bab ii kiblat teoritis · 2015-07-06 · bab ii kiblat teoritis 2.1 teori kontijensi ... -11- dalam...
TRANSCRIPT
-10-
BAB II
KIBLAT TEORITIS
2.1 Teori Kontijensi
Pendekatan kontijensi pada akuntansi
manajemen adalah untuk mengidentifikasi hubungan
variabel ketidak pastian lingkungan, ketidak pastian
tugas, perubahan kultur dan struktur, dan ketidak
pastian strategi dengan desain sistem pengendalian
manajemen dan operasi yang tepat dibawah kondisi
yang berbeda-beda. Berdasarkan teori kontijensi
terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan
saling berinteraksi dalam kondisi tertentu, dan untuk
mengetahui keandalan sistem yang dibuat untuk
menghadapi perubahan terhadap variabel tertentu.
Sehingga Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
didesain tergantung pada faktor-faktor situasional
yang ada dalam organisasi.
Pendekatan kontinjensi menurut Otley (1978),
adalah pendekatan akuntansi manajemen yang
didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem
akuntansi manajemen secara universal selalu tepat
digunakan seluruh organisasi, namun sistem akuntansi
manajemen hanya sesuai (fit) untuk suatu konteks atau
kondisi tertentu saja. Teori kontijensi mengargumenkan
bahwa efektivitas desain sistem akuntansi manajemen
tergantung eksistensi perpaduan antara organisasi
dengan lingkungannya.
-11-
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang
tinggi informasi memegang peranan yang sangat
penting karena merupakan data yang bermanfaat
dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Sistem Akuntansi Manajemen yang andal ditujukan
untuk maksud apakah mampu menyiapkan informasi
system manajemen. Dengan demikian akan
memudahkan penyediaan informasi yang tepat waktu
dan relevan, dimana para manajer memiliki kebutuhan
informasi yang berbeda. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketidak pastian lingkungan akan
mempengaruhi tingkat ketersediaan informasi sistem
akuntansi manajemen.
Diawali dari pendekatan kontijensi ini maka
muncul kemungkinan bahwa Sistem Akuntansi
Manajemen dan Gaya Kepemimpinan merupakan faktor
kondisional akan mengalami penyesuaian sehubungan
dengan kondisi situasional yang terjadi dalam
perusahaan yang menyebabkan perbedaan kebutuhan
informasi. Teori kontijensi harus diidentifikasi pada
aspek yang spesifik dari sistem akuntansi yang
digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan
secara tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu
gagasan yang menjustifikasi pengadopsian teori
kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai
suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset
empiris. Konsep seperti teknologi informasi, struktur
organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana
sistem akuntansi dipraktekkan, berbeda pada suatu
situasi tertentu. Dalam mendesain sistem pengendalian
9
-12-
manajemen diperlukan pendekatan kontijensi, agar
sistem yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik
lingkungan bisnis yang berlaku pada perusahaan.
Pengendalian digunakan untuk mengarahkan SAM dan
memotivasi kinerja manajerial untuk mencapai kondisi
yang diinginkan atau hasil yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Otley (1978), para peneliti telah
menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis
dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang
sistem akuntansi manajemen. Beberapa peneliti dalam
akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk
melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti
ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas,
struktur dan kultur organisasional, ketidak pastian
strategi dan gaya kepemimpinan dengan desain sistem
akuntansi manajemen.
Pendekatan kontijensi menarik untuk diteliti
karena untuk mengetahui apakah tingkat keandalan
suatu sistem akuntansi manajemen akan mampu
menghendel informasi/data yang dibutuhkan Direksi
akan sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan
teori kontijensi maka terdapat faktor situasional lain
yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu
kondisi tertentu.
2.2 Sistem Akuntansi Manajemen
Chartered Institute of Management Accountants
(CIMA,1981) mendefinisikan akuntansi manajemen
sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
-13-
pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan,
penginterpretasian dan pengkomunikasian informasi
financial yang digunakan oleh manajemen
perencanaan, evaluasi, dan pengendalian alat alat
organisasi.
Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem yang
mengumpulkan data operasional dan finansial,
memprosesnya, menyimpannya dan melaporkannya
kepada pengguna, yaitu Pekerja, Manajer dan Eksekutif
(Desmiyawati, 2004).Hansen dan Mowen (2004:4)
mendefinisikan Sistem Akuntansi Manajemen sebagai
sistem yang menghasilkan keluaran (out put) dan
memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus
manajemen.
Menurut Mulyadi (1997) Sistem akuntansi
manajemen adalah sebuah sistem informasi keuangan
yang merupakan keluaran yang dihasilkan oleh tipe
akuntansi manajemen yang dimanfaatkan terutama
oleh pemakai intern organisasi. Sistem akuntansi
manajemen dapat dipandang dari dua sudut yaitu
akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe
akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah
satu tipe informasi baik informasi akuntansi maupun
informasi keuangan dan lainnya.
Menurut (Nazaruddin, 1998) bahwa sistem
Akuntansi Manajemen adalah suatu mekanisme
pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang
efektif dalam menyediakan informasi yang berguna
untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi
dari berbagai alternatif aktivitas yang dapat dilakukan.
-14-
Atkinson (1995) menyatakan bahwa Sistem Akuntansi
Manajemen adalah sistem informasi yang
mengumpulkan data operasional dan finansial,
memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan
kepada pengguna. Produk yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi
manajemen.
Menurut Robert S Kaplan dan David Norton
1992) bahwa sistem manajemen tidaklah muncul
secara instan, tetapi merupakan proses bertahap tahun
demi tahun. Yang mempengaruhi perubahan akuntansi
manajemen pada masa kini diantaranya adalah:
Kemajuan teknologi informasi, Implementasi just-in time
(JIT) manufacturing, meningkatnya tuntutan mutu,
meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk,
serta semakin pendeknya daur hidup produk dan
diperkenalkannya computer-integrated manufacturing.
Dalam penelitian sebelumnya bahwa Sistem
Akuntansi Manajemen adalah seirama dengan strategi
bisnis dan perencanaan sumber daya dapat
menunjukkan kinerja perusahaan dan meningkatkan
prestasi perusahaan (Kallunki, Laitinen and
Silvola,2011; Tsamenyi, Sahadev and Qiao,2011).
Sistem Akuntansi Manajemen sering digunakan
untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku
karyawan dalam berbagai cara yang akan
memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan
karyawan. Sistem Akuntansi Manajemen sebagai alat
kontrol organisasi dan alat yang efektif menyediakan
informasi yang bermanfaat guna memprediksi
-15-
konsekuensi yang mungkin terjadi pada berbagai
aktivitas yang dilakukan.
2.3 Karakteristik Informasi Sistem Akun-
tansi Manajemen
Sistem akuntansi manajemen merupakan
prosedur dan system formal yang menggunakan
informasi untuk mempertahankan dan menyediakan
alternative dari berbagai kegiatan perusahaan (Chenhall
dan Morris, 1986 dalam Solechan dan Setiawati, 2009).
Karakteristik system akuntansi manajemen meliputi
broad scope, aggregation, timeliness dan integration
(Chenhall & Morris, 1986). Dewasa ini perkembangan
rancangan Sistem Akuntansi Manajemen tidak terbatas
pada lingkup (scope) konvensional atau tradisional yang
dikuantifikasikan dalam ukuran moneter, namun telah
memasuki data eksternal dan yang bersifat non
keuangan (lingkungan) yang dapat berdampak pada
biaya/cost serta yang berorientasi pada sesuatu yang
akan datang.
Karakteristik informasi Sistem Akuntansi
Manajemen menurut Chenhall dan Morris, (1986)
sebagai berikut:
1. Lingkup (broad scope)
Informasi yang memperhatikan focus, kuanti-
fikasi dan time horison. Focus merupakan
informasi yang berhubungan dengan informasi
yang berasal dari dalam dan luar organisasi
(factor ekonomi, teknologi dan pasar).
-16-
2. Tepat waktu (timeliness)
Ketepatan waktu dalam memperoleh informasi
mengenai suatu kejadian. Dimensi timeliness
mempunyai dua subdimensi yaitu frekuensi
pelaporan dan kecepatan membuat laporan.
3. Agregasi (aggregation)
Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih
ringkas tetapi tetap mencakup hal-hal penting
sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu
sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan
informasi menurut fungsi, periode waktu dan
model keputusan.
4. Integrasi (integrated)
Informasi yang mencerminkan komplektisitas dan
saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian
lain. Informasi terintegrasi mencerminkan adanya
koordinasi antara segmen subunit satu dan
lainnya dalam organisasi.
2.4 Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa
efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi (Juniarti dan Eveline,
2003). Menurut Mulyadi (1997)penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik dari efektivitas organisasi,
bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran standar dan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Menurut Supomo dan Indriantoro (1998)
-17-
yang dimaksud kinerja manajerial adalah kinerja para
individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial
antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi,
supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi.
Balanced ScoreCard pertama kali diperkenalkan
oleh Robert S. Kaplan dan David Norton pada tahun
1992-an sebagai alat ukur kinerja manajemen.
Sementara alat ukur kinerja tradisional mengukur
kinerja manajemen hanya menggunakan perspektif
keuangan. BSC ini mengukur kinerja perusahaan
melalui pendekatan keuangan (financial perspective),
perspektif pelanggan(customer perspective), perspektif
bisnis intern (internal business perspective) dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning
and growth perspective).
Dalam operasionalnya BSC ini menterjemahkan
misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan dan
ukuran yang dirangkaikan secara terpadu ke dalam
empat perspektif tadi. Dalam perjalanan sejarahnya,
BSC yang semula dimaksudkan hanya sebagai alat
ukur kinerja (performance measurement) ternyata telah
bergeser dan akhirnya menjadi suatu sistem
manajemen kontemporer.
Menurut Mahoney (1963) dalam Sutapa (2003)
kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi
manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik
yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen antara lain:
-18-
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan
sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi
waktu sekarang dan yang akan datang.
Perencanaan bertujuan untuk memberikan
pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan,
kebijakan, prosedur, penganggaran dan program
kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran
yang telah ditetapkan.
2. Investigasi (investigating)
Investigasi merupakan kegiatan untuk
melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan
dan penyampaian informasi sebagai bahan
pencatatan, pembuatan laporan, sehingga
mempermudah dilaksanakannya pengukuran
hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses
jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain
dalam organisasi melalui tukar-menukar
informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian
program-program kerja.
3. Pengkoordinasian(coordinating)
Koordinasi menyelaraskan tindakan yang
meliputi pertukaran informasi dengan orang-
orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat
berhubungan dan menyesuaikan program yang
akan dijalankan.
-19-
4. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh
pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat,
dan ditujukan untuk menilai pegawai dan
catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian
tersebut dapat diambil keputusan yang
diperlukan.
5. Pemilihan staf (staffing)
Staffing yaitu memelihara dan mempertahankan
bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi
pekerjaan baru, menempatkan dan
mempromosikan pekerjaan tersebut dalam
unitnya atau unit kerja lainnya.
6. Negosiasi (negotiating)
Negoisasi yaitu usaha untuk memperoleh
kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan
atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
7. Perwakilan (representing)
Representasi yaitu menyampaikan informasi
tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan
organisasi dengan menghadiri pertemuan
kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantor-
kantor lain.
-20-
2.5 Gaya Kepemimpinan
Praktek manajemen yang diperankan oleh gaya
kepemimpinan membutuhkan informasi akuntansi
manajemen untuk membentuk keputusan manajemen.
Menurut Gong and Tse (2009) Sistem akuntansi
manajemen dapat meningkatkan kinerja manajerial,
peningkatan fungsi dan kinerja perusahaan.
Menurut Yulk (1989) kepemimpinan menyangkut
proses sosial, pengaruh yang sengaja dijalankan oleh
seseorangan terhadap orang lain untuk menstruktur
aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam
sebuah kelompok atau organisasi. Fiedler dan Chemers
(1984) dalam Sumarno (2005) mengemukakan gaya
kepemimpinan adalah derajat hubungan antara
seseorang dan teman sekerjanya.
Menurut Husain (2006) kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara
produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh
seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan
intregasi yang serasi dan mendorong gairah kerja
karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.
Menurut Bycio dkk. (1995), kepemimpinan
transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana
seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada
transaksi interpersonal antara pemimpin dengan
karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran
Leader menyediakan sumber daya dan imbalan
-21-
ditukarkan motivasi, produktivitas dan efektivitas
penyelesain tugas.
Dalam konsep kepemimpinan transformasional,
seorang pemimpin dituntut untuk menunjukkan
kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin, sehingga
seorang pemimpin dipercaya oleh bawahannya. Begitu
penting kredibilitas ini bagi seorang pemimpin,
kredibilitas adalah modal terpenting dalam
kepemimpinan. Tanpa kredibilitas ini, pimpinan
hanyalah bekerja berdasarkan kekuasaan sehingga
tidak akan mampu menjalankan secara efektif. Jika
bawahan tidak percaya pada pembawa berita apalagi
mempercayai isi beritanya. Bagaimana mungkin
seorang pimpinan bisa mengarahkan pegawai ke arah
tujuan, jika pimpinan tersebut tidak dipercaya
bawahannya.
Kepemimpinan transaksional, memelihara atau
melanjutkan status quo. Sementara kepemimpinan
transformasional menentang status quo. Kepemimpinan
transaksional, cocok untuk memenuhi kebutuhan
karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan
fisiologis dan rasa aman Sebaliknya, kebutuhan yang
lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri,
dipenuhi melalui kepemimpinan transformasional.
Dengan kepemimpinan tranformasional para
pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin dan
mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada
yang diharapkan dari mereka.
-22-
Dalam gaya kepemimpinan transformasional
maka Sistem Akuntansi Manajemen dapat
ditransformasi dari Karakteristik informasi Sistem
Akuntansi Manajemen yang bersifat tradisional menjadi
lebih modern dengan Lingkup (broad scope) Tepat
waktu (timeliness) Agregasi (aggregation) Integrasi
(integrated) yang dioperasonalkan secara modern dan
electronic integrated dimana informasi akuntansi yang
memiliki komplektisitas dan saling keterkaitan antara
bagian satu dan bagian lain dapat disajikan tepat
waktu, factual sesuai kebutuhan dan dapat terpenuhi
dalam kondisi kontijensi.
Teori model kontijensi kepemimpinan dari Fiedler
(1967) dalam Sumarno (2005) dikembangkan menjadi
leader match concept (konsep kecocokan pemimpin).
Teori leader match consept ditentukan oleh dua faktor
yaitu :
1. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan derajat
hubungan antara seseorang dengan teman
sekerjanya.
2. Situasi kepemimpinan
Ada tiga komponen yang menentukan kontrol dan
pengaruh dalam suatu situasi antara lain :
a. Hubungan pimpinan dan pengikut (leader
member relations).
b. Struktur tugas (task structure)
c. Kekuasaan posisional (leader positon power)
-23-
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil-hasil dari
penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya
kedalam bentuk tabel yang digunakan sebagai
dasar acuan untuk penelitian ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Pengaruh Komitmen
Organisasi Dan Gaya
Kepemimpinan
Terhadap Hubungan
Antara Partisipasi
Anggaran dan
Kinerja Manajerial
(Studi Empiris Pada
Kantor Cabang
Perbankan Indonesia
di Jakarta)
(Sumarno, 2005)
Dependen:
Kinerja
Manajerial
Independen:
Partisipasi
Anggaran
Moderating :
1. Komitmen
Organisasi
2. Gaya
Kepemimpinan
1. Partisipasi
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kinerja
manajerial
2. Komitmen organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap hubungan
partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial
3. Gaya kepemimpinan
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
hubungan partisipasi
anggaran dan kinerja
manajerial
2 Pengaruh Komitmen
Organisasi Gaya
Kepemimpinan Dan
Dependen:
Kinerja
Manajerial
1. Partisipasi
berpengaruh
signifikan terhadap
-24-
Job Relevant
Information (JRI)
Terhadap Hubungan
Antara Partisipasi
Anggaran dan
Kinerja Manajerial
(Studi Empiris Pada
BPR di Kota
Semarang (Kukuh
Himawan dan
Ardianu (2010)
Independen:
Partisipasi
Anggaran
Moderating :
1. Komitmen
Organisasi
2. Gaya
Kepemimpina
n
3. Job Relevant
Information
kinerja manajerial
2. Komitmen organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap hubungan
partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial
3. Gaya kepemimpinan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap hubungan
partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial
4. Job Relevant
Information
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap hubungan
partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial
3 Peran Kepemimpinan
Dalam Pencapaian
Kinerja Organisasi
Melalui Budaya,
Strategi Dan Sistem
Akuntansi
Manajemen
Organisasi
(Yuliana,Christina,
2010)
Dependen:
Kinerja
Manajerial
Independen:
Gaya
Kepemimpinan
Moderating :
1. Budaya
1. Gaya kepemimpinan
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
manajerial
2. Budaya organisasi
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
hubungan gaya
kepemimpian dan
kinerja manajerial
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
-25-
Organisasi
2. Strategi
Organisasi
3. Sistem
Akuntansi
Manajemen
3. Strategi organisasi
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
hubungan gaya
kepemimpinan dan
kinerja manajerial
4. Sistem Akuntansi
Manajemenberpengaru
h tidak signifikan
terhadap hubungan
gaya kepemimpinan
dan kinerja manajerial
4 Pengaruh
Karakteristik Sistem
Akuntansi
Manajemen dan
Desentralisasi
Sebagai Variabel
Moderating Terhadap
Kinerja Manajerial
(Studi Empiris
Perusahaan
Manufaktur di
Kabupaten
Semarang (Solechan
Achmad dan
Setiawati Ira, 2009)
Dependen:
Kinerja
Manajerial
Independen:
Karakteristik
Sistem
Akuntansi
Manajemen
Moderating :
Desentralisasi
1. Karakteristik Sistem
Akuntansi Manajemen
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
manajerial
2. Desentralisasi
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
hubungan
Karakteristik Sistem
Akuntansi Manajemen
dan kinerja manajerial
5 Pengaruh Sistem
Akuntansi
Manajemen,
Dependen:
Kinerja
Manajerial
1. Sistem Akuntansi
Manajemen
berpengaruh signifikan
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
-26-
Ketidakpastian
Lingkungan
(Perceived
Environmental
Uncertainty) Dan
Desentralisasi
Terhadap Kinerja
Manajerial (Sutapa,
2003)
Independen:
1. Sistem
Akuntansi
Manajemen
2. Perceived
Environmenta
l Uncertainty
3. Desentralisasi
terhadap kinerja
manajerial
2. Perceived
Environmental
Uncertainty
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
manajerial
3. Desentralisasi
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
manajerial
2.7 Pengembangan Hipotesis
Sub-sub system pengendalian
karakteristik informasi system akuntansi
manajemen yang meliputi (broad scope),
tepat waktu (timeliness), agregasi
(aggregation) dan integrasi (integrated)
merupakan prosedur dan sistem formal
yang menggunakan informasi untuk
mempertahankan dan menyediakan
alternatif dari berbagai kegiatan
perusahaan. Karakteristik informasi yang
disajikan dan terkandung dalam System
Akuntansi Manajemen berhubungan
dengan sifat dan jenis informasi yang
dibutuhkan dalam aktivitas manajemen.
Agar supaya dapat mencapai kinerja
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
-27-
manajerial yang lebih baik maka harus ada
kesesuaian (fit) yang memadai atau
memenuhi criteria informasi manajemen
yang dibutuhkan para manajer perusahaan
mulai perencanaan, pelaksanaann sampai
pada pengendalian serta mengurangi
ketidakpastian lingkungan dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.
Sistem Akuntansi manajemen yang
tersedia dalam perusahaan akan menjadi
efektif bila dapat mendukung pengguna
informasi atau untuk pengambilan
keputusan. Dengan sistem akuntansi
manajemen yang baik akan dapat
meningkatkan kinerja manajerial dalam
suatu perusahaan. Kinerja manajerial
adalah kinerja para individu anggota
organisasi dalam kegiatan manajerial
antara lain perencanaan, investigasi,
koordinasi, supervisi, pengaturan staff,
negosiasi dan representasi (Mahoney, 1963
dalam Himawan dan Ardianu, 2010).
Kinerja dapat dinilai secara periodik dari
efektivitas organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran
standar dan kriteria yang telah ditentukan
oleh perusahaan (Mulyadi, 1997 dalam
Himawan dan Ardianu, 2010).
Berbagai penelitian telah menguji
secara langsung atau tidak langsung
-28-
hubungan dan pengaruh sistem akuntansi
manajemen terhadap kinerja manajerial.
Brownell (1982) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara partisipasi anggaran
(bagian dari sistem akuntansi manajemen)
terhadap kinerja manajerial. Indriantoro
(1993) menemukan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan
antara partisipasi anggaran (bagian dari
sistem akuntansi manajemen) terhadap
kinerja manajerial. Solechan dan
Setiawati (2009) serta Yuliana (2010) yang
menghasilkan sistem akuntansi
manajemen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan hasil temuan-temuan
para peneliti di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem akuntansi
manajemen memiliki pengaruh terhadap
kinerja manajerial.
Salah satu fungsi akuntansi
manajemen adalah menyediakan informasi
untuk membantu manajer dalam
mengendalikan aktivitas perusahaan serta
mengurangi ketidakpastian lingkungan
dalam mencapai tujuan perusahaan
(Atkinson dkk, 1995). Teori kontinjensi
menunjukkan bahwa hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen
-29-
dalam seringkali memiliki karakteristik
yang berbeda karena ada tidaknya variabel
tertentu yang ada dalam sebuah model.
Dalam konteks penelitian yang berkaitan
dengan sistem akuntansi manajemen dan
kinerja manajerial, berbagai penelitian
terdahulu sebagaimana diuraikan pada
bagian 2.6 menunjukkan adanya berbagai
faktor kondisional yang memoderasi
hubungan antara variabel sistem akuntansi
manajemen dan kinerja manajerial.
Literatur menujukkan adanya beberapa
penelitian yang menemukan adanya
pengaruh faktor kondisional sebagai
variabel moderasi dalam hubungan antara
variabel sistem akuntansi manajemen dan
kinerja manajerial.
Dalam penelitian ini, pendekatan
kontijensi digunakan untuk mengevaluasi
pengaruh faktor kondisional gaya
kepemimpinan dalam hubungan antara
sistem akuntansi manajemen dan kinerja
manajerial. Gaya kepemimpinan sudah
digunakan dalam beberapa penelitian
sebagai faktor kondisional yang
memoderasi hubungan antara sistem
akuntansi manajemen dan kinerja
manajerial. Gaya kepemimpinan meng-
gambarkan perilaku manajer dalam
menghadapi atau beriteraksi dengan
-30-
situasi. Fieldler (1978) dan Candra (1978)
menemukan bahwa gaya kepemimpinan
yang tepat akan mempunyai dampak positif
terhadap adanya dorongan penyusunan
anggaran atau efektifitas partisipasi
anggaran (pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial). Dengan kata
lain, dampak sistem akuntansi manajemen
terhadap kinerja manajerial dipengaruhi
oleh gaya kepemimpinan.
Berdasarkan penalaran dan hasil
temuan-temuan para peneliti di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan memiliki pengaruh yang
kuat pada hubungan sistem akuntansi
manajemen dan kinerja manajerial. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Gaya kepemimpinan memoderasi
pengaruh sistem akuntansi manajemen
terhadap kinerja manajerial.
2.8 Model Penelitian
Berdasarkan penjelasan hubungan
antara variabel independen dengan variabel
dependen dan rumusan hipotesis yang
dikemukakan di atas, maka dapat
digambarkan model penelitian sebagai
berikut :
-31-
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Sistem Akuntansi
Manajemen
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja
Manajerial