bab ii landasan teori 2.1. pendapatan 2.1.1. pengertian ...bab ii landasan teori 2.1. pendapatan...
TRANSCRIPT
-
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pendapatan
2.1.1. Pengertian Pendapatan
Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang
diperoleh perusahaan dalam melakukan kegiatan atau aktivitas perusahaannya dan digunakan
untuk membiayai seluruh aktivitas dari perusahaan itu.Pendapatan juga merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan karena besar kecilnya pendapatan yang diperoleh akan
berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan .pendapatan sebagai salah satu elemen
penentu laba rugi suatu perusahaan. konsep dasar pendapatan pada dasarnya adalah suatu proses
mengenai arus penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dalam jangka waktu
tertentu.berbagai definisi muncul mengenai pendapatan.
Menurut Akbar (2009:563) “Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva
lainnya sebuah entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi keduanya) dari
pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan atau melakukan aktivitas
lain yang membentuk operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung”
Menurut Munandar (2006:18) “Pendapatan adalah suatu pertumbunhan asets yang
mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari
pemiliknya dan bukan pula merupakan pertumbuhan assets yang disebabkan bertambahnya
liabilities”
-
Menurut Theodurus M.Tuanakotta (2011:35)
“Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum sebagi hasil dari suatu
perusahaan. Pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Mengingat
pentingnya sangat sulit mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada dirinya
sendiri. Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan barang atau jasa oleh suatu
perusahaan selama suatu kurun waktu tertentu. Umumnya, pendapatan dinyatakan dalam
satuan moneter (uang).”
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, pendapatan
juga berpengaruh terhadap laba rugi perushaan yang tersaji dalam laporan laba rugi, dan perlu di
ingat lagi adalah bahwa pendapatan merupakan kehidupan bagi perusahaan. Hal ini tentu tidak
mungkin terlepas dari pengaruh pendaptan dari hasil operasi perusahaan.
2.1.2. Konsep Pendapatan
Menurut Sukirno (2000:28) konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan
merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama jarak waktu
tertentu. Proses arus tersebut yaitu:
a. Pada waktu penyelesaian kegiatan utama
Pelaporan diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam rangla
pengambilan usaha dan dapat dipahami oleh orang-orang yang dapat dipercaya mengenai
aktivitas perusahaan dan aktivitas ekonomi serta bersedia mempelajari informasi.
b. Pada saat dijadikan kejadian teoritis
-
Pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi tentang sumber ekonomi sautu
perusahaan dan keadaan yang merubah sumber tersebut serta sesuai dengan kegunaannya yang
diharapkan yaitu laporan keuangan harus layak atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
pamakai yang potensial. Dengan kata lain laporan keuangan harus diusahakan dapat memenuhi
kebutuhan informasi pemakainya.
c. Setelah pertukaran terjadi
Pada saat terjadi pembebanan beban didapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan
namun untuk beban tertentu meskipun tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan pelaporan
dapat dilakukan dalam periode terjadinya beban memberikan suatu manfaat.
2.1.3. Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam laporan
keuangan, karena dalam melakukan aktivitas usaha dan manajemen perusahaan tentu ingin
mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode akuntansi yang
diakui sesuai dengan prinsip umum.
Menurut Akbar (2009:584) “ pengakuan pendapatan adalah proses perekaman formal
suatu item dalam catatan akuntansi yang akhirnya dilaporkan dalam laporan keuangan, termasuk
pelaporan awal sebuah item maupun perubahan berikutnya berhubungan dengan item itu”.
Menurut Belkoui (2006:281) ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode
akuntansi, yaitu:
1. Dasar kejadian penting (Cash Basis)
-
Kriteria ini telah mengarah kepada kejadian penting mengenai pendapatan pada suatu
titik tertentu dalam proses laba, yaitu pada saat harta terjual atau jasa diserahkan. Ini
berarti, dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni, pendapatan dari
penjualan barang atau jasa hanya diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima
2. Dasar Akrual (Accrual Basis)
Menurut dasar akrual pendapatan diakui apabila penjualan barang atau jasa telah
dilakukan pada saat terjadinya tanpa memandang saat periode penerimaan. Dengan
demikian metode dasar akrual memperhitungkan pendapatan pada saat terjadinya
penjualan. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa
pendapatan harus dilaporkan selama produksi, maka dalam hal ini apabila keuntungan
dapat dihitung secara sebanding dalam tugas yang dikejakan atau jasa yang dilaksanakan
pada akhir produksi, maka pendapatan diakui pada barang atau pada pengumpulan hasil
penjualan.
2.1.4Klasifikasi Pendapatan
Menurut Kusnadi (2000:30) menyatakan bahwa pendapatan dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian,yaitu:
1. Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan barang dagangan,produk
atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujaun utama
perusahaan yang berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang
-
bersangkutan.Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan
terjadinya berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya.
2. Pendapatan Non Operasional
Pendapatan Non Operasional merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan sampingan
atau bukan kegiatan utama perusahaan yang bersifat tidak secara tetap atau rutin. Pemisahan atau
pembagian pendapatan yang mengalir dari berbagi sumber sangat perlu dilakukan sehingga dapat
diperoleh ketepatan dalam mengambil keputusan bagi pihak ekstern terutama para pemakai
laporan keuangan
2.2 Laba Bersih
Untuk memperoleh laba perusahaan harus melakukan kegiatan operasionalnya.Laba yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah laba bersih.Laba Bersih atau
Menurut Halim dan Supomo (2005:139) “laba merupakan pusat pertanggung jawaban yang
masukan dan keluarannya di ukur dengan menghitung selisih antara pendapatan dan biaya”.
Menurut Hanafi (2010:32) “laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang
didefinisikan sebagai berikut laba = penjualan-biaya”.
Menurut Harnanto (2003:444) berpendapat bahwa:“Laba secara umum adalah selisih
pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan
sebagai suatu dasar untuk pengenaannnn pajak,kebijakan deviden, pedoman investasi, serta
pengambilan keputusan dan unsur prediksi”.
Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada
tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai.Pertumbuhan laba
perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik.Semakin tinggi laba
-
yang dicapai perusahaan, mengindikasi semakin baik kinerja perusahaan.Dengan demikian
apabila rasio keuangan perusahaan baik,maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.
menurut Abdullah (1993:289) :
Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode
tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Para
akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas
biaya dan istilah “net loss” untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.
Menurut Soemarso (2006:227) mendefinisikan laba bersih adalah sebagai berikut “Angka
terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan
bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila
perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net losss)”
Menurut Kasmir (2008:309) manfaat yang dapat diperoleh dari analisis laba :
1. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual.
2. Untuk mengetahui penyebab naiknya harga jual.
3. Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan.
4. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya haga jual.
5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya harga pokok
penjualan.
6. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode.
7. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan.
Menurut Jumingan (2014:164), faktor-faktor yang mempengaruhi Laba Bersih :
1. Naik turunnnya jumlah unit dan harga jual per unit.
2. Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini dipengaruhi
oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau
harga pokok per unit.
-
3. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,variasi jumlah
unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
4. Naik turunnya pos penghasilan atau biaya operasional yang dipengaruhi oleh variasi
jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahaan kebijakan dalam
pemberian atau penerimaan discount.
5. Naik turunnya pajak perseroanyang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh
atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6. Adanya perubahaan dalam metode akuntansi.
2.2.1. Klasifikasi laba
Menurut Rahmat (2006:9) Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu:
1. Komponen operasi dan nonoperasi
Klasifikasi operasi dan non operasi terutama bergantung pada sumber pendapatan dan beban,
yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi perusahaan yang masih berlangsung
atau dari aktivitas investasi (pendanaan),laba bersih (opearting income),merupakan suatu
pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung laba
nonoperasi (nonoperating income),mencakup seluruh komponen laba yang tercakup dalam
laba operasi.
2. Komponen berulang dan tidak berulang
Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos tersebut akan
terus terjadi atau hanya satu kali.
-
2.3. Konsep Dasar Perhitungan
Penulis menggunakan softwareIBM SPSS Statistics 21 dalam mengolah data guna
membuktikan hipotesis-hipotesis yang tertera dalam penulisan tugas akhir ini. Menurut Pratisto
dalam bukunya Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS, menerangkan bahwa:
Statistical Product and Service Solution atau biasa dikenal dengan SPSS merupakan
program pengolah data statistik mulai dari model aplikasi statistik deskriptif (mean,
median, modus, kuartil,persentil, range, distribusi, varians, standar deviasi, standar error,
nilai kemiringan, dan lain-lain), statistik parametrik (uji t, korelasi, regresi, anova, dan lain-
lain), serta statistik non-parametrik (uji crosstab, binomial, chi square, Kolmogorov
Smirnov, dan lain-lain.
2.3.1. Uji KoefisienKorelasi
Menurut Supranto (2008:161) “hubungan dua variabel ada yang positif dan negatif X dan
Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti oleh kenaikan
(penurunan) Y, sebaliknya dikatakan negatif bila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti
penurunan(kenaikan) Y.
Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel diikuti oleh
perubahan dalam satu variabel diikuti oleh perubahan variabel lainnya, baik yang searah maupun
tidak. Hubungan anatar variabel dapat dikelompokan menjadi tiga jenis :
1. Korelasi positif
Terjadinya korelasi positif apabila perubahan antara variabel yang satu
diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang sama (berbanding lurus). Artinya apabila
variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti peningkatan variabel lainnya.
-
Gambar II.1 Korelasi Positif
2. Korelasi Negatif
Terjadinya korelasi negatif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh
vaiabel lainnya dengan arah berlawanan (berbanding terbalik). Artinya apabila variabel yang
satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya.
Gambar II.2 Korelasi Negatif
3. Korelasi Nihil
Terjadinya korelasi nihil apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh
variabel lainnya dengan arah yang tidak teratur (acak). Artinya apabila variabel yang satu
meningkat, kadang dengan peningkatan pada variabel lain dan kadang diikuti penurunan pada
variabel lain.
-
Gambar II.3 korelasi nihil
Menurut Supranto (2008:189) “Koefisien korelasi adalah niali yang menunjukan kuat
atau tidaknya hubungan dua variabel”. Berdasarkan hubungan antar variabel yang satu dengan
variabel lainnya dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r”.
Besarnya korelasi berkisar antara -1≤ r ≤ 1, Apabila korelasi mendekati +1 atau -1 berarti
terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang mendekati 0 maka bernilai lemah.
Apabila korelasi sama dengan 0, antara kedua variabel berarti tidak terdapat hubungan sama
sekali. Pada korelasi +1 atau -1 terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel.
Notasi positif (+) atau negatif (-) menunjukkan arah hubungan antara kedua variabel.
Pada notasi positif (+), hubungan antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka
variabel yang lain juga naik. Pada notasi negatif (-), kedua variabel berhubungan terbalik, artinya
jika satu variabel naik maka variabel yang lain justru turun.
Menurut Supranto (2008:161) “mengenai analisis korelasi yaitu merupakan suatu cara
untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara x dan y apabila dapat dinyatakan dengan
fungsi linier (paling tidak mendekati) dan diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien
korelasi”.
-
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung koefisien korelasi sederhana adalah sebagai
berikut (Rumus ini disebut juga dengan Pearson Product Moment):
2222 yynxxn
yxxynr
keterangan:
n = Banyaknya Pasangan data X dan Y
Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Untuk dapat memberi interprestasi seberapa kuat hubungan itu, maka dapat digunakan
pedoman seperti yang tertera pada tabel berikut:
Tabel II.1
Tingkat keeratan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Nilai korelasi Interprestasi
Kurang dari 0,20
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
Hubungan rendah sekali/ lemah sekali
Hubungan rendah tetapi pasti
Hubungan cukup berarti
-
0,70 – 0,90
lebih dari 0,90
Hubungan tinggi dan kuat
Hubungan tinggi dan kuat sekali
3.3.2 Uji Koefisien Determinasi
Menurut Supranto (2008:5) menyatakan bahwa “koefisien determinasi adalah bagian dari
keragaman total variabel Y (terikat) yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman
variabel X (bebas), yaitu koefisien yang mengukur besarnya persentase kontribusi variasi X
terhadap Y.”
nilai koefisien determinasi, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
r2 = kuadrat koefisien korelasi
Koefisien determinasi dinyatakan dengan R² untuk pengujian regresi linear sederhana.
Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak
bebas Y yang dapat dijelaskan atau diterangkan .
Maka R² akan ditentukan dengan rumus :
R² = r²
KD = r2 ×100%
-
Dengan :
r = regresi
Harga R yang diperoleh sesuai dengan variasi yang dijelaskan masing-masing variabel
yang tinggal dalam regresi. Hal ini mengakibatkan variansi yang dijelaskan penduga yang
disebabkan oleh variabel yang berpengaruh saja (yang bersifat nyata).
Berdasarkan rumus di atas maka hasil perhitungan dapat dikategorikan dalamkriteria
besarnya pengaruh berdasarkan tabel sebagai berikut sebagai berikut:
Tabel II.2
Pengaruh tingkat Determinasi
Interval Tingkat Pengaruh
0% - 19,9% Sangat rendah
20% - 39,9% Rendah
40% - 59,9% Sedang
60% - 79,9% Kuat
80% - 100% Sangat kuat
2.3.3. Analisa Regresi Linear sederhana
Menurut Sugiyono (2009:260)Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk
memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependent apabila nilai variabel
-
independent dimanipulasi (dirubah-rubah) atau dinaik-turunkan. Manfaat dari hasil analisis
regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependent dapat
dilakukan melalui peningkatan melalui variabel independent atau tidak.
Menurut Supranto ( 2001: 178). Beberapa pengertian analisis regresi sederhana anatara
lain :
1. Analisis regresi sederhana adalah memperkirakan hubungan antara dua variabel tanpa
membuat asumsi terlebih dahulu mengenai bentuk hubungan yang dinyatakan dalam fungsi
tertentu
2. Analisis regresi sederhana adalah tidak mungkin untuk memperkirakan hubungan antara dua
variabel tanpa membuat asumsi terlebih dahulu mengenai bentuk hubungan yang dinyatakan
dalam fungsi tertentu.
Menurut Samsubar Saleh (2008:118) “ Analisis regresi sederhana adalah analisis yang
ingin mengetahui sampai seberapa jauh perubahan satu variabel terhadap variabel lainnya”.
Menurut (Jonathan Sarwono, 2010:66) ”Analisis regresi sederhana adalah megestimasi
besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang
melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis regresi sederhana
adalah cara kita memperkirakan hubungan antara dua variabel mengenai bentuk hubunngan yang
dinyatakan dalam fungsi tertentu yang digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel
tergantung.
Menurut Jonathan Sarwono (2006:66) “Analisis regresi sederhana ini dapat digunakan
untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergentung dan
memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas”.
-
Menurut Abdul Muhid (2010:106) “analisis regresi sederhana terdapat rumus yang dapat
digunakan untuk menghitung analisis regresi sederhana yakni” :
Y’ = a + bX
Dimana :
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan)
Y = Variabel dependen ( variabel tak bebas )
X = Variabel independen ( variabel bebas )
Harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi tinggi maka harga b
jugabesar, sebaliknya bila koefisien korelasi rendah maka harga b juga rendah atau kecil. Selain
itu, bila koefisien korelasi negatif maka harga b juga negatif, sebaliknya bila koefisienkorelasi
positif maka harga b juga positif.
Menurut Sugiyono (2005:206) nilai a dan b dapat dicari menggunakan rumus:
http://2.bp.blogspot.com/-UKUkhIuZHKs/UMJzbJg73oI/AAAAAAAAAh0/Q9GNL5qr12s/s1600/op.jpg