bab ii landasan teori 2.1 literasi media 2.1.1 pengertian … · 2015. 4. 23. · pengalaman...

23
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Literasi Media 2.1.1 Pengertian Literasi Media Literasi media dipahami sebagai proses pembacaan isi media dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan membangun pesan dalam bentuk yang luas dan bervariasi. Konteks literasi media adalah suatu pengajaran pada anak-anak, remaja dan dewasa untuk kritis dan analitis terhadap isi media massa baik media massa cetak maupun elektronik. Di samping itu, dipahami literasi media sebagai penyusunan konsep literasi atau pembacaan terhadap isi media, dimana terjadi perubahan dari sikap mengkonsumsi pesan-pesan menjadi sikap yang aktif dan kritis terhadap isi media yang dirasakan berdampak buruk bagi keluarga/masyarakat sehingga anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat mencegah dampak negatif (Media Literasi, 20/03/2010). Jadi literasi media adalah upaya mendidik publik agar tidak terpengaruh oleh isi media yang bersifat negatif terhadap kejiwaan dan aksi atau tindakan publik penerimaan isi media tersebut. Dalam tulisan penelitian ini media massa yang diteliti adalah televisi Dalam Center for Media Literacy terdapat rumusan, literasi media sebagai kemampuan berkomunikasi secara kompeten melalui semua media- baik elektronik maupun cetak (Iriantara, 2009). Center for Media Literacy

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Literasi Media

    2.1.1 Pengertian Literasi Media

    Literasi media dipahami sebagai proses pembacaan isi media

    dengan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan membangun pesan

    dalam bentuk yang luas dan bervariasi. Konteks literasi media adalah suatu

    pengajaran pada anak-anak, remaja dan dewasa untuk kritis dan analitis

    terhadap isi media massa baik media massa cetak maupun elektronik. Di

    samping itu, dipahami literasi media sebagai penyusunan konsep literasi atau

    pembacaan terhadap isi media, dimana terjadi perubahan dari sikap

    mengkonsumsi pesan-pesan menjadi sikap yang aktif dan kritis terhadap isi

    media yang dirasakan berdampak buruk bagi keluarga/masyarakat sehingga

    anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat mencegah dampak negatif (Media

    Literasi, 20/03/2010). Jadi literasi media adalah upaya mendidik publik agar tidak

    terpengaruh oleh isi media yang bersifat negatif terhadap kejiwaan dan aksi

    atau tindakan publik penerimaan isi media tersebut. Dalam tulisan penelitian

    ini media massa yang diteliti adalah televisi

    Dalam Center for Media Literacy terdapat rumusan, literasi media

    sebagai kemampuan berkomunikasi secara kompeten melalui semua media-

    baik elektronik maupun cetak (Iriantara, 2009). Center for Media Literacy

  • 7

    (CML, 2003) menyebutkan bahwa literasi media mencakup beberapa

    kemampuan, yaitu:

    1. Kemampuan mengkritik media

    Halayak dapat memahami secara tepat problematika proses-proses sosial

    dalam media dan mampu memberi alasan secara terorganisasi dan

    mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

    2. Kemampuan memproduksi media

    Kemampuan dalam menciptakan media yang layak dilihat dan produk

    dapat dikomunikasikan secara total yaitu audio, visual, dan gerak.

    3. Kemampuan mengajarkan tentang media

    Kemampuan memberikan cara-cara atau petunjuk tentang media kepada

    halayak agar halayak dapat kritis dalam memilih.

    4. Kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan media

    Kemampuan identifikasi, pemanfaatan sistem untuk meraih keuntungan

    dalam produksi media.

    5. Kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi

    Kemampuan identifikasi dampak positif dan dampak negatif dari media

    sehingga individu dapat mengambil keputusan secara tepat bahwa

    dampak dari media baik atau tidak untuk diri individu.

    6. Kemampuan berpikir kritis atas isi media

    Kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang memberikan wawasan dan

    pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia

    sendiri.

  • 8

    2.1.2 Tujuan pembelajaran literasi media

    Menurut Yosal, (2009) Tujuan pembelajaran literasi media sebagai berikut:

    1. Dapat memahami dan mengapresiasi program yang ditonton

    2. Menyeleksi dampak dari acara televisi

    3. Dapat mengambil manfaat dari acara yang ditonton

    4. Pembatasan jumlah jam menonton

    2.1.3 Aspek-aspek literasi media

    Menurut Yosal, (2009) Aspek-aspek literasi media sebagai berikut:

    1. Pengetahuan tentang dunia media massa, dengan pokok bahasan:

    a. Jenis-jenis media

    1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak

    dalam lembaran kertas seperti: koran atau suratkabar, tabloid,

    majalah, buku, newsletter, bulletin.

    2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa

    yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara

    dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan

    film.

    3. Media Online (Online Media, Cybermedia), media massa yang

    dapat ditemukan di internet (situs web).

    b. Fungsi media

    1. Fungsi pengawasan media adalah fungsi yang khusus

    menyediakan informasi dan peringatan kepada masyarakat tentang

  • 9

    apa saja di lingkungan masyarakat. Media massa memperbaruhi

    pengetahuan dan pemahaman manusia tentang lingkungan sekitar.

    2. Fungsi interpretasi adalah fungsi media yang menjadi sarana

    memproses, menginterpretasikan dan mengkorelasikan seluruh

    pengetahuan atau hal yang diketahui oleh manusia.

    3. Fungsi transmisi nilai adalah fungsi media untuk menyebarkan

    nilai, ide dari generasi satu ke generasi yang lain.

    4. Fungsi hiburan adalah fungsi media untuk menghibur manusia.

    Manusia cenderung untuk melihat dan memahami peristiwa atau

    pengalaman manusia sebagai sebuah hiburan.

    c. Kepemilikan media.

    d. Konsekuensi pemilihan media pada isi pesan media

    2. Analisis isi pesan media massa, dengan pokok bahasan:

    a. Proses penyusunan isi pesan media

    b. Aturan main dalam penyusunan pesan media

    c. Kelengkapan informasi media massa

    3. Evaluasi isi pesan media, dengan pokok bahasan:

    a. Isi pesan media dan kenyataan sehari-hari

    b. Evaluasi isi pesan media berdasarkan norma sosial

    c. Evaluasi isi pesan media berdasarkan aturan agama

    4. Membuat isi pesan untuk media, dengan pokok bahasan:

    a. Menuliskan hasil evaluasi isi pesan media masa

    b. Menulis laporan untuk pihak terkait tentang isi pesan media

  • 10

    2.1.4 Tahap-tahap Literasi Media (televisi)

    Bagi orang-orang yang telah memahami literasi media tahap-tahap

    yang akan dilakukan adalah:

    1. Pembatasan waktu untuk menonton televisi serta pemlihan terhadap

    stasiun yang dianggap lebih baik.

    2. Pendidikan publik agar dapat mengkritisi dan menganalisis tayangan

    televisi melalui wadah kelompok aktif dan interatif terhadap isi media

    televisi.

    3. Mempelajari lebih mendalam tentang dapur produksi media seperti

    a. Siapa yang memproduksi?

    b. Apa tujuannya?

    c. Siapa yang diuntungkan?

    d. Siapa yang dirugikan?

    e. Siapa yang membuat keputusan?

    Pada tahap ini sering disebut dengan analisis politik ekonomi media

    (Thomas, Elizabeth, 1955 dalam Dalila Sadida, 20 Maret 2010).

    2.1.5 7 Keterampilan literasi media

    Menurut W.James Potter, (2001) terdapat 7 keterampilan literasi

    media sebagai berikut:

    1. Analysis

    Kemampuan menganalisa struktur pesan, yang dikemas dalam media,

    mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk memahami

  • 11

    konteks dalam pesan pada media tertentu, mampu mendayagunakan

    informasi di media massa untuk membandingkan pernyataan-

    pernyataan pejabat publik, dengan dasar teori sesuai ranah

    keilmuannya.

    2. Compare/Contrast

    Kemampuan dalam menilai sebuah informasi itu dikemas dengan

    baik atau tidak, membandingkan norma dan nilai sosial terhadap isi

    yang dihadapi dari media.

    3. Evaluation

    Kemampu menghubungkan informasi yang ada di media massa

    itu dengan kondisi dirinya, dan membuat penilaian mengenai

    keakuratan, dan kualitas relevansi informasi itu dengan dirinya.

    4. Abstracting

    Kemampuan untuk meringkas/menangkap esensi dari isi pesan

    media.

    5. Deduction

    Kemampuan dalam menggunakan prinsip-prinsip umum yang

    ditarik kesimpulan untuk menjelaskan prinsip-prinsip khusus.

    6. Induction

    Kemampuan berpikir yang berbeda dari kaidah khusus untuk

    menentukan kaidah umum dengan mengemukakan pertanyaan-

    pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas

  • 12

    dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan

    yang bersifat umum.

    7. Synthesis

    Kemampuan untuk meringkas/menggabungkan unsur-unsur

    dalam struktur baru.

    2.1.6 Sifat Literasi Media

    Menurut W.James Potter, (2001)Sifat Literasi Media sebagai berikut:

    Literasi media bersifat multidimentional

    1. Dimensi kognitif (informasi faktual: nama, alamat, dan lain

    sebagainya).

    2. Dimensi emosional (informasi tentang perasaan: sesuatu yang ada

    di hati).

    3. Dimensi aestatik (berkenaan dengan bagaimana memproduksi

    pesan media). Informasi ini memberikan dasar untuk melakukan

    penilaian.

    4. Dimensi moral (informasi tentang nilai). Dasar untuk melakukan

    penilaian antara benar atau salah.

  • 13

    2.2. Iklan Televisi

    2.2.1. Pengertian Iklan Televisi

    Menurut Kotler (2002), periklanan didefinisikan sebagai bentuk

    menyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh

    suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.

    2.2.2 Jenis Iklan Televisi

    Berdasarkan tujuannya, iklan diklasifikasikan menjadi 3 jenis meliputi:

    1. Iklan Informatif (Informative Advertising)

    Iklan Informatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Bertujuan untuk membentuk atau menciptakan kesadaran /

    pengenalan dan pengetahuan tentang produk atau fitur-fitur

    baru dari produk yang sudah ada.

    b. Menginformasikan perubahan harga dan kemasan produk.

    c. Menjelaskan cara kerja produk.

    d. Mengurangi kekuatan konsumen.

    e. Mengoreksi produk.

    2. Iklan Persuasif (Persuasive Advertising)

    Iklan persuasif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Bertujuan untuk menciptakan kesukaan, preferensi dan

    keyakinan sehingga konsumen mau membeli dan

    menggunakan barang dan jasa.

  • 14

    b. Mempersuasif khalayak untuk memilih merk tertentu.

    c. Menganjurkan untuk membeli.

    d. Mengubah persesi konsumen.

    e. Membujuk untuk membeli sekarang.

    3. Iklan Reminder (Reminder Advertising)

    Iklan Reminder mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Bertujuan untuk mendorong pembelian ulang barang dan

    jasa.

    b. Meningkatkan pembeli dimana membeli produk tersebut.

    c. Menjaga kesadaran akan produk (consumer’s state of mind).

    d. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.

    Katherine Miller (2005) mengungkap bahwa media massa merupakan

    gratifikasi (kepuasan) bagi khalayaknya, sesuai dengan kategori yang

    kebutuhannya masing-masing. Ada 4 (empat) kategori kepuasan khalayak, yaitu

    informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Berikut

    indikator dari tiap-tiap kategorinya.

  • 15

    No Kategori kepuasan Indikator

    1 Informasi a. Menemukan kejadian dan kondisi yang relevan b. Mencari nasehat dalam praktik sehari-hari atau opini dan pilihan keputusan c. Memuaskan d. Belajar melalui pendidikan mandiri e. Dengan pengetahuan mendapatkan rasa aman

    2 Identitas Pribadi a. Menemukan penguatan nilai pribadi b. Menemukan model perilaku c. Mengidentifikasi dengan nilai lain d. Memahami diri lebih dekat

    3 Integrasi dan in-teraksi sosial

    a. Memahami keadaan orang lain: empati sosial b. Mengenali orang lain dan merasa memiliki c. Menemukan basis untuk bercakap-cakap dan berinteraksi sosial e. Menemukan pengganti untuk pertemanan real life f. Membantu mengemban peran sosial g. Membuat seseorang mampu berhubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat

    4 Hiburan a. Melarikan diri dari masalah b. Bersantai c. Memperoleh nilai budaya dan keindahan d. Mengisi waktu e. Melepas emosional f. Daya tarik seksual

    Sumber : Miller, 2005

    Uraian di atas sejalan dengan pandangan secara kaidah yang berlaku

    bahwa media terutama televisi dan radio harus berfungsi sebagai media informasi,

    pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol & perekat sosial, fungsi ekonomi dan

    kebudayaan (pasal 4 UU 32/2002) dengan tujuan mencerdaskan bangsa,

    membentuk watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa serta diarahkan

    untuk meningkatkan kualitas SDM.

  • 16

    Kondisi siaran televisi saat ini berkontribusi terhadap perubahan nilai-nilai

    budaya; termasuk perubahan pada sistem politik, ekonomi, agama, kependudukan

    dan lingkungan. Budaya yang diperkenalkan dan terus-menerus disosialisasikan

    melalui media televisi cenderung budaya massa/pop/urban padahal kita tahu

    kondisi masyarakat Indonesia sangat majemuk. Artinya, televisi dan media massa

    harus mencerminkan realitas yang sesungguhnya hidup di masyarakat, namun

    berorientasi menuju kepada kualitas hidup yang lebih baik di kalangan remaja dan

    anak-anak(Konsep-konsep Media Literacy, 2008).

    2.3 Bimbingan Klasikal

    2.3.1 Pengertian Bimbingan Klasikal

    Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada

    kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30–40 orang

    siswa (sekelas). Bimbingan klasikal lebih bersifat preventif dan

    berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang meliputi bidang

    pembelajaran, bidang sosial dan bidang karir (Siwabessy dan Hastoeti,

    2008).

    2.3.2 Tujuan Bimbingan Klasikal

    Tujuan bimbingan klasikal adalah membantu individu agar

    mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil keputusan untuk

    hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam kelompok, mampu

  • 17

    menerima dukungan atau dapat memberikan dukungan pada teman-

    temannya (Siwabessy dan Hastoeti, 2008).

    2.3.3. Fungsi Bimbingan Klasikal

    Secara rinci, fungsi bimbingan klasikal adalah sebagai berikut :

    (Siwabessy dan Hastoeti, 2008).

    1. Fungsi preventif atau pencegahan adalah fungsi bimbingan untuk

    menghindarkan diri dari terjadinya tingkah laku yang tidak

    diharapkan dan ataupun membahayakan dirinya dan orang lain.

    2. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan untuk membantu

    siswa agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan

    lingkungannya, sehingga mampu mengembangkan potensi diri

    secara optimal, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

    secara dinamis dan konstrukstif.

    2.3.4. Keunggulan Bimbingan Klasikal

    Keunggulan bimbingan klasikal berdasarkan pendapat Siwabessy

    dan Hastoeti, (2008) sebagai berikut:

    1. Informasi yang disampaikan atau jenis kegiatan layanan

    bimbingan yang dilakukan dapat menjangkau sejumlah siswa

    secara merata para siswa sekelas dapat menerima informasi yang

    sama dari suatu sumber apakah guru/konselor atau sumber yang

    lain secara bersama-sama dengan demikian dapat meminimalkan

    pemahaman yang keliru atau kesalahan persepsi.

  • 18

    2. Bimbingan klasikal membuka peluang untuk siswa secara serempak

    mempunyai pengalaman belajar yang sama dan seragam.

    3. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan bagi siswa-siswa untuk

    mengimproviasasi kemampuan kreativitasnya dan sportivitasnya

    apabila mampu memanagement kelas dengan baik.

    4. Bimbingan klasikal memungkinkan para siswa saling memahami,

    menilai, mengomentari dengan jujur dan tulus sesuai pengarahan

    konselor.

    5. Bimbingan klasikal membantu siswa membina sikap asertif yang

    sangat diperlukan siswa dalam kehidupan mereka di masa mendatang.

    6. Bimbingan klasikal akan memberikan peluang bagi siswa untuk belajar

    bertoleransi siswa dalam memahami dan mengenal, menerima dan

    dapat mengarahkan diri secara positif apabila konselor mampu

    mengolah kelas dengan baik.

    7. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan bagi guru/konselor

    mengenal bakat-bakat khusus siswa observasi kelas, antara lain

    kepemimpinan, seni, olah raga, dan managerial.

    8. Bimbingan klasikal juga akan membuka peluang bagi guru / konselor

    menjaring masalah-masalah secara spesifik seperti kelainan tingkah

    laku yang muncul pada siswa seperti penakut (phobia), pemalu, egois,

    dan agresif.

  • 19

    9. Dalam bimbingan klasikal konselor menggunakan metode-metode

    pembelajaran yang bervariasi, menarik dan menyenangkan dan

    dapat dinikmati oleh siswa bersama-sama.

    10. Metode belajar konsektual yang digunakan guru/konselor dalam

    bimbingan klasikal memungkinkan siswa akan belajar dari

    pengalaman diri sendiri bukan dari pemberian orang. Kemampuan

    pengetahuan dan keterampilan mereka semakin diperluas

    sehingga siswa mengetahui apa yang dimaksudkan dengan

    belajar, bagaimana belajar, dan apa kegunaan dari pengetahuan

    dan keterampilan yang dimiliki.

    Melalui berbagai kelebihan dalam bimbingan klasikal ini akan

    membantu para guru/konselor di sekolah untuk memanfaatkan bimbingan

    klasikal secara efektif untuk membantu para siswa dalam menghadapi hal-

    hal yang penting dan dapat menyelesaikan tugas perkembangan secara

    maksimal.

    2.3.5. Bimbingan Klasikal Memiliki Kelemahan

    Menurut Siwabessy dan Hastoeti (2008) Kelemahan Bimbingan

    Klasikal adalah sebagai berkut :

    1. Tidak semua sekolah memprogramkan Guru Bimbingan dan

    Konseling masuk kelas.

  • 20

    2. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling untuk menyusun program

    dan pengembangan materi bimbingan klasikal kurang.

    3. Tidak ada paket panduan bimbingan klasikal.

    4. Keterbatasan media elektronik.

    5. Keterampilan dasar mengajar kurang memadai.

    2.3.6 Layanan pribadi-sosial

    Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek

    pribadi-sosial konseli menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu

    Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

    rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur

    pendidikan formal (2007).

    adalah sebagai berikut:

    1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai

    keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam

    kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/

    Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

    2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

    menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

    3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif

    antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan

    (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan

    ajaran agama yang dianut.

  • 21

    4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan

    konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan;

    baik fisik maupun psikis.

    5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

    6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.

    7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai

    orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

    8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk

    komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

    9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang

    diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau

    silaturahim dengan sesama manusia.

    10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik

    bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

    11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

    Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek

    pribadi-sosial individu dalam penyusunan model literasi media adalah poin

    (6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat, poin (7)

    Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang

    lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya dan point (11)

    Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

  • 22

    2.3.7 Metode pendekatan kelompok antara lain :

    1. Grup proses yang membantu anggota kelompok untuk memelihara dan

    mengembangkan identitasnya dan pengaruh terhadap anggota lain.

    2. Bimbingan kelompok yang memberikan informasai kepada

    sekelompok anak dengan tujuan agar para siswa dapat mengambil

    keputusan dan bertingkah laku bijaksana, informasi dapat berupa

    informasi sosial, agama, moral, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

    3. Konseling kelompok yang memberikan bantuan kepada sekelompok

    siswa agar mereka mampu memecahkan masalah-masalah pribadinya

    dan mengembangkan hidup pribadinya melalaui kelompok ini.

    4. Konsultasi kelompok keluarga, yang memberikan bantuan anggota

    keluarga khususnya anak agar mereka dapat mengembangkan interaksi

    dan komunikasi sesama anggota keluarga, mengurangi percekcokan

    keluarga mengembangkan kesadaran mereka akan peranan dan

    pengaruh tingkah laku mereka terhadap anggota keluarga sendiri dan

    menjelaskan peranan dan harapan setiap anggota keluarga.

    5. T-Group yang membantu para peserta untuk saling menyadari

    hubungan antarpribadi dan keterampilan berkomunikasi serta

    pengetahuan mereka akan dinamika kelompok dan pengembangan

    kelompok.

  • 23

    6. Sensitivity Training yang membantu para anggotanya untuk

    berkembang dan untuk memahami dengan lebih jelas nilai- nilai hidup

    serta peka dalam menerima dirinya dan orang lain serta perkembangan

    pribadi secara utuh.

    7. Encounter Group yang menekankan perkembangan pribadi melalui

    perluasan kesadaran, ekspolasi intrapsikis dan masalah interpersonal

    serta mengendurkan hambatan-hambatan.

    8. Marathon Group yang merupakan aktifitas kelompok yang bertemu

    secara terus menerus (maraton) dimana setiap anggota menjelajahi

    pandagannya sendiri dan orang lain, hubungannya dengan orang-orang

    yang berarti dalam hidupnya dan bagaimana cara bereaksi terhadap

    pengalaman-pengalaman negatif seperti takut, iri, prasangka, dan tidak

    setuju terhadap pandangan orang lain. (Hernisiaada, 2011)

    2.4 Pengembangan Model

    Di Indonesia penelitian pengembangan masih merupakan suatu hal

    yang baru. Jenis penelitian tersebut merupakan penelitian yang

    berorientasi pada produk. Diharapkan dengan adanya penelitian

    pengembangan yang berorientasi pada produk dapat menjadi

    jembatan kesenjangan kalangan penelitiyang menghasilkan teori dan

    kalangan praktisi sebagai pengguna produk. Menurut Asim, (2001)

  • 24

    dalam Darmawan, (2006) hasilkan suatu produk para praktisi tinggal

    mengimplementasikan hasil penelitian ke dalam aktivitas pendidikan.

    Penelitian pengembangan dicirikan oleh: (1) penelitian

    berdasarkan pada produk yang khas berdasarkan pengembangan,

    yang mengandung makna dimasukkannya bukti-bukti empiris

    mengenali kualitas pengembangan itu, (2) dihasilkan dari suatu

    metodologi tertentu untuk mendesain dan mengevaluasi produk

    pengembangan

    Ada dua jenis penelitian pengembangan, yaitu: (1) studi yang

    menghasilkan produk spesifik dan desain program, pengembangan

    atau proyek evaluasi (riset yang didasarkan pada pengembangan

    merupakan program atau produk inovatif). (2) penelitian itu

    merupakan studi terhadap proses desain pengembangan atau proses

    evaluasi. Alat atau model-model yang bertujuan menghasilkan

    pengetahuan cara mendesain, mengembangkan atau mengevaluasi.

    Menurut Rickey, (1996) dalam Darmawan, (2006), produk yang

    dihasilkan melalui penelitian ini dapat beruba metode, teknologi,

    kebijakkan, model.

    2.4.1 Model Bimbingan Literasi Media Televisi

    Model produk yang digunakan dalam bimbingan literasi

    media ini adalah produk yang disusun dalam satuan layanan (Satlan).

    Satuan layanan (Satlan) merupakan suatu wujud nyata dari kegiatan

  • 25

    layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Sebagai wujud

    nyata, maka program kegiatan yang dikemas dalam satuan layanan

    disesuaikan dengan kebutuhan siswa-siswa. Komponen-Komponen

    dalam Satlan adalah:

    1. Judul/spesifik layanan

    2. Bidang bimbingan mencangkup seluruh upaya yang meliputi

    bimbingan pribadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan

    karir (Akhamad Sudrajat, 2008).

    3. Jenis layanan berupa layanan orientasi, layanan informasi,

    layanan konten, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

    konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan

    konseling kelompok, konsultasi, mediasi (Akhamad Sudrajat,

    2008).

    4. Fungsi layanan berupa fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,

    fungsi pengentasan, fungsi pemeliharan dan pengembangan

    (Prayitno & Erman Amti, 2004).

    5. Tujuan yang ingn dicapai, merupakan sasaran yang akan dicapai

    dalam pembelajaran, tujuan tersebut berisi rumusan kompetensi

    yang diharapkan yang dikuasai oleh siswa (Winkel dan Sri

    Hastuti, 2006).

    6. Sasaran layanan yaitu siswa asuh yang dikenai kegiatan layanan

    bimbingan (Wibowo, 1997, dalam Agricola, 2010).

  • 26

    7. Uraian Kegiatan Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan

    pendahuluan, kegiatan inti(Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi)

    dan kegiatan penutup (BSNP, 2007).

    8. Materi, merupakan isi atau subtansi bahan yang akan diajarkan,

    yang menunjang pengusaan kompetensiyang menjadi tujuan

    pembelajaran. Materi pembelajaran ini hanya memuat garis-

    garis besar bahan ajaran yang merupakan rincian dari topik

    pembelajran (Sukmadinata, 2007).

    9. Metode yang digunakan untuk mewujudkan suasana belajar dan

    proses pembelajaran agar siswa (BSNP, 2007).

    10. Alokasi waktu, yaitu waktu yang ditentukan sesuai dengan

    keperluan untuk mencapai tujuan layanan (BSNP, 2007).

    11. Penyelenggara layanan adalah guru bimbingan konseling

    (Winkel dan Sri Hastuti, 2006).

    12. Alat dan perlengkapan, alat bantu pembelajaran yang

    digunakan untuk membantu memperjelas atau mempermudah

    penguasaan materi atau kompetensi yang ingin dicapai. Media

    yang digunakan dalam bimbingan menggunakan Microsoft

    Power Point yang akan dibuat untuk melengkapi satlan (Winkel

    dan Sri Hastuti, 2006).

    13. Rencana tindak lanjut adalah suatu kegiatan untuk membuatdan

    mengenali apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang

    (Wibowo, 1997 dalam Agricola, 2010).

  • 27

    14. Rencana Penilaian, dapat berupa penilaian segera (Laiseg) yang

    berikan setelah kegiatan selesai, penilaian jangka pendek

    (Laijapen), penilaian jangka panjang (Laijapang), observasi,

    penilaian proses (Wibowo, 1997 dalam Agricola, 2010).

    2.5. Hasil Penelitian Literasi Media

    Andayani (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa film

    kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray

    Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan

    antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Hal ini sungguh

    ironis, karena film tersebut bertemakan kepahlawanan. Studi ini

    menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering

    muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan

    28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial,

    perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan

    (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).

    Dwyer (1994) menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV

    mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke

    dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk

    membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang individu

    lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan.

    Secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang individu lihat di TV

    setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.

  • 28

    Pengaruh iklan, promosi dan sponsor rokok sangat hebat dan

    menyebabkan kenaikan perokok anak dan remaja yang sangat cepat pada

    berbagai tingkat umur. Pada kelompok umur 15-19 tahun, prevalensi

    perokok meningkat dari 7,1% (1995) menjadi 12,7% (2001) dan 17,3%

    (2004) atau naik 144% selama tahun 1995-2004. Dari tahun 2001-2004

    prevalensi perempuan perokok meningkat 9,5 lipat dari 0,2% menjadi

    1,9%. Pada tahun yang sama peningkatan perokok pemula anak usia 5-9

    tahun meningkat hampir 5 kali lipat, dari 0,4% menjadi 1,8%.

    Penyusunan modul literasi media untuk usia dini dan pendidikan

    dasar.