bab ii landasan teori 2.1. tinjauan...

29
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri dari teori teori yang menyangkut penelitian “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan tingkat kesempatan kerja terhadap Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah 2007-2010. Teori teori yang tertulis adalah teori teori yang berkaitan dengan kemiskinan, karakteristik kemiskinan, teori kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja. 2.1.1. Kemiskinan Kemiskinan dapat dipahami sebagai suatu kondisi dimana masyarakat mengalami kekurangan uang dan kekurangan barang dalam menjamin kebutuhan hidupnya sehari hari selama hidupnya. Kemiskinan merupakan efek negatif dari pendistribusian pendapatan yang tidak merata. Sehingga rakyat jelata masih jauh bahkan tidak tersentuh sama sekali dalam pendistribusian pendapatan. Menurut The Worth Bank 2007 dalam Firdausi 2010, kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup yang layak, kebebasan, harga diri, dan rasa di hormati seperti orang lain (kemiskinan absolut). Bank Dunia mengukur kemiskinan absolut sebagai orang yang hidup di bawah USD $1 per hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2 per hari. “Menurut Andre Bayo Ala kemiskinan itu bersifat multidimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-

Upload: hathien

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka terdiri dari teori – teori yang menyangkut penelitian

“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan tingkat kesempatan kerja terhadap

Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah 2007-2010. Teori – teori yang tertulis adalah

teori – teori yang berkaitan dengan kemiskinan, karakteristik kemiskinan, teori

kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja.

2.1.1. Kemiskinan

Kemiskinan dapat dipahami sebagai suatu kondisi dimana masyarakat

mengalami kekurangan uang dan kekurangan barang dalam menjamin kebutuhan

hidupnya sehari – hari selama hidupnya. Kemiskinan merupakan efek negatif dari

pendistribusian pendapatan yang tidak merata. Sehingga rakyat jelata masih jauh

bahkan tidak tersentuh sama sekali dalam pendistribusian pendapatan.

Menurut The Worth Bank 2007 dalam Firdausi 2010, kemiskinan adalah

kondisi di mana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan

kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi

kesehatan, standar hidup yang layak, kebebasan, harga diri, dan rasa di hormati

seperti orang lain (kemiskinan absolut). Bank Dunia mengukur kemiskinan

absolut sebagai orang yang hidup di bawah USD $1 per hari dan kemiskinan

menengah untuk pendapatan di bawah $2 per hari.

“Menurut Andre Bayo Ala kemiskinan itu bersifat

multidimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

11

macam, maka kemiskinanpun memiliki banyak aspek. Aspek primer

serta aspek sekunder. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut

termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan

yang sehat, perawatan kesehatanyang kurang baik, dan tingkat

pendidikan yang rendah. Dimensi – dimensi kemiskinan tersebut

saling berkaitan, baik secara langsung mapun tidak langsung. Hal ini

berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat

mempengaruhim kemajuan atau kemunduran aspek lainya”.1

Secara umum kemiskinan dapat di bagi menjadi empat macam, yaitu

kemiskinan Absolut, Kemiskinan Relatif, Kemiskinan struktural dan kemiskinan

Sosial Budaya.

“Pertama, kemiskinan Absolut yang menunjukan keadaan

seseorang atau sekelompok masyarakat yang taraf hidupnya

(pendapatanya) begitu rendah sehingga tidak mampu memenuhi

kebutuhan dasar (makanan dan bukan makanan). Kedua, kemiskinan

relatif berkitan dengan kepincangan dalam pendistribusian

pendapatan nasional terhadap golongan – golongan masyarakat.

Ketiga, kemiskinan struktural menunjukan ketidakmampuan warga

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang di sebabkan

oleh (sebagai akibat dari) struktur masyarakat yang menghalanginya.

Dan keempat, kemiskinan sosial budaya merupakan kemiskinan yang

berkaitan dengan nilai – nilai budaya yang dianut oleh masyarakat.

Namun, dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada kemiskinan

absolut, karena mengingat sangat sulit sekali dalam mengurangi

tingkat kemiskinan absolut”.2

Dalam membedakan penduduk miskin dan bukan penduduk miskin

maka di perlukan suatu garis pemisah yang di sebut “garis kemiskinan”

(proverty line). Garis tersebut menunjukan besarnya nilai rupiah yang harus

dikeluarkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal atau

“tingkat subsistensi”. Menurut BPS atau Badan Pusat Statistik tingkat

kemiskinan juga dapat di ukur menggunakan dasar asupan kalori sebesar

1 Lincolin Arsyad, 1998, Ekonomi Pembangunan, Penerbit BP STIE, Yogyakarta,

hal. 237. 2 Gilarso T, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,

hlm 326-328

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

12

2100 kalori per hari per kapita (dari 52 jenis komoditi yang di anggap

mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan

konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan

nasional dan tidak di bedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan).

BPS menggunakan dua macam pendekatan dalam penghitung tingkat

kemiskinan, yaitu: pendekatan kebutuhan dasar (dasic needs approach) dan

pendekatan headcount index.

a. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), kemiskinan di artikan

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

b. Pendekatan headcount index, merupakan ukuran yang menggunakan

kemiskinan absolut.

Penduduk miskin merupakan jumlah penduduk yang berada di bawah

batas garis kemiskinan yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum

makanan dan non makanan. Oleh karena itu, garis kemiskinan terdiri dari dua

komponen yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan

nonmakanan (nonfood line).

1. Faktor – faktor Penyebab Kemiskinan

Timbulnya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah disebabkan oleh

beberapa faktor yang mempengaruhinya. “Menurut Sharp et al, kemiskinan dapat

bersumber dari beberapa hal berikut:

a. Rendahnya Kualitas Angkatan kerja

Penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena rendahnya kualitas

angkatan kerja. Kualitas angkatan kerja ini bisa dilihat dari angka

buta huruf.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

13

b. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal

Kepemilikan modal yang masih sangat sedikit serta ratio antara

modal dan tenaga kerja (capital-to-labour ratio) menghasilkan

produktifitas yangrendah yang pada akhirnya menjadi faktor

penyebab kemiskinan.

c. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi

Negar – negara dengan penguasaan tehnologi yang rendah memiliki

tingkat produktifitas yang rendah pula. Tingkat produktifitas yang

rendah menyebabkan terjadinya pengangguran. Hal itu di sebabkan

oleh kegagalan dalam mengadaptasi tehnik produksi yang lebih

modern. Ukuran tingkat penguasaan tehnologi yang rendah salah

satunya bisa dilihat dari penggunaan alat – alat produksi yang masih

bersifat tradisional.

d. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien

Negara miskin sumber daya yang tersedia tidak dipergunakakn secara

penuh dan efisien. Pada tingkat rumah tangga penggunaan sumber

daya biasanya masih bersifat tradisional yang menyebabkan

terjadinya inefisiensi.

e. Pertumbuhan penduduk yang tinggi

Menurut teori Malthus jumlah penduduk berkembang sesuai deret

ukur sedangkan produksi bahan pangan berkembang sesuau deret

hitung. Hal itu menyebabkan kelebihan penduduk dan kekurangan

pangan. Kekurangan bahan pangan merupakan salah satu indikasi

terjadinya kemiskinan”.3

Faktor – faktor di atas masih dialami oleh Provinsi Jawa Tengah,

pertumbuhan penduduk masih tergolong sangat tinggi. Sehingga terjadinya

kepadatan penduduk di daerah – daerah pinggiran. Tingkat pendidikan yang

rendah, daerah kumuh serta penghasilan yang rendah masih dialami oleh

sebagian besar masyarakat yang ada di provinsi Jawa Tengah.

2. Aspek dan Karakteristik Kemiskinan

Selain beberapa faktor diatas, tingkat kemiskinan juga dipengaruhi oleh

beberapa aspek. “Andre Bayo Ala menyebutkan terdapat beberapa aspek

kemiskinan yaitu :

3 Nurfitri, Yanti, 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Tingkat

Kesempatan kerja terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1999 – 2009. Skripsi.

Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

14

1. Kemiskinan itu multidimensional. Artinya, karena kebutuhan

manusia bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak

aspek. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan

dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang tidak sehat,

perawatan kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang juga

kurang baik.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung

maupun tidak.hal ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran

pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau

kmunduran pada aspek lainnya. Bahwa kemiskinan adalah

manusianya, baik secara individual maupun kolektif”.4

3. Teori Kemiskinan

Penyebab kemiskinan dalam suatu wilayah pada dasarnya berlandaskan

pada Teori Lingkaran setan Kemiskinan (vicious crcle proverty). Adanya

keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, serta kurangnya modal sebagai

penyebab rendahnya produktifitas masyarakat sehingga jumlah pendapatan yang

mereka terimapun juga rendah. Apabila pendapatan yang diterima masyarakat

rendah, maka akan berimbas pada rendahnya tabungan dan permintaan

masyarakat. Hal tersebut juga yang akan mengakibatkan rendahnya investasi dan

seterusnya.

Ragnar Nurkse (1953) meringkas masalah tersebut dengan ungkapan: “a

poor country is poor because its poor” (negara miskin itu miskin karena mereka

itu miskin).5

4 Lincolin, Arsyad, op.cit. hal. 69.

5 Gilarso, op.cit. hal. 329.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

15

Gambar 2.1.

Lingkaran Setan Kemiskinan (vicious circle poverty)

2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kenaikan

GDP (Gross Domestic Bruto) atau output per kapita dalam jangka panjang.

Pengertian pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno adalah:

“Pertumbuhan Ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif

yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam

suatu tahun tertentu apabila di bandingkan dengan tahun

berikutnya”.6

Angka pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam bentuk persentase yang

merupakan perbandingan antara perubahan pendapatan nasional pada tahun

sekarang di bandingkan dengan tahun sebelumnya.

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dihitung hanya untuk satu periode,

dapat di hitung berdasarkan rumus berikut:7

6 Sukirno, op.cit. hal. 9.

7 Asfia, Murni, 2006, Ekonomika Makro, Cetakan 1, Penerbit: PT. Refika Aditama,

Bandung, hal. 39.

PRODUKTIVITAS

Rendah

MODAL

Kurang PENDAPATAN RILL

Rendah

TABUNGAN

Rendah

PERMINTAAN

Rendah

INVESTASI

Rendah

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

16

x 100% .......................................................... (2.1)

Dengan perhitungan tersebut, GNP yang di gunakan adalah nilai GNP rill

atau GNP harga konstan. Karena dengan menggunakan GNP Rill pengaruh inflasi

telah di hilangkan.

“Menurut Kuznet, pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan

jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.

Definisi atau Indikasi dari perkembangan ekonomi ini dapat di

definisikan dalam tiga cara: pertama, perkembangan ekonomi harus

di ukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional nyata dalam suatu

jangka waktu yang panjang. Kedua, berkaitan dengan pendapatan

perkapita dalam jangka panjang. Dan ketiga, ada kecenderungan lain

untuk mendefinisikan perkembangan ekonomi dari titik titik

kesejahteraan ekonomi”.8

Selain menurut schumpeter, terdapat beberapa pendapat lain, yaitu

menurut Boediono yang menyatakan bahwa:

“Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Perhatikan

tekananya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka

panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses”, bukan suatu

gambaran ekonomis pada suatu saat”.9

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan proses perekonomian yang

secara perlahan dan mantab dalam jangka panjang.

1. Faktor – Faktor Pertumbuhan Ekonomi

8 Jhingan, 2010, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerbit: PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal. 5. 9 Boediono, 1981, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Penerbit: BPFE Yogyakarta,

Yogyakarta, hal. 9.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

17

Menurut Asfia, terdapat 4 faktor yang dapat menunjang pertumbuhan

ekonomi suatu negara, yaitu: (1) Sumber Daya Manusia, (2) Sumber Daya Alam,

(3) Sumber Daya Modal, dan (4) Tekhnologi dan Inovasi.

a. Sumber Daya Manusia

Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

angkatan kerja. Kualitas input tenaga kerja yaitu keterampilan,

pengetahuan, dan disiplin adalah satu – satunya unsur penting dari

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan tehnologi dalam kegiatan

perekonomian sangat menuntut ketersediaan tenaga kerja yang

terlatih dan terampil. Misalnya perkembangan tehnologi informasi

harus di dukung oleh tenaga kerja yang terlatih dan terampil di

bidang komputer.

b. Sumber Daya Alam

Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah,

keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut,

serta jumlah dan hasil kekayaan tambang. Kekayaan alam akan dapat

mempermudah usaha untuk mengembangkan perekomian suatu

negara, terutama pada masa – masa permulaan proses pertumbuhan

ekonomi.

c. Sumber Daya Modal

Sumber daya modal ada yang di sebut barang modal, dan ada pula

yang di sebut modal uang. Barang – barang modal penting

peranaanya dalam meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi.

d. Tekhnologi dan Inovasi

Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai negara secara umum di

timbulkan oleh kemajuan tehnologi. Kemajuan tehnologi

menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi. Efek

yang di timbulkan, yang pertama, dapat mempertinggi efisiensi dalam

kegiatan produksi, kedua, menimbulkan penemuan barang – barang

baru yang belum pernah di produksi sebelumnya, dan ketiga,

meninggikan mutu barang yang diproduksi tanpa meningkatkan

harga”.10

Selain menurut Asfia, Jhingan juga menjelaskan faktor - faktor pertumbuhan

ekonomi, Yang terdiri dari faktor ekonomi dan nonekonomi. Faktor ekonomi yang

terdiri dari (1) sumber alam, (2) akumulasi modal, (3) organisasi, (4) kemajuan

10

Asfia, Murni, op.cit. hal. 177.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

18

tehnologi, dan (5) pembagian kerja dan skala produksi. Serta faktor nonekonomi

terdiri dari (1) faktor sosial, (2) faktor manusia, (3) faktor politik dan administrasi.

1. Ekonomi

a. Sumber Alam : faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau

tanah. “Tanah’ sebagaimana di pergunakan dalam ilju ekonomi

mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan

susunanya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber

lautan, dan sebagainya.

b. Akumulasi Modal : modal berarti persediaan faktor produksi

yang secara fisik dapat diproduksi.

c. Organisasi : organisasi merupakan bagian penting dalam

proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan

penggunaaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi.

Orgganisasi bersifat melengkapi (komponen) modal, buruh dan

membantu meningkatkan produktifitasnya.

d. Perubahan tehnologi : dianggap sebagai faktor paling penting

di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan

dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan

hasil pembaharuan atau hasil dari tehnik penelitian baru.

e. Pembagian kerja dan skala produksi : spesialisasi dan

pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktifitas.

Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar

yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

2. Faktor Nonekonomi

a. Faktor Sosial : kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan

pandangan, harapan, struktur dan nilai – nilai sosial.

b. Faktor Manusia : sumber daya manusia merupakan faktor

terpenting dalam perubahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

tidak semata – mata tergantung pada sumber daya manusia

saja, tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka.

c. Faktor politik dan administratif : Faktor politik dan

administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern”.11

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan

Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada

pertamabahan penyediaan faktor – faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan

11

Jhingan, op.cit. hal. 9

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

19

akumulasi modal) dan tingkat kemajuan tehnologi. Berdasarkan penelitianya,

Solow (1957) mengatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam

pertumbuhan ekonomi sangat tinggi.

“Pandangan teori ini didasarkan kepada anggapan yang

mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami

tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan

modal akan tetap sepenuhnya di gunakan sepanjang waktu”.12

b. Teori Pertumbuhan Baru (NGT)

Sebagaian besar pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau

proses yang sama sekali independen dari kemajuan tekhnologi. Berikut teori

NGT yang kemukakan oleh Paul Romer yang menyatakan bahwa:

“Teori NGT merupakan berkembangan dari Teori

pertumbuhan Neoklasik. Romer memasukan variabel teknologi di

dalam model Solow, bukan sebagai variabel di luar model. Oleh

karena itu, kemampuan pengembangan teknologi dan pengetahuan

merupakan hal yang krusial dalam menciptakan pertumbuhan. Romer

mengungkapkan bahwa ide merupakan barang ekonomi yang jauh

lebih penting dari pada tujuan yang dititikberatkan dalam banyak

model ekonomi. Ide memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi

secara terus menerus dalam dunia yang penuh keterbatasan fisik”.13

“Teori pertumbuhan baru tersebut memberikan kerangka

teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan

GNI yang persien, yang di tentukan oleh sistem yang mengatur proses

produksi dan bukan oleh kekuatan – kekuatan di luar sistem.

Berlawanan dengan teori neoklasik tradisional, model – model ini

menganggap bahwa pertumbuhan GNI merupakan konsekuensi

alamiah dari ekuilibriumjangka panjang. Motivasi utama dari teori

pertumbuhan baru ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat

pertumbuhan antar negara maupun faktor – faktor yang memberi

proporsi lebih besar dalam pertumbuhan yang diobservasi. Lebih

jelas lagi, teori pertumbuhan endogen berusaha untuk menjelaskan

faktor – faktor yang menentukan besarnya λ, yaitu tingkat

pertumbuhan GDP yang tidak di jelaskan dan dianggap sebagai

12

Lincolin Arsyad, op.cit. hal.207 13

Mudrajad, Kuncoro, op.cit. hal.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

20

variabel eksogen dalam perhitungan teori pertumbuhan neoklasik

Solow (residu Solow)”.14

2.1.3. Inflasi

Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukan kenaikan tingkat harga

secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Dari definisi tersebut ada tiga

kriteria yang perlu diamati utnuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan

harga, bersifat umum, dan terjadi terus menerus dalam rentan waktu tertentu.

Berikut pengertian inflasi menurut Gilarso:

“Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum,

yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang

dan arus barang”.15

Selain pengertian inflasi menurut Gilarso, juga terdapat pengertian

inflasi menurut Nopirin, yang menyatakan bahwa:

“Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang

– barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga

berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama”.16

Inflasi sering menjadi momok dalam perekonomian, adanya inflasi

mengakibatkan melejitnya harga – harga barang umum serta menjadikan nilai

mata uang rendah. Inflasi juga dapat menimbulkan jumlah angka pengangguran

serta dapat memperluas (gap) antara si kaya dan si miskin. Namun, tidak

selamanya inflasi berdampak negatif, orang – orang bisnis justru berpendapat

bahwa inflasi yang lunak (disebut mild inflation atau creeping inflation, artinya

14

Todaro, Pembangunan Ekonomi, Edisi 9, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006, hal.

172. 15

Gilarso, op.cit. hal. 200. 16

Nopirin, 1987, Ekonomi Moneter, Buku 2, Edisi 1, Penerbit BPFE-Yogyakarta,

Yogyakarta, hal. 25

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

21

2% - 5% per tahun) itu baik, justru malah dapat meningkatkan produktifitas dunia

usaha sehingga dapat menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan.

Laju inflasi merupakan perubahan tingkat harga secara umum untuk

beranekaragam jenis produk dalam waktu tertentu. Laju inflasi dapat diukur

dengan rumus berikut:

............................................... (2.2)

Indikator dalam perhitungan laju inflasi terdapat tiga indeks penting,

yaitu Indeks Harga Konsumen (Consumers Price Index), Indeks Harga Produsen

(Wholesale Prece index), dan indeks Harga Implisit (GNP Deflator). Menurut

Nanga 2001, Indeks harga konsumen (CPI/IHK) adalah suatu indeks yang

mengukur biaya sekelompok (basket) barang- barang dan jasa- jasa yang di beli

untuk menunjang kehidupan sehari –hari. Indeks Harga Produsen (PPI/IHP)

adalah suatu indeks dari harga bahan – bahan baku, produk antara danperalatan

modal dan mesin ayng di beli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Sedangkan GNP

deflator adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan antara GNP nominal

dan GNP Rill dan dikalikan dengan 100.

1. Jenis Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005), mengkategorikan inflasi menurut

sifatnya menjadi tiga yaitu:

a. Low Inflation

Atau di sebut juga inflasi satu dijit (single dijit inflation),

yaitu inflasi di bawah 10%. Inflasi ini masih di anggap normal.

Dalam rentang inflasi ini, orang masih percaya pada uang dan

masih mau memegang uang.

b. Galloping Inflation, atau Double Digit bahkan Triple digit inflation

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

22

Yang didefinisikan antara 20% sampai 200% per tahun.

Inflasi seperti ini terjadi karena pemerintahan yang lemah, perang,

revolusi atau kejadian lain yang menyebabkan barang tidak

tersedia sementara uang berlimpah, sehingga orang tidak percaya

kepada uang.

c. Hyperinflation

Yaitu inflasi diatas 200% per tahun. Dalam keadaan seperti

ini orang tidak percaya terhadap uang. Lebih baik membelanjakan

uang dan menyimpan dalam bentuk barang daripada menyimpan

uang”.

Selain menurut sifatnya, jenis inflasi dapat juga Ditinjau dari asal

terjadinya, “menurut Khalwaty inflasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Domestic inflation

“Domestic inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang

berasal dari dalam negri (domestik). Kenaikan harga disebabkan

karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik karena

perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam

mengeluarkan kebiajakn – kebijakan yang secara psikologi

berdampak inflator. Keniakan harga – harga terjadi secara

absolut. Akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya

angka (laju) inflasi.

b. Imported Inflation

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi didalam negeri

karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

Kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri

terjadi karena di pengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri

terutama barang – barang impor atau kenaikan bahan baku

industri yang masih belum dapat di produksi di dalam negeri”.17

Jenis inflasi dapat juga dilihat menurut sebabnya, “Nopirin menyebutkan

sebagai berikut:

a. Demand – Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total

(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada

keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati

kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja

penuh, kenaikan permintaan total di samping menaikan harga juga

dapat menaikan hasil produksi (output). Apabila kenaikan

17

Khalwaty, op.cit. hal. 31

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

23

permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNp berada di

atas/melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan

terdapat adanya “inflationary gap”. Inflationary inilah yang akan

menimbulkan inflasi.

b. Cosh – Push Inflation

Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga

serta turunya produksi. Jadi, inflasi yang di barengi dengan resesi.

Keadaan ini timbul biasanya di mulai dengan adanya penurunan

dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan

biaya produksi”.18

2. Dampak Inflasi

Menurut Khalwaty inflasi yang terus berlanjut dapat berdampak pada:

a. “Equity Effect

Eqity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Dampak

inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang

mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan

adapula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya

inflasi. Mereka yang berpenghasilan tetap akan mengalami

penurunan nilai rill dari penghasilanya, sehingga daya belinya

menjadi lemah. Demikian juga terhadap orang – orang yang gemar

menumpuk kekayaan dalam bentuk uang tunai akan sangat menderita

dan mengalami kerugian besar dengan adanya inflasi.

Sebaliknya, dengan terjadi inflasi, kelompok – kelompok yang

mendapatkan keuntungan adalah mereka yang memperoleh kenaikan

atau peningkatan pendapatan dengan tingkat presentase yang lebih

besar dari pada tingkat inflasi, atau mereka yang mempunyai

kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai.

b. Efficiency Effect

Harga – harga faktor produksi akan terus meningkat, sehingga

dapat mengubah pola alokasi faktor – faktor produksi. Perubahan

tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai

macam barang yang selanjutnya mendorong perubahan dalam

produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi,

permintaan barang – barang tertentu akan mendorong peningkatan

produksi terhadap barang – barang tersebut. Kenaikan produksi yang

demikian akan mengubah pola alokasi faktor produksi barang –

barang tersebut menjadi lebih efisien yang disebut Efficiency Effect.

c. Output Effect

Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa

produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau

gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan

18

Nopirin, op.cit. hal. 28

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

24

terjadinya keuntungan (laba) yang di terima produsen. Jadi syaratnya

dalah kenaikan kenaikan harga produksi atau kenaikan harga – harga

faktor produksi.19

3. Faktor – faktor Penyebab Inflasi

Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya inflasi, antara lain:

a. Penawaran Uang (Jumlah Uang yang Beredar)

Pengertian uang yang paling sempit adalah uang kertas dan uang logam

yang ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini di sebut uang kartal (currency).

Para ekonom klasik cenderung untuk mengartikan uang beredar sebagai

currency karena uang inilah yang benar – benar merupakan daya beli yang

langsung bisa digunakan dan langsung mempengaruhi harga barang – barang.

Dengan perkembangan peran Bank dalam perekonomian maka pengertian uang

beredar di ganti dengan uang kertal sudah di tinggalkan. Saldo rekening

koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di Bank (uang giral demand

deposit) mempunyai status yang sama dengan currency dan harus di masukan

dalam pengertian uang beredar. Uang beredar yang di definisikan sebagai uang

kartal di tambah uang giral disebut uang dalam arti sempit (narrow money).

Uang merupakan pelancar kegiatan ekonomi, tetapi juga sering

menimbulkan permasalah. Peredaran uang harus distabilkan, peredaran uang

yang terlalu banyak di masyarakat akan menimbulkan inflasi sebaliknya

peredaran uang yang yang terlalu sedikit akan menimbulkan deflasi.

Keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang dapat dijelaskan

dalam teori Kuantitas dari Irving Fisher.20

19

Khalwaty, op.cit. hal. 52 20

Gilarso, op.cit. hal 274.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

25

M.V = P.T .............................................................................................. (2.3)

Dimana:

M = Money Supply, jumlah uang beredar

V = Velocity of circulation, kecepatan beredar

P = Price Level, tingkat harga

T = Trade Volum/Transactions, jumlah uang yang di perjual-belikan = NNP

Rill

b. Nilai Tukar Rupian

Rupiah merupakan mata uang negara Indonesia. Nilai tukar merupakan

harga suatu mata uang rupiah terhadap mata uang negara asing lainya. Nilai

tukar atau kurs juga dapat di definisikan sebagai harga 1 unit mata uang

domestik dalam satuan valuta asing. Sehingga yang di maksud dengan nilai

tukar rupiah adalah harga per satu unit dolar AS.

Nilai tukar mata uang suatu negara dapat berfluktuasi sewaktu – waktu.

Gejala fluktuasi mata uang tersebut dapar berimbas kenegara yang

bersangkutan atau yang bekerjasama dalam kegiatan ekspor impor. Indonesia

merupakan negara berkembang yang sebagian besar masih menggunakan

bahan baku impor. Apabila negara yang mengekspor ke Indonesia sedang

mengalami kenaikan harga bahan baku, sudah dapat di pastikan bahan baku

yang di inpor Indonesia pasti akan naik dan harganya lebih mahal. Hal ini akan

mengakibatkan produk dalam negeri akan mengalami kenaikan tinggi yang

dapat menimbulkan inflasi.

c. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah nilai barang akhir yang di hasilkan oleh suatu

negara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Indonesia menggunakan GNP

untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya (pendapatan nasional).

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

26

“GNP (Gross National Produck) adalah nilai (dalam uang)

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara

(perekonomian) selama satu periode tertentu, biasanya satu tahun”.21

Inflasi yang berkelanjutan dapat menimbulkan dampak yang buruk

terhadap kegiatan perekonomian. Inflasi yang serius cenderung dapat

mengurangi aktivitas investasi, mengurangi ekspor dan menaikan impor.

Negara yang mengalami inflasi tinggi memiliki daya beli yang rendah yang

akan mengakibatkan pendapatan nasional juga menurun.

d. Tingkat Suku Bunga SBI

“SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah salah satu instrumen

yang digunakan untuk kebijakan open market operation dari Bank

sentral (BI). Kebijakan open market operation (Politik Pasar

Terbuka) meliputi tindakan menjual dan membeli surat – surat

berharga oleh Bank Sentral. Tindakan pembelian atau penjualan

surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga

tingkat bunga) surat berharga. Akibatnya tingkat bunga umum juga

akan terpengaruh”.22

Saat terjadi inflasi, para spekulan yang memiliki investasi biasanya akan

menjual investasinya, misalnya surat berharga. Spekulan adalah orang yang

mencari keuntungan dari selisih penjualan surat berharga. Inflasi dapat

mengakibatkan inventor semakin kaya, namun juga dapat mengakibatkan

investor semakin miskin. Investor yang memiliki investasi dalam bentuk surat

berharga akan menjual investasinya saat inflasi karena harganya akan lebih

tinggi. Kegiatan para spekulator ini akan mengakibatkan inflasi semakin parah,

karena akan menambah peredaran uang di masyarakat.

4. Teori Inflasi

21

Nopirin, 2008, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama,

Penerbit: BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 63 22

Ibid. hal.119

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

27

a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,

tetapi dalam perkembanganya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para

ahli ekonomi universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai

model kaum monetaris (monetarist model).

“Teori kuantitas ini pada prinsipnya menyatakan bahwa

timbulnya inflasi hanya di sebabkan oleh satu faktor yaitu

bertambahnya jumlah uang yang beredar, dan tidak di sebabkan oleh

faktor lain. Ini dari teori ini adalah sebagai berikut (Boediono, 1982)

:

a) Inflasi hanya terjadi kalau ada penambahan jumlah uang

yang beredar, baik uang kertal mapun uang giral. Penambahan

jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api inflasi. Bila junlah uang

tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun

sebab musabab awal dari kenaikan harga tersebut.

b) Laju inflasi di tentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

yang beredar dan leh harapan (ekpektasi) masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa yang akan datang.23

b. Teori Keynes

Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat memiliki permintaan

terhadap barang – barang melebihi jumlah uang yang dimilikinya. Sehingga

menyebabkan permintaan agregat (keseluruhan) melebihi jumlah barang yang

tersedia atu penawaran agregat yang mengakibatkan harga secara umu naik.

Hal tersebut akan menimbulkan inflanatory gap.

Daya beli terhadap barang dan jasa antara golongan yang terdapat di

masyarakat tidak sama (heterogen), berangkat dari hal tersebut maka akan

23

Boediono, op.cit. hal. 161.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

28

terjadi realokasi barang – barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang

memiliki daya beli yang relatif rendah terhadap golongan masyarakat yang

memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di

masyarakat. Dengan begitu laju inflasi dapat berhenti hanya apabila salah satu

golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki

daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang

berlaku, sehingga permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa tidak akan

melebihi penawaran agregat (supply) barang, serta dapat di katakan bahwa

inflationary gap menghilang.

c. Teori Strukturalis

“Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (inflexibilities)

dari struktur perekonomian negara – negara berkembang. Karena

inflasi dikaitkan dengan faktor – faktor struktural dari

perekonomian (yang menurut definisi, faktor – faktor ini hanya

bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang), maka

teori ini bisa disebut teori inflasi “jangka panjang”.24

Faktor – faktor yang menurut teori ini sebagai penyebab timbulnya

inflasi jangka panjang di negara – negara yang sedang berkembang, sebagai

berikut:

a) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor yang tumbuh secara

lamban di bandingkan dengan pertumbuhan sektor – sektor lain.

Kelambanan ini disebabkan oleh: (1) harga di pasar dunia

terhadap barang ekspor negara tersebut makin tidak

menguntungkan (dibanding dengan barang inpor yang harus di

bayar) atau sering di sebut istilah dasar penukaran (terms of trade)

yang makin memburuk. (2) supply atau produksi barang – barang

eksport yang tidak responsif terhadap kenaikan harga.

b) Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan di

dalam negeri. Pertumbuhan bahan makanan dalam negeri tidak

secepat pertumbuhan penduduk serta penghasilan perkapitanya,

24

Ibid. hal. 166.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

29

sehingga harga bahan makanan cenderung selalu menaik melebihi

harga barang-barang lain. Akibat selanjutnya yang ditimbulkan

adalah para buruh yang menginginkan tambahan gaji/upah”.

Umumnya kedua proses tersebut tidak berdisi sendiri-sendiri

melainkan saling berkaitan bahkan sering kali memperkuat satu sama lain.

2.1.4. Kesempatan Kerja

Kesempatakn kerja merupakan peluang untuk bekerja yang tersedia di

lapangan pekerjaan untuk anggakatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.

Gilarso menyatakan bahwa:

“Kesempatan kerja (employment) adalah banyaknya lapangan

pekerjaan yang tersedia untuk angkatan kerja. Masalah kesempatan

kerja merupakan tantang bagi generasi muda. Persoalan muncul

karena pertumbuhan angkatan kerja yang cepat (karena laju

pertambahan penduduk), yang kurang diimbangi dengan penyediaan

lapangan pekerjaan. Mutu dan produktivitas tenaga kerja ynag masih

rendah. Masalah lain adalah penyebaran angkatan kerja yang tidak

merata, baik sektoral maupun regional. Sementara itu angkatan muda

terdidik bertambah dengan cepatnya, jumlah wanita yang mencari

pekerjaan semakin banyak dan setengah pengangguran di sektor

informal semakin meluas”.25

Perluasan kesempatan kerja sebagai salah satu sasaran pemerataan

pembangunan yang sekaligus berfungsi untuk menciptakan ketahanan nasional

serta partisipasi aktif masyarakat pada umumnya, khususnya generasi muda dan

wanita dalam memikul beban, tanggung jawab serta hak untuk menikmati kembali

hasil pembangunan, tidak dapat terlepas dari faktor – faktor dominan yang

mempengaruhinya, seperti :

1. Kependudukan

Penduduk mencerminkan kondisi dua dimensional, disatu

pihak dapat merupakan modal dasar kearah tercapainya

sasaran pembangunan nasional, tetapi juga sekaligus dapat

25

Gilarso, op.cit. hal. 207

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

30

menjadi beban nasional jikalau angka pertumbuhan penduduk

tersebut tidak di sertai oleh adanya perluasan kesempatan kerja.

2. Kedudukan Geografi dan Sumber Daya Alam

Kedudukan geografi yang strategis dapat merupakan

potensi yang dapat dikembangkan sebagai wadah maupun

wahana untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.

3. Kondisi Ekonomi

Sektor formal dengan padat modal dengan teknologi maju

serta sektor informal yang padat karya, merupakan faktor

dominan yang mempengaruhi kemungkinan perluasan

kesempatan kerja.

4. Sosial Budaya

Sosial budaya bangsa dengan pranata sosialnya

merupakan nilai – nilai yang dapat mendorong atau

menghambat mobilitas angkatan kerja baik secara geografis,

sektoral ataupun jenis pekerjaan, untuk tercapainya perluasan

angkatan kerja.

5. Politik

Politik dalam pengertian pengambilan keputusan suatu

kebijakan yang akan diambil, merupakan faktor dominan yang

tidak dapat diabaikan dalam kebijaksanaan nasional untuk

menciptakan iklim yang sehat bagi perluasan kesempatan

kerja”.26

Kebijakan politik yang diambil pada dasarnya harus dapat meningkatkan

produktifitas sumber daya manusia yang lebih tinggi agar dapat menciptakan

lapangan pekerjaan yang luas. Program – program yang di susun oleh

pemerintahpun harus mampu meningkatkan kesempatan kerja. Selain itu perlua

adanya kebijakan yang terpadu dalam masalah ketenagakerjaan yang meliputi:

a) Pengadaan lapangan kerja yang baru yang dapat menyerap angkatan kerja yang

tersedia.

b) Pola pendidikan untuk menaikan produktifitas tenaga kerja yang tersedia

melalui pendidikan yang bersifat formal dna informal.

26

Sagir, Soeharsono, Kesempatan kerja, Ketahanan nasional dan Pembangunan

Manusia Seutuhnya. Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal. 43.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

31

c) Kebijakan mengenai teknologi tepat untuk sektor – sektor tertentu sehingga

kegiatan dalam sektor tersebut tidak saja dapat meningkat tetapi juga sekaligus

dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

d) Pengarahan lebih nyata mengenai adanya keharusan pembaharuan antara

golongan ekonomi kuat dan golongan ekonomi lemah.

2.2. Pengaruh Variabel Independen terhadap Dependen

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan

Suatu pembangunan membutuhkan pendapatan nasional yang

tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun, yang perlu

di tekankan adalah tidak hanya bagaimana memacu cepatnya

pertumbuhan tetapi juga siapa yang akan melaksanakan dan siapa pula

yang berhak menikmati hasilnya.

“Menurut Kuznet pertumbuhan dan kemiskinan

mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap

awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung

meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan

jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang”.27

2. Pengaruh Inflasi terhadap Kemiskinan

Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga –

barga barang kebutuhan. Masyarakat miskin yang memiliki daya beli

rendah tidak akan mampu mencapai harga – harga kebutuhan tersebut.

27

Tulus, Tambunan, Perekonomian Indonesia: kajian Teoritis dan analisis empiris,

penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, hal. 185.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

32

Hal tersebut mengakibatkan kondisi masyarakat miskin yang semakin

terpuruk dan dapat menambah tingkat kemiskinan.

3. Pengaruh Tingkat Kesempatan Kerja terhadap Kemiskinan

Tidak hanya dari sisi perintaan (konsumsi) dan sisi penawaran,

pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan

kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai dengan

penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam

pembagian dari penambahan pendapatan tersebut yang selanjutnya akan

menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan

kemiskinan.

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Tingkat

kesempatan kerja dan Tingkat kemiskinan yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda, sebagai acuan penulis

dalam pembuatan skripsi ini, antar lain:

a. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurfitri Yanti (2011) yang berjudul

“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Tingkat Kesempatan Kerja

terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1999 – 2009” bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

kemiskinan, mengetahui pengaruh inflasi terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia, serta mengetahui pengaruh tingkat kesempatan kerja terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia. Hal ini dilakukan karena jumlah penduduk

miskin di Indonesia tidak kunjung berkurang bahkan memiliki kecenderungan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

33

yang meningkat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, kesempatan kerja serta kemiskinan. Data

berupa data sekunder yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan

diolah menggunakan analisis regresi berganda. Kesimpulan yang di peroleh

dari penelitian ini adalah: (1) pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh

terhadap variabel tingkat kemiskinan, (2) inflasi tidak berpengaruh terhadap

variabel tingkat kemiskinan, dan (3) tingkat kesempatan kerja berpengaruh

negatif terhadap variabel tingkat kemiskinan.

b. Pada penelitian yang dilakukan oleh Adit Agus Prasetyo (2010) yang berjudul

“Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi

kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2003- 2007)” dengan tujuan

untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

pendidikan dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan serta untuk

menganalisis perbedaan kondisi tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di

Jawa Tengah. variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

kemiskinan, pertumbuhan ekonomi regional, upah minimum kabupaten/kota,

pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka. Data berupa data sekunder

dalam bentuk data deret waktu (time-series data) dari kurun waktu tahun 2003

– 2007 serta data kerat lintang (cross-section data) yang meliputi 35

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah, data di peroleh dari Badan Pusat

Statustik (BPS) Jawa Tengah provinsi Jawa Tengah, Dan di olah

menggunakan analisis panel data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat

di ketahui bahwa yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

34

kemiskinan adalah variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan

tingkat pengangguran.

c. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ravi Dwi Wijayanto (2010) yang

berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan pengangguran terhadap

kemiskinan di kabupaten / Kota jawa Tengah tahun 2005-2008” dengan

tujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,

pendidikan dan Pengangguran terhadap kemiskinan di jawa Tengah. variabel

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Kemiskinan, PDRB, Pendidikan

dan Pengangguran. Data berupa data sekunder dalam bentuk data deret waktu

(time-series data) dari kurun waktu tahun 2005 – 2008 serta data kerat lintang

(cross-section data) yang meliputi 35 kabupaten/kota di provinsi Jawa

Tengah, data di peroleh dari Badan Pusat Statustik (BPS) Jawa Tengah

provinsi Jawa Tengah, Dan di olah menggunakan analisis panel data.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat di ketahui bahwa pendidikan

(melek huruf) dan pengangguran memiliki pengaruh yang negatif signifikan

terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel PDRB mempunyai

pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

35

2.4. Kerangka Dasar Pemikiran

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka pemikiran di atas dapat di jelaskan bahwa tingkat

kemiskinan di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi

dan tingkat kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan aktivitas

kinerja masyarakat untuk memaksimalkan hasil produktivitas dalam

perekonomian dalam rangka memperoleh tambahan pendapatan masyarakat

selama periode tertentu. Tambahan pendapatan dari aktivitas ekonomi masyarakat

akan berpengaruh besar terhadap pengurangan tingkat kemiskinan jika

pendistribusian pendapatan tersebut merata. Tidak hanya golongan kaya saja yang

merasakan pendapatan besar tetapi pendapatan tersebut juga harus mampu

menyentuh golongan miskin, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara si kaya

menjadi semakin kaya dan si miskin menjadi semakin miskin. Semakin banyak

golongan miskin tertolong dan dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan

ekonomi, maka kemiskinan akan berkurang serta akan terciptanya kesejahteraan

bagi seluruh masyarakat.

Pertumbuhan Ekonomi

(X1)

Inflasi

(X2)

Tingkat kesempatan

Kerja

(X3)

Tingkat Kemiskinan

(Y)

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

36

Inflasi juga di perlukan dalam perekonomian, namun hanya inflasi lunak

yang dapat bermanfaat bagi perekonomian. Inflasi memiliki dampak negatif juga

dampak positif. Inflasi berdampak negatif apabila inflasi sudah ditingkat parah

(hyperiflation), hal ini dapat melemahkan daya beli masyarakat serta

melumpuhkan produksi yang nantinya akan menimbulkan krisis produksi dan

konsumsi. Inflasi dapat pula berdampak positif apabila inflasi masih di taraf

wajar, justru inflasi ringan inilah yang dibutuhkan oleh para produsen untuk

mengembangkan produksinya. Apabila tidak terjadi inflasi justru lebih

membahayakan perekonomian lagi, karena tidak akan ada perubahan harga –

harga dan ini dapat melemahkan sektor industri.

Inflasi memiliki pengaruh terhadap perluasan kesempatan kerja. Apabila

kesempatan kerja luas dan semakin banyak menyerap tenaga kerja, maka

masyarakat miskin akan semakin berkurang. Negara Indonesia mungkin dapat

dinilai berhasil jika dinilai dari sudut laju pertumbuhan ekonominya, namun tetap

terlihat miskin dan terbelakang jika dilihat dari sudut cepatnya dan besarnya

angkatan kerja yang memasuki pasaran kerja yang belum atau tidak memperoleh

kesempatan kerja, serta belum dimanfaatkan secara produktif dan maksimal. Para

angkatan kerjapun juga harus di bekali pengetahuan agar mereka memiliki

kualitas dalam penciptaan kesempatan kerja, sehingga dapat mengurangi tingkat

kemiskinan.

Perluasan kesempatan kerja berarti pula perluasan kesejahteraan umum bagi

masyarakat luas, sehingga manusia Indonesia yang termasuk dalam kelompok

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

37

angkatan kerja tidak saja turut berpartisipasi memikul beban pembangunan, tetapi

juga ikut serta menikmati hasil pembangunan.

Akar dari permasalahan kemiskinan di Indonesia adalah tingginya disparitas

antar daerah sehingga pendistribusian pendapatan antar daerah provinsi tidak

merata. Pemerintah terlalu memfokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan

provinsi jawa saja, sedangkan provinsi – provinsi lain di seluruh Indonesia tidak

mendapatkan perhatian yang sama. Dengan begitu semakin terlihat jelas

perbedaan dalam pembangunan antar provinsi. Namun, meskipun demikian

pemerintah selalu mengupayakan pemberantasan masyarakat miskin, tetapi

jumlah penduduk miskin tidak mengalami penurunan yang signifikan dari tahun

ketahun, justru cenderung bertambah.

2.5. Definisi Operasional Variabel

2.5.1. Kemiskinan (KM)

Kemiskinan merupakan prosentase penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan yang

ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dinyatakan dalam satuan persen.

2.5.2. Pertumbuhan Ekonomi (PE)

Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang di maksud adalah

laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2000 tahun 2007-2010

yang dinyatakan dalam satuan persen.

2.5.3. Inflasi (IF)

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7451/2/T1_162009009_BAB II.pdf · Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan

38

Inflasi merupakan presentase perandingan dari tingkat inflasi pada tahun

dasar dibandingkan dengan inflasi pada tahun sekarang. Inflasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah laju inflasi yang terjadi di 35 Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah tahun 2007-2010 yang dinyatakan dalam satuan persen

2.5.4. Kesempatan Kerja (KK)

Kesempatan kerja (employment) adalah jumlah penduduk yang bekerja dan

jumlah angkatan kerja. Tingkat kesemapatan kerja yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah tingakt kesempatan kerja yang terjadi di 35 Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah tahun 2007-2010.

2.6. Hipotesis

a. Hipotesis Kerja

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap tingkat kemiskinan adalah

negatif.

2. Pengaruh Inflasi terhadap tingkat kemiskinan adalah negatif.

3. Pengaruh Kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan adalah

negatif.

b. Hipotesis Statistik

- Ho : ß1 = 0

Ha : ß1 < 0

- Ho : ß2 = 0

Ha : ß2 > 0

- Ho : ß3 = 0

Ha : ß3 > 0