bab ii keramik dan konservasi keramik 2.1....
TRANSCRIPT
22
Universitas Indonesia
BAB IIKERAMIK DAN KONSERVASI KERAMIK
2.1. Keramik
Keramik diketahui memiliki berbagai jenis dengan bahan berbeda-beda
dan tingkat pembakaran yang berbeda pula secara umum. Keramik yang paling
terkenal masuk ke wilayah Indonesia melalui perdagangan adalah keramik dari
Cina dan Vietnam. Namun sebenarnya keramik sudah dibuat dan digunakan
ketika memasuki Zaman Neolithik. Keramik yang mulanya sederhana kemudian
berkembang menjadi berbagai bentuk dengan dekorasi yang indah hingga
sekarang.46
2.1.1. Definisi keramik
Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos/keramikos, yang
berarti tembikar atau benda-benda yang dibakar. Keramik biasanya mengacu pada
objek-objek yang terbuat dari tanah liat dan mengalami proses pemanasan
(pembakaran) sehingga produk akhirnya sangat kuat dan dapat mempertahankan
bentuknya ketika dicampurkan dengan air.47 Tanah liat yang berubah menjadi
keramik tidak lepas dari proses pemanasan yang dilakukan. Lamanya pemanasan
dengan bobot atau padatan keramik haruslah sesuai. Hal tersebut dilakukan untuk
menguraikan atom dari mineral yang terkandung di dalam tanah liat. Jika telah
mencapai suhu yang sesuai ketika proses pembakaran berlangsung maka saat itu
pula lapisan luar tanah liat yang terdiri atas atom-atom berbentuk heksagonal
mulai meleleh, berubah bentuk ke dalam fase kaca.48
Hal tersebut berarti bahwa atom-atom yang terkandung dalam tanah liat
ada yang memisahkan diri untuk membentuk suatu atom mineral yang khusus.
Adanya materi yang mengalami fase ketidak teraturan tersebut terjadi karena
adanya zat cair yang menjadi salah satu unsur muatan dari tanah liat hasil
perkembangan lapisan kaca selama proses pemanasan. Fungsi lapisan kaca
tersebut adalah untuk mempererat unsur tanah liat. Ketika proses pemanasan
berlangsung lapisan kaca mulai melapisi tanah liat seluruhnya sehingga akan
46 Horst Liebner. “A Cargo for Java Rescued”. Marine and Fisheries Research, 2009.47 Linda Ellis. Archaeological Method and Theory: An Encyclopedia. New York & London. 2000.Hal. 106.48 Ibid. Hal. 107.
22Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
23
Universitas Indonesia
menghasilkan tanah liat dengan bentuk dan isi (padatan) yang permanen
(contohnya periuk). Jika proses pemanasan diteruskan tanpa mengurangi kadar
suhunya, maka pada suhu tertentu unsur cairan yang meleleh dari tanah liat tadi
akan menemui tahap maksimal dari pembentukan lapisan kaca. Hasilnya adalah
zat kaca yang bentuknya akan rusak karena gaya tarik gravitasi akibat terlalu
banyaknya tahap cair yang dilewati (melorot).49
Jadi secara praktis keramik adalah peralihan materi melalui suatu proses
berkelanjutan antara unsur mineral dalam tanah liat (berbentuk padat), unsur kaca
(berbentuk cairan) dan diperkuat oleh karakteristik tanah liat yang dikombinasikan
dengan kerasnya unsur kaca. Tidak semua objek, fitur, struktur atau materi yang
terbuat dari tanah liat dapat diklasifikasikan sebagai keramik. Namun begitu,
biasanya produk-produk dari tanah liat yang telah mengalami pengeringan oleh
sinar matahari (seperti batako, batu bata) dapat pula tahan lama di lingkungan
yang kering dan sangat berguna untuk berbagai fungsi.50
2.1.2. Keramik Dinasti Sung
Sejarah Dinasti Sung berawal dari Zhao Kuangyin, seorang jenderal dari
Dinasti Zhou Akhir, berhasil mempersatukan Tiongkok kembali dan mendirikan
Dinasti Sung. Gelarnya adalah Sung Taizu (960-976 M). Catatan sejarah
menyatakan bahwa ia telah dipaksa oleh para prajuritnya untuk mengenakan jubah
kekaisaran serta menjadi penguasa baru mereka. Merasa khawatir para anak
buahnya memberontak terhadap dirinya setelah menjadi kaisar, ia kemudian
membujuk mereka agar mengundurkan diri secara sukarela. Prestasi lain Zhao
Kuangyin adalah keberhasilannya di dalam menghapuskan kekuasaan para
gubernur militer setempat, sehingga politik menjadi lebih stabil. Para ahli sejarah
membagi Dinasti Song ini menjadi dua, yakni Sung Utara (960-1126 M) dan Sung
Selatan (1126-1279 M).51
Uang kertas merupakan temuan pertama di dunia yang dihasilkan pada
masa dinasti tersebut. Uang kertas tersebut pertama kali diberlakukan pada masa
49 Ibid. Hal. 107.50 Ibid.51 Claimer. Sejarah Dinasti Song. Diunduh darihttp://www.indocina.net/viewtopic.
php?f=27&t=23017
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
24
Universitas Indonesia
pemerintahan Kaisar Renzong (1022-1063 M) dan dicetak di Chengdu, Sichuan
pada tahun 1024 M. Alasan dipergunakannya uang kertas ini adalah kemajuan
dalam bidang ekonomi yang luar biasa, sehingga permintaan akan uang logam
meningkat. Uang logam cukup berat untuk dibawa-bawa serta menyita tempat
yang lebih banyak, maka diciptakanlah uang kertas untuk mewakili nilai uang
logam tersebut.52
Penemuan lainnya yaitu mulai berkembangnya keramik yang dijadikan
sebagai benda barter. Hal tersebut membuat keramik menjadi industri yang sangat
penting dan menjadikan keramik sebagai barang ekspor utama Dinasti Sung.53
Terdapat 110 buah tungku pembakaran yang ditemukan di Quangzhou, terutama
di Dehua, Anxi, Nan An dan Jin Jiang.54 Keramik masa tersebut digunakan untuk
mengontrol peredaran uang karena permintaannya yang semakin lama semakin
tinggi
“China’s porcelain was a major export item during the Song Dynasty. Toprevent a money drain the Song government prohibited the use of gold, silverand bronze coin for use in foreign trade. Silk fabrics and ceramics were used inthe barter for foreign goods instead. This regulation placed porcelain in adominant position in the foreign trade”55
Keramik Dinasti Sung sebagai komoditas perdagangan (ekspor) memiliki
kekhasan tersendiri yang menjadi nilai jualnya. Ciri-ciri keramik Dinasti Sung,
antara lain:56
1. Warna glasir hijau zaitun hingga kuning kecoklatan.
2. Memiliki hiasan bawah glasir dengan teknik tekan atau di
cap.
3. Terdapat motif berpilin yang dibentuk dengan teknik gores.
4. Dasar atau alas terdapat glasir.
5. Memiliki tepian kaki yang melebar atau menyempit.
52 Ibid.53 Jeremy Green. Maritime Archaeology In The People Republic Of China. Australia. 1997. Hlm50.54 Ibid.55 Li Zhiyan & Cheng Wen, 1989 hlm 102, dalam Maritime Archaeology In The People RepublicOf China. Australia. 1997. Hlm 61..56 Rose Kerr. Song Dynasty Ceramic. United Kingdom. 2004
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
25
Universitas Indonesia
Foto 2.1. Contoh keramik-keramik masa Dinasti Sung(dok: Galeri Antik Indonesia)
2.1.3. Karakteristik Keramik Porcelainous stoneware
Porcelainous stoneware dapat dikatakan peralihan antara stoneware
menuju porselin. Istilah tersebut berarti batuan yang bersifat porselin, namun
bahannya belum serupa atau sebagus porselin. Porcelainous stoneware memiliki
karakteristik antara lain:57
a. Memiliki glasir yang berwarna, seperti hijau (green glaze), coklat, putih.
b. Permukaan keramik yang keras. Jika mengacu pada skala Moh (Moh’s
scale)58 dengan konversi relatifnya maka memiliki tingkat kekerasan 3,
yaitu dapat tergores oleh paku besi.
c. Padat (namun bukan kaca).
d. Bersifat tahan air.
e. Bagian dibawah lapisan glasir memiliki tekstur seperti batu.
f. Bagian dibawah lapisan glasir memiliki pori-pori.
57 Ibid.58 Skala Moh merupakan skala pembanding untuk mengetahui tingkat kekuatan benda. Mohmenggunakan 10 tingkat mineral sebagai pembanding yang masing-masing memiliki tingkatkekerasan yang berbeda. Tingkatan tersebut antara lain: (a) tingkat 1, talc, akan terkelupas olehkuku manusia (b) tingkat 2, gypsum, akan tergores oleh kuku manusia (c) tingkat 3, calcite, akantergores oleh paku besi (d) tingkat 4, flourite, akan tergores oleh kaca (e) tingkat 5, apatite, akantergores pisau lipat (f) tingkat 6, orthoclase, akan tergores oleh kuarsa (g) tingkat 7, quartz, akantergores paku baja (h) tingkat 8, topaz, akan tergores oleh batu zamrud (i) tingkat 9, corundum,akan tergores oleh batu berlian (i) tingkat 10, topaz, tak tergores
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
26
Universitas Indonesia
g. Bagian dibawah lapisan glasir berwarna abu-abu, beberapa berwarna krem
atau putih.
Karakteristik tersebut ditemukan pada mangkuk keramik yang ditemukan
pada kapal karam di Karawang Jawa Barat. Glasir berwarna hijau menjadi
karakteristik yang paling kuat. Sisa lapisan glasir yang masih bisa terlihat pada
temuan Karawang tersebut sangat jelas terlihat berwarna hijau, namun bukan
celadon.
Foto 2.2. Lapisan tipis glasir hijau pada mangkuk temuan Karawang(Dok.: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
Permukaan keramik juga keras dan padat tetapi bukan kaca seperti
porselin. Glasir yang rusak membuat permukaan dibawah glasir terlihat jelas,
berwarna putih, memiliki tekstur seperti batu.
Foto 2.3. Lapisan permukaan dibawah glasir mangkuk temuan Karawang(Dok.: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
2.1.4. Peranan Keramik Dalam Arkeologi
Penelitian berkenaan dengan keramik di Indonesia telah banyak dilakukan
terutama dari hasil temuan daratnya. Satyawati Suleiman meneliti toponimi
keramik dari sumber Cina yang kemudian dianalogikan dengan temuan keramik
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
27
Universitas Indonesia
di Indonesia, mulai dari Jawa hingga ke Sulawesi. Hasilnya selain mengetahui
rute perdagangan para saudagar Cina, pelafalan tempat atau kota-kota yang
dituliskan oleh sumber Cina dalam bahasa Indonesia haruslah di revisi, karena
dapat saja tempat tersebut memainkan peranan yang penting dalam perdagangan
di Nusantara semenjak kehadiran agama Hindu dan Buddha.59
Selain mengetahui sumber sejarah keramik dari toponiminya, hiasan atau
dekorasi yang terdapat pada keramik dapat dijadikan suatu indikasi kegiatan sosial
budaya masa lalu. Hal tersebut dapat diketahui karena biasanya hiasan atau
dekorasi yang dibuat pada keramik sejalan dengan suatu kebiasaan (adat) atau
gaya (seni) yang sedang berkembang pada masa tersebut.60 Studi awal di Pacitan
dan Cilacap dengan metode analogi komparasi mengenai dekorasi keramik
menunjukkan bahwa terdapat 3 kebiasaan (culture complexes) yang berkembang
di Pantai Selatan Pulau Jawa, diantara Pacitan dan Cilacap pada awal abad ke-9
hingga pertengahan abad ke-10.61 Tiga kebiasaan adat kebiasaan tersebut diberi
nama Den Ombo kompleks, Gunung Wingko dan Ayamputih, yang masing-
masing memiliki motif khusus walaupun terdapat persamaan dan perbedaan
hiasan.62
Bahan dan komposisi keramik dapat pula menjadi indikator masa
pembuatannya. Mengetahui masa pembuatan keramik tersebut berarti dapat
mengetahui dan memperkirakan keadaan sosial budaya yang sedang berkembang
masa tersebut. Keramik dengan glasir dan keramik porselin di Asia Tenggara
pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Cina. Analogi historis tentang keramik
Cina yang banyak ditemukan di Flores Barat berunsur celadon diketahui berasal
dari daerah Lung Chu’an dan beberapa diantaranya menunjukkan bahan kaolin
dari daerah Che-kiang yang berkembang pada awal zaman Dinasti Sung hingga
pertengahan Dinasti Ming.63
59 Satyawati Suleiman. “Identification of Toponyms From Chinese Sourse in Relation to ChineseCeramics Finds”. Jakarta. Hlm 1-13.60 Goenadi Nitihaminoto. “Decorated Pottery From The South Coast Of Java Between Pacitan andCilacap”. Jakarta. Hlm. 21-39.61 Ibid. hlm. 3062 Ibid.63 Abu Ridho. “Preliminary Report On The Trade Ceramics Found In Warloka, West Flores”,dalam Studies on Ceramics.Jakarta. Hlm. 50.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
28
Universitas Indonesia
Mengetahui masa pembuatan atau perkembangan sebuah keramik dapat
menjadi sumber kronologi waktu untuk dapat menentukan pengaruh kebudayaan
di suatu tempat pada waktu tertentu. Penelitian Heriyanti Ongkhodarma di Banten
pada tahun 1976 dan 1977 telah diketahui mengenai tipe-tipe keramik dari hasil
ekskavasi.64 Hasil analogi komparasi mengenai tempat asal dan periode keramik
dibuat mengungkapkan bahwa kebanyakan keramik yang ditemukan di Banten
berasal dari periode Ch’ing, sehingga tersimpulkan bahwa Kota Tua Banten telah
berkembang semenjak abad ke-17 dan lebih muda jika dibandingkan dengan
Banten Girang yang mengandung temuan dari masa Dinasti Sung.65
Penelitian pada tempat yang sama oleh Wiwin Djuwita menghasilkan dua
belas tipe keramik dengan 120 jenis dekorasi atau hiasan yang dibuat dengan 7
teknik pembentukan yang berbeda yaitu menggores, menekan, pijit, tatap landas,
roda putar, mencungkil dan dilukis. Asumsi lainnya menyatakan bahwa tembikar-
tembikar tersebut dipakai di lingkungan Istana Kerajaan Banten karena pecahan
termbikar tersebut ditemukan di situs istana kerajaan (Kaibon dan Surosowan).
Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa persebaran keramik tidak hanya sebatas
pada pemukiman biasa saja, namun dapat didistribusikan masuk hingga
lingkungan istana.66
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso Soegondho mengenai
klasifikasi tembikar di Gilimanuk, Bali menunjukkan bahwa terdapat 2 bentuk
tembikar yang berkembang, yaitu bentuk bundar dan bentuk dengan karinasi.
Bentuk bundar memiliki 6 tipe yang berbeda, yaitu vas, mangkuk, kendi, buli-
buli, piring, dan tutup. Tipe tersebut memiliki 5 tipe khusus yang menyertainya
atau sub-tipe, yaitu berleher lurus, berleher cembung, tidak berkaki, berkaki, dan
tidak bercucuk. Sedangkan bentuk dengan karinasi hanya memiliki 2 tipe yaitu
vas dan mangkuk dengan 2 sub-tipe yaitu berleher miring dan tidak berkaki.67
Semua tipe dan sub tipe tersebut dapat menunjukkan jenis dan bentuk keramik
yang sedang populer pada suatu masa tertentu.
64 Heriyanti Onkhodharma. “Preliminary Notes On The Classification Of The Ceramics ExcavatedAt Banten in 1976 And 1977”, dalam Studies on Ceramics. Jakarta. Jakarta. Hlm. 83-91.65 Ibid. hlm. 88-89.66 Wiwin Djuwita. “Classification Of Pottery Fron Old Banten”, dalam Studies on Ceramics.Jakarta. Hlm 73.67 Santoso Soegondho. “The Classification of Pottery From Gilimanuk, Bali dalam Studies onCeramics. Jakarta. Hlm 13
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
29
Universitas Indonesia
Dekorasi yang menhiasi keramik sangat bervariasi, telah dijelaskan bahwa
biasanya dekorasi yang dilukis atau dibentuk dalam keramik menunjukkan gaya
yang sedang berkembang dan gaya tersebut sejalan dengan seni yang sedang
berkembang masa tersebut. Penelitian oleh Sri Soejatmi Satari di Trowulan
melalui klasifikasi diketahui bahwa dekorasi lokal yang paling banyak digunakan
ketika zaman Majapahit adalah hiasan bunga teratai dan geometris dari hasil
ekskavasi yang telah dilakukan.68
Hasan Muarif Ambary menjelaskan tentang keramik impor dari Cina di
Kota Cina. Diketahui bahwa keramik yang ditemukan di Kota Cina di asumsikan
merupakan hasil impor dari periode Dinasti Sung hingga Dinasti Yuan. Hasil
ekskavasi mendapatkan arang untuk dijadikan sampel pertanggalan mutlak
menggunakan pertanggalan C. 14. Hasil pertanggalan mutlak tersebut
menunjukkan kronologi tahun antara abad ke-12 hingga abad ke-14 M. Tidak
ditemukannya keramik dengan karakteristik biru putih (khas Cina) menunjukkan
bahwa situs tersebut telah ditinggalkan penduduknya ketika periode klasik di
Sumatera Utara pada pertengahan abad ke-14 M. Adanya temuan permukaan
berupa keramik dari periode Dinasti Ching (abad ke-18 hingga abad ke-19)
menunjukkan bahwa situs tersebut dimukimi kembali pada abad ke-18 hingga
abad ke-19.69
Selain penelitian keramik yang berasal dari Cina, penelitian keramik dari
jepang juga pernah dilakukan di Indonesia. Sumarah Adhyatman dan kawan-
kawan meneliti keramik asal Jepang pada abad ke-17. Pelopor perdagangan antara
Jepang dengan nusantara dimulai ketika masuknya VOC abad ke-17. Walaupun
pada masa tersebut perdagangan keramik telah terjalin dengan Cina, Vietnam dan
Thailand yang merupakan pusat pembuatan keramik. Temuan pertama keramik
Jepang berada di Banten memiliki ciri putih tanpa hiasan, di bawah glasirnya
berwarna biru dan tipis. Ciri tersebut diproduksi setelah tahun 1650an di Jepang.
68 Sri Soejatmi Satari. “A Plemenary Study On The Local Ceramics Of Trowulan”, dalam Studieson Ceramics. Jakarta. Hlm 41.69 Hasan Muarif Ambary. “Futher Notes On The Classification Of Ceramics From The ExcavationOf Kota Cina”, dalam Studies on Ceramics. Jakarta. Hlm 61.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
30
Universitas Indonesia
Keramik yang paling bagus di produksi terjadi pada periode ke-3 dan ke-4 yang
dinamakan jenis produk Arita dan Kakiemon.70
Keramik asal Philipina ikut pula meramaikan jenis-jenis keramik yang ada
di Asia Tenggara. Rosa meneliti pola budaya melalui tembikar di situs Magushot
dan Pila. Philipina. Analisis keramik yang ditemukan di pemakaman dan
pemukiman kedua situs tersebut menghasilkan kronologi perkembangan budaya
di Philipina semasa zaman logam.71 Periode pertama (tahun 400 SM hingga 200
M) berkembangan kebudayaan awal zaman besi dengan karakteristik: distribusi
keramik yang terbatas di areal pantai, pemakaman yang sederhana. Period ke-2,
fase pertama (abad 10-11) di zaman besi memiliki karakteristik: memiliki tradisi
berdagang secara maritim, pemakaman sederhana yang mulai dibungkus dengan
semacam tikar, sudah terdapat pengerjaan logam, mulai adanya penangkapan
ikan, terdapat keramik dengan simbol phallus. Periode ke-2, fase kedua (awal
abad ke-13-14 M) mulai melanjutkan hubungan perdagangan dengan Cina, mulai
ada kremasi, keramik dengan simbol phallus masih ditemukan dan period ke-2
fase ketiga (awal abad ke-13-15 M) memiliki karakteristik, mulai bermigrasi,
tradisi kremasi bertambah komleks, mulai mengekspor keramik.72
2.2. Konservasi Arkeologi
Benda apapun yang diangkat dari daratan maupun bawah air (laut)
dipastikan harus mendapatkan perawatan khusus untuk dapat mempertahankan,
memulihkan ataupun membuat stabil bentuk dan semua yang terkandung pada
benda tersebut. Usaha tersebut dapat dikatakan sebagai usaha konservasi.. Fase
konservasi artefak membutuhkan waktu lama dan sangat mahal, terkadang lebih
mahal dari pada ekskavasi yang telah dilakukan.73 Tanpa konservasi, banyak dari
artefak akan rusak dan data yang terkandung dalam artefak dapat hilang.74
70 Sumarah Adhyatman, David Rehfuss, Hitoshi Shindo. “The Japanese Porcelain From TheSeventeenth Century Found In Indonesia”, dalam Studies On Ceramics. Jakarta. Hlm. 93.71 Rosa C. P. Tenazas. “Evidence Of Cultural Patterning As Seen Through Pottery: The PhilippineSituation”, dalam Studies On Ceramics. Jakarta. Hlm. 15572 Ibid.73 Donny Hamilton. “Overview Of Conservation In Archaeology; Basic Conservation Procedures”.Texas. 2000. Hal 174 Ibid.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
31
Universitas Indonesia
Konservasi arkeologi berkaitan dengan semua kegiatan untuk
menyelamatkan artefak (preservasi). Secara khusus konservasi arkeologi
mempunyai 2 fungsi utama, yaitu preservasi dan restorasi. Tujuan dari preservasi
adalah untuk membuat stabil atau mempertahankan dari kerusakan atau kerapuhan
atau kemunduran dari sifat-sifat yang terkandung secara fisik dari artefak.
Biasanya dibarengi dengan usaha untuk menyesuaikan artefak dengan lingkungan
baru. Tujuan dari restorasi adalah mengembalikan artefak sesuai dengan bentuk
aslinya atau sesuai dengan bentuk ketika awal mula dibuat. Restorasi dibarengi
dengan modifikasi materi untuk mengganti struktur atau bagian dari artefak yang
hilang.75
2.2.1. Prinsip Konservasi Arkeologi
Konservasi dan restorasi sudah terlaksana jika sebuah penanganan telah
dilakukan pada sebuah objek atau artefak. Konservasi dapat berupa proses
dokumentasi, analisis, pembersihan dan penstabilan sebuah artefak. Tujuan utama
dari pembersihan dan penstabilan adalah sebagai tindakan preventif dan
perlindungan terhadap reaksi yang mungkin akan tidak sesuai dari artefak
terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan restorasi dapat berupa perbaikan dan
penggantian dari bagian artefak yang rusak atau hilang.76
Artefak merupakan data utama dari penelitian arkeologi, sehingga
konservasinya tidak boleh merubah artefak dari keadaan awal (asli) ataupun
merubah atribut yang telah melekat padanya. Seorang konservator harus berusaha
keras dalam pengerjaan konservasinya sehingga dapat mempertahankan data
sebanyak mungkin. Setiap usahanya dilakukan dengan tujuan untuk dapat
mempertahankan artefak se-asli mungkin sama dengan keadaan awal artefak baik
permukaan, bentuk maupun ukurannya. Sebuah artefak ketika sedang dalam
penanganan, perlakuan dan pendekatan dasarnya haruslah hati-hati dan serupa
dengan masalah yang sedang ditangani.77
Walaupun begitu pengujian awal terhadap artefak untuk konservasi harus
dapat dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jalan yang akan ditempuh untuk
75 Linda Ellis. Archaeological Method and Theory: An Encyclopedia. New York & London. 2000.Hlm. 12176 Ibid.77 Plenderleith and Werner. “The Conservation of Antiquities and Works of Art”. Revised Edition.Oxford University Press. 1971. Hlm 17.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
32
Universitas Indonesia
mempertahankan artefak dan memelihara atribut-atribut yang penting. Pada
beberapa kasus, bagian yang rusak pada keranik dapat mengandung data arkeologi
yang sangat berharga, sehingga harus dipertahankan bukan dihilangkan.78
Proses perekaman (atau dokumentasi) dan preservasi sumber data dari
berbagai artefak sangatlah perlu dilakukan dan harus sepenuhnya dilakukan pada
semua kegiatan laboratorium dalam menangani materi arkeologi. Hal tersebut
terjadi karena konservasi arkeologi membutuhkan banyak pertimbangan, bukan
hanya sebatas melakukan preservasi dari satu artefak saja. Salah satu fase yang
dilakukan dalam konservasi yaitu fase penstabilan artefak yang dilakukan untuk
dapat mempertahankan bentuknya dan dapat melakukan pendataan.79
Penting memberikan penekanan bahwa tujuan konservasi bersifat kritis,
bukan hanya untuk mempertahankan (preservasi) tinggalan materi dari masa lalu
yang telah ditemukan tetapi juga karena dapat menyediakan sebanyak mungkin
data arkeologi seperti ekskavasi dan penelitian arsip. Hal tersebut sangat
memungkinkan jika pendekatan yang dilakukan dalam konservasi dilihat dari
sudut pandang arkeologi sebagai budaya materi.80
2.2.2. Konservasi Keramik Daratan
Penanganan benda-benda arkeologi merupakan hal yang pertama kali
dibuat untuk hampir semua temuan benda arkeologi terutama yang dapat bertahan
lama seperti temuan yang terbuat dari batu dan tanah liat (keramik). Keadaan
lingkungan sekitar, baik di darat maupun di laut merupakan musuh dari artefak
karena dapat menyebabkan kerusakan dan perubahan secara fisik dari artefak,
mulai dari warna dan tekstur hingga ke berat, bentuk dan komposisi bahannya.
Agen perusak tersebut dapat dibagi menjadi kategori kimia, fisik dan biologis. 81
Unsur perusak temuan daratan dari kategori kimia dari sangatlah banyak
secara alami, misalnya atmosfer, mengandung air dan oksigen yang dapat
menciptakan banyak reaksi kimia seperti karat pada logam. Lainnya yaitu
perbedaan suhu air, penyinaran oleh matahari dan polusi udara, semuanya
78 Donny Hamilton. “Overview Of Conservation In Archaeology; Basic Conservation Procedures”.Texas. 2000.79 Ibid.80 Ibid81 Brian Fagan. Archaeology: A Brief Introduction. New Jersey. Hlm. 207.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
33
Universitas Indonesia
menyebabkan reaksi kimia.82 Penelitian arkeologi di daratan biasanya menemukan
benda temuan yang terkubur dalam tanah yang sering kali terjadi banyak
perubahan kimia yang terjadi, terutama karena kelembabannya. Tanah
mengandung bahan campuran yang reaktif, seperti asam, basa yang sangat
berperan dalam perusakan, sebagai contoh asam dapat meluruhkan tulang.83
Kategori fisik dari unsur perusak lainnya dapat berupa air, angin, sinar
matahari dan pergerakan bumi yang juga sangat umum terjadi. Air merupakan
unsur perusak paling kuat. Air sungai dapat memiliki arus air yang kuat dan
mengguling-gulingkan artefak hingga hancur, air hujan dapat mengikis atap
rumah dan membentuk saluran dengan menembus dinding-dinding tanah.
Perubahan siklus dari mulai basah hingga kering dapat meretakan kayu dan
menyebabkan kayu menjadi busuk, lelehan air es dan pembekuan air dapat
meretakan batuan dan logam padat. Unsur perusak fisik tersebut bekerja pada
skala besar dan kecil, sebagai contoh dampak dari gempa bumi di Kourion,
Cyprus tahun 365 M, tidak hanya meratakan pelabuhan tetapi juga meratakan
lingkungan sekitar hingga bermil-mil jauhnya. 84
Organisme hidup merupakan perusak utama dari kategori biologis. Bakteri
tersedia hampir di seluruh tempat dan merupakan koloni pertama yang menempati
unsur organik dan memulai proses pelapukannya.85 Hal tersebut merupakan salah
satu gambaran umum mengenai temuan arkeologi yang berada di daratan. Ketika
akan menangani (konservasi) temuan arkeologis maka pengetahuan mengenai
kondisi umum tempat temuan menjadi suatu keharusan untuk diketahui dan
dipelajari. Proses pembersihan menjadi sangat hati-hati setelah penggalian yang
berlanjut hingga labeling dan dokumentasi arkeologi kemudian dilakukan.86
2.2.2. Konservasi Keramik Bawah Air
Konservasi haruslah menjadi bagian dari penelitian arkeologi. Terlebih
lagi hal tersebut wajib dilakukan pada tinggalan situs bawah air seperti pada
timbunan lumpur, sungai dan laut. Situs bawah laut menjadi penanganan yang
82 Ibid.83 Ibid.84 Ibid.85 Ibid.86 Linda Ellis. Archaological Method and Theory: An Ecyclopedia. Garland Publishing Inc. NewYork & London. 2000. Hlm 120-124
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
34
Universitas Indonesia
paling sulit dari semua situs bawah air yang ada. Telah diketahui bahwa
lingkungan bawah laut mempercepat proses pelapukan oleh garam dari banyak
artefak berbahan logam. Jika garam tersebut tidak dihilangkan dan artefak tersebut
dianalisis dalam waktu yang lama, seiring berjalannya waktu maka akan terjadi
kerusakan yang lebih parah dan artefak menjadi barang yang tidak berguna untuk
(data) penelitian atau contoh untuk dipajang di museum. faktor yang harus
dipertimbangkan ketika melakukan penelitian arkeologi bawah air diantaranya:87
1. Selalu mengantisipasi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian arkeologi,
baik itu survei maupun ekskavasi baik secara langsung maupun latihan.
2. Selalu mengetahui jenis kerusakan yang terjadi, korosi dan penurunan sifat
yang mungkin terjadi ketika proses pengangkatan.
3. Memiliki ahli konservasi yang berpengalaman di lapangan untuk membantu
ekskavasi dan memastikan penanganan artefak dilakukan dengan baik
ketika di lapangan.
4. Memiliki perencanaan untuk melakukan konservasi sebelum dimulainya
penelitian arkeologi. Mulai dari lapangan hingga laboratorium, karena
semua artefak yang telah ditemukan dalam sebuah ekskavasi haruslah
dalam pengawasan konservator yang berpengalaman hingga artefak
tersebut stabil.
5. Selalu mempunyai kerangka batasan. Penelitian arkeologi tidak hanya
berhenti ketika telah selesai di lapangan, tetapi berlanjut hingga
laboratorium. Penanganan dan perlakuan dilakukan sebanyak mungkin
seperti apa yang telah dilakukan di lapangan.
Salah satu penanganan yang paling penting dalam konsevasi yaitu
penstabilan artefak sesuai lingkungan kondisinya. Namun perlu ditekankan bahwa
konservasi bukan hanya tentang pengetahuan eksak dan dalam banyak kasus dua
orang konservator dapat memperlakukan objek yang sama dengan penanganan
yang sama sekali berbeda. Walaupun begitu tujuan utamanya adalah penanganan
yang dapat membuat artefak tersebut stabil dan tidak kehilangan atribut yang
menyertainya sebagai data arkeologi. Terdapat banyak pilihan dan banyak
peluang dalam prosedur konservasi yang dapat menghasilkan penanganan yang
87 Opcit. hal 4
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
35
Universitas Indonesia
baik untuk artefak. Namun kebanyakan yang diikuti adalah prosedur berdasarkan
pengalaman pribadi.88
2.3. Pengendapan Garam (Salinasi) Pada Benda Keramik Situs Bawah Air
(Laut)
Garam-garaman yang terendapkan pada benda keramik peninggalan situs
bawah air (laut) melibatkan air (sebagai zat pelarut) dan garam (sebagai zat
terlarut) dalam prosesnya. Air secara kimiawi memiliki rumus molekul89 dan
rumus empiris90 H2O.91 Apabila diuraikan, air terdiri atas hidrogen dan oksigen
yang bereaksi dan saling mengikat karena perbedaan ion yang terkandung (positif
dan negatif). Secara sederhana reaksi penguraian dapat digambarkan sebagai
berikut: H2O 2H+ + O-2 [dengan, H2 adalah Hidrogen dan O2 adalah oksigen].
Nilai H2+ dalam reaksi tersebut berarti Hidrogen memiliki ion positif yang
menyertainya. Semua zat yang mengandung ion positif yang menjadi penyertanya
disebut kation. Sedangkan nilai O2-2 berarti oksigen memiliki ion negatif yang
selalui menyertainya. Semua zat yang mengandung ion negatif sebagai
penyertanya disebut anion.92 Air merupakan zat pelarut paling baik yang akan
melarutkan zat terlarut (semisal garam) dalam reaksi kimia suatu larutan.
Perbedaan konsentrasi menjadi unsur utama mengapa air dapat melarutkan zat
terlarut dalam suatu campuran. Air juga memiliki massa selayaknya materi
lainnya, karena air tersusun atas atom. Skala kimia unsur H (Hidrogen) ditetapkan
memiliki massa atom 1,00797 atau bila dilakukan pembulatan memiliki massa
sebesar 1 (satu).
Hal tersebut diartikan bahwa satu unsur atom Hidrogen memiliki massa
sebesar 1 gram. Sedangkan untuk O (Oksigen) memiliki massa sebesar 15,9994
atau jika dilakukan pembulatan memiliki massa sebanyak 16, yang berarti
88 Ibid. hal 689 Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yangmenyusun satu molekul senyawa.90 Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa. Atom itu sendiri berarti bagian terkecil unsur, tak berubahdalam reaksi kimia kecuali susunan electron valensinya. Terdiri atas inti dan awan elektron.Perubahan inti atom mengubah atom itu menjadi atom lain, misalnya lewat peluruhan inti,pembelahan inti dan reaksi-reaksi nuklir lainnya. Contoh lainnya yaitu larutan gula atau glukosamemiliki rumus empiris CH2O dari rumus molekul C6H12O6.91 Brokes. Diagnostic Testing in Advanced Chemistry. London. 1979.92 Suharno Pikir. Kimia Dasar. Universitas Airlangga. 1995. Hal 122.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
36
Universitas Indonesia
Oksigen memuat massa sebesar 32 gram [karena O2 memiliki arti 2 kali O, jadi
2x16 sama dengan 32]. Diketahuinya masing-masing massa unsur pembentuk air
maka dapat diketahui massa air yaitu:
H2O 2H+ + O-2 :
2H = 2 x 1 = 2O = 1 x 16 = 16 +
Jadi total massa: H2O = 18 Angka 18 berarti molekul air memilikimassa 18 gram dalam setiap mol-nya.93
Garam sebagai zat terlarut yang mengendap pada artefak sebagian besar
berupa unsur kimia Natrium (Na) dan Klorida (Cl) yang telah mengkristal. Garam
sebagai molekul kimia yang mengendap tersebut dapat disebutkan sebagai
Natrium Klorida atau NaCl. Garam tersebut jika diuraikan akan menghasilkan
Natrium sebagai kation dan Klorida sebagai anion (NaCl Na+ + Cl-). Garam
tersebut juga merupakan unsur garam terbanyak dalam materi yang terkandung
dalam air laut.94 Garam NaCl merupakan zat terlarut yang mengendap di benda
keramik yang akan dinetralisir pada penelitian yang akan dilakukan. Skala kimia
unsur Na (natrium) ditetapkan memiliki massa 14,0067 atau 14 gram. Sedangkan
Cl memiliki massa 35,453 atau 35 gram. Jadi massa unsur pembentuk garam NaCl
memiiki massa sebesar :
NaCl Na+ + Cl- :
Na = 1 x 14 = 14Cl = 1 x 35 = 35 +
Jadi total massa: NaCl = 49 Angka 49 berarti molekul air memilikimassa 49 gram dalam setiap mol-nya.
Benda keramik merupakan benda padat sehingga tidak mungkin dapat
diurai jika dicampur dengan air, walaupun benda keramik tersebut merupakan
larutan hanya saja berbentuk padatan. Benda keramik memiliki glasir namun telah
rapuh, sehingga mengelupas dari kulit keramik yang semuanya berbahan tanah liat
yang telah dibakar. Mengelupasnya glasir dari keramik membuat garam dapat
mengendap ke dalam benda keramik. Pengendapan tersebut terjadi karena adanya
berbagai faktor antara benda dan lingkungan baru yang ditempatinya di laut.
93 Dalam ilmu kimia, satuan jumlah zat yang digunakan adalah mol. Satu mol adalah sejumlah zatyang mengandung 6.02x1023 butir partikel. Bilangan 6.02x1023 disebut bilangan Avogadro (L)94 Ibid. hal 9
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
37
Universitas Indonesia
Faktor tersebut meliputi perbedaan konsentrasi antara benda terendam dengan air
garam dari air laut (salinitas), tekanan dan suhu.95
2.3.1. Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam
air.96 Salinitas air berdasarkan presentase garam terlarut diantaranya yaitu: air
tawar memiliki kadar garam kurang dari 0,05%, air payau 0,05-3%, larutan
garam/air dengan kandungan garam 3-5% dan air asin memiliki kadar garam lebih
besar dari 5%97. Air laut secara umum mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut.98
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah Klorida (55%),
Natrium (31%), Sulfat (8%), Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium (1%) dan
sisanya (kurang dari 1%) terdiri atas Bikarbonat, Bromida, Asam Borak,
Strontium dan Florida. Berikut ini tabel komposisi air laut dalam konsentrasi 35
‰ (bagian perseribu99)100:
No
Komposisi 35 ‰ kadar garam air laut
Ion Konsentrasi (dalam ‰) Persentase total kadargaram
1 Klorida (Cl-) 19.345 55.03
2 Natrium (Na+) 10.752 30.59
3 Sulfat (SO4-2
) 2.701 7.68
4 Magnesium (Mg+2
) 1.295 3.68
5 Kalsium (Ca+2
) 0.416 1.18
6 Potasium (K+) 0.390 1.11
7 Bikarbonat (HCO3-) 0.145 0.41
8 Bromida (Br-) 0.066 0.19
9 Borat (H2BO3-) 0.027 0.08
10 Strontium (Sr+2
) 0.013 0.04
11 Fluoride (F-) 0.001 0.003
12 Dan lain-lain <0.001 <0.001
Tabel 2.1. Unsur garam di laut(Sumber: P. Castro & Michael Huber, 2000)
95 Rehder. The Audubon Society Field Guide to North American Seashells. New York. 1981. Hal15496 Castro & Huber. Marine Biology. Australia. 2000. Hal 4297 http://www.id.wikipedia.org/wiki/salinitas98 Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut seperti: (a) densitas, berat jenisatau kekentalan air, (b) kompresibilitas atau tekanan, (c) titik beku, dan (d) temperatur atau suhu.Namun begitu salinitas tidak terlalu menentukan. Beberapa sifat air laut yaitu (a) viskositas, (b)daya serap cahaya, tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas.99 Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebandingdengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut.100 Castro & Huber. Marine Biology. Australia. 2000. Hal 44
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
38
Universitas Indonesia
Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di
darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal
vents) di laut dalam. Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-
garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Sulit untuk mengukur salinitas
di laut secara praktis, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan
meninjau komponen yang terpenting saja yaitu Natrium (Na) dan Klorida (Cl).
Kandungan Klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion
Klorida pada satu kilogram air laut jika semua Halogen digantikan oleh Klorida.
Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan
Klorida.101
Salinitas umumnya stabil, namun dibeberapa tempat terdapat adanya
perubahan dan perbedaan. Laut Mediterania dan Laut Merah misalnya, memiliki
kadar garam mencapai 39‰-40‰ yang disebabkan banyaknya penguapan,
sebaliknya dapat turun karena hujan.102 Laut yang memiliki kadar garam yang
rendah banyak dijumpai di daerah-daerah yang memiliki banyak muara sungai.
Bulan Desember hingga Mei di Thailand dan Pantai Laut Sumatera mempunyai
kadar garam yang rendah karena banyak mengalami hujan.103 Kadar garam
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:104
(a) Penguapan. Makin besar tingkat penguapan air laut disuatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi.
(b) Curah hujan. Semakin banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka
salinitas air itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit curah hujannya
maka akan semakin besar kadar garamnya.
(c) Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan
rendah. Sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut
maka semakin tinggi salinitasnya.
Faktor tersebut membuat salinitas di beberapa tempat berbeda namun di
beberapa tempat juga sama. Contoh salinitas dibeberapa laut misalnya: Samudra
101 Prager, Ellen J, and Sylvia A. Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000 hal 54102 ibid103 http://www.oseanography.co.id/ di unduh tanggal 27 Feberuari 2009104 Harold V. Thurman. Introductory Oceanography. Ohio. 1988. Hal 297-321
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
39
Universitas Indonesia
Hindia 33‰, Laut Tengah dan Laut Merah 40‰, Laut Mati 250‰, Laut Kaspia
170‰, Laut Baltik 10‰, Great Salt Lake 220‰. Sama seperti air, tanah juga
memiliki kadar garam namun relatif sangat kecil.105 Benda keramik yang
berbahan dasar tanah liat memiliki kadar garam pula namun konsentrasinya sangat
rendah. Perbedaan konsentrasi inilah yang kemudian membuat garam-garam
konsentrasi tinggi di lingkungan bawah air (laut) mengendap secara difusi106 ke
benda keramik dengan garam konsentrasi rendah.
Gambar 2.15. menunjukkan peristiwa pengendapan garam pada benda
keramik karena perbedaan konsentrasinya secara difusi. Gambar (a)
memperlihatkan bagaimana benda keramik yang pertama kali terendam memiliki
perbedaan konsentrasi. Air laut dengan konsentrasi garam tinggi sedangkan benda
keramik dengan konsentrasi garam rendah. Laju reaksi dalam suatu larutan terjadi
dari unsur berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
105 Ibid106 Difusi berarti proses perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
40
Universitas Indonesia
tersebut membuat konsentrasi garam bergerak untuk menempati kekosongan
ruang dalam benda keramik.
Adanya glasir sebagai membran benda keramik membuat konsentrasi
garam sulit menembus ruang kosong garam dalam benda keramik tersebut. Glasir
dengan unsur kimia Na3O Al2O3 7SiO2 merupakan bentuk lapisan padat yang
tidak dapat terurai. Tidak dapat terurainya glasir menunjukkan glasir tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan garam berkonsentrasi tinggi. Akibatnya
glasir rusak, mulai berpori sehingga garam dengan mudah dapat berdifusi
(Gambar b), kemudian mengendap ke permukaan benda keramik dengan bahan
dasar tanah liat (Gambar c). Konsentrasi garam akan berhenti berdifusi dan
mengendapkan garam pada benda keramik ketika konsentrasi garam antara benda
keramik dengan lingkungan sekitarnya sama (gambar d).Peristiwa berdifusinya
larutan garam kemudian mengendap di permukaan benda keramik tersebut
dinamakan adsorpsi. Secara umum adsorpsi berarti suatu proses yang terjadi
ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya
membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan padatan tersebut.107
Terjadi pembentukan yang cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antar-
muka, diikuti dengan difusi lambat ke dalam partikel-partikel karbon (salah satu
unsur penyusun benda-benda). Laju adsorpsi keseluruhan dikendalikan oleh
kecepatan difusi dari molekul-molekul zat terlarut dalam pori-pori dari partikel
karbon.108 Kecepatan itu berbanding terbalik dengan kuadrat diameter partikel
benda, bertambah dengan kenaikan konsentrasi zat terlarut, bertambah dengan
kenaikan temperatur dan berbanding terbalik dengan kenaikan berat molekul zat
terlarut.109
Morris dan Weber menemukan bahwa laju adsorpsi bervariasi seiring
dengan akar pangkat dua dari waktu kontak dengan adsorben (yang melalukan
penetrasi adsorpsi). Kecepatan ini juga meningkat dengan menurunnya pH sebab
perubahan muatan pada permukaan benda. Kapasitas adsorpsi dari benda yang
memiliki unsur karbon terhadap suatu zat terlarut tergantung pada dua-duanya,
107http://oteka-stembayo.blogspot.com/2008/12/adsorpsi.html diunduh tanggal 19 maret 2009.108 Ibid109 Ibid
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
41
Universitas Indonesia
karbon dan zat terlarutnya. Struktur molekul, kelarutan, keduanya berpengaruh
terhadap kemampuan adsorpsi.110
Salah satu sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut adalah
daya hantar listrik (konduktivitas). Konduktivitas berfungsi untuk mengukur
seberapa baik materi yang ada dalam air dapat mengalirkan listrik. Komponen-
komponen air yang terdiri atas unsur pokok air dan jumlahnya akan menentukan
bagus tidaknya air dapat mengalirkan listrik. Elektrolit seperti Kalsium, Sulfat,
dan Bikarbonat, semuanya akan mempengaruhi kecepatan aliran listrik yang
bergerak di air.111 Air asin yang 80% mengandung Natrium (Na+) dan Klorida
(Cl-) dengan konsentrasi tinggi, memiliki kemampuan mengalirkan listrik lebih
baik dibandingkan air murni. Konduktivitas juga berkaitan dengan suhu air. Jika
suhu air naik 10C maka konduktivitas air akan meningkat sekitar 1.9 %.112
Konduktivitas penting untuk mengukur lingkungan abiotik seperti suhu
air, tingkat kekeruhan atau kejernihan dan arah dan kecepatan arus air, untuk
mengukur lingkungan baik air murni maupun air asin. Percobaan dalam air murni,
rendahnya nilai konduktivitas menunjukkan tingginya kualitas air atau dengan
sebutan lain air oligotrophik (rendah kandungan materi-materi garam).
Kebalikannya yaitu air eutrophik (air yang kaya dengan materi-materi garam) jika
menunjukkan tingginya nilai konduktivitas. Tinggi rendahnya nilai konduktivitas
tersebut sering dijadikan patokan untuk mengetahui tingkat polusi yang terjadi
pada air.113
Konduktivitas dalam air dapat diukur menggunakan alat yang disebut
conductivity meter. Satuan yang dipakai untuk pengukuran tingkat konduktivitas
adalah Siemens per meter (S/m). Namun begitu konduktivitas juga dapat
dinyatakan dengan mikroSiemens (μS) atau milisiemens (mS) per sentimeter (μS
atau mS/cm). Siemens berbanding terbalik dengan omh (satuan pengukuran untuk
hambatan listrik). Satuan siemens merupakan kebalikan dari ohm, jadi dapat
diketahui persamaan yaitu 1 μS sama dengan 1 μmho sama dengan 1/ohm. Air
sulingan memiliki konduktivitas antara 0.5 hingga 2 μmhos/cm dalam suhu
110 Ibid111 Bridge. Conductivity. 2008112 ibid113 ibid
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
42
Universitas Indonesia
standar 250C. air minum secara umum memiliki kondukitivitas antara 50 hingga
1500 μmhos/cm dan air laut memiliki konduktivitas hingga 53000 μmhos/cm.114
2.3.2. Tekanan
Tekanan udara luar secara fisika dan kimia telah ditetapkan sebesar 1
atmosfer (atm) atau sebesar 760 milimeter Hg (simbol satuan air raksa). Tekanan
1 Atm adalah tekanan udara pada tempat yang ketinggiannya 0 (nol), di ukur dari
permukaan air laut (misalnya di tepi pantai).115 Ketika sebuah pipa kapiler
dicelupkan kedalam wadah yang berisi air raksa (Hg) dan percobaan tersebut
dilakukan di tepi pantai, ternyata ketinggian air raksa dalam kapiler ini 76 cm.
Jadi tekanan 1 Atm sesuai (sama besar) dengan tekanan hidrostatik yang
disebabkan oleh air raksa setinggi 76 cm.
Tekanan air laut dapat berubah seiring dengan kedalaman laut yang
dicapai. Diketahui bahwa air lebih berat daripada udara maka organisme laut
menerima tekanan yang lebih besar daripada organisme di daratan. Tekanan akan
semakin bertambah seiring bertambahnya kedalaman laut yang dicapai karena
jumlah kumpulan air yang berada diatasnya sangatlah banyak. Setiap kali
mencapai kedalaman 10 meter maka tekanan akan bertambah 1 atm (gambar
2.10).116 Tekanan air laut membantu konsentrasi garam yang pekat merusak glasir
dan mendorong garam mengendap di permukaan keramik. Sehingga ketika
diangkat dari laut dan menemukan lingkungan yang baru diperlukan penanganan
awal yang dapat membuat benda keramik tersebut stabil. Tekanan yang besar
akan memiliki kadar garam yang besar pula, namun besar kecilnya kadar garam
akan sangat tergantung dan dipengaruhi oleh suhu.
114 ibid115 Tekanan. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090105050037AAS4njB diunduhtanggal 6 april 2009.116 Castro & Huber. Marine Biology. Australia. 2000. Hal 42
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
43
Universitas Indonesia
2.3.3. Suhu
Temperatur atau suhu sangat berpengaruh terhadap berat jenis air.
Banyaknya kandungan garam juga mempengaruhi berat jenis air laut, semakin
asin semakin pekat dan padat air laut tersebut. Kepadatan atau berat jenis air laut,
besar kecilnya tergantung dari suhu air dan kadar garam yang terkandung dalam
air. Suhu di permukaan air laut bervariasi antara kurang dari minus 20 hingga
lebih dari 300 Celcius.117
117 Harold V. Thurman. Introductory Oceanography. Ohio. 1988. Hal 155
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
44
Universitas Indonesia
Suhu dibawah 00 C dapat terjadi karena air asin membeku pada suhu yang
lebih dingin dibandingkan dengan air tawar biasa. Inilah mengapa laut sukar
untuk membeku dibandingkan dengan danau ataupun sungai. Suhu di lautan
sangat bervariasi lebih dari kandungan garamnya, sehingga secara praktis berat
jenis atau kepadatan air laut lebih dipengaruhi oleh suhu daripada kandungan
garamnya. Pengecualian dapat terjadi ketika suhu dan kandungan garam dihitung
secara pasti untuk memastikan berat jenis atau kepadatan air laut tersebut.118
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari
yang disebut proses insolasi. Pemanasan di daerah tropik atau Khatulistiwa akan
berbeda dengan hasil pemanasan didaerah lintang tengah atau kutub. Bentuk bumi
yang bulat membuat daerah tropis mendapatkan sinar matahari yang jatuh hampir
tegak lurus sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan
sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas
daripada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan jatuh, di daerah kutub banyak
sinar dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin
keadaan suhu di daerah kutub.119
Walaupun di daerah tropis lebih panas dari pada daerah kutub, daerah
tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah sub
tropis. Hal tersebut karena faktor awan yang menutupi. Daerah tropis lebih banyak
awan dibandingkan dengan di daerah sub-tropis. Awan banyak menyerap sinar
datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah
sub tropik, insolasi yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan
sehingga di daerah ini lebih panas. Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari
banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200-1000
meter suhu turun secara drastis dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai
suhu kurang dari 20C.120
118 Ibid. hal 156119 Ibid. hal 28120 Ibid. hal 36
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
45
Universitas Indonesia
2.4. Penguraian Garam (Desalinasi) Pada Benda Keramik Situs Bawah Air
(Laut)
Desalinasi121 adalah proses pemisahan garam dari air asin, air laut ataupun
air dengan konsentrasi garam yang tinggi untuk mendapatkan air murni yang
dapat digunakan sebagai keperluan hidup manusia.122 Pengertian desalinasi pada
penelitian ini berarti proses pemisahan atau netralisir garam yang terendap dalam
artefak tinggalan situs bawah air (laut) dengan menggunakan air -sebagai zat
pelarut- untuk melarutkan garam -sebagai zat pelarut- dibantu dengan teori dan
metode tertentu.123
Hampir di semua penelitian arkeologi bawah air penanganan pertama yang
dilakukan ketika mengangkat artefak dari bawah air laut adalah menetralisir
garam dengan air tawar agar garam yang terkandung di dalam artefak tersebut
dapat dihilangkan, minimal dapat diturunkan konsentrasi garamnya dari batas
normal atau menjadi stabil di lingkungan darat sehingga dapat dilakukan
perlakuan selanjutnya seperti analisis, pengukuran dan konservasi.124 Garam yang
mengendap dan membentuk lapisan sendiri dalam artefak (benda keramik salah
satunya) menjadi alasan yang jelas mengapa netralisir garam tersebut harus
dilakukan.
2.4.1. Desalinasi Benda Keramik
Keramik hasil ekskavasi bawah air dapat terendapkan garam cair (yang
larut dalam air) terutama earthenware. Permukaannya kemudian dapat terlapisi
garam padat seperti Kalsium Karbonat dan Kalsium Sulfat (kerang dan materi
laut). Sifat keramik berdekatan dengan sifat logam ketika mengalami
pengendapan garam. Besi akan tertutup oleh karat yang karena bereaksi dengan
unsur garam. Artinya keramik dapat tertutupi keduanya, garam yang dapat larut
(garam cair) dan garam padat. Cairan garam (garam terlarut) seperti Klorida,
Pospat dan Nitrat merupakan unsur yang paling berbahaya terhadap keberadaan
121 http://ewr.cee.vt.edu/environmental/teach/wtprimer/desalt/memb-ani.gif diunduh tanggal 18november 2008122 Ibid.123 Definisi tersebut dibuat secara arbitrer (sesuai dengan sudut pandang dan tujuan peneliti) olehpeneliti karena belum adanya definisi yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukantersebut.124 Donny Hamilton. Conservation of Metal Objects from Underwater Sites: A Study in Methods.1975. Hal 5
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
46
Universitas Indonesia
keramik di bawah air. Unsur-unsur garam tersebut harus dihilangkan agar keramik
menjadi stabil kembali seperti sedia kala.125
Garam cair bersifat menyerap air yang ada di lingkungan sekitarnya.
garam juga bersifat nisbi, jika kelembaban atau suhu naik dan turun maka garam
akan berulangkali larut dan mengendap menjadi lapisan-lapisan kristal. Ketika
garam mulai mengendap di permukaan keramik, secara ekstensif kristal-kristal
garam akan menempati ruang-ruang kosong ke dalam keramik. Pertama, keramik
akan mengalami pegelupasan lapisan permukaan keramik. Pada akhirnya keramik
akan retak atau pecah karena tekanan garam dari dalam keramik.126
Garam cair yang mengendap pada keramik dapat dihilangkan dengan cara
merendam berulangkali dalam air dengan waktu yang lama. Terdapat beberapa
cara bagaimana merancang perendaman keramik secara berulang-ulang,
diantaranya yaitu mengalirkan air yang terhubungan dari rendaman-rendaman
yang ada. Perlakuan tersebut menghemat penggunaan air dan tidak membuang air
terlalu banyak nantinya, terutama jika menggunakan air sulingan yang harganya
mahal.127
Perendaman sederhana lainnya yaitu menempatkan keramik di kantung
yang berlubang dan menempatkannya di air pergantian toilet (toilet reservoir).
Secara otomatis air rendaman akan berganti setiap harinya dan kandungan garam
yang terkandung di dalam keramik dapat berkurang atau setara karena air
pergantian toilet yang tawar memiliki konsentrasi garam yang lebih rendah
dibandingkan dengan keramik yang direndam. Jika diperlukan perendaman
dilanjutkan dengan menggunakan air sulingan untuk lebih menurunkan kembali
kadar garam yang masih mengendap di dalam keramik.128
2.4.2. Faktor-faktor Desalinasi
Pengetahuan mengenai pengendapan garam menjadi dasar desalinasi
benda keramik atau penetralisiran garam pada benda keramik sebagai penanganan
awal setelah diangkat dari bawah air (laut). Penguraian garam tersebut
125 Donny Hamiltom. “Pottery Conservation”. Methods Of Conserving Archaeological MaterialFrom Underwater Sites. Nautical Archaeology Program, Texas A & M University. 2000126 Ibid.127 Ibid.128 Ibid.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
47
Universitas Indonesia
menggunakan air tawar (H2O) sebagai zat pelarut untuk menetralisir garam NaCl
sebagai zat terlarut. Dalam proses penguraian atau netralisir tersebut terjadi reaksi
kimia yang dapat diketahui. Reaksi tersebut dapat berlangsung lambat ataupun
cepat tergantung faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang
mempengaruhi laju reaksi antara lain berupa konsentrasi, luas permukaan
sentuhan, suhu dan katalis.129
Konsentrasi Garam
Penelitian yang akan dilakukan adalah percobaan terhadap benda
keramik peninggalan situs bawah air (laut). Penetralisiran garam yang akan
dilakukan adalah netralisir menggunakan air dengan cara merendam benda
keramik tersebut. Proses penguraian sederhana akan terjadi seperti berikut
ini.130
NaCl + H2O NaOH + HCL(zat terlarut) (zat pelarut) (Basa) (Asam)
NaOH (Natrium Hidroksida) dan HCL (Asam Klorida) merupakan hasil
reaksi antara garam yang terlarut dalam air. NaOH merupakan garam bersifat
basa yang telah larut dalam air sedangkan HCL merupakan cairan yang
bersifat asam. Reaksi keduanya sempurna sehingga dapat terikat oleh unsur air.
Garam akan larut dalam air karena perbedaan konsentrasi keduanya. Larutnya
garam tentu akan secara bertahap karena garam yang mengendap pada benda
keramik telah mengkristal sehingga membutuhkan waktu untuk dapat larut
dalam air.
Kecepatan dan percepatan garam tertarik keluar oleh air dapat dihitung
dan dapat diperkirakan. Hal tersebut memberikan informasi tentang waktu
maksimal dan netralisir garam maksimal ketika benda keramik telah selesai
melewati tahap desalinasi tersebut. Kecepatan dan percepatan larutnya garam
kedalam air dapat diketahui menggunakan persamaan Newton I dan II tentang
129 Charles Keenan. General College Chemistry. New York. 1976130 Ibid.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
48
Universitas Indonesia
kinematika131 (gerak lurus beraturan132 dan gerak lurus berubah beraturan133).
Persamaan tersebut ditulis dalam rumus sebagai berikut:
No Rumus Keterangan
1 V = S/t
V = Kecepatandengan satuanmeter per detik(m/s)
S = Jarak,dengan satuanmeter (m),
t = waktu,dengan satuandetik (s)
2 a = V/ta = percepatansesaat (m/s2),
V = Kecepatandengan satuanmeter per detik(m/s)
t = waktu,dengan satuandetik (s)
3
vt = v0 + a.tatauvt
2= v0
2+ 2 a S
atauS = v0 t + 1/2 a t
2
vt = kecepatansesaat benda (m/s),v0 = kecepatan awalbenda (m/s)
S = jarak yangditempuh benda(m)
t = waktu,dengan satuandetik (s)
Tabel 2.2. Rumus Newton I dan II
Sebelum mengetahui kecepatan dan percepatan garam tertarik keluar
oleh air, terlebih dahulu harus diketahui konsentrasi masing-masing zat terlarut
dan zat pelarut. Konsentrasi zat terlarut disebut juga molaritas yaitu jumlah
mol134 zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molaritas selalu berbarengan dengan
molalitas yaitu jumlah zat terlarut dalam ditiap liter larutan. Penentuan
molaritas dan molalitas zat terlarut dalam pelarut dapat diketahui dengan
persamaan kimia sebagai berikut:135
131Kinematika adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang gayayang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh bendaselama geraknya hanya ditentukan oleh kecepatan v dan atau percepatan a.132 Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kocepatan v tetap(percepatan a = 0), sehingga jarakyang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetapdalam waktu tertentu133 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengankecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain bendayang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubahkecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau perlambatan (a= -)134 Dalam ilmu kimia, satuan jumlah zat yang digunakan adalah mol. Satu mol adalah sejumlah zatyang mengandung 6.02x1023 butir partikel. Bilangan 6.02x1023 disebut bilangan Avogadro (L)135 Charles Keenan. General College Chemistry. New York. 1976
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
49
Universitas Indonesia
No. Rumus Keterangan1
Atau:
Atau:
M =Molaritasdengansatuanmolar (M)
Gram = Jumlahzat terlarutdengan satuangram.
V =Volume/massapelarut (L/Kg).
Mr=Massarelatif zatterlarut.
%= Presentasezat terlarut.
=Massa jenislarutan
2 m =molalitasdengansatuan mol(m).
G = berat zatterlarut dengansatuan gram.P = berat pelarutdengan satuangram.
Mr = massarelatif zatterlarut.
Tabel 2.3. Rumus Molaritas dan molalitas
Jumlah garam yang terlarut dalam air dapat diketahui dengan
menghitung salinitas atau kadar garam menggunakan conductivity meter.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total [dalam gram] bahan-
bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua Karbonat dirubah
menjadi Oksida, semua Bromida dan Yodium dirubah menjadi Klorida dan
semua bahan-bahan organik dioksidasi. Klorida dapat dengan mudah diukur
karena mengandung 55% kandungan garam dalam air laut. Selanjutnya
hubungan antara salinitas dan Klorida ditentukan melalui suatu rangkaian
pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh
dunia dan dinyatakan sebagai:136
S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl, (2.1)Dimana S = Salinitas (gram/Liter) dan Cl = Klorida (gram/Liter)
Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar
0.03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal tersebut sangat menarik
perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan
untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO
memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai
salinitas absolut dengan rumus:137
S (o/oo) = 1.80655 Cl (2.2)dimana S = Kalinitas (gram/Liter) dan Cl = Klorida (gram/Liter)
136 http://www.id.wikipedia.org/wiki/salinitas137 ibid
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
50
Universitas Indonesia
Definisi salinitas ditinjau kembali ketika teknik untuk menentukan
salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan
dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu
Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis)138 dengan simbol S, sebagai
rasio dari konduktivitas. Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan
sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K). Rumus dari definisi ini adalah.139
S = 0.0080 - 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 - 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2
(2.3)Namun begitu rumus kimia yang akan digunakan dalam untuk
menentukan banyaknya kadar garam adalah rumus salinitas absolut. Peristiwa
pelarutan garam tersebut memiliki 2 variabel unsur yang juga dapat diketahui
untuk dapat memperkirakan kejadian larutnya garam.140
Mengetahui konsentrasi garam sebagai zat terlarut memudahkan untuk
menentukan kecepatan larutnya garam dalam air dengan volume tertentu. Cepat
atau lambat garam terlarut dalam air dengan volume tertentu tersebut
menginformasikan waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan garam.
Banyaknya garam (zat terlarut), air (zat pelarut) mempengaruhi kecepatan
larutnya garam dan waktu yang dibutuhkan. Proses desalinasi untuk
menstabilkan benda keramik dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan
mengetahui variabel tersebut.
Luas Permukaan Sentuhan
Suatu reaksi mungkin banyak melibatkan pereaksi dalam bentuk
padatan. Sebagai contoh, bila mempunyai kubus dengan ukuran panjang, lebar
138 Dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka satuan o/oo
tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35 dalam satuan praktis. Beberapaoseanografer menggunakan satuan "psu" dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakansingkatan dari "practical salinity unit". Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya iatidak memiliki satuan, jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak mengandung makna apapundan tidak diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga salinitasdilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran konduktivitas.Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendahdi permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis(atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaanlebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonikterhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripadadi kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).139 http://www.salinometry.com/content/view/18/31/ diunduh tanggal 21 Maret 2009140 Charles Keenan. General College Chemistry. New York. 1976
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
51
Universitas Indonesia
dan tinggi masing-masing 1 sentimeter (cm). Luas permukaan kubus bagian
depan 1 cm x 1 cm = 1 cm2. Luas permukaan bagian belakang, kiri, kanan, atas
dan bawah, masing-masing juga 1cm2. Jadi luas permukaan seluruhnya 6
cm2.141
Jika kubus tersebut dipecah jadi dua, maka luas permukaan salah satu
kubus hasil pecahan tersebut adalah 2 (1 cm x 1 cm) + 4 (0,5 cm x 1 cm) = 4
cm2. Berarti luas dua kubus hasil pecahan adalah 8 cm2. Jadi makin kecil
pecahan tersebut, luas permukaannya makin besar. Jika kubus 1 cm3 dipecah
menjadi dua, maka luas permukaan sentuh meningkat dua kalinya, dan
permukaan sentuh tadi bereaksi dengan cairan atau gas. Hal tersebut
merupakan contoh bagaimana penurunan ukuran partikel dapat memperluas
permukaan sentuh zat.142
Suhu
Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya
penurunan suhu memperlambat reaksi. Contohnya memasak nasi dengan api
besar akan lebih cepat dibandingkan api kecil. Bila akan mengawetkan
makanan (misalnya ikan) pasti akan disimpan di lemari es, karena penurunan
suhu memperlambat proses pembusukan.143
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Jika suhu dinaikkan,
maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi.
Laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan sehingga pergerakan partikel-
partikel pereaksi makin cepat. Makin cepat pergerakan partikel akan
menyebabkan terjadinya tumbukan antar-zat pereaksi makin banyak sehingga
reaksi makin cepat.144
Umumnya kenaikan suhu sebesar 100C menyebabkan kenaikan laju
reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan
dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu
bergerak-gerak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi tabrakan antar-molekul
yang ada. Tetapi tabrakan tersebut belum berdampak apa-apa bila energi yang
141 Charles Keenan. General College Chemistry. New York. 1976142 Ibid.143 Ibid.144 Ibid.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
52
Universitas Indonesia
dimiliki oleh molekul-molekul tersebut tidak cukup untuk menghasilkan
tabrakan yang efektif. Telah diketahui bahwa energi yang diperlukan untuk
menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi
disebut energi pengaktifan.145
Energi kinetik molekul-molekul tidak sama. Ada yang besar dan ada
yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada molekul-molekul yang
bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara tidak efektif.
Tabrakan tersebut ada yang menghasilkan reaksi kimia dan juga ada yang
tidak menghasilkan reaksi kimia. Meningkatkan suhu reaksi berarti
menambahkan energi. Energi diserap oleh molekul-molekul sehingga energi
kinetik molekul menjadi lebih besar. Akibatnya, molekul-molekul bergerak
lebih cepat dan tabrakan dengan dampak benturan yang lebih besar makin
sering terjadi. Benturan antar-molekul yang mempunyai energi kinetik yang
cukup tinggi tersebut menyebabkan reaksi kimia yang banyak. Hal tersebut
berarti bahwa laju reaksi makin tinggi.146
Telah diketahui bahwa kadar garam akan meningkat jika suhu air
meningkat. Namun begitu dalam laju reaksi, kenaikan suhu akan berdampak
lain jika ternyata kenaikan tersebut melebihi batas normal untuk penguraian
garam dalam air. Hal tersebut terjadi karena air yang mengikat garam terlepas
menjadi uap, sehingga yang tersisa kemudian hanyalah kumpulan garamnya.
Garam tidak akan menguap pada suhu yang sama dengan air. Itulah mengapa
konsentrasi garam jadi meningkat ketika suhu air meningkat.147
Hal yang sama akan terjadi jika suhu dinaikan pada batas air mendidih
dan menguap, yakni pada suhu 1000C. Jika menaikkan suhu hingga titik didih
air, garam tidak akan terurai. Energi yang seharusnya dipakai untuk melarutkan
garam akan beralih dipakai untuk menguapkan air sehingga garam tidak akan
terurai atau larut dalam air. Tahap inilah molekul bertabrakan secara tidak
efektif sehingga tidak ada reaksi kimia yang terjadi untuk mengurai garam
145 Suharno Pikir. Kimia Dasar. Universitas Airlangga. 1995.146 Hill Graham and Johns Holman. Chemistry in Context. London 1978147 Ibid
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
53
Universitas Indonesia
kecuali mengubah air menjadi uap. Kejadian serupa akan terjadi jika suhu air
diturunkan. Misalnya diturunkan hingga titik beku.148
2.5. Gambaran Data Primer
Data yang digunakan sebagai sampel untuk desalinasi benda keramik
berjumlah 4218 buah dan seluruhnya berjenis mangkuk. Terdapat tiga perbedaan
ukuran mangkuk yang dapat diidentifikasi yaitu:
2.5.1. Mangkuk Ukuran Besar
Mangkuk besar berjumlah 749 buah memiliki ciri-ciri: diameter atas
berukuran antara 17-21,6 cm, diameter alas berukuran antara 8,5-10,5 cm.
Memiliki tinggi antara 8-10,3 cm. Tebal mangkuk antara 0,4-0,6 cm. Tepian pada
diameter atas mangkuk & badan mangkuk terdapat lekukan yang berpola
berjumlah sama yaitu 5, ada pula yang polos. Lekukan tersebut menyerupai
bentuk kelopak bunga (bunga teratai).
Foto 2.4. Deskripsi mangkuk besar(Dok.: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
148 Ibid
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
54
Universitas Indonesia
Permukaan dalam dan permukaan luar badan mangkuk yang glasirnya
hilang polos berwarna putih buram atau mendekati krem, permukaannya terkesan
kasar. Alasnya memiliki kaki. Glasir tipis berwarna hijau, tipisnya glasir tersebut
terjadi karena glasir sudah rusak dan hanya sisa-sisanya saja yang terlihat. Ciri-
ciri tersebut mengacu pada porcelainous stoneware. Terdapat glasir-glasir yang
mengelupas, jika diangkat akan hancur karena rapuh. Sisa glasir terlihat sangat
jelas pada lekukan-lekukan yang ada pada mangkuk. Keseluruhan badan
terbungkus garam, hal tersebut dapat diketahui karena mangkuk mengkilap jika
dihadapkan pada cahaya, menunjukkan kristal-kristal garam menempel pada
mangkuk. Selain terendapkan garam, banyak dari mangkuk tersebut juga
ditempeli kerang dan tumbuhan laut yang menjalar namun tidak menutupi
keseluruhan mangkuk.
2.5.2. Mangkuk Ukuran Sedang
Mangkuk sedang berjumlah 1503 buah memiliki ciri-ciri: diameter atas
berukuran antara 12-16 cm, diameter alas berukuran antara 6,5-8 cm. Memiliki
tinggi antara 5-7 cm. Tebal mangkuk antara 0,3-0,5 cm. Tepian pada diameter
atas mangkuk terdapat lekukan yang berpola berjumlah sama yaitu 10 dan ada
pula yang polos tanpa lekukan. Pada badan mangkuk juga terdapat lekukan
berpola berjumlah 5 dan ada juga yang polos. Lekukan tersebut menyerupai
bentuk kelopak bunga (bunga teratai).
Tidak memiliki hiasan pada badan mangkuk. Memiliki hiasan gores
lingkaran pada alas dalam mangkuk berjumlah 0, atau 1. Permukaan dalam dan
permukaan luar badan mangkuk yang glasirnya hilang polos berwarna putih
buram atau mendekati krem, permukaannya terkesan kasar. Alasnya memiliki ada
yang berkaki dan ada pula yang tidak berkaki. Glasir tipis berwarna hijau. Ciri-ciri
tersebut mengacu pada porcelainous stoneware. Terdapat glasir-glasir yang
mengelupas, jika diangkat akan hancur karena rapuh. Sisa glasir terlihat sangat
jelas pada lekukan-lekukan yang ada pada mangkuk. Keseluruhan badan
terbungkus garam. Selain terendapkan garam, banyak dari mangkuk tersebut juga
ditempeli kerang dan tumbuhan laut yang menjalar namun tidak menutupi
keseluruhan mangkuk.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
55
Universitas Indonesia
Foto 2.5. Deskripsi mangkuk sedang(Dok: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
2.5.3. Mangkuk Ukuran Kecil
Mangkuk kecil berjumlah 1966 buah dengan ciri-ciri: diameter atas
berukuran antara 9,2-11 cm, diameter alas berukuran antara 4-6 cm. Memiliki
tinggi antara 2,3-4 cm. Tebal mangkuk antara 0,1-0,3 cm. Tepian pada diameter
atas mangkuk & badan mangkuk polos, tidak ada hiasan. Permukaan dalam dan
luar polos berwarna putih. Alasnya tidak memiliki kaki. Glasir tipis berwarna
hijau Ciri-ciri tersebut mengacu pada porcelainous stoneware. Terdapat glasir-
glasir yang mengelupas, jika diangkat akan hancur karena rapuh. Sisa glasir
terlihat sangat jelas pada badan mangkuk baik badan luar maupun badan dalam.
Keseluruhan badan terbungkus garam. Selain terendapkan garam, banyak dari
mangkuk tersebut juga ditempeli kerang dan tumbuhan laut yang menjalar namun
tidak menutupi keseluruhan mangkuk.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
56
Universitas Indonesia
Foto 2.6. Deskripsi mangkuk kecil(Dok.: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
57
Universitas Indonesia
BAB III
DESALINASI MANGKUK KERAMIKDARI KAPAL KARAM DI KARAWANG, JAWA BARAT
3.1 Lingkungan Temuan Kapal Karam
Posisi temuan kapal berada di kedalaman 54 meter di bawah permukaan
laut, terletak pada 050 30’ Lintang Selatan (LS) / 1070 44’ Bujur Timur (BT),
sekitar 120 km laut dari Pantai Utara Jawa di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Pada kedalaman tersebut cahaya sangat sedikit sekali sehingga keadaan sekitarnya
gelap dan membutuhkan penerangan untuk dapat melihat. Kondisi lainnya adalah
banyaknya sendimen disekitar situs, sehingga barang atau artefak yang akan
diangkat sangat sulit. Kehidupan flora dan fauna laut tidak banyak karena sinar
matahari tidak sampai hingga kedalaman tersebut.
Foto 3.1. Salah satu artefak pada kedalaman 54 meter(Dok: PT. Nautic Recovery Asia)
telah diolah kembali
Kadar garam mulai berubah ketika memasuki kedalam laut. Kadar garam
berkisar antara 33 – 35 gr/L, lebih besar jika dibandingkan kadar garam laut di
permukaan laut yang mencapai 30 – 33 gr/L. Penyelam hanya mendapatkan jatah
waktu selama 10-15 menit pada kedalaman tersebut untuk mengangkat temuan
57
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
58
Universitas Indonesia
atau artefak, kemudian kembali ke permukaan. Tekanan air yang mencapai 6 kali
tekanan darat dan kadar Nitrogen yang terhirup oleh penyelam akan menyebabkan
kelumpuhan (karena menyerang sel saraf otak) bahkan kematian jika melebihi
batas waktu tersebut.
Posisi kapal karam tersebut melintang Utara-Selatan dengan panjang 25
meter. Titik pusat kapal karam tersebut berada pada kedalaman 52-53 meter
dibawah permukaan laut.
Gambar 3.1. Kontur kedalaman dasar laut tempa kapal karam(Dok: PT. Nautic Recovery Asia)
3.2. Desalinasi Mangkuk Besar
Pengukuran kualitas air tawar (air tanah) sebagai zat terlarut dilakukan
sebelum melakukan desalinasi. Pengukuran tersebut meliputi pH (derajat
keasaman), KH (tingkat kesadahan) dan Ca (kalsium). Jika bukan air tawar maka
proses pemisahan garam dari mangkuk keramik akan sulit dilakukan.
Dampaknya justru akan menciptakan lingkungan yang sama ketika sebelum
diangkat, karena air yang digunakan adalah air asin (air laut), mengingat
percobaan ini dilakukan di tempat yang berdekatan dengan pantai (daerah
kawasan Ancol) sehingga diasumsikan kandungan air tanah yang digunakan
untuk merendam sudah tercampur/terlarut dengan air laut. Untuk itu diperlukan
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
59
Universitas Indonesia
pengukuran kualitas air tawar yang akan digunakan untuk rendaman untuk
memastikan asumsi tersebut.
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol
tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Kesadahan memiliki
kemampuan untuk mengikat hidrogen, sedangkan pengukuran kalsium untuk
mengetahui unsur garam lain dalam kandungan air karena garam yang akan
dinetralsir adalah NaCl (garam paling dominan). Jika ketiga parameter tersebut
berada diatas maupun dibawah normal maka akan menganggu netralisir garam
yang akan dilakukan. Pengukuran kualitas air tawar dilakukan dengan alat tes
kemutuan air yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas air dalam
aquarium. Air murni atau air tawar normal secara umum memiliki kriteria nilai
pH 7 (antara 6 hingga 8), Kesadahan air yang sedang ( 8 hingga 12 dH) dan
kadar kalsium kurang dari 200 miligram (selanjutnya disingkat mg). Pada
pengukuran 5 mL air tawar didapat:
No.ParameterKualitas Air
HasilPengukuran
Kriteria Umum Kesimpulan
1 pH 7.5 pH 1 – 6 (Asam)
pH 7 (netral)
pH 8 – 14 (Basa)
Normal
2 KH 12 dH
0 - 4 dH, 0 - 70 ppm :sangat rendah (sangat lunak)
4 - 8 dH, 70 - 140 ppm :rendah (lunak)
8 - 12 dH, 140 - 210 ppm :sedang
12 - 18 dH, 210 - 320 ppm :agak tinggi (agak keras)
18 - 30 dH, 320 - 530 ppm :tinggi (keras)
Normal
3 Ca 120 mg/LAir tawar : < 300 mgAir Payau : 300 – 400 mgAir Asin : > 400 mg (ppm)
Normal
Tabel 3.1. Kualitas air tanah untuk rendaman
Pengukuran yang dilakukan menghasilkan kualitas air tanah dengan unsur
pH sebesar 7,5, tingkat kesadahan 12 dH atau 210 ppm (milligram/L) dan kadar
Kalsium 120 miligram/L (selanjutnya disingkat mg/L). Jika dibandingkan dengan
kriteria umum (tabel 7), dengan tingkat pH, Kesadahan dan kadar Kalsium
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
60
Universitas Indonesia
normal sebesar 7, 8 – 12 dH (140-210 ppm) dan kurang dari 300 mg maka
parameter kualitas air yang terkandung termasuk normal (air tawar) dan dapat
digunakan sebagai zat pelarut untuk melarutkan garam yang mengendap pada
benda keramik. Dengan demikian penelitian dapat menggunakan air dengan
kriteria tersebut tanpa khawatir adanya pengaruh dan perubahan yang signifikan
karena pH, kesadahan dan kadar garam lain (Kalsium) yang terkandung
didalamnya.
Hasil pengukuran desalinasi mangkuk berukuran besar mencatat 37
kejadian melalui 4 rendaman dalam waktu 381,05 jam (lebih dari 15 hari) dengan
volume air sebanyak 3 m3 atau 3000 Liter dan volume artefak 0,1 m3 (100 Liter
atau 100 kilogram). Volume artefak tersebut sama dengan mangkuk besar
keramik berjumlah 749 buah. Suhu rata-rata air rendaman adalah 28,20C, rata-
rata untuk pengukuran tiap kejadian dilakukan dalam selang waktu 11,2 jam per-
pencatatan. Konduktivitas garam mula-mula berada pada angka 893 mS,
tertinggi mencapai 1319 mS dan terendah mencapai 775 mS. Total rendaman
dalam desalinasi tersebut sebanyak empat kali sebelum garam benar-benar tidak
bisa larut lagi yang ditandai nilai konduktivitas yang selalu sama secara konstan.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
61
Universitas Indonesia
Tabel 3.2. Desalinasi Mangkuk Besar
No.Tanggal Waktu
(tanggal-bulan-tahun)(pukul)
Lama(jam)
Total WaktuRendaman
(jam)
Salinitas airdalam bak
(mikroSiemens)
Suhu AirRendaman
(0C)Catatan
Rendaman
127-10-2008
12:12Waktu
rendam0 0 893 28
Volume air rendaman 3 m3. Jumlah artefak 749
atau memiliki volume 0.1 m3
Total Volume(Volume air ditambah artefak) 3,1 m
3. Kadar
garam air keran 893 mS.
Re
nd
aman
1
2 27-10-2008 14:55
Waktu
uku
r
2.72 2.72 893 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 899 mS
3 27-10-2008 16:50 1.92 4.64 1097 27 Pengukuran salinitas dalam gelas 1108 mS
4 28-10-2008 08:00 15.12 19.8 1185 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1193 mS
5 28-10-2008 12:00 4 23.8 1192 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1198 mS
6 28-10-2008 16:00 4 27.8 1232 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1231 mS
7 29-10-2008 9:00 17 44.8 1280 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1290 mS
8 29-10-2008 12:00 3 47.8 1291 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1293 mS
9 29-10-2008 16:00 4 51.8 1297 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1300 mS
10 30-10-2008 9:30 17.5 69.3 1316 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1320 mS
11 30-10-2008 13:30 4 73.3 1319 28Pergantian air dilakukan. Pengukuran terakhir
pengukuran salinitas dalam gelas 1320.
1230-10-2008
13:30Waktu
rendam0 73.3 935 28
Volume air ketika diganti tetap sama yakni 3 m3.
Jumlah volume artefak sama 0.1 m3
atausebanyak 1170 buah keramik. Kadar garam air
keran 935 mS Re
nd
aman
2
13 30-10-2008 17:00
Waktu
uku
r
3.5 76.8 940 27.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 945 mS
14 30-10-2008 17:30 0.5 77.3 943 27.5Terdapat air hujan yang turun kedalam bak,.
Pengukuran salinitas dalam gelas 947 mS
15 31-10-2008 9:30 16 93.3 953 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
16 31-10-2008 14:30 5 98.3 955 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 955 mS
17 01-11-2008 13:15 22.75 121.05 945 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 945 mS
18 03-11-2008 9:00 43 164.05 940 28Tanggal 02-11-2008 tidak diukur karena hari libur.
Pengukuran salinitas dalam gelas 947 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
62
Universitas Indonesia
19 03-11-2008 14:30 5.5 169.55 950 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 961 mS.
20 03-11-2008 16:15 1.75 171.3 952 28.5 Pergantian air dilakukan.
2103-11-2008
16:15Waktu
rendam0 171.3 897 28
Volume air tetap sama yakni 3 m3. Jumlah volume
artefak sama 0.1 m3
atau sebanyak 1170 buahkeramik. Kadar garam air keran 897 mS.
Re
nd
aman
3
22 03-11-2008 17:00
Waktu
uku
r
0.75 172.05 922 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 933 mS
23 04-11-2008 9:00 16 188.05 900 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 897 mS
24 03-11-2008 13:00 4 192.05 913 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 888 mS
25 05-11-2008 9:00 20 212.05 802 28Tanggal 09-11-2008 tidak diukur karena hari libur.
Pengukuran salinitas dalam gelas 835 mS
26 06-11-2008 9:00 24 236.05 810 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 798 mS.
27 06-11-2008 11:00 2 238.05 812 28Pergantian air dilakukan. Pengukuran terakhir
pengukuran salinitas dalam gelas 808 mS.
2806-11-2008
11:00Waktu
rendam0 238.05 796 28
Volume air tetap sama yakni 3 m3. Jumlah volume
artefak sama 0.1 m3
atau sebanyak 1170 buahkeramik.
Ren
dam
an4
29 06-11-2008 15:00
Waktu
uku
r
4 242.05 795 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 803 mS
30 07-11-2008 15:30 24.5 266.55 817 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 758 mS
31 08-11-2008 11:45 20.25 286.8 820 28Tanggal 09-11-2008 tidak diukur karena hari
libur.Pengukuran salinitas dalam gelas 823 mS
32 10-11-2008 10:00 46.25 333.05 825 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 833 mS
33 10-11-2008 14:00 4 337.05 775 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 775 mS
34 11-11-2008 9:00 19 356.05 800 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 811 mS
35 11-11-2008 12:00 3 359.05 798 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 801 mS
36 11-11-2008 15:30 3.5 362.55 797 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 799 mS
37 12-11-2008 10:00 18.5 381.05 795 28
Kadar garam dalam keramik diperkirakan sudahmulai sama dengan konsentrasi air (pelarut). Hal
tersebut ditandai dengan tidak signifikannyaperubahan kadar garam. Pengukuran salinitas
dalam gelas 795 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
63
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
64
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
65
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
66
Universitas Indonesia
Tabel 3.3. Statistik desalinasi mangkuk besar
No. Hasil Pengukuran Rendaman 1 Rendaman 2 Rendaman 3 Rendaman 4 Kesimpulan
1 Jenis keramik Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
2 PerbandinganVolume air : Volume artefak
3 m3
: 0.1 m3
atau30 : 1
3 m3
: 0.1 m3
atau30 : 1
3 m3
: 0.1 m3
atau30 : 1
3 m3
: 0.1 m3
atau30 : 1
3 m3
: 0.1 m3
atau30 : 1
3 Total waktu 73,3 jam 98 jam 66,75 jam 114,5 jam 381,05 jam
4 Konduktivitas tertinggi 1319 mS 955 mS 922 mS 825 mS 1319 mS
5 Konduktivitas terendah 893 mS 935 mS 802 mS 775 mS 775 mS
6 Total garam terlarut 8,7 gr/L 0,6 gr/L 0,5 gr/L 0,6 gr/L 10,3 gr/L
7 Sisa garam mengendap - - - 12,4 gr/L 12,4 gr/L
8 Selisih konsentrasi garamtertinggi
0,074879 M/Liter 0,007459 M/Liter - 0,008769 M/Liter 0,074879 M/Liter
9 Selisih konsentrasi garamterendah
0,00737 M/Liter 0,001198 M/Liter - 0,00026 M/Liter 0,00026 M/Liter
10 Total konsentrasi garamterlarut
0,176782 M/Liter 0,008657 M/Liter 0,010038 M/Liter 0,011451 M/Liter 0,206928 M/Liter
11 Kecepatan larut tercepat 48,41313 M/Jam 0,286892 M/Jam - 1,816224 M/Jam 48,41313 M/Jam
12 Kecepatan larut palinglambat
0,775789 M/Jam 0,179724 M/Jam - 0,006812 M/Jam 0,006812 M/Jam
13 Kecepatan larut garam rata-rata
1.101748 M/Jam 0.004761 M/Jam 0.451135 0.020258 M/Jam -
14 Percepatan garam terlarut 0.717606 M/Jam2
0.646341 M/Jam2
0.006759 M/Jam2
0.005144 M/Jam2
-
15 Suhu air tertinggi 290C 29
0C 28.5
0C 28.5
0C 29
0C
16 Suhu air terendah 270C 27,5
0C 28
0C 28
0C 27
0C
17 Suhu air rata-rata 28,30C 28,2
0C 28,1
0C 28,2
0C 28,2
0C
18 Kenaikan suhu rata-rata 3,20C 3,2
0C 3,1
0C 3,2
0C 3,2
0C
19 Rata-rata kenaikankecepatan larut garam darisuhu standar
2,3 kali 5 kali - 2,6 kali 2,4 kali
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
67
Universitas Indonesia
3.2.1. Jumlah Garam Terlarut
Rendaman pertama memiliki total garam terlarut sebanyak 8,7 gram/Liter
atau sekitar 866,2 gram (selanjutnya disingkat gr/L) garam yang telah larut dari
100 kilogram berat keseluruhan mangkuk keramik besar. Rendaman ke-2 garam
terlarut sebanyak 0,6 gr/L atau sekitar 56,6 gram dari keseluruhan mangkuk.
Rendaman ke-3 melarutkan garam sebanyak 0,5 gr/L atau 49,2 gram untuk
keseluruhan mangkuk keramik dan rendaman ke-4 melarutkan 0,6 gr/L atau setara
dengan 56,1 gram untuk keseluruhan mangkuk.
Total keseluruhan garam yang terlarut pada desalinasi mangkuk besar
sebanyak 10,3 gr/L atau 1028,1 gram pada 100 kilogram mangkuk keramik yang
ada. Hasil pengukuran memberikan data lain yaitu sisa garam yang masih
mengendap pada mangkuk keramik. Pada rendaman ke-4 memperlihatkan kadar
garam terlarut yang konstan pada nilai 12,4 gr/L. Akhir pengukuran berhenti pada
nilai 12,4 gr/L garam terlarut, karena konsentrasi garam air rendaman dengan
konsentrasi garam mangkuk keramik telah setara artinya nilai tersebut merupakan
nilai dari sisa garam yang mengendap pada mangkuk besar keramik yang belum
dapat dilarutkan.
Tabel 3.4. Jumlah garam terlarut mangkuk besar
NoKenaikan garam no.
pencatatan keNilai Kenaikan (gr/L) Jumlah Selisih (gr/L)
1 2 ke 3
Rendaman 1
14.27154 - 17.94061 3.66907
8.66231
2 3 ke 4 17.94061 - 20.13274 2.19213
3 4 ke 5 20.13274 - 20.71686 0.58412
4 5 ke 6 20.71686 - 21.32851 0.61165
5 6 ke 7 21.32851 - 22.57272 1.24421
6 7 ke 9 22.57272 - 22.93385 0.36113
7 12 ke 15Rendaman 2
15.03035 - 15.08906 0.058710.56596
8 15 ke 16 15.08906 - 15.45456 0.3655
9 21 ke 22 Rendaman 3 14.35005 - 14.8419 0.49185 0.49185
10 28 ke 29
Rendaman 4
12.38376 - 12.50242 0.11866
0.5611611 29 ke 30 12.50242 - 12.93212 0.4297
12 30 ke 32 12.93212 - 12.94486 0.01274
13 Jumlah seluruh garam terlarut 10.28122
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
68
Universitas Indonesia
Tabel 3.5. Nilai garam terlarut desalinasi mangkuk besar
No.Pencatatanpengukuran
Salinitas air dalambak pada suhustandar 25
0C
(mikroSiemens)
SuhuAir
Rendaman(
0C)
Salinitas air dalambak pada masing-
masing suhu(mikroSiemens)
PSU ( R )Salinitas
(gr/L)
1
Re
nd
aman
1
893 28 943.901 0.442997 14.27154
2 893 28 943.901 0.442997 14.27154
3 1097 27 1138.686 0.546252 17.94061
4 1185 28 1252.545 0.606828 20.13274
5 1192 29 1282.592 0.622841 20.71686
6 1232 28.5 1313.928 0.639553 21.32851
7 1280 29 1377.28 0.673376 22.57272
8 1291 28 1364.587 0.666595 22.32262
9 1297 29 1395.572 0.683151 22.93385
10 1316 28 1391.012 0.680713 22.84374
11 1319 28 1394.183 0.682408 22.9064
12
Re
nd
aman
2
935 28 988.295 0.466488 15.09845
13 940 27.5 984.65 0.464558 15.03035
14 943 27.5 987.7925 0.466222 15.08906
15 953 28 1007.321 0.476563 15.45456
16 955 28.5 1018.508 0.482489 15.66441
17 945 29 1016.82 0.481595 15.63273
18 940 28 993.58 0.469286 15.19727
19 950 28.5 1013.175 0.479664 15.56433
20 952 28.5 1015.308 0.480794 15.60436
21
Re
nd
aman
3
897 28 948.129 0.445234 14.35005
22 922 28 974.554 0.459214 14.8419
23 900 28.5 959.85 0.451434 14.56797
24 913 28.5 973.7145 0.45877 14.82624
25 802 28 847.714 0.392188 12.49962
26 810 28 856.17 0.39665 12.65428
27 812 28 858.284 0.397765 12.69298
28
Re
nd
aman
4
796 28 841.372 0.388842 12.38376
29 795 28.5 847.8675 0.392269 12.50242
30 817 28.5 871.3305 0.404652 12.93212
31 820 28 866.74 0.402229 12.84792
32 825 28 872.025 0.405019 12.94486
33 775 28.5 826.5375 0.381018 12.11325
34 800 28 845.6 0.391072 12.46099
35 798 28 843.486 0.389957 12.42237
36 797 28 842.429 0.3894 12.40307
37 795 28 840.315 0.388284 12.36447
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
69
Universitas Indonesia
3.2.2. Konsentrasi Garam
Jumlah konsentrasi garam terlarut untuk rendaman pertama diketahui
sebesar 0,176782 Molar per-liternya (selanjutnya disingkat M) merupakan jumlah
mol terbanyak dibandingkan rendaman 2,3 dan 4 yang masing-masing berjumlah
0,008657, 0,010038 dan 0,011452 M/Liter. Pada rendaman pertama, konsentrasi
garam terlarut tertinggi diketahui sebesar 0,074879 M/Liter dan yang larut
terendah sebesar 0,00737 M/Liter. Rendaman ke-2 memiliki konsentrasi garam
terlarut 0,007459 M/Liter untuk yang paling tinggi, sedangkan 0,001198 M/Liter
untuk yang paling rendah. Rendaman ke-3 hanya diketahui satu konsentrasi garam
terlarut sebesar 0,010038 M/Liter karena selisih kenaikan garamnya hanya terjadi
satu kali. Rendaman ke-4 memiliki konsentrasi garam tertinggi sebesar 0,008769
M/Liter dan terendah sebesar 0,00026 M/Liter.
Tabel 3.6. Nilai Konsentrasi Garam Terlarut Mangkuk Besar
No
Kenaikan garam no.pencatatan ke
Jumlah Selisih (gr/L)Nilai Molaritas (M) per
LiterNilai Molaritas padavolume 3 m3 air (M)
1 2 ke 3
Rendaman 1
3.66907
8.66231
0.074879
0.176782
224.6369
530.3455
2 3 ke 4 2.19213 0.044737 134.212
3 4 ke 5 0.58412 0.011921 35.76245
4 5 ke 6 0.61165 0.012483 37.44796
5 6 ke 7 1.24421 0.025392 76.17612
6 7 ke 9 0.36113 0.00737 22.11
7 12 ke 15Rendaman 2
0.058710.56596
0.0011980.008657
3.5944925.97204
8 15 ke 16 0.3655 0.007459 22.37755
9 21 ke 22 Rendaman 3 0.49185 0.49185 0.010038 0.010038 30.11327 30.11327
10 28 ke 29
Rendaman 4
0.11866
0.56116
0.002422
0.011451
7.264898
34.3530611 29 ke 30 0.4297 0.008769 26.30816
12 30 ke 32 0.01274 0.00026 0.78
13 T o t a l 10.34938 0.206928 620.7839
Dengan demikian konsentrasi keseluruhan garam terlarut dalam larutan
sebanyak 3 m3 (3000 liter) pada tiap rendaman adalah 530,3455 M untuk
rendaman pertama, 25,97204 M untuk rendaman ke-2, 30,11327 M untuk
rendaman ke-3 dan 34,35306 M untuk rendaman ke-4 dengan total keseluruhan
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
70
Universitas Indonesia
rendaman mencapai 620.7839 M garam terlarut. Artinya terdapat 620,7839
dikalikan dengan 6,02x1023 butir partikel atau sebanyak 3737x1023 partikel garam
yang terlarut pada desalinasi mangkuk besar.
3.2.3. Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi)
Hasil pengukuran menunjukkan terdapat 12 kali kenaikan garam terlarut
sehingga dapat diketahui 12 kejadian dengan masing-masing kecepatan larutnya
garam dalam mangkuk keramik kedalam air. Rendaman pertama terjadi 6 kali
perubahan dengan kecepatan larut tercepat terjadi pada kecepatan awal sebesar
48,41313 M/Jam atau 30,16x1023 partikel garam melarut per-jam dan yang paling
lambat sebesar 0,775789 M/Jam atau 4.8x1023 partikel garam melarut per-jam.
Sebanyak 3 kali perlambatan kecepatan terjadi pada rendaman pertama.
Tabel 3.7. Nilai Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi) Mangkuk Besar
No
Nilai Molaritas padavolume 3 m
3air (M)
=Jarak tempuh (S)
Waktu(jam/J)
=Waktu
(t)
KecepatanLaju Reaksi
(Molar/jam)[VL = M/J]
=[V = S/t]
PercepatanLaju Reaksi
(Molar/jam2)
[aL = ΔVL /ΔJ]=
[a = ΔV/Δt]
Kecepatanakhir laju
reaksi (M/J)[VtL= v0L + aL.J]
=[vt = v0 + a.t]
Kecepatanrata-rata
1 224.6369
17.67818
4.64 48.41313
-0.717606 -4.21612 1.101748
2 134.212 15.2 -8.82974
3 35.76245 4 8.940612
4 37.44796 4 9.36199
5 76.17612 17 -4.480948
6 22.11 28.5 -0.775789
7 3.59449 0.865735 20 0.1797240.004761 0.646341 0.004761
8 22.37755 78 0.286892
9 30.11327 1.003776 66.75 0.451135 0.006759 0 0
10 7.2648981.145102
4 1.816224
-0.005144 1.080615 0.02025811 26.30816 24.5 -1.073803
12 0.78 114.5 -0.006812
Perlambatan tersebut ditandai dengan makin berkurangnya kecepatan
larutnya garam jika dibandingkan dengan kecepatan larut garam sebelumnya.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
71
Universitas Indonesia
Percepatan yang terjadi pada rendaman pertama otomatis melambat sebesar
0,717606 M/Jam dengan kecepatan akhirnya sebesar 4,21612 M/Jam dan
kecepatan rata-rata sebesar 1,101748 M/Jam yang ditempuh selama 73,3 jam.
Rendaman ke-2 diketahui mengalami 2 kali perubahan larutnya garam
dengan kecepatan larut tercepat mencapai 0,286892 M/Jam, meningkat dengan
percepatan 0,004761 M/Jam dari kecepatan awalnya sebesar 0,179724 M/Jam.
Secara keseluruhan rendaman ke-2 memiliki kecepatan akhir garam melarut
sebesar 0,646341 M/Jam dan kecepatan rata-rata sebesar 0,004761 M/Jam yang
ditempuh dalam waktu 98 jam.
Rendaman ke-3 hanya terjadi kenaikan larutnya garam sebanyak 1 kali
sehingga tidak dapat memberikan informasi mengenai kecepatan rata-rata dan
kecepatan akhirnya. Namun begitu kecepatan dari larutnya garam dalam air
tersebut terhitung sebesar 0,451135 M/Jam dengan percepatan sebesar 0,006759
M/Jam.
Rendaman ke-4 mengalami 3 kali perubahan kecepatan larutnya garam
dengan kecepatan paling cepat terjadi pada kecepatan awalnya sebesar 1,816224
M/Jam. Paling lambat terjadi pada kecepatan 0,006812 M/Jam dengan percepatan
melambat sebesar 0,005144 M/jam2 dan Akhir laju reaksinya 1,080615 M/jam.
Secara keseluruhan rendaman ke-4 memiliki kecepatan rata-rata 0,020258 M/jam
dengan keseluruhan waktu tempuh sebanyak 143 jam.
3.2.4. Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi
Perubahan suhu air rendaman pada desalinasi mangkuk besar terjadi 12
kali dari suhu air standar 250C ke suhu air rata-rata 28,20C. Terdapat 4 kejadian
penurunan kecepatan dan 8 kejadian kenaikan kecepatan dari rata-rata kenaikan
suhu air sebesar 3,20C. Kenaikan suhu air tersebut menyebabkan peningkatan
kecepatan paling tinggi terjadi pada rendaman ke-2, hingga mencapai 9,8 kali
kecepatan larut garam pada suhu standar.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
72
Universitas Indonesia
Peningkatan paling kecil terjadi pada rendaman pertama dengan 1,3 kali
peningkatan dari suhu standar. Penurunan kecepatan justru terjadi pada kecepatan
awal yang turun hingga 0,8 kali. Secara keseluruhan suhu air rendaman desalinasi
mangkuk besar berada pada suhu 28,20C. Kecepatan larutnya garam meningkat
menjadi 2,4 kali lebih cepat karena peningkatan suhu 3,20C dari suhu standar
250C.
Tabel 3.8. Nilai Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi
No
Jumlahselisih
salinitaspada suhu
standar25
0C
NilaiMolaritas
padavolume 3m
3air (M)
pada suhustandar
250C
Waktu(jam)
KecepatanLaju Reaksipada suhu
standar 250C
(Molar/jam)[VL = M/J]
KecepatanLaju Reaksipada suhu
28.20C
(Molar/jam)[VL = M/J]
Nilaikenaikan
1 3.81622 233.6461 4.64 50.35477 48.41313 0.9
2 1.68156 102.9527 15.2 6.773201 8.82974 1.3
3 0.13465 8.243878 4 2.060969 8.940612 4.3
4 0.77185 47.25612 4 11.81403 9.36199 0.8
5 0.9317 57.04286 17 3.355462 4.480948 1.3
6 0.3314 20.2898 28.5 0.711923 0.775789 1.09
7 0.33414 20.45755 20 1.022878 0.179724 0.2
8 0.03719 2.276939 78 0.029192 0.286892 9.8
9 0.46156 28.25878 66.75 0.423352 0.451135 1.6
10 0.01811 1.10878 4 -0.27719 1.816224 6.5
11 0.39926 24.44449 24.5 0.997734 1.073803 1.07
12 0.14557 8.912449 114.5 0.077838 0.006812 0.09
13 Rata-rata kenaikan 2.4
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
73
Universitas Indonesia
3.2.5. Hasil Desalinasi Mangkuk Besar
Sampel dari 100 buah mangkuk keramik besar menunjukkan bahwa
terdapat 37 buah mangkuk sudah bersih dari gangguan kerang, 22 buah
diantaranya memiliki glasir di tempat tertentu pada badan keramik dan 15
buah memiliki gelasir yang tipis di seluruh badang keramik. Lainnya, 49
buah masih terdapat sisa-sisa bagian kecil kerang yang menempel pada
mangkuk dengan 2 buah tidak tersisa glasir sama sekali, 31 buah tersisa glasir
pada tempat tertentu dan 16 buah masih tersisa glasir yang tipis merata di
badan keramik. Mangkuk besar yang masih masih terkonsentrasi kerang-
kerang yang sulit dihilangkan sebanyak 14 buah mangkuk, 12 buah
diantaranya terdapat sisa glasir di tempat tertentu di badan keramik dan hanya
2 buah yang menyisakan glasir tipis di seluruh permukaan mangkuk.
Dengan demikian jumlah keseluruhan mangkuk keramik besar yang
tidak ada glasirnya hanya berjumlah 2 buah. Mangkuk besar yang glasirnya
masih tersisa di daerah tertentu pada badan mangkuk berjumlah 65 buah dan
yang berglasir tipis di seluruh permukaan badan mangkuk berjumlah 53 buah
dan semua mangkuk pada permukaannya tidak terdapat Kristal garam.
Tabel 3.9. Hasil Desalinasi Mangkuk Besar1
NoKeadaan Mangkuk
KeramikTidak Ada
GlasirAda
GlasirGlasirTipis
KristalGaram
JumlahMangkuk
1 Tidak ada kerang 2 22 15 - 39
2 Fragmen kerang - 31 16 - 47
3 Sedikit Kerang - 12 2 - 14
4 Jumlah Mangkuk 2 65 33 - 100
1 Keadaan mangkuk: (1) Tidak ada kerang berarti mangkuk keramik benar-benar bersih tanpakerang. (2) Fragmen kerang berarti terdapat beberapa pecahan kerang yang menempel padamangkuk. (3) Sedikit kerang berarti: kerang terkonsentrasi pada bagian tertentu di permukaankeramik. (4) Tidak ada glasir berarti mangkuk keramik benar-benar tidak berglasir. (5) Ada glasirberarti terdapat sisa glasir pada mangkuk namun tidak banyak. (6) Glasir tipis berarti seluruhmangkuk masih dilapisi glasir namun sangat tipis hingga terlihat permukaan dalamnya. (7) kristalgaram berarti terdapat kristal garam yang mengendap pada mangkuk keramik.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
74
Universitas Indonesia
3.3. Desalinasi Mangkuk Sedang
Desalinasi mangkuk berukuran sedang dilakukan dengan perbandingan
volume air dan volume artefak sama dengan desalinasi mangkuk besar, yang
membedakannya hanya waktu rendaman yaitu 30 hari. Hasil pengukuran
desalinasi mangkuk berukuran sedang mencatat 64 kejadian melalui 3 rendaman
dalam waktu 736,5 jam (30,7 hari) dengan volume air sebanyak 3 m3 atau 3000
Liter dan volume artefak 0,1 m3 (100 Liter atau 100 kilogram). Volume artefak
tersebut sama dengan mangkuk besar keramik berjumlah 1503 buah. Suhu rata-
rata air rendaman adalah 28,30C, rata-rata untuk pengukuran tiap kejadian
dilakukan dalam selang waktu 11,5 jam per-pencatatan. Konduktivitas garam
mula-mula berada pada angka 885 mS, tertinggi mencapai 1444 mS dan terendah
mencapai 885 mS. Total rendaman dalam desalinasi tersebut sebanyak 3 kali
sebelum garam benar-benar tidak bisa larut lagi yang ditandai nilai konduktivitas
yang selalu sama secara konstan.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
75
Universitas Indonesia
Tabel 3.10. Desalinasi mangkuk sedang
No.Tanggal Waktu
(tanggal-bulan-tahun) (pukul)Lama (jam)
Total WaktuRendaman (jam)
Salinitas airdalam bak
(mikroSiemens)
Suhu AirRendaman
(0C)
CatatanRendaman
1 10-11-08 16:30Waktu
rendam0 0 885 28
Volume air 3 m3, volume artefak 0,1 m
3,
volume total dalam bak 3,1 m3
kadar garam airkeran 866 mS
Ren
dam
an1
2 11-11-08 8:30
Waktu
uku
r
16 16 1163 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1170 mS
3 11-11-08 12:00 3.5 19.5 1285 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1283 mS
4 11-11-08 15:30 3.5 23 1288 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1286 mS
5 12-11-08 10:00 18.5 41.5 1332 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1328 mS
6 12-11-08 14:00 4 45.5 1382 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1380 mS
7 12-11-08 16:30 2.5 48 1325 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1382 mS
8 13-11-08 9:30 17 65 1358 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1380 mS
9 13-11-08 12:30 3 68 1356 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1375 mS
10 13-11-08 15:30 3 71 1365 29Pergantian air tidak dilakukan karena kadar
garam dalam rendaman masih naik.Pengukuran salinitas dalam gelas 1379 mS
11 14-11-08 8:00 16.5 87.5 1370 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1376 mS
12 14-11-08 14:00 6 93.5 1388 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1385 mS
13 17-11-08 9:00 67 160.5 1438 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1442 mS
14 17-11-08 13:30 4.5 165 1423 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1445 mS
15 17-11-08 15:30 2 167 1433 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1440 mS
16 18-11-08 9:30 18 185 1444 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1440 mS
17 18-11-08 14:00 4 189 1440 28,5 -
18 18-11-08 14:00Waktu
rendam0 189 1010 28,5
Pergantian air dilakukan karena kadar garammulai tidak stabil (naik turun). Kadar garam air
keran 1010 mS
Ren
dam
an2
19 18-11-08 16:00 Waktu
uku
r
2 191 1013 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1012 mS
20 19-11-08 9:30 17.5 208.5 1010 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1013 mS
21 19-11-08 12:30 3 211.5 1012 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1012 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
76
Universitas Indonesia
22 19-11-08 16:00 3.5 215 1015 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1013 mS
23 20-11-08 9:30 17.5 232.5 1017 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1018 mS
24 20-11-08 12:30 3 235.5 1018 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1018 mS
25 20-11-08 15:30 3 238.5 1017 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1017 mS
26 21-11-08 9:30 18 256.5 1025 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1020 mS
27 21-11-08 12:30 3 259.5 1020 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1021 mS
2821-11-08 16:30
4 263.5 1024 28
Pergantian air tidak dilakukan karena kadargaram masih meningkat dan kadar garam air
keran sangat tinggi 1020 mS. Pengukuransalinitas dalam gelas 1025 mS
29 24-11-08 10:00
Waktu
uku
r
65.5 329 1033 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1028 mS
30 24-11-08 14:00 4 333 1037 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1030 mS
31 24-11-08 17:00 3 336 1039 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1035 mS
32 25-11-08 10:00 17 353 1040 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1042 mS
33 25-11-08 12:30 2.5 355.5 1042 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1042 mS
34 25-11-08 15:30 3 358.5 1037 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1043 mS
35 26-11-08 9:30 18 376.5 1041 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1040 mS
36 26-11-08 12:30 3 379.5 1040 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1039 mS
37 26-11-08 17:00 4.5 384 1043 27,5
Pergantian air tidak dilakukan karena kadargaram masih meningkat dan kadar garam air
keran sangat tinggi 1017 mS Pengukuransalinitas dalam gelas 1040 mS
38 27-11-08 9:30 16.5 400.5 1047 27 Pengukuran salinitas dalam gelas 1040 mS
39 27-11-08 13:30 4 404.5 1040 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1044 mS
40 27-11-08 17:00 3.5 408 1050 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1045 mS
41 28-11-08 9:30 16.5 424.5 1042 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1044 mS
42 28-11-08 12:30 3 427.5 1033 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1040 mS
43 01-12-08 10:00 69.5 497 1045 28Pergantian air tidak dilakukan karena kadar
garam air keran sangat tinggi 1025 mSPengukuran salinitas dalam gelas 1046 mS
44 01-12-08 12:30 2.5 499.5 1050 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1049 mS
45 01-12-08 16:00 3.5 503 1046 28,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1052 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
77
Universitas Indonesia
46 02-12-08 10:00
Waktu
uku
r
18 521 1048 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1050 mS
47 02-12-08 14:00 4 525 1051 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1052 mS
48 02-12-08 17:00 3 528 1051 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1053 mS
49 03-12-08 10:00 17 545 1047 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1050 mS
50 03-12-08 13:30 3.5 548.5 1045 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1055 mS
51 03-12-08 16:30 3 551.5 1045 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1055 mS
52 04-12-08 9:30 17 568.5 1054 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1050 mS
53 04-12-08 14:00 4.5 573 1054 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1050 mS
54 04-12-08 14:00 Waktu rendam 0 573 903 30Pergantian air dilakukan dengan kadar garam
air keran 903 mS
Ren
dam
an3
55 04-12-08 17:00
Waktu
uku
r
3 576 907 30 Pengukuran salinitas dalam gelas 909 mS
56 05-12-08 10:00 17 593 906 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 910 mS
57 05-12-08 13:00 3 596 903 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 911 mS
58 09-12-08 10:00 93 689 909 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 910 mS
59 09-12-08 14:00 4 693 909 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 912 mS
60 09-12-08 16:30 2.5 695.5 910 28Pergantian air tidak dilakukan kerena kadar
garam masih meningkat.Pengukuran salinitasdalam gelas 912 mS
61 10-12-08 9:30 17 712.5 915 27,5 Pengukuran salinitas dalam gelas 918 mS
62 10-12-08 12:00 2.5 715 917 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 917 mS
63 10-12-08 15:00 3 718 914 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 918 mS
64 11-12-08 9:30 18.5 736.5 916 27,5Percobaan dan pendataan dihentikan Karena
melebihi waktu yang ditentukan (720 jam)Pengukuran salinitas dalam gelas 920 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
78
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
79
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
80
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
81
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
82
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
83
Universitas Indonesia
Tabel 3.11. Statistik hasil pengukuran desalinasi mangkuk sedang
No. Hasil Pengukuran Rendaman 1 Rendaman 2 Rendaman 3 Kesimpulan
1 Jenis keramik Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
Glasir hijau (greenglaze) dengan warnadasar putih,krem danabu-abu
2 PerbandinganVolume air : Volume artefak
3 m3
: 0.3 m3
atau10 : 1
3 m3
: 0.3 m3
atau10 : 1
3 m3
: 0.3 m3
atau10 : 1
3 m3
: 0.3 m3
atau10 : 1
3 Total waktu 189 jam 384 jam 163,5 jam 736,5 Jam
4 Konduktivitas tertinggi 1444 mS 1054 mS 917 mS 1444 mS
5 Konduktivitas terendah 885 mS 1010 mS 903 mS 885 mS
6 Total garam terlarut 11,7 gr/L 0,73 gr/L 0,09 gr/L 12,5 gr/L
7 Sisa garam mengendap - - 14,6 gr/L 14,6 gr/L
8 Selisih konsentrasi garamtertinggi
0,113624 M/Liter 0,002394 M/Liter - 0,113624 M/Liter
9 Selisih konsentrasi garamterendah
0,002191 M/Liter 0,00082 M/Liter - 0,00082 M/Liter
10 Total konsentrasi garamterlarut
0,238783265 M/Liter 0,014878776M/Liter
0,0819 M/Liter 0.25366204M/Liter
11 Kecepatan larut tercepat 48,21943 M/Jam 1,855102 M/Jam 0,030668 M/Jam 48,21943 M/Jam
12 Kecepatan larut palinglambat
0,27652 M/Jam 0,076809 M/Jam - 0,076809 M/Jam
13 Kecepatan larut garam rata-rata
0,518985 M/Jam 0,012805 M/Jam - -
14 Percepatan garam terlarut 0,432757 M/Jam2
0,011244 M/Jam2
- -
15 Suhu air tertinggi 290C 28,5
0C 30
0C 30
0C
16 Suhu air terendah 280C 27,5
0C 27,5
0C 27,5
0C
17 Suhu air rata-rata 28,50C 27,9
0C 28,5
0C 28,3
0C
18 Kenaikan suhu rata-rata 3,50C 3
0C 3,5
0C 3,25
0C
19 Rata-rata kenaikankecepatan larut garam darisuhu standar
1,4 kali 1.04 kali 1.1 kali 1,1 kali
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
84
Universitas Indonesia
3.3.1. Jumlah Garam Terlarut
Keseluruhan terdapat 20 perubahan kenaikan kadar garam yang terjadi
pada desalinasi mangkuk sedang dengan 10 perubahan terjadi pada rendaman
pertama, 9 perubahan pada rendaman ke-2 dan sekali perubahan pada rendaman
ke-3. Rendaman pertama memiliki total garam terlarut sebanyak 11,7 gr/L atau
sekitar 1170 gram garam yang telah larut dari 100 kilogram berat keseluruhan
mangkuk keramik besar. Rendaman ke-2 garam terlarut sebanyak 0,73 gr/L atau
sekitar 73 gram dari keseluruhan mangkuk. Rendaman ke-3 melarutkan garam
sebanyak 0,09 gr/L atau 9 gram untuk keseluruhan mangkuk keramik. Total
keseluruhan garam yang terlarut pada desalinasi mangkuk sedang sebanyak 12,5
gr/L atau 1250 gram pada 100 kilogram mangkuk keramik yang ada.
Hasil pengukuran memberikan data lain yaitu sisa garam yang masih
mengendap pada mangkuk keramik. Pada rendaman ke-3 memperlihatkan kadar
garam terlarut yang terkahir yang terukur berada pada nilai 14,5 gr/L, artinya nilai
tersebut merupakan nilai dari sisa garam yang mengendap pada mangkuk besar
keramik yang belum dapat dilarutkan.
Tabel 3.12. Nilai garam terlarut desalinasi mangkuk sedang
No.Pencatatanpengukuran
Salinitas airdalam bakpada suhu
standar 250C
(mikroSiemens)
Suhu AirRendaman
(0C)
Salinitas airdalam bak
pada masing-masing suhu
(mikroSiemens)
PSU ( R )Salinitas
(gr/L)
1 885 28 935.445 0.438526 14.114672 1163 28 1229.291 0.594443 19.682273 1285 28.5 1370.453 0.669728 22.438144 1288 29 1385.888 0.677975 22.742565 1332 28 1407.924 0.689754 23.178186 1382 28 1460.774 0.718027 24.227927 1325 28.5 1413.113 0.692528 23.280938 1358 28 1435.406 0.704451 23.723189 1356 29 1459.056 0.717107 24.19369
10 1365 29 1468.74 0.722291 24.3867511 1370 29 1474.12 0.725172 24.494112 1388 29 1493.488 0.735545 24.8811813 1438 28,5 1533.627 0.757056 25.68633
14 1423 29 1531.148 0.755727 25.63649
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
85
Universitas Indonesia
15 1433 29 1541.908 0.761496 25.8529316 1444 28,5 1540.026 0.760487 25.8150517 1440 28,5 1535.76 0.7582 25.7292218 1010 28,5 1077.165 0.513588 16.7704719 1013 28,5 1080.365 0.515285 16.8310720 1010 28 1067.57 0.508498 16.588921 1012 28 1069.684 0.509619 16.6288822 1015 28 1072.855 0.511301 16.68888
23 1017 27,5 1065.308 0.507298 16.54612
24 1018 28,5 1085.697 0.518115 16.93214
25 1017 28,5 1084.631 0.517549 16.9119226 1025 28 1083.425 0.516909 16.8890727 1020 28 1078.14 0.514105 16.7889428 1024 28 1082.368 0.516349 16.8690429 1033 28 1091.881 0.521397 17.0494430 1037 28 1096.109 0.523641 17.129731 1039 28 1098.223 0.524763 17.1698532 1040 27,5 1089.4 0.52008 17.0023733 1042 27,5 1091.495 0.521192 17.0421234 1037 28 1096.109 0.523641 17.129735 1041 28 1100.337 0.525885 17.2100136 1040 28 1099.28 0.525324 17.1899237 1043 27,5 1092.543 0.521748 17.0619938 1047 27 1086.786 0.518693 16.95279
39 1040 27,5 1089.4 0.52008 17.00237
40 1050 27,5 1099.875 0.52564 17.2012341 1042 27,5 1091.495 0.521192 17.0421242 1033 27,5 1082.068 0.516189 16.8633443 1045 28 1104.565 0.52813 17.2903644 1050 28 1109.85 0.530936 17.3908745 1046 28,5 1115.559 0.533967 17.4995346 1048 28 1107.736 0.529813 17.3506647 1051 28 1110.907 0.531497 17.4109848 1051 28 1110.907 0.531497 17.4109849 1047 27,5 1096.733 0.523972 17.1415450 1045 28 1104.565 0.52813 17.2903651 1045 28 1104.565 0.52813 17.2903652 1054 28 1114.078 0.533181 17.4713453 1054 28 1114.078 0.533181 17.47134
54 903 30 988.785 0.466747 15.10761
55 907 30 993.165 0.469066 15.18951
56 906 29 974.856 0.459374 14.8475357 903 29 971.628 0.457666 14.7873458 909 28 960.813 0.451943 14.5858959 909 28 960.813 0.451943 14.5858960 910 28 961.87 0.452503 14.6055661 915 27,5 958.4625 0.4507 14.5421562 917 28 969.269 0.456418 14.74337
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
86
Universitas Indonesia
63 914 28 966.098 0.45474 14.6842964 916 27,5 959.51 0.451254 14.56164
Tabel 3.13. Jumlah garam terlarut mangkuk sedang
NoKenaikan garam no.
pencatatan keNilai Kenaikan (gr/L) Jumlah Selisih (gr/L)
1 1 ke 2 14.11467 - 19.68227 5.5676
11.70038
2 2 ke 3 19.68227 - 22.43881 2.756544
3 3 ke 4 22.43881 - 22.74256 0.303746
4 4 ke 5 22.74256 - 23.17818 0.43562
5 5 ke 6 23.17818 - 24.22792 1.04974
6 6 ke 10 24.22792 - 24.38675 0.15883
7 10 ke 11 24.38675 - 24.4941 0.10735
8 11 ke 12 24.4941 - 24.88118 0.38708
9 12 ke 13 24.88118 - 25.68633 0.80515
10 13 ke 16 25.68633 - 25.81505 0.12872
11 18 ke 19 16.77047 - 16.83107 0.0606
0.72906
12 19 ke 24 16.83107 - 16.93214 0.10107
13 24 ke 29 16.93214 - 17.04944 0.1173
14 29 ke 30 17.04944 - 17.1297 0.08026
15 30 ke 31 17.1297 - 17.16985 0.04015
16 31 ke 35 17.16985 - 17.21001 0.04016
17 35 ke 43 17.21001 - 17.29036 0.08035
18 43 ke 44 17.29036 - 17.39087 0.10051
19 44 ke 45 17.39087 - 17.49953 0.10866
20 54 ke 55 15.10761 - 15.18951 0.0819 0.0819
21 Jumlah Garam Terlarut 12.51134
3.3.2. Konsentrasi Garam
Jumlah mol untuk rendaman pertama sebesar 0.238783265 M per liternya
merupakan jumlah mol terbanyak dibandingkan rendaman 2 dan 3 yang masing-
masing berjumlah 0.238783265 M dan 0.014878776 M. Dengan demikian jumlah
keseluruhan mol untuk garam dalam larutan sebanyak 3 m3 (3000 liter) pada tiap
rendaman adalah 716.3498 M untuk rendaman pertama, 44.63633 M untuk
rendaman ke-2, 5.014286 M untuk rendaman ke-3 total keseluruhan rendaman
mencapai 766.0004 M garam terlarut. Artinya terdapat 4611.322x1023 butir
partikel untuk mengetahui jumlah keseluruhan jumlah partikel garam yang
terlarut.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
87
Universitas Indonesia
Tabel 3.15. Nilai Konsentrasi Garam Terlarut Mangkuk Sedang
No
Kenaikangaram no.
pencatatanke
Jumlah Selisih (gr/L)Nilai Molaritas (M) per
LiterNilai Molaritas padavolume 3 m
3air (M)
1 1 ke 2 5.5676
11.70038
0.113624
0.238783265
340.8735
716.3498
2 2 ke 3 2.756544 0.056256 168.768
3 3 ke 4 0.303746 0.006199 18.59669
4 4 ke 5 0.43562 0.00889 26.67061
5 5 ke 6 1.04974 0.021423 64.2698
6 6 ke 10 0.15883 0.003241 9.724286
7 10 ke 11 0.10735 0.002191 6.572449
8 11 ke 12 0.38708 0.0079 23.69878
9 12 ke 13 0.80515 0.016432 49.2949
10 13 ke 16 0.12872 0.002627 7.880816
11 18 ke 19 0.0606
0.72906
0.001237
0.014878776
3.710204
44.63633
12 19 ke 24 0.10107 0.002063 6.187959
13 24 ke 29 0.1173 0.002394 7.181633
14 29 ke 30 0.08026 0.001638 4.913878
15 30 ke 31 0.04015 0.000819 2.458163
16 31 ke 35 0.04016 0.00082 2.458776
17 35 ke 43 0.08035 0.00164 4.919388
18 43 ke 44 0.10051 0.002051 6.153673
19 44 ke 45 0.10866 0.002218 6.652653
20 54 ke 55 0.0819 0.0819 0.00167 0.00167 5.014286 5.014286
T o t a l 12.51134 0.25533204 766.0004
3.3.3. Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi)
Hasil perhitungan telah diketahui bahwa kecepatan akhir di masing-
masing rendaman dengan volume air 3 m3 berbeda. Rendaman pertama terdapat 4
kecepatan larut bertambah diikuti 5 kecepatan larut melambat dari 10 kejadian
pelarutan garam. Kecepatan awal sebesar 21.30459 M/jam menjadi kecepatan
awal paling cepat untuk garam melarut. Kecepatan larut bertambah paling cepat
48.21943 M/jam. Dengan kelarutan paling lambat sebesar 5.313341 M/jam.
Percepatan dan kecepatan akhir pada rendaman pertama terjadi dengan melambat
sebesar 0.432757 M/jam2 dan 60.4864 M/jam. Kecepatan rata-rata yang terjadi
pada rendaman pertama sebesar 0.518985 M/jam dengan total garam terlarut
sebanyak 716.3498 M dalam waktu 189 jam.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
88
Universitas Indonesia
Rendaman ke-2 berkecepatan awal garam untuk larut sebesar 1.855102
M/jam dan memiliki percepatan 0.011244 M/jam2. Terjadi 2 kali percepatan dan 7
perlambatan dari 9 kejadian perubahan larutnya garam pada rendaman dua.
Kecepatan akhir laju reaksi pada rendaman ke-2 lebih cepat dari rendaman
pertama yakni 2.46264 M/jam. Rendaman kedua secara keseluruhan memiliki
kecepatan rata-rata garam untuk larut dalam air sebesar 0.012805 M/jam. Total
garam terlarut dalam air pada rendaman dua mencapai 44.63633 M dalam waktu
384 jam.
Rendaman ke-3 hanya terdapat 1 kali perubahan kadar garam yang berarti
hanya terdapat satu kali garam larut dalam air. Terlarutnya garam tersebut
mempunyai kecepatan 0.030668 M/jam dengan total waktu yang dilewati
sebanyak 163.5 jam dalam melarutkan 5.014286 M garam.
Tabel 3.15. Nilai Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi) Mangkuk
Sedang
No
Nilai Molaritas padavolume 3 m3 air (M)
=Jarak tempuh (S)
Waktu(jam/J)
=Waktu
(t)
KecepatanLaju Reaksi
(Molar/jam)[VL = M/J]
=[V = S/t]
PercepatanLaju Reaksi
(Molar/jam2)[aL = ΔVL /ΔJ]
=[a = ΔV/Δt]
Kecepatan akhirlaju reaksi (M/J)[VtL= v0L + aL.J]
=[vt = v0 + a.t]
Kecepatanrata-rata
1 340.8735
716.3498
16 21.30459
-0.432757 -60.4864 0.518985
2 168.768 3.5 48.21943
3 18.59669 3.5 -5.313341
4 26.67061 18.5 -1.441655
5 64.2698 4 16.06745
6 9.724286 25.5 -0.381345
7 6.572449 16.5 0.39833
8 23.69878 6 3.949796
9 49.2949 67 -0.735745
10 7.880816 28.5 -0.27652
11 3.710204
44.63633
2 1.855102
0.011244 2.46264 0.012805
12 6.187959 44.5 -0.139055
13 7.181633 93.5 -0.076809
14 4.913878 4 1.228469
15 2.458163 3 -0.819388
16 2.458776 40.5 -0.060711
17 4.919388 120.5 -0.040825
18 6.153673 2.5 2.461469
19 6.652653 73.5 -0.090512
20 5.014286 5.014286 163.5 0.030668 0 0 0
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
89
Universitas Indonesia
3.3.4. Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi
Dua puluh perubahan kadar garam yang diketahui kecepatannya baik dari
suhu standar maupun dari kenaikan suhu masing-masing kejadian mengalami 4
penurunan dan 16 kenaikan kecepatan larutnya garam. Berarti terdapat 20%
penurunan kecepatan ketika suhu naik, yaitu ketika kecepatannya dibawah satu
kali dan 80% mengalami kecepatan bertambah naik lebih dari satu kali. Kenaikan
suhu rata-rata pada perubahan suhu tersebut adalah 3.3%, memberikan kenaikan
kecepatan rata-rata garam untuk larut sebesar 1.1 kali lebih cepat dari suhu standar
pengukuran 250C dengan jumlah garam larut dan waktu yang sama. Peningkatan
kecepatan laju reaksi paling tinggi terjadi pada rendaman pertama yang meningkat
5.2 kali lebih cepat dari kecepatan suhu standar. Sedangkan peningkatan
kecepatan laju reaksi paling rendah terjadi pada rendaman ke-3 yang meningkat
1.06 kali lebih cepat dari suhu standar
Tabel 3.16. Nilai Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi Mangkuk
Sedang
No
Jumlahselisih
salinitaspada suhu
standar 250C
Nilai Molaritaspada volume3 m
3air (M)
pada suhustandar 25
0C
Waktu(jam)
Kecepatan LajuReaksi padasuhu standar
250C
(Molar/jam)[VL = M/J]
KecepatanLaju Reaksipada suhu
28.20C
(Molar/jam)[VL = M/J]
Nilaikenaikan
1 5.22264 319.7535 16 21.30459 19.98459 1.066051
2 2.35792 144.3624 3.5 48.21943 41.24641 1.169057
3 0.05846 3.579184 3.5 5.313341 1.022624 5.195792
4 0.86016 52.66286 18.5 1.441655 2.846641 0.506441
5 0.98342 60.20939 4 16.06745 15.05235 1.067438
6 -0.33507 -20.5145 25.5 0.381345 -0.80449 -0.47402
7 0.09848 6.029388 16.5 0.39833 0.365417 1.090069
8 0.35503 21.73653 6 3.949796 3.622755 1.090274
9 0.99046 60.64041 67 0.735745 0.905081 0.812905
10 0.11927 7.302245 28.5 0.27652 0.256219 1.079232
11 0.05626 3.44449 2 1.855102 1.722245 1.077142
12 0.09383 5.744694 44.5 0.139055 0.129094 1.077161
13 0.28192 17.26041 93.5 0.076809 0.184603 0.416075
14 0.07528 4.60898 4 1.228469 1.152245 1.066153
15 0.03766 2.305714 3 0.819388 0.768571 1.066118
16 0.03767 2.306327 40.5 0.060711 0.056946 1.0661
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
90
Universitas Indonesia
17 0.07537 4.61449 120.5 0.040825 0.038295 1.066074
18 0.09428 5.772245 2.5 2.461469 2.308898 1.06608
19 -0.07543 -4.61816 73.5 0.090512 -0.06283 -1.44054
20 0.0738 4.518367 163.5 0.030668 0.027635 1.109756
21 Rata-rata kenaikan 1.1
3.3.5. Hasil Desalinasi Mangkuk Sedang
Sampel dari 100 buah mangkuk keramik berukuran sedang menunjukkan
bahwa terdapat 19 buah mangkuk sudah bersih dari gangguan kerang dan materi
lain yang menempel, 12 buah diantaranya memiliki glasir di tempat tertentu pada
badan keramik dan 7 buah memiliki gelasir yang tipis di seluruh badang keramik.
Mangkuk yang masih terdapat sisa-sisa bagian kecil kerang yang menempel pada
mangkuk sebanyak 62 buah dengan 35 buah tersisa glasir pada tempat tertentu
dan 27 buah masih tersisa glasir yang tipis merata di badan keramik. Mangkuk
sedang yang masih masih terkonsentrasi kerang-kerang yang sulit dihilangkan
sebanyak 19 buah mangkuk, 15 buah diantaranya terdapat sisa glasir di tempat
tertentu di badan keramik dan 4 buah yang menyisakan glasir tipis di seluruh
permukaan mangkuk.
Dengan demikian jumlah keseluruhan mangkuk keramik besar yang
glasirnya masih tersisa di daerah tertentu pada badan mangkuk berjumlah 62 buah
dan yang berglasir tipis di seluruh permukaan badan mangkuk berjumlah 38 buah
dan semua mangkuk pada permukaannya tidak terdapat Kristal garam.
NoKeadaan Mangkuk
KeramikTidak Ada
GlasirAda
GlasirGlasirTipis
KristalGaram
JumlahMangkuk
1 Tidak ada kerang - 12 7 - 19
2 Fragmen kerang - 35 27 - 62
3 Sedikit Kerang - 15 4 - 19
4 Jumlah Mangkuk - 62 38 - 100Tabel 3.18. Hasil Desalinasi Mangkuk Sedang
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
91
Universitas Indonesia
3.4. Desalinasi Mangkuk Kecil
Hasil pengukuran desalinasi mangkuk kecil mencatat 43 kejadian melalui 3
rendaman dalam waktu 409 jam (lebih dari 15 hari) dengan volume air sebanyak
4 m3 dan volume artefak 0,5 m3 (setara dengan 500 kilogram). Suhu rata-rata air
rendaman 28,5 0C, rata-rata untuk pengukuran tiap kejadian dilakukan dalam
selang waktu 11,5 jam per-pencatatan. Kadar garam mula-mula berada pada
angka 958 mS, tertinggi mencapai 1460 mS dan terendah mencapai 951 mS.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
92
Universitas Indonesia
Tabel 3.19. Desalinasi Mangkuk kecil
No.Tanggal - Waktu
(tanggal-bulan-tahun) - (pukul)Lama (jam)
Total WaktuRendaman
(jam)
Salinitas airdalam bak
(mikroSiemens)
Suhu AirRendaman
(0C)
Catatan Rendaman
109/12/08
15:30Waktu rendam 0 0 958 29
Volume air yang sebanyak 4 m3. Artefak yang
digunakan sebanyak 1966 atau setara dengan0,5 m
3. Total volume dalam rendaman 4,5 m
3
Kadar garam air keran 957 mS
Re
nd
aman
1
2 09/12/08 16:30
Waktu
uku
r
1 1 1293 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 1295 mS
3 10/12/08 8:30 16 17 1320 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1319 mS
4 10/12/08 14:00 5.5 22.5 1345 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1340 mS
5 10/12/08 16:30 2.5 25 1351 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1349 mS
6 11/12/08 9:00 16.5 41.5 1392 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1390 mS
7 11/12/08 13:00 4 45.5 1398 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1399 mS
8 11/12/08 16:30 3.5 49 1407 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1400 mS
9 12/12/08 9:00 16.5 65.5 1433 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1430 mS
10 12/12/08 13:30 4.5 70 1442 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1440 mS
11 12/12/08 16:00 2.5 72.5 1458 30 Pengukuran salinitas dalam gelas 1460 mS
12 15/12/08 8:00 64 136.5 1460 30 pengukuran salinitas dalam gelas 1460 mS
1315/12/08
8:00Waktu rendam 0 136.5 966 28
Pergantian air dilakukan dengan kadar garamair keran 966 mS. Volume air tetap, volume
artefak sama. Pengukuran terakhir 1463
Ren
dam
an2
14 15/12/08 13:00
Waktu
uku
r
5 141.5 986 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 990 mS
15 15/12/08 16:30 3.5 145 993 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 992 mS
16 16/12/08 8:00 15.5 160.5 1010 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1009 mS
17 16/12/08 14:00 6 166.5 1013 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1009 mS
18 16/12/08 17:00 3 169.5 1021 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1019 mS
19 17/12/08 9:00 16 185.5 1023 27.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1023 mS
20 17/12/08 13:30 4.5 190 1025 27.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1022 mS
21 17/12/08 16:30 3 193 1025 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1023 mS
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
93
Universitas Indonesia
22 18/12/08 10:00 17.5 210.5 1027 27.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 1025 mS
23 18/12/08 14:00 4 214.5 1029 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1026 mS
24 18/12/08 16:00 2 216.5 1029 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 1026 mS
25 19/12/08 9:00 17 233.5 1029 28 sampel salinitas dalam air 1026 mS
2619/12/08
9:00Waktu rendam 0 233.5 953 28.5
Pergantian air dilakukan dengan kadar garamair keran 951 mS. Pengukuran terakhir salinitas
dalam bak 1029 mS
Re
nd
aman
3
27 19/12/08 14:00
Waktu
uku
r
5 238.5 954 29 Pengukuran salinitas dalam gelas 952 mS
28 19/12/08 16:00 2 240.5 952 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
29 22/12/08 10:00 66 306.5 953 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
30 22/12/08 14:00 4 310.5 951 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS
31 22/12/08 16:30 2.5 313 952 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
32 23/12/08 8:00 15.5 328.5 954 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS
33 23/12/08 13:00 5 333.5 954 30 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
34 23/12/08 16:30 3.5 337 955 29.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 952 mS
35 24/12/08 8:00 15.5 352.5 951 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
36 24/12/08 14:00 6 358.5 953 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS
37 24/12/08 16:30 2.5 361 954 28Pergantian air tidak dilakukan karena tingginya
kadar garam air keran yaitu 1022 mS.Pengukuran salinitas dalam gelas 955 mS
38 25/12/08 9:00 16.5 377.5 954 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 955 mS
39 25/12/08 14:00 5 382.5 953 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 953 mS
40 25/12/08 16:00 2 384.5 956 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS
41 26/12/08 9:00 17 401.5 957 28.5 Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS
42 26/12/08 13:30 4.5 406 954 28 Pengukuran salinitas dalam gelas 956 mS
43 26/12/08 16:30 3 409 955 28Pengukuran salinitas dalam gelas 954 mS.
Percobaan dan pendataan dihentikan karenamelampaui target waktu (400 jam)
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
94
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
95
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
96
Universitas IndonesiaDesalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
97
Universitas Indonesia
Tabel 3.19. Statistik Hasil Pengukuran Desalinasi Mangkuk Kecil
No. Hasil Pengukuran Rendaman 1 Rendaman 2 Rendaman 3 Kesimpulan
1 Jenis keramik Glasir hijau(green glaze)dengan warnadasarputih,kremdan abu-abu
Glasir hijau(green glaze)dengan warnadasarputih,kremdan abu-abu
Glasir hijau(green glaze)dengan warnadasarputih,kremdan abu-abu
Glasir hijau(green glaze)dengan warnadasarputih,krem danabu-abu
2 PerbandinganVolume air :Volume artefak
4 m3
: 0.5 m3
atau8 : 1
4 m3
: 0.5 m3
atau8 : 1
4 m3
: 0.5 m3
atau8 : 1
4 m3
: 0.5 m3
atau8 : 1
3 Total waktu 136,5 jam 97 jam 175,5 jam 409 jam
4 Konduktivitastertinggi
1460 mS 1029 mS 957 mS 1460 mS
5 Konduktivitasterendah
958 mS 966 mS 951 mS 951 mS
6 Total garamterlarut
11,1 gr/L 1,3 gr/L 0,5 gr/L 12,9 gr/L
7 Sisa garammengendap
- - 15,5 gr/L 15,5 gr/L
8 Selisih konsentrasigaram tertinggi
0,141903M/Liter
0,010631M/Liter
0,003883M/Liter
0,141903M/Liter
9 Selisih konsentrasigaram terendah
0,000906M/Liter
0,001184M/Liter
0,000417M/Liter
0,000417M/Liter
10 Total konsentrasigaram terlarut
0,226622M/Liter
0,02565M/Liter
0,010846M/Liter
0,263118M/Liter
11 Kecepatan laruttercepat
567,6114M/Jam
6,492735M/Jam
3,106449M/Jam
567,6114M/Jam
12 Kecepatan larutpaling lambat
0,05662M/Jam
0,161572M/Jam
0,075807M/Jam
0,05662M/Jam
13 Kecepatan larutgaram rata-rata
3,432269M/Jam
0,105574M/Jam
0,015109M/Jam
-
14 Percepatan garamterlarut
3,312499M/Jam
20,00517M/Jam
20,012921M/Jam
2-
15 Suhu air tertinggi 300C 28,5
0C 29,5
0C 30
0C
16 Suhu air terendah 280C 27.5
0C 28
0C 27,5
0C
17 Suhu air rata-rata 28,60C 30
0C 28,6
0C 28,4
0C
18 Kenaikan suhu rata-rata
3,90C 3
0C 3,6
0C 3,5
0C
19 Rata-rata kenaikankecepatan larutgaram dari suhustandar
1,4 kali 1,03 kali 3,8 kali 2,1 kali
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
98
Universitas Indonesia
3.3.1. Jumlah Garam Terlarut
Rendaman pertama memiliki total garam terlarut sebanyak 11,1 gr/L atau
sekitar 5552,2 gram garam yang telah larut dari 500 kilogram mangkuk keramik
kecil. Rendaman ke-2 garam terlarut sebanyak 1,3 gr/L atau sekitar 628,4 gram
dari keseluruhan mangkuk. Rendaman ke-3 melarutkan garam sebanyak 0,5 gr/L
atau 265,7 gram untuk keseluruhan mangkuk keramik.
Total keseluruhan garam yang terlarut pada desalinasi mangkuk besar
sebanyak 12,9 gr/L atau 6446,4 gram pada 500 kilogram mangkuk keramik yang
ada. Hasil pengukuran juga memberikan data lain yaitu sisa garam yang masih
mengendap pada mangkuk keramik. Pada pengukuran akhir rendaman ke-3
diketahui unsur garam yang belum larut mencapai 15,5 gr/L atau setara dengan
7750 gram yang mengendap pada mangkuk keramik kecil.
Tabel 3.20. Nilai Garam Terlarut Desalinasi Mangkuk Kecil
No.Pencatatanpengukuran
Salinitas airdalam bakpada suhu
standar 250C
(mikroSiemens)
Suhu AirRendaman
(0C)
Salinitas airdalam bak
pada masing-masing suhu
(mikroSiemens)
PSU ( R )Salinitas
(gr/L)
1
Re
nd
aman
1
958 29 1030.808 0.489007 15.89556
2 1293 29 1391.268 0.68085 22.8488
3 1320 28 1395.24 0.682973 22.92729
4 1345 28 1421.665 0.697101 23.45044
5 1351 28.5 1440.842 0.707359 23.83119
6 1392 28.5 1484.568 0.730767 24.7028
7 1398 28.5 1490.967 0.734194 24.83074
8 1407 28 1487.199 0.732176 24.75539
9 1433 29.5 1555.522 0.768798 26.12718
10 1442 29.5 1565.291 0.774039 26.32427
11 1458 30 1596.51 0.790796 26.95566
12 1460 30 1598.7 0.791971 27.00005
13
Re
nd
aman
2
966 28 1021.062 0.483842 15.71238
14 986 28 1042.202 0.495046 16.11006
15 993 28 1049.601 0.498969 16.24954
16 1010 28.5 1077.165 0.513588 16.77047
17 1013 28.5 1080.365 0.515285 16.83107
18 1021 28 1079.197 0.514666 16.80896
19 1023 27.5 1071.593 0.510632 16.66499
20 1025 27.5 1073.688 0.511743 16.70463
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
99
Universitas Indonesia
21 1025 28 1083.425 0.516909 16.88907
22 1027 27.5 1075.783 0.512854 16.74429
23 1029 28 1087.653 0.519153 16.96923
24 1029 28 1087.653 0.519153 16.96923
25 1029 28 1087.653 0.519153 16.96923
26
Re
nd
aman
3
953 28.5 1016.375 0.481359 15.62437
27 954 29 1026.504 0.486726 15.81464
28 952 28 1006.264 0.476003 15.43475
29 953 29.5 1034.482 0.490954 15.96468
30 951 29.5 1032.311 0.489803 15.92383
31 952 29.5 1033.396 0.490378 15.94425
32 954 29.5 1035.567 0.491529 15.98511
33 954 30 1044.63 0.496333 16.15581
34 955 29.5 1036.653 0.492104 16.00554
35 951 28 1005.207 0.475443 15.41494
36 953 28 1007.321 0.476563 15.45456
37 954 28 1008.378 0.477123 15.47437
38 954 28 1008.378 0.477123 15.47437
39 953 28 1007.321 0.476563 15.45456
40 956 28 1010.492 0.478243 15.51401
41 957 28.5 1020.641 0.483619 15.70447
42 954 28 1008.378 0.477123 15.47437
43 955 28 1009.435 0.477683 15.49419
Tabel 3.21. Jumlah Garam Terlarut Mangkuk Kecil
NoKenaikan garam
no. pencatatan keNilai Kenaikan (gr/L) Jumlah Selisih (gr/L)
1 1 ke 2 15.89556 - 22.8488 6.95324
9.30449
2 2 ke 3 22.8488 - 22.92729 0.07849
3 3 ke 4 22.92729 - 23.45044 0.52315
4 4 ke 5 23.45044 - 23.83119 0.38075
5 5 ke 6 23.83119 - 24.7028 0.87161
6 6 ke 7 24.7028 - 24.83074 0.12794
7 7 ke 9 24.83074 - 26.12718 1.29644
8 9 ke 10 26.12718 - 26.32427 0.19709
9 10 ke 11 26.32427 - 26.95566 0.63139
10 11 ke 12 26.95566 - 27.00005 0.04439
11 13 ke 14 15.71238 - 16.11006 0.39768
1.25685
12 14 ke 15 16.11006 - 16.24954 0.13948
13 15 ke 16 16.24954 - 16.77047 0.52093
14 16 ke 17 16.77047 - 16.83107 0.0606
15 17 ke 21 16.83107 - 16.88907 0.058
16 21 ke 23 16.88907 - 16.96923 0.08016
17 26 ke 27 15.62437 - 15.81464 0.19027 0.53144
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
100
Universitas Indonesia
18 27 ke 29 15.81464 - 15.96468 0.15004
19 29 ke 32 15.96468 - 15.98511 0.02043
20 32 ke 33 15.98511 - 16.15581 0.1707
21 Jumlah Garam Terlarut 11,089278
3.4.2. Konsentrasi Garam
Jumlah konsentrasi garam terlarut untuk rendaman pertama sebesar
0,226622 M per-liternya merupakan jumlah mol terbanyak dibandingkan
rendaman 2 dan 3 yang masing-masing berjumlah 0,02565 dan 0,010846 M/Liter.
Rendaman pertama memiliki konsentrasi garam terlarut tertinggi sebesar
0,141903 M/Liter dan yang larut terendah sebesar 0,000906 M/Liter. Rendaman
ke-2 memiliki konsentrasi garam terlarut 0,010631 M/Liter untuk yang paling
tinggi, sedangkan 0,001184 M/Liter untuk yang paling rendah. Rendaman ke-3
dengan jumlah konsentrasi garam terlarut tertinggi sebesar 0,03883 M/Liter dan
yang terendah sebesar 0,000417 M.
Dengan demikian konsentrasi keseluruhan garam terlarut dalam larutan
sebanyak 4 m3 (4000 liter) pada tiap rendaman adalah 906,489 M untuk rendaman
pertama, 102,6 M untuk rendaman ke-2 dan 43,38268 M untuk rendaman ke-3.
Total keseluruhan rendaman mencapai 1052,472 M garam terlarut. Artinya
terdapat 6335,881x1023 partikel garam yang terlarut pada desalinasi mangkuk
kecil tersebut.
Tabel 3.22. Nilai Konsentrasi Garam Terlarut Mangkuk Kecil
No Kenaikangaram no.
pencatatanke
JumlahSelisih (gr/L)
Nilai Molaritas (M) perLiter
Nilai Molaritas padavolume 4 m
3air (M)
1 1 ke 2 6.95324 0.141903
0.226622
567.6114
906.489
2 2 ke 3 0.07849 0.001602 6.4073473 3 ke 4 0.52315 0.010677 42.706124 4 ke 5 0.38075 0.00777 31.081635 5 ke 6 0.87161 0.017788 71.151846 6 ke 7 0.12794 0.002611 10.444087 7 ke 9 1.29644 0.026458 105.83188 9 ke 10 0.19709 0.004022 16.08898
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
101
Universitas Indonesia
9 10 ke 11 0.63139 0.012886 51.5420410 11 ke 12 0.04439 0.000906 3.62367311 13 ke 14 0.39768 0.008116
0.02565
32.46367
102.6
12 14 ke 15 0.13948 0.002847 11.3861213 15 ke 16 0.52093 0.010631 42.524914 16 ke 17 0.0606 0.001237 4.94693915 17 ke 21 0.058 0.001184 4.73469416 21 ke 23 0.08016 0.001636 6.54367317 26 ke 27 0.19027 0.003883
0.010846
15.53224
43.3828618 27 ke 29 0.15004 0.003062 12.2481619 29 ke 32 0.02043 0.000417 1.66775520 32 ke 33 0.1707 0.003484 13.93469
T o t a l 0.263118 1052.472
3.4.3. Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi)
Hasil pengukuran desalinasi mangkuk keramik kecil menunjukkan
terdapat 20 kali kenaikan garam terlarut sehingga dapat diketahui 20 kejadian
dengan masing-masing kecepatan larutnya garam dalam mangkuk keramik ke
dalam air. Rendaman pertama terjadi 10 kali perubahan dengan kecepatan larut
tercepat terjadi pada kecepatan awal sebesar 567,6114 M/Jam atau 3417x1023
partikel garam melarut per-jam dan yang paling lambat sebesar 0,05662 M/Jam
atau 0,34x1023 partikel garam melarut per-jam. Sebanyak 3 kali perlambatan
kecepatan terjadi pada rendaman pertama.
Perlambatan tersebut ditandai dengan makin berkurangnya kecepatan
larutnya garam jika dibandingkan dengan kecepatan larut garam sebelumnya.
Sehingga percepatan larutnya garam jadi melambat sebesar 3,312499 M/Jam
dengan kecepatan akhirnya melambat sebesar 13,64997 M/Jam dan kecepatan
rata-rata sebesar 3,432269 M/Jam yang ditempuh selama 136,5 jam.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
102
Universitas Indonesia
Tabel 3.23. Nilai Kecepatan Larut Garam (Kecepatan Laju Reaksi) Mangkuk
Kecil
No
Nilai Molaritas padavolume 4 m
3air (M)
=Jarak tempuh (S)
Waktu(jam/J)
=Waktu
(t)
KecepatanLaju Reaksi
(Molar/jam)[VL = M/J]
=[V = S/t]
PercepatanLaju Reaksi
(Molar/jam2)[aL = ΔVL /ΔJ]
=[a = ΔV/Δt]
Kecepatan akhirlaju reaksi (M/J)[VtL= v0L + aL.J]
=[vt = v0 + a.t]
Kecepatanrata-rata
1 567.6114
906.489
1 567.6114
-3.312499 -13.64997 3.432269
2 6.407347 16 0.400459
3 42.70612 5.5 7.76475
4 31.08163 2.5 12.43265
5 71.15184 16.5 4.312233
6 10.44408 4 2.61102
7 105.8318 20 5.291592
8 16.08898 4.5 3.575329
9 51.54204 2.5 20.61682
10 3.623673 64 0.05662
11 32.46367
102.6
5 6.492735
-0.00517 -4.368015 0.105574
12 11.38612 3.5 3.253178
13 42.5249 15.5 2.743542
14 4.946939 6 0.82449
15 4.734694 26.5 0.178668
16 6.543673 40.5 0.161572
17 15.53224
43.38286
5 3.106449
0.012921 0.062119 0.01510918 12.24816 68 0.18012
19 1.667755 22 0.075807
20 13.93469 80.5 0.173102
Rendaman ke-2 diketahui 6 kali perubahan larutnya garam dengan
kecepatan larut tercepat mencapai 6,492735 M/Jam, kemudian melambat dengan
percepatan 0,00517 M/Jam hingga kecepatan larut paling lambat mencapai
0,161572 M/Jam. Secara keseluruhan rendaman ke-2 memiliki kecepatan akhir
garam melarut melambat sebesar 4,368015 M/Jam dan kecepatan larut rata-rata
sebesar 0,105574 M/Jam yang ditempuh dalam waktu 97 jam.
Rendaman ke-3 mengalami 4 kali perubahan kecepatan larutnya garam
dengan kecepatan paling cepat terjadi pada kecepatan awalnya sebesar 3,106449
M/Jam. Paling lambat terjadi pada kecepatan 0,075807 M/Jam dengan percepatan
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
103
Universitas Indonesia
naik sebesar 0,012921 M/jam2 dan Akhir laju reaksinya 0,062119 M/jam. Secara
keseluruhan rendaman keempat memiliki kecepatan rata-rata 0,015109 M/jam
dengan keseluruhan waktu tempuh sebanyak 175,5 jam.
3.4.4. Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi
Perubahan suhu air rendaman pada desalinasi mangkuk kecil terjadi 20
kali dari suhu air standar 250C ke suhu air rata-rata 28,40C. Terdapat 3 reaksi
penurunan kecepatan dan 17 reaksi kenaikan kecepatan dari rata-rata kenaikan
suhu air sebesar 3,40C. Kenaikan suhu air tersebut menyebabkan peningkatan
kecepatan paling tinggi terjadi pada rendaman ketiga hingga mencapai 10 kali
kecepatan larut garam pada suhu standar. Peningkatan paling kecil terjadi pada
rendaman pertama dengan 1,06 kali peningkatan dari suhu standar. Secara
keseluruhan kecepatan larutnya garam meningkat menjadi 1,2 kali lebih cepat
karena peningkatan suhu 3,40C dari suhu standar 250C.
Tabel 3.25. Nilai Pengaruh Suhu pada Kenaikan Laju Reaksi Mangkuk
Kecil
No
Jumlahselisih
salinitaspada suhu
standar25
0C
NilaiMolaritas
padavolume 4m
3air (M)
pada suhustandar
250C
Waktu(jam)
KecepatanLaju Reaksipada suhu
standar 250C
(Molar/jam)[VL = M/J]
KecepatanLaju Reaksipada suhu
28.20C
(Molar/jam)[VL = M/J]
Nilaikenaikan
1 567.6114 521.3224 1 521.3224 567.6114 1.088791
2 6.407347 43.06776 16 2.691735 0.400459 0.148774
3 42.70612 40.01306 5.5 7.275102 7.76475 1.067305
4 31.08163 9.622857 2.5 3.849143 12.43265 3.22998
5 71.15184 65.95102 16.5 3.997032 4.312233 1.078859
6 10.44408 9.680816 4 2.420204 2.61102 1.078843
7 105.8318 56.61551 20 2.830776 5.291592 1.869308
8 16.08898 14.59837 4.5 3.244082 3.575329 1.102108
9 51.54204 25.99429 2.5 10.39771 20.61682 1.982822
10 3.623673 3.252245 64 0.050816 0.05662 1.114207
11 32.46367 30.45796 5 6.091592 6.492735 1.065852
12 11.38612 10.68163 3.5 3.051895 3.253178 1.065953
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
104
Universitas Indonesia
13 42.5249 25.98939 15.5 1.676735 2.743542 1.636241
14 4.946939 4.592653 6 0.765442 0.82449 1.077142
15 4.734694 18.39347 26.5 0.694093 0.178668 0.257412
16 6.543673 6.137959 40.5 0.151555 0.161572 1.066099
17 15.53224 1.517551 5 0.30351 3.106449 10.23507
18 12.24816 -1.51755 68 -0.02232 0.18012 8.07101
19 1.667755 1.517551 22 0.06898 0.075807 1.098978
20 13.93469 0 80.5 0 0.173102 0
21 Rata-rata kenaikan 1.2
3.4.5. Hasil Desalinasi Mangkuk Kecil
Seratus buah sampel mangkuk keramik berukuran kecil menunjukkan
bahwa terdapat 22 buah mangkuk sudah bersih dari gangguan kerang dan materi
lain yang menempel, 10 buah diantaranya memiliki glasir di tempat tertentu pada
badan keramik dan 12 buah memiliki gelasir yang tipis di seluruh badang
keramik. Sisa-sisa bagian kecil kerang yang masih menempel pada mangkuk kecil
sebanyak 45 buah dengan 21 buah tersisa glasir pada tempat tertentu dan 24 buah
masih tersisa glasir yang tipis merata di badan keramik. Kerang dan materi lain
yang terkonsentrasi pada mangkuk dan sulit untuk dihilangkan sebanyak 33 buah
mangkuk, 15 buah diantaranya terdapat sisa glasir di tempat tertentu di badan
keramik dan 18 buah yang menyisakan glasir tipis di seluruh permukaan
mangkuk.
Dengan demikian jumlah keseluruhan mangkuk keramik besar yang
glasirnya masih tersisa di daerah tertentu pada badan mangkuk berjumlah 46 buah
dan yang berglasir tipis di seluruh permukaan badan mangkuk berjumlah 54 buah
dan semua mangkuk pada permukaannya tidak terdapat Kristal garam.
NoKeadaan Mangkuk
KeramikTidak Ada
GlasirAda
GlasirGlasirTipis
Kristalgaram
JumlahMangkuk
1 Tidak ada kerang - 10 12 - 22
2 Fragmen kerang - 21 24 - 45
3 Sedikit Kerang - 15 18 - 33
4 Jumlah Mangkuk - 46 54 - 100Tabel 3.25. Hasil Desalinasi Mangkuk Kecil
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
105
Universitas Indonesia
BAB IVMANGKUK KERAMIK DARI KAPAL KARAM DI KARAWANG
JAWA BARAT
4.1. Hubungan Jenis Keramik dengan Desalinasi
Desalinasi mangkuk keramik dengan ukuran besar, sedang dan kecil
memiliki jenis keramik yang sama yaitu ditandai dengan sisa-sisa glasir berwarna
hijau (green glaze) yang masih melekat pada permukaan badan mangkuk,
permukaan keramik yang keras dan padat (namun bukan kaca), teksturnya seperti
batu, berpori, berwarna abu-abu, beberapa berwarna krem atau putih, glasir yang
telah mengelupas menunjukkan glasirnya tipis. Tidak memiliki hiasan baik lukis,
ukir maupun tempelan, bentuk badan memiliki pola seperti bentuk kelopak bunga
(mangkuk sedang dan mangkuk besar). Diperkirakan jenis keramik tersebut
merupakan jenis keramik porcelaneous stoneware.
Porcelaneous stoneware memiliki karakteristik sebagai bahan yang tahan air
(tidak serap air) karena teksturnya yang rapat akibat pembakaran suhu yang
tinggi. Jikapun terdapat garam pada keramik jenis tersebut maka garam berbentuk
padatlah (karang) yang diperkirakan menempel bukan mengendap. Dikatakan
menempel karena secara fisik dan kimia karang tidak mengurai dan terikat dengan
keramik, namun hanya melekat tanpa terikat di permukaan keramik. Desalinasi
tersebut diketahui bahwa terdapat jumlah garam yang cukup besar mengendap
pada mangkuk keramik, hampir setara dengan konsentrasi garam di laut.
Garam diperkirakan akan sulit mengendap jika diketahui mangkuk keramik
terbuat dengan karakteristik porcelaneous stoneware. Jika air saja tidak dapat
tembus dan menyerap ke permukaan mangkuk keramik tersebut, maka garam-pun
tidak dapat melakukan hal yang sama karena memiliki partikel yang lebih besar
dibandingkan dengan air. Kecuali jika keramik mengalami perubahan secara fisik
karena mendapati kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan bahan yang
terkandung didalamnya sehingga garam yang larut dengan air dapat menyerap dan
mengendap.
Glasir yang terkelupas dan terkikis menjadi tipis merupakan salah satu
perubahan fisik yang terjadi pada mangkuk keramik tersebut atau bisa dikatakan
keramik mengalami kerusakan. Keramik yang ditemukan pada kedalaman 54
105
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
106
Universitas Indonesia
meter di bawah permukaan air mengalami tekanan 6 kali lebih banyak
dibandingkan dengan di daratan. Dapat diperkirakan bahwa jika suatu benda di
daratan dapat rusak karena tekanan dan kondisi daratan yang normal, maka pada
54 meter di dasar laut benda akan 6 kali lebih cepat rusak, namun belum tentu
rusaknya akan 6 kali lebih parah. Begitu-pun yang kira-kira dialami mangkuk
keramik tersebut. Permukaan keramik yang berglasir seharusnya tidak
mengendapkan garam, namun karena tekanan yang hebat, pada waktu tertentu
glasir kemudian rusak dengan terkikis ataupun mengelupas sehingga membuka
jalan untuk garam dapat memasuki permukaan mangkuk setelah lapisan glasir.
Adanya perubahan konsentrasi garam di laut secara berulang dapat pula
menjadi pemicunya. Iklim tropis Indonesia yang mengalami 6 bulan musim panas
dan 6 bulan musim hujan dapat merubah konsentrasi garam setiap tahunnya. Pada
musim panas penguapan di laut terjadi sangat besar sehingga konsentrasi garam di
permukaannya lebih besar jika dibandingkan dengan di dasar laut. Sebaliknya,
ketika musim hujan terjadi, konsentrasi garam di permukaan laut lebih kecil
dibandingkan dengan di dasar laut. Adanya perubahan secara berulang tersebut
diperkirakan merusak permukaan mangkuk porcelaneous stoneware tersebut
setelah glasirnya rusak terlebih dahulu. Permukaan mangkuk porcelaneous
stoneware mulai berpori terkikis dan tertekan oleh air. Sehingga garam telarut
dapat mengisi pori-pori tersebut dan mengendap.
4.1.1. Garam Terlarut
Desalinasi keramik berjenis porcelaneous stoneware (selanjutnya
disingkat ps) diketahui dapat melarutkan garam hingga hampir separuhnya dari
seluruh garam yang mengendap pada keramik tersebut dalam waktu kurang dari
72 jam (bulatan putih pada grafik) atau tepatnya dalam waktu 48 jam saja (tanda
kotak merah pada grafik) keramik ps sudah cukup dalam melalui proses
perendaman. Mangkuk besar melarutkan 8,7 gr/L dari 22,7 gr/L garam yang
mengendap, mangkuk sedang melarutkan 12,5 gr/L dari 27,1 gr/L garam yang
mengendap dan mangkuk kecil melarutkan 11,1 gr/L dari 27,6 gr/L garam yang
mengendap.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
107
Universitas Indonesia
Garam melarut dengan sangat lambat bahkan tidak larut sama sekali
setelah 72 jam perendaman (atau setelah rendaman pertama). Mangkuk besar pada
rendaman kedua melarutkan 0,6 gr/L, mangkuk sedang 0,73 gr/L dan mangkuk
kecil 1,3 gr/L. Rendaman ke-3 mangkuk besar melarutkan 0,5 gr/L, mangkuk
sedang melarutkan 0,09 gr/L dan mangkuk kecil melarutkan 0,5 gr/L. Artinya
rendaman pertama selama kurang lebih 72 jam tersebut merupakan rendaman
paling efektif untuk jenis keramik ps dalam menggunakan air tanah untuk
melarutkan garam yang mengendap. Sehingga keramik tersebut dapat direndam
hanya dengan waktu kurang dari 72 jam saja untuk menghilangkan setengah dari
kadar garam yang mengendap. Lebih dari waktu tersebut justru tidak banyak
melarutkan garam, sehingga rendaman berikutnya dapat diabaikan.
Jika mangkuk keramik dengan jenis ps dikatakan cukup melakukan
desalinasi selama kurang-lebih 72 jam maka mangkuk keramik dengan bahan
earthenware diperkirakan harus melalui desalinasi lebih lama. Hal tersebut terjadi
karena karakteristik earthenware yang memang menyerap air. Sehingga garam
diasumsikan mengendap sangat jauh ke dalam pori dan memiliki jumlah garam
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan mangkuk porcelaneous stoneware.
Lain halnya dengan mangkuk keramik dengan bahan dasar kaolin (porselin).
Diperkirakan mangkuk dengan bahan porselin akan jauh lebih cepat jika
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
108
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan mangkuk ps, karena karakteristik porselin yang serupa
dengan kaca. Jadi dapat diperkirakan garam tidak akan mengendap hingga pori-
porinya. Kalaupun terdapat garam yang mengendap diperkirakan hanya garam
padat (karang).
Jumlah larutnya garam dapat diperkirakan mempengaruhi kondisi
mangkuk keramik itu sendiri. Makin besar garam melarut maka glasir yang sudah
rusak dapat dipertahankan agar tidak bertambah rusak dan kerang serta materi laut
yang menempel makin mudah untuk dilepaskan.
NoKeadaan Mangkuk
KeramikTidak Ada
GlasirAda
GlasirGlasirTipis
KristalGaram
JumlahMangkuk
1 Tidak ada Kerang 2 44 34 -80
(26,7%)
2 Fragmen Kerang - 87 67 -154
(51,3%)
3 Sedikit Kerang - 42 24 - 66 (22%)
4 Jumlah Mangkuk 2 (0,6%)173
(57,7%)125
(41,7%)- 300
Tabel 4.1. Akumulasi sampel hasil desalinasi mangkuk keramik
Hasil dari sampel desalinasi menunjukkan bahwa hanya 0,6 % (2 buah) saja
mangkuk keramik yang tidak berglasir, atau rusak secara keseluruhan. Namun
sisanya glasir masih tersisa dan dapat terlihat dengan jelas baik yang tipis maupun
hanya sisa saja (ada glasir). Karang dan materi lain yang menempel dapat
dilepaskan sampai bersih hingga 26,7% (80 buah), sisanya 154 buah (51,3%)
hanya terdapat fragmen kerang dan sedikit saja kerang menempel 66 buah (22%).
Dengan demikian desalinasi mangkuk keramik ps tersebut dapat dikatakan cukup
tanpa harus menggunakan bahan kimia atau semacamnya dengan tujuan
preservasi dan konservasi. Pembersihan yang akan dilakukan pun akan sangat
mudah karena banyaknya garam yang telah larut mempermudah untuk luruhnya
kerang dan materi lain yang menempel. Hasil desalinasi tersebut dapat langsung
dilanjutkan menuju proses lain bahkan untuk di display untuk tujuan tertentu
(museum).
4.1.2. Volume Air
Volume air yang digunakan untuk desalinasi mangkuk keramik ps
diketahui sebanyak 3m3 untuk mangkuk besar dan sedang, dan 4m3 untuk
mangkuk kecil. Perbandingan antara volume artefak dan volume air diketahui
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
109
Universitas Indonesia
sebanyak 30 : 1 untuk mangkuk besar dan sedang dan 40 : 5 untuk mangkuk kecil.
Perbandingan garam yang larut dalam air dengan masing-masing mangkuk yaitu:
8,7 : 12,5 : 11,1 dengan perbandingan air 30 : 30 : 40 dan perbandingan volume
mangkuk 1 : 1 : 5. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa volume air tidak
banyak mempengaruhi banyak sedikitnya garam yang terlarut. Volume air
memang lebih banyak jika dibandingkan dengan volume artefak, namun begitu
banyaknya air tidak berbanding lurus dengan banyaknya garam yang larut.
Volume air dengan konsentrasi rendah dalam kuantitas banyak seharusnya
berbanding lurus dengan banyaknya garam yang terlarut. Secara teori, partikel air
yang lebih banyak akan dapat mengikat garam lebih banyak pula. Desalinasi
mangkuk keramik tidak menunjukkan demikian. Mangkuk besar memiliki garam
terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan mangkuk sedang padahal perbandingan
volume airnya sama. Mangkuk kecil dengan perbandingan volume air yang lebih
kecil jika dibandingkan mangkuk besar justru melarutkan garam lebih banyak.
Artinya besar kecilnya perbandingan volume air tidak bergantung pada banyak
sedikitnya volume mangkuk keramik ps tersebut.
Perbandingan tersebut diperkirakan disesuaikan dengan banyak sedikitnya
mangkuk dan ukuran besar kecilnya mangkuk. Mangkuk besar berjumlah 749
buah, mangkuk sedang 1503 buah dan mangkuk kecil 1966 buah. Mangkuk
sedang berjumlah 1503 melarutkan paling banyak garam karena jumlahnya yang
lebih besar daripada mangkuk besar dan ukurannya lebih besar dari pada
mangkuk kecil (seimbang).
4.1.3. Suhu Dan Kecepatan Laju Reaksi
Desalinasi semua mangkuk ps diketahui memiliki suhu air sebesar 270C-
290C untuk mangkuk besar dan 27,50C-300C untuk mangkuk sedang dan
mangkuk kecil. Besarnya suhu air tersebut memberikan kenaikan laju reaksi (dari
suhu standar 250C) melarutnya garam yang bervariasi mulai dari 2,4 kali untuk
mangkuk besar, 1,1 kali untuk mangkuk sedang dan 2,1 kali untuk mangkuk kecil.
Kenaikan suhu tersebut secara langsung berdampak pada banyaknya garam
melarut pada waktu tertentu dari permukaan mangkuk, seperti yang sudah
dijelaskan pada sub-bab 4.1.1. sebelumnya, hanya dalam waktu 72 jam saja
separuh dari garam yang mengendap dapat dilarutkan. Artinya pengaruh suhu
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
110
Universitas Indonesia
menjadi sangat penting ketika desalinasi dilakukan. Menaikkan suhu air dari
keadaan suhu air standar atau normal dapat mempercepat larutnya garam
sekaligus dapat mempercepat waktu desalinasi yang dilakukan
Pada bab 2 halaman 50-51 menjelaskan tentang pengaruh suhu air
terhadap garam. Pada penjelasan tersebut dapat disimpulkan bawah kenaikan suhu
air setelah 250C garam dapat melarut dengan lebih cepat dan suhu air menuju
suhu 1000C garam melarut dengan sangat lambat (diketahui bahwa suhu air 1000C
membuat garam justru mengendap karena menguapnya air). Jika kenaikan laju
reaksi terjadi setelah suhu air naik dari 250C, maka seharusnya terdapat titik balik
atau titik masksimal kenaikan suhu itu terjadi. Jika dihitung secara sederhana
dengan mengabaikan reaksi kimia yang lain, maka titik balik atau titik maksimal
untuk menaikkan suhu air agar dapat melarutkan garam yang mengendap dengan
lebih cepat akan bertemu pada diantara suhu 620C dan 630C atau jika diratakan
menjadi 62,50C. Suhu air diatas 62,50C diperkirakan akan melambatkan kembali
laju reaksi larutnya garam hingga kemudian mengendap jika mencapai suhu air
mendidih sebesar 1000C.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
111
Universitas Indonesia
Gambar 4.1. Titik jenuh suhu ketika garam mulai melarut dan mengendap
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
112
Universitas Indonesia
4.2. Hubungan Ukuran Mangkuk Keramik dengan Desalinasi
Masing-masing desalinasi mangkuk ps memiliki ukuran yang berbeda-
beda. Masing-masing ukuran melarutkan kadar garam yang berbeda-beda pula.
Artinya ukuran dapat mempengaruhi banyak sedikitnya garam melarut dalam air.
4.2.1. Luas Permukaan Sentuh
Penjelasan pada bab 2 hal 49-50 menerangkan mengenai pengaruh luas
permukaan sentuhan benda dalam pelarutan garam. Secara matematis, mangkuk
besar akan memiliki ukuran luas permukaan sentuh paling besar jika
dibandingkan dengan mangkuk ukuran sedang dan ukuran kecil. Namun demikian
mangkuk sedang memiliki luas permukaan sentuh paling besar karena jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan mangkuk besar, sedangkan mangkuk besar
memiliki jumlah paling sedikit diantara mangkuk sedang dan mangkuk kecil.
No.Ukuran
mangkukUkuran tebal
(cm)
Luas permukaansentuh rata-rata per-
mangkuk (cm2)
Luas seluruhpermukaan
sentuh (cm2)
1 Besar 0,4 – 0,6 864,66 647630
2 Sedang 0,3 – 0,5 482,2 724746,6
3 Kecil 0,1 – 0,3 195,99 385316,3Tabel 4.2. Jumlah luas permukaan sentuh masing-masing mangkuk
Hasil desalinasi menunjukkan bahwa mangkuk sedang lebih banyak
melarutkan garam dibandingkan mangkuk besar dan mangkuk kecil, sedangkan
mangkuk kecil lebih banyak melarutkan garam jika dibandingkan mangkuk besar.
Dengan demikian diperkirakan bahwa garam lebih cepat dan lebih banyak larut
dengan luas permukaan sentuh yang lebih besar. Makin besar luas permukaan
sentuh maka makin cepat dan makin banyak garam yang dapat dilarutkan,
sebaliknya makin kecil luas permukaan sentuh maka makin lama dan makin
sedikit garam yang dapat dilarutkan.
Jadi ukuran mangkuk tidak mempengaruhi cepat lambat dan banyak
sedikitnya garam melarut, namun ditentukan oleh ukuran luas permukaan sentuh
mangkuk keramik ps tersebut.
4.2.2. Kecepatan Larutnya Garam
Analisis pada bab 3 mengenai kecepatan laju reaksi untuk garam melarut
diketahui berbeda-beda dari masing-masing ukuran mangkuk maupun dari tiap
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
113
Universitas Indonesia
rendamannya. Rendaman pertama merupakan rendaman dengan garam terkarut
paling banyak, sehingga perkiraan akan mengacu pada rendaman pertama. Pada
rendaman pertama mangkuk besar memiliki laju reaksi dengan rata-rata 1,101748
M/Jam, mangkuk sedang 0,518985 M/Jam dan mangkuk kecil 3,432269 M/Jam.
Mangkuk kecil lebih cepat larut dibandingkan mangkuk besar dan
mangkuk sedang, sedangkan mangkuk besar lebih cepat dibandingkan dengan
mangkuk sedang. Hal tersebut tidak berbanding lurus dengan perkiraan luas
permukaan sentuh yang dapat mempengaruhi cepat garam melarut dalam air.
Artinya luas permukaan sentuh mangkuk keramik ps tidak mempengaruhi cepat
lambatnya garam melarut, namun diperkirakan jumlah mangkuk keramik dapat
mempengaruhi hal tersebut.
4.3. Identifikasi Waktu Melalui Kadar Garam Yang Terkandung
Telah diketahui bahwa unsur kadar garam di laut secara umum
mengandung sebanyak 35 bagian per-seribu atau 35 gr/L. Mangkuk keramik besar
dan kecil secara keseluruhan mengandung garam yang mengendap sebanyak 22,7
gr/L, 27,1 gr/L dan 28,4 gr/L. Atau jika dirata-ratakan maka akan didapat garam
mengendap sebesar 26,1 gr/L. Artinya konsentrasi garam pada mangkuk keramik
ps belum setara dengan konsentrasi air laut tempat mangkuk tersebut tenggelam.
Jika sudah setara antara konsentrasi mangkuk keramik dengan konsentrasi
lingkungan laut, maka seharusnya garam yang mengendap pada mangkuk tidak
jauh berbeda dari nilai 35 gr/L.
Dapat diperkirakan bahwa proses pengendapan garam masih terus
berlangsung hingga mangkuk keramik diangkat dari situs bawah air (laut). Jika
proses pengendapan garam masih berlangsung hingga sekarang artinya dapat
diketahui selang waktu antara garam mulai pertama kali mengendap (adsorpsi)
dengan glasir yang mulai rusak dari banyaknya garam yang mengendap.
Diperkirakan garam mulai mengendap ketika glasir rusak, sehingga dengan
mudah partikel garam menempati permukaan mangkuk.
Jika diketahui kecepatan adsorpsi garam kedalam mangkuk keramik
setelah glasir rusak dan seluruh garam yang mengendap pada mangkuk, maka
dapat diperkirakan berapa lama mangkuk berada dalam air laut. Namun
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
114
Universitas Indonesia
kekurangannya adalah seberapa lama glasir kemudian rusak, sehingga garam
dapat mengendap. Jadi waktu yang didapat karena kandungan garamnya hanya
akan diketahui setelah glasirnya rusak. Namun begitu untuk mangkuk keramik
lainnya yang tidak berglasir dapat diketahui langsung kapan kira-kira garam mulai
mengendap yang berarti waktu ketika kapal pertama kali karam atau tenggelam,
dengan catatan proses pengendapan masih berjalan hingga keramik tersebut
diangkat.
Bab 2 halaman 40 memberitahukan bahwa “kecepatan adsorpsi itu
berbanding terbalik dengan kuadrat diameter partikel benda, bertambah dengan
kenaikan konsentrasi zat terlarut, bertambah dengan kenaikan temperatur dan
berbanding terbalik dengan kenaikan berat molekul zat terlarut.” Diketahui
bahwa ukuran diameter partikel garam adalah antara 5 hingga 100 mikron (1
mikron sama dengan seperseribu millimeter). Jumlah keseluruhan partikel garam
yang mengendap pada masing-masing mangkuk juga telah diketahui.
Maka diperkirakan lamanya mangkuk dalam lautan dapat diketahui. Tentu
dengan mempertimbangkan aspek konsentrasi garam yang berubah tiap tahunnya.
Pada bab IV halaman 104 telah dijelaskan bahwa proses penguapan dapat
meningkatkan kadar garam di permukaan laut. Sehingga kadar garam di dasar laut
menjadi berkurang. Penguapan terbesar terjadi pada musim panas yang
berlangsung selama 6 bulan. Artinya terdapat penundaan garam untuk melakukan
adsorpsi selama 6 bulan dalam setahun, 6 bulan berikutnya ketika musim hujan,
kadar garam di dasar laut kemudian meningkat sehingga dimulai kembali adsorpsi
garam.
Jika mengetahui waktu garam mulai meng-adsorpsi mangkuk keramik ps,
maka akan dapat diketahui pula berapa lama glasir hingga kemudian rusak.
Apabila telah diketahui glasir dapat bertahan hingga rusak. Maka hasil tersebut
dapat diterapkan pada keramik lain dengan kasus yang sama. Dengan demikian
dapat diketahui kira-kira telah berapa lama keramik dalam laut yang akan
menuntun pada kapan kapal pengangkut tersebut tenggelam berkembang pada
kenapa kapal tersebut tenggelam dan proses-proses budaya yang terjadi pada
waktu tersebut.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
115
Universitas Indonesia
4.4. Kekurangan dan Kelebihan Metode Desalinasi
Setiap cara dan usaha dalam konservasi dan preservasi tidaklah dapat
sempurna. Ilmu konservasi memang bertumpu pada ilmu bahan dan teknologinya
(material science & Technology). Tanpa ilmu tersebut sulit untuk menerapkan
cara konservasi yang tepat.1 Metode apapun yang digunakan untuk konservasi
arkeologi harus memperhatikan agar atribut-atribut yang mengandung nilai
sejarah dan budaya yang melekat pada benda tersebut dapat dipertahankan serupa
dengan aslinya (ketika awal dibentuk atau dibuat).
4.4.1. Kekurangan
Kekurangan metode desalinasi diantaranya yaitu:
1. Rumus konversi yang rumit dalam perhitungan untuk mengetahui
secara pasti kadar garam yang telah larut, untuk itu ketelitian dalam
menghitung angka sangat dibutuhkan.
2. Tidak semua garam yang mengendap dapat dilarutkan. Maksimal
kadar garam dapat larut ¾ dari jumlah keseluruhan garam yang
mengendap.
3. Membutuhkan tempat yang besar jika benda arkeologi yang akan
direndam sangat banyak.
4.4.2. Kelebihan
Kelebihan metode desalinasi diantaranya yaitu:
1. Dapat mengetahui secara efektif kadar garam yang telah larut sehingga
dapat memutuskan kapan untuk berhenti melakukan perendaman untuk
diproses lebih lanjut.
2. Menghemat biaya dan waktu dalam melakukan penelitian arkeologi
maritim ataupun arkeologi bawah air karena hanya menggunakan air
dan pengkontrolan air rendaman dilakukan secara manual sehingga
tahu kapan harus berhenti rendam.
3. Aman dan tidak berbahaya karena tidak menggunakan bahan kimia
apapun untuk melarutkan kadar garam yang mengendap.
1 Joetono. “Pengamanan dan Konservasi Arkeologi”, dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII.Jakarta. 1996. Hlm 69.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
116
Universitas Indonesia
4. Dapat mempertahankan artefak arkeologi secara alami dari kerusakan
oleh garam, yang diperkirakan dapat bertahan lebih lama jika
dibandingkan dengan menggunakan bahan kimia.
5. Jika telah selesai desalinasi, karang dan materi laut dengan sangat
mudahnya dapat diluruhkan sehingga dapat mempermudah proses
pembersihan.
4.5. Manfaat Desalinasi untuk Arkeologi
Semua temuan arkeologis dari bawah air (laut) diperkirakan membutuhkan
proses desalinasi terlebih dahulu agar membuatnya stabil ketika berinteraksi
dengan lingkungan baru. Sebuah studi kasus mengenai temuan arkeologis,
khususnya keramik yang tidak melewati proses desalinasi akan berakibat
kerusakan yang fatal sehingga data arkeologi yang terkandung pada keramik
tersebut hilang. Kasus tersebut terjadi pada temuan bawah air (laut) dari kapal
karam di Belitung. Temuan arkeologis berupa berbagai jenis keramik dengan
bahan dasar porselin yang memiliki beragam motif lukis. Perkiraan temuan
tersebut berasal dari Cina zaman Dinasti Yuan (1279-1368 M) atau Dinasti Ming
(1368-1644 M).
Keramik hasil pengangkatan tersebut tidak melewati proses desalinasi
bahkan proses rendam sekalipun untuk kemudian didistribusikan ke Jakarta dan
langsung disimpan di gudang penyimpanan keramik. Selang beberapa bulan
kemudian ketika temuan keramik tersebut akan dipamerkan (display museum)
dilakukan pembersihan untuk menghilangkan karang dan materi organik laut yang
masih menempel. Tahap pembersihan yang dilakukan kemudian melewati tahap
rendam yang berlangsung paling lama hingga 8 jam, namun diantara tahap
rendam tersebut pembersihan dengan seksama dilakukan.
Tahap pembersihan tersebut justru ‘merusak’ temuan keramik yang ada.
Hiasan yang terdapat pada keramik tersebut justru terangkat (terbuang) bersama-
sama dengan karang dan materi organik lain yang menempel. Hal tersebut dapat
terjadi karena diperkirakan kandungan garam yang mengendap pada keramik
tersebut telah menjadi kristal dan mengikat kuat antara keramik bersama karang
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
117
Universitas Indonesia
dan materi organik lain yang menempel. Kerusakan tersebut sangat merugikan
bagi arkeolog yang akan mengungkap 3 tujuan arkeologi.
Hal tersebut tidak akan terjadi jika sejak awal proses perendaman atau
desalinasi dilakukan dengan sebaik-baiknya. Perkiraan proses desalinasi yang
dapat dilakukan, terutama keramik dengan jenis porcelaneous stoneware antara
lain:
Rendaman pertama merupakan rendaman paling efektif dimana garam
paling tinggi melarut, Keadaan tersebut harus dimanfaatkan dengan baik agar
larutnya garam dapat lebih efektif lagi. Desalinasi porcelaneous stoneware yang
dapat dilakukan agar lebih efektif yaitu:
1. Perbandingan antara volume air dengan volume artefak tidak terlalu besar
dan tidak terlalu rendah, penulis menyarankan perbandingan tersebut 10:1
untuk perbandingan volume air dengan volume artefak. Jika airnya terlalu
banyak, justru tekanan air dapat menghambat larutnya garam, sehingga
memperlambat garam untuk melarut dan jika sebaliknya (terlalu sedikit)
garam akan lambat melarut, karena konsentrasi garam pada air yang
sedikit cepat merata.
2. Suhu air yang digunakan berkisar antara 250C – 62,50C, garam pada suhu
tersebut efektif melarut, makin besar maka makin cepat melarut.
3. Kondisi air rendaman harus memiliki kadar garam dibawah 800
mikroSiemens (setara dengan air minum sehari-hari) makin rendah kadar
garamnya (hampir nol atau air sulingan) makin baik bagi artefak dan
mempercepat waktu desalinasi yang dibutuhkan.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk merendam artefak jika poin 1 – 3 tersebut
sudah terpenuhi, minimal 48 jam dan maksimal 72 jam dapat diangkat dari
rendaman.
Rangkaian proses 1 – 4 tersebut cukup menetralkan separuh garam yang
mengendap. Proses tersebut dapat dihentikan karena terhitung cukup dan sangat
aman. Kadar garam yang masih mengendap diperkirakan sama dengan air biasa.
Separuh sisanya, garam dapat dilarutkan tetapi diperlukan penanganan lain yang
lebih khusus, karena separuh garam yang mengendap kemungkinan telah
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
118
Universitas Indonesia
membentuk lapisan sehingga sulit melarut. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan
melakukan rendaman ke-2 yaitu dengan merendam dengan air sulingan atau air
hujan (satu jam setelah hujan karena awal air hujan mengandung asam, yang
justru dapat merusak) dengan komposisi volume, suhu dan waktu yang serupa.
Proses desalinasi tersebut dikhususkan pada porcelaneous stoneware yang
memiliki glasir. Jika dibandingkan dengan jenis keramik lain yang berbeda maka
diperkirakan penanangannya akan berbeda pula dengan porcelaneous stoneware
tersebut. Earthenware yang memiliki karakteristik dapat menyerap air hampir
dipastikan mengendap garam dan diperkirakan memiliki jumlah garam yang
mengendap mencapai 2 kali lebih banyak dari porcelaneous stoneware. Desalinasi
yang dilakukan-pun diperkirakan akan 2 kali lebih lama dari porcelaneous
stoneware. Lain halnya dengan keramik porselin. Keramik jenis tersebut terdiri
atas lapisan kaca sehingga memiliki sifat sangat tahan air. Diperkirakan tahap
desalinasi yang dibutuhkan untuk keramik porselin mencapai separuh (baik waktu
maupun banyaknya garam yang menempel) dari desalinasi porcelaneous
stoneware.
Manfaat lain dari desalinasi benda temuan arkeologis dari kapal karam
yang terendapkan garam adalah dapat memprediksi kadar garam pada temuan
yang mungkin mengendap di daerah laut tertentu dengan kedalaman tertentu pula.
Jika diketahui jumlah kadar garam yang mengendap pada keramik yang
tenggelam di tempat tertentu dengan kadar salinitas dan kedalaman tertentu, maka
dengan membandingkan kadar salinitas serta mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi salinitas pada tempat tertentu tersebut dapat memprediksi
berapa kira-kira kadar garam yang mungkin mengendap pada benda keramik.
Prediksi tersebut penting artinya sebagai penanganan awal semua benda atau
artefak arkeologis yang ditemukan di bawah air (laut) khususnya untuk benda
keramik.
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009
119
Universitas Indonesia
Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009