluang yang lebih banyak kepada siswa, untuk

pengulangan latihan, meningkatkan semangat siswa, sehingga mampu

meningkatkan kesegaran jasmani. Jadi sarana dan prasarana pendidikan jasmani

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran pendidikan

jasmani.

Namun keberadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani sangat

beragam, terutama sarana dan prasarana pendidikan jasmani di Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Masih banyak sekolah yang kekurangan sarana dan prasarana

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5187/5/2013-1-85201-831409124-bab2-29072013065445.pdfPada nomor tolak peluru dan lempar cakram ada ... yaitu

23

penunjang aktivitas jasmani sehingga menyebabkan proses pembelajaran

pendidikan jasmani tidak optimal. Melihat kenyataan tersebut, maka harus ada

kerja sama yang harmonis antara kepala sekolah dengan guru pendidikan jasmani

dalam hal pengadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana agar dapat tercapai

hasil pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, guru pendidikan jasmani yang

berkaitan langsung dalam proses pembelajaran perlu mempunyai strategikan

kreativitas dalam memodifikasi sarana dan prasarana. Keterbatasan sarana dan

prasarana seharusnya tidak dijadikan alasan bagi guru pendidikan jasmani untuk

mengajar seadanya sehingga menyebabkan kegagalan dalam pembelajaran

jasmani. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh guru

sebagai unsur utama, sedangkan sarana dan prasarana hanya merupakan salah satu

unsur penunjang keberhasilan proses pembelajaran. Namun demikian keadaan

sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang cukup akan lebih menunjang

kebehasilan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah jika guru

memodifikasi model pembelajaran maka teknik dasar tolak peluru pada siswa

Kelas VII di SMP Negeri 1 Tapa meningkat.

2.4 Indikator Kinerja

Yang menjadi indikator kinerja pada penelitian ini adalah “jika persentase

siswa 25% hingga 75% dari persentasi sebelumnya maka penelitian dinyatakan

berhasil dengan melalui modifikasi model pembelajaran.